mekanika-kelompok 2 kelas c
TRANSCRIPT
TUGASMEKANIKA
MEKANIKA DASAR
Oleh : Kelompok 21. JANLI NOVRENLI
MAKITULUNG A 241 14 0802. ADRIANTO A 241
14 0243. MADE WIJANA A 241
14 0634. WAHYUNI A 241
14 0405. ANDRIANI A 241 14
0996. SYAHRINA SYAHFITRI
A 241 14 123
7. SHENDY FREDRIK A 241 14 003
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS TADULAKO2015PALUMEKANIKA
Mekanika adalah cabang ilmu fisika yang membahas keadaan benda yang
diam atau bergerak di bawah pengaruh aksi gaya. Tak ada pengetahuan langsung
lain yang berperan lebih besar dalam analisis teknik daripada mekanika. Sejarah
awal ilmu ini merupakan permulaan teknik. Penelitian dan pengembangan modern
di bidang getaran, stabilitas dan kekuatan struktur dan mesin, robot, disain roket
dan pesawat angkasa, pengendalian otomatis, kemampuan mesin, alir-an fluida,
mesin dan alat-alat listrik, dan perilaku molekul, atom, dan subatom sangat
bergan-tung kepada prinsip-prinsip dasar mekanika. Pengertian yang mendalam
tentang pengetahuan mekanika merupakan prasyarat pokok untuk bekerja dalam
bidang-bidang tersebut di atas mau-pun bidang-bidang lainnya.
Mekanika merupakan ilmu fisika yang tertua. Tulisan tertua yang berisi
ilmu ini dibuat oleh Archimedes (287-212 sebelum Masehi) yang membahas
prinsip pengungkit dan prinsip kemampuan mengapung. Kemajuan yang besar
diawali oleh hukum kombinasi vektor gaya oleh Stevinus (1548-1620), yang juga
merumuskan sebagian besar dari prinsip-prinsip statika.
Penyelidikan pertama mengenai persoalan dinamika dilakukan oleh Galileo
(1564-1642) dalam kaitan de-ngan percobaannya tentang batu yang jatuh.
Perumusan seksama dari hukum-hukum gerak, se-perti halnya hukum gravitasi,
dibuat oleh Newton (1642-1727), yang juga menciptakan gagasan perubahan kecil
dalam analisis matematis. Sumbangan besar terhadap pengembangan mekanika
juga diberikan oleh da Vinci, Varignon, Euler, D' Alembert, Lagrange, Laplace,
dan yang lainnya.
Prinsip-prinsip mekanika sangat tergantung pada matematika yang teliti.
Jadi peranan mate-matika sangat penting dalam mekanika teknik, yang merupakan
penerapan prinsip-prinsip mekanika pada penyelesaian persoalan praktis, Buku ini
menitik beratkan pengembangan prinsip-prinsip tersebut dan penerapan-
penerapannya. Prinsip dasar mekanika sebenarnya tidak banyak, te-tapi
aplikasinya sangat luas dan metode yang digunakan dalam mekanika dipakai di
bidang-bidang teknik lainnya.
Pelajaran mekanika terdiri atas dua bagian: Statika, yang membahas
kesetimbangan benda di bawah pengaruh gaya, dan dinamika, yang membahas
gerakan benda.
KONSEP-KONSEP DASAR
Konsep-konsep dan definisi-definisi yang tepat merupakan landasan untuk
mempelajari mekanika, dan harus dimengerti terlebih dahulu.
Ruang adalah daerah geometri yang ditempati oleh benda yang posisinya
digambarkan oleh pengukuran linear dan anguler relatif terhadap sistem
koordinat. Untuk persoalan tiga dimensi, niang membutuhkan tiga koordinat
bebas, sedangkan untuk persoalan dua dimensi diperlukan hanya dua koordinat
saja.
Waktu adalah ukuran peristiwa yang berurutan dan merupakan besaran
dasar dalam dinamika. Waktu tidak dapat dimasukkan langsung dalam analisis
persoalan statika.
Massa adalah ukuran kelembaman benda, yang merupakan penghambat
terhadap perubahan kecepatan. Massa merupakan tjal penting untuk persoalan
statika karena massa juga merupakan sifat setiap benda yang mengalami gaya
tarik-menarik dengan benda lain.
Gaya adalah aksi suatu benda terhadap benda lain. Suatu gaya cenderung
menggerakkan se-buah benda menurut arah kerjanya. Aksi sebuah gaya dicirikan
oleh besarannya, arah kerjanya, dan titik kerjanya. Gaya adalah besaran vector.
Partikel. Sebuah benda yang dimensmya dapat diabaikan disebut partikel.
Dalam pengertian matematis, sebuah partikel adalah benda yang dimensinya
mendekati nol sehingga dapat dianali-sis sebagai massa titik. Seringkali sebuah
partikel dipilih sebagai elemen diferensial dari sebuah benda. Selain itu, apabila
dimensi sebuah benda tidak sesuai dengan gambaran posisinya atau aksi gaya
yang dikenakan padanya, benda tersebut dapat diperlakukan sebagai partikel.
Benda tegar. Sebuah benda dianggap tegar jika gerakan relatif antar bagian-
bagiannya dapat diabaikan langsung. Sebagai contoh, perhitungan tarikan
(tension) pada kabel yang menyangga tiang penderek mobil dalam keadaan
mengangkut beban pada dasarnya tak terpengaruh oleh re-gangan (deformasi)
dalam yang kecil pada anggota-anggota struktural tiang tersebut. Untuk tuju-an
ini, dari penentuan gaya luar yang bekerja pada tiang tersebut kita dapat
memperlakukannya sebagai benda tegar. Statika terutama membahas
perhitungan.gaya luar yang bekerja pada benda tegar yang berada dalam kondisi
kesetimbangan. Untuk menentukan tegangan dan regangan dalam, karakteristik
deformasi dari material (bahan tiang tersebut harus dianalisis. Analisis jenis ini
termasuk dalam pelajaran mekanika benda-benda yang dapat berubah bentuk,
yang dipelajari setelah statika.
SKALAR DAN VEKTOR
Mekanika membahas dua jenis besaran, yaitu skalar dan vektor. Besaran
skalar hanya me-nunjukkan besarnya saja. Contoh besaran skalar dalam mekanika
adalah waktu, volume, kerapatan, laju, cnergi, dan massa. Besaran vektor
memiliki arah, selain besar, dan harus mematuhi hukum jajaran genjang
penjumlahan, sebagaimana akan diuraikan dalam pasal ini. Contoh vektor adalah
perpindahan, kecepatan, percepatan, momen, dan momentum.
Besaran fisis yang berupa vektor dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok
yakni bebas, geser, dan tetap.
Sebuah vektor bebas adalah vektor yang aksinya tidak dibatasi atau
dikaitkan dengan sebuah garis yang tunggal dalam ruang. Sebagai contoh, jika
sebuah benda bergerak tanpa rotasi, maka gerakan atau pergeseran setiap titik
pada benda tersebut dapat dianggap sebagai sebuah vektor, dan vektor ini akan
menggambarkan besaran dan arah pergeseran setiap titik pada benda tersebut.
Karena itu kita dapat menggambarkan pergeseran benda yang demikian dengan
sebuah vektor bebas.
Sebuah vektor geser adalah vektor di mana suatu garis tunggal dalam ruang
harus diperta-hankan sepanjang besaran vektor tersebut bekerja. Bila kita
membahas aksi luar dari suatu gaya pada sebuah benda tegar, gaya tersebut dapat
dikenakan pada sembarang titik sepanjang garis kerjanya tanpa mengubah efeknya
pada benda secara keseluruhan dan karenanya dapat dipan-dang sebagai vektor
geser.
Sebuah vektor tetap adalah vektor di mana sebuah titik kerja tunggal
ditentukan, dan oleh karena itu vektor tersebut menempati posisi khusus dalam
ruang. Aksi sebuah gaya pada benda yang dapat berubah bentuk atau benda tak-
tegar harus ditentukan oleh sebuah vektor tetap pada titik kerja gaya yang
bersangkutan. Dalam hal ini gaya dan perubahan bentuk di dalam benda tadi akan
bergantung pada titik kerja gaya dan besar gaya serta garis kerjanya.
Sebuah besaran vektor V digambarkan dengan sepotong garis, Gambar 1.1,
yang mempunyai arah vektor yang digambarkan oleh ujung panah. Panjang
bagian garis berarah tersebut mewakili besaran vektor [V] dan ditulis dengan
huruf miring tercetak tipis V. Dalam persamaan skalar dan seringkali pada
diagram di mana hanya besar sebuah vektor saja yang dinyatakan, simbol
Gambar 1.1
tersebut ditulis dengan huruf miring tipis. Huruf tebal digunakan untuk besaran
vektor di mana arah vektor tersebut merupakan bagian dari penggambaran
matematisnya. Jika menulis persamaan vektor kita harus selalu membedakan
secara matematis antara vektor dan skalar. Disarankan bahwa dalam semua tulisan
tangan, perbedaan tanda yang dipakai untuk tiap-tiap besaran vektor harus jelas
seperti garis bawah, V, atau sebuah panah di atas simbol, V, untuk menggantikan
huruf tebal dalam cetakan. Arah vektor V dapat diukur dengan sudut 6 dari
beberapa arah acuan yang diketahui. Negatif dari V adalah sebuah vektor-V, yang
arahnya berrawanan dengan V seba-gaimana ditunjukkan dalam Gambar 1/1.
Di samping memiliki sifat besar dan arah, vektor juga harus mematuhi
hukum kombinasi ja-jaran genjang. Hukum ini menetapkan bahwa dua buah
vektor V1 dan V2 , yang dianggap sebagai vektor bebas, Gambar l/2a, dapat
digantikan dengan ekivalennya, V, yang merupakan diagonal jajaran genjang
yang dibentuk oleh V1 dan V2 sebagai kedua sisinya, seperti ditunjukkan dalam
Gambar 1/2b. Kombinasi atau jumlah vektor ini digambarkan oleh persamaan
vector di mana tanda tambah yang dipakai sehubungan dengan besaran vektor
(huruf tebal) berarti penjumlahan vektor, bukan skalar. Jumlah besaran skalar
kedua vektor tersebut biasanya ditulis-kan sebagai V1 + V2, akan tetapi perlu
diingat bahwa menurut geometri jajaran genjang, jelas bahwa v ≠Vi +V.
Kedua vektor Vi dan V2 ini, yang diperlakukan sebagai vektor bebas, dapat
juga dijumlah-kan secara kepala-ke-ekor dengan hukum segitiga, seperti
diperlihatkan dalam Gambar l/2c, untuk menghasilkan jumlah vektor identik V.
Dari diagram tersebut kita mengetahui bahwa urutan penjumlahan vektor tidak
mempengaruhi jumlah, sehingga V1 + V2 = V2 + V1
Selisih V1-V2 antara kedua vektor tersebut dapat diperoleh dengan
menambah -V2 pada Vi sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 1/3, di mana
prosedur segitiga atau jajaran genjang dapat digunakan. Selisih V1 antara kedua
vektor tersebut dinyatakan oleh persamaan vektor.
v =v1 - v2
Gambar 1.2
di mana tanda kurang menunjukkan pengurangan vektor.
Setiap dua vektor atau lebih yang jumlahnya sama dengan vektor V dapat
dikatakan sebagai komponen vektor tersebut. Karena itu vektor-vektor V1 dan V2
dalam Gambar l/4a adalah komponen dari V, masing-masing dalam arah 1 dan 2.
Biasanya paling mudah menguraikan komponen vektor yang saling tegaklurus,
dan ini disebut komponen persegi panjang. Vektor-vektor Vx dan Vy pada
Gambar l/4b merupakan komponen-komponen x dany dari V. Demikian juga
d.alam Gambar l/4c, Vx dan Vy adalah komponen x' dan y' dari V.
Gambar 1.3.
Gambar 1.4.
Jika dinyatakan dalam komponen persegi panjang, arah vektor terhadap
sumbu X ditentukan oleh:
θ=tan−1V y
V x
Sebuah vektor V dapat dinyatakan secara matematis dengan mengalikan
besarnya, V dengan sebuah vektor n yang besarnya satu satuan dan arahnya
berimpit dengan V. Jadi
V= Vn
Dalam cara ini besar dan arah vektor sangat mudah untuk dimasukkan ke
dalam sebuah pernya-taan matematis. Dalam banyak persoalan, khususnya
persoalan tiga dimensi, adalah lebih mudah
Gambar 1.5
Jika komponen persegi panjang dari V, Gambar 1/5, dinyatakan dengan
vektor-vektor satuan i, j, dan k yang merupakan vektor-vektor dalam arah -x, -y
dan -z, berturut-turut, dengan besar satu-satuan. Jumlah vektor dari komponen-
komponen ini ditulis
V=V x i+V y j+V z k
Sekarang kita mensubstitusikan cosinus arab /, m, dan n dari V yang
didefinisikan dengan
/ = cos 0, m = cos 0B n = cos 6,
Jadi kita dapat menuliskan besar komponen-komponen V sebagai
di mana
Vx=lV Vy=mV Vz=nV
V2 = Vx2 + Vy
2 + Vz2
perlu dtingat bahwa I2 + m2 + n2 = 1.
HUKUM NEWTON
Sir Isaac Newton adalah orang yang pertama kali menyatakan dengan benar
hukum-hukurn dasar yang mengatur gerakan suatu partikel dan mcmperlihatkan
keberlakuan hukum-hukum tersebut. Dalam ungkapan yang sedikit berbeda,
dengan menggunakan istilah modern, hukum-hukum tersebut adalah:
Hukum I Sebuah partikel akan tetap diam atau terus bergerak dalam sebuah
garis lurus dengan kecepamn tetap jika tidak ada gaya tak-seimbang yang bekerja
padanya.
Hukum II. Percepatan sebuah partikel adalah sebanding dengan gaya
resultan yang bekerja padanya dan searah dengan gaya tersebut.
Hukum III . Gaya-gaya aksi dan reaksi antara benda-benda yang berinteraksi
memiliki besar yang sama, berlawanan arah, dan segaris.
Kebenaran hukum-hukum ini telah diperiksa melalui banyak pengukuran
fisis yang akurat. Hu-kum Newton kedua merupakan dasar bagi sebagian besar
analisis dalam dinamika. Bila diterap-kan terhadap partikel bermassa m, hukum
tersebut dapat dinyatakan sebagai
F=ma
Di mana F adalah gaya resultan yang bekerja pada partikel dan a adalah
percepatan resultan tersebut. Persamaan ini merupakan persamaan vektor karena
arah F harus sama dengan arah a di samping besar F dan wra sama. Hukum
Newton pertama berisi prinsip keseimbangan gaya, yang merupakan topik utama
dalam pembahasan statika. Sebenarnya hukum ini adalah akibat dari hukum
kedua, karena tidak akan ada percepatan jika gaya sama dengan nol, dan partikel
tetap dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan tetap. Hukum pertama
tidak menambah sesuatu yang baru mengenai penggambaran gerak tetapi
dicantumkan di sini karena merupakan bagian dari pernyataan-pernyataan klasik
Newton.
Hukum ketiga merupakan dasar pengertian kita mengenai gaya. Hukum ini
menyatakan bah-wa gaya selalu terjadi dalam pasangan gaya yang sama dan
berlawanan. Jadi gaya ke bawah yang dikenakan pada meja oleh pinsil selalu
disertai oleh gaya ke atas yang sama besar yang dikenakan pada pinsil oleh meja.
Prinsip ini berlaku untuk semua gaya, baik yang berubah-ubah maupun yang
tetap, tanpa memperhatikan dari mana asalnya dan berlaku pada setiap saat selama
gaya dikenakan. Pengabaian hukum dasar ini merupakan penyebab kesalahan
yang amat sering dari para pemula. Dalam menganalisis benda-benda yang
mengalami aksi gaya, kita harus benar-benar mengetahui dengan jelas mengenai
pasangan-pasangan gaya yang akan ditinjau. Pertama-tama kita perlu memisahkan
benda yang akan ditinjau dan kemudian meninjau hanya satu gaya dari pasangan
gaya tersebut yang bekerja pada benda yang ditinjau tadi.
SATUAN
Mekanika berkaitan dengan empat besaran dasar yaitu panjang, massa, gaya,
dan waktu. Sa-tuan yang dipakai untuk mengukur besaran-besaran ini tidak
semuanya dapat dipilih dengan bebas karena harus sesuai dengan hukum Newton
kedua, Persamaan 1/1. Meskipun terdapat sejumlah sistem satuan yang berbeda-
beda, namun hanya dua sistem yang dibahas di sini, yakni yang ter-utama
digunakan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Keempat besaran dasar
tersebut di atas beserta satuan-satuannya dicantumkan secara ringkas dalam tabel
berikut.
Satuan SI. Satuan Sistem Internasional, disingkat SI (dari bahasa Perancis,
System International d' Unites), telah diterima di Amerika Serikat serta seluruh
dunia dan merupakan versi modern dari sistcm metrik. Bcrkat persetujuan
internasional, lambat laun satuan SI akan mcng-gantikan sistem lain yang biasa
digunakan. Seperti terlihat pada tabel, dalam satuan SI, massa dalam kilogram
(kg), panjang dalam meter (m), dan waktu dalam sekon (s) dipilih sebagai satuan
pokok, dan gaya dalam newton (N) diturunkan dari ketiga satuan scbclumnya oleh
Persama-an 1/1. Jadi, gaya (N)=massa(kg) x percepatan (m/s2) atau
N = kg-m/s2
Kita lihat, kemudian, bawha 1 newton adalah gaya'yang dibutuhkan untuk
memberikan percepatan sebcsar 1 m/s2 pada sebuah massa seberat 1 kg. Dari
percobaan gravitasi di mana W adalah berat dan g adalah percepatan yang
ditimbulkan oleh gravitasi, Persamaan 1.1 memberikan
W = m x g(m/s2)
Panjang. Pada mulanya meter didefinisikan sebagai sepersepuluh juta kali
jarak dari kutub ke garis khatulistiwa sepanjang garis bujur (meridian) yang
melalui Paris. Lalu kemudian didefinisikan sebagai panjang satuan platinum-
iridium tertentu yang disimpan di International Bureau of Weight and Measures.
Kesulitan dalam perolehan dan ketepatan reproduksi ukuran tersebut mendorong
digunakannya standar panjang yang lebih mudah direproduksi dan lebih tepat,
yakni yang kini didefinisikan sebagai 1.650.763,73 kali panjang gelombang
radiasi tertentu dari atom Krypton 86.
Waktu.Sekon (s) pada mulanya didefinisikan sebagai 1/{86.400) hari surya
rata-rata. Ketak-teraturan rotasi bumi menimbulkan kesulitan pada definisi ini,
sehingga digunakan standar yang lebih tepat dan dapat direproduksi. Kini sekon
didefinisikan sebagai 9.192.631.770 kali periode radiasi dalam keadaan tertentu
dari atom cesium-133.
Jelas bahwa untuk sebagian besar pekerjaan teknik, dan untuk tujuan kita
dalam mempela-jari mekanika, ketepatan standar-standar tersebut tidak terlalu kita
butuhkan.
Harga standar untuk percepatan grafitasi g adalah nilainya pada permukaan
laut dan garis lintang 4.5°. Dalam kedua sistem tersebut di atas harga ini ialah
Satuan SI g = .9,80665 m/s2
Satuan A.S. g = 32,1740 ft/s2
Harga pendekatan 9,81 m/s2 dan 32,2 ft/s2 cukup tepat untuk kebanyakan
perhitungan teknik.
Karakteristik pokok satuan SI berikut konversi numerik antara satuan yang
lazim di A.S. dan SI dicantumkan pada sampul depan buku ini. Sebagai tambahan,
diagram yang dapat mem-berikan konversi antara besaran-besaran pilihan dalam
kedua sistem tersebut dicantumkan pada sampul belakang buku ini. Meskipun
diagram ini akan sangat membantu dalam menentukan ukuran relatif satuan SI
dan A.S., lambat-laun para insinyur akan menyadap bahwa mereka perlu berpikir
langsung dalam satuan SI dan tidak lagi bergantung pada konversi dari satuan
A.S. Dalam Statika kita terutama berhubungan dengan satuan panjang dan gaya,
dengan massa yang disertakan hanya jika kita menghitung gaya gravitasi, seperti
yang akan diterangkan pada bagian berikut.
Dalam Gambar 1-6 dilukiskan contoh gaya, massa, dan panjang dalam
kedua sistem satuan tersebut di atas untuk membantu membayangkan besar
relatifnya.
Gambar 1.6
HUKUM GRAVITASI
Dalam statika, dan juga dalam dinamika, kita seringkali harus menghitung
berat (gaya gravitasi yang bekerja pada) sebuah benda. Perhitungan ini bergantung
kepada hukum gravitasi, yang juga dirumuskan oleh Newton. Hukum gravitasi
dinyatakan dengan persamaan:
F=G
m1m2
r
di mana F = gaya. tarik-menarik antara dua buah pattikel
G = konstanta universal yang dikenal sebagai konstanta gravitasi
m1, m2 = massa kedua partikel
r = jarak antara pusat partikel
Gaya tarik-menarik F mengikuti hukum aksi dan reaksi, karena sama besar
dan berlawanan, serta mempunyai arah sepanjang garis yang menghubungkan
kedua pusat partikel-partikel terse-but. Dari percobaan diperoleh konstanta
gravitasi G = 6,673 (10-11) m3/(kg.s2). Gaya gravitasi terdapat pada setiap
pasangan benda. Pada permukaan bumi satu-satunya gaya gravitasi yang cukup
besar adalah gaya akibat tarikan bumi. Jadi masing-masing dari dua buah bola
besi ber-diameter 100 mm ditarik ke bumi oleh gaya gravitasi sebesar 37,1 N,
yangdisebut beratnya. Di lain pihak gaya tarik-menarik antara kedua bola tersebut
jika keduanya disentuhkan adalah 0,000.000.095 1 N. Jelas gaya ini dapat
diabaikan jika tiibandingkan dengan tarikan bumi sebesar 37,1 N, dan sebagai
akibatnya tarikan gravitasi bumi adalah satu-satunya gaya gravitasi yang cukup
besar, yang perlu dipertimbangkan dalam hampir semua percobaan teknik yang
dilakukan pada permukaan bumi.
Tarikan gravitasi bumi pada sebuah benda disebut sebagai berat benda
tersebut. Gaya ini ada pada benda, baik dalam keadaan diam maupun bergerak.
Karena tarikan ini adalah sebuah gaya, maka berat sebuah benda dalam satuan SI
harus dinyatakan dalam newton (N). Sayangnya dalam kenyataan sehari-hari
satuan massa kilogram (kg) telah dipergunakan secara luas sebagai ukuran berat.
Jika dinyatakan dalam kilogram, kata "berat" secara teknis berarti massa, Agar
tidak terjadi kerancuan, istilah "berat" dalam buku ini dibatasi hanya
untukmengartikan gaya tarikan gravitasi, dan selalu akan dinyatakan dalam
Newton.
Untuk benda bermassa m di permukaan bumi, tarikan gravitasi pada benda
sebagaimana di-tentukan oleh Persamaan 1/2 dapat dihitung dari hasil percobaan
gravitasi sederhana. Jika besar gaya gravitasi atau berat adalah W, maka, karena
benda jatuh dengan percepatan g, Persamaan 1-1 memberikan
W=mg (1.3)
Berat W akan dinyatakan dalam newton (N) apabila m dalam kilogram (Kg)
dang dalam meter per sekon kuadrat (m/s2). Harga standar g = 9,81 (m/s2) akan
cukup akurat untuk perhitungan dalam statika. Harga g tersebut dalam satuan
yang lazim di A.S. atau Inggris adalah 32,2 ft/s2. Berat sebenarnya (tarikan
gravitasi) sedikit berbeda dengan berat yang tampak (yang diukur dengan neraca
pegas). Perbedaan tersebut, yang disebabkan oleh rotasi bumi, sangat kecil dan
dapat diabaikan.
Momentum dan Implus
Momentum merupakan hasil kali antara massa dengan kecepatan benda.
Setiap benda yang bergerak pasti memiliki momentum. Benda yang bergerak pada
kelajuan konstan merupakan hasil kali massa dan kecepatan dinamakan
momentum. Dengan konsep momentum dan impuls, perilaku benda dapat
dianalisa.
Momentum
Karena kecepatan merupakan besaran vektor, maka momentum juga termasuk
besaran vektor yang arahnya sama dengan arah kecepatan benda. Secara
matematis, persamaan momentum dapat ditulis sebagai berikut.
Keterangan:
p : momentum benda (kg m/s)
m : massa benda (kg)
v : kecepatan benda (m/s)
Impuls benda didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya dengan selang
waktu gaya itu bekerja pada benda. Impuls temasuk besaran vektor yang arahnya
sama dengan arah gaya. Untuk menghitung besar impuls dalam satu arah dapat
kita gunakan persamaan berikut.
Keterangan:
I : besar impuls (Ns)
F : gaya yang bekerja pada benda (N)
Δt : selang waktu (s)
Grafik Impuls
Impuls yang dilakukan oleh sebuah gaya besarnya sama dengan luas
daerah di bawah grafik terhadap waktu (grafik F terhadap t). Misalnya, gaya 10 N
bekerja selama selang waktu Δt = 2 s. Impuls yang dilakukan gaya tersebut adalah
20 Ns. Luas daerah yang diarsir di bawah grafik F terhadap t sama dengan (10 N)
× (2 s) = 20 Ns.
Momentum Linear Bola yang sedang bergerak kemudian dipukul oleh pemukul,
apa yang terjadi? Bola akan berbalik arah atau terjadi perubahan kecepatan.
Perubahan terjadi karena gaya pada pemukul atau karena adanya impuls. Bila
impuls kita sebut I, kecepatan bola mula-mula adalah v0 dan kecepatan bola
setelah dipukul adalah vt Kita bisa menuliskan persamaan yang menghubungkan
impuls dan perubahan kecepatan sebagai :
sehingga :
Besaran massa dikalikan dengan kecepatan disebut momentum linear, diberi
simbol p. Persamaan di atas bisa kita katakan impuls akan menyebabkan
terjadinya perubahan momentum. Impuls adalah besaran vektor dengan satuan N
det, momentum memiliki satuan satuan massa dikalikan satuan kecepatan atau kg
m/det. 1 N = 1 kg m/det. Kecepatan merupakan besaran vektor dan massa adalah
besaran skalar. Momentum merupakan besaran vektor dengan arah sama dengan
arah kecepatan.
Jika kita tinjau pada satu dimensi saja maka tanda vektor dapat kita hilangkan.
Dengan menggabungkan persamaan impuls pada materi impuls dan persamaan
diatas bisa kita nyatakan hubungan antara gaya dengan perubahan momentum.
Pada persamaan diatas merupakan hukum Newton II dalam bentuk momentum.
“Gaya adalah perubahan momentum linear persatuan waktu.”
Hubungan momentum dan impuls sebuah benda yang massanya m mula-
mula bergerak dengan kecepatan v0. Kemudian dalam selang waktu Δt kecepatan
benda tersebut berubah menjadi v. Menurut hukum II Newton, jika benda
menerima gaya yang searah dengan gerak benda, maka benda akan dipercepat.
Percepatan ratarata yang disebabkan oleh gaya F sebagai berikut.
Menurut definisi, percepatan rata-rata adalah perubahan kecepatan persatuan
waktu. Jadi, persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut.
Jika t adalah waktu untuk mengubah kecepatan dari v0 menjadi v atau sama
dengan lamanya gaya bekerja, maka dari kedua persamaan di atas kita dapatkan
persamaan sebagai berikut.
Keterangan:
I : besar impuls (Ns)
m : massa benda (kg)
v : besar kecepatan (kelajuan) akhir benda (m/s)
v0 : kecepatan (kelajuan) mula-mula benda (m/s)
Δp : besar perubahan momentum (kg m/s)
F : besar gaya yang bekerja pada benda (N)
Δt : selang waktu (s)
Persamaan di atas menyatakan bahwa impuls yang dikerjakan pada suatu
benda sama dengan perubahan momentum yang dialami benda tersebut, yaitu
beda antara momentum akhir dengan momentum awalnya.
Usaha dan Energi
Ketika mendengar kata usaha pasti kita berpikir usaha adalah angkah atau
cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Tetapi dalam
pengertian usaha di dalam fisika tentu saja berbeda dengan usaha dalam
keseharian yang sering kita dengar. Dalam fisika usaha didefinisikan sebagai hasil
kali gaya dengan perpindahan benda. Ketika gaya yang kita berikan terhadap
benda menyebabkan benda berpindah maka dapat dikatakan kita melakukan usaha
terhadap benda tersebut. Contoh : seorang anak mendorong gerobak sehingga
gerobak berpindah tempat, maka orang tersebut melakukan usaha kepada gerobak.
Doni mendorong mobil sekuattenaga tetapi mobil tidak berpindah tempat, maka
dikatakan usaha Doni terhadap mobil sama dengan nol karena perpindahan mobil
sama dengan nol.
Usaha adalah besarnya energi yang diberikan oleh suatu gaya untuk
merubah posisi suatu benda sehingga benda tersebut dikatakan bergerak. Dalam
ilmu fisika, usaha pada umumnya dilambangkan dengan huruf W, merupakan
singkatan dari bahasa Inggris work yang artinya kerja. Secara sederhana, usaha
merupakan hasil kali gaya dengan perpindahan. Usaha merupakan besaran skalar
namun dapat bernilai positif atau negatif bergantung pada arah gaya dan
perpindahan. Jika gaya yang menghasilkan usaha melawan arah gerak atau arah
perindahan, maka gaya dikatakan melakukan usaha negatif. Sebaliknya, jika gaya
yang melakukan usaha searah dengan arah gerak atau arah perpindahan, maka
usaha yang dilakukan adalah usaha positif. usaha dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu :
a. Usaha positif merupakan sebuah usaha bernilai positif. Usaha seperti ini
dilakukan oleh gaya yang arahnya searah dengan arah perpindahan atau
membentuk sudut 0o. Untuk gaya yang searah, maka rumus usaha adalah
W = F. s. Contoh usaha positif antara lain seorang anak mendorong meja,
usaha mesin mobil saat menghidupkan mobil sehingga memiliki
kecepatan, usaha mengangkat buku ke atas dan lain sebagainya.
b. Usaha negatif merupakan usaha yang dilakukan oleh gaya yang arahnya
berlawanan dengan arah perpindahan atau membentuk sudut 180o. Contoh
usaha negatif antara lain usaha yang dilakukan oleh rem untuk
menghentikan mobil, usaha yang dilakukan gaya gesekan, dan lain
sebagainya.
Jika gaya yang bekerja membentuk sudut tertentu terhadap arah
perpindahan, maka gaya yang melakukan usaha hanya gaya yang searah dengan
perpindahan saja. Oleh karena itu, jika gaya yang bekerja membentuk sudut
tertentu maka uraikanlah terlebih dahulu gaya tersebut menjadi Fx dan Fy
kemudian lihat gaya mana yang searah dengan perpindahan. Jika gaya yang
bekerja pada benda tegak lurus terhadap arah perpindahan, maka usaha yang
dilakuakn gaya tersebut adalah nol atau tidak melakukan usaha karena sudut yang
terbentuk adalah 90o (cos 90o = 0 sehingga W = 0).
Besar usaha yang dilakukan benda dirumuskan :
W = F . s
Dengan :
W = Usaha (joule)
F = Gaya (Newton)
S = perpindahan (meter)
Jika gaya yang diberikan membentuk sudut sebesar α terhadap
perpindahan benda, maka besar usaha dirumuskan :
W = F cos α s
Energi adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan atau pekerjaan
(usaha). Kata “Energi” berasal dari bahasa yunani yaitu “ergon” yang berarti
kerja. Dalam melakukan sesuatu kita selalu memanfaatkan energi, baik secara
sadar maupun tidak sadar, Contohnya ketika kita berjalan kita memerlukan energi.
Namun setiap kegiatan memerlukan energi dalam jumlah dan bentuk yang
berbeda-beda. Energi tidak dapat dilihat namun pengaruhnya dapat dirasakan.
Energi dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Contohnya pada
setrika terjadi perubahan bentuk dari energi listrik menjadi energi panas
Satuan Internasional untuk energi adalah Joule (J), satuan ini digunakan untuk
menghormati james Presscot Joule dan percobaannya dalam persamaan mekanik
panas. Satuan lain untuk energi adalah Kalori (Kal). Hubungan antara Joule
dengan Kalori adalah sebagai berikut :
1 kalori = 4,2 Joule atau 1 Joule = 0,24 kalori
Hubungan Joule dengan Satuan Internasional Dasar lain :
1 Joule = 1 Newton-Meter dan 1 Joule = 1kg m2 s-2
Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
“Energi Tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Energi hanya
dapat dirubah bentuknya dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Oleh karena Itu
Jumlah total energi dalam suatu sistem hanya akan berubah ketika masuk atau
keluarnya suatu energi. |Energi Tidak dapat Diciptakan dan Dimusnahkan”
Energi mekanik adalah energi yang dimiliki suatu benda karena sifat
geraknya. Energi Mekanik dibagi lagi menjadi dua, yaitu :
Energi Potensial, yaitu energi yang dimiliki suatu benda karena posisi
atau kedudukannya, artinya saat benda tersebut diam pada posisi tertentu.
Berbagai jenis energi dapat dikategorikan sebagai energi potensial, karena
semua bentuk energi potensial dihubungkan dengan suatu jenis gaya yang
bekerja terhadap keadaan fisik suatu materi. Contohnya adalah ketika kita
meregangkan karet, terjadi perubahan sifat fisik karena adanya gaya
elastik, nah inilah yang disebut energi potensial elastik. Secara Fisika
Rumus Energi Potensial adalah sebagai berikut.
Ep = m x g x h
Keterangan (Satuan) :
Ep = Energi Potensial (Joule)
m = Massa (kg)
g = Gravitasi (m/s2)
h = Ketinggian (m)
Energi Kinetik adalah Energi yang dimiliki suatu benda karena
pergerakan atau kelajuannya. Energi kinetik secara jelas dapat diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk melakukan usaha agar bisa
menggerakkan benda dengan massa tertentu hingga mencapai suatu
kecepatan tertentu. Semakin tinggi kecepatan suatu benda maka semakin
besar pula energi kinetiknya. Contohnya adalah ketika sebuah mobil
melaju, semakin kencang kecepatan mobil tersebut, maka semakin pula
energi kinetiknya. Secara Fisika Rumus Energi Kinetik Adalah Sebagai
Berikut :
Ek = ½ x m x v2
Keterangan (Satuan)
Ek = Energi Kinetik (Joule)
m = Massa (kg)
v = Kecepatan (m/s)
Energi Mekanik = Energi Potensial + Energi Kinetik
Gerak rotasi
Gerak rotasi (melingkar) adalah gerakan pada bidang datar yang lintasannya
berupa lingkaran. kita akan mempelajari bagaimana suatu benda dapat berotasi
dan apa yang menyebabkan. Oleh karena itu, kita akan mengawali dengan
pembahasan tentang pengertian momen gaya, momen inersia, dan momentum
sudut pada gerak rotasi.
Momen Gaya (Torsi) Pada Gerak Rotasi
Benda dapat melakukan gerak rotasi karena adanya momen gaya. Momen
gaya timbul akibat gaya yang bekerja pada benda tidak tepat pada pusat massa.
Momen gaya yang bekerja pada benda menyebabkan benda berotasi.
Gambar diatas memperlihatkan sebuah gaya F bekerja pada sebuah benda
yang berpusat massa di O. Garis/kerja gaya berjarak d, secara tegak lurus dari
pusat massa, sehingga benda akan berotasi ke kanan searah jarum jam. Jarak tegak
lurus antara garis kerja gaya dengan titik pusat massa disebut lengan gaya atau
lengan momen. Momen gaya didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya (F)
dengan jarak lengan gaya (d). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
τ= F × d
Karena d = r × sinθ, maka persamaan di atas menjadi sebagai berikut.
τ= F × r × sinθ
Keterangan:
τ : momen gaya (Nm)
d : lengan gaya (m)
F :gaya (N)
r : jari-jari (m)
Arah momen gaya dinyatakan oleh aturan tangan kanan. Bukalah telapak tangan
kanan kita dengan ibu jari terpisah dari keempat jari yang lain. Lengan gaya d
sesuai dengan arah ibu jari, gaya F sesuai dengan arah keempat jari, dan arah torsi
sesuai dengan arah membukanya telapak tangan.
Penentuan arah momen gaya dengan kaidah tangan kanan
Momen gaya τ menyebabkan benda berotasi. Jika benda berotasi searah
jarum jam, maka torsi yang bekerja pada benda bertanda positif. Sebaliknya, jika
benda berotasi dengan arah berlawanan dengan arah jarum jam, maka torsi
penyebabnya bertanda negatif. Torsi-torsi yang sebidang dapat dijumlahkan.
Apabila pada sebuah benda bekerja beberapa gaya, maka jumlah momennya sama
dengan momen gaya dari resultan semua gaya yang bekerja pada benda tersebut.
Secara matematis dapat dituliskan seperti di bawah ini.
τO1 + τO2 +τO3 + …. Rd atau ΣτO = Rd
Momen Inersia Pada Gerak Rotasi
Momen inersia (kelembaman) suatu benda adalah ukuran kelembaman
suatu benda untuk berputar terhadap porosnya. Nilai momen inersia suatu benda
bergantung kepada bentuk benda dan letak sumbu putar benda tersebut.
Moment Inersia Gerak Rotasi
Misalkan kita memiliki sebuah batang ringan (massa diabaikan) dengan
panjang R. Salah satu ujung batang, yaitu titik P, ditetapkan sebagai poros rotasi.
Pada ujung batang yang lain dihubungkan dengan sebuah partikel bermassa m.
Jika sistem diputar terhadap poros P , sehingga partikel berotasi dengan kecepatan
v, maka energi kinetik rotasi partikel dapat ditulis sebagai berikut.
Karena v = R ω , maka
Momen inersia dilambangkan dengan I, satuannya dalam SI adalah kgm2.
Nilai momen inersia sebuah partikel yang berotasi dapat ditentukan dari hasil kali
massa partikel dengan kuadrat jarak partikel tersebut dari titik pusat rotasi. Faktor
m × R2 merupakan momen inersia titik terhadap sumbu putarnya. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut.
I = m · R2
Keterangan:
I : momen inersia (kgm2)
R : jari-jari (m)
m : massa partikel atau titik (kg)
Benda yang terdiri atas susunan partikel (titik), jika melakukan gerak rotasi
memiliki momen inersia sama dengan hasil jumlah dari momen inersia partikel
penyusunnya.
I = Σmi x Ri2 = (m1 × R2
1) + (m2 × R22) + (m3 × R2
3) + …
Pada gambar berikut, dilukiskan momen inersia pada gerak rotasi berbagai
benda tegar homogen.
Momen inersia pada gerak rotasi berbagai benda tegar homogen
Momentum Sudut Pada Gerak Rotasi
Pernahkah kita melihat orang bermain gasing? Mengapa gasing yang
sedang berputar meskipun dalam keadaan miring tidak roboh? Pasti ada sesuatu
yang menyebabkan gasing tidak roboh. Setiap benda yang berputar mempunyai
kecepatan sudut. Bagaimana hubungan antara momen inersia dan kecepatan
sudut?
Titik A yang berotasi dengan sumbu O dan jari-jari R memiliki momentum m × v.
Gambar di atas memperlihatkan titik A yang berotasi dengan sumbu putar
O. R adalah jarak antara O dan A. Selama berotasi titik A memiliki momentum
sebesar P = m × v. Hasil perkalian momentum dengan jarak R disebut momentum
sudut, dan diberi notasi L.
L = P × R
L = m × v × R
L = m × ω × R × R
L = m × R2 × ω
Apabila momentum sudut dihubungkan dengan momen inersia, maka
diperoleh persamaan sebagai berikut.
L = I × ω
Keterangan:
v : kecepatan linear (m/s)
L : momentum sudut (kg m2s–1)
m : massa partikel/tittik (kg)
R : jarak partikel ke sumbu putar (m)
ω : kecapatan sudut (rad/s)
I : momen inersia (kg m2)
Momen Kopel Pada Gerak Rotasi
Kopel adalah pasangan dua gaya sama besar dan berlawanan arah yang
garis-garis kerjanya sejajar tetapi tidak berimpit. Besarnya kopel dinyatakan
dengan momen kopel (M), yaitu hasil perkalian salah satu gaya dengan jarak
tegak lurus antara kedua gaya tersebut. Secra matematis dapat ditulis sebagai
berikut.
M = F × d
Keterangan:
M : momen kopel (Nm)
F : gaya (N)
d : jarak antargaya (m)
Pengaruh kopel pada suatu benda memungkinkan benda tersebut berotasi.
Jika kopel berotasi searah jarum jam diberi nilai negatif (–), dan jika berlawanan
dengan arah jarum jam diberi nilai positif (+). Contoh kopel adalah gaya gaya
yang bekerja pada jarum kompas di dalam medan magnetik bumi. Pada kutub
utara dan kutub selatan jarum, bekerja gaya yang sama besar, tetapi arahnya
berlawanan.
Gaya-gaya yang bekerja pada kedua kutub jarum kompas karena gerak
rotasi Bottom of Form