tesis revisi jadi ok 7
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor pertama dan utama untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak
ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan. Sehingga wajar apabila
pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan, baik melalui
penataan sarana dan prasarana, dan perbaikan kurikulum. Peningkatan
kualitas dan kinerja guru dilakukan melalui diklat atau penataran, dan
peningkatan tunjangan profesi guru. Untuk menunjang kegiatan sekolah pun
pemerintah telah memberikan berbagai dana bantuan, termasuk dana
operasional sekolah (BOS) serta bantuan khusus murid yang bersumber dari
dana operasional pendidikan pusat maupun dana operasional pendidikan dari
daerah. Semua itu dilakukan guna tercapainya tujuan pendidikan nasional
yang bermutu dan merata.
Pada dasarnya mutu pendidikan tidak terlepas dari mutu kinerja guru
itu sendiri. Melalui sentuhan gurulah anak didik tercipta menjadi manusia
sehingga guru merupakan pihak utama yang berupaya menjadikan anak
yang berkualitas. Oleh karena itu, kualitas kinerja guru harus ditingkatkan
sesuai dengan perkembangan jaman dimana perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin hari semakin berkembang dan tumbuh
secara global. Oleh karena itu guru harus bertindak profesional dan selalu
1
1
berupaya untuk memiliki pengetahuan dan wawasan luas selain menguasai
ilmu pengetahuan dibidangnya yang kelak untuk ditransfer kepada anak
didik di sekolahnya masing-masing.
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia , sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah
menyelenggarakan suatu system pendidikan nasional sebagaimana yang
tercantum dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system
Pendidikan Nasional.
Implementasi undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional
Pendidikan yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana ,
standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang
telah dipaparkan di atas ternyata sangat komplek, oleh karena itu penulis
mencoba untuk meneliti sebagian kecil dari masalah pendidikan, diantaranya
2
adalah masalah yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru
Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran Akhlak.
Kompetensi pedagogik guru PAI dalam pembelajaran sangat penting
untuk diperhatikan karena ditangan gurulah kurikulum, sumber belajar,
sarana prasarana dan pembelajaran menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi
tercapainya tujuan pendidikan nasional, begitu juga Islam menganjurkan
bahwa manusia harus mempunyai dan memliki akhlak yang baik sesuai
dengan Firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Qalam ayat 4
dijelaskan tentang budi pekerti berikut ayatnya:
“Dan Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”.(DEPAG, 2006, 826).
Di bawah ini disebutkan kembali hadist Imam Bukhori terkait dengan
akhlak.
عنهما الله رضي عمرو بن الله عبد عنوسلم : عليه الله النبيصلى يكن لم قال
من : إن يقول وكان متفحشا وال فاحشا) البخاري ) رواه أخالقا أحسنكم .خياركم
“Dari Abdullah bin Amru berkata: Nabi tidak pernah berbuat keji sendiri tidak pula berbuat keji kepada orang lain. Beliau bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya”(Salim Bahreisy, Tarjamah Riadhus Shalihin, 1995, Cet. 11).
Dari dalil di atas cukup menjelaskan bahwa akhlak manusia senantiasa
diatur dalam al-Qur’an dan al-Hadist. Hal itu menandakan setiap perilaku
3
yang dilakukan hendaknya sesuai dengan aturan yang berlaku. Guru PAI
adalah Guru yang memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa
dalam segala hal perbuatan yang dilakukan oleh siswa baik di dalam kelas
maupun di luar kelas, sehingga dapat memberikan manfaat baik bagi
individu itu sendiri maupun orang lain yang berada di sekitar.
Disamping itu menurut Undang-Undang RI No 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen disebutkan bahwa “Guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional” .
begitu juga disebutkan dalam Permendiknas no 16 tahun 2007 bahwa “
Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi
guru yang berlaku secara nasional “. Oleh karena itu wajib bagi guru untuk
memahami kompetensi yang harus dimilikinya serta dapat
mengimplementasikannya dalam pembelajaran.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang
mempunyai karakteristik yang sangat mendasar sekali dalam membangun
akhlak siswa, karena di dalamnya terkandung pendidikan akhlak , etika dan
moral. dan salah satu indikator keberhasilan guru pendidikan Agama Islam
adalah keberhasilannya dalam pembelajaran akhlak.
Alasan Kompetensi pedagogik guru PAI dalam pembelajaran akhlak
diteliti, diantaranya adalah 1. kewajiban guru PAI untuk mengemban
amanat dari Rasulullah SAW, 2. tujuan hidup manusia adalah beribadah
kepada Allah yang diwujudkan dengan akhlak yang mulia, 3. akhlak mulia
4
siswa merupakan sesuatu yang paling utama dibanding kecerdasan yang
lainnya. 4. kehidupan akan semakin kacau balau jika manusianya tidak
memiliki akhlak mulia. 5. akan sia-sia kehidupan sesorang, jika tidak
memiliki akhlak yang mulia. 6. tujuan pendidikan nasional terwujud , jika
peserta didiknya berakhlak mulia.
Menurut teori, jika guru PAI memiliki kompetensi dalam
pembelajaran akhlak maka akhlak siswa menjadi baik . Hal ini karena
akhlak siswa lebih banyak dipengaruhi oleh kompetensi gurunya dalam
mendidik siswanya, sebagaimana diungkap oleh A.Mustofa ( 2007 :109 )
dan A. Tafsir .( 2006 :170 )
Berdasarkan studi awal di SMK Muhammadiyah Kedawung,
Kompetensi guru PAI masih dipertanyakan, hal ini dikarenakan akhlak siswa
kepada Tuhannya yang merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional
tidak menunjukan baik ( kurang dari 10% siswa yang melaksanakan sholat
baik di rumahnya maupun di sekolah ) . Dalam proses pendidikan yang
berlangsung di SMK Muhammadiyah Kedawung masih ditemukan adanya
kesenjangan prilaku siswa yang masih belum mencerminkan nilai-nilai Islami.
Hal ini dapat terlihat dari cara berpakaian siswa, pergaulan siswa, dan sikap
siswa kepada guru yang belum sesuai dengan ajaran Agama Islam.
Padahal kualifikasi gurunya sudah S1 dan dari jurusan PAI seta sudah
dianggap berkompeten karena sudah lulus sertifikasi dari Departemen
Agama.
5
Dari paparan di atas, mendorong peneliti untuk mengangkat judul
Tesis: Upaya Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembelajaran Akhlak Siswa di SMK Muhammadiyah Kedawung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka rumusan masalah Penelitian ini
adalah
1. Bagaimana kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Islam
dalam pembelajaran akhlak di SMK Muhammadiyah Kedawung?
2. Bagaimana perencanaan dan pelaksanaan kompetensi pedagogik guru
Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran akhlak di SMK
Muhammadiyah Kedawung?
3. Bagaimana upaya kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama
Islam dalam pembelajaran Akhlak di SMK Muhammadiyah
Kedawung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah seperti digambarkan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengkaji data tentang pemahaman kompetensi pedagogik guru
Pendidikan Agama Islam terhadap peserta didik dalam pembelajaran
akhlak di SMK Muhammadiyah Kedawung.
6
2. Mengkaji data tentang perencanaan dan pelaksanaan kompetensi
pedagogik guru Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran Akhlak
di SMK Muhammadiyah Kedawung.
3. Mengkaji data tentang upaya kompetensi pedagogik guru Pendidikan
Agama Islam dalam pembelajaran Akhlak di SMK Muhammadiyah
Kedawung.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis/Konseptual
a. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman
bagi guru dalam memahami peserta didik, membuat perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian serta evaluasi dalam pembelajaran
akhlak di tingkat SMK pada khususnya dan di tingkat sekolah-
sekolah lain pada umumnya.
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
acuan oleh penelitian lain dan pembanding dalam mengkaji lebih
lanjut tentang kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran
akhlak di sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah yang bersangkutan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran pada SMK Muhammadiyah Kedawung mengenai
7
kinerja guru, untuk bahan pertimbangan dalam penyusunan
program selanjutnya.
b. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
pengetahuan tentang permasalahan yang diteliti sehingga dapat
diperoleh gambaran seberapa besar kesesuaian fakta dengan dasar
teori yang ada.
c. Bagi pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi inspirasi untuk lebih peduli
terhadap perkembangan dunia pendidikan dan menjadi bahan
acuan untuk penelitian selanjutnya.
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka pada dasarnya digunakan untuk memperoleh suatu
informasi tentang teori yang ada kaitannya dengan judul penelitian dan
digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah. Dalam kajian pustaka
ini, peneliti menelaah beberapa karya ilmiah antara lain:
1. Tesis Ahmad Sugeng Budiarajo, NIM. 3104268, Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang 2009 Judul “Kemampuan Manajemen
Kelas Guru Rumpun Mapel PAI di MTs NU Nurul Huda Mangkang
Kulon Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya
kemampuan manajemen kelas guru rumpun Mapel PAI di MTs NU
Nurul Huda Mangkang Kulon Semarang baik, dilihat dari kompetensi
8
mereka dalam manajemen tata ruang kelas, waktu pembelajaran, dan
materi yang disampaikan. Setiap guru telah membuat perencanaan
yang berpedoman pada buku sumber materi pengajaran yang sudah
tercantum pada kurikulum yang ada, sehinga memudahkan
penyampaian kepada murid.
2. Tesis Toifah, NIM. 3104262, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang 2009 Judul “Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang
Kompetensi Pedagogik Guru dengan Hasil Belajar PAI kelas V SDIT
Al-Madinah Kebumen Tahun Ajaran 2008/2009”. Hasil penelitian
menunjukan bahwasanya terdapat hubungan positif antara kompetensi
pedagogik guru dengan hasil belajar PAI.
3. Tesis Umi Iftika Handayani NIM. 3104322 Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang 2009 Judul “Kompetensi Guru PAI dalam
Memahami Siswa pada Pembelajaran Ahlak di SMP Negeri 1 Godong
Kabupaten Grobogan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa seorang
guru harus memiliki kompetensi diantaranya tentang pemahaman
terhadap peserta didik. Dengan makna bahwa kompetensi yang
dimiliki guru PAI khususnya dalam memahami karakteristik siswa,
kesiapan belajar siswa, kebutuhan siswa, memahami problem siswa
dan memecahkan masalah siswa.
4. Tesis M. Ulin Niam NIM. 3104333 Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang 2009 Judul “Telaah Terhadap Peraturan RI no
74 Tahun 2008 Pasal 3 Tentang Kompetensi Guru dalam Persepektif
9
Pendidikan Islam”. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang
kompetensi guru dalam peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008
pasal 3 yang mempunyai kesamaan dengan kompetensi guru dalam
pendidikan Islam, yaitu sama-sama mempunyai kemampuan disiplin
ilmu dalam bidang kemampuan pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keduanya juga sama
dalam kepribadian, budi pekerti yang luhur. Dalam hal ini
perbedaannya terletak pada masalah tuntunan atau pegangan. Kalau
kompetensi guru dalam pendidikan Islam merujuk pada Al-Qur’an
dan As-Sunnah untuk membentuk akhlak guru, sementara kompetensi
guru dalam peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008 berdasarkan
nilai-nilai moral universal.
Dari beberapa kajian pustaka yang disebutkan di atas, menurut penulis
belum ada penelitian yang membahas tentang Upaya Kompetensi Pedagogik
Guru PAI dalam Pembelajaran Ahlak Siswa. oleh karena itu penulis
berkeinginan untuk menulis tesis dengan judul “Upaya Kompetensi
Pedagogik Guru PAI dalam Pembelajaran Ahklak Siswa di SMK
Muhammadiyah Kedawung. Dalam tesis ini, penulis hanya terfokus pada
upaya kompetensi pedagogik guru PAI dalam pembelajaran akhlak siswa.
F. Kerangka Pemikiran
Untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional maka dibutuhkan 8
standar Nasional Pendidikan yaitu Standar Isi, Standar Proses, Standar
10
Kompetensi Lulusan, Standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar
penilaian pendidikan. ( PP RI No 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan )
Dalam standar pendidik , pendidik harus memiliki 4 kompetensi yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan
kompetensi sosial. (PP Standar Nasional Pendidikan )
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan/perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, menilai
dan mengevaluasi hasil belajar dan pengembangan potensi peserta didik
(Kunandar, 2007: 76).
Kompetensi Guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
Implementasi kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Islam
dalam proses pembelajaran Akhlak merupakan perwujudan dari
profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam sebagai agen pembelajaran
yang dapat meningkatkankan martabat dan harkat guru.
Secara normatif, Islam telah memberikan landasan kuat bagi
pelaksanaan pendidikan. Pertama, Islam menekankan bahwa pendidikan
merupakan kewajiban agama dimana proses pembelajaran dan transmisi
ilmu sangat bermakna bagi kehidupan manusia. Kedua, seluruh rangkaian
pelaksanaan pendidikan adalah ibadah kepada Allah SWT. Sebagai sebuah
11
ibadah, maka pendidikan merupakan kewajiban individual sekaligus
kolektif, Ketiga, Islam memberikan derajat tinggi bagi kaum terdidik,
sarjana maupun ilmuwan, Keempat, Islam memberikan landasan bahwa
pendidikan merupakan aktivitas sepanjang hayat (long life education).
Sebagaimana Hadits Nabi tentang menuntut ilmu dari sejak buaian ibu
sampai liang kubur). Kelima, kontruksi pendidikan menurut Islam bersifat
dialogis, inovatif dan terbuka dalam menerima ilmu pengetahuan baik dari
timur maupun barat. Itulah sebabnya Nabi Muhammad Saw tidak alergi
untuk memerintahkan umatnya menuntut ilmu walau ke negeri Cina.
(Nanang Fatah, 1996: 78)
Pelaksanaan pendidikan dikenal oleh para pakar pendidikan tidak hanya
pendidikan formal berupa sekolah atau madrasah tetapi ada istilah
pendidikan seumur hidup yaitu sebuah sistem konsep-konsep pendidikan
yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.
Pendidikan seumur hidup mencakup pola-pola pendidikan formal maupun
pola-pola pendidikan non fomal, baik kegiatan-kegiatan belajar terencana
maupun kegiatan-kegiatan belajar insidental.
Proses pendidikan Islam dalam rangka menanamkan Akhlak islami
kepada siswa membutuhkan kinerja guru yang baik, sebab kinerja guru
merupakan komponen utama atau faktor pengaruh yang menyebabkan
berhasil atau tidaknya pembelajaran. Istilah kinerja sendiri mempunyai
pengertian sebagai suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh
12
seseorang dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Kinerja adalah tingkat
keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar
yang telah ditetapkan. (Sulistyorini, 2001: 62). Sedangkan ahli lain
berpendapat bahwa kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau
kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu kejelasan
tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; kejelasan hasil yang
diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; kejelasan waktu yang
diperlukan untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan
dapat berjalan dengan baik. (Tempe, A. Dale, 1992: 42)
Salah satu tugas guru adalah melaksanakan pengajaran. Tugas atau
beban tersebut baru dapat dicapai dengan baik apabila seorang guru
mengetahui secara jelas maksud dan tujuan pengajaran yang akan
dilaksanakan dan dengan pengelolaan pengajaran tersebut sebaik mungkin.
Pengelolaan yang menjadi tugas mereka tersebut mencakup: 1). Menyusun
program pengajaran 2). Menyajikan dan melaksanakan program
pengajaran, 3). Melaksanakan evaluasi belajar, 4). Melaksanakan analisis
hasil evaluasi belajar, dan 5). Menyusun program perbaikan. Langkah-
langkah itu sejalan dengan yang termuat dalam alat penilaian kemampuan
guru, yaitu menyederhanakan dan mengelompokkan langkah tersebut dalam
tiga kelompok 1). Rencana Pengajaran, 2). Prosedur Pengajaran dan 3).
Hubungan antar pribadi. (Djam’an Satori, 2007: 242)
13
Gambaran di atas menjelaskan bahwa kinerja guru dapat tercermin dari
kemampuannya dalam melakukan: a). Perencanaan pengajaran; b).
Keterampilan mengajar; dan c). kemampuannya dalam pengembangan
hubungan antar pribadi. (Djam’an Satori, 2007: 243)
Kinerja guru merupakan suatu hal yang esensial terhadap keberhasilan
pendidikan oleh karena itu kinerja guru yang baik perlu diciptakan sehingga
tujuan pendidikan dapat tercapai dengan optimal. Untuk lebih memperjelas
tentang makna kinerja guru, nampaknya diperlukan pemahaman tentang
makna guru serta peran dan tugasnya dalam proses pendidikan disekolah.
Berdasarkan Undang-undang No. 14/2005 guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengarahkanr
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah tindakan atau perwujudan untuk melakukan sesuatu dengan dilandasi
oleh kreativitas kerja yang optimal. Kemampuan sebagai ungkapan dan
perwujudan diri individu termasuk kebutuhan pokok manusia yang bila
terwujud memberikan rasa kepuasan dan rasa keberhasilan yang mendalam,
yang pada akhirnya kemampuan dapat menentukan dan meningkatkan
makna hidup manusia dengan segala kompleksitas dan problemnya juga
keindahannya.
Tugas seorang guru selain mengajar (transfer of knowledge) yang
paling utama adalah menanamkan nilai-nilai kepada anak didik (tansfer of
14
value), baik nilai budaya maupun nilai-nilai agama. Seorang guru PAI
sesuai kapasitasnya berkewajiban menanamkan nilai akhlak Islami kepada
anak didiknya. Nilai akhlak Islami yang dimaksudkan dalam penelitian ini,
adalah Aqidah Akhlak yang bernafaskan ajaran Islam yang terkandung
dalam bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah umum.
Aqidah Akhlak tersebut diupayakan, dalam rangka memperbaiki prilaku
siswa agar sesuai dengan ajaran Agama Islam. Seperti kejujuran, sopan
santun, keikhlasan, pakaian menutup aurat, tolong menolong dan disiplin.
G. Langkah – langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
Pendekatan dan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Bog dan
Taylor, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati (Meleong, 2002, 3)
Peneliti menggunakan pendekatan dan jenis penelitian kualitatif
dikarenakan peneliti ingin secara langsung ikut mengamati proses Guru
PAI dalam menangani akhlak siswa di Sekolah Menengah Kejuruan
Muhammadiyah Kedawung.
Adapun prosedur pengumpulan data penilitian sebagai berikut :
a. Metode Interview atau Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara atau yang
15
mengajukan pertanyaan dan terwawancara atau yang menjawab pertanyaan. Maksud mengadakan wawancara antara lain untuk mengontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,kepedulian dan lain-lain kebulatan, merekontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu, memproyeksikan kebulatan kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain serta memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti (Meleong, 2009, 187)Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi
yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti oleh peneliti.
Wawancara ini ditanyakan kepada pihak-pihak yang dianggap tahu tentang
informasi yang berkaitan dengan Implementasi kompetensi pedagogik
guru Pendidikan Agama Islam dalam proses pembelajaran Akhlak.
b. Metode Observasi
Metode observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara
sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki baik secara
langsung maupun tidak langsung (Hadi, 1989, 136)
Dalam observasi ini peneliti melakukan pengamatan langsung
kepada Guru PAI dan mencari data-data yang sekiranya
mendukung dalam penelitian.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya
barang-barang tertulis. Di dalam melakukan dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya
(Suharsimi, 1998, 51). Dalam metode dokumentasi peneliti
16
berusaha mencari dokumen-dokumen penting atau arsip-arsip yang
sekiranya mendukung tentunya yang berkaitan dengan penelitian.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono, 2011, 225). Data primer ini yang
nantinya menjadi data utama peneliti untuk mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan tema penelitian. Data primer ini berisi hasil wawancara
terhadap para informan kunci yang nantinya akan memberikan keterangan
yang berkaitan dengan penelitian
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen (Sugiyono, 2011, 225). Data sekunder merupakan sumber
data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan.
Data sekunder yang didapat peneliti dari hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Buku evaluasi pembelajaran siswa
2. Arsip foto
17
Semua data sekunder tersebut adalah yang bersangkutan dengan
Implementasi kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Islam dalam
proses pembelajaran Akhlak. Data ini dimaksudkan agar data yang didapat
benar-benar valid,tidak hanya sekedar dibuat-buat oleh sipeneliti.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data diperoleh melalui
kepustakaan (library research), untuk mendapatkan teori-teori yang
mendukung tema dalam penulisan ini yang diperoleh dari berbagai
literatur.
4. Analisa Data
Dalam analisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis
dalam penelitian. Data harus diseleksi atas dasar reliabilitas dan
validitasnya (Subrata, 1995, 85). Dalam penelitian ini analisis dilakukan
sebelum dan sesudah penelitian.
Adapun yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu analisis
kualitatif, yaitu dengan langkah-langkah:
a. Pengumpulan Data
Usaha yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data
melalui observasi wawancara dan dokumentasi. Kualitas data
ditentukan oleh alat pengambilan data atau alat ukur. Jikalau alat
pengambilan datanya cukup variable dan valid, maka datanya
cukup variable dan valid juga (Ruandi dalam skripsi Indah
Kurniati, 2009, 15). Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa
18
penelitian ini penting untuk dikaji dan diteliti serta diketahui
keasliannya.
b. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, mengolomkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga
memperoleh kesimpulan dan diverifikasi (Ekosusilo dalam skripsi
Amin, 2007: 70). Reduksi data ini berguna untuk meninjau
kembali data-data yang kurang atau data-data yang sekiranya tidak
perlu dapat dipertimbangkan kembali apakah data tersebut perlu
tidak dicantumkan dalam penulisan penelitian.
c. Penyajian Data
Penyajian data ini diatasi sebagai sekumpulan informasi
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
penarikan tindakan. Penyajian data diharapkan agar pembaca lebih
cepat memahami isi dalam penelitian ini.
d. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh
keabsahan temuannya. Teknik yang dipakai untuk menguji
keabsahan temuan tersebut yaitu teknik trianggulasi. Trianggulasi
dilakukan dengan tujuan untuk mengecek kembali data-data yang
sudah terkumpul, agar tidak terjadi salah memasukkan data yang
19
terkumpul. Trianggulasi yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini terdiri dari dua macam yaitu:
a( Trianggulasi sumber data
Trianggulasi sumber data dilakukan dengan cara
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh dari informan yang satu dengan
informan yang lain.
b( Trianggulasi metode
Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengecek
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong,
2011, 330-331). Trianggulasi metode dilakukan untuk
memperkuat trianggulasi data. Di dalam keabsahan data ini
untuk mengetahui hasil temuan ini benar-benar hasil temuan
sendiri dan bukan temuan orang lain ataupun tindakan plagiat
dari penelitian sebelumnya.
Alasan peneliti menggunakan trianggulasi sumber data adalah
berkaitan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
wawancara, dokumentasi, dan observasi. Nantinya data hasil pengumpulan
tersebut akan dibandingkan, sehingga akan diperoleh data yang benar-
benar diakui keabsahannya (validitasnya), sehingga menurut peneliti jelas
inilah yang dianggap paling tepat digunakan.
20
Kemudian analisis selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Analisis yang dilakukan selama pengumpulan data dan sesudah
pengumpulan data digunakan untuk menarik kesimpulan, sehingga dapat
menemukan pola peristiwa yang terjadi. Penarikan kesimpulan ini
diharapkan agar dapat memberikan gambaran umum secara singkat
seluruh isi dalam penulisan penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan penelitian tesis ini, penulis tuangkan dalam
lima bab, yaitu :
Bab Pertama, membahas Pendahuluan, berisikan latar belakang
masalah, fokus penelitian, Tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka
pemikiran dan sistematika penulisan.
Bab Kedua, membahas Kajian Teori Kompetensi Pedagogik Guru
Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran akhlak yang terdiri dari
Hakekat Kompetensi Guru, Hakekat Pendidikan Agama Islam dan dan
hakekat akhlak.
Bab Ketiga membahas Metodologi Penelitian, berisikan lokasi
penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, penentuan
informan/sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan
teknis analisis data.
Bab Keempat, membahas Kompetensi pedagogik guru Pendidikan
Agama Islam dalam pembelajaran akhlak di SMK Muhammadiyah
21
Kedawung yang terdiri dari pemahaman guru PAI terhadap peserta didik,
perencanaan guru PAI dalam pembelajaran akhlak, pelaksanaan guru PAI
dalam pembelajaran akhlak peserta didik dan upaya kompetensi pedagogik
guru Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran Akhlak di SMK
Muhammadiyah Kedawung.
Bab Kelima, merupakan Penutup, yang berisikan kesimpulan dan
rekomendasi.
22
BAB II
KAJIAN TEORI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK
A. Kompetensi Pedagogik Guru
1) Pengertian Kompetensi Guru
Banyak para ahli yang mendefiniskan istilah kompetensi Guru,
Broke and Stone (1995) mengemukaan bahwa: Kompetensi guru
merupakan gambaran kualitatif tentang hakekat perilaku guru yang
penuh arti. Sementara Charles (1994) mengemukakan bahwa:
”Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan
yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan. Sedangkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen dijelaskan bahwa: “Kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan , ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati
dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.”
Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa seorang guru
dalam melaksanakan tugasnya harus didasari pada pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku yang bisa dipertanggungjawabkan.
2) Ruang Lingkup Kompetensi Guru
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat 1 disebutkan bahwa
23
23
”Kompetensi guru terdiri dari Kompetensi Pedagogik, Kompetensi
Keperibadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi professional.”
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya ( Penjelasan UU guru dan Dosen ).
b. Kompetensi Keperibadian
Kompetensi Keperibadian adalah kemampuan keperibadian
guru yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik , dan berakhlak mulia ( Penjelasan UU
guru dan Dosen ).
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efesien
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar ( Penjelasan
UU guru dan Dosen ).
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
24
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan ( Penjelasn UU
guru dan Dosen ).
3) Standar Kompetensi Pedagogik Guru PAI
Dalam rangka mewujudkan System Pendidikan Nasional
Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yaitu Nomor 16 Tahun
2007 Tanggal 4 Mei 2007.
4) Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik Guru PAI
Berdasarkan permendiknas no 16 tahun 2007 tentang standar
kompetensi guru dan dipertegas oleh Kunandar ( 2007: 76 ) maka
ruang lingkup kompetensi pedagogik guru terdiri dari :
a. Pemahaman terhadap peserta didik,
b. Perancangan/perencanaan pembelajaran,
c. Pelaksanaan pembelajaran,
d. Menilai dan mengevaluasi hasil belajar
e. Pengembangan potensi peserta didik.
Uraian dari ruang lingkup kompetensi pedagogik guru adalah
sebagai berikut :
a. Pemahaman guru terhadap Peserta didik.
Pemahaman terhadap peserta didik merupakan kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki oleh setiap guru.
25
Menurut Mulyasa ( 2007: 79 ) ada empat hal yang harus dipahami guru
dari peserta didik , yaitu :
1. tingkat kecerdasan,
2. kreatifitas,
3. cacat fisik
4. perkembangan kognitif.
Sedangkan menurut Kunandar ( 2007: 76 ) indikator pemahaman
terhadap peserta didik ada tiga, Yaitu :
1). memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif,
2). memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
kepribadian,
3). mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
Menurut permendikas no 16 tahun 2007 tentang standar
kompetensi guru sebagaimana yang telah disebutkan dalam tabel di
atas, indikator pemahaman terhadap siswa meliputi : pemahaman
terhadap aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan
latar belakang sosial-budaya.
Dari beberapa pernyataan di atas , dapat dikatakan bahwa indikator
pemahaman guru terhadap peserta didik dalam pembelajaran meliputi :
1). Pemahaman terhadap siswa dari aspek fisik.
2). Pemahaman terhadap siswa dari aspek intelektual.
3). Pemahaman terhadap siswa dari aspek moral dan akhlak.
26
4). Pemahaman terhadap siswa dari aspek spritual.
5). Pemahaman terhadap siswa dari aspek sosial.
6). Pemahaman terhadap siswa dari aspek kultural.
b. Perencanaan guru PAI dalam pembelajaran akhlak
Seorang guru baik guru Pendidikan Agama Islam maupun guru
umum harus mempunyai kemampuan untuk merancang atau
merencanakan pembelajaran dengan baik supaya tujuan
pembelajarannya tercapai secara efektif dan efesien.
Berkenaan dengan perencanaan, Terry ( 1993: 17 ) menyatakan
bahwa:
“perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang
digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan mengambil keputusan.
Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi
dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola tindakan untuk
masa mendatang.”
Banghart dan Trull ( 1973 ) mengemukaan bahwa “perencanaan
adalah awal dari semua proses yang rasional dan mengandung sifat
optimisme yang didasarkan atas kepercayaan bahwa akan dapat
mengatasi berbagai macam permasalahan.”
27
Nana Sudjana ( 2002: 61 ) mengatakan bahwa “Perencanaan adalah
proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan
yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang”.
Hadari Nawawi (1983: 16) mengatakan bahwa “ Perencanaan
berarti menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau
pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan
tertentu.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa Perencanaan adalah
sebuah proses menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan,
penentuan metode dan prosedur yang baik untuk mencapai suatu tujuan
secara efektif dan efesien serta antisipasi untuk menyelesaikan masalah.
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng ( 1989 ) adalah
upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit
dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang
diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini
didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada
dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.
Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan
(desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya
siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru tetapi mungkin berinteraaksi
dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai
pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu pembelajaran
28
memusatkan pada bagaimana membelajarkan siswa dan bukan pada apa
yang dipelajari siswa. Adapun perhatian terhadap apa yang dipelajari
siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum yakni mengenai apa isi
dari pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat tercapainya
tujuan tersebut. Dalam kaitan ini hal-hal yang dapat diperhatikan dalam
mencapai pembelajaran adalah bagai mana cara mengorganisasikan
pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran dan
bagaimana menata interaksi antara sumber- sumber belajar yang ada
agar dapat berfungsi secara optimal.
Pembelajaran oleh Degeng ( 1989 ) Adalah sebagai suatu disiplin
ilmu menaruh perhatian pada perbaikan kwalitas pembelajaran dengan
menggunakan teori pembelajaran deskriptif sedangkan rancangan
pembelajaran mendekati tujuan yang sama dengan berpijak pada teori
pembelajaran preskriptif .
Menurut Mulyasa ( 2007: 100 ) “Perancangan pembelajaran
sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu :
a. Identifikasi kebutuhan,
b. Perumusan kompetensi dasar
c. Penyusunan program pembelajaran,
Sedangkan menurut Kunandar ( 2007:76 ) indikator dalam
merancang pembelajaran ada empat, yaitu :
a. Memahami landasan pendidikan,
b. Menerapkan teori belajar dan pembelajaran ,
29
c. Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik
peserta didik, kompetensi yang akan dicapai dan materi ajar,
d. Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang
dipilih.
Menurut Depdiknas yang dikutip oleh Abdul Majid ( 2008: 7 )
indikator dalam perencanaan pembelajaran ada tujuh yaitu :
d. Mampu mendiskripsikan tujuan / kompetensi pembelajaran
e. Mampu memilih / menentukan materi
f. Mampu mengorganisir materi
g. Mampu menentukan metode / strategi pembelajaran
h. Mampu menentukan sumber belajar / media / alat
pembelajaran
i. Mampu menyusun perangkat penilaian
j. Mampu mengalokasikan waktu
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa
indikator perencanaan pembelajaran meliputi :
1) Memahami landasan pendidikan
2) Memahami teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
3) Mampu mendiskripsikan tujuan / kompetensi pembelajaran
4) Mampu memilih / menentukan materi
5) Mampu mengorganisir materi
6) Mampu menentukan metode / strategi pembelajaran
7) Mampu menentukan sumber belajar / media / alat pembelajaran
30
8) Mampu menyusun perangkat penilaian
9) Mampu mengalokasikan waktu
Dari ke sembilan indikator perencanaan pembelajaran diatas, untuk
indikator 1 dan 2 bukti fisiknya berupa kemampuan guru dalam
memahami landasan pendidikan, teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran. Sedangkan untuk indikator 3 sampai 9 bukti fisiknya
diwujudkan dalam bentuk program Tahunan, semester, silabus dan
RPP. Dengan demikian Fokus Pembahasan dalam indikator
perencanaan pembelajaran meliputi :
1. Pemahaman guru terhadap landasan pendidikan
2. Pemahaman guru terhadap teori belajar
3. Pemahaman guru terhadap prinsip-prinsip pembelajaran
4. Program Tahunan
5. Program Semester
6. Silabus
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
Uraian dari indikator perencanaan pembelajaran Guru PAI dalam
pembelajaran Akhlak adalah sebagai berikut :
1. Pemahaman guru terhadap landasan pendidikan
Pemahaman terhadap landasan pendidikan harus dipahami oleh
guru terutama guru PAI.
Dasar atau fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari
bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap
31
berdirinya bangunan itu. Pada suatu pohon dasar itu adalah akarnya.
Fungsinya sama dengan fundamen tadi, mengeratkan berdirinya pohon
itu. Demikian fungsi dari bangunan itu. Fungsinya ialah menjamin
sehingga "bangunan" pendidikan itu teguh berdirinya. Agar usaha-usah
yang terlingkup di dalam kegiatan pendidikan mempunyai sumber
keteguhan, suatu sumber keyakinan: Agar jalan menuju tujuan dapat
tegas dan terlihat, tidak mudah disampingkan oleh pengaruh-pengaruh
luar. Singkat dan tegas landasan pendidikan Islam ialah Firman Tuhan
dan sunah RasulullahSAW. Kalau pendidikan diibaratkan bangunan
maka isi al-Qur'an dan haditslah yang menjadi fundamen.
Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi,
yaitu:
a. Dasar Religius
Menurut Zuhairini ( 1991: 23 ), yang dimaksud dengan dasar
religius adalah ”dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam
yang tertera dalam al-Qur'an maupun alhadits. Menurut ajaran Islam,
bahwa melaksanakan pendidikan agama Islam adalah merupakan
perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya”.
b. Dasar Yuridis Formal
Menurut Zuhairini dkk ( 1991: 23 ), yang dimaksud dengan
Yuridis Formal pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari
perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat
dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, di
32
sekolah-sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di
Indonesia. Adapun dasar yuridis formal ini terbagi tiga bagian, sebagai
berikut:
1). Dasar Ideal
Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dari falsafah
Negara Pancasila, dimana sila yang pertama adalah ketuhanan Yang
Maha Esa. Ini mengandung pengertian, bahwa seluruh bangsa Indonesia
harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus
beragama.
2). Dasar Konsitusional/Struktural
Yang dimaksud dengan dasar konsitusional adalah dasar UUD
Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai berikut: Negara
berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa, Negara menjamin tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Bunyi dari UUD di atas
mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama,
dalam pengertian manusia yang hidup di bumi Indonesia adalah orang-
orang yang mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya
umat Islam dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam, maka
diperlukan adanya pendidikan agama Islam.
3). Dasar Operasional
Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara
langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah-
33
sekolah di Indonesia. Atas dasar itulah, maka pendidikan agama Islam
di Indonesia memiliki status dan landasan yang kuat dilindungi dan
didukung oleh hukum serta peraturan perundang-undangan yang ada.
c. Dasar Psikologis
Yang dimaksud dasar psikologis menurut Abdul Majid dan Dian
Andayani ( 2004: 133 ) yaitu ”dasar yang berhubungan dengan aspek
kejiwaan kehidupan bermasyarakat”. Hal ini didasarkan bahwa dalam
hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak
tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.
Semua manusia yang hidup di dunia ini selalu membutuhkan pegangan
hidup yang disebut agama, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada
sutu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat
untuk berlindung, memohon dan tempat mereka memohon pertolongan.
Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya apabila mereka dapat
mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Kuasa.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan
tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Berbicara
pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah
mengacu kepada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan
melupakan etika sosial dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini
juga alam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik
yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak.
34
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan,
tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan
dibawa. Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak
untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik bilogis maupun pedagogis.
2. Pemahaman guru terhadap teori-teori belajar.
Pemahaman guru terhadap teori – teori belajar wajib diketahui ,
meskipun tidak mutlak untuk semuanya dikerjakan dan sangat bijaksana
jika untuk disintesa dan dijadikan asumsi-asumsi dalam memilih dan
memilah metode pembelajaran.
Sehubungan banyak teori belajar yang dikemukakan oleh para
pakar, maka penulis hanya mendiskripsikan 6 teori belajar yaitu :
a. Teori Koneksionisme,
Teori Koneksionisme yang dikembangkan oleh Edward Lee
Thorndike yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh pakar
lainnya menjelaskan bahwa terdapat kesamaan antara proses
belajar dalam diri hewan dan manusia. Kesamaan tersebut yaitu
adanya hubugan atau koneksi atau asosiasi antara kesan yang
ditangkap oleh Pancaindera atau Stimulus (S) dengan perbuatan
atau Respone ( R ) . ( Suwarno ; 2006:59 ). Mengingat penekanan
dari teori ini adalah hubungan antara simulus dan response, maka
teori koeksionisme ini sering juga disebut dengan istilah teori
Stimulus – Response atau teori S- R saja.
35
Berpegang kepada teori tersebut, Throndike mengajukan tiga
hukum dasar tentang perilaku belajar yaitu hukum kesiapan ( The
Law of Readiness ), hukum Latihan ( The Law of Exercise ), dan
hukum akibat ( The Law of Effect ) .
Hukum Kesiapan ( The Law of Readinnes ) yaitu hukum
yang menjelaskan tentang adanya hubungan antara kesiapan
( readiness ) seseora ng dalam merespon, menerima atau menolak
terhadap stimulan yang diberikan. Aplikasi hukum ini dalam
konteks belajar dan pembelajaran menurut Sudjana adalah bahwa
“..... pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efesien
apabila peserta didik telah memiliki kesiapan belajar.”
( Abdorakhman Gintings,2008:19 )
Hukum Latihan ( The Law of Exercise ) yaitu hukum yang
menjelaskan bahwa hubungan antara perlakuan ( S ) dan tindakan
( R ) akan menjadi kuat jika hubungan tersebut dilakukan berulang-
ulang, sebaliknya hubugan tersebut akan melemah jika jarang
dilakukan. Dalam konteks belajar dan pembelajaran , hukum ini
menekankan pentingnya latihan (exrcise) atau pengulangan (drill)
dalam menggunakan materi yang sedang dipelajari untuk
menguatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tersebut.
Sebaliknya , kurangnya latihan atau pengulangan dalam penggunan
materi yang dipelajari akan menurunkan penguasaan siswa
terhadap matei tersebut.
36
Hukum akibat ( The Law of Effect ) adalah hukum yang
menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan Respon yang
diharapkan akan bertambah kuat dan akan selalu muncul jika
memberikan akibat yang menyenangkan kepada diri seseorang.
Sebaliknya hubungan tersebut akan melemah dan jarang muncul
jika memberikan akibat yang tidak menyenangkan kepada diri
orang tersebut. Hukum ini dapat dijadikan alasan penerapan prinsip
hadiah atau reward dan anksi atau hukuman atau punishment.
b. Teori Classical Conditioning,
Teori ini awalnya diajukan oleh Ivan Petrovivich Pavlov
( Abdorrakhman Gintings, 2008: 22 ). Berdasarkan teori ini Pavlop
menyimpulkan bahwa proses belajar dalam teori seseorang yang
merupakan respon akan berlangung sebagai akibat dari terjadinya
pengasosian ganjaran (reward) sebagai kondisi dan rangsangan
sebagai stimulus yang mendahului ganjaran tersebut.
Teori Clasiccal Conditioning ini dalam belajar dan
pembelajaran mengajarkan kepada guru tentang dua hal . Pertama,
proses belajar dalam diri siswa tidak terjadi dengan sendirinya,
tetapi memerlukan pengkondisian dalam melalui pemberian
rangsangan dan penghargaan serta menyadarkan siswa antara
keduanya. Kedua , Proses belajar dalam diri siswa dapat
diinisaiatau dimunculkan melalui pemberian rangsangan dan
pembiasaan.
37
c. Teori Operant Conditioning,
Teori ini dikembangkan oleh Skinner yang juga didasarkan
pada teori S-R dari Thorndike (Abdorakhman Gintings, 2008: 24)
Skinner dalam teorinya menyimpulkan bahwa terdapat dua macam
response yaitu respondent response atau refexive response dan
Operant response atau instrumental response (Sanjaya, 2006: 116).
Refexive Response adalah sebagaimana yang dikemukan
oleh teori S-R yaitu Respons tertentu yang ditimbulkan oleh
stimulus tertentu. Artinya , hubungan antara stimulus dan response
bersifat sangat terbatas dan hampir sudah terpola. Oleh sebab itu,
respondent response sangat kecil kemungkinannya untuk
dimodifikasi. Sedangkan Operant Response atau Instrumental
response adalah Respons yang ditimbulkannya diiukti oleh
munculnya perangsang-perangsang lain atau reinforcer. Reinforcer
ini kemudian akan memperkuat response reflexive yang dilakukan
oleh organisme. Dengan lain perkataan reinforcer menyebabkan
terjadinya multiplier effect atau effect rentetan dalam diri
seseorang. Karena sifatnya yang demikian itu, maka mungkin saja
perilaku dapat dimodifikasi dengan menggunakan operant atau
instrumental response.
Jika teori ini akan diaplikasikan dalam pembelajaran,
Skinner menyarankan agar perilaku yang akan dicapai diuraikan
dan diurutkan atas sejumlah komponen perilaku yang spesifik.
38
Ketika sebuah komponen perilaku tercapai, berikan berikutnya
sebagai reinforcement agar tercapai pula komponen perilaku
berikutnya begitu seterusnya dicapai komponen perilaku akhir
yang akan dicapai.
Contoh yang sederhana dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam adalah ketika siswa mempelajari Toharoh
maka maka ia terangsang untuk belajar untuk menghilangkan
najis, kemudian dia terangsang untuk belajar menghilangkan najdi
kecil dan terangsang juga untuk belajar cara menghilangkan hadas
besar.
d. Teori Gestalt
Teori ini Gestal atau teori bentuk ini dikembangkan oleh
Max Wertheimer seorang psikolog Jerman. Inti dari teori Gestalt
ini sebagaiman yang dirangkum oleh Suwarno ( 2006: 65-68 )
adalah sebagai berikut :
1) Teori ini memandang belajar sebagai proses
mengembangkan insight atau memahami proses unsur
dalam suatu masalah . Insight yang diperoleh dari
pemecahan masalah tertentu suatu saat kelak dapat
digunakan untuk memecahkan masalah dalam situasi
lain.
2) Masalah yang dihadapi oleh seseorang akan
menimbulkan ketidakseimbangan kognisi dan orang itu
39
akan berusaha memecahkan masalah tersebut guna
mencapai kembali keseimbangan kognisi. Dalam
konteks ini masalah berfungsi sebagai stimulus untuk
menemukan pemecahan masalah. Jadi belajar bukan
sekedar menghafal fakta , tetapi memanfaatkan insight
untuk memecahkan masalah.
3) Belajar didasakan pada pengalaman atau
pengorganisasian kembali pengalaman-pengalaman
masa lalu yang secara terus menerus disempurnakan.
Oleh sebab itu pengalaman dapat memberikan arti
dalam kehidupan seseorang. Berpegang pada prinsip
ini, maka satu peran guru dalam pembelajaran adalah
menciptakan tantangan-tantangan agar siswa
memperoleh pengalaman baru dan berhara dari proses
belajarnya.
e. Teori Humanistik
Beberapa pandangan tentang teori humanistik tentang belajar
dan pembelajaran sebagaimana dirangkum berikut ini ( Sudjana,
2000: 60-81 )
1) Siswa akan mempersepsi pengalaman belajarnya sesuai
dengan kebutuhan belajarnya serta menginternalisasi
pengalaman tersebuke dalam dirinya secara aktif. Oleh
sebab itu, salah satu peran guru adalah membnatu
40
tumbuhnya pengalaman-pengalaman baru yang
dirasakan manfaatnya bagi kehidupan siswa dan
lingkungannya.
2) Pendekatan belajar dan pembelajaran dalam teori ini
adalah berpusat kepada siswa. Untuk itu pembelajaran
dilakukan dengan memberikan kebebasan kepada siswa
untuk menentukan sendiri apa yang ingin dipelajari
sesuai dengan ketersediaan sumber-sumber belajar.
Dalam konteks ini guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator.
3) Perilaku adalah perwujudan diri, oleh karena itu belajar
dan pembelajaran berfungsi sebagai sarana dan
prasarana bagi siswa untuk mengembangkan dirinya
sendiri menjadi manusia mandiri.
f. Teori Konstruktivistik .
Teori dikembangkan oleh J.Piaget. Teori ini memandang
bahwa pengetahuan setiap individu memiliki kemampuan ntuk
mengkontruksi sendiri pengetahuannya dengan jalan berinteraksi
secara terus menerusdengan lingkungannya. Pandangan ini
berimplikasi menolak bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu
yang ditransfer. Oleh sebab itu penganut teori ini memandang
upaya mentransfer pengetahuan adalah pekerjaan yang sia-sia.
Implikasi praktis dari teori ini ( Sudjana, 2000: 58-59 ) yaitu bahwa
41
dalam pembelajaran harus disediakan bahan ajar yang secara
konkrit terkait dengan kehidupan yata dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi secara aktif dengan
lingkungannya.
3. Pemahaman guru terhadap prinsip-prinsip belajar.
Selain memahami teori belajar, seorang guru juga harus memahami
prinsip-prinsip pembelajaran. Tanpa memahami prinsip belajar guru
akan mengalami banyak kesulitan dalam menyusun strategi atau
menentukan metode pembelajaran. Berikut disajikan beberapa Prinsip
belajar ( Abdorrkhman Gintings, 2008: 5 )
a. Pembelajaran adalah memotivasi dan memberikan fasilitas
kepada peserta didik agar dapat belajar sendiri.
b. Mengembangkan belajar dengan melakukan ( Learning by
doing )
c. Semakin banyak alat deria dan indera yang diaktifkan dalam
kegiatan belajar, semakain banyak informasi yang terserap.
d. Belajar dalam banyak hal adalah suatu pengalaman. Oleh
karena itu keterlibatan siswa merupakan salah satu faktor
penting dalam keberhasilan belajar.
e. Materi akan lebih mudah dikuasai siswa apabila siswa terlibat
secara emosional dalam kegiatan belajar pembelajaran. Siswa
akan terlibat secara emosional dalam kegiatan pembelajaran
jika pelajaran itu bermakna bagi dirinya.
42
f. Belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam diri (intrinsik)
dan dari luar diri (ekstrinsik ) siswa.
g. Semua manusia, termasuk siswa, ingin dihargai dan dipuji,
penghargaan dan pujian merupakan motivasi intrinsik bagi
siswa.
h. Makna pelajaran bagi diri siswa merupakan motivasi dalam
yang kuat sedangkan faktor kejutan merupakan motivasi luar
yang efektif dalam belajar.
i. Setiap otak adalah unik . Karena itu setiap siswa memiliki
persamaan dan perbedaan cara terbaik untuk memahami
pelajaran.
j. Otak akan lebih mudah merekam input jika dalam keadaan
santai atau rileks daripada keadaan tegang.
4. Program Tahunan
Dalam pembuatan program tahunan, guru PAI harus mampu
memetakan standar kompetensi dan kompetensi–kompetensi dasar
siswa yang telah ditetapkan pemerintah selama satu tahun dengan
disesuaikan alokasi waktu yang ada dengan memperhatikan minggu
efektif.
5. Silabus
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya
berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD), Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan
43
Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber
Belajar. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab
permasalahan-permasalahan sebagai berikut.
a. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang
dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar).
b. Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan
dipelajari peserta didik untuk mencapai Standar Isi.
c. Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh
guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-
sumber belajar.
d. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui
ketercapaian KD dan SK.
e. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi
berdasarkan Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan
aspek yang akan dinilai.
f. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar
Kompetensi tertentu.
g. Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai
Standar Kompetensi tertentu.
Dalam mengembangkan silabus menurut buku panduan
Pengembangan silabus Mata pelajaran PAI harus memperhatikan
prinsip-prinsip pengembangan silabus yaitu: ilmiah, relevan, sistematis,
44
konsisten, memadai, actual dan kontekstual, Fleksibel, Menyeluruh dan
desentralistik.
Uraian dari prinsip-prinsip pengembangan silabus PAI sebagai
berikut :
a). Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertangungjawabkan secara
keilmuan.
b) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian
materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
c) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
d) Konsisten
Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
e) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk
menunjang pencapain kompetensi dasar.
45
f) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan
ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan
peristiwa yang terjadi.
g) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi
peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi
di sekolah dan tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar
ditentukan berdasarkan dan atau memerhatikan kultur daerah
masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan peserta didik
tidak tercerabut dari lingkungannya.
h) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, psikomotor).
i) Desentralistik
Pengembangan silabus ini bersifat desentralistik. Maksudnya
bahwa kewenangan pengembangan silabus bergantung pada
daerah masing-masing, atau bahkan sekolah masing-masing.
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.
1. Identitas Silabus
Identitas terdiri dari nama sekolah, kelas, mata pelajaran, dan
semester. Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus.
46
2. Standar Kompentensi
Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu.
Standar Kompetensi diambil dari Standar Isi (Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar) Mata Pelajaran.
Sebelum menuliskan Standar Kompetensi, penyusun terlebih
dahulu mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memerhatikan
hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau
SK dan KD;
b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar
dalam mata pelajaran;
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar
mata pelajaran. Standar Kompetensi dituliskan di atas
matrik silabus di bawah tulisan semester.
3. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan
minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai
SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar dipilih dari yang
tercantum dalam Standar Isi.
Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar,
penyusun terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan
47
kompetensi dasar mata pelajaran dengan memerhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau
tingkat kesulitan Kompetensi Dasar;
b. keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
dalam mata pelajaran; dan
c. keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
antarmata pelajaran.
4. Materi Pokok/Pembelajaran
Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus
dipertimbangkan:
a. relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
b. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial,
dan spiritual peserta didik;
c. kebermanfaatan bagi peserta didik;
d. struktur keilmuan;
e. kedalaman dan keluasan materi;
f. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan
lingkungan; dan
g. alokasi waktu.
Selain itu harus diperhatikan:
a. kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji
48
kebenaran dan kesahihannya;
b. tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan
memang benarbenar diperlukan oleh siswa;
c. kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-
dasar pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya;
d. layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik
dari aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan
ajar dan kondisi setempat;
e. menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan
memotivasinya untuk memelajari lebih lanjut.
5. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik
melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat
terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang
bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran
sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan
bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar mereka
49
dapat bekerja dan melaksanakan proses pembelajaran secara
profesional sesuai dengan tuntutan kurikulum.
b. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu
tuntutan kompetensi dasar secara utuh.
c. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang
harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai
kompetensi dasar.
d. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-
centered). Guru harus selalu berpikir kegiatan apa yang bisa
dilakukan agar siswa memiliki kompetensi yang telah
ditetapkan.
e. Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
f. Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi
yang harus dikuasai untuk mencapai Kompetensi Dasar.
g. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting
artinya bagi KD-KD yang memerlukan prasyarat tertentu.
h. Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-
pengulangan pembelajaran materi tertentu).
i. Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan
pengelolaan kegiatan pembelajaran siswa, yaitu kegiatan dan
objek belajar.
50
Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut:
a. memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah,
dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan
guru;
b. mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan
mata pelajaran;
c. disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar, dan
sarana yang tersedia;
d. bervariasi dengan mengkombinasikan kegiatan individu /
perorangan, berpasangan, kelompok, dan klasikal; dan
e. memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual
siswa seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang
keluarga, sosial-ekomomi, dan budaya, serta masalah khusus
yang dihadapi siswa yang bersangkutan.
6. Indikator
Untuk mengembangkan instrumen penilaian, terlebih dahulu
diperhatikan indikator. Oleh karena itu, di dalam penentuan
indikator diperlukan criteria-kriteria berikut ini.
Kriteria indikator adalah sebagai berikut.
a. Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.
b. Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
c. Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari
51
(life skills).
d. Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa
secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor).
e. Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
f. Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.
g. Menggunakan kata kerja operasional.
7. Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat
tiga komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b)
bentuk instrumen, dan (c) contoh instrumen.
8. Alokasi Waktu
Alokasi waktu: termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi
dengan pembelajaran (n x 40 menit).
9. Sumber Belajar
Sumber belajar: buku teks, alat, bahan, nara sumber, atau lainnya.
10. RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran )
Rencana pelaksanan pembelajaran atau biasa disingkat dengan RPP
sebenarnya tidaklah jauh berbeda dengan silabus. Perbedaannya silabus
berupa rencana pembelajaran perkompetensi dasar secara umum
sedangkan RPP rencana pembelajaran berdasarkan satu kegiatan
pelaksanaan tatap muka
52
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis
agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu
kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap
pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Komponen RPP adalah
a. Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas,
semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema
pelajaran, jumlah pertemuan.
b. Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau
semester pada suatu mata pelajaran.
c. Kompetensi dasar
53
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus
dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan
penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
d. Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu
yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian
kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
e. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar
yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi
dasar.
f. Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi.
g. Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk
pencapaian KD dan beban belajar.
h. Metode pembelajaran
54
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan.
Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi
peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
i. Kegiatan pembelajaran
Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
Penutup
55
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk
rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik,
dan tindaklanjut.
j. Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar
disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu
kepada Standar Penilaian.
k. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi.
Dalam Penyusunan RPP harus memperhatikan prinsip - prinsip :
1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin,
kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat,
potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik
untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,
kemandirian, dan semangat belajar.
56
2. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam
berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remedi.
5. Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan
antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pernlielajaran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar
dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan
mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi.
c. Pelaksanaan pembelajaran akhlak
Tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik bukan hanya
ditentukan oleh perencanaan yang baik, tetapi penerapaan pelaksanaan dari
apa yang direncanakan merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan.
57
Menurut Mulyasa ( 2007: 103 ) “ Pelaksanaan pembelajaran mencakup
tiga hal : pre tes , proses dan post tes.” Sedangkan menurut Abdul Majid
( 2008: 7 ) indikator proses pelaksanaan belajar mengajar meliputi : “
mampu membuka pelajaran
mampu menyajikan materi
mampu menggunakan metode / media
mampu menggunakan alat peraga
mampu menggunakan bahasa yang komunikatif
mampu memotivasi siswa
mampu mengorganisasikan kegiatan
mampu berinteraksi dengn siswa secara komunikatif
mampu menyimpulkan pembelajaran
mampu memberikan umpan balik
mampu melaksanakan penilaian
mampu mengggunakan waktu “
Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa indikator proses
pembelajaran meliputi :
1. mampu membuka pelajaran termasuk di dalamnya ada pre test dan
memotivasi siswa dalam belajar
2. mampu menyajikan materi
3. mampu menggunakan metode / media
4. mampu menggunakan alat peraga
58
5. mampu menggunakan bahasa yang komunikatif
6. mampu memotivasi siswa
7. mampu mengorganisasikan kegiatan
8. mampu berinteraksi dengan siswa secara komunikatif
9. mampu menyimpulkan pembelajaran
10. mampu memberikan umpan balik
11. mampu melaksanakan Evaluasi dan penilaian ( Post Test )
12. mampu mengggunakan waktu “
d. Penilaian dan Evaluasi pembelajaran akhlak
Penilaian pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan
informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik. Hasil penilaian
digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar
peserta didik dan efektivitas proses pembelajaran.
Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta
didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat
mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar
Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam
Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi
yang harus dicapai peserta didik adalah SKL.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau
proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan
efektivitas kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil
belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan dan
59
mencakup seluruh aspek pada diri peserta didik, terutama aspek
kognitif, dan afektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran agama
dan akhlak mulia.
Menurut buku Panduan Penilaian untuk Kelompok mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Akhlak Mulia . Setidaknya ada
empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai hasil belajar peserta
didik pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
Pertama, penilaian pendidikan ditujukan untuk menilai hasil
belajar peserta didik secara menyeluruh. Informasi hasil belajar yang
menyeluruh menuntut berbagai bentuk sajian, yakni berupa angka
prestasi, kategorisasi, dan deskripsi naratif sesuai dengan aspek yang
dinilai. Informasi dalam bentuk angka cocok untuk menyajikan prestasi
dalam aspek kognitif. Sajian dalam bentuk kategorisasi disertai dengan
deskriptif-naratif cocok untuk melaporkan aspek afektif.
Kedua, hasil penilaian pendidikan digunakan untuk menentukan
pencapaian kompetensi dan melakukan pembinaan dan pembimbingan
pribadi peserta didik.
Ketiga, penilaian oleh pendidik terutama ditujukan untuk
pembinaan prestasi dan pengembangan pribadi peserta didik. Misalnya,
seorang peserta didik kurang berminat terhadap mata pelajaran agama
dan akhlak mulia, maka hendaknya diberi motivasi agar ia menjadi
lebih berminat.
60
Keempat, untuk memperoleh data yang lebih akurat sebagai
dasar pengambilan keputusan perlu digunakan banyak teknik penilaian
yang dilakukan secara berulang dan berkesinambungan.
Dalam melakukan penilaian , seorang guru harus memegang
teguh Prinsip-prinsip penilaian yaitu :
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur. Oleh karena itu, instrumen yang
digunakan perlu disusun melalui prosedur sebagaimana dijelaskan
dalam panduan agar memiliki bukti kesahihan dan keandalan.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria
yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. Oleh karena itu,
pendidik perlu menggunakan rubrik atau pedoman dalam
memberikan skor terhadap jawaban peserta didik atas butir soal
uraian dan tes praktik atau kinerja sehingga dapat meminimalkan
subjektivitas pendidik.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan dan tidak merugikan
peserta didik karena berkebutuhan khusus, perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, atau
gender. Faktor-faktor tersebut tidak relevan di dalam penilaian, oleh
karena itu perlu dihindari agar tidak berpengaruh terhadap hasil
penilaian.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu
komponen yang tidak terpisahkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal
61
ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk memperbaiki
proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh peserta didik. Jika
hasil penilaian menunjukkan banyak peserta didik yang gagal,
sementara instrumen yang digunakan sudah memenuhi persyaratan
secara kualitatif, berarti proses pembelajaran kurang baik. Dalam hal
demikian, pendidik harus memperbaiki rencana dan/atau
pelaksanaan pembelajarannya.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan. Oleh karena itu, pendidik menginformasikan
prosedur dan kriteria penilaian kepada peserta didik, dan pihak yang
berkepentingan dapat mengakses prosedur dan kriteria penilaian
serta dasar penilaian yang digunakan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan
peserta didik. Oleh karena itu, penilaian bukan semata-mata untuk
menilai prestasi peserta didik melainkan harus mencakup semua
aspek hasil belajar untuk tujuan pembimbingan dan pembinaan.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. Oleh karena itu,
penilaian dirancang dan dilakukan dengan mengikuti prosedur dan
prinsip-prinsip yang ditetapkan. Dalam penilaian kelas, misalnya,
62
guru mata pelajaran agama menyiapkan rencana penilaian
bersamaan dengan menyusun silabus dan RPP.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen
penilaian disusun dengan merujuk pada kompetensi (SKL, SK, dan
KD). Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria
pencapaian yang telah ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian
dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip keilmuan dalam
penilaian dan keputusan yang diambil memiliki dasar yang objektif.
Selain prinsip penilaian, seorang guru harus bisa mengembangkan
teknik penilaiaan. Adapun yang dimaksud dengan teknik penilaian
adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai
proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik.
Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian
ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan
teknik nontes. Teknik tes merupakan cara untuk memeroleh informasi
melalui pertanyaan yang memerlukan jawaban betul atau salah,
sedangkan teknik nontes adalah suatu cara untuk memeroleh informasi
melalui pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban betul atau salah.
63
Teknik penilaian yang dapat digunakan pendidik kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia antara lain sebagai berikut.
1. Tes tertulis
Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban
secara tertulis, baik berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya
berupa pilihan meliputi antara lain pilihan ganda, benar-salah, dan
menjodohkan, sedangkan tes yang jawabannya berupa isian
berbentuk isian singkat atau uraian.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah teknik penilaian yang dilakukan
dengan menggunakan indera secara langsung. Observasi dilakukan
dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah
indikator perilaku yang diamati.
3. Tes praktik
Tes praktik, juga biasa disebut tes kinerja, adalah teknik penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan kemahirannya. Tes
praktik dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi dan tes kinerja. Tes
identifikasi dilakukan untuk mengukur kemahiran mengidentifikasi
sesuatu hal berdasarkan fenomena yang ditangkap melalui alat
indera, misalnya mengindentifikasi adanya kesalahan bacaan Al-
Quran (dalam Pendidikan Agama Islam) yang diperdengarkan
kepadanya. Tes simulasi digunakan untuk mengukur kemahiran
bersimulasi memperagakan suatu tindakan, misalnya praktik
64
simulasi memandikan mayat. Tes kinerja dipakai untuk mengukur
kemahiran mendemonstrasikan pekerjaan yang sesungguhnya,
misalnya berupa kegiatan tes untuk mengukur kemahiran membaca
al-Qur’an.
4. Penugasan
Penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta
didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di
kelas. Penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau
kelompok. Penugasan dapat berupa pekerjaan rumah atau proyek.
Pekerjaan rumah adalah tugas menyelesaikan soal-soal dan latihan
yang dilakukan peserta didik di luar kegiatan kelas. Proyek adalah
suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan,
dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu dan
umumnya menggunakan data lapangan.
5. Tes lisan
Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung antara peserta
didik dengan penguji dan jawaban diberikan secara lisan. Tes jenis
ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman penskoran.
6. Penilaian portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara
menilai portofolio peserta didik. Portofolio adalah kumpulan karya-
karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan
65
untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau
kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
7. Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran
yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan
kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap
dan perilaku peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.
8. Penilaian diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan
dirinya, penguasaan kompetensi yang ditargetkan, dan pengamalan
ajaran agama yang dianutnya.
9. Penilaian antar teman
Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan
kekurangan, penguasaan kompetensi, dan pengamalan ajaran agama
yang dianut temannya.
Setelah teknik penilaian ditentukan, selanjutnya adalah
menentukan bentuk instrumen penilaian. Bentuk instrumen yang dipilih
harus sesuai dengan teknik penilaiannya. Oleh karena itu, bentuk
instrumen yang dikembangkan dapat berupa bentuk instrumen yang
tergolong teknik:
1) Tes tulis, dapat berupa tes esai/uraian, pilihan ganda, isian,
66
menjodohkan dan sebagainya.
2) Tes lisan, yaitu berbentuk daftar pertanyaan.
3) Tes unjuk kerja, dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi, dan
uji petik kerja produk, uji petik kerja prosedur, atau uji petik
kerja prosedur dan produk.
4) Penugasan, seperti tugas proyek atau tugas rumah.
5) Observasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi.
6) Wawancara yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara
7) Porto folio dengan menggunakan dokumen pekerjaan, karya,
dan atau prestasi siswa.
8) Penilaian diri dengan menggunakan lembar penilaian diri
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa indikator dari penilaian dan
Evaluasi dalam pembelajaran adalah :
1. Penilai harus menggunakan prinsip-prinsip penilaian.
2. Penilaian harus menggunakan teknik .
3. Penilaian harus menggunakan instrument yang tepat dari teknik
penilaian yang dipilih..
e. Pengembangan potensi peserta didik
Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki guru, untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan peserta didik
dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain melalui
67
kegiatan ektra kurikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan dan
konseling ( BK ).
1) Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan tambahan di suatu
lembaga pendidikan, yang dilaksanakan di luar kegiatan kurikuler. Kegiatan
ini sangat banyak ragamnya diantaranya pramuka, paskibra, olahrga,
kesenian, pengembangan baca Tulis Al Qur’an, nasyid dan masih banyak
kegiatan yang dikembangkan oleh setiap lembaga pendidikan sesuai dengan
kondisi sekolah dan lingkungan masing-masing. Meskipun kegiatan ini
sifatnya ekstra, namun tidak sedikit yang berhasil mengembangkan bakat
peserta didik , bahkan dalam kegiatan ini peserta didik mengembangkan
berbagai potensi yang dimilikinya, atau bakat - bakatnya yang terpendam.
Kegiatan ekstra kurikuler selain mengembangkan bakat dan
keterampilan, juga dapat membentuk watak dan keperibadian peserta didik ,
karena dalam kegiatan ini biasanya ditanamkan disiplin, kebersihan, cinta
lingkungan , dan lain-lain yang sangat erat kaitannya dengan pembentukan
pribadi peserta didik. Kegiatan ini juga dapat mengurangi kenakalan remaja
dan perkelahian pelajar, karena peserta didik dapat saling mengenal satu
sama lain tidak saja dalam suatu sekolah , tetapi juga lintas sekolah , lintas
daerah, bahkan lintas negara dan lintas benua ( Mulyasa, 2007 : 12). Oleh
karena itu kegiatan ini perlu ditangani secara serius, agar menghasilkan
sesuai dengan visi, misi dan tujuannya.
68
Dalam kegiatan ektra kurikuler ini guru pendidikan agama islam harus
menyediakan kegiatan yang mendorong siswa untuk mempunyai akhlak
yang baik.
2) Pengayaan dan remedial (perbaikan )
Menurut Abdul Majid (2008 :240) Pengayaan adalah “suatu bentuk
pengajaran yang khusus diberikan kepada murid-murid yang sangat cepat
dalam belajarnya”. Biasanya, murid-murid yang sangat cepat dalam belajar
dapat menguasai bahan-bahan pelajaran yang diberikan lebih cepat dari
teman-teman sekelas.
Beberapa bentuk pengajaran pengayaan yang mungkin dapat ditempuh
adalah dengan jalan menugasi murid :
a). Membaca pokok/sub pokok bahasan yang lain yang bersifat
perluasan atau pendalaman dari pokok/sub pokok bahasan yang
sedang dipelajari.
b). Melaksanakan kerja praktek atau percobaan-percobaan.
c). Mengerjakan soal-soal latihan.
Remedial atau perbaikan merupakan bentuk khusus pengajaran
yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang murid yang
mengalami kesulitan belajar. Kekhususan dari pengajaran ini terletak
pada murid yang dilayani , bahan pelajaran, metode, dan media
penyampaiannya.
Kegiatan pokok dalam perbaikan terletak pada usaha
memperbaiki kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang terjadi
69
pada murid berkenaan dengan mata pelajaran yang dipelajarinya. Oleh
sebab itu, guru tidak perlu lagi banyak menggunakan metode ceramah
atau metode diskusi dalam menyajikan bahan pelajaran kepada murid.
Guru juga tidak perlu lagi mengulang mengajarkan semua bahan ajar
yang sudah disampaikan . Pengajaran dipusatkan pada kompetensi
dasar dan bahan-bahan pelajaran yang belum dikuasai dengan baik
oleh siswa, dengan jalan memberikan penjelasan seperlunya,
mengadakan tanya jawab, demonstrasi, latihan, pemberian tugas dan
evaluasi.
Berkenaan dengan itu depdiknas (2004) mengemukakan dua
cara yang dapat ditempuh, yaitu :
a. Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa
yang belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD
tertentu. Cara ini merupakan cara yang mudah dan sederhana untuk
dilakukan karena merupakan implikasi dari peran guru sebagai
“tutor”.
b. Pemberian tugas atau perlakuan secara khusus yang sifatnya
penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran reguler. Adapun
bentuk penyederhanaan itu dapat dilakukan guru antara lain
melalui :
a) Penyederhanaan isi / materi pembelajaran untuk Kompetensi
Dasar tertentu.
70
b) Penyederhanaan cara penyajian ( misalnya : menggunakan
gambar, model, skema, grafik, memberikan rangkuman yang
sederhana dll ).
c) Penyederhanaan soal/pertanyaan yang diberikan.
3) Bimbingan dan Konseling
Sekolah berkewajiban memberikan program bimbingan dan konseling
kepada peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial , belajar dan karier.
Selain guru pembimbing, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
harus bekerja sama dengan guru pembimbing untuk memberikan masukan
tentang akhlak dan moral siswa.
B. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1( Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas pengertian pendidikan Agama Islam, penulis akan
terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan
berasal dari kata didik dengan diberi awalan "pe" dan akhiran "kan" mengandung
arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal
dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan
kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan
education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah
ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan. Ahmad D.
Marimba (1981:19) mengatakan bahwa ”pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.”
71
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005:4) ”pendidikan
yaitu tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya
pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagian yang
setinggi-tingginya.”
Dari semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah
kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh
orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi
terciptanya insan kamil. Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah
pendidikan agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan Islam
menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-
warna Islam.
Untuk memperoleh gambaran mengenai Pendidikan Agama Islam, berikut
ini beberapa definisi mengenai pendidikan Agama Islam. Menurut hasil seminar
pendidikan agama Islam se Indonesia tanggal 7-11 Mei 1960 di Cipayung Bogor
menyatakan: Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan
jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua
ajaran Islam.
Sedangkan menurut Ahmad Marimba ( 1981: 23 ), Pendidikan Agama Islam
adalah ”bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.
72
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat ( 1992:86 ), Pendidikan Agama Islam
adalah:
”pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan
ajaran agama Islam itui sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan
dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama
Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran
Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak
menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang
memiliki nilai nilai Islam.
2( Tujuan Pendidikan Agama Islam
Menurut Abdul Majid (2004 : 135 ) Pendidikan Agama Islam di sekolah
bertujuan :
”untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi ”.
Menurut Zakiah Daradjat ( 1992 : 29 ) Tujuan ialah
73
”Suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi "insan kamil" dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allh SWT”.
Sedangkan Mahmud Yunus (1983: 13) mengatakan bahwa tujuan
pendidikan Agama Islam adalah
”mendidik anak-anak, pemuda-pemudi maupun orang dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kakinya sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia”.
Sedangkan Imam Al-Ghazali dalam Ramayulis ( 2005 : 71 ) mengatakan
bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah ”beribadah dan taqarrub
kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia
akhirat.
Adapun Muhammad Athiyah Al-Abrasy ( 1987 : 1 ) merumuskan bahwa
tujuan pendidikan Islam adalah
” mencapai akhlak yang sempurna. Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa,”
Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa Tujuan Pendidikan Agama
Islam adalah muslim yang sempurna yaitu manusia yang bertakwa kepada Allah
74
SWT atau manusia yang beribadah kepada Allah SWT. Pernyataan ini juga
dkuatkan dengan firman Allah SWT dalam Alqur’an Surat Al-Dzariyat [51]: 56:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
Dalam buku panduan penyusunan pengembangan silabus Mata Pelajaran
PAI disebutkan bahwa Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMK adalah
”terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia ( budi pekerti yang
luhur )”. Tujuan ini yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi
Muhammad Saw. di dunia. Dengan demikian, pembelajaran akhlak (budi pekerti)
adalah jiwa Pendidikan Agama Islam (PAI). Mencapai akhlak yang karimah
(mulia) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Hal ini tidak berarti bahwa
pendidikan Islam tidak memerhatikan pendidikan jasmani, akal, ilmu, ataupun
segi-segi praktis lainnya, tetapi maksudnya adalah bahwa pendidikan Islam
memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti juga segi-segi lainnya.
Peserta didik membutuhkan kekuatan dalam hal jasmani, akal, dan ilmu, tetapi
mereka juga membutuhkan pendidikan budi pekerti, perasaan, kemauan, cita
rasa, dan kepribadian. Sejalan dengan konsep ini maka semua mata pelajaran atau
bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah mengandung muatan
pendidikan akhlak dan setiap guru haruslah memerhatikan akhlak atau tingkah
laku peserta didiknya.
3( Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
75
Pendidikan Agama Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena
di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a. Perbuatan mendidik itu sendiri
Yang dimaksud dengan perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan,
tindakan atau perbuatan dari sikap yang dilakukan oleh pendidikan
sewaktu mengasuh anak didik. Atau dengan istilah yang lain yaitu sikap
atau tindakan menuntun, mebimbing, memberikan pertolongan dari
seseorang pendidik kepada anak didik menuju kepada tujuan pendidikan
Islam.
b. Anak didik
Yaitu pihak yang merupkan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini
disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan untuk
membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang kita cita-
citakan.
c. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala
kegiatan pendidikan Islam ini dilakukan. Yaitu ingin membentuk anak
didik menjadi manusia dewasa yang bertakwa kepada Allah dan
kepribadian muslim.
d. Pendidik
76
Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini
mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik
atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan
Islam.
e. Materi Pendidikan Islam
Yaitu bahan-bahan, pengalaman-pengalaman belajar ilm agama Islam
yang disusun sedemikian rupa untuk disajikan atau disampaikan kepada
anak didik.
f. Metode Pendidikan Islam
Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk
menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik.
Metode di sini mengemukakan bagaimana mngolah, menyusun dan
menyajikan materi tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki
oleh anak didik.
g. Evaluasi Pendidikan
Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian
terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidika Islam umumnya
tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melaui proses atau pentahapan
tertentu. Apabila tahap ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan
dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya dan berakhir enga terbentuknya
kepribadian muslim.
h. Alat-alat Pendidikan Islam
77
Yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan
Islam agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.
i. Lingkungan
Yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta
hasil pendidikan Islam.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran pendidikan agama Islam meliputi lima
unsur pokok, yaitu :
a) Al-Qur’an
b) Aqidah
c) Syari’ah
d) Akhlak
e) Tarikh
Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada emapat unsur
pokok yaitu keimanan, ibadah, Al-Qur’an dan Akhlak. Sedangkan pada Sekolah
menengah Pertama (SMP) dan SMA disamping keempat unsur pokok di atas
maka pokok syari’ah dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara
seimbang pada setiap satuan pendidikan.
4( Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Setiap mata pelajaran memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu yang
dapat membedakannya dengan mata pelajaran lainnya. Begitu juga halnya mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), khususnya di Sekolah Menengah Atas
(SMK). Adapun karakteristik mata pelajaran PAI di SMK adalah sebagai berikut:
a. PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok
78
(dasar) yang terdapat dalam agama Islam, sehingga PAI merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam.
b. Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran
pokok yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan
mata pelajaran lain yang bertujuan untuk pengembangan moral dan
kepribadian peserta didik. Semua mata pelajaran yang memiliki tujuan
tersebut harus seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata
pelajaran PAI.
c. Diberikannya mata pelajaran PAI, khususnya di SMK, bertujuan untuk
terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.,
berbudi pekerti yang luhur (berakhlak yang mulia), dan memiliki
pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-
sendi Islam lainnya, sehingga dapat dijadikan bekal untuk memelajari
berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh
pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata
pelajaran tersebut.
d. PAI adalah mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik
dapat menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi PAI lebih menekankan
bagaimana peserta didik mampu menguasai kajian keislaman tersebut
sekaligus dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah-
tengah masyarakat. Dengan demikian, PAI tidak hanya menekankan pada
aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah pada aspek afektif dan
psikomotornya.
79
e. Secara umum mata pelajaran PAI didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang
ada pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-Quran dan al-Sunnah/al-
Hadits Nabi Muhammad Saw. (dalil naqli). Dengan melalui metode Ijtihad
(dalil aqli) para ulama mengembangkan prinsip-prinsip PAI tersebut dengan
lebih rinci dan mendetail dalam bentuk fiqih dan hasil-hasil ijtihad lainnya.
f. Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam,
yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep
iman; syariah merupakan penjabaran dari konsep islam, syariah memiliki
dua dimensi kajian pokok, yaitu ibadah dan muamalah, dan akhlak
merupakan penjabaran dari konsep ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah
berkembang berbagai kajian keislaman (ilmu-ilmu agama) seperti Ilmu
Kalam (Theologi Islam, Ushuluddin, Ilmu Tauhid) yang merupakan
pengembangan dari aqidah, Ilmu Fiqih yang merupakan pengembangan dari
syariah, dan Ilmu Akhlak (Etika Islam, Moralitas Islam) yang merupakan
pengembangan dari akhlak, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu
dan teknologi serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai
mata pelajaran di SMK.
g. Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI di SMK adalah terbentuknya peserta
didik yang memiliki akhlak yang mulia (budi pekerti yang luhur). Tujuan ini
yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad Saw. di
dunia. Dengan demikian, pendidikan akhlak (budi pekerti) adalah jiwa
Pendidikan Agama Islam (PAI). Mencapai akhlak yang karimah (mulia)
adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Hal ini tidak berarti bahwa
80
pendidikan Islam tidak memerhatikan pendidikan jasmani, akal, ilmu,
ataupun segi-segi praktis lainnya, tetapi maksudnya adalah bahwa
pendidikan Islam memerhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti juga
segi-segi lainnya. Peserta didik membutuhkan kekuatan dalam hal jasmani,
akal, dan ilmu, tetapi mereka juga membutuhkan pendidikan budi pekerti,
perasaan, kemauan, cita rasa, dan kepribadian. Sejalan dengan konsep ini
maka semua mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta
didik haruslah mengandung muatan pendidikan akhlak dan setiap guru
haruslah memerhatikan akhlak atau tingkah laku peserta didiknya.
h. PAI merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh setiap peserta
didik, terutama yang beragama Islam, atau bagi yang beragama lain yang
didasari dengan kesadaran yang tulus dalam mengikutinya.
C. Konsep Akhlak dan pembelajarannya
1( Pengertian dan ruang Lingkup Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Kata ”akhlak” berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata khulkun (
.yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (خلق
Kata tersebut mengandung persesuaian dengan perkatan khalkun ( (خلق
yang berarti kejadian, yang serta erat hubungannya dengan ”khalik” (خالق)
yang berarti Pencipta dan ”Makhluk” ( . yang berarti diciptakan (مخلـوق
Pada bentukan definisi ”akhlak ” di atas muncul sebagai mediator yang
menjembatani komunikasi antara khalik (pencipta) dengan makhluk (yang
81
diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablum minallah.
Dari produk hablum minallah lahirlah pola hubungan dengan antar sesama
manusia yang biasa disebut dengan hablum minannas (pola hubungan sesama
makhluk ).
Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup
pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khalik (Pencipta) dengan
perilaku makhluk (manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang
dengan orang lainndan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki
jika tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak Khalik ( Tuhan ).
Imam Al-Ghazali ( 1989 : 58 ) menyebut akhlak ialah suatu sifat yang
tertanam dalam jiwa . Daripada jiwa itu , timbul perbuatan-perbuatan dengan
mudah tanpa melakukan pertimbangan fikiran.
Prof. Dr. Ahmad Amin ( 1977 : 34 ) mendefinasikan akhlak sebagai ”
kehendak yang dibiasakan” . Maksudnya, sesuatu yang mencirikan akhlak itu
ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu apabila membiasakan
sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak. Ahmad Amin menjelaskan arti
kehendak itu ialah ketentuan daripada beberapa keinginan manusia. Manakala
kebiasaan pula ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukanya.
Daripada kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan ke arah menimbulkan
apa yang disebut sebagai akhlak.
Ibnu Maskaway dalam buku pengantar studi akhlak (Zahruddin dkk, 2004:
4 )mengatakan akhlak ialah ”suatu keadaan bagi diri atau jiwa yang mendorong
82
(diri atau jiwa itu) untuk melakukan perbuatan dengan senang tanpa didahului
oleh daya pemikiran kerana sudah menjadi kebiasaan”.
Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa akhlak adalah daya kekuatan
jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan
direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat
pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau
perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka
tindakan itu disebut akhlak yang baik atau akhlakul karimah (akhlak mahmudah).
Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah, santun dan sebagainya. Sebaliknya
apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah. Misalnya
kikir, zalim, dengki, iri hati, dusta dan sebagainya. Baik dan buruk akhlak
didasarkan kepada sumber nilai, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul. Di samping
akhlak dikenal pula istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa Latin mores
yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang
diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi
standar dalam menentukan baik dan buruknya
Suatu perbuatan. Misalnya berpakaian minim di pantai Kuta Bali itu biasa
saja,dianggap tidak melanggar norma karena budaya itu diterima masyarakat.
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai
suatu masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat,
karena itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Jika
dibandingkan dengan moral, maka etika lebih bersifat teoritis sedangkan moral
bersifat praktis. Moral bersifat lokal atau khusus dan etika bersifat umum.
83
2. Perbedaan antara akhlak, moral dan etika
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar
penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik
dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan
etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu
masyarakat, jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik
pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat
lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam
pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa
seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari.
Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya:
األخالق مكارم تمم أل بعثت إنما“Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits
riwayat Ahmad)
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah
akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang.
Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik,
atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at
Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.
3. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak terdiri dari dari Akhlak kepada Allah, Sesama
manusia, dan Lingkungan.
84
a. Akhlak kepada Allah
1) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah
untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang
muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap
perintah Allah.
2) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai
situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun
dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan
ketentraman hati.
3) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah.
Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan
akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus
pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu.
Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia
mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu
berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia
yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap muslim.
Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak
menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu
dipandang sebagai orang yang sombong; suatu perilaku yang
tidak disukai Allah.
85
4) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada
Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari
suatu keadaan.
5) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah.
Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah
Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup
dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang
lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
b. Akhlak kepada sesama manusia
1) Akhlak kepada diri sendiri
a. Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai
hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa
yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan
perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat
Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur
diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur
dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan
alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan
dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai
dengan aturan-Nya.
c. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap
86
tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat
iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain
2) Akhlak kepada ibu bapak
Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya
dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak
dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima
kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut,
mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka
jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
3) Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang
di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk
komuniksai.
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan
dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang
telah mendasari komunikasi orang tua dengan anak, maka akan
lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir
kepercayaan orang tua pada anak oleh karena itu kasih sayang
harus menjadi muatan utama dalam komunikasisemua pihak
dalam keluarga.
87
Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,
keakraban, dan keterbukaan di antara anggota keluarga dan
menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian
rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul
menjadi tempat tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi
surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula
dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-
nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan bagi pendidikan
yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.
4) Akhlak kepada lingkungan
Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya
kepada manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup.
Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia
sebagai khalifah di muka bumi,yaitu sebagai wakil Allah yang
bertugas mamakmurkan, mengelola dan melestarikan alam.
Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan
mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam
sekitarnya.
5( Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Akhlak
Tujuan dan manfaat pembelajaran Akhlak secara umum menurut Ali Abdul
Halim Mahmud ( 2004 : 159 ) adalah ”agar manusia berada dalam kebenaran dan
senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT.
88
Sedangkan tujuan khusus pembelajaran akhlak menurut Ali Abdul Halim
Mahmud ( 2004: 160 ) diantaranya:
a. Mempersiapkan manusia-manusia beriman yang selalu beramal soleh.
b. Mempersiapkan insan beriman yang selalu beramal soleh yang
menjalani kehidupannya sesuai dengan ajaran islam; melaksanakan apa
yang diperintahkan agama dan meninggalkan apa yang diharamkan;
menikmati hal-hal yang baik dan dibolehkan serta menjauhi hal yang
baik dan diperbolehkan serta menjauhi segala sesuatu yang dilarang.
c. Mempersiapkan insan beriman yang selalu beramal soleh yang bisa
berinteraksi secara baik dengan sesamanya, baik dengan orang muslim
maupun non muslim.
d. Mempersiapkan insan beriman yang selalu beramal soleh yang
mampu dan mau mengajak orang lain ke jalan Allah gmelaksanakan
amar ma’ruf nahi munkar dan berjuang fii sabilillah demi tegaknya
agama Islam.
e. Mempersiapkan insan beriman yang selalu beramal soleh yang mau
merasa bangga dengan persaudaraannya sesama muslim dan selalu
memberikan hak-hak persaudaraan tersebut.
f. Mempersiapkan insan beriman yang selalu beramal soleh yang merasa
bahwa dia adalah bagian dari seluruh umat Islam yang berasal dari
berbagai daerah, suku dan bahasa.
89
g. Mempersiapkan insan beriman yang selalu beramal soleh yang merasa
bangga dengan loyalitasnya kepada agama Islam dan berusaha sekuat
tenaga demi tegaknya panji-panji Islamdi muka bumi.
6( Tugas dan Peran Guru dalam pembelajaran Akhlak
Mengenai tugas guru, ahli-ahli pendidikan Islam , juga ahli pendidikan Barat
telah sepakat bahwa tugas guru ialah mendidik. Mendidik adalah tugas yang amat
luas. Mendidik itu sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar sebagian dalam
bentuk memberi dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan,
dan lain lain ( Ahmad Tafsir , 2005:78 )
Menurut Undang-undang Guru dan Dosen Pasal 20 tugas guru yaitu ”
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni;
c. Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran;
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan hukum, dan kode etik
guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
90
Tugas dan peran Guru PAI dalam pembelajaran akhlak sangat banyak
diantaranya adalah tugas dan peran guru dalam pembelajaran akhlak yang
ditawarkan oleh Thomas Lichona dalam HAR Tilaar ( 1999:76-80 ) yaitu ”
a. Seorang pendidik ( guru ) harus menjadi model , sekaligus menjadi mentor
dari peserta didik dalam mewujudkan nilai-nilai moral pada kehidupan
sekolah. Tanpa guru atau pendidik sebagai model. Sulit untuk mewujudkan
suatu pranata sosial (sekolah ) yang dapat mewujudkan nilai-nilai kebudayaan
. Walaupun di sini ditekankan kepada peranan guru, namun sebenarnya
meliputi seluruh personil dari pranata sosial.
b. Menjadikan masyarakat sekolah menjadi masyarakat bermoral. Apabila kita
berbicara mengenai budaya sekolah, maka sekolah bukan semata-mata untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, tetapi juga memupuk kejujuran,
kebenaran, dan pengabdian kepada kemanusiaan. Secara keseluruhan budaya
sekolah adalah budaya yang bermoral.
c. Praktikkan disiplin moral.
d. Menciptakan Situasi Demokratis di Ruang Kelas.
e. Mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum.
f. Budaya kerja sama
g. Mengembangkan refleksi moral
h. Mengajarkan Resolusi Konflik .
91
Di samping apa yang diuraikan di atas, menurut Burhanudin Salam ( 1997 :
200 ) ada beberapa kode etik atau akhlak guru yang harus diperhatikan dalam
mengajar, yaitu sebagai berikut :”
a. Berniat dengan ikhlas, maksudnya hendaklah seorang guru mengajarkan ilmu
yang dimilikinya dengan penuh keikhlasan hati karena mengharap keridhoan
Allah SWT.
b. Kasih sayang, hendaklah seorang gur merasa diri sebagai orang tua yang
memandang murid-muridnya seolah-olah sebagai anaknya sendiri. Guru
haruslah bersikap menyayangi muridnya dan membimbingnya seperti anaknya
sendiri.
c. Hikmah kebijksanaan, yang berarti guru haruslah berlaku bijaksana dalam
mengajar. Hendaknya memilih suatu sistem dan metode didaktik yang tepat.
d. Memilih waktu yang tepat untuk menjaga kebosanan siswa, haruslah guru
mengadakan jadwal pelajaran.
e. Memberi teladan, guru tidak hanya mengajar dalam bentuk lisan, namun yang
lebih penting ialah guru harus memberikan contoh perbuatan ( teladan) baik
yang mudah ditiru oleh murid-muridnya”.
Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa tugas guru sangatlah komplek,
secara singkat dapat juga disimpulkan bahwa tugas guru Pendidikan Agama Islam
dalam pembelajaran akhlak adalah mendidik peserta didiknya dengan cara
mengajar dan cara-cara lainnya , untuk menuju tercapainya perkembangan
maksimal sesuai dengan nilai-nilai Islam.
92
7( Pendekatan Pembelajaran Akhlak
Istilah pendekatan, metode dan teknik bukanlah hal yang baru dalam
pembelajaran agama Islam. Padanan untuk pendekatan adalah ”Madkhal”, metode
adalah thariqah, dan teknik adalah uslub.
Pendekatan Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai perangkat
asumsi berkenaan dengan hakikat dan belajar mengajar agama islam. Metode
adalah rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan
pendekatan yang ditentukan. Sedangkan teknik adala kegiatan spesisfik yang
diimplementasikan dalam kelas sesuai dengan metode dan pendekatan yang
dipilih. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendekatan bersifat aksiomatis,
metode bersifat prosedural, dan teknik bersifat operasional.( Abdul Majid,
2008:132 ).
Menurut Tolkhah ( 2004 ) ada beberapa pendekatan yang perlu mendapat
kajian lebih lanjut berkaitan dengan pembelajaran Agama Islam termasuk di
dalamnya pembelajaran akhlak, diantaranya: ”pendekatan psikologis dan
pendekatan sosio kultural ”.
Pendekatan psikologis ini perlu dipertimbangkan mengingat aspek psikologi
manusia yang meliputi aspek rasional/intelektual, aspek emosional dan asepk
ingatan. Aspek rasional mendorong manusia untuk berpikir ciptaan Tuhan di
langit dan di bumi. Aspek emosional mendorong untuk merasakan adanya
kekuasaan tertinggi yang gaib sebagai pengendali jalannya alam dan kehidupan.
Sedangkan aspek ingatan dan keinginan manusia didorong untuk difungsikan ke
dalam kegiatan menghayati dan mengamalkan nila-nilai agama yang diturunkan
93
Nya. Seluruh aspek dimensi manusia sejatinya dibangkitkan untuk dipergunakan
semaksimal mungkin bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
Pendekatan sosio kultural adalah suatu pendekatan yang melihat dimensi
manusia tidak saja sebagai individu melainkan juga sebagai makhluk sosial-
budaya yang memiliki berbagai potensi yang signifikan bagi pengembangan
masyarakat, dan juga mampu mengembangkan sistem budaya dan kebudayaan
yang berguna bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya.
Sedangkan Depag (2004) menyajikan konsep terpadu dalam pembelajaran
agama islam yang meliputi : keimanan, pengamalan, pembiasaan, rasional,
emosional, fungsional dan keteladanan.
Uraian dari pendekatan-pendekatan di atas adalah sebagai berikut :
a. Pendekatan keimanan
Pendekatan keimananan adalah pendekatan yang memberikan peluang
kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai
sumber kehidupan makhluk sejagat ini.
b. Pendekatan pengamalan
Pendekatan pengamalan yaitu pendekatan yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil
pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas- tugas dan masalah
dalam kehidupan.
c. Pendekatan pembiasaan
94
Pendekatan pembiasaan yaitu pendekatan yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk membiasakan sikap dan prilaku yang baik yang sesuai
dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan.
d. Pendekatan Rasional
Pendekatan Rasional yaitu pendekatan untuk memberikan peranan pada
rasio ( akal ) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan
ajar dalamstandar isi dan standar komptensi serta kaitannya dengan prilaku yang
baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi.
e. Pendekatan Emosional
Pendekatan emosional yaitu pendekatan untuk menggugah perasaan dan
emosi peserta didik dalam menghayati perilaku sesuai dengan ajaran agama dan
budaya bangsa.
f. Pendekatan Fungsional
Pendekatan Fungsional yaitu pendekatan tentang kebermanfaatan kegiatan
atau nilai-nilai agama bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
g. Pendekatan Keteladanan
Pendekatan keteladanan yaitu pendekatan yang memperlihatkan
keteladanan dari pendidik dan tenaga kependidikan sebagai cermin manusia
berkepribadian agama.
95
8( Metode Pembelajaran Akhlak
Dalam pendidikan karakter menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri
setiap siswa ada tiga tahapan yang harus dilalui dan dicapai
Moral Knowing. Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam
pendidikan karakter. Dalam tahapan ini tujuan pembelajaran akhlak adalah
a. Siswa mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela
b. Siswa memahami secara logis dan rasional (bukan secara dogmatis dan
doktriner) pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam
kehidupan
c. Siswa mengenal sosok Nabi Muhamad saw sebagai figur teladan akhlak mulia
melalui hadits-haditsnya.
Moral Loving. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta
dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini yang menjadi
sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa, bukan lagi akal,
rasio dan logika. Guru menyentuh emosi siswa sehingga tumbuh kesadaran,
keinginan dan kebutuhan sehingga siswa mampu berkata kepada dirinya sendiri,
“Iya, saya harus seperti itu…” atau “Saya perlu mempraktekkan akhlak ini…” .
Untuk mencapai tahapan ini guru bisa memasukinya dengan kisah-kisah yang
menyentuh hati, modeling, atau kontemplasi. Melalui tahap ini pun siswa
diharapkan mampu menilai dirinya sendiri (muhasabah), semakin tahu
kekurangan-kekurangannya.
Moral Doing. Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa
mempraktekkan nilai-nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari-hari. Siswa
96
menjadi semakin sopan, ramah, penyayang, jujur, disiplin, dan seterusnya. Selama
perubahan akhlak belum terlihat dalam perilaku anak walaupun sedikit, selama itu
pula kita memiliki setumpuk pertanyaan yang harus selalu dicari jawabannya.
Menurut An Nahlawi dalam Ahmad Tafsir (2005: 135) , metode
menanamkan rasa iman atau nilai-nilai akhlak yaitu ” metode hiwar, metode
Kisah, Metode amstal, metode pembiasaan, metode ’ibroh dan mau’idzoh, metode
Targhib dan Tarhib.”
Uraian dari metode-metode di atas adalah sebagai berikut :
a. Metode hiwar ( percakapan )
Metode hiwar yaitu percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih
melalui tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah kepada suatu tujuan.
b. Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi
Metode Kisah yaitu metode dengan mengkisahkan sejarah -sejarah yang ada
di dalam Al-qur’an dan Kisah-kisah yang disampaikan oleh para Nabi.
c. Metode amtsal
Metode Amtsal yaitu metode dengan cara memberikan contoh atau
perumpamaan.
d. Metode pembiasaan
Metode pembiasaan yaitu metode dengan cara membiasakan kegiatan-
kegiatan keagamaan sehingga menjadi ikhlas.
e. Metode ’Ibroh dan mau’idzhah
Ibroh adalah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada
intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, dengan menggunakan nalar, yang
97
menyebabkan hati mengakuinya sedangkan mau’izdoh yaitu nasehat yang lembut
yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.
f. Metode Targhib dan Tarhib
Targhib yaitu janji terhadap kesenangan, kenikmatan akherat yang disertai
bujukan, sedangkan Tarhib yaitu ancaman karena dosa yang dilakukan.
9( Prinsip Pembelajaran Akhlak yang efektif
Prinsip – prinsip pembelajaran akhlak yaitu :
a. Berpusat pada peserta didik
b. Belajar dengan melakukan
c. Mengembangkan kemampuan sosial
d. Mengembangkan keingintahuan
e. Mengembangkan fitrah bertuhan
f. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
g. Mengembangkan kreatifitas peserta didik
h. Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi
i. Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara
j. Belajar sepanjang hayat
k. Keterpaduan komptensi , kerja sama dan solidaritas
l. Belajar melalui peniruan
m. Belajar melalui pembiasaan.
98
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Paparan Data
Lokasi Penelitian
Tempat Penelitian dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Kedawung
Cirebon. Tempat ini dijadikan obyek penelitian oleh penulis karena
dianggap sangat tepat karena siswa SMK Muhammadiyah Kedawung ini
adalah heterogen, sebagian berasal dari anak perkotaan dan sebagaian lagi
berasal dari pedesaan.
1. Sejarah Singkat Sekolah
SMK Muhammadiyah Kedawung kabupaten Cirebon didirikan pada tahun
1976 dengan nama STM Muhammadiyah Cirebon, melalui SK pendirian no.
1349/D.2/Kod./77 tanggal 23 maret 1977 dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Wilayah profinsi Jawa Barat. Beberapa nama yang tercatat sebagai
inisiator berdirinya STM Muhammadiyah Cirebon diantaranya adalah almarhum
Bapak H. Wasita Atmaja (tokoh Muhammadiyah Cirebon), almarhum Ibu Hj.
Fatmah Sofwan (Ketua PD Aisyiyah Cirebon), almarhum Bapak Sofyan, Bapak
Asnawi. Pada saat berdiri tahun 1976, jurusan yang dibuka adalah Mesin Umum
dan Bangunan Gedung, kemudian disusul dibuka Jurusan Listrik pada tahun 1979,
Jurusan Otomotif pada tahun 2002 dan Elektronika pada tahun 2003.
Ruang belajar yang digunakan adalah ruang kelas SMA Muhammadiyah
Cirebon, dan KBM dilaksanakan siang hari setelah KBM SMA Muhammadiyah
99
99
berakhir. Pembangunan gedung STM Muhammadiyah Cirebon yang dikelola oleh
Majelis Pendidikan. Pengajaran dan Kebudayaan PDM Kota dan Kabupaten
Cirebon dilaksanakan secara bertahap. Dimulai dengan pembangunan bengkel
utama (20 x 36 m2) tahun 1982, ruang kelas, 3 ruang 2 lantai pada tahun 1985,
ruang kelas 4 ruang 2 lantai tahun 1995, ruang kelas 4 ruang 2 lantai pada tahun
2004, masjid pada tahun 2000, ruang perpustakaan pada tahun 2010, dan ruang
kelas baru (RKB) bantuan Pemda Jabar pada tahun 2011.
Sejak berdiri tahun 1976, STM Muhammadiyah Cirebon telah mengalami
beberapa kali pergantian Kepala Sekolah yaitu sebagai berikut:
1. Drs. H. Sutomo : Tahun 1976 - 1982
2. Drs. H. Hamzili Hamzah : Tahun 1982 - 1986
3. Drs. H. Fachrurodji : Tahun 1986 - 2004
4. Djadja Atidja, M.Pd.I : Tahun 2004 – 2008
5. E. Sri Retno Kuntjorowati, S.Pd : Tahun 2008 - 2012
6. Drs. Somantri, M.Pd.I : Tahun 2012 – 2014
7. Masruchi, S.Pd : Tahun 2015 – 2019
2. Profil Sekolah
A. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah SMK Muhammadiyah Kedawung
Kab. Cirebon
2 Nomor Statistik
Sekolah
322021732001
3 NDS 420217001
100
4 NPSN 20214798
5 Status Sekolah Swasta
6 Jenjang Akreditasi Terakreditasi A
(Untuk Semua Kompetensi Keahlian)
SK BAP – SM Nomor : 02.00/445/BAP-
SM/X/2009
7 Alamat
Kecamatan
Kabupaten
No. Telp/Faks
Jln. Tuparev No. 70 Cirebon
Kedawung
Cirebon
0231-205263/205263
8 Tahun Berdiri
SK Pendirian
Lembaga Yang
Mengeluarkan SK
Tahun : 1976
Nomor : 353 / K / I E / STM / BPMK /
JB / 77
Tanggal : 16 April 1977
Kantor Wilayah Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
9 Visi dan Misi Visi
Menjadi Sekolah Menengah
Kejuruan Muhammadiyah
Unggulan, menghasilkan lulusan
berkarakter yang mampu bersaing
di pasar nasional dan global.
Misi
1. Meningkatkan profesionalisme
tenaga pendidikan dan tenaga
kependidikan
2. Meningkatkan mutu
penyelenggaraan pendidikan
3. meningkatkan kerjasama
dengan Dunia Usaha/Dunia
101
Industri dan Instansi terkait
4. Mengembangkan iklim belajar
yang berwawasan mutu,
keunggulan, profesional dan
entrepreneurship berlandaskan
nilai-nilai keagamaan dan ke-
Indonesiaan
5. Meningkatkan mutu
pendidikan kader
Muhammadiyah.
10 Kompentensi Keahlian 1. Teknik Instalasi Tenaga Listrik
2. Teknik Elektronika Industri
3. Teknik Pemesinan
4. Teknik Otomotif Kendaraan Ringan
11 Kepala Sekolah Nama
Tempat Tanggal
Lahir
Alamat
Telp.
NIP
: Masruchi, S.Pd
: Tegal, 11 Maret 1958
: BTN Cempaka Arum
Blik A 8 RT 03/03
Kec. Talun Kab.
Cirebon
: 081313522000
: -
12 Yayasan Nama
Nama Ketua
Akte Notaris
Nomor
Tanggal
: Muhammadiyah
: Drs. Ahmad Dahlan,
M.Ag
: 23628/MPK/74
: 23628/MPK/74
: 24/07/1974
13 Jumlah Rombel/ Siswa Jumlah Rombel : 36 Robel
102
Tahun Pelajaran
2015/2016
Jumlah siswa X,
XI dan XII
: 1.120
B. Tanah
Status Tanah : MILIK MUHAMMADIYAH
Luas Tanah (M2) : 7075 M2
Nomor Sertifikat : Departemen Dalam Negeri Sertifikat
Hak Milik No. 515 No. 3432 Tahun
1982 Kantor Agraria Kab. Cirebon
Tahun Kepemilikan Tanah : 1982
Dokumen Lain : BADAN PERTANAHAN NASIONAL
HAK MILIK NO. 512 NO. 4126/II/2000
C. Nama Guru dan Jabatan
No. Nama Jabatan
1 Masruchi, S.Pd Kepala Sekolah
2 Shobirin Said, S.Ag Guru/Waka Kurikulum
3 Nana Suryana, S.Pd Guru/Waka Kesiswaan
4 Sukaenah, S.Pd.I Guru/Waka Hubin
5 Sihabudin, ST Guru/Waka Srana prasarana
6 Mashuri, S.Ag Guru/Waka Ismuba
7 Drs. Somantri, M.Pd.I Guru/Kepala Perpus
8 Hj. Muhimmah, S.Pd.I Guru/BK/Wali Kelas
9 Fatimah, S.Ag Guru Bimbingan Konsling
10 Novita Handayani A, S.Pd.I Guru/Wali Kelas
103
11 H. Sudarno, S.AP Guru/Kaprog TP
12 E. Sri Retno K, S.Pd Guru/Wali Kelas
13 Joko Sudiro, S.Pd Guru/Wali Kelas
14 Hafid Saefudin, S.Pd Guru
15 Wilopo Guru
16 E. Kustiana, A.Md.Pd Guru/Kaprog ITL
17 Nur Bahiyyah, S.Ag Guru/Wali Kelas
18 Asep Kusnawan, S.Pd Guru
19 Sri Widati, S.Pd Guru/BK
20 H. M. Ishomuddin AB, MBA Guru/BK
21 Drs. Achmad Jatodawa S. Guru
22 Drs. Anas Ma'ruf Guru
23 Kursidi, ST Guru/Kaprog TKR
24 Elly Rizeqia Fadilah, S.Pd Guru/Wali Kelas
25 Drs. H. Yani Badarudin S. Guru/Wali Kelas
26 Dedi Suwahyo, SE Guru/Wali Kelas
27 Triana Hakimah S, SE Guru/Wali Kelas
28 Ilah Nurlaelah, S.Pd Guru/Wali Kelas
29 Drs. Tatang Ahmad Kosasih Guru/Wali Kelas
30 Aan Kustila, S.Pd Guru/Wali Kelas
31 Arif Okto Bastian, S.Pd.I Guru/Wali Kelas
32 Nana Suryana, S.Pd Guru/Wali Kelas
33 Yuni Herawati, ST Guru/Wali Kelas
34 Tutut Wulandari, S.Si Guru
35 Drs. Rachmat Guru
3 6 Yurri Erlando, S.Pd Guru/Wali Kelas
37 Abdul Wahid, S.Pd Guru/Wali Kelas
38 Mirah Sumirah, SE Guru/Wali Kelas
39 Yohana Indriyani, S.Pd Guru/Wali Kelas
40 Tatang Supratman, ST Guru
41 Nursofi, S.Pd Guru/Wali Kelas
104
42 Alex Hadi Somantri G, A.Md Guru
43 Idhe Pratama, S.Pd Guru
44 Riska Priliana B, M.Pd Guru/Wali Kelas
45 Aprianto Hadi, S.Si Guru/Wali Kelas
46 Haris Harnoko, S.Pd Guru/Wali Kelas
47 Dayinah, S.Ag Guru/Wali Kelas
48 Mulyadi, S.Pd Guru
49 Nurkholis, M.Pd.I Guru/BK
50 Ayu Soufiyana H, S.Pd Guru
51 Yunita Riski Artanti, S.Pd Guru
52 Sopi Azhari, S.Pd Guru
53 Rifka Andini Amalia, S.Pd Guru
54 Drs. H. Abdul Madjid A. Guru
55 Inggit Garnasih, S.Pd Guru/Wali Kelas
56 Kusnadi, ST Guru
57 Iwan Abdurachman F, S.Pd Guru/Wali Kelas
58 Sugandi, S.Si Guru
59 Yahya Erdipasa, ST Guru
60 Moh. Solehudin, S.Pd.T Guru
61 Arif Rahman Hidayat, ST Guru
62 Zohan Maulana, S.Pd.I Guru/Wali Kelas
63 Triwahyu Puspa Huda, S.Pd Guru
64 Yuliani, S.Pd Guru
65 S. Sandi Lesmana, S.Pd.I, MH Guru
66 Syarif Arifin, SH Guru
67 Tikah Sintiadewi, S.Pd Guru
68 Masduki, S.Pd Guru
69 Ika Permanasari, ST Guru
70 Yani Royani, S.Pd Guru
71 Wahana Citra, ST Guru
105
72 Dede Iskandar, ST Guru/Kaprog EI
73 Jamaluddin Febriawan, A.Md Guru
74 Inez Anidhita F, S.Pd Guru
75 Topik Hidayat, S.Pd.I Guru76 Sefudin Al Zuhri Guru
b. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dimaksud untuk mengungkap dan
memahami kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan sebagaimana
adanya.
Selanjutnya menurut Lexy J. Maleong ( 1996) menjelaskan mengenai
pendekatan kualitatif, sebagai berikut :
“Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian , memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis secara induktif, mengarahkan sesama penelitian pada usaha menemukan teori-teori dari dasar yang bersifat deskriptif, lebih mengutamakan proses dari pada hasil, membatasi fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data , rancangan penelitiannya bersifat sementara dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak, peneliti dan subyek peneliti “.
Sedangkan menurut : S. Nasution ( 1988 : 8-11 ) bahwa Penelitian
Kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
“1) sumber data ialah situasi yang wajar atau natural setting, 2) peneliti sebagai instrumen penelitian, 3) sangat deskriptif, 4) mementingkan proses produk, 5) mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan, yang dapat memahami masalah atau situasi, 6) mengutamakan data langsung atau first hand, 7) Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran dengan cara memperoleh data dari sumber lain, 8) menonjolkan perincian konstektual, 9)
110
106
subyek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, 10) mengutamakan persfektif emic, artinya mementingkan pandangan responden tentang bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya, 11) verifikasi , yaitu mencari kasus lain yang berbeda dengan apa yang ditemukan untuk memperoleh hasil yang lebih dipercaya, 12) sampling yang purposif, dilihat menurut tujuan penelitian, 13) menggunakan audit trial yaitu mengikuti jejak atau melacak untuk mengetahui apakah laporan sesuai dengan apa yang dikumpulkan, 14) partisipasi tanpa mengganggu untuk memperoleh situasi yang natural dan 15) mengadakan analisis sejak penelitian awal”.
1( Metode Penelitian
Penelitian ini berusaha mengungkapkan masalah kompetensi
pedagogik guru Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran Akhlak di
SMK Muhammadiyah Kedawung. Pengungkapan ini dilakukan dengan
menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Dalam analisis deskriptif
kualitatif , peneliti menggambarkan keadaan atau suatu fenomena yang
terjadi yang dapat diamati dari kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-
orang yang menjadi subyek penelitian.
2( Penentuan Informan / Sumber Data
Sasaran yang dijadikan sumber data penelitian ini (informan) di SMK
Muhammadiyah Kedawung adalah berjumlah 7 orang yaitu Guru Mata
Pelajaran Akidah Akhlak, Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Guru BK, dan
3 Orang Wali Kelas
Dengan demikian jumlah Informan dalam penelitian ini sebanyak 7 Orang
3( Instrumen Penelitian
107
Instrumen utama pada penelitian ini adalah peneliti sendiri, dan
peneliti menggunakan alat bantu lain sebagai sarana pengumpul data yaitu
berupa : pedoman observasi, pedoman wawancara, catatan lapangan (field
note), tape recorder dan foto. ( Hopkins, 1993:116).
a. Pedoman observasi, observasi digunakan untuk mengumpulkan data
tentang kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Islam dalam
pembelajaran akhlak. Instrumen untuk observasi menggunakan
lembaran observasi dengan poin-poin seperti yang dikemukakan
dalam pedoman observasi. Observasi yang dilakukan langsung di
lapangan ini dikarenakan manfaaatnya secara langsung dalam
penelitian ini memberikan informasi tambahan tentang masalah yang
sedang diteliti secara jelas dan lengkap, observasi ini akan
menambah wawasan baru yang tidak dapat diungkap dengan alat
pengumpul data lainnya, seperti wawancara ataupun angket. Dengan
teknik observasi ini seperti yang dikemukakan oleh Lincoln dan
Guba (1989 : 138 ) dalam Maleong yang mengemukakan :
“Metode penelitian kualitatif secara metodologis menggunakan
pengamatan dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi
motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan lain
sebagainya”.
Dengan observasi dimaksudkan untuk merekam data tentang
kompetensi guru dan aktifitas guru dalam mengimplementasikan
108
kompetensinya dalam pembelajaran akhlak di SMK Muhammadiyah
Kedawung Cirebon.
b. Pedoman wawancara, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan
data dari kata-kata atau ungkapan-ungkapan baik verbal maupun non
verbal tentang kompetensi pedagogik guru Pendidikan agama Islam
dalam pembelajaran Akhlak di SMK Muhammadiyah Kedawung,
peneliti akan mewawancarai orang-orang yang sudah ditentukan
sebagai sumber data (informan). Informasi dengan wawancara ini
dilakukan sesuai sebagaimana yang diungkapkan oleh S. Nasution
(1992 : 174) dimana dalam melakukan wawancara melalui tiga
pendekatan: 1). Dalam percakapan informal, yang mengandung unsur
spontanitas, kesantaian, tanpa pola atau arah yang ditentukan
sebelumnya; 2). Topik atau masalah yang dijadikan sebagai pedoman
atau pegangan; 3). Menggunakan daftar pertanyaan yang lebih rinci
akan tetapi bersifat terbuka yang telah dipersiapkan pertanyaannya
lebih dahulu dan akan diajukan menurut urutan rumusan pertanyaan
itu
Dalam pendekatan penelitian kualitatif, wawancara
merupakan hal yang penting dalam upaya untuk mengumpulkan atau
memperkaya informasi atau bahan-bahan data yang sangat rinci dan
hasilnya untuk analisis kualitatif.
109
c. Catatan lapangan, berfungsi untuk mencatat segala aktifitas guru dalam
mengimplentasikan kompetensinya dalam pembelajaran akhlak.
d. Tape recorder, digunakan untuk melengkapi catatan lapangan dan
merekam keadaan dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas, selain itu
juga dapat digunakan peneliti dalam rangka wawancara dengan guru,
tetapi dalam hal ini penggunaannya dengan seizin guru tersebut.
e. Foto, digunakan peneliti untuk mendokumentasikan peristiwa yang
penting dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
4( Teknik pengumpulan dan Perekaman Data
Dalam Penelitian kualitatif , tehnik pengumpulan dan perekaman data
yang utama adalah dengan cara observasi partisipan yang ditunjang dengan
wawancara dan studi dokumentasi.
5( Tehnik Analisis data
Secara garis besar prosedur pengolahan data dan analisis data
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kategorisasi
Tahapan pencatatan atau pengelompokan informasi yang diperoleh
dari catatan lapangan. Pada kegiatan ini dilakukan pula seleksi dan
reduksi data. Data yang bermakna dan mendukung untuk pemecahan
masalah yang dapat dikatagorikan. Katagori data didasarkan pada lima
aspek, yaitu; 1. Pemahaman guru PAI terhadap peserta didik dalam
110
pembelajaran akhlak , 2. Perencanaan guru PAI dalam pembelajaran
akhlak , 3. Pelaksanaan guru PAI dalam proses pembelajaran akhlak,
4. Penilaian dan Evaluasi guru PAI dalam pembelajaran akhlak 5
Pengembangan guru PAI terhadap potensi peserta didik.
b. Validitas Data
Perolehan data yang akurat dan absah, terutama yang diperoleh melalui
observasi, wawancara maupun dokumentasi, teknik yang digunakan
adalah memeriksa derajat kepercayaan atau kredibilitasnya.
Kredibilitas data dapat diperiksa melalui beberapa cara, adalah sebagai
berikut:
1). Memperpanjang Waktu Keikutsertaan
Usaha peneliti dalam memperpanjang waktu keikutsertaan
dengan para sumber data adalah dengan cara meningkatkan frekuensi
pertemuan dan menggunakan waktu seefisien mungkin. Misalnya
mencari waktu yang tepat kapan guru mitra dan siswa sedang dalam
suasana santai atau istirahat. Pada saat itu peneliti menyempatkan
untuk melakukan penggalian data tidak hanya dilakukan di kelas tetapi
sering dilakukan oleh peneliti pada saat guru mitra sedang tidak ada
aktivitas mengajar (suasana santai).
2). Melakukan Pengamatan Secara Seksama
Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk
memperoleh gambaran yang nyata tentang upaya yang dilakukan oleh
111
guru Mata Pelajaran Pendidlan Agama Islam dalam
mengimplementasikan kompetensinya.
3). Triangulasi
Triangulasi (Hopkins,1993:111), merupakan satu teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan data yang
diperoleh dari suatu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda
atau membandingkan data yang diperoleh dan satu sumber dengan
pendekatan yang berbeda untuk mengecek atau membandingkan data
penelitian yang telah dikumpulkan. Triangulasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dan observasi
yang peneliti lakukan dengan hasil wawancara sumber data yang
berbeda yaitu dengan membandingkan hasil wawancara baik dari guru
mitra, dengan kepala sekolah ,Waka kurikulum , guru BK dan 3 orang
wali kelas
4). Mengupayakan Referensi yang Cukup
Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keabsahan informasi
yang dibutuhkan dengan menggunakan dukungan bahan referensi yang
cukup baik melalui media cetak maupun media elektronika.
5). Melakukan Membercheck
Membercheck, (Nasution, 1996:117-118, Wiriaatmadja,
2005:168) yaitu dengan cara meminta responden sebagai mitra peneliti
untuk mengecek kebenaran laporan yang sudah disusun. Selanjutya
mengadakan perbaikan sesuai dengan saran dan masukan dari subyek
112
penelitian yang dilibatkan dalam penelitian. Dengan demikian
memberchek dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dan kesahihan
data temuan penelitian dengan cara mengkonfirmasikannya dengan
sumber data atau kepada pemberi data agar informasi yang diperoleh
dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang
dimaksud oleh informan. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh
para pemberi data berarti datanya valid, sehingga semakin
kredibel/dipercaya. Kegiatan ini peneliti lakukan dengan cara
menanyakan kembali informasi yang disampaikan oleh guru PAI ,
Kepala sekolah. Waka kurikulum, guru BK, dan wali Kelas.
6). Expert Opinion (Wiriaatmaja, 2005:171), yaitu kegiatan untuk
mengkonsultasikan hasil temuan atau meminta pendapat kepada para
ahli. Dalam kegiatan ini peneliti mengkonsultasikan hasil temuan
penelitian kepada pembimbing akademik dan pembimbing tesis untuk
memperoleh arahan dan masukannya berkaitan dengan permaslahan-
permasalahan dalam penelitian. Perbaikan, modifikasi atau
penghalusan berdasarkan arahan dari pembimbing akan dapat
meningkatkan derajat kepercayaan sehingga validasi temuan penelitian
dapat dipertanggung jawabkan.
c. Analisis Data
Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara terus
menerus dari awal sampai akhir penelitian. S. Nasution (1988: 129)
mengemukakan bahwa: tidak ada suatu cara tertentu yang dapat
113
dijadikan pedoman bagi semua penelitian, salah satu cara yang dapat
dianjurkan mengikuti langkah-langkah berikut yakni: 1) reduksi data,
2) display data, 3) pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Berkaitan
dengan pedoman penelitian di atas, maka analisis data dalam penelitian
ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1). Reduksi Data
Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data,
kegiatan yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap
data yang telah terkumpul. Kumpulan data hasil kerja lapangan
direduksi dengan cara merangkum, mengklasifikasi sesuai fokus dan
aspek-aspek permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini aspek-
aspek yang direduksi adalah kompetensi pedagogik Guru Pendidikan
Agama Islam dalam pembelajaran akhlak di SMK Muhammadiyah
Kedawung Cirebon.
2). Display Data
Display data, yaitu menyajikan data secara jelas dan singkat.
Untuk memudahkan memahami gambaran terhadap aspek-aspek yang
diteliti, baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian.
Penyajian data dalam bentuk deskripsi dan interpretasi sesuai dengan
data yang diperoleh.
3). Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Menarik atau mengambil kesimpulan merupakan tujuan utama
analisis data yang dilakukan semenjak awal. Kegiatan ini dimaksudkan
114
untuk memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis.
Kesimpulan disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah
dipahami dengan mengacu kepada tujuan penelitian. Analisis data
dilakukan secara terus menerus dan saling berhubungan dari awal
hingga akhir penelitian. Dalam penelitian ini peneliti tidak begitu saja
cepat mengambil kesimpulan dari suatu informasi, melainkan berupaya
menggali informasi lebih dalam. Untuk itu kesimpulan sementara yang
telah dirumuskan masih terus diverifikasi berulang-ulang dan bertahap
sehingga pada bagian akhir dapat menghasilkan kesimpulan yang
absah.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif, dengan mengkategorikan dan mengklasifikasi data yang
diperoleh berdasarkan analisis kaitan logisnya kemudian ditafsirkan
dan disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan
permasalahan dan kegiatan penelitian.
115
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pemahaman Kompetensi Pedagogik Guru PAI dalam pembelajaran
akhlak
Dalam bagian ini, disajikan deskripsi data penelitian mengenai
pemahaman guru PAI terhadap peserta didik. Aspek-aspek yang akan
diuraikan dalam deskripsi data penelitian ini merujuk pada indikator
pemahaman guru PAI terhadap siswa di SMK Muhammadiyah Kedawung.
Indikator Pemahaman guru PAI terhadap peserta didik berdasarkan
teori yang telah disebutkan pada BAB II terdiri dari :
1. Pemahaman terhadap siswa dari aspek fisik.
2. Pemahaman terhadap siswa dari aspek intelektual.
3. Pemahaman terhadap siswa dari aspek moral dan akhlak.
4. Pemahaman terhadap siswa dari aspek spritual.
5. Pemahaman terhadap siswa dari aspek sosial.
6. Pemahaman terhadap siswa dari aspek kultural
Uraian dari indikator-indikator pemahaman guru PAI SMK
Muhammadiyah Kedawung terhadap peserta didik di atas, disajikan dalam
pembahasan berikut:
116
116
1. Pemahaman terhadap siswa dari aspek fisik.
Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus memahami siswa dari
aspek fisik. Guru harus memahami siswa yang fisiknya normal, yang cacat
maupun yang mempunyai kelainan. Dengan memahami aspek fisik siswa,
guru dapat melayani pembelajaran peserta didiknya dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti terbukti
bahwa guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah memahami peserta
didik dari aspek fisik dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari kemampuan guru
memetakan dan menyebutkan siswa-siswa yang fisiknya mempunyai
kelainan. Selain itu juga dapat dipahami dari kesungguhan guru PAI untuk
memahami peserta didik dari aspek fisik, hal ini dapat dipahami dari hasil
wawancara dengan 3 orang guru SMK Muhammadiyah Kedawung.
Pada aspek pemahaman terhadap peserta didik , menurut ibu Hj.
Sukaenah, S.Pd.I dalam suatu wawancara pada tanggal 10 Agustus 2015,
dikatakan sebagai berikut:
“Pemahaman terhadap peserta didik dari aspek fisik, harus dipahami lebih dulu oleh seorang guru, supaya tujuan pelayanan pembelajaran terhadap peserta didik menjadi baik. Contoh pelayanan yang baik karena telah memahami peserta didik dari aspek fisik yaitu jika seorang siswa mempunyai kelainan dalam penglihatan maka guru dapat mendesain tempat duduk siswa yang bersangkutan untuk duduknya di depan, begitu juga yang mempunyai kelainan dalam pendengaran.”
Pernyataan di atas diperkuat oleh pendapat Bapak Mashuri, S.Ag, MM
dan Bapak Drs. Anas Ma’ruf, MM dalam suatu wawancara pada tanggal 10
Agustus 2015 dengan mengatakan bahwa:
117
“Pemahaman terhadap peserta didik dalam aspek fisik bukan hanya bertujuan supaya pelayanan pembelajaran lebih baik , lebih dari itu tujuan pembelajaran akan lebih mudah untuk dicapai dan secara psikologis peserta didik yang mempunyai kelainanpun tidak merasa berkecil hati karena mendapat perhatian yang penuh dari guru yang mendidiknya dengan itu siswa merasa dihargai.
Selain wawancara dengan 3 orang guru PAI, peneliti juga
mewawancarai beberapa orang siswa untuk menyakinkan peneliti terhadap
pemahaman guru PAI terhadap peserta didik dari aspek fisik, mereka
semuanya menjawab dengan jawaban yang sama bahwa guru PAI mereka
telah memperhatikan mereka dari aspek fisiknya. Adapun pernyataan siswa
yang bernama Khairudin kelas X TKR 3
Mengatakan,
“Sebenarnya saya tidak percaya diri dalam kondisi saat ini kaki saya tidak normal jalan / cacat karena kecelakaan, tetapi dengan melihat Bapak / Ibu guru terutama wali kelas dan guru PAI yang selalu memberikan motivasi, akhirnya saya siap untuk mengikuti pelajaran, karena saya pandang guru-guru disini memberikan pelayanan pelajaran semuanya rata tidak melihat fisik.”
Bhaskara arya peratama kelas XI TP 3 “menyambung jawaban Khairudin, “Benar setelah saya 2 tahun sekolah disini saya merasa senang dan nyaman ketika Bapak / Ibu guru PAI dan lainnya memberikan pelayanan yang maksimal ketika mengajar, pada dasarnya saya senang sekolah disini”.
Dari beberapa pernyataan di atas sangat jelas sekali, selain dari
para konselor bimbingan konseling, kepala sekolah dan penuturan siswa yang
pasca mendapatkan layanan bimbingan konseling pun juga merasa bahwa
memang layanan yang di berikan bimbingan konseling sangat bermanfaat
sekali bagi perubahan perilaku mereka dan pembentukan karakternya. Hal ini
secara langsung dapat dirasakan serta mengalami perubahan. Siswa pun
118
menyatakan bahwa semua konselor yang ada di sekolah ini bersifat sabar,
sehingga mereka juga merasa nyaman untuk berkomunikasi berkenaan
dengan masalah yang dialaminya.
Hasil analisa terhadap penelitian ini, dapatlah dikatakan bahwa guru
PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah memahami siswa aspek fisik
dengan baik.
2. Pemahaman terhadap siswa dari aspek intelektual.
Berdasarkan data yang diungkap dari lapangan baik melalui
pengamatan langsung peneliti, studi dokumentasi maupun melalui
wawancara didapatkan data sebagai berikut:
Masing-masing guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah
memahami terhadap siswa dari aspek intelektual dengan baik, hal ini bisa
dilihat dari kemampuan guru untuk menyebutkan siswa-siswi yang kategori
cerdas, biasa dan lamban dalam proses belajar maupun dalam ulangan. Salah
satu bukti administrasi yang diserahkan guru PAI adalah daftar nilai siswa
dan daftar prestasi siswa.
Menurut Ibu Hj Sukaenah, S.Pd.I dalam suatu wawancara pada
tanggal 12 Agustus 2015 mengatakan bahwa;
“Pemahaman terhadap peserta didik dari aspek intelektual dapat diketahui dengan baik bila peserta didik telah melakukan pembelajaran, baik di kelas maupun di Musholla, karena mengetahui intelektual peserta didik dari buku laporan tahun sebelumnya atau dari nilai SKHUN belum menggambarkan kecerdasan siswa secara utuh.”
119
Menurut Bapak Mashuri, S.Ag. MM. dalam suatu wawancara pada
tanggal 13 Agustus 2015 mengatakan bahwa :
“Pemahaman terhadap peserta didik dari aspek intelektual dapat diketahui dengan baik bila telah melakukan pembelajaran berulang-ulang dan sangat berguna untuk memberikan pelayanan yang baik kepada peserta didik yang mempunyai kecerdasan lebih maupun pada peserta didik yang mempunyai kecerdasan rata-rata atau di bawah rata-rata.”
Menurut Bapak Drs. Anas Ma’ruf, MM dalam suatu wawancara pada
tanggal 12 Agustus 2015 mengatakan bahwa “
“Pemahaman peserta didik dari aspek intelektual perlu dipahami oleh guru supaya pelayanan pembelajaran lebih baik dan ketuntasan belajar dapat tercapai dengan tidak meninggalkan peserta didik yang mempunyai intelektual di bawah rata-rata.”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa guru
PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah memahami siswa dari aspek
intelektual dengan baik.
3. Pemahaman terhadap siswa dari aspek moral dan akhlak.
Seorang guru harus memahami siswa dari aspek moral dan akhlak, hal
ini dilakukan supaya dalam pelayanan terhadap siswa sesuai sasaran,
terutama pembinaan secara extra terhadap siswa yang moralnya atau
akhlaknya kurang atau tidak baik.
Berdasarkan data hasil penelitian di lapangan , ternyata guru PAI telah
memahami siswa-siswi yang moralnya atau akhlaknya tidak baik (nakal)
dan siswa-siswa yang moralnya atau akhlaknya selalu baik. Hal ini bisa
dilihat dari kemampuan guru memetakan akhlak siswa-siswinya yang
berkategori baik dan tidak baik.
120
Menurut Ibu Hj Sukaenah, S.Pd.I dalam suatu wawancara pada
tanggal 13 Agustus 2015 mengatakan bahwa:
“ Kami mempunyai data siswa yang akhlaknya baik dan data siswa yang akhlaknya tidak baik, hal ini sengaja kami pahami supaya kami dapat mengetahui permasalahan siswa yang akhlaknya tidak baik dan supaya dapat mencarikan solusi yang tepat dalam pembinaan akhlak siswa baik kegiatan di dalam kelas , maupun di luar kelas”.
Bapak Mashuri, S.Ag, MM, juga beranggapan:
“ Dan bagi siswa yang bermasalah baik dalam akademik dan moral tentunya, kami berkerjasama dengan pihak BK/BP untuk mendata siswa-siwa, dan kemudian dibina dan dibimbing sesuai masalah yang pernah dilakukakannya”.
Begitu juga Bapak Drs. Anas Ma’ruf, MM mengatakan:
“ Jika siswa tersebut di dalam sikap/moral yang sering kali dilakukan maka pihak sekolah akan memanggil orangtua/wali untuk diketahui, dan membuat surat perjanjian jika siswa-siwi tersebut sering membuat ulah melanggar aturan-aturan ketertiban sekolah”.
4. Pemahaman terhadap siswa dari aspek spritual.
Salah satu hal yang harus dipahami oleh guru PAI adalah memahami
siswa dari aspek spritual. Dengan memahami aspek spiritual ini, guru
diharapkan dapat membimbing siswa dalam kegiatan ibadah kepada Allah
SWT.
Berdasarkan data hasil penelitian di lapangan, ternyata guru PAI SMK
Muhammadiyah Kedawung telah memahami siswa dari aspek spiritual, hal
ini terungkap saat wawancara dengan Ibu Hj Sukaenah, S.Pd.I, Bapak
Mashuri, S.Ag, MM, pada tanggal 14 Agustus 2015, mereka mengatakan:
“ Kami mengetahui dan memahami siswa-siswa dari aspek spiritual, hal ini bisa dilihat dari kegiatan sholat dzuhur. Hanya siswa-siswa itulah yang selalu sholat dan yang lainnya tidak sholat”.
121
Bapak Drs. Anas Ma’ruf, MM juga angkat bicara:
“ Dari aspek spritual kami sekolah yang notabene Islam, maka tujuan utama kami adalah menjadikan siswa yang islami, oleh karenanya kami sekolah mengadakan sholat jum’at berjamaah, belajar bimbingan qur’an, kuliah dhuha untuk menjadikan siswa yang baik dan benar dalam kehidupannya”.
5. Pemahaman terhadap siswa dari aspek sosial.
Diantara yang harus dipahami guru adalah memahami siswa dari
aspek sosial, dengan memahami aspek sosial ini, guru diharapkan dapat
membimbing siswa dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru PAI di SMK
Muhammadiyah Kedawung, ternyata untuk memahami siswa dari aspek ini
ternyata terasa berat, hal ini karena latar belakar siswa yang beragam.
Namun berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hj Sukaenah, S.Pd.I,
Bapak Mashuri, S.Ag, MM dan Bapak Drs. Anas Ma’ruf, MM mereka
mengatakan bahwa:
“Meskipun siswa-siswi kami mempunyai keragaman latar belakang sosial yang berbeda tetapi insyaallah kami tidak akan membedakan pelayanan dalam pembelajaran baik untuk siswa dari turunan orang kaya maupun turunan orang miskin, anak kota maupun anak desa, anak dari petani maupun anak orang kantoran, begitu juga tempat tinggal kalau kita analisa siswa kita banyak dari wilayah utara atau daerah pesisir yang tentu watak/karakter mereka keras, sehingga perlu kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi mereka dengan melihat aspek sosialnya.
122
6. Pemahaman terhadap siswa dari aspek kultural / budaya
Salah satu hal yang harus dipahami guru adalah memahami siswa dari
aspek kultural.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti terbukti
bahwa guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah memahami kultur
peserta didik dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari kemampuan guru
menyebutkan kultur wilayah siswanya. Seperti Bapak Mashuri, S.Ag, MM
mengatakan:
“Bagi masyarakat desa yang secara umum pengelompokannya relatif kecil, adat-istiadat atau tradisi adalah identik dengan kebudayaan. Sebab, dalam adat-istiadat atau tradisi tersebut telah terkandung sistem nilai, norma agama, sistem kepercayaan, sistem ekonomi dan lainnya, yang cukup lengkap menjadi pedoman perilaku kehidupan mereka. Untuk sbagian lainnya lagi, pola kehidupan masyarakat desa khususnya. Dengan demikian karekter mereka berdominan pada kebiasaan yang mereka lakukan.
Berdasarkan pengamatan diatas yang berbagai macam pemahaman siswa,
Peneliti mencoba mebahas bagaimana pemahaman kompetensi pedagogik
guru PAI dalam pembelajaran akhlak yang baik.
Dilihat dari pernyataan diatas bahwa siswa dari segala aspeknya sangat
dibutuhkan ketelitian dan kesabaran guru untuk melakukannya. Dengan
memahami semua aspek dari siswa mudah-mudahan upaya guru dalam
mendidik dan mengembangkan siswa supaya akhlaknya baik dapat dengan
mudah terwujud.
123
2. Perencanaan dan Pelaksanaan kompetensi guru PAI dalam
pembelajaran Akhlak
Guru yang yang baik dalam proses pembelajaran diantaranya adalah
guru yang dapat membuat perencanaan yang baik.
Fokus Penelitian dalam perencanaan Guru PAI dalam pembelajaran
Akhlak ini meliputi :
1) Pemahaman guru terhadap landasan pendidikan
2) Pemahaman guru terhadap teori belajar
3) Pemahaman guru terhadap prinsip-prinsip pembelajaran
4) Program Tahunan
5) Program Semester
6) Silabus
7) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru PAI SMK
Muhammadiyah Kedawung, telah terbukti bahwa mereka telah memahami
landasan pendidikan dengan baik. Hal ini dihasilkan dari apa yang
dipelajarinya selama mengikuti perkuliahan mereka di perguruan Tinggi dan
dari hasil apa yang mereka baca dan pelajari dari buku dan sumber lainnya.
Dalam pemahaman terhadap teori belajar, dari 3 guru PAI SMK
Muhammadiyah Kedawung tidak bisa menjawab hal ini saat dilakukan
wawancara pada tanggal 15 Agustus 2015. Namun setelah peneliti
memberikan contoh – contoh dari teori belajar ternyata semuanya telah
mengetahuinya hanya istilahnya saja yang mereka tidak tahu.
124
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan terhadap 3 orang guru
PAI SMK Muhammadiyah Kedawung, ternyata mereka telah memahami
prinsip-prinsip pembelajaran. Hal ini tampak saat guru PAI itu melaksanakan
pembelajaran di kelas.
Untuk perencanaan guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung dalam
pembelajaran akhlak, peneliti mendiskripsikan secara keseluruhan mulai dari
perencanaan kegiatan awal sampai perencanaan kegiatan terakhir.
Perencanaan guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung dalam
pembelajaran akhlak sebenarnya tidaklah berbeda dengan perencanaan
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sub pokok bahasan
yang lainnya seperti Al-Qur’an, ibadah, muamalah, tarikh dan akidah. Hanya
fokus untuk menjadikan siswa berakhlak mulia itulah yang menjadi
karakteristik tersendiri dalam pembelajaran akhlak.
Guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung dalam merencanakan
pembelajaran tidak terlepas dari pemahamannya terhadap Standar Komptensi
dan Kompetensi Dasar.
Dari pemahaman dan kajian terhadap Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar, kemudian guru menyiapkan perencanaan pembelajaran
dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Membuat program tahunan dan program semesteran
Semua guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung diwajibkan
oleh Kepala Sekolah untuk membuat program Tahunan dan Semester.
Dalam pembuatan program tahunan ini guru PAI harus mampu
125
memetakan standar Komptensi dan kompetensi-kompetensi dasar
siswa yang telah ditetapkan undang-undang pendidikan.
Perencanaan pembelajaran akhlak yang dilakukan guru PAI
SMK Muhammadiyah Kedawung sebenarnya tidak terlepas dari
program tahunan yang telah dibuatnya semenjak awal tahuan ajaran
baru.
Berdasarkan hasil studi dokumentasi, peneliti menuliskan
beberapa program tahunan guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung
mulai dari kelas X yang diajar oleh Bapak Mashuri, S.Ag, MM, Kelas
XI yang diajar oleh Ibu Hj Sukaenah, S.Pd dan kelas XII yang diajar
oleh Bapak Drs. Anas Ma’ruf. MM.
Tabel 1
PROGRAM TAHUNAN Kelas X
Satuan Pendidikan : SMK MUHAMMADIYAH KEDAWUNG
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Tahun Pelajaran : 2015 / 2016
Semester Standar Kompetensi Alokasi
WaktuKeterangan
GASAL Al-Qur’an
1. Menerapkan Hukum bacaan ”Al” Syamsiyah dan
”Al”Qomariyah
6 JP
126
Aqidah
2. Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT
melalui pemahaman sifat-sifatNya
6 JP
3. Memahami Asmaul Husna 4 JP
Akhlak
4. Membiasakan perilaku terpuji4 JP
Fiqih
5. Memahami ketentuan–ketentuan thaharah (bersuci)4 JP
6. Memahami tatacara shalat 4 JP
7. Memahami tatacara shalat jamaah dan munfarid
(sendiri)2 JP
Tarikh dan kebudayaan Islam
8. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW2 JP
Jumlah 32 JP
Semester Standar Kompetensi Alokasi
WaktuKeterangan
GENAP Al-Qur’an
9. Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan
mim mati
8 JP
Aqidah
10. Meningkatkan keimanan kepada Malaikat
6 JP
127
Akhlak
11. Membiasakan perilaku terpuji 6 JP
Fiqih
12. Memahami tatacara shalat Jum’at4 JP
13. Memahami tatacara shalat jama’ dan qashar 4 JP
Tarikh dan Kebudayaan Islam
13. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW 4 JP
Jumlah 32 JP
Tabel 2
PROGRAM TAHUNAN KELAS XI
Satuan Pendidikan : SMK MUHAMMADIYAH KEDAWUNG
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Tahun Pelajaran : 2015 / 2016
Semester Standar Kompetensi Alokasi
WaktuKeterangan
GASAL Al-Qur’an
1. Menerapkan hukum bacaan Qalqalah dan Ra4 JP
Aqidah
1. Meningkatkan keimanan kepada Kitab-kitab
Allah
4 JP
128
Akhlak
2. Membiasakan perilaku terpuji4 JP
3. Menghindari perilaku tercela 6 JP
Fiqih
4. Mengenal tatacara shalat sunnat4 JP
5. Memahami macam-macam sujud 4 JP
7. Memahami tatacara puasa 4 JP
8. Memahami zakat 4 JP
Tarikh dan Kebudayaan Islam
9. Memahami Sejarah Nabi4 JP
Jumlah 38 JP
Semester Standar Kompetensi Alokasi
WaktuKeterangan
GENAP Al-Qur’an
9. Menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf8 JP
Aqidah
10. Meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah 6 JP
Akhlak
11. Membiasakan perilaku terpuji4 JP
12. Menghindari Perilaku tercela 4 JP
129
13. Memahami hukum Islam tentang hewan sebagai
sumber bahan makanan4 JP
Tarikh dan Kebudayaan Islam
14. Memahami sejarah dakwah Islam8 JP
Jumlah 34
TABEL 3
PROGRAM TAHUNAN KELAS XII
Satuan Pendidikan : SMK MUHAMMADIYAH KEDAWUNG
: IX (Sembilan)
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Tahun Pelajaran : 2015 / 2016
Semester Standar Kompetensi Alokasi
WaktuKet
GASAL Al-Qur’an dan Al-Hadits
1. Memahami Ajaran Al Qur’an surat At-
Tin
6 JP
1. Memahami Ajaran Al – Hadits tentang
menuntut ilmu
6 JP
130
Aqidah
2. Meningkatkan keimanan kepada Hari
Akhir6 JP
Akhlak
3. Membiasakan perilaku terpuji 6 JP
Fiqih
4. Memahami hukum Islam tentang
penyembelihan hewan
6 JP
5. Memahami hukum Islam tentang Haji
dan Umrah4 JP
Tarikh dan Kebudayaan Islam
6. Memahami sejarah perkembangan Islam
di Nusantara
6 JP
Jumlah 34 JP
Semester Standar Kompetensi Alokasi
Waktu
Ket
GENAP Al-Qur’an dan Al Hadits
8. Memahami Al-Qur’an surat Al-Insyirah
6 JP
131
9. Memahami Ajaran Al – Hadits tentang
kebersihan6 JP
Aqidah
10. Meningkatkan keimanan kepada Qadha
dan Qadhar8 JP
Akhlak
10. Menghindari perilaku tercela 6 JP
Fiqih
11. Memahami tatacara berbagai shalat
sunnah6 JP
Tarikh dan Kebudayaan Islam
12. Memahami sejarah tradisi Islam
Nusantara
4 JP
Jumlah 36 JP
Menurut Ibu Hj Sukaenah dalam suatu wawancara pada tanggal
14 Agustus 2015 mengatakan bahwa :
”Program tahunan yang dia buat merupakan hasil penganalisaan program tahunan sebelumnya disesuaikan dengan kondisi yang ada baik dari alokasi waktu maupun dari sarana-prasana yang ada”.
132
Menurut Bapak Drs. Anas Ma’ruf, MM dan Bapak Mashuri,
S.Ag. MM dalam suatu wawancara pada tanggal 18 Agustus 2015
mengatakan bahwa :
“Program Tahunan merupakan program yang pertama kali harus dibuat oleh masing-masing guru dalam merencanakan pembelajaran sebelum merencanakan program-program berikutnya”.
Dalam pembuatan program tahunan, pendidik harus mampu
memetakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dengan
alokasi waktu yang ada sesuai kalender pendidikan.
Setelah guru SMK Muhammadiyah Kedawung membuat
Program Tahunan selanjutnya adalah membuat program semester.
Adapun program semester guru PAI SMK Muhammadiyah
Kedawung dari kelas X sampai dengan kelas XII dapat dilihat dalam
lampiran.
Dalam pembuatan program semester, guru PAI SMK
Muhammadiyah Kedawung menguraikan kompetensi Dasar dalam
alokasi waktu dan selanjutnya di distribusikan dalam minggu-minggu
efektif dalam setiap bulannya sampai satu semester.
Berdasarkan program tahunan dan program semesteran yang
telah diuraikan di atas, tampak jelas bahwa alokasi waktu untuk
pembelajaran akhlak secara materi dan teori hanya berkisar 6 s/d 12
jam selama satu semester. Jika guru SMK Muhammadiyah Kedawung
tidak melakukan upaya-upaya atau tidak menggunakan metode-
133
metode pembelajaran akhlak yang efektif dan efesien maka pantaslah
jika akhlak siswa semakin hari tidak semakin membaik . Apalagi kalau
lingkungan manusia sekitarnya tidak baik.
Dari wawancara dan diskusi dengan guru mata pelajaran PAI
telah disepakati bahwa untuk menjadikan akhlak siswa lebih baik
maka bukan hanya dari sisi alokasi waktu yang banyak akan tetapi
perlu kecerdasan dari guru PAI dalam menyikapi dan mensiasati
pembinaan akhlak siswa supaya berakhlak mulia.
b. Membuat Silabus
Dari hasil studi dokumentasi, ternyata guru PAI SMK
Muhammadiyah Kedawung telah membuat silabus mata pelajaran PAI
sesuai pedoman penyusunan silabus yang diterbitkan BSNP.
Silabus Mata Pelajaran PAI SMK Muhammadiyah Kedawung
dalam pembelajaran akhlak diantaranya adalah sebagai berikut :
Silabus PAI kelas X SMK Muhammadiyah Kedawung
1. Standar Kompetensi
Membiasakan Perilaku terpuji
2. Kompetensi Dasar :
Menjelaskan pengertian tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar.
Menampilkan contoh-contoh perilaku tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar.
Membiasakan perilaku tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar.
3. Materi Pokok/Pembelajaran :
134
Pengertian Tawadlu, taat, qana’ah dan sabar
Contoh-contoh perilaku tawadlu, taat, qana’ah
Pembiasaan perilaku tawadlu, taat, qana’ah dan sabar
4. Kegiatan Pembelajaran :
Siswa membaca dan mengkaji literatur untuk menemukan konsep yang
jelas dan benar tentang tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar.
Siswa berdiskusi untuk menemukan contoh-contoh perilaku yang
menunjukkan sikap tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar.
Siswa mempraktikkan perilaku terpuji (tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar)
bersama teman-teman dan guru-gurunya di sekolah.
5. Indikator
Menjelaskan pengertian tawadlu dan menunjukkan dalil naqlinya.
Menjelaskan pengertian taat dan menunjukkan dalil naqlinya.
Menjelaskan pengertian qana’ah dan menunjukkan dalil naqlinya.
Menjelaskan pengertian sabar dan menunjukkan dalil naqlinya.
Menampilkan contoh-contoh perilaku tawadlu.
Menampilkan contoh-contoh perilaku taat.
Menampilkan contoh-contoh perilaku qana’ah.
Menampilkan contoh-contoh perilaku sabar.
Membiasakan perilaku tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar dalam
lingkungan keluarga.
Membiasakan perilaku tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar dalam
lingkungan sekolah.
135
Membiasakan perilaku tawadlu, taat, qana’ah, dan sabar dalam
lingkungan masyarakat.
6. Penilaian
A. Teknik Penilaian : Test Tertulis, Test Lisan dan Portofolio
B. Bentuk Instrumen : Jawaban singkat, Pilihan Ganda, dan pembuatan
Makalah
7. Alokasi Waktu
Alokasi untuk pencapaian Kompetensi di atas membutuhkan Waktu 6 X
40 Menit atau 3 X pertemuan
Pertemuan pertama untuk membahas tentang pengertian Tawadlu, Taat,
Qanaah dan Sabar.
Pertemuan kedua untuk membahas tentang contoh-contoh Tawadlu, Taat,
Qanaah dan Sabar.
Pertemuan Ketiga untuk membahas tentang Pembiasaan sikap Tawadlu,
Taat, Qanaah dan Sabar.
Silabus PAI kelas XI SMK Muhammadiyah Kedawung
1. Standar Kompetensi
Membiasakan perilaku terpuji
2. Kompetensi Dasar :
Menjelaskan adab makan dan minum
Menampil adab makan dan minum
136
Mempraktikkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari - hari
3. Materi Pokok/Pembelajaran :
- Perilaku Terpuji ( adab Makan dan minum )
4. Kegiatan Pembelajaran :
Siswa membaca dan mengkaji literatur untuk menemukan konsep yang
jelas dan benar tentang adab makan dan minum
Siswa mengamati orang-orang yang sedang makan di rumah makan lalu
menjelaskan di depan kelas.
Siswa diajak untuk mempraktekkan adab makan dan minum yang benar
dalam kehidupan sehari – hari bersama keluarganya
5. Indikator
Menjelaskan tatacara makan yang benar.
Menjelaskan tatacara minum yang benar.
Menunjukkan dalil naqli tentang adab makan dan minum.
Menunjukkan contoh cara makan yang benar dan yang salah.
Menunjukkan contoh cara minum yang benar dan yang salah.
Mempraktikkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan keluarga.
Mempraktikkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan sekolah.
Mempraktikkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan masyarakat.
6. Penilaian
137
A. Teknik Penilaian : Test Tertulis, Penugasan dan tes Unjuk Kerja
B. Bentuk Instrumen : Uraian Singkat, PR, Praktek dan Pembiasaan
7. Alokasi Waktu
Alokasi untuk pencapaian Kompetensi di atas membutuhkan Waktu 4 X
40 Menit atau 2 X pertemuan
Pertemuan pertama untuk membahas tentang tata cara makan dan minum
dan dalil naqlinya
Pertemuan kedua untuk membahas tentang contoh cara makan dan
minum yang benar dan yang salah serta mempraktekkan adab makan dan
minum dalam kehiudpan sehari – hari.
Silabus PAI KELAS XII SMK Muhammadiyah Kedawung
1. Standar Kompetensi
Menghindari Perilaku tercela
2. Kompetensi Dasar :
Menyebutkan pengertian takabur.
Menyebutkan contoh-contoh perilaku takabur.
Menghindari perilaku takabur dalam kehidupan sehari-hari.
3. Materi Pokok/Pembelajaran :
- Perilaku Tercela (TAKABUR)
4. Kegiatan Pembelajaran :
Membaca dan menelaah literatur untuk menemukan konsep yang benar
tentang takabur.
138
Siswa mengamati fenomena di masyarakat untuk dapat menyebutkan
contoh-contoh perilaku takabur.
Siswa diajak untuk menghindari perilaku takabur di mana pun dan terhadap
siapa pun.
5. Indikator
Menjelaskan pengertian takabur.
Menyebutkan dalil naqli terkait dengan takabur.
Menyebutkan contoh-contoh perilaku takabur terhadap Allah Swt.
Menyebutkan contoh-contoh perilaku takabur terhadap sesama manusia.
Menghindari perilaku takabur di tengah-tengah keluarga.
Menghindari perilaku takabur di lingkungan sekolah.
Menghindari perilaku takabur di tengah-tengah masyarakat.
6. Penilaian
A. Teknik Penilaian : Test Tertulis
B. Bentuk Instrumen : Jawaban singkat, identifikasi dan Uraian
7. Alokasi Waktu
Alokasi untuk pencapaian Kompetensi di atas membutuhkan Waktu 6 X
40 Menit atau 3 X pertemuan
Pertemuan pertama untuk membahas tentang pengertian dan dalil naqli
perilaku Takabur
Pertemuan kedua untuk membahas contoh-contoh perilaku Takabur
kepada Allah SWT dan sesama manusia.
139
Pertemuan ketiga untuk membahas tentang pembiasaan menghindaari
perilaku takabur dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
c. Membuat Rencana Pelangksanaan Program ( RPP )
Dari hasil studi dokumentasi, ternyata semua guru PAI SMK
Muhammadiyah Kedawung telah membuat RPP. Adapun RPP Mata
Pelajaan PAI SMK Muhammadiyah Kedawung dalam pembelajaran
Akhlak yaitu :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PAI kelas X SMK Muhammadiyah Kedawung
Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji
Kompetensi Dasar : 4.1. Menjelaskan pengertian Tawadlu, taat, Qonaah
dan sabar
4.2. menampilkan contoh-contoh perilaku
Tawadlu, taat, Qonaah dan sabar
4.3. Membiasakan perilaku Tawadlu, taat, Qonaah
dan sabar
Alokasi Waktu : 6 x 40 menit ( 3 x pertemuan )
A. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Siswa dapat menjelaskan pengertian Tawadlu dan menunjukan
dalilnya.
Siswa dapat menjelaskan pengertian taat dan menunjukan dalilnya.
140
Siswa dapat menjelaskan pengertian Qonaah dan menunjukan dalilnya.
Siswa dapat menjelaskan pengertian sabar dan menunjukan dalilnya.
Pertemuan Kedua
Siswa dapat menampilkam contoh-contoh perilaku Tawadlu
Siswa dapat menampilkam contoh-contoh perilaku Taat
Siswa dapat menampilkam contoh-contoh perilaku Qonaah
Siswa dapat menampilkam contoh-contoh perilaku Sabar
Pertemuan Ketiga
Siswa dapat membiasakan perilaku Tawadlu, taat, Qonaah dan sabar
dalam lingkungan keluarga
Siswa dapat membiasakan perilaku Tawadlu, taat, Qonaah dan sabar
dalam lingkungan sekolah
Siswa dapat membiasakan perilaku Tawadlu, taat, Qonaah dan sabar
dalam lingkungan masyarakat
B. Materi Pembelajaran
Perilaku Terpuji
1. Pengertian Tawadlu, taat, qana’ah dan sabar
2. Contoh-contoh perilaku tawadlu, taat, qana’ah
3. Pembiasaan perilaku tawadlu, taat, qana’ah dan sabar
C. Metode Pembelajaran
Tanya Jawab, Diskusi, Drill dan Praktek
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:
1. Kegiatan Pendahuluan ( umum ) / semua pertemuan
141
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca
basmalah dan berdoa.
Guru membiasakan siswa untuk membaca Al-Qur’an memulai
materi pembelajaran
Guru memberikan Apersepsi, dan motivasi
Guru menjelaskan kompetensi, indikator dan materi yang akan
dimiliki / dikuasai siswa sebagai tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti
Pada pertemuan pertama siswa dibuat kelompok menjadi empat
kelompok
Masing-masing kelompok diberi tugas untuk memahami dari
tujuan pembelajaran dari setiap pertemuan
Masing-masing kelompok mendiskusikan dari materi pokok yang
telah ditetapkan
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi sesuai
tugasnya melalui perwakilan kelompok.
Masing-masing kelompok membuat pertanyaan untuk
disampaikan kepada kelompok yang telah mempresentasikan
materi diskusinya.
3. Kegiatan Penutup
Guru memberi tugas siswa untuk menunjukan contoh-contoh
perilaku Tawadlu, Taat, qonaah dan Sabar dalam lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat
142
Guru memberikan penilaian terhadap proses pembelajaran.
Guru dan siswa memberikan kesimpulan materi hasil diskusi.
E. Alat/Sumber Belajar :
1. Al-Quran.
2. Buku-buku tentang akhlak terpuji
3. Buku paket pendidikan Agama Islam kelas X.
4. Buku-buku lain yang relevan.
5. Kaset dan tape recorder atau peralatan teknologi dan komunikasi yang
relevan.
F. Penilaian
Indikator
Penilaian
Teknik Bentuk Instrumen / Soal
1. Menjelaskan pengertian
tawadlu dan
menunjukkan dalil
naqlinya.
Tes tulis Jawaban
singkat
1. Jelaskan pengertian
tawadlu dan
tunjukkan dalilnya!
2. Menjelaskan pengertian
taat dan menunjukkan
Tes tulis Jawaban
singkat
1. Jelaskan pengertian
taat dan tunjukkan
143
dalil naqlinya. dalilnya!
3. Menjelaskan pengertian
qana’ah dan
menunjukkan dalil
naqlinya.
Tes tulis Jawaban
singkat
1. Jelaskan pengertian
qana’ah dan
tunjukkan dalilnya!
4. Menjelaskan pengertian
sabar dan menunjukkan
dalil naqlinya.
Tes tulis Jawaban
singkat
1. Jelaskan pengertian
sabar dan tunjukkan
dalilnya!
1. Menampilkan contoh-
contoh perilaku tawadlu.
Tes tulis Pilihan
ganda
الصابرين .1 مع الله إن
adalah dalil naqli
tentang sifat:
a. sabar
b. tawadlu
c. taat
d. qana’ah
2. Menampilkan contoh-
contoh perilaku taat.
Tes lisan Jawaban
singkat
1. Berilah contoh satu
perbuatan yang
menunjukkan perilaku
144
taat kepada Allah!
3. Menampilkan contoh-
contoh perilaku qana’ah.
Tes tulis Pilihan
ganda
1. Orang yang selalu
merasa cukup
terhadap pemberian
Allah dinamakan:
a. taat
b. tawakal
c. tawadlu
d. qana’ah
4. Menampilkan contoh-
contoh perilaku sabar.
Tes lisan Jawaban
singkat
1. Tunjukkan satu
perilaku sabar ketika
kalian mendapatkan
musibah!
1. Membiasakan perilaku
tawadlu, taat, qana’ah,
dan sabar dalam
lingkungan keluarga.
Portofolio Makalah 1. Buatlah makalah
tentang perilaku
tawadlu, taat, qana’ah,
dan sabar dalam
lingkungan keluarga!
145
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ) RPP (
PAI kelas XI SMK Muhammadiyah Kedawung
Standar Kompetensi : 12. Membiasakan perilaku terpuji
Kompetensi Dasar : 12.1 Menjelaskan adab makan dan minum
12.2 Menampilkan contoh adab makan dan
minum
Indikator : 12.1.1 Menjelaskan tatacara makan yang benar
12.1.2 Menjelaskan tatacara minum yang benar
12.1.3 Menunjukkan dalil naqli tentang adab
makan dan minum
12.2.1 Menunjukkan contoh cara makan yang
benar
12.2.2 Menunjukkan contoh cara minum yang
benar
Alokasi Waktu : 2 X 40 Menit
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik dapat Menjelaskan tatacara makan yang benar
2. Peserta didik dapat Menjelaskan tatacara minum yang benar
3. Peserta didik dapat Menunjukkan dalil naqli tentang adab makan dan
minum
146
B. MATERI PEMBELAJARAN
Adab dan tata cara minum yang sesuai dengan ajaran Islam adalah sebagai
berikut :
1. Membaca do'a sebelum dan sesudah makan dan minum
Do’a mau makan
النار عذاب وقنا رزقتنا ما في لنا رك با اللهم
“Ya Allah berkahilah untuk kami pada apa-apa yang telah engkau
rizkikan kepada kami, dan peliharalah kamu dari siksa api neraka”
Do’a sesudah makan
المسلمين من وجعلنا وسقانا اطعمنا الذي لله الحمد
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minum
kepadaku dan telah menjadikan aku termasuk orang-orang islam”
2. Biasakan makan dan minum menggunakan tangan kanan
شرب واذا بيمينه فيأكل احدكم اكل اذا
يأكل يطان الش فان بيمينه فليشرب
مسلم ) ( رواه بشماله ويشرب بشماله
Artinya :"Jika seseorang diantaramu makan, maka makanlah
dengan tangan kanannya, dan jika diantaramu minum, maka
minumlah dengan tangan kanannya, sesungguhnya setan makan
dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya" ( HR.
Muslim )
147
3. Dilarang makan dan minum secara berlebihan
4. Janganlah makan dan minum sambil berdiri
. . . . ان نهى انه صم النبي عن ع ر انس عن
قائما جل الر يشرب
Artinya : "Dari Anas r.a., bahwa Nabi Saw telah menegur
( mencela ) seseorang yang minum sambil berdiri"
5. Makan dengan cara-cara yang baik dan tidak mencela makanan
: . . الله رسول عاب ما قال ع ر هريرة ابي عن
. كرهه. وان اكله اشتهاه ان قط طعاما صم
مسلم ) ( رواه تركه
Artinya : "Dari Abu Hurairah r.a.berkata : Rasulullah Saw tidak pernah
( menghina ) makanan, beliau jika menyukainya lalu memakannya, dan
jika tidak menghendaki maka beliau tinggalkan" ( HR. Muslim )
C. METODE PEMBELAJARAN
1. Diskusi
2. Praktik
3. Pemodelan
4. Penugasan
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Pendahuluan
148
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca basmalah
dan berdoa.
Guru membiasakan siswa untuk membaca Al-Qur’an sebelum
memulai materi pembelajaran
Guru memberikan Apersepsi, dan motivasi
Guru menjelaskan kompetensi , indikator dan materi yang akan
dimiliki / dikuasai siswa sebagai tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti
Peserta didik membaca dan menelaah tentang ketentuan-ketentuan
makan dan minum
Peserta didik mencontohkan tata cara makan dan minum yang benar
Peserta didik merumuskan beberapa poin penting tentang adab makan
dan minum
3. Kegiatan Penutup
Menyimpulkan beberapa ketentuan tentang makan dan minum
Memberi tugas untuk menuliskan doa makan
E. ALAT/SUMBER BELAJAR
1. Al- Qur’anul Karim
2. Buku PAI
3. Buku-buku lain yang relevan
149
F. PENILAIAN
Indikator
Penilaian
Teknik Bentuk Instrummen / Soal
Menjelaskan tatacara
makan yang benar.
Tes tulis Uraian Jelaskan tatacara makan
yang benar!
Menjelaskan tatacara
minum yang benar.
Tes tulis Uraian Jelaskan tatacara minum
yang benar!
Menunjukkan dalil naqli
tentang adab makan dan
minum.
Penugasan Pekerjaa
n rumah
Carilah dalil naqli yang
terkait dengan adab
makan dan minum lalu
tulislah dalam buku
kerja kalian!
Menunjukkan contoh cara
makan yang benar dan
yang salah.
Tes unjuk
kerja
Praktik Peragakan cara makan
yang benar dan yang
salah!
Menunjukkan contoh cara
minum yang benar dan
yang salah.
Tes unjuk
kerja
Praktik 1. Peragakan cara
minum yang benar dan
yang salah!
150
Mempraktikkan adab
makan dan minum dalam
kehidupan sehari-hari di
lingkungan keluarga.
Penugasan Pembias
aan
Cobalah kalian selalu
makan dan minum
dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan yang
diatur dalam ajaran
Islam!
Mempraktikkan adab
makan dan minum dalam
kehidupan sehari-hari di
lingkungan sekolah.
Penugasan Pembias
aan
Cobalah kalian selalu
makan dan minum
bersama teman-teman
kalian di sekolah sesuai
dengan ketentuan Islam!
Mempraktikkan adab
makan dan minum dalam
kehidupan sehari-hari di
lingkungan masyarakat.
Penugasan Pembias
aan
Cobalah kalian selalu
makan dan minum
dengan cara yang Islami
di tengah-tengah
kehidupan masyarakat!
151
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ) RPP (
PAI KELAS XII SMK Muhammadiyah Kedawung
Standar Kompetensi : 11. Menghindari Perilaku tercela
Kompetensi Dasar : 11.1 Menjelaskan pengertian takabur
11.2 Menyebutkan contoh-contoh perilaku takabur
11.3 Menghindari perilaku takabur dalam
kehidupan sehari – hari
Alokasi Waktu : 6 x 40 menit ( 3 x pertemuan )
A. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Siswa dapat Menjelaskan pengertian takabur.
Siswa dapat Menyebutkan dalil naqli terkait dengan takabur.
Pertemuan Kedua
Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh perilaku takabur terhadap
Allah
Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh perilaku takabur terhadap
sesama manusia.
Pertemuan Ketiga
Siswa dapat menghindari perilaku takabur di tengah-tengah keluarga.
Siswa dapat menghindari perilaku takabur di lingkungan sekolah.
152
Siswa dapat menghindari perilaku takabur di tengah-tengah
masyarakat.
B. Materi Pembelajaran
Perilaku Tercela )Takabur (
C. Metode Pembelajaran
Tanya Jawab, Diskusi , Drill dan Praktek
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:
1. Kegiatan Pendahuluan ( umum ) / semua pertemuan
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca
basmalah dan berdoa.
Guru membiasakan siswa untuk membaca Al-Qur’an memulai
materi pembelajaran
Guru memberikan Apersepsi, dan motivasi
Guru menjelaskan kompetensi, indikator dan materi yang akan
dimiliki / dikuasai siswa sebagai tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti
Pada pertemuan pertama siswa dibuat kelompok menjadi empat
kelompok
Masing-masing kelompok diberi tugas untuk memahami dari
tujuan pembelajaran dari setiap pertemuan
Masing-masing kelompok mendiskusikan dari materi pokok yang
telah ditetapkan
153
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi sesuai
tugasnya melalui perwakilan kelompok.
Masing-masing kelompok membuat pertanyaan untuk
disampaikan kepada kelompok yang telah mempresentasikan
materi diskusinya.
3. Kegiatan Penutup
Guru memberikan penilaian terhadap proses pembelajaran.
Guru dan siswa memberikan kesimpulan materi hasil diskusi.
E. Alat/Sumber Belajar :
1. Al-Quran.
2. Buku-buku tentang akhlak terpuji
3. Buku paket pendidikan Agama Islam kelas XII.
4. Buku-buku lain yang relevan.
5. Kaset dan tape recorder atau peralatan teknologi dan komunikasi yang
relevan.
F. Penilaian
Indikator
Penilaian
Teknik Bentuk Instrummen / Soal
Menjelaskan
pengertian takabur.
Tes Lisan Jawaban
singkat
Apa makana kata
takabur dari segi bahasa
Menyebutkan dalil
naqli terkait dengan
Tes Lisan Jawaban
singkat
Tunjukan salah satu
dalil naqli terkait
154
takabur. dengan takabur
Menyebutkan contoh-
contoh perilaku
takabur terhadap Allah
Swt.
Tes Lisan Identifikasi Cobalah kalian
mengidentifikasi
contoh-contoh perilaku
manusia yang
menunjukkan takabur
kepada Allah!
Menyebutkan contoh-
contoh perilaku
takabur terhadap
sesama manusia.
Tes Lisan Identifikasi Cobalah kalian
mengidentifikasi
contoh-contoh perilaku
manusia yang
menunjukkan takabur
kepada sesamanya!
Menghindari perilaku
takabur di tengah-
tengah keluarga.
Tes Lisan Uraian Sebutkan dan jelaskan
beberapa cara yang
dapat kalian lakukan
untuk menghindari
takabur di tengah-
tengah keluarga!
Menghindari perilaku
takabur di lingkungan
sekolah.
Tes Lisan Uraian Sebutkan dan jelaskan
beberapa cara yang
dapat kalian lakukan
untuk menghindari
155
takabur di sekolah!
Menghindari perilaku
takabur di tengah-
tengah masyarakat.
Tes Lisan Uraian Sebutkan dan jelaskan
beberapa cara yang
dapat kalian lakukan
untuk menghindari
takabur di tengah-
tengah masyarakat!
Pelaksanaan guru PAI dalam pembelajaran akhlak merupakan
implementasi dari perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam silabus
dan RPP.
Fokus penelitian pada pelaksanan guru PAI dalam pembelajaran
Akhlak di SMK Muhammadiyah Kedawung merujuk pada indikator yang
telah disebutkan pada BAB II yaitu :
1. Mampu membuka pelajaran termasuk di dalamnya ada pre test dan
memotivasi siswa dalam belajar
Berdasarkan analisa terhadap hasil pengamatan dan wawancara
terhadap 3 orang guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung dapatlah
dikatakan bahwa guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah mampu
membuka pelajaran dengan baik. Hal ini bisa dilihat saat guru PAI saat
memulai melaksanakan pembelajaran. Dari 3 orang guru PAI yang diamati,
ternyata semuanya telah membuka pelajaran dengan mengucapkan
bismillahirrahmanirrakhim, dilanjutkan dengan membaca Alqur’an/tadarus
156
selama 5 menit, menyampaikan kompetensi dan indikator pembelajaran,
melaksankan pre test dan memotivasi siswa supaya semangat dan fokus
dalam belajarnya.
2. Mampu menyajikan materi
Berdasarkan pengamatan, wawancara dan studi dokumnetasi,
ternyata guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah mampu
menyajikan materi akhlak dengan baik, hanya dalam pembiasaan
terhadap nilai-nilai akhlak masih dianggap kurang, hal ini bisa dilihat
dari tidak jalannya kegiatan shalat berjama’ah.
3. Mampu menggunakan metode / media
Berdasarkan pengamatan dan wawancara , ternyata guru PAI SMK
Muhammadiyah Kedawung belum memaksimalkan metode pendidikan
gama Islam pada umumnya dan pembelajaran akhlak pada khususnya.
Metode yang sering digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab
meskipun begitu ada guru PAI mengajarnya dengan metode projektor.
Padahal banyak sekali metode yang mungkin bisa digunakan untuk
dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa jemu
dengan metode pembelajaran yang ada dan bisa bertambah gairah
dalam belajar.
Dalam hal penggunaan media, guru PAI SMK Muhammadiyah
Kedawung menggunakan media pembelajaran seadanya seperti buku
paket, spidol, papan tulis, Infokus, sudah kelihatan adanya kreatifitas
dari guru.
157
4. Mampu menggunakan alat peraga
Berdasarkan pengamatan dan wawancara, guru PAI SMK
Muhammadiyah Kedawung sudah terlihat menggunakan alat peraga
dalam pembelajaran.
5. Mampu menggunakan bahasa yang komunikatif
Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah
Kedawung telah mampu menggunakan bahasa yang komunikatif dalam
pelaksanaan pembelajaran baik di ruangan kelas maupun di luar
lapangan.
6. Mampu memotivasi siswa
Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah
Kedawung telah mampu memotivasi siswa untuk semangat dan fokus
dalam belajar.
7. Mampu mengorganisasikan kegiatan
Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah
Kedawung telah mampu mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
baik di ruang kelas maupun di luar kelas.
8. Mampu berinteraksi dengan siswa secara komunikatif
Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah
Kedawung telah mampu berinteraksi dengan siswa secara komunikatif.
9. Mampu menyimpulkan pembelajaran
158
Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah
Kedawung telah mampu menyimpulkan pembelajara dengan baik,
tetapi terkadang dalam waktu-waktu tertentu lupa untuk memberikan
kesimpulan akhir.
10. Mampu memberikan umpan balik
Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah
Kedawung telah mampu memberikan umpan balik dengan melempar
pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanggapi pertanyaan temannya.
11. Mampu melaksanakan Evaluasi dan penilaian (Post Test)
Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah
Kedawung telah mampu melaksanakan Evaluasi dan Penilaian dengan
baik. Untuk lebih detailnya akan dibahas pada bagian Evaluasi dan
penilaian guru PAI dalam pembelajaran.
12. Mampu mengggunakan waktu
Berdasarkan pengamatan, guru PAI SMK Muhammadiyah
Kedawung belum dapat menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
Hal ini sering terjadi waktu sudah habis, tetapi kegiatan pembelajaran
belum berakhir sehingga tidak ada kesimpulan apalagi post test.
Dari hasil pengamatan dan wawancara secara keseluruhan, dapatlah
dikatakan bahwa guru SMK Muhammadiyah Kedawung dalam pelaksanaan
pembelajaran akhlak kurang maksimal memenuhi indikator-indikator dari
159
pelaksanaan pembelajaran akhlak. Hal inilah yang memungkinkan menjadi
alasan tujuan pembelajaran akhlak belum tercapai secara maksimal.
Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan selain teknik-teknik
proses pembelajran diatas, tentu kita tahu bagaimana usaha-usaha yang
mendukung supaya guru PAI dapat maksimal dalam pembelajaran akidah
akhlak. Seorang guru sebagai tenaga professional dapat berkembang dan
semakin mantap, maka perlu ada usaha-usaha yang perlu dilakukan. Di
antaranya:
a. Guru PAI perlu banyak-banyak belajar baik di rumah maupun juga di
perpustakaan dengan cara membaca buku-2 agama, al-Qur’an, Hadis,
koran, majalah, internet. dalam al-Qur’an, Allah
mengingatkan manusia agar senantiasa banyak membaca. Dengan
membaca itu, ilmu pengathuan dan teknologi akan berkembang dan
maju.
b. Guru PAI hendaknya memanfaatkan wadah perkumpulan guru mata
pelajaran seperti MGMP, KKG dengan melakukan diskusi dan
seminar. Karena ketika Peneliti survai ternyata guru PAI di SMK
Muhammadiyah Kedawung belum melaksanakan kegiatan tersebut,
dan ini tentu belum ada kekompakan dalam menyampaikan
pembelajaran satu dengan lainnya. Dan ini berpengaruh dalam proses
pembelajaran.
c. Belajar secara formal pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
seperti melanjutkan kuliah dalam jenjang S.2 dan S.3 yang linier.
d. Mengikuti pertemuan organisasi profesi pendidikan guru PAI (PGRI,
ISPI, dll)
e. Ikut Mengambil bagian dalam kompetisi ilmiah
f. Melakukan penelitian tindakan kelas (PTK)
160
Ketika guru PAI aktif dalam mengembangkan dan mencari referensi-
referensi yang berkaitan dengan pengetahuan atau materi yang akan disampaikan,
insyallah semua materi pembelajaran akan tersalurkan dengan baik dan maksimal.
3. Upaya Guru PAI dalam mengembangkan Potensi Peserta didik
Upaya Guru PAI dalam mengembangkan Potensi Peserta didik
merupakan salah satu tugas guru yang harus dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya sehingga ketercapaian tujuan pendidikan dapat terealisasi dengan
sebaik-baiknya.
Fokus penelitian terhadap guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung
dalam mengembangkan potensi peserta didik ini mengacu pada indikator
yang telah disebutkan pada BAB II yaitu :
1. Kegatan Ekstrakurikuler
2. Ramedial
3. Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi dengan
ketiga guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung didapatkan data sebagai
berikut :
1. Kegiatan Ekstrakurikuler
Dalam hal kegiatan ekstrakuler, guru PAI SMK Muhammadiyah
Kedawung telah melaksanakan kegiatan berupa Seni Baca Tulis Al-Qur’an ,
sholat dzuhur berjamaa’ah, kuliah duha dan tadarrus Al-Qura’an.
Seni baca tulis Al-Qura’an diperuntukkan siswa yang belum lancar
membaca dan menulis Al-qur’an, sedangkan kuliah duha diperuntukkan
161
kepada semua siswa dari tingkat X, XI dan XII sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Pembimbingnya adalah Bapak Mashuri, S.Ag. MM dan
kegiatan dilakanakan pada hari rabu siang dan kuliah dhuha dilaksankan
pada minggu pagi.
Sholat Dzuhur berjama’ah bertujuan supaya peserta didik dan warga
sekolah terbiasa sholat dzuhur dengan berjama’ah. Namun kegiatan ini
menurut Bapak Mashuri, S.Ag. MM (selaku Waka Ismuba) , tidak berjalan
dengan baik karena kenyataannya hanya beberapa orang peserta didik saja
yang mengikuti sholat berjama’ah. Upaya yang dilakukan guru PAI dalam
kegiatan sholat Dzuhur berjama’ah ini yaitu membuat jadwal shalat dzuhur
berjama’ah dan menasehati peserta didik yang malas sholat dzuhur
berjama’ah baik saat di dalam kelas maupun saat kegiatan belajar mengajar.
2. Ramedial
Berdasarkan pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi yang
dilakukan peneliti terbukti bahwa guru PAI SMK Muhammadiyah
Kedawung telah melaksanakan kegiatan ramedial.
Kegiatan Ramedial bertujuan untuk membantu peserta didik yang
masih di bawah KKM (Kriteri Ketuntasan Minimum).
3. Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK, ternyata guru PAI
SMK Muhammadiyah Kedawung mempunyai kerja sama yang baik dengan
guru BK dalam mengatasi kenakalan peserta didik secara khusus dan akhlak
siswa yang tidak baik secara umum.
162
Dari bermacam penelitian yang ada peniliti mencoba menarik
kesimpulan terkait tentang upaya guru PAI dalam mengembangkan potensi
peserta didik, disana muncul masalah dan juga ada penunjang untuk
memecahkan supaya menjadi peserta didik yang potensi.
A. Masalah
Bila dicermati Peneliti secara seksama, permasalahan guru PAI pada
lingkungan SMK Muhammadiyah Kedawung, ini disebabkan karena
praktik pendidikan hanya memperhatikan aspek kognitif semata dan
mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volutif, yakni
kemauan dan tekat untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama.
Akibatnya terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan
dalam kehidupan sehari-hari dan pengajaran PAI selama ini lebih
berorientasi pada belajar tentang agama, sehingga hasilnya
banyak peserta didik yang mengetahui nilai-nilai ajaran agama, tetapi
prilakunya tidak relevan dengan pengetahuannya. Dengan demikian
meskipun program-program yang telah dilaksanakan dengan baik,
seperti kegiatan ekstrakurikuler, ramedial dan bimbingan Konseling,
akan tetapi profesional guru kurang maksimal seperti :
1. Kurangnya sikap professional guru PAI, yang ditandai dengan
kurangnya kemampuan dalam menyampaikan bahan pelajaran
kepada peserta didik. Ini terlihat dari kurangnya kemampuan
membuat persiapan, menguasai bahan pelajaran, memilih
metode, menggunakan media, dan melakukan pengelolaan
kelas.
163
2. Kurangnya pengakuan masyarakat terhadap guru PAI. Hal ini
ditandai dengan kurangnya penghargaan atas kegiatan
pendidikan yang dilakukan guru terhadap peserta didik di
sekolah. Sebagai akibatnya ada perasaan rendah diri (minder)
bagi guru agama bila berhadapan dengan guru bidang studi
lain.
Berbagai persoalan PAI tersebut, menurut Peneliti tidak bisa
dilepaskan dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam
pelaksanaannya, kalau dianalisa ada empat hal yang menyebabkan
timbulnya permasalahan PAI, yakni:
1. Kesulitan dari bidang studi PAI itu sendiri. Bidang studi
ini banyak menyentuh aspek-aspek metafisika (ghaib) yang
bersifat abstrak atau bahkan menyangkut hal-hal yang yang
bersifat supra rasional, meskipun ada juga yang menyentuh
hal-hal yang rasional.
2. Kesulitan yang datang dari guru PAI sendiri, yakni kurangnya
kemampuan professional dalam mendidik.
3. Orang tua kurang memperhatikan pendidikan agama yang
diperoleh anak di sekolah.
4. Orientasi kehidupan semakin matrealistis, individualistis, dan
pragmatis, sebagai akibatnya standar keberhasilan seseorang
hanya diukur dengan benda, pangkat, dan jabatan.
Bila dicermati berbagai persoalan guru PAI, sebagaimana diungkap di
atas, agaknya titik lemah PAI lebih banyak terletak pada komponen
guru (pendidik). Kelemahan tersebut dapat terlihat pada penyajian
materi. Guru PAI kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang
kognitif menjadi “bermakna” dan “bernilai”, atau kurang mendorong
penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu
diinternalisasikan dalam diri peserta didik. Di samping itu, guru PAI
juga tidak bisa memahami peserta didik dari aspek perkembangnnya,
kurang dapat bekerja sama dengan program-program pendidikan non-
164
PAI, dan kurang mengkaitkan materi PAI dengan kehidupan sosial
yang terjadi di masyarakat, sehingga peserta didik kurang menghayati
nilai-nilai agama sebagai nilai kehidupan keseharian.
B. Penunjang
Guru merupakan pendidik profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (UU No.
20/2003, Ps. 39, ayat 2)
Berdasarkan undang-undang di atas dapat dipahami bahwa
tugas guru PAI bukan hanya mengajar saja, tetapi lebih jauh dari itu,
yakni mulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, sampai kepada mengevaluasi hasil pembelajaran.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen juga secara tegas
dikatakan bahwa Guru adalah pendidik professional dengan tugas
utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah (UU No. 14 Th. 2005, ps 1).
Oleh karenanya, mengajar PAI bukanlah hanya sekedar
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik, tetapi
mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
melakukan evaluasi. Mengajar adalah pekerjaan yang mempunyai
tujuan yang jelas, yakni pembentukan kepribadian, karakter, watak
peserta didik. Dalam pelaksanaannya diperlukan sejumlah
keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu
pengetahuan yang spesifik, yang hanya bisa dilakukan hanya oleh
tenaga profesional. Oleh karena itu, menjadi guru tidak hanya cukup
memahami materi yang akan diajarkan saja, akan tetapi memerlukan
pengetahuan lain yang menunjang, misalnya pengetahuan tentang
165
psikologi (psikologi umum, psikologi perkembangan, dan psikologi
belajar), teori tentang perubahan tingkah laku, kemampuan merancang
dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, kemampuan
mendesain strategi pembelajaran, dan kemampaun lainnya.
Di samping itu, pekerjaan guru PAI bukanlah pekerjaan yang statis,
tetapi adalah pekerjaan yang dinamis, yang senantiasa berkembang,
karena yang dihadapi adalah manusia dan pengetahuan yang senantiasa
berkembang. Oleh karena itu, guru dituntut peka terhadap dinamika
perkembangan masyarakat, baik perkembangan kebutuhan yang
senantiasa berubah, perkembangan social, budaya, politik, dan
teknologi. Untuk itu, guru harus berangkat dari orang yang berbakat,
punya minat, panggilan njiwa, dan idealisme, serta memiliki komitmen
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dari itu, guru tidak bisa
melepaskan diri dari tanggung jawab professional dalam proses
pendidikan.
a. Penunjang
3. Guru menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan
tuntuan karakteristik masyarakat masa depan. Dalam hal ini
guru selalu mengikuti perkembangan “ trend” yang sedang
berkembangan di masyarakat, tetapi tetap berprinsip
dengan jati diri. Kondisi ini akan membantu guru akarap
166
dengan siswa tetapi tetap berwibawa sebagai tauladan,
sehingga mempunyai pengaruh positif bagi peserta didik.
Ciptakan kondisi sebagai “guru idaman”.
. 2. Guru harus dapat mengajar dalam kelas dengan keragaman
kemampuan siswa. Dalam hal ini guru dapat mengembangkan seluruh
modalitas belajar dan seluruh spektrum kecerdasan siswa. Tentu saja
dalam satu kelas bervariasi dominasi kecerdasan dan cara siswa untuk
menyerap informasi. Guru harus membantu setiap siswa, hindari mengejek
siswa yang lambat pemahamannya, dan memuji (menjadikan bunga kelas)
bagi siswa pandai. Kondisi yang demikian dapat memancing konflik siswa
3. Guru selalu mengembangkan diri dan berwawasan profesional tinggi
sesuai perkembangan keilmuan. Melalui forum srawung ilmiah guru dapat
memperoleh pengetahuan perkembangan bidang ilmunya. Guru juga dapat
memanfaatan akses internet dalam mengikuti perkembangan tersebut. Hal
yang penting adalah guru membimbing siswa untuk memperkaya
pengetahuan dalam bidangnya melalui akses berbagai sumber. Artinya
guru jangan terpaku dengan ”buku paket”
4. Guru dalam pembelajaran memberikan tugas yang menantang siswa untuk
berekplorasi tentang pengetahuan yang dipelajari. Dalam mengajar guru
mengkaitkan denga isu-isu yang sedang berkembang, dan membimbing
siswa untuk menganalisis dan mencarai alternatif pemecaahannya dengan
pertimbangan alasan yang jelas. Variasi tugas pembelajaran sangat penting
antara individu dan tugas kelompok. Selanjutnya siswa diberi kesempatan
167
untuk memaparkan ide gagasannya, serta siswa mendapat balikan secara
kritis konseptual dan kontekstual dari guru. Kondisi ini dapat
menumbuhkan multi interaksi anatar annggota kelas.
5. Guru Mengajarkan ilmu “Bukan Hanya untuk sukses Ujian Nasional”,
tetapi pembelajaran yang bermakna. Siswa memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Dalam hal ini guru mengajarkan bahawa fungsi
belajar untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu luaran hasil belajar
adalah siswa cerdas, bukan hanya siswa mendapat ”nilai betul” secara
mutlak. Namun guru juga menekankan usaha pencapaian nilai tersebut
melalui cara benar, dan mengidarikan diri dari sikap menghalalkan semua
cara. Aspek kejujuran, usaha, berpikir pada diri siswa lebih dihargai,
sebagai proses belajar.
6. Guru selalu membaca bidang ilmu dan bidang pembelajaran untuk
menambah pemahaman, dan ditindak lanjuti penerapannya dalam
pembelajaran sekaligus sambil melakukan penelitian (PTK) melalui tugas
pelaksanaan pembelajaran. Hal ini untuk pengembangan diri dengan
melibatkan siswanya, agar dapat melakukan pembaharuan-pembaharuan
( mengajar dengan menggunakan basis ilmiah).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
168
Setelah peneliti memaparkan beberapa kondisi dan membahas
beberapa temuan yang diperoleh selama penelitian tentang Kompetensi
Pedagogik Guru PAI di SMK Muhammadiyah Kedawung, maka peneliti
menarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang dimaksud adalah jawaban
atas pertanyaan penelitian sesuai temuan di lapangan. Hal ini akan
dijabarkan melalui poin-poin berikut :
1. Pemahaman guru Pendidikan Agama Islam terhadap peserta didik
dalam pembelajaran akhlak di SMK Muhammadiyah Kedawung
meliputi pemahaman terhadap peserta didik dilihat dari aspek fisik,
intelektual, moral/akhlak, spritual, sosial dan kultural/budaya. Guru
PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah memahami peserta didik
dengan baik.
2. Perencanaan guru Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran
akhlak di SMK Muhammadiyah Kedawung meliputi pemahaman
terhadap landasan pendidikan, teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran serta telah merencanakan pembelajaran akhlak dengan
baik dalam bentuk program tahunan, program semester, Silabus dan
RPP. Guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung telah merencanakan
pembelajaran akhlak dengan baik. Sedangkan pelaksanaan guru
Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran Akhlak di SMK
Muhammadiyah Kedawung masih dianggap belum maksimal karena
pelaksanaan pembiasaan akhlak dalam kegiatan di sekolah tidak
berjalan dengan baik.
162
169
3. Upaya yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam
mengembangkan potensi peserta didik dalam pembelajaran akhlak di
SMK Muhammadiyah Kedawung terdiri dari 3 kegiatan yaitu 1.
kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan sholat berjama’ah , tadarrus
Al-Qur’an, kuliah Dhuha dan Seni Baca Tulis Al-Qur’an. 2. Kegiatan
Remedial. 3. Kegiatan yang dikoordinasikan dengan guru BK.
B. Rekomendasi
Dari Kesimpulan di atas maka dapatlah direkomendasikan kepada :
1. Guru PAI harus mampu meningkatkan kembali pemahaman terhadap
peserta didik secara keseluruhan terutama dalam bidang moral atau
akhlak siswa, sehingga pelayanan terhadap siswa semakin lebih baik
dan tujuan tercapai dengan efektif dan efesien.
2. Guru PAI harus mampu membuat perencanaan pembelajaran yang
baik untuk di dalam ruangan kelas maupun di luar ruangan kelas
dengan memperhatikan indiator-indikator yang telah disebutkan pada
bab II. Dan Guru PAI juga harus mampu melaksanakan pembelajaran
akhlak dengan baik terutama pada pembiasaan akhlak mulia dalam
setiap kegiatan, sehingga mudah-mudahan siswa kita terbiasa memiliki
akhlak yang mulia.
3. Guru PAI harus mampu mengembangkan potensi peserta didik baik
dalam program pengayaan dan remedial dan ekstrakurikuler serta
170
Al-Abrasy, Muhammad Athiyyah, 1987, Dasar-dasar Pokok Pendidikan islam , ,
terjemahan Bustami Abdul Ghani dan Djohar Bahry, Jakarta, PT. Bulan
Bintang.
Ali , Abdullah, 2007, Metodologi Penelitian dan Penulisan, Cirebon, Stain Press.
Ali ,Abdullah, 2007, Sosiologi Pendidikan dan Dakwah, Cirebon, Stain Press.
Arikunto, Suharsimi., 2006, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik,
Jakarta. Rineka Cipta,
Asrohah, Hanun.,1999, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Kalimah.
Daradjat, Zakiah, 1992, Ilmu Pendidikan Islam , Jakarta, Bumi Aksara
Gingtings, Abdorrakhman, 2008, Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran,
Bandung, Humaniora.
Handayani Umi Iftika, 2009 “Kompetensi Guru PAI dalam Memahami Siswa
pada Pembelajaran di SMP Negeri 1 Godong Kabupaten Grobokan”
Skripsi Fakultas Tarbiyah, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, hlm. v
Hopkins D, 1993, A Teacher ’s Guide to Classroom Research , Philadelphia :
Open University Press.Milton Keynes.
Hude, M.Darwis., 2006, Emosi, Jakarta, Erlangga.
Hurlock, Elisabeth B., 1990, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Erlangga.
Ilyas Yunahar,2006, Kuliah Akhlak,Yogyakarta, LPPI.
Jalal, Fasli, 2005, Sosialisasi Undang-undang Guru dan Dosen, Jakarta:
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Depdiknas,
165
172
Jamaludin, 2002, Pembelajaran yang efektif, Jakarta, Depag RI.
Jumhur Adang dkk, 2006, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Cirebon, Stain
Press.
Kunandar, 2007, Guru Profesional , Jakarta, Rajawali Pers
Maleong J Lexy, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif,Bandung, PT Remaja
Rosdakarya.
Mastuhu, 1999, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta, Logos.
Mulyasa, E., 2007, Standar kompetensi dan sertifikasi guru, Bandung, PT
Remaja Roskarya.
Nasution ,S. 1992, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung, Tarsiti
Nasution ,S., 1988, Buku Penuntun Tesis,Skripsi dan Disertasi dan Makalah,
Jakarta , Bumi Aksara.
Niam Ulin M., 2009 “Telaah terhadap pelaturan RI no 74 Tahun 2008 pasal 3
Tentang Kompetensi Guru dalam Persepektif Pendidikan Islam” Skripsi
Fakultas Tarbiyah, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, hlm. Iv.
Peraturan Menteri No 16 tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Guru Permendiknas No 16 tahun 2007 tentang Standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
Purwanto, M.Ngalim., 1990, Psikologi Pendidikan, Bandung , PT Remaja
Rosdakarya.
Qomar, Mujamil.,2005, Efistemologi Pendidikan Islam , Jakarta , Erlangga.
Rahim ,Husni., 2001, Arah Baru Pendidikan Islam , Jakarta, Logos.
173
Ramayulis,2005, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Kalam Mulia.
Sanjaya, W. 2006, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta, Fajar Interpratama Offset.
Sudjana,H.D, 2000, Strategi Pembelajaran, Bandung, Falah Production.
Sugeng Budiarajo Ahmad, 2009 “Kemampuan Manajemen Kelas Guru Rumpun
Mapel PAI di MTs NU Nurul Huda Mangkang Kulon Semarang” Skripsi
Fakultas Tarbiyah, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, hlm. v
Sunarto dkk ,1995, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, Rineka Cipta.
Suwarno,W. 2006, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Yogyakarta, AR.RUZZ
Media.
Tafsir,Ahmad., 2005, Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam , Bandung ,PT
Rosdakarya.
Tim Depag RI, 2004, Standar Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam,
Jakarta, Depag RI.
Toifah, 2009 “Hubungan Antara Presepsi Siswa Tentang Kompetensi
Pedagogik Guru Dengan Hasil Belajar PAI Kelas V SDIT Al-Madinah
Kebumen tahun ajaran 2008/2009” Skripsi Fakultas Tarbiyah, Semarang:
Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,), hlm. VI
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang System
Pendidikan Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen
174
Yunus , Mahmud, 1983, Metode Khusus Pendidikan Agama, Jakarta, PT.
Hidakarya Agung.
Lampiran- Lampiran
1. SK Penetapan Dosen Pembimbing Tesis
175
2. Pengantar Penelitian
3. Surat Keterangan Penelitian
4. Pedoman Observasi dan wawancara
5. Program Semester Guru PAI SMK Muhammadiyah Kedawung
176