tesis revisi jadi ok 7

177
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor pertama dan utama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan. Sehingga wajar apabila pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan, baik melalui penataan sarana dan prasarana, dan perbaikan kurikulum. Peningkatan kualitas dan kinerja guru dilakukan melalui diklat atau penataran, dan peningkatan tunjangan profesi guru. Untuk menunjang kegiatan sekolah pun pemerintah telah memberikan berbagai dana bantuan, termasuk dana operasional sekolah (BOS) serta bantuan khusus murid yang bersumber dari dana operasional pendidikan pusat maupun dana operasional pendidikan dari daerah. Semua itu dilakukan guna tercapainya tujuan pendidikan nasional yang bermutu dan merata. Pada dasarnya mutu pendidikan tidak terlepas dari mutu kinerja guru itu sendiri. Melalui sentuhan gurulah anak didik tercipta menjadi manusia sehingga guru merupakan pihak utama yang berupaya menjadikan anak yang berkualitas. Oleh karena itu, kualitas kinerja guru harus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan jaman dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin hari semakin berkembang dan tumbuh secara global. Oleh karena itu guru harus bertindak profesional dan selalu 1 1

Upload: independent

Post on 10-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor pertama dan utama untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak

ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan. Sehingga wajar apabila

pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan, baik melalui

penataan sarana dan prasarana, dan perbaikan kurikulum. Peningkatan

kualitas dan kinerja guru dilakukan melalui diklat atau penataran, dan

peningkatan tunjangan profesi guru. Untuk menunjang kegiatan sekolah pun

pemerintah telah memberikan berbagai dana bantuan, termasuk dana

operasional sekolah (BOS) serta bantuan khusus murid yang bersumber dari

dana operasional pendidikan pusat maupun dana operasional pendidikan dari

daerah. Semua itu dilakukan guna tercapainya tujuan pendidikan nasional

yang bermutu dan merata.

Pada dasarnya mutu pendidikan tidak terlepas dari mutu kinerja guru

itu sendiri. Melalui sentuhan gurulah anak didik tercipta menjadi manusia

sehingga guru merupakan pihak utama yang berupaya menjadikan anak

yang berkualitas. Oleh karena itu, kualitas kinerja guru harus ditingkatkan

sesuai dengan perkembangan jaman dimana perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi semakin hari semakin berkembang dan tumbuh

secara global. Oleh karena itu guru harus bertindak profesional dan selalu

1

1

berupaya untuk memiliki pengetahuan dan wawasan luas selain menguasai

ilmu pengetahuan dibidangnya yang kelak untuk ditransfer kepada anak

didik di sekolahnya masing-masing.

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia , sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah

menyelenggarakan suatu system pendidikan nasional sebagaimana yang

tercantum dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system

Pendidikan Nasional.

Implementasi undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain

Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional

Pendidikan yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana ,

standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang

telah dipaparkan di atas ternyata sangat komplek, oleh karena itu penulis

mencoba untuk meneliti sebagian kecil dari masalah pendidikan, diantaranya

2

adalah masalah yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru

Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran Akhlak.

Kompetensi pedagogik guru PAI dalam pembelajaran sangat penting

untuk diperhatikan karena ditangan gurulah kurikulum, sumber belajar,

sarana prasarana dan pembelajaran menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi

tercapainya tujuan pendidikan nasional, begitu juga Islam menganjurkan

bahwa manusia harus mempunyai dan memliki akhlak yang baik sesuai

dengan Firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Qalam ayat 4

dijelaskan tentang budi pekerti berikut ayatnya:

“Dan Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”.(DEPAG, 2006, 826).

Di bawah ini disebutkan kembali hadist Imam Bukhori terkait dengan

akhlak.

عنهما الله رضي عمرو بن الله عبد عنوسلم : عليه الله النبيصلى يكن لم قال

من : إن يقول وكان متفحشا وال فاحشا) البخاري ) رواه أخالقا أحسنكم .خياركم

“Dari Abdullah bin Amru  berkata: Nabi  tidak pernah berbuat keji sendiri tidak pula berbuat keji kepada orang lain. Beliau bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya”(Salim Bahreisy, Tarjamah Riadhus Shalihin, 1995, Cet. 11).

Dari dalil di atas cukup menjelaskan bahwa akhlak manusia senantiasa

diatur dalam al-Qur’an dan al-Hadist. Hal itu menandakan setiap perilaku

3

yang dilakukan hendaknya sesuai dengan aturan yang berlaku. Guru PAI

adalah Guru yang memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa

dalam segala hal perbuatan yang dilakukan oleh siswa baik di dalam kelas

maupun di luar kelas, sehingga dapat memberikan manfaat baik bagi

individu itu sendiri maupun orang lain yang berada di sekitar.

Disamping itu menurut Undang-Undang RI No 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen disebutkan bahwa “Guru wajib memiliki kualifikasi

akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional” .

begitu juga disebutkan dalam Permendiknas no 16 tahun 2007 bahwa “

Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi

guru yang berlaku secara nasional “. Oleh karena itu wajib bagi guru untuk

memahami kompetensi yang harus dimilikinya serta dapat

mengimplementasikannya dalam pembelajaran.

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang

mempunyai karakteristik yang sangat mendasar sekali dalam membangun

akhlak siswa, karena di dalamnya terkandung pendidikan akhlak , etika dan

moral. dan salah satu indikator keberhasilan guru pendidikan Agama Islam

adalah keberhasilannya dalam pembelajaran akhlak.

Alasan Kompetensi pedagogik guru PAI dalam pembelajaran akhlak

diteliti, diantaranya adalah 1. kewajiban guru PAI untuk mengemban

amanat dari Rasulullah SAW, 2. tujuan hidup manusia adalah beribadah

kepada Allah yang diwujudkan dengan akhlak yang mulia, 3. akhlak mulia

4

siswa merupakan sesuatu yang paling utama dibanding kecerdasan yang

lainnya. 4. kehidupan akan semakin kacau balau jika manusianya tidak

memiliki akhlak mulia. 5. akan sia-sia kehidupan sesorang, jika tidak

memiliki akhlak yang mulia. 6. tujuan pendidikan nasional terwujud , jika

peserta didiknya berakhlak mulia.

Menurut teori, jika guru PAI memiliki kompetensi dalam

pembelajaran akhlak maka akhlak siswa menjadi baik . Hal ini karena

akhlak siswa lebih banyak dipengaruhi oleh kompetensi gurunya dalam

mendidik siswanya, sebagaimana diungkap oleh A.Mustofa ( 2007 :109 )

dan A. Tafsir .( 2006 :170 )

Berdasarkan studi awal di SMK Muhammadiyah Kedawung,

Kompetensi guru PAI masih dipertanyakan, hal ini dikarenakan akhlak siswa

kepada Tuhannya yang merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional

tidak menunjukan baik ( kurang dari 10% siswa yang melaksanakan sholat

baik di rumahnya maupun di sekolah ) . Dalam proses pendidikan yang

berlangsung di SMK Muhammadiyah Kedawung masih ditemukan adanya

kesenjangan prilaku siswa yang masih belum mencerminkan nilai-nilai Islami.

Hal ini dapat terlihat dari cara berpakaian siswa, pergaulan siswa, dan sikap

siswa kepada guru yang belum sesuai dengan ajaran Agama Islam.

Padahal kualifikasi gurunya sudah S1 dan dari jurusan PAI seta sudah

dianggap berkompeten karena sudah lulus sertifikasi dari Departemen

Agama.

5

Dari paparan di atas, mendorong peneliti untuk mengangkat judul

Tesis: Upaya Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Pembelajaran Akhlak Siswa di SMK Muhammadiyah Kedawung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka rumusan masalah Penelitian ini

adalah

1. Bagaimana kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Islam

dalam pembelajaran akhlak di SMK Muhammadiyah Kedawung?

2. Bagaimana perencanaan dan pelaksanaan kompetensi pedagogik guru

Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran akhlak di SMK

Muhammadiyah Kedawung?

3. Bagaimana upaya kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama

Islam dalam pembelajaran Akhlak di SMK Muhammadiyah

Kedawung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah seperti digambarkan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengkaji data tentang pemahaman kompetensi pedagogik guru

Pendidikan Agama Islam terhadap peserta didik dalam pembelajaran

akhlak di SMK Muhammadiyah Kedawung.

6

2. Mengkaji data tentang perencanaan dan pelaksanaan kompetensi

pedagogik guru Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran Akhlak

di SMK Muhammadiyah Kedawung.

3. Mengkaji data tentang upaya kompetensi pedagogik guru Pendidikan

Agama Islam dalam pembelajaran Akhlak di SMK Muhammadiyah

Kedawung.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis/Konseptual

a. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman

bagi guru dalam memahami peserta didik, membuat perencanaan,

pelaksanaan dan penilaian serta evaluasi dalam pembelajaran

akhlak di tingkat SMK pada khususnya dan di tingkat sekolah-

sekolah lain pada umumnya.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

acuan oleh penelitian lain dan pembanding dalam mengkaji lebih

lanjut tentang kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran

akhlak di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah yang bersangkutan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran pada SMK Muhammadiyah Kedawung mengenai

7

kinerja guru, untuk bahan pertimbangan dalam penyusunan

program selanjutnya.

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

pengetahuan tentang permasalahan yang diteliti sehingga dapat

diperoleh gambaran seberapa besar kesesuaian fakta dengan dasar

teori yang ada.

c. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi inspirasi untuk lebih peduli

terhadap perkembangan dunia pendidikan dan menjadi bahan

acuan untuk penelitian selanjutnya.

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka pada dasarnya digunakan untuk memperoleh suatu

informasi tentang teori yang ada kaitannya dengan judul penelitian dan

digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah. Dalam kajian pustaka

ini, peneliti menelaah beberapa karya ilmiah antara lain:

1. Tesis Ahmad Sugeng Budiarajo, NIM. 3104268, Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang 2009 Judul “Kemampuan Manajemen

Kelas Guru Rumpun Mapel PAI di MTs NU Nurul Huda Mangkang

Kulon Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya

kemampuan manajemen kelas guru rumpun Mapel PAI di MTs NU

Nurul Huda Mangkang Kulon Semarang baik, dilihat dari kompetensi

8

mereka dalam manajemen tata ruang kelas, waktu pembelajaran, dan

materi yang disampaikan. Setiap guru telah membuat perencanaan

yang berpedoman pada buku sumber materi pengajaran yang sudah

tercantum pada kurikulum yang ada, sehinga memudahkan

penyampaian kepada murid.

2. Tesis Toifah, NIM. 3104262, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang 2009 Judul “Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang

Kompetensi Pedagogik Guru dengan Hasil Belajar PAI kelas V SDIT

Al-Madinah Kebumen Tahun Ajaran 2008/2009”. Hasil penelitian

menunjukan bahwasanya terdapat hubungan positif antara kompetensi

pedagogik guru dengan hasil belajar PAI.

3. Tesis Umi Iftika Handayani NIM. 3104322 Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang 2009 Judul “Kompetensi Guru PAI dalam

Memahami Siswa pada Pembelajaran Ahlak di SMP Negeri 1 Godong

Kabupaten Grobogan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa seorang

guru harus memiliki kompetensi diantaranya tentang pemahaman

terhadap peserta didik. Dengan makna bahwa kompetensi yang

dimiliki guru PAI khususnya dalam memahami karakteristik siswa,

kesiapan belajar siswa, kebutuhan siswa, memahami problem siswa

dan memecahkan masalah siswa.

4. Tesis M. Ulin Niam NIM. 3104333 Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang 2009 Judul “Telaah Terhadap Peraturan RI no

74 Tahun 2008 Pasal 3 Tentang Kompetensi Guru dalam Persepektif

9

Pendidikan Islam”. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang

kompetensi guru dalam peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008

pasal 3 yang mempunyai kesamaan dengan kompetensi guru dalam

pendidikan Islam, yaitu sama-sama mempunyai kemampuan disiplin

ilmu dalam bidang kemampuan pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keduanya juga sama

dalam kepribadian, budi pekerti yang luhur. Dalam hal ini

perbedaannya terletak pada masalah tuntunan atau pegangan. Kalau

kompetensi guru dalam pendidikan Islam merujuk pada Al-Qur’an

dan As-Sunnah untuk membentuk akhlak guru, sementara kompetensi

guru dalam peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008 berdasarkan

nilai-nilai moral universal.

Dari beberapa kajian pustaka yang disebutkan di atas, menurut penulis

belum ada penelitian yang membahas tentang Upaya Kompetensi Pedagogik

Guru PAI dalam Pembelajaran Ahlak Siswa. oleh karena itu penulis

berkeinginan untuk menulis tesis dengan judul “Upaya Kompetensi

Pedagogik Guru PAI dalam Pembelajaran Ahklak Siswa di SMK

Muhammadiyah Kedawung. Dalam tesis ini, penulis hanya terfokus pada

upaya kompetensi pedagogik guru PAI dalam pembelajaran akhlak siswa.

F. Kerangka Pemikiran

Untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional maka dibutuhkan 8

standar Nasional Pendidikan yaitu Standar Isi, Standar Proses, Standar

10

Kompetensi Lulusan, Standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar

sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar

penilaian pendidikan. ( PP RI No 19 tahun 2005 tentang standar nasional

pendidikan )

Dalam standar pendidik , pendidik harus memiliki 4 kompetensi yaitu

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan

kompetensi sosial. (PP Standar Nasional Pendidikan )

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan/perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, menilai

dan mengevaluasi hasil belajar dan pengembangan potensi peserta didik

(Kunandar, 2007: 76).

Kompetensi Guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan.

Implementasi kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Islam

dalam proses pembelajaran Akhlak merupakan perwujudan dari

profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam sebagai agen pembelajaran

yang dapat meningkatkankan martabat dan harkat guru.

Secara normatif, Islam telah memberikan landasan kuat bagi

pelaksanaan pendidikan. Pertama, Islam menekankan bahwa pendidikan

merupakan kewajiban agama dimana proses pembelajaran dan transmisi

ilmu sangat bermakna bagi kehidupan manusia. Kedua, seluruh rangkaian

pelaksanaan pendidikan adalah ibadah kepada Allah SWT. Sebagai sebuah

11

ibadah, maka pendidikan merupakan kewajiban individual sekaligus

kolektif, Ketiga, Islam memberikan derajat tinggi bagi kaum terdidik,

sarjana maupun ilmuwan, Keempat, Islam memberikan landasan bahwa

pendidikan merupakan aktivitas sepanjang hayat (long life education).

Sebagaimana Hadits Nabi tentang menuntut ilmu dari sejak buaian ibu

sampai liang kubur). Kelima, kontruksi pendidikan menurut Islam bersifat

dialogis, inovatif dan terbuka dalam menerima ilmu pengetahuan baik dari

timur maupun barat. Itulah sebabnya Nabi Muhammad Saw tidak alergi

untuk memerintahkan umatnya menuntut ilmu walau ke negeri Cina.

(Nanang Fatah, 1996: 78)

Pelaksanaan pendidikan dikenal oleh para pakar pendidikan tidak hanya

pendidikan formal berupa sekolah atau madrasah tetapi ada istilah

pendidikan seumur hidup yaitu sebuah sistem konsep-konsep pendidikan

yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar

mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.

Pendidikan seumur hidup mencakup pola-pola pendidikan formal maupun

pola-pola pendidikan non fomal, baik kegiatan-kegiatan belajar terencana

maupun kegiatan-kegiatan belajar insidental.

Proses pendidikan Islam dalam rangka menanamkan Akhlak islami

kepada siswa membutuhkan kinerja guru yang baik, sebab kinerja guru

merupakan komponen utama atau faktor pengaruh yang menyebabkan

berhasil atau tidaknya pembelajaran. Istilah kinerja sendiri mempunyai

pengertian sebagai suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh

12

seseorang dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Kinerja adalah tingkat

keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar

yang telah ditetapkan. (Sulistyorini, 2001: 62). Sedangkan ahli lain

berpendapat bahwa kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau

kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu kejelasan

tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; kejelasan hasil yang

diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; kejelasan waktu yang

diperlukan untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan

dapat berjalan dengan baik. (Tempe, A. Dale, 1992: 42)

Salah satu tugas guru adalah melaksanakan pengajaran. Tugas atau

beban tersebut baru dapat dicapai dengan baik apabila seorang guru

mengetahui secara jelas maksud dan tujuan pengajaran yang akan

dilaksanakan dan dengan pengelolaan pengajaran tersebut sebaik mungkin.

Pengelolaan yang menjadi tugas mereka tersebut mencakup: 1). Menyusun

program pengajaran 2). Menyajikan dan melaksanakan program

pengajaran, 3). Melaksanakan evaluasi belajar, 4). Melaksanakan analisis

hasil evaluasi belajar, dan 5). Menyusun program perbaikan. Langkah-

langkah itu sejalan dengan yang termuat dalam alat penilaian kemampuan

guru, yaitu menyederhanakan dan mengelompokkan langkah tersebut dalam

tiga kelompok 1). Rencana Pengajaran, 2). Prosedur Pengajaran dan 3).

Hubungan antar pribadi. (Djam’an Satori, 2007: 242)

13

Gambaran di atas menjelaskan bahwa kinerja guru dapat tercermin dari

kemampuannya dalam melakukan: a). Perencanaan pengajaran; b).

Keterampilan mengajar; dan c). kemampuannya dalam pengembangan

hubungan antar pribadi. (Djam’an Satori, 2007: 243)

Kinerja guru merupakan suatu hal yang esensial terhadap keberhasilan

pendidikan oleh karena itu kinerja guru yang baik perlu diciptakan sehingga

tujuan pendidikan dapat tercapai dengan optimal. Untuk lebih memperjelas

tentang makna kinerja guru, nampaknya diperlukan pemahaman tentang

makna guru serta peran dan tugasnya dalam proses pendidikan disekolah.

Berdasarkan Undang-undang No. 14/2005 guru adalah pendidik

professional dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengarahkanr

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini

jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan

adalah tindakan atau perwujudan untuk melakukan sesuatu dengan dilandasi

oleh kreativitas kerja yang optimal. Kemampuan sebagai ungkapan dan

perwujudan diri individu termasuk kebutuhan pokok manusia yang bila

terwujud memberikan rasa kepuasan dan rasa keberhasilan yang mendalam,

yang pada akhirnya kemampuan dapat menentukan dan meningkatkan

makna hidup manusia dengan segala kompleksitas dan problemnya juga

keindahannya.

Tugas seorang guru selain mengajar (transfer of knowledge) yang

paling utama adalah menanamkan nilai-nilai kepada anak didik (tansfer of

14

value), baik nilai budaya maupun nilai-nilai agama. Seorang guru PAI

sesuai kapasitasnya berkewajiban menanamkan nilai akhlak Islami kepada

anak didiknya. Nilai akhlak Islami yang dimaksudkan dalam penelitian ini,

adalah Aqidah Akhlak yang bernafaskan ajaran Islam yang terkandung

dalam bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah umum.

Aqidah Akhlak tersebut diupayakan, dalam rangka memperbaiki prilaku

siswa agar sesuai dengan ajaran Agama Islam. Seperti kejujuran, sopan

santun, keikhlasan, pakaian menutup aurat, tolong menolong dan disiplin.

G. Langkah – langkah Penelitian

1. Metode Penelitian

Pendekatan dan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Bog dan

Taylor, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati (Meleong, 2002, 3)

Peneliti menggunakan pendekatan dan jenis penelitian kualitatif

dikarenakan peneliti ingin secara langsung ikut mengamati proses Guru

PAI dalam menangani akhlak siswa di Sekolah Menengah Kejuruan

Muhammadiyah Kedawung.

Adapun prosedur pengumpulan data penilitian sebagai berikut :

a. Metode Interview atau Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara atau yang

15

mengajukan pertanyaan dan terwawancara atau yang menjawab pertanyaan. Maksud mengadakan wawancara antara lain untuk mengontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,kepedulian dan lain-lain kebulatan, merekontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu, memproyeksikan kebulatan kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain serta memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti (Meleong, 2009, 187)Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi

yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti oleh peneliti.

Wawancara ini ditanyakan kepada pihak-pihak yang dianggap tahu tentang

informasi yang berkaitan dengan Implementasi kompetensi pedagogik

guru Pendidikan Agama Islam dalam proses pembelajaran Akhlak.

b. Metode Observasi

Metode observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara

sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki baik secara

langsung maupun tidak langsung (Hadi, 1989, 136)

Dalam observasi ini peneliti melakukan pengamatan langsung

kepada Guru PAI dan mencari data-data yang sekiranya

mendukung dalam penelitian.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya

barang-barang tertulis. Di dalam melakukan dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya

(Suharsimi, 1998, 51). Dalam metode dokumentasi peneliti

16

berusaha mencari dokumen-dokumen penting atau arsip-arsip yang

sekiranya mendukung tentunya yang berkaitan dengan penelitian.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data (Sugiyono, 2011, 225). Data primer ini yang

nantinya menjadi data utama peneliti untuk mendapatkan informasi yang

berkaitan dengan tema penelitian. Data primer ini berisi hasil wawancara

terhadap para informan kunci yang nantinya akan memberikan keterangan

yang berkaitan dengan penelitian

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau

lewat dokumen (Sugiyono, 2011, 225). Data sekunder merupakan sumber

data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui

media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder

umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun

dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan.

Data sekunder yang didapat peneliti dari hasil penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Buku evaluasi pembelajaran siswa

2. Arsip foto

17

Semua data sekunder tersebut adalah yang bersangkutan dengan

Implementasi kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Islam dalam

proses pembelajaran Akhlak. Data ini dimaksudkan agar data yang didapat

benar-benar valid,tidak hanya sekedar dibuat-buat oleh sipeneliti.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data diperoleh melalui

kepustakaan (library research), untuk mendapatkan teori-teori yang

mendukung tema dalam penulisan ini yang diperoleh dari berbagai

literatur.

4. Analisa Data

Dalam analisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis

dalam penelitian. Data harus diseleksi atas dasar reliabilitas dan

validitasnya (Subrata, 1995, 85). Dalam penelitian ini analisis dilakukan

sebelum dan sesudah penelitian.

Adapun yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu analisis

kualitatif, yaitu dengan langkah-langkah:

a. Pengumpulan Data

Usaha yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data

melalui observasi wawancara dan dokumentasi. Kualitas data

ditentukan oleh alat pengambilan data atau alat ukur. Jikalau alat

pengambilan datanya cukup variable dan valid, maka datanya

cukup variable dan valid juga (Ruandi dalam skripsi Indah

Kurniati, 2009, 15). Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa

18

penelitian ini penting untuk dikaji dan diteliti serta diketahui

keasliannya.

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, mengolomkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga

memperoleh kesimpulan dan diverifikasi (Ekosusilo dalam skripsi

Amin, 2007: 70). Reduksi data ini berguna untuk meninjau

kembali data-data yang kurang atau data-data yang sekiranya tidak

perlu dapat dipertimbangkan kembali apakah data tersebut perlu

tidak dicantumkan dalam penulisan penelitian.

c. Penyajian Data

Penyajian data ini diatasi sebagai sekumpulan informasi

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

penarikan tindakan. Penyajian data diharapkan agar pembaca lebih

cepat memahami isi dalam penelitian ini.

d. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh

keabsahan temuannya. Teknik yang dipakai untuk menguji

keabsahan temuan tersebut yaitu teknik trianggulasi. Trianggulasi

dilakukan dengan tujuan untuk mengecek kembali data-data yang

sudah terkumpul, agar tidak terjadi salah memasukkan data yang

19

terkumpul. Trianggulasi yang digunakan peneliti dalam penelitian

ini terdiri dari dua macam yaitu:

a( Trianggulasi sumber data

Trianggulasi sumber data dilakukan dengan cara

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh dari informan yang satu dengan

informan yang lain.

b( Trianggulasi metode

Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengecek

derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik

pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan

beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong,

2011, 330-331). Trianggulasi metode dilakukan untuk

memperkuat trianggulasi data. Di dalam keabsahan data ini

untuk mengetahui hasil temuan ini benar-benar hasil temuan

sendiri dan bukan temuan orang lain ataupun tindakan plagiat

dari penelitian sebelumnya.

Alasan peneliti menggunakan trianggulasi sumber data adalah

berkaitan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu

wawancara, dokumentasi, dan observasi. Nantinya data hasil pengumpulan

tersebut akan dibandingkan, sehingga akan diperoleh data yang benar-

benar diakui keabsahannya (validitasnya), sehingga menurut peneliti jelas

inilah yang dianggap paling tepat digunakan.

20

Kemudian analisis selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau

verifikasi. Analisis yang dilakukan selama pengumpulan data dan sesudah

pengumpulan data digunakan untuk menarik kesimpulan, sehingga dapat

menemukan pola peristiwa yang terjadi. Penarikan kesimpulan ini

diharapkan agar dapat memberikan gambaran umum secara singkat

seluruh isi dalam penulisan penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan penelitian tesis ini, penulis tuangkan dalam

lima bab, yaitu :

Bab Pertama, membahas Pendahuluan, berisikan latar belakang

masalah, fokus penelitian, Tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka

pemikiran dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, membahas Kajian Teori Kompetensi Pedagogik Guru

Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran akhlak yang terdiri dari

Hakekat Kompetensi Guru, Hakekat Pendidikan Agama Islam dan dan

hakekat akhlak.

Bab Ketiga membahas Metodologi Penelitian, berisikan lokasi

penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, penentuan

informan/sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan

teknis analisis data.

Bab Keempat, membahas Kompetensi pedagogik guru Pendidikan

Agama Islam dalam pembelajaran akhlak di SMK Muhammadiyah

21

Kedawung yang terdiri dari pemahaman guru PAI terhadap peserta didik,

perencanaan guru PAI dalam pembelajaran akhlak, pelaksanaan guru PAI

dalam pembelajaran akhlak peserta didik dan upaya kompetensi pedagogik

guru Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran Akhlak di SMK

Muhammadiyah Kedawung.

Bab Kelima, merupakan Penutup, yang berisikan kesimpulan dan

rekomendasi.

22

BAB II

KAJIAN TEORI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK

A. Kompetensi Pedagogik Guru

1) Pengertian Kompetensi Guru

Banyak para ahli yang mendefiniskan istilah kompetensi Guru,

Broke and Stone (1995) mengemukaan bahwa: Kompetensi guru

merupakan gambaran kualitatif tentang hakekat perilaku guru yang

penuh arti. Sementara Charles (1994) mengemukakan bahwa:

”Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan

yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan. Sedangkan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen dijelaskan bahwa: “Kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan , ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati

dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan.”

Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa seorang guru

dalam melaksanakan tugasnya harus didasari pada pengetahuan,

ketrampilan dan perilaku yang bisa dipertanggungjawabkan.

2) Ruang Lingkup Kompetensi Guru

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14

tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat 1 disebutkan bahwa

23

23

”Kompetensi guru terdiri dari Kompetensi Pedagogik, Kompetensi

Keperibadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi professional.”

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman

terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya ( Penjelasan UU guru dan Dosen ).

b. Kompetensi Keperibadian

Kompetensi Keperibadian adalah kemampuan keperibadian

guru yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi

teladan bagi peserta didik , dan berakhlak mulia ( Penjelasan UU

guru dan Dosen ).

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk

berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efesien

dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,

orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar ( Penjelasan

UU guru dan Dosen ).

d. Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan materi

pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya

24

membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan ( Penjelasn UU

guru dan Dosen ).

3) Standar Kompetensi Pedagogik Guru PAI

Dalam rangka mewujudkan System Pendidikan Nasional

Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yaitu Nomor 16 Tahun

2007 Tanggal 4 Mei 2007.

4) Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik Guru PAI

Berdasarkan permendiknas no 16 tahun 2007 tentang standar

kompetensi guru dan dipertegas oleh Kunandar ( 2007: 76 ) maka

ruang lingkup kompetensi pedagogik guru terdiri dari :

a. Pemahaman terhadap peserta didik,

b. Perancangan/perencanaan pembelajaran,

c. Pelaksanaan pembelajaran,

d. Menilai dan mengevaluasi hasil belajar

e. Pengembangan potensi peserta didik.

Uraian dari ruang lingkup kompetensi pedagogik guru adalah

sebagai berikut :

a. Pemahaman guru terhadap Peserta didik.

Pemahaman terhadap peserta didik merupakan kompetensi

pedagogik yang harus dimiliki oleh setiap guru.

25

Menurut Mulyasa ( 2007: 79 ) ada empat hal yang harus dipahami guru

dari peserta didik , yaitu :

1. tingkat kecerdasan,

2. kreatifitas,

3. cacat fisik

4. perkembangan kognitif.

Sedangkan menurut Kunandar ( 2007: 76 ) indikator pemahaman

terhadap peserta didik ada tiga, Yaitu :

1). memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip

perkembangan kognitif,

2). memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip

kepribadian,

3). mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

Menurut permendikas no 16 tahun 2007 tentang standar

kompetensi guru sebagaimana yang telah disebutkan dalam tabel di

atas, indikator pemahaman terhadap siswa meliputi : pemahaman

terhadap aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan

latar belakang sosial-budaya.

Dari beberapa pernyataan di atas , dapat dikatakan bahwa indikator

pemahaman guru terhadap peserta didik dalam pembelajaran meliputi :

1). Pemahaman terhadap siswa dari aspek fisik.

2). Pemahaman terhadap siswa dari aspek intelektual.

3). Pemahaman terhadap siswa dari aspek moral dan akhlak.

26

4). Pemahaman terhadap siswa dari aspek spritual.

5). Pemahaman terhadap siswa dari aspek sosial.

6). Pemahaman terhadap siswa dari aspek kultural.

b. Perencanaan guru PAI dalam pembelajaran akhlak

Seorang guru baik guru Pendidikan Agama Islam maupun guru

umum harus mempunyai kemampuan untuk merancang atau

merencanakan pembelajaran dengan baik supaya tujuan

pembelajarannya tercapai secara efektif dan efesien.

Berkenaan dengan perencanaan, Terry ( 1993: 17 ) menyatakan

bahwa:

“perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus

dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang

digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan mengambil keputusan.

Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi

dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola tindakan untuk

masa mendatang.”

Banghart dan Trull ( 1973 ) mengemukaan bahwa “perencanaan

adalah awal dari semua proses yang rasional dan mengandung sifat

optimisme yang didasarkan atas kepercayaan bahwa akan dapat

mengatasi berbagai macam permasalahan.”

27

Nana Sudjana ( 2002: 61 ) mengatakan bahwa “Perencanaan adalah

proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan

yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang”.

Hadari Nawawi (1983: 16) mengatakan bahwa “ Perencanaan

berarti menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau

pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan

tertentu.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa Perencanaan adalah

sebuah proses menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan,

penentuan metode dan prosedur yang baik untuk mencapai suatu tujuan

secara efektif dan efesien serta antisipasi untuk menyelesaikan masalah.

Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng ( 1989 ) adalah

upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit

dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,

mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang

diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini

didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada

dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.

Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan

(desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya

siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru tetapi mungkin berinteraaksi

dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai

pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu pembelajaran

28

memusatkan pada bagaimana membelajarkan siswa dan bukan pada apa

yang dipelajari siswa. Adapun perhatian terhadap apa yang dipelajari

siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum yakni mengenai apa isi

dari pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat tercapainya

tujuan tersebut. Dalam kaitan ini hal-hal yang dapat diperhatikan dalam

mencapai pembelajaran adalah bagai mana cara mengorganisasikan

pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran dan

bagaimana menata interaksi antara sumber- sumber belajar yang ada

agar dapat berfungsi secara optimal.

Pembelajaran oleh Degeng ( 1989 ) Adalah sebagai suatu disiplin

ilmu menaruh perhatian pada perbaikan kwalitas pembelajaran dengan

menggunakan teori pembelajaran deskriptif sedangkan rancangan

pembelajaran mendekati tujuan yang sama dengan berpijak pada teori

pembelajaran preskriptif .

Menurut Mulyasa ( 2007: 100 ) “Perancangan pembelajaran

sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu :

a. Identifikasi kebutuhan,

b. Perumusan kompetensi dasar

c. Penyusunan program pembelajaran,

Sedangkan menurut Kunandar ( 2007:76 ) indikator dalam

merancang pembelajaran ada empat, yaitu :

a. Memahami landasan pendidikan,

b. Menerapkan teori belajar dan pembelajaran ,

29

c. Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik

peserta didik, kompetensi yang akan dicapai dan materi ajar,

d. Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang

dipilih.

Menurut Depdiknas yang dikutip oleh Abdul Majid ( 2008: 7 )

indikator dalam perencanaan pembelajaran ada tujuh yaitu :

d. Mampu mendiskripsikan tujuan / kompetensi pembelajaran

e. Mampu memilih / menentukan materi

f. Mampu mengorganisir materi

g. Mampu menentukan metode / strategi pembelajaran

h. Mampu menentukan sumber belajar / media / alat

pembelajaran

i. Mampu menyusun perangkat penilaian

j. Mampu mengalokasikan waktu

Dari beberapa pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa

indikator perencanaan pembelajaran meliputi :

1) Memahami landasan pendidikan

2) Memahami teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

3) Mampu mendiskripsikan tujuan / kompetensi pembelajaran

4) Mampu memilih / menentukan materi

5) Mampu mengorganisir materi

6) Mampu menentukan metode / strategi pembelajaran

7) Mampu menentukan sumber belajar / media / alat pembelajaran

30

8) Mampu menyusun perangkat penilaian

9) Mampu mengalokasikan waktu

Dari ke sembilan indikator perencanaan pembelajaran diatas, untuk

indikator 1 dan 2 bukti fisiknya berupa kemampuan guru dalam

memahami landasan pendidikan, teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran. Sedangkan untuk indikator 3 sampai 9 bukti fisiknya

diwujudkan dalam bentuk program Tahunan, semester, silabus dan

RPP. Dengan demikian Fokus Pembahasan dalam indikator

perencanaan pembelajaran meliputi :

1. Pemahaman guru terhadap landasan pendidikan

2. Pemahaman guru terhadap teori belajar

3. Pemahaman guru terhadap prinsip-prinsip pembelajaran

4. Program Tahunan

5. Program Semester

6. Silabus

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )

Uraian dari indikator perencanaan pembelajaran Guru PAI dalam

pembelajaran Akhlak adalah sebagai berikut :

1. Pemahaman guru terhadap landasan pendidikan

Pemahaman terhadap landasan pendidikan harus dipahami oleh

guru terutama guru PAI.

Dasar atau fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari

bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap

31

berdirinya bangunan itu. Pada suatu pohon dasar itu adalah akarnya.

Fungsinya sama dengan fundamen tadi, mengeratkan berdirinya pohon

itu. Demikian fungsi dari bangunan itu. Fungsinya ialah menjamin

sehingga "bangunan" pendidikan itu teguh berdirinya. Agar usaha-usah

yang terlingkup di dalam kegiatan pendidikan mempunyai sumber

keteguhan, suatu sumber keyakinan: Agar jalan menuju tujuan dapat

tegas dan terlihat, tidak mudah disampingkan oleh pengaruh-pengaruh

luar. Singkat dan tegas landasan pendidikan Islam ialah Firman Tuhan

dan sunah RasulullahSAW. Kalau pendidikan diibaratkan bangunan

maka isi al-Qur'an dan haditslah yang menjadi fundamen.

Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi,

yaitu:

a. Dasar Religius

Menurut Zuhairini ( 1991: 23 ), yang dimaksud dengan dasar

religius adalah ”dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam

yang tertera dalam al-Qur'an maupun alhadits. Menurut ajaran Islam,

bahwa melaksanakan pendidikan agama Islam adalah merupakan

perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya”.

b. Dasar Yuridis Formal

Menurut Zuhairini dkk ( 1991: 23 ), yang dimaksud dengan

Yuridis Formal pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari

perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat

dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, di

32

sekolah-sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di

Indonesia. Adapun dasar yuridis formal ini terbagi tiga bagian, sebagai

berikut:

1). Dasar Ideal

Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dari falsafah

Negara Pancasila, dimana sila yang pertama adalah ketuhanan Yang

Maha Esa. Ini mengandung pengertian, bahwa seluruh bangsa Indonesia

harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus

beragama.

2). Dasar Konsitusional/Struktural

Yang dimaksud dengan dasar konsitusional adalah dasar UUD

Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai berikut: Negara

berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa, Negara menjamin tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk

beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Bunyi dari UUD di atas

mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama,

dalam pengertian manusia yang hidup di bumi Indonesia adalah orang-

orang yang mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya

umat Islam dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam, maka

diperlukan adanya pendidikan agama Islam.

3). Dasar Operasional

Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara

langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah-

33

sekolah di Indonesia. Atas dasar itulah, maka pendidikan agama Islam

di Indonesia memiliki status dan landasan yang kuat dilindungi dan

didukung oleh hukum serta peraturan perundang-undangan yang ada.

c. Dasar Psikologis

Yang dimaksud dasar psikologis menurut Abdul Majid dan Dian

Andayani ( 2004: 133 ) yaitu ”dasar yang berhubungan dengan aspek

kejiwaan kehidupan bermasyarakat”. Hal ini didasarkan bahwa dalam

hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota

masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak

tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.

Semua manusia yang hidup di dunia ini selalu membutuhkan pegangan

hidup yang disebut agama, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada

sutu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat

untuk berlindung, memohon dan tempat mereka memohon pertolongan.

Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya apabila mereka dapat

mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Kuasa.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan

tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Berbicara

pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah

mengacu kepada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan

melupakan etika sosial dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini

juga alam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik

yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak.

34

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan,

tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan

dibawa. Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak

untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik bilogis maupun pedagogis.

2. Pemahaman guru terhadap teori-teori belajar.

Pemahaman guru terhadap teori – teori belajar wajib diketahui ,

meskipun tidak mutlak untuk semuanya dikerjakan dan sangat bijaksana

jika untuk disintesa dan dijadikan asumsi-asumsi dalam memilih dan

memilah metode pembelajaran.

Sehubungan banyak teori belajar yang dikemukakan oleh para

pakar, maka penulis hanya mendiskripsikan 6 teori belajar yaitu :

a. Teori Koneksionisme,

Teori Koneksionisme yang dikembangkan oleh Edward Lee

Thorndike yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh pakar

lainnya menjelaskan bahwa terdapat kesamaan antara proses

belajar dalam diri hewan dan manusia. Kesamaan tersebut yaitu

adanya hubugan atau koneksi atau asosiasi antara kesan yang

ditangkap oleh Pancaindera atau Stimulus (S) dengan perbuatan

atau Respone ( R ) . ( Suwarno ; 2006:59 ). Mengingat penekanan

dari teori ini adalah hubungan antara simulus dan response, maka

teori koeksionisme ini sering juga disebut dengan istilah teori

Stimulus – Response atau teori S- R saja.

35

Berpegang kepada teori tersebut, Throndike mengajukan tiga

hukum dasar tentang perilaku belajar yaitu hukum kesiapan ( The

Law of Readiness ), hukum Latihan ( The Law of Exercise ), dan

hukum akibat ( The Law of Effect ) .

Hukum Kesiapan ( The Law of Readinnes ) yaitu hukum

yang menjelaskan tentang adanya hubungan antara kesiapan

( readiness ) seseora ng dalam merespon, menerima atau menolak

terhadap stimulan yang diberikan. Aplikasi hukum ini dalam

konteks belajar dan pembelajaran menurut Sudjana adalah bahwa

“..... pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efesien

apabila peserta didik telah memiliki kesiapan belajar.”

( Abdorakhman Gintings,2008:19 )

Hukum Latihan ( The Law of Exercise ) yaitu hukum yang

menjelaskan bahwa hubungan antara perlakuan ( S ) dan tindakan

( R ) akan menjadi kuat jika hubungan tersebut dilakukan berulang-

ulang, sebaliknya hubugan tersebut akan melemah jika jarang

dilakukan. Dalam konteks belajar dan pembelajaran , hukum ini

menekankan pentingnya latihan (exrcise) atau pengulangan (drill)

dalam menggunakan materi yang sedang dipelajari untuk

menguatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tersebut.

Sebaliknya , kurangnya latihan atau pengulangan dalam penggunan

materi yang dipelajari akan menurunkan penguasaan siswa

terhadap matei tersebut.

36

Hukum akibat ( The Law of Effect ) adalah hukum yang

menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan Respon yang

diharapkan akan bertambah kuat dan akan selalu muncul jika

memberikan akibat yang menyenangkan kepada diri seseorang.

Sebaliknya hubungan tersebut akan melemah dan jarang muncul

jika memberikan akibat yang tidak menyenangkan kepada diri

orang tersebut. Hukum ini dapat dijadikan alasan penerapan prinsip

hadiah atau reward dan anksi atau hukuman atau punishment.

b. Teori Classical Conditioning,

Teori ini awalnya diajukan oleh Ivan Petrovivich Pavlov

( Abdorrakhman Gintings, 2008: 22 ). Berdasarkan teori ini Pavlop

menyimpulkan bahwa proses belajar dalam teori seseorang yang

merupakan respon akan berlangung sebagai akibat dari terjadinya

pengasosian ganjaran (reward) sebagai kondisi dan rangsangan

sebagai stimulus yang mendahului ganjaran tersebut.

Teori Clasiccal Conditioning ini dalam belajar dan

pembelajaran mengajarkan kepada guru tentang dua hal . Pertama,

proses belajar dalam diri siswa tidak terjadi dengan sendirinya,

tetapi memerlukan pengkondisian dalam melalui pemberian

rangsangan dan penghargaan serta menyadarkan siswa antara

keduanya. Kedua , Proses belajar dalam diri siswa dapat

diinisaiatau dimunculkan melalui pemberian rangsangan dan

pembiasaan.

37

c. Teori Operant Conditioning,

Teori ini dikembangkan oleh Skinner yang juga didasarkan

pada teori S-R dari Thorndike (Abdorakhman Gintings, 2008: 24)

Skinner dalam teorinya menyimpulkan bahwa terdapat dua macam

response yaitu respondent response atau refexive response dan

Operant response atau instrumental response (Sanjaya, 2006: 116).

Refexive Response adalah sebagaimana yang dikemukan

oleh teori S-R yaitu Respons tertentu yang ditimbulkan oleh

stimulus tertentu. Artinya , hubungan antara stimulus dan response

bersifat sangat terbatas dan hampir sudah terpola. Oleh sebab itu,

respondent response sangat kecil kemungkinannya untuk

dimodifikasi. Sedangkan Operant Response atau Instrumental

response adalah Respons yang ditimbulkannya diiukti oleh

munculnya perangsang-perangsang lain atau reinforcer. Reinforcer

ini kemudian akan memperkuat response reflexive yang dilakukan

oleh organisme. Dengan lain perkataan reinforcer menyebabkan

terjadinya multiplier effect atau effect rentetan dalam diri

seseorang. Karena sifatnya yang demikian itu, maka mungkin saja

perilaku dapat dimodifikasi dengan menggunakan operant atau

instrumental response.

Jika teori ini akan diaplikasikan dalam pembelajaran,

Skinner menyarankan agar perilaku yang akan dicapai diuraikan

dan diurutkan atas sejumlah komponen perilaku yang spesifik.

38

Ketika sebuah komponen perilaku tercapai, berikan berikutnya

sebagai reinforcement agar tercapai pula komponen perilaku

berikutnya begitu seterusnya dicapai komponen perilaku akhir

yang akan dicapai.

Contoh yang sederhana dalam proses pembelajaran

Pendidikan Agama Islam adalah ketika siswa mempelajari Toharoh

maka maka ia terangsang untuk belajar untuk menghilangkan

najis, kemudian dia terangsang untuk belajar menghilangkan najdi

kecil dan terangsang juga untuk belajar cara menghilangkan hadas

besar.

d. Teori Gestalt

Teori ini Gestal atau teori bentuk ini dikembangkan oleh

Max Wertheimer seorang psikolog Jerman. Inti dari teori Gestalt

ini sebagaiman yang dirangkum oleh Suwarno ( 2006: 65-68 )

adalah sebagai berikut :

1) Teori ini memandang belajar sebagai proses

mengembangkan insight atau memahami proses unsur

dalam suatu masalah . Insight yang diperoleh dari

pemecahan masalah tertentu suatu saat kelak dapat

digunakan untuk memecahkan masalah dalam situasi

lain.

2) Masalah yang dihadapi oleh seseorang akan

menimbulkan ketidakseimbangan kognisi dan orang itu

39

akan berusaha memecahkan masalah tersebut guna

mencapai kembali keseimbangan kognisi. Dalam

konteks ini masalah berfungsi sebagai stimulus untuk

menemukan pemecahan masalah. Jadi belajar bukan

sekedar menghafal fakta , tetapi memanfaatkan insight

untuk memecahkan masalah.

3) Belajar didasakan pada pengalaman atau

pengorganisasian kembali pengalaman-pengalaman

masa lalu yang secara terus menerus disempurnakan.

Oleh sebab itu pengalaman dapat memberikan arti

dalam kehidupan seseorang. Berpegang pada prinsip

ini, maka satu peran guru dalam pembelajaran adalah

menciptakan tantangan-tantangan agar siswa

memperoleh pengalaman baru dan berhara dari proses

belajarnya.

e. Teori Humanistik

Beberapa pandangan tentang teori humanistik tentang belajar

dan pembelajaran sebagaimana dirangkum berikut ini ( Sudjana,

2000: 60-81 )

1) Siswa akan mempersepsi pengalaman belajarnya sesuai

dengan kebutuhan belajarnya serta menginternalisasi

pengalaman tersebuke dalam dirinya secara aktif. Oleh

sebab itu, salah satu peran guru adalah membnatu

40

tumbuhnya pengalaman-pengalaman baru yang

dirasakan manfaatnya bagi kehidupan siswa dan

lingkungannya.

2) Pendekatan belajar dan pembelajaran dalam teori ini

adalah berpusat kepada siswa. Untuk itu pembelajaran

dilakukan dengan memberikan kebebasan kepada siswa

untuk menentukan sendiri apa yang ingin dipelajari

sesuai dengan ketersediaan sumber-sumber belajar.

Dalam konteks ini guru lebih banyak berperan sebagai

fasilitator.

3) Perilaku adalah perwujudan diri, oleh karena itu belajar

dan pembelajaran berfungsi sebagai sarana dan

prasarana bagi siswa untuk mengembangkan dirinya

sendiri menjadi manusia mandiri.

f. Teori Konstruktivistik .

Teori dikembangkan oleh J.Piaget. Teori ini memandang

bahwa pengetahuan setiap individu memiliki kemampuan ntuk

mengkontruksi sendiri pengetahuannya dengan jalan berinteraksi

secara terus menerusdengan lingkungannya. Pandangan ini

berimplikasi menolak bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu

yang ditransfer. Oleh sebab itu penganut teori ini memandang

upaya mentransfer pengetahuan adalah pekerjaan yang sia-sia.

Implikasi praktis dari teori ini ( Sudjana, 2000: 58-59 ) yaitu bahwa

41

dalam pembelajaran harus disediakan bahan ajar yang secara

konkrit terkait dengan kehidupan yata dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi secara aktif dengan

lingkungannya.

3. Pemahaman guru terhadap prinsip-prinsip belajar.

Selain memahami teori belajar, seorang guru juga harus memahami

prinsip-prinsip pembelajaran. Tanpa memahami prinsip belajar guru

akan mengalami banyak kesulitan dalam menyusun strategi atau

menentukan metode pembelajaran. Berikut disajikan beberapa Prinsip

belajar ( Abdorrkhman Gintings, 2008: 5 )

a. Pembelajaran adalah memotivasi dan memberikan fasilitas

kepada peserta didik agar dapat belajar sendiri.

b. Mengembangkan belajar dengan melakukan ( Learning by

doing )

c. Semakin banyak alat deria dan indera yang diaktifkan dalam

kegiatan belajar, semakain banyak informasi yang terserap.

d. Belajar dalam banyak hal adalah suatu pengalaman. Oleh

karena itu keterlibatan siswa merupakan salah satu faktor

penting dalam keberhasilan belajar.

e. Materi akan lebih mudah dikuasai siswa apabila siswa terlibat

secara emosional dalam kegiatan belajar pembelajaran. Siswa

akan terlibat secara emosional dalam kegiatan pembelajaran

jika pelajaran itu bermakna bagi dirinya.

42

f. Belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam diri (intrinsik)

dan dari luar diri (ekstrinsik ) siswa.

g. Semua manusia, termasuk siswa, ingin dihargai dan dipuji,

penghargaan dan pujian merupakan motivasi intrinsik bagi

siswa.

h. Makna pelajaran bagi diri siswa merupakan motivasi dalam

yang kuat sedangkan faktor kejutan merupakan motivasi luar

yang efektif dalam belajar.

i. Setiap otak adalah unik . Karena itu setiap siswa memiliki

persamaan dan perbedaan cara terbaik untuk memahami

pelajaran.

j. Otak akan lebih mudah merekam input jika dalam keadaan

santai atau rileks daripada keadaan tegang.

4. Program Tahunan

Dalam pembuatan program tahunan, guru PAI harus mampu

memetakan standar kompetensi dan kompetensi–kompetensi dasar

siswa yang telah ditetapkan pemerintah selama satu tahun dengan

disesuaikan alokasi waktu yang ada dengan memperhatikan minggu

efektif.

5. Silabus

Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya

berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD), Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan

43

Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber

Belajar. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab

permasalahan-permasalahan sebagai berikut.

a. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang

dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar).

b. Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan

dipelajari peserta didik untuk mencapai Standar Isi.

c. Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh

guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-

sumber belajar.

d. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui

ketercapaian KD dan SK.

e. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi

berdasarkan Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan

aspek yang akan dinilai.

f. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar

Kompetensi tertentu.

g. Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai

Standar Kompetensi tertentu.

Dalam mengembangkan silabus menurut buku panduan

Pengembangan silabus Mata pelajaran PAI harus memperhatikan

prinsip-prinsip pengembangan silabus yaitu: ilmiah, relevan, sistematis,

44

konsisten, memadai, actual dan kontekstual, Fleksibel, Menyeluruh dan

desentralistik.

Uraian dari prinsip-prinsip pengembangan silabus PAI sebagai

berikut :

a). Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam

silabus harus benar dan dapat dipertangungjawabkan secara

keilmuan.

b) Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian

materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,

intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

c) Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara

fungsional dalam mencapai kompetensi.

d) Konsisten

Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi

dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.

e) Memadai

Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk

menunjang pencapain kompetensi dasar.

45

f) Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan

ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan

peristiwa yang terjadi.

g) Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi

peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi

di sekolah dan tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar

ditentukan berdasarkan dan atau memerhatikan kultur daerah

masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan peserta didik

tidak tercerabut dari lingkungannya.

h) Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi

(kognitif, afektif, psikomotor).

i) Desentralistik

Pengembangan silabus ini bersifat desentralistik. Maksudnya

bahwa kewenangan pengembangan silabus bergantung pada

daerah masing-masing, atau bahkan sekolah masing-masing.

Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.

1. Identitas Silabus

Identitas terdiri dari nama sekolah, kelas, mata pelajaran, dan

semester. Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus.

46

2. Standar Kompentensi

Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik

yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu.

Standar Kompetensi diambil dari Standar Isi (Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar) Mata Pelajaran.

Sebelum menuliskan Standar Kompetensi, penyusun terlebih

dahulu mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memerhatikan

hal-hal berikut:

a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau

SK dan KD;

b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar

dalam mata pelajaran;

c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar

mata pelajaran. Standar Kompetensi dituliskan di atas

matrik silabus di bawah tulisan semester.

3. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan

minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai

SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar dipilih dari yang

tercantum dalam Standar Isi.

Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar,

penyusun terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan

47

kompetensi dasar mata pelajaran dengan memerhatikan hal-hal

sebagai berikut :

a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau

tingkat kesulitan Kompetensi Dasar;

b. keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

dalam mata pelajaran; dan

c. keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

antarmata pelajaran.

4. Materi Pokok/Pembelajaran

Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus

dipertimbangkan:

a. relevansi materi pokok dengan SK dan KD;

b. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial,

dan spiritual peserta didik;

c. kebermanfaatan bagi peserta didik;

d. struktur keilmuan;

e. kedalaman dan keluasan materi;

f. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan

lingkungan; dan

g. alokasi waktu.

Selain itu harus diperhatikan:

a. kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji

48

kebenaran dan kesahihannya;

b. tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan

memang benarbenar diperlukan oleh siswa;

c. kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-

dasar pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya;

d. layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik

dari aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan

ajar dan kondisi setempat;

e. menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan

memotivasinya untuk memelajari lebih lanjut.

5. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan

pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,

lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian

kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat

terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang

bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran

memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran

sebagai berikut.

a. Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan

bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar mereka

49

dapat bekerja dan melaksanakan proses pembelajaran secara

profesional sesuai dengan tuntutan kurikulum.

b. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu

tuntutan kompetensi dasar secara utuh.

c. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang

harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai

kompetensi dasar.

d. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-

centered). Guru harus selalu berpikir kegiatan apa yang bisa

dilakukan agar siswa memiliki kompetensi yang telah

ditetapkan.

e. Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan,

sikap, dan keterampilan.

f. Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi

yang harus dikuasai untuk mencapai Kompetensi Dasar.

g. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting

artinya bagi KD-KD yang memerlukan prasyarat tertentu.

h. Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-

pengulangan pembelajaran materi tertentu).

i. Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal

mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan

pengelolaan kegiatan pembelajaran siswa, yaitu kegiatan dan

objek belajar.

50

Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-

hal sebagai berikut:

a. memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah,

dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan

guru;

b. mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan

mata pelajaran;

c. disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar, dan

sarana yang tersedia;

d. bervariasi dengan mengkombinasikan kegiatan individu /

perorangan, berpasangan, kelompok, dan klasikal; dan

e. memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual

siswa seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang

keluarga, sosial-ekomomi, dan budaya, serta masalah khusus

yang dihadapi siswa yang bersangkutan.

6. Indikator

Untuk mengembangkan instrumen penilaian, terlebih dahulu

diperhatikan indikator. Oleh karena itu, di dalam penentuan

indikator diperlukan criteria-kriteria berikut ini.

Kriteria indikator adalah sebagai berikut.

a. Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.

b. Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

c. Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari

51

(life skills).

d. Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa

secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor).

e. Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.

f. Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.

g. Menggunakan kata kerja operasional.

7. Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan

berdasarkan indikator. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat

tiga komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b)

bentuk instrumen, dan (c) contoh instrumen.

8. Alokasi Waktu

Alokasi waktu: termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi

dengan pembelajaran (n x 40 menit).

9. Sumber Belajar

Sumber belajar: buku teks, alat, bahan, nara sumber, atau lainnya.

10. RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran )

Rencana pelaksanan pembelajaran atau biasa disingkat dengan RPP

sebenarnya tidaklah jauh berbeda dengan silabus. Perbedaannya silabus

berupa rencana pembelajaran perkompetensi dasar secara umum

sedangkan RPP rencana pembelajaran berdasarkan satu kegiatan

pelaksanaan tatap muka

52

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar

peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan

pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis

agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu

kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap

pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP adalah

a. Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas,

semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema

pelajaran, jumlah pertemuan.

b. Standar kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal

peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau

semester pada suatu mata pelajaran.

c. Kompetensi dasar

53

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus

dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan

penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

d. Indikator pencapaian kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau

diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu

yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian

kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional

yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.

e. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar

yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi

dasar.

f. Materi ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan

indikator pencapaian kompetensi.

g. Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk

pencapaian KD dan beban belajar.

h. Metode pembelajaran

54

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai

kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan.

Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi

peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi

yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.

i. Kegiatan pembelajaran

Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan

memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif

dalam proses pembelajaran.

Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.

Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,

dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini

dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi.

Penutup

55

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri

aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk

rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik,

dan tindaklanjut.

j. Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar

disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu

kepada Standar Penilaian.

k. Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan

kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan

indikator pencapaian kompetensi.

Dalam Penyusunan RPP harus memperhatikan prinsip - prinsip :

1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik

RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin,

kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat,

potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,

kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau

lingkungan peserta didik.

2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik

Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik

untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,

kemandirian, dan semangat belajar.

56

2. Mengembangkan budaya membaca dan menulis

Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran

membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam

berbagai bentuk tulisan.

4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,

penguatan, pengayaan, dan remedi.

5. Keterkaitan dan keterpaduan

RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan

antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pernlielajaran,

indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar

dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan

mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata

pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi

informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif

sesuai dengan situasi dan kondisi.

c. Pelaksanaan pembelajaran akhlak

Tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik bukan hanya

ditentukan oleh perencanaan yang baik, tetapi penerapaan pelaksanaan dari

apa yang direncanakan merupakan salah satu faktor yang sangat

menentukan.

57

Menurut Mulyasa ( 2007: 103 ) “ Pelaksanaan pembelajaran mencakup

tiga hal : pre tes , proses dan post tes.” Sedangkan menurut Abdul Majid

( 2008: 7 ) indikator proses pelaksanaan belajar mengajar meliputi : “

mampu membuka pelajaran

mampu menyajikan materi

mampu menggunakan metode / media

mampu menggunakan alat peraga

mampu menggunakan bahasa yang komunikatif

mampu memotivasi siswa

mampu mengorganisasikan kegiatan

mampu berinteraksi dengn siswa secara komunikatif

mampu menyimpulkan pembelajaran

mampu memberikan umpan balik

mampu melaksanakan penilaian

mampu mengggunakan waktu “

Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa indikator proses

pembelajaran meliputi :

1. mampu membuka pelajaran termasuk di dalamnya ada pre test dan

memotivasi siswa dalam belajar

2. mampu menyajikan materi

3. mampu menggunakan metode / media

4. mampu menggunakan alat peraga

58

5. mampu menggunakan bahasa yang komunikatif

6. mampu memotivasi siswa

7. mampu mengorganisasikan kegiatan

8. mampu berinteraksi dengan siswa secara komunikatif

9. mampu menyimpulkan pembelajaran

10. mampu memberikan umpan balik

11. mampu melaksanakan Evaluasi dan penilaian ( Post Test )

12. mampu mengggunakan waktu “

d. Penilaian dan Evaluasi pembelajaran akhlak

Penilaian pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan

informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik. Hasil penilaian

digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar

peserta didik dan efektivitas proses pembelajaran.

Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta

didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat

mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar

Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam

Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi

yang harus dicapai peserta didik adalah SKL.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau

proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan

efektivitas kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil

belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan dan

59

mencakup seluruh aspek pada diri peserta didik, terutama aspek

kognitif, dan afektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran agama

dan akhlak mulia.

Menurut buku Panduan Penilaian untuk Kelompok mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Akhlak Mulia . Setidaknya ada

empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai hasil belajar peserta

didik pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.

Pertama, penilaian pendidikan ditujukan untuk menilai hasil

belajar peserta didik secara menyeluruh. Informasi hasil belajar yang

menyeluruh menuntut berbagai bentuk sajian, yakni berupa angka

prestasi, kategorisasi, dan deskripsi naratif sesuai dengan aspek yang

dinilai. Informasi dalam bentuk angka cocok untuk menyajikan prestasi

dalam aspek kognitif. Sajian dalam bentuk kategorisasi disertai dengan

deskriptif-naratif cocok untuk melaporkan aspek afektif.

Kedua, hasil penilaian pendidikan digunakan untuk menentukan

pencapaian kompetensi dan melakukan pembinaan dan pembimbingan

pribadi peserta didik.

Ketiga, penilaian oleh pendidik terutama ditujukan untuk

pembinaan prestasi dan pengembangan pribadi peserta didik. Misalnya,

seorang peserta didik kurang berminat terhadap mata pelajaran agama

dan akhlak mulia, maka hendaknya diberi motivasi agar ia menjadi

lebih berminat.

60

Keempat, untuk memperoleh data yang lebih akurat sebagai

dasar pengambilan keputusan perlu digunakan banyak teknik penilaian

yang dilakukan secara berulang dan berkesinambungan.

Dalam melakukan penilaian , seorang guru harus memegang

teguh Prinsip-prinsip penilaian yaitu :

1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan

kemampuan yang diukur. Oleh karena itu, instrumen yang

digunakan perlu disusun melalui prosedur sebagaimana dijelaskan

dalam panduan agar memiliki bukti kesahihan dan keandalan.

2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria

yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. Oleh karena itu,

pendidik perlu menggunakan rubrik atau pedoman dalam

memberikan skor terhadap jawaban peserta didik atas butir soal

uraian dan tes praktik atau kinerja sehingga dapat meminimalkan

subjektivitas pendidik.

3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan dan tidak merugikan

peserta didik karena berkebutuhan khusus, perbedaan latar belakang

agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, atau

gender. Faktor-faktor tersebut tidak relevan di dalam penilaian, oleh

karena itu perlu dihindari agar tidak berpengaruh terhadap hasil

penilaian.

4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu

komponen yang tidak terpisahkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal

61

ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk memperbaiki

proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh peserta didik. Jika

hasil penilaian menunjukkan banyak peserta didik yang gagal,

sementara instrumen yang digunakan sudah memenuhi persyaratan

secara kualitatif, berarti proses pembelajaran kurang baik. Dalam hal

demikian, pendidik harus memperbaiki rencana dan/atau

pelaksanaan pembelajarannya.

5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang

berkepentingan. Oleh karena itu, pendidik menginformasikan

prosedur dan kriteria penilaian kepada peserta didik, dan pihak yang

berkepentingan dapat mengakses prosedur dan kriteria penilaian

serta dasar penilaian yang digunakan.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup

semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik

penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan

peserta didik. Oleh karena itu, penilaian bukan semata-mata untuk

menilai prestasi peserta didik melainkan harus mencakup semua

aspek hasil belajar untuk tujuan pembimbingan dan pembinaan.

7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan

bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. Oleh karena itu,

penilaian dirancang dan dilakukan dengan mengikuti prosedur dan

prinsip-prinsip yang ditetapkan. Dalam penilaian kelas, misalnya,

62

guru mata pelajaran agama menyiapkan rencana penilaian

bersamaan dengan menyusun silabus dan RPP.

8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran

pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen

penilaian disusun dengan merujuk pada kompetensi (SKL, SK, dan

KD). Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria

pencapaian yang telah ditetapkan.

9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari

segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian

dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip keilmuan dalam

penilaian dan keputusan yang diambil memiliki dasar yang objektif.

Selain prinsip penilaian, seorang guru harus bisa mengembangkan

teknik penilaiaan. Adapun yang dimaksud dengan teknik penilaian

adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai

proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh

peserta didik.

Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian

ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan

teknik nontes. Teknik tes merupakan cara untuk memeroleh informasi

melalui pertanyaan yang memerlukan jawaban betul atau salah,

sedangkan teknik nontes adalah suatu cara untuk memeroleh informasi

melalui pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban betul atau salah.

63

Teknik penilaian yang dapat digunakan pendidik kelompok mata

pelajaran agama dan akhlak mulia antara lain sebagai berikut.

1. Tes tertulis

Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban

secara tertulis, baik berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya

berupa pilihan meliputi antara lain pilihan ganda, benar-salah, dan

menjodohkan, sedangkan tes yang jawabannya berupa isian

berbentuk isian singkat atau uraian.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah teknik penilaian yang dilakukan

dengan menggunakan indera secara langsung. Observasi dilakukan

dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah

indikator perilaku yang diamati.

3. Tes praktik

Tes praktik, juga biasa disebut tes kinerja, adalah teknik penilaian

yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan kemahirannya. Tes

praktik dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi dan tes kinerja. Tes

identifikasi dilakukan untuk mengukur kemahiran mengidentifikasi

sesuatu hal berdasarkan fenomena yang ditangkap melalui alat

indera, misalnya mengindentifikasi adanya kesalahan bacaan Al-

Quran (dalam Pendidikan Agama Islam) yang diperdengarkan

kepadanya. Tes simulasi digunakan untuk mengukur kemahiran

bersimulasi memperagakan suatu tindakan, misalnya praktik

64

simulasi memandikan mayat. Tes kinerja dipakai untuk mengukur

kemahiran mendemonstrasikan pekerjaan yang sesungguhnya,

misalnya berupa kegiatan tes untuk mengukur kemahiran membaca

al-Qur’an.

4. Penugasan

Penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta

didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di

kelas. Penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau

kelompok. Penugasan dapat berupa pekerjaan rumah atau proyek.

Pekerjaan rumah adalah tugas menyelesaikan soal-soal dan latihan

yang dilakukan peserta didik di luar kegiatan kelas. Proyek adalah

suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan,

dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu dan

umumnya menggunakan data lapangan.

5. Tes lisan

Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung antara peserta

didik dengan penguji dan jawaban diberikan secara lisan. Tes jenis

ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman penskoran.

6. Penilaian portofolio

Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara

menilai portofolio peserta didik. Portofolio adalah kumpulan karya-

karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan

65

untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau

kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.

7. Jurnal

Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran

yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan

kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap

dan perilaku peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.

8. Penilaian diri

Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan

dirinya, penguasaan kompetensi yang ditargetkan, dan pengamalan

ajaran agama yang dianutnya.

9. Penilaian antar teman

Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara

meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan

kekurangan, penguasaan kompetensi, dan pengamalan ajaran agama

yang dianut temannya.

Setelah teknik penilaian ditentukan, selanjutnya adalah

menentukan bentuk instrumen penilaian. Bentuk instrumen yang dipilih

harus sesuai dengan teknik penilaiannya. Oleh karena itu, bentuk

instrumen yang dikembangkan dapat berupa bentuk instrumen yang

tergolong teknik:

1) Tes tulis, dapat berupa tes esai/uraian, pilihan ganda, isian,

66

menjodohkan dan sebagainya.

2) Tes lisan, yaitu berbentuk daftar pertanyaan.

3) Tes unjuk kerja, dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi, dan

uji petik kerja produk, uji petik kerja prosedur, atau uji petik

kerja prosedur dan produk.

4) Penugasan, seperti tugas proyek atau tugas rumah.

5) Observasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi.

6) Wawancara yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara

7) Porto folio dengan menggunakan dokumen pekerjaan, karya,

dan atau prestasi siswa.

8) Penilaian diri dengan menggunakan lembar penilaian diri

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa indikator dari penilaian dan

Evaluasi dalam pembelajaran adalah :

1. Penilai harus menggunakan prinsip-prinsip penilaian.

2. Penilaian harus menggunakan teknik .

3. Penilaian harus menggunakan instrument yang tepat dari teknik

penilaian yang dipilih..

e. Pengembangan potensi peserta didik

Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi

pedagogik yang harus dimiliki guru, untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan peserta didik

dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain melalui

67

kegiatan ektra kurikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan dan

konseling ( BK ).

1) Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan tambahan di suatu

lembaga pendidikan, yang dilaksanakan di luar kegiatan kurikuler. Kegiatan

ini sangat banyak ragamnya diantaranya pramuka, paskibra, olahrga,

kesenian, pengembangan baca Tulis Al Qur’an, nasyid dan masih banyak

kegiatan yang dikembangkan oleh setiap lembaga pendidikan sesuai dengan

kondisi sekolah dan lingkungan masing-masing. Meskipun kegiatan ini

sifatnya ekstra, namun tidak sedikit yang berhasil mengembangkan bakat

peserta didik , bahkan dalam kegiatan ini peserta didik mengembangkan

berbagai potensi yang dimilikinya, atau bakat - bakatnya yang terpendam.

Kegiatan ekstra kurikuler selain mengembangkan bakat dan

keterampilan, juga dapat membentuk watak dan keperibadian peserta didik ,

karena dalam kegiatan ini biasanya ditanamkan disiplin, kebersihan, cinta

lingkungan , dan lain-lain yang sangat erat kaitannya dengan pembentukan

pribadi peserta didik. Kegiatan ini juga dapat mengurangi kenakalan remaja

dan perkelahian pelajar, karena peserta didik dapat saling mengenal satu

sama lain tidak saja dalam suatu sekolah , tetapi juga lintas sekolah , lintas

daerah, bahkan lintas negara dan lintas benua ( Mulyasa, 2007 : 12). Oleh

karena itu kegiatan ini perlu ditangani secara serius, agar menghasilkan

sesuai dengan visi, misi dan tujuannya.

68

Dalam kegiatan ektra kurikuler ini guru pendidikan agama islam harus

menyediakan kegiatan yang mendorong siswa untuk mempunyai akhlak

yang baik.

2) Pengayaan dan remedial (perbaikan )

Menurut Abdul Majid (2008 :240) Pengayaan adalah “suatu bentuk

pengajaran yang khusus diberikan kepada murid-murid yang sangat cepat

dalam belajarnya”. Biasanya, murid-murid yang sangat cepat dalam belajar

dapat menguasai bahan-bahan pelajaran yang diberikan lebih cepat dari

teman-teman sekelas.

Beberapa bentuk pengajaran pengayaan yang mungkin dapat ditempuh

adalah dengan jalan menugasi murid :

a). Membaca pokok/sub pokok bahasan yang lain yang bersifat

perluasan atau pendalaman dari pokok/sub pokok bahasan yang

sedang dipelajari.

b). Melaksanakan kerja praktek atau percobaan-percobaan.

c). Mengerjakan soal-soal latihan.

Remedial atau perbaikan merupakan bentuk khusus pengajaran

yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang murid yang

mengalami kesulitan belajar. Kekhususan dari pengajaran ini terletak

pada murid yang dilayani , bahan pelajaran, metode, dan media

penyampaiannya.

Kegiatan pokok dalam perbaikan terletak pada usaha

memperbaiki kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang terjadi

69

pada murid berkenaan dengan mata pelajaran yang dipelajarinya. Oleh

sebab itu, guru tidak perlu lagi banyak menggunakan metode ceramah

atau metode diskusi dalam menyajikan bahan pelajaran kepada murid.

Guru juga tidak perlu lagi mengulang mengajarkan semua bahan ajar

yang sudah disampaikan . Pengajaran dipusatkan pada kompetensi

dasar dan bahan-bahan pelajaran yang belum dikuasai dengan baik

oleh siswa, dengan jalan memberikan penjelasan seperlunya,

mengadakan tanya jawab, demonstrasi, latihan, pemberian tugas dan

evaluasi.

Berkenaan dengan itu depdiknas (2004) mengemukakan dua

cara yang dapat ditempuh, yaitu :

a. Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa

yang belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD

tertentu. Cara ini merupakan cara yang mudah dan sederhana untuk

dilakukan karena merupakan implikasi dari peran guru sebagai

“tutor”.

b. Pemberian tugas atau perlakuan secara khusus yang sifatnya

penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran reguler. Adapun

bentuk penyederhanaan itu dapat dilakukan guru antara lain

melalui :

a) Penyederhanaan isi / materi pembelajaran untuk Kompetensi

Dasar tertentu.

70

b) Penyederhanaan cara penyajian ( misalnya : menggunakan

gambar, model, skema, grafik, memberikan rangkuman yang

sederhana dll ).

c) Penyederhanaan soal/pertanyaan yang diberikan.

3) Bimbingan dan Konseling

Sekolah berkewajiban memberikan program bimbingan dan konseling

kepada peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial , belajar dan karier.

Selain guru pembimbing, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

harus bekerja sama dengan guru pembimbing untuk memberikan masukan

tentang akhlak dan moral siswa.

B. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1( Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas pengertian pendidikan Agama Islam, penulis akan

terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan

berasal dari kata didik dengan diberi awalan "pe" dan akhiran "kan" mengandung

arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal

dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan

kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan

education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah

ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan. Ahmad D.

Marimba (1981:19) mengatakan bahwa ”pendidikan adalah bimbingan atau

pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.”

71

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005:4) ”pendidikan

yaitu tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya

pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar

mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai

keselamatan dan kebahagian yang

setinggi-tingginya.”

Dari semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah

kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh

orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi

terciptanya insan kamil. Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah

pendidikan agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan Islam

menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-

warna Islam.

Untuk memperoleh gambaran mengenai Pendidikan Agama Islam, berikut

ini beberapa definisi mengenai pendidikan Agama Islam. Menurut hasil seminar

pendidikan agama Islam se Indonesia tanggal 7-11 Mei 1960 di Cipayung Bogor

menyatakan: Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan

jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,

mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua

ajaran Islam.

Sedangkan menurut Ahmad Marimba ( 1981: 23 ), Pendidikan Agama Islam

adalah ”bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam

menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.

72

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat ( 1992:86 ), Pendidikan Agama Islam

adalah:

”pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari

pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran

agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan

ajaran agama Islam itui sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan

dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama

Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran

Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak

menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang

memiliki nilai nilai Islam.

2( Tujuan Pendidikan Agama Islam

Menurut Abdul Majid (2004 : 135 ) Pendidikan Agama Islam di sekolah

bertujuan :

”untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman

peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang

terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan

bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi ”.

Menurut Zakiah Daradjat ( 1992 : 29 ) Tujuan ialah

73

”Suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi "insan kamil" dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allh SWT”.

Sedangkan Mahmud Yunus (1983: 13) mengatakan bahwa tujuan

pendidikan Agama Islam adalah

”mendidik anak-anak, pemuda-pemudi maupun orang dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kakinya sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia”.

Sedangkan Imam Al-Ghazali dalam Ramayulis ( 2005 : 71 ) mengatakan

bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah ”beribadah dan taqarrub

kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia

akhirat.

Adapun Muhammad Athiyah Al-Abrasy ( 1987 : 1 ) merumuskan bahwa

tujuan pendidikan Islam adalah

” mencapai akhlak yang sempurna. Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa,”

Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa Tujuan Pendidikan Agama

Islam adalah muslim yang sempurna yaitu manusia yang bertakwa kepada Allah

74

SWT atau manusia yang beribadah kepada Allah SWT. Pernyataan ini juga

dkuatkan dengan firman Allah SWT dalam Alqur’an Surat Al-Dzariyat [51]: 56:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”

Dalam buku panduan penyusunan pengembangan silabus Mata Pelajaran

PAI disebutkan bahwa Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMK adalah

”terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia ( budi pekerti yang

luhur )”. Tujuan ini yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi

Muhammad Saw. di dunia. Dengan demikian, pembelajaran akhlak (budi pekerti)

adalah jiwa Pendidikan Agama Islam (PAI). Mencapai akhlak yang karimah

(mulia) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Hal ini tidak berarti bahwa

pendidikan Islam tidak memerhatikan pendidikan jasmani, akal, ilmu, ataupun

segi-segi praktis lainnya, tetapi maksudnya adalah bahwa pendidikan Islam

memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti juga segi-segi lainnya.

Peserta didik membutuhkan kekuatan dalam hal jasmani, akal, dan ilmu, tetapi

mereka juga membutuhkan pendidikan budi pekerti, perasaan, kemauan, cita

rasa, dan kepribadian. Sejalan dengan konsep ini maka semua mata pelajaran atau

bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah mengandung muatan

pendidikan akhlak dan setiap guru haruslah memerhatikan akhlak atau tingkah

laku peserta didiknya.

3( Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

75

Pendidikan Agama Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena

di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

a. Perbuatan mendidik itu sendiri

Yang dimaksud dengan perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan,

tindakan atau perbuatan dari sikap yang dilakukan oleh pendidikan

sewaktu mengasuh anak didik. Atau dengan istilah yang lain yaitu sikap

atau tindakan menuntun, mebimbing, memberikan pertolongan dari

seseorang pendidik kepada anak didik menuju kepada tujuan pendidikan

Islam.

b. Anak didik

Yaitu pihak yang merupkan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini

disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan untuk

membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang kita cita-

citakan.

c. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala

kegiatan pendidikan Islam ini dilakukan. Yaitu ingin membentuk anak

didik menjadi manusia dewasa yang bertakwa kepada Allah dan

kepribadian muslim.

d. Pendidik

76

Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini

mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik

atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan

Islam.

e. Materi Pendidikan Islam

Yaitu bahan-bahan, pengalaman-pengalaman belajar ilm agama Islam

yang disusun sedemikian rupa untuk disajikan atau disampaikan kepada

anak didik.

f. Metode Pendidikan Islam

Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk

menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik.

Metode di sini mengemukakan bagaimana mngolah, menyusun dan

menyajikan materi tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki

oleh anak didik.

g. Evaluasi Pendidikan

Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian

terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidika Islam umumnya

tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melaui proses atau pentahapan

tertentu. Apabila tahap ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan

dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya dan berakhir enga terbentuknya

kepribadian muslim.

h. Alat-alat Pendidikan Islam

77

Yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan

Islam agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.

i. Lingkungan

Yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta

hasil pendidikan Islam.

Adapun ruang lingkup mata pelajaran pendidikan agama Islam meliputi lima

unsur pokok, yaitu :

a) Al-Qur’an

b) Aqidah

c) Syari’ah

d) Akhlak

e) Tarikh

Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada emapat unsur

pokok yaitu keimanan, ibadah, Al-Qur’an dan Akhlak. Sedangkan pada Sekolah

menengah Pertama (SMP) dan SMA disamping keempat unsur pokok di atas

maka pokok syari’ah dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara

seimbang pada setiap satuan pendidikan.

4( Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Setiap mata pelajaran memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu yang

dapat membedakannya dengan mata pelajaran lainnya. Begitu juga halnya mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), khususnya di Sekolah Menengah Atas

(SMK). Adapun karakteristik mata pelajaran PAI di SMK adalah sebagai berikut:

a. PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok

78

(dasar) yang terdapat dalam agama Islam, sehingga PAI merupakan bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam.

b. Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran

pokok yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan

mata pelajaran lain yang bertujuan untuk pengembangan moral dan

kepribadian peserta didik. Semua mata pelajaran yang memiliki tujuan

tersebut harus seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata

pelajaran PAI.

c. Diberikannya mata pelajaran PAI, khususnya di SMK, bertujuan untuk

terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.,

berbudi pekerti yang luhur (berakhlak yang mulia), dan memiliki

pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-

sendi Islam lainnya, sehingga dapat dijadikan bekal untuk memelajari

berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh

pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata

pelajaran tersebut.

d. PAI adalah mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik

dapat menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi PAI lebih menekankan

bagaimana peserta didik mampu menguasai kajian keislaman tersebut

sekaligus dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah-

tengah masyarakat. Dengan demikian, PAI tidak hanya menekankan pada

aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah pada aspek afektif dan

psikomotornya.

79

e. Secara umum mata pelajaran PAI didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang

ada pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-Quran dan al-Sunnah/al-

Hadits Nabi Muhammad Saw. (dalil naqli). Dengan melalui metode Ijtihad

(dalil aqli) para ulama mengembangkan prinsip-prinsip PAI tersebut dengan

lebih rinci dan mendetail dalam bentuk fiqih dan hasil-hasil ijtihad lainnya.

f. Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam,

yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep

iman; syariah merupakan penjabaran dari konsep islam, syariah memiliki

dua dimensi kajian pokok, yaitu ibadah dan muamalah, dan akhlak

merupakan penjabaran dari konsep ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah

berkembang berbagai kajian keislaman (ilmu-ilmu agama) seperti Ilmu

Kalam (Theologi Islam, Ushuluddin, Ilmu Tauhid) yang merupakan

pengembangan dari aqidah, Ilmu Fiqih yang merupakan pengembangan dari

syariah, dan Ilmu Akhlak (Etika Islam, Moralitas Islam) yang merupakan

pengembangan dari akhlak, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu

dan teknologi serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai

mata pelajaran di SMK.

g. Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI di SMK adalah terbentuknya peserta

didik yang memiliki akhlak yang mulia (budi pekerti yang luhur). Tujuan ini

yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad Saw. di

dunia. Dengan demikian, pendidikan akhlak (budi pekerti) adalah jiwa

Pendidikan Agama Islam (PAI). Mencapai akhlak yang karimah (mulia)

adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Hal ini tidak berarti bahwa

80

pendidikan Islam tidak memerhatikan pendidikan jasmani, akal, ilmu,

ataupun segi-segi praktis lainnya, tetapi maksudnya adalah bahwa

pendidikan Islam memerhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti juga

segi-segi lainnya. Peserta didik membutuhkan kekuatan dalam hal jasmani,

akal, dan ilmu, tetapi mereka juga membutuhkan pendidikan budi pekerti,

perasaan, kemauan, cita rasa, dan kepribadian. Sejalan dengan konsep ini

maka semua mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta

didik haruslah mengandung muatan pendidikan akhlak dan setiap guru

haruslah memerhatikan akhlak atau tingkah laku peserta didiknya.

h. PAI merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh setiap peserta

didik, terutama yang beragama Islam, atau bagi yang beragama lain yang

didasari dengan kesadaran yang tulus dalam mengikutinya.

C. Konsep Akhlak dan pembelajarannya

1( Pengertian dan ruang Lingkup Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Kata ”akhlak” berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata khulkun (

.yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (خلق

Kata tersebut mengandung persesuaian dengan perkatan khalkun ( (خلق

yang berarti kejadian, yang serta erat hubungannya dengan ”khalik” (خالق)

yang berarti Pencipta dan ”Makhluk” ( . yang berarti diciptakan (مخلـوق

Pada bentukan definisi ”akhlak ” di atas muncul sebagai mediator yang

menjembatani komunikasi antara khalik (pencipta) dengan makhluk (yang

81

diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablum minallah.

Dari produk hablum minallah lahirlah pola hubungan dengan antar sesama

manusia yang biasa disebut dengan hablum minannas (pola hubungan sesama

makhluk ).

Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup

pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khalik (Pencipta) dengan

perilaku makhluk (manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang

dengan orang lainndan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki

jika tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak Khalik ( Tuhan ).

Imam Al-Ghazali ( 1989 : 58 ) menyebut akhlak ialah suatu sifat yang

tertanam dalam jiwa . Daripada jiwa itu , timbul perbuatan-perbuatan dengan

mudah tanpa melakukan pertimbangan fikiran.

Prof. Dr. Ahmad Amin ( 1977 : 34 ) mendefinasikan akhlak sebagai ”

kehendak yang dibiasakan” . Maksudnya, sesuatu yang mencirikan akhlak itu

ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu apabila membiasakan

sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak. Ahmad Amin menjelaskan arti

kehendak itu ialah ketentuan daripada beberapa keinginan manusia. Manakala

kebiasaan pula ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukanya.

Daripada kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan ke arah menimbulkan

apa yang disebut sebagai akhlak.

Ibnu Maskaway dalam buku pengantar studi akhlak (Zahruddin dkk, 2004:

4 )mengatakan akhlak ialah ”suatu keadaan bagi diri atau jiwa yang mendorong

82

(diri atau jiwa itu) untuk melakukan perbuatan dengan senang tanpa didahului

oleh daya pemikiran kerana sudah menjadi kebiasaan”.

Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa akhlak adalah daya kekuatan

jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan

direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat

pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau

perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka

tindakan itu disebut akhlak yang baik atau akhlakul karimah (akhlak mahmudah).

Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah, santun dan sebagainya. Sebaliknya

apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah. Misalnya

kikir, zalim, dengki, iri hati, dusta dan sebagainya. Baik dan buruk akhlak

didasarkan kepada sumber nilai, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul. Di samping

akhlak dikenal pula istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa Latin mores

yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang

diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi

standar dalam menentukan baik dan buruknya

Suatu perbuatan. Misalnya berpakaian minim di pantai Kuta Bali itu biasa

saja,dianggap tidak melanggar norma karena budaya itu diterima masyarakat.

Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai

suatu masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat,

karena itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Jika

dibandingkan dengan moral, maka etika lebih bersifat teoritis sedangkan moral

bersifat praktis. Moral bersifat lokal atau khusus dan etika bersifat umum.

83

2. Perbedaan antara akhlak, moral dan etika

Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar

penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik

dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan

etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu

masyarakat, jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik

pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat

lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam

pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa

seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan

seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari.

Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya:

األخالق مكارم تمم أل بعثت إنما“Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits

riwayat Ahmad)

Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah

akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang.

Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik,

atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at

Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.

3. Ruang Lingkup Akhlak

Ruang lingkup akhlak terdiri dari dari Akhlak kepada Allah, Sesama

manusia, dan Lingkungan.

84

a. Akhlak kepada Allah

1) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah

untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang

muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap

perintah Allah.

2) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai

situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun

dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan

ketentraman hati.

3) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah.

Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan

akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus

pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu.

Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia

mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu

berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia

yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap muslim.

Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak

menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu

dipandang sebagai orang yang sombong; suatu perilaku yang

tidak disukai Allah.

85

4) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada

Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari

suatu keadaan.

5) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah.

Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah

Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup

dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang

lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

b. Akhlak kepada sesama manusia

1) Akhlak kepada diri sendiri

a. Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai

hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa

yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan

perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.

b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat

Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur

diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur

dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan

alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan

dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai

dengan aturan-Nya.

c. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang

dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap

86

tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat

iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak

menyenangkan orang lain

2) Akhlak kepada ibu bapak

Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya

dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak

dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :

menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima

kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut,

mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka

jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.

3) Akhlak kepada keluarga

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang

di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk

komuniksai.

Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan

dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang

telah mendasari komunikasi orang tua dengan anak, maka akan

lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir

kepercayaan orang tua pada anak oleh karena itu kasih sayang

harus menjadi muatan utama dalam komunikasisemua pihak

dalam keluarga.

87

Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,

keakraban, dan keterbukaan di antara anggota keluarga dan

menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian

rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul

menjadi tempat tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi

surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula

dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-

nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan bagi pendidikan

yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.

4) Akhlak kepada lingkungan

Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya

kepada manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup.

Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia

sebagai khalifah di muka bumi,yaitu sebagai wakil Allah yang

bertugas mamakmurkan, mengelola dan melestarikan alam.

Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan

mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam

sekitarnya.

5( Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Akhlak

Tujuan dan manfaat pembelajaran Akhlak secara umum menurut Ali Abdul

Halim Mahmud ( 2004 : 159 ) adalah ”agar manusia berada dalam kebenaran dan

senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT.

88

Sedangkan tujuan khusus pembelajaran akhlak menurut Ali Abdul Halim

Mahmud ( 2004: 160 ) diantaranya:

a. Mempersiapkan manusia-manusia beriman yang selalu beramal soleh.

b. Mempersiapkan insan beriman yang selalu beramal soleh yang

menjalani kehidupannya sesuai dengan ajaran islam; melaksanakan apa

yang diperintahkan agama dan meninggalkan apa yang diharamkan;

menikmati hal-hal yang baik dan dibolehkan serta menjauhi hal yang

baik dan diperbolehkan serta menjauhi segala sesuatu yang dilarang.

c. Mempersiapkan insan beriman yang selalu beramal soleh yang bisa

berinteraksi secara baik dengan sesamanya, baik dengan orang muslim

maupun non muslim.

d. Mempersiapkan insan beriman yang selalu beramal soleh yang

mampu dan mau mengajak orang lain ke jalan Allah gmelaksanakan

amar ma’ruf nahi munkar dan berjuang fii sabilillah demi tegaknya

agama Islam.

e. Mempersiapkan insan beriman yang selalu beramal soleh yang mau

merasa bangga dengan persaudaraannya sesama muslim dan selalu

memberikan hak-hak persaudaraan tersebut.

f. Mempersiapkan insan beriman yang selalu beramal soleh yang merasa

bahwa dia adalah bagian dari seluruh umat Islam yang berasal dari

berbagai daerah, suku dan bahasa.

89

g. Mempersiapkan insan beriman yang selalu beramal soleh yang merasa

bangga dengan loyalitasnya kepada agama Islam dan berusaha sekuat

tenaga demi tegaknya panji-panji Islamdi muka bumi.

6( Tugas dan Peran Guru dalam pembelajaran Akhlak

Mengenai tugas guru, ahli-ahli pendidikan Islam , juga ahli pendidikan Barat

telah sepakat bahwa tugas guru ialah mendidik. Mendidik adalah tugas yang amat

luas. Mendidik itu sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar sebagian dalam

bentuk memberi dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan,

dan lain lain ( Ahmad Tafsir , 2005:78 )

Menurut Undang-undang Guru dan Dosen Pasal 20 tugas guru yaitu ”

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni;

c. Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis

kelamin, agama, suku, ras, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam

pembelajaran;

d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan hukum, dan kode etik

guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan

e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

90

Tugas dan peran Guru PAI dalam pembelajaran akhlak sangat banyak

diantaranya adalah tugas dan peran guru dalam pembelajaran akhlak yang

ditawarkan oleh Thomas Lichona dalam HAR Tilaar ( 1999:76-80 ) yaitu ”

a. Seorang pendidik ( guru ) harus menjadi model , sekaligus menjadi mentor

dari peserta didik dalam mewujudkan nilai-nilai moral pada kehidupan

sekolah. Tanpa guru atau pendidik sebagai model. Sulit untuk mewujudkan

suatu pranata sosial (sekolah ) yang dapat mewujudkan nilai-nilai kebudayaan

. Walaupun di sini ditekankan kepada peranan guru, namun sebenarnya

meliputi seluruh personil dari pranata sosial.

b. Menjadikan masyarakat sekolah menjadi masyarakat bermoral. Apabila kita

berbicara mengenai budaya sekolah, maka sekolah bukan semata-mata untuk

meningkatkan kemampuan intelektual, tetapi juga memupuk kejujuran,

kebenaran, dan pengabdian kepada kemanusiaan. Secara keseluruhan budaya

sekolah adalah budaya yang bermoral.

c. Praktikkan disiplin moral.

d. Menciptakan Situasi Demokratis di Ruang Kelas.

e. Mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum.

f. Budaya kerja sama

g. Mengembangkan refleksi moral

h. Mengajarkan Resolusi Konflik .

91

Di samping apa yang diuraikan di atas, menurut Burhanudin Salam ( 1997 :

200 ) ada beberapa kode etik atau akhlak guru yang harus diperhatikan dalam

mengajar, yaitu sebagai berikut :”

a. Berniat dengan ikhlas, maksudnya hendaklah seorang guru mengajarkan ilmu

yang dimilikinya dengan penuh keikhlasan hati karena mengharap keridhoan

Allah SWT.

b. Kasih sayang, hendaklah seorang gur merasa diri sebagai orang tua yang

memandang murid-muridnya seolah-olah sebagai anaknya sendiri. Guru

haruslah bersikap menyayangi muridnya dan membimbingnya seperti anaknya

sendiri.

c. Hikmah kebijksanaan, yang berarti guru haruslah berlaku bijaksana dalam

mengajar. Hendaknya memilih suatu sistem dan metode didaktik yang tepat.

d. Memilih waktu yang tepat untuk menjaga kebosanan siswa, haruslah guru

mengadakan jadwal pelajaran.

e. Memberi teladan, guru tidak hanya mengajar dalam bentuk lisan, namun yang

lebih penting ialah guru harus memberikan contoh perbuatan ( teladan) baik

yang mudah ditiru oleh murid-muridnya”.

Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa tugas guru sangatlah komplek,

secara singkat dapat juga disimpulkan bahwa tugas guru Pendidikan Agama Islam

dalam pembelajaran akhlak adalah mendidik peserta didiknya dengan cara

mengajar dan cara-cara lainnya , untuk menuju tercapainya perkembangan

maksimal sesuai dengan nilai-nilai Islam.

92

7( Pendekatan Pembelajaran Akhlak

Istilah pendekatan, metode dan teknik bukanlah hal yang baru dalam

pembelajaran agama Islam. Padanan untuk pendekatan adalah ”Madkhal”, metode

adalah thariqah, dan teknik adalah uslub.

Pendekatan Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai perangkat

asumsi berkenaan dengan hakikat dan belajar mengajar agama islam. Metode

adalah rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan

pendekatan yang ditentukan. Sedangkan teknik adala kegiatan spesisfik yang

diimplementasikan dalam kelas sesuai dengan metode dan pendekatan yang

dipilih. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendekatan bersifat aksiomatis,

metode bersifat prosedural, dan teknik bersifat operasional.( Abdul Majid,

2008:132 ).

Menurut Tolkhah ( 2004 ) ada beberapa pendekatan yang perlu mendapat

kajian lebih lanjut berkaitan dengan pembelajaran Agama Islam termasuk di

dalamnya pembelajaran akhlak, diantaranya: ”pendekatan psikologis dan

pendekatan sosio kultural ”.

Pendekatan psikologis ini perlu dipertimbangkan mengingat aspek psikologi

manusia yang meliputi aspek rasional/intelektual, aspek emosional dan asepk

ingatan. Aspek rasional mendorong manusia untuk berpikir ciptaan Tuhan di

langit dan di bumi. Aspek emosional mendorong untuk merasakan adanya

kekuasaan tertinggi yang gaib sebagai pengendali jalannya alam dan kehidupan.

Sedangkan aspek ingatan dan keinginan manusia didorong untuk difungsikan ke

dalam kegiatan menghayati dan mengamalkan nila-nilai agama yang diturunkan

93

Nya. Seluruh aspek dimensi manusia sejatinya dibangkitkan untuk dipergunakan

semaksimal mungkin bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat.

Pendekatan sosio kultural adalah suatu pendekatan yang melihat dimensi

manusia tidak saja sebagai individu melainkan juga sebagai makhluk sosial-

budaya yang memiliki berbagai potensi yang signifikan bagi pengembangan

masyarakat, dan juga mampu mengembangkan sistem budaya dan kebudayaan

yang berguna bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya.

Sedangkan Depag (2004) menyajikan konsep terpadu dalam pembelajaran

agama islam yang meliputi : keimanan, pengamalan, pembiasaan, rasional,

emosional, fungsional dan keteladanan.

Uraian dari pendekatan-pendekatan di atas adalah sebagai berikut :

a. Pendekatan keimanan

Pendekatan keimananan adalah pendekatan yang memberikan peluang

kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai

sumber kehidupan makhluk sejagat ini.

b. Pendekatan pengamalan

Pendekatan pengamalan yaitu pendekatan yang memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil

pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas- tugas dan masalah

dalam kehidupan.

c. Pendekatan pembiasaan

94

Pendekatan pembiasaan yaitu pendekatan yang memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk membiasakan sikap dan prilaku yang baik yang sesuai

dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan.

d. Pendekatan Rasional

Pendekatan Rasional yaitu pendekatan untuk memberikan peranan pada

rasio ( akal ) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan

ajar dalamstandar isi dan standar komptensi serta kaitannya dengan prilaku yang

baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi.

e. Pendekatan Emosional

Pendekatan emosional yaitu pendekatan untuk menggugah perasaan dan

emosi peserta didik dalam menghayati perilaku sesuai dengan ajaran agama dan

budaya bangsa.

f. Pendekatan Fungsional

Pendekatan Fungsional yaitu pendekatan tentang kebermanfaatan kegiatan

atau nilai-nilai agama bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sesuai

dengan tingkat perkembangannya.

g. Pendekatan Keteladanan

Pendekatan keteladanan yaitu pendekatan yang memperlihatkan

keteladanan dari pendidik dan tenaga kependidikan sebagai cermin manusia

berkepribadian agama.

95

8( Metode Pembelajaran Akhlak

Dalam pendidikan karakter menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri

setiap siswa ada tiga tahapan yang harus dilalui dan dicapai

Moral Knowing. Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam

pendidikan karakter. Dalam tahapan ini tujuan pembelajaran akhlak adalah

a. Siswa mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela

b. Siswa memahami secara logis dan rasional (bukan secara dogmatis dan

doktriner) pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam

kehidupan

c. Siswa mengenal sosok Nabi Muhamad saw sebagai figur teladan akhlak mulia

melalui hadits-haditsnya.

Moral Loving. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta

dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini yang menjadi

sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa, bukan lagi akal,

rasio dan logika. Guru menyentuh emosi siswa sehingga tumbuh kesadaran,

keinginan dan kebutuhan sehingga siswa mampu berkata kepada dirinya sendiri,

“Iya, saya harus seperti itu…” atau “Saya perlu mempraktekkan akhlak ini…” .

Untuk mencapai tahapan ini guru bisa memasukinya dengan kisah-kisah yang

menyentuh hati, modeling, atau kontemplasi. Melalui tahap ini pun siswa

diharapkan mampu menilai dirinya sendiri (muhasabah), semakin tahu

kekurangan-kekurangannya.   

Moral Doing. Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa

mempraktekkan nilai-nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari-hari. Siswa

96

menjadi semakin sopan, ramah, penyayang, jujur, disiplin, dan seterusnya. Selama

perubahan akhlak belum terlihat dalam perilaku anak walaupun sedikit, selama itu

pula kita memiliki setumpuk pertanyaan yang harus selalu dicari jawabannya.  

Menurut An Nahlawi dalam Ahmad Tafsir (2005: 135) , metode

menanamkan rasa iman atau nilai-nilai akhlak yaitu ” metode hiwar, metode

Kisah, Metode amstal, metode pembiasaan, metode ’ibroh dan mau’idzoh, metode

Targhib dan Tarhib.”

Uraian dari metode-metode di atas adalah sebagai berikut :

a. Metode hiwar ( percakapan )

Metode hiwar yaitu percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih

melalui tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah kepada suatu tujuan.

b. Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi

Metode Kisah yaitu metode dengan mengkisahkan sejarah -sejarah yang ada

di dalam Al-qur’an dan Kisah-kisah yang disampaikan oleh para Nabi.

c. Metode amtsal

Metode Amtsal yaitu metode dengan cara memberikan contoh atau

perumpamaan.

d. Metode pembiasaan

Metode pembiasaan yaitu metode dengan cara membiasakan kegiatan-

kegiatan keagamaan sehingga menjadi ikhlas.

e. Metode ’Ibroh dan mau’idzhah

Ibroh adalah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada

intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, dengan menggunakan nalar, yang

97

menyebabkan hati mengakuinya sedangkan mau’izdoh yaitu nasehat yang lembut

yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.

f. Metode Targhib dan Tarhib

Targhib yaitu janji terhadap kesenangan, kenikmatan akherat yang disertai

bujukan, sedangkan Tarhib yaitu ancaman karena dosa yang dilakukan.

9( Prinsip Pembelajaran Akhlak yang efektif

Prinsip – prinsip pembelajaran akhlak yaitu :

a. Berpusat pada peserta didik

b. Belajar dengan melakukan

c. Mengembangkan kemampuan sosial

d. Mengembangkan keingintahuan

e. Mengembangkan fitrah bertuhan

f. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah

g. Mengembangkan kreatifitas peserta didik

h. Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi

i. Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara

j. Belajar sepanjang hayat

k. Keterpaduan komptensi , kerja sama dan solidaritas

l. Belajar melalui peniruan

m. Belajar melalui pembiasaan.

98

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

a. Paparan Data

Lokasi Penelitian

Tempat Penelitian dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Kedawung

Cirebon. Tempat ini dijadikan obyek penelitian oleh penulis karena

dianggap sangat tepat karena siswa SMK Muhammadiyah Kedawung ini

adalah heterogen, sebagian berasal dari anak perkotaan dan sebagaian lagi

berasal dari pedesaan.

1. Sejarah Singkat Sekolah

SMK Muhammadiyah Kedawung kabupaten Cirebon didirikan pada tahun

1976 dengan nama STM Muhammadiyah Cirebon, melalui SK pendirian no.

1349/D.2/Kod./77 tanggal 23 maret 1977 dari Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Wilayah profinsi Jawa Barat. Beberapa nama yang tercatat sebagai

inisiator berdirinya STM Muhammadiyah Cirebon diantaranya adalah almarhum

Bapak H. Wasita Atmaja (tokoh Muhammadiyah Cirebon), almarhum Ibu Hj.

Fatmah Sofwan (Ketua PD Aisyiyah Cirebon), almarhum Bapak Sofyan, Bapak

Asnawi. Pada saat berdiri tahun 1976, jurusan yang dibuka adalah Mesin Umum

dan Bangunan Gedung, kemudian disusul dibuka Jurusan Listrik pada tahun 1979,

Jurusan Otomotif pada tahun 2002 dan Elektronika pada tahun 2003.

Ruang belajar yang digunakan adalah ruang kelas SMA Muhammadiyah

Cirebon, dan KBM dilaksanakan siang hari setelah KBM SMA Muhammadiyah

99

99

berakhir. Pembangunan gedung STM Muhammadiyah Cirebon yang dikelola oleh

Majelis Pendidikan. Pengajaran dan Kebudayaan PDM Kota dan Kabupaten

Cirebon dilaksanakan secara bertahap. Dimulai dengan pembangunan bengkel

utama (20 x 36 m2) tahun 1982, ruang kelas, 3 ruang 2 lantai pada tahun 1985,

ruang kelas 4 ruang 2 lantai tahun 1995, ruang kelas 4 ruang 2 lantai pada tahun

2004, masjid pada tahun 2000, ruang perpustakaan pada tahun 2010, dan ruang

kelas baru (RKB) bantuan Pemda Jabar pada tahun 2011.

Sejak berdiri tahun 1976, STM Muhammadiyah Cirebon telah mengalami

beberapa kali pergantian Kepala Sekolah yaitu sebagai berikut:

1. Drs. H. Sutomo : Tahun 1976 - 1982

2. Drs. H. Hamzili Hamzah : Tahun 1982 - 1986

3. Drs. H. Fachrurodji : Tahun 1986 - 2004

4. Djadja Atidja, M.Pd.I : Tahun 2004 – 2008

5. E. Sri Retno Kuntjorowati, S.Pd : Tahun 2008 - 2012

6. Drs. Somantri, M.Pd.I : Tahun 2012 – 2014

7. Masruchi, S.Pd : Tahun 2015 – 2019

2. Profil Sekolah

A. Identitas Sekolah

1 Nama Sekolah SMK Muhammadiyah Kedawung

Kab. Cirebon

2 Nomor Statistik

Sekolah

322021732001

3 NDS 420217001

100

4 NPSN 20214798

5 Status Sekolah Swasta

6 Jenjang Akreditasi Terakreditasi A

(Untuk Semua Kompetensi Keahlian)

SK BAP – SM Nomor : 02.00/445/BAP-

SM/X/2009

7 Alamat

Kecamatan

Kabupaten

No. Telp/Faks

E-Mail

Jln. Tuparev No. 70 Cirebon

Kedawung

Cirebon

0231-205263/205263

[email protected]

8 Tahun Berdiri

SK Pendirian

Lembaga Yang

Mengeluarkan SK

Tahun : 1976

Nomor : 353 / K / I E / STM / BPMK /

JB / 77

Tanggal : 16 April 1977

Kantor Wilayah Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan

9 Visi dan Misi Visi

Menjadi Sekolah Menengah

Kejuruan Muhammadiyah

Unggulan, menghasilkan lulusan

berkarakter yang mampu bersaing

di pasar nasional dan global.

Misi

1. Meningkatkan profesionalisme

tenaga pendidikan dan tenaga

kependidikan

2. Meningkatkan mutu

penyelenggaraan pendidikan

3. meningkatkan kerjasama

dengan Dunia Usaha/Dunia

101

Industri dan Instansi terkait

4. Mengembangkan iklim belajar

yang berwawasan mutu,

keunggulan, profesional dan

entrepreneurship berlandaskan

nilai-nilai keagamaan dan ke-

Indonesiaan

5. Meningkatkan mutu

pendidikan kader

Muhammadiyah.

10 Kompentensi Keahlian 1. Teknik Instalasi Tenaga Listrik

2. Teknik Elektronika Industri

3. Teknik Pemesinan

4. Teknik Otomotif Kendaraan Ringan

11 Kepala Sekolah Nama

Tempat Tanggal

Lahir

Alamat

Telp.

NIP

: Masruchi, S.Pd

: Tegal, 11 Maret 1958

: BTN Cempaka Arum

Blik A 8 RT 03/03

Kec. Talun Kab.

Cirebon

: 081313522000

: -

12 Yayasan Nama

Nama Ketua

Akte Notaris

Nomor

Tanggal

: Muhammadiyah

: Drs. Ahmad Dahlan,

M.Ag

: 23628/MPK/74

: 23628/MPK/74

: 24/07/1974

13 Jumlah Rombel/ Siswa Jumlah Rombel : 36 Robel

102

Tahun Pelajaran

2015/2016

Jumlah siswa X,

XI dan XII

: 1.120

B. Tanah

Status Tanah : MILIK MUHAMMADIYAH

Luas Tanah (M2) : 7075 M2

Nomor Sertifikat : Departemen Dalam Negeri Sertifikat

Hak Milik No. 515 No. 3432 Tahun

1982 Kantor Agraria Kab. Cirebon

Tahun Kepemilikan Tanah : 1982

Dokumen Lain : BADAN PERTANAHAN NASIONAL

HAK MILIK NO. 512 NO. 4126/II/2000

C. Nama Guru dan Jabatan

No. Nama Jabatan

1 Masruchi, S.Pd Kepala Sekolah

2 Shobirin Said, S.Ag Guru/Waka Kurikulum

3 Nana Suryana, S.Pd Guru/Waka Kesiswaan

4 Sukaenah, S.Pd.I Guru/Waka Hubin

5 Sihabudin, ST Guru/Waka Srana prasarana

6 Mashuri, S.Ag Guru/Waka Ismuba

7 Drs. Somantri, M.Pd.I Guru/Kepala Perpus

8 Hj. Muhimmah, S.Pd.I Guru/BK/Wali Kelas

9 Fatimah, S.Ag Guru Bimbingan Konsling

10 Novita Handayani A, S.Pd.I Guru/Wali Kelas

103

11 H. Sudarno, S.AP Guru/Kaprog TP

12 E. Sri Retno K, S.Pd Guru/Wali Kelas

13 Joko Sudiro, S.Pd Guru/Wali Kelas

14 Hafid Saefudin, S.Pd Guru

15 Wilopo Guru

16 E. Kustiana, A.Md.Pd Guru/Kaprog ITL

17 Nur Bahiyyah, S.Ag Guru/Wali Kelas

18 Asep Kusnawan, S.Pd Guru

19 Sri Widati, S.Pd Guru/BK

20 H. M. Ishomuddin AB, MBA Guru/BK

21 Drs. Achmad Jatodawa S. Guru

22 Drs. Anas Ma'ruf Guru

23 Kursidi, ST Guru/Kaprog TKR

24 Elly Rizeqia Fadilah, S.Pd Guru/Wali Kelas

25 Drs. H. Yani Badarudin S. Guru/Wali Kelas

26 Dedi Suwahyo, SE Guru/Wali Kelas

27 Triana Hakimah S, SE Guru/Wali Kelas

28 Ilah Nurlaelah, S.Pd Guru/Wali Kelas

29 Drs. Tatang Ahmad Kosasih Guru/Wali Kelas

30 Aan Kustila, S.Pd Guru/Wali Kelas

31 Arif Okto Bastian, S.Pd.I Guru/Wali Kelas

32 Nana Suryana, S.Pd Guru/Wali Kelas

33 Yuni Herawati, ST Guru/Wali Kelas

34 Tutut Wulandari, S.Si Guru

35 Drs. Rachmat Guru

3 6 Yurri Erlando, S.Pd Guru/Wali Kelas

37 Abdul Wahid, S.Pd Guru/Wali Kelas

38 Mirah Sumirah, SE Guru/Wali Kelas

39 Yohana Indriyani, S.Pd Guru/Wali Kelas

40 Tatang Supratman, ST Guru

41 Nursofi, S.Pd Guru/Wali Kelas

104

42 Alex Hadi Somantri G, A.Md Guru

43 Idhe Pratama, S.Pd Guru

44 Riska Priliana B, M.Pd Guru/Wali Kelas

45 Aprianto Hadi, S.Si Guru/Wali Kelas

46 Haris Harnoko, S.Pd Guru/Wali Kelas

47 Dayinah, S.Ag Guru/Wali Kelas

48 Mulyadi, S.Pd Guru

49 Nurkholis, M.Pd.I Guru/BK

50 Ayu Soufiyana H, S.Pd Guru

51 Yunita Riski Artanti, S.Pd Guru

52 Sopi Azhari, S.Pd Guru

53 Rifka Andini Amalia, S.Pd Guru

54 Drs. H. Abdul Madjid A. Guru

55 Inggit Garnasih, S.Pd Guru/Wali Kelas

56 Kusnadi, ST Guru

57 Iwan Abdurachman F, S.Pd Guru/Wali Kelas

58 Sugandi, S.Si Guru

59 Yahya Erdipasa, ST Guru

60 Moh. Solehudin, S.Pd.T Guru

61 Arif Rahman Hidayat, ST Guru

62 Zohan Maulana, S.Pd.I Guru/Wali Kelas

63 Triwahyu Puspa Huda, S.Pd Guru

64 Yuliani, S.Pd Guru

65 S. Sandi Lesmana, S.Pd.I, MH Guru

66 Syarif Arifin, SH Guru

67 Tikah Sintiadewi, S.Pd Guru

68 Masduki, S.Pd Guru

69 Ika Permanasari, ST Guru

70 Yani Royani, S.Pd Guru

71 Wahana Citra, ST Guru

105

72 Dede Iskandar, ST Guru/Kaprog EI

73 Jamaluddin Febriawan, A.Md Guru

74 Inez Anidhita F, S.Pd Guru

75 Topik Hidayat, S.Pd.I Guru76  Sefudin Al Zuhri Guru

b. Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dimaksud untuk mengungkap dan

memahami kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan sebagaimana

adanya.

Selanjutnya menurut Lexy J. Maleong ( 1996) menjelaskan mengenai

pendekatan kualitatif, sebagai berikut :

“Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian , memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis secara induktif, mengarahkan sesama penelitian pada usaha menemukan teori-teori dari dasar yang bersifat deskriptif, lebih mengutamakan proses dari pada hasil, membatasi fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data , rancangan penelitiannya bersifat sementara dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak, peneliti dan subyek peneliti “.

Sedangkan menurut : S. Nasution ( 1988 : 8-11 ) bahwa Penelitian

Kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

“1) sumber data ialah situasi yang wajar atau natural setting, 2) peneliti sebagai instrumen penelitian, 3) sangat deskriptif, 4) mementingkan proses produk, 5) mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan, yang dapat memahami masalah atau situasi, 6) mengutamakan data langsung atau first hand, 7) Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran dengan cara memperoleh data dari sumber lain, 8) menonjolkan perincian konstektual, 9)

110

106

subyek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, 10) mengutamakan persfektif emic, artinya mementingkan pandangan responden tentang bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya, 11) verifikasi , yaitu mencari kasus lain yang berbeda dengan apa yang ditemukan untuk memperoleh hasil yang lebih dipercaya, 12) sampling yang purposif, dilihat menurut tujuan penelitian, 13) menggunakan audit trial yaitu mengikuti jejak atau melacak untuk mengetahui apakah laporan sesuai dengan apa yang dikumpulkan, 14) partisipasi tanpa mengganggu untuk memperoleh situasi yang natural dan 15) mengadakan analisis sejak penelitian awal”.

1( Metode Penelitian

Penelitian ini berusaha mengungkapkan masalah kompetensi

pedagogik guru Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran Akhlak di

SMK Muhammadiyah Kedawung. Pengungkapan ini dilakukan dengan

menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Dalam analisis deskriptif

kualitatif , peneliti menggambarkan keadaan atau suatu fenomena yang

terjadi yang dapat diamati dari kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-

orang yang menjadi subyek penelitian.

2( Penentuan Informan / Sumber Data

Sasaran yang dijadikan sumber data penelitian ini (informan) di SMK

Muhammadiyah Kedawung adalah berjumlah 7 orang yaitu Guru Mata

Pelajaran Akidah Akhlak, Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Guru BK, dan

3 Orang Wali Kelas

Dengan demikian jumlah Informan dalam penelitian ini sebanyak 7 Orang

3( Instrumen Penelitian

107

Instrumen utama pada penelitian ini adalah peneliti sendiri, dan

peneliti menggunakan alat bantu lain sebagai sarana pengumpul data yaitu

berupa : pedoman observasi, pedoman wawancara, catatan lapangan (field

note), tape recorder dan foto. ( Hopkins, 1993:116).

a. Pedoman observasi, observasi digunakan untuk mengumpulkan data

tentang kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Islam dalam

pembelajaran akhlak. Instrumen untuk observasi menggunakan

lembaran observasi dengan poin-poin seperti yang dikemukakan

dalam pedoman observasi. Observasi yang dilakukan langsung di

lapangan ini dikarenakan manfaaatnya secara langsung dalam

penelitian ini memberikan informasi tambahan tentang masalah yang

sedang diteliti secara jelas dan lengkap, observasi ini akan

menambah wawasan baru yang tidak dapat diungkap dengan alat

pengumpul data lainnya, seperti wawancara ataupun angket. Dengan

teknik observasi ini seperti yang dikemukakan oleh Lincoln dan

Guba (1989 : 138 ) dalam Maleong yang mengemukakan :

“Metode penelitian kualitatif secara metodologis menggunakan

pengamatan dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi

motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan lain

sebagainya”.

Dengan observasi dimaksudkan untuk merekam data tentang

kompetensi guru dan aktifitas guru dalam mengimplementasikan

108

kompetensinya dalam pembelajaran akhlak di SMK Muhammadiyah

Kedawung Cirebon.

b. Pedoman wawancara, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan

data dari kata-kata atau ungkapan-ungkapan baik verbal maupun non

verbal tentang kompetensi pedagogik guru Pendidikan agama Islam

dalam pembelajaran Akhlak di SMK Muhammadiyah Kedawung,

peneliti akan mewawancarai orang-orang yang sudah ditentukan

sebagai sumber data (informan). Informasi dengan wawancara ini

dilakukan sesuai sebagaimana yang diungkapkan oleh S. Nasution

(1992 : 174) dimana dalam melakukan wawancara melalui tiga

pendekatan: 1). Dalam percakapan informal, yang mengandung unsur

spontanitas, kesantaian, tanpa pola atau arah yang ditentukan

sebelumnya; 2). Topik atau masalah yang dijadikan sebagai pedoman

atau pegangan; 3). Menggunakan daftar pertanyaan yang lebih rinci

akan tetapi bersifat terbuka yang telah dipersiapkan pertanyaannya

lebih dahulu dan akan diajukan menurut urutan rumusan pertanyaan

itu

Dalam pendekatan penelitian kualitatif, wawancara

merupakan hal yang penting dalam upaya untuk mengumpulkan atau

memperkaya informasi atau bahan-bahan data yang sangat rinci dan

hasilnya untuk analisis kualitatif.

109

c. Catatan lapangan, berfungsi untuk mencatat segala aktifitas guru dalam

mengimplentasikan kompetensinya dalam pembelajaran akhlak.

d. Tape recorder, digunakan untuk melengkapi catatan lapangan dan

merekam keadaan dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas, selain itu

juga dapat digunakan peneliti dalam rangka wawancara dengan guru,

tetapi dalam hal ini penggunaannya dengan seizin guru tersebut.

e. Foto, digunakan peneliti untuk mendokumentasikan peristiwa yang

penting dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

4( Teknik pengumpulan dan Perekaman Data

Dalam Penelitian kualitatif , tehnik pengumpulan dan perekaman data

yang utama adalah dengan cara observasi partisipan yang ditunjang dengan

wawancara dan studi dokumentasi.

5( Tehnik Analisis data

Secara garis besar prosedur pengolahan data dan analisis data

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kategorisasi

Tahapan pencatatan atau pengelompokan informasi yang diperoleh

dari catatan lapangan. Pada kegiatan ini dilakukan pula seleksi dan

reduksi data. Data yang bermakna dan mendukung untuk pemecahan

masalah yang dapat dikatagorikan. Katagori data didasarkan pada lima

aspek, yaitu; 1. Pemahaman guru PAI terhadap peserta didik dalam

110

pembelajaran akhlak , 2. Perencanaan guru PAI dalam pembelajaran

akhlak , 3. Pelaksanaan guru PAI dalam proses pembelajaran akhlak,

4. Penilaian dan Evaluasi guru PAI dalam pembelajaran akhlak 5

Pengembangan guru PAI terhadap potensi peserta didik.

b. Validitas Data

Perolehan data yang akurat dan absah, terutama yang diperoleh melalui

observasi, wawancara maupun dokumentasi, teknik yang digunakan

adalah memeriksa derajat kepercayaan atau kredibilitasnya.

Kredibilitas data dapat diperiksa melalui beberapa cara, adalah sebagai

berikut:

1). Memperpanjang Waktu Keikutsertaan

Usaha peneliti dalam memperpanjang waktu keikutsertaan

dengan para sumber data adalah dengan cara meningkatkan frekuensi

pertemuan dan menggunakan waktu seefisien mungkin. Misalnya

mencari waktu yang tepat kapan guru mitra dan siswa sedang dalam

suasana santai atau istirahat. Pada saat itu peneliti menyempatkan

untuk melakukan penggalian data tidak hanya dilakukan di kelas tetapi

sering dilakukan oleh peneliti pada saat guru mitra sedang tidak ada

aktivitas mengajar (suasana santai).

2). Melakukan Pengamatan Secara Seksama

Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk

memperoleh gambaran yang nyata tentang upaya yang dilakukan oleh

111

guru Mata Pelajaran Pendidlan Agama Islam dalam

mengimplementasikan kompetensinya.

3). Triangulasi

Triangulasi (Hopkins,1993:111), merupakan satu teknik

pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan data yang

diperoleh dari suatu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda

atau membandingkan data yang diperoleh dan satu sumber dengan

pendekatan yang berbeda untuk mengecek atau membandingkan data

penelitian yang telah dikumpulkan. Triangulasi dalam penelitian ini

dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dan observasi

yang peneliti lakukan dengan hasil wawancara sumber data yang

berbeda yaitu dengan membandingkan hasil wawancara baik dari guru

mitra, dengan kepala sekolah ,Waka kurikulum , guru BK dan 3 orang

wali kelas

4). Mengupayakan Referensi yang Cukup

Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keabsahan informasi

yang dibutuhkan dengan menggunakan dukungan bahan referensi yang

cukup baik melalui media cetak maupun media elektronika.

5). Melakukan Membercheck

Membercheck, (Nasution, 1996:117-118, Wiriaatmadja,

2005:168) yaitu dengan cara meminta responden sebagai mitra peneliti

untuk mengecek kebenaran laporan yang sudah disusun. Selanjutya

mengadakan perbaikan sesuai dengan saran dan masukan dari subyek

112

penelitian yang dilibatkan dalam penelitian. Dengan demikian

memberchek dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dan kesahihan

data temuan penelitian dengan cara mengkonfirmasikannya dengan

sumber data atau kepada pemberi data agar informasi yang diperoleh

dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang

dimaksud oleh informan. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh

para pemberi data berarti datanya valid, sehingga semakin

kredibel/dipercaya. Kegiatan ini peneliti lakukan dengan cara

menanyakan kembali informasi yang disampaikan oleh guru PAI ,

Kepala sekolah. Waka kurikulum, guru BK, dan wali Kelas.

6). Expert Opinion (Wiriaatmaja, 2005:171), yaitu kegiatan untuk

mengkonsultasikan hasil temuan atau meminta pendapat kepada para

ahli. Dalam kegiatan ini peneliti mengkonsultasikan hasil temuan

penelitian kepada pembimbing akademik dan pembimbing tesis untuk

memperoleh arahan dan masukannya berkaitan dengan permaslahan-

permasalahan dalam penelitian. Perbaikan, modifikasi atau

penghalusan berdasarkan arahan dari pembimbing akan dapat

meningkatkan derajat kepercayaan sehingga validasi temuan penelitian

dapat dipertanggung jawabkan.

c. Analisis Data

Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara terus

menerus dari awal sampai akhir penelitian. S. Nasution (1988: 129)

mengemukakan bahwa: tidak ada suatu cara tertentu yang dapat

113

dijadikan pedoman bagi semua penelitian, salah satu cara yang dapat

dianjurkan mengikuti langkah-langkah berikut yakni: 1) reduksi data,

2) display data, 3) pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Berkaitan

dengan pedoman penelitian di atas, maka analisis data dalam penelitian

ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1). Reduksi Data

Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data,

kegiatan yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap

data yang telah terkumpul. Kumpulan data hasil kerja lapangan

direduksi dengan cara merangkum, mengklasifikasi sesuai fokus dan

aspek-aspek permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini aspek-

aspek yang direduksi adalah kompetensi pedagogik Guru Pendidikan

Agama Islam dalam pembelajaran akhlak di SMK Muhammadiyah

Kedawung Cirebon.

2). Display Data

Display data, yaitu menyajikan data secara jelas dan singkat.

Untuk memudahkan memahami gambaran terhadap aspek-aspek yang

diteliti, baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian.

Penyajian data dalam bentuk deskripsi dan interpretasi sesuai dengan

data yang diperoleh.

3). Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Menarik atau mengambil kesimpulan merupakan tujuan utama

analisis data yang dilakukan semenjak awal. Kegiatan ini dimaksudkan

114

untuk memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis.

Kesimpulan disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah

dipahami dengan mengacu kepada tujuan penelitian. Analisis data

dilakukan secara terus menerus dan saling berhubungan dari awal

hingga akhir penelitian. Dalam penelitian ini peneliti tidak begitu saja

cepat mengambil kesimpulan dari suatu informasi, melainkan berupaya

menggali informasi lebih dalam. Untuk itu kesimpulan sementara yang

telah dirumuskan masih terus diverifikasi berulang-ulang dan bertahap

sehingga pada bagian akhir dapat menghasilkan kesimpulan yang

absah.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kualitatif, dengan mengkategorikan dan mengklasifikasi data yang

diperoleh berdasarkan analisis kaitan logisnya kemudian ditafsirkan

dan disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan

permasalahan dan kegiatan penelitian.

115

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pemahaman Kompetensi Pedagogik Guru PAI dalam pembelajaran

akhlak

Dalam bagian ini, disajikan deskripsi data penelitian mengenai

pemahaman guru PAI terhadap peserta didik. Aspek-aspek yang akan

diuraikan dalam deskripsi data penelitian ini merujuk pada indikator

pemahaman guru PAI terhadap siswa di SMK Muhammadiyah Kedawung.

Indikator Pemahaman guru PAI terhadap peserta didik berdasarkan

teori yang telah disebutkan pada BAB II terdiri dari :

1. Pemahaman terhadap siswa dari aspek fisik.

2. Pemahaman terhadap siswa dari aspek intelektual.

3. Pemahaman terhadap siswa dari aspek moral dan akhlak.

4. Pemahaman terhadap siswa dari aspek spritual.

5. Pemahaman terhadap siswa dari aspek sosial.

6. Pemahaman terhadap siswa dari aspek kultural

Uraian dari indikator-indikator pemahaman guru PAI SMK

Muhammadiyah Kedawung terhadap peserta didik di atas, disajikan dalam

pembahasan berikut:

116

116

1. Pemahaman terhadap siswa dari aspek fisik.

Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus memahami siswa dari

aspek fisik. Guru harus memahami siswa yang fisiknya normal, yang cacat

maupun yang mempunyai kelainan. Dengan memahami aspek fisik siswa,

guru dapat melayani pembelajaran peserta didiknya dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti terbukti

bahwa guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah memahami peserta

didik dari aspek fisik dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari kemampuan guru

memetakan dan menyebutkan siswa-siswa yang fisiknya mempunyai

kelainan. Selain itu juga dapat dipahami dari kesungguhan guru PAI untuk

memahami peserta didik dari aspek fisik, hal ini dapat dipahami dari hasil

wawancara dengan 3 orang guru SMK Muhammadiyah Kedawung.

Pada aspek pemahaman terhadap peserta didik , menurut ibu Hj.

Sukaenah, S.Pd.I dalam suatu wawancara pada tanggal 10 Agustus 2015,

dikatakan sebagai berikut:

“Pemahaman terhadap peserta didik dari aspek fisik, harus dipahami lebih dulu oleh seorang guru, supaya tujuan pelayanan pembelajaran terhadap peserta didik menjadi baik. Contoh pelayanan yang baik karena telah memahami peserta didik dari aspek fisik yaitu jika seorang siswa mempunyai kelainan dalam penglihatan maka guru dapat mendesain tempat duduk siswa yang bersangkutan untuk duduknya di depan, begitu juga yang mempunyai kelainan dalam pendengaran.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh pendapat Bapak Mashuri, S.Ag, MM

dan Bapak Drs. Anas Ma’ruf, MM dalam suatu wawancara pada tanggal 10

Agustus 2015 dengan mengatakan bahwa:

117

“Pemahaman terhadap peserta didik dalam aspek fisik bukan hanya bertujuan supaya pelayanan pembelajaran lebih baik , lebih dari itu tujuan pembelajaran akan lebih mudah untuk dicapai dan secara psikologis peserta didik yang mempunyai kelainanpun tidak merasa berkecil hati karena mendapat perhatian yang penuh dari guru yang mendidiknya dengan itu siswa merasa dihargai.

Selain wawancara dengan 3 orang guru PAI, peneliti juga

mewawancarai beberapa orang siswa untuk menyakinkan peneliti terhadap

pemahaman guru PAI terhadap peserta didik dari aspek fisik, mereka

semuanya menjawab dengan jawaban yang sama bahwa guru PAI mereka

telah memperhatikan mereka dari aspek fisiknya. Adapun pernyataan siswa

yang bernama Khairudin kelas X TKR 3

Mengatakan,

“Sebenarnya saya tidak percaya diri dalam kondisi saat ini kaki saya tidak normal jalan / cacat karena kecelakaan, tetapi dengan melihat Bapak / Ibu guru terutama wali kelas dan guru PAI yang selalu memberikan motivasi, akhirnya saya siap untuk mengikuti pelajaran, karena saya pandang guru-guru disini memberikan pelayanan pelajaran semuanya rata tidak melihat fisik.”

Bhaskara arya peratama kelas XI TP 3 “menyambung jawaban Khairudin, “Benar setelah saya 2 tahun sekolah disini saya merasa senang dan nyaman ketika Bapak / Ibu guru PAI dan lainnya memberikan pelayanan yang maksimal ketika mengajar, pada dasarnya saya senang sekolah disini”.

Dari beberapa pernyataan di atas sangat jelas sekali, selain dari

para konselor bimbingan konseling, kepala sekolah dan penuturan siswa yang

pasca mendapatkan layanan bimbingan konseling pun juga merasa bahwa

memang layanan yang di berikan bimbingan konseling sangat bermanfaat

sekali bagi perubahan perilaku mereka dan pembentukan karakternya. Hal ini

secara langsung dapat dirasakan serta mengalami perubahan. Siswa pun

118

menyatakan bahwa semua konselor yang ada di sekolah ini bersifat sabar,

sehingga mereka juga merasa nyaman untuk berkomunikasi berkenaan

dengan masalah yang dialaminya.

Hasil analisa terhadap penelitian ini, dapatlah dikatakan bahwa guru

PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah memahami siswa aspek fisik

dengan baik.

2. Pemahaman terhadap siswa dari aspek intelektual.

Berdasarkan data yang diungkap dari lapangan baik melalui

pengamatan langsung peneliti, studi dokumentasi maupun melalui

wawancara didapatkan data sebagai berikut:

Masing-masing guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah

memahami terhadap siswa dari aspek intelektual dengan baik, hal ini bisa

dilihat dari kemampuan guru untuk menyebutkan siswa-siswi yang kategori

cerdas, biasa dan lamban dalam proses belajar maupun dalam ulangan. Salah

satu bukti administrasi yang diserahkan guru PAI adalah daftar nilai siswa

dan daftar prestasi siswa.

Menurut Ibu Hj Sukaenah, S.Pd.I dalam suatu wawancara pada

tanggal 12 Agustus 2015 mengatakan bahwa;

“Pemahaman terhadap peserta didik dari aspek intelektual dapat diketahui dengan baik bila peserta didik telah melakukan pembelajaran, baik di kelas maupun di Musholla, karena mengetahui intelektual peserta didik dari buku laporan tahun sebelumnya atau dari nilai SKHUN belum menggambarkan kecerdasan siswa secara utuh.”

119

Menurut Bapak Mashuri, S.Ag. MM. dalam suatu wawancara pada

tanggal 13 Agustus 2015 mengatakan bahwa :

“Pemahaman terhadap peserta didik dari aspek intelektual dapat diketahui dengan baik bila telah melakukan pembelajaran berulang-ulang dan sangat berguna untuk memberikan pelayanan yang baik kepada peserta didik yang mempunyai kecerdasan lebih maupun pada peserta didik yang mempunyai kecerdasan rata-rata atau di bawah rata-rata.”

Menurut Bapak Drs. Anas Ma’ruf, MM dalam suatu wawancara pada

tanggal 12 Agustus 2015 mengatakan bahwa “

“Pemahaman peserta didik dari aspek intelektual perlu dipahami oleh guru supaya pelayanan pembelajaran lebih baik dan ketuntasan belajar dapat tercapai dengan tidak meninggalkan peserta didik yang mempunyai intelektual di bawah rata-rata.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa guru

PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah memahami siswa dari aspek

intelektual dengan baik.

3. Pemahaman terhadap siswa dari aspek moral dan akhlak.

Seorang guru harus memahami siswa dari aspek moral dan akhlak, hal

ini dilakukan supaya dalam pelayanan terhadap siswa sesuai sasaran,

terutama pembinaan secara extra terhadap siswa yang moralnya atau

akhlaknya kurang atau tidak baik.

Berdasarkan data hasil penelitian di lapangan , ternyata guru PAI telah

memahami siswa-siswi yang moralnya atau akhlaknya tidak baik (nakal)

dan siswa-siswa yang moralnya atau akhlaknya selalu baik. Hal ini bisa

dilihat dari kemampuan guru memetakan akhlak siswa-siswinya yang

berkategori baik dan tidak baik.

120

Menurut Ibu Hj Sukaenah, S.Pd.I dalam suatu wawancara pada

tanggal 13 Agustus 2015 mengatakan bahwa:

“ Kami mempunyai data siswa yang akhlaknya baik dan data siswa yang akhlaknya tidak baik, hal ini sengaja kami pahami supaya kami dapat mengetahui permasalahan siswa yang akhlaknya tidak baik dan supaya dapat mencarikan solusi yang tepat dalam pembinaan akhlak siswa baik kegiatan di dalam kelas , maupun di luar kelas”.

Bapak Mashuri, S.Ag, MM, juga beranggapan:

“ Dan bagi siswa yang bermasalah baik dalam akademik dan moral tentunya, kami berkerjasama dengan pihak BK/BP untuk mendata siswa-siwa, dan kemudian dibina dan dibimbing sesuai masalah yang pernah dilakukakannya”.

Begitu juga Bapak Drs. Anas Ma’ruf, MM mengatakan:

“ Jika siswa tersebut di dalam sikap/moral yang sering kali dilakukan maka pihak sekolah akan memanggil orangtua/wali untuk diketahui, dan membuat surat perjanjian jika siswa-siwi tersebut sering membuat ulah melanggar aturan-aturan ketertiban sekolah”.

4. Pemahaman terhadap siswa dari aspek spritual.

Salah satu hal yang harus dipahami oleh guru PAI adalah memahami

siswa dari aspek spritual. Dengan memahami aspek spiritual ini, guru

diharapkan dapat membimbing siswa dalam kegiatan ibadah kepada Allah

SWT.

Berdasarkan data hasil penelitian di lapangan, ternyata guru PAI SMK

Muhammadiyah Kedawung telah memahami siswa dari aspek spiritual, hal

ini terungkap saat wawancara dengan Ibu Hj Sukaenah, S.Pd.I, Bapak

Mashuri, S.Ag, MM, pada tanggal 14 Agustus 2015, mereka mengatakan:

“ Kami mengetahui dan memahami siswa-siswa dari aspek spiritual, hal ini bisa dilihat dari kegiatan sholat dzuhur. Hanya siswa-siswa itulah yang selalu sholat dan yang lainnya tidak sholat”.

121

Bapak Drs. Anas Ma’ruf, MM juga angkat bicara:

“ Dari aspek spritual kami sekolah yang notabene Islam, maka tujuan utama kami adalah menjadikan siswa yang islami, oleh karenanya kami sekolah mengadakan sholat jum’at berjamaah, belajar bimbingan qur’an, kuliah dhuha untuk menjadikan siswa yang baik dan benar dalam kehidupannya”.

5. Pemahaman terhadap siswa dari aspek sosial.

Diantara yang harus dipahami guru adalah memahami siswa dari

aspek sosial, dengan memahami aspek sosial ini, guru diharapkan dapat

membimbing siswa dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru PAI di SMK

Muhammadiyah Kedawung, ternyata untuk memahami siswa dari aspek ini

ternyata terasa berat, hal ini karena latar belakar siswa yang beragam.

Namun berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hj Sukaenah, S.Pd.I,

Bapak Mashuri, S.Ag, MM dan Bapak Drs. Anas Ma’ruf, MM mereka

mengatakan bahwa:

“Meskipun siswa-siswi kami mempunyai keragaman latar belakang sosial yang berbeda tetapi insyaallah kami tidak akan membedakan pelayanan dalam pembelajaran baik untuk siswa dari turunan orang kaya maupun turunan orang miskin, anak kota maupun anak desa, anak dari petani maupun anak orang kantoran, begitu juga tempat tinggal kalau kita analisa siswa kita banyak dari wilayah utara atau daerah pesisir yang tentu watak/karakter mereka keras, sehingga perlu kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi mereka dengan melihat aspek sosialnya.

122

6. Pemahaman terhadap siswa dari aspek kultural / budaya

Salah satu hal yang harus dipahami guru adalah memahami siswa dari

aspek kultural.

Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti terbukti

bahwa guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah memahami kultur

peserta didik dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari kemampuan guru

menyebutkan kultur wilayah siswanya. Seperti Bapak Mashuri, S.Ag, MM

mengatakan:

“Bagi masyarakat desa yang secara umum pengelompokannya relatif kecil, adat-istiadat atau tradisi adalah identik dengan kebudayaan. Sebab, dalam adat-istiadat atau tradisi tersebut telah terkandung sistem nilai, norma agama, sistem kepercayaan, sistem ekonomi dan lainnya, yang cukup lengkap menjadi pedoman perilaku kehidupan mereka. Untuk sbagian lainnya lagi, pola kehidupan masyarakat desa khususnya. Dengan demikian karekter mereka berdominan pada kebiasaan yang mereka lakukan.

Berdasarkan pengamatan diatas yang berbagai macam pemahaman siswa,

Peneliti mencoba mebahas bagaimana pemahaman kompetensi pedagogik

guru PAI dalam pembelajaran akhlak yang baik.

Dilihat dari pernyataan diatas bahwa siswa dari segala aspeknya sangat

dibutuhkan ketelitian dan kesabaran guru untuk melakukannya. Dengan

memahami semua aspek dari siswa mudah-mudahan upaya guru dalam

mendidik dan mengembangkan siswa supaya akhlaknya baik dapat dengan

mudah terwujud.

123

2. Perencanaan dan Pelaksanaan kompetensi guru PAI dalam

pembelajaran Akhlak

Guru yang yang baik dalam proses pembelajaran diantaranya adalah

guru yang dapat membuat perencanaan yang baik.

Fokus Penelitian dalam perencanaan Guru PAI dalam pembelajaran

Akhlak ini meliputi :

1) Pemahaman guru terhadap landasan pendidikan

2) Pemahaman guru terhadap teori belajar

3) Pemahaman guru terhadap prinsip-prinsip pembelajaran

4) Program Tahunan

5) Program Semester

6) Silabus

7) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru PAI SMK

Muhammadiyah Kedawung, telah terbukti bahwa mereka telah memahami

landasan pendidikan dengan baik. Hal ini dihasilkan dari apa yang

dipelajarinya selama mengikuti perkuliahan mereka di perguruan Tinggi dan

dari hasil apa yang mereka baca dan pelajari dari buku dan sumber lainnya.

Dalam pemahaman terhadap teori belajar, dari 3 guru PAI SMK

Muhammadiyah Kedawung tidak bisa menjawab hal ini saat dilakukan

wawancara pada tanggal 15 Agustus 2015. Namun setelah peneliti

memberikan contoh – contoh dari teori belajar ternyata semuanya telah

mengetahuinya hanya istilahnya saja yang mereka tidak tahu.

124

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan terhadap 3 orang guru

PAI SMK Muhammadiyah Kedawung, ternyata mereka telah memahami

prinsip-prinsip pembelajaran. Hal ini tampak saat guru PAI itu melaksanakan

pembelajaran di kelas.

Untuk perencanaan guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung dalam

pembelajaran akhlak, peneliti mendiskripsikan secara keseluruhan mulai dari

perencanaan kegiatan awal sampai perencanaan kegiatan terakhir.

Perencanaan guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung dalam

pembelajaran akhlak sebenarnya tidaklah berbeda dengan perencanaan

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sub pokok bahasan

yang lainnya seperti Al-Qur’an, ibadah, muamalah, tarikh dan akidah. Hanya

fokus untuk menjadikan siswa berakhlak mulia itulah yang menjadi

karakteristik tersendiri dalam pembelajaran akhlak.

Guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung dalam merencanakan

pembelajaran tidak terlepas dari pemahamannya terhadap Standar Komptensi

dan Kompetensi Dasar.

Dari pemahaman dan kajian terhadap Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar, kemudian guru menyiapkan perencanaan pembelajaran

dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Membuat program tahunan dan program semesteran

Semua guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung diwajibkan

oleh Kepala Sekolah untuk membuat program Tahunan dan Semester.

Dalam pembuatan program tahunan ini guru PAI harus mampu

125

memetakan standar Komptensi dan kompetensi-kompetensi dasar

siswa yang telah ditetapkan undang-undang pendidikan.

Perencanaan pembelajaran akhlak yang dilakukan guru PAI

SMK Muhammadiyah Kedawung sebenarnya tidak terlepas dari

program tahunan yang telah dibuatnya semenjak awal tahuan ajaran

baru.

Berdasarkan hasil studi dokumentasi, peneliti menuliskan

beberapa program tahunan guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung

mulai dari kelas X yang diajar oleh Bapak Mashuri, S.Ag, MM, Kelas

XI yang diajar oleh Ibu Hj Sukaenah, S.Pd dan kelas XII yang diajar

oleh Bapak Drs. Anas Ma’ruf. MM.

Tabel 1

PROGRAM TAHUNAN Kelas X

Satuan Pendidikan : SMK MUHAMMADIYAH KEDAWUNG

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Tahun Pelajaran : 2015 / 2016

Semester Standar Kompetensi Alokasi

WaktuKeterangan

GASAL Al-Qur’an

1. Menerapkan Hukum bacaan ”Al” Syamsiyah dan

”Al”Qomariyah

6 JP

126

Aqidah

2. Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT

melalui pemahaman sifat-sifatNya

6 JP

3. Memahami Asmaul Husna 4 JP

Akhlak

4. Membiasakan perilaku terpuji4 JP

Fiqih

5. Memahami ketentuan–ketentuan thaharah (bersuci)4 JP

6. Memahami tatacara shalat 4 JP

7. Memahami tatacara shalat jamaah dan munfarid

(sendiri)2 JP

Tarikh dan kebudayaan Islam

8. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW2 JP

Jumlah 32 JP

Semester Standar Kompetensi Alokasi

WaktuKeterangan

GENAP Al-Qur’an

9. Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan

mim mati

8 JP

Aqidah

10. Meningkatkan keimanan kepada Malaikat

6 JP

127

Akhlak

11. Membiasakan perilaku terpuji 6 JP

Fiqih

12. Memahami tatacara shalat Jum’at4 JP

13. Memahami tatacara shalat jama’ dan qashar 4 JP

Tarikh dan Kebudayaan Islam

13. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW 4 JP

Jumlah 32 JP

Tabel 2

PROGRAM TAHUNAN KELAS XI

Satuan Pendidikan : SMK MUHAMMADIYAH KEDAWUNG

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Tahun Pelajaran : 2015 / 2016

Semester Standar Kompetensi Alokasi

WaktuKeterangan

GASAL Al-Qur’an

1. Menerapkan hukum bacaan Qalqalah dan Ra4 JP

Aqidah

1. Meningkatkan keimanan kepada Kitab-kitab

Allah

4 JP

128

Akhlak

2. Membiasakan perilaku terpuji4 JP

3. Menghindari perilaku tercela 6 JP

Fiqih

4. Mengenal tatacara shalat sunnat4 JP

5. Memahami macam-macam sujud 4 JP

7. Memahami tatacara puasa 4 JP

8. Memahami zakat 4 JP

Tarikh dan Kebudayaan Islam

9. Memahami Sejarah Nabi4 JP

Jumlah 38 JP

Semester Standar Kompetensi Alokasi

WaktuKeterangan

GENAP Al-Qur’an

9. Menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf8 JP

Aqidah

10. Meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah 6 JP

Akhlak

11. Membiasakan perilaku terpuji4 JP

12. Menghindari Perilaku tercela 4 JP

129

13. Memahami hukum Islam tentang hewan sebagai

sumber bahan makanan4 JP

Tarikh dan Kebudayaan Islam

14. Memahami sejarah dakwah Islam8 JP

Jumlah 34

TABEL 3

PROGRAM TAHUNAN KELAS XII

Satuan Pendidikan : SMK MUHAMMADIYAH KEDAWUNG

: IX (Sembilan)

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Tahun Pelajaran : 2015 / 2016

Semester Standar Kompetensi Alokasi

WaktuKet

GASAL Al-Qur’an dan Al-Hadits

1. Memahami Ajaran Al Qur’an surat At-

Tin

6 JP

1. Memahami Ajaran Al – Hadits tentang

menuntut ilmu

6 JP

130

Aqidah

2. Meningkatkan keimanan kepada Hari

Akhir6 JP

Akhlak

3. Membiasakan perilaku terpuji 6 JP

Fiqih

4. Memahami hukum Islam tentang

penyembelihan hewan

6 JP

5. Memahami hukum Islam tentang Haji

dan Umrah4 JP

Tarikh dan Kebudayaan Islam

6. Memahami sejarah perkembangan Islam

di Nusantara

6 JP

Jumlah 34 JP

Semester Standar Kompetensi Alokasi

Waktu

Ket

GENAP Al-Qur’an dan Al Hadits

8. Memahami Al-Qur’an surat Al-Insyirah

6 JP

131

9. Memahami Ajaran Al – Hadits tentang

kebersihan6 JP

Aqidah

10. Meningkatkan keimanan kepada Qadha

dan Qadhar8 JP

Akhlak

10. Menghindari perilaku tercela 6 JP

Fiqih

11. Memahami tatacara berbagai shalat

sunnah6 JP

Tarikh dan Kebudayaan Islam

12. Memahami sejarah tradisi Islam

Nusantara

4 JP

Jumlah 36 JP

Menurut Ibu Hj Sukaenah dalam suatu wawancara pada tanggal

14 Agustus 2015 mengatakan bahwa :

”Program tahunan yang dia buat merupakan hasil penganalisaan program tahunan sebelumnya disesuaikan dengan kondisi yang ada baik dari alokasi waktu maupun dari sarana-prasana yang ada”.

132

Menurut Bapak Drs. Anas Ma’ruf, MM dan Bapak Mashuri,

S.Ag. MM dalam suatu wawancara pada tanggal 18 Agustus 2015

mengatakan bahwa :

“Program Tahunan merupakan program yang pertama kali harus dibuat oleh masing-masing guru dalam merencanakan pembelajaran sebelum merencanakan program-program berikutnya”.

Dalam pembuatan program tahunan, pendidik harus mampu

memetakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dengan

alokasi waktu yang ada sesuai kalender pendidikan.

Setelah guru SMK Muhammadiyah Kedawung membuat

Program Tahunan selanjutnya adalah membuat program semester.

Adapun program semester guru PAI SMK Muhammadiyah

Kedawung dari kelas X sampai dengan kelas XII dapat dilihat dalam

lampiran.

Dalam pembuatan program semester, guru PAI SMK

Muhammadiyah Kedawung menguraikan kompetensi Dasar dalam

alokasi waktu dan selanjutnya di distribusikan dalam minggu-minggu

efektif dalam setiap bulannya sampai satu semester.

Berdasarkan program tahunan dan program semesteran yang

telah diuraikan di atas, tampak jelas bahwa alokasi waktu untuk

pembelajaran akhlak secara materi dan teori hanya berkisar 6 s/d 12

jam selama satu semester. Jika guru SMK Muhammadiyah Kedawung

tidak melakukan upaya-upaya atau tidak menggunakan metode-

133

metode pembelajaran akhlak yang efektif dan efesien maka pantaslah

jika akhlak siswa semakin hari tidak semakin membaik . Apalagi kalau

lingkungan manusia sekitarnya tidak baik.

Dari wawancara dan diskusi dengan guru mata pelajaran PAI

telah disepakati bahwa untuk menjadikan akhlak siswa lebih baik

maka bukan hanya dari sisi alokasi waktu yang banyak akan tetapi

perlu kecerdasan dari guru PAI dalam menyikapi dan mensiasati

pembinaan akhlak siswa supaya berakhlak mulia.

b. Membuat Silabus

Dari hasil studi dokumentasi, ternyata guru PAI SMK

Muhammadiyah Kedawung telah membuat silabus mata pelajaran PAI

sesuai pedoman penyusunan silabus yang diterbitkan BSNP.

Silabus Mata Pelajaran PAI SMK Muhammadiyah Kedawung

dalam pembelajaran akhlak diantaranya adalah sebagai berikut :

Silabus PAI kelas X SMK Muhammadiyah Kedawung

1. Standar Kompetensi

Membiasakan Perilaku terpuji

2. Kompetensi Dasar :

Menjelaskan pengertian tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar.

Menampilkan contoh-contoh perilaku tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar.

Membiasakan perilaku tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar.

3. Materi Pokok/Pembelajaran :

134

Pengertian Tawadlu, taat, qana’ah dan sabar

Contoh-contoh perilaku tawadlu, taat, qana’ah

Pembiasaan perilaku tawadlu, taat, qana’ah dan sabar

4. Kegiatan Pembelajaran :

Siswa membaca dan mengkaji literatur untuk menemukan konsep yang

jelas dan benar tentang tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar.

Siswa berdiskusi untuk menemukan contoh-contoh perilaku yang

menunjukkan sikap tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar.

Siswa mempraktikkan perilaku terpuji (tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar)

bersama teman-teman dan guru-gurunya di sekolah.

5. Indikator

Menjelaskan pengertian tawadlu dan menunjukkan dalil naqlinya.

Menjelaskan pengertian taat dan menunjukkan dalil naqlinya.

Menjelaskan pengertian qana’ah dan menunjukkan dalil naqlinya.

Menjelaskan pengertian sabar dan menunjukkan dalil naqlinya.

Menampilkan contoh-contoh perilaku tawadlu.

Menampilkan contoh-contoh perilaku taat.

Menampilkan contoh-contoh perilaku qana’ah.

Menampilkan contoh-contoh perilaku sabar.

Membiasakan perilaku tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar dalam

lingkungan keluarga.

Membiasakan perilaku tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar dalam

lingkungan sekolah.

135

Membiasakan perilaku tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar dalam

lingkungan masyarakat.

6. Penilaian

A. Teknik Penilaian : Test Tertulis, Test Lisan dan Portofolio

B. Bentuk Instrumen : Jawaban singkat, Pilihan Ganda, dan pembuatan

Makalah

7. Alokasi Waktu

Alokasi untuk pencapaian Kompetensi di atas membutuhkan Waktu 6 X

40 Menit atau 3 X pertemuan

Pertemuan pertama untuk membahas tentang pengertian Tawadlu, Taat,

Qanaah dan Sabar.

Pertemuan kedua untuk membahas tentang contoh-contoh Tawadlu, Taat,

Qanaah dan Sabar.

Pertemuan Ketiga untuk membahas tentang Pembiasaan sikap Tawadlu,

Taat, Qanaah dan Sabar.

Silabus PAI kelas XI SMK Muhammadiyah Kedawung

1. Standar Kompetensi

Membiasakan perilaku terpuji

2. Kompetensi Dasar :

Menjelaskan adab makan dan minum

Menampil adab makan dan minum

136

Mempraktikkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari - hari

3. Materi Pokok/Pembelajaran :

- Perilaku Terpuji ( adab Makan dan minum )

4. Kegiatan Pembelajaran :

Siswa membaca dan mengkaji literatur untuk menemukan konsep yang

jelas dan benar tentang adab makan dan minum

Siswa mengamati orang-orang yang sedang makan di rumah makan lalu

menjelaskan di depan kelas.

Siswa diajak untuk mempraktekkan adab makan dan minum yang benar

dalam kehidupan sehari – hari bersama keluarganya

5. Indikator

Menjelaskan tatacara makan yang benar.

Menjelaskan tatacara minum yang benar.

Menunjukkan dalil naqli tentang adab makan dan minum.

Menunjukkan contoh cara makan yang benar dan yang salah.

Menunjukkan contoh cara minum yang benar dan yang salah.

Mempraktikkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari di

lingkungan keluarga.

Mempraktikkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari di

lingkungan sekolah.

Mempraktikkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari di

lingkungan masyarakat.

6. Penilaian

137

A. Teknik Penilaian : Test Tertulis, Penugasan dan tes Unjuk Kerja

B. Bentuk Instrumen : Uraian Singkat, PR, Praktek dan Pembiasaan

7. Alokasi Waktu

Alokasi untuk pencapaian Kompetensi di atas membutuhkan Waktu 4 X

40 Menit atau 2 X pertemuan

Pertemuan pertama untuk membahas tentang tata cara makan dan minum

dan dalil naqlinya

Pertemuan kedua untuk membahas tentang contoh cara makan dan

minum yang benar dan yang salah serta mempraktekkan adab makan dan

minum dalam kehiudpan sehari – hari.

Silabus PAI KELAS XII SMK Muhammadiyah Kedawung

1. Standar Kompetensi

Menghindari Perilaku tercela

2. Kompetensi Dasar :

Menyebutkan pengertian takabur.

Menyebutkan contoh-contoh perilaku takabur.

Menghindari perilaku takabur dalam kehidupan sehari-hari.

3. Materi Pokok/Pembelajaran :

- Perilaku Tercela (TAKABUR)

4. Kegiatan Pembelajaran :

Membaca dan menelaah literatur untuk menemukan konsep yang benar

tentang takabur.

138

Siswa mengamati fenomena di masyarakat untuk dapat menyebutkan

contoh-contoh perilaku takabur.

Siswa diajak untuk menghindari perilaku takabur di mana pun dan terhadap

siapa pun.

5. Indikator

Menjelaskan pengertian takabur.

Menyebutkan dalil naqli terkait dengan takabur.

Menyebutkan contoh-contoh perilaku takabur terhadap Allah Swt.

Menyebutkan contoh-contoh perilaku takabur terhadap sesama manusia.

Menghindari perilaku takabur di tengah-tengah keluarga.

Menghindari perilaku takabur di lingkungan sekolah.

Menghindari perilaku takabur di tengah-tengah masyarakat.

6. Penilaian

A. Teknik Penilaian : Test Tertulis

B. Bentuk Instrumen : Jawaban singkat, identifikasi dan Uraian

7. Alokasi Waktu

Alokasi untuk pencapaian Kompetensi di atas membutuhkan Waktu 6 X

40 Menit atau 3 X pertemuan

Pertemuan pertama untuk membahas tentang pengertian dan dalil naqli

perilaku Takabur

Pertemuan kedua untuk membahas contoh-contoh perilaku Takabur

kepada Allah SWT dan sesama manusia.

139

Pertemuan ketiga untuk membahas tentang pembiasaan menghindaari

perilaku takabur dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

c. Membuat Rencana Pelangksanaan Program ( RPP )

Dari hasil studi dokumentasi, ternyata semua guru PAI SMK

Muhammadiyah Kedawung telah membuat RPP. Adapun RPP Mata

Pelajaan PAI SMK Muhammadiyah Kedawung dalam pembelajaran

Akhlak yaitu :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PAI kelas X SMK Muhammadiyah Kedawung

Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji

Kompetensi Dasar : 4.1. Menjelaskan pengertian Tawadlu, taat, Qonaah

dan sabar

4.2. menampilkan contoh-contoh perilaku

Tawadlu, taat, Qonaah dan sabar

4.3. Membiasakan perilaku Tawadlu, taat, Qonaah

dan sabar

Alokasi Waktu : 6 x 40 menit ( 3 x pertemuan )

A. Tujuan Pembelajaran

Pertemuan Pertama

Siswa dapat menjelaskan pengertian Tawadlu dan menunjukan

dalilnya.

Siswa dapat menjelaskan pengertian taat dan menunjukan dalilnya.

140

Siswa dapat menjelaskan pengertian Qonaah dan menunjukan dalilnya.

Siswa dapat menjelaskan pengertian sabar dan menunjukan dalilnya.

Pertemuan Kedua

Siswa dapat menampilkam contoh-contoh perilaku Tawadlu

Siswa dapat menampilkam contoh-contoh perilaku Taat

Siswa dapat menampilkam contoh-contoh perilaku Qonaah

Siswa dapat menampilkam contoh-contoh perilaku Sabar

Pertemuan Ketiga

Siswa dapat membiasakan perilaku Tawadlu, taat, Qonaah dan sabar

dalam lingkungan keluarga

Siswa dapat membiasakan perilaku Tawadlu, taat, Qonaah dan sabar

dalam lingkungan sekolah

Siswa dapat membiasakan perilaku Tawadlu, taat, Qonaah dan sabar

dalam lingkungan masyarakat

B. Materi Pembelajaran

Perilaku Terpuji

1. Pengertian Tawadlu, taat, qana’ah dan sabar

2. Contoh-contoh perilaku tawadlu, taat, qana’ah

3. Pembiasaan perilaku tawadlu, taat, qana’ah dan sabar

C. Metode Pembelajaran

Tanya Jawab, Diskusi, Drill dan Praktek

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:

1. Kegiatan Pendahuluan ( umum ) / semua pertemuan

141

Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca

basmalah dan berdoa.

Guru membiasakan siswa untuk membaca Al-Qur’an memulai

materi pembelajaran

Guru memberikan Apersepsi, dan motivasi

Guru menjelaskan kompetensi, indikator dan materi yang akan

dimiliki / dikuasai siswa sebagai tujuan pembelajaran

2. Kegiatan Inti

Pada pertemuan pertama siswa dibuat kelompok menjadi empat

kelompok

Masing-masing kelompok diberi tugas untuk memahami dari

tujuan pembelajaran dari setiap pertemuan

Masing-masing kelompok mendiskusikan dari materi pokok yang

telah ditetapkan

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi sesuai

tugasnya melalui perwakilan kelompok.

Masing-masing kelompok membuat pertanyaan untuk

disampaikan kepada kelompok yang telah mempresentasikan

materi diskusinya.

3. Kegiatan Penutup

Guru memberi tugas siswa untuk menunjukan contoh-contoh

perilaku Tawadlu, Taat, qonaah dan Sabar dalam lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat

142

Guru memberikan penilaian terhadap proses pembelajaran.

Guru dan siswa memberikan kesimpulan materi hasil diskusi.

E. Alat/Sumber Belajar :

1. Al-Quran.

2. Buku-buku tentang akhlak terpuji

3. Buku paket pendidikan Agama Islam kelas X.

4. Buku-buku lain yang relevan.

5. Kaset dan tape recorder atau peralatan teknologi dan komunikasi yang

relevan.

F. Penilaian

Indikator

Penilaian

Teknik Bentuk Instrumen / Soal

1. Menjelaskan pengertian

tawadlu dan

menunjukkan dalil

naqlinya.

Tes tulis Jawaban

singkat

1. Jelaskan pengertian

tawadlu dan

tunjukkan dalilnya!

2. Menjelaskan pengertian

taat dan menunjukkan

Tes tulis Jawaban

singkat

1. Jelaskan pengertian

taat dan tunjukkan

143

dalil naqlinya. dalilnya!

3. Menjelaskan pengertian

qana’ah dan

menunjukkan dalil

naqlinya.

Tes tulis Jawaban

singkat

1. Jelaskan pengertian

qana’ah dan

tunjukkan dalilnya!

4. Menjelaskan pengertian

sabar dan menunjukkan

dalil naqlinya.

Tes tulis Jawaban

singkat

1. Jelaskan pengertian

sabar dan tunjukkan

dalilnya!

1. Menampilkan contoh-

contoh perilaku tawadlu.

Tes tulis Pilihan

ganda

الصابرين .1 مع الله إن

adalah dalil naqli

tentang sifat:

a. sabar

b. tawadlu

c. taat

d. qana’ah

2. Menampilkan contoh-

contoh perilaku taat.

Tes lisan Jawaban

singkat

1. Berilah contoh satu

perbuatan yang

menunjukkan perilaku

144

taat kepada Allah!

3. Menampilkan contoh-

contoh perilaku qana’ah.

Tes tulis Pilihan

ganda

1. Orang yang selalu

merasa cukup

terhadap pemberian

Allah dinamakan:

a. taat

b. tawakal

c. tawadlu

d. qana’ah

4. Menampilkan contoh-

contoh perilaku sabar.

Tes lisan Jawaban

singkat

1. Tunjukkan satu

perilaku sabar ketika

kalian mendapatkan

musibah!

1. Membiasakan perilaku

tawadlu, taat, qana’ah,

dan sabar dalam

lingkungan keluarga.

Portofolio Makalah 1. Buatlah makalah

tentang perilaku

tawadlu, taat, qana’ah,

dan sabar dalam

lingkungan keluarga!

145

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ) RPP (

PAI kelas XI SMK Muhammadiyah Kedawung

Standar Kompetensi : 12. Membiasakan perilaku terpuji

Kompetensi Dasar : 12.1 Menjelaskan adab makan dan minum

12.2 Menampilkan contoh adab makan dan

minum

Indikator : 12.1.1 Menjelaskan tatacara makan yang benar

12.1.2 Menjelaskan tatacara minum yang benar

12.1.3 Menunjukkan dalil naqli tentang adab

makan dan minum

12.2.1 Menunjukkan contoh cara makan yang

benar

12.2.2 Menunjukkan contoh cara minum yang

benar

Alokasi Waktu : 2 X 40 Menit

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Peserta didik dapat Menjelaskan tatacara makan yang benar

2. Peserta didik dapat Menjelaskan tatacara minum yang benar

3. Peserta didik dapat Menunjukkan dalil naqli tentang adab makan dan

minum

146

B. MATERI PEMBELAJARAN

Adab dan tata cara minum yang sesuai dengan ajaran Islam adalah sebagai

berikut :

1. Membaca do'a sebelum dan sesudah makan dan minum

Do’a mau makan

النار عذاب وقنا رزقتنا ما في لنا رك با اللهم

“Ya Allah berkahilah untuk kami pada apa-apa yang telah engkau

rizkikan kepada kami, dan peliharalah kamu dari siksa api neraka”

Do’a sesudah makan

المسلمين من وجعلنا وسقانا اطعمنا الذي لله الحمد

“Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minum

kepadaku dan telah menjadikan aku termasuk orang-orang islam”

2. Biasakan makan dan minum menggunakan tangan kanan

شرب واذا بيمينه فيأكل احدكم اكل اذا

يأكل يطان الش فان بيمينه فليشرب

مسلم ) ( رواه بشماله ويشرب بشماله

Artinya :"Jika seseorang diantaramu makan, maka makanlah

dengan tangan kanannya, dan jika diantaramu minum, maka

minumlah dengan tangan kanannya, sesungguhnya setan makan

dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya" ( HR.

Muslim )

147

3. Dilarang makan dan minum secara berlebihan

4. Janganlah makan dan minum sambil berdiri

. . . . ان نهى انه صم النبي عن ع ر انس عن

قائما جل الر يشرب

Artinya : "Dari Anas r.a., bahwa Nabi Saw telah menegur

( mencela ) seseorang yang minum sambil berdiri"

5. Makan dengan cara-cara yang baik dan tidak mencela makanan

: . . الله رسول عاب ما قال ع ر هريرة ابي عن

. كرهه. وان اكله اشتهاه ان قط طعاما صم

مسلم ) ( رواه تركه

Artinya : "Dari Abu Hurairah r.a.berkata : Rasulullah Saw tidak pernah

( menghina ) makanan, beliau jika menyukainya lalu memakannya, dan

jika tidak menghendaki maka beliau tinggalkan" ( HR. Muslim )

C. METODE PEMBELAJARAN

1. Diskusi

2. Praktik

3. Pemodelan

4. Penugasan

D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Kegiatan Pendahuluan

148

Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca basmalah

dan berdoa.

Guru membiasakan siswa untuk membaca Al-Qur’an sebelum

memulai materi pembelajaran

Guru memberikan Apersepsi, dan motivasi

Guru menjelaskan kompetensi , indikator dan materi yang akan

dimiliki / dikuasai siswa sebagai tujuan pembelajaran

2. Kegiatan Inti

Peserta didik membaca dan menelaah tentang ketentuan-ketentuan

makan dan minum

Peserta didik mencontohkan tata cara makan dan minum yang benar

Peserta didik merumuskan beberapa poin penting tentang adab makan

dan minum

3. Kegiatan Penutup

Menyimpulkan beberapa ketentuan tentang makan dan minum

Memberi tugas untuk menuliskan doa makan

E. ALAT/SUMBER BELAJAR

1. Al- Qur’anul Karim

2. Buku PAI

3. Buku-buku lain yang relevan

149

F. PENILAIAN

Indikator

Penilaian

Teknik Bentuk Instrummen / Soal

Menjelaskan tatacara

makan yang benar.

Tes tulis Uraian Jelaskan tatacara makan

yang benar!

Menjelaskan tatacara

minum yang benar.

Tes tulis Uraian Jelaskan tatacara minum

yang benar!

Menunjukkan dalil naqli

tentang adab makan dan

minum.

Penugasan Pekerjaa

n rumah

Carilah dalil naqli yang

terkait dengan adab

makan dan minum lalu

tulislah dalam buku

kerja kalian!

Menunjukkan contoh cara

makan yang benar dan

yang salah.

Tes unjuk

kerja

Praktik Peragakan cara makan

yang benar dan yang

salah!

Menunjukkan contoh cara

minum yang benar dan

yang salah.

Tes unjuk

kerja

Praktik 1. Peragakan cara

minum yang benar dan

yang salah!

150

Mempraktikkan adab

makan dan minum dalam

kehidupan sehari-hari di

lingkungan keluarga.

Penugasan Pembias

aan

Cobalah kalian selalu

makan dan minum

dengan cara yang sesuai

dengan ketentuan yang

diatur dalam ajaran

Islam!

Mempraktikkan adab

makan dan minum dalam

kehidupan sehari-hari di

lingkungan sekolah.

Penugasan Pembias

aan

Cobalah kalian selalu

makan dan minum

bersama teman-teman

kalian di sekolah sesuai

dengan ketentuan Islam!

Mempraktikkan adab

makan dan minum dalam

kehidupan sehari-hari di

lingkungan masyarakat.

Penugasan Pembias

aan

Cobalah kalian selalu

makan dan minum

dengan cara yang Islami

di tengah-tengah

kehidupan masyarakat!

151

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ) RPP (

PAI KELAS XII SMK Muhammadiyah Kedawung

Standar Kompetensi : 11. Menghindari Perilaku tercela

Kompetensi Dasar : 11.1 Menjelaskan pengertian takabur

11.2 Menyebutkan contoh-contoh perilaku takabur

11.3 Menghindari perilaku takabur dalam

kehidupan sehari – hari

Alokasi Waktu : 6 x 40 menit ( 3 x pertemuan )

A. Tujuan Pembelajaran

Pertemuan Pertama

Siswa dapat Menjelaskan pengertian takabur.

Siswa dapat Menyebutkan dalil naqli terkait dengan takabur.

Pertemuan Kedua

Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh perilaku takabur terhadap

Allah

Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh perilaku takabur terhadap

sesama manusia.

Pertemuan Ketiga

Siswa dapat menghindari perilaku takabur di tengah-tengah keluarga.

Siswa dapat menghindari perilaku takabur di lingkungan sekolah.

152

Siswa dapat menghindari perilaku takabur di tengah-tengah

masyarakat.

B. Materi Pembelajaran

Perilaku Tercela )Takabur (

C. Metode Pembelajaran

Tanya Jawab, Diskusi , Drill dan Praktek

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:

1. Kegiatan Pendahuluan ( umum ) / semua pertemuan

Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca

basmalah dan berdoa.

Guru membiasakan siswa untuk membaca Al-Qur’an memulai

materi pembelajaran

Guru memberikan Apersepsi, dan motivasi

Guru menjelaskan kompetensi, indikator dan materi yang akan

dimiliki / dikuasai siswa sebagai tujuan pembelajaran

2. Kegiatan Inti

Pada pertemuan pertama siswa dibuat kelompok menjadi empat

kelompok

Masing-masing kelompok diberi tugas untuk memahami dari

tujuan pembelajaran dari setiap pertemuan

Masing-masing kelompok mendiskusikan dari materi pokok yang

telah ditetapkan

153

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi sesuai

tugasnya melalui perwakilan kelompok.

Masing-masing kelompok membuat pertanyaan untuk

disampaikan kepada kelompok yang telah mempresentasikan

materi diskusinya.

3. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penilaian terhadap proses pembelajaran.

Guru dan siswa memberikan kesimpulan materi hasil diskusi.

E. Alat/Sumber Belajar :

1. Al-Quran.

2. Buku-buku tentang akhlak terpuji

3. Buku paket pendidikan Agama Islam kelas XII.

4. Buku-buku lain yang relevan.

5. Kaset dan tape recorder atau peralatan teknologi dan komunikasi yang

relevan.

F. Penilaian

Indikator

Penilaian

Teknik Bentuk Instrummen / Soal

Menjelaskan

pengertian takabur.

Tes Lisan Jawaban

singkat

Apa makana kata

takabur dari segi bahasa

Menyebutkan dalil

naqli terkait dengan

Tes Lisan Jawaban

singkat

Tunjukan salah satu

dalil naqli terkait

154

takabur. dengan takabur

Menyebutkan contoh-

contoh perilaku

takabur terhadap Allah

Swt.

Tes Lisan Identifikasi Cobalah kalian

mengidentifikasi

contoh-contoh perilaku

manusia yang

menunjukkan takabur

kepada Allah!

Menyebutkan contoh-

contoh perilaku

takabur terhadap

sesama manusia.

Tes Lisan Identifikasi Cobalah kalian

mengidentifikasi

contoh-contoh perilaku

manusia yang

menunjukkan takabur

kepada sesamanya!

Menghindari perilaku

takabur di tengah-

tengah keluarga.

Tes Lisan Uraian Sebutkan dan jelaskan

beberapa cara yang

dapat kalian lakukan

untuk menghindari

takabur di tengah-

tengah keluarga!

Menghindari perilaku

takabur di lingkungan

sekolah.

Tes Lisan Uraian Sebutkan dan jelaskan

beberapa cara yang

dapat kalian lakukan

untuk menghindari

155

takabur di sekolah!

Menghindari perilaku

takabur di tengah-

tengah masyarakat.

Tes Lisan Uraian Sebutkan dan jelaskan

beberapa cara yang

dapat kalian lakukan

untuk menghindari

takabur di tengah-

tengah masyarakat!

Pelaksanaan guru PAI dalam pembelajaran akhlak merupakan

implementasi dari perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam silabus

dan RPP.

Fokus penelitian pada pelaksanan guru PAI dalam pembelajaran

Akhlak di SMK Muhammadiyah Kedawung merujuk pada indikator yang

telah disebutkan pada BAB II yaitu :

1. Mampu membuka pelajaran termasuk di dalamnya ada pre test dan

memotivasi siswa dalam belajar

Berdasarkan analisa terhadap hasil pengamatan dan wawancara

terhadap 3 orang guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung dapatlah

dikatakan bahwa guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah mampu

membuka pelajaran dengan baik. Hal ini bisa dilihat saat guru PAI saat

memulai melaksanakan pembelajaran. Dari 3 orang guru PAI yang diamati,

ternyata semuanya telah membuka pelajaran dengan mengucapkan

bismillahirrahmanirrakhim, dilanjutkan dengan membaca Alqur’an/tadarus

156

selama 5 menit, menyampaikan kompetensi dan indikator pembelajaran,

melaksankan pre test dan memotivasi siswa supaya semangat dan fokus

dalam belajarnya.

2. Mampu menyajikan materi

Berdasarkan pengamatan, wawancara dan studi dokumnetasi,

ternyata guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah mampu

menyajikan materi akhlak dengan baik, hanya dalam pembiasaan

terhadap nilai-nilai akhlak masih dianggap kurang, hal ini bisa dilihat

dari tidak jalannya kegiatan shalat berjama’ah.

3. Mampu menggunakan metode / media

Berdasarkan pengamatan dan wawancara , ternyata guru PAI SMK

Muhammadiyah Kedawung belum memaksimalkan metode pendidikan

gama Islam pada umumnya dan pembelajaran akhlak pada khususnya.

Metode yang sering digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab

meskipun begitu ada guru PAI mengajarnya dengan metode projektor.

Padahal banyak sekali metode yang mungkin bisa digunakan untuk

dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa jemu

dengan metode pembelajaran yang ada dan bisa bertambah gairah

dalam belajar.

Dalam hal penggunaan media, guru PAI SMK Muhammadiyah

Kedawung menggunakan media pembelajaran seadanya seperti buku

paket, spidol, papan tulis, Infokus, sudah kelihatan adanya kreatifitas

dari guru.

157

4. Mampu menggunakan alat peraga

Berdasarkan pengamatan dan wawancara, guru PAI SMK

Muhammadiyah Kedawung sudah terlihat menggunakan alat peraga

dalam pembelajaran.

5. Mampu menggunakan bahasa yang komunikatif

Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah

Kedawung telah mampu menggunakan bahasa yang komunikatif dalam

pelaksanaan pembelajaran baik di ruangan kelas maupun di luar

lapangan.

6. Mampu memotivasi siswa

Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah

Kedawung telah mampu memotivasi siswa untuk semangat dan fokus

dalam belajar.

7. Mampu mengorganisasikan kegiatan

Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah

Kedawung telah mampu mengorganisasikan kegiatan pembelajaran

baik di ruang kelas maupun di luar kelas.

8. Mampu berinteraksi dengan siswa secara komunikatif

Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah

Kedawung telah mampu berinteraksi dengan siswa secara komunikatif.

9. Mampu menyimpulkan pembelajaran

158

Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah

Kedawung telah mampu menyimpulkan pembelajara dengan baik,

tetapi terkadang dalam waktu-waktu tertentu lupa untuk memberikan

kesimpulan akhir.

10. Mampu memberikan umpan balik

Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah

Kedawung telah mampu memberikan umpan balik dengan melempar

pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menanggapi pertanyaan temannya.

11. Mampu melaksanakan Evaluasi dan penilaian (Post Test)

Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah

Kedawung telah mampu melaksanakan Evaluasi dan Penilaian dengan

baik. Untuk lebih detailnya akan dibahas pada bagian Evaluasi dan

penilaian guru PAI dalam pembelajaran.

12. Mampu mengggunakan waktu

Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah

Kedawung belum dapat menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.

Hal ini sering terjadi waktu sudah habis, tetapi kegiatan pembelajaran

belum berakhir sehingga tidak ada kesimpulan apalagi post test.

Dari hasil pengamatan dan wawancara secara keseluruhan, dapatlah

dikatakan bahwa guru SMK Muhammadiyah Kedawung dalam pelaksanaan

pembelajaran akhlak kurang maksimal memenuhi indikator-indikator dari

159

pelaksanaan pembelajaran akhlak. Hal inilah yang memungkinkan menjadi

alasan tujuan pembelajaran akhlak belum tercapai secara maksimal.

Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan selain teknik-teknik

proses pembelajran diatas, tentu kita tahu bagaimana usaha-usaha yang

mendukung supaya guru PAI dapat maksimal dalam pembelajaran akidah

akhlak. Seorang guru sebagai tenaga professional dapat berkembang dan

semakin mantap, maka  perlu ada usaha-usaha yang perlu dilakukan. Di

antaranya:

a.         Guru PAI perlu banyak-banyak  belajar baik di rumah maupun juga di

perpustakaan  dengan cara membaca buku-2 agama, al-Qur’an, Hadis,

koran, majalah, internet. dalam al-Qur’an, Allah

mengingatkan manusia agar senantiasa banyak membaca. Dengan

membaca itu, ilmu pengathuan dan teknologi akan berkembang dan

maju.

b.         Guru PAI hendaknya memanfaatkan wadah perkumpulan guru mata

pelajaran seperti MGMP, KKG dengan melakukan diskusi dan

seminar. Karena ketika Peneliti survai ternyata guru PAI di SMK

Muhammadiyah Kedawung belum melaksanakan kegiatan tersebut,

dan ini tentu belum ada kekompakan dalam menyampaikan

pembelajaran satu dengan lainnya. Dan ini berpengaruh dalam proses

pembelajaran.

c.         Belajar secara formal pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi

seperti melanjutkan kuliah dalam jenjang S.2 dan S.3 yang linier.

d.        Mengikuti pertemuan organisasi profesi pendidikan guru PAI (PGRI,

ISPI, dll)

e.         Ikut Mengambil bagian dalam kompetisi ilmiah

f.          Melakukan penelitian tindakan kelas (PTK)

160

Ketika guru PAI aktif dalam mengembangkan dan mencari referensi-

referensi yang berkaitan dengan pengetahuan atau materi yang akan disampaikan,

insyallah semua materi pembelajaran akan tersalurkan dengan baik dan maksimal.

 

3. Upaya Guru PAI dalam mengembangkan Potensi Peserta didik

Upaya Guru PAI dalam mengembangkan Potensi Peserta didik

merupakan salah satu tugas guru yang harus dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya sehingga ketercapaian tujuan pendidikan dapat terealisasi dengan

sebaik-baiknya.

Fokus penelitian terhadap guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung

dalam mengembangkan potensi peserta didik ini mengacu pada indikator

yang telah disebutkan pada BAB II yaitu :

1. Kegatan Ekstrakurikuler

2. Ramedial

3. Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi dengan

ketiga guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung didapatkan data sebagai

berikut :

1. Kegiatan Ekstrakurikuler

Dalam hal kegiatan ekstrakuler, guru PAI SMK Muhammadiyah

Kedawung telah melaksanakan kegiatan berupa Seni Baca Tulis Al-Qur’an ,

sholat dzuhur berjamaa’ah, kuliah duha dan tadarrus Al-Qura’an.

Seni baca tulis Al-Qura’an diperuntukkan siswa yang belum lancar

membaca dan menulis Al-qur’an, sedangkan kuliah duha diperuntukkan

161

kepada semua siswa dari tingkat X, XI dan XII sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan. Pembimbingnya adalah Bapak Mashuri, S.Ag. MM dan

kegiatan dilakanakan pada hari rabu siang dan kuliah dhuha dilaksankan

pada minggu pagi.

Sholat Dzuhur berjama’ah bertujuan supaya peserta didik dan warga

sekolah terbiasa sholat dzuhur dengan berjama’ah. Namun kegiatan ini

menurut Bapak Mashuri, S.Ag. MM (selaku Waka Ismuba) , tidak berjalan

dengan baik karena kenyataannya hanya beberapa orang peserta didik saja

yang mengikuti sholat berjama’ah. Upaya yang dilakukan guru PAI dalam

kegiatan sholat Dzuhur berjama’ah ini yaitu membuat jadwal shalat dzuhur

berjama’ah dan menasehati peserta didik yang malas sholat dzuhur

berjama’ah baik saat di dalam kelas maupun saat kegiatan belajar mengajar.

2. Ramedial

Berdasarkan pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi yang

dilakukan peneliti terbukti bahwa guru PAI SMK Muhammadiyah

Kedawung telah melaksanakan kegiatan ramedial.

Kegiatan Ramedial bertujuan untuk membantu peserta didik yang

masih di bawah KKM (Kriteri Ketuntasan Minimum).

3. Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK, ternyata guru PAI

SMK Muhammadiyah Kedawung mempunyai kerja sama yang baik dengan

guru BK dalam mengatasi kenakalan peserta didik secara khusus dan akhlak

siswa yang tidak baik secara umum.

162

Dari bermacam penelitian yang ada peniliti mencoba menarik

kesimpulan terkait tentang upaya guru PAI dalam mengembangkan potensi

peserta didik, disana muncul masalah dan juga ada penunjang untuk

memecahkan supaya menjadi peserta didik yang potensi.

A. Masalah

Bila dicermati Peneliti secara seksama, permasalahan guru PAI pada

lingkungan SMK Muhammadiyah Kedawung, ini disebabkan karena

praktik pendidikan hanya memperhatikan aspek kognitif semata dan

mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volutif, yakni

kemauan dan tekat untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama.

Akibatnya terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan

dalam kehidupan sehari-hari dan pengajaran PAI selama ini lebih

berorientasi pada belajar tentang agama, sehingga hasilnya

banyak peserta didik yang mengetahui nilai-nilai ajaran agama, tetapi

prilakunya tidak relevan dengan pengetahuannya. Dengan demikian

meskipun program-program yang telah dilaksanakan dengan baik,

seperti kegiatan ekstrakurikuler, ramedial dan bimbingan Konseling,

akan tetapi profesional guru kurang maksimal seperti :

1. Kurangnya sikap professional guru PAI, yang ditandai dengan

kurangnya kemampuan dalam menyampaikan bahan pelajaran

kepada peserta didik. Ini terlihat dari kurangnya kemampuan

membuat persiapan, menguasai  bahan pelajaran, memilih

metode, menggunakan media, dan melakukan pengelolaan

kelas.

163

2. Kurangnya pengakuan masyarakat terhadap guru PAI. Hal ini

ditandai dengan kurangnya penghargaan atas kegiatan

pendidikan yang dilakukan guru terhadap peserta didik di

sekolah. Sebagai akibatnya ada perasaan rendah diri (minder)

bagi guru agama bila berhadapan dengan guru bidang studi

lain.

Berbagai persoalan PAI tersebut, menurut Peneliti tidak bisa

dilepaskan dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam

pelaksanaannya, kalau dianalisa ada empat  hal yang menyebabkan

timbulnya permasalahan PAI, yakni:

1. Kesulitan dari bidang studi PAI itu sendiri. Bidang studi

ini  banyak menyentuh aspek-aspek metafisika (ghaib) yang

bersifat abstrak atau bahkan menyangkut hal-hal yang yang

bersifat supra rasional, meskipun ada juga yang menyentuh

hal-hal yang rasional.

2. Kesulitan yang datang dari guru PAI sendiri, yakni kurangnya

kemampuan professional dalam mendidik.

3. Orang tua kurang memperhatikan pendidikan agama yang

diperoleh anak di sekolah.

4. Orientasi kehidupan semakin matrealistis, individualistis, dan

pragmatis,  sebagai akibatnya standar keberhasilan seseorang

hanya diukur dengan benda, pangkat, dan jabatan.

Bila dicermati berbagai persoalan guru PAI, sebagaimana diungkap di

atas, agaknya titik lemah PAI lebih banyak terletak pada komponen

guru (pendidik). Kelemahan tersebut dapat terlihat pada  penyajian

materi. Guru PAI  kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang

kognitif menjadi “bermakna” dan “bernilai”, atau kurang mendorong

penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu

diinternalisasikan dalam diri peserta didik. Di samping itu, guru PAI

juga tidak bisa memahami peserta didik dari aspek perkembangnnya,

kurang dapat bekerja sama dengan program-program pendidikan non-

164

PAI, dan kurang mengkaitkan materi PAI dengan kehidupan sosial

yang terjadi di masyarakat, sehingga peserta didik kurang menghayati

nilai-nilai agama sebagai nilai kehidupan keseharian.

B.      Penunjang

Guru merupakan pendidik profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (UU No.

20/2003, Ps. 39, ayat 2)

Berdasarkan undang-undang  di atas dapat dipahami bahwa

tugas  guru PAI bukan hanya mengajar saja, tetapi lebih jauh dari itu,

yakni mulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran, sampai kepada mengevaluasi hasil pembelajaran.

Dalam  Undang-Undang Guru dan Dosen juga secara tegas

dikatakan bahwa Guru adalah pendidik professional dengan tugas

utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak

usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah (UU No. 14 Th. 2005, ps 1).

Oleh karenanya, mengajar PAI bukanlah hanya sekedar

menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik, tetapi

mendidik,  membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

melakukan evaluasi. Mengajar adalah pekerjaan yang mempunyai

tujuan yang jelas, yakni pembentukan kepribadian, karakter, watak

peserta didik. Dalam pelaksanaannya diperlukan sejumlah

keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu

pengetahuan yang spesifik, yang hanya bisa dilakukan hanya oleh

tenaga profesional.  Oleh karena itu, menjadi guru tidak hanya cukup

memahami materi yang akan diajarkan saja, akan tetapi memerlukan

pengetahuan lain yang menunjang, misalnya pengetahuan tentang

165

psikologi (psikologi umum, psikologi perkembangan, dan psikologi

belajar), teori tentang perubahan tingkah laku, kemampuan merancang

dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, kemampuan

mendesain strategi pembelajaran, dan kemampaun lainnya.

Di samping itu, pekerjaan guru PAI bukanlah pekerjaan yang statis,

tetapi adalah pekerjaan yang dinamis, yang senantiasa berkembang,

karena yang dihadapi adalah manusia dan pengetahuan yang senantiasa

berkembang. Oleh karena itu, guru dituntut peka terhadap dinamika

perkembangan masyarakat, baik perkembangan kebutuhan yang

senantiasa berubah, perkembangan social, budaya, politik, dan

teknologi. Untuk itu, guru harus berangkat dari orang yang berbakat,

punya minat, panggilan njiwa, dan idealisme, serta memiliki komitmen

terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dari itu, guru tidak bisa

melepaskan diri dari tanggung jawab professional dalam proses

pendidikan.

 

a. Penunjang

3. Guru menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan

tuntuan karakteristik masyarakat masa depan. Dalam hal ini

guru selalu mengikuti perkembangan “ trend” yang sedang

berkembangan di masyarakat, tetapi tetap berprinsip

dengan jati diri. Kondisi ini akan membantu guru akarap

166

dengan siswa tetapi tetap berwibawa sebagai tauladan,

sehingga mempunyai pengaruh positif bagi peserta didik.

Ciptakan kondisi sebagai “guru idaman”.

. 2. Guru harus dapat mengajar dalam kelas dengan keragaman

kemampuan siswa. Dalam hal ini guru dapat mengembangkan seluruh

modalitas belajar dan seluruh spektrum kecerdasan siswa. Tentu saja

dalam satu kelas bervariasi dominasi kecerdasan dan cara siswa untuk

menyerap informasi. Guru harus membantu setiap siswa, hindari mengejek

siswa yang lambat pemahamannya, dan memuji (menjadikan bunga kelas)

bagi siswa pandai. Kondisi yang demikian dapat memancing konflik siswa

3. Guru selalu mengembangkan diri dan berwawasan profesional tinggi

sesuai perkembangan keilmuan. Melalui forum srawung ilmiah guru dapat

memperoleh pengetahuan perkembangan bidang ilmunya. Guru juga dapat

memanfaatan akses internet dalam mengikuti perkembangan tersebut. Hal

yang penting adalah guru membimbing siswa untuk memperkaya

pengetahuan dalam bidangnya melalui akses berbagai sumber. Artinya

guru jangan terpaku dengan ”buku paket”

4. Guru dalam pembelajaran memberikan tugas yang menantang siswa untuk

berekplorasi tentang pengetahuan yang dipelajari. Dalam mengajar guru

mengkaitkan denga isu-isu yang sedang berkembang, dan membimbing

siswa untuk menganalisis dan mencarai alternatif pemecaahannya dengan

pertimbangan alasan yang jelas. Variasi tugas pembelajaran sangat penting

antara individu dan tugas kelompok. Selanjutnya siswa diberi kesempatan

167

untuk memaparkan ide gagasannya, serta siswa mendapat balikan secara

kritis konseptual dan kontekstual dari guru. Kondisi ini dapat

menumbuhkan multi interaksi anatar annggota kelas.

5. Guru Mengajarkan ilmu “Bukan Hanya untuk sukses Ujian Nasional”,

tetapi pembelajaran yang bermakna. Siswa memiliki pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Dalam hal ini guru mengajarkan bahawa fungsi

belajar untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu luaran hasil belajar

adalah siswa cerdas, bukan hanya siswa mendapat ”nilai betul” secara

mutlak. Namun guru juga menekankan usaha pencapaian nilai tersebut

melalui cara benar, dan mengidarikan diri dari sikap menghalalkan semua

cara. Aspek kejujuran, usaha, berpikir pada diri siswa lebih dihargai,

sebagai proses belajar.

6. Guru selalu membaca bidang ilmu dan bidang pembelajaran untuk

menambah pemahaman, dan ditindak lanjuti penerapannya dalam

pembelajaran sekaligus sambil melakukan penelitian (PTK) melalui tugas

pelaksanaan pembelajaran. Hal ini untuk pengembangan diri dengan

melibatkan siswanya, agar dapat melakukan pembaharuan-pembaharuan

( mengajar dengan menggunakan basis ilmiah).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

168

Setelah peneliti memaparkan beberapa kondisi dan membahas

beberapa temuan yang diperoleh selama penelitian tentang Kompetensi

Pedagogik Guru PAI di SMK Muhammadiyah Kedawung, maka peneliti

menarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang dimaksud adalah jawaban

atas pertanyaan penelitian sesuai temuan di lapangan. Hal ini akan

dijabarkan melalui poin-poin berikut :

1. Pemahaman guru Pendidikan Agama Islam terhadap peserta didik

dalam pembelajaran akhlak di SMK Muhammadiyah Kedawung

meliputi pemahaman terhadap peserta didik dilihat dari aspek fisik,

intelektual, moral/akhlak, spritual, sosial dan kultural/budaya. Guru

PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah memahami peserta didik

dengan baik.

2. Perencanaan guru Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran

akhlak di SMK Muhammadiyah Kedawung meliputi pemahaman

terhadap landasan pendidikan, teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran serta telah merencanakan pembelajaran akhlak dengan

baik dalam bentuk program tahunan, program semester, Silabus dan

RPP. Guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah merencanakan

pembelajaran akhlak dengan baik. Sedangkan pelaksanaan guru

Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran Akhlak di SMK

Muhammadiyah Kedawung masih dianggap belum maksimal karena

pelaksanaan pembiasaan akhlak dalam kegiatan di sekolah tidak

berjalan dengan baik.

162

169

3. Upaya yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam

mengembangkan potensi peserta didik dalam pembelajaran akhlak di

SMK Muhammadiyah Kedawung terdiri dari 3 kegiatan yaitu 1.

kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan sholat berjama’ah , tadarrus

Al-Qur’an, kuliah Dhuha dan Seni Baca Tulis Al-Qur’an. 2. Kegiatan

Remedial. 3. Kegiatan yang dikoordinasikan dengan guru BK.

B. Rekomendasi

Dari Kesimpulan di atas maka dapatlah direkomendasikan kepada :

1. Guru PAI harus mampu meningkatkan kembali pemahaman terhadap

peserta didik secara keseluruhan terutama dalam bidang moral atau

akhlak siswa, sehingga pelayanan terhadap siswa semakin lebih baik

dan tujuan tercapai dengan efektif dan efesien.

2. Guru PAI harus mampu membuat perencanaan pembelajaran yang

baik untuk di dalam ruangan kelas maupun di luar ruangan kelas

dengan memperhatikan indiator-indikator yang telah disebutkan pada

bab II. Dan Guru PAI juga harus mampu melaksanakan pembelajaran

akhlak dengan baik terutama pada pembiasaan akhlak mulia dalam

setiap kegiatan, sehingga mudah-mudahan siswa kita terbiasa memiliki

akhlak yang mulia.

3. Guru PAI harus mampu mengembangkan potensi peserta didik baik

dalam program pengayaan dan remedial dan ekstrakurikuler serta

170

harus bisa bekerja sama dengan baik dengan guru BK dalam

melakukan bimbingan.

DAFTAR PUSTAKA

171

Al-Abrasy, Muhammad Athiyyah, 1987, Dasar-dasar Pokok Pendidikan islam , ,

terjemahan Bustami Abdul Ghani dan Djohar Bahry, Jakarta, PT. Bulan

Bintang.

Ali , Abdullah, 2007, Metodologi Penelitian dan Penulisan, Cirebon, Stain Press.

Ali ,Abdullah, 2007, Sosiologi Pendidikan dan Dakwah, Cirebon, Stain Press.

Arikunto, Suharsimi., 2006, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik,

Jakarta. Rineka Cipta,

Asrohah, Hanun.,1999, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Kalimah.

Daradjat, Zakiah, 1992, Ilmu Pendidikan Islam , Jakarta, Bumi Aksara

Gingtings, Abdorrakhman, 2008, Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran,

Bandung, Humaniora.

Handayani Umi Iftika, 2009 “Kompetensi Guru PAI dalam Memahami Siswa

pada Pembelajaran di SMP Negeri 1 Godong Kabupaten Grobokan”

Skripsi Fakultas Tarbiyah, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang, hlm. v

Hopkins D, 1993, A Teacher ’s Guide to Classroom Research , Philadelphia :

Open University Press.Milton Keynes.

Hude, M.Darwis., 2006, Emosi, Jakarta, Erlangga.

Hurlock, Elisabeth B., 1990, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Erlangga.

Ilyas Yunahar,2006, Kuliah Akhlak,Yogyakarta, LPPI.

Jalal, Fasli, 2005, Sosialisasi Undang-undang Guru dan Dosen, Jakarta:

Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Depdiknas,

165

172

Jamaludin, 2002, Pembelajaran yang efektif, Jakarta, Depag RI.

Jumhur Adang dkk, 2006, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Cirebon, Stain

Press.

Kunandar, 2007, Guru Profesional , Jakarta, Rajawali Pers

Maleong J Lexy, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif,Bandung, PT Remaja

Rosdakarya.

Mastuhu, 1999, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta, Logos.

Mulyasa, E., 2007, Standar kompetensi dan sertifikasi guru, Bandung, PT

Remaja Roskarya.

Nasution ,S. 1992, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung, Tarsiti

Nasution ,S., 1988, Buku Penuntun Tesis,Skripsi dan Disertasi dan Makalah,

Jakarta , Bumi Aksara.

Niam Ulin M., 2009 “Telaah terhadap pelaturan RI no 74 Tahun 2008 pasal 3

Tentang Kompetensi Guru dalam Persepektif Pendidikan Islam” Skripsi

Fakultas Tarbiyah, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang, hlm. Iv.

Peraturan Menteri No 16 tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi dan

Kompetensi Guru Permendiknas No 16 tahun 2007 tentang Standar

kualifikasi akademik dan kompetensi guru.

Purwanto, M.Ngalim., 1990, Psikologi Pendidikan, Bandung , PT Remaja

Rosdakarya.

Qomar, Mujamil.,2005, Efistemologi Pendidikan Islam , Jakarta , Erlangga.

Rahim ,Husni., 2001, Arah Baru Pendidikan Islam , Jakarta, Logos.

173

Ramayulis,2005, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Kalam Mulia.

Sanjaya, W. 2006, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta, Fajar Interpratama Offset.

Sudjana,H.D, 2000, Strategi Pembelajaran, Bandung, Falah Production.

Sugeng Budiarajo Ahmad, 2009 “Kemampuan Manajemen Kelas Guru Rumpun

Mapel PAI di MTs NU Nurul Huda Mangkang Kulon Semarang” Skripsi

Fakultas Tarbiyah, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang, hlm. v

Sunarto dkk ,1995, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, Rineka Cipta.

Suwarno,W. 2006, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Yogyakarta, AR.RUZZ

Media.

Tafsir,Ahmad., 2005, Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam , Bandung ,PT

Rosdakarya.

Tim Depag RI, 2004, Standar Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam,

Jakarta, Depag RI.

Toifah, 2009 “Hubungan Antara Presepsi Siswa Tentang Kompetensi

Pedagogik Guru Dengan Hasil Belajar PAI Kelas V SDIT Al-Madinah

Kebumen tahun ajaran 2008/2009” Skripsi Fakultas Tarbiyah, Semarang:

Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,), hlm. VI

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang System

Pendidikan Nasional

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen

174

Yunus , Mahmud, 1983, Metode Khusus Pendidikan Agama, Jakarta, PT.

Hidakarya Agung.

Lampiran- Lampiran

1. SK Penetapan Dosen Pembimbing Tesis

175

2. Pengantar Penelitian

3. Surat Keterangan Penelitian

4. Pedoman Observasi dan wawancara

5. Program Semester Guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung

176

177