tesis revisi
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha bersama secara
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara (Budimansyah:2013:4). Proses
pembelajaran di sekolah diwarnai oleh penggunaan
kurikulum sarat beban yang dapat memberatkan subyek
didik, tetapi kurang memberikan efek nyata dalam
fasilitasi pengembangan potensi subyek didik. Dipihak
guru kurikulum semacam ini ditambah tugas – tugas
administrasi yang menyertainya dan menyita waktu banyak
sehingga penyiapan diri secara akademik kurang
memperoleh perhatian( Zucdi, 2013:1).
2
Sistem pendidikan belum menghasilkan kualitas
masyarakat yang cerdas dan berakhlak mulia. Dalam hal
ini diperlukan sistem pendidikan dengan proses
pembelajaran yang efektif, yang implementasi
langsungnya masih harus dilihat melalui desain
pembelajaran dalam bentuk strategi yang tepat, dan
iklim sekolah yang kondusif. seperti yang dikemukakan
Zucdi (2013:2) dalam tulisanya sebagai berikut:
Sistem pendidikan yang sesuai dengan untukmenghasilkan kualitas masyarakat yang cerdas danberakhlak mulia (berkarakter baik) adalah yangbersifat humanis yang memposisikan subyek didiksebagai pribadi dan anggota masyarakat yang perludibantu untuk didorong agar memiliki kebiasaanefektif, perpaduan antara pengetahuan, ketrampilan,dan keinginan.
Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional
1
3
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan pada
Pasal 17 Ayat 3 menyebutkan bahwa pendidikan dasar
bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang (1) beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (3) berakhlak
mulia, dan berkepribadian luhur; (2) berilmu, cakap,
kritis, kreatif, dan inovatif; (4) sehat, mandiri, dan
percaya diri; (5) toleran, peka sosial, demokratis, dan
bertanggungjawab. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa
tujuan pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah
Dasar sangat berkaitan dengan pembentukan karakter
peserta didik.
4
Dalam penyelenggaraan pendidikan tidak boleh
terlepas dari prinsip – prinsip penyelenggaraan
pendidikan itu sendiri. Untuk melaksanakan prinsip-
prinsip penyelenggaraan pendidikan salah satunya
dibutuhkan tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi
dan kompetensi tertentu dalam pendidikan. (Kualifikasi
yang dimaksud adalah kualifikasi akademik yakni ijazah
jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh
seorang guru atau dosen sesuai dengan jenis dan jenjang
pendidikan formal di tempat ditugaskan. Sedangkan
kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas
profesionalnya. Kualifikasi akademik guru diperoleh
melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau
program diploma empat (D4). Standar kompetensi harus
dimiliki oleh guru sebagai agen pembelajaran.(Ahmadi,
2007:2)
5
Standar kompetensi harus dimiliki oleh guru
sebagai agen pembelajaran yang pertama kompetensi
pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan
kependidikan peserta didik yang meliputi pemahaman
wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap
peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus,
perancangan pembelajaran, pelaksaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki. (Nugroho, 2004:1)
Kedua kompetensi kepribadian yaitu merupakan
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif
dan bijaksana, berwibawa, berakhlaq mulia, menjadi
teladan bagi peserta didik dan masyarakat mengevaluasi
kinerja sendiri, dan mengembangkan din secara
berkelanjutan.
Ketiga kompetensi sosial yaitu merupakan
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
6
berkomunikasi lisan dan tulisan. Menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi secara fungsional bergaul
secara efektif dengan peserta didik, dan bergaul secara
santun dengan masyarakat sekitar.
Keempat kompetensi profesional yang merupakan
kemampuana penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang meliputi konsep, struktur, dan metode
keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan
materi ajar, materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait,
penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari dan kompetisi secara profesional dalam
konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan
budaya nasional. Jika seorang guru telah memiliki
standar kualifikasi dan kompetensi seperti tercantun
diatas, maka bisa dikatakan bahwa guru tersebut
profesional. (Nugroho, 2004:2)
7
Prinsip profesionalitas yang dikehendaki
dalam Undang-undang Guru dan Dosen Bab III pasal 5
adalah memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan
idealisme, memiliki kualifikasi pendidikan dan latar
belakang pendidikan sesuia dengan bidang tugas,
memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi,
bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan, memperoleh penghasilan yang ditentukan
sesuai dengan prestasi kerja, memiliki kesempatan untuk
mengembangkan profesi secara berkelanjutan, memiliki
jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan dan memiliki organisasi profesi yang
mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan keprofesian.
Sekolah sebagai institusi (lembaga)
pendidikan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.
Sekolah bukan hanya tempat berkumpul guru dan murid,
8
melainkan hams diciptakan sebuah sistem yang kooperatif
dan produktif Oleh karena itu sekolah dipandang sebagai
suatu organisasi. Karena dipandang sebagai organisasi,
maka sekolah adalah sebuah unit sosial.
Unit sosial merupakan komunitas sekolah yang
terdiri dari kepala sekolah, guru, staf tata usaha,
laboran, teknisi sumber belajar, pustakawan, penjaga
sekolah, siswa, anggota Komite Sekolah, dan lain-lain.
Anggota unit sosial ini meskipun melakukan tugas pokok
dan fungsi yang berbeda, tetapi mereka bersinergis
untuk menempatkan proses pendidikan dan pembelajaran
sebagai inti dari semua perilaku. Hal tersebut di atas
merupakan implementasi dari budaya sekolah yang mulai
pudar dari diri kepala sekolah, pendidik atau guru,
serta peserta didik.(Nugroho, 2004:3)
Budaya sekolah dapat dikatakan sebagai
kualitas kehidupan sekolah yang tumbuh berkembang
berdasarkan spirirt dan nilai-nilai yang dimiliki serta
9
prilaku yang dianut warga sekolah Budaya sekolah
tercermin dalam hubungan antar warga sekolah baik pada
saat bekerja, kegiatan belajar-mengajar, maupun pada
saat bekomunikasi satu sama lain (Triguno, 2004:1).
Lebih lanjut Triguno mengemukakan bahwa
setiap kegiatan atau aktivitas yang dilaksanankan di
sekolah tidak dapat dipisahkan dari budaya yang berlaku
di sekolah tersebut misalnya penegakan disiplin, tata
tertib, peraturan-peraturan, kegiatan belajar-mengajar,
serta berbagai aktivitas sekolah lainnya. Penegakan
disiplin dan tata tertib akan sulit dilaksanakan
apabila warga sekolah tidak terbiasa dengan aturan-
aturan yang mendukung peningkatan mutu sekolah. Hal
yang sama juga berlaku pada kegiatan belajar-mengajar
tidak dapat dilaksanakan denganbaik, apabila para guru
tidak terbiasa hadir tepat waktu di sekolah.
Budaya sekolah mencakup unsur artifak yakni
berupa hal-hal yang dapat dimati secara langsung
10
seperti tata ruang, kebiasaan atau rutinitas,
peraturan-peraturan, upacara-upacara, simbol, logo,
gambar-gambar, sopan-santun, cara berpakaian dari warga
sekolah. Unsur lain dan budaya sekolah mencakup
keyakinan, nilai, dan asumsi saling berkaitan dan
saling mendukung. Unsur budaya berupa asumsi, nilai,
dan keyakinan yang sifatnya abstrak termanifestasi
dalam bentuk aturan-aturan dan disiplin. Untuk itu
budaya sekolah seperti yang diuraikuan di atas menarik
untuk diteliti.
Era desentralisasi menuntut adanya perubahan
budaya sekolah yang diarahkan pada pencapaian mutu
(kualitas). Terdorong oleh adanya tuntutan perubahan
budaya sekolah menuju pada peningkatan kualitas
pendidikan maka pemberdayaan sekolah melalui pendidikan
karakter sangatlah relevan.
Pemerintah dan rakyat Indonesia, dewasa ini
tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan
11
karakter di institusi pendidikan mulai dari tingkat
dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah Menegah
(SMP/SMA) hingga perguruan tinggi. Melalui pendidikan
yang karakter yang diimplementasikan dalam institusi
pendidikan, diharapkan krisis degradasi karakter atau
moralitas anak bangsa ini bisa segera teratasi. untuk
mengatasi fenomena tersebut, tidak lepas dari sistem
pendidikan yang mengaplikasikan karakter. Seperti yang
dikemukakan Setyowati (2011:101) sebagai berikut.
Salah satu misi pendidikan nasional adalahmengembangkan potensi anak bangsa sejak usiadini. Misi ini memberikan pandangan bahwapendidikan harus mampu membentuk manusia seutuhnyasebagai manusia yang berkarakteristik personal danmampu memahami dinamika psikososial dan lingkungankulturnya.
Sistem Pendidikan yang mampu mengembangkan
pribadi yang memiliki karakter terpuji, yang secara
personal dan sosial siap memasuki dunianya seharusnya
menjadi tujuan utama setiap institusi pendidikan di
Indonesia. Meski hal ini merupakan pekerjaan yang tidak
12
ringan, harus diupayakan secara terus menerus. Praktik
pendidikan yang meletakan tujuan tersebut sebagai
prioritas utama yang sangat urgen untuk segera dicapai
akan berhenti pada posisi tawar yang sangat rendah bagi
sumber daya insani yang dihasilkan (Zucdi, 2013:1).
Anak – anak akan tumbuh menjadi pribadi yang
berkarakter baik apabila hidup dalam lingkungan sosial
yang berkarakter dan memrlukan kesadaran dari seluruh
pihak yang mempengaruhi kehidupan anak (keluarga,
sekolah, dan seluruh komponen masyarakat lembaga
keagamaan, perkumpulan olahraga da sebagainya). hal
tersebut mempengaruhi dalam proses pendidikan yang akan
dihadapi siswa dalam mejalani hidupnya (Zucdi, 2013:2).
Uniknya keadaan SDN I Girimarto kabupaten
Wonogiri, letaknya berada di tengah – tengah kota
tetapi budaya sekolah yang ada justru lebih rendah
dibandingkan sekolah yang ada di pedesaan. Karena
13
budaya sekolah yang sudah terkontaminasi dengan
lingkungan perkotaan.
Kondisi di SDN I Girimarto dilihat dari tiga
aspek yaitu suasana sekolah, perilaku murid dan
kepemimpinan kepala sekolah. Dalam aspek suasana
sekolah, terlihat belum terciptanya kerjasama yang baik
antara sekolah dengan warga sekolah, belum adanya
kepedulian pihak sekolah terhadap warga sekolah, guru –
guru belum membiasakan berdoa sebelum dan sesudah
melakukan sesuatu pekerjaan, tanggung jawab guru yang
belum maksimal dalam menjalankan tugasnya. Dari aspek
perilaku murid terlihat masih banyak siswa yang kurang
disiplin, perilaku siswa yang kurang jujur dalam
mengakui kesalahannya, rasa persaudaraan antar siswa
masih terlihat kurang seperti bertengkar dengan teman
yang lainnya dan banyak siswa yang masih kurang
menghormati teman seagama maupun berbeda agama.
14
Beberapa hal di atas sangat menarik dan menantang untuk
diteliti.
Dilihat dari aspek kepemimpinan kepala
sekolah terlihat keteladanan kepala sekolah masih belum
maksimal, perhatian yang kurang terhadap masalah moral
dan masih kurangnya komunikasi dengan masyarakat,
tindakan demokratis yang kurang misalnya kurang
memperhatikan aspirasi dari guru atau staf yang lain.
Data-data di atas diperoleh peneliti dari pengalaman
peneliti sebagai guru di SDN I Girimarto. Peneliti juga
pernah mengajar di SD yang letaknya di pedesaan,
sehingga memahami karakteristik, potensi dan budaya
sekolah SDN I Girimarto dengan SD yang berada di
pedesaan sekitar kecamatan Girimarto.
Unsur urgensi pendidikan karakter sangat
dibutuhkan, karena dewasa ini banyak pihak menuntut
peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan
pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal.
15
Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang
berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam
masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai
kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota
besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada
taraf yang sangat meresahkan.
Untuk itu pendidikan karakter diperlukan untuk
meningkatkan budaya sekolah yang meliputi budaya
disiplin, budaya etika dan budaya bersih di SD Negeri I
Girimarto. Dengan harapan dengan adanya pendidikan
karakter yang kuat akan memberikan prestsi yang lebih
baik lagi bagi SDN I Girimarto Kabupaten Wonogiri, Jawa
Tengah.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka penulis
melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Budaya
Sekolah Melalui Pendidikan Karakter Di SDN I Girimarto
Kabupaten Wonogiri“.
B. Fokus Penelitian
16
Berdasarkan dari pemaparan latar belakang
masalah di atas, maka dirumuskan fokus-fokus penelitian
sebagai berikut :
a. Pelaksanaan peningkatan budaya disiplin di SDN I
Girimarto Kabupaten Wonogiri Jawa tengah.
Indikatornya meliputi :
a. Bidang akademik
b. Pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku
c. Harga diri yang positif
b. Pelaksanaan peningkatan budaya etika di SDN I
Girimarto Kabupaten Wonogiri Jawa tengah.
Indikatornya meliputi :
a. Pemahaman benar dan salah
b. Akhlak
c. Pemahaman baik dan buruk
c. Pelaksanaan peningkatkan budaya bersih di SDN I
Girimarto Kabupaten Wonogiri Jawa tengah.
Indikatornya meliputi :
17
a. Kebersihan diri sendiri
b. Peduli Lingkungan
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah
untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan budaya
sekolah di SDN I Girimarto Wonogiri. Secara khusus
tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pelaksanaan peningkatan budaya disiplin
di SDN I Girimarto Kabupaten Wonogiri Jawa tengah
2. Mengetahui pelaksanaan peningkatan budaya etika di
SDN I Girimarto Kabupaten Wonogiri Jawa tengah.
3. Mengetahui pelaksanaan peningkatkan budaya bersih
di SDN I Girimarto Kabupaten Wonogiri Jawa tengah.
D. Definisi Istilah
18
Di bawah ini akan dijelaskan istilah –
istilah yang bersifat abstrak agar tidak terjadi
interprestasi – interprestasi yang keliru.
1. Budaya sekolah merupakan asumsi-asumsi dasar,
norma-norma, nilai-nilai budaya artifak yang
diyakini dapat mempengaruhi warga sekolah. Budaya
sekolah dapat didefinisikan sebagai pola–pola yang
secara historis diteruskan yakni mencakupnnorma-
norma, nilai-nilai, keyakinan, upacara, tradisi,
dan pemahaman terhadap mitos. pemahaman warga
sekolah terhadap hal-hal tersebut berbeda–beda.
Budaya sekolah (school culture) merupakan salah satu
unsur sekolah yang penting dalam mendukung
peningkatan prestasi dan mutu sekolah.
2. Pendidikan karakter adalah sebagai pendidikan
nilai, pendidikan moral, pendidikan budi pekerti,
pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
19
baik dalam kehidupan sehari–hari dengan sepenuh
hati. Pendidikan karakter juga sebagai suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia insan kamil.
E. Manfaat Penelitian
Setelah tujuan penelitian ini tercapai, diharapkan
penelitian ini bermanfaat untuk hal-hal berikut ini.
1. Manfaat Teoretis
a. Secara teoretis penelitian ini bermanfaat
untuk menambah khasanah pengetahuan tentang
budaya sekolah.
20
b. Penelitian ini akan mengkaji lebih mendalam
tentang pelaksanaan budaya sekolah dan pendidikan
karakter.
c. Penelitian ini akan menjadi dasar penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini akan bermanfaat bagi manajemen
pengelolaan pendidikan oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten Wonogiri.
b. Penelitian ini akan memberi sumbangan
pemikiran bagi pemerhati pendidikan baik
pemerintah maupun masyarakat dalam hal
pengembangan budaya sekolah dan pendidikan
karakter.
c. Bagi sekolah yang bersangkutan penelitian ini
bermanfaat untuk meningkatkan pelaksanaan budaya
sekolah dan internalisasi nilai-nilai karakter
dalam Manajemen sekolah secara menyeluruh.
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Budaya Sekolah
1. Pengertian Budaya Sekolah
Budaya sekolah (school culture) merupakan salah
satu unsur sekolah yang penting dalam mendukung
peningkatan prestasi dan mutu sekolah. Konsep budaya
dalam dunia pendidikan berasal dari budaya tempat kerja
di dunia industri seperti yang disampaikan oleh Deal
dan Peterson (dalam Supriadi 2008:5) seperti berikut.
The consep of culture has along history in the explanation of humanbehavior across human groups... Later, other social scientists appliedthe culture concept to the more limited aspect of patern of behaviorand thought whitin formal work organizations.
22
Konsep budaya memiliki sejarah yang panjang
dalam menjelaskan prilaku manusia pada umunya dan
kelompok-keimpok pada khususnya. Ilmuan sosial lainnya
kemudian menerapkan konsep budaya kepada apek-aspek
yang lebih spesifik atau terbatas yakni mengenai pola
perilaku dan cars berpikir manusia dalam bekerja formal
pada organisasi-organisasi.
Budaya sekolah dikembangkan dan konsep budaya
tersebut mengatur perilaku warga sekolah melalui
penetapan tata tertib atau aturan-aturan yang hams
ditaati bersama oleh warga sekolah. Peterson (dalam
Supriadi, 2008:6) mengemukakan budaya sekolah adalah "the
underground stream of norms, values, beliefs, traditions, and rituals that
buil up over time as people work together, solve problems, and confront
chalenges".
Budaya sekolah berhubungan dengan norma-
norma, kepercayaan, tradisi, upacara-upacara yang
dibangun atas hasil kerjasama sekelompok orang. Budaya
13
23
tersebut juga bermanfaat untuk memecahkan masalah-
masalah, dan juga menhadapi perubahan-perubahan yang
terjadi.
Hargraves (dalam Widodo, 2005:11)
mengungkapkan definisi budaya sekolah seperti berikut.
Thus, school culture can be defined as the historically transmittedpatterns of meanings that include the norms, values, beliefs,ceremonies, ritual, traditions, and myth understood maybe invarying degrees, by members ofthe school community.
Berdasarkan kutipan tersebut budaya sekolah
dapat didefinisikan sebagai pola-pola yang. secara
historis diteruskan yakni mencakup norma-norma, nilai-
nilai, upacara, tradisi, dan pemahaman terhadap cerita-
cerita atau mitos. Pemahaman warga sekolah terhadap
hal-hal tersebut berbeda-beda. Deal dan Peterson (dalam
Supriadi 2008:4) juga berargumen bahwa:
Bentuk-bentuk budaya di sekolah dapat berasal darihal-hal yang prinsip, pengajar, orang-orang yangberpengaruh, ajaran-ajaran, norma-norma penting,nilai-nilai, kepercayaan, dan asumsi. Budayasekolah sangat kompleks karena berkaitan dengantradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang dibangun ataskerja sama antara guru, siswa, orangtua, dan tenaga
24
administrasi dan juga mencakup hambatan¬hambatandan prestasi-prestasi sekolah.
Pendapat lain dikemukakan oleh Malowski
(2001:8) yang mendefinisikan budaya sekolah sebagai
berikut.
The basic assumptions, norm and values, and cultural artifacts thatare shared by school members, which influence their functioning atschool. This definition refers to a number of cultural elements, i. e,basic assumptions, norms and values, and culture artifacts, and anumber of cultural aspect, i.e. its shared nature and influence onbehavior.
Budaya sekolah berupa asumsi-asumsi dasar,
norma-norma, nilai-nilai budaya yang diyakini warga
sekolah dapat mempengaruhi warga sekolah. Definisi ini
pada sejumlah aspek budaya yakni asumsi-asumsi dasar,
norma dan nilai, dan budaya artifak, serta sejumlah
aspek budaya yakni segala kebiasaan dan yang
berpenganih pada perilaku.
Hargraves (dalam Widodo, 2005:11) berpendapat
budaya sekolah adalah pengetahnan, kepercayaan-
kepercayaan, nilai-nilai, moral, kebiasaan-kebiasaan,
25
rutinitas-rutinitas, ritual-ritual, simbol-simbol, dan
bahasa-bahasa dalam kelompok tertenta. Sependapat
dengan hal tersebut Zamroni (dalam Widodo, 2005:11)
mendeskripsikan budaya sekolah dapat dideskripsikan
sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual,
mitos, dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam
perjalanan panjang sekolah.
Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh
beberapa tokoh tersebut dapat dijelaskan bahwa budaya
sekolah adalah keseluruhan dari seluruh aktivitas yang
berlangsung di sekolah. Hal ini mengandung arti bahwa
budaya sekolah merupakan suatu kebiasaan dan aktivitas
yang selama ini dilakukan oleh individu-individu dalam
sekolah. Aktivitas tersebut bisa berupa pengetahun,
interaksi sosial, kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai,
moral, kebiasaan, simbol-simbol, maupun bahasa yang
berlangsung dalam perjalanan panjang sekolah.
26
Budaya sekolah merupakan pengalaman-
pengalaman yang diyakini kebenarannya baik di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah (tradisi dan
perayaan) oleh sebuah komunitas, keluarga, atu tim.
Budaya sekolah mencakup lima hal yaitu:
a. stabilitas staf dan tujuan umum sekolah.
b. bagian kurikulum dan bagian-bagian petunjuk
serta tata tertib yang dibangun bersama
melalui suatu konsensus.
c. komunikasi yang jujur dan terbuka yang
terbuka yang ditunjukan oleh staf dan
diwujudkan melalui sifat humor dan saling
percaya
d. stakeholdes mengetahui kegiatan-kegiatan
sekolah dan
e. kepala sekolah dan kepala bagian-bagian
lainnya saling mendukung.
27
Budaya sekolah yang terpelihara dengan baik,
mampu menampilkan perilaku iman, takwa, kreatif,
inovatif, dan dapat bergaul harus terus dikembangkan.
Manfaat yang dapat diambil dari budaya demikian adalah
dapat menjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih
baik, membuka seluruh jaringan komunikasi, keterbukaan,
kebersamaan, kegotongroyongan, kekeluargaan, menemukan
masalah dan cepat memperbaiki, cepat menyesuaikan diri
dengan perkembangan yang terjadi di luar (faktor
eksternal seperti teknologi, sosial, ekonomi, dll
(Triguno : 2004 : 9).
2. Nilai - nilai Budaya sekolah.
Faisal (1999:347) menyatakan bahwa nilai
adalah perasaan-perasaan tentang apa yang boleh ataupun
yang tidak diinginkan, atau tentang apa yang boleh atau
tidak boleh ada. Faisal juga mengatakan bahwa nilai
28
yang benar dan diterima secara universal adalah nilai
yang menghasilkan suatu perilaku, dan perilaku itu ben-
lanapa.k positif baik bagi yang menjalankan maupun bagi
orang lain Dengan demikian, nilai dapat diartikan
sebagai sikap dan perasaan yang diperlihatkan oleh
seseorang tentang baik-buruk, benar-salah, suka-tidak
suka terhadap objek maril maupun non materil.
Setelah seseorang mengetahui adanya tatanan
nilai, maka akan berpikir dan mengetahui nilai-nilai
yang perlu dikerjakan. Dalam proses berpikir tersebut
kemudian memahami nilai-nilai itu sehingga tertananm
dalam dirinya, kemudian mempraktekkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Sebuah lembaga pendidikan seperti sekolah
tidak dapat diartikan sekedar sebuah gedung sebagai
tempat anak-anak berkumpul dan mempelajari sejumlah
pengetahuan saja melainkan sebagai sarana
menginternalisasikan nilai-nilai pada siswa.
29
Dikernbangkannya budaya sekolah merupakan tugas sekolah
yang khas, yakni mendidik anak dengan menyampaikan
sejumlah pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai-nilai
yang sesuai dengan metode teknik kontrol tertentu.
Menurut Geerzt (dalam Zamroni, 2000:149),
menyatakan bahwa budaya sekolah dapat dideskripsikan
sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual,
mitos, kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam
perjalanan panjang sekolah. Timbulnya budaya sekolah
merupakan tugas sekolah yang khas, yakni mendidik
peserta didik dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan,
sikap, keterampilan, nilai-nilai yang sesuai dengan
kurikulum dengan metode teknik kontrol tertentu. Adanya
budaya sekolah dapat mengembangkan pola kelakuan yang
khas bagi warga sekolah yang tampak dari pakaian,
bahasa, kebiasaan-kebiasaan kegiatan, sikap siswa
terhadap guru, peraturan sekolah, tindakan dan hukurn
terhadap pelanggaran, serta kegiatan dalam upacara-
30
upacara. Fungsi budaya bagi sekolah diupayakan mampu
menuntun sikap dan perilaku disiplin setiap individu
dan kelompok.
Disiplin merupakan suatu karakter yang
bersifat perseorangan dan datang dari dalam diri
sendiri. Disiplin diri/self-discipline bercirikan
intemalisasi nilai-nilai budaya telah rnenyatu dengan
individu tersebut. Penerapan disiplin bagi peserta
didik di lingkungan sekolah mempunyai makna mengajak
untuk melakukan kebiasaan yang baik berdasarkan
kesadaran diri siswa sendiri tanpa adanya paksaan.
Budaya sekolah merupakan suasana kehidupan
sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan
sesaraa peserta didik, guru dengan guru, konselor
dengan sesama konselor, pegawai administrasi dengan
sesama pegawai administrasi, dan antar anggota kelompok
masyarakat sekolah. Interaksi internal kelompok dan
antar kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma,
31
moral, serta etika bersama yang berlaku di suatu
sekolah. Disiplin, religius, dan tanggung jawab
merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dengan budaya
sekolah yang dibangun di SDN I Girimarto. Pengembangan
nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa
dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang
dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga
administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik
dan menggunakan fasilitas sekolah.
Beberapa nilai-nilai budaya sekolah yang
termasuk di antaranya:
a. Budaya Disiplin
Disiplin pada dasarnya kontrol diri dalam
mematuhi aturan baik yang dibuat oleh diri sendiri
maupun diluar diri baik keluarga, lembaga pendidikan,
masyarakat,bernegara maupun beragama. Disiplin juga
merujuk pada kebebasan individu untuk tidak bergantung
pada orang lain dalam memilih, membuat keputusan,
32
tujuan, melakukan perubahan perilaku, pikiran maupun
emosi sesuai dengan prinsip yang diyakini dari aturan
moral yang anut. Dalam perpektif umum disiplin adalah
perilaku sosial yang bertanggungjawab dan fungsi
kemandirian yang optimal dalam suatu relasi sosial yang
berkembang atas dasar kemampuan mengelola/
mengendalikan, memotivasi dan idenpendensi diri.
Penegakan disiplin sekolah dapat dimulai
dengan melibatkan murid-murid dalam membuat peraturan
sekolah. Kalau perlu mereka diminta menandatangani
kesediaan untuk melaksanakan peraturan tersebut dan
kesediaan menanggung konsekuensi jika melanggarnya.
Dengan demikian mereka dilatih untuk bertanggung jawab
atas semua tindakan yang mereka lakukan. Selanjutnya
peraturan yang telah disetujui bersama perlu
dilaksanakan secara konsekuen dan adil, berlaku bagi
semua warga sekolah baik murid, guru, kepala sekolah,
maupun pegawai administrasi. (Zuchdi dkk, 2006)
33
Pengertian disiplin terkait dengan dua karakteristik.
Pertama cara berpikir tentang disiplin dan kedua
disiplin terkait dengan multi dimensi yang berhubungan
dengan pikiran, tindakan dan emosi. Implikasinya sering
terjadi pembahasan yang tumpang tindih atara disipilin
dengan fungsi kematangan individu yang lain seperti
komptensi, kemandirian, dan pengendalian diri. Kata
kunci berbicara disiplin adalah aktif merujuk pada
fungsi independensi dalam pengembangan diri,
mengelolaan diri dan perilaku serta tindakan atas dasar
keputusan sendiri.
Seseorang dengan karakteristik disiplin yang
sehat adalah orang yang mampu melakukan fungsi
psikososial dalam berbagai seting termasuk : (1)
kompetensi dalam bidang akademik, pekerjaan dan relasi
sosial; (2) pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku-
perilaku yang impulsif; (3) kepemimpinan; (4) harga
diri yang yang positif dan identitas diri. Disiplin
34
dapat diukur atau dapat diobservasi baik secara
emosional maupun tampilan perilaku. Disiplin berfungsi
menyeimbangkan antara indenpensi, tindakan yang percaya
diri dan hubungan positif positif dengan orang lain
agar perkembangan dan mampu menyesuaikan diri secara
optimal.
b. Budaya Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata),
etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-
asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat
dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal
perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa tentang tingkah
laku manusia. Secara metodologi, tidak setiap hal
menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
35
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam
melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu
ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah
tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-
ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia,
etika memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat
perbuatan manusia dari sudut baik dan buruk .
Etika berasal dari kata ethos (Yunani):
kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap dan cara
berpikir. Etika berarti Moral (latin): adat kebiasaan.
Mos (tunggal): kebiasaan. Mores (jamak): adat
kebiasaan, kesusilaan. Sistematika Etika juga akan
menggunakan sistematika yang lalu, yaitu dipandang dari
aspek ontologi, aspek aksiologi, dan aspek
epistemologi.
Definisi Etika menurut Departemen P dan
K(dalam Hardjoeno, 2002):
36
1. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan;
2. Kumpulan nilai/azas yang berkenaan dengan akhlak;
3. Ilmu tentang yang baik dan buruk serta kewajiban
moral (akhlak).
Etika menurut Bertens (dalam Hardjoeno,
2002):
a. Sistem nilai dan norma moral yang menjadi
pegangan bagi seorang/kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya;
b. Kumpulan azas atau nilai moral/kode etik; (3)
Ilmu tentang yang baik dan buruk.
Definisi Etika yang lain Ilmu empiris tentang
moralitas (berdasarkan fakta);
Refleksi kritis, metodis dan sistematis tentang tingkah
laku moral manusia (filsafat praktis), A Theory of Value: a
conduct of life, moral philosophy (Oxford); dan Ilmu tentang
kesusilaan dan nilai susila. Nilai susila yaitu
37
perilaku baik yang banyak berkaitan dengan peraturan
(misalnya, taat pada hukum yang berlaku, tidak KKN,
etika riset, tidak plagiat), taat pada agama,
menghargai pandangan hidup dan menghormati adat
kebiasaan yang baik. Etika berbeda dengan ilmu tentang
perilaku manusia (behavioral sciences). Objek materi
etika adalah manusia, sementara objek formalnya adalah
kesusilaan.
Dari segi norma masyarakat, etika dapat
dibedakan dalam etika agama, menyangkut norma konkrit
yang berhubungan dengan kewajiban moral menurut agama
yang dianut, dan memerlukan tafsir hingga terjadi
toleransi antarpemeluk agama. Etika peraturan,
menyangkut norma umum yang berhubungan dengan ketaatan
dan nilai keadilan dan Etika situasi, menyangkut norma
khusus yang berhubungan dengan kreativitas dan
tanggungjawab serta kebebasan individu.
38
Moralitas berarti nilai, sifat moral,
keseluruhan azas tingkah laku yang berkaitan dengan
moral baik dan buruk. Amoral tidak dihubungkan dengan
konteks moral dan di luar etika, serta tidak mempunyai
relevansi etis (misalnya, ada siswa yang sering berkata
tidak sopan). Immoral dihubungkan dengan hal-hal tidak
bermoral, tidak berakhlak dan tidak etis. (misalnya
siswa yang suka berkata kasar).
Etika (ethics) dipersamakan dengan moral
(absolut). Misalnya, jangan membunuh, menghormati
peraturan dan tidak melanggarnya. Etiket (ethiquette)
dipersamakan dengan sopan santun (tidak absolut)
terhadap orang lain. Misalnya, pergaulan dengan orang
tua memerlukan perilaku baik dan cara berpakaian yang
pantas. Sebaliknya, jika seseorang berada di dalam
kamar sendiri, ia tidak harus berpakaian pantas,
apalagi jika kamar tersebut berudara panas.
39
Etika baru menjadi ilmu, bila kemungkinan
etis (azas/nilai yang dianggap baik dan buruk) diterima
dalam suatu masyarakat tanpa disadari dan menjadi bahan
refleksi dari penelitian sistematis dan metodis. Dalam
filsafat, etika termasuk cabang paling tua. Dalam
pengertian filsafat, etika disebut sebagai bidang yang
mempelajari tindakan manusia. Etika dibedakan dari
semua cabang filsafat karena tidak mempersoalkan
keadaan manusia, melainkan bagaimana manusia seharusnya
bertindak dalam kaitannya dengan tujuan hidupnya.
Dari sekian banyak teori etika, pandangan
William David Ross (dalam dalam Hardjoeno, 2002) perlu
dikedepankan. Baginya, kebenaran merupakan kewajiban
prima facie yang berlaku sampai ada kewajiban yang
lebih penting. Ross menyusun sebuah daftar kewajiban
prima face, yang terdiri atas:
(1) Kewajiban kesetiaan, misalnya kita harus menepati
janji yang diadakan dengan bebas, (2) Kewajiban ganti
40
rugi, misalnya kita harus melunasi utang moril dan
materiil, (3) Kewajiban terima kasih, misalnya kita
harus berterima kasih kepada orang yang berbuat baik
terhadap kita, (4) Kewajiban keadilan, misalnya kita
harus membagikan hal-hal yang menyenangkan sesuai
dengan jasa orang-orang bersangkutan, (5) Kewajiban
berbuat baik, misalnya kita harus membantu orang lain
yang membutuhkan bantuan, (6) Kewajiban mengembangkan
diri, misalnya kita harus mengembangkan bakat di bidang
keutamaan, intelejensia, dan sebagainya, (7) Kewajiban
untuk tidak merugikan, misalnya kita tidak boleh
melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Kewajiban
disebut terakhir adalah satu-satunya kewajiban yang
dirumuskan oleh Ross secara negasi.
Etika dipelajari dan diajarkan untuk menciptakan
sopan santun dalam kehidupan bermasyarakat dan terutama
di sekolah. Etika dipandang penting untuk dilembagakan
karena beberapa hal :
41
1) Masyarakat terbangun atas dasar moral yang
pluralistik;
a) Adanya proses transformasi sosial dan perubahan;
b) Adanya ideologi baru/moral baru;
c) Munculnya teknologi baru; dan
d) Perlunya interpretasi terhadap aturan.
Etika atau akhlakul karimah adalah tata
aturan untuk bisa hidup bersama dengan orang lain.
Kejujuran Semua warga sekolah harus dilatih berbuat
jujur, mulai jujur kepada dirinya sendiri, jujur kepada
Tuhan, jujur kepada orang lainKasih sayang Kasih sayang
telah melahirkan kepercayaan. Kepercayaan menghasilkan
kepercayaan, dan kepercayaan akan menghasilkan
kewibawaan Menghormati hukum dan peraturan Kita
mengormati hukum dan peraturan atas dasar kesadaran
bahwa hukum dan peraturan itu adalah kita buat untuk
kebaikan hidup kita. Menghormati hak orang lain
Penghargaan kepada orang lain tidak boleh melihat
42
perbedaan status sosial, ekonomi, agama, dan budaya.
Suka menabung Ekstrakurikuler Yaitu kegiatan non
akademik yang memberi wadah /kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan bakat
dan minatnya masing-masing.
Peningkatan budaya etika menggunakan teknik
reinforcement positive merupakan pemberian penguatan yang
menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan
ditampilkan yang bertujuan agar tingkah laku yang
diinginkan cenderung akan diulang, meningkat, dan
menetap di masa yang akan datang. Walker&She (dalam
Komalasari, dkk. 2011:161)
c. Budaya Bersih
Budaya Bersih harus betul-betul ditanamkan
kepada para siswa. Karena jika budaya kebersihan sudah
melekat, sehingga akan tertular pada pikiran dan hati
yang bersih. Masjhur (dalam Sujarwa 1998:1) mengatakan
bahwa meningkatkan budaya hidup bersih dan lingkungan
43
yang bersih yaitu dengan memberikan tauladan dan
memberikan contoh kepada siswanya atau mahasiswanya
sehingga sangat perlu ditanamkan dalam kehidupan
masyarakat karena menyangkut kesehatan. Selain itu
kesehatan lingkungan sangat berpengaruh terhadap
kesehatan manusia dan kesehatan lingkungan berhubungan
erat dengan taraf sosial ekonomi manusia, karena
kesehatan dan kualitas hidup manusia bergantung pada
kemampuan untuk mengelola dan menyikapi hubungan timbal
balik antara aktivitas manusia dengan lingkungan fisik
dan biologisnya.
Hubungan tersebut berlangsung sepanjang
siklus hidup manusia mulai pada saat pembuahan dalam
kandungan, masa bayi, dan kanak-kanak, selanjutnya
menjadi dewasa dan akhirnya memasuki masa tua dan akhir
hayat. Secara alamiah manusia juga mempunyai misi
mempertahankan keadaannya dimuka bumi dalam kondisi
lingkungan yang seoptimal mungkin. Hal ini diwujudkan
44
dalam berbagai bentuk upaya manusia untuk menciptakan
kehidupan yang aman dan nyaman. Sebagai manusia yang
selalu berhubungan dengan lingkungan, sudah harusnya
memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga lingkungan
dengan baik. Sehingga akan terbina hubungan yang saling
menguntungkan antara manusia dan alam lingkungan. Sikap
tanggung jawab dalam hal ini merupakan kesadaran
manusia akan tingkah laku atau perbuatannya. Baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Dengan begitu
tanggung jawab dapat diartikan sebagai perwujudan
kesadaran dan kewajiban.
Dengan demikian menjaga lingkungan merupakan
tanggung jawab dan kewajiban kita sebagai manusia
(Sujarwa, 1998:107). Pada kenyataannya masyarakat tidak
dapat lepas dari lingkungan, ia harus dapat
menyesuaikan diri dengan sifat lingkungan, namun juga
dapat mempengaruhi lingkungan dimana mereka hidup.
Dalam hal ini umumnya manusia lebih dipengruhi oleh
45
keadaan lingkungan dan dalam tingkah lakunya
dipengaruhi, serta dimanisfestasikan oleh keadaan
lingkungan. Oleh karena itu upaya masyarakat dalam
mewujudkan kehidupan yang aman dan nyaman tersebut
salah satunya dapat diwujudkan melalui kepedulian
masyarakat terhadap lingkungan yaitu menjaga dan
melestarikan ekosistem yang ada di sekitar mereka serta
sikap sadar terhadap lingkungan.
Dalam kaitan dengan lingkungan, seorang
individu akan berkesadaran, apabila ia memiliki
persepsi atau informasi yang mendukung. Kesadaran itu
meningkat sejalan dengan makin banyaknya informasi yang
diserap di dalam lingkungan yang terus dibinanya. Makin
berkembang persepsi atau wawasan yang dibina, makin
menghayati, meyakini, dan mengamalkan ”kebersihan
adalah sebagian dari iman”. Sikap kesadaran tersebut
inilah yang perlu dibina secara luas dan
berkesinambungan dalam lingkup nasional secara
46
bertahap, agar dapat dibentuk budaya hidup bersih di
lingkungan, yaitu melalui semacam program terpadu
pemasyarakatan yaitu kesadaran terhadap lingkungan
(Hirnawan, 1998:97).
Dalam kehidupan masyarakat sebagai individu
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya sangat
tergantung serta dipengaruhi oleh kondisi lingkunganya.
Hubungan antara lingkungan dan manusia tidak dapat
dipisahkan satu sama lain karena merupakan suatu
kesatuan ekosistem yang memiliki ketergantungan dan
hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini kadang
dapat memberikan pengaruh, baik yang negatif ataupun
yang bersifat positif sehingga diperlukan adanya
kesadaran, serta tanggung jawab bersama sebagai upaya
untuk menjaga hubungan manusia dengan lingkungan. Hal
tersebut dapat dilakukan mulai dengan menanamkan sikap
disiplin lingkungan dan kesadaran lingkungan.
47
3. Peran Warga Sekolah dalam Pelaksanaan Budaya
Sekolah
Budaya sekolah terbentuk dari rasa
kebersamaan diantara warga sekolah baik kepala sekolah,
guru, staf maupun siswa. Setiap warga sekolah tersebut
memiliki peranan masing-masing dalam pelaksanaan budaya
sekolah. Peranan dari warga sekolah tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan
yang berperan penting dalam melaksanakan budaya sekolah
sehimgga tercipta budaya yang positif. Seorang kepala
sekolah yang sukses memandang lingkungan sekolahnya
secara holistik. Hal ini dapat memberikan suatu
kerangka kerja untuk memahami permasalahan yang sulit
dan kompleks mengenai hubungan yang terjalin dalam
sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, kepala sekolah
dalam pelaksanaan budaya sekolah berperan sebagai
48
pemberi arahan mengenai norma-norma, nilai-nilai, dan
keyakinan yang dianut sekolah kepada warga sekolah
lainnya. Oleh sebab itu, kepala sekolah perlu memahami
secara mendalam mengenai norma-norma, nilai-nilai, dan
keyakinan yang dianut sekolah tersebut.
b. Guru
Guru memainkan peran yang tidak kalah penting
dalam pelaksanaan budaya sekolah. Peranan guru dalam
pelaksanaan budaya sekolah ini berkaitan dengan
pengembagan kurikulum seperti yang dikemukakan oleh
powell (1997:02) bahwa "Teacher in small private are neither
'invisible or anonymous' and they play important roles in curiculum
development, in academic and personal advising of student, and in the
extra curricular activities of the school".
Berdasarkan kutipan tersebut dapat dijelaskan
bahwa guru-guru pada sekolah privat yang lingkupnya
kecil dapat memainkan seluruh peranannya yang penting
dalam pengembangan kurikulum, di bidang akademik dan
49
memberi dukungan secara personal kepada siswa termasuk
dalam kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler di sekolah.
Dalam hal ini guru berperan dalam mendukung
terbentuknya budaya sekolah yang positif dan memiliki
standar tinggi melalui cara mengajar yang
diterapkannya.
c. Siswa
Selain kepala sekolah dan guru, siswa juga
memiliki peran dalam melaksanakan budaya sekolah.
Peranan siswa tersebut berkaitan dengan kemampuannya
dalam mencapai prestasi yang menjadi tujuan dari
pelaksanaan budaya sekolah. Siswa memainkan perannya di
dalam kelas. Prestasi dapat dicapai apabila siswa
berpartisipasi dalam proses belajar mengajar seperti
yang dikemukakan oleh Fullan (1991: 183) bahwa "Any
innovation that requires new activities on the part of students will succed
or fail according to whether studens actually participate in these
activities". Suatu inovasi membuthkan aktivitas-aktivitas
50
barn sebagai bagaian dari siswa yang sukses atau gagal
berdasarkan petisipasi para siswa secara nyata dalam
kegiatan-kegiatan tersebut.
Berdasarkan peranan masing-masing warga
sekolah tersebut dapat dikemukakan bahwa kepala
sekolah, gum dan siswa memiliki peranan yang berbeda
dalam pelaksanaan budaya sekolah.
Meskipun berbeda, namun peranan yang
dimainkan oleh masing-masing warga sekolah tersebut
saling berkaitan dan mendukung terbentuknya budaya
sekolah yang positif. Pelaksanaan budaya sekolah tidak
akan mencapai hasil seperti yang diharapkan apabila
salah satu unsur warga sekolah tersebut tidak
menjalankan perannya denga baik. Oleh sebab itu,
peranan yang dijalankan oleh masing-masing warga
sekolah mempengaruhi pelaksanaan peranan warga sekolah
lainnya.
4. Aspek Pengembangan Budaya (culture) Sekolah
51
Guna menciptakan kultur sekolah yang bermoral
perlu diciptakan lingkungan sosial sekolah yang dapat
mendorong murid-murid memiliki moralitas yang
baik/karakter yang terpuji. Sebagai contoh, apabila
suatu sekolah memiliki iklim demokratis, murid-murid
terdorong untuk bertindak demokratis. Sebaliknya
apabila suatu sekolah terbiasa mempraktikkan tindakan-
tindakan otoriter, sulit bagi murid-murid untuk dididik
menjadi pribadi-pribadi yang demokratis. Demikian juga
apabila sekolah dapat menciptakan lingkungan sosial
sekolah yang menjunjung tinggi kejujuran dan rasa
tanggung jawab maka murid lebih mudah bagi murid-murid
untuk berkembang menjadi pribadi-pribadi yang jujur dan
bertanggung jawab. Namun masyarakat secara umum juga
perlu memiliki kultur yang senada dengan yang
dikembangkan di sekolah.
Lickona (1991: 325) mengutarakan enam elemen
kultur sekolah yang baik, yaitu:
52
a. Kepala sekolah memiliki kepemimpinan moral
dan akademik.
b. Disiplin sekolah yang ditegakkan secara
menyeluruh.
c. Masyarakat sekolah memiliki rasa
persaudaraan.
d. Organisasi murid menerapkan kepemimpinan
demokratis dan menumbuhkan rasa bertanggung
jawab murid-murid untuk menjadikan sekolah
mereka menjadi sekolah yang terbaik.
e. Hubungan semua warga sekolah bersifat saling
menghargai, adil, dan bergotong royong.
f. Sekolah meningkatkan perhatian .terhadap
moralitas dengan menggunakan waktu tertentu
untuk mengatasi masalah-masalah moral.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah
satu elemen yang me-nentukan terciptanya kultur sekolah
yang bermoral. Dari hasil penelitian Zuchdi dkk. (2006)
53
terungkap bahwa dari sepuluh kepala sekolah yang
menjadi responder penelitian, baru satu yang memiliki
kepemimpinan yang ideal. Oleh karana itu dalam
pengangkatan kepala sekolah, kualitas moral harus
dijadikan pertimbangan utama.
Elemen yang kedua untuk membangun kultur
sekolah yang positif adalah disiplin. Penegakan
disiplin sekolah dapat dimulai dengan melibatkan murid-
murid dalam membuat peraturan sekolah. Kalau perlu
mereka diminta menandatangani kesediaan untuk
melaksanakan peraturan tersebut dan kesediaan
menanggung konsekuensi jika melanggarnya. Dengan
demikian mereka dilatih untuk bertanggung jawab atas
semua tindakan yang mereka lakukan. Selanjutnya
peraturan yang telah disetujui bersama perlu
dilaksanakan secara konsekuen dan adil, berlaku bagi
semua warga sekolah baik murid, guru, kepala sekolah,
maupun pegawai administrasi.
54
Rasa persaudaraan yang tinggi dapat mencegah
terjadinya tindakan-tindakan yang tidak baik. Hal ini
dapat dipahami karena adanya rasa persaudaraan membuat
seseorang merasa tidak tega berlaku kasar bahkan
menyakiti orang lain. Oleh karena itu rasa persaudaraan
perlu dibanngun secara terus menerus lewat program
sekolah, misalnya spanduk selamat datang bagi murid
baru, kunjunan kepada yang sedang mengalami musibah,
pemberian ucapan/surat terima kasih kepada murid yang
telah memberikan pertolongan kepada temannya, dan
berbagai kegiatan ekstr-akurikuler yang dapat membangun
dan memelihara persaudaraan
Strategi lain untuk mengembangkan karakter
lewat kultur sekolah ialah dengan melibatkan murid-
murid membangun kehidupan sekolah mereka. Misalnya
membangun kehidupan yang demokratis, yang menghargai
pluralistik, dan yang mematuhi peraturan yang baik
(pelibatan murid dalm pembuatan peraturan, evaluasi
55
peraturan, penegakan peraturan, dan penggantian
peraturan).
Menurut hasil penelitian, sekolah-sekolah
yang baik memiliki kualitas kehidupan moral dan
kehidupan akademik yang bagus (Lickona, 1991: 342).
Hubungan teman sekerja berkembang balk, guru-guru
berbagi pegalaman dan gagasan, guru-guru yang sudah
berpengalaman membimbing guru-guru baru, dan pegawai
administrasi memberikan bantuan sepenuhnya demi
terselenggaranya kegiatan sekolah.
Elemen yang keenam untuk membangun kultur
sekolah yang positif ialah penyediaan waktu untuk
memperhatikan masalah-masalah moral. Suasana moral yang
baik perlu dibangun di sekolah. Meskipun dalam hal yang
kecil, misalnya kehilangan barang yang kurang berharga
bagi pemiliknya, hal ini tetap perlu perhatian khusus
dari sekolah. Misalnya suatu sekolah menyediakan
"tempat melaporkan barang hilang dan mengembalikan
56
barang temuan" yang dipantau dengan tertib. Jangan
sampai perhatian terhadap pencapaian tujuan akademik
menyebabkan pengabaian terhadap perkembangan moral,
sosial, dan religiusitas anak-anak. Semua penting
sehingga guru harus menyediakan waktu untuk
memperhatikan perkembangan anak-anak secara holistik.
Sekolah memang benar-benar harus
memperhatikan pengembangan kultur sekolah yang positif.
Namun sayang, perhatian terhadap moralitas terkendala
oleh tuntutan keadaan yakni penentuan keberhasilan
sekolah yang sangat ditentukan skor tes.
Reformasi akademik sungguh sangat diperlukan.
Peningkatan kualitas lulusan sekolah banyak yang
dilakukan dengan cara yang tergesa-gesa, seperti
"memasak dengan panci bertekanan tinggi". Akibatnya
bahkan counterproductive, baik dari segi intelektual
maupun segi moral dan sosial. Anak-anak seolah-olah
dipaksa melalui jalan tol untuk menjadi anak pandai.
57
Mereka harus menggunakan hampir seluruh waktunya untuk
menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan masih ditambah
tugas-tugas bimbingan belajar yang harus mereka ikuti.
Hubungan guru dan murid tidak begitu akrab karena
"tidak ada waktu" (Lickona, 1991: 343).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan menurut
Zuchdi (2013:112) aspek – aspek dalam pengembangan
budaya atau kultur sekolah meliputi seperti berikut.
1) Suasana sekolah atau iklim sekolah
Suasana sekolah dikaitkan dengan kesabaran, kerja
sama, kepedulian, kejujuran, ketaatan beribadah,
tanggung jawab dan kenyamanan sekolah.
2) Perilaku murid
Deskripsi perilaku murid meliputi dengan
kedisiplinan, kejujuran, persaudaraan dan ketaatan
beribadah
3) Kepemimpinan kepala sekolah.
58
Kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan
keteladanan, tanggung jawab, kedisiplinan, rasa
kekeluargaan, tindakan demokratis, komunikasi
dengan warga sekolah, perhatian terhadap masalah
moral, ketaatan beribadah.
B. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah proses internalisasi budaya
ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat
orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan merupakan
sarana strategis dalam penanaman dan pembentukan
karakter seperti yang dikemukakan oleh Ki Supriyoko
(dalam Muslich, 2010:75) menyatakan bahwa pendidikan
adalah saran strategis untuk meningkatkan kualitas
manusia.
Menurut Martin Luther King (dalam Muslich,
2010:75) mengatakan bahwa intelligence plus character....that is the
59
goal of true education. (kecerdasan yang berkarakter adalah
tujuan akhir dari pendidikan yang sebenarnya).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan
karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru,
yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru
membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini
mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru
berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru
bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Pendidikan karakter dapat kita pahami melalui
struktur antropologis yang ada dalam diri manusia.
Struktur antropologis manusia terdiri dari jasad, ruh,
dan akal (Koesoema A, 2007:80). Ada tiga komponen dalam
karakter yang baik, yaitu moral knowing (pengetahuan
tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral),
dan moral action (perbuatan moral), yang diperlukan agar
anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-
60
nilai kebijakan. Istilah lainnya adalah kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Dalam mewujudkan pendidikan karakter tidak
dapat dilakukan tanpa adanya penanaman nilai-nilai.
Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari
nilai-nilai luhur universal, yaitu : pertama, karakter
cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian
dan tanggung jawab; ketiga, kejujuran/amanah,
diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan,
suka menolong dan gotong royong/kerja sama; keenam,
percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan
keadilan; kedelapan, rendah hati; dan kesembilan,
toleransi, kedamaian dan kesatuan.
Kesembilan pilar karakter tersebut diajarkan
secara sistematis dalam model pendidikan holistik
sehingga akan tumbuh kesadaran mau melakukan perilaku
kebajikan karena dia cinta dengan kebajikan itu.
Terkait dengan hal itu, dalam diskusi (19 Juni 2009)
61
Sukamto (dalam Muslich, 2010:78) mengemukakan bahwa
untuk melakukan pendidikan karakter perlu adanya
powerfulls ideas, yang menjadi pintu masuk pendidikan
karakter. Powerfulls ideas ini meliputi :
a. Gagasan tentang Tuhan, dunia, dan saya (God, the
world, and me)
b. Memahami diri sendiri (knowing yourself)
c. Menjadi manusia bermoral (becoming a moral person)
d. Memahami dan dipahami (understanding and understood
getting along with others)
e. Bekerja sama dengan orang lain (a Sense of belonging)
f. Mengambil kekuatan di masa lalu (drawing strength
from the past)
g. Dien for all times and places
h. Kepedulian terhadap makhluk (caring for Allah creation)
i. Membuat perbedaan (making a difference)
j. Memimpin (taking the lead)
62
Sekolah sebagai bagian dari lingkungan
memiliki peranan yang sangat penting. Setiap sekolah
dan lembaga pendidikan seharusnya memiliki school
culture, di mana setiap sekolah memilih pendisiplinan
dan kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk.
Selanjutnya para pemimpin dan pendidik lembaga
pendidikan tersebut mampu memberi suri teladan mengenai
karakter tersebut.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga
menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter
di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas
hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
63
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktifitas atau
kegiatan kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana,
pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan
sekolah.
Permasalahan yang muncul adalah pendidikan
karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada
tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum
pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran itu,
pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter sangat
strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di
masa mendatang. Pelaksanaan pendidikan karakter harus
dilakuakan melalui perencanaan yang baik, pendekatan
yang sesuai, dan metode pembelajaran yang efektif.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
64
Pendidikan karakter bertujuan meningkatkan
mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah
melalui pembentukan karakter peserta didik secara utuh,
terpadu, dan seimbang sesuai standar kompetensi
kelulusan (Kemendiknas, 2011:246).
Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa di
sekolah secara umum adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan potensi kalbu/afektif peserta
didik sebagai manusia dan warga negara yang
memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta
didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai
universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius.
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung
jawab peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa.
65
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi
manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan
kebangsaan.
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah
sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur,
penuh kreatifitas dan persahabatan, serta dengan
rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan
(dignity).
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi
dari sumber-sumber sebagai berikut :
1) Agama : masyarakat Indonesia adalah
masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan
individu, masyarakat dan bangsa selalu didasari
pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara
politis kehidupan kenegaraan juga didasari pada
nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar
pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan
66
budaya dan karakter bangsa harus didasarkan
pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari
agama.
2) Pancasila : Negara Kesatuan Republik
Indonesia ditegakkan atas dasar prinsip-prinsip
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang
disebut Pancasila. Pancasila terdapat dalam
pembukaan UUD 1945 alenia empat dan dijabarkan
lebih lanjut dalam pasal-pasalnya. Nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-
nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum,
ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan
mempersiapkan peserta didik menjadi warga
negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang
memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan
nliai-nilai Pancasila dalam kehidupannya
sebagai warga negara.
67
3) Budaya : sebagai suatu kebenaran bahwa tidak
ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak
didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui
masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai budaya itu
dijadikan dasar dasar dalam pemberian makna
terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi
antar anggota masyarakat itu. Posisi budaya
yang demikian penting dalam kehidupan
bermasyarakat mengharuskan budaya menjadi
sumber nilai dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa.
4) Tujuan Pendidikan Nasional : sebagai rumusan
kualitas yang harus dimiliki setiap warga
negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai
satuan pendidikan diberbagai jenjang dan jalur.
Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai
nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan
68
pendidikan nasional adalah sumber yang paling
operasional dalam pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa.
Berdasarkan keempat sumber nilai itu,
teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya
dan karakter bangsa sebagai berikut :
Tabel 2.1. Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa
NO NILAI DESKRIPSI1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang
dianut, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam
69
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3 Tolerans
i
Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang
lain yang berbeda dengan dirinya.
4 Kerja
keras
Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
5 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu
untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari suatu yang telah
dimiliki.
7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam
70
menyelesaikan tugas.
8 Demokrat
is
Cara berfikir, bersikap, dan
bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dengan orang
lain.
9 Rasa
ingin
tahu
Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan luas dari sesuatu yang
dipelajari, dilihat, dan didengar.
10 Semangat
Kebangsa
an
Cara berpikir, bertindak dan
berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11 Cinta
Tanah
Air
Cara berfikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan
71
fisik, sosial budaya, ekonomi.
12 Mengharg
ai
Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui dan menghormati
keberhasilan orang lain
13 Bersahab
at /
Komunika
tif
Tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
14 Cinta
Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
15 Gemar
Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16 Peduli Sikap dan tindakan yang selalu
72
Lingkung
an
berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17 Peduli
Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu
ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18 Tanggung
Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam ,
sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
73
Untuk mencapai tujuan di atas, dalam
Permendiknas No 23 Tahun 2006 dirumuskan kompetensi
lulusan Sekolah Dasar (SD) sebagai berikut :
a) Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai
dengan tahap perkembangan anak..
b) Mengenal kekurangan dan kelebihan diri
sendiri.
c) Mematuhi aturan – aturan sosial yang berlaku
dalam lingkungannya..
d) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku,
ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan
sekitarnya.
e) Menggunakan informasi tentang lingkungan
sekitar secara logis, kritis, dan kreatif.
f) Menunjukan kemampuan berfikir logis, kritis,
dan kreatif dengan bimbingan guru/pendidik.
g) Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi
dan menyadari potensinya.
74
h) Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah
sederhana dalam kehidupan sehari - hari.
i) Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam
dan sosial di lingkungan sekitar..
j) Menunjukan kecintaan dan kepedulian terhadap
lingkungan.
k) Menunjukan kecintaan dan kebanggaan terhadap
bangsan negara dan tanah air Indonesia.
l) Menunjukan kemampuan untuk melakukan kegiatan
seni dan budaya lokal.
m) Menunjukan kebiasaan hidup bersih, sehat,
bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan
baik.
n) Berkomunikasi secara jelas dan santun.
o) Bekerja sama dalam kelompok, tolong menolong,
dan menjaga diri sendiri, dalam lingkungan
keluarga dan teman sebaya.
p) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis.
75
q) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara,
membaca dan berhitung.
3. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pendidikan budaya dan karakter bangsa
mempunyai tiga fungsi yaitu :
a. Pengembangan
Pendidikan budaya dan karakter bangsa
mengembangkan potensi peserta didik untuk menjadi
pribadi yang berperilaku baik. Hal ini berlaku
bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan
perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter
bangsa.
b. Perbaikan
Pendidikan budaya dan karakter bangsa memperkuat
kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung
jawab dalam pengembangan potensi peserta didik
yang lebih bermartabat
c. Penyaring
76
Pendidikan budaya dan karakter bangsa berfungsi
untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya
lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa yang bermartabat.
C. Kajian Penelitian Sebelumnya Yang Relevan
Nuryana (2010) dalam penelitian yang
diadakan di salah satu sekolah dasar di Kabupaten
Bandung Barat. Penelitian ini memfokuskan pada
pendekatan yang dilakukan sekolah dalam penanaman
pendidikan nilai secara holistik antara lain melalui
keteladanan, pembiasaan dan budaya sekolah. Hasil
penelitian ini mengungkap pendidikan nilai yang
diajarkan, pendekatan pendidikan nilai yang digunakan,
budaya sekolah yang dikembangkan, kendala yang dihadapi
guru dalam pelaksanaannya serta bagaimana upaya dalam
mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini menunjukkan
adanya perubahan perilaku peserta didik ke arah yang
77
lebih positif dibandingkan dengan saat sebelum siswa
bersekolah di sekolah yang diteliti.
Supriadi (2008) dalam penelitian yang
diadakan di salah satu SMAN I Kopang Lombok yang
bertujuan untuk mengungkapkan budaya sekolah, peranan
warga sekolah dalam pelaksanaan budaya sekolah, serta
faktor-faktor yang mendukung atau menghambat
pelaksanaan budaya sekolah Hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa sekolah yang diteliti memiliki
budaya sekolah, baik yang dapat diamati maupun yang
tidak dapat diamati.
78
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Fokus penelitian ini adalah pelaksanaan
peningkatan budaya displin, budaya etika dan budaya
bersih. Di dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Metode penelitian kualitatif digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peneliti
79
adalah sebagai instrumen kunci, tekhnik pengumpulan
data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Penelitian kualitatif sering disebut sebagai
metode penelitian naturalistik karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural Setting).
disebut juga sebagai metode etnography, karena pada
awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk
penelitian bidang antropologi budaya disebut sebagai
metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan
analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Dalam Penelitian ini akan mengkaji tentang
peningkatan budaya sekolah melalui pendidikan karakter
tepatnya di SDN I Girimarto Kabupaten Wonogiri Jawa
Tengah dengan harapan dapat memperbaiki pendidikan
karakter di lembaga pendidikan tersebut.
80
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian tindakan (action research) yang lebih
berorientasi kepada melihat secara langsung gejala-
gejala atau yang bersifat wajar dan terjadi secara
alarniah. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.
C. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis
penelitian pengembangan yang diimplementasikan dalam
bentuk Penelitian Tindakan Sekolah. PTS adalah
penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah di
sekolah yang dibina atau dipimpin dengan penekanan pada
pengelolan dan peningkatan mutu pendidikan melalui
sistem manajerial dan kinerja kepala sekolah.
47
81
Lebih lanjut Suyadi mengemukakan bahwa
Penelitian tindakan sekolah dilaksanakan dengan
strategi siklus yang berangkat dari identifikasi
masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah, penyusunan
rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi
tindakan, dan refleksi. Rangkaian kegiatan perurutan
mulai dart rencana tindakan sampai dcngan refleksi
disebut sate siklus penelitian. Setiap siklus terdiri
dart empat tahap, yakni (1) perencanaan tindakan (2)
pelaksanaan tindakan, dan observasi, (3) refleksi dan
revisi. Penelitian ini diakhiri pada siklus ketiga.
Agar tujuan penelitian dapat tercapai dengan
baik, maka diperlukan persiapan yang baik. Langkah-
langkah penelitian dapat digambarkan tahapannya sebagai
berikut.
1. Tahap pra penelitian
Meminta ijin kepada pehak yang
berwenang, dalam hal ini kepala SDN I Girimarto
82
Kabupaten Wonogiri dan setelah peneliti
memperoleh gambaran mengenai cara
peningkatannya, dilaksanakan rapat kecil dengan
kepala sekolah, guru dan staf SDN I Girimarto
untuk pelaksanaan penelitian.
2. Tahap penyusunan pedoman wawancara dan observasi
Setelah memperoleh gambaran tentang
lokasi penelitian, maka peneliti menyusun
pedoman wawancara dan observasi yang berfungsi
untuk memperoleh data dan mengumpulkan data dari
informan penelitian. pedoman wawancara dan
angket disusun sesuai dengan rumusan masalah dan
tujuan masalah.
3. Tahap cara peningkatannya.
a. Hasil tahap penyusunan pedoman wawancara dan
observasi ditunjukkan kepada kepala sekolah.
b. Kepala sekolah diajak bekerja sama
memecahkan fokus-fokus di atas, dengan
83
menerapkan konsep-konsep atau teori-teori
yang bertalian dengan fokus-fokus itu yang
telah dibahas dalam bab kajian teori, sebagai
cara meningkatkan dan kriteria keberhasilan.
c. Siklus Penelitian
Berdasarkan kajian teori penelitian
menggunakan alur siklus penelitian tindakan
seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.1Sumber: Siklus penelitian tindakan Pidarta (2012:20)
1) Siklus I
a) Semua fokus penelitian direncanakan
Revisi
Refleksi
Revisi
Refleksi
PerencanaPerencana
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Revisi
Refleksi
Pelaksanaan
Perencana
84
b) Dilaksanakan dan diobservasi tentang
budaya disiplin, budaya etika, dan
budaya bersih
c) Hasilnya direfleksi, artinya fokus mana
yang mengalami peningkatan, mana yang
baru setengah , dan mana yang sulit,
dan sebagainya.
d) Bagi fokus-fokus yang belum
berubah dengan baik cara
perlakuannya direvisi.
e) Hasil revisi ini menjadi bahan
perencanaan untuk siklus II dengan
harapan ada perkembangan dan dapat
ditingkatkan lagi di siklus II.
2) Siklus II
Dilakukan dengan cara sama dengan
siklus I tetapi hanya mengembangkan fokus-
fokus yang belum meningkat pada siklus I.
85
3) Siklus III
Fokus-fokus yang belum meningkat
pada siklus II, diberi perlakuan pada
siklus III dan siklus-siklus berikutnya
Demikian seterusnya, siklus pengembangan
akan berhenti atau dihentikan kalau semua
fokus yang dikembangkan sudah berkembang
sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan.
4. Tahap pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian dimaksudkan untuk
memperoleh dan mengumpulkan data dari sumber
data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Pelaksanaan penelitian secara resmi
dilakukan setelah mendapat surat ijin penelitian
dari kepala sekolah yang bersangkutan.
D. Informan Penelitian
Dalam semua penelitian kualitatif,
86
instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri (Human
Instrument). Terminologi human instrument mengandung makna
bahwa hampir semua, bahkan selalu, peneliti kualitatif
melakukan kerja lapangan secara langsung untuk
mengumpulkan data penelitian. Keharusan peneliti
sebagai instrument penelitian dalam penelitian
kualitatif diserta dengan keharusan menggunakan
wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data
yang paling utama.
Untuk itu, peneliti harus menentukan
informan yang akan peneliti wawancarai. Pemilihan
informan dalam penelitian ini didasarkan pada
beberapa pertimbangan, yaitu subyek yang telah cukup
lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau
medan penelitian yang menjadi sasaran penelitian, ini
biasanya ditandai oleh kemampuan informan untuk
memberikan informasi yang "di luar kepala" tentang
sesuatu yang ditanyakan subyek yang masih terlibat
87
secara aktif di lingkungan kegiatan yang menjadi
sasaran penelitian
1.Subyek yang mempunyai cukup banyak waktu untuk
dimintai informasi
2.Subyek yang dalam memberikan informasi tidak
"dikemas" dulu, atau subyek yang masih "lugu"
dalam memberikan informasi.
3.Subyek yang sebelumnya tergolong masih asing bagi
peneliti sehingga peneliti merasa tertantang
untuk belajar sebanyak mungkin dan subyek.
Dalam penelitian ini melibatkan informan
penelitian seperti di dalam tabel di bawah ini.
a. Kepala sekolah SDN I Girimarto untuk
mendapatkan data tentang peningkatan budaya
sekolah yang ditingkatkan, kendala yang dihadapi
Kepala sekolah, dan hasil dari peningkatan budaya
sekolah melalui pendidikan karakter yang
diperoleh dengan cara wawancara
88
b.Guru SDN I Girimarto untuk mendapatkan data
tentang peningkatan budaya sekolah yang
ditingkatkan, kendala yang dihadapi guru, dan
hasil dari peningkatan budaya sekolah melalui
pendidikan karakter yang diperoleh dengan cara
wawancara
c.17 Siswa SDN I Girimarto untuk mendapatkan data
tentang hasil peningkatan budaya sekolah melalui
pendidikan karakter yang diperoleh dengan cara
wawancara.
E. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri di
Kabupaten Wonogiri dengan mengambil tempat di SD
Negeri 1 Girimarto dengan pertimbangan sebagai
berikut:
a. SD Negeri 1 Girimarto adalah sekolah yang
memiliki budaya sekolah yang komplek dengan
89
karakter kepala sekolah guru, dan karakter
peserta didik yang berbeda – beda.
b.Guru-guru SD Negeri 1 Girimarto, memiliki
kompetensi yang memadai sebagai bekal dalam
menanamkan pendidikan karakter kepada peserta
didik.
2. Waktu Penelitian
Perkiraan waktu penelitian ini yang dilaksanakan
di SDN I Girimarto kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai
dengan bulan Agustus 2013. Adapun perkiraan jadwal
penelitian sebagai berikut berikut.
Tabel 3.2 Alokasi Waktu
Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
90
1. Pengajuan judul, penyusunanProposal
x x
2. Seminarproposal,revisi,pengesahanproposal
x x x
3. PenyusunanInstrumen,ijinpenelitian,pengesahan proposal
x x x
4. Pengolahandata
x x x
5. PenyusunanLaporan Hasil Penelitian
x x x
F. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi
kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas
instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.
Tekhnik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
91
tahu tekhnik pengumpulan data maka peneliti tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.
Bila dilihat dan settingnya, data dapat dikumpulkan
pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium
dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai
responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan
lain-lain.
Berbagai Bermacam-macam teknik pengumpulan
data ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut. Berdasarkan
gambar tersebut terlihat bahwa secara umum terdapat
empat macam teknik pengumpulam data, yaitu observasi,
wawancara, dokumentasi.
Gambar 3.2
Sumber : Tekhnik pengumpulan data (Sugiono,
2013:63)
92
Berdasarkan dari uraian di atas penelitian ini
dalam tekhnik pengumpulan data menggunakan observasi
(pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi.
1. Observasi
Observasi diperlukan dalam penelitian kualitatif
dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang
mendekati kenyataan terhadap obyek suatu penelitian.
Obsevasi dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian
tindakan dengan rencana yang telah disusun untuk
mengetahui sejauhmana pelaksanaan tindakan dapat
menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang
dikehendaki.
Gambar 3.2
Sumber : Tekhnik pengumpulan data (Sugiono,
2013:63)
93
Dalam penelitian ini seolah–olah peneliti
menceburkan diri ke dalam lingkungan tempat meneliti
batau situasi yang akan dipelajari dan dipahami.
Selama observasi peneliti secara langsung melihat
kondisi sekolah dengan meliputi aspek suasana sekolah
atau iklim sekolah, perilaku murid dan kepemimpinan
kepala sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan observasi
partisipatif dalam observasi ini, peneliti terlibat
dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan
apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut
merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan
ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,
tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dan
setiap perilaku.
Dengan menggunakan tekhnik observasi ini, peneliti
94
dapat mengamati bagaimana iklim sekolah, perilaku
murid dan kepemimpinan kepala sekolah dalam bekerja,
bagaimana semangat kerjanya bagaimana hubungan kepala
sekolah dengan karyawan lain, hubungan guru dengan
siswa dan pimpinan, keluhan dalam melaksanakan
pekerjaan dan lain lain
2. Wawancara
Interview adalah " a meeting of two persons to
exchange information and idea through question and responses,
resulting in communication and joint construction of meaning about
a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
95
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan pada
laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau
setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan
pribadi. Penelitian kualitatif, sering
menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan
wawancara mendalam. Selama melakukan observasi,
peneliti juga melakukan interview kepada orang –
orang yang ada di dalamnya.
Beberapa macam wawancara yaitu wawancara
tersetruktur, wawancara semi terstruktur dan
wawancara tidak berstruktur.
Dalam penelitian ini menggunakan wawancara
tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas di
mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya.
96
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan
Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering
digunakan dalam penelitian pendahulu atau untuk
penelitian yang lebih mendalam tentang subyek yang
diteliti.
Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha
mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu
atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga
peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan
atau variabel apa yang harus diteliti. Untuk
mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih
lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara
kepada fihak-fihak yang mewakili berbagai tingkatan
yang ada dalam obyek. Misalnya akan melakukan
penelitian tentang iklim kerja perusahaan, maka
dapat dilakukan wawancara dengan pekerja tingkat
bawah, supervisor, dan manajer.
97
Langkah–langkah wawancara dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
a. menetapkan kepada siapa wawancara itu
akan dilakukan
b. menyiapkan pokok-pokok masalah yang
akan menjadi bahan pembicaraan
c. mengawali atau membuka alur wawancara
d. melangsungkan alur wawancara
e. mengkonfirmasikan ikhtisar hasil
wawancara, mengakhirinya
f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam
cacatan lapangan
Mengidentifikasi tindak lanjut hasil
wawancara yang telah diperoleh
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
98
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,
gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, film, dan lain-lain.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. Dokumen adalah "In most tradition of qualitative
research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first
person narrative produced by an individual which describes his or her own
actions, experience and belief'
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan
lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh
sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di
tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Publish
autobiographies provide a readiley available source of data for the
99
discerning qualitative research.
Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila
didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan
seni yang telah ada. Photographs provide strikingly descriptive data,
are often used to understant the subjective and is product are frequeltly
analyzed inductive.
Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen
memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak
foto yang tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena
foto dibuat untuk kepentingan tertentu memberi
penjelasan bahwa metode dokumentasi berarti cara
mengumpulkan data dengan mencatat data–data yang ada.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data
dokumentasi dipergunakan untuk memperoleh informasi
tentang pelaksanaan budaya sekolah SDN I Girimarto.
Untuk data tertulis budaya sekolah dan pendidikan
karakter di SDN I Girimarto meliputi :
a. Profil SDN I Girimarto
100
b. Kurikulum
c. Visi dan misi
d. Presensi Guru
e. Presensi siswa
f. Konseling
g. Kalender Pendidikan
h. Peraturan sekolah atau tata tertib sekolah
i. Foto kegiatan siswa
j. Foto kegiatan pembelajaran
k. Data dan foto lain yang digunakan sebagai
pendukung penelitian ini.
F. Teknik Pengabsahan Data
Setelah data berhasil dikumpulkan dengan
menggunakan metode-metode yang diuraikan di atas,
langkah selanjutnya dan sebuah penelitian adalah
pemeriksaan keabsahan data yang telah dikumpulkan.
Dalam penelitian kualitatif, penelitian dianggap ilmiah
jika penelitian tersebut memenuhi syarat-syarat
101
keilmiahan penelitian kualitatif, yaitu ; kredibilitas,
dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferabilitas.
1. Kredibilitas
Kredibilitas adalah kriteria keabsahan data
hasil penelitian yang berkenaan dengan nilai kebenaran,
artinya bahwa hasil penelitian kualitatif harus dapat
dipercaya oleh pembaca yang kritis dan dapat diterima
oleh orang-orang yang memberikan informasi yang
dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Uji
kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil
penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan
perpanjangan pengamatan, peningkatkan ketekunan dalam
penelitian, tringulasi, diskusi dengan teman sejawat,
analisis kasus negatif, dan member check. Hal tersebut
sesuai dengan gambar 3.3 uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif di bawah ini.
Perpanjangan pengamatanPeningkatan ketekunan
102
Gambar 3.3Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
Dengan perpanjangan pengamatan akan dapat
meningkatkan keperaniaan/kredibitas data. Dengan
perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data yang pernah ditemui maupun Yang terbaru.
Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan
peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk
rapport, semakin akrap (tidak ada jarak lagi), semakin
Uji kredibilitas data
TriangulasiDiskusi teman sejawat
Analisis kasus negatif
Member check
103
terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi
yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk raport,
maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, di mana
kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang
dipelajari. Rapport is a relationship of mutual trust and emotional
affinity between two or more people.
Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan,
peneliti masih dianggap orang asing, masih dicurigai,
sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak
mendalam, dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan.
Dengan perpanjangan pengamatan peneliti, mengecek
kembali apakah data yang telah diberikan selanu ini
merupakan data yang sudah benar atau tidak.. Bila data
yang diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada
sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak
benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang
lebih luas dan mendalam sehingga diperolch data yang
pasti kebenarannya.
104
Lama perpanjangan pengamatan ini dilakukan, akan
sangat tergantung pada kedalaman, keluasan dan kepastian
data. Kedalaman artinya apakah peneliti ingin menggali
data sampai pada tingkat makna. Makna berarti data di
balik yang tampak. Yang tampak orang sedang menangis,
tetapi sebenarnya dia tidak sedih tetapi malah sedang
berbahagia. Keluasan berarti, banyak sedikitnya
informasi yang diperoleh. Dalam hal ini setelah peneliti
memperpanjang pengamatan, apakah akan menambah fokus
penelitian, sehingga memerlukan tambahan informasi baru
lagi. Data yang pasti adalah data yang valid yang sesuai
dengan apa yang terjadi. Untuk memastikan siapa yang
menjadi provokator dalam kerusuhan, maka harus betul-
betul ditemukan secara pasti siapa yang menjadi
provokator.
Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji
kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan
pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh,
105
apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke
lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila
setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar
berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan
dapat diakhiri.
Lebih lanjut sugiono mengemukakan Persistent observation
atau ketekunan pengamatan adalah melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara
tersebut maka kepastian data dan urutan peritiwa akan
dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai
contoh melihat kegiatan upacara bendera hari Senin.
Bagi orang awam upacara bendera adalah untuk
meningkatkan kedisiplinan. Tetapi bagi peneliti
kualitatif tentu akan lain kesimpulannya. Setelah
peneliti mencermati secara mendalam, upacara bendera
selain meningkatkan kedisiplinan juga meningkatkan rasa
cinta tanah air, reilgius, tanggung jawab, semangat
kebangsaan, kemandirian.
106
Selanjutnya untuk dapat memahami proses tersebut,
maka peneliti harus melakukan pengamatan secara terus-
menerus dan memahami aspek – aspek yang terdapat
didalam upacara bendera tersebut. untuk itu perlu
ketekunan peneliti agar data yang diperoleh lebih
kredibel.
Mengapa dengan meningkatkan ketekunan dapat
meningkatkan kredibilitas data? Meningkatkan ketekunan
itu ibarat kita mengecek soal-soal, atau makalah yang
telah dikerjakan, ada yang salah atau tidak. Dengan
meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat
melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah
ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan
meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan
deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa
yang diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan
ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi
107
buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-
dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.
Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin
luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk
memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau
tidak.
Triangulasi adalah qualitative cross-validation. It assesses
the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data
sources or multiple data collection procedures. Triangulasi dalam
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dan berbagi sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan
data, dan waktu.
Triangulasi sumber untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Sedangkan triangulasi teknik untuk menguji
108
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi
kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih
segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang
lebih valid sehingga lebih kredibel.
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai
atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat
tertentu. Mengapa dengan analisis kasus negatif akan
dapat meningkatkan kredibilitas data? Melakukan
analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data
yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang
telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda
atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang
ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti
masih mendapatkan data-data yang betentangan dengan
data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan
109
merubah temuannya
Member check adalah, proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan
membercheck adalah untuk mengetahui seperapa jauh
data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan
oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan
disepakati oleh para pemberi data berarti datanya
data tersebut valid, sehingga semakin
kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang
ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya
tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti
perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan
apabila perbedaannya tajam, maka peneliti hams
merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa
yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan
membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan
akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan
apa yang dimaksud sumber data atau informan.
110
Informan dalam penelitian ini adalah Sutrisno,
S.Pd.M.Pd sebagai kepala sekolah SDN I Girimarto,
Guru SDN I Girimarto, dan siswa SDN I girimarto.
Dari informan tersebut akan digali informasi tentang
budaya sekolah yang telah ada, pendidikan
karakternya bagaimana, serta informasi yang
mendukung dalam penelitian ini.
2. Transferabilitas
Uji Transferabilitas bagi peneliti
naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakai,
hingga hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam
konteks dan situasi sosial lain (Sugiono:130).
Oleh karena itu, supaya orang lain dapat
memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada
kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut,
maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan
uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat
dipercaya.
111
Bila pembaca laporan penelitian memperoleh
gambaran yang sedemikian jelasnya, "semacam apa" suatu
hasil penelitian dapat diberlakukan (transferability),
maka laporan tersebut memenuhi standar
transferabilitas.
3. Depenbilitas
Dalam penelitian kualitatif, uji depenability
dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak
melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa
memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji
depenabilitynya. Kalau proses penelitian tidak
dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian
tersebut tidak reliabel atau dependable.
Untuk itu pengujian depenability dilakukan
dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor
yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit
112
keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan
penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan
masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber
data, melakukan analisis data, melakukan uji
keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat
ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tak
mempunyai dan tak dapat menunjukkan "jejak aktivitas
lapangannya", maka depenbabilitas penelitiannya patut
diragukan.
Dalam hal ini peneliti meminta pembimbing
penulisan tesis ini yaitu Dr. Sri Setyawati, M.Pd dan
Prof. Dr. Haris Supratno untuk melakukan audit
terhadap depenbilitas proses penelitian ini.
4. Konfirmabilitas
Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability
mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya
dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji
konfirmability berarti menguji hasil penelitian,
113
dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian
yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah
memenuhi standar konfirmability.
G. Prosedur penelitian
Dalam melaksanakan penelitian diperlukan
perijinan dari pihak – pihak yang berwenang supaya
pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan lancar dan
tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik. Prosedur
perijinan yang ditempuh penulis sebagi berikut.
1. Mengajukan surat ijin penelitian pada Direktur
Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya.
2. Setelah memperoleh surat ijin dari Direktur
Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya,
kemudian dilanjutkan kepada Kepala Sekolah SDN I
Girimarto Kabupaten Wonogiri
3. Peneliti melaksanakan Penelitian
H. Analisis Data
114
Salah satu ciri khas penelitian kualitaif
adalah lebih mementingkan proses daripada hasil.
Pentingnya proses bagi penelitian kualitatif
didasarkan pada kenyataan bahwa analisis data dimulai
ketika peneliti pertama kali turun ke lapangan
penelitian. Ketika peneliti berada di lapangan,
peneliti akan menemukan berbagai macam informasi yang
semuanya berkemungkinan menjadi "pilar utama" yang
sangat menentukan isi data yang dikumpulkan.
Untuk itu peneliti dituntut untuk sesegera
mungkin melakukan analisis data dan tidak menunggu
data itu menjadi "dingin" apalagi "basi". Analisis
data yang dilakukan di lapangan ini kemudian
memunculkan konsep-konsep yang dapat dijabarkan
menjadi hipotesis kerja apabila peneliti belum
menyusun hipotesis ketika turun ke lapangan.
Analisis data yang lebih intensif
selanjutnya dilakukan setelah proses pengumpulan data
115
selesai dilakukan. Analisis data adalah proses
pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data.
Melalui analisis data, kita dapat menemukan
pola hubungan antar unsur dalam data deskriptif.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
memperhatikan tiga hal, yaitu reduksi data, display
data, dan verifikasi data ( Conclusion drawing).
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya
cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan
rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah
data akan semakin banyak, komplek dan rumit. Dalam
mereduksi data, terlebih dahulu peneliti membaca semua
data yang telah dikumpulkan, baik data hasil wawancara,
observasi, maupun data hasil dokumentasi.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan
116
dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama
dari penelitian kualitatif yaitu pada temuan. Oleh
karena itu, apabila peneliti dalam melakukan
penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang
asing, tidak kenal, belum memiliki pola, justru itulah
yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan
reduksi data.
Dari proses reduksi data, peneliti
memperoleh gambaran tentang mana data yang penting dan
mana data yang tidak penting. Data yang penting
selanjutnya dikelompokkan menjadi satu dan dicari
elemen-elemen pembentuknya. Analisis terhadap elemen-
elemen pembentuk data yang penting itu kemudian dicari
hubungannya dengan data. Setelah memperoleh hubungan
antar elemen dengan data yang penting, peneliti harus
bisa menemukan mainstream dari data itu. Setelah
peneliti menemukan mainstream dan hubungan antar
kategori, selanjutnya peneliti menyajikan data dalam
117
bentuk uraian naratif.
Setelah data direduksi, maka langkah
selanjutnya adalah mendisplay data. Penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
kategori. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang
bersifat naratif.
Model naratif deskriptif adalah penyajian
data dalam bentuk gambaran dan cerita tentang fokus
penelitian. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
analisis data penelitian kualitatif adalah verifikasi
data. Verikasi data adalah usaha untuk melakukan
pengecekan terhadap kesimpulan yang diperoleh dan
kegiatan analisis data, yang pada akhirnya menghasilkan
kesimpulan yang mantap.
Analisis domain dilakukan dalam penelitian ini
untuk memperoleh gambaran/pengertian yang bersifat umum
dan relatif menyelutuh tentang apa yang tercakup
118
disuatu fokus/pokok permasalahan yang tengah diteliti.
Dalam melakukan analisis domain disarankan peneliti
untuk melakukan hubungan semantis yang bersifat
universal.
BAB IV
PAPARAN HASIL PENELITIAN
A. Studi Awal
Hari pertama kedatangan peneliti di lapangan,
telah ada beberapa informasi penting hasil wawancara
dengan kepala Sekolah terkait dengan peningkatan budaya
sekolah melalui pendidikan karakter yang diterapkan di
119
SD Negeri I Girimarto yang merupakan salah satu sekolah
favorit yang mempunyai perkembangan yang pesat baik di
bidang akademik maupun bidang non akademik.
Dari 186 siswa SDN I hanya ada 17 siswa yang
belum melaksankan budaya sekolah SDN I Girimarto dengan
baik. Hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara
sebagai berikut.
1. Mereka sering datang terlambat datang ke sekolah
2. Mereka sering tidak mengerjakan pekerjaan
rumah atau tugas yang telah diberikan oleh guru.
3. Siswa sering tidak melaksanakan piket kelas.
4. Siswa sering malak atau meminta uang pada teman
5. Mereka sering berkata – kata yang kotor
6. Sering bertengkar dan mengganggu teman yang
lain pada saat pembelajaran.
7. Anak sering tidak menggosok gigi
8. Siswa sering tidak memasukan baju seragam
9. Siswa sering tidak masuk sekolah tanpa izin
72
120
10. Siswa sering membuang sampah sembarangan
11. Siswa sering berbicara sendiri atau ramai
dalam kelas
B. Informasi Tentang Perlakuan
Berdasarkan hasil studi awal yang dilakukan
kepada Informan maka diketahui bahwa masing – masing
siswa mendapat perlakuan pendidikan karakter yang tidak
sama.
1. Hasil Studi Awal
Langkah awal sebelum masuk pada
peningkatan siklus budaya sekolah, peneliti
mengawali dengan wawancara dan pengamatan untuk
mengetahui tingkat kedisiplinan, etika siswa dan
kebersihan siswa dari aspek pelanggaran yang
sering dilakukan dari para siswa tersebut.
Deskripsi hasil wawancara tersebut beserta
pendidikan karakter yang cocok sebagai berikut.
NO Kode Siswa Deskripsi pelanggaranyang sering dilakukan
121
1 Siswa A Sering tidak masuk sekolah tanpa izin
2 Siswa BSering berkata kotor di dalam kelas maupun di luar kelas
3 Siswa C Sering datang terlambat ke sekolah
4 Siswa DSiswa sering bertengkar dengan temannya
5 Siswa E Sering tidak masuk sekolah tanpa izin
6 Siswa FAnak sering sekali memelihara kuku yang panjang
7 Siswa G
Siswa sering berteriak teriak di dalam kelas ataupun di luar kelas
8 Siswa H Siswa sering malak atau meminta uang pada teman
9 Siswa ISiswa sering membuat gaduh pada saat pembelajaran berlangsung
10 Siswa J Siswa sering membuang sampah sembarangan
11 Siswa K Siswa sering tidak melaksanakan piket kelas
12 Siswa L Siswa sering tidak menggosok gigi
13 Siswa MSiswa sering tidak memasukan baju seragam sekolah
14 Siswa NSiswa sering tidak mengerjakan tugas / PR yang diberikan oleh guru
122
15 Siswa OSering berkata kotor di dalam kelas maupun di luar kelas
16 Siswa P Siswa sering bertengkar dengan temannya
17 Siswa QSiswa sering membuat gaduh pada saat pembelajaran berlangsung
Agar kepala sekolah dan guru mendapatkan
gambaran secara utuh tentang budaya sekolah, peneliti
menyampaikan konsep budaya sekolah mulai dari
pengertian, tujuan, prinsip, serta nilai – nilai
pendidikan karakter yang sesuai untuk diterapkan kepada
masing – masing siswa pada situasi dan kondisi yang
berbeda sebagaimana digambarkan pada tindakan/perlakuan
pada masing – masing siswa sebagai berikut :
a. Perlakuan kepada siswa A
Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang
dilakukan siswa A adalah Sering tidak masuk sekolah
tanpa izin maka pendidikan karakter yang ditekankan
guru atas perintah kepala sekolah pada siswa adalah
123
kedisiplinan. Pertimbangan menggunakan nilai
kedisiplinan yang diterapkan pada siswa A karena : (1)
Siswa belum menunjukan kemauan yang keras dengan
motivasi dan rasa percaya diri yang tinggi dalam
belajar; (2) Siswa belum memiliki rasa tanggung jawab
sebagai pelajar dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pelajar; (3) untuk meningkatkan prestasi siswa setara
dengan teman – teman siswa lainnya.
b. Perlakuan kepada Siswa B
Pelanggaran yang sering dilakukan siswa B
adalah Sering berkata kotor di dalam kelas maupun di
luar kelas maka pendidikan karakter yang ditekankan
guru atas perintah kepala sekolah pada siswa adalah
cinta damai. Deskripsi nilai cinta damai adalah Sikap,
perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
Pertimbangan menggunakan nilai cinta damai yang
diterapkan pada siswa B karena belum menunjukan sikap
124
dan tutur kata yang tidak terpuji sebagai pelajar.
Sehingga nilai kesopanan atau etika masih kurang
tertanam pada diri siswa.
c. Perlakuan kepada siswa C
Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang
dilakukan siswa C adalah Sering terlambat masuk sekolah
maka pendidikan karakter yang ditekankan guru atas
perintah kepala sekolah pada siswa adalah disiplin.
Deskripsi nilai disiplin adalah Tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan. Pertimbangan menggunakan nilai
kedisiplinan yang diterapkan pada siswa C karena : (1)
Siswa belum menunjukan kemauan yang keras dengan
motivasi dan rasa percaya diri yang tinggi dalam
belajar; (2) Siswa belum memiliki rasa tanggung jawab
sebagai pelajar dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pelajar; (3) untuk meningkatkan prestasi siswa setara
dengan teman – teman siswa lainnya.
125
d. Perlakuan kepada siswa D
Pelanggaran yang sering dilakukan siswa D
adalah Siswa sering bertengkar dengan temannya dan
mengganggu teman saat pembelajaran maka pendidikan
karakter yang ditekankan guru atas perintah kepala
sekolah pada siswa adalah cinta damai. Deskripsi nilai
cinta damai adalah Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya. Pertimbangan menggunakan nilai cinta
damai yang diterapkan pada siswa D karena belum
menunjukan sikap dan tutur kata yang tidak terpuji
sebagai pelajar.
Sehingga nilai kesopanan atau etika masih kurang
tertanam pada diri siswa.
e. Perlakuan kepada siswa E
Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang
dilakukan siswa E adalah Sering tidak masuk sekolah
tanpa izin maka pendidikan karakter yang ditekankan
126
guru atas perintah kepala sekolah pada siswa adalah
kedisiplinan. Pertimbangan menggunakan nilai
kedisiplinan yang diterapkan pada siswa E karena : (1)
Siswa belum menunjukan kemauan yang keras dengan
motivasi dan rasa percaya diri yang tinggi dalam
belajar; (2) Siswa belum memiliki rasa tanggung jawab
sebagai pelajar dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pelajar; (3) untuk meningkatkan prestasi siswa setara
dengan teman – teman siswa lainnya.
f. Perlakuan kepada siswa F
Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang
dilakukan siswa F adalah Sering memelihara kuku maka
pendidikan karakter yang ditekankan guru atas perintah
kepala sekolah pada siswa adalah peduli lingkungan.
Deskripsi nilai peduli lingkungan adalah Sikap dan
tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
127
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi, sehingga muncul sikap peduli untuk
melestarikannya. Pertimbangan menggunakan nilai peduli
lingkungan yang diterapkan pada siswa F karena dia
termasuk siswa yang kurang menjaga kebersihan diri dan
lingkungannya.
g. Perlakuan kepada siswa G
Pelanggaran yang sering dilakukan siswa G
adalah Siswa sering berteriak teriak di dalam kelas
ataupun di luar kelas maka pendidikan karakter yang
ditekankan guru atas perintah kepala sekolah pada siswa
adalah cinta damai. Deskripsi nilai cinta damai adalah
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
Pertimbangan menggunakan nilai cinta damai yang
diterapkan pada siswa G karena belum menunjukan sikap
dan tutur kata yang tidak terpuji sebagai pelajar.
128
Sehingga nilai kesopanan atau etika masih kurang
tertanam pada diri siswa.
h. Perlakuan kepada siswa H
Pelanggaran yang sering dilakukan siswa H Siswa
sering malak atau meminta uang pada teman maka
pendidikan karakter yang ditekankan guru atas perintah
kepala sekolah pada siswa adalah cinta damai. Deskripsi
nilai cinta damai adalah Sikap, perkataan, dan tindakan
yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya. Pertimbangan menggunakan nilai cinta
damai yang diterapkan pada siswa G karena belum
menunjukan sikap dan tutur kata yang tidak terpuji
sebagai pelajar. Sehingga nilai kesopanan atau etika
masih kurang tertanam pada diri siswa.
i. Perlakuan kepada siswa I
Pelanggaran yang sering dilakukan siswa I
adalah Siswa sering membuat gaduh pada saat
pembelajaran berlangsung maka pendidikan karakter yang
129
ditekankan guru atas perintah kepala sekolah pada siswa
adalah cinta damai. Deskripsi nilai cinta damai adalah
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
Pertimbangan menggunakan nilai cinta damai yang
diterapkan pada siswa I karena belum menunjukan sikap
dan tutur kata yang tidak terpuji sebagai pelajar.
j. Perlakuan kepada siswa J
Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang
dilakukan siswa J adalah Siswa sering membuang sampah
sembarangan maka pendidikan karakter yang ditekankan
guru atas perintah kepala sekolah pada siswa adalah
peduli lingkungan. Deskripsi nilai peduli lingkungan
adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi, sehingga muncul sikap peduli
untuk melestarikannya. Pertimbangan menggunakan nilai
130
peduli lingkungan yang diterapkan pada siswa J karena
dia termasuk siswa yang kurang menjaga kebersihan diri
dan lingkungannya.
k. Perlakuan kepada siswa K
Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang
dilakukan siswa K adalah Siswa sering tidak
melaksanakan piket kelas maka pendidikan karakter yang
ditekankan guru atas perintah kepala sekolah pada siswa
adalah peduli lingkungan. Deskripsi nilai peduli
lingkungan adalah Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi,
sehingga muncul sikap peduli untuk melestarikannya.
Pertimbangan menggunakan nilai peduli lingkungan yang
diterapkan pada siswa K karena dia termasuk siswa yang
kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.
l. Perlakuan kepada siswa L
131
Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang
dilakukan siswa L adalah Siswa sering tidak menggosok
gigi maka pendidikan karakter yang ditekankan guru atas
perintah kepala sekolah pada siswa adalah peduli
lingkungan. Deskripsi nilai peduli lingkungan adalah
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi, sehingga muncul sikap peduli
untuk melestarikannya. Pertimbangan menggunakan nilai
peduli lingkungan yang diterapkan pada siswa L karena
siswa memiliki gigi yang kurang bersih dan sesuai
informasi yang diperoleh dari siswa lainnya.
m. Perlakuan kepada siswa M
Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang
dilakukan siswa M adalah Siswa sering tidak menggosok
gigi maka pendidikan karakter yang ditekankan guru atas
perintah kepala sekolah pada siswa adalah peduli
132
lingkungan. Deskripsi nilai peduli lingkungan adalah
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi, sehingga muncul sikap peduli
untuk melestarikannya. Pertimbangan menggunakan nilai
peduli lingkungan yang diterapkan pada siswa M karena
siswa sering sekali terlihat kurang rapi dalam
berseragam dan sesuai informasi yang diperoleh dari
siswa lainnya.
n. Perlakuan kepada siswa N
Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang
dilakukan siswa N adalah Siswa sering tidak mengerjakan
tugas / PR yang diberikan oleh guru maka pendidikan
karakter yang ditekankan guru atas perintah kepala
sekolah pada siswa adalah disiplin. Deskripsi nilai
disiplin adalah Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
133
Pertimbangan menggunakan nilai kedisiplinan yang
diterapkan pada siswa C karena : (1) Siswa belum
menunjukan kemauan yang keras dengan motivasi dan rasa
percaya diri yang tinggi dalam belajar; (2) Siswa belum
memiliki rasa tanggung jawab sebagai pelajar dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pelajar; (3) untuk
meningkatkan prestasi siswa setara dengan teman – teman
siswa lainnya.
o. Perlakuan kepada siswa O
Pelanggaran yang sering dilakukan siswa O
adalah Sering berkata kotor di dalam kelas maupun di
luar kelas maka pendidikan karakter yang ditekankan
guru atas perintah kepala sekolah pada siswa adalah
cinta damai. Deskripsi nilai cinta damai adalah Sikap,
perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
Pertimbangan menggunakan nilai cinta damai yang
diterapkan pada siswa O karena belum menunjukan sikap
134
dan tutur kata yang tidak terpuji sebagai pelajar.
Sehingga nilai kesopanan atau etika masih kurang
tertanam pada diri siswa.
p. Perlakuan kepada siswa P
Pelanggaran yang sering dilakukan siswa P
adalah Siswa sering bertengkar dengan temannya dan
mengganggu teman saat pembelajaran maka pendidikan
karakter yang ditekankan guru atas perintah kepala
sekolah pada siswa adalah cinta damai. Deskripsi nilai
cinta damai adalah Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya. Pertimbangan menggunakan nilai cinta
damai yang diterapkan pada siswa P karena belum
menunjukan sikap dan tutur kata yang tidak terpuji
sebagai pelajar.
q. Perlakuan kepada siswa Q
Pelanggaran yang sering dilakukan siswa Q
adalah Siswa sering membuat gaduh pada saat
135
pembelajaran berlangsung maka pendidikan karakter yang
ditekankan guru atas perintah kepala sekolah pada siswa
adalah cinta damai. Deskripsi nilai cinta damai adalah
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
Pertimbangan menggunakan nilai cinta damai yang
diterapkan pada siswa Q karena belum menunjukan sikap
dan tutur kata yang tidak terpuji sebagai pelajar.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan
tersebut di atas, maka para siswa di SDN I Girimarto
yang belum menerapkan budaya sekolah dengan baik
dikelompokan menjadi 3 Kategori, masing – masing
adalah:
1) Kategori I ( Budaya disiplin ): yang memiliki
aspek kedisiplinan yang rendah sebanyak 4 (empat)
siswa yaitu :
a) Kode A
b) Kode C
136
c) Kode E
d) Kode N
2) Kategori II ( budaya Etika ): yang memiliki aspek
etika ata kesopanan yang rendah sebanyak 8
(delapan) siswa yaitu :
a) Kode B
b) Kode D
c) Kode G
d) Kode H
e) Kode I
f) Kode O
g) Kode P
h) Kode Q
3) Kategori III ( Budaya Bersih ): yang memiliki
aspek Kebersihan yang rendah sebanyak 5 (lima)
siswa yaitu :
a) Kode F
b) Kode J
137
c) Kode K
d) Kode L
e) Kode M
C. Hasil Penelitian
1. Kategori I (Budaya Displin) Siklus Pertama
Kepala sekolah dan peneliti melakukan observasi
untuk mendapatkan informasi dan menganalisa
permasalahan yang sebenarnya. Setelah informasi dan
hasil analisa tersebut diperoleh selanjutnya dilakukan
identifikasi terhadap persoalan dan melakukan tindakan
yang dilakukan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kepala sekolah dan peneliti mendiskusikan
tentang perencanaan dalam meningkatakan budaya sekolah
dengan dilakukan sesuai dengan hasil observasi yaitu :
Siswa Kode A, Kode C, Kode E, Kode N yaitu siswa yang
tergolong memiliki kedisiplinan yang kurang. Para Siswa
tersebut termasuk memiliki latar belakang yang sama
138
yaitu orang tua yang merantau dan di rumah hanya dengan
neneknya sehingga tidak ada perhatian khusus kepada
para siswa tersebut. Mereka sering melakukan
pelanggaran sering tidak masuk sekolah, sering datang
terlambat ke sekolah bertindak hanya semaunya saja
belum memiliki tanggung jawab. Maka perencanaan pada
siklus ini adalah memacu agar lebih mengembangkan
kedisiplinan siswa dan semakin bertanggung jawab atas
tugasnya sebagai pelajar. Memberi prioritas untuk
meningkatkan diri. Maka perencanaan dalam peningkatan
kedisiplinan dengan memberikan pendekatan penguatan
atau motivasi, serta menerapkan nilai pendidikan
karakter disiplin, kerja keras, mandiri, semangat
kebangsaan dan menghargai prestasi di dalam
pembelajaran ataupun di luar pembelajaran, memberikan
tugas dan bimbingan yang intensif kepada siswa.
Persiapan yang dilakukan peneliti yaitu dengan
mempersiapkan instrumen pengamatan dan instrumen
139
wawancara dan dokumentasi untuk mendukung tahap
perencanaan.
b. Tindakan dan Observasi
Sesuai perencanaan yang telah disepakati dan
dengan hasil observasi peneliti melaksanakan wawancara
dengan para siswa yang tergolong dalam kategori I
berikut ini petikan hasil wawancara dengan siswa
tentang bagaimana Bagaimana sikap perasaannya setelah
mendapatkan bimbingan dari guru. berikut jawaban siswa
A:
Saya dirumah tidak ada siapa – siapa hanyadengan nenek saya jadi saya sering tidakmasuk sekolah karena setiap malam sayamenonton televisi sampai larut malam sehinggasaya terlambat bangun tidur. Jadi saya seringtidak masuk sekolah karena bangun kesiangan.Tetapi saya akan berusaha lebih baik agarbangun tidur lebih pagi, dan dapat masuksekolah. (WWCR/SA/I/19 Agustus 2013)
Wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa
dapat membuat keakraban semakin terlihat, selain itu
juga ditemukan bahwa adanya keinginan dan minat yang
140
sangat besar dari siswa A untuk meningkatkan
kedisiplinan..
Untuk siswa C sering melakukan pelanggaran
sering terlambat masuk sekolah maka diperlukan tekhnik
penguatan terhadap siswa C ini. Kutipan wawancara yang
dilakukan dengan pertanyaan yang sama diajukan kepada
siswa C Bagaimana sikap kamu, perasaan kamu setelah
mendapatkan bimbingan dari guru. Jawaban siswa C
sebagai berikut :
Rumah saya jauh dari sekolah dan jauh darirumah teman – teman saya orang tua saya keJakarta saya di rumah hanya tinggal dengannenek saya jadi saya sering terlambat kesekolah karena tidak ada yang mengantar makasaya terpaksa berjalan kaki. Semoga saya bisalebih disiplin. (WWCR/SC/I/19 Agustus 2013)
Mengacu jawaban siswa C menunjukan adanya
keinginan dan minat yang sangat besar dari siswa A
untuk meningkatkan kedisiplinan..
Masih berkaitan dengan jenis pelanggaran tata
tertib yang sering dilakukan siswa yaitu kedisiplinan,
141
siswa E merupakan salah satu siswa yang sering
melanggar kedisiplinan yaitu sering datang terlambat ke
sekolah. Dengan latar belakang keluarga yang kurang
mampu dan juga sering bergaul dengan anak remaja, maka
kurang terkontrol dalam kegiatan sehari – harinya.
Bagaimana sikap kamu, perasaannya setelah mendapat
bimbingan dari guru. Siswa E menjawab :
Saya sering bergaul dengan anak remaja jadisaya sering bermain sampai larut malamsehingga saya sering bangun tidur kesiangansehingga saya sering terlambat masuk sekolahtapi saya tetap masuk kok walaupun terlambat.Karena di rumah saya tinggal dengan kakaksaya saja ayah dan ibu pergi ke Medanberjualan bakso. (WWCR/SE/I/19 Agustus 2013)Mengacu jawaban siswa E belum menunjukan kemauan
untuk bersikap lebih disiplin dengan perencanaan yang
telah disepakati.
Siswa lain yang melanggar peraturan kedisiplinan
yaitu siswa N. Siswa N ini sering tidak mengerjakan PR
atau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Karena
kurang memiliki motivasi untuk berprestasi. Terkait
142
dengan hal tersebut maka wawancara dilakukan tentang
bagaimana sikap, perasaannya setelah mendapatkan
bimbingan dari guru. Siswa N menjawab :
Saya tinggal di rumah bersama kakek dannenek, saya sering tidak mengerjakan tugasatau PR karena saya sering lalai dan kurangmemperhatikan perintah atau tugas yangdiberikan oleh guru. Maka saya sering diberisangsi oleh guru karena tidak mengerjakantugas atau PR. (WWCR/SN/I/19 Agustus 2013)
Mengacu jawaban siswa E belum menunjukan kemauan
untuk bersikap lebih disiplin dengan perencanaan yang
telah disepakati.
Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini
maka tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas SDN
I Girimarto yaitu dengan pembinaan, bimbingan dan
penerpapan nilai pendidikan karakter disiplin, kerja
keras, mandiri, memiliki semangat kebangsaan dan
menghargai prestasi dalam :
1) Bidang akademik
143
Dari segi akademik, masih terlihat seperti pada
studi awal penelitian. Kedisiplinan di bidang
akademik siswa yang tergolong dalam kategori I belum
tampak atau tergolong sedang karena ada 2 siswa yang
mempunyai keinginan untuk berprestasi dan ada dua
siswa yang sudah memiliki motivasi untuk berprestasi
dalam akademik.
2) Pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa
yang tergolong kategori I ini belum menunjukan
sikap kedisiplinan karena perilaku siswa belum
memperlihatkan adanya perubahan secara emosional
dan perilaku, berdasarkan hal tersebut, atau
tergolong cukup.
3) Harga diri yang positif
Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini,
siswa belum menunjukan kedisiplinan yang mengarah
144
pada harga diri yang positif karena ada siswa yang
belum menyadari hal tersebut
c. Refleksi
1) Ada beberapa siswa yang memiliki kecenderungan
untuk tidak mau menerima beban resiko yang
diberikan atau ditugaskan kepadanya.
2) Ada beberapa siswa yang belum melaksanakan
pengarahan atau bimbingan dari guru.
3) Ada beberapa siswa belum terlihat disiplin dalam
melaksanakan bimbingan dan pengarahan dari guru.
d. Revisi
1) Siswa perlu diberikan tugas agar tertanam nilai
disiplin, kerja keras, mandiri.
2) Bimbingan dan pengarahan lebih intensif
3) Siklus kedua perlu dilakukan untuk memantapkan
kedisiplinan siswa.
2. Kategori II (Budaya Etika) Siklus Pertama
145
a. Perencanaan
Kepala sekolah dan peneliti mendiskusikan
tentang perencanaan dalam meningkatakan budaya sekolah
dengan dilakukan sesuai dengan hasil observasi yaitu :
Siswa Kode B, Kode D, Kode G, Kode H, Kode I, Kode O,
Kode P dan Kode Q merupakan siswa yang tergolong
memiliki aspek etika atau kesopanan yang kurang.
Pemberian pengarahan dari guru tentang nilai cinta
damai sesama teman dan motivasi kepada siswa sangat
diperlukan. Para siswa tersebut rata – rata siswa kelas
6 dan merasa paling besar di bandingkan kelas lainya.
Maka sering terjadi pertengkaran antar siswa karena
merasa lebih menang dari siswa lainnya.
Maka perencanaan pada siklus ini adalah memacu
agar lebih meningkatkan kesopanan atau etika siswa
dalam berperilaku di sekolah dan di masyarakat. Memberi
prioritas untuk meningkatkan diri. Maka perencanaan
dalam peningkatan etika dengan memberikan pendekatan
146
penguatan atau motivasi, serta menerapkan nilai
pendidikan karakter Religius, jujur, toleransi,
bersahabat dan cinta damai di dalam pembelajaran
ataupun di luar pembelajaran, memberikan tugas dan
bimbingan yang intensif kepada siswa. Karena tingkat
pelanggaran yang sering dilaksanakan yaitu seperti
berkata kotor, sering berkelahi dengan teman, membuat
gaduh di dalam kelas, berteriak – teriak di dalam kelas
atau di luar kelas.
Perencanaan pada siklus ini adalah memberikan
motivasi agar lebih berani mencoba melatih dan
membiasakan diri untuk meningkatkan kemampuan yang
mereka miliki dan mengurangi kebiasaan yang kurang
sopan. Berilah pembinaan dan bimbingan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki oleh masing – masing siswa agar
lambat laun mereka dapat melakukan hal – hal sesuai
harapan sekolah.
147
Persiapan yang dilakukan peneliti yaitu dengan
mempersiapkan instrumen pengamatan dan instrumen
wawancara dan dokumentasi untuk mendukung tahap
perencanaan.
b. Tindakan dan observasi
Sesuai perencanaan yang telah disepakati dan
dengan hasil observasi peneliti melaksanakan wawancara
kepada siswa yang sering melakukan pelanggaran tentang
etika pada siklus ini siswa diberikan bimbingan dan
pengarahan tentang nilai pendidikan karakter religius,
jujur, toleransi, bersahabat dan cinta damai di dalam
pembelajaran ataupun di luar pembelajaran agar tidak
melakukan pelanggaran lagi. Maka untuk meningkatkan
budaya etika menggunakan teknik reinforcement positive yaitu
dengan memberikan motivasi yang menyenangkan.
Siswa yang sering melanggar etika di sekolah yaitu
siswa B Ketika peneliti bertanya tentang bagaimana
148
sikap, perasaan kamu setelah mendapatkan bimbingan dari
guru maka Siswa B menjawab :
Saya sadar, bahwa saya sudah kelas 6 jadisaya harus memberikan contoh yang baik bagiadik – adik kelas saya. Terus terang sayasering berkata kotor pada saat saya bercandadengan teman – teman sehingga sering lupa danhal itu merupakan sikap yang tidak terpuji,insyaallah saya akan lebih baik lagi dalamberbicara atau bertingkah laku. (WWCR/SB/I/22Agustus 2013)Hasil dari wawancara dengan siswa B bahwa siswa
ini sudah menunjukan adanya perubahan perilaku untuk
lebih baik lagi karena merasa yang dia lakukan selama
ini tidak baik.
Pelanggaran nilai kesopanan yang lain juga terjadi
pada siswa D yang sering berkelahi dengan temannya
sudah beberapa kali diperingatkan tetapi masih saja
melakukan pelanggaran yang sama. Maka siswa D di
bimbing, ditegur, dan diberi penguatan nilai pendidikan
karakter religius, jujur, toleransi, bersahabat dan
cinta damai agar merubah sikap dan tingkah lakunya.
Siswa D diberikan bimbingan dan penguatan oleh guru.
149
Tanggapan siswa terhadap bimbingan guru sebagai
berikut:
Saya kelas besar kok masa saya kalah dengankelas lima pak, jadi saya ya kalau ada yangmengejek saya ya saya tantang Nanti kalausudah besar saya bisa berubah seperti lainya.Ya..saya dibimbing pak guru agar supaya tidakberkelahi lagi dan dapat berprestasi sepertiteman – teman yang lain. (WWCR/SD/I/22Agustus 2013)
Berdasarkan wawancara dari siswa D menunjukan
belum tampak kemauan untuk merubah perilaku karena
siswa masih belum bisa mengontrol emosinya karena
memang siswa D memiliki karakter yang keras dan ingin
menang sendiri. Dengan pertanyaan yang sama kepada
siswa G yang cenderung sering berteriak teriak sehingga
sering ditegur guru kelasnya, tanggapan siswa G sebagai
berikut :
Saya sering berteriak teriak di kelas karenateman – teman saya banyak kok yang sepertisaya, ya saya akan berusaha mengurangitingkah laku saya yang kurang sopan. Menurutsaya dengan bimbingan bapak guru, saya akanlebih sopan terhadap guru, teman atau kepadaorang lain. (WWCR/SG/I/22 Agustus 2013)
150
Siswa G berdasarkan tanggapannya menunjukan
kemauan untuk berubah sudah tampak tapi belum
sepenuhnya masih perlu adanya bimbingan dan pengarahan
dari guru. Dengan pertanyaan yang sama kepada siswa H
tentang bagaimana sikap, perasaan kamu setelah
mendapatkan bimbingan dari guru maka Siswa H menjawab
sebagai berikut :
Saya meminta uang kepada teman karena sayasering tidak dikasih uang saku dari orang tuasaya. Bapak dan ibu saya merantau jadi sayahanya tinggal dirumah dengan nenek jadi sayasering tidak dikasih uang saku nenek tidakpunya uang. Ya saya meminta uang kepada teman– teman.bapak dan ibu guru memberi pengarahankepada saya agar cinta damai sesama temandan tidak meminta uang kepada teman – temankarena perbuatan yang tidak sopan dan tidakterpuji. Ya akan saya coba agar tidak meminta– minta uang lagi kepada teman. (WWCR/SH/I/22Agustus 2013)
Mengacu jawaban siswa H di atas menunjukan
motivasi untuk merubah sikap dan perilakunya dengan
pengarahan dari guru tetapi masih diperlukan bimbingan
151
yang intensif lagi. Di waktu yang berbeda peneliti
melaksanakan wawancara kepada siswa I dan siswa O
tentang Bagaimana sikapnya setelah mendapat bimbingan
dari guru kutipan wawancaranya sebagai berikut :
Pak guru memberikan pengarahan kepada sayaagar tidak membuat gaduh di kelas lagi karenasaya termasuk siswa yang sering ramai dan sukamengganggu teman. Ya saya akan lebih baik lagikarena saya sudah kelas 6 agar bisa meerubahsikap dan tingkah laku saya supaya lebih sopanlagi. (WWCR/SI/I/23 Agustus 2013)
Saya suka misuh kalau bahasa indonesia berkatakotor saya dibimbing pak guru agar bisamembiasakan berbicara yang sopan, tidakberkata kotor. Ya saya akan berusaha untuklebih baik dalam bertutur kata. Karena katapak guru tidak memiliki etika dalam bergaul.(WWCR/SO/I/23 Agustus 2013)
. Hasil dari wawancara dengan siswa B bahwa siswa ini
sudah menunjukan adanya perubahan perilaku untuk lebih
baik lagi karena merasa yang dia lakukan selama ini
tidak baik. Dengan pertanyaan yang sama kepada siswa P
tentang bagaimana sikap, perasaan kamu setelah
152
mendapatkan bimbingan dari guru maka Siswa P menjawab
sebagai berikut :
Saya sering diperingatkan bapak dan ibu gurusupaya tidak sering berkelahi dengan temanapalagi dengan oranag luar sekolah bahkandengan sekolah lain. Ya tapi bagaimana lagikalo ada yang mengganggu saya ya akan sayalawan lagi. Ya akan saya coba agar tidaksering berkelahi lagi. (WWCR/SP/I/23 Agustus2013)
Berdasarkan wawancara dari siswa P menunjukan belum
tampak kemauan untuk merubah perilaku karena siswa
masih belum bisa mengontrol emosinya karena memang
siswa P memiliki karakter yang keras dan ingin menang
sendiri. Dengan pertanyaan yang sama kepada siswa Q
yang cenderung sering mengganggu teman saat
pembelajaran berlangsung sering ditegur guru kelasnya,
tanggapan siswa Q sebagai berikut
Ya Bapak dan ibu guru sudah memperingatkankepada saya agar tidak mengganggu teman padasaat pembelajaran berlangsung. Saya perhatikandan akan saya laksanakan pengarahan dari guruagar saya bisa lebih baik lagi untuk bisalebih sopan pada saat pembelajaran sedangberlangsung dan memperhatikan bapak / ibu guru
153
dalam memberikan pelajaran.Dan bapak ibu gurumenekankan saya harus cinta damai kepada siswalainnya. (WWCR/SQ/I/23 Agustus 2013)
Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini
maka tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas SDN
I Girimarto yaitu dengan pembinaan, bimbingan dan
penerapan nilai pendidikan karakter religius,
demokratis, toleransi, bersahabat dan cinta damai dalam
:
1) Pemahan benar dan salah
Pada siklus I kategori II penelitian tentang budaya
etika, siswa yang tergolong dalam kategori II belum
tampak atau tergolong cukup karena dari 8 siswa
masih 3 siswa yang belum sepenuhnya memahami benar
dan salah dalam peraturan tata tertib sekolah
tentang tata krama atau etika dan ada dua siswa
yang sudah memahami benar dan salah peraturan tata
tertib sekolah tentang tata krama atau etika serta
memiliki motivasi untuk merubah sikap dan perilaku
154
di sekolah. Untuk itu perlu ditingkatkan lagi
bimbingan tentang nilai karakter toleransi dan
demokratis kepada siswa yang tergolong pada
kategori II ini.
2) Akhlak
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa
yang tergolong kategori II ini belum menunjukan
sikap sopan karena perilaku siswa belum
memperlihatkan adanya perubahan secara akhlak,
emosional dan perilaku, untuk itu perlu adanya
pembinaan dan bimbingan tentang nilai religius
kepada siswa.
3) Pemahaman baik dan buruk
Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini,
siswa belum menunjukan pemahaman yang mengarah pada
hal yang baik dan buruk tentang perilaku yang
sering dilakukannya karena ada siswa yang belum
menyadari hal tersebut. Untuk itu perlu
155
ditingkatkan lagi bimbingan tentang nilai karakter
bersahabat dan cinta damai kepada siswa yang
tergolong pada kategori II ini.
Memberikan tugas – tugas untuk diselesaikan dalam
jangka waktu tertentu. Tetapi awasilah dan bantu mereka
jika mereka ada yang mengalami kesulitan. Hal ini
dilakukan agar siswa memiliki rasa tanggung jawab .
Biasakanlah secara rutin pembinaan dan pengarahan
sesuai permasalahan yang dimiliki siswa tersebut.
Tekankan nilai – nilai etika atau kesopanan kepada
siswa tersebut agar memahami bahwa cinta damai sesama
teman akan memberikan pergaulan yang positif dan dapat
meningkatkan prestasi yang lebih baik lagi. Gunakan
kalimat atau ungkapan yang simpati terhadap perubahan
pada diri siswa agar dapat memacu semangat siswa dalam
belajar dan meningkatkan kepercayaan diri siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada awal
siklus ini, maka tindakan yang harus dilakukan oleh
156
guru Bimbingan dan konseling SDN I Girimarto adalah
memberikan pengarahan motivasi agar para siswa lebih
sopan lagi dalam bertutur kata ataupun dalam tingkah
laku dan membiasakan diri agar lebih beretika dalam
pergaulan. Memberi tugas dan tanggung jawab kepada
siswa lebih diintensifkan. Bagi siswa yang masih
melakukan pelanggaran, akan diberikan teguran kepada
siswa tersebut agar lebih baik lagi dalam berperilaku.
c. Refleksi
1) Pengarahan dan bimbingan masih diperlu
ditingkatkan lagi agar siswa lebih baik lagi dalam
bertutur kata ataupun bertingkah laku di sekolah
dan di Masyarakat.
2) Motivasi yang berkesinambungan juga masih
diperlukan agar siswa lebih percaya diri dan
memiliki kepribadian yang lebih baik lagi.
3) Kurangnya koordinasi antar guru dalam memberikan
pengarahan kepada siswa.
157
4) Siklus kedua perlu dilakukan untuk memantapkan
perilaku dan etika pada diri siswa.
d. Revisi
1) Masih ada beberapa siswa yang memerlukan pembinaan
dan bimbingan tentnag nilai pendidikan karakter
religius, toleransi, demokratis, bersahabat dan
cinta damai.
2) Pengarahan dilakukan ketika dalam pembelajaran
berlangsung dan saat di luar pembelajaran.
3) Siklus berikutnya diperlukan lagi.
3. Kategori III (Budaya Bersih) Siklus Pertama
a. Perencanaan
Kepala sekolah dan peneliti mendiskusikan
tentang perencanaan dalam meningkatakan budaya sekolah
dengan dilakukan sesuai dengan hasil observasi yaitu :
Siswa Kode F, Kode J, Kode K, Kode L, Kode M yaitu
siswa yang tergolong memiliki aspek hidup bersih yang
kurang. Pemberian pengarahan dari guru bimbingan dan
158
konseling tentang manfaat nilai hidup bersih dan peduli
lingkungan dan motivasi kepada siswa sangat
diperlukan.
Para siswa tersebut rata – rata siswa kelas
rendah karena masih belum memiliki tanggung jawab
seperti kelas tinggi. Karena tingkat pelanggaran yang
sering dilaksanakan yaitu seperti membuang sampah tidak
pada tempatnya, sering mencorat – coret dinding
sekolah, memakai seragam kurang rapi dan lain- lain.
Pada siklus ini siswa diberikan bimbingan dan
pengarahan agar tidak melakukan pelanggaran yang sering
mereka lakukan.
Perencanaan pada siklus ini adalah memberikan
contoh atau tauladan kepada siswa agar lebih berani
mencoba melatih dan membiasakan diri untuk meningkatkan
kemampuan yang mereka miliki dan mengurangi kebiasaan
hidup bersih. Berilah pembinaan dan bimbingan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing – masing
159
siswa agar lambat laun mereka dapat melakukan hal – hal
sesuai harapan sekolah.
Persiapan yang dilakukan peneliti yaitu dengan
mempersiapkan instrumen pengamatan dan instrumen
wawancara dan dokumentasi untuk mendukung tahap
perencanaan.
b. Tindakan dan Observasi
Sesuai perencanaan yang telah disepakati dan
dengan hasil observasi peneliti melaksanakan wawancara
kepada siswa yang sering tidak membiasakan hidup bersih
pada diri sendiri maupun lingkungan pada siklus ini
siswa diberikan contoh dan tauladan serta bimbingan dan
pembinaan tentang nilai pendidikan karakter kreatif,
rasa ingin tahu, peduli lingkungan dan peduli sosial di
dalam pembelajaran ataupun di luar pembelajaran agar
tidak melakukan pelanggaran lagi. Maka untuk
meningkatkan budaya bersih menggunakan teknik
160
reinforcement positive yaitu dengan memberikan motivasi yang
menyenangkan.
Karena siswa yang tergolong kategori III ini masih
kelas I maka wawancara peneliti laksanakan dengan guru
kelas yang tugasnya juga sebagai guru konseling.
Dimulai dari siswa F yang sering memelihara kuku yang
panjang sehingga terlihat kotor. Kutipan wawancara
tentang siswa F sebagai berikut sebagai berikut :
Siswa F sering sekali memelihara kuku yangpanjang Ya penyebabnya ini kurangnya perhatiandari orang tua siswa bahwa mereka kurangmemperhatikan kebersihan anaknya sehinggasering sekali siswa F ini memiliki kuku yangpanjang dan terlihat kotor. Saya sudah memberibimbingan kepada anak agar kukunya harusdipotong agar bersih dan rapi. Mudah – mudahansiswa F ini akan berubah kedepannya.(WWCR/Gr/I/26 Agustus 2013)
Mengacu wawancara dengan guru kelas I di atas,
dengan contoh dan tauladan yang diberikan guru, Siswa F
menunjukan kemauan untuk lebih bersih lagi kedepannya.
Demikian juga terjadi pada siswa J yang sering membuang
161
sampah sembarangan. Kutipan wawancara dengan guru kelas
I tentang siswa J sebagai berikut sebagai berikut :
Kalau untuk Siswa J ini sering membuang sampahsembarangan. Penyebabnya ya...mungkin sudahkebiasaan dirumah bahwa tidak adanyapengarahan atau bimbingan dari orang tuatentang kebiasaan hidup berih di lingkunganrumah. Saya sebagai guru konseling berusahamemberikan bimbingan kepada siswa ini agarbudaya bersih melekat pada dirinya.semoga akanlebih baik lagi. (WWCR/Gr/I/26 Agustus 2013)
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas I di atas,
dengan contoh dan tauladan yang diberikan guru, Siswa J
belum tampak menunjukan kemauan untuk lebih bersih lagi
kedepannya. Demikian juga terjadi pada siswa K yang
sering membuang sampah sembarangan. Kutipan wawancara
dengan guru kelas I tentang siswa K sebagai berikut
sebagai berikut :
Siswa K ini sering tidak melaksanakan piketkelas, hal ini disebabkan karena siswatermasuk siswa yang sering juga terlambatmasuk sekolah untuk itu sering tidakmelaksanakan tugas piket kelas. Saya berikanbimbingan kepada siswa K ini agar datang lebih
162
awal agar dapat melaksanakan tugas piketkelasnya. (WWCR/Gr/I/26 Agustus 2013)
Mengacu wawancara dengan guru kelas I di atas,
dengan contoh dan tauladan yang diberikan guru, Siswa K
menunjukan kemauan untuk lebih bersih lagi kedepannya.
Demikian juga terjadi pada siswa L yang sering tidak
menggosok gigi. Kutipan wawancara dengan guru kelas I
tentang siswa L sebagai berikut sebagai berikut :
Siswa L ini siswa yang sering tidak menggosokgigi, hal ini disebabkan karena siswa termasuksiswa yang tergolong dari keluarga yang tidakmampu, saya guru kelas rendah ya...saya seringbertanya kepada siswa tentang siapa yang tidakpernah gosok gigi? Karena siswa kelas rendahya polos jawabannya mas, siswa L ini yangsering sekali tidak menggosok gigi. (WWCR/Gr/I/26 Agustus 2013)
Mengacu wawancara dengan guru kelas I di atas,
dengan contoh dan tauladan yang diberikan guru, Siswa L
belum menunjukan kemauan untuk lebih bersih lagi
kedepannya. Demikian juga terjadi pada siswa M yang
sering membuang sampah sembarangan. Kutipan wawancara
163
dengan guru kelas I tentang siswa M sebagai berikut
sebagai berikut :
Untuk Siswa M ini sering tidak memasukan bajuseragam sekolah, hal ini disebabkan karenasiswa ini termasuk anak yang hiperaktif banyakgerak ya sering lari kesana kemari untuk itubaju seragamnya tidak rapi. Ya ..namanya anak– anak. Saya berusaha untuk memberi bimbinganagar mengurangi aktifitasnya agar lebih rapi.(WWCR/Gr/I/26 Agustus 2013)
Mengacu wawancara dengan guru kelas I di atas,
dengan contoh dan tauladan yang diberikan guru, Siswa M
sudah menunjukan kemauan untuk lebih bersih lagi
kedepannya.:
Maka tindakan yang dilakukan pada siklus ini
adalah memberikan motivasi agar lebih berani mencoba
melatih dan membiasakan diri untuk meningkatkan
kemampuan yang mereka miliki dan membiasakan diri untuk
meningkatkan budaya bersih Berilah pembinaan dan
bimbingan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh
masing – masing siswa agar lambat laun mereka dapat
melakukan hal – hal sesuai harapan sekolah. Berikanlah
164
tugas – tugas untuk diselesaikan dalam jangka waktu
tertentu. Tetapi awasilah dan bantu mereka jika mereka
ada yang mengalami kesulitan.
Hal ini dilakukan agar siswa memiliki rasa
tanggung jawab. Biasakanlah secara rutin pembinaan
dan pengarahan sesuai permasalahan yang dimiliki siswa
tersebut. Tekankan nilai – nilai kreatif, rasa ingin
tahu, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung
jawab kepada siswa tersebut agar memahami bahwa dengan
peduli lingkungan dan menjaga kebersihan akan dapat
meningkatkan prestasi yang lebih baik lagi. Gunakan
kalimat atau ungkapan yang simpati terhadap perubahan
pada diri siswa agar dapat memacu semangat siswa dalam
belajar dan meningkatkan kepercayaan diri siswa.
Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini
maka tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas SDN
I Girimarto yaitu dengan pembinaan, bimbingan dan
165
penerapan nilai pendidikan karakter kreatif, rasa ingin
tahu, peduli lingkungan dan peduli sosial dalam :
1) Kebersihan diri sendiri
Pada siklus I kategori III penelitian tentang
budaya bersih, siswa yang tergolong dalam kategori
III ada yang sudah tampak atau tergolong cukup
karena dari 5 siswa masih 2 siswa yang belum
sepenuhnya melaksanakan kebersihan diri sendiri
dalam kehidupan sehari-hari Untuk itu perlu
ditingkatkan lagi bimbingan tentang nilai karakter
kreatif, rasa ingin tahu, kepada siswa yang
tergolong pada kategori III ini. Berdasarkan hal
tersebut dilakukan agar terinspirasi tauladan dan
contoh yang diberikan guru dalam kebersihan diri
sendiri siswa
2) Peduli Lingkungan
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa
yang tergolong kategori III ini belum menunjukan
166
sikap hidup bersih karena perilaku siswa belum
memperlihatkan sikap peduli lingkungan untuk itu
perlu adanya pembinaan dan bimbingan tentang nilai
peduli lingkungan dan peduli sosial kepada siswa.
Siswa diberikan bimbingan dan pengarahan tentang
peduli lingkungan agar terbiasa dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Refleksi
1) Motivasi masih diperlukan agar mereka lebih berani
melatih dan membiasakan diri untuk meningkatkan
budaya bersih pada diri sendiri dan lingkungan.
2) Penanaman konsep budaya bersih masih perlu
ditanamkan lebih giat lagi agar siswa lebih paham
dan secara bertahap akan membiasakan diri hidup
bersih dan peduli lingkungan.
167
3) Pengarahan dan bimbingan disesuaikan pelanggaran
yang dilakukan siswa masih diperlukan lagi agar
lambat laun siswa mereka dapat melakukan tugas –
tugas sesaui harapan.
4) Siklus kedua perlu dilakukan untuk memantapkan
kebiasaan hidup bersih dan peduli lingkungan.
d. Revisi
1) Masih ada beberapa siswa yang memerlukan pembinaan
dan bimbingan tentnag nilai pendidikan karakter
kreatif, rasa ingin tahu, peduli lingkungan dan
peduli sosial.
2) Pengarahan dilakukan ketika dalam pembelajaran
berlangsung dan saat di luar pembelajaran.
3) Pemberian contoh dan tauladan tentang kebiasaan
hidup bersih masih perlu dilakukan agar siswa
lebih kreatif dan meningkatkan rasa ingin tahu
anak tentang kebersihan diri sendiri dan peduli
lingkungan.
168
4) Siklus berikutnya diperlukan lagi.
4. Kategori I (Budaya Disiplin) Siklus Kedua
Dalam siklus kedua ini langkah awal kegiatan
yang dilakukan peneliti sama dengan siklus pertama,
dengan menerapkan perbaikan instrumen hasil interaksi
antara gurur bimbingan konseling atas dasar perintah
kepala sekolah dengan siswa yang belum melaksanakan
budaya sekolah dengan baik.
a. Perencanaan
Berdasarkan revisi dari siklus pertama pada
kategori I mula - mula dilakukan sesuai hasil observasi
yaitu ada beberapa siswa yang memiliki kecenderungan
untuk tidak mau menerima beban resiko yang diberikan
atau ditugaskan kepadanya. Cara memperbaikinya
memberikan tugas yang sifatnya memaksa siswa agar lebih
bertindak lebih disiplin lagi yaitu untuk membuat dan
melaksanakan jadwal kegiatan sehari – hari serta
169
memberikan bimbingan kepada siswa sesuai pelanggaran
yang masih bersifat belum disiplin.
Ada beberapa siswa yang belum melaksanakan
pengarahan atau bimbingan dari guru. Cara
memperbaikinya yaitu dikaitkan dengan penilaian dengan
harapan dapat memacu penyelesaian tugas – tugas dan
lebih bertanggung jawab. Ada beberapa siswa belum
terlihat disiplin dalam melaksanakan bimbingan dan
pengarahan dari guru konseling. Cara memperbaikinya
dengan memberikan contoh sikap disiplin dalam kehidupan
sehari hari.
Pembinaan Secara langsung di lakukan guru konseling
pada siswa A, C, E dengan memberikan tugas jadwal
kegiatan sehari – hari untuk di pantau setiap hari
karena bertujuan anak agar lebih bertanggung jawab dan
menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa tersebut.
Bagi siswa yang memiliki kecenderungan untuk tidak
mau menerima beban resiko yang diberikan atau
170
ditugaskan kepadanya (Siswa N), guru konseling harus
mampu meyakinkan siswa yang bersangkutan bahwa
sebenarnya dia mampu dalam melaksanakan tugas yang
diberikan guru dan bertindak lebih displin lagi.
Memberikan motivasi dan pengarahan dilakukan dengan
maksimal untuk memperoleh hasil yang sesuai harapan.
Persiapan yang dilakukan peneliti yaitu dengan
mempersiapkan instrumen pengamatan dan instrumen
wawancara dan dokumentasi untuk mendukung tahap
perencanaan.
b. Tindakan dan Observasi
Sesuai dengan perencanaan yang telah
disepakati, kegiatan pada siklus kedua ini sama seperti
halnya pada siklus I yaitu peneliti mencatat hasil
pengamatan dan wawancara. Tindakan yang dilakukan yaitu
dengan memberikan penguatan kepada siswa tentang
penerapan nilai disiplin, kerja keras, mandiri.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti
171
terhadap perkembangan siswa pada siklus II sebagai
berikut:
Dimulai siswa A yang memliki motivasi yang
kuat tetapi tingkat kedisiplinannya sedang, demikian
pula kemauan berprestasi dan tanggung jawab siswa.
Wawancara yang peneliti lakukan terhadap siswa A
bimbingan dan penguatan yang diberikan oleh guru adalah
sebagai berikut :
Saya sudah melaksanakan tugas yang diberikanoleh bu Anggari tetapi masih sering lupakarena saya masih terbiasa dengan kebiasaansaya tidak tepat waktu, bahkan saya pernahditegur oleh guru saya masih sering tidakmasuk sekolah. Untuk itu saya harus lebihgiat lagi dan lebih disiplin lagi agar sayabisa maju bersama dengan teman – temanlainnya. (WWCR/SA/II/30 agustus 2013)
Berdasarkan wawancara di atas, siswa A sudah
menunjukan kemauan untuk melakukan perubahan. Tetapi
berdasarkan observasi, belum secara rutin dilaksanakan
maka masih perlu adanaya penguatan yang lebih intensif
172
dari guru. Hasil wawancara tentang tugas dan bimbingan
yang diberikan guru sebagai berikut :
Saya sering mengalami kesulitan dalam merubahkebiasaan malsa saya ini, karena di rumahtidak ada yang menegur saya karena saya dirumah hanya dengan nenek saya saja. Orangyang paling sering saya sambati (mintaitolong) adalah nenek saya karena orang tuasaya merantau. (WWCR/SA/II/30 agustus 2013)
Seharusnya demikian, saya lebih suka andaikanorang tua saya yang membimbing saya. Tetapiorang tua saya seolah-olah tidak pedulidengan apa yang saya alami dirumah ataupun disekolah. Ya....tapi bagaimana lagi orang tuasaya harus cari nafkah untuk sekolah saya. .(WWCR/SA/II/30 agustus 2013)
Saya suka dan akan saya laksanakan dengan senanghati semoga saya akan masuk sekolah terus dandapat belajar bersama teman yang lainya.(WWCR/SA/II/30 agustus 2013)
Atas dasar pengalaman wawancara diatas, maka
tindakan pada siklus ini adalah memantapkan motivasi
siswa A agar kedisiplinan yang di miliknya semakin kuat
serta melaksanakan tugas yang diberikan guru
dilaksanakan dengan baik. Langkah yang harus ditempuh
guru yaitu agar lebih intensif dalam melibatkan siswa
173
dalam kegiatan di sekolah. Sehingga siswa A ini akan
masuk sekolah seperti halnya siswa lainya.
Demikian juga terjadi pada siswa C ini juga
memliki motivasi yang kuat tetapi tingkat
kedisiplinannya yang kurang. Siswa C ini sering
terlambat datang ke sekolah dikarenakan rumah
tinggalnya jauh dari sekolah. Tetapi siswa C ini
memiliki kemampuan yang baik. Terkait dengan seringnya
terlambat datang kesekolah ini, peneliti menulis secara
seksama dengan derdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang peneliti lakukan terhadap siswa C
sehubungan hal di atas adalah sebagai berikut:
Ya, saya akan berusaha untuk bangun pagi dantidak tergantung pada kakak saya untukmengantarkan ke sekolah, saya akan naikangkutan umum, semoga tidak terlambatkesekolah lagi. (WWCR/SC/II/30 Agustus 2013)
Saya sudah melaksanakan tugas yang diberikanguru untuk membuat jadwal kegiatan sehari –hari saya tempel di dinding kamar saya dansudah saya laksanakan secara rutin. Saya sukadengan tugas yang diberikan agar saya lebih
174
disiplin lagi dalam melaksanakan kegiatansehari – hari. (WWCR/SC/II/30 Agustus 2013)
Siswa C sudah mulai tampak menunjukan kemauan
untuk berubah lebih disiplin, dia sudah terbiasa
mandiri, sudah rutin mengerjakan tugas tugas yang
diberikan guru. Tetapi masih perlu pemantapan penguatan
lagi dari guru.
Wawancara dilaksanakan juga dengan siswa E yang
memliki motivasi yang kuat tetapi tingkat
kedisiplinannya yang kurang. Siswa E ini sering
terlambat datang ke sekolah dikarenakan sering bergaul
dengan anak yang lebih dewasa, sehingga tidur samapai
larut malam. Terkait dengan seringnya terlambat datang
kesekolah ini, peneliti menulis secara seksama dengan
derdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti
lakukan terhadap siswa E sehubungan hal di atas adalah
sebagai berikut:
Ya, saya akan mengurangi pergaulan saya ini.Karena saya sudah kelas 6, saya akan berusahalebih disiplin lagi, lebih giat lagi agar
175
saya lulus dan bisa masuk SMP. (WWCR/SE/II/02September 2013)
Ya..Saya melaksanakan tugas yang diberikanguru untuk membuat jadwal kegiatan sehari –hari. Sudah saya laksanakan secara rutin.Saya suka dengan tugas yang diberikan agarsaya lebih disiplin lagi dalam melaksanakankegiatan sehari – hari. (WWCR/SE/II/02September 2013)
Siswa E sudah mulai tampak menunjukan kemauan
untuk berubah lebih disiplin, dia sudah terbiasa masuk
tepat waktu, sudah rutin mengerjakan tugas tugas yang
diberikan guru. Tetapi masih perlu pemantapan penguatan
lagi dari guru.
Untuk siswa N juga memliki tingkat
kedisiplinannya yang kurang tergolong siswa yang malas.
Siswa N ini sering tidak mengerjakan PR atau tugas yang
diberikan guru kelasnya.terkait hal ini, peneliti
menulis secara seksama dengan berdasarkan hasil
observasi dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap
siswa N sehubungan hal di atas adalah sebagai berikut:
176
Jujur saja, saya agak malas untuk mengerjakanPR, mengerjakan tugas dari guru. Ya sayakalau mau ya.. saya kerjakan kalau tidak ya..tidak apa – apa. (WWCR/SN/II/02 September2013)
Menolak tugas tidak sih, tidak, tetapi lebihsering saya tidak menyelesaikan tugas – tugasyang dibebankan kepada saya. Kalaupun selesaiitu sering kali saya terlambatmenyelesaikannya. Toh paling – paling sayadipanggil dan diingatkan oleh guru saya.(WWCR/SN/II/02 September 2013)
Siswa N belum tampak menunjukan kemauan untuk
berubah lebih disiplin, belum rutin mengerjakan tugas
tugas yang diberikan guru. Tetapi masih perlu
pemantapan penguatan lagi dari guru.
Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini
maka tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas SDN
I Girimarto yaitu dengan pembinaan, bimbingan dan
penerapan nilai pendidikan karakter disiplin, kerja
keras, mandiri, memiliki semangat kebangsaan dan
menghargai prestasi dalam :
1) Bidang akademik
177
Dari segi akademik, sudah terlihat adanya
peningkatan dibandingkan pada siklus I kedisiplinan
di bidang akademik siswa yang tergolong dalam
kategori I sudah tampak ada 4 siswa yang mempunyai
keinginan untuk berprestasi dan siswa yang sudah
memiliki motivasi untuk berprestasi dalam akademik.
2) Pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa
yang tergolong kategori I ini sudah menunjukan
sikap kedisiplinan tetapi perilaku siswa belum
memperlihatkan adanya perubahan secara emosional
dan perilaku.
3) Harga diri yang positif
Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini,
siswa sudah menunjukan kedisiplinan yang mengarah
pada harga diri yang positif karena tinggal 1 siswa
yang belum menyadari hal tersebut
178
Berdasarkan hasil observasi siklus pertama
tindakan guru bimbingan dan konseling sudah
memperlihatkan peningkatan kedisiplinan pada diri siswa
dengan memberikan motivasi kepada siswa A, C, E, N.
Tugas yang diberikan dilaksanakan dengan baik. Tetapi
masih ada 1 siswa yaitu siswa N yang belum
melaksanakannya dengan baik.Siklus berikutnya masih
diperlukan.
b. Refleksi
1) Rasa kedisiplinan sudah mulai tumbuh. Untuk itu
siswa A, siswa C, Siswa E dan siswa N, perlu
mendapatkan perhatian dan lebih sering diajak
komunikasi baik oleh guru konseling, guru kelasnya
maupun yang lainnya.
2) Komitmen terhadap tugas (pekerjaan) sangat kurang
dan hal ini perlu mendapatkan perhatian lagi dari
guru bimbingan dan konseling maupun guru kelas.
3) Nilai karakter kedisiplinan belum berjalan baik.
179
c. Revisi
1) Masih ada 1 siswa yang belum menunjukan perubahan
kedisiplinan perlu diberikan penguatan, pembinaan
dan pengarahan tentang pelaksanaan tugas yang agar
dikerjakan lebih rutin lagi
2) Pemantapan masih diperlukan agar disiplin
membudaya di SDN I Girimarto Kabupaten Wonogiri.
3) Penerapan nilai mandiri dan kerja keras masih
perlu diterapkan lagi
4) Siklus berikutnya masih diperlukan.
5. Kategori II (Budaya Etika) Siklus Kedua
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil revisi siklus pertama pada
kategori II mula – mula dilaksanakan sesuai dengan
hasil observasi yaitu Pengarahan dan bimbingan masih
diperlu ditingkatkan lagi agar siswa lebih baik lagi
dalam bertutur kata ataupun bertingkah laku di sekolah
180
dan di Masyarakat. Cara memperbaikinya yaitu dengan
memberikan pembinaan dan bimbingan sesuai dengan
karakter yang dimiliki siswa B,Siswa D, siswa G, siswa
H, siswa I,siswa O,siswa P dan siswa Q agar lambat laun
mereka dapat memiliki perilaku yang sopan dan memiliki
etika yang baik sesuai harapan sekolah.
Motivasi yang berkesinambungan juga masih
diperlukan agar siswa lebih percaya diri dan memiliki
kepribadian yang lebih baik lagi. Cara memperbaikinya
adalah guru bekerja sama dalam memberikan motivasi
kepada siswa tersebut dengan pengarahan
berkesinambungan maka akan berjalan lebih baik sesuai
harapan sekolah. Siklus ini sangat diperlukan untuk
memantapkan perilaku dan etika pada diri siswa dengan
menanamkan nilai cinta damai dengan orang lain.
2. Tindakan dan Observasi
Kegiatan pada siklus kedua ini sama seperti
siklus I yaitu peneliti mencatat hasil pengamatan dan
181
wawancara.Tindakan yang dilakukan yaitu dengan
memberikan penguatan kepada siswa tentang penerapan
nilai , demokratis, toleransi, bersahabat dan cinta
damai. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
peneliti terhadap perkembangan siswa pada siklus II
sebagai berikut:
a. Siswa B
Hasil pengamatan terhadap siswa B adalah sosok
siswa yang memiliki karakter seperti halnya memiliki
komitmen dan motivasi yang baik tetapi belum memilik
etika atau kesopanan yang rendah. Diharapkan siswa B
akan lebih baik dalam siklus ini. Kutipan wawancara
dengan siswa B terkait dengan perkembangan sikapnya
sebagai berikut:
Setelah saya menyadari terhadap pelanggaran yangsering saya lakukan, saya harus merubah sikapsaya agar memiliki perilaku yang baik dan disukaiteman yang lain. Atas bimbingan dan pengarahandari ibu guru saya akan berbicara yang sopankepada semua teman, guru dan semua pokoknya.(WWCR/SB/II/05 September 2013)
182
Atas dasar hasil pengamatan dan wawancaratersebut di atas, maka perencanaan pada siklusini adalah lebih memantapkan kematangan siswa Bagar motivasi yang dimilikinya menjadi kuat sertamemiliki etika yang lebih baik baik lagi sehinggatingkat kepercayaan diri siswa akan meningkatjuga serta prestasi siswa B diharapkan meningkat.
Berdasarkan wawancara dengan siswa B diatas,
menunjukan bahwa siswa B menunjukan kemauan untuk
mencoba agar lebih baik lagi dalam berperilaku,
berbicara sopan kepada orang lain dengan bimbingan dan
pengarahan dari guru. Tetapi masih diperlukan
pematangan atau pemantapan agar lebih membudaya pada
diri siswa B tersebut.
b. Siswa D
Hasil pengamatan terhadap Siswa D adalah siswa
yang memiliki kepribadian yang keras, maunya sendiri,
dan belum memiliki perilaku yang etika yang sesuai
harapan dari sekolah. Siswa D sering berkelahi dengan
temanya ataupun dengan adik kelasnya. Kutipan wawancara
183
dengan siswa D terkait dengan perkembangan sikapnya
sebagai berikut:
Ya..saya masih sering berkelahi dengan teman sayakarena saya sering di olok – olok kok, apalagisaya diejek terus ya saya lawan. Saya tidaktakut. (WWCR/SD/II/05 September 2013)
Kalau saya sih ya mau aja, tetapi ya kalau sayamasih diejek lagi ya saya lawan lagi. Tetapi sayabeberapa kali mendapat teguran dari ibu Anggarikalau masih melakukan perbuatan lagi saya akanmendapat hukuman atau sanksi. Ya...saya akanberusaha merubah perilaku saya. Agar tidakberkelahi dengan teman, adik kelas ataupun yanglainnya. (WWCR/SD/II/05 September 2013)
Mengacu wawancara dengan siswa D tersebut, siswa D
masih memerlukan pembinaan yang lebih intensif lagi
karena belum mengalami perubahan, siswa D belum bisa
memahami nilai baik dan buruk atas perbuatannya.
c. Siswa G
Hasil pengamatan terhadap siswa G adalah sosok
siswa yang memiliki karakter seperti halnya memiliki
motivasi yang baik tetapi belum memilik etika atau
kesopanan yang rendah. Dan belum memiliki rasa cinta
184
damai sesama teman. Kutipan wawancara dengan siswa G
terkait dengan perkembangan sikapnya sebagai berikut:
Bimbingan dan pengarahan yang diberikankepada saya sangat membantu saya dalamberperilkau saya sudah berkuarang dalam halberteriak – teriak dikelas ataupun di sekolahkarena saya debri pengertian oleh ibu gurubahwa perbuatan saya menggangu teman lainnyadalam belajar. Untuk itu saya berusaha lebihbaik lagi dalam berperilaku. Dan saya harusmenerapkan lagi niali cinta damai sesamaorang lain. (WWCR/SD/II/05 September 2013)
Atas dasar pengamatan dan wawancara tersebutdi atas, maka perencanaan pada siklus iniadalah lebih memantapkan kematangan siswa Gagar motivasi yang dimilikinya menjadi kuatserta perilaku atau etika yang rendah dapatmenjadi lebih baik lagi dan dapat dijadikanbekal untuk lebih percaya diri. Langkah yangharus ditempuh guru konseling atas perintahkepala sekolah, yaitu lebih sering memberikanbimbingan, motivasi lagi dan nasehat kepadasiswa G ini baik secara langsung maupun tidaksecara langsung agar siswa G lebih mampumemandang potret dirinya untuk selanjutnyadapat memperbaikinya.
Mengacu wawancara dengan siswa G tersebut, siswa G
sudah memiliki semangat untuk berubah dan sudah
memahami nilai salah dan benar baik buruk, siswa G
185
sudah termotivasi untuk membudayakan budaya etika
tersebut. Dengan harapan dapat memberikan motivasi
kepada temannya yang tergolong dalam kategori II ini.
d. Siswa H
Hasil pengamatan terhadap siswa H ini
menggambarkan bahwa dia memiliki karakter yang kuat
tetapi masih memiliki etika yang masih rendah.
Bagaimana dengan sikap kamu terhadap bimbingan dan
pengarahan yang telah diberikannya, dia menjawab
bahwa :
Ya saya merasa bimbingan dan pengarahan dariguru agar saya tidak meminta uang atau malaklagi terhadap teman atau adik kelas sangatbaik, untuk itu saya akan berusaha agar lebihbaik lagi tidak mengulangi perbuatan sayalagi. Saya sering diberi teguran dan seringdiberi sanksi karena saya masih meminta uangkepada teman ataupun adik kelas, tidakmelaksanakan bimbingan atau pengarahan dariguru. Lha...dari situ saya merasa jera dantidak akan mengulangi perbuatan saya ini yangkurang sopan. (WWCR/SH/II/05 September2013)
186
Siswa H mengalami perubahan karena diberikan
bimbingan, penguatan teguran dari guru serta diberikan
sanksi sehingga siswa H ini jera sehingga mau untuk
merubah sikapnya. Untuk itu diperlukan adanya
pemantapan agar membudaya.
e. Siswa I
Hasil pengamatan terhadap siswa I ini
menggambarkan siswa memiliki karakter lebih dewasa.
Tetapi nilai kesopanan dan etika masih rendah terlihat
dia sering berbuat gaduh pada saat pembelajaran
berlangsung. Wawancara terkait dengan bagaimana
dengan sikapnya terhadap bimbingan dan pengarahan yang
telah diberikannya. Siswa I menjawab sebagai berikut.
Ibu guru memberi pengarahan terhadap sayabahwa saya harus cinta damai tidak membuatgaduh pada saat pembelajaran berlangsung.Saya memahami saya harus merubah sikap saya,karena saya sudah kelas 6 maka saya berusahaakan lebih baik lagi dan nilai cinta damaitersebut menggugah saya untuk mengejarketertinggalan saya selama ini dengan teman –teman saya. (WWCR/SI/II/05 September 2013)
187
Atas dasar hasil pengamatan dan wawancaratersebut diatas, maka perencanaan pada siklus iniadalah lebih memantapkan perilaku etika siswa Iagar menerapkan nilai cinta damai di sekolahataupun di masyarakat. Semoga dapat membangkitkansemangat untuk berprestasi.
Siswa I sudah menunjukan adanya motivasi untuk maju
dan sudah mulai memahami nilai benar dan salah atas
peraturan yang dibuat sekolah. Siswa I sudah mulai
menyadari bahwa perbuatannya selama ini kurang baik
maka akan merubah sikap dan perilakunya. Dengan hal
tersebut, siswa I juga sudah mulai memahami nilai baik
dan buruk atas sikap dan perilakunya di sekolah.
f. Siswa O
Hasil pengamatan terhadap siswa O ini siswa
yang memiliki karakter keras dan nilai kesopanan dan
etika masih rendah terlihat dia sering berkata kotor
(misuh) pada saat bergaul, bernmain dan pada saat
pembelajaran berlangsung. Wawancara terkait dengan
bagaimana dengan sikapnya terhadap bimbingan dan
pengarahan yang telah diberikannya, serta tugas yang
188
diberikan guru. Kutipan wawancara dengan siswa O
sebagai berikut:
Menurut saya bimbingan dan pengarahan gurumemberikan motivasi kepada saya untuk lebihbaik lagi dalam bersikap dalam kehidupansehari – hari. Saya akan berusaha tidakberkata kotor lagi baik dalam kelas ataupunkehidupan sehari – hari. Saya merasa cintadamai sesama teman membuat saya menyadaribahwa perilaku say kurang sopan.(WWCR/SI/II/05 September 2013)
Atas dasar hasil pengamatan dan wawancaratersebut diatas, maka perencanaan pada siklusini adalah lebih memantapkan perilaku etikasiswa I agar menerapkan nilai cinta damai disekolah ataupun di masyarakat. Semoga dapatmembangkitkan semangat untuk berprestasi.
Berdasarkan atas wawancara dengan siswa O,
menunjukan peningkatan dalam berperilaku walaupun belum
terbiasa tetapi sudah ada perubahan yang menuju kearah
kebaikan. Siswa sudah memahami nilai benar dan salah
terhadap peraturan sekolah yang telah dibuat. Siswa O
sudah mulai memahami antara baik dan buruk atas
perilakunya dahulu.
g. Siswa P
189
Hasil pengamatan terhadap siswa P ini siswa
yang memiliki karakter tempramental dan nilai kesopanan
dan etika masih rendah terlihat dia sering berkelahi
dengan teman ataupun anak luar sekolah, pada saat di
rumah ataupun di lingkungan sekolah. Wawancara terkait
dengan bagaimana dengan sikapnya terhadap bimbingan
dan pengarahan yang telah diberikan. Kutipan wawancara
dengan siswa P sebagai berikut:
Ya...saya sering diberi teguran oleh ibu guruagar cinta damai tidak berkelahi lagi dalambergaul. Karena berkelahi merugikan dirisendiri dan orang lain. Saya mulai menyadaribahwa perbuatan saya itu tidak baik. Denganbimbingan guru saya tidak akan berkelahilagi. (WWCR/SP/II/05 September 2013)
Mengacu wawancara di atas, siswa P sudah mulai
menyadari bahwa perbuatannya yang dilakukan dulu
merupakan perbuatan yang buruk dan merugikan orang
lain. Untuk itu siswa P diperlukan pemantapan bimbingan
dan penguatan agar membudaya.
h. Siswa Q
190
Hasil pengamatan terhadap siswa Q ini siswa
yang terkenal usil dan termasuk hiperaktif tetapi nilai
kesopanan dan etika masih rendah terlihat dia sering
mengganggu teman pada saat pembelajaran berlangsung
sehingga sering sekali membuat teman sekelasnya merasa
terganggu terhadap perbuatannya. Wawancara terkait
dengan bagaimana dengan sikap kamu terhadap bimbingan
dan pengarahan yang telah diberikan?
Siswa Q menjawab :
Ya Bapak dan ibu guru sudah memperingatkankepada saya agar tidak mengganggu teman padasaat pembelajaran berlangsung. Sayaperhatikan dan akan saya laksanakanpengarahan dari guru agar saya bisa lebihbaik lagi untuk bisa lebih sopan pada saatpembelajaran sedang berlangsung danmemperhatikan bapak / ibu guru dalammemberikan pelajaran.Dan bapak ibu gurumenekankan saya harus cinta damai kepadasiswa lainnya. (WWCR/SQ/II/05 September 2013)
Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini
maka tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas SDN
I Girimarto yaitu Guru kelas maupun guru konseling
191
harus lebih tegas lagi dalam memperlakukan siswa
B,Siswa D, siswa G, siswa H, siswa I,siswa O,siswa P
dan siswa Q, agar mau memahami penerapan nilai cinta
damai akan menciptakan karakter pada diri siswa
tersebut terkait hal etika dan kesopanan atas dasar
pelanggaran yang pernah mereka lakukan.
Memberikan teguran serta sanksi yang bersifat
formal kepada siswa tersebut apabila masih melakukan
pelanggaran.
Dengan pembinaan, bimbingan dan penerapan nilai
pendidikan karakter religius, demokratis, toleransi,
bersahabat dan cinta damai dalam :
1) Pemahan benar dan salah
Pada siklus II kategori II penelitian tentang
budaya etika, siswa yang tergolong dalam kategori
II sudah mulai tampak atau tergolong sedang karena
dari para siswa sudah mulai memahami nilai benar
dan salah dalam peraturan tata tertib sekolah
192
tentang tata krama atau etika dan ada dua siswa
yang sudah memahami benar dan salah peraturan tata
tertib sekolah tentang tata krama atau etika serta
memiliki motivasi untuk merubah sikap dan perilaku
di sekolah. Untuk itu perlu ditingkatkan lagi
bimbingan tentang nilai karakter toleransi dan
demokratis kepada siswa yang tergolong pada
kategori II ini.
2) Akhlak
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa
yang tergolong kategori II ini sudah mulai
menunjukan sikap sopan karena perilaku siswa sudah
memperlihatkan adanya perubahan secara akhlak,
emosional dan perilaku, untuk itu perlu adanya
pembinaan dan bimbingan tentang nilai religius
kepada siswa.
3) Pemahaman baik dan buruk
193
Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini,
siswa mulai tampak adanya pemahaman yang mengarah
pada hal yang baik dan buruk tentang perilaku yang
sering dilakukannya karena ada siswa yang belum
menyadari hal tersebut. Untuk itu perlu
ditingkatkan lagi bimbingan tentang nilai karakter
bersahabat dan cinta damai kepada siswa yang
tergolong pada kategori II ini.
Berdasarkan hasil observasi siklus pertama
sudah mencerminkan nilai cinta damai. Tindakan guru dan
guru konseling harus lebih tegas lagi dalam
memperlakukan siswa B, Siswa D, siswa G, siswa H, siswa
I, siswa O,siswa P dan siswa Q, agar mau memahami
penerapan nilai cinta damai akan menciptakan karakter
pada diri siswa tersebut terkait hal etika dan
kesopanan atas dasar pelanggaran yang pernah mereka
lakukan dan menyatakan dengan tegas bahwa akan
194
memberikan sanksi bilamana siswa tersebut masih
melakukan pelanggaran.
3 . Refleksi
a. Hanya seorang siswa (siswa D) yang terkesan kurang
bertanggung jawab dan tidak memperhatikan bimbingan
dari guru. Hal ini ditunjukan dengan masih
seringnya berperilaku yang kurang mencerminkan
cinta damai sesama teman seperti berkelahi dengan
temanya walaupun sudah diberi teguran oleh guru.
b. Siswa sudah menunjukan perubahan tingkah laku
dalam berbagai kegiatan ataupun dalam pergaulan
sehari – hari.
c. Guru sudah memberikan penanaman nilai pendidikan
karakter kepada siswa sehingga siswa sudah
mengalami perubahan namun masih perlu ditingkatkan
lagi.
d. Nilai pendidikan karakter belum berjalan dengan
baik.
195
4. Revisi
a.Masih ada 1 siswa yaitu D yang belum mengalami
perubahan dan belum menunjukan kemauan untuk
merubah sikapnya atau perilakunya maka masih
diperlukan adanya pembinaan, pengarahan dan
penguatan kepada siswa tentang nilai pendidikan
karakter
b.Diperlukan pemantapan tentang budaya etika kepada
siswa agar membudaya pada diri siswa yang
diterapkan di sekolah ataupun di masyarakat
c.Siklus berikutnya masih diperlukan.
6. Kategori III (Budaya Bersih) Siklus Kedua
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil revisi siklus pertama pada
kategori III mula – mula dilaksanakan sesuai dengan
hasil observasi yaitu motivasi masih diperlukan agar
mereka lebih berani melatih dan membiasakan diri untuk
meningkatkan budaya bersih pada diri sendiri dan
196
lingkungan. Cara memperbaikinya yaitu meningkatkan
bimbingan dan pengarahan serta meningkatkan pemahaman
tentang nilai peduli lingkungan terhadap Siswa Kode F,
Kode J, Kode K, Kode L, Kode M. Penanaman konsep budaya
bersih dan nilai peduli lingkungan masih perlu
ditanamkan lebih giat lagi agar siswa lebih paham dan
secara bertahap akan membiasakan diri hidup bersih dan
peduli lingkungan.
Cara memperbaikinya yaitu dengan memberikan
bimbingan secara berkelanjutan kepada siswa tersebut.
Pengarahan dan bimbingan disesuaikan pelanggaran yang
dilakukan siswa masih diperlukan lagi agar lambat laun
siswa mereka dapat melakukan tugas – tugas sesaui
harapan. Cara memperbaikinya dengan memberikan
keteladanan kepada para siswa tersebut di atas misalnya
seperti memberi contoh membiasakan membuang sampah pada
tempatnya, membiasakan menggosok gigi setiap hari,
meningkatkan kegiatan piket kelas secara rutin dan lain
197
– lain. Siklus ini sangat diperlukan untuk memantapkan
perilaku dan etika pada diri siswa dengan menanamkan
nilai peduli lingkungan dan membiasakan hidup bersih.
2. Tindakan dan Observasi
Kegiatan pada siklus kedua ini sama seperti
siklus I yaitu peneliti mencatat hasil pengamatan dan
wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
peneliti terhadap perkembangan siswa kategori III pada
siklus kedua sebagai berikut:
a. Siswa F
Hasil pengamatan terhadap siswa f ini
merupakan siswa kelas rendah pada siklus pertama anak
belum memiliki rasa tanggung jawab dan belum terbiasa
hidup bersih tetapi di siklus ini diharapkan dapat
menunjukan perkembangan dalam membiasakan diri untuk
hidup bersih terutama siswa F ini sering memelihara
kuku yang panjang dan terlihat kotor. Tetapi
berdasarkan observasi peneliti siswa F ini sudah mulai
198
menunjukan kuku sudah terlihat bersih dan rapi dalam
arti siswa F ini lambat laun sudah membiaskan hidup
bersih dan peduli lingkungan. Wawancara dengan guru
kelas I terkait dengan bagaimana dengan sikap F
terhadap bimbingan dan pengarahan yang telah
diberikannya?
Ya..namanya anak kelas 1 ya masih semau gue,tapi saya beri bimbingan terus kepada dia agarsetiap minggu kukunya harap di potong. Ya sayacoba untuk menanamkan sikap peduli lingkungankepada siswa ini secara bertahap. Tapisekarang dia sudah terlihat bersih kok.Kukunya yang panjang dan kotor sudah terlihatrapi.(WWCR/Gr/II/05 September 2013)
Saya juga memberikan pengarahan kepada orangtuanya supaya kebersihan diri siswa F danlingkungan rumah harap diperhatikan jadi sayadalam membimbing ini juga melibatkan orang tuasebagai faktor pendukungnya. (WWCR/Gr/II/09September 2013)
Mengacu dari wawancara di atas, siswa F sudah
menunjukan bahwa dia mulai membiasakan diri untuk hidup
bersih diri sendiri dan lingkungannya. Tapi belum
199
dilaksanakan secara rutin. Diharapkan di siklus
berikutnya dapat membudayakan siswa untuk hidup bersih.
b. Siswa J
Hasil pengamatan terhadap siswa J ini juga
merupakan siswa kelas rendah, kebiasaan siswa J ini
sering sekali membuang sampah tidak pada tempatnya.
Sudah sering diberi teguran tetapi tidak diperhatikan.
Dengan bimbingan dan pengarahan diharapkan akan membuat
siswa ini akan lebih baik lagi dalam memahami kebiasaan
hidup bersih pada diri sendiri ataupun lingkungan
sekitar.
Wawancara terkait dengan bimbingan dan pengarahan
kepada siswa J ini tentang nilai peduli lingkungan.
kutipan komentar guru kelas 1 bahwa :
Saya sudah memberikan bimbingan kepada siswa Jini dengan memberikan teguran serta sayamemberikan sanksi yang ringan sesuai dengankelas rendah. Tetapi sekarang Siswa J inibelum menunjukan nilai peduli lingkungankarena masih terlihat sering sekali membuangsampah di sembarang tempat. (WWCR/Gr/II/09September 2013)
200
Saya sebagai guru kelas 1 dan sebagai gurubimbingan konseling harus lebih keras lagidalam memberikan bimbingan terhadap siswa Jini. Ya...semoga akan berdampak positif bagiperkembangan siswa J ini. (WWCR/Gr/II/09September 2013)
Mengacu dari wawancara di atas, siswa J sudah
menunjukan bahwa dia mulai membiasakan diri untuk hidup
bersih diri sendiri dan lingkungannya. Tapi belum
dilaksanakan secara rutin. Diharapkan di siklus
berikutnya dapat membudayakan siswa untuk hidup bersih.
c. Siswa K
Hasil pengamatan terhadap siswa K termasuk
siswa yang sering tidak melaksanakan piket kelas
dikarenakan sering datang terlambat ke sekolah. Siswa K
ini memiliki karakter yang manja sehingga berangkat
sekolah harus diantarkan maka siswa K belum memiliki
kemandirian. Dari hal tersebut siswa K sering datang
terlambat dan tidak melaksanakan piket kelas.
201
Wawancara terkait dengan bimbingan dan
pengarahan kepada siswa K ini tentang nilai peduli
lingkungan. Guru kelas 1 berkomentar bahwa :
Menurut saya siswa K ini mampu memahamibimbingan dan pengarahan dari saya terkaitdengan nilai peduli lingkungan ataupun hidupbersih karena siswa K ini termasuk siswa yangmemiliki kemampuan diatas siswa yang lain.Ya..hanya saja dia belum mandiri masih belumberani berangkat sekolah sendiri maka diasering sekali tidak melaksankan kewajibannyauntuk melaksanakan piket kelas. Oh...ya, Atasdasar observasi yang dilaksanakan siswa Klambat laun memperlihatkan perkembangannyawalaupun masih sering tidak melaksanakan piketkelasnya. (WWCR/Gr/II/09 September 2013)
Mengacu dari wawancara di atas, siswa K sudah
menunjukan bahwa dia mulai membiasakan diri untuk hidup
bersih diri sendiri dan lingkungannya. Tapi belum
dilaksanakan secara rutin. Diharapkan di siklus
berikutnya dapat membudayakan siswa untuk hidup bersih.
d. Siswa L
Hasil pengamatan pada siswa L juga siswa kelas
rendah Siswa L ini siswa yang sering tidak menggosok
202
gigi, hal ini disebabkan karena siswa termasuk siswa
yang tergolong dari keluarga yang tidak mampu Sehingga
kebersihan siswa tidak begiru diperhatikan oleh orang
tuanya.
Wawancara terkait dengan bimbingan dan
pengarahan kepada siswa L ini tentang nilai peduli
lingkungan. ibu Anggari berkomentar bahwa :
Ya...kalau siswa L ini saya memberikan contohcara menggososk gigi yang baik, membiasakanhidup bersih, membiasakan gosok gigi secararutin sehingga akan tertanam pada diri siswanantinya. Ya..harapan saya mas, semoga siswa Lini akan melaksanakan bimbingan ataupunpengarahan dari saya tersebut. (WWCR/Gr/II/09September 2013)
Mengacu dari wawancara di atas, siswa L sudah mulai
menunjukan sedikit perubahan tetapi dia belum
membiasakan diri untuk hidup bersih diri sendiri dan
lingkungannya. Diperlukan bimbingan, contoh tauladan
kepada siswa dengan harapan di siklus berikutnya dapat
membudayakan siswa untuk hidup bersih.
e. Siswa M
203
Wawancara terkait dengan bimbingan dan
pengarahan kepada siswa M ini tentang nilai peduli
lingkungan. ibu Anggari berkomentar bahwa :
Ya kalau siswa M ini termasuk siswa hiperaktifjadi saya merasa kesulitan dalam memberikanbimbingan dan pengarahan kepadanya karena diajuga termasuk kelas rendah. Tapi saya akanberusaha untuk membimbing dia agar rapi, bajuselalu di masukan dan terlihat mengalamiperkembangan. Ya....saya juga memberikancontoh cara memasukan baju seragam yang baik.Saya pantau perkembangan siswa M ini karenapenanaman peduli linkungan berguna bagi siswauntuk meningkatkan prestasi di masa yang akandatang. (WWCR/Gr/II/09 September 2013)
Mengacu dari wawancara di atas, siswa L belum
menunjukan bahwa dia belum membiasakan diri untuk hidup
bersih diri sendiri dan lingkungannya. Diperlukan
bimbingan, contoh tauladan kepada siswa dengan harapan
di siklus berikutnya dapat membudayakan siswa untuk
hidup bersih.
Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini
maka tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas SDN
I Girimarto yaitu dengan pembinaan, bimbingan dan
204
penerapan nilai pendidikan karakter kreatif, rasa ingin
tahu, peduli lingkungan dan peduli sosial dalam :
1) Kebersihan diri sendiri
Pada siklus I kategori III penelitian tentang
budaya bersih, siswa yang tergolong dalam kategori
III ada yang sudah tampak atau tergolong cukup
karena dari 5 siswa masih 2 siswa yang masih belum
sepenuhnya melaksanakan kebersihan diri sendiri
dalam kehidupan sehari-hari Untuk itu perlu
ditingkatkan lagi bimbingan tentang nilai karakter
kreatif, rasa ingin tahu, kepada siswa yang
tergolong pada kategori III ini. Berdasarkan hal
tersebut dilakukan agar terinspirasi tauladan dan
contoh yang diberikan guru dalam kebersihan diri
sendiri siswa
3) Peduli Lingkungan
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa
yang tergolong kategori III ini belum menunjukan
205
sikap hidup bersih karena perilaku siswa belum
memperlihatkan sikap peduli lingkungan untuk itu
perlu adanya pembinaan dan bimbingan tentang nilai
peduli lingkungan dan peduli sosial kepada siswa.
Siswa diberikan bimbingan dan pengarahan tentang
peduli lingkungan agar terbiasa dalam kehidupan
sehari-hari.
Maka tindakan pada siklus ini adalah memberikan
motivasi agar lebih berani mencoba melatih dan
membiasakan diri untuk meningkatkan kemampuan yang
mereka miliki dan membiasakan diri untuk meningkatkan
budaya bersih. Membiasakan diri siswa untuk hidup
bersih, peduli lingkungan dengan meberikan tauladan,
contoh sehingga siswa secara lambat laun akan
memperlihatkan perubahannya. Mengawasi dan bantu mereka
jika mereka ada yang mengalami kesulitan dalam
membiasakan diri dalam meningkatkan budaya bersih.
206
Hal ini dilakukan agar siswa memiliki rasa
tanggung jawab. Biasakanlah secara rutin pembinaan
dan pengarahan sesuai permasalahan yang dimiliki siswa
tersebut. Tekankan nilai peduli lingkungan dan hidup
bersih kepada siswa tersebut agar memahami bahwa dengan
peduli lingkungan akan dapat meningkatkan prestasi yang
lebih baik lagi. Karena dengan tubuh yang bersih akan
menjadikan fikiran yang bersih, percaya diri yang
tinggi dan dapat meningkatkan konsentrasi siswa.
Gunakan kalimat atau ungkapan yang simpati terhadap
perubahan pada diri siswa agar dapat memacu semangat
siswa dalam belajar dan meningkatkan kepercayaan diri
siswa serta siswa akan memahami bahwa kebersihan
sebagian dari iman, peduli lingkungan bermanfaat bagi
diri sendiri dan masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi siklus pertama
sudah mencerminkan nilai peduli lingkungan. Tindakan
guru dan guru konseling harus lebih intensif lagi dalam
207
membimbing siswa kategori III ini, agar mau memahami
penerapan nilai peduli lingkungan akan menciptakan
karakter pada diri siswa tersebut terkait hal
membiasakan diri untuk hidup bersih atas dasar
pelanggaran yang pernah mereka lakukan dan menyatakan
dengan tegas bahwa akan memberikan sanksi bilamana
siswa tersebut masih melakukan pelanggaran yang dulu
pernah mereka lakukan.
3. Refleksi
a. Masih seorang siswa (siswa M) yang terkesan kurang
membiasakan diri dalam menerapkan nilai peduli
lingkungan dan hidup bersih. Hal ini ditunjukan
sering terlihat belum rapi dalam memakai seragam
sekolah terkadang baju seragam tidak dimasukan.
b. Guru mampu memberikan contoh dan tauladan terkait
dengan membiasakan diri hidup bersih namun masih
perlu ditingkatkan lagi.
208
c. Secara bertahap siswa sudah terkesan
memperlihatkan perkembangannya dalam menerapkan
nilai peduli lingkungan.
d. Penerapan nilai peduli lingkungan belum berjalan
dengan baik.
4. Revisi
a. Perlu adanya bimbingan, contoh, dan tauladan
kepada siswa kategori III ini khususnya siswa M.
b. Penguatan diperlukan untuk memotivasi siwa agar
membudayakan hidup bersih.
c. Siklus berikutnya masih diperlukan
7. Kategori I (budaya Disiplin) siklus Ketiga
1. Perencanaan
Berdasarkan revisi dari siklus kedua pada kategori
I Mula – mula tindakan yang sesuai dengan hasil
wawancara peneliti memperbaiki berbagai instrumen –
instrumen hasil interaksi antara siswa kode A, C, E dan
siswa kode N dengan guru kelas maupun guru bimbingan
209
konseling berdasarkan refleksi siklus kedua. Siswa
tersebut terlihat sudah mengalami perubahan dan
mengalami perkembangan yang baik. Peneliti mencatat
dengan seksama hasil pengamatan dan wawancara selama
berlangsungnya interaksi komunikasi antara guru
bimbingan konseling dengan siswa A, C, E dan N.
Ada beberapa siswa yang belum melaksanakan
pengarahan atau bimbingan dari guru. Cara
memperbaikinya yaitu dikaitkan dengan penilaian dengan
harapan dapat memacu penyelesaian tugas – tugas dan
lebih bertanggung jawab.
Pembinaan Secara langsung di lakukan guru konseling
pada siswa A, C, E dengan memberikan tugas jadwal
kegiatan sehari – hari untuk di pantau setiap hari
karena bertujuan anak agar lebih bertanggung jawab dan
menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa tersebut.
2. Tindakan dan observasi
210
Sesuai perencanaan yang telah disepakati yaitu
memperbaiki berbagai instrumen – instrumen hasil
interaksi antara siswa kode A, C, E dan siswa kode N
dengan guru kelas maupun guru bimbingan konseling
berdasarkan refleksi siklus kedua. Siswa tersebut
terlihat sudah mengalami perubahan dan mengalami
perkembangan yang baik. Peneliti mencatat dengan
seksama hasil pengamatan dan wawancara selama
berlangsungnya interaksi komunikasi antara guru
bimbingan konseling dengan siswa A, C, E dan N dengan
ringkasan wawancara sebagai berikut :
a. Siswa A
Siswa A sudah menunjukan adanya perubahan yang
menuju kearah yang baik, kedisiplinan siswa sudah
tampak, guru melakukan penguatan dan pembinaan terkait
dengan perubahan sikap yang sudah tampak mengalami
perubahan. Tanggapan siswa terhadap penguatan dan
pembinaan guru dari guru sebagai berikut:
211
Jika saya dulu sering mendapatkan teguran dariguru dan sering pula mendapat sanksi karenasering tidak masuk tanpa izin, pada saat inisaya merasa bahwa saya memang harus berubahdengan cara mencoba dan mencoba. Saya sangatkecewa dan menyesal ketika pada waktu yanglalu saya sering tidak masuk sekolah tanpaizin dengan cara tidak mempedulikan bimbingandan pengarahan dari guru. Tapi saat ini sayasiap untuk masuk setiap hari belajar disekolah bersama teman – teman. Saya lebihbersemangat untuk belajar. (WWCR/SA/III/09Oktober 2013)
Saya menyadari dengan diberikan tugas untukmembuat jadwal kegiatan sehari – harimerupakan suatu kewajiban yang dilaksanakanoleh siswa dan tidak merasa ada keterpaksaan.Ya...itulah dengan bimbingan dan pebgarahantentang disiplin dan diberikan tugasmelaksanakan jadwal kegiatan sehari - harioleh guru, saya bisa berubah menjadi lebihbaik dan lebih teratur dalam belajar.(WWCR/SA/III/09 Oktober 2013)
Ya..bagaimana ya? Tapi saya memangberkeinginan untuk berubah dan menjadi siswayang berprestasi. Karena saya merasatertinggal dibandingkan teman – teman yanglain. Ya...saat ini saya sudah bisa masuk kesekolah setiap hari tanpa ada paksaan, tanpaada perintah dari siapa saja begitu bu.(WWCR/SA/III/09 Oktober 2013)
Ya...dulu saya memang malas untuk pergikesekolah jujur saja, tetapi dengan bimbingan
212
tentang disiplin tersebut saya menyadari bahwasaya harus berubah dan ya beginilah saya sudahbisa masuk seperti teman lainnya. Dengandisiplin itu saya menjadi lebih baik. Begitubu. (WWCR/SA/III/09 Oktober 2013)
Berdasarkan wawancara di atas, siswa A sudah
membudayakan kedisiplinan di sekolah, dia sudah secara
rutin masuk sekolah tepat waktu, semua tugas
diselesaikan dengan baik.maka siklus berikutnya tidak
diperlukan lagi.
b. Siswa C
Untuk siswa C juga sudah menunjukan adanya
perubahan yang menuju kearah yang baik, kedisiplinan
siswa sudah tampak, guru sudah melakukan penguatan dan
pembinaan terkait dengan perubahan sikap yang sudah
tampak mengalami perubahan. Tanggapan siswa C terhadap
penguatan dan pembinaan guru dari guru sebagai berikut:
Kalau saya sudah tertib bu, karena saya sudahmasuk kesekolah tepat waktu. Ya...saya sadarbahwa saya selama ini memiliki sikap yangkurang disiplin, sekarang saya sudah sepertiteman – teman yang lainnya, bisa masuk sebelumbel berbunyi. (WWCR/SC/III/09 Oktober 2013)
213
Sikap saya berubah sudah masuk kesekolah tepatwaktu. Ini semua berkat bimbingan dan pengarahantentang kedisiplinan dari bu Anggari dan pakSarnoko selaku guru kelas saya. Saya tidak akanterlambat lagi saya berjanji. Bimbingan danpengarahannya membuat saya mempunyai semangat,dapat memperkirakan waktu dengan diberikan tugasmembuat jadwal sehari – hari. (WWCR/SC/III/09Oktober 2013)
Disiplin sih belum sepenuhnya, tapi saya sudahberubah selama dibimbing bapak dan ibu gurutentang kedisiplinan. Tapi saya senang kokbisa berubah. Senang rasanya, tidak merasatergesa – gesa (kemurungsung). Semua tugasbisa saya kerjakan tepat waktu pokoknya lebihbaik lah. (WWCR/SC/III/09 Oktober 2013)
Displin sangat berguna bagi siswa untuk meraihprestasi. Ya...semoga prestasi saya naik danbisa meraih rangking kelas. Disiplin waktudapat mengkontrol kegiatan saya di sekolahataupun di rumah.Ya saya dulu memang acak –acakan tidak peduli terlambat ke sekolah atautidak, tugas saya kerjakan atau tidak, sayasering mendapatkan sanksi, teguran. Ya itudulu tapi saya sekarang tidak pernah lagiterlambat ke sekolah, lebih teratur, lebihtertata, dan yang pasti lebih disipinlah.(WWCR/SC/III/09 Oktober 2013)
Berdasarkan wawancara di atas, kedisiplinan sudah
membudaya pada diri siswa C ini. Dia sudah secara rutin
214
masuk sekolah tepat waktu, semua tugas diselesaikan
dengan baik.maka siklus berikutnya tidak diperlukan
lagi.
c. Siswa E
Untuk siswa E juga sudah menunjukan adanya
perubahan yang menuju kearah yang baik, kedisiplinan
siswa sudah tampak, guru sudah melakukan penguatan dan
pembinaan terkait dengan perubahan sikap yang sudah
tampak mengalami perubahan. Tanggapan siswa E terhadap
penguatan dan pembinaan guru dari guru sebagai berikut:
Dulu saya sering bergaul dengan anak remajajadi saya sering bermain sampai larut malamsehingga saya sering bangun tidur kesiangansehingga saya sering terlambat masuk sekolahtap saya tetap masuk kok walaupun terlambat.Karena di rumah saya tinggal dengan kakak sayasaja ayah dan ibu pergi ke Medan berjualanbakso. jadi saya sulit kalau bangun pagikarena kakak saya saja bangunya juga siang.Tapi sekarang saya sudah bisa membatasipergaulan saya, saya sudah bisa mengaturbelajar saya, bisa menyelesaikan tugas – tugassaya. (WWCR/SE/III/09 Oktober 2013)
215
Ya saya bisa berubah dengan sikap saya inikarena saya mendapat bimbingan dari guru,mereka tidak lelah memberikan pengarahankepada saya walaupun dengan disertai sanksi.Tapi saya laksanakan semua jadi ya...sayaterbiasa dengan jadwal kegiatan yang sayalaksanakan. Maka saya mampu mengurangipelanggaran yang pernah saya lakukan dulu.(WWCR/SE/III/09 Oktober 2013)
Kedisiplinan membuat kita lebih menghargaiwaktu, bisa mengatur belajar kita, mengaturbermain kita, dan saya sendiri bisa mengurangipergaulan saya dengan anak – anak remaja, sayasekarang lebih senang bermain dengan teman –teman sekelas saya.Ya....dengan kedisiplinan saya dapat berubah.(WWCR/SE/III/09 Oktober 2013)
Berdasarkan wawancara di atas, kedisiplinan sudah
tampak pada diri siswa C ini tetapi belum membudaya.
Karena dia belum secara rutin masuk sekolah tepat
waktu, tetapi semua tugas sudah diselesaikan dengan
baik.maka siklus berikutnya tidak diperlukan lagi.
d. Siswa N
Untuk siswa N juga sudah menunjukan adanya
perubahan yang menuju kearah yang baik, kedisiplinan
siswa sudah tampak, guru sudah melakukan penguatan dan
216
pembinaan terkait dengan perubahan sikap yang sudah
tampak mengalami perubahan. Tanggapan siswa N terhadap
penguatan dan pembinaan guru dari guru sebagai berikut:
Ya saya sekarang mencoba berubah sedikit demisedikit, yang dulu sering tidak mengerjakantugas atau PR karena saya sering lalai dankurang memperhatikan perintah atau tugas yangdiberikan oleh guru. Maka saya sering diberisangsi oleh guru karena tidak mengerjakantugas atau PR. Sekarang saya sudah disiplindalam mengerjakan tugas, PR dan tidak lalailagi karena saya berusaha agar dapat bisamaju dan bisa lulus. (WWCR/SE/III/09 Oktober2013)
Saya sekarang sudah terbiasa dapatmenyelesaikan tugas, PR dan lain – lainkarena berkat pengarahan dan didikan buanggari dan guru saya. Untuk itu saya setelahpulang sekolah saya sudah terbiasamenyelesaikan tugas – tugas saya darisekolah, apalagi belum selesai saya bertanyakepada teman saya yang lebih pandai. Teman –teman yang lain juga senang membantu saya,ya....sekarang saya sudah seperti teman yanglain dan dapat mengerjakan PR dengan tepatwaktu. (WWCR/SE/III/02 Oktober 2013)
Ya karena saya sudah terbiasa mengerjakantugas – tugas saya dengan tertib tanpa adapaksaan dari siapapun. Saya menyadari dengandisiplin saya bisa meraih prestasi yang lebihbaik lagi.
217
(WWCR/SE/III/09 Oktober 2013)
Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini,
maka tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas SDN
I Girimarto yaitu dengan pembinaan, bimbingan dan
penerapan nilai pendidikan karakter disiplin, kerja
keras, mandiri, memiliki semangat kebangsaan dan
menghargai prestasi dalam :
1) Bidang akademik
Dari segi akademik, sudah terlihat adanya
peningkatan dibandingkan pada siklus II tentang
kedisiplinan di bidang akademik siswa sudah
terbiasa dalam mengerjakan tugasnya dengan tanggung
jawab demikian juga dengan keinginan untuk
berprestasi dan motivasi yang kuat untuk
berprestasi dalam bidang akademik.
2) Pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa
yang tergolong kategori I ini sudah menunjukan
218
sikap kedisiplinan siswa sudah memperlihatkan
adanya perubahan secara emosional dan perilaku.
3) Harga diri yang positif
Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini,
siswa sudah menunjukan kedisiplinan yang mengarah
pada harga diri yang positif karena semua siswa
sudah menyadari hal tersebut
Perilaku siswa A, C, E dan N menunjukkan
adanya perubahan pada diri mereka. Hal ini ditunjukan
dengan kesungguhan mereka dalam pembelajaran ataupun
dalam berperilaku di sekolah. Tugas – tugas yang
diberikannya dilaksanakan dengan baik. Sehingga nilai
pendidikan karakter yaitu “disiplin” sudah sesuai
dengan konsep budaya sekolah yang direncanakan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka tindakan
dan observasi pada siklus ketiga tidak diperlukan lagi.
3. Refleksi
219
Berdasarkan perilaku siswa A, C, E dan N
menunjukkan adanya perubahan pada diri mereka. Hal ini
ditunjukan dengan kesungguhan mereka dalam pembelajaran
ataupun dalam berperilaku di sekolah. Tugas – tugas
yang diberikannya dilaksanakan dengan baik. Sehingga
nilai pendidikan karakter yaitu “disiplin” sudah sesuai
dengan konsep budaya sekolah yang direncanakan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka refleksi
tidak diperlukan lagi.
4. Revisi
Siswa tergolong kategori I sudah menunjukan
peningkatan dalam kedisiplinan, dikarenakan bimbingan,
pembinaan dan penguatan dari guru. Sekarang siswa sudah
terbiasa disiplin diberbagai kegiatan. Untuk itu siklus
berikutnya tidak diperlukan lagi.
8. Kategori II (Budaya Etika) Siklus Ketiga
1. Perencanaan
220
Dilakukan sesuai dengan hasil observasi yaitu
telah dapat memperbaiki nilai etika atau kesopanan yang
mereka miliki dan memperbaiki budaya etika pada mereka.
Cara memperbaikinya adalah dengan dengan terus menerus
memberikan pembinaan dan bimbingan sesuai kadar
pelanggaran yang sering dilakukannya, kadar kemampuan
yang dimiliki masing – masing siswa agar mereka semakin
dapat merubah tingkah laku, perbuatan, perkataan sesuai
harapan sekolah. Tingkat kesopanannya yang tumbuh
semakin baik. Cara mempertahankan dan meningkatkannya
adalah dikaitkan dengan penilaian kemajuan personal
yang dibacakan secara terbuka dengan harapan dapat
memacu tingkat kesadaran dalam bersikap. Sikap saling
membantu tumbuh berkembang dalam suasana yang harmonis
tidak ada perkelahian antar siswa, pertengkaran dan
gangguan dalam pembelajaran. Sebagian siswa yang
tergolong pada kategori II merupakan kelas besar.
221
2. Tindakan dan observasi
Para siswa tersebut terlihat sudah mengalami
perubahan dan mengalami perkembangan yang baik dengan
ditanamkannya nilai cinta damai terhadap orang lain.
Terlihat pada tingkah laku, perkataannya dap situasi
kelas maupun sekolah. Peneliti mencatat dengan seksama
hasil pengamatan dan wawancara dengan Siswa Kode B,
Kode D, Kode G, Kode H, Kode I, Kode O, Kode P dan Kode
Q dengan ringkasan wawancara sebagai berikut :
a. Siswa B
Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus
ketiga ini, siswa B telah mengalami perubahan yang
signifikan. Hal ini tampak bahwa dia sudah tidak
berkata – kata yang kotor, lebih menghargai pertemanan
dan semakin matang dalam bersikap baik dengan teman,
guru ataupun dengan oran lain. Wawancara yang peneliti
222
lakukan kepada siswa B sehubungan hal tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
Saya sadar, bahwa saya sudah kelas 6 jadi sayaharus memberikan contoh yang baik bagi adik –adik kelas saya. Saya dulu sering berkatakotor pada saat saya bercanda dengan teman –teman sehingga sering lupa dan hal itumerupakan sikap yang tidak terpuji, insyaallahsaya akan lebih baik lagi dalam berbicara ataubertingkah laku. Saya sudah menghargai setiapteman bicara dan mencoba dan mencoba terustidak misuh dan akhirnya saya bisamenguranginya.(WWCR/SB/III/ 12 Oktober 2013)
Saya bisa mengurangi perbuatan saya, tingkahlaku saya, perkataan saya karena dibina buAnggari dan guru saya, saya dibimbing terusdiingatkan setiap saya masih berkata – katakotor karena sering ditegur dan dibina sayasemakin terbiasa lebih sopan dan yang pastisaya bisa menguranginya. (WWCR/SB/III/ 12Oktober 2013)
Yang pasti saya sekarang sudah bisa mengurangipelanggaran yang pernah saya lakukan. Sayaakan bersikap lebih nbaik, lebih sopan lagiterhadap orang tua, guru, teman dan oranglain. (WWCR/SB/III/ 12 Oktober 2013)
Dengan nilai cinta damai, ya...dapatmemperbaiki perbuatan kita agar lebih baik,lebih sopan dan akan mendapatkan teman yangbanyak karena kita saling menghargai satu
223
dengan yang lain. (WWCR/SB/III/12 Oktober2013)
Berdasarkan wawancara di atas, nilai etika sudah
membudaya pada diri siswa B ini. Dia sudah menunjukan
perilaku yang terpuji, semua tugas diselesaikan dengan
baik.maka siklus berikutnya tidak diperlukan lagi.
b. Siswa D
Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus
ketiga ini, siswa D telah berubah dalam bersikap,
bertutur kata ataupun dalam pergaulan. Hal ini tampak
bahwa dia sudah tidak bertengkar lagi, lebih menghargai
pertemanan, serta sudah bisa menanamkan nilai cinta
damai dengan sesama teman ataupun orang lain. Wawancara
yang peneliti lakukan kepada siswa D sehubungan hal
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Kalau dulu saya sering bertengkar dengan temantetapi sekarang saya tidak pernah lagibertengkar apalagi berkelahi dengan teman,pelan – pelan saya belajar tidak marah –marah, saya belajar menghargai teman danmencoba untuk menerapkan nilai cinta damai
224
terhadap sesama. (WWCR/SD/III/ 12 Oktober2013)
Saya dulu sering sekali bertengkar denganteman, tetapi karena sering diberi bimbingandan diberi pengarahan untuk selalu menerapkancinta damai sesama teman dari guru untuk itusaya sudah tidak pernah bertengkar, berkelahikarena saya sadar itu merugikan diri sendiridan orang lain. (WWCR/SD/III/ 12 Oktober 2013)
Ya...tidak juga tapi menurut saya setiap siswapasti ingin belajar secara maksimal tidak adapermusuhan, tidak ada pertengkaran, karena itusaya akan mencoba untuk tidak bertengkar,berkelahi dengan teman apalagi dengan orangluar sekolah. (WWCR/SD/III/ 12 Oktober 2013)
Mengacu pada wawancara di atas, Siswa D sudah
menunjukan perilaku yang baik dan sudah membudaya.
Siswa D sudah tidak pernah bertengkar lagi dengan teman
apalagi dengan orang lain, dia sudah memahami bahwa
pentingnya hidup saling menghargai, menyayangi dan
saling menghormati antara sesama orang lain.
c. Siswa G
Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus
ketiga ini, siswa G telah mengalami perubahan yang
225
signifikan. Hal ini tampak bahwa dia sudah tidak
berteriak – teriak lagi di dalam kelas ataupun di luar
kelas, lebih menghargai pertemanan dan semakin matang
dalam bersikap baik dengan teman, guru ataupun dengan
orang lain. Wawancara yang peneliti lakukan kepada
siswa G sehubungan hal tersebut di atas adalah sebagai
berikut:
Waktu lalu saya sering berteriak teriak didalam kelas ataupun di luar kelas, makajawaban saya ya sekarang ini saya berusahaselalu memperbaiki perilaku saya. Pada saatini saya lebih menyadari dengan segalakekurangan saya.teguran dari guru sudah tidakada lagi, tetapi pujian kepada saya. Sayamalu tetapi mendapat pujian membuat sayabangga. (WWCR/SG/III/ 12 Oktober 2013)
Karena sering diberikan bimbingan dandorongan kepada saya agar menjadi anak yangsopan, memiliki tingkah laku yang baik,menghormati orang lain, cinta damai sesamateman. Pelan –pelan saya coba terus danakhirnya itu tadi, sekarang tidak ada lagiteguran apalagi sanksi yang diberikan kepadasaya. (WWCR/SG/III/ 12 Oktober 2013)
Atas dasar hasil pengamatan dan wawancara
tersebut di atas, maka perencanaan pada siklus ini
226
lebih memantapkan kematangan siswa G agar motivasi yang
dimilikinya semakin kuat, rasa cinta damai sesama teman
semakin kuat, sikap saling menghormati sesama manusia
dapat membangkitkan rasa percaya dirinya. Maka langkah
yang harus ditempuh guru konseling dan guru kelas yaitu
sering memberikan pujian kepada siswa ini.
d. Siswa H
Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus
ketiga ini, siswa H telah mengalami perubahan yang
signifikan. Hal ini tampak bahwa dia sudah tidak pernah
memalak temannya, lebih menghargai pertemanan dan
semakin matang dalam bersikap baik dengan teman, guru
ataupun dengan oran lain. Wawancara yang peneliti
lakukan kepada siswa H sehubungan hal tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
Dahulu saya memang sering memalak teman,meminta uang dari teman ataupun adik kelas.Dengan bimbingan guru, ya...saya berusahatidak memalak teman lagi. Saya berusahamenerima apa adanya walaupun tidak diberiuang saku saya harus tetap semangat dalam
227
belajar disekolah dan di rumah. (WWCR/SH/III/05 Oktober 2013)
Oh...saya berubah seperti ini seperti yangsaya katakan tadi, saya sekarang seringdiberi pujian dari guru, diberikan bimbingan,diarahkan dan diperhatikan terus, apakah sayamasih memalak teman atau tidak. Saya menjadilebih percaya diri untuk belajar tidakdikasih uang saku oleh orang tua tidak apa –apa yang paling penting saya belajar denganrajin dan dengan sungguh – sungguh.(WWCR/SH/III/ 12 Oktober 2013)
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pada
siklus ke tiga ini, siswa H jauh mengalami kemajuan
dibandingkan dengan siklus kedua, misalnya siswa H ini
sudah tidak pernah meminta uang dari temannya. Pada
saat ini sudah tampak prestasi yang raih dari hasil
belajarnya.dengan demikian dapat disimpulkan siswa H
telah banyak mengalami kemajuan dibandingkan dengan
siklus kedua.
e. Siswa I
Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus
ketiga ini, siswa I telah mengalami perubahan yang
228
signifikan. Hal ini tampak bahwa dia sudah tidak
membuat gaduh pada saat pembelajaran berlangsung, lebih
menghargai pertemanan dan semakin matang dalam bersikap
baik dengan teman, guru ataupun dengan oran lain.
Wawancara yang peneliti lakukan kepada siswa I
sehubungan hal tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Dahulu saya memang sering membuat gaduh padasaat pembelajaran berlangsung, denganbimbingan dan dicontrol oleh guru, sayamencoba dan mencoba terus agar bisamengurangi perilaku saya yang sering usildengan teman karena saya menyadari sayaselama ini telah menggagnggu teman yangsedang belajar.(WWCR/SI/III/ 12 Oktober 2013)
Ya seperti yang saya katakan tadi, sayadiberikan bimbingan, dicontrol oleh guru,serta untuk melaksanakan nilai cinta damaikepada teman dengan cara saling menhormatidan menghargai sesama teman. Karena kitatidak boleh mengganggu teman yang sedangbelajar. (WWCR/SI/III/ 12 Oktober 2013)
Atas dasar hasil pengamatan peneliti, pada
siklus ke tiga ini, siswa I jauh mengalami kemajuan
dibandingkan dengan siklus kedua, misalnya siswa I ini
229
sudah tidak pernah usil atau mengganggu temanya saat
belajar sehingga tercipta suasana pembelajaran yang
tenang dan tertib. siswa I telah mengalami kemajuan
dibandingkan dengan siklus kedua karena dia sudah
melaksanakan budaya etika SDN I Girimarto dengan baik.
f. Siswa O
Hasil dari pengamatan peneliti pada siklus
ketiga ini terhadap siswa O adalah siswa yang bisa di
ajak untuk maju sekalipun kemampuannya sedang dan
motivasinya semakin meningkat. Hal ini tampak bahwa dia
sudah tidak berkata kotor lagi pada saat pembelajaran
berlangsung, lebih menghargai pertemanan dan semakin
matang dalam bersikap baik dengan teman, guru ataupun
dengan oran lain. Wawancara yang peneliti lakukan
kepada siswa O sehubungan hal tersebut di atas adalah
sebagai berikut:
Alhamdullillah sekarang ini saya merasasemakin baik dalam berperilaku, melaksanakantugas – tugas yang diberikan guru kelasataupun guru bimbingan dan konseling SDN I
230
Girimarto ini. Sudah tidak pernah lagimendapatkan teguran dan hukuman kepada saya.(WWCR/SO/III/ 12 Oktober 2013)
Oh...ya sudah jelas to ya, tadi saya bahwadengan pengarahan dari guru, saya dapatmerubah sikap saya yang tidak sesuai denganbudaya etika di SDN I Girimarto ini, ya sayamerasa lebih memiliki sikap salingmenghormati dan cinta damai dalam belajar,dalam bermain dan dalam bergaul dengan teman- teman. (WWCR/SO/III/ 12 Oktober 2013)
Atas dasar hasil pengamatan dan wawancara
tersebut di atas, maka perencanaan siklus ketiga ini
lebih memantapkan kematangan siswa O agar motivasi yang
dimilikinya menjadi semakin kuat serta kemampuan dan
tidak berkata – kata kotor lagi. Maka langkah yang
ditempuh guru yaitu memberikan motivasi baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada semua siswa
termasuk siswa O tersebut lebih mampu memandang potret
dirinya untuk selanjutnya dapat memperbaikinya.
g. Siswa P
231
Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus
ketiga ini, siswa P telah berubah dalam bersikap,
bertutur kata ataupun dalam pergaulan. Hal ini tampak
bahwa dia sudah tidak bertengkar lagi, lebih menghargai
pertemanan, serta sudah bisa menanamkan nilai cinta
damai dengan sesama teman ataupun orang lain. Siswa D
sudah belajar menghormati orang lain. Wawancara yang
peneliti lakukan kepada siswa P sehubungan hal tersebut
di atas adalah sebagai berikut:
O...saya dulu sering bertengkar dengan temantidak rukun dengan teman karena saya belumdibimbing dan diberikan pengarahan dari guru,tetapi setelah saya dibimbing, ditegur olehguru, sikap saya sekarang ya...lebih baikdari pada yang dahulu saya seudah tidaksering marah – marah, saya bisa mengalah,tidak semau saya sendiri. (WWCR/SP/III/ 12Oktober 2013)
Ya...bimbingan dan teguran serta pengarahandari guru yang memberikan semangat kepadasaya untuk berubah lebih sopan, lebihmenghargai teman dan saya berusaha untuklebih giat dalam belajar. (WWCR/SP/III/ 12Oktober 2013)
232
Atas dasar hasil pengamatan dan wawancara
tersebut di atas, maka perencanaan siklus ketiga ini
lebih memantapkan kematangan siswa P agar motivasi yang
dimilikinya menjadi semakin kuat serta kemampuan dan
tidak berkelahi lagi. Maka langkah yang ditempuh guru
yaitu memberikan motivasi baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada semua siswa termasuk siswa O
tersebut lebih mampu memandang potret dirinya untuk
selanjutnya dapat memperbaikinya.
h. Siswa Q
Dari hasil pengamatan peneliti pada siklus
ketiga ini, siswa Q telah mengalami banyak kemajuan.
Hal ini tampak bahwa dia sudah tidak membuat gaduh pada
saat pembelajaran berlangsung, lebih menghargai
pertemanan dan semakin matang dalam bersikap baik
dengan teman, guru ataupun dengan oran lain.Wawancara
233
yang peneliti lakukan kepada siswa Q sehubungan hal
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Guru kami memberikan kesempatan kepada sayauntuk berkembang, merubah sikap saya yangdulu pernah membuat gaduh dikelas, usildengan teman tetapi sekarang saya sudah tidakpernah melakukan pelanggaran tersebut karenasaya sudah menyadari bahwa perbuatan saya ituadalah perbuatan yang tidak terpuji.(WWCR/SQ/III/ 12 Oktober 2013)
Ya....dengan diberikan kesempatan kepada sayauntuk lebih maju dengan bimbingan dari gurusehingga saya mampu merubah sikap sayamenjadi lebih baik seperti sekarang ini danmembuat orang tua saya bangga terhadapperubahan yang terjadi pada saya ini.(WWCR/SQ/III/ 12 Oktober 2013)
Atas dasar hasil pengamatan dan wawancara
tersebut di atas, maka perencanaan pada siklus ke empat
tidak diperlukan lagi. Berdasarkan hasil observasi
siklus kedua, tindakan sudah sesuai dengan konsep
budaya sekolah yang direncanakan dengan melalui
pendidikan karakter, dalam penerapan nilai pendidikan
karakter kepada siswa B, siswa D, siswa G, siswa H,
siswa I, siswa O, siswa P dan siswa Q.
234
Dengan pembinaan, bimbingan dan penerapan nilai
pendidikan karakter religius, demokratis, toleransi,
bersahabat dan cinta damai dalam :
1) Pemahan benar dan salah
Pada siklus III kategori II penelitian tentang
budaya etika, siswa yang tergolong dalam kategori
II sudah tampak atau tergolong baik karena para
siswa sudah memahami nilai benar dan salah dalam
peraturan tata tertib sekolah tentang tata krama
atau etika, siswa juga sudah memahami benar dan
salah peraturan tata tertib sekolah tentang tata
krama atau etika serta memiliki motivasi untuk
merubah sikap dan perilaku di sekolah. Untuk itu
tidak perlu ditingkatkan lagi bimbingan tentang
nilai karakter toleransi dan demokratis kepada
siswa yang tergolong pada kategori II ini.
2) Akhlak
235
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa
yang tergolong kategori II ini sudah menunjukan
sikap sopan karena perilaku siswa sudah
memperlihatkan adanya perubahan secara akhlak,
emosional dan perilaku, untuk itu tidak perlu
adanya pembinaan dan bimbingan tentang nilai
religius kepada siswa.
3) Pemahaman baik dan buruk
Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini,
siswa sudah tampak adanya pemahaman yang mengarah
pada hal yang baik dan buruk tentang perilaku yang
sering dilakukannya karena ada siswa yang belum
menyadari hal tersebut. Untuk itu tidak perlu
ditingkatkan lagi bimbingan tentang nilai karakter
bersahabat dan cinta damai kepada siswa yang
tergolong pada kategori II ini.
3. Refleksi
236
Sikap dan perilaku siswa B, siswa D, siswa G,
siswa H, siswa I, siswa O, siswa P dan siswa Q,
menunjukan peningkatan dalam penerapan niali cinta
damai. Hal ini sudah sesuai dengan konsep peningkatan
budaya sekolah melalui pendidikan karakter yang
direncanakan. Sehubungan dengan hal tersebut maka,
refleksi pada siklus ketiga tidak diperlukan lagi.
4. Revisi
Perilaku siswa kategori II ini sudah menunjukan
adanya peningkatan nilai etika pada diri mereka,
sehingga sudah membudaya pada kegiatan mereka sehari –
hari. Revisi dalam siklus III ini yaitu :
a. Membangkitkan dan memelihara kesadaran yang tumbuh
dengan subur serta motivasi yang tinggi.
b. Memberikan penguatan dan pujian terhadap
peningkatan budaya etika siswa B, siswa D, siswa G,
siswa H, siswa I, siswa O, siswa P dan siswa Q.
237
c. Menjaga agar nilai cinta damai yang berjalan
dengan perubahan nyata semakin menjadi baik.
d. Siklus berikutnya tidak diperlukan lagi.
Siklus Ketiga Kategori III
1. Perencanaan
Mula – mula dilakukan sesuai dengan hasil
observasi pada siklus kedua yaitu : mereka sudah
terbiasa melaksanakan budaya bersih di sekolah maupun
di rumah dan saat ini mereka sudah tanggap atau peduli
dengan lingkungannya. Dengan contoh atau tauladan,
siswa F, siswa J, siswa K, siswa L dan siswa M yang
merupakan kelas rendah yaitu kelas I, sudah
melaksanakannya sesuai harapan dari sekolah meskipun
memakan waktu yang tidak sedikit.
2. Tindakan dan observasi
Berdasarkan observasi siklus kedua, tindakan
sudah sesuai dengan konsep pendidikan karakter
melalui penerapan nilai peduli lingkungan dengan
238
melakukan tindakan terhadap siswa F, siswa J, siswa
K, siswa L dan siswa M.
Mula tindakan yang sesuai dengan data
hasil pengamatan dan wawancara pada siklus ketiga
adalah :
a. Tetap memberikan pembinaan secara langsung
maupun tidak langsung kepada siswa mengenai
nilai pendidikan karakter tentang peduli
lingkungan
b. Tetap membiasakan para siswa untuk hidup
bersih, peduli terhadap lingkungan, karena
kebersihan merupakan sebagian dari iman dan
dengan membiasakan para siswa untuk peduli
lingkungan, maka suasana SDN I Girimarto
semakin bersih, indah dan rapi.
c. Karena siklus ketiga ini sudah tidak dijumpai
kekurangan – kekurangan yang terdapat pada
siswa F, siswa J, siswa K, siswa L dan siswa M
239
sudah sesuai instrumen yang direncanakan, maka
siklus keempat tidak diperlukan.
Berikut wawancara dengan siswa yang tergolong
dalam kategori III :
a. Siswa F
Hasil pengamatan pada siklus ketiga ini
terhadap siswa F pada siklus kedua belum memiliki rasa
tanggung jawab atau masih semau gue, dan belum
terbiasa hidup bersih tetapi di siklus ini sudah
menunjukan perkembangan dalam membiasakan diri untuk
hidup bersih terutama siswa F ini sering memelihara
kuku yang panjang dan terlihat kotor. Tetapi
berdasarkan observasi peneliti siswa F ini sudah mulai
menunjukan kuku sudah terlihat bersih dan rapi dalam
arti siswa F ini lambat laun sudah membiaskan hidup
bersih dan peduli lingkungan.
240
Bila dikaitkan dengan bagaimana sikap siswa F
pada saat ini terkait budaya etika di sekolah maka ibu
Anggari Rahayuningsuh, S.Pd menjawab :
Siswa F ini sudah mengalami peningkatan dalammelaksanakan budaya bersih di SDN I Girimartoini. Hal ini terbukti bahwa kukunya yang dulusering dipelihara panjang, hitam – hitamtetapi sekarang sudah bersih kok. Setiapminggu saya cek sudah terbiasa dipotong danterlihat rapi. Sehingga dia tidak pernah sayategur lagi. (WWCR/Gr/III/ 15 Oktober 2013)
Atas dasar hasil pengamatan dan wawancara pada
siklus ketiga ini maka perencanaan pada siklus ini
adalah lebih memantapkan lagi siswa F dalam membiasakan
hidup bersih dan peduli lingkungan agar kepercayaan
dirinya semakin kuat dan dapat meraih prestasi yang
lebih baik lagi. Langkah yang ditempuh yaitu memberi
bimbingan penguatan kepada siswa F ini untuk
membiasakan diri peduli lingkungan dan hidup bersih di
sekolah, di rumah ataupun di masyarakat.
241
b. Siswa J
Hasil pengamatan pada siklus ketiga ini
terhadap siswa J yang dulu belum terbiasa hidup bersih,
tetapi di siklus ini sudah menunjukan perkembangan
dalam membiasakan diri untuk hidup bersih terutama
siswa J ini sering membuang sampah di sembarang tempat.
Tetapi berdasarkan observasi peneliti, siswa J ini
sudah terlihat membuang sampah ditempat sampah, sering
ikut kegiatan kebersihan di sekolah. Terkait hal di
atas bagaimana perkembangan siswa J ini setelah
mendapatkan bimbingan dan pengarahan, untuk itu Ibu
Anggari Rahayuningsuh, S.Pd mengatakan bahwa:
Siswa D ini sudah menunjukan adanya perubahanpada dirinya. Ya..seperti halnya setiapsetelah jajan dia terlihat sudah membuangsampahnya di tempat sampah. Ha...dia sudahnampak bahwa penerapan nilai pedulailingkungan sudah tertanam pada diri siswa Dini. Saya ikut senang kok karena sekaranglingkunagn sekolah sudah terlihat lebihbersih, sejuk dan terasa indah. (WWCR/Gr/III/15 Oktober 2013)
242
O...ya dengan bimbingan, sering ditegur dansaya berikan contoh bahwa membuang sampah itulebih baik di tempat sampah karena kebersihansebagian dari iman kita. Yang saya telatenimas. Karena masih kelas satu harus terusdidampingi karena kita sebagai guru harusmemberikan dasar atau pondasi kepada siswauntuk bisa peduli terhadap lingkungan kitaini. Apalagi di sekolah. (WWCR/Gr/III/ 15Oktober 2013)
Atas dasar hasil pengamatan dan wawancara
tersebut di atas, maka perencanaan pada siklus keempat
tidak diperlukan lagi.
c. Siswa K
Hasil pengamatan pada siklus ketiga ini
terhadap siswa K yang dulu belum terbiasa hidup bersih,
tetapi di siklus ini sudah menunjukan perkembangan
dalam membiasakan diri untuk hidup bersih terutama
siswa K ini sering tidak melaksanakan kegiatan piket
kelasnya karena sering terlambat ke sekolah. Tetapi
berdasarkan observasi peneliti, siswa K ini sudah
terlihat melaksanakan piket kelas secara rutin, dan
dilaksanakannya secara sungguh – sungguh.
243
Terkait hal di atas bagaimana perkembangan
siswa K ini setelah mendapatkan bimbingan dan
pengarahan. Ibu Anggari Rahayuningsuh, S.Pd mengatakan
bahwa:
Karena siswa K ini memang kelas rendah yamas, tetapi dia sudah menunjukankesungguhannya dalam melaksanakan kegiatankebersihan yaitu piket kelas. Dia juga sudahtidak terlambat lagi, meskipun masih seringditunggu orang tuanya di sekolah. Ya...sayacoba untuk memberikan motivasi terus kepadasiswa K ini. Dengan harapan dapat berubahsikapnya dalam penerapan budaya bersih di SDNI Girimarto ini dan penerapan nilai pedulilingkungan di sekolah. (WWCR/Gr/III/ 15Oktober 2013)
Atas dasar hasil pengamatan dan wawancara
tersebut di atas, maka perencanaan pada siklus keempat
tidak diperlukan lagi.
d. Siswa L
Hasil observasi pada siklus ketiga ini
terhadap siswa L yang dulu belum terbiasa hidup bersih
dan peduli lingkungan, tetapi di siklus ini sudah
menunjukan perkembangan yang signifikan dalam
244
membiasakan diri untuk hidup bersih terutama siswa L
ini sering tidak menggosok giginya. Tetapi berdasarkan
observasi peneliti, siswa L ini sudah terlihat
membiasakan dirinya untuk menggosok gigi sehari dua
kali. Terkait hal di atas bagaimana perkembangan siswa
K ini setelah mendapatkan bimbingan dan pengarahan. Ibu
Anggari Rahayuningsuh, S.Pd yang mengatakan bahwa:
Dengan memberikan bimbingan, memberi contohmenggosok gigi yang baik dan memberikankegiatan menggososk gigi setiap hari sabtu,siswa SDN I Girimarto sudah terbiasamenggosok giginya setiap hari. Khususnyasiswa L ini sudah menunjukan perubahan bahwagiginya sudah terlihat bersih, sudahmembiasakan dirinya untuk membersihkannya.(WWCR/Gr/III/ 15 Oktober 2013)
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan
pada siklus ketiga tersebut di atas, maka perencanaan
pada siklus ini lebih memberikan penguatan bahwa
menjaga kesehatan gigi sangat penting bagi diri kita.
Langkah yang ditempuh yaitu lebih intensif dan rutin
dalam membiasakan untuk mengadakan kegiatan gosok gigi
245
setiap hari sabtu. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan
budaya bersih di SD Negeri I Girimarto.
e. Siswa M
Hasil observasi pada siklus ketiga ini
terhadap siswa M yang dulu belum terbiasa hidup bersih
dan peduli lingkungan, tetapi di siklus ini sudah
menunjukan perkembangan yang signifikan dalam
membiasakan diri untuk hidup bersih terutama siswa M
ini Siswa sering tidak memasukan baju seragam sekolah.
Tetapi berdasarkan observasi peneliti, siswa M ini
sudah terlihat membiasakan dirinya untuk lebih rapi
dalam berpakaian dan berseragam sekolah. Terkait hal di
atas bagaimana perkembangan siswa K ini setelah
mendapatkan bimbingan dan pengarahan. Ibu Anggari
Rahayuningsuh, S.Pd mengatakan bahwa:
Ya....siswa M ini sudah mengalami perubahan.Dengan susah payah saya bimbing, arahkankareana siswa ini siswa yang hiperaktif larikesana – kemari. Ha...dari aktifitasnyaitulah dia tidak memperhatikan kerapianbajunya atau seragamnya. Tetapi dia sekarang
246
sudah kelihatan lebih rapi kok mas.(WWCR/Gr/III/ 15 Oktober 2013)
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan pada
siklus ketiga tersebut di atas, maka perencanaan pada
siklus ini lebih memberikan penguatan bahwa siswa M
lebih rapi lagi dalam berpakaian. Langkah yang ditempuh
yaitu lebih intensif dan rutin dalam membiasakan siswa
untuk berpakaian yang bersih dan rapi di sekolah,
dirumah, ataupun di masyarakat. Hal ini ditujukan untuk
meningkatkan budaya bersih di SD Negeri I Girimarto.
3. Refleksi
Siap dan perilaku siswa F, siswa J, siswa K,
siswa L dan siswa M, menunjukan peningkatan dalam
penerapan nilai peduli lingkungan. Hal ini terbukti
dengan adanya peningkatan kebiasaan hidup bersih pada
diri siswa. Dengan bukti tersebut berarti sudah sesuai
dengan konsep peningkatan budaya sekolah melalui
pendidikan karakter yang direncanakan. Sehubungan
247
dengan hal tersebut maka, refleksi pada siklus ketiga
tidak diperlukan lagi.
4. Revisi
Perilaku siswa kategori III ini sudah menunjukan
adanya peningkatan nilai budaya bersih pada diri
mereka, sehingga sudah membudaya pada kegiatan mereka
sehari – hari. Siswa kategori III sudah menunjukan
perbuatan atau contoh perilaku hidup bersih atas dasar
contoh atau tauladan yang diberikan oleh guru dalam
membiasakan hidup bersih pada diri sendiri atau pada
lingkungan sekitarnya. Budaya hidup bersih sudah
mebudaya pada diri siswa sehingga siklus berikutnya
tidak diperlukan lagi.
248
MATRIK HASIL PENINGKATAN BUDAYA SEKOLAH MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDN I GIRIMARTO
Dari hasil penelitian selama berlangsungnya pengamatan maka peneliti mandapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
A. Budaya Disiplin
NO KODESISWA
NILAIPENDIDIKANKARAKTER
HASIL OBSERVASI AWALHASIL PENINGKATAN
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
1 SISWA A
Disiplin Kerja keras Mandiri Semangat kebangsaan
Menghargai prestasi
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas
sedang
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas sedang
Keinginan berpretasi baik
Tanggung jawab baik Pelaksanaan tugas
baik
Keinginan berpretasi sangat baik
Tanggung jawab sangat baik
Pelaksanaan tugas sangat baik
2 SISWA C DemokratisToleransiBersahabat
Keinginan berpretasi kurang
Keinginan berpretasi kurang
Keinginan berpretasi cukup
Keinginan berpretasi Sedang
249
Cinta damai Tanggung jawab kurang Pelaksanaan tugas
kurang
Tanggung jawab kurang
Pelaksanaan tugas kurang
Tanggung jawab cukup
Pelaksanaan tugas cukup
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas sedang
3 SISWA E
Disiplin Kerja keras Mandiri Semangat kebangsaan
Menghargai prestasi
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas
cukup
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup
Pelaksanaan tugas cukup
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas sedang
Keinginan berpretasi baik
Tanggung jawab baik
Pelaksanaan tugas baik
4 SISWA NDemokratisToleransiBersahabatCinta damai
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas
cukup
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup
Pelaksanaan tugas cukup
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas sedang
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas sedang
B. Budaya Etika
250
5 SISWA B
Disiplin Kerja keras Mandiri Semangat kebangsaan
Menghargai prestasi
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas
cukup
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup
Pelaksanaan tugas cukup
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas sedang
Keinginan berpretasi baik
Tanggung jawab baik
Pelaksanaan tugas baik
6 SISWA D
Kreatif Rasa ingin tahuPeduli lingkungan
Peduli sosial
Keinginan berpretasi kurang
Tanggung jawab kurang Pelaksanaan tugas
kurang
Keinginan berpretasi kurang
Tanggung jawab kurang
Pelaksanaan tugas kurang
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup
Pelaksanaan tugas cukup
Keinginan berpretasi baik
Tanggung jawab baik
Pelaksanaan tugas baik
7 SISWA GDemokratisToleransiBersahabatCinta damai
Keinginan berpretasi kurang
Tanggung jawab kurang Pelaksanaan tugas
kurang
Keinginan berpretasi kurang
Tanggung jawab kurang
Pelaksanaan tugas kurang
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup
Pelaksanaan tugas cukup
Keinginan berpretasi baik
Tanggung jawab baik
Pelaksanaan tugas baik
8 SISWA H DemokratisToleransiBersahabatCinta damai
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas
cukup
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup
Pelaksanaan tugas
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas
Keinginan berpretasi sangat baik
Tanggung jawab sangat baik
251
cukup sedang Pelaksanaan tugas
sangat baik
9 SISWA IDemokratisToleransiBersahabatCinta damai
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas
cukup
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup
Pelaksanaan tugas cukup
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas sedang
Keinginan berpretasisangat baik
Tanggung jawab sangat baik
Pelaksanaan tugas sangat baik
10 SISWA O
Kreatif Rasa ingin tahuPeduli lingkungan
Peduli sosial
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas
cukup
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup
Pelaksanaan tugas cukup
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas sedang
Keinginan berpretasi sangat baik
Tanggung jawab sangat baik
Pelaksanaan tugas sangat baik
11 SISWA P
Kreatif Rasa ingin tahuPeduli lingkungan
Peduli sosial
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas
cukup
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup
Pelaksanaan tugas cukup
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas sedang
Keinginan berpretasi baik
Tanggung jawab baik
Pelaksanaan tugas baik
12 SISWA Q Kreatif Keinginan berpretasi Keinginan Keinginan Keinginan
252
Rasa ingin tahuPeduli lingkungan
Peduli sosial
kurang Tanggung jawab kurang Pelaksanaan tugas
kurang
berpretasi kurang Tanggung jawab
kurang Pelaksanaan tugas
kurang
berpretasi cukup Tanggung jawab
cukup Pelaksanaan tugas
cukup
berpretasi baik Tanggung jawab
baik Pelaksanaan tugas
baik
C. Budaya Bersih
13 SISWA F
Kreatif Rasa ingin tahuPeduli lingkungan
Peduli sosial
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas
cukup
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup
Pelaksanaan tugas cukup
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas sedang
Keinginan berpretasi sangat baik
Tanggung jawab sangat baik
Pelaksanaan tugas sangat baik
14 SISWA J Disiplin Kerja keras Mandiri Semangat kebangsaan
Menghargai prestasi
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas
cukup
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup
Pelaksanaan tugas cukup
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas sedang
Keinginan berpretasi sangat baik
Tanggung jawab sangat baik
Pelaksanaan tugas sangat baik
253
15 SISWA KDemokratisToleransiBersahabatCinta damai
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas
cukup
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup
Pelaksanaan tugas cukup
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas sedang
Keinginan berpretasi baik
Tanggung jawab baik
Pelaksanaan tugas baik
16 SISWA LDemokratisToleransiBersahabatCinta damai
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas
cukup
Keinginan berpretasi cukup
Tanggung jawab cukup
Pelaksanaan tugas cukup
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas sedang
Keinginan berpretasi baik
Tanggung jawab baik
Pelaksanaan tugas baik
17 SISWA MDemokratisToleransiBersahabatCinta damai
Keinginan berpretasi kurang
Tanggung jawab kurang Pelaksanaan tugas
kurang
Keinginan berpretasi kurang
Tanggung jawab kurang
Pelaksanaan tugas kurang
Keinginan berpretasi Sedang
Tanggung jawab sedang
Pelaksanaan tugas sedang
Keinginan berpretasi baik
Tanggung jawab baik
Pelaksanaan tugas baik
254
Untuk mempermudah melihat hasil pengamatan
selama penelitian ini disamping peneliti menggunakan
matrik hasil Peningkatan Budaya Sekolah Melalui
Pendidikan Karakter di SDN I Girimarto, maka peneliti
menggunakan juga paparan data dengan menggunakan tabel
dan grafik. Untuk menggunakan tabel dan grafik ini
peneliti menggunakan data angka sebagai berikut :
Pedoman hasil peningkatan budaya sekolah melalui
pendidikan karakter
Skore Kategori54321
Sangat BaikBaik
SedangCukupKurang
TABEL HASIL PENINGKATAN BUDAYA SEKOLAH MELALUI
PENDIDIKAN KARAKTER DI SD NEGERI I GIRIMARTO.
255
1. DISIPLIN ( KATEGORI I )
KODE SISWA SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS IIISISWA ASISWA CSISWA ESISWA N
3222
4333
5445
RATA - RATA 2 3 4+
2. ETIKA ( KATEGORI II )
KODE SISWA SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS IIISISWA BSISWA DSISWA GSISWA HSISWA ISISWA OSISWA PSISWA Q
12122221
23233333
33355444
RATA - RATA 2 3 4+
3. BUDAYA BERSIH ( KATEGORI III )
KODE SISWA SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS IIISISWA FSISWA JSISWA KSISWA LSISWA M
12212
23323
45445
256
RATA - RATA 2 3 4+
GRAFIK RATA – RATA HASIL PENINGKATAN BUDAYA SEKOLAH
MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDN I GIRIMARTO
1. DISIPLIN (KATEGORI I)
2. BUDAYA ETIKA (KATEGORI II)
258
Dalam bab IV telah dipaparkan analisis data
dan temuan hasil mengenai peningkatan budaya sekolah
melalui pendidika karakter di SDN I Girimarto. Adapun
pada bab ini akan dibahas temuan penelitian tersebut
lebih lanjut dalam hal ini, dengan maksud untuk
memperoleh makna atau hakekat yang didasari pernyataan-
pernyataan temuan penelitian. Temuan yang dibahas di
sini adalah menyangkut teori – teori subtansif yang
dituangkan dalam bentuk tema-tema.
Dalam pembahasan inii dilakukan analisis
substansif teoritik dengan mengacu pada teori – teori
atau pendapat para ahli yang telah ada, atau dari
temuan penelitian yang pernah dikemukakan sebelumnya,
maka beberapa tema yang telah ditemukan akan dibahas
berturut – turut pada bagian berikut ini :
A. Diskusi Peningkatan Budaya Sekolah
Hasil pengamatan terhadap budaya sekolah yang
telah dilaksanakan, dibahas, dan diuraikan pada bab
259
sebelumnya. Dari dasar itulah ada beberapa hal yang
perlu mendapat pembahasan lebih lanjut :
1. Studi Awal
Peneliti di lapangan, telah mendapatkan
beberapa informasi penting hasil wawancara terkait
dengan budaya sekolah dan pendidikan karakter yang
diterapkan kepala sekolah, guru terhadap siswa. Untuk
kelompok 1 sesuai dengan hasil observasi siswa Kode A
memiliki keinginan berpretasi sedang, tanggung jawab
cukup dan elaksanaan tugas sedang, Untuk siswa kode C
memiliki keinginan berpretasi cukup, tanggung jawab
cukup dan Pelaksanaan tugas cukup, siswa kode E
memiliki keinginan berpretasi cukup,tanggung jawab
cukup serta pelaksanaan tugas cukup, Kode N memiliki
siswa kode E memiliki keinginan berpretasi
cukup,tanggung jawab cukup serta pelaksanaan tugas
cukup. Pada kelompok I, siswa tersebut di atas
tergolong memiliki kedisiplinan yang masih kurang.
157
260
Untuk itu guru cocok menerapkan nilai disiplin.
Kelompok II Siswa Kode B, Kode D, Kode G, Kode H, Kode
I, Kode O, Kode P dan Kode Q merupakan siswa yang
tergolong memiliki aspek etika atau kesopanan yang
kurang. Sehingga penerapan nilai cinta damai cocok
untuk peningkatannya. Pemberian pengarahan dari guru
tentang nilai cinta damai sesama teman dan motivasi
kepada siswa sangat diperlukan. Kelompok III siswa kode
F, kode J, kode K, kode L, Kode M yaitu siswa yang
tergolong memiliki aspek hidup bersih yang kurang.
Pemberian pengarahan dari guru bimbingan dan konseling
tentang manfaat nilai hidup bersih dan peduli
lingkungan dan motivasi kepada siswa tepat dilakukan.
Hasil penelitian tentang budaya sekolah pada
aspek hidup bersih di SDN I Girimarto telah sesuai
sebagaimana yang dimaksud oleh Hargraves (dalam Widodo,
2005:11) budaya sekolah adalah pengetahuan,
kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, moral, kebiasaan-
261
kebiasaan, rutinitas-rutinitas, ritual-ritual, simbol-
simbol, dan bahasa-bahasa dalam kelompok tertentu.
Sependapat dengan hal tersebut Zamroni (dalam Widodo,
2005:11) mendeskripsikan budaya sekolah dapat
dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai, norma-norma,
sikap, ritual, mitos, dan kebiasaan-kebiasaan yang
dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah.
Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh
beberapa tokoh tersebut dapat dijelaskan bahwa budaya
sekolah adalah keseluruhan dari seluruh aktivitas yang
berlangsung di sekolah. Hal ini mengandung arti bahwa
budaya sekolah merupakan suatu kebiasaan dan aktivitas
yang selama ini dilakukan oleh individu-individu dalam
sekolah. Aktivitas tersebut bisa berupa pengetahun,
interaksi sosial, kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai,
moral, kebiasaan, simbol-simbol, maupun bahasa yang
berlangsung dalam perjalanan panjang sekolah.
262
Dengan demikian berarti bahwa penelitian ini
telah sesuai yang dikemukakan Koesoema A (2007:80)
bahwa Pendidikan karakter dapat kita pahami melalui
struktur antropologis yang ada dalam diri manusia.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil.
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua
komponen harus dilibatkan, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan,
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan
sekolah, pelaksanaan aktifitas atau kegiatan kurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos
kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
263
B. Diskusi Peningkatan Budaya Disiplin
Nilai budaya dan pendidikan karakter bangsa
pada kelompok I siswa A, siswa C, siswa E dan siswa N
yang cocok adalah disiplin, sudah sesuai dengan apa
yang dikemukakan Zuchdi dkk. (2006) bahwa penegakan
disiplin sekolah dapat dimulai dengan melibatkan murid-
murid dalam membuat peraturan sekolah. Kalau perlu
mereka diminta menandatangani kesediaan untuk
melaksanakan peraturan tersebut dan kesediaan
menanggung konsekuensi jika melanggarnya. Dengan
demikian mereka dilatih untuk bertanggung jawab atas
semua tindakan yang mereka lakukan. Selanjutnya
peraturan yang telah disetujui bersama perlu
dilaksanakan secara konsekuen dan adil, berlaku bagi
semua warga sekolah baik murid, guru, kepala sekolah,
maupun pegawai administrasi.
Hal tersebut di atas senada dengan apa yang
dikemukakan Durkheim (dalam lickona 2013 : 148) bahwa
264
nilai disiplin dapat menjadi patokan atau dasar moral
yang memungkinkan berfungsinya masyarakat kecil seperti
kelas. Menurut teori ini, karakter disiplin yang sehat
adalah orang yang mampu melakukan fungsi psikososial
dalam berbagai seting termasuk : (1) kompetensi dalam
bidang akademik, pekerjaan dan relasi sosial; (2)
pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku-perilaku yang
impulsif; (3) kepemimpinan; (4) harga diri yang yang
positif dan identitas diri. Disiplin dapat diukur atau
dapat diobservasi baik secara emosional maupun tampilan
perilaku. Disiplin berfungsi menyeimbangkan antara
indenpensi, tindakan yang percaya diri dan hubungan
positif positif dengan orang lain agar perkembangan dan
mampu menyesuaikan diri secara optimal.
Kedisiplinan yang dilaksankan di SDN I
Girimarto, telah mendukung teori yang dikemukakan
Lickona (2013:148) mengatakan bahwa kedisiplinan
sebagai sarana mengajarakan nilai – nilai seperti sikap
265
hormat dan tanggung jawab. Pendekatan ini berdasar atas
tujuan utama disiplin yakni disiplin diri yaitu bentuk
kontrol diri yang merupakan kepatuhan terhadap
peraturan dan hukum yang adil, salah satu ciri
kematangankarakter yang diharapakan oleh sekolah dan
masyarakat beradab dari warganya. Disiplin tanpa
pendidikan etika atau moral akan sama artinya dengan
sekedar mengontrol perilaku tanpa mengajarkan norma
C. Diskusi Peningkatan Budaya Etika.
Peningkatan budaya sekolah melalui pendidikan
karakter sesuai dengan teknik reinforcement positive menurut
Walker&She (dalam Komalasari, dkk. 2011:161) merupakan
pemberian penguatan yang menyenangkan setelah tingkah
laku yang diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar
tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang,
meningkat, dan menetap di masa yang akan datang.
Penerapan nilai pendidikan budaya dan karakter cinta
266
damai sudah sesuai dengan yang dikemukakan Departemen P
dan K (dalam Hardjoeno, 2002) tentang etika:
1. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan;
2. Kumpulan nilai/azas yang berkenaan dengan akhlak;
3. Ilmu tentang yang baik dan buruk serta kewajiban
moral (akhlak).
Hal tersebut senada dengan pendapat Bertens (dalam
Hardjoeno, 2002) bahwa Etika mencakup sistem nilai
dan norma moral yang menjadi pegangan bagi
seorang/kelompok dalam mengatur tingkah lakunya,
mencakup kumpulan azas atau nilai moral/kode etik
dan Ilmu tentang yang baik dan buruk.
Definisi Etika yang lain Ilmu empiris tentang
moralitas (berdasarkan fakta);
Refleksi kritis, metodis dan sistematis tentang tingkah
laku moral manusia (filsafat praktis), A Theory of Value: a
conduct of life, moral philosophy (Oxford); dan Ilmu tentang
267
kesusilaan dan nilai susila. Nilai susila yaitu
perilaku baik yang banyak berkaitan dengan peraturan
(misalnya, taat pada hukum yang berlaku, tidak KKN,
etika riset, tidak plagiat), taat pada agama,
menghargai pandangan hidup dan menghormati adat
kebiasaan yang baik. Etika berbeda dengan ilmu tentang
perilaku manusia (behavioral sciences). Objek materi
etika adalah manusia, sementara objek formalnya adalah
kesusilaan.
Hal tersebut senada dengan teori yang
dikemukakan Powell (1997) bahwa nilai pendidikan budaya
dan karakter bangsa untuk meningkatkan etika adalah
nilai cinta damai (peace and love) karena mencakup sikap,
perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang, merasa nyaman dan aman atas kehadiran
dirinya.
D. Diskusi Peningkatan Budaya Bersih
268
Nilai budaya dan pendidikan karakter bangsa
pada kelompok III siswa F, siswa J, siswa K, siswa L
dan siswa M yang cocok adalah peduli lingkungan. Hal
itu senada dengan Masjhur (dalam Sujarwa, 1998:1) bahwa
budaya Bersih harus betul-betul ditanamkan kepada para
siswa. Karena jika budaya kebersihan sudah melekat,
sehingga akan tertular pada pikiran dan hati yang
bersih. Teori ini mengatakan bahwa menciptakan budaya
hidup bersih dan lingkungan yang bersih perlu
ditanamkan dalam kehidupan masyarakat karena menyangkut
kesehatan. Selain itu kesehatan lingkungan sangat
berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan kesehatan
lingkungan berhubungan erat dengan taraf sosial ekonomi
manusia, karena kesehatan dan kualitas hidup manusia
bergantung pada kemampuan untuk mengelola dan menyikapi
hubungan timbal balik antara aktivitas manusia dengan
lingkungan fisik dan biologisnya.
269
Hal ini diwujudkan dalam berbagai bentuk upaya
manusia untuk menciptakan kehidupan yang aman dan
nyaman. Sebagai manusia yang selalu berhubungan dengan
lingkungan, sudah harusnya memiliki rasa tanggung jawab
untuk menjaga lingkungan dengan baik. Sehingga akan
terbina hubungan yang saling menguntungkan antara
manusia dan alam lingkungan. Sikap tanggung jawab dalam
hal ini merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatannya. Baik yang disengaja maupun yang
tidak disengaja. Dengan begitu tanggung jawab dapat
diartikan sebagai perwujudan kesadaran dan kewajiban.
Dengan demikian menjaga lingkungan merupakan
tanggung jawab dan kewajiban kita sebagai manusia. Pada
kenyataannya masyarakat tidak dapat lepas dari
lingkungan, ia harus dapat menyesuaikan diri dengan
sifat lingkungan, namun juga dapat mempengaruhi
lingkungan dimana mereka hidup. Dalam hal ini umumnya
manusia lebih dipengruhi oleh keadaan lingkungan dan
270
dalam tingkah lakunya dipengaruhi, serta
dimanisfestasikan oleh keadaan lingkungan. Oleh karena
itu upaya masyarakat dalam mewujudkan kehidupan yang
aman dan nyaman tersebut salah satunya dapat diwujudkan
melalui kepedulian masyarakat terhadap lingkungan yaitu
menjaga dan melestarikan ekosistem yang ada di sekitar
mereka serta sikap sadar terhadap lingkungan.
Kepedulian lingkungan sepaham dengan pendapat
Hirnawan (1998:97) bahwa seorang individu akan
berkesadaran, apabila ia memiliki persepsi atau
informasi yang mendukung. Kesadaran itu meningkat
sejalan dengan makin banyaknya informasi yang diserap
di dalam lingkungan yang terus dibinanya. Makin
berkembang persepsi atau wawasan yang dibina, makin
menghayati, meyakini, dan mengamalkan ”kebersihan
adalah sebagian dari iman”. Sikap kesadaran tersebut
inilah yang perlu dibina secara luas dan
berkesinambungan dalam lingkup nasional secara
271
bertahap, agar dapat dibentuk budaya hidup bersih di
lingkungan, yaitu melalui semacam program terpadu
pemasyarakatan yaitu kesadaran terhadap lingkungan.
Berarti penelitian ini sudah sesuai dengan apa
yang dikemukakan Lickona (2013) bahwa peduli lingkungan
dapat membuat individu terbiasa menjaga kebersihan diri
dan lingkungannya, peduli lingkungan merupakan sikap
dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi, sehingga muncul sikap peduli untuk
melestarikannya.
Dalam kehidupan masyarakat sebagai individu
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya sangat
tergantung serta dipengaruhi oleh kondisi lingkunganya.
Hubungan antara lingkungan dan manusia tidak dapat
dipisahkan satu sama lain karena merupakan suatu
kesatuan ekosistem yang memiliki ketergantungan dan
272
hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini kadang
dapat memberikan pengaruh, serta tanggung jawab bersama
sebagai upaya untuk menjaga hubungan manusia dengan
lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan mulai dengan
menanamkan sikap disiplin lingkungan dan kesadaran
lingkungan.
273
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Peningkatan budaya sekolah melalui pendidikan
karakter masing –masing kategori setiap siklusnya
sebagai berikut.
1. Budaya Disiplin
Mula – mula peningkatan budaya displin siswa pada
siklus I masih belum maksimal sehingga nilai
pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diterapkan
masih perlu dikembangkan lagi disiklus berikutnya.
Pada siklus II nilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa yang diterapkan pada kategori I
adalah disiplin, kerja keras, mandiri semangat
274
kebangsaan dan menghargai prestasi. Siswa diberikan
bimbingan, pengarahan dan memberikan motivasi kepada
siswa untuk percaya diri untuk berprestasi, memiliki
tanggung jawab sebagai siswa dan selalu mematuhi
peraturan atau tata tertib baik di sekolah maupun di
masyarakat. Tetapi masih ada beberapa siswa yang
masih belum melaksanakan budaya disiplin dengan rutin
maka masih diperlukan siklus III.
Pada siklus III siswa sudah mengalami peningkatan
yaitu seperti tugas – tugas yang diberikan sudah
sesuai dengan apa yang diharapkan dan dilaksanakan
dengan tertib. Hal ini sudah sesuai konsep budaya
sekolah yang direncanakan sehubungan dengan hal
tersebut di atas maka perencanaan siklus tidak
diperlukan lagi. Karena siswa sudah membudaya.
2. Budaya Etika
Mula – mula peningkatan budaya etika siswa pada
siklus I masih belum menunjukan adanya perubahan
166
275
tingkah laku sehingga nilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa yang diterapkan masih perlu
dikembangkan lagi disiklus berikutnya.
Pada siklus II nilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa yang diterapkan adalah demokratis,
toleransi, bersahabat dan cinta damai sudah mengalami
adanya peningkatan. Pengembangan pada siklus II
dengan secara terus menerus memberikan pembinaan dan
bimbingan sesuai kadar kemampuan yang dimiliki masing
– masing siswa agar mereka semakin dapat merubah
tingkah laku, perbuatan, perkataan sesuai harapan
sekolah. Siklus ketika masih diperlukan.
Pada siklus III lebih memberikan dukungan serta
pembinaan secara langsung maupun tidak langsung.
Mereka sudah membudaya baik dalam bersikap, bertutur
kata, pergaulan maupun dalam menjalankan tugas yang
dibebankan. Hal ini sudah sesuai konsep budaya
sekolah yang direncanakan sehubungan dengan hal
276
tersebut di atas maka perencanaan siklus tidak
diperlukan lagi.
3. Budaya Bersih
Mula – mula peningkatan budaya bersih, siswa pada
siklus I masih belum menunjukan kebersihan, kerapian
dan kesadaran akan hidup bersih sehingga nilai
pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diterapkan
masih perlu dikembangkan lagi disiklus berikutnya.
Pada siklus II nilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa yang diterapkan adalah kreatif, rasa
ingin tahu, peduli lingkungan dan peduli sosial,
sudah mengalami adanya peningkatan. tindakan pada
siklus II dengan secara terus menerus memberikan
pembinaan dan bimbingan serta contoh tauladan kepada
siswa agar menyadari bahwa membiasakan hidup bersih
277
amatlah berguna. Tetapi masih ada yang belum
menyadarinya maka diperlukan siklus III
Pada siklus III, guru lebih memberikan contoh
tauladan kepada siswa untuk membudayakan hidup
bersih, dukungan serta pembinaan secara langsung
maupun tidak langsung. Pada siklus III mereka sudah
membudayakan hidup bersih pada diri sendiri maupun di
masyarakat. Hal ini sudah sesuai konsep budaya
sekolah yang direncanakan sehubungan dengan hal
tersebut di atas maka perencanaan siklus tidak
diperlukan lagi.
B. Saran
Berkenaan dengan selesainya penelitian tentang
budaya sekolah ini penulis mengajukan saran – saran
yang berkaitan dengan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang
terdiri atas merupakan alternatif yang dapat
278
digunakan oleh sekolah dalam pelaksanaan
pendidikan karakter agar lebih efektif.
2. Didalam peningkatan budaya sekolah melalui
pendidikan karakter diharapkan kepala sekolah
maupun guru mendeskripsikan kemauan, kemampuan dan
motivasi dari siswanya dari hasil pendeskripsianya
dapat ditentukan niali pendidikan karakter yang
paling sesuai untuk masing – masing siswa .
3. Didalam peningkatan budaya sekolah melalui
pendidikan karakter diharapkan kepala sekolah dan
guru dapat memberikan contoh atau tauladan yang
baik dan berkelanjutan supaya siswa dapat
membiasakan apa yang dicontohkan oleh kepala
sekolah maupun guru baik dalam kedisiplinan,
beretika maupun membiasakan hidup bersih.
4. Keterlibatan dan pemberdayaan para guru dalam
usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
sangat penting untuk mendapatkan perhatian khusus
279
dari kepala sekolah guna untuk lebih
mengoptimalkan peran dan fungsi kepala sekolah
dalam usaha mencapai tujuan pendidikan.
5. Bagi sekolah yang telah melaksanakan konsep
pendidikan karakter iini, dirasa perlu adanya
peragaan sosialisasi tentang pentingnya
keterlibatan orang tua siswa didalam mendukung
pelaku pendidikan karakter di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.
Danim, Sudarwan.. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung;Pustaka Setia.
Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang StandarKompetensi Lulusan. Jakarta.
Kemendiknas No 11 Tahun 2011 tentang Standar Kompetensi
Lulusan. Jakarta.
280
Komalasari. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks
Koesoema, D. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: Grasindo
Faisal, Sanapiah. 1999. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: UsahaNasional
Hardjoeno. 2002. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Etika.Makassar. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin
Lickona, Thomas. 1991. Educating For Character: How Our SchoolCan Teach Respect And Respontbility. New York: Bantam Books.
Lickona, Thomas. 2008. Educating For Character. New York:Bantam Book.
Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter Panduan LengkapMendidik Siswa Menjadi Pintar Dan Baik. Bandung: NusaMedia.
Maslowski,R. 2001. School Culture and school Performance.Diambil pada 2 Mei 2013, dariwww.tup.utwente.nl/cataloge/educational/school-culture.
Mudjiarto. 2001. Sekolah unggul. Jakarta. Duta GrahaPustaka
Muslich, Masnur.2010. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan
Krisis Multidimensional. Jakarta : Bumi Aksara.
281
Nugroho. 2004. Kelemahan Indeks Pembangunan Manusia.diakses pada tanggal 7 Mei 2013, pukul.21.35 WIBdari www.suaramerdeka.com
Nuryana, Ina. 2010. Studi Kasus Pendidikan Nilai di Sekolah DasarIslam Terpadu Al-Amanah Kecamatan Lembang Kabupaten BandungBarat. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun2010 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan.Jakarta. Pemerintah RI
Republik Indonesia. 2010. Undang – Undang No. 17 Tahun 2010tentang Sistem Pendidikan nasional. Jakarta:Pemerintah RI.
Pidarta, Made. 2012. Analisis Data Penelitian – Penelitian kualitatifdan artikel Konsep dan Contoh. Surabaya: Unesa UniversityPress.
Syafarudin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan.Jakarta. Gramedia Widia Sarana.
Sagala, Syaiful.2010. Supervisi Pembelajaran Dalam ProfesiPendidikan. Bandung: Alfabeta.
Setyowati, Sri. 2011. Pendidikan Di Negeri MultikulturSebuah Pemikiran Pendidikan Berkarakter Bangsa.Jurnal Manajemen Pendidikan. Vol 1 No. 2 Maret 2011.ISSN. 2087 – 1805.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif R & D. Bandung :
Alfabet.
170
282
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung :
Alfabeta.
Supriadi. 2008. Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan. Tesis.Surabaya Program Pasca Sarjana Unesa.
Supriyanto, Jhon. Harsiwi TH.M dan prakosa Hadi. 2003.Perilaku Organisasional. Yogyakarta. STIE
Suyadi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan PenelitianTindakan Sekolah (PTS). Yogyakarta: Andi Offset.
Triguno. 2004. Budaya Kerja, (Menciptakan Lingkungan YangKondusive Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja). Jakarta:PT.Golden Trayon Press.
Widodo, Sigit. 2005. Budaya Organisasi Sekolah Efektif,Tesis. Surabaya: PPS Unesa.
Zamroni. 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial.Yogyakarta: Tiara Wacana
Zuchdi Damiyati, 2008. Humanisasi Pendidikan.Jakarta:BumiAksara.
Zuchdi Damiyati. 2013. Model Pendidikan karater. Yogyakarta:Multi Presindo
Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalamPerspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.
285
Lampiran I.a
Instrumen Wawancara Kepala Sekolah
1. Selama menjadi Kepala Sekolah, apakah SDN I
Girimarto Kabupaten Wonogiri sudah melaksanakan
budaya sekolah?
2. Bagaimana pelaksanaan budaya sekolah di SDN I
Girimarto Kabupaten Wonogiri?
3. Jenis Pelanggaran apa saja yang sering dilakukan
siswa dalam pelaksanaan budaya sekolah di SDN I
Girimarto?
4. Bagaimana cara meningkatkan pelaksanaan budaya
sekolah tersebut?
5. Menurut pengamatan bapak, apakah guru berpartisipasi
dalam kegiatan budaya sekolah?
6. Ada berbagai nilai pendidikan karakter bangsa dalam
memperbaiki budaya sekolah di SDN I Girimarto, nilai
286
apa saja yang tepat untuk meningkatkan kedisiplinan,
etika dan kebiasaan hidup bersih?
7. Apakah ada kendala dalam pelaksanaan budaya sekolah
dengan nilai pendidikan karakter?
8. Upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi
kendala-kendala dalam melaksanakan peningkatan
budaya sekolah melalui pendidikan karakter di SDN I
Girimarto. Dalam menghadapi kendala-kendala yang
dihadapi dalam melaksanakan peningkatan budaya
sekolah melalui pendidikan karakter di SDN I
Girimarto apa yang akan dilakukan untuk
mengatasinya?
Lampiran I.b
Instrumen Wawancara Guru
1. Nilai yang diajarkan dalam peningkatan budaya
sekolah melalui pendidikan karakter di SDN I
Girimarto Kabupaten Wonogiri
287
a. Apakah Visi Bpk/Ibu sebagai Kepala Sekolah di
SDN I Girimarto?
b. Bagaimana cara Bpk/Ibu guru mendidik peserta
didik agar bersikap dan berperilaku sesuai
dengan visi / tujuan sekolah ini?
c. Dalam mengajarkan adab tersebut nilai-nilai apa
saja yang bapak ajarkan supaya tujuan sekolah
dalam membina sikap dan perilaku peserta didik
yang baik dapat tercapai?
d. Mengapa bapak menganggap bahwa nilai yang bapak
sebutkan tadi adalah sesuatu yang penting untuk
diajarkan?
2. Budaya yang dikembangkan di SDN I Girimarto
a. Apakah yang bapak/Ibu guru terapkan kepada para
peserta didik dalam membentuk suatu kebiasaan
sikap dan perilaku?
b. Apabila kebiasaan disiplin, etika dan bersih
tersebut telah terbentuk dalam diri peserta
288
didik, langkah-langkah apa saja yang dilakukan
untuk mempertahankan kebiasaan baik peserta
didik tersebut supaya menjadi budaya sekolah?
c. Apakah budaya displin, etika dan bersih sudah
diterapkan di SDN I Girimarto?Contohnya apa?
d. Apa yang Bapak/Ibu lakukan apabila ada siswa
yang berlaku kurang disiplin?
e. Apa yang Bapak/Ibu lakukan apabila ada siswa
yang berlaku kurang sopan?
f. Apa yang Bapak/Ibu lakukan apabila ada siswa
yang berlaku kurang menjaga kebersihan?
3. Strategi dalam meningkatakan budaya sekolah melalui
pendidikan karakter
a. Nilai pendidikan karakter apa saja yang
diterapkan kepada siswa terkait dengan
pelanggaran disiplin, etika dan hidup bersih?
289
b. Dengan cara bagaimana penerapan pendidikan
karakter dalam meningkatkan kegiatan budaya
sekolah?
c. Apakah hanya dengan pemberian bimbingan dan
pengarahan saja yang diberikan guru kepada
siswa?
Lampiran I.c
Instrumen Wawancara Siswa
1. Apakah kamu merasa senang bersekolah di SDN I
Girimarto?
2. Jika senang/tidak senang apa alasannya?
290
3. Menurut kamu apakah keistimewaan sekolahmu
dibandingkan dengan sekolah lain yang ada di
sekitarmu?
4. menurut kamu, apakah di sekolahmu hanya diajarkan
ilmu pengetahuan saja ataukah diajarkan pula cara
bersikap, disiplin, hidup bersih ataupun
berperilaku baik?
5. Jika diajarkan, bagaimana cara guru mengajarkan
hal tersebut pada kalian?
6. Setelah guru mengajarkan nilai-nilai tersebut,
apakah kamu melaksanakan apa yang diajarkan dalam
kehidupan sehari-hari?
7. Apakah ada siswa yang berperilaku kurang disiplin?
contohnya?
8. Apakah ada siswa yang berperilaku kurang sopan?
contohnya?
9. Apakah ada siswa yang berperilaku kurang menjaga
kebersihan? contohnya?
291
10. Apakah bapak/ibu guru senantiasa memberikan
pengarahan atau bimbingan serta tugas kepada
siswanya dalam hal kedisiplianan, kesopanan dan
kebersihan?
11. Bagaimana sikap anda dalam hal menyelesaikan
tugas – tugas yang diberikan oleh guru?
Lampiran 2
PEDOMAN OBSERVASIBUDAYA SEKOLAH
No Aspek – aspek yang diobservasi Hasil Observasi1. Budaya Disiplin
a. Apa saja jenis pelanggarandisiplin yang sering dilakukan siswa?
b. Apakah bimbingan dan pengarahan yang diberikan guru, dapat diterapkan siswa?
0 Ya0 Tidak
c. Apakah pemberian tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa sudah efektif?
0 Ya0 Tidak
d. Bagaimana motivasi siswa? Keinginan siswa berpretasi Tanggung jawab siswa Pelaksanaan tugas
0 Tinggi0 Sedang0 rendah
2 Budaya Etika
292
a. Apa saja jenis pelanggarannilai etika yang sering dilakukan siswa?
b. Apakah bimbingan dan pengarahan yang diberikan guru, dapat diterapkan siswa?
0 Ya0 Tidak
c. Apakah pemberian tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa sudah efektif?
0 Ya0 Tidak
d. Bagaimana motivasi siswa? Keinginan siswa berpretasi Tanggung jawab siswa Pelaksanaan tugas
0 Tinggi0 Sedang0 rendah
3 Budaya Etikaa. Apa saja jenis pelanggaranterkait dengan kebersihan yang sering dilakukan siswa?
b. Apakah bimbingan dan pengarahan yang diberikan guru, dapat diterapkan siswa?
0 Ya0 Tidak
c. Apakah pemberian tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa sudah efektif?
0 Ya0 Tidak
d. Bagaimana motivasi siswa? Keinginan siswa berpretasi Tanggung jawab siswa Pelaksanaan tugas
0 Tinggi0 Sedang0 rendah
Lampiran 3Jadwal Kegiatan Penelitian
No Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan
293
1Senin-Kamis,
5 - 8 Agustus 2013Observasi SD Negeri I
Girimarto
2 Jumat, 16 Agustus 2013 Wawancara Responden Kepala
Sekolah
3 Sabtu, 17 Agustus 2013 Wawancara Responden Guru
4 Senin, 19 Agustus 2013 Siklus I Siswa A, C, E dan N
5 Kamis, 22 Agustus 2013 Siklus I Siswa B, D, G dan H
6 Jumat, 23 Agustus 2013 Siklus I Siswa I, O, P dan Q
7 Senin, 26 Agustus 2013 Siklus I Guru Kelas 1
8 Jumat, 30 Agustus 2013 Siklus II Siswa A dan C
9 Senin, 2 September2013 Siklus II Siswa E dan N
10 Kamis, 5 September2013 Siklus II Siswa B, D, G, H,
I, O, P dan Q
11 Senin, 9 September2013 Siklus II Guru Kelas 1
12 Rabu, 9 Oktober Siklus Siswa A, C, E dan N
294
2013 III
13 Sabtu, 12 Oktober 2013
Siklus III
Siswa B, D, G, H, I, O, P dan Q
14 Selasa, 15 Oktober2013
Siklus III Guru Kelas I
15 Senin, 21 Oktober 2013
Wawancara/ Diskusi
Guru kelas I, SiswaA, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P dan Q
PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN GIRIMARTO
SEKOLAH DASAR NEGERI I GIRIMARTO Alamat: Jl. Sinuwun 28 Tambakmerang Girimarto
57683
TATA KRAMA DAN TATA TERTIBKEHIDUPAN SOSIAL DI SEKOLAH BAGI SISWAKEBERSIHAN, KEDISIPLINAN DAN KETERTIBAN
1. Setiap kelas dibentuk regu piketyang secara
bergiliran bertugas menjaga kebersihan dan ketertiban
kelas.
2. Setiap regu piket yang bertugas hendaknya
menyiapkan dan memelihara perlengkapan kelas yang
terdiri dari :
295
a. Penghapus papan tulis, penggaris dan kapur
tulis.
b. Taplak meja dan vas bunga.
c. Sapu ijukdan tempat sampah.
d. Lap tangan, a;lat pel, dan ember (tempat cuci
tangan).
3. Regu piket kelas mempunyai tugas:
a. Membersihkan lantai dan dinding serta merapikan
bangku, meja sebelum pelajaran dimulai.
b. Mempersiapkan sarana dan prasarana pembelajaran,
misalnya: mengambil kapur tulis, membersihkan papan
tulis dll.
c. Melengkapi dan merapikan hiasan didnding kelas,
seperti aransi kelas, bagan struktur organisasi
kelas, jadwal piket, papan absensi dll.
d. Melengkapi meja guru dengan taplak meja da vas
bunga.
e. Melaporkan kepada guru piket tentang tindakan
pelangaran di kelas yang
menyangkut kebersihan dan ketertiban. Misalnya:
corat-coret, berbuat gaduh, atau merusak benda-
benda yang berada di dalam kelas.
296
4. Setiap siswa membiasakan menjaga kebersihan kamar
kecil/WC, halaman sekolah, kebun sekolah, dan
lingkungan sekolah.
5. Setiap siswa membiasakan membuang sampah di tempat
yang telah ditentukan.
6. Setiap siswa membiasakan budaya antri dalam
mengikuti kegiatan sekolah dan di luar sekolah yang
berlangsung bersama-sama.
7. Setiap siswa menjaga suasana ketenangan belajar
baik di kelas, perpustakaan maupun tempat lain di
lingkungan sekolah.
8. Setiap siswa mentaati jadwal kegiatan sekolah,
seperti penggunaan dan pinjaman buku perpustakaaan,
dan sarana dan sumber belajar lainnya.
9. Setiap siswa menyelesaikan tugas yang diberikan
sekolah sesuai ketentuan yang
ditetapkan.
Kepala Sekolah
297
SUTRISNO, S.Pd, M.Pd NIP.19610507 198012 1005
PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN
KECAMATAN GIRIMARTO SEKOLAH DASAR NEGERI I GIRIMARTO
Alamat: Jl. Sinuwun 28 Tambakmerang Girimarto57683
TATA KRAMA DAN TATA TERTIB
KEHIDUPAN SOSIAL DI SEKOLAH BAGI SISWA
KEBERSIHAN, KEDISIPLINAN DAN KETERTIBAN
298
MASUK DAN PULANG SEKOLAH
1. Siswa wajib hadir di sekolah seb elum bel tanda
masuk berbunyi.
2. Siswa yang terlambat datang kurang dari 15
menit, harus lapor kepada guru piket dan diijinkan
masuk kelas.
3. Siswa yang terlambat datang lebih dari 15 menit,
harus lapor kepada guru piket dan tidak
diperkenankan masuk kelas pada jam pertama.
4. Selama pelajaran berlangsung dan pada pergantian
jam pelajaran siswa dilarang berada diluar kelas.
5. Pada waktu istirahat siswa dilarang berada di
dalam kelas.
6. Pada waktu pulang sekolah siswa
diwajibkan langsung pulang ke rumah, kecuali yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
7. Pada waktu pulang sekolah siswa dilarang
duduk-duduk di tepi jalan atau di tempat-tempat
tertentu.
Kepala Sekolah
299
SUTRISNO, S.Pd, M.Pd NIP. 19610507 198012 1005
PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN
KECAMATAN GIRIMARTO SEKOLAH DASAR NEGERI I GIRIMARTO
Alamat: Jl. Sinuwun 28 Tambakmerang Girimarto 57683
TATA KRAMA DAN TATA TERTIBKEHIDUPAN SOSIAL DI SEKOLAH BAGI SISWAKEBERSIHAN, KEDISIPLINAN DAN KETERTIBAN
UPACARA BENDERA DAN PERINGATAN HARI BESAR
1. Upacara bendera (setiap hari Senin)
Setiap siswa wajib mengikuti upacara bendera
dengan pakaian seragam yang telah ditentukan oleh
sekolah
2. Peringatan hari-hari besar
Setiap siswa wajib mengikuti upacara peringatan
hari-hari besar nasional seperti Hari Kemedekaan,
Hardiknas, dll. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
KEGIATAN KEAGAMAAN
1. Bagi siswa muslim wajib dapat membaca Al Qur’an
dengan baik dan benar
300
2. Setiap siswa muslim wajib mengikuti pengajian
yang di adakan di sekolah termasuk pesantren kilat
(Ramadhan).
3. Bagi siswa non-muslim kegiatan keagamaan
diatur oleh sekolah dengan kesepakatan orang tua.
Kepala Sekolah
SUTRISNO, S.Pd, M.Pd NIP. 19610507 198012 1005
PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN
KECAMATAN GIRIMARTO SEKOLAH DASAR NEGERI I GIRIMARTO
Alamat: Jl. Sinuwun 28 Tambakmerang Girimarto 57683
TATA KRAMA DAN TATA TERTIBKEHIDUPAN SOSIAL DI SEKOLAH BAGI SISWA
LARANGAN-LARANGAN
Dalam kegiatan sehari-hari di sekolah,
setiap siswa dilarang melakukan hal-hal sebagai
berikut :
301
1. Merokok, miras, mengedarkan dan mengkomsumsi
narkorba, obat psikotropika, dan obat terlarang
lainnya.
2. Berkelahi baik perorangan maupun kelompok, di
dalam seklah maupun di luar sekolah.
3. Membuang sampah tidak pada tempatnya.
4. Mencorat-coret membuat kotor dinding bangunan,
pagar sekolah, dan peralatan sekolah.
5. Berbicara kotor, mengumpat, menghina atau
menyapa antar sesama dengan panggilan yang tidak
senonoh.
6. Membawa barang yang tidak ada hubungannya
dengan kepentingan sekolah, seperti : senjata tajam
atau alat-alat lainnya yang membahayakan keselamatan
orang lain.
7. Membawa, mwmbaca atau mengedarkan bacaan,
gambar, sketsa, audio atau video pornogrfi.
8. Membawa kartu atau bermain judi di lingkungan
sekolah atau di luar sekolah.
Kepala Sekolah
302
SUTRISNO, S.Pd, M.Pd NIP. 19610507 198012 1005
PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN
KECAMATAN GIRIMARTO SEKOLAH DASAR NEGERI I GIRIMARTO
Alamat: Jl. Sinuwun 28 Tambakmerang Girimarto 57683
DENAH SD NEGERI I GIRIMARTO
RUMAH
DINAS
KELAS
I
KELAS
II
KELAS IV
KT
KS
KELAS
III
UKS
RUMAH
DINAS
KM
DAPUR
WC
MUSHOLA
KELAS
V
KELAS
VI
PARKIR
WC
U
304
PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRIDINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR NEGERI I GIRIMARTOAlamat: Jl. Sinuwun No.28 Tambak Merang Girimarto 57683 Telp. 0273
5316217Email: [email protected] Website: www.sdn1girimarto.com
No : 853/ 39/ 2013 Girimarto, 05 Agustus 2013Hal : Keterangan Perijinan Lampiran : -
305
Menanggapi surat Pembantu Direktur I ProgramPascasarjana Universitas Negeri Surabaya No.2776/UN38.8.1/LT/2013 tanggal 17 Juli 2013 tentang ijinpenelitian, kami selaku kepala sekolah mengijinkanpenelitian di SD Negeri 1 Girimarto kepada:
Nama : Dody Nurahmad BasukiNIM : 127845009Status : Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan
Universitas Negeri SurabayaAlamat : Sanan, girimarto, WonogiriJudul Penelitian : Peningkatan Budaya
Sekolah Melalui Pendidikan Karakter Di SD Negeri I GirimartoKabupaten Wonogiri
Demikian surat keterangan ini kami buat, untukdipergunakan sebagaimana mestinya.
Kepala Sekolah
SUTRISNO, S.Pd, M.Pd
NIP. 19610507 198012 1005
PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI
306
DINAS PENDIDIKANSEKOLAH DASAR NEGERI I GIRIMARTO
Alamat: Jl. Sinuwun No.28 Tambak Merang Girimarto 57683 Telp. 0273 5316217Email: [email protected] Website: www.sdn1girimarto.com
No : 853/ 56/ 2013 Girimarto, 1 Nopember 2013Hal : Keterangan PenelitianLampiran : -
Yang bertanda tangan di bawah ini kepala sekolah SDNegeri I Girimarto, menerangkan bahwa
Nama : DODY NURAHMAD BASUKINIM : 127845009Status : Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan
Universitas Negeri SurabayaAlamat : Sanan, Girimarto, Wonogiri
benar-benar telah mengadakan penelitian di SD Negeri 3Slogohimo sejak tanggal 05 Agustus – 31 Oktober 2013,untuk keperluan penyusunan tesis dengan judul:
Peningkatan Budaya Sekolah MelaluiPendidikan Karakter Di SD Negeri I Girimarto
Kabupaten Wonogiri
Demikian surat keterangan ini kami buat, untukdipergunakan sebagaimana mestinya.