karya ilmiah - majesty tim fk untan 2012
DESCRIPTION
SXQXXQWXE3TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kulit dan Jaringan Penunjang merupakan bagian tubuh yang sangat penting
untuk dipelihara dan dirawat terutama saat mengalami trauma baik mekanik (luka)
maupun kimiawi. Beberapa penyakit yang diderita pasien dapat memperparah
penyakit kulit dan jaringan di bawahnya, dalam keadaan terburuk menyebabkan nyeri
hebat dan berujung pada kematian jaringan. Pasien yang menderita Diabetes Mellitus
(kadar glukosa darah yang tinggi) misalnya, dapat menyebabkan luka yang
dideritanya susah untuk sembuh bahkan kadang berakhir pada gangren (kematian
jaringan relatif). Hal ini menunjukkan luka kecil pada pasien dengan kelainan
metabolik diabetes dapat menjadi keluhan berat pasien.
Jumlah pasien dengan penyakit diabetes di Indonesia terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, Berdasarkan data tahun 2007, diperkirakan
penderita diabetes sudah mencapai sekitar 5,6 persen atau 7 juta orang dari 200 juta
penduduk Indonesia di atas usia 15 tahun yang menderita diabetes, jumlah ini
menempatkan Indonesia di peringkat 4 dunia setelah Cina, Amerika dan India [35]
.
Penyakit diabetes ini bermacam-macam dan dipengaruhi oleh beberapa risiko
misalnya Kadar Toleransi Glukosa dan Indeks Masa Tubuh. Di Indonesia, prevalensi
TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia>15 tahun di perkotaan
adalah 8.6% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi
nasional [34]
. Hal ini dilanjutkan dengan hasil prevalensi diabetes mellitus di
Indonesia 2030 akan mencapai 21,3 juta orang. Berdasarkan Riskesdes Tahun 2007,
terdapat 2,4 juta penduduk mengalami kematian akibat diabetes dengan prevalensi
sekitar 1,9 % dan dilaporkan bahwa terdapat 246 juta penderita diabetes, 6 juta kasus
baru DM dan 3,5 juta penduduk mengalami kematian akibat diabetes [34].
.
Berdasarakan Riskesdes (2007) [34]
, Kalimantan Barat merupakan Provinsi dengan
2
penderita diabetes mellitus dan Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) tertinggi di
Inonesia dengan 11.2 % dari penduduk menderita DM diikuti Maluku Utara (10.4%).
Sehingga tingginya jumlah penderita DM di Indonesia dapat dihubungkan
dengan kasus banyaknya pasian luka diabetik yang meninggal, misalnya berdasarkan
rekam medis di Rumah sakit Adam Malik, Medan menyatakan terdapat 1.369 pasien
rawat jalan di bulan September, dengan jumlah 113 kasus DM baru yang disebabkan
oleh banyaknya komplikasi DM terutama luka diabetik ulkus (54%), sedangkan
sisanya adalah neuropati dan penyakit kardiovaskular lainnya [33]
.
Tingginya komplikasi ulkus diabetik pada kaki menyebabkan banyak keluhan
pasien DM, sehingga luka yang awalnya kecil dapat berkembang lebih parah ke
tingkat yang lebih tinggi. Klasifikasi tingkat luka kaki diabetik didasarkan pada
klasifikasi Wagner, dengan rata-rata pasien harus mengamputasi kakinya di grade 4
[29]. Sejauh ini, banyak bentuk penatalakasanaan luka kaki diabetik baik secara
konservatif maupun farmakologis yang secara umum menyebabkan perubahan luka
membaik, tetapi tidak signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan pasien akan
hal-hal yang harus diperhatikan dalam merawat luka. Pengobatan farmakologis yang
ditujukan untuk mengurangi tekanan/rasa nyeri, antibiotik untuk mengurangi adanya
infeksi dan obat-obatan perangsan jaringan untuk membentuk jaringan kulit baru
pada ulkus. Namun untuk obat-obat perangsang jaringan, tidak semua golongan
masyarakat dapat menjangkau obat-obatan perangsang jaringan dengan harga
terjangkau, melainkan lebih menjangkau obat-obat pereda rasa sakit dan antibiotik
[32]. Kondisi inilah yang menyababkan prognosis luka diabetik menjadi buruk, dan
berujung pada luka gangren parah yang harus diamputasi, hal ini tentu mengurangi
kualitas hidup dari pasien DM. Angka amputasi luka ulkus diabetik meningkat
dengan ketidakmampuan pasien menjangkau tatalaksana modern yang memiliki
tingkat keberhasilan lebih baik.
3
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah kurangnya pengetahuan akan jenis
pengobatan dan perawatan terjangkau. Perawatan sederhana dirumah adalah
tatalaksana yang paling mudah dilakukan oleh pasien DM. Karena itu, dibutuhkan
suatu terapi yang bisa dilakukan dirumah misalnya dengan memanfaatkan potensi
herbal tumbuhan.
Beberapa tumbuhan yang sejauh ini potensial adalah Pegagan (Centella
asiatica), Bangun-bangun(Plectranthus amboinicus) dan paku-pakuan (Blechnum
orientale Linn) [30]
.Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan kandungan
pegagan berperan dalam mempercepat penyembuhan luka dalam berbagai ukuran
serta mencegah keloid [26]
. Sedangkan pada tumbuhan bangun-bangun ditemukan
kandungan yang menyerupai substrat pembentuk jaringan kulit (fibroblas) untuk
merangsang perbaikan jaringan kulit hingga jaringan subkutis dan antiinflamatik
[21,39]. Kedua tumbuhan ini dapat tumbuh subur di hutan dan kebun tropis di Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Tumbuhan liar ini dapat ditemukan di seluruh hutan
liar dan di beberapa daerah tertentu memanfaatkan pegagan sebagai sayuran.
Sedangkan daun bangun-bangun paling banyak di Pulau Sumatera dan kebun-kebun
di Pulau Kalimantan, karena sejak zaman dahulu digunakan oleh masyarakat sebagai
rempah dan obat-obatan [25]
.
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka diperlukan tatalaksana lain yang
dapat dijadikan terapi alternatif pasien terutama bagi pasien yang kurang
mendapatkan edukasi dari dokter/perawat serta masyarakat pada golongan menengah
ke bawah. Hal ini salah satunya dapat diaplikasikan dengan melalui bahan dasar krim
alami terbuat dari pegagan dan bangun-bangun sebagai bahan yang mudah didapat
dilingkungan masyarakat khususnya di pedasaan (jauh dari pusat kesehatan
masyarakat).
4
1.2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana permasalahan kegawatdaruratan dan penyembuhan luka
diabetik?
2. Bagaimana faktor kombinasi pegagan dan bangun-bangun terhadap luka
diabetik ?
3. Bagaimana potensi bahan alami campuran pegagan dan bangun-bangun
sebagai obat topikal baru yang dapat berperan dalam penyembuhan luka
diabetik ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
a. Menambah variasi baru pengembangan obat-obatan topikal berbasis
fitofarmaka.
a. Mengetahui potensi herbal dari pegagan dan bangun-bangun dalam
penyembuhan luka diabetik.
b. Memanfaatkan potensi herbal pada pegagan dan bangun-bangun sebagai
kombinasi baru untuk formulasi baru obat topikal.
c. Sebagai alternatif bahan alami baru yang berkontribusi dalam terapi
penyembuhan luka diabetik.
d. Menggagas bahan alami yang sederhana, berkhasiat tinggi, mudah
didapat dan dapat dijangkau masyarakat yang bisa diaplikasikan secara
langsung dalam kehidupan sehar
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Luka Diabetik dan Klasifikasi Wagner
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great imitator karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke), ginjal (gagal
ginjal), jantung, mata, dan kaki (gangren diabetik). Gejala DM dapat timbul perlahan-
lahan sehingga pasien tidak menyadari adanya perubahan pada dirinya seperti minum
menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air kecil lebih sering (poliuri), makan lebih
banyak (polifagi) ataupun berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Salah satu
komplikasi menahun dari DM adalah kelainan pada kaki yang disebut sebagai kaki
diabetik.
Komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi
pada kaki (15 %) yang dapat bermanifestasikan sebagai ulkus, infeksi, gangren dan
artropati Charcot. Di antara penderita kaki diabetik tersebut memerlukan tindakan
amputasi. Resiko amputasi terjadi bila ada faktor; neuropati perifer, deformitas
tulang, insufisiensi vaskular, riwayat ulkus/amputasi dan gangguan patologi kuku
berat.Neuropati perifer mempunyai peranan yang sangat besar dalam terjadinya kaki
diabetik akibat hilangnya proteksi sensasi nyeri terutama di kaki.Lebih dari 80% kaki
DM dilatarbelakangi oleh neuropati (cedera saraf) [23]
.
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya
komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang
lebih lanjut, terdapat luka yang pada penderita sering tidak dirasakan, dan dapat
berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob. Suatu
penyakit pada penderita diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai
berikut[27]
:
6
1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).
2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).
3. Nyeri saat istirahat.
4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).
Kaki diabetes merupakan kombinasi antara arteriosklerosis ke-2 tersering
setelah arteriosklerosis pembuluh koroner, dan yang terserang pembuluh darah
tungkai bawah.Umumnya kelainan ini dikenal sebagai PVD (Peripheral Vascular
Disease).Ada 3 faktor yang dipandang sebagai predisposisi kerusakan jaringan pada
kaki diabetes, yaitu neuropati, PVD, dan infeksi.Pada kaki neuropatik, somatik dan
otonom rusak, namun sirkulasi masih intak sehingga nadi teraba jelas, secara klinis
kaki teraba hangat, sensasi terhadap rabaan berkurang, dan kering. Komplikasi kaki
neuropatik ini ada 3 macam : ulkus neuropatik, sendi neuropatik (sendi Charcot) dan
edema neuropatik [27]
.
Gambar 1. Skema terjadinya Ulkus Kaki Diabetik
7
2.2. Klasifikasi ulkus diabetik
Berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi dan derajat gangren ,maka dibuat
klasifikasi derajat lesi pada kaki diabetik menurut Wagner [22]
.
Tingkat Karakteristik kaki
Derajat 0 Tidak ada ulserasi, tetapi beresiko tinggi walaupun tidak ada ulserasi,
untuk menjadi kaki diabetik. Penderita dalam kelompokini perlu
mendapat perhatian khusus. Pengamatan berkala, perawatan kaki yang
baik danpenyuluhan penting untuk mencegah ulserasi.
Derajat I Ulkus superfisial, tanpa infeksidisebut juga ulkus neuropatik, oleh karena
itu lebih sering ditemukan pada daerah kaki yang banyak
mengalamitekanan berat badan yaitu di daerah ibu jari kaki danplantar.
Sering terlihat adanya kallus.
Derajat II Ulkus dalam, disertai selulitis, tanpa abses ataukelainan tulang Adanya
ulkus dalam, sering disertaiinfeksi tetapi tanpa adanya kelainan tulang.
Derajat III Ulkus dalam disertai kelainan kulit dan abses luasyang dalam.
Derajat IV Gangren terbatas yaitu hanya pada ibu jari kaki, tumitPenyebab utama
adalah iskemi, oleh karena itu disebut juga ulkus iskemi yang terbatas
pada daerah tertentu.
Derajat V Gangren seluruh kakiBiasanya oleh karena sumbatan arteri besar, tetapi
juga ada kelainan neuropati dan infeksi.
Berikut gambar Kaki diabetik menurut klasifikasi Wagner.
Tabel 1. Klasifikasi ulkus DM berdasarkan Wagner
8
2.3.Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena proses
penyembuhan luka adalah kegiatan bio-seluler, bio-kimia yang terjadi
berkesinambungan. Penggabungan respon vaskuler, aktivitas seluler dan
terbentuknya bahan kimia sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan
komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan luka. Besarnya
perbedaan mengenai penelitian dasar mekanisme penyembuhan luka dan aplikasi
klinis saat ini telah dapat diperkecil dengan pemahaman dan penelitian yang
berhubungan dengan proses penyembuhan luka dan pemakaiaan bahan
pengobatan yang berhasil memberikan kesembuhan.
Peran fibroblas sangat besar dalam proses perbaikan, yaitu bertanggung
jawab dalam persiapan menghasilkan produk protein yang akan digunakan
selama proses konstruksi jaringan. Pada jaringan lunak yang normal tanpa
perlukan, pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya tersembunyi di
Gambar 2.Gambaran Klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner
9
matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak
dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang
(proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (Kolagen, elastin,
Inyalruounc acid, fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam
membangun (rekonstruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik
adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan
dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan tanda bahwa
makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat
memasuki kawasan luka. Sejumlah sel pembuluh darah baru yang tertanam di
dalam jaringan baru berfungsi sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses
proliferasi fibroblas dengan aktivitas sintetiknya di sebut fibroblasia, migrasi,
deposit jaringan matriks, kontraksi luka.
Angiogenesis suatu pembentukan pembuluh kapiler baru di dalam luka,
mempunyai peran penting pada tahap proliferasi proses penyembuhan luka.
Vaskularisai yang tidak lancar, penyakit (diabetes), pengobatan (radiasi) atau
obat (preparat steroid) mengakibatkan lambatnya proses sembuh karena
terbentuknya ulkus yang kronis. Jaringan vaskuler yang melakukan invasi ke
dalam luka merupakan suatu respon untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang
cukup di daerah luka karena oksigen. Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis
merupakan pembentukan kolagen muda (gelatinious collagen) yang terbentuk
pada fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu
lebih kuat dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling). Untuk mencapai
penyembuhan yang optimal di perlukan keseimbangan antara kolagen yang
diproduksi dengan yang di pecahkan. Kolagen yang berlebihan akan
mengakibatkan terjadinya penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar,
sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut
dan luka akan selalu terbuka. Luka di katakan sembuh apabila telah terjadi
kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan kulit sehingga mampu melakukan
aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap
10
penderita, namun hasil yang dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik
masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat
akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan yang kurang gizi, dan
yang disertai oleh penyakit sistemik (diabetes mellitus) [28]
.
2.3.1. Luka Diabetik
Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang
melibatkan gangguan pada saraf peripheral dan autonomic. Luka diabetik
merupakan luka yang terjadi karena adanya kelainan pada saraf, kelainan
pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Bila infeksi tidak diatasi dengan
baik, hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan bahkan dapat diamputasi.
Terjadinya kaki diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar glukosa darah
penyandang diabetes. Tingginya kadar gula darah berkelanjutan dan dalam
jangka waktu yang lama dapat menimbulkan masalah ada kaki penyandang
diabetes [38]
.
Gangren diabetik adalah luka diabetik yang sudah membusuk dan bisa
melebar, ditandai dengan jaringan yang mati berwarna kehitaman dan membau
karena diseratai pembusukan oleh bakteri [36]
. Beberapa faktor secara bersama-
sama berperan pada terjadinya ulkus atau gangren diabetes. Banyak faktor yang
mempengaruhi luka diabetes, dimulai dari faktor pengelolaan kaki yang tidak
baik pada penderita diabetes, adanya neuropati , faktor komplikasi vaskuler yang
memperburuk aliran darah ke kaki tempat luka, faktor kerentanan terhadap
infeksi akibat respons kekebalan tubuh yang menurun pada keadaan DM tidak
terkendali, serta kemudian faktor ketidaktahuan pasien sehingga terjadi masalah
gangren diabetic [21]
. Secara umum, gangren diabetik biasanya terjadi akibat, (1)
neuropati perifer, (2) insufisiensi vaskuler perifer (iskemik), (3) infeksi, (4)
penderita yang berisiko tingi mengalami gangren diabetik yaitu pasien dengan
lama penyakit diabetes yang melebiihi 10 tahun, usia pasien yang lebih dari 40
tahun, riwayat merokok, penurunan denyut nadi perifer, penurunan sensibilitas,
11
deformitas anatomis atau bagian yang menonjol (seperti bunion atau kalus),
riwayat ulkus kaki atau amputasi, pengendalian kadar gula darah yang buruk [21]
.
Rangkaian yang khas dalam proses timbulnya gangren diabetik pada kaki
dimulai dari edem jaringan lunak pada kaki, pembentukan fisura antara jari-jari
kaki atau didaerah kaki kering, atau pembentukan kalus. Jaringan yang terkena
mula-mula berubah warna menjadi kebiruan dan terasa dingin bila disentuh.
Kemudian jaringan akan mati, menghitam dan berbau busuk. Rasa sakit pada
waktu cedera tidak dirasakan oleh pasien yang kepekaannya sudah menghilang
dan cedera yang terjadi bisa berupa cedera termal, cedera kimia atau cedera
traumatik.Pengeluaran nanah, pembengkakan, kemerahan (akibat selulitis) pada
gangren biasanya merupakan tanda-tanda pertama masalah kaki yang menjadi
perhatian penderita [38]
.
Penyembuhan luka terjadi melalui tahapan yang berurutan mulai proses
inflamasi, proliferasi, pematangan dan penutupan luka. Pada gangren, tindakan
debridement yang baik sangat penting untuk mendapatkan hasil pengelolaan
yang perawatan luka diabetik yang memuaskan dengan melihat kondisi luka
terlebih dahulu, apakah luka yang dialami pasien dalam keadaan kotor atau tidak,
ada apus atau ada jaringan nekrotik (mati) atau tidak. Setelah dikaji , barulah
dilakukan perawatan luka. Perawatan luka biasanya menggunakan antiseptik dan
kassa steril. Jika ada jaringan nekrotik sebaiknya dibuang daengan cara digunting
sedikit demi sedikit sampai kondisi luka mengalami granulasi (jaringan baru
yang mulai tumbuh). Lihat kedalam luka, pada pasien diabetes dilihat apakah
terdapat sinus (luka dalam yang sampai berlubang) atau tidak.Bila terdapat sinus,
sebaiknya disemprot (irigasi) dengan NaCl sampai pada kedalaman luka, sebab
pada sinus terdapat banyak kuman.Lakukan pembersihan luka sehari minimal
dua kali (pagi dan sore), setelah dilakukan perawatan lakukan pengkajian apakah
sudah tumbuh granulasi, (pembersihan dilakukan dengan kassa steril yang
dibasahi larutan NaCl).Setelah luka dibersihkan lalu tutup dengan kassa basah
yang diberi larutan NaCl lalu dibalut disekitar luka. Tutup dengan kassa jaga
12
agar jaringan luar luka tertutup. Sebab jika jaringan luar ikut tertutup akan
menimbulkan maserasi (pembengkakan). Setelah luka ditutup dengan kassa
basah bercampur NaCl, lalu tutup kembali dengan kassa steril yang kering untuk
selanjutnya dibalut [11]. Jika luka sudah mengalami penumbuhan granulasi,
selanjutnya akan ada penutupan luka (skin draw). Penanganan luka diabetik,
harus ekstra agresif sebab pada luka diabetik kuman akan terus menyebar dan
memperparah kondisi luka [38]
.
2.4. Pegagan (Centella asiatica) dan Bangun-bangun(Plectranthus amboinicus),
Pegagan (Centella asiatica) adalah tanaman yang tumbuh liar di padang
rumput, tepi selokan, sawah atau ditanam sebagai penutup tanah di perkebunan dan di
pekarangan sebagai tanaman sayur. Pegagan memiliki klasifikasi ilmiah sebagai
berikut:
Kingdom Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Apiales
Famili Mackinlayaceae
Marga Centella
Spesies C.asiatica
Pegagan berasal dari daerah Asia beriklim tropis, menyukai tanah yang agak
lembab, cukup sinar matahari atau agak terlindung, dapat ditemukan di daerah
dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 2.500 m dpl.Pegagan juga dikenal
sebagai tanaman kaki kuda di berbagai daerah karena memiliki bentuk yang
menyerupai kaki kuda (Gambar 1).Beberapa daerah di Indonesia telah mengkonsumsi
pegagan sebagai lalapan dan jamu karena dianggap dapat meningkatkan kecerdasan.
Tabel 2. Taksonoi Pegagan
13
Pegagan terdiri dari berbagai jenis komponen di dalamnya baik komponen gizi
maupun komponen non gizi. Tabel 1 menunjukkan kandungan gizi dan mineral yang
terdapat pada pegagan [19]
.
Komponen Kadar Per 100g berat basah
Energi 52 kkal
Kadar air 88 g
Protein 3 g
Lemak 2.7 g
Serat 1.92 g
Kadar Abu 2.54 g
Karbohidrat 3.81 g
Mineral Per 100 gram berat kering
Kalsium 2425 mg
Fosfor 327 mg
Natrium 16 mg
Mangan 23 mg
Tembaga 7 mg
Seng 20 mg
Magnesium 271 mg
Besi 18 mg
Pegagan dikenal berkhasiat tonik, antiinfeksi, antitoksik, penghenti pendarahan
(hemostatis), peluruh kencing (diuerik ringan), pembersih darah, memperbanyak
pengeluaran empedu, pereda demam (antipiretik), penenang (sedatif), mempercepat
penyembuhan luka, dan melebarkan pembuluh darah tepi (vasodilator perifer).
Pegagan mengandung asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside,
Gambar 3. Pegagan
Tabel 3. Kandungan Pegagan
14
brahmoisde, brahminoside, brahmic acid, madasitic acid, hydrocotyline,
mesoinositol, centellose, caretenoids, garam mineral (seperi garam kalium, natrium,
magnesium, kalsium, besi), zat pahit vellarine, dan zat samak. Diduga senyawa
glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside berperan dalam berbagai aktivitas
penyembuhan luka.Asiaticoside berperan dan senyawaan sejenis juga berkhasiat anti
lepra (kusta). Secara umum, pegagan berkasiat sebagai hepatoprotektor yaitu
melindungi sel hati dari berbagai kerusakan akibat racun dan zat berbahaya.
Penanganan tuberkolosis dengan menggunakan herbal pegagan dapat teratasi dengan
adanya zat asiatikosida yang aktif melawan basil tuberkolosis [20]
. Pegagan juga
mempunyai kemampuan antioksidan yakni 88% inhibisi dalam 100 mg/ml dari
ekstraksi metanol [19]
.
Salah satu kandungan herbal pegagan adalah vallerin, suatu zat cair bewarna
kuning yang berkhasiat sebagai anti lepra dan anti lues. Kandungan glikosida saponin
brahmosida dan brahmosida yang terdapat pada pegagan menunjukkan khasiat anti
radang. Adanya kandungan kalium yang relatif tinggi pada tanaman pegagan
memberikan efek diuretik yang selanjutnya memungkinkan terjadinya efek
hipotensif[20]
.
Daun bangun-bangun memiliki ciri-ciri bertulang lunak, beruas-ruas,
melingkar, dengan diameter sekitar 15 mm, bagian tengah dan ujungnya sekitar 10
mm ± 5 mm, dapat berkembang- biak dengan mudah. Daun yang masih segar
bentuknya tebal, berwarna hijau tua, kedua permukaan daun licin. Tanaman ini
Gambar 4.Daun bangun-bangun
(Pteranthecus amboinicus)
Klasifikasi taksonomi daun bangun-bangun
Kingdom : Plantae
Divisi : Phanerogamae
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Order : Tubiflorae
Famili : Lamiceae (Labialae)
Sub Famili : Oscimoidae
Genus : Pteranthecus
Spesies : PteranthecusAmboinicus
15
ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan berbagai nama yang berbeda,
di Jawa Tengah disebut daun Cumin, Orang Sunda menyebutnya daun ajeran, di
Madura disebut daun kambing dan di Bali disebut daun Iwak. Di daerah Batak
Sumatra Utara sendiri disebut sebagai daun bangun-bangun atau torbangun[6]
.
Sejak dulu suku batak di Indonesia menggunakan daun torbangun sebagai
stimulant Air Susu Ibu (ASI)/Laktogogum.Tumubuhan ini sering digunakan oleh
masyarakat karena fungsi herbalnya yaitu antioksidan yang kyat dan nilai terapeutik
yang cukup kuat.Coleusaromaticus juga bermanfaat dalam formulasi antibiotik
natural sebagai gradian aktif yang bisa melawan kuman [13]
. Jus yang terbuat dari
daun torbangun (Coleus aromaticus) efektif untuk menyembuhkan konstipasi dan
masalah pencernaan lain [16]
. Termasuk sakit perut dan gagal jantung
kongestif.Torbangun juga membantu mengatasi kanker karena memiliki aktivitas
sitotoksik dan anti-tumor [15]
. Sedangkan dalam penelitian lain, Heyne (1997) [12]
menyatakan bahwa dari 120 kg terna kering segar kira–kira terdapat 25 ml minyak
atsiri yang mengandung phenol (isopropyl-O-kresol). Lebih lanjut disebutkan bahwa
phenol tersebut berperan sebagai antisepticum yang bernilai tinggi. Minyak atsiri dari
daun Torbangun ternyata juga mempunyai aktivitas tinggi melawan infeksi terutama
pada daerah infeksi [14]
.
2.5. Formulasi Krim Berbahan ekstrak tumbuhan Pegagan dan Torbangun
Basis berminyak lebih mudah melepaskan ekstrak herba pegagan.Ini
disebabkan karena zat aktif dari herba pegagan adalah asiatikosid, yang merupakan
senyawa yang bersifat hidrofil sedangkan basis salep bersifat lipofil. Penyembuhan
luka lebih cepat (Betadin) hal ini disebabkan karena Betadinmengandung providone
iodine bekerja sebagai antiseptic bersprektrum luas dan iodine sendiri memberi efek
panas pada jaringan sehingga daerah luka cepat menjadi kering [9]
.
16
2.5.1. Pembuatan Ekstrak Herba Pegagan
Ekstrak herba pegagan dibuat dengan cara maserasi, yaitu 250 g serbuk herba
pegagan dengan 1.875 ml etanol 70% , ditutup dan dibiarkan selama 5 hari dan
terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai,
ampas diperas. Ampas ditambah etanol 70% secukupnya diaduk dan diserkai,
sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 2500 ml. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat
sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan
dipisahkan.Kemudian dilakukan penguapan pada suhu 50°C dengan rotavapor
sehingga sebagian besar alkohol menguap hingga diperoleh ekstrak kental [1]
.
2.5.2 Pembuatan Sediaan Salep
Sediaan salep dibuat sesuai dengan formula masing-masing tipe basis [1]
.
Tabel 4. Formula Sedian Salep Basis Berminyak
Bahan Jumlah
R/Cera alba 4.75
Vaselin putih 90.07
Butilhidroksianisol (BHA) 0.01
Metil Praben 0.15
Propil Praben 0.02
Ekstrak Kental 5 Sumber : (Rosanti 2003).
2.5.3 Cara pembuatan Sedian Salep Berbasis Minyak
Cera alba dilelehkan diatas penangas air, vaselin putih ditambahkan,diaduk
sampai homogen dan dingin. BHA yang telah dilarutkan dengan etanol dimasukkan
kedalam basis salep digerus homogen.Metil paraben dan propil paraben yang telah
dilarutkan dengan etanol dicampurkan dengan ekstrak.Ekstrak kental pegagan
dicampurkan ke dalam basis sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai
homogen.Salep dikemas dalam wadah [7]
.
17
BAB III
METODE PENULISAN
3.1. Pengumpulan Data dan Informasi
Penulisan gagasan ini didasarkan atas beberapa sumber data yang primer
maupun sekunder.Beberapa data primer yang digunakan adalah berupa hasil
dokumentasi gambar dan tabel pendukung informasi dalam penulisan.Namun dalam
penulisan ini juga diutamakan sumber sekunder dengan validitas tertinggi yakni
jurnal ilmiah paling aktual yang berhubungan dengan subtema penulisan
ini.Kemudian data/informasi yang didapat ditulis secara naratif dengan pendekatan
semikuantitatif tanpa hipotesis mengingat tulisan ini adalah berbentuk gagasan
tertulis.
3.2. Analisis Sintesis
Masalah yang didapat dari data/informasi dianalisis secara objektif sesuai
dengan fakta yang terjadi kemudian dihubungkan dengan gagasan yang diajukan
untuk menemukan titik temu yang akan dijadikan benang merah penulisan. Pokok
permasalahan yang didapat kemudian dilanjutkan dengan tinjauan pustaka yaitu
berupa penelitian/telaah actual yang sebelumnya dilakukan sebagai dasar dan
informasi pendukung ide/gagasan.
Gagasan yang dibuat disesuaikan dengan pokok permasalahan dimana hal ini
diharapkan terbentuk gagasan yang benar-benar menjadi solusi nyata dari
permasalahan yang terjadi.Kemudian dilakukan pre-evaluasi pada gagasan yang
didapat sebagai bentuk konfirmasi ilmiah baik dari segi validitas sumber, alur
penulisan dan kesimpulan yang paling representatif.
18
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
4.1. Penyembuhan Dressing Topikal untuk Luka Diabetik
Pokok permasalahan yang terjadi pada proses penyembuhan luka diabetik
kerap kali terjadi pada sulitnya terbentuk jaringan-jaringan baru yang dapat menutupi
luka dari ancaman-ancaman kronik seperti infeksi lanjut dan gangguan mekanik.
Gangguan ini akan memperparah komplikasi yang terjadi, banyak penatalaksanaan
yang bisa dilakukan untuk membentuk jaringan, tetapi secara topikal akan jauh lebih
terlihat secara signifikan terutama perubahan-perubahan yang terjadi pada luka baik
secara makroskopis maupun mikroskopis yang dimana keduanya bisa juga terlihat
infeksi yang terjadi. Infeksi yang terjadi pada luka diabetik sering diikuti dengan
ulserasi (ulkus) karena insufisiensi vaskular dan menurunnya fungsi leukosit sebagai
faktor pertahanan dalam proses inflamasi. Luka diabetes baik ringan, sedang mauun
luka berat semuanya bisa dianggap serius karena dua faktor yaitu luka yang terjadi
adalah luka terbuka dan menurunnya system pertahanan oleh imunitas, sehingga yang
terlihat secara makroskopis terjadi infeksi hingga lapisan subkutan kulit kemudian
berlanjut ke struktur kulit yang lebih dalam.
Terganggunya sirkulasi darah mikrovaskular pada diabetes dapat membatasi
pemindahan sel fagosit dan antibiotik ke daerah luka [11]
. Oleh Karena itu, selain luka
diabetik diterapi dengan perbaikan metabolik dari dalam dan antibiotik, tentu
dibutuhkan juga aplikasi topikal yang merupakan suatu kombinasi antara bahan
dressing topikal dibutuhkan masing-masing jenis luka diabetik (sesuai
klasifikasinya), hal ini karena dalam luka diabetik terapi yang efektif tidak dapat
menurunkan risiko eksaserbasi dan amputasi. Menutupnya luka adalah terapi utama
(target) yang dimana akan sangat tergantung pada grade/severity (Wagner),
19
vaskularisasi da nada tidaknya infeksi [10]
. Tatalaksana kaki diabetes meliputi elevasi
kaki, penghilang nyeri tekan, pembuangan jaringan nekrotik, aplikasi topikal
termasuk dressing wet-to-dry, antiseptik, film semipermeable, sabun/busa dan
hidrokoloid. Adanya infeksi akan memeprlambat terjadinya closure(penutupan) luka,
sehingga dibutuhkan banyak alternatif bahan dressing luka diabetik selain
menggunakan bahan sintetis seperti hidrokoloid.
4.2. Kombinasi Pegagan (Centella asiatica) dan Bangun-bangun(Plectranthus
amboinicus)
4.2.1 Perkembangan Makroskopik (klasifikasi Wagner)
Tatalaksana atau terapi topikal berbahan herbal telah banyak digunakan oleh
seluruh dunia termasuk di Asia, seperti istilah Traditional Chinese Medicine (TCM),
sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan Tanaman Obat Keluarga
(TOGA).Formulasi yang dapat dibuat dari bahan alami ini dapat dibentuk dalam
berbagai sediaan topikal misalnya Krim (salep).Krim Herbal ini mengandung ekstrak
2 jenis tanaman yaitu pegagan (Centella asiatica) dan Bangun-bangun(Plectranthus
amboinicus).Pegagan dan bangun-bangun ini memiliki kemampuan antiinflamasi dan
komponen kimiawi dalam penyembuhan luka.
Bangun-bangun juga sering digunakan di Kenya sebagai obat pada luka bakar,
luka terbuka, gigitan binatang dan alergi kulit.Hal ini karena terkenal dengan
kemampuannya dalam mengurangi edema dengan relatif cepat.Kemampuannya ini
dikarenakan daun bangun-bangun dalam dosis tertentu memiliki efek secara in vivo
yang memiliki aktivitas antiinflamasi dan anti tumor.Bahkan dalam beberapa
penelitian, ekstrak daun bangun-bangun dapat digunakan dalam mengatasi
tenggorokan sakit, demam dan gigitan nyamuk liar [5]
. Ekstrak daun bangun-bangun
dalam hal ini diharapkan dapat menjadi antiinflamasi untama sekaligus dapat
mengurangi nyeri, selain itu penambahan ekstrak antiinflmasi ini diharapkan dapat
memodulasi aktivitas enzim antioksidan di hati dan produksi dari tumor necrosis
20
factor-alpha (TNF-α) yang merupakan substansi penting dalam perbaikan jaringan
yang terancam nekrosis setelah mengalami inflamasi tingkat lanjut.
Tumbuhan Pegagan memiliki banyak sekali substrat yang dibutuhkan dalam
luka antibiotik “asiaticoside”, perangsang Hidroksiprolin dan kolagen. Tanaman
C.asiatica telah diteliti dalam sebuah percobaan pada luka perut babi yang
dikondisikan, hasilnya asaiticoside0.2% yang di aplikasikan secara topikal dapat
meningkatkan aktivitas hidroksiprolin (65%), meningkatkan kekuatan regangan
(tensil luka) (56%) dan meningkatkan sebaran kolagen dan epitelisasi kulit yang
mengalami luka [3]
. Sesuai dengan apa yang dijelaskan di tinjauan pustaka, pegagan
juga memiliki kandungan senyawa derivative triterpene pentasiklik, dimana pada luka
sangat dibutuhkan untuk memperbaiki insufisiensi pembuluh darah vena dan
mecegah adanya striae-gravidarum (kelainan kulit yang ditandai dengan
meregangnya kolagen kulit akibat dari susunan fibroblas yang rusak).
Kedua bahan ini memiliki kandungan yang komplementer, dimana pegagan
sangat efektif untuk reepitalisasi dan sintesis kolagen sedangkan bangun-bangun
bertindak sebagai antiinflamasi dan analgesik (antinyeri) topikal yang dapat terus
memperbaiki jaringan. Fungsi kombinasi ini akan berjalan dengan baik jika dipadu
dalam ekstrak yang nantinya akan disesuaikan dosisnya terhadap tingkat keparahan
luka diabetik yang dialami. Secara farmakologi, komposisi kandungan bahan sangat
menentukan kesembuhan luka, karena yang menentukan durasi penyembuhan juga
tergantung komposisi zat yang dibutuhkan luka itu sendiri.
Gambaran kebutuhan topikal luka berdasarkan klasifikasi Wagner adalah
sebagai berikut:
21
Klasifikasi
Wagner Tatalaksana Kebutuhan
Grade 0 Penilaian setiap tahun Observasi dan Kontrol Mekanik
Grade 1 Penilaian setiap 3 bulan Observasi, Antibiotik, Analgesik,
Dressing,
Grade 2 Treatment khusus Observasi, Antibiotik, Analgesik,
Dressing, Antiinflamasi,
Grade 3 Kemungkinan Amputasi
Observasi, Antibiotik, Analgesik,
Dressing, elevasi, antiinflamasi,
hidrokoloid,
Grade 4 Amputasi parsial -
Grade 5 Amputasi Total -
Efektivitas salep yang dibuat dapat diamati dengan baik setelah beberapa hari
aplikasi.Salep yang dimaksud juga dapat ditambahkan dengan absorben serat
karboksil-metil-selulose non-woven untuk mengatasi ketebalan luka yang terjadi.
Karena berdasarkan penelitian, absorben ini juga dapat menyerap 3 kali berat eksudat
yang ada dengan lingkungan/daerah luka yang bersih dan terhindar dari kontaminasi
bakteri yang bisa menyebabkan infeksi lanjut [2]
.
4.2.2 Tinjauan Makroskopis
Indikator keberhasilan salep ini dapat diamati pula secara makroskopik
dimana harus ada perkembangan luka kearah perbaikan jaringan.Penggolangan jenis
luka menurut klasifikasi Wagner bisa dijadikan sebuah indikasi ada tidaknya
perbaikan jaringan fokal luka diabetik serta persentase perubahan ukuran luka
diabetik yang dialami.Berikut perubahan yang dapat terjadi:
Ukuran Luka : 4.58 cm2
Grade Wagner : 3
Ukuran Luka : 2.8 cm2
Grade Wagner : 2
22
Ukuran luka dan grade Wagner menandakan ada atau tidaknya perbaikan jaringan
yang dapat dijadikan sebagai parameter observasi baik pasien di rumah maupun oleh
perawat kaki diabetik. Pada gambar di atas, luka yang terjadi cukup berisiko pada
amputasi parsial (Grade 4) dengan ukuran luka yang besar.Namun setelah aplikasi
topikal herbal luka mengalami perbaikan dengan berkurangnya luas permukaan luka
dan membaiknya luka ke Grade 2 Wagner.Sekeliling fokal luka juga terdapat
perubahan warna yaitu dari luka yang awalnya gelap (merah pekat/hitam) menjadi
terang (kuning/putih) yang merupakan pertanda terjadinya akumulasi kolagen dan
fibroblas pada jaringan kulit.
4.2.3 Tinjauan Histopatologi
Secara histologi jaringan luka terdiri dari sebaran limfosit, granulasi,
devaskularisasi, berkuranganya kolagen dan terdapat scarring yang menyebabkan
kontraksi luka berlebihan.Spesimen kulit pada luka diabetik menunjukkan
kegawatdaruratan kulit yang harus cepat diperbaiki, terutama karena hilangnya
kolagen yang merupakan substansi yang penting dalam dressing luka diabetik yang
ekspansif. Pada pemeriksaan mikroskopis kulit yang diberikan obat topikal akan
terdapat perubahan yang terjadi terutama pada deposisi kolagen, granulasi jaringan,
Ukuran Luka : 11.27 cm2
Grade Wagner : 3
Ukuran Luka : 8.06 cm2
Grade Wagner : 2
Gambar 5 . Perubahan ukuran dan grade luka setelah aplikasi topikal herbal
23
kontraksi, remodeling matriks, dan kondisi pembuluh darah. Berikut gambaran
perubahan jaringan luka setelah pemberian obat topikal herbal melalui pewarnaan
Haematoxilin & Eosin (HE) dan Masson-trichrome (MT).
Epitaslisasi kurang
Konraksi luka kurang (bc: blood capillaries)
Epitaslisasi
Konraksi (C: serat kolagen)
Tanpa Epitaslisasi
Granulasi (GT: Granulation Tissue)
Epitaslisasi
Banyak kolagen sintesis :C
Sedikit fibroblas deposisi fibroblas banyak dan BC
Gambar 6 . Perubahan histopatologi luka setelah aplikasi topikal herbal
24
Gambar di atas menjelaskan bahwa setelah penambahan topikal herbal
terdapat perubahan yang seignifikan yang ditandai dengan perbaikan jaringan melalui
deposisi kolagen, proliferasi fibroblas, Angioenesis (pembentukan pembuluh-
pembuluh darah kecil), dan epitelisasi.Hal ini tentu dipicu oleh kadungan enzim
hidroksiprolin, antioksidan, antiinflamasi, antibiotik, analgesik, tripertene pentasikilik
dan absorben eksudat luka.
Secara tradisional pembuatan obat topikal ini juga tidak harus tersedia dalam
bentuk salep, karena salep merupakan bentuk sediaan yang bertujuan untuk
mempertahankan ekstrak supaya tetap aktif walaupun sudah tidak bersama tumbuhan
aslinya. Masyarakat dengan akses kesehatan yang sulit, dapat dijadikan alternative
pengobatan topikal ini dengan mudah serta langsung dengan cara tradisional misalnya
dengan aplikasi lokal dari lumatan pegagan dicampur dengan daun bangun-bangun
yang sebelumnya sudah dilakukan sterilisasi alat-alat dan lokasi luka
4.3. Potensi pada Formulasi Topikal Tradisional
4.3.1 Keuntungan dan Kelemahan
Pemakaian bahan alami dari pegagan sebagai bahan pembuat salep tradisional
adalah suatu alternatif yang perlu digalakkan, sebab mempunyai harga murah, mudah
diperoleh dan mempunyai resiko efek samping yang relatif kecil dibandingkan obat
sintetis atau semisintetis serta dapat digunakan untuk menggantikan obat sintesis
yang sudah resisten. Namun untuk lebih menjamin khasiat dan keamanan yang relatif
tinggi, lebih efektif dan rasional, maka perlu dilakukan formulasi khusus sesuai
kandungan pegagan maupun bangun-bangun yang berpeluang untuk diuji dalam skala
laboratorium yang besar agar diperoleh suatu sediaan obat tradisional topikal yang
memenuhi standar baku.
25
4.3.2 Perencanaan (Plan Action) dalam IPTEK dan Kontribusinya terhadap
Tatalaksana Diabetes
Upaya pencarian obat topikal baru terutama yang berasal dari tumbuhan
sangat giat dilakukan. Hal ini disebabkan oleh karena pemakaian bahan yang berasal
dari alam untuk mengobati penyakit selain murah dan mudah didapat, juga memiliki
resiko efek samping yang kecil sehingga relatif aman jika dibandingkan obat-obat
sintesis. Obat sintesis untuk penyakit infeksi pada saat ini sudah banyak yang resisten
sehingga tidak begitu efektif lagi dalam mengobati penyakit yang disebabkan oleh
mikroba.
Berdasarkan gagasan ini, diharapkan dapat ditemukan sediaan modifikasi dan
kombinasi baru yang poten dan aman yang berasal dari tumbuhan Indonesia sehingga
bisa dikembangan sebagai obat alternatif baru dalam mengobati luka diabetik.
Gagasan ini merupakan upaya untuk mendapatkan formula dressing rasional untuk
pasien luka diabetik, disamping itu hal ini juga untuk memperkaya sumber, formulasi
dan jenis obat topikal baru agar ketergantungan impor bahan baku dressing topikal
obat sintesis dapat dikurangi
26
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Kegawatdaruratan luka diabetik masih menjadi focus utama penatalaksanaan
pasien diabetes mellitus dengan ancaman aputasi dan penurunan kualitas
hidup pasien.
2. Pegagan dan bangun-bangun merupakan kombinasi yang saling melengkapi
dalam memenuhi kebutuhan zat yang dibutuhkan luka diabetik untuk
mengalami proses penyembuhan sehingga diharapkan dapat mempercepat
proses penutupan luka (closure) dan terbentuknya jaringan penunjang baru
(dressing) lebih cepat.
3. Dressing topikal kombinasi pegagan dan bangun-bangun secara tradisional
merupakan formulasi krim yang potensial menjadi obat topikal baru bagi
penderita luka akibat komplikasi metabolik diabetes terutama bagi pasien
kurang mampu dengan cara memanfaatkan aplikasi langsung bahan herbal di
lingkungan sekitar
5.2. Saran
Berdasarkan telaah pustaka yang ada, ide ini dapat kiranya diteliti lebih lanjut
secara detail oleh mahasiswa kesehatan, badan penelitian dan pemerintah untuk
pengembangan lebih lanjut mengenai krim alami terbuat dari pegagan dan bangun-
bangun sehingga dapat diimplementasikan lingkungan masyarakat. Selain itu
alternatif obat ini dapat menjadi potensi fitofarmaka penutup jaringan (dressing) yang
lebih murah untuk menangani luka diabetik yang diderita sehingga dapat menurunkan
risiko amputasi, kecacatan dan kematian.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Moerfiah, Muztabadiharja. Et.al. 2011. Efektivitas Sediaan Salep Ekstrak Herba
Pegagan (Centella asiatica (L) Urb) Untuk Penyembuhan Luka Pada Mencit
Jantan (Mus musculus albinus). Jurnal Fitofarmaka. Vol 1. No. 1 Juni 2011: 17-
23
2. Brown-Etris, C. Milne, H. Orsted et al., 2008.“A prospective, randomized,
multisite clinical evaluation of a transparent absorbent acrylic dressing and a
hydrocolloid dressing in the management of Stage II and shallow Stage III
pressure ulcers,” Advances in Skin & Wound Care, vol. 21, no. 4, pp. 169–174,
2008.
3. Shukla, A. M. Rasik, G. K. Jain, R. Shankar, D. K. Kulshrestha, and B. N.
Dhawan. 2006. “in vitro and in vivo woundhealing activity of asiaticoside
isolated from Centella asiatica,” Journal of Ethnopharmacology, vol. 65, no. 1,
pp. 1–11, 2006.
4. Lukhoba, C. W. M. S. J. Simmonds, and A. J. Paton. 2006.“Plectranthus: a
review of ethnobotanical uses,” Journal ofEthnopharmacology, vol. 103, no. 1,
pp. 1–24, 2006.
5. Chiu, T. H. Huang, and C. S. Chiu, “Analgesik and antiinflammatory activities
of the aqueous extract from Plectranthusamboinicus (Lour.)Spreng.Both in vitro
and in vivo,” Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, vol.
2012, Article ID 508137, 11 pages, 2012.
6. Gembong T. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). 2004. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
7. Anief, M. Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar penyakit Kulit.Yogyakarta;
Gajah Mada Press: 2003. 3-32.
8. Rosanti, A. S.,N. Sugihartini, dan Oetari. 2003. Pengaruh Tipe basis Salep
TerhadapAktivitas minyak Atsiri Daun Sirih (Piper betle Linn.)
9. Saratman., S. A. Sumiwi dan D. Gozali. 2009. Pengaruh Ekstrak Antanan dalam
Bentuk
10. Frykberg, R. G. 2007b. “Diabetik foot ulcers: pathogenesis and
management,”American Family Physician, vol. 66, no. 9, pp. 1655–1662,
11. Frykberga, R. G..Wittmayer, and T. Zgonis, 2007a.“Surgical management of
diabetik foot infections and osteomyelitis,” Clinics in PodiatricMedicine and
Surgery, vol. 24, no. 3, pp. 469–482,Salep, Krim dan Jelly Terhadap
Penyembuhan Luka Bakar. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Padjadjaran, Bandung.
28
12. Heyne, K. 1997. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Departemen Kehutanan RI,
Jakarta.
13. Koba K, Garde D, Sanda K, Raynaud C and Chaumont, JP, Chemical
composition and antimicrobial properties of the leaf essential oil of Coleus
aromaticus Benth. from Cambodia. Inter. J. of Essential Oil Therapeutics, 1(1):
16-20, (2007).
14. Vasquez, E.A., W. Kraus, A.D. Solsoloy, B., dan M. Rejesus. 2010. The Use of
Spices and Medicinal: Antifungal, Antibacterial, Anthelmintic, and
Molluscicidal Constituents of Philipphine Plants.
15. Gurgel APAD, da Silva JG, GrangeiroaARS, Oliveira DC, Limaa CMP, da
Silvaa ACP, Oliveira RAG and Souzac IA, In vivo study of the anti-
inflammatory and antitumor activities of leaves from Plectranthus amboinicus
(Lour.) Spreng (Lamiaceae), J. of Ethnopharmacol, 125: 361–363, (2009).
16. Ong HC and Nordiana M, Malay ethnomedico botany in Machang, Kelantan,
Malaysia, Fitoterapia, 70: 502-513, (2009).
17. Damanik R, Torbangun (Coleus amboinicus Lour): a Bataknese
traditionalcuisine perceived as lactagogue byBataknese lactating women in
Simalungun, North Sumatera, Indonesia. J Hum Lact. 25(1): 64-72, (2009).
18. Warsiki E, Damayanthy E, Damanik R. Karakteristik mutu sop daun torbangun
(Coleus amboinicus Los) dalam kemasan kaleng dan perhitungan total migrasi
bahan kemasan. J Tek Ind Pert. 2009;Vol 18(3):21-24
19. Odhav, B, Beekrum, S., Akula, Us., Baijnath, H. 2007. Preliminary assesment of
nutritional value of traditional leafy vegetables in KwaZulu-Natal, South Africa.
Journal of Food Composition and Analysis 20 (2007) 430-435.
20. Yusuf, Muhammad. 2008. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal Pegagan
(Centella asiatica L. Urban). [Skripsi]. Fateta IPB Bogor
21. Santosa, Christin Marganingsih dkk. 2011. Efek Air Daun bangun-bangun
(Coleus amboinicus) pada aktivitas inflamasi dan linmfosit tikus putih. Bagian
Patologi Klinik Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
22. Wagner FW. The Dysvascular Foot: a System of Diagnosis and Treatment.
FootAnkle.1991; 2: 64-221.
23. Boyko EJ, Ahroni JH, Cohen V, et al. Prediction of diabetik foot ulcer occurence
24. using commonly available clinical information. Diabetes Care.2006; 31: 2318-
24.
25. Nastiti, Tri Pamuji dkk. 2012. Pegagan Hijau, Si Liar Pencegah Keloid. (online:
http://www. harianjogja.com/baca/2012/08/27/obat-herbal-pegagan-hijau-si-liar-
pencegah-keloid-322204) diakses tanggal 10 Oktober 2012.
26. Arundina, Ira. Dkk. 2010.Isolasi Terpenoid Dari Pegagan (Centella asiatica L)
Sebagai Growth Factor Untuk Terapi Infeksi Periodontal Menggunakan
Teknologi Stem Sel. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran Libr. Vol
12. Bandung.
27. Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid III, Edisi keempat, Penerbit FK UI, Jakarta 2006.
29
28. Hasan, Hasliyawati. et.al. 2009.Clinical and Laboratory Aspects of Diabetik Foot
Infection. The Indonesian Journal of Medical Science Volume 2 No. 1 March
2009.
29. Arnold. 2003. University of Texas. Foot Diabetik Classification System. Texas.
USA. Texas university online library. (online; http://www.library.txstate.edu/)
diakses tanggal 8 Oktober 2012.
30. How Yee Lai & Yau Yan Lim. 2012.Potential dermal wound healing agent in
31. Blechnum orientale Linn and Plectrahthus.BMC Journal Complementary and
Alternative Medicine 2011.Vol 11.No.62. diakses 8 Oktober 2012.
32. Rahadi. 2009. Penatalaksanaa Luka Ulkus Diabetik pada Pasien Setelah Pulang
dari rawat Inap.(online)(http://obatkencingmanis.net/terapi/fakta-terbaru-terkait-
pengobatan-ulkus-diabetes-mellitus) diakses tanggal 9 Oktober 2012.
33. Edison. 2010. Diabetes Mellitus Di Medan (online)
(http://www.hariansumutpos.com/v2/wp-comments-post.php) diakses tanggal 6
Oktober 2012
34. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes). 2007. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes
Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. (online) (http://www.depkes.
go.id/index.php/berita/press -release/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-
melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html) diaksese tanggal 7 Oktober
2011
35. World Health Organization (WHO). 2009. Diabetik Report Count and Card
2010. Time Table and News of Indonesian Helat Observatory Report vol 4.
(online) (http://apps.who.int/ghodata/) diakses tanggal 05 Oktober 2012
36. Eshart H. and M.A. Hussain 2007. Hypoglicemic, Hypolipidemic and
antioxidant properties of Combination from Curcuma longa, Linn and partially
purified product from Abroma augusta, Linn in streptozotocin induced diabetes.
Indian Journal of Clinical Biochemistry, 17 (2): 33-43
37. International Diabetik Federation (IDF). 2007. Indonesian on Cases. (online)
(http://pdnindo.com/berita-65-jumlah-penderita-diabetes-indonesia-ranking-ke4-
di-dunia.html) diakses tanggal 3 Oktober 2012
38. Winarsih, W. Wieantarsih.Estuningsih.2008. Kajian Aktivitas Ekstrak Rimpang
Kunyit (Curcuma Longa) dalam Proses Persembuhan luka pada mencit sebagai
model penderita diabetes.Laporan Penelitian Hibah Bersaing XV Perguruan
Tinggi/ FKH-IPB.
39. Yuan, Sung Kuo. Et.al. Plectranthus amboinicus Creamfor the Treatment of
Diabetic Foot Ulcers. Hindawi Publishing Corporation Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine Volume 2012, Article ID 418679, 9
pages
30
a. Ketua
Nama : Tajul Anshor F.H
NIM : I111 10 024
Tempat/Tanggal Lahir : Pontianak, 12 Juli 1993
Alamat : Jl. Tanjung Raya II
Pendidikan
1. Mahasiswa S-1 Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura (2010-sekarang).
2. MAN 2 Pontianak (2007-2010).
Lomba/Prestasi yang Pernah Diikuti :
1. Juara II Lomba Inovasi Teknologi tingkat SMA Se-Kota Pontianak dengan Judul
“Smog Vacum Absorber” Politeknik Negeri Pontianak. 2008.
2. Finalis 4 LBSK bidang Karya Tulis Ilmiah Tingkat SMA Se-KalBar 2009.
3. Juara II Lomba Penalaran Ilmiah Mahasiswa Se-Kota Pontianak Universitas
Tanjungpura 2010.
4. Juara I Lomba Penelitian Ilmiah tingkat Mahasiswa oleh Kantor Lembaga
Penelitian dan Pengembangan se-Kalimantan Barat 2011.
5. Finalis Lomba LKT SejarahKemenbudpar Nasional Tahun 2011, Palu Sulteng
6. PKM K didanai 2011 , 2012
7. Juara III LKTIPekan Ilmiah Gizi Indonesia tk Nasional (Makassar, Sulsel) 2011
8. Finalist LKTI Nasional BNN, Jakarta 2009
9. Juara II Lomba Penalaran Ilmiah Mahasiswa (KOMPAS) Untan 2010.
10. 1st Winner of English Writing on Muhammad’s History FMIPA 2010
11. 2nd winner of English Competition UPT Bahasa Untan tk Kota Pontianak 2010
12. 3rd winner Kalimantan Region English Debating Championship, Univ.
Lambungmangkurat, Banjarmasin 2011
13. Participant of National University English Debating Championship, Udayana
University, Bali 2011
14. Best Participant of International Youth Summit on Climate Change, Bogor 2011
15. Juara I Lomba Penelitian Ilmiah tingkat Mahasiswa oleh Kantor Lembaga
Penelitian dan Pengembangan se-Kalimantan Barat 2011.
16. Juara II LKTI Kesehatan dan Gizi Nasional, Fakultas Kedokteran Univ.
Hasanuddin Makassar 2011
17. Finalis Lomba LKT SejarahKemenbudpar Nasional Palu, Sulawesi Tengah 2011
18. Peraih Beasiswa Japan-East Asia Student Exchange (JENESYS ) Program, Japan
2012
19. Duta Kalimantan Barat dalam International Youth Conference, Kemenpora
Jakarta 2012
20. Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM K) didanai 2011
21. Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM P) didanai 2012
22. Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Universitas Tanjungpura 2012
23. 3rd Winner of National Research Competition and Exhibition (Narration) 2012,
University of Indonesia/Lomba Riset Nasional 2012
31
Anggota 1
Nama /NIM : Gama Natakusumawati / I11111017
TempatTanggalLahir : Cianjur, 28 Maret 1994
Alamat : Jalan Silat Baru K4, Pontianak
No.Hp : 085759251288
Email : [email protected]
RiwayatPendidikan : 1) Mahasiswa S-1 Fakultas
KedokteranUniversitasTanjungpura
2011
2) SMA Negeri 2 Bandung
3) SMP Negeri 2 Bandung
4) SDN Padasuka 2 Lembang
Pengalaman organisasi : 1) Staff Pengembangan Sumber Daya
Mahasiswa 2012-2013
2) Anggota Minerva Fakultas Kedokteran
Untan
Prestasi dan karya tulis yang pernahbuat:
1. Hibiscus rosasinensis sebagai alternatif sabun kain batik (2010)
2. Juara 1 lomba Mading Online se-Jawa Barat (2010)
3. Juara 2 storry telling Banddung Cimahi
4. Peserta Debat Bahasa Inggris Nasional (U.S. Embassy Policy)
Anggota 2
Nama /NIM : Edi Kurnawan / I11110013
Tempat Tanggal Lahir : Sambas, 29 September 1992
Alamat : Jln.Sepakat II. Gg Citra Mandiri,
Pontianak
No.Hp : 085245722452
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 5) Mahasiswa S-1 Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura 2010
6) SMA Negeri 1 Sambas
7) SMP Negeri 2 Sambas
8) SDN No.27 Sebawi
Pengalaman organisasi : 3) Staff Bidang Kerohanian Keluarga
Besar Mahasiswa Buddhis (KBMB)
32
Untan periode 2011-2012
4) Staff Bidang Pengabdian Masyarakat
Ikatan Mahasiswa Kedokteran Untan
(IMKU) periode 2011-2012
5) Kepala Divisi Pengembangan Anggota
UKM LISMA Untan periode 2011-
2012
Prestasi dan karya tulis yang pernah buat:
5. Finalis Astra Honda Motor Best Student dengan judul “Motor
Honda Yang Ramah Lingkungan Dan Kaitannya Dengan Isu Global
Warming Dan Penghijauan” (2008)
6. Karya Tulis denagn judul “Pengakuan Akan Remaja sebagai Wujud
Pengendalian Kenakalan Remaja” (2009)
7. Juara 1 LKTI Tingkat Pelajar, Mahasiswa dan Guru Se-Kalbar
“Peranan Kurikulum Pendidikan Dalam Memberikan Jaminan
Lapangan Kerja Bagi Siswa Lulusan Sekolah Menengah Atas
(SMA) (2010)
8. Juara 2 Olimpiade Sains Nasional Pertamina Tingkat Provinsi Kal-
Bar Bidang Biologi.
9. Juara 2 LKTI Dies Natalis dengan judul “Pengimplementasian
Problem Based Learning; Sebuah Student Centre Learning Method
dalam Menghasilkan Mahasiswa Kritis-Solutif sebagai Upaya
Menghadapi Tantangan Persaingan Global; Studi Observasi Di
Universitas Tanjungpura” (2012)
10. Finalis Olimpiade Sains Nasiona (OSN) Pertamina tingkat Provinsi
Kalimantan Barat 2012.