makalah kelompok 2 kelas c

37
HADITS TENTANG GADAI Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits Ekonomi dan Perbankan 2 Dosen Pengampu: Khoirur Rojiin, Lc, M. Pd. I Disusun Oleh : Kelompok 2 1. Ahmad Muslih (141257210) 2. Adi Erdian Saputra (141256810) 3. Ajeng Fitriani (141257710)

Upload: khoirul-rojiin

Post on 21-Jan-2017

161 views

Category:

Data & Analytics


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah kelompok 2 kelas c

HADITS TENTANG GADAI

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits

Ekonomi dan Perbankan 2

Dosen Pengampu: Khoirur Rojiin, Lc, M. Pd. I

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Ahmad Muslih (141257210)

2. Adi Erdian Saputra (141256810)

3. Ajeng Fitriani (141257710)

Kelas C

JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM PROGRAM STUDI S1

PERBANKAN SYARI’AH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

JURAI SIWO METRO TAHUN 2015/2016

Page 2: Makalah kelompok 2 kelas c

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan Rahmat, Inayah,

Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah

ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini

dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi

pembaca dalam proses belajar Hadis Ekonomi.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Hadis Ekonomi dan

Perbankan 2 pada program studi S1 Perbankan Syariah di STAIN Jurai Siwo

Metro. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk

maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Metro, 9 Oktober 2016

Penulis,

ii

Page 3: Makalah kelompok 2 kelas c

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................... 2

C. Tujuan................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hadits Tentang Gadai.......................................................... 3

B. Pengertian Gadai................................................................. 4

C. Hukum Gadai...................................................................... 5

D. Rukun Gadai........................................................................ 8

E. Syarat Gadai........................................................................ 9

F. Memanfaatan Barang Gadai................................................ 11

G. Penyelesaian Gadai............................................................. 17

H. Perbedaan Gadai Syariah dengan Gadai Konvensional...... 18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................... 20

B. Saran .................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: Makalah kelompok 2 kelas c

iv

Page 5: Makalah kelompok 2 kelas c

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Realitas yang dihadapi oleh umat manusia dalam menjalani kehidupannya

tidak selamanya sesuai denan keinginannya. Ada sebagian orang yang dapat

memenuhi kehidupannya dengan mudah. Tidak sedikit orang yang sangat sulit

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara tunai, dan harus meminjam atau

berhutang kepada orang lain.

Syari’at Islam memerintahkan umatnya agar saling tolong-menolong

dalam segala hal, salah satunya dapat dilakukan dengan cara pemberian atau

pinjaman. Dalam bentuk pinjaman hukum Islam menjaga kepentingan kreditur

atau orang yang memberikan pinjaman agar jangan sampai ia dirugikan. Oleh

sebab itu, pihak kreditur diperbolehkan meminta barang kepada debitur sebagai

jaminan atas pinjaman yang telah diberikan kepadanya.

Gadai-menggadai sudah merupakan kebiasaan sejak zaman dahulu kala

dan sudah dikenal dalam adat kebiasaan. Gadai sendiri telah ada sejak zaman

Rasulullah Saw. dan Rasulullah sendiri pun telah mempraktikkannya. Tidak

hanya ketika zaman Rasulullah saja, tetapi gadai juga masih berlaku hingga

sekarang. Terbukti dengan banyaknya lembaga-lembaga yang menaungi masalah

dalam gadai itu sendiri, seperti Pegadaian dan sekarang muncul pula Pegadaian

Syariáh.

Di dalam Islam, pegadaian itu tidak dilarang, namun harus sesuai dengan

syariát islam, seperti tidak memungut bunga dalam praktik yang dijalankan.

Selanjutnya dalam makalah ini akan dijelaskan gadai menurut pandangan islam,

yang meliputi pengertian gadai yang ditinjau menurut syariah islam, landasan

hukum gadai, rukun dan syarat gadai, memanfaatkan barang yang sedang

1

Page 6: Makalah kelompok 2 kelas c

digadaikan, implementasi gadai dalam perbankan, riba dalam gadai, serta

penyelesaian gadai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah pengertian gadai?

2. Bagaimanakah hukum gadai dalam islam?

3. Bagaimanakah rukun gadai?

4. Bagaimanakah syarat gadai?

5. Bagaimanakah perbedaan pegadaian syariah dengan pegadaian

konvensional?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian gadai?

2. Mengetahui hukum gadai dalam islam?

3. Mengetahui rukun gadai?

4. Mengetahui syarat gadai?

5. Mengetahui perbedaan pegadaian syariah dengan pegadaian

konvensional?

2

Page 7: Makalah kelompok 2 kelas c

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadits Tentang Gadai

بى – �ن الن ة� – رضى الله عنها – أ ع�ن ع�ائش�ى ط�ع�اما من – صلى الله عليه وسلم �ر� اشت

�ه درعا من ح�ديد ه�ن �ج�ل ، و�ر� �ى أ �هودى إل يArtinya: “Dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi

wa Sallam pernah membeli bahan makanan dari seorang Yahudi dengan tempo

dan beliau menggadaikan baju perang dari besi”.1

ه�ن� �ق�33د ر� �س – رضى الله عنه – ق33ال : ل �ن ع�ن أ�33ه بى – ص33لى الل33ه علي33ه وس33لم – درع33ا ل الن33ه �هل عيرا أل �خ�ذ� منه ش33� �هودى ، و�أ �ة عند� ي بالم�دينArtinya: “Anas Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Sesungguhnya Nabi Shalallahu

‘Alaihi wa Sallam pernah menggadaikan baju besinya di Madinah kepada orang

Yahudi, sementara Beliau mengambil gandum dari orang tersebut untuk

memenuhi kebutuhan keluarga Beliau.”2

Penjelasan hadits: Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam zuhud dalam

kehidupan dunia dan menyedikitkan bagian darinya. Seperti biasanya, beliau tidak

1 ? (HR Bukhari II/729 (no.1962) dalam kitab Al-Buyu’, dan Muslim III/1226 (no. 1603) dalam kitab Al-Musaqat).2 ? (HR. Bukhari II/729 (no. 1963) dalam kitab Al-Buyu’).

3

Page 8: Makalah kelompok 2 kelas c

membiarkan ada sesuatu yang disimpan untuk makanan beliau dan keluarga

beliau untuk beberapa hari. Sehingga ada kalanya beliau terpaksa terpaksa harus

membeli (berhutang) bahan makanan dari seorang Yahudi berupa gandum dan

beliau menggadaikan barang yang sebenarnya beliau perlukan dalam jihad fi

sabilillah dan meninggikan kalimat-Nya, yaitu baju besi yang beliau kenakan

dalam peperangan, untuk melindungi diri dari senjata musuh.3

B. Pengertian gadai

Dalam istilah bahasa Arab gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga

dinamai dengan al-habsu. Secara etimologis (artinya kata) rahn berarti “tetap atau

lestari”, sedangkan “al-habsu” berarti “penahanan”.4 Definisinya mnurut syariah

adalah menjadikan harta sebagai jaminan hutang hingga hutang itu dilunasi, atau

yang diambilkan dari nilai barang jaminan jika pembayaran hutang tidak terlunasi,

yaitu yang diambilkan barang jaminan orang yang hutang.5 Rahn atau gadai

adalah akad untuk menjadikan baran sebagai jaminan utang yang bisa digunakan

untuk membayarnya ketika jatuh tempo.6

Sehingga dapat disimpulkan gadai adalah menjadikan suatu barang itu

berharga sebagai tanggungan hutang berdasarkan perjanjian atau akad antara

orang yang memiliki hutang dengan pihak yang memberi hutang.

Sedangkan, dalam dalam dunia perbankan syari`ah biasa disebut dengan

agunan dan jaminan. Agunan adalah jamianan tambahan, baik berupa benda

bergerak menerima maupun tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik agunan

kepada Bank Syari`ah/UUS, guna menjamin pelunasan kewajiban nasabah

3 ? Abdullah bin Abdurrahman Alu basam, Syarah Hadits Pilihan, (Bekasi: Darul Falah, 2011), hlm. 7614 ? H. Chairuman Pasaribu Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2004) hlm. 139 5 ? Abdullah bin Abdurrahman Alu basam, op.cit hlm. 7606 ? Andi Ali Akbar, Prinsip-prinsip Dasar Transaksi Syariah, (Banyuwangi: Yayasan PP. Darussalam Blokagung, 2014) hlm. 59

4

Page 9: Makalah kelompok 2 kelas c

penerima fasilitas.dari ketentuan pasal 1 angka 26 tersebut terdapat dua

istilah,yaitu”agunan dan jaminan”.7

C. Hukum Gadai

Para ulama sepakat bahwa rahn dibolehkan, tetapi tidak diwajibkan sebab

gadai hanya jaminan saja jika kedua pihak tidak saling mempercayai.8 Rahn atau

gadai hukumnya sah, yaitu menjaminkan barang yang dapat dijual sebagai

jaminan utang, kelak akan dibayar darinya jika si penghutang tidak mampu

membayar utangnya karena kesulitan. Karena itu tidak boleh menggadaikan

barang wakaf dan ummul walad (budak perempuan yang punya anak dari

tuannya).9

Landasan Hukum diperbolehkannya gadai di antaranya adalah:

1. Al-Quran

Ayat al-qur`an yang dapat dijadikan dasar hukum dalam gadai

adalah firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 283 :

�اتبا ف�ره�ان �جدوا ك �م ت ف�ر و�ل �ى س� و�إن كنتم ع�ل�عضا ف�ليؤ�دمقبوض�ة �عضكم ب �من� ب ف�إن أ

ه ب ه� ر� ق الل �ت �ه و�لي �ت �م�ان ذي اؤتمن� أ و�ال�اله�اد�ة� �كتموا الش ه آثم ق�لبه ت �كتمه�ا ف�إن و�م�ن ي

�عم�لون� ع�ليم ه بم�ا ت و�الل

7 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama) hlm. 299.8 ? Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: UGM press) hlm. 1709 ? Zainudin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fanani, Terjemahan Fathul Mu’in, (Bandung: Penerbit Sinar Baru Agrosindo, 2013) hlm. 838

5

Page 10: Makalah kelompok 2 kelas c

Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara

tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada

barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika

sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang

dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia

bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)

menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya,

maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

2. Al-Hadits

Hadits Rasul saw yang diriwayatkan oleh Muslim dari Aisyah ra :

ه سول الل ى ر� �ر� �ت اشت ة� ق�ال ع�ن ع�ائش��هودي ط�ع�اما م� من ي ل �يه و�س� ه ع�ل ص�لى الل

�ه درعا من ح�دي ه�ن .و�ر�

Artinya : “Dari Aisyah berkata : Rasulullah saw membeli makanan dari

seorang Yahudi  dan menggadaikannya dengan besi”.

�ى ى إل ه م�ش� �ن ه ع�نه أ ضي� الل �س ر� �ن ع�ن أعير م� بخبز ش� ل �يه و�س� ه ع�ل بي ص�لى الل النه بي ص�لى الل ه�ن� الن �ق�د ر� نخ�ة و�ل �ة س� و�إه�ال

6

Page 11: Makalah kelompok 2 kelas c

�هودي �ة عند� ي �ه بالم�دين م� درعا ل ل �يه و�س� ع�ل�هله عيرا أل �خ�ذ� منه ش� و�أ

Artinya : “Dari Anas ra bahwasanya ia berjalan menuju Nabi Saw dengan

roti dari gandum dan sungguh Rasulullah Saw telah menaguhkan baju besi

kepada seorang Yahudi di Madinah ketika beliau mengutangkan gandum dari

seorang Yahudi”.

: ق�ال� ة� رضي الله عنه ق�ال� ير� �بي هر� ع�ن أ�لظهر ه صلى الله عليه وسلم ) ا �لل سول ا ر�

�ن �ب �ان� م�رهونا, و�ل �ف�ق�ته إذ�ا ك �ب بن يرك�ان� م�رهونا, و�ع�ل�ى �ف�ق�ته إذ�ا ك ب بن �لدريشر� ا

ف�ق�ة ( �لن ب ا �شر� �ب و�ي �رك ذي ي �ل �لبخ�اري ا و�اه ا ر�Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda : Apabila ada

ternak digadaikan, maka punggungnya boleh dinaiki oleh orang yang

menerima gadai, karena ia telah mengeluarkan biaya. Apabila ternak itu

digadaikan, maka air susunya yang deras boleh diminum oleh orang yang

menerima gadai, karena ia telah mengeluarkan biaya. Kepada orang yang

naik atau minum, maka ia harus mengeluarkan biaya perawatannya4.” (HR.

Bukhari)

: ق�ال� ة� رضي الله عنه ق�ال� ير� �بي هر� ع�ن أ: ) ال� م� ل �يه و�س� ه ع�ل �لل ه -ص�لى ا �لل سول ا ر�

7

Page 12: Makalah kelompok 2 kelas c

�ه �ه, ل ه�ن ذي ر� �ل هن من ص�احبه ا �لر �ق ا �غل ي�يه غرمه ( غنمه, و�ع�ل

Artinya : “Dari Abu Hurairah Radliyallaahu’anhu bahwa Rasulullah SAW

bersabda Barang gadaian tidak menutup pemilik yang menggadaikannya,

keuntungan untuknya dan kerugiannya menjadi tanggungannya.”10

3. Ijma’

Ijma ulama atas hukum mubah(boleh) dalam perjanjian gadai. Hal

ini menjadikan adanya khilafah pada beberapa ulama, diantaranya

madzhab Dhahiri, Mujahid, Al Dhahak, hanya memperbolehkan gadai

pada saat berpergian saja, berujuk pada surat Al Baqoroh ayat 283.

Sedangkan jumhur ulama memperbolehkan dalam bepergian atau dimana

saja berdasar hadits nabi yang melakukan transaksi gadai di Madinah.

Sehingga dapat disimpulkan perjanjian gadai diperbolehkan di dalam

islam berdasarkan Al qur’an surat Al Baqoroh ayat 283, hadits nabi

Muhammad saw, dan ijma ulama.

D. Rukun Gadai

Rukun-rukun gadai yang harus dipenuhi ada empat, yaitu:

1. ‘Aqidani

‘Aqidani maksudnya adalah orang yang melakukan akad. ‘Aqidani

terdiri dari rahin (orang yang menggadaikan) dan murtahin (orang yang

menerima gadai)10 ? Riwayat Daruquthni dan Hakim dengan perawi-perawi yang dapat dipercaya. Namun yang terpelihara bagi Abu Dawud dan lainnya hadits itu mursal

8

Page 13: Makalah kelompok 2 kelas c

2. Marhun Bih

Marhun bih adalah hutang.

3. Marhun

Marhun adalah barang yang digadaikan

4. Shighat

Sihghat adalah ijab dan qabul dari pelaku akad.11 Dalam hal ijab

qabul ini, dapat dilakukan dalam bentuk tertulis maupun lisan, asalkan saja

di dalamnya terkandung maksud adanya perjanjian gadai di antara para

pihak.12

E. Syarat-syarat Gadai

Dalam rahn atau gadai, disyaratkan beberapa syarat berikut :

1. Persyaratan aqid

Kedua orang yang akan akad harus memenuhi kriteria al-ahliyah. Menurut

ulama Syafi’iyah ahliyah adalah orang telah sah untuk jual-beli, yakni berakal

dan mumayyiz, tetapi tidak disyaratkan harus baligh.

Menurut ulama selain hanafiyah, ahliyah dalam rahn seperti pengertian

jual-beli. Rahn tidak boleh dilakukan oleh orang yang mabuk, gila, bodoh,

ataau anak kecil yang belum baligh.

2. Syarat shighat

Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa shighat dalam rahn tidak boleh

memakai syarat atau dikaitkan dengan sesuatu. Ada pun menurut ulama selain

Hanafiyah, syarat dalam rahn ada yang sahih dan yang rusak. Uraiannya adalah

sebagai berkut :

a. Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa syarat dalm rahn ada tiga :

1) Syarat sahih, seperti mensyaratkan agar murtahin cepat membayar

sehingga jaminan tidak disita.

11 ? Andi Ali Akbar, op., cit., hlm. 59-6012 ? H. Chairuman Pasaribu Suhrawardi K. Lubis, op., cit., hlm. 142

9

Page 14: Makalah kelompok 2 kelas c

2) Mensyaratkan sesuatu yang tidak bermanfaat, seperti mensyaratkan

agar hewan yang dijadikan jaminanya diberi makan tertentu, syarat

seperti itu batal tetapi akadnya sah

3) Syarat yang merusak akad, seperti mensyaratkan sesuatu yang akan

merugikan murtahin

b. Ulama Malikiyah berpendapat bahwa syarat rahn terbagi menjadi dua

yaitu :

1) Rahn sahih

2) Rahn fasid adalah rahn didalamnya mengandung persyaratan yang

tidak sesuai dengan kebutuhan atau dipalingkan pada sesuatu yang

haram, seperti mensyaratkan barang harus berada di bawah

tanggung jawab rahin.

c. Ulama Hanabilah berpendapat seperti pendapat ulama Malikiyah diatas,

yakni rahn terbagi menjadi dua, sahih dan fasid, rahn sahih adalah rahn

yang mengandung unsur kemaslahatan dan sesua dengan kebutuhan.

3. Syarat Marhun Bih (hutang)

Marhun bin adalah hak yang diberikan ketika rahn, Ulama

Hanafiyah memberikan beberapa syarat yaitu :

a. Marhun bih hendaklah barang wajib diserahkan

b. Marhun bih memungkinkan dapat dibayar

c. Hak atas marhun bih harus jelas

Ulama Hanabilah dan Syafi’iyah memberikan tiga syarat marhun

bih :

a. Berupa utang yang tetap dan dapat dimanfaatkan.

b. Utang harus lazim pada waktu akad.

c. Utang harus jelas dan diketahui oleh rahin dan murtahin.

4. Syarat marhun (barang gadai)

10

Page 15: Makalah kelompok 2 kelas c

Marhun adalah barang yang dijadikan jaminan oleh rahin. Para

ulama fiqh sepakat mesyaratkan marhun sebagai persyaratan barang dalam

jual beli, sehinggga barang tersebut dapat dijual untuk memenuhi hak

murtahin.13 Ulama Hanafiyah mensyaratkan marhun antara lain :

a. Dapat diperjualbelikan

b. Bermanfaatkan

c. Jelas

d. Milik rahin

e. Bisa diserahkan

f. Tidak bersatu dengan harta lain

g. Dipegang (dikuasai) oleh rahin

h. Harta yang tetap atau dapat dipindahkan

F. Memanfaatkan Barang yang Digadaikan

Dalam memanfaatkan barang yang digadaikan, para ulama berbeda

pendapat. Jumhur Fuqaha berpendapat bahwa murtahin tidak boleh mengambil

manfaat barang-barang gadai tersebut, sekalipun rahin mengizinkannya, karena

hal ini termasuk kepada utang yang dapat menarik manfaat, sehingga bila

dimanfaatkan termasuk riba. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi SAW:

عن علي قال:قال رسول الله- صلى الله عليه وسلم – كل قرض جر منفعة فهو ربا.

رواه الحارث ابن اسامةDari Ali, ia mengatakan bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “Setiap hutang

(Pinjaman) yang menghasilkan manfaat adalah riba.” (Hadis riwayat Harits bin

Abu Usamah).14

13 ? Rachmat Syafe’i. Fiqih muamalah, ( Bandung : Pusaka Setia 2001) hal 162-16414 ? Ibnu Hajar Al-atsqalani, Bulughul Maram, (Beirut: Dar El-Fiker, 1994, No.879) hal.149

11

Page 16: Makalah kelompok 2 kelas c

Akan tetapi ada beberapa pendapat Ulama tentang boleh tidaknya

memanfaatkan barang gadai, yaitu :

1. Pendapat Syafi’iyah

Menurut ulama Syafi’iyah yang mempunyai hak atas manfaat

barang gadai (marhun) adalah rahin, walaupun marhun itu berada di bawah

kekuasaan murtahin. Hal ini berdasarkan hadis Rasululllah saw. berikut ini:

a. ة� رضي الله عنه ير� �بي هر� : ق�ال�ع�ن أ ق�ال�: ) ال� م� ل �يه و�س� ه ع�ل �لل ه -ص�لى ا �لل سول ا ر��ه �ه, ل ه�ن ذي ر� �ل هن من ص�احبه ا �لر �ق ا �غل ي

�يه غرمه غنمه, و�ع�لDari Abi Hurairah bahwa Nabi saw Bersabda: “Gadai itu tidak menutup

yang punya dari manfaat  barang itu, faedahnya kepunyaan dia, dan dia

wajib mempertanggung jawabkan segalanya”. (HR. Al-Hakim dan

Daruqutny).

b. Dari Umar bahwasannya Rasulullah Saw Bersabda:“Hewan sesorang

tidak boleh diperah tanpa seizin pemiliknya.”(HR. Bukhary).15

Berdasarkan hadis di atas, menurut ulama Syafi’iyah bahwa barang

gadai (marhun) hanya sebagai jaminan atau kepercayaan atas penerima

gadai (murtahin), sedangkan kepemilikan tetap ada pada rahin.16 Dengan

demikian, manfaat atau dari hasil barang yang digadaikan adalah milik

rahin. Pengurangan terhadap nilai atau harga dari barang gadai tidak

diperbolehkan kecuali atas izin pemilik barang gadai.

15 ? Ibid.,16 ? Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Anshary al-Qurtuby, Al-Jami Li Ahkam al-Qur’an jilid 3 ( Dar Ihya al-Tratsi al-Araby, 1985) hal.412.

12

Page 17: Makalah kelompok 2 kelas c

2. Pendapat Malikiyah

Murtahin dapat memanfaatkan barang gadai atas izin pemilik

barang dengan beberapa syarat, yaitu :

a. Hutang disebabkan jual beli, bukan karena menghutangkan.

b. Pihak murtahin mensyaratkan bahwa manfaat dari marhun untuknya.

c. Jangka waktu mengambil manfaat yang telah disyaratkan harus

ditentukan, apabila tidak ditentukan batas waktunya, maka menjadi

batal.

Pendapat Malikiyah ini berdasar kepada hadis Nabi Muhammad saw.

yaitu:

سول الله ص�لى ة� ق�ال� ر� ير� �بي هر� عن أ�ف�ق�ته إذ�ا �ب بن م� الظهر يرك ل �يه و�س� ه ع�ل الل

�ان� �ف�ق�ته إذ�ا ك ب بن �ن الدر يشر� �ب �ان� م�رهونا, و�ل كف�ق�ة ب الن �شر� �ب و�ي �رك ذي ي م�رهونا, و�ع�ل�ى ال“Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan

menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat

diperah susunya dengan menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan

kendaraan dan memerah susu wajib menyediakan biaya perawatan dan

pemeliharaan”.

3. Pendapat Hanabilah

Ulama Hanabilah membagi marhun menjadi dua katagori yaitu

hewan dan bukan hewan. Apabila barang gadai berupa hewan maka boleh

mengambil manfaatnya. Tetapi apabila barang gadai berupa rumah, sawah

kebun dan sebagainya maka tidak boleh mengambil manfaatnya.

13

Page 18: Makalah kelompok 2 kelas c

Adapun yang menjadi landasan adalah:

Kebolehan murtahin mengambil manfaat dari barang gadai yang dapat

ditunggangi adalah hadis Rasulullah saw. :

سول الله ص�لى ة� ق�ال� ر� ير� �بي هر� عن أ�ف�ق�ته إذ�ا �ب بن م� الظهر يرك ل �يه و�س� ه ع�ل الل

�ان� �ف�ق�ته إذ�ا ك ب بن �ن الدر يشر� �ب �ان� م�رهونا, و�ل كف�ق�ة ب الن �شر� �ب و�ي �رك ذي ي م�رهونا, و�ع�ل�ى ال

“Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan

menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat

diperah susunya dengan menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan

kendaraan dan memerah susu wajib menyediakan biaya perawatan dan

pemeliharaan”.

Boleh murtahin memanfaatkan barang gadai atas sizin pihak rahin

dan nilai manfaatnya harus disesuaikan dengan biaya yang telah

dikeluarkan untuk marhun didasarkan atas hadis diatas.

4. Pendapat Hanafiyah

Menurut ulama Hanafiyah, tidak ada perbedaan antara

pemanfaatan barang gadai yang mengakibatkan kurangnya harga atau

tidak, alasannya adalah hadis Nabi saw.

ه سول الل ة� ق�ال� ر� ير� �بي هر� عن أ�ب م� الظهر يرك ل �يه و�س� ه ع�ل ص�لى الل

14

Page 19: Makalah kelompok 2 kelas c

ب �ن الدر يشر� �ب �ان� م�رهونا, و�ل �ف�ق�ته إذ�ا ك بن�ب �رك ذي ي �ان� م�رهونا, و�ع�ل�ى ال �ف�ق�ته إذ�ا ك بن

ف�ق�ة ب الن �شر� و�ي

“Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan

menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat diperah

susunya dengan menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan

kendaraan dan memerah susu wajib menyediakan biaya perawatan dan

pemeliharaan”.

Menurut ulama Hanafiyah, sesuai dengan fungsi dari barang gadai

sebagai barang jaminan dan kepercayaan bagi penerima gadai, maka barang

gadai dikuasai oleh penerima gadai.Apabila barang tersebut tidak

dimanfaatkan oleh penerima gadai, maka berarti menghilangkan manfaat

barang tersebut, padahal barang tersebut memerlukan biaya untuk

pemeliharaan. Hal tersebut dapat mendatangkan mudharat bagi kedua belah

pihak, terutama bagi pemberi gadai.

Dari keempat pendapat di atas pada dasarnya memanfaatkan

barang gadai  tidak diperbolehkan karena tindakan memanfaatkan barang

gadai tak ubahnya qiradh dan setiap qiradh yang mengalir manfaat adalah

riba, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi SAW:

عن علي قال:قال رسول الله- صلى الله عليه وسلم – كل قرض جر منفعة فهو

ربا. رواه الحارث ابن اسامة

15

Page 20: Makalah kelompok 2 kelas c

Dari Ali, ia mengatakan bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:

“Setiap hutang (Pinjaman) yang menghasilkan manfaat adalah riba.”

Hadis riwayat Harits bin Abu Usamah.

Akan tetapi jika barang yang digadaikan itu berupa hewan ternak

yang bisa diambil susunya atau ditunggangi dan pemilik barang gadai

memberi izin untuk memanfaatkan barang tersebut maka penerima gadai

boleh memanfaatkannya sebagai imbalan atas beban biaya pemeliharaan

hewan yang dijadikan marhun tersebut.

Sedangkan menurut Imam Ahmad, Ishak, Al-Laits dan Al-Hasan

berpendapat bahwa jika barang gadaiaan berupa kendaraan yang dapat

dipergunakan atau binatang ternak yang dapat diambil susunya, maka

penerima gadai dapat mengambil manfaat dari kedua benda gadai tersebut

disesuaikan dengan biaya pemeliharaan yang dikeluarkannya selama

kendaraan atau binatang ternak itu ada padanya.

Rasulullah Saw. Bersabda:

�ن �ب �ان� م�رهونا, و�ل �ف�ق�ته إذ�ا ك �ب بن الظهر يرك�ان� م�رهونا, و�ع�ل�ى �ف�ق�ته إذ�ا ك ب بن الدر يشر�

ف�ق�ة ب الن �شر� �ب و�ي �رك ذي ي ال“Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan

menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat

diperah susunya dengan menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan

kendaraan dan memerah susu wajib menyediakan biaya perawatan dan

pemeliharaan”.17

17 ? Ibnu Hajar Al-atsqalani, Bulughul Maram, (Beirut: Dar El-Fiker, 1994, Nomor.879) hal.149

16

Page 21: Makalah kelompok 2 kelas c

Pengambilan manfaat pada benda-benda gadai diatas ditekankan kepada

biaya atau tenaga untuk pemeliharaan sehingga bagi yang memegang barang-

barang gadai seperti di atas punya kewajiban tambahan. Pemegang barang gadai

berkewajiban memberikan makanan bila barang gadaian itu adalah hewan. Harus

memberikan bensin bila pemegang barang gadaian berupa kendaraan. Jadi, yang

diperbolehkan disini adalah adanya upaya pemeliharaan terhadap barang gadaian

yang ada pada dirinya.

G. Penyelesaian Gadai

Untuk menjaga supaya tidak ada pihak yang dirugikan, dalam gadai tidak

boleh diadakan syarat-syarat, misalkan ketika akad gadai diucapkan, “Apabila

rahin (penggadai) tidak mampu melunasi hutangnya hingga waktu yang telah

ditentukan, maka Marhun (barang yang digadaikan) menjadi milik murtahin

(orang yang menerima gadai) sebagai pembayaran utang”, sebab ada

kemungkinan pada waktu pembayaran yang telah ditentukan untuk membayar

utang harga marhun akan lebih kecil daripada utang rahin yang harus dibayar,

yang mengakibatkan ruginya pihak murtahin. Sebaliknya ada kemungkinan juga

harga marhun pada waktu pembayaran yang telah ditentukan akan lebih besar

jumlahnya daripada utang yang harus dibayar, yang akibatnya akan merugikan

pihak rahin.

Apabila syarat seperti di atas diadakan dalam akad gadai, maka akad gadai

itu sah, tetapi syarat-syaratnya batal dan tidak perlu diperhatikan.

Apabila pada waktu pembayaran yang telah ditentukan rahin belum dapat

membayar utangnya, hak murtahin adalah menjual marhun, pembelinya boleh

murtahin sendiri atau yang lainnya, tetapi dengan harga yang umum yang berlaku

pada waktu itu dari penjualan marhun tersebut. Hak murtahin hanyalah sebesar

piutangnya, dengan akibat apabila harga penjualan marhun lebih besar dari jumlah

hutang, sisanya dikembalikan kepada rahin. Apabila sebaliknya, harga penjualan

17

Page 22: Makalah kelompok 2 kelas c

marhun kurang dari jumlah utang, rahin masih menanggung pembayaran

keduanya.18

H. Perbedaan Gadai Syariah dan Gadai Konvensional

Perbedaan gadai syariah dengan konvensional dapat dilihat pada tebel di

bawah ini;

Perbandingan Gadai Syariah dengan Gadai Konvensional

Indikator Gadai Syariah Gadai Konvensional

Konsep Dasar Tolong menolong (jasa

pemeliharaan barang)

Profit oriented (bunga

dari pinjaman

pokok/biaya sewa

modal)

Jenis

Barang Jaminan

Barang Bergerak & Tidak

Bergerak

Hanya Barang

Bergerak

Beban Biaya Pemeliharaan Bunga (dari pokok

pinjaman)

Lembaga Bisa Dilakukan

Perseorangan

Hanya bisa dilakukan

oleh lembaga (perum

Pegadaian)

Perlakuan Di jual (kelebihan

dikembalikan kepada

Di lelang

18 ? Aliy As’ad, Terjemah Fatul Mu’in, (Kudus: Menara kudus, Vol.2) hal.217-218.

18

Page 23: Makalah kelompok 2 kelas c

yang memiliki barang)

Dari tabel di atas tertulis bahwa konsep dasar gadai syari'ah adalah tolong

menolong. Pada dasarnya, ketika seseorang menggadaikan barang, sudah tentu

dalam kondisi kesusahan. Karenanya, dalam mekanisme gadai syari'ah tidak

membebankan bunga dari pinjaman. Dalam gadai dengan prinsip syari'ah, orang

yang menggadaikan barangnya hanya diberikan kewajiban untuk memelihara

barang yang dijadikan jaminan. Pemeliharaan barang jaminan, tentu merupakan

kewajiban pemilik barang. Akan tetapi, untuk memudahkan maka pemeliharaan

diserahkan kepada pihak pegadaian dengan konsekuensi ada biaya pemeliharaan

sebagai pengganti kewajiban pemilik barang dalam pemeliharaan. Besar kecilnya

biaya, tidak tergantung besar kecilnya dana yang dipinjam. Akan tetapi, dilihat

dari nilai taksiran barang yang digadaikan. Berbeda halnya dengan pegadaian

konvensional, dimana bunga ditarik dari besar kecilnya dana yang dipinjam.

Dilihat dari segi barang jaminannya, gadai syari'ah bisa berupa barang bergerak

dan barang yang tidak bergerak. Sedangkan dalam pegadaian konvensional, hanya

boleh menjaminkan barang bergerak saja. Pada pegadaian konvensional hanya

melakukan satu akad perjanjian hutang piutang dengan jaminan barang bergerak

yang jika ditinjau dari aspek hukum konvensional, keberadaan barang jaminan

dalam gadai bersifat acessoir, sehingga Pegadaian Konvensional bisa tidak

melakukan penahanan barang jaminan atau dengan kata lain melakukan praktik

fidusia. Berbeda dengan pegadaian syariah yang mensyaratkan secara mutlak

keberadaan barang jaminan untuk membenarkan penarikan bea jasa simpan.

Dilihat dari sisi kelembagaan, gadai syari'ah tidak terikat lembaga. Maksudnya,

gadai syari'ah bisa dilakukan oleh siapapun, terlepas apakah pihak tersebut berupa

lembaga atau bukan. Berbeda halnya dengan pegadaian konvensional, dimana

gadai hanya bisa dilakukan kepada lembaga (perum pegadaian) sebagai mana

diatur dalam KUHP pasal 1150.

19

Page 24: Makalah kelompok 2 kelas c

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rahn atau gadai adalah akad untuk menjadikan baran sebagai jaminan

utang yang bisa digunakan untuk membayarnya ketika jatuh tempo. Para ulama

sepakat bahwa rahn dibolehkan, tetapi tidak diwajibkan sebab gadai hanya

jaminan saja jika kedua pihak tidak saling mempercayai.

Rukun-rukun gadai yang harus dipenuhi ada empat, yaitu: ‘aqidani,

marhun bih, marhun, dan shighat.

Syarat-syarat gadai untuk aqid dan sighat yakni sama dengan syarat-syarat

pada jual beli. Sementara syarat untuk barang gadai yaitu para ulama fiqh sepakat

mesyaratkan marhun sebagai persyaratan barang dalam jual beli, sehinggga

barang tersebut dapat dijual untuk memenuhi hak murtahin.

Perbedaan antara Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian

konvensional, yaitu;

1. Di dalam pegadaian konvensional mengenal sistem bunga tetapi di

pegadaian syariah mengenal bagi hasil atau (biaya penitipan,

20

Page 25: Makalah kelompok 2 kelas c

pemeliharaan, penjagaan dan penaksiran) dikenakan lebih kecil dan hanya

sekali dikenakan.

2. Selain itu benda yang digadai dalam pegadaian konvensional hanya benda

bergerak saja, sedangkan di pegadaian syariah meliputi benda bergerak

dan tidak bergerak.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kemajuan

kita bersama. Semoga makalah ini dapat bermanfa’at bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Abdurrahman Alu basam. Syarah Hadits Pilihan, (Bekasi:

Darul Falah, 2011),

Lubis, H. Chairuman Pasaribu Suhrawardi K. Hukum Perjanjian Dalam

Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2004)

Akbar, Andi Ali. Prinsip-prinsip Dasar Transaksi Syariah, (Banyuwangi:

Yayasan PP. Darussalam Blokagung, 2014)

Wangsawidjaja. Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama)

Anshori, Abdul Ghofur. Gadai Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: UGM

press)

Zainudin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fanani, Terjemahan Fathul

Mu’in, (Bandung: Penerbit Sinar Baru Agrosindo, 2013)

Syafe’i, Rachmat. Fiqih muamalah, ( Bandung : Pusaka Setia 2001)

As’ad, Aliy. Terjemah Fatul Mu’in, (Kudus: Menara kudus, Vol.2)

Syalut, Mahmud dan M. Ali as-Sayis. Perbandingan Mazhab Dalam

Masalah Fiqih. ( Jakarta: PT Bulan Bintang: 2005)

21