kelompok 11 kelas c

54
PRAKTIKUM SUPPLY CHAIN AND LOGISTIC Manufacturing Supply Chain Disusun Oleh: Agasi Rizal 11/319697/TK/38815 Adhi Rakhmat 11/319646/TK/38769 Lutfi Ramdani 11/319805/TK/38919 Novita Nur Syafitri 11/319723/TK/38840 Tamalia Umaroyani Pratiwi 11/313233/TK/37848

Upload: lutfi-ramdhani

Post on 21-Jan-2016

102 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan scm

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 11 Kelas c

PRAKTIKUM SUPPLY CHAIN AND LOGISTIC

Manufacturing Supply Chain

Disusun Oleh:

Agasi Rizal 11/319697/TK/38815

Adhi Rakhmat 11/319646/TK/38769

Lutfi Ramdani 11/319805/TK/38919

Novita Nur Syafitri 11/319723/TK/38840

Tamalia Umaroyani Pratiwi 11/313233/TK/37848

Yohannes Sihotang 11/3196818/TK/38800

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2013

Page 2: Kelompok 11 Kelas c

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................i

DAFTAR TABEL..............................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................2

1.2 Tujuan Riset..............................................................................................2

1.3 Manfaat ................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................4

2.1 Strategi Point of Sales...............................................................................4

2.2 Strategi Electronic Data Interchange.......................................................6

2.3 Strategi Vendor Manage Inventoryl..........................................................8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................10

3.1 Konsep Dasar..........................................................................................10

3.2 Kelebihan dan Kekurangan.....................................................................14

3.3 Requirement............................................................................................17

3.2 Studi Kasus.............................................................................................21

BAB IV PENUTUP...........................................................................................28

i

Page 3: Kelompok 11 Kelas c

4.1 Kesimpulan.............................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................30

DAFTAR GAMBAR

ii

Page 4: Kelompok 11 Kelas c

Gambar 3.1 Mekanisme penggunaan PoS pada Indomaret………………………….21

Gambar 3.2 Mekanisme Penggunaan EDI pada kepabeanan di Tanjung Perak……..25

Gambar 3.3 Rantai Supply pada PT Sampharindo…………………………………..26

iii

Page 5: Kelompok 11 Kelas c

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam dunia industri rantai pasok adalah salah satu faktor yang tidak

dapat dipisahkan. Rantai pasok terdiri dari beberapa bagian yang umumnya

terbagi atas 4 stage. Keempat stage tersebut adalah factory, distributor,

wholesaler, dan retailer. Hubungan antara tiap stage dalam rantai pasok

memiliki ketergantungan satu sama lainnya. Maka dari itu, jika ada salah satu

stage mengalami kendala akan berpengaruh terhadap stage yang lainnya.

Salah satu masalah yang biasa ditemui adalah ketidakpastian. Ketidakpastian

ini biasanya akan semakin bermasalah ke upstream karena ketidakpastian

tersebut akan terakumulasi dari stage yang berada di bawahnya. Jika

ketidakpastian ini tetap besar maka akan sangat berpengaruh terhadap

performansi dari rantai pasok tersebut.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan

performa rantai pasok. Pada praktikum kali ini kita akan membahas 3 strategi

untuk meningkatkan performansi dari rantai pasok. Ketiga strategi tersebut

adalah Point of Sales (POS), Electronic Data Interchange (EDI), dan Vendor-

Managed Inventory (VMI).

Point of Sales (POS) adalah pembagian informasi menyeluruh antar

1

Page 6: Kelompok 11 Kelas c

stage yang memberikan informasi mengenai actual sales dan actual

demand. Dalam strategi ini, data mengenai penjualan yang biasanya hanya

dimiliki oleh retailer dibagikan kepada seluruh bagian rantai pasok.

Electronic Data Interchange (EDI) adalah strategi pembagian informasi antar

stage yang menggunakan teknologi elektronik. Keuntungan menggunakan

EDI adalah dapat mengurangi lead time, kesalahan pengiriman informasi dan

paperless. Sedangkan Vendor-Managed Inventory (VMI) adalah strategi

dimana vendor atau supplier yang mengelola inventori dari produk tersebut

sebelum diberikan kepada retailer. Dalam strategi ini memiliki keuntungan

yaitu barang yang kurang karena stok telah habis dapat diketahui oleh vendor

sehingga dapat mengurangi kesalahan pemesanan yang dapat mengakibatkan

pemesanan berlebih.

Pada praktikum kali ini dapat dilihat perbedaan ketika perusahaan

menggunakan strategi, baik itu POS, EDI dan VMI dan ketika perusahaan

menggunakan strategi yang normal digunakan pada perusahaan umumnya.

1.2 Tujuan Riset

1. Memberikan pemahaman mengenai operasi supply chain kepada

praktikan.

2. Memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

rantai pasok kepada praktikan.

3. Menganalisis penggunaan strategi Point of Sales (POS), Electronic

Data Interchange (EDI), dan Vendor-Managed Inventory (VMI)

terhadap performansi rantai pasok.

1.3 Manfaat

Manfaat yang bisa didapatkan dari praktikum kali ini adalah

1. Mengetahui menggunakan strategi POS, EDI dan VMI

2

Page 7: Kelompok 11 Kelas c

2. Memberikan informasi perbedaan ketika menggunakan strategi POS,

EDI dan VMI

3. Memberikan pemahaman menggunakan software Vensim PLE

3

Page 8: Kelompok 11 Kelas c

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Strategi Point of Sales

Point of Sale (POS) adalah tempat di mana transaksi retail selesai. POS

merupakan titik di mana pelanggan melakukan pembayaran kepada pedagang

dalam bentuk pertukaran untuk barang atau jasa. Pada titik penjualan, retailer

akan menghitung jumlah utang oleh pelanggan dan memberikan pilihan bagi

pelanggan untuk melakukan pembayaran. POS akan menjadi sangat penting di

dunia bisnis karena berupa tempat menerima pembayaran dari pembeli kepada

penjual, dan pembayaran tersebut merupakan indicator bagi pebisnis untuk

mengukur tingkat pendapatan. Setiap sistem POS terdiri atas hardware dan

software dimana kedua komponen tersebut digunakan untuk setiap proses

transaksi serta disesuaikan dengan kebutuhan produksi. Jaringan pada software

dan hardware pada sistem POS bersama-sama akan melacak penjualan dan

persediaan yang terjadi.

Software POS merupakan komponen utama dari sistem POS yang pada

akhirnya menentukan jalannya proses, seperti apa yang harus dilakukan dan

bagaimana harus melakukan. Menentukan software yang tepat akan sangat

bergantung pada fitur yang dibutuhkan dan jenis lingkungan tempat bekerja.

Banyak software POS yang sangat fleksibel untuk mengakomidasi berbagai

usaha. Software yang ditawarkan terdiri dari versi dasar serta versi pro dan setiap

perusahaan memakai fitur yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Untuk

mengetahui jenis POS seperti apa yang sesuai untuk proses bisnis tertentu, ada

baiknya menentukan terlebih dahulu fitur-fitur yang penting dan cara berbisnis

seperti apa yang dilakukan. Semua software POS akan menangani transaksi dasar,

selain itu masih ada fitur tambahan lainnya yang tersedia, beberapa fitur yang

perlu dipertimbangkan adalah (1) Inventory Management, (2) Pelaporan, (3)

4

Page 9: Kelompok 11 Kelas c

Purchasing, (4) Customer Management, (5) Standar Keamanan Transaksi dan (6)

Return Processing.

Penggunaan POS mempunyai keuntungan antara lain, (1) dapat

menganalisis data penjualan, mencari tahu seberapa baik semua item pada

penjualan, (2) dapat mengetahui hasil analisis penjualan untuk mempermudah

perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai item apa saja yang sedang

menjadi tren, (3) dapat meningkatkan akurasi harga dengan mengintegrasikan

bar-code scanner dan kemampuan otorisasi kartu kredit dengan sistem POS, (4)

mengurangi kesalahan akibat ketidaktelitian SDM, (5) mengurangi ruang gerak

SDM untuk melakukan kecurangan, (6) mempercepat pelayanan ke pelanggan,

(7) melakukan analisa untuk keperluan decision maker, (8) dapat mengetahui

inventori stok atau persediaan barang. Selain mempunyai kelebihan, sistem Point

of Sales juga mempunyai kekurangan antara lain, (1) mudah terkena virus, (2)

investasi awal mahal, (3) mengembangkannya dari awal mungkin perlu biaya

yang lebih mahal, kecuali program yang sudah jadi, (4) software yang sudah jadi

biasanya akan mengalami beberapa kendala karena ketidaksesuaian program

dengan strategi perusahaan.

5

Page 10: Kelompok 11 Kelas c

2.2 Strategi Electronic Data Interchange

Kondisi lingkungan ekonomi yang semakin kompetitif, perusahaan

dituntut agar selalu mengikuti perkembangan teknologi informasi yang canggih,

hal ini dilakukan agar perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif atau

paling tidak dapat bertahan pada kondisi yang menguntungkan. Salah satu

teknologi yang dapat diterapkan guna memperoleh keunggulan tersebut adalah

Electronic Data Interchange (EDI). EDI adalah pertukaran informasi bisnis

secara elektronik dari komputer ke komputer, dalam format terstruktur, dan

dilakukan diantara partner bisnis (Ferguson et. al 1990). Ada dua tipe aplikasi

EDI yaitu tipe simple system dan integrated system, perbedaan kedua tipe tersebut

berkaitan dengan integrasi didalam penyusunan programnya. Sedangkan sarana

yang diperlukan EDI adalah perangkat keras (hardware), translation

software/transaction converter, mail box facilities dan pedoman prosedur untuk

implementasi.

Untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, suatu perusahaan dituntut

untuk senantiasa menciptakan sesuatu yang bisa meningkatkan kemampuan

didalam menghadapi persaingan. Salah satu strategi untuk memenangkan

persaingan tersebut adalah meningkatkan kemampuan didalam

memanfaatkanteknologi informasi diantaranya yaitu EDI. Stern dan Kaufman

(1985) dalam Slamet Riyadi (2010) memberikan keyakinan bahwa penggunaan

EDI akan memberikan kesempatan pada perusahaan untuk memperoleh

keunggulan kompetitif, hal ini bisa diwujudkan karena : (1) Penurunan order lead

time, hal ini akan menyebabkan pengurangan terhadap biaya persediaan, (2) Mutu

pelayanan kepada konsumen semakin tinggi, (3) Penurunan kemungkinan

terjadinya out-of-stock, (4) Perbaikan mutu komunikasi untuk menyelenggarakan

transaksi/janji, promosi, perubahan harga dan tersedianya informasi produk, (5)

Perbaikan ketepatan dalam pemesanan, pengiriman, dan penerimaan barang, dan

(6) Pengurangan biaya tenaga kerja (labour cost).

6

Page 11: Kelompok 11 Kelas c

7

Page 12: Kelompok 11 Kelas c

EDI sendiri masih mempunyai beberapa kendala didalam

implementasinya yaitu: (1) Tidak adanya standar global, sampai saat ini belum

ada standar tunggal yang berlaku secara umum. (2) Mahalnya biaya implementasi

EDI, hal ini terjadi karena mahalnya biaya hardware, software, fasilitas

telekomunikasi ditambah lagi dengan biaya tenaga yang trampil dari penggunaan

EDI ini. (3) Dual system atau implementasi yang setengah-setengah, hal ini terjadi

karena faktor sarana network yang relatif mahal dan sedikitnya pemakai EDI. (4)

Hambatan budaya, hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan bahasa,

nasionalisme dan budaya-budaya lainnya sehingga menghambat pelaksanaan EDI

didalam pengiriman data antar negara. Dan (5) Kesulitan mengenai faktor

manusia, ada dua kemungkinan sikap manusia didalam mengahadapi adanya

perubahan teknologi yaitu akan bersikap positif atau negatif.

Berdasarkan uraian diatas mengenai keunggulan-keunggulan maupun

kendala-kendala yang dimiliki EDI, alangkah baiknya didalam

mempertimbangkan implementasi EDI sebagai strategi guna memperoleh

keunggulan kompetitif tidak hanya mempertimbangkan investasi awalnya saja,

tetapi perlu juga mempertimbangkan biaya pemeliharaan dan operasinya, karena

hal ini tidak terlepas dengan pihak ketiga yang terlibat dalam transaksi EDI

tersebut. Di satu pihak EDI akan memberikan manfaat yang cukup banyak

diantaranya adalah penghematan biaya-biaya yaitu biaya pembelian, biaya

dokumentasi maupun biaya tenaga kerja atau pengehematan waktu, sedangkan

dilain pihak implementasi memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bertitik tolak

dari kondisi ini semua, apakah perusahaan perlu mengimplementasikan EDI atau

tidak, hal ini tergantung pada pada kondisi perusahaan didalam

mempertimbangkan antara biaya dan manfaat yang akan diperoleh dari

implementasi EDI tersebut.

8

Page 13: Kelompok 11 Kelas c

2.3 Strategi Vendor-Managed Inventory

Vendor-managed inventory (VMI) adalah sebuah strategi dalam rantai

pasok dimana pemasok bertanggung jawab mengelola persediaan dengan

menggunakan media komunikasi terkini seperti online messaging atau data

retrival system. Pengelolaan VMI yang baik dapat meningkatkan kinerja rantai

pasok karena mengurangi tingkat persediaan dan meningkatkan frekuensi

pengiriman barang (Mahamani dan Rao, 2010). Menurut Yao et al (2005),

keuntungan lain yang didapatkan dari penerapan VMI adalah pengurangan biaya

simpan baik pada pemasok maupun retailer, peningkatkan level pelayanan

konsumen seperti dengan pengurangan waktu siklus pengiriman barang dan

peningkatan frekuensi pengiriman barang.

Penerapan VMI membutuhkan keterbukaan informasi mengenai level

persediaan dan jumlah permintaan konsumen dari pihak retailer ke pemasok.

Dengan cara seperti ini pihak pemasok dapat melakukan perencanaan produksi,

penjadwalan pengiriman barang, pemenuhan persediaan retailer, perencanaan

pembelian, serta proses logistik lainnya dengan lebih baik. Studi yang dilakukan

Yao et al (2005) membahas dua fenomena yang terjadi dalam VMI, yaitu

keterbukaan informasi (information sharing) dan integrasi proses (process

integration). Kedua fenomena yang terjadi pada penerapan VMI ini memberikan

keuntungan pada pengelolaan sebuah rantai pasok.

Keterbukaan informasi yang dilakukan antar pihak dalam rantai pasok

ternyata dapat mengurangi bullwhip effect. Bullwhip effect terjadi karena

peningkatan variabilitas permintaan dalam rantai pasok dari hilir ke hulu.

Berkurangnya bullwhip effect menunjukkan kinerja yang baik dalam sebuah

sistem rantai pasok seperti penurunan level persediaan dan pengurangan waktu

siklus pengiriman barang. Nishiguchi (1994) dalam Yao et al (2005) pun

menyatakan bahwa alasan utama keunggulan para produsen dari Jepang adalah

9

Page 14: Kelompok 11 Kelas c

adanya sinergi antar pihak dalam rantai pasok. Oleh sebab itu integrasi yang baik

antar pihak dalam rantai pasok ini sangatlah penting.

Penerapan strategi VMI pada rantai pasok melibatkan suatu kesepakatan

antar pihak terkait. GÜNEg (2010) membahas beberapa penelitian mengenai

kondisi-kondisi yang terjadi dalam kesepakatan penerapan strategi VMI.

Berdasarkan pembahasan tersebut diketahui beberapa parameter yang perlu

diperhatikan dalam suatu kesepakatan yang akan mempengaruhi kinerja

penerapan strategi VMI, yaitu harga beli barang dari pemasok, batas-batas

persediaan yang diiinginkan oleh retailer, jumlah barang yang dapat dipenuhi

oleh pemasok, variasi permintaan dan sistem pembayaran. Dalam penelitian yang

dilakukan GÜNEg (2010), terdapat juga parameter-parameter lain yang diuji yaitu

kapasitas produksi pemasok, harga jual barang oleh retailer, proporsi ongkos

pemesanan. Berbeda dengan sistem tradisional yang membebankan seluruh biaya

pemesanan pada retailer, pada VMI ini terdapat pembagian biaya pemesanan

antara pemasok dan retailer dengan proporsi tertentu.

10

Page 15: Kelompok 11 Kelas c

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Konsep Dasar

A. Point of Sales (POS)

Point of Sales atau PoS merupakan sebuah sistem dalam software yang

dapat dapat digunakan untuk mempercepat proses transaksi. Setip perusahaan

dalam PoS dapat mengetahui permintaan yang dilakukan oleh konsumen.

Oleh karena itu, Point of Sales ini dapat mengatur inventory dengan benar.

PoS dapat menyimpan setiap data penjualan yang terjadi, sehingga inventory

selalu dapat diperbaharui. Kemudian, Point of Sales juga dapat memberikan

banyak informasi, sehingga perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih

baik mengenai permintaan dan pembelian material.

Ada banyak sistem software PoS popular yang dapat digunakan pada

add-on device di stasiun pengeluaran, seperti, termasuk electronic cash

drawers, bar-code scanners, credit card readers, and receipt or invoice

printers. Paket PoS sering muncul dengan modul akuntansi yang terintegrasi,

termasuk general ledger, akun penerimaan (piutang), akun pembayaran

(hutang), pembelian, dan sistem pengendalian persediaan. Pada dasarnya,

sistem PoS adalah sistem yang terintegrasi yang digunakan untuk melacak

arus kas bisnis perusahaan.

Dengan adanya sistem POS maka, dapat membantu perusahaan untuk

memiliki kontrol yang lebih baik pada bisnisnya yaitu melalui fitur pelaporan

sistem POS tersebut. Perusahaan dapat melihat data penjualan dalam berbagai

cara sehingga dapat menentukan produk apa yang paling laris pada waktu

tertentu. Selain itu, sistem POS juga digunakan untuk mencari tahu segala

sesuatu dari cara optimal untuk mengatur tingkat penjualan dan menampilkan

11

Page 16: Kelompok 11 Kelas c

promosi apa yang bekerja paling baik dan kapan harus mengubah promosi

tersebut secara musiman.

Kemampuan pelaporan yang tersedia dalam program PoS meliputi

penjualan, biaya, dan keuntungan dengan masing-masing jenis persediaan

yang dilakukan oleh penjual dalam kategori hari, bulan dan tahun secara up-

to-date. Laporan khusus dapat mencakup penjualan untuk setiap jam per hari

untuk setiap periode waktu. Kemudian, perusahaan juga dapat membuat

berbagai format untuk faktur, laporan akuntansi dan label harga. Laporan-

laporan tambahan mencakup manajemen persediaan. Perusahaan juga dapat

memeriksa berbagai paket PoS untuk melihat paket pemesanan apa yang

datang paling dekat untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.

Sistem POS ini dapat diterapkan pada industri-industri tertentu tertentu

seperti bengkel mobil, kecantikan dan salon kuku, toko penyewaan video dll.

Selain itu, beberapa produsen sistem POS akan menyesuaikan software

mereka dengan kebutuhan suatu perusahaan.

B. Electronic Data Interchange

Electronic Data Interchange (EDI) adalah pergerakan data bisnis

secara elektronik antara atau dalam perusahaan (termasuk mereka agen atau

perantara) secara terstruktur dengan format data yang dapat diproses melalui

komputer. Data yang diijinkan untuk ditransfer dalam bisnis komputer

tersebut harus didukung oleh aplikasi dalam satu lokasi dan aplikasi bisnis

komputer di lokasi yang lain.

Definisi EDI ini mencakup transmisi langsung data antara perusahaan,

transmisi menggunakan perantara seperti jaringan komunikasi nilai tambah

atau bank, dan pertukaran file komputer, disk, atau perangkat penyimpanan

lainnya antara lokasi. Data dalam satu aplikasi bisnis komputer dapat dibaca

tanpa rekeying (intervensi manual) oleh aplikasi lain meskipun data yang

disimpan harus secara fisik diangkut ke tujuannya.

12

Page 17: Kelompok 11 Kelas c

Sistem EDI ini merupakan sistem mentransfer data secara otomatis.

Misalnya, pembeli dapat mengirimkan jumlah pemesanan melalui EDI dan

memerintahkan kepada pemasok, kemudian pemasok mencetak pesanan

pembelian dan memasukkan data secara manual ke dalam sistem entry order

pembelian yang sering disebut "door-to-door".

EDI adalah salah satu himpunan bagian paling penting dari

perdagangan elektronik menggunakan komputer dan teknologi telekomunikasi

untuk memfasilitasi pertukaran informasi antara dua pihak dalam transaksi

komersial. Tujuan dari semua perdagangan elektronik adalah untuk

mengotomatisasi proses bisnis. Dengan adanya sistem EDI, beberapa

transaksi dapat benar-benar paperless dan memindahkan data dari satu

aplikasi ke aplikasi komputer komputer lain. Menurut definisi, EDI berada di

bawah jenis perdagangan elektronik. Transaksi perdagangan elektronik

lainnya juga paperless tetapi melibatkan intervensi manual. Contohnya adalah

transaksi Internet membutuhkan satu pihak untuk memasukkan data secara

manual. Surat elektronik adalah contoh lain dari paperless, tetapi petunjuk

perdagangan elektronik. Kadang-kadang perusahaan mengaku akan

melakukan EDI ketika mereka benar-benar melakukan transaksi manual ke

komputer seperti order entry elektronik.

C. Vendor Managed Inventory

VMI digambarkan sebagai rantai persediaan dan pasokan alat

manajemen di mana pemasok mengambil tanggung jawab untuk membuat

keputusan pada waktu dan jumlah pengisian persediaan. Menurut Waller

(1999), keuntungan utama dari VMI adalah mengurangi biaya dan

meningkatkan tingkat layanan pelanggan. VMI sangat mengurangi persediaan

yang dapat menyebabkan biaya dan membantu penyelesaian masalah saham.

Pada saat yang sama, ia menawarkan kemampuan untuk menyinkronkan

persediaan dan keputusan transportasi. Sedangkan, Fox (1996) mencatat

13

Page 18: Kelompok 11 Kelas c

bahwa keuntungan VMI sudah termasuk layanan pelanggan yang meningkat,

mengurangi ketidakpastian permintaan, mengurangi persyaratan persediaan

dan mengurangi biaya.

Dengan mengurangi pengeluaran saham, pemasok tidak hanya

menyimpan stock, tetapi mereka juga menerima informasi lebih lanjut tentang

pola permintaan pelanggan. VMI juga membantu pemasok dalam perencanaan

yang lebih baik untuk mengatur persediaan mereka sendiri. Pada VMI

dikembangkan model analisis untuk menghitung tingkat persediaan dan tarif

pengiriman untuk meminimalkan biaya bagi pemasok kecil menggunakan

VMI oleh klien yang lebih besar. Salah satu temuan penting dari penelitian ini

adalah bahwa mengurangi variabilitas dalam jumlah dan waktu permintaan

meningkatkan manfaat menurunnya harga. Selain itu, Blatherwick (1998)

mencatat bahwa VMI adalah alat yang sangat baik untuk membantu kebijakan

anggota rantai pasokan downstream ketika kurang canggih dan tidak menentu,

atau ketika distributor itu menjual dalam jumlah besar ke pembeli dengan pola

pembelian tertentu.

Pada Vendor Managed Inventory ini, pemasok mengatur level

inventory secara optimum dan menentukan kebijakan untuk mengatur level

tersebut. Sedangkan retailer hanya sebagai akses real dari vendor. Pemasok

dapat mengatur inventorinya secara optimal berdasarkan pada production rate

dan jumlah produksi yang diinginkan serta berapa jumlah pengiriman yang

diinginkan. Dengan adanya VMI ini, barang di retailer tidak akan stock-out

ataupun overstock karena vendor mengetahui jumlah yang harus mereka

berikan pada retailer. Vendor juga akan mengatur inventorinya berdasarkan

informasi dan kontrak dengan retailer. Oleh karena itu, jumlah barang yang

akan dikirimkan bukan berdasarkan keinginan dari produsen atau retailer

tetapi sesuai dengan pengiriman berdasar keinginan konsumen.

14

Page 19: Kelompok 11 Kelas c

3.2 Kelebihan dan Kekurangan

A. Point of Sales (POS)

Kelebihan

Dengan adanya sistem POS, maka perusahaan memiliki keuntungan

sebagai berikut:

1. Dapat menganalisis data penjualan, mengetahui bagaimana item tersebut

dapat terjual, dan menyesuaikan dengan tingkat pembelian yang ada.

2. Dapat mengetahui jumlah penjualan masa lalu untuk membantu

memutuskan jumlah pembelian material berdasarkan tren pembelian

tersebut.

3. Dapat meningkatkan akurasi harga dengan mengintegrasikan bar-code

scanner dan kemampuan otorisasi kartu kredit dengan sistem PoS.

Berikut adalah fitur yang menjadi kelebihan dalam sistem PoS:

a. Kemudahan penggunaan. Software PoS ini merupakan software yang

mudah digunakan dengan pendekatan graphical interface.

b. Masuknya informasi penjualan. Sistem PoS memungkinkan perusahan

untuk dapat memasukkan kode persediaan baik secara manual atau secara

otomatis melalui bar-code scanner. Setelah kode persediaan dimasukkan,

sistem dapat menunjukkan harga jual, menghitung harga beberapa jumlah

penjualan, dan menghitung total penjualan. Sistem PoS ini membuat

perusahaan mudah untuk memasukkan penjualan secara manual bila

diperlukan dengan membiarkan perusahaan mencari kode persediaan

berdasarkan pada jumlah barang dagangan parsial, deskripsi, dan kode

manufaktur atau vendor.

c. Harga. Sistem PoS umumnya menawarkan berbagai cara untuk melacak

harga, termasuk jumlah add-on, persentase biaya, persentase margin

kontribusi dan custom formula. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan

15

Page 20: Kelompok 11 Kelas c

memberikan diskon volume, perusahaan dapat mengatur beberapa harga

untuk setiap item.

d. Memperbarui informasi produk. Setelah penjualan dimasukkan, sistem

PoS ini secara otomatis akan memperbarui persediaan dan catatan

piutang.

e. Pilihan pelacakan penjualan. Bisnis yang berbeda dibayar dengan cara

yang berbeda. Misalnya, sebuah toko sering menyimpan faktur sampai

pekerjaan selesai, sehingga mereka membutuhkan suatu sistem yang

memungkinkan mereka untuk menahan penjualan. Jika perusahaan

menjual barang mahal dan memungkinkan pembelian secara angsuran,

maka sistem dapat menyediakan kalkulator yang dapat menghitung

pinjaman dengan pembayaran bulanan. Kemudian, apabila perusahaan

menawarkan sewa, maka sistem inidapat menangani penyewaan serta

penjualan.

f. Keamanan. Dalam sebuah perdagangan, penting untuk menjaga kontrol

ketat pada penerimaan kas untuk mencegah pencurian. Sebagian besar

sistem PoS ini memberikan jejak audit sehingga perusahaan dapat

melacak masalah.

g. Pajak. Sebagian besar sistem PoS dapat mendukung berbagai tarif pajak

yang berguna jika sebuah perusahaan menjalankan bisnis dengan

pemesanan melalui email dan memerlukan berurusan dengan pajak

selama lebih dari satu negara.

Kekurangan POS:

Selain kelebihan yang telah disebutkan, Point of Sales juga memiliki

kekurangan yaitu:

a. Membutuhkan biaya untuk membuat software yang mengintegrasikan

seluruh perusahaan yang akan tergabung dalam Point of Sales tersebut.

16

Page 21: Kelompok 11 Kelas c

b. Memerlukan waktu yang lama untuk membuat rantai pasok dan

penyebaran informasi dan data terutama apabila ada salah satu pihak atau

stage yang tidak mengirimkan data tepat waktu sesuai yang sudah

direncanakan.

c. Demand yang diketahui terkadang berdasarkan informasi salah satu pihak

dan kurang adanya inspeksi terhadap informasi tersebut sehingga setiap

perusahaan harus mempercayai data yang sudah diberikan oleh

perusahaan lainnya.

B. Electronic Data Interchange

Kelebihan EDI:

Dampak dari Electronic Data Interchange (EDI) yang dapat dirasakan

langsung adalah penghematan tenaga kerja di bidang data transkripsi, kontrol,

dan investigasi kesalahan dan koreksi, dan sedikit penundaan dalam

penanganan data. Hal itu karena dengan adanya EDI ini, data langsung dapat

disebarkan melalui teknologi tanpa harus melalui proses administratif yang

membutuhkan waktu lama.

Selain itu, menurut Emmelhainz (1989), manfaat yang dapat

dihasilkan dari penggunaan sistem – sistem EDI adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan operasi internal karena pengurangan waktu

2) Respon yang lebih baik kepada pelanggan

3) Meningkatkan hubungan mitra dagang

4) Meningkatkan kemampuan bersaing, baik domestik maupun

internasional.

Kemudian, sebuah perusahaan yang menerapkan EDI juga akan

memiliki pengalaman yang lebih besar karena adanya integrasi fungsi yang

melintasi batas-batas organisasi. Hal ini bukan terkait penggantian pesan

elektronik (e-mail) yang sebelumnya digunakan untuk komunikasi

17

Page 22: Kelompok 11 Kelas c

komunikasi tetapi perubahan yang terkait dalam operasi dan fungsi dalam dan

antara organisasi yang dimungkinkan dapat dilakukan oleh jaringan EDI.

EDI dikembangkan untuk memecahkan masalah yang melekat dalam

proses transaksi berbasis kertas dan dalam bentuk lain dari komunikasi

elektronik. Dalam memecahkan masalah ini, EDI adalah alat yang

memungkinkan organisasi untuk merekayasa ulang arus informasi dan proses

bisnis. Dengan adanya sistem EDI, maka terdapat beberapa perbaikan yang

dapat dilakukan yaitu:

1. Tidak terjadi penundaan waktu.

2. Terdapat pengurangan biaya tenaga kerja.

3. Tidak rawan kesalahan karena penyebaran informasi dapat dilakukan

secara langsung tanpa melalui banyak pihak.

4. Memiliki ketidakpastian yang rendah karena perusahaan dapat saling

bertukar informasi.

5. Memiliki tingkat persediaan yang rendah.

6. Kemudahan dalam akses informasi.

Kekurangan EDI:

Dengan penerapan Electronic Data Interchange, maka terdapat

beberapa kekurangan di antaranya:

1. Memerlukan biaya yang tinggi untuk melakukan penyebaran data secara

elektronik seperti biaya pembelian komputer dan biaya pembuatan

jaringan

2. Adanya sistem yang kurang aman mengenai data yang disebarkan. Hal itu

karena penyebaran data dapat dilakukan kepada siapapun saja dan

kerahasiaan data sulit terjaga. Selain itu, EDI juga membutuhkan biaya

untuk membentuk domain guna terjaganya informasi.

C. Vendor Managed Inventory

18

Page 23: Kelompok 11 Kelas c

Kelebihan VMI:

Dengan diterapkannya VMI, maka terdapat kelebihan yang dapat

dihasilkan yaitu sebagai berikut:

1) Memberikan informasi tingkat persediaan kepada pemasok dari retailer

untuk manajemen yang lebih baik

2) Mengatur tingkat persediaan pemasok

3) Mengurangi biaya inventory

4) Meningkatkan kerjasama antara pemasok dan retailer

5) Memenuhi kebutuhan konsumen dengan tingkat pelayanan yang lebih

tinggi

Di dalam sistem VMI, pemasok dapat dengan cepat memanfaatkan

fleksibilitas pada kuantitas pengiriman dan keuntungannya tidak terpengaruh

oleh variasi permintaan pelanggan dalam jangka panjang . VMI memberikan

manfaat yang lebih tinggi bagi pemasok di kasus variasi sedang atau tinggi.

Sistem VMI adalah sistem yang paling menguntungkan pada nilai permintaan

varian ketika kita mempertimbangkan keuntungan pengecer dan rantai

pasokan keseluruhan.

Kekurangan VMI:

Berikut adalah kekurangan yang dimiliki oleh Vendor Managed Inventory :

1) Bagi retailer, mereka tidak dapat melakukan upaya apapun apabila terdapat

keluhan dari konsumen atau adanya kekurangan inventory akibat kesalahan

kebijakan vendor, karena meskipun mereka saling membagi informasi

tetapi, tetap saja keputusan berada di tangan vendor.

2) Perlu adanya biaya tambahan untuk mengetahui informasi dan perhitungan

sistem yang optimal berdasarkan faktor-faktor penentu yang diperkirakan

oleh vendor.

19

Page 24: Kelompok 11 Kelas c

3) Terdapat effort yang lebih bagi vendor karena tidak hanya memproduksi

tetapi juga harus memperkirakan dan mengawasi inventory pada retailer.

3.3 Requirement

POS

Menurut Mahadevan (2007) untuk membangun suatu sistem yang berbasis

point of sale,maka di butuhkan hal-hal seperti : 1) Organisasi harus meningkatkan

performa dalam perencanaan dan manajemen inventori, sehingga informasi yang

akan di sharing tidak berubah-berubah 2) Diantara masing-masing stage harus ada

saling percaya, tanpa ada ragu atau curiga untuk memberikan informasi, dengan

adanya saling percayaan antar stage maka informasi-informasi penting seperti

informasi mengenai trend pasar, kemampuan kompetitor dan infomasi penting lain

yang terkait dengan pasar

VMI

Menurut Wright (2002) untuk membangun sistem VMI yang sukses dibutuhkan hal-

hal yang sangat penting, yaitu:

1. Komunikasi yang baik antar stage

Semua stage harus sepakat untuk menentukan tujuan dari penerapan

VMI. Perencanaan penerapan VMI harus terpetakan, khususnya identifikasi

keuangan masing-masing stage dan pertanggungjawaban yang lain.

2. Antar stage harus berkomitmen untuk sharing infomasi yang akurat.

Misalnya saja pada supplier, supplier harus mengetahui informasi

penjualan di internal distributor dan juga informasi inventori. Tanpa data yang

akurat, kemampuan untuk memenuhi permintaan dengan cepat akan gagal

20

Page 25: Kelompok 11 Kelas c

3. Antar stage harus memastikan transmisi yang handal, penerimaan serta

penggunaan informasi

Untuk memfasilitasi pada no.2 di atas masing-masing stage misalnya

saja distributor harus memastikan informasi dari customer yang dipercaya

dapat dikomunikasikan, diterima,terjaga dengan baik agar dapat memenuhi

desain yang diinginkan.

4. Menguji sistem dengan cukup sebelum benar-benar diimplementasikan

Dengan adanya pengujian terhadap sistem yang akan dipakai, maka

akan ditemukan bugs dan ketidak efisiensian dan dapat membantu untuk

menghindari masalah yang akan datang

5. Berpikir penerapan adalah sebuah proses, bukan proyek

Perubahan hanya akan terjadi apabila level permintaan bervariasi,

karena tidak ada sistem yang sempurna 100% selalu tetap.

6. Rencana untuk menggunakan uang dan waktu yang cukup untuk membuat

sistem bekerja

Banyak dari sistem VMI yang sukses membutuhkan waktu 2-2,5 tahun

untuk siap menjalankan operasi dan biaya jutaan dolar untuk IT dan pelatihan.

EDI

Untuk membangun EDI yang sukses dibutuhkan hal-hal yang sangat penting

(Ngai et al,2004), yaitu :

1. Mengerti dan bekerja dengan keragaman sosial dan budaya bisnis di seluruh

dunia

2. Meyakinkan bahwa ada infrastruktur fisikal internet yang tersedia untuk

digunakan

3. Mengerti keadaan infrastruktur fisikal antar stage

4. Mengubah manajemen proses dan sudut pandang internal

21

Page 26: Kelompok 11 Kelas c

3.4 Studi Kasus

1. Point of Sales (PoS)

Pada contoh studi kasus pada Point of Sales, perusahaan yang kami

ambil adalah Indomaret. Latar belakang penggunaan PoS pada Indomaret

dikarenakan transaksi yang mencapai 45 juta struk per bulan. Sistem PoS

yang diimplementasikan terdapat pada kasir pada Indomaret yang mencakup

sistem penjualan, persediaan dan penerimaan barang. Teknologi PoS ini telah

dirancang untuk memenuhi perkembangan jumlah gerai yang meningkat di

masa mendatang.

Indomaret menggunakan teknologi scanner barcode dalam

implementasinya terhadap PoS. Setiap gerai memiliki sistem PoS yang

nantinya data tersebut akan disimpan dan dikirim ke server cabang yang

terdiri dari beberapa gerai dalam satu regional. Kemudian, setiap server

cabang tersebut nantinya akan dikirim ke depot Indomaret. Dari situlah

nantinya akan mempengaruhi penerimaan barang pada tiap gerai Indomaret.

Gambar 3.1 Mekanisme penggunaan PoS pada Indomaret

22

Page 27: Kelompok 11 Kelas c

2. Electronic Data Interchange

Studi kasus yang dipilih adalah pengimplementasian EDI pada bidang

kepabeanan di Tanjung Perak, Surabaya. Terdapat 2 data utama yang

dipertukarkan. Pertama adalah data antara bea cukai terhadap eksportir dan

importir. Kedua, adalah data transaksi dengan bank.

Dokumen PIB dan respon dari Bea Cukai yang dipertukarkan melalui

jaringan EDI adalah dokumen dalam bentuk format United Nation Electronic

Data Interchange for Administration, Commerce, and Transport

(UN/EDIFACT) yaitu:

a. Customs Conveyance Report Message (CUSREP) merupakan

dokumen elektronik mengenai rencana kedatangan sarana pengangkut

yang diajukan oleh Perusahaan Pelayaran kepada Bea dan Cukai.

b. Customs Cargo Report Message (CUSCAR) adalah dokumen

elektronik mengenai kargo yang dimuat dalam sarana pengangkut

(manifest) yang dilaporkan oleh Perusahaan Pelayaran kepada Bea dan

Cukai.

c. Customs Declaration Message (CUSDEC) adalah dokumen elektronik

mengenai barang yang akan dilepas dari pengawasan pabean, seperti

PIB yang diajukan importer atau kuasanya kepada Bea dan Cukai.

d. Customs Response Message (CUSRES) adalah dokumen yang

merupakan tanggapan dari Bea dan Cukai atas diterimanya CUSREP,

CUSCAR, dan CUSDEC. Tanggapan ini dapat berupa pemberian

nomor registrasi, penetapan jalur pemeriksaan, atau persetujuan

pengeluaran barang.

Disamping dokumen tersebut di atas, dalam kaitannya dengan EDI di

bidang kepabeanan terdapat juga beberapa dokumen standar yang akan

23

Page 28: Kelompok 11 Kelas c

dipertukarkan yaitu dokumen yang berkaitan dengan pemenuhan

pembayaran bea masuk dan PDRI. Mengingat sistem pembayaran bea

masuk dapat dilakukan melalui Bank Devisa Persepsi, maka transaksi

elektronik ini melibatkan perbankan. EDI dalam sistem pembayaran ini

dikenal dengan Electronic Fund Transfer (EFT), yang meliputi:

a. Payment Order (PAYROD) adalah dokumen elektronik yang

berisi perintah dari pengguna jasa kepabeanan (importir) kepada

bank untuk membayar bea masuk dan PDRI ke Kas Negara

b. Debit Advice (DEBADV) merupakan dokumen elektronik yang

berisi informasi dari bank kepada importir yang menyatakan

bahwa rekening importer telah didebet sebesar sejumlah uang yang

tertera dalam payment order untuk pembayaran bea masuk dan

PDRI.

c. Credit Advice (CREADV) adalah dokumen elektronik yang berisi

informasi dari bank kepada Kantor Perbendaharaan dan Kas

Negara serta Bea dan Cukai yang menyatakan bahwa pada

rekening kas Negara telah dikreditkan sejumlah uang untuk

pembayaran bea masuk dan PDRI atas barang yang diimpor oleh

importir.

Terdapat lima komponen utama yang diperlukan untuk menjalankan

sistem pertukaran dokumen secara elektronik, yaitu:

1. Aplikasi In-House pengguna sistem EDI, yang terdiri dari:

a. Aplikasi In-House Bea dan Cukai, yaitu aplikasi sistem pelayanan

pabean yang dikenal dengan sebutan Customs Fast Release System

(CFRS) yang merupakan aplikasi utama yang akan mengolah data

yang terkait dengan kegiatan impor barang.

24

Page 29: Kelompok 11 Kelas c

b. Aplikasi In-House pengguna jasa kepabeanan, yaitu aplikasi yang

dipergunakan oleh pengguna jasa kepabeanan untuk mempersiapkan

data yang diperlukan oleh bea dan cukai.

Disamping itu aplikasi ini juga berfungsi untuk merekam dan

mengolah data yang diterima dari Bea dan Cukai yang berkaitan dengan

proses importasi.

2. Aplikasi interface pengguna sistem EDI Kepabeanan, yang terdiri dari:

a. Translator, yang berfungsi untuk menterjemahkan informasi dari

apliksi in-house yang akan dikirimkan kepada mitra bisnis menjadi

data dokumen standar EDI, atau sebaliknya yaitu menterjemahkan

dokumen standar EDI yang diterima dari mitra bisnis menjadi

informasi yang dimengerti oleh aplikasi inhouse.

b. Pengendali Komunikasi Data, yang berfungsi untuk mengendalikan

pengiriman maupun penerimaan dokumen kepada atau dari mitra

bisnis.

c. Aplikasi Mapper, yang berfungsi untuk mendukung translator

membaca data dalam format in-house dan menterjemahkan menjadi

standar EDI, atau sebaliknya.

d. Aplikasi Integrasi Sistem, yang dipergunakan untuk memasukkan data

yang akan dikirim dari sistem in-house ke translator, atau sebaliknya.

3. Jaringan EDI (EDI Network), sebagai sarana pertukaran dokumen secara

elektronik antara mitra bisnis.

4. Sistem Komputer dan Komunikasi Data, merupakan proses pengolah data dan

perangkat yang membantu pengguna dalam melakukan pengiriman dan

penerimaan data (modem).

5. Fasilitas Telekomunikasi, merupakan sarana dasar yang menghubungkan para

mitra bisnis yang terlibat dalam pertukaran dokumen secara elektronik.

25

Page 30: Kelompok 11 Kelas c

Data PIB yang diinput melalui PIB-EDI disimpan dalam suatu format

in-house database, kemudian data dibentuk ke dalam format EDI dengan

menggunakan translator EDI. Translator EDI yang digunakan untuk

pengoperasian PIB-EDI adalah Intercept-Plus (I-Plus). Intercept-Plus adalah

suatu perangkat lunak EDI yang memiliki fungsi sebagai:

1. Translator EDI Mengubah data dalam bentuk in-house format ke dalam

bentuk UN/EDIFACT.

2. Modul Komunikasi Melakukan koneksi dengan jaringan EDI untuk mengirim

atau menerima dokumen.

Gambar 3.2 Mekanisme Penggunaan EDI pada kepabeanan di Tanjung Perak

Ket: PIB = Pemberitahuan Impor Barang

26

Page 31: Kelompok 11 Kelas c

KPBC = Kantor Pelayanan Bea dan Cukai

SPJM = Surat Pemberitahuan Jalur Merah

SPPB = Surat Pemberitahuan Pengeluaran Barang

3. Vendor Managed Inventory

Perusahaan yang kita ambil sebagai contoh kasus dari Vendor

Managed Inventory adalah PT. Sampharindo adalah perusahaan yang

bergerak dalam bidang farmasi atau produksi obat. Dalam penelitian kali ini

produk yang dijadikan objek adalah obat-obat tablet dan kaplet yang dikirim

PT. Sampharindo ke tiga pusat distribusi untuk beberapa daerah di Indonesia.

Distributor tersebut antara lain PT Total Mandiri Farma untuk wilayah

Semarang dan sekitarnya, PT Intan Surya untuk daerah Denpasar Bali, dan

PT Rosa Nugraha untuk daerah Bandar Lampung. Gambar 1 di bawah ini

menjelaskan peran PT Sampharindo dengan distributor- distributor dalam

model VMI penelitian ini.

Gambar 3.3 Rantai Supply pada PT Sampharindo

27

Page 32: Kelompok 11 Kelas c

Vendor Managed Inventory (VMI) atau sering disebut sebagai Vendor

Managed Inventory Replenishment biasa diterapkan dalam bisnis retailer dan

distribution center. VMI merupakan kategori push distribution yaitu distribusi

di mana pesanan-pesanan diterima dari pelanggan tetapi dikendalikan dan

dievaluasi oleh pemasok. VMI merupakan suatu situasi di mana pengiriman

atau pengisian persediaan produk kepada sejumlah lokasi dikontrol oleh

pengambil keputusan pusat (vendor). Jadi di sini vendor akan memonitor

persediaan pelanggannya dan memutuskan kapan dan berapa banyak produk

sebaiknya dikirim dan rute mana yang digunakan. VMI ini akan memberikan

nilai lebih baik untuk vendor juga konsumennya.

Setelah ditetapkan bahwa ada permasalahan di bagian persediaan dan

akan dilakukan perbaikan sistem dengan menggunakan konsep VMI, maka

selanjutnya dilakukan pengumpulan data. Data-data yang dibutuhkan

meliputi:

1. Data historis pemesanan produk dari distributor

2. Data historis penjualan produk ke konsumen dari distributor

3. Biaya Pengiriman dari perusahaan ke distributor

4. Biaya Order kedua belah pihak

5. Biaya Penyimpanan kedua belah pihak

6. Kapasitas kendaraan dan jumlah sarana pengangkut

7. Kapasitas produksi pabrik

8. Lokasi para pelanggan (distributor center)

9. Kondisi stok gudang distributor.

Salah satu konsep dan Supply chain yang banyak dipakai adalah

Vendor Managed Inventory, sebenarnya VMI ini merupakan model inventori

di mana tanggung jawab inventori sepenuhnya dipegang oleh supplier, mulai

dari volume pengiriman, rentang pengiriman dan manajemen penyimpanan di

28

Page 33: Kelompok 11 Kelas c

gudang. Supplier memonitor gudang persediaan dari buyer dan bertanggung

jawab untuk menetapkan kapan akan mengirim barang yang dibutuhkan oleh

buyer dan juga menetapkan berapa kuantitas/jumlah dari barang yang akan

dikirimkan berdasarkan data inisial mengenai kebutuhan produksi (dari buyer)

atau permintaan konsumen yang disediakan oleh buyer.

BAB IV

KESIMPULAN

Metode PoS, EDI dan VMI merupakan metode – metode yang semuanya

menyebabkan perubahan pada waktu tunggu. Setiap metode tersebut membuat waktu

tunggu menjadi lebih singkat. Masing – masing dari ketiga metode tersebut memiliki

kelebihan dan kekurangan masing – masing.

PoS digunakan untuk mempercepat proses transaksi, mengatur inventory

dengan benar, dan memberikan banyak informasi. Sehingga metode ini memiliki

kelebihan dapat menganalisis data penjualan, dapat mengetahui jumlah penjualan

masa lalu, dapat meningkatkan akurasi harga dan lain – lain. Penggunaan Pos sendiri

dicontohkan yaitu pada Indomaret. Indomaret menggunakan Pos untuk memenuhi

jumlah gerai yang meningkat di masa mendatang. Setiap gerai memiliki sistem PoS

sehingga data yang ada akan disimpan kemudian dikirim hingga samapai ke seluruh

gerai.

EDI digunakan untuk transfer data antara satu perusahaan ke perusahaan

lainnya. Pentransefaran data ini dilakukan secara otomatis,. Selain itu transaksi juga

dapat terjadi dengan paperless dan memindahkankan data dari satu aplikasi ke

29

Page 34: Kelompok 11 Kelas c

aplikasi lain. Jadi intinya EDI digunakan untuk megotomatisasi proses bisnis.

Kelebihan secara langsung yang dapat dirasakan dari penggunaan EDI adalah

penghematan pekerja dan sedikit penundaan dalam penanganan data. Penggunaan

EDI sendiri dicontohkan pada kepabeanan dimana data bisnis yang dipertukarkan

yaitu data antara bea cukai terhadap eksportir dan importer, serta data transaksi

dengan bak.

VMI merupakan metode dimana pemasok bertanggung jawab atas waktu dan

jumlah pengisian persediaan. Keuntungan dari VMI adalah mengurangi biaya dan

meningkatkan tingkat layanan pelanggan. Penggunaan VMI dicontohkan yaitu pada

PT. Sampharindo yang bergerak dalam bidang farmasi atau produk obat. Di sini

vendor akan memonitor persediaan pelanggannya dan memutuskan kapan dan berapa

banyak produk sebaiknya dikirim dan rute mana yang digunakan. VMI ini akan

memberikan nilai lebih baik untuk vendor juga konsumennya.

30

Page 35: Kelompok 11 Kelas c

Daftar Pustaka

http://www.entrepreneur.com/encyclopedia/point-of-sale-pos-system

http://www.referenceforbusiness.com/encyclopedia/Eco-Ent/Electronic-Data-

Interchange-EDI.html

PT. Indomarco Prismatama.2013. http://indomaret.co.id/profilperusahaan/sistem-

teknologi-indomaret/.Online, diakses tanggal 24 November 2013.

Wright,Kelly., 2002, Six Step to a succesful VMI System,http://scm.ncsu.edu/scm-

articles/article/six-steps-to-a-successful-vmi-system (Diakses Online Tanggal 23

November 2013]

Waller, M., Johnson, E., Davis, T., 1999. Vendor-managed inventory in the retail

supply chain. Journal of Business Logistics, 20 (1), pp.183-203.

Fox, M.L., 1996. Integrating vendor –managed inventory into supply chain decision-

making. Conference Paper, APICS 39th International Conference. New York.

Blatherwick, A., 1998. Vendor-managed inventory: fashion fad or important supply

chain strategy? Supply Chain Management, 3(1), pp.10-11.

31

Page 36: Kelompok 11 Kelas c

Emmelhainz M.A. (1989) Electronic Data Interchange: A Total Management Guide,

Van Nostrand Reinhold, New York.

Mahadevan,B.,2007, Operations Management Theory and Practice, Dorling

Kindersley Pvt. Ltd, Delhi

Leng, Pwee. 2007. Evaluasi Pilot Project Electronic Data Interchange (EDI) di

Bidang Kepabeanan (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC)

Tanjung Perak, Surabaya). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol, 1 Maret

2007: 82-88.

Gronalt, M. dan Rauch, P. 2008.Vendor managed inventory in wood processing

industries – a case study. Silva Fennica 42 (1) : 101 – 114.

Hartini, S. dan Andrie, M.K. 2010. Penentuan Kebijakan Pemenuhan Pesanan dengan

Model Vendor Managed Inventory. Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Agustus

2010: 95–100.

32