membaca kelompok kelas x

Upload: chairil-anam

Post on 13-Jul-2015

4.510 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PEMBELAJARAN MEMBACA Disusun guna memenuhi tugas Pembelajaran Apresiasi Sastra Dosen Pengampu: Drs. Haryadi, M.Pd.

oleh Lerry Alfayanti Nurul Azizah Erry Hanifah Andrianata Lina Nordini 2101409107 2101409064 2101406079 2101407127 2101409034

Ahmad Khoiril Anam 2101409093

(085740715193)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

1

Prakata

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya buku Pembelajaran mem dapat penulis selesaikan. Adapun tujuan penulisan buku ini diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Memenuhi tugas akhir mata kuliah Pembelajaran Membaca dengan dosen pengampu Drs. Haryadi, 2. Membantu pembaca untuk memahami konsep-konsep yang dijelaskan Dalam buku ini penulis akan menjelaskan konsep tentang SK, KD, bahan ajar, strategi membaca, media dan evaluasi. Sekaligus juga penerapan dalam KD membedakan paragraf deduktif dan induktif. Konsep dan penjelasan tentang hakikat SK, KD, Indikator, bahan ajar, strategi membaca, media dan evaluasi dibahas secara lebih mendalam. Penerapan dalam KD membedakan paragraf deduktif dan induktif juga dijabarkan dengan sangat jelas. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya buku ini. Tak ada gading yang tak retak itulah peribahasa yang sangat pas untuk menggambarkan buku pembelajaran membaca ini, tentu masih banyak kekurangan bahkan kesalahan didalamnya. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan dari para pembaca, agar penulis dapat terus belajar. Semoga buku ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin .

Semarang, juni 2011 Penulis2

DAFTAR ISI

PRAKATA DAFTAR ISI BAB I SK, KD, DAN INDIKATOR ASPEK MEMBACA 1.1 SK, KD, dan Indikator Aspek membaca SMP/MTs 1.2 SK, KD, dan Indikator Aspek membaca SMA/MA 1.3 Pembahasan BAB II BAHAN AJAR MEMBACA 2.1 Kriteria Bahan Ajar secara Umum 2.2 Kriteria Bahan Ajar secara Khusus (sesuai KD yang dipilih) 2.3 Bacaan (sesuai KD yang dipilih) 2.4 Alasan Pemilihan Bacaan yang Dipilih BAB III MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA 3.1 Model Pembelajaran Membaca KD ... 3.2 Alasan Pemilihan Model Pembelajaran Membaca KD ... 3.3 Langkah-langkah Pembelajaran Membaca KD ...3

BAB IV RETORIKA/KIAT MEMBACA 4.1 Retorika Membaca yang Digunakan (sesuai KD) 4.2 Alasan Pemilihan Retorika Membaca yang Digunakan 4.3 Langkah-langkah Penerapan Retorika Membaca yang Digunakan BAB V MEDIA PEMBELAJARAN MEMBACA 5.1 Media Pembelajaran Membaca yang Digunakan (sesuai KD) 5.2 Alasan Pemilihan Media Pembelajaran yang Digunakan 5.2 Cara Penerapan Media Pembelajaran yang Digunakan BAB VI EVALUASI MEMBACA 6.1 Evaluasi Membaca yang Digunakan (sesuai KD) 6. 2 Alasan Pemilihan Evaluasi Membaca yang Digunakan 6.2 Cara Penerapan Evaluasi Membaca yang Digunakan BAB VII PENUTUP 7.1 Simpulan

4

BAB I ANALISIS SK, KD DAN INDIKATOR 1.1 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Aspek Membaca SMP/Mts : VII / 1 : Memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara

Kelas / Semester Standar Kompetensi membaca Kompetensi Dasar 3.1

Indikator Siswa dapat menemukan kata tertentu dalam kamus secara cepat Siswa dapat menemukan makna kata sulit dalam kamus secara tepat Siswa dapat menemukan makna kata tertentu dalam kamus melalui secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks kegiatan membaca memindai Siswa dapat menggunakan kata sulit yang ditemukan dalam5

Menemukan makna kata tertentu dalam kamus secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks yang diinginkan melalui kegiatan membaca memindai

kalimat 3.2 Menyimpulkan isi bacaan setelah membaca cepat 200 kata per menit

lain

agar

jelas

maknanya Siswa dapat menemukan ide pokok tiap paragraf atau bacaan Siswa dapat membaca dengan kecepatan 200 kata/menit Siswa dapat menyimpulkan isi bacaan setelah membaca 200 kata permenit Siswa mampu mengkritisi isi bacaan

3.3

Membacakan berbagai teks perangkat upacara dengan intonasi yang tepat

Siswa dapat membaca berbagai teks paragraf upacara dengan intonasi yang tepat

Kelas / semester Standar Kompetensi

: VII / 2 : Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai Indikator Siswa mampu membaca buku biografi dengan cara membaca intensif Siswa mampu menemukan halhal yang dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif

Kompetensi Dasar 11.1 Mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif

11.2 Menemukan gagasan utama dalam teks yang dibaca

Siswa mampu menemukan ciriciri gagasan utama Siswa mampu menemukan informasi berupa gagasan secara cepat dari teks yang

6

dibaca 11.3 Menemukan informasi secara cepat dari tabel/diagram yang dibaca Siswa dapat mengenali bagianbagian tabel Siswa dapat membaca tabel dengan cepat Siswa dapat menemukan informasi secara cepat dari tabel atau diagram yang dibaca

Kelas / semester Standar Kompetensi

: VIII / 1 : Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai, membaca cepat

Kompetensi Dasar 3.1 Menemukan informasi secara cepat dan tepat dari ensiklopedi/buku telepon dengan membaca memindai

Indikator Siswa

mampu

menemukan

subjek informasi secara cepat dengan membaca memindai Siswa mampu menemukan informasi secara cepat dan tepat dari buku telepon

3.2

Menemukan tempat atau arah dalam konteks yang sebenarnya sesuai dengan yang tertera pada denah

Siswa dapat membaca denah dan arah mata angin Siswa dapat memberikan penjelasan arah ke tempat yang dituju dari tempat yang paling7

dekat 3.3 Menyimpulkan isi suatu teks dengan membaca cepat 250 kata per-menit Siswa dapat menemukan arah dan tempat yang dituju Siswa dapat Membaca cepat 250 kata/menit Siswa dapat mengukur kecepatan membaca Siswa dapat menemukan ide pokok teks bacaan Siswa dapat menyimpulkan isi teks bacaan

Kelas / semester Standar Kompetensi

: VIII / 2 : Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca nyaring

Kompetensi Dasar 11.1 Menemukan

Indikator masalah utama dari Siswa mampu mendata masalah dari tipe-tipe berita Siswa dapat menentukan masalah utama dari tiap-tiap berita Siswa mampu menyimpulkan kesamaan masalah melalui kegiatan membandingkan beberapa berita yang bertopik sama

beberapa berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif

11.2 Menemukan informasi untuk bahan diskusi melalui membaca intensif

Siswa mampu mendata informasi yang problematik atau kontradiktif dari bacaan Siswa mampu merumuskan masalah dari data yang diperoleh

8

untuk bahan diskusi 11.3 Membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas Siswa dapat memberi tanda penjeda dalam teks berita Siswa dapat membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat Siswa dapat membacakan teks berita dengan artikulasi dan volume suara yang jelas serta ekspresi yang sesuai dengan konteks

Kelas / semester Standar Kompetensi

: IX / 1 : Memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca memindai

Kompetensi Dasar Indikator 3.1 Membedakan antara fakta dan opini Siswa dapat membaca intensif teks dalam teks iklan di surat kabar melalui kegiatan membaca intensif iklan di surat kabar Siswa dapat menemukan fakta dari teks iklan Siswa dapat menemukan opini dari teks iklan Membedakan fakta dan opini dari teks iklan yang dibaca 3.2 Menemukan dari indeks buku membaca memindai informasi yang Siswa mampu menemukan subjek informasi secara cepat dan tepat dari indeks buku Siswa mampu menemukan informasi secara cepat dan tepat9

diperlukan secara cepat dan tepat melalui kegiatan

dari indeks buku Siswa mampu menemukan kembali informasi itu dengan bahasa sendiri

Kelas / semester Standar Kompetensi

: IX / 2 : Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca cepat

Kompetensi Dasar Indikator 11.1 Menemukan gagasan dari beberapa Siswa mampu membaca beberapa artikel dan buku melalui kegiatan artikel dan buku melalui membaca ekstensif Siswa mampu menemukan gagasan dari artikel dan buku yang dibaca 11.2 Mengubah sajian grafik, tabel, atau bagan menjadi uraian melalui kegiatan membaca intensif Siswa mampu membaca informasi yang ada dalam grafik, tabel atau bagan Siswa mampu memahami isi infomasi dari suatu tabel dan grafik Siswa mampu mengubah grafik, tabel atau bagan menjadi uraian melalui kegiatan membaca intensif 11.3 Menyimpulkan gagasan utama suatu teks dengan membaca cepat 200 kata per menit

membaca ekstensif

Siswa mampu membaca cepat 200 kata per menit Siswa mampu menemukan gagasan utama dari teks yang dibaca Siswa mampu menyimpulkan gagasan utama dari teks yang dibaca

1.2

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Aspek Membaca

10

SMA/MA

Kelas / semester Standar Kompetensi

: X/1 : Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca

Kompetensi Dasar 3.1 Menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat (250 kata/menit)

Indikator Siswa dapat membaca cepat 250 kata/menit Siswa dapat Menemukan ide pokok paragraf dalam teks Siswa mampu mengkritisi ide pokok teks

3.2 Mengidentifikasi ide teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif

Siswa dapat mengidentifikasi ide pokok tiap paragraf Siswa dapat menemukan ide pokok tiap paragraf yang ditemukan Siswa dapat menyimpulkan ide pokok teks Siswa dapat membandingkan ide pokok teks I dan ide pokok teks II

Kelas/Semester Standar Kompetensi

:X/2 : Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai

Kompetensi Dasar Indikator 11.1 Merangkum seluruh isi informasi teks Siswa dapat menemukan pokok11

buku ke dalam beberapa kalimat dengan membaca memindai

pokok isi informasi teks buku Siswa dapat merangkum seluruh isi informasi (yang diperoleh dari halaman bab tertentu) ke dalam beberapa kalimat Siswa mampu mengkritisi pokok isi teks

11.2 Merangkum seluruh isi informasi dari suatu tabel dan atau grafik ke dalam beberapa kalimat dengan membaca memindai

Siswa dapat menemukan isi tabel/ grafik ke dalam beberapa kalimat Siswa dapat merangkum isi informasi dari suatu tabel/ grafik Siswa dapat membandingkan isi informasi dari tabel/grafik

Kelas/Semester Standar Kompetensi

: XI /1 : Memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca nyaring

Kompetensi Dasar 3.1 Menemukan induktif dan

perbedaan deduktif

Indikator paragraf Siswa mampu menemukan kalimat melalui utama pada setiap paragraf Siswa dapat menentukan paragraf induktif dan deduktif Siswa dapat mengidentifikasi ciri paragraf induktif dan deduktif Siswa dapat menemukan perbedaan antara induktif paragraf induktif dengan

kegiatan membaca intensif

12

3.2 Membacakan berita dengan intonasi, lafal, dan sikap membaca yang baik

Siswa dapat membacakan berita dengan intonasi, lafal, dan sikap membaca dengan baik

Kelas/Semester Standar Kompetensi

: XI / 2 : Memahami ragam wacana tulis dengan membaca cepat dan membaca intensif

Kompetensi Dasar Indikator 11.1 Mengungkapkan pokok-pokok isi teks Siswa dapat membaca cepat 300dengan membaca cepat 300 kata per menit

kata per menit Siswa dapat menemukan ide pokok Siswa dapat mengungkapkan pokok-pokok isi bacaan

11.2 Membedakan fakta dan opini editorial dengan membaca intensif

pada

Siswa dapat membedakan fakta dengan opini Siswa dapat menuliskan fakta dan opini penulis tajuk rencana atau editorial yang ditemukan Siswa dapat mengungkapkan isi tajuk rencana/editorial

Kelas / Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar3.1

: XII / 1 : Memahami artikel dan teks pidato Indikator Siswa dapat menemukan ide pokok tiap paragraf Siswa dapat menemukan masalah dalam artikel13

Menemukan ide pokok dan permasalahan dalam artikel

melalui

kegiatan

membaca intensif

Siswa dapat membahas ide pokok dan rangkuman isi artikel yang telah dibuat3.2 Membaca nyaring teks pidato dengan intonasi yang tepat

Siswa

dapat

membacakan

teks

pidato dengan intonasi yang tepat Siswa dapat membacakan teks pidato dengan ekspresi yang tepat

Kelas/Semester Standar Kompetensi

: XII / 2 : Memahami ragam wacana tulis melalui kegiatan membaca cepat dan membaca intensif

Kompetensi Dasar11.1 Menemukan ide pokok suatu teks dengan membaca cepat 300-350 kata per menit

Indikator Siswa dapat membaca cepat 300350 kata per menit Siswa dapat menemukan ide pokok

11.2

Menentukan kalimat kesimpulan (ide pokok) induksi, intensif dari berbagai pola paragraf deduksi dengan membaca

Siswa dapat menemukan paragraf yang berpola induktif Siswa dapat menemukan paragraf yang berpola deduktif Siswa dapat menuliskan kesimpulan dari berbagai paragraf.

I.

Standar Kompetensi I.1 Pengertian Standar Kompetensi Standar kompetensi dalam arti luas (Hartono 2007:123) adalah pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang

14

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang seharusnya dicapai setelah siswa menyelasaikan rumpun mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula. Disebutkan pula standar kompetensi dalam arti sempit merupakan kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki seorang siswa; atau kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran. SK dan KD dalam dokumen standar isi keberadaannya sangat penting, selain standar kompetensi lulusan (SKL) yang menjadi rujukan pelaksanaan ujian nasional. SK adalah sejumlah kompetensi minimal untuk setiap aspek/keterampilan berbahasa/bersastra yang wajib dimiliki siswa pada setiap akhir semester/kelas tertentu. Sementara itu, KD adalah sejumlah kompetensi minimal yang dijabarkan dari standar kompetensi tertentu. Sebagai kompetensi minimal, SK dan KD masih perlu ditambah, diperluas, dirinci, dan diperdalam untuk menuju kompetensi maksimal. Pencapaian sejumlah KD akan menentukan keberhasilan pencapaian SK. Pencapaian SK akan menentukan keberhasilan pencapaian SKL mata pelajaran. Sekali lagi, SK dan KD dalam standar isi (Permen 22/2006) terbuka untuk ditambah dan dijabarkan sehingga menjadi lebih lengkap, rinci, dan mendalam menuju kompetensi maksimal. Dalam rangka melengkapi, merinci, dan mendalami SK dan KD rambu-rambu yang perlu diperhatikan adalah acuan operasional penyusunan KTSP, di antaranya: tuntutan dunia kerja, kebutuhan pembangunan daerah dan nasional, dan keragaman potensi. Bila ingin menambah SK dan KD (baru), SK dan KD minimal dalam standar isi harus diselesaikan terlebih dahulu, kecuali SK dan KD itu prasyarat. SK dan KD setiap mata pelajaran idealnya dipahami guru di semua jenjang sekolah, terutama guru pada jenjang yang lebih tinggi. Sebagai contoh, guru BI SMP harus tahu SK dan KD BI untuk SD dan SMA/SMK, agar kegiatan dan pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa lebih tepat, yakni tidak terlalu mudah atau terlalu sulit. Bahkan, sangat baik bila guru (sekelompok guru) dengan suka rela mau15

membuat penjenjangan jabaran isi SK dan KD BI mulai dari SD sampai dengan SMA/SMK, terutama SMPSMA/SMK. Peluang tumpang tindih KD di SMP dan SMA/SMK lebih besar mengingat pada kedua jenjang sekolah itu, inti standar isi banyak yang bersinggungan. Apabila tidak dipahami dengan baik, tidak tertutup kemungkinan pembelajaran di SMP lebih mendalam dan lebih luas daripada di SMA/SMK. KD yang akan dikembangkan menjadi RPP harus dipahami secara benar, di mana posisi KD tersebut dalam empat keterampilan berbahasa/bersastra. Cara ini akan mencegah terjadinya salah arah dalam pembelajaran. Arah KD juga harus dipahami secara benar dan lurus agar tidak menimbulkan kesalahan fatal dalam penjabarannya menjadi RPP. Mengingat dokumen yang memuat SK dan KD itu mengalami perjalanan yang cukup panjang (mulai tahun 2000), petiklah SK dan KD dari dokumen yang terakhir (Lampiran Permen 22/2006). Bila menemukan SK dan KD dalam silabus atau RPP yang beredar di pasar, periksa secara cermat apakah SK dan KD yang diangkat dalam silabus dan RPP. I.2 Pemilihan Standar Kompetensi dan Alasannya Standar Kompetensi : memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai membaca teknik Standar kompetensi ini dipilih karena memenuhi syarat dalam pemilihan standar kompetensi yaitu memiliki kata kerja operasional. Selain itu, dirasa peserta didik belum begitu menguasai standar kompetensi tersebut sehingga dalam proses pemilihan standar kompetensi kami memilih standar kompetensi di atas untuk dijabarkan lebih lanjut. II. Kompetensi Dasar II.1Pengertian Kompetensi Dasar Kompetensi dasar (Hartono 2007: 123) merupakan uraian yang memadai atas kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi lisan16

(mendengarkan dan berbicara) dan tulis (membaca dan menulis) sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, serta mengapresiasi karya sastra. Kompetensi dasar ini dicapai melalui proses pemahiran yang dilatihkan dan dialami. Sumber lain menyebutkan kompetensi dasar ialah sekumpulan

kemampuan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik sebagai hasil pembelajaran. Sanjaya (2006: 27) merumuskan sebagai target pembelajaran yang harus dicapai. Sedangkan Susanto (2008: 25) kompetensi dasar adalah pernyataan tentang kompetensi. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Dalam kurikulum kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standart dalam pencapaian tujuan kurikulum. Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan dalam merencanakan strategi dan indikator keberhasilan. Ada beberapa aspek didalam kompetensi sebagai tujuan, antara lain: 1. Pengetahuan (knowlegde) yaitu kemampuan dalam bidang kognitif 2. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu 3. Kemahiran (skill)17

4. Nilai (value) yaitu norma-norma untuk melaksanakan secara praktik tentang tugas yang dibebankan kepadanya 5. Sikap (attitude) yaitu pandangan individu terhadap sesuatu 6. Minat (interest) yaitu kecenderungan individu untuk melakukan suatu perbuatan. Sesuai aspek diatas maka tampak bahwa kompetensi sebagai tujuan dalam kurikulum yang bersifat kompleks artinya kurikulum berdasarkan kompetensi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman kecakapan, nilai, sikap dan minat siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai tanggung jawab. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai dalam kompetensi ini bukanlah hanya sekedar pemahaman akan materi pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Juga merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi. Adapun penempatan komponen Kompetensi Dasar dalam silabus sangat penting, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh tuntutan target kompetensi yang harus dicapainya. II.2Pemilihan Kompetensi Dasar dan Alasannya Kompetensi Dasar : mengidentifikasi ide teks nonsastra dari berbagai

sumber melalui teknik membaca ekstensif Alasan kompetensi dasar ini dipilih adalah karena kompetensi dasar tersebut mempunyai beberapa aspek yang harus ada dalam kompetensi, yaitu sebagai berikut. a. Pengetahuan terdapat dalam KD di atas yaitu siswa dituntut untuk18

memiliki pengetahuan mengenai cara mengidentifikasi teks nonsatra melalui teknik membaca ekstensif. b. Pemahaman yaitu terdapat dalam KD di atas, sebelum siswa mampu mengidentifikasi teks nonsastra terlebih dahulu siswa harus memahami teknik membaca ekstensif. c. Keterampilan terdapat dalam KD di atas, hal tersebut dilihat dari tujuan dari KD tersebut dapat merangsang siswa untuk mengasah keterampilan (skill) yang dimiliki siswa. d. Nilai terdapat dalam KD tersebut, karena setelah mencapai tujuan dari KD tersebut akan tertanam dalam diri siswa nilai-nilai yang ada di dalam KD dan direalisasikan dalam bagian dari diri siswa. e. Sikap terdapat dalam KD di atas, karena setelah mencapai tujuan dari KD mengidentifikasi ide teks nonsastra melalui teknik membaca ekstensif, siswa akan lebih cekatan dalam bersikap dan tetap teliti. III. Indikator III.1Pengertian Indikator Indikator (Hartono 2007: 123) merupakan uraian kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Sumber lain menyebutkan indikator merupakan penanda ketercapaian KD atau tujuan pembelajaran. Indikator adalah tanda-tanda yang dapat digunakan untuk

menentukan/mengukur ketercapaian KD. Indikator berisi perilaku bawahan atau jabaran perilaku yang terdapat dalam KD. Indikator harus rinci, spesifik dan mudah diukur tingkat ketercapaiannya. Menurut Depag indikator adalah wujud dari kompetensi dasar yang lebih spesifik. Sedangkan menurut E Mulyasa indikator merupakan penjabaran dari19

kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik. Indicator juga dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan potensi daerah dan peserta didik dan juga dirumuskan dalam rapat kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat penilaian. Sedangkan menurut Darwin Syah indicator pembelajaran adalah karakteristik, ciri-ciri, tandatanda perbuatan atau respon yang dilakuakan oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kompetensi dasar tertentu. Jadi indikator adalah merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan juga dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu.Indikator dapat dijabarkan dan dirumuskan dengan baik bila guru menguasai secara mendalam perilaku utama yang terkandung dalam KD. Perilaku utama dalam KD bisa ditangkap dengan baik bila guru menguasai secara mendalam teori yang terkait dengan perilaku utama dalam KD tersebut. Berapa banyak jumlah indikator hasil jabaran dari suatu KD? Tidak ada ketentuan pasti. Ramburambunya relevan dengan kelas/jenjang sekolah dan kebutuhan siswa untuk menyelesaikan studi, melanjutkan studi, mempersiapkan diri memasuki dunia pekerjaan, dan belajar sepanjang hayat di tengah masyarakat. Indikator wajib ada dalam silabus, tetapi tidak wajib ada dalam RPP. Yang wajib ada dalam RPP adalah: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, alat/bahan/sumber belajar, dan penilaian.Apakah fungsi indikator? Indikator dapat memudahkan guru mengukur atau mengetahui ketercapaian KD. Oleh karena itu, indikator juga dapat dimanfaatkan sebagai (1) acuan dalam pengembangan instrumen asesmen, (2) acuan dalam pemilihan/pengembangan bahan ajar, (3) acuan dalam penentuan kegiatan/pengalaman pembelajaran, dan (4) acuan dalam penentuan alat/bahan/media/sumber belajar. Bagaimana hubungan indikator dengan

20

tujuan pembelajaran? Bila indikator sudah dijabarkan secara rinci, langsung bisa diangkat menjadi inti rumusan tujuan pembelajaran. Bila masih mungkin dirinci lagi, indikator dapat dijabarkan menjadi beberapa tujuan pembelajaran. Misalnya ditetapkan indikator: mampu memilih kosa kata-kosa kata yang tepat untuk menceritakan pengalaman mengesankan dapat diturunkan tujuan pembelajaran (khusus): (1) siswa dapat menjelaskan ciri-ciri kosa kata yang tepat untuk menceritakan pengalaman yang mengesankan, (2) siswa dapat memberikan 5 contoh kosa kata yang tepat untuk menceritakan pengalaman yang mengesankan, dan (3) siswa dapat menggunakan kosa kata yang tepat untuk menceritakan pengalaman yang mengesankan. Adapun dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan: 1. Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam Kompetensi Dasar 2. Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; dan 3. Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan atau daerah. Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: 1. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indicator 2. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik 3. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki

kompetensi.21

4. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan materi pembelajaran. 5. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai. 6. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik.

Karakter indikator itu sendiri, antara lain: a. Merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. b. Dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah. c. Rumusannya menggunakan kata kerja operasional yang terukur dan atau dapat diobservasi. d. Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. e. Berisi komponen ABCD ( Audience=siswa, behavior=perilaku, condition=kondisi, degree=peringkat/ ukuran) III.2Indikator Mampu menemukan ide pokok teks nonsastra 1 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif Mampu mengidentifikasi ide teks nonsastra 1 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif Mampu menemukan ide pokok teks nonsastra 2 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif22

Mampu mengidentifikasi ide teks nonsastra 2 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif

Mampu membandingkan ide teks nonsastra 1 dan ide teks nonsastra 2

Jabaran indikator di atas sudah memenuhi syarat atau sejumlah karakter indicator yang baik sesuai dengan karakteristik indikator (lihat 3.1) Daftar Pustaka

BSNP.2009. Panduan Penyusunan kutikulum Satuan pendidikan formal. Jakarta Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Indikator . Jakarta Hoetomo.2005.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya:Mitra Pelajar Yamin, Martinis.2009.Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.Jakarta: Gaung Persada Press. http://d-winur.blogspot.com/2009/05/pengertian-kd-indikator-materi.html

23

BAB II BAHAN AJAR IV. Pengertian Bahan Ajar Banyak sekali sumber yang menjelaskan mengenai pengertian bahan ajar, diantaranya adalah sebagai berikut. a. Depdiknas (2006) menyebutkan bahwa bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan,dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. b. Menurut Astra (2007) adalah media berisi materi pelajaran yang ditulis berdasarkan kurikulum yang berlaku keluasan dan kedalaman materi sudah disesuaikan dengan tuntutan kurikulum tersebut. Materi itu dapat diambil dari berbagai sumber, seperti buku teks, jurnal, dan artikel-artikel pada internet. Dipihak lain, buku teks ditulis berdasarkan sistematika keilmuan. c. Sudrajat (2007), bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar juga dapat diartikan sebagai segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (national center for vocational education research ltd/national center for24

competency based training). Selain kedua pengertian tersebut, Sudrajat juga mendefinisikan bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Depdiknas (2006:6) ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. a. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta. b. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. c. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuangbuang mempelajarinya. Berbagai bentuk bahan ajar dapat dikelompokkan sesuai dengan jenisnya yaitu: 1) bahan cetak, seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, dan wallchart; 2) bahan ajar yang berbentuk audio visual, seperti video/film dan VCD; 3) bahan ajar yang berbentuk audio, misalnya25

waktu

dan

tenaga

yang

tidak

perlu

untuk

radio, kaset, CD audio; 4) bentuk visual, seperti foto, gambar, model/maket; 5) multimedia, berupa CD interaktif, Computer Based, dan internet. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai (Reigeluth, 1987). Bahan ajar merupakan untuk informasi, perencanaan alat dan dan teks yang diperlukan guru/instruktur penelaahan implementasi

pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. (Akhmad Sudrajat) Bahan ajar adalah

sesuatu yang harus diolah dan harus disajikan oleh guru yang selanjutnya agar dipahami oleh murid, dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. 2.2 Prinsip Pemilihan Bahan Ajar

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: a. Prinsip Konsistensi, artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. b. Prinsip Relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.26

c. Prinsip Kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. 2.3 Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar

Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspekaspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). a. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya.27

b. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. c. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema. misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau caracara pembuatan bel listrik. e. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. f. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin. 2. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi. Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah satu jenis materi. Dengan jenis materi pembelajaran mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan jembatan keledai, jembatan ingatan (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah demonstrasi. Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang28

d. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut,

harus dikuasai siswa. Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran: 1. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, simbul atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya ya maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah fakta. Contoh: Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah, nama-nama organ tubuh manusia. 2. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya ya berarti materi yang harus diajarkan adalah konsep. Contoh : Seorang guru menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan mana yang berakar tunggang. 3. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu ? Bila ya maka materi yang harus diajarkan adalah prosedur. Contoh : Langkah-langkah mengatasi permasalahan dalam mewujudkan masyarakat demokrasi; langkah-langkah cara membuat magnit buatan; cara-cara membuat sabun mandi, cara membaca sanjak, cara mengoperasikan komputer, dsb. 4. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep ? Bila jawabannya ya, berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori prinsip.29

Contoh : Hubungan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan naik. Cara menghitung luas persegi panjang. Rumus luas persegi panjang adalah panjang dikalikan lebar. 5. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya Ya, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai. Contoh: Ali memilih mentaati rambu-rambu lalulintas meskpipun terlambat masuk sekolah setelah di sekolah diajarkan pentingnya mentaati peraturan lalulintas. 6. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya Ya, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik. Contoh: Dalam pelajaran lompat tinggi, siswa diharapkan mampu melompati mistar 125 centimeter. Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi. 3. Memilih sumber bahan ajar Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb. 2.5 Penentuan Cakupan Dan Urutan Bahan Ajar Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran.

30

A. Penentuan cakupan bahan ajar Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik, sebab nantinya jika sudah dibawa ke kelas maka masing-masing jenis materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda. Selain memperhatikan jenis materi pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. Sebagai contoh, proses fotosintesis dapat diajarkan di SD, SLTP dan SMU, juga di perguruan tinggi, namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang pendidikan tersebut akan berbedabeda. Semakin tinggi jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan aspek proses fotosintesis yang dipelajari dan semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari. Di SD dan SLTP aspek kimia disinggung sedikit tanpa menunjukkan reaksi kimianya. Di SMU reaksi-reaksi kimia mulai dipelajari, dan di perguruan tinggi reaksi kimia dari proses fotosintesis semakin diperdalam. Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Misalnya, jika suatu pelajaran dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada siswa di bidang jual beli, maka uraian materinya mencakup: (1) penguasaan atas konsep pembelian, penjualan, laba, dan rugi; (2) rumus menghitung laba dan rugi jika diketahui pembelian dan penjualan; dan (3) penerapan/aplikasi rumus menghitung laba dan rugi. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Misalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia: Salah satu kompetensi dasar yang diharapkan dimiliki siswa31

"Membuat Surat Dinas ". Setelah diidentifikasi, ternyata materi pembelajaran untuk mencapai kemampuan Membuat Surat Dinas tersebut termasuk jenis prosedur. Jika kita analisis, secara garis besar cakupan materi yang harus dipelajari siswa agar mampu membuat surat dinas meliputi: (1) Pembuatan draft atau konsep surat, (2) Pengetikan surat, (3) Pemberian nomor agenda dan (4) Pengiriman. Setiap jenis dari keempat materi tersebut masih dapat diperinci lebih lanjut. 1. Penentuan urutan bahan ajar Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.

Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis. 1.Pendekatan prosedural. Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkahlangkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video. 2.Pendekatan hierarkis Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)

32

Soal ceritera tentang perhitungan laba rugi dalam jual beli Agar siswa mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil), siswa terlebih dahulu harus mempelajari konsep/ pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar (penguasaan konsep). Setelah itu siswa perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba, dan rugi (penguasaan dalil). Selanjutnya siswa menerapkan dalil atau prinsip jual beli (penguasaan penerapan dalil). Contoh lain tentang urutan operasi bilangan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2: Contoh Urutan Materi pembelajaran Secara Hierarkis Kompetensi dasar 1. Mengoperasi kan bilangan 1.2. Urutan Materi 1.1.

Penjumlah an Pengurang an

1.3. 1.4.

Perkalian Pembagian

Buku ajar bukan buku teks. Perbedaan buku teks dan buku ajar tidak hanya terletak pada format, tata letak dan perwajahannya, tetapi juga pada orientasi dan pendekatan yang digunakan dalam penyusunannya. Buku teks biasanya ditulis dengan orientasi berdasarkan struktur dan urutan berdasarkan bidang ilmu (content oriented). Sangat jarang buku teks dipergunakan untuk belajar secara mandiri karena memang tidak dirancang untuk itu. Dengan demikian, penggunaan buku teks memerlukan instruktur yang berfungsi sebagai penterjemah yang menyampaikan isi buku tersebut kepada peserta didik. 2.6 Sumber Bahan Ajar Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, siswa ditugasi untuk mencari koran, majalah, hasil penelitian, dsb. Hal ini sesuai dengan prinsip33

pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini: 1. Buku teks Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai sumber bahan ajar untuk suatu jenis matapelajaran tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas. 2. Laporan hasil penelitian Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir. 3. Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah) Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya. 4. Pakar bidang studi Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar. Pakar tadi dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb. 5. Profesional Kalangan profesional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan. Sehubungan dengan itu bahan ajar yang berkenaan dengan eknomi dan keuangan dapat ditanyakan pada orangorang yang bekerja di perbankan. 6. Buku kurikulum Buku kurikulm penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat

34

ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokokpokok materi. Gurulah yang harus menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci. 7. Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan. Penerbitan berkala seperti Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran. Penyajian dalam koran-koran atau mingguan menggunakan bahasa popular yang mudah dipahami. Karena itu baik sekali apa bila penerbitan tersebut digunakan sebagai sumber bahan ajar. 8. Internet Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita dapat memperoleh segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi. 9. Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi. 10. Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi) Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan seni budaya, teknik, industri, dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai sumber bahan ajar. Untuk mempelajari abrasi atau penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang misalnya kita dapat menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagau sumber. Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber abahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan.35

Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain.

2.7 Memilih Dan Memanfaatkan Alat Bantu/Media/Sumber Belajar Kelancaran dan efektivitas pembelajaran antara lain didukung oleh kehadiran alat bantu/media/sumber belajar yang tersedia. Ketersediaan alat bantu/media/sumber belajar memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik, lebih intensif, dan lebih banyak potensi yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu, alat bantu/media/sumber belajar perlu dihadirkan dengan tepat. Lebih lanjut, alat bantu/media/sumber belajar perlu dimanfaatkan secara sinergis untuk mengoptimalkan pembelajaran. Sekalipun saat ini telah banyak media/sumber belajar yang canggih, alat bantu mengajar (papan tulis, penghapus, kapur/spidol) tetap diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Memang, media pembelajaran (OHP, LCD, dan sejenisnya) semakin memudahkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Akan tetapi media itu juga bukan segalanya. Penciptaan kondisi yang dapat mendorong siswa banyak membaca, berpikir, dan menulis tetap lebih utama. Sumber belajar adalah tempat asal-usulnya bahan ajar diperoleh (misalnya buku kumpulan puisi/cerpen, dan sejenisnya) atau tempat yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar (misalnya alam sekitar dan manusia sumber). Ketersediaan buku kumpulan cerpen/puisi mengondisikan siswa dapat membaca karya sastra untuk memulai proses apresiasi. Pada kesempatan yang lain, untuk menulis wacana deskripsi, misalnya, siswa dapat diajak mengamati objek di sekitar kelas atau sekolah. Objek di sekitar kelas atau sekolah itu merupakan sumber belajar, yakni memungkinkan terjadi proses belajar menulis wacana deskripsi. Melalui kegiatan mengamati objek, siswa dapat berproses memunculkan gagasan untuk dituangkan dalam kalimat dan paragraf.

36

Pemilihan alat bantu/media/sumber belajar harus benar-benar didasarkan atas pertimbangan fungsi dan bukan sekedar untuk memenuhi gengsi. Artinya, penghadiran alat bantu/media/sumber belajar harus benar-benar untuk dimanfaatkan secara optimal dalam rangka membantu siswa untuk belajar dengan sebaik-baiknya. Penghadiran sumber belajar yang berupa film, misalnya, bukan sekedar untuk dinikmati begitu saja, tetapi lebih dari itu, film dimanfaatkan untuk belajar melakukan apresiasi film atau bahkan siswa mungkin dapat belajar bagaimana seorang sutradara bekerja dengan baik untuk menghasilkan film yang baik. Alat bantu/media/sumber belajar yang diperlukan harus ditulis secara rinci dan jelas misalnya untuk sumber belajar yang berupa buku perlu dicantumkan judul buku, pengarang, penerbit dan nomor halamanagar pihak lain yang membutuhkan dapat melacak dan menemukan dengan mudah. Informasi yang jelas mengenai alat bantu/media/sumber belajar yang digunakan dalam RPP juga menunjukkan bahwa pembuat RPP sangat bertanggung jawab

V.

Bahan Ajar yang Digunakan dan Alasannya a. Bahan ajar 1 TSUNAMI VIVAnews Selain gempa, Indonesia juga diancam bencana tsunami. Trauma

bencana tsunami Aceh tahun 2004 yang menewaskan lebih dari 100 ribu orang, masih jadi trauma. Ahli tsunami Institut Teknologi Bandung (ITB) Hamzah Latief menceritakan, sebelum bencana Aceh terjadi, sangat sulit untuk menjelaskan soal tsunami pada masyarakat. Padahal seperti halnya kerusakan lingkungan dan perang, bencana bisa menghapus sebuah peradaban. Menurut Hamzah, tsunami di Indonesia terjadi hampir tiap tahun sekali. Ini diperoleh dari rekam data bencana tsunami tahun 1600 hingga tahun 2000. Namun saat itu yang meninggal ratusan sampai ribuan, masyarakat tidak aware. Tapi saat bencana Aceh terjadi, baru semua orang peduli, kata dia dalam diskusi37

bertajuk Kepemimpinan dalam Pengelolaan Bencana. Mencari Formulasi untuk Indonesia di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Kamis 24 Juni 2010. Menurut Hamzah Latief, ada beberapa tanda-tanda tsunami yang bisa dibaca sebelum tsunami makan korban. Ini, kata dia, tanda-tanda yang didapatkan dari penelitian dan berdasarkan pengamatan saksi mata. Ada ground shaking atau getaran, penurunan muka air laut, tsunami bore [dinding muka air laut], bau garam kuat karena interaksi dengan atmosfer, kata dia. Soal tsunami bore, Hamzah menjelaskan, untuk daerah landai yang sedimennya tergerus tsunami maka dinding air tersebut akan berwarna hitam atau kelabu, sedangkan untuk daerah berkarang maka dinding itu berwarna putih yang dipenuhi oleh busa air laut. Tak hanya itu, tanda-tanda tsunami juga bisa diketahui dari suara abnormal yang terdengar. Maksudnya? Kalau wilayahnya landai suaranya mirip helikopter atau drum, sementara dari wilayah tebing terdengar seperti bom, jelas dia. Salah satu contohnya di Pangandaran 2006 lalu. Penduduk di Pangandaran kota mendengar suara seperti drum, ke timur, di wilayah tebing yang terdengar seperti bom, tambah dia. Salah satu tsunami dahsyat yang pernah dialami Indonesia adalah yang dipicu meletusnya Gunung Krakatau 1883. Saat itu, gelombang 35 meter menerjang. 30 ribu orang tewas saat itu. Itu di tahun 1883, apalagi saat ini, kata Hamzah. Yang patut disayangkan, kata dia, Indonesia tidak memiliki data-data yang lengkap karena sibuk dalam perang kemerdekaan. Baru sekitar 1970-1980-an data-data mulai dikumpulkan. Padahal, data-data tersebut sangat penting untuk membuat peta hazard kegempaan (seismic hazard) peta rekahan patahan pasca gempa bumi yang bisa jadi petunjuk untuk memperkirakan potensi gempa bumi yang akan datang. Diungkapkan Hamzah, simulasi tsunami juga dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh dampak tsunami yang kemungkinan terjadi. Misalnya, Cilacap, Jawa Tengah, di sana ada infrastruktur yang kritis buat kita. Jika ada tsunami di sana, sesuai simulasi, kita zoom lebih dalam lagi [kilang] Pertamina terendam. Simulasinya dashsyat sekali pergelakannya, kata Hamzah.

38

Demikian juga di Indonesia timur, begitu dahsyat potensi tsunami bahkan bisa menyatukan Laut banda. Juga Bali, bayangkan bisa terendam sekitar 2,5 meter, tambah dia.

b. Bahan ajar 2 ISRAEL-GAZA Konflik Israel-Gaza 2008-2009 merujuk pada konflik yang berlangsung antara Israel dan Hamas, yang terjadi setelah kadaluarsanya gencatan senjata selama 6 bulan. Israel melancarkan serangan udara, disebut Operation Cast Lead (bahasa Ibrani: , Mivtza Oferet Yetzukah), terhadap Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan roket dari Gaza dan Hamas. Partai-partai berkuasa di Israel menjadikan perang sebagai propaganda menjelang pemilu parlemen Israel pada 10 Februari 2009. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan surat kabar Haaretz menunjukkan masyarakat Israel berada di belakang operasi itu. Bahkan, di samping 52 persen yang mendukung serangan udara, ada 19 persen yang mengharapkan serangan darat. Dari semua ini, ada 25 persen yang menganjurkan gencatan senjata secepatnya. Perkembangan ini menyelamatkan popularitas koalisi Partai Kadima (Menteri Luar Negeri Tzipi Livni) dan Partai Buruh (Menteri Pertahanan Ehud Barak), yang melorot ketika menghadapi Benjamin Netanyahu yang ultranasionalis. Dalam perang kali ini faksi yang bergabung adalah Hamas, Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina dan Jihad Islam Palestina serta Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina menyatakan yang bertanggung jawab atas tiga atau lima roket yang dilepaskan dari Libanon menghantam tiga lokasi berbeda di wilayah Galilea Israel utara. Tembakan roket dari luar Palestina itu mencederai dua orang. Israel membalas dengan menembakkan 6 mortir ke arah Libanon. Belum diketahui apakah terdapat korban jiwa dari serangan balasan Israel tersebut akan tetapi Pemerintahan Hamas berjanji akan memberikan uang pengganti kepada para korban serta berdampak traumatik pada masyarakat sipil.39

Pada 17 Januari 2009, Israel secara sepihak menyatakan gencatan senjata dalam konflik tersebut. Dua hari kemudian Hamas turut menyatakan gencatan senjata setelah Israel mengumumkan akan menarik pasukannya dari Jalur Gaza dalam waktu 1 minggu.

Alasan pemilihan bahan ajar di atas adalah sebagai berikut. a. Bahan ajar di atas sudah sesuai dengan KD, indikator, tujuan dan aspek yang harus dikuasai oleh siswa karena bahan ajar di atas yang berupa teks nonsastra (artikel) sudah sesuai dengan KD. b. Benar ditinjau dari sisi kelimuwan, dilihat dari isi artikel di atas sudah mencakup peristiwa yang benar-benar terjadi dan tercatat dalam sejarah. c. Bahan ajar di atas sudah memenuhi criteria kelogisan, sistematis dan berkesinambungan karena peristiwa yang disajikan dalam article masuk akal, penyusunan penyajian peristiwa runtut dan saling berkesinambungan (berkenaan dengan bencana). d. Mendorong pengembangan berpikir kritis, bahan ajar di atas sudah memenuhinya karena setelah siswa membaca artikel tersebut siswa pasti memiliki sudut pandang dan argument yang berbeda untuk menanggapi peristiwa yang terdapat dalam artikel. e. Reliable ( sesuai kondisi psikologis, latar belakang dan penguasaan bahas siswa ) sudah memenuhi syarat pemilihan bahan ajar karena bahasa yang digunakan adalam artikel mampu diserap oleh siswa kelas X SMA. f. Paedagogis dan estetis g. Menarik minat siswa, bahan ajar tersebut cukup menarik minat siswa karena walaupun peristiwa yang disajikan dalam artikel sudah lama namun masih lekat dalam ingatan karena termasuk peristiwa besar dalam sejarah.

40

h. Ada dalam batas kemampuan siswa, bahan ajar di atas tidak mlebihi batas kemampuan siswa karena dalam perkembangannya untuk siswa kelas X SMA sudah mempunyai pengalaman dari berbagai sumber mengenai peristiwa di atas baik melalui media cetak maupun elektronik.

Daftar Pustaka

BSNP.2009. Panduan Penyusunan kutikulum Satuan pendidikan formal. Jakarta Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Indikator . Jakarta Hartono. 2010. Telaah kurikum. Semarang: bandunga Haryadi. 2006. Retorika Membaca: Model, Metode, dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia. Haryadi. 2010. Pembelajaran Intensif dan Ekstensif. Mahoni Hoetomo.2005.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya:Mitra Pelajar Yamin, Martinis.2009.Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.Jakarta: Gaung Persada Press.

41

BAB III STRATEGI PEMBELAJARAN VI. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar kepada siswa. Strategi pembelajaran terdiri dari teknik (prosedur) dan metode yang akan membawa siswa pada pencapaian tujuan. Jadi, strategi lebih luas daripada metode dan teknik. Strategi pembelajaran secara umum adalah cara atau kerangka berpikir

konseptual yang direncanakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Strategi pembelajaran inovatif yang sesuai dengan misi KBK dan KTSP memiliki ciri:(1) menekankan pada pemecahan masalah, (2) sesuai dengan konteks pembelajaran, (3)mengarahkan siswa menjadi pembelajar mandiri, (4) mengaitkan pembelajaran dengan konteks kehidupan siswa yang nyata, (5) mendorong terciptanya masyarakat belajar, (6) menerapkan penilaian otentik, dan (7) menyenangkan. Dalam membaca, pembaca dituntut dapat menggunakan kedua dasar yang telah dimiliki dan dikuasai secara benar dan tepat agar dapat membaca secara efektif dan efisien. Untuk keperluan itu, pembaca harus mempunyai kiat membaca. Kiat yang dimaksud bagaimana pembaca memilih dan menggunakan model, metode, dan teknik membaca secara tepat dan benar. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar kepada siswa. Strategi pembelajaran terdiri dari teknik (prosedur) dan metode yang akan42

membawa siswa pada pencapaian tujuan. Jadi, strategi lebih luas daripada metode dan teknik. Ada dua kutub pendekatan yang bertolak belakang, yaitu ekspositori dan discovery. Kedua pendekatan tersebut bermuara dari teori Ausubel yang menggunakan penalaran deduktif (ekspositori) dan teori Bruner yang menggunakan penalaran induktif (discovery). Kedua pendekatan tersebut merupakan suatu kontinum. Dari titik-titik yang terdapat sepanjang garis kontinum itu, terdapat metode-metode pembelajaran dari metode yang berpusat pada guru (ekspositori), seperti ceramah, tanya jawab, demonstrasi, sampai dengan metode yang berpusat pada siswa (discovery/inquiry), seperti eksperimen. Berbagai Jenis Strategi Pembelajaran Strategi deduktif

Dimulai dari penampilan prinsip-prinsip yang diketahui ke prinsip-prinsip yang belum diketahui. Strategi induktif Pembelajaran dimulai dari prinsip-prinsip yang belum diketahui ke prinsip-prinsip yang sudah diketahui. Strategi ekspositori langsung Merupakan strategi yang berpusat pada guru. Guru menyampaikan informasi terstruktur dan memonitor pemahaman belajar, serta memberikan balikan. Strategi belajar tuntas Suatu strategi yang memberi kesempatan belajar secara individual sampai pebelajar menuntaskan pelajaran sesuai irama belajar masing-masing. Ceramah dan demonstrasi pada demonstrasi sering kali guru menunjukkan Dua strategi yang pada hakikatnya sama, yaitu guru menyampaikan fakta dan prinsip-prinsip, namun (mendemonstrasikan) suatu proses. Strategi Pembelajaran bahasa Tulis-Lisan43

Pengajaran keterampilan berbahasa tulis-lisan adalah pembelajaran yang berfokus pada keterampilan berbahasa tulis. Artinya, pembelajaran ini dapat dimulai dari keterampilan membaca dilanjutkan dengan berbicara dan menyimak atau dimulai dari menulis ke berbicara dan menyimak. Metode Pembelajaran Kebahasaan Metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran a. Metode Ceramah Metode ceramah merupakan salah satu cara yang digunakan guru untuk memberikan informasi terkait dengan materi yang diajarkannya. Guru berfungsi sebagai pemindah informasi, sedangkan siswa sebagai penerima informasi.

Kelebihan metode ceramah : Cepat digunakan untuk memberikan informasi Guru dapat mengontrol keadaan kelas Informasi yang disampaikan banyak dalam waktu yang singkat Digunakan dengan audien yang banyak Sulit mengerti bahwa siswa sebenarnya sudah mengerti atau belum tentang materi yang relah disampaikan Sifatnya satu arah Tidak dapat memenuhi kebutuhan siswa secara individual

Kelemahan metode ceramah : -

b. Metode Pengorganisasian Isi Pembelajaran

44

Adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu. Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengorganisasian isi pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi pengorganisasian pada tingkat mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk mengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep atau prosedur atau prinsip. Sedangkan strategi makro mengacu pada metode untuk mengorganisasi isis pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip. Strategi makro lebih banyak berurusan dengan bagaimana memilih, menata ururtan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang paling berkaitan. Penataan ururtan isi mengacku pada keputusan tentang bagaimana cara menata atau menentukan ururtan konsep, prosedur atau prinsip-prinsip hingga tampak keterkaitannya dan menjadi mudah dipahami.

c. Metode Diskusi Diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Diskusi digunakan untuk memecahkan masalah tentang suatu topik berdasarkan bukti-bukti yang ada. Penerapan metode diskusi dalam pembelajaran terdiri atas dua tahap, yaitu tahap persiapan dan pelaksanaan Kelebihan metode diskusi : Bersifat multi arah45

-

Guru dapat menilai reaksi, penguasaan, konsep dari masing-masing siswa Membangkitkan kreatifitas siswa Apabila mahasiswa/siswa tidak aktif, diskusi akan cepat selesai Jika ada siswa yang introfen, diskusi menjadi pasif Tidak tepat digunakan untuk siswa yang tidak mempunyai konsep tentang materi yang akan didiskusikan

Kelemahan metode diskusi :

d. Metode Simulasi Simulasi adalah metode pelatihan yang meragakan sesuatu di bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya (Alwi dkk. 2002:1068). Metode ini merupakan suatu permainan yang mengharuskan siswa memegang peranan tertentu seolah-olah betul-betul terlibat dalam situasi yang sesungguhnya. Kelebihan metode simulasi : Melatih ketrampilan siswa Mengembangkan kreatifitas siswa sifatnya yang hanya meniru, maka hasilnya belum sepenuhnya dapat menyelesaikan masalah yang akan terjadi pada situasi sebenarnya e. Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah peragaan atau petunjuk tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu (Alwi 2002:250). Metode ini merupakan metode dengan menunjukan atau memperlihatkan suatu proses sehingga siswa dapat melihat, mengamati, mendengarkan, meraba-raba, dan merasakan proses yang didemonstrasikan.

Kelemahan metode simulasi :

46

f. Metode Diskoveri-Inkuiri Diskoveri adalah proses mental dari individu untuk mengasimilasikan konsep dan prinsip-prinsip atau suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang agar siswa dapat menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya. Inkuiri merupakan perluasan dari diskoveri yang memerlukan proses mental yang lebih tinggi, misalnya merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, merumuskan problematika, dan menarik simpulan. g. Metode Tanya-Jawab Dalam menggunakan metode mengajar, tidak hanya guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah, melainkan mencakup pertanyaanpertanyaan dan penyumbangan ide-ide dari pihak siswa. Cara pengajaran yang seperti ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah metode tanya-jawab dan metode diskusi. Perbedaan pokok diantara metode tanya-jawab dengan metode diskusi terletak pada: Corak pertanyaan yang diajukan guru. Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa

h. Metode Karyawisata Dengan metode karyawisata, guru mengajak siswa ke suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah. Berbeda dengan darmawisata, di sini para siswa sekedar pergi ke suatu tempat untuk rekreasi. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya.47

Teknik pembelajaran Kebahasaan Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Jadi Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. a. Teknik diskusi Teknik diskusi melatih siswa : Merumuskan masalah; Menetapkan tema; Menyampaikan pendapat dengan tanggung jawab; Menghargai pendapat orang lain; Menarik kesimpulan; Menyusun laporan diskusi guru menyiapkan kartu-kartu masalah untuk setiap kelompok; guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan menetapkan ketua, moderator, dan penulis; guru memberi petunjuk cara berdiskusi; murid membaca kartu masalah; guru membimbing murid berdiskusi memecahkan masalah; murid mengakhiri diskusi dengan menulis jawaban masalah; laporan setiap kelompok; guru membimbing siswa menyimpulkan jawaban penegasan, dan penguatan. b. Teknik inkuiri Teknik inkuiri siswa diberi kesempatan untuk meneliti suatu masalah

Langkah-langkah pembelajaran :

48

sehingga dapat menemukan cara pemecahannya. Tujuan penggunaan : mengembangkan percaya diri; mendorong siswa berpikir dan bekerja menurut inisiatifnya; mengembangkan bakat dan kecakapan hidup; memberi kesempatan belajar mandiri; mendorong murid memperoleh informasi. menyusun rencana kegiatan; menentukan sasaran dan target kegiatan; berkomunikasi dengan orang lain; mencari sumber informasi guru memberi contoh sebuah teks wawancara; guru mengarahkan kegiatan siswa dan menjelaskan sopan santun berwawancara; murid merencanakan wawancara : menetapkan topik dan nara sumber; murid menyusun pertanyaan (pedoman) untuk wawancara; guru mengundang nara sumber atau menyuruh siswa mendatangi nara sumber; murid berbagi tugas dalam kelompoknya : pewawancara, penulis, dan pengamat; murid menyusun laporan hasil wawancara.

Teknik inkuiri melatih siswa :

Langkah-langkah pembelajaran (siswa melakukan wawancara) :

c. Teknik tanya-jawab49

Dalam menggunakan teknik mengajar, tidak hanya guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan trknik ceramah, melainkan mencakup pertanyaanpertanyaan dan penyumbangan ide-ide dari pihak siswa. Perbedaan pokok diantara teknik tanya-jawab dengan teknik diskusi terletak pada: 1. Corak pertanyaan yang diajukan guru. 2. Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa. Pada hakekatnya teknik tanya jawab berusaha menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan, dalam hal lain guru juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran siswa. Melalui mteknik tanya-jawab guru ingin mencari jawaban yang tepat dan factual. Sebaliknya dengan teknik diskusi, guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak berbeda sifatnya. Di sini guru merangsang siswa untuk menggunakan fakta-fakta yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban. Teknik tanya-jawab digunakan dengan maksud : a. Melanjutkan (meninjau) pelajaran yang lalu b. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa c. Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa. Kelebihan : a. Kelas lebih aktif karena siswa tidak sekedar mendengarkan saja b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh para siswa c. Guru dapat mengetahui sampai di mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan. Kelemahannya :

50

a. Dengan tanya jawab kadang-kadang pernbicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalarn mengajukan pertanyaan, siswa rnenyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalarn hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru. b. Mernbutuhkan waktu lebih banyak. d. Teknik karya wisata Dengan tekknik karyawisata, guru mengajak siswa ke suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah. Berbeda dengan darmawisata, di sini para siswa sekedar pergi ke suatu tempat untuk rekreasi. teknik karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya . Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu.

Langkah-langkah pelaksanaan : Persiapan:

Merencanakan tujuan karyawisata. Untuk menetapkan tujuan ini ditunjuk suatu panitia dibawah bimbingan guru, untuk mengadakan survei ke obyek yang dituju. Dalam kunjungan pendahuluan ini sudah harus diperoleh data tentang objek antara lain tentang lokasi, aspek-aspek yang dipelajari, jalan yang ditempuh, penginapan, makan dan biaya transportasi, bila objek yang dituju jauh. Perencanaan : Hasil kunjungan pendahuluan (survei) dibicarakan bersama dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi: tujuan karyawisata, pembagian objek sesuai dengan tujuan,jenis51

objek sesuai dengan tujuan, jenis objek serta jumlah siswa. Dibentuk panitia secara lengkap, termasuk ketua tiap kelompok/seksi. Menentukan metode mengumpulkan data, mungkin berwujud wawancara, pengamatan langsung, dokumentasi. Penyusunan berlangsung. telah acara Kepada selama para sehingga karyawisata siswa harus

ditanamkan disiplin dalam mentaati jadwal yang direncanakan pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan rencana. Mengurus perizinan. Menentukan biaya, penginapan, konsumsi serta peralatan yang diperlukan. Pelaksanaan:

Siswa melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam rencana kunjungan, sedangkan guru mengawasi, membimbing, bila perlu menegur sekiranya ada siswa yang kurang mentaati tata tertib sesuai acara.

Pembuatan laporan:

Hasil yang diperoleh dan kegiatan karyawisata ditulis dalam bentuk laporan yang formatnya telah disepakati bersama. Model Pembelajaran Kebahasaan Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan

52

suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran membaca adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran. Model pembelajaran mengandung pendekatan, model (khusus dalam pembelajaran membaca), metode, teknik yang intinya akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran: 1. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. 3. Tingkah laku mengajar yang diperhatikan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. 5. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 6. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. 7. Tingkah laku mengajar yang diperhatikan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 8. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. 9. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 10. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.

53

11. Tingkah laku mengajar yang diperhatikan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 12. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Kriteria model pembelajaran: 1. Sahih (valid), aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoretik yang kuat dan apakah terdapat konsistensi internal. 2. Praktik, aspek kepraktisan hanya dapat terpenuhi jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembagkan dapat diterapakan.efektif, berkaitan dengan efektivitas. 3. Sahih (valid), aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoretik yang kuat dan apakah terdapat konsistensi internal. 4. Praktik, aspek kepraktisan hanya dapat terpenuhi jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembagkan dapat diterapakan.efektif, berkaitan dengan efektivitas. 5. Sahih (valid), aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoretik yang kuat dan apakah terdapat konsistensi internal. 6. Praktik, aspek kepraktisan hanya dapat terpenuhi jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembagkan dapat diterapakan.efektif, berkaitan dengan efektivitas.

54

Model pembelajaran membaca adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran. Model pembelajaran mengandung pendekatan, model (khusus dalam pembelajaran membaca), metode, teknik yang intinya akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Model Pembelajaran Langsung Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model tersebut didasari anggapan bahwa pada umumnya pengetahuan dibagi dua, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Deklaratif berarti pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Dalam model langsung, terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Hal itu disebut fase persiapan dan motivasi. Fase berikutnya adalah fase demontrasi, pembimbingan, pengecekan, dan pelatihan lanjutan. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok, ada unsure-unsur dasar dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembagian kelompok yang asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaraan kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendididk mengelola kelas dengan lebih efektif( lie 2002:27). Untuk mencapai hasil yang maksimal lima unsure pembelajaran kooperatif harus digunakan, antara lain (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangn, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, (5) evaluasi proses kolompok. a. PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Integratif, Komunikatif, Efektif, dan Menyenangkan) 1. Pembelajaran Aktif Pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru tidak mendominasi dan55

tidak menjadi penyampai materi dengan ceramah, tetapi lebih berperan sebagai motivator, fasilitator, pendamping, dan pembimbing bagi siswa. 2. Pembelajaran Integratif Integratif berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan membaca dan berbicara. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Sedangkan antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya; antarabahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya. Pembelajaran Komunikatif Pembelajaran yang bertujuan mengembangkan kompetensi komunikatif pada empat aspek keterampilan berbahasa, mencakup menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling ketergantungan. 3. Pembelajaran Efektif Untuk mengemas pembelajaran secara efektif, banyak strategi yang dapat dilakukan oleh guru, diantaranya adalah (1) strategi pelibatan belajar secara langsung, (2) strategi mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap (PKS) secara aktif, (3) strategi menjadikan kegiatan belajar tidak terlupakan (Silberman 2004) 4. Pembelajaran Menyenangkan Guru perlu menciptakan strategi pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai permainan dan petualangan yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Upaya menciptakan suasana gembira dalam kelas juga dapat dilakukan dengan menghubungkan materi dengan aktifitas sehari-hari yang menyenangkan

56

VII.

Strategi Pembelajaran yang Digunakan Strategi yang digunakan dalam KD ini adalah strategi PAIKEM. Alasannya, Strategi PAIKEM merupakan ruh pembelajaran inovatif, yakni strategi pembelajaran yang memiliki karakter: aktif, integratif, komunikatif, efektif, dan menyenangkan. Metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca, yaitu metode ceramah, diskusi, sumbang saran, simulasi, demonstrasi, dan diskoveri-inkuiri. Metode Diskoveri-inkuiri. Diskoveri adalah proses mental dari individu untuk mengasimilasikan konsep dan prinsip-prinsip atau suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang agar siswa dapat menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya. Inkuiri merupakan perluasan dari diskoveri yang memerlukan proses mental yang lebih tinggi, misalnya merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, merumuskan problematika, dan menarik simpulan. Dalam pembelajaran, diskoveri-inkuiri merupakan salah satu metode yang menitikberatkan studi individu , manipulasi objek, dan eksperimen yang dilaksanakan siswa untuk mengambil simpulan dan menyadari suatu konsep. Pelaksanaan metode deskoveri-inkuiri dalam pembelajaran membaca adalah: 1. sebelum pembelajaran, siswa dan guru menyepakati pokok bahasa pembelajaran, 2. guru melontarkan permasalahan yang akan dicari, 3. siswa membaca teks bacaan yang relevan dengan permasalahan yang dipecahkan, 4. siswa berdiskusi memecahkan permasalah yang dilontarka olegh guru, 5. siswa menghasilkan cara memecahkan masalah, 6. siswa menulis hasil pemecahan masalah, 7. siswa melaporkan hasilnya di depan kelas, 8. siswa membahas laporan dari temannya, 9. siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran,57

10. siswa dan guru merefleksi pelaksanaan pembelajaran, 11. siswa dan guru menyepakati tugas yang dikerjakan di rumah. Model Membaca Atas-Bawah (MMAB) atau top down Pada model membaca ini, kognitif dan bahasa berperan utama dalam mengusai penyusunan makna dari materi tercetak. Informasi grafis hanya bersifat sampingan. Menurut ahli MMAB bahwa pembaca yang baik akan langsung memecahkan lambing-lambang tercetak tanpa melalui ujaran. Dalam hal ini otak mempunyai fungsi primer dan mata (bacaan) mempunyai fungsi sekunder. Sehingga mata hanya mempunyai sedikit fungsi sehingga gambar tidak cukup untuk memahami isi wacana.informasi visual dan nonvisual yang berperan penting dalam memahami isi bacaan karena mempunyai hubungan timbal balik. Proses membaca pada model ini adalah: a. Otak pembaca mengendalikan mata untuk melihat gambar-gambar grafis seperlunya sesuai yang diperlukan. b. Rangsangan yang telah didapat dihantarkan oleh mata ke otak c. Ransanan yang diterima otak ditafsirkan dengan VIII. Strategi dalam Skenario Pembelajaran a. Pendahuluan Pada tahap ini guru memberikan pancingan siswa menuju pada pembelajaran yang akan dibahas, yaitu : Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan tugas yang diberikan mengenai berbagai teks nonsastra Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai siswa Guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran58

pemhaman

dengan

kompetensi

kognitif dan bahasanya.

Guru menyampaikan pokok-pokok materi

b. Kegiatan Inti Eksplorasi Guru memilih teks nonsastra yang akan dibaca Guru memberi contoh cara mengidentifikasi isi teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif Elaborasi Siswa membaca teks nonsastra 1 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif dengan menggunakan metode P2R Siswa mengidentifikasi ide teks nonsastra 1 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif Siswa membaca teks nonsastra 2 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif dengan menggunakan metode P2R Siswa mengidentifikasi ide teks nonsastra 2 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif Siswa membandingkan ide teks nonsastra 1 dan teks nonsastra 2

Konfirmasi Guru membimbing siswa untuk membahas hasil mengidentifikasi ide teks nonsastra 1 dan teks nonsastra 2 Guru bersama siswa membandingkan ide teks nonsastra 1 dan ide teks nonsastra 2 Guru mengevaluasi hasil identifikasi dan perbandingan siswa mengenai ide teks nonsastra 1 dan 259

c. Penutup Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan Guru bersama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil kerja siswa Guru memberikan penguatan kepada siswa mengenai mengidentifikasi ide teks nonsastra Guru melakukan penilaian dan penugasan kepada siswa

60

Daftar Pustaka

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja. Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1982). Konsep CBSA dan Berbagai Strategi Belajar Mengajar. Program Akta VB Modul 11. Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .(1984). Strategi Belajar Mengajar suatu Pengantar. Jakarta: PPLPTK. Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran

(http://smacepiring.wordpress.com/

61

BAB IV RETORIKA MEMBACA

A. Pengertian Retorika Retorika adalah kiat berbahasa yang didasarkan atas pengetahuan yang tersusun baik dan kemahiran yang telah dimiliki untuk mencapai tujuan tertentu. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk didalam retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis). Dalam kegiatan membaca, pembaca memerlukan dasar pengetahuan yang tersusun baik dan kemahiran yang telah dikuasai. Agar dapat membaca secara efektif dan efisien, seorang pembaca harus dapat menggunakan dasar pengetahuan yang telah tersusun dengan baik dan dasar kemahiran yang telah dimiliki dengan benar dan tepat. Pembaca dapat menggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca mempunyai kiat dalam membaca. Kiat yang dimaksud adalah bagaimana pembaca memilih dan menggunakan model membaca, metode membaca, dan teknik membaca sesuai dengan kebutuhan. Retorika adalah kiat berbahasa yang didasarkan atas pengetahuan yang tersusun baik dan kemahiran yang telah dimiliki untuk mencapai tujuan tertentu. Berbahasa merupakan kegiatan penggunaan bahasa untuk berkomunikasi. Penggunaan bahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca, dna menulis. Menurut Tarigan (1990:1), keempatnya disebut keterampilan berbahasa (language skill atau language arts). Berdasarkan pendapat tersebut, penggunaan keempat keterampilan tersebut memerlukan keterampilan tertentu. Supaya pemakaian bahasa dapat dilakukan secara efektif dan efisien, retorika tidak hanya diperlukan oleh pembicara dan penulis, namun dibutuhkan

62

juga oleh penyimak dan pembaca. Dalam membaca, pembaca dituntut mempunyai kiat atau seni membaca agar dapat mencapai tujuan yang diinginkannya. Apabila tujuan menulis adalah menyampaikan gagasan atau informasi, tujuan membaca adalah menerima gagasan atau informasi. Informasi disampaikan oleh penulis dengan kiat agar gagasan dapat diterima oleh pembaca. Pembaca dalam menerima informasi yang disampaikan penulis perlu kiat juga supaya ia dapat menerima informasi sesuai apa yang ditulis oleh penulis. Untuk itu, cakupan retorika perlu diperluas lagi yang tidak mencakup kiat berbicara dan menulis, tetapi juga kiat menyimak dan membaca. Membaca merupakan salah satu cakupan retorika. Seperti hanya pada cakupan yang lain (berbicara dan menulis), membaca memerlukan dasar pengetahuan yang tersusun baik yang telah dimiliki dan kemahiran yang telah dikuasai. Dalam membaca, pembaca dituntut dapat menggunakan kedua dasar yang telah dimiliki dan dikuasai secara benar dan tepat agar dapat membaca secara efektif dan efisien. Untuk keperluan itu, pembaca harus mempunyai kiat membaca. Kiat yang dimaksud bagaimana pembaca memilih dan menggunakan model, metode, dan teknik membaca secara tepat dan benar. B. Model Membaca Tujuan utama membaca adalah mendapatkan informasi. Untuk mencapai tujuan itu, pembaca perlu memakai sistem atau cara kerja dalam membaca. Sistem kerja yang dipakai mencakup cara kerja fisik dan psikis. Gabungan kedua cara kerja tersebut merupakan proses dalam membaca karena membaca dimulai dari proses visual dan diakhiri proses psikis. Sistem kerja, baik fisik maupun psikis, dalam memahami atau