dokumen.tips pbl rudy abses peritonsil blok 23

16
Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Peritonsil Kezia.A.Beno- 102010167 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Waana hezia!eno"#$ail.o$ Pendahuluan Abses peritonsiler adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada bagian kepala dan leher. Gabungan dari bakteri aerobic dan anaerobic di daerah peritonsilar. Tempat yang bisa berpotensi terjadinya abses adalah adalah didaerah pillar tonsil anteroposterior, fos sa piri for m inf eri or, dan pala tum superi or . Ab ses per itonsi l ter bentuk ole h kar ena  penyebaran organisme bakteri penginfeksi tenggorokan kesalah satu ruangan aereolar yang longgar disekitar faring menyebabkan pembentukan abses, dimana infeksi telah menembus kapsul tonsil tetapi tetap dalam batas otot konstriktor faring. Per itonsi lla r abs cess (PT A) mer upa kan kumpul an/ timbunan (acc umu lati on) pus (na nah ) yan g ter lokali sir/ ter bata s (locali ed) pad a jari nga n per itonsi lla r yan g terb ent uk sebagai hasil dari suppurati!e tonsillitis. "yeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan  pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat. #ebanyakan kuman penyebab adalah golongan $treptococcus, $taphylococcus, kuman anaerob %acteroides a tau kuman campuran. & Skenario $eorang laki'l aki ber usia tahun datang ke pus kesmas dengan kel uhan sulit menelan, demam, bany ak air li ur , leher ki ri me mbeng kak. Pada peme rik saan suhu *,+ o , " 1

Upload: novita-marta-tumanggor

Post on 05-Jul-2018

238 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 1/16

Diagnosis dan Penatalaksanaan

Abses Peritonsil

Kezia.A.Beno- 102010167

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Waana

hezia!eno"#$ail.o$

Pendahuluan

Abses peritonsiler adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada bagian

kepala dan leher. Gabungan dari bakteri aerobic dan anaerobic di daerah peritonsilar. Tempat

yang bisa berpotensi terjadinya abses adalah adalah didaerah pillar tonsil anteroposterior,

fossa piriform inferior, dan palatum superior. Abses peritonsil terbentuk oleh karena

 penyebaran organisme bakteri penginfeksi tenggorokan kesalah satu ruangan aereolar yang

longgar disekitar faring menyebabkan pembentukan abses, dimana infeksi telah menembus

kapsul tonsil tetapi tetap dalam batas otot konstriktor faring.

Peritonsillar abscess (PTA) merupakan kumpulan/timbunan (accumulation) pus

(nanah) yang terlokalisir/terbatas (localied) pada jaringan peritonsillar yang terbentuk 

sebagai hasil dari suppurati!e tonsillitis. "yeri tenggorok dan demam yang disertai dengan

terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh

abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher 

dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok,

sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan

 pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat. #ebanyakan kuman penyebab adalah

golongan $treptococcus, $taphylococcus, kuman anaerob %acteroides atau kuman campuran.&

Skenario

$eorang laki'laki berusia tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sulit menelan,

demam, banyak air liur, leher kiri membengkak. Pada pemeriksaan suhu *,+ o, "

1

Page 2: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 2/16

+-/menit, &-/menit. Pemeriksaan u!ula terdorong ke sisi sehat, tonsil edema,

 bengkak.

Anatomi Faring

0aring adalah suatu kantong fibromuskuler 

yang bentuknya seperti corong yang besar di bagian

atas dan sempit di bagian ba1ah. #antong ini mulai

dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus

setinggi !ertebra ser!ikal ke'2. #e atas, faring

 berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga

mulut ismus orofaring, sedangkan dengan laring di ba1ah berhubungan melalui aditus laring

dan ke ba1ah berhubungan dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang

de1asa kurang lebih &3 cm4 bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang.

5inding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler,

 pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. 0aring terbagi atas nasofaring, orofaring

dan laringofaring (hipofaring). 6nsur'unsur faring mliputi mukosa, palut lendir (mucous

 blanket) dan otot.

7

%entuk mukosa faring ber!ariasi, tergantung pada letaknya. Pada nasofaring karena

fungsinya untuk saluran respirasi, maka mukosanya bersilia, sedang epitelnya torak berlapis

yang mengandung sel goblet. 5i bagian ba1ahnya, yaitu orofaring dan laringofaring, karena

fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia. 5i sepanjang

faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan

ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial. 8leh karena itu faring dapat disebut juga

daerah pertahanan tubuh terdepan.

5aerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung. 5i

 bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak di atas silia dan bergerak 

sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palur lendir ini berfungsi untuk menangkap

 partikel kotoran yan terba1a oleh udara yang diisap. Palut lendir ini mengandung enim

9yoyme yang penting untuk proteksi.

8tot'otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang(longitudinal). 8tot'otot yang sirkular terdiri dari :. #onstriktor faring superior, media, dan

2

Gambar 1. Anatomi Faring-laring.2

Page 3: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 3/16

inferior. 8tot'otot ini terletak di sebelah luar. 8tot'otot ini berbentuk kipas dengan tiap bagian

 ba1ahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. 5i sebelah depan, otot'otot

ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat yang disebut ;afe

0aring< (aphe Pharyngis). #erja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. 8tot'otot

ini dipersarafi oleh n !agus (n. =).

8tot'otot longitudinal adalah :. $tilofaring dan : palato faring. 9etak otot'otot ini di

sebelah dalam. :usculus $tilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik laring,

sedangkan :. Palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian ba1ah

faring dan laring. >adi kedua otot ini bekerja sebagai ele!ator. #erja kedua otot itu penting

 pada 1aktu menelan. :. $tilofaring dipersarafi oleh n. ?= sedangkan :. Palatofaring

dipersarafi oleh n. =.7

Pada palatum mole terdapar lima pasang otot yang dijadikan satu dalam satu sarung

fasia dari mukosa yaitu m. 9e!ator !eli palatini, m. Tensor !eli palatini, m. Palatoglosus, m.

Palatofaring dan m. aigos u!ula. :usculus le!ator !eli palatini membentuk sebagian besar 

 palatum mole dan kerjanya untuk menyempitkan ismus faring an memperbesar ostium tuba

@ustachius. 8tot ini dipersarafi oleh n. =. :usculus tensor !eli palatini membentuk tenda

 palatum mole dan kerjanya mengencangkan bagian anterior palatum mole dan membuka tuba

@ustachius. 8tot ini dipersarafi oleh n. =. :usculus palatoglosus membentuk arkus anterior 

faring dan kerjanya menyempitkan imus faring. 8tot ini dipersarafi oleh n. =. :usculus

 palatofaring membentuk arkus posterior faring. 8tot ini dipersarafi oleh n. =. :usculus

aigos u!ula merupakan otot yang kecil, kerjanya memperpendek dan menaikkan u!ula ke

 belakang atas. 8tot ini dipersarafi oleh n. =.

0aring dapat darah dari beberapa sumber dan kadang'kadang tidak beraturan. ang

utama berasal dari cabang A. arotis eksterna (cabang faring asendens dan cabang fausial)

serta dari cabang A. :aksila interna yakni cabang palatina superior.

Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang

ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dan n. Bagus, cabang dari n. Glosofaring

dan serabut simpatis. abang faring dari n. Bagus berisi serabut motorik. 5ari pleksus faring

yang ekstensif ini keluar cabang'cabang untuk otot'otot faring kecuali m. $tilofaring yang

dipersarafi langsung oleh cabang n. Glosofaring (n. ?=).

3

Page 4: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 4/16

Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui saluran, yakni superior, media, dan

inferior. $aluran limfa superior mengalir ke

kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar 

getah benting ser!ikal dalam atas. $aluran limfa

media mengalir ke kelenjar getah bening

 jugulo'digastrik dan kelenjar ser!ikal dalam

atas. $edangkan saluran limfa inferior mengalir 

ke kelenjar getah bening ser!ikal dalam ba1ah.7

%erdasarkan letaknya, faring dibagi atasC

&. "asofaring

%atas nasofaring di bagian atas adalah dasar 

tengkorak, di bagian ba1ah adalah palatum

mole, ke depam adalah rongga hidung

sedangkan ke belekanag adalah !ertebra

ser!ikal. "asofaring yang relatif kecil,

mengandung serta menghubungkan erat

dengan beberapa struktur penitng, seperti

adenoid, jaringan limfoid pada dindinglateral faring dengan resesus faring yang

disebut fosa osenmuller, kantong athke, yang merupakan in!aginasi struktur embrional

hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago

tuba @ustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n. Glosofaring, n. Bagus, dan

n. Asesorius spinal saraf kranial dan !. >ugularis interna, bagian petrosus os temporalis

dan foramen laserum dan muara tuba @ustachius.

7. 8rofaring

5isebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas ba1ah adalah

tepi atas epiglotis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang adalah !ertebra

ser!ikal. $truktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil

 palatina, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, u!ula, tonsil lingual dan

foramen sekum.

5inding Posterior 0aring

$ecara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang akut atau

radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot'otot di bagian tersebut.

4

Gambar 2. Anatomi faring.

Gambar 3. Anatomi faring.

Page 5: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 5/16

Gangguan otot posterior faring bersama'sama dengan otot palatum mole berhubungan

dengan gangguan n. Bagus.7

0osa Tonsil

0osa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. %atas lateralnya adalah :.

#onstriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas (upper pole) terdapat

suatu ruang kecil yang dinamakan fosa supra tonsil. 0osa ini berisi jaringan ikat jarang

dan biasanya merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. 0osa tonsil

diliputi oleh fasia yang merupakan bagian dari fasia bukofaring, dan disebut kapsul yang

sebenarnya bukan merupakan kapsul

yang sebenarnya.

Tonsil

Tonsil adalah massa yang terdiri dari

 jaringan limfoid dan ditunjang oleh

 jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya.

Terdapat macam tonsil yaitu tonsil

faringeal (adenoid), tonsil palatina dan

tonsil lingual yang ketiga'tiganya

membentuk lingkaran yang disebut cincin

Daldeyer. Tonsil palatina yang biasanya

disebut tonsil saja terletak di dalam fosa

tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali

ditemukan celah intratonsil yang

merupakan sisa kantong faring yang kedua. #utub ba1ah tonsil biasanya melekat pada

dasar lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah

yang disebut kriptus. @pitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi

kriptus. 5i dalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas,

 bakteri dan sisa makanan. Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang disebutkapsul tonsil. #apsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan

diseksi pada tonsilektomi. Tonsil mendapat darah dari A. Palatina minor, A. Palatina

asendens, cabang tonsil A. :aksila eksterna, A. 0aring asendens, dan A. 9ingualis dorsal.

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum

glosoepiglotika. 5i garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum

 pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkum!alata. Tempat ini kadang'

kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat

 penting bila ada massa tiroid lingual (lingual Thyroid) atau kista duktus tiroglosus.

5

Gambar 4. Anatomi tonsil

Page 6: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 6/16

. 9aringofaring (hipofaring)

%atas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior adalah

laring, batas inferior adalah esofagus, serta batas posterior adalah !ertebra ser!ikal. %ila

laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung

atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang

tampak di ba1ah dasar lidah ialah !alekula. %agian ini merupakan dua buah cekungan

yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika

lateral pada tiap sisi. Balekula disebut juga ;kantong pil< (pill pockets), sebab pada

 beberapa orang, kadang bila menelan pil akan tersangkut disitu.

5i ba1ah !alekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentyk omega dan pada

 perkembangannya akan lebih melebar meskipun kadang'kadang bentuk infantil (bentuk 

omega) ini tetap sampai de1asa. 5alam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadidemikian lebar dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung

tampak menutupi pita suara. @piglotis berfungsi juga untuk melindungi glotis ketikan

menelan makanan atau minuman pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan

ke esofagus. "er!us laring superior berjalan di ba1ah dasar sinus piriforimis pada tiap

sisi laringofaring. Eal ini penting untuk diketahui pada pemberian analgesia lokal di

faring dan laring pada tindakan laringoskopi langsung.7

uang 0aringal

Ada dua ruang yang berhubungan dengan faring yang secara klinik mempunyai arti penting,

yaitu ruang retrofaring dan ruang parafaring.

&. uang retrofaring (retropharyngeal space)

5inding anterior ruang ini adalah dinding belakang faring yang terdiri dari mukosa faring,

fasia faringobasilaris dan otot'otot faring. uang ini berisi jaringan ikat jarang dan fasia

 pre!ertebralis. uang ini mulai dari dasar tengkorak di bagian atas sampai batas paling

 ba1ah dari fasia ser!ikalis. $erat'serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya pada

!ertebra. 5i sebelah lateral ruang ini berbatasan dengan fosa faringomaksila. Abses

retrofaring sering ditemukan pada bayi atau anak. kejadiannya ialah karena di ruang

retrofaring terdapat kelenjar'kelenjar limfa. Pada peradangan kelenjar limfa itu, dapat

terjadi supurasi, yang bilamana pecah, nanahnya akan tertumpah di dalam ruang

retrofaring. #elenjar limfa di ruang retrofaring ini akan banyak menghilang pada

 pertumbuhan anak.

7. uang Parafaring (0osa 0aringomaksila/Phyarungo':a-illary 0ossa)

uang ini berbentuk kerucut denganndasarnya yang terletak pada dasar tengkorak dekatforamen jugularis dan puncaknya pada korny mayus os hioid. uang ini dibatasi di bagian

6

Page 7: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 7/16

dalam oleh :. #onstriktor faring superior, batas luarnya adalah ramus asenden mandibula

yang melekat dengan :. Pterigoid interna dan bagian posterior kelenjar parotis. 0osa ini

dibagi menjadi 7 bagian yang tidak sama besarnya oleh os stiloid dengan otot yang

melekat padanya. %agian anterior (presteloid) adalah bagian yang lebih luas dan dapat

mengalami proses supuratif sebagai akibat tonsil yang meradang, beberapa bentuk 

mastoiditis atau petrositis, atau dari karies dentis. %agian yang lebih sempit di bagian

 posterior (post steloid) berisi A. #arotis interna, B. >ugularis interna, n. Bagus, yang

dibungkus dalam suatu sarung yang disebut selubung karotis (carotid sheath) bagian ini

dipisahkan dari ruang retrofaring oleh suatu lapisan fasia yang tipis. 7

Anamnesis

#eluhan kelainan di daerah faring umumnya adalah "yeri tenggorok, nyeri

menelan/8dinofagia, rasa banyak dahak di tenggorok, sulit menelan/disfagia, rasa ada yang

menyumbat atau mengganjal.

•  "yeri tenggorokC keluhan ini dapat hilang timbul atau menetap. Apakah nyeri tenggorok 

ini disertai demam, batuk, serak, dan tenggorok terasa kering. Apakah pasien merokok 

dan berapa jumlahnya perhari.

•  "yeri menelan/8dinofagiaC merupakan rasa nyeri di tenggorok 1aktu gerakan menelan.

Apakah rasa nyeri ini dirasakan sampai ke telinga.

• 5ahak di tenggorokC merupakan keluhan yang sering timbul akibat adanya inflamasi di

hidung dan faring. Apakah dahak ini berupa lendir saja, pus atau bercampur darah. 5ahak 

ini dapat turun, keluar bila dibatukkan atau terasa turun di tenggorok.

• $ulit menelan/disfagiaC sudah berapa lama dan untuk jenis makanan cair atau padat.

Apakah juga disertai muntah dan berat badan menurun dengan cepat.

• asa sumbatan di leherC sudah berapa lama, tempatnya dimanaF

Pemeriksaan Fisik 

7

Page 8: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 8/16

5engan lampu kepala yang diarahkan ke rongga mulut,

dilihat keadaan bibir, mukosa rongga mulut, lidah, dan

gerakan lidah. 5engan menekan bagian tengah lidah

memakai spatula lidah maka bagian'bagian rongga mulut

lebih jelas terlihat. Pemeriksaan dimulai dengan melihat

keadaan dinding belakang faring serta kelenjar limfanya,

u!ula, arkus faring serta gerakannya, tonsil, mukosa pipi,

gusi, dan gigi geligi. Palpasi rongga mulut diperlukan bila ada massa tumor, kista, dan lain'

lain. Apakah ada rasa nyeri di sendi temporo mandibula ketika membuka mulut.

Pada kasus Abses Peritonsil, kadang'kadang sukar memeriksa seluruh faring, karena trismus.

Palatum mole tampak membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi. 6!ula

 bengkak dan terdorong ke sisi kontralateral. Tonsil bengkk, hiperemis, mungkin banyak 

detritus dan terdorong ke arah tengah, depan dan ba1ah.

Pemeriksaan Penunjang

Pada penderita PTA (peritonsil abses) perlu dilakukan pemeriksaanC

&. Eitung darah lengkap (complete blood count), pengukuran kadar elektrolit (electrolyte

le!el measurement), dan kultur darah (blood cultures).

7. Tes :onospot (antibodi heterophile) perlu dilakukan pada pasien dengan tonsillitis dan bilateral cer!ical

lymphadenopathy. >ika hasilnya positif, penderita memerlukan

e!aluasi/penilaian hepatosplenomegaly. 9i!er function tests

 perlu dilakukan pada penderita dengan hepatomegaly.

. ;Throat culture< atau ;throat s1ab and culture<C diperlukan

untuk identifikasi organisme yang infeksius. Easilnya dapat

digunakan untuk pemilihan antibiotik yang tepat dan efektif,

untuk mencegah timbulnya resistensi antibiotik.

3. Plain radiographsC pandangan jaringan lunak lateral (9ateral soft tissue !ie1s) dari

nasopharyn- dan oropharyn- dapat membantu dokter dalam menyingkirkan diagnosis

abses retropharyngeal.

+. omputeried tomography (T scan)C biasanya tampak kumpulan cairan hypodense di

ape- tonsil yang terinfeksi (the affected tonsil), dengan ;peripheral rim enhancement<.

2. 6ltrasound, contohnyaC intraoral ultrasonography.

8

Gambar 5. Pemeriksaan faring

Gambar 6. CT san !eritonsil abses.

Page 9: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 9/16

Working Diagnosis

:enegakkan diagnosis penderita dengan abses peritonsil dapat dilakukan berdasarkan

anamnesis tentang ri1ayat penyakit, gejala klinis dan pemeriksaan fisik penderita. Aspirasi

dengan jarum pada daerah yang paling fluktuatif, atau punksi merupakan tindakan diagnosis

yang akurat untuk memastikan abses peritonsil. 6ntuk mengetahui jenis kuman pada

abses peritonsil tidak dapat dilakukan dengan cara usap tenggorok. Pemeriksaan penunjang

akan sangat membantu selain untuk diagnosis juga untuk perencanaan penatalaksanaan.

Pemeriksaan secara klinis seringkali sukar dilakukan karena adanya trismus. Palatum mole

tampak menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi. Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin

 banyak detritus, terdorong ke arah tengah, depan dan ba1ah. 6!ula terdorong ke arah kontra

lateral. Gejala lain untuk diagnosis sesuai dengan gejala klinisnya. Pemeriksaan laboratorium

darah berupa faal hemostasis, terutama adanya leukositosis sangat membantu diagnosis.

Pemeriksaan radiologi berupa foto rontgen polos, ultrasonografi dan tomografi komputer.

$aat ini ultrasonografi telah dikenal dapat mendiagnosis abses peritonsil secara spesifik dan

mungkin dapat digunakan sebagai alternatif pemeriksaan. :ayoritas kasus yang diperiksa

menampakkan gambaran cincin isoechoic dengan gambaran sentral hypoechoic. Gambaran

tersebut kurang dapat dideteksi bila !olume relatif pus dalam seluruh abses adalah kurang

dari & pada penampakan tomografi komputer. Penentuan lokasi abses yang akurat,membedakan antara selulitis dan abses peritonsil serta menunjukkan gambaran penyebaran

sekunder dari infeksi ini merupakan kelebihan penggunaan tomografi komputer. #husus

untuk diagnosis abses peritonsil di daerah kutub ba1ah tonsil akan sangat terbantu dengan

tomografi komputer. pemeriksaan dengan menggunakan foto rontgen polos dalam

menge!aluasi abses peritonsil terbatas. %agaimanapun tomografi komputer dan

ultrasonografi dapat membantu untuk membedakan antara abses peritonsil dengan selulitis

tonsil.3

Diferensial Diagnosis

Abses Parafaring

"

Page 10: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 10/16

uang parafaring dapat mengalami infeksi dengan caraC

&. 9angsung, yaitu akibat tusukan jarung pada saat melakukan tonsilektomi dengan

analgesia. Peradangan terjadi karena ujung jarung suntik yang telah terkontaminasi

kuman menembus lapisan otot tipis (:. #onstriktor faring superior) yang memisahkan

ruang parafaring dari fosa tonsilaris

7. Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus

 paranasal, mastoid dan !ertebra ser!ikal dapat merupakan sumber infeksi untuk 

terjadinya abses ruang parafaring

. Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring, submandibula

Gejala dan tanda yang utama ialah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar 

angulus mandibula, demam tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring, sehingga

menonjol ke arah medial. 5iagnosis ditegakkan berdasarkan ri1ayat penyakit, gejala dan

tanda klinik. %ila meragukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen

 jaringan lunak AP atau T scan.

Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen, limfogen, atau langsung

(perkontinuitatum) ke daerah sekitarnya. Penjalaran ke atas dapat mengakibatkan peradangan

intrakranial, ke ba1ah menyusuri selubung karotis mencapai mediastinum. Abses juga dapat

menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. %ila pembuluh karotis mengalaminekrosis, dapat terjadi ruptur, sehingga terjadi perdarahan hebat. %ila terjadi periflebitis atau

endiflebitis, dapat timbul tromboflebitis dan septikemia.

6ntuk terapi diberi antibiotika dosis tinggi secara parenteral terhadpa kuman aerob

dan anaerob. @!akuasi abses harus segera dilakukan bila tidak ada perbaikan dengan

antibiotika dalam 73'3 jam dengan cara eksplorasi dalam narkosis. aranya melalui insisi

dari luar dan intraoral. ?nsisi dari luar dilakukan 7 H jari di ba1ah dan sejajar mandibula.

$ecara tumpul eksplorasi dilanjutkan dari batas anterior :. $ternokleidomastoideus ke arah

atas belakang menyusuri bagian medial mandibula dan :. Pterigoid interna mencapai ruang

 parafaring dengan terabanya prosesus stiloid. %ila nanah terdapat di dalam selubung karotis,

insisi dilanjutkan !ertikal dari pertengahan insisi horiontal ke ba1ah di depam :.

$ternokleidomastoideus (cara :osher). ?nsisi intraoral dilakukan pada dinding lateral faring.

5engan memakai klem arteri eksplorasi dilakukan dengan menembus :. #onstriktor faring

superior ke dalam ruang parafaring anterior insisi intraoral dilakukan bila perlu dan sebagai

terapi tambahan terhadap insisi eksternal. Pasien dira1at inap sampai gejala dan tanda infeksi

reda.

1#

Page 11: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 11/16

Tonsilitis

Tonsillitis adalah suatu peradangan pada tonsil (atau biasa disebut amandel) yang dapat

disebabkan oleh berbagai faktor, namun hampir + kasus tonsilitis adalah karana

infeksi. Tonsilitis akut sering dialami oleh anak dengan insidensi tertinggi pada usia +'2

tahun, dan juga pada orang de1asa di atas usia + tahun. $eseorang terpredisposisi

menderita tonsillitis jika memiliki resistensi yang rendah, memiliki tonsil dengan kondisi

tidak menguntungkan akibat tonsilitis berulang sebelumnya, sebagai bagian dari radang

tenggorok (faringitis) secara umum, atau sekunder terhadap infeksi !irus (biasanya

adeno!irus yang menyebabkan tonsil menjadi mudah diin!asi bakteri).+

:anifestasi klinik yang mungkin timbul pada tonsilitis sangat ber!ariasi untuk tiap

 penderita, diantaranya rasa mengganjal atau kering di tenggorokan, nyeri tenggorok (sore

throat) rasa haus, malaise, demam, menggigil, nyeri menelan (odinofagia), gangguanmenelan (disfagia), nyeri yang menyebar ke telinga, pembengkakan kelenjar getah bening

regional, perubahan suara, nyeri kepala, ataupun nyeri pada bagian punggung dan

lengan.3

5iagnosis dari tonsilitis akut atau berulang ditegakkan terutama berdasarkan manifestasi

klinis. :eskipun demikian prosedur kultur dan resistensi bakterial sangat dianjurkan. Eal

ini berkaitan dengan ditemukannya jenis bakteri $treptokokus beta hemolitikus grup A

 pada 3 kasus, di mana tonsilitis yang terjadi sekunder terhadap bakteri ini dapat

menimbulkan berbagai komplikasi yang cukup berat. >enis bakteri lain yang juga dapat

ditemukan, antara lainC streptokokus alfa dan gama, difteroid, stafilokokus aureus, dan

haemofilus influena. 5i samping itu bakteri anaerob juga telah ditemukan pada

 permukaan dan poros tonsil, terutama grup bakteroides melaninogenikus.3

:eskipun kebanyakan kasus tonsilitis dapat sembuh dengan penanganan kon!ensional,

seperti istirahat (bedrest), asupan makanan yang baik, penurun panas (antipiretik), di

mana tanpa pemberian antibiotik, tonsilitis biasanya berlangsung selama kurang lebih &

minggu. Adapun pemberian antibiotik dalam kasus seperti ini, umumnya ditujukan untuk mengurangi episode penyakit dan lamanya gejala yang diderita seperti nyeri tenggorok,

demam, nyeri kepala, ataupun pembengkakan kelenjar getah bening. Antibiotika sendiri

menjadi indikasi jika pada pemeriksaan kultur dan resistensi ditemukan bakteri

$treptokokus beta hemolitikus grup A, dengan tujuan mengeradikasi kuman dan

mencegah komplikasi lebih lanjut.

Etiologi Abses Peritonsil

11

Page 12: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 12/16

Abses peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang

 bersumber dari kelenjar mucus Deber di kutub atas tonsil. %iasanya kuman penyebabnya

sama dengan kuman penyebab tonsilitis. %iasanya unilateral dan lebih sering pada anak'anak 

yang lebih tua dan de1asa muda.

Abses peritonsiler disebabkan oleh organisme yang bersifat aerob maupun yang

 bersifat anaerob. 8rganisme aerob yang paling sering menyebabkan abses peritonsiler adalah

Streptococcus pyogenes  (Group A %eta'hemolitik streptoccus), Staphylococcus aureus, dan

 Haemophilus influenzae. $edangkan organisme anaerob yang berperan adalah

 Fusobacterium.  Prevotella, Porphyromonas, Fusobacterium, dan  Peptostreptococcus spp.

6ntuk kebanyakan abses peritonsiler diduga disebabkan karena kombinasi antara organisme

aerobik dan anaerobik.+

Epidemiologi

Abses peritonsiler dapat terjadi pada umur &'2 tahun, namun paling sering terjadi

 pada umur 7'3 tahun. Pada anak'anak jarang terjadi kecuali pada mereka yang menurun

sistem immunnya, tapi infeksi bisa menyebabkan obstruksi jalan napas yang signifikan pada

anak'anak. ?nfeksi ini memiliki proporsi yang sama antara laki'laki dan perempuan. %ukti

menunjukkan bah1a tonsilitis kronik atau percobaan multipel penggunaan antibiotik oral

untuk tonsilitis akut merupakan predisposisi pada orang untuk berkembangnya abses

 peritonsiler. 5i Amerika insiden tersebut kadang'kadang berkisar kasus per &. orang

 per tahun, dipertimbangkan hampir 3+. kasus setiap tahun.

Abses leher dalam terbentuk dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai

akibat dari penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus

 paranasal, telinga tengah dan leher tergantung ruang mana yang terlibat. Gejala dan tanda

klinik dapat berupa nyeri dan pembengkakan. Abses peritonsiler (Iuinsy) merupakan salah

satu dari Abses leher dalam dimana selain itu abses leher dalam dapat juga abses retrofaring,

abses parafaring, abses submanidibula dan angina ludo!ici (9ud1ig Angina).+

Patofisiologi

Abses peritonsil atau Iuinsy adalah suatu infeksi akut dan berat di daerah orofaring. Abses

 peritonsil merupakan kumpulan pus yang terlokalisir pada jaringan peritonsil yang umumnya

merupakan komplikasi dari tonsilitis akut berulang atau bentuk abses dari kelenjar Weber 

 pada kutub atas tonsil. ?nfeksi yang terjadi akan menembus kapsul tonsil (umumnya pada

kutub atas tonsil) dan meluas ke dalam ruang jaringan ikat di antara kapsul dan dinding

 posterior fosa tonsil. Perluasan infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses

12

Page 13: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 13/16

 parafaring. 9okasi infeksi abses peritonsil terjadi di jaringan peritonsil dan dapat menembus

kapsul tonsil. Eal ini kemudian akan menyebabkan penumpukan pus atau pus meluas ke arah

otot konstriktor faring superior menuju ruang parafaring dan retrofaring terdekat. Pada fosa

tonsil ditemukan suatu kelompok kelenjar di ruang supra tonsil yang disebut kelenjar Weber .

0ungsi kelenjar'kelenjar ini adalah mengeluarkan cairan ludah ke dalam kripta'kripta tonsil,

membantu untuk menghancurkan sisa'sisa makanan dan debris yang terperangkap di

dalamnya lalu die!akuasi dan dicerna. >ika terjadi infeksi berulang, dapat terjadi gangguan

 pada proses tersebut lalu timbul sumbatan terhadap sekresi kelenjar Weber yang

mengakibatkan terjadinya pembesaran kelenjar. >ika tidak diobati secara maksimal, akan

terjadi infeksi berulang selulitis peritonsil atau infeksi kronis pada kelenjar Weber dan sistem

saluran kelenjar tersebut akan membentuk pus sehingga menyebabkan terjadinya abses.+

Patologi

5aerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar, oleh

karena itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati daerah ini,

sehingga tampak palatum mole membengkak. Dalaupun sangat jarang, abses peritonsil dapat

terbentuk di bagian inferior. Pada stadium permulaan ($tadium infiltrat), selain

 pembengkakan tampak permukaannya

hiperemis. %ila proses berlanjut, terjadi

supurasi sehingga daerah tersebut lebih lunak.

Pembengkakan peritonsil akan mendorong

tonsil dan u!ula ke arah kontralateral. %ila

 proses berlangsung terus, peradangan jaringan

di sekitarnya akan menyebabkan iritasi pada

:. Pterigoid interna, sehingga timbul trismus.

Abses dapat pecah spontan, mungkin dapat terjadi aspirasi ke paru.3

Manifestasi Klinis

$elain gejala dan tanda tonsilitis akut, terdapat juga odinofagia (nyeru menelan) yang

hebat, biasanya pada sisi yang sama juga dan nyeri telinga (otalgia), muntah (regurgitasi),

mulut berbau (foetor e- ore), banyak ludah (hipersali!asi), suara sengau (rinolalia), dan

kadang'kadang sukar membuka mulut (trismus), serta pembengkakan kelenjar submandibula

dengan nyeri tekan. %ila ada nyeri di leher (neck pain) dan atau terbatasnya gerakan leher 

(limitation in neck mobility), maka ini dikarenakan lymphadenopathy dan peradangan otot

tengkuk (cer!ical muscle inflammation).

13

Gambar ". $%&la ter'orong ke sisi

Page 14: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 14/16

Prosedur diagnosis dengan melakukan Aspirasi jarum (needle aspiration). Tempat

aspiration dibius / dianestesi menggunakan lidocaine

dengan epinephrine dan jarum besar (berukuran &2J&)

yang biasa menempel pada syringe berukuran &cc.

Aspirasi material yang bernanah (purulent) merupakan

tanda khas, dan material dapat dikirim untuk dibiakkan.

Penatalaksanaan

Pada stadium infiltrasi, diberikan anibiotika

golongan penisilin atau klindamisisn, dan obat simtomatik.

>uga perlu kumur'kumur dengan cairan hangat dan

kompres dingin pada leher. %ila telah terbentuk abses,

dilakukan pungsi pada daerah abses, kemudian diinsisi

untuk mengeluarkan nanah. Tempat insisi ialah di daerah

yang paling menonjol dan lunak, atau pada pertengahan

garis yang menghubungk an dasar u!ula dengan geraham

atas terakhir pada sisi yang sakit. #emudian pasien

dianjurkan untuk operasi tonsilektomi. %ila dilakukan

 bersama'sama tindakan drainase abses, disebut

tonsilektomi ;aK chaud<. %ila tonsilektomi dilakukan '3 hari sesudah drainase abses, disebut

tonsilektomi ;aK tiede< dan bila tonsilektomi 3'2 minggu sesudah drainase abses, disebut

tonsilektomi ;aK froid<. Pada umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang, yaitu

7' minggu sesudah drainase abses.3

Prognosis

Abses peritonsiler hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan tonsilektomi.,

maka ditunda sampai 2 minggu berikutnya. Pada saat peradangan telah mereda, biasanya

terdapat jaringan fibrosa dan granulasi pada saat operasi.

Pencegahan

#arena abses peritonsil cenderung untuk berulang J ulang, maka setelah serangan pertama

kali sesudah dua atau tiga minggu dilakukan tonsilektomi. >ika operasi ditunda, maka

kemungkinan perlengketan jaringan tonsil itu sendiri dengan jaringan sekitarnya akan

semakin ketat sehingga tonsilektomi akan semakin sukar dilakukan.

>ika abses berada di belakang tonsil plika anterior sehingga drainage secara yang biasa

14

Gambar 1#.

 

Gambar 11. A!irasi

Page 15: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 15/16

(melalui fossa supratonsilais) tidak berhasil, dapat dilakukan dengan melakukan tonsil

(Tonsilektomi) segera dengan diikuti oleh pemberian antibiotika yang tinggi (mencegah

septikemia). Tindakan ini juga dilakukan bilamana keadaan abses pecah kedalam ruang

 parafaring sudah mengancam. #alau terjadi abses pada ruang parafaring akan terjadi

komplikasi yang serius.

Komplikasi 

&. Abses pecah spontan, dapat mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru atau piemia.

7. Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses parafaring.

Pada penjalaran selanjutnya, masuk ke mediastinum sehingga terjadi mediastinitis.

. %ila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial, dapat mengakibatkan trombus sinus

ka!ernosus, meningitis, dan abses otak.3

Kesimpulan

Abses peritonsiler adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada bagian

kepala dan leher akibat dari kolonisasi bakteri aerobic dan anaerobic di daerah peritonsiler.

Abses peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber 

dari kelenjar mucus Deber di kutub atas tonsil. Abses peritonsiler terbentuk dia area antara

tonsil palatine dan kapsulnya. >ika abses berlanjut maka akan menyebar ke daerah sekitarnya

meliputi musculus masseter dan muskulus pterygoid. >ika berat infeksinya maka akan terjadi

 penetrasi melalui pembuluh darah karotis.

8rganisme aerob yang paling sering menyebabkan abses peritonsiler adalah $treptococcus

 pyogenes (Group A %eta'hemolitik streptoccus), $taphylococcus aureus, dan Eaemophilus

influenae. $edangkan organisme anaerob yang berperan adalah 0usobacterium. Pre!otella,

Porphyromonas, 0usobacterium, dan Peptostreptococcus spp. Penelitian yang dilakukan

merekomendasikan penisilin sebagai agen lini pertama. $emua specimen harus diperiksa

untuk kultur sensitifitas terhadap antibiotika. Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika

dosis tinggi dan obat simtomatik. >uga perlu kumur'kumur dengan air hangat dan kompres

dingin pada leher. %ila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi pada daerah abses, kemudian

diinsisi untuk mengeluarkan nanah. ?ndikasi'indikasi untuk tonsilektomi segera diantaranya

adalah obstruksi jalan napas atas, sepsis dengan adenitis ser!ikalis atau abses leher bagian

dalam, ri1ayat abses peritonsilaris sebelumnya, ri1ayat faringitis eksudatifa yang berulang.

  Tonsilektomi adalah terapi terbaik untuk terapi abses peritonsiler untuk mencegah

kekambuhan. Pada indi!idu dengan abses peritonsiler ulangan atau ri1ayat faringitis ulangan,

15

Page 16: Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

8/16/2019 Dokumen.tips Pbl Rudy Abses Peritonsil Blok 23

http://slidepdf.com/reader/full/dokumentips-pbl-rudy-abses-peritonsil-blok-23 16/16

tonsilektomi dilakukan segera atau dalam jangka enam minggu kemudian dilakukan

tonsilektomi.

Daftar Pustaka

&. Adrianto, Petrus. Penyakit Telinga, Eidung dan Tenggorokan. 5alamC Adrianto, Petrus.

%uku ajar penyakit telinga, hidung, dan tenggorok. @disi ke'7. >akartaC Penerbit %uku

#edokteran @G47.h.7L2'7.

7. usmajono, Eermani %. 8dinofagia. 5alamC $oepardi @A, ?skandar ", %ashirudin >,

estuti 5, ed. %uku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.

@disi ke2. >akartaC %adan Penerbit 0#6?47&&.h.7&7'+.

. $oepardi @A. Pemeriksaan telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 5alamC $oepardi

@A, ?skandar ", %ashirudin >, estuti 5, ed. %uku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung,

tenggorok, kepala dan leher. @disi ke2. >akartaC %adan Penerbit 0#6?47&&.h.3'+.3. 0achruddin 5. Abses leher dalam. 5alamC $oepardi @A, ?skandar ", %ashirudin >, estuti

5, ed. %uku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. @disi ke'

2. >akartaC %adan Penerbit 0#6?47&&.h.772'.

+. Adams G9. Penyakit'penyakit nasofaring dan orofaring. 5alamC Adams G9, %oeis 9,

Eilger PA, ed. %uku ajar penyakit telinga hidung tenggorok. @disi ke'. >akartaC Penerbit

%uku #edokteran @G47.h.'3.

16