tesis revisi

309
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha bersama secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Budimansyah:2013:4). Proses pembelajaran di sekolah diwarnai oleh penggunaan kurikulum sarat beban yang dapat memberatkan subyek didik, tetapi kurang memberikan efek nyata dalam fasilitasi pengembangan potensi subyek didik. Dipihak guru kurikulum semacam ini ditambah tugas – tugas administrasi yang menyertainya dan menyita waktu banyak sehingga penyiapan diri secara akademik kurang memperoleh perhatian( Zucdi, 2013:1).

Upload: independent

Post on 20-Jan-2023

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha bersama secara

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi diri, kecerdasan, akhlak mulia,

serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara (Budimansyah:2013:4). Proses

pembelajaran di sekolah diwarnai oleh penggunaan

kurikulum sarat beban yang dapat memberatkan subyek

didik, tetapi kurang memberikan efek nyata dalam

fasilitasi pengembangan potensi subyek didik. Dipihak

guru kurikulum semacam ini ditambah tugas – tugas

administrasi yang menyertainya dan menyita waktu banyak

sehingga penyiapan diri secara akademik kurang

memperoleh perhatian( Zucdi, 2013:1).

2

Sistem pendidikan belum menghasilkan kualitas

masyarakat yang cerdas dan berakhlak mulia. Dalam hal

ini diperlukan sistem pendidikan dengan proses

pembelajaran yang efektif, yang implementasi

langsungnya masih harus dilihat melalui desain

pembelajaran dalam bentuk strategi yang tepat, dan

iklim sekolah yang kondusif. seperti yang dikemukakan

Zucdi (2013:2) dalam tulisanya sebagai berikut:

Sistem pendidikan yang sesuai dengan untukmenghasilkan kualitas masyarakat yang cerdas danberakhlak mulia (berkarakter baik) adalah yangbersifat humanis yang memposisikan subyek didiksebagai pribadi dan anggota masyarakat yang perludibantu untuk didorong agar memiliki kebiasaanefektif, perpaduan antara pengetahuan, ketrampilan,dan keinginan.

Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang

menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional

1

3

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010

tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan pada

Pasal 17 Ayat 3 menyebutkan bahwa pendidikan dasar

bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang (1) beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (3) berakhlak

mulia, dan berkepribadian luhur; (2) berilmu, cakap,

kritis, kreatif, dan inovatif; (4) sehat, mandiri, dan

percaya diri; (5) toleran, peka sosial, demokratis, dan

bertanggungjawab. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa

tujuan pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah

Dasar sangat berkaitan dengan pembentukan karakter

peserta didik.

4

Dalam penyelenggaraan pendidikan tidak boleh

terlepas dari prinsip – prinsip penyelenggaraan

pendidikan itu sendiri. Untuk melaksanakan prinsip-

prinsip penyelenggaraan pendidikan salah satunya

dibutuhkan tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi

dan kompetensi tertentu dalam pendidikan. (Kualifikasi

yang dimaksud adalah kualifikasi akademik yakni ijazah

jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh

seorang guru atau dosen sesuai dengan jenis dan jenjang

pendidikan formal di tempat ditugaskan. Sedangkan

kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dan

dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas

profesionalnya. Kualifikasi akademik guru diperoleh

melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau

program diploma empat (D4). Standar kompetensi harus

dimiliki oleh guru sebagai agen pembelajaran.(Ahmadi,

2007:2)

5

Standar kompetensi harus dimiliki oleh guru

sebagai agen pembelajaran yang pertama kompetensi

pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan

kependidikan peserta didik yang meliputi pemahaman

wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap

peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus,

perancangan pembelajaran, pelaksaan pembelajaran yang

mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimiliki. (Nugroho, 2004:1)

Kedua kompetensi kepribadian yaitu merupakan

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif

dan bijaksana, berwibawa, berakhlaq mulia, menjadi

teladan bagi peserta didik dan masyarakat mengevaluasi

kinerja sendiri, dan mengembangkan din secara

berkelanjutan.

Ketiga kompetensi sosial yaitu merupakan

kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk

6

berkomunikasi lisan dan tulisan. Menggunakan teknologi

komunikasi dan informasi secara fungsional bergaul

secara efektif dengan peserta didik, dan bergaul secara

santun dengan masyarakat sekitar.

Keempat kompetensi profesional yang merupakan

kemampuana penguasaan materi pembelajaran secara luas

dan mendalam yang meliputi konsep, struktur, dan metode

keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan

materi ajar, materi ajar yang ada dalam kurikulum

sekolah, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait,

penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan

sehari-hari dan kompetisi secara profesional dalam

konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan

budaya nasional. Jika seorang guru telah memiliki

standar kualifikasi dan kompetensi seperti tercantun

diatas, maka bisa dikatakan bahwa guru tersebut

profesional. (Nugroho, 2004:2)

7

Prinsip profesionalitas yang dikehendaki

dalam Undang-undang Guru dan Dosen Bab III pasal 5

adalah memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan

idealisme, memiliki kualifikasi pendidikan dan latar

belakang pendidikan sesuia dengan bidang tugas,

memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi,

bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas

keprofesionalan, memperoleh penghasilan yang ditentukan

sesuai dengan prestasi kerja, memiliki kesempatan untuk

mengembangkan profesi secara berkelanjutan, memiliki

jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan dan memiliki organisasi profesi yang

mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan

dengan keprofesian.

Sekolah sebagai institusi (lembaga)

pendidikan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

Sekolah bukan hanya tempat berkumpul guru dan murid,

8

melainkan hams diciptakan sebuah sistem yang kooperatif

dan produktif Oleh karena itu sekolah dipandang sebagai

suatu organisasi. Karena dipandang sebagai organisasi,

maka sekolah adalah sebuah unit sosial.

Unit sosial merupakan komunitas sekolah yang

terdiri dari kepala sekolah, guru, staf tata usaha,

laboran, teknisi sumber belajar, pustakawan, penjaga

sekolah, siswa, anggota Komite Sekolah, dan lain-lain.

Anggota unit sosial ini meskipun melakukan tugas pokok

dan fungsi yang berbeda, tetapi mereka bersinergis

untuk menempatkan proses pendidikan dan pembelajaran

sebagai inti dari semua perilaku. Hal tersebut di atas

merupakan implementasi dari budaya sekolah yang mulai

pudar dari diri kepala sekolah, pendidik atau guru,

serta peserta didik.(Nugroho, 2004:3)

Budaya sekolah dapat dikatakan sebagai

kualitas kehidupan sekolah yang tumbuh berkembang

berdasarkan spirirt dan nilai-nilai yang dimiliki serta

9

prilaku yang dianut warga sekolah Budaya sekolah

tercermin dalam hubungan antar warga sekolah baik pada

saat bekerja, kegiatan belajar-mengajar, maupun pada

saat bekomunikasi satu sama lain (Triguno, 2004:1).

Lebih lanjut Triguno mengemukakan bahwa

setiap kegiatan atau aktivitas yang dilaksanankan di

sekolah tidak dapat dipisahkan dari budaya yang berlaku

di sekolah tersebut misalnya penegakan disiplin, tata

tertib, peraturan-peraturan, kegiatan belajar-mengajar,

serta berbagai aktivitas sekolah lainnya. Penegakan

disiplin dan tata tertib akan sulit dilaksanakan

apabila warga sekolah tidak terbiasa dengan aturan-

aturan yang mendukung peningkatan mutu sekolah. Hal

yang sama juga berlaku pada kegiatan belajar-mengajar

tidak dapat dilaksanakan denganbaik, apabila para guru

tidak terbiasa hadir tepat waktu di sekolah.

Budaya sekolah mencakup unsur artifak yakni

berupa hal-hal yang dapat dimati secara langsung

10

seperti tata ruang, kebiasaan atau rutinitas,

peraturan-peraturan, upacara-upacara, simbol, logo,

gambar-gambar, sopan-santun, cara berpakaian dari warga

sekolah. Unsur lain dan budaya sekolah mencakup

keyakinan, nilai, dan asumsi saling berkaitan dan

saling mendukung. Unsur budaya berupa asumsi, nilai,

dan keyakinan yang sifatnya abstrak termanifestasi

dalam bentuk aturan-aturan dan disiplin. Untuk itu

budaya sekolah seperti yang diuraikuan di atas menarik

untuk diteliti.

Era desentralisasi menuntut adanya perubahan

budaya sekolah yang diarahkan pada pencapaian mutu

(kualitas). Terdorong oleh adanya tuntutan perubahan

budaya sekolah menuju pada peningkatan kualitas

pendidikan maka pemberdayaan sekolah melalui pendidikan

karakter sangatlah relevan.

Pemerintah dan rakyat Indonesia, dewasa ini

tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan

11

karakter di institusi pendidikan mulai dari tingkat

dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah Menegah

(SMP/SMA) hingga perguruan tinggi. Melalui pendidikan

yang karakter yang diimplementasikan dalam institusi

pendidikan, diharapkan krisis degradasi karakter atau

moralitas anak bangsa ini bisa segera teratasi. untuk

mengatasi fenomena tersebut, tidak lepas dari sistem

pendidikan yang mengaplikasikan karakter. Seperti yang

dikemukakan Setyowati (2011:101) sebagai berikut.

Salah satu misi pendidikan nasional adalahmengembangkan potensi anak bangsa sejak usiadini. Misi ini memberikan pandangan bahwapendidikan harus mampu membentuk manusia seutuhnyasebagai manusia yang berkarakteristik personal danmampu memahami dinamika psikososial dan lingkungankulturnya.

Sistem Pendidikan yang mampu mengembangkan

pribadi yang memiliki karakter terpuji, yang secara

personal dan sosial siap memasuki dunianya seharusnya

menjadi tujuan utama setiap institusi pendidikan di

Indonesia. Meski hal ini merupakan pekerjaan yang tidak

12

ringan, harus diupayakan secara terus menerus. Praktik

pendidikan yang meletakan tujuan tersebut sebagai

prioritas utama yang sangat urgen untuk segera dicapai

akan berhenti pada posisi tawar yang sangat rendah bagi

sumber daya insani yang dihasilkan (Zucdi, 2013:1).

Anak – anak akan tumbuh menjadi pribadi yang

berkarakter baik apabila hidup dalam lingkungan sosial

yang berkarakter dan memrlukan kesadaran dari seluruh

pihak yang mempengaruhi kehidupan anak (keluarga,

sekolah, dan seluruh komponen masyarakat lembaga

keagamaan, perkumpulan olahraga da sebagainya). hal

tersebut mempengaruhi dalam proses pendidikan yang akan

dihadapi siswa dalam mejalani hidupnya (Zucdi, 2013:2).

Uniknya keadaan SDN I Girimarto kabupaten

Wonogiri, letaknya berada di tengah – tengah kota

tetapi budaya sekolah yang ada justru lebih rendah

dibandingkan sekolah yang ada di pedesaan. Karena

13

budaya sekolah yang sudah terkontaminasi dengan

lingkungan perkotaan.

Kondisi di SDN I Girimarto dilihat dari tiga

aspek yaitu suasana sekolah, perilaku murid dan

kepemimpinan kepala sekolah. Dalam aspek suasana

sekolah, terlihat belum terciptanya kerjasama yang baik

antara sekolah dengan warga sekolah, belum adanya

kepedulian pihak sekolah terhadap warga sekolah, guru –

guru belum membiasakan berdoa sebelum dan sesudah

melakukan sesuatu pekerjaan, tanggung jawab guru yang

belum maksimal dalam menjalankan tugasnya. Dari aspek

perilaku murid terlihat masih banyak siswa yang kurang

disiplin, perilaku siswa yang kurang jujur dalam

mengakui kesalahannya, rasa persaudaraan antar siswa

masih terlihat kurang seperti bertengkar dengan teman

yang lainnya dan banyak siswa yang masih kurang

menghormati teman seagama maupun berbeda agama.

14

Beberapa hal di atas sangat menarik dan menantang untuk

diteliti.

Dilihat dari aspek kepemimpinan kepala

sekolah terlihat keteladanan kepala sekolah masih belum

maksimal, perhatian yang kurang terhadap masalah moral

dan masih kurangnya komunikasi dengan masyarakat,

tindakan demokratis yang kurang misalnya kurang

memperhatikan aspirasi dari guru atau staf yang lain.

Data-data di atas diperoleh peneliti dari pengalaman

peneliti sebagai guru di SDN I Girimarto. Peneliti juga

pernah mengajar di SD yang letaknya di pedesaan,

sehingga memahami karakteristik, potensi dan budaya

sekolah SDN I Girimarto dengan SD yang berada di

pedesaan sekitar kecamatan Girimarto.

Unsur urgensi pendidikan karakter sangat

dibutuhkan, karena dewasa ini banyak pihak menuntut

peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan

pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal.

15

Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang

berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam

masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai

kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota

besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada

taraf yang sangat meresahkan.

Untuk itu pendidikan karakter diperlukan untuk

meningkatkan budaya sekolah yang meliputi budaya

disiplin, budaya etika dan budaya bersih di SD Negeri I

Girimarto. Dengan harapan dengan adanya pendidikan

karakter yang kuat akan memberikan prestsi yang lebih

baik lagi bagi SDN I Girimarto Kabupaten Wonogiri, Jawa

Tengah.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka penulis

melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Budaya

Sekolah Melalui Pendidikan Karakter Di SDN I Girimarto

Kabupaten Wonogiri“.

B. Fokus Penelitian

16

Berdasarkan dari pemaparan latar belakang

masalah di atas, maka dirumuskan fokus-fokus penelitian

sebagai berikut :

a. Pelaksanaan peningkatan budaya disiplin di SDN I

Girimarto Kabupaten Wonogiri Jawa tengah.

Indikatornya meliputi :

a. Bidang akademik

b. Pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku

c. Harga diri yang positif

b. Pelaksanaan peningkatan budaya etika di SDN I

Girimarto Kabupaten Wonogiri Jawa tengah.

Indikatornya meliputi :

a. Pemahaman benar dan salah

b. Akhlak

c. Pemahaman baik dan buruk

c. Pelaksanaan peningkatkan budaya bersih di SDN I

Girimarto Kabupaten Wonogiri Jawa tengah.

Indikatornya meliputi :

17

a. Kebersihan diri sendiri

b. Peduli Lingkungan

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah

untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan budaya

sekolah di SDN I Girimarto Wonogiri. Secara khusus

tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pelaksanaan peningkatan budaya disiplin

di SDN I Girimarto Kabupaten Wonogiri Jawa tengah

2. Mengetahui pelaksanaan peningkatan budaya etika di

SDN I Girimarto Kabupaten Wonogiri Jawa tengah.

3. Mengetahui pelaksanaan peningkatkan budaya bersih

di SDN I Girimarto Kabupaten Wonogiri Jawa tengah.

D. Definisi Istilah

18

Di bawah ini akan dijelaskan istilah –

istilah yang bersifat abstrak agar tidak terjadi

interprestasi – interprestasi yang keliru.

1. Budaya sekolah merupakan asumsi-asumsi dasar,

norma-norma, nilai-nilai budaya artifak yang

diyakini dapat mempengaruhi warga sekolah. Budaya

sekolah dapat didefinisikan sebagai pola–pola yang

secara historis diteruskan yakni mencakupnnorma-

norma, nilai-nilai, keyakinan, upacara, tradisi,

dan pemahaman terhadap mitos. pemahaman warga

sekolah terhadap hal-hal tersebut berbeda–beda.

Budaya sekolah (school culture) merupakan salah satu

unsur sekolah yang penting dalam mendukung

peningkatan prestasi dan mutu sekolah.

2. Pendidikan karakter adalah sebagai pendidikan

nilai, pendidikan moral, pendidikan budi pekerti,

pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan

kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan

19

baik dalam kehidupan sehari–hari dengan sepenuh

hati. Pendidikan karakter juga sebagai suatu

sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga

sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,

kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,

lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi

manusia insan kamil.

E. Manfaat Penelitian

Setelah tujuan penelitian ini tercapai, diharapkan

penelitian ini bermanfaat untuk hal-hal berikut ini.

1. Manfaat Teoretis

a. Secara teoretis penelitian ini bermanfaat

untuk menambah khasanah pengetahuan tentang

budaya sekolah.

20

b. Penelitian ini akan mengkaji lebih mendalam

tentang pelaksanaan budaya sekolah dan pendidikan

karakter.

c. Penelitian ini akan menjadi dasar penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini akan bermanfaat bagi manajemen

pengelolaan pendidikan oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten Wonogiri.

b. Penelitian ini akan memberi sumbangan

pemikiran bagi pemerhati pendidikan baik

pemerintah maupun masyarakat dalam hal

pengembangan budaya sekolah dan pendidikan

karakter.

c. Bagi sekolah yang bersangkutan penelitian ini

bermanfaat untuk meningkatkan pelaksanaan budaya

sekolah dan internalisasi nilai-nilai karakter

dalam Manajemen sekolah secara menyeluruh.

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Budaya Sekolah

1. Pengertian Budaya Sekolah

Budaya sekolah (school culture) merupakan salah

satu unsur sekolah yang penting dalam mendukung

peningkatan prestasi dan mutu sekolah. Konsep budaya

dalam dunia pendidikan berasal dari budaya tempat kerja

di dunia industri seperti yang disampaikan oleh Deal

dan Peterson (dalam Supriadi 2008:5) seperti berikut.

The consep of culture has along history in the explanation of humanbehavior across human groups... Later, other social scientists appliedthe culture concept to the more limited aspect of patern of behaviorand thought whitin formal work organizations.

22

Konsep budaya memiliki sejarah yang panjang

dalam menjelaskan prilaku manusia pada umunya dan

kelompok-keimpok pada khususnya. Ilmuan sosial lainnya

kemudian menerapkan konsep budaya kepada apek-aspek

yang lebih spesifik atau terbatas yakni mengenai pola

perilaku dan cars berpikir manusia dalam bekerja formal

pada organisasi-organisasi.

Budaya sekolah dikembangkan dan konsep budaya

tersebut mengatur perilaku warga sekolah melalui

penetapan tata tertib atau aturan-aturan yang hams

ditaati bersama oleh warga sekolah. Peterson (dalam

Supriadi, 2008:6) mengemukakan budaya sekolah adalah "the

underground stream of norms, values, beliefs, traditions, and rituals that

buil up over time as people work together, solve problems, and confront

chalenges".

Budaya sekolah berhubungan dengan norma-

norma, kepercayaan, tradisi, upacara-upacara yang

dibangun atas hasil kerjasama sekelompok orang. Budaya

13

23

tersebut juga bermanfaat untuk memecahkan masalah-

masalah, dan juga menhadapi perubahan-perubahan yang

terjadi.

Hargraves (dalam Widodo, 2005:11)

mengungkapkan definisi budaya sekolah seperti berikut.

Thus, school culture can be defined as the historically transmittedpatterns of meanings that include the norms, values, beliefs,ceremonies, ritual, traditions, and myth understood maybe invarying degrees, by members ofthe school community.

Berdasarkan kutipan tersebut budaya sekolah

dapat didefinisikan sebagai pola-pola yang. secara

historis diteruskan yakni mencakup norma-norma, nilai-

nilai, upacara, tradisi, dan pemahaman terhadap cerita-

cerita atau mitos. Pemahaman warga sekolah terhadap

hal-hal tersebut berbeda-beda. Deal dan Peterson (dalam

Supriadi 2008:4) juga berargumen bahwa:

Bentuk-bentuk budaya di sekolah dapat berasal darihal-hal yang prinsip, pengajar, orang-orang yangberpengaruh, ajaran-ajaran, norma-norma penting,nilai-nilai, kepercayaan, dan asumsi. Budayasekolah sangat kompleks karena berkaitan dengantradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang dibangun ataskerja sama antara guru, siswa, orangtua, dan tenaga

24

administrasi dan juga mencakup hambatan¬hambatandan prestasi-prestasi sekolah.

Pendapat lain dikemukakan oleh Malowski

(2001:8) yang mendefinisikan budaya sekolah sebagai

berikut.

The basic assumptions, norm and values, and cultural artifacts thatare shared by school members, which influence their functioning atschool. This definition refers to a number of cultural elements, i. e,basic assumptions, norms and values, and culture artifacts, and anumber of cultural aspect, i.e. its shared nature and influence onbehavior.

Budaya sekolah berupa asumsi-asumsi dasar,

norma-norma, nilai-nilai budaya yang diyakini warga

sekolah dapat mempengaruhi warga sekolah. Definisi ini

pada sejumlah aspek budaya yakni asumsi-asumsi dasar,

norma dan nilai, dan budaya artifak, serta sejumlah

aspek budaya yakni segala kebiasaan dan yang

berpenganih pada perilaku.

Hargraves (dalam Widodo, 2005:11) berpendapat

budaya sekolah adalah pengetahnan, kepercayaan-

kepercayaan, nilai-nilai, moral, kebiasaan-kebiasaan,

25

rutinitas-rutinitas, ritual-ritual, simbol-simbol, dan

bahasa-bahasa dalam kelompok tertenta. Sependapat

dengan hal tersebut Zamroni (dalam Widodo, 2005:11)

mendeskripsikan budaya sekolah dapat dideskripsikan

sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual,

mitos, dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam

perjalanan panjang sekolah.

Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh

beberapa tokoh tersebut dapat dijelaskan bahwa budaya

sekolah adalah keseluruhan dari seluruh aktivitas yang

berlangsung di sekolah. Hal ini mengandung arti bahwa

budaya sekolah merupakan suatu kebiasaan dan aktivitas

yang selama ini dilakukan oleh individu-individu dalam

sekolah. Aktivitas tersebut bisa berupa pengetahun,

interaksi sosial, kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai,

moral, kebiasaan, simbol-simbol, maupun bahasa yang

berlangsung dalam perjalanan panjang sekolah.

26

Budaya sekolah merupakan pengalaman-

pengalaman yang diyakini kebenarannya baik di

lingkungan sekolah maupun di luar sekolah (tradisi dan

perayaan) oleh sebuah komunitas, keluarga, atu tim.

Budaya sekolah mencakup lima hal yaitu:

a. stabilitas staf dan tujuan umum sekolah.

b. bagian kurikulum dan bagian-bagian petunjuk

serta tata tertib yang dibangun bersama

melalui suatu konsensus.

c. komunikasi yang jujur dan terbuka yang

terbuka yang ditunjukan oleh staf dan

diwujudkan melalui sifat humor dan saling

percaya

d. stakeholdes mengetahui kegiatan-kegiatan

sekolah dan

e. kepala sekolah dan kepala bagian-bagian

lainnya saling mendukung.

27

Budaya sekolah yang terpelihara dengan baik,

mampu menampilkan perilaku iman, takwa, kreatif,

inovatif, dan dapat bergaul harus terus dikembangkan.

Manfaat yang dapat diambil dari budaya demikian adalah

dapat menjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih

baik, membuka seluruh jaringan komunikasi, keterbukaan,

kebersamaan, kegotongroyongan, kekeluargaan, menemukan

masalah dan cepat memperbaiki, cepat menyesuaikan diri

dengan perkembangan yang terjadi di luar (faktor

eksternal seperti teknologi, sosial, ekonomi, dll

(Triguno : 2004 : 9).

2. Nilai - nilai Budaya sekolah.

Faisal (1999:347) menyatakan bahwa nilai

adalah perasaan-perasaan tentang apa yang boleh ataupun

yang tidak diinginkan, atau tentang apa yang boleh atau

tidak boleh ada. Faisal juga mengatakan bahwa nilai

28

yang benar dan diterima secara universal adalah nilai

yang menghasilkan suatu perilaku, dan perilaku itu ben-

lanapa.k positif baik bagi yang menjalankan maupun bagi

orang lain Dengan demikian, nilai dapat diartikan

sebagai sikap dan perasaan yang diperlihatkan oleh

seseorang tentang baik-buruk, benar-salah, suka-tidak

suka terhadap objek maril maupun non materil.

Setelah seseorang mengetahui adanya tatanan

nilai, maka akan berpikir dan mengetahui nilai-nilai

yang perlu dikerjakan. Dalam proses berpikir tersebut

kemudian memahami nilai-nilai itu sehingga tertananm

dalam dirinya, kemudian mempraktekkan nilai-nilai

tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Sebuah lembaga pendidikan seperti sekolah

tidak dapat diartikan sekedar sebuah gedung sebagai

tempat anak-anak berkumpul dan mempelajari sejumlah

pengetahuan saja melainkan sebagai sarana

menginternalisasikan nilai-nilai pada siswa.

29

Dikernbangkannya budaya sekolah merupakan tugas sekolah

yang khas, yakni mendidik anak dengan menyampaikan

sejumlah pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai-nilai

yang sesuai dengan metode teknik kontrol tertentu.

Menurut Geerzt (dalam Zamroni, 2000:149),

menyatakan bahwa budaya sekolah dapat dideskripsikan

sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual,

mitos, kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam

perjalanan panjang sekolah. Timbulnya budaya sekolah

merupakan tugas sekolah yang khas, yakni mendidik

peserta didik dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan,

sikap, keterampilan, nilai-nilai yang sesuai dengan

kurikulum dengan metode teknik kontrol tertentu. Adanya

budaya sekolah dapat mengembangkan pola kelakuan yang

khas bagi warga sekolah yang tampak dari pakaian,

bahasa, kebiasaan-kebiasaan kegiatan, sikap siswa

terhadap guru, peraturan sekolah, tindakan dan hukurn

terhadap pelanggaran, serta kegiatan dalam upacara-

30

upacara. Fungsi budaya bagi sekolah diupayakan mampu

menuntun sikap dan perilaku disiplin setiap individu

dan kelompok.

Disiplin merupakan suatu karakter yang

bersifat perseorangan dan datang dari dalam diri

sendiri. Disiplin diri/self-discipline bercirikan

intemalisasi nilai-nilai budaya telah rnenyatu dengan

individu tersebut. Penerapan disiplin bagi peserta

didik di lingkungan sekolah mempunyai makna mengajak

untuk melakukan kebiasaan yang baik berdasarkan

kesadaran diri siswa sendiri tanpa adanya paksaan.

Budaya sekolah merupakan suasana kehidupan

sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan

sesaraa peserta didik, guru dengan guru, konselor

dengan sesama konselor, pegawai administrasi dengan

sesama pegawai administrasi, dan antar anggota kelompok

masyarakat sekolah. Interaksi internal kelompok dan

antar kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma,

31

moral, serta etika bersama yang berlaku di suatu

sekolah. Disiplin, religius, dan tanggung jawab

merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dengan budaya

sekolah yang dibangun di SDN I Girimarto. Pengembangan

nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa

dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang

dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga

administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik

dan menggunakan fasilitas sekolah.

Beberapa nilai-nilai budaya sekolah yang

termasuk di antaranya:

a. Budaya Disiplin

Disiplin pada dasarnya kontrol diri dalam

mematuhi aturan baik yang dibuat oleh diri sendiri

maupun diluar diri baik keluarga, lembaga pendidikan,

masyarakat,bernegara maupun beragama. Disiplin juga

merujuk pada kebebasan individu untuk tidak bergantung

pada orang lain dalam memilih, membuat keputusan,

32

tujuan, melakukan perubahan perilaku, pikiran maupun

emosi sesuai dengan prinsip yang diyakini dari aturan

moral yang anut. Dalam perpektif umum disiplin adalah

perilaku sosial yang bertanggungjawab dan fungsi

kemandirian yang optimal dalam suatu relasi sosial yang

berkembang atas dasar kemampuan mengelola/

mengendalikan, memotivasi dan idenpendensi diri.

Penegakan disiplin sekolah dapat dimulai

dengan melibatkan murid-murid dalam membuat peraturan

sekolah. Kalau perlu mereka diminta menandatangani

kesediaan untuk melaksanakan peraturan tersebut dan

kesediaan menanggung konsekuensi jika melanggarnya.

Dengan demikian mereka dilatih untuk bertanggung jawab

atas semua tindakan yang mereka lakukan. Selanjutnya

peraturan yang telah disetujui bersama perlu

dilaksanakan secara konsekuen dan adil, berlaku bagi

semua warga sekolah baik murid, guru, kepala sekolah,

maupun pegawai administrasi. (Zuchdi dkk, 2006)

33

Pengertian disiplin terkait dengan dua karakteristik.

Pertama cara berpikir tentang disiplin dan kedua

disiplin terkait dengan multi dimensi yang berhubungan

dengan pikiran, tindakan dan emosi. Implikasinya sering

terjadi pembahasan yang tumpang tindih atara disipilin

dengan fungsi kematangan individu yang lain seperti

komptensi, kemandirian, dan pengendalian diri. Kata

kunci berbicara disiplin adalah aktif merujuk pada

fungsi independensi dalam pengembangan diri,

mengelolaan diri dan perilaku serta tindakan atas dasar

keputusan sendiri.

Seseorang dengan karakteristik disiplin yang

sehat adalah orang yang mampu melakukan fungsi

psikososial dalam berbagai seting termasuk : (1)

kompetensi dalam bidang akademik, pekerjaan dan relasi

sosial; (2) pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku-

perilaku yang impulsif; (3) kepemimpinan; (4) harga

diri yang yang positif dan identitas diri. Disiplin

34

dapat diukur atau dapat diobservasi baik secara

emosional maupun tampilan perilaku. Disiplin berfungsi

menyeimbangkan antara indenpensi, tindakan yang percaya

diri dan hubungan positif positif dengan orang lain

agar perkembangan dan mampu menyesuaikan diri secara

optimal.

b. Budaya Etika

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata),

etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti

watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-

asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat

dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang

baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal

perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal

pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa tentang tingkah

laku manusia. Secara metodologi, tidak setiap hal

menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika

35

memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam

melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu

ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah

tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-

ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia,

etika memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat

perbuatan manusia dari sudut baik dan buruk .

Etika berasal dari kata ethos (Yunani):

kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap dan cara

berpikir. Etika berarti Moral (latin): adat kebiasaan.

Mos (tunggal): kebiasaan. Mores (jamak): adat

kebiasaan, kesusilaan. Sistematika Etika juga akan

menggunakan sistematika yang lalu, yaitu dipandang dari

aspek ontologi, aspek aksiologi, dan aspek

epistemologi.

Definisi Etika menurut Departemen P dan

K(dalam Hardjoeno, 2002):

36

1. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu

golongan;

2. Kumpulan nilai/azas yang berkenaan dengan akhlak;

3. Ilmu tentang yang baik dan buruk serta kewajiban

moral (akhlak).

Etika menurut Bertens (dalam Hardjoeno,

2002):

a. Sistem nilai dan norma moral yang menjadi

pegangan bagi seorang/kelompok dalam mengatur

tingkah lakunya;

b. Kumpulan azas atau nilai moral/kode etik; (3)

Ilmu tentang yang baik dan buruk.

Definisi Etika yang lain Ilmu empiris tentang

moralitas (berdasarkan fakta);

Refleksi kritis, metodis dan sistematis tentang tingkah

laku moral manusia (filsafat praktis), A Theory of Value: a

conduct of life, moral philosophy (Oxford); dan Ilmu tentang

kesusilaan dan nilai susila. Nilai susila yaitu

37

perilaku baik yang banyak berkaitan dengan peraturan

(misalnya, taat pada hukum yang berlaku, tidak KKN,

etika riset, tidak plagiat), taat pada agama,

menghargai pandangan hidup dan menghormati adat

kebiasaan yang baik. Etika berbeda dengan ilmu tentang

perilaku manusia (behavioral sciences). Objek materi

etika adalah manusia, sementara objek formalnya adalah

kesusilaan.

Dari segi norma masyarakat, etika dapat

dibedakan dalam etika agama, menyangkut norma konkrit

yang berhubungan dengan kewajiban moral menurut agama

yang dianut, dan memerlukan tafsir hingga terjadi

toleransi antarpemeluk agama. Etika peraturan,

menyangkut norma umum yang berhubungan dengan ketaatan

dan nilai keadilan dan Etika situasi, menyangkut norma

khusus yang berhubungan dengan kreativitas dan

tanggungjawab serta kebebasan individu.

38

Moralitas berarti nilai, sifat moral,

keseluruhan azas tingkah laku yang berkaitan dengan

moral baik dan buruk. Amoral tidak dihubungkan dengan

konteks moral dan di luar etika, serta tidak mempunyai

relevansi etis (misalnya, ada siswa yang sering berkata

tidak sopan). Immoral dihubungkan dengan hal-hal tidak

bermoral, tidak berakhlak dan tidak etis. (misalnya

siswa yang suka berkata kasar).

Etika (ethics) dipersamakan dengan moral

(absolut). Misalnya, jangan membunuh, menghormati

peraturan dan tidak melanggarnya. Etiket (ethiquette)

dipersamakan dengan sopan santun (tidak absolut)

terhadap orang lain. Misalnya, pergaulan dengan orang

tua memerlukan perilaku baik dan cara berpakaian yang

pantas. Sebaliknya, jika seseorang berada di dalam

kamar sendiri, ia tidak harus berpakaian pantas,

apalagi jika kamar tersebut berudara panas.

39

Etika baru menjadi ilmu, bila kemungkinan

etis (azas/nilai yang dianggap baik dan buruk) diterima

dalam suatu masyarakat tanpa disadari dan menjadi bahan

refleksi dari penelitian sistematis dan metodis. Dalam

filsafat, etika termasuk cabang paling tua. Dalam

pengertian filsafat, etika disebut sebagai bidang yang

mempelajari tindakan manusia. Etika dibedakan dari

semua cabang filsafat karena tidak mempersoalkan

keadaan manusia, melainkan bagaimana manusia seharusnya

bertindak dalam kaitannya dengan tujuan hidupnya.

Dari sekian banyak teori etika, pandangan

William David Ross (dalam dalam Hardjoeno, 2002) perlu

dikedepankan. Baginya, kebenaran merupakan kewajiban

prima facie yang berlaku sampai ada kewajiban yang

lebih penting. Ross menyusun sebuah daftar kewajiban

prima face, yang terdiri atas:

(1) Kewajiban kesetiaan, misalnya kita harus menepati

janji yang diadakan dengan bebas, (2) Kewajiban ganti

40

rugi, misalnya kita harus melunasi utang moril dan

materiil, (3) Kewajiban terima kasih, misalnya kita

harus berterima kasih kepada orang yang berbuat baik

terhadap kita, (4) Kewajiban keadilan, misalnya kita

harus membagikan hal-hal yang menyenangkan sesuai

dengan jasa orang-orang bersangkutan, (5) Kewajiban

berbuat baik, misalnya kita harus membantu orang lain

yang membutuhkan bantuan, (6) Kewajiban mengembangkan

diri, misalnya kita harus mengembangkan bakat di bidang

keutamaan, intelejensia, dan sebagainya, (7) Kewajiban

untuk tidak merugikan, misalnya kita tidak boleh

melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Kewajiban

disebut terakhir adalah satu-satunya kewajiban yang

dirumuskan oleh Ross secara negasi.

Etika dipelajari dan diajarkan untuk menciptakan

sopan santun dalam kehidupan bermasyarakat dan terutama

di sekolah. Etika dipandang penting untuk dilembagakan

karena beberapa hal :

41

1) Masyarakat terbangun atas dasar moral yang

pluralistik;

a) Adanya proses transformasi sosial dan perubahan;

b) Adanya ideologi baru/moral baru;

c) Munculnya teknologi baru; dan

d) Perlunya interpretasi terhadap aturan.

Etika atau akhlakul karimah adalah tata

aturan untuk bisa hidup bersama dengan orang lain.

Kejujuran Semua warga sekolah harus dilatih berbuat

jujur, mulai jujur kepada dirinya sendiri, jujur kepada

Tuhan, jujur kepada orang lainKasih sayang Kasih sayang

telah melahirkan kepercayaan. Kepercayaan menghasilkan

kepercayaan, dan kepercayaan akan menghasilkan

kewibawaan Menghormati hukum dan peraturan Kita

mengormati hukum dan peraturan atas dasar kesadaran

bahwa hukum dan peraturan itu adalah kita buat untuk

kebaikan hidup kita. Menghormati hak orang lain

Penghargaan kepada orang lain tidak boleh melihat

42

perbedaan status sosial, ekonomi, agama, dan budaya.

Suka menabung Ekstrakurikuler Yaitu kegiatan non

akademik yang memberi wadah /kesempatan kepada siswa

untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan bakat

dan minatnya masing-masing.

Peningkatan budaya etika menggunakan teknik

reinforcement positive merupakan pemberian penguatan yang

menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan

ditampilkan yang bertujuan agar tingkah laku yang

diinginkan cenderung akan diulang, meningkat, dan

menetap di masa yang akan datang. Walker&She (dalam

Komalasari, dkk. 2011:161)

c. Budaya Bersih

Budaya Bersih harus betul-betul ditanamkan

kepada para siswa. Karena jika budaya kebersihan sudah

melekat, sehingga akan tertular pada pikiran dan hati

yang bersih. Masjhur (dalam Sujarwa 1998:1) mengatakan

bahwa meningkatkan budaya hidup bersih dan lingkungan

43

yang bersih yaitu dengan memberikan tauladan dan

memberikan contoh kepada siswanya atau mahasiswanya

sehingga sangat perlu ditanamkan dalam kehidupan

masyarakat karena menyangkut kesehatan. Selain itu

kesehatan lingkungan sangat berpengaruh terhadap

kesehatan manusia dan kesehatan lingkungan berhubungan

erat dengan taraf sosial ekonomi manusia, karena

kesehatan dan kualitas hidup manusia bergantung pada

kemampuan untuk mengelola dan menyikapi hubungan timbal

balik antara aktivitas manusia dengan lingkungan fisik

dan biologisnya.

Hubungan tersebut berlangsung sepanjang

siklus hidup manusia mulai pada saat pembuahan dalam

kandungan, masa bayi, dan kanak-kanak, selanjutnya

menjadi dewasa dan akhirnya memasuki masa tua dan akhir

hayat. Secara alamiah manusia juga mempunyai misi

mempertahankan keadaannya dimuka bumi dalam kondisi

lingkungan yang seoptimal mungkin. Hal ini diwujudkan

44

dalam berbagai bentuk upaya manusia untuk menciptakan

kehidupan yang aman dan nyaman. Sebagai manusia yang

selalu berhubungan dengan lingkungan, sudah harusnya

memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga lingkungan

dengan baik. Sehingga akan terbina hubungan yang saling

menguntungkan antara manusia dan alam lingkungan. Sikap

tanggung jawab dalam hal ini merupakan kesadaran

manusia akan tingkah laku atau perbuatannya. Baik yang

disengaja maupun yang tidak disengaja. Dengan begitu

tanggung jawab dapat diartikan sebagai perwujudan

kesadaran dan kewajiban.

Dengan demikian menjaga lingkungan merupakan

tanggung jawab dan kewajiban kita sebagai manusia

(Sujarwa, 1998:107). Pada kenyataannya masyarakat tidak

dapat lepas dari lingkungan, ia harus dapat

menyesuaikan diri dengan sifat lingkungan, namun juga

dapat mempengaruhi lingkungan dimana mereka hidup.

Dalam hal ini umumnya manusia lebih dipengruhi oleh

45

keadaan lingkungan dan dalam tingkah lakunya

dipengaruhi, serta dimanisfestasikan oleh keadaan

lingkungan. Oleh karena itu upaya masyarakat dalam

mewujudkan kehidupan yang aman dan nyaman tersebut

salah satunya dapat diwujudkan melalui kepedulian

masyarakat terhadap lingkungan yaitu menjaga dan

melestarikan ekosistem yang ada di sekitar mereka serta

sikap sadar terhadap lingkungan.

Dalam kaitan dengan lingkungan, seorang

individu akan berkesadaran, apabila ia memiliki

persepsi atau informasi yang mendukung. Kesadaran itu

meningkat sejalan dengan makin banyaknya informasi yang

diserap di dalam lingkungan yang terus dibinanya. Makin

berkembang persepsi atau wawasan yang dibina, makin

menghayati, meyakini, dan mengamalkan ”kebersihan

adalah sebagian dari iman”. Sikap kesadaran tersebut

inilah yang perlu dibina secara luas dan

berkesinambungan dalam lingkup nasional secara

46

bertahap, agar dapat dibentuk budaya hidup bersih di

lingkungan, yaitu melalui semacam program terpadu

pemasyarakatan yaitu kesadaran terhadap lingkungan

(Hirnawan, 1998:97).

Dalam kehidupan masyarakat sebagai individu

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya sangat

tergantung serta dipengaruhi oleh kondisi lingkunganya.

Hubungan antara lingkungan dan manusia tidak dapat

dipisahkan satu sama lain karena merupakan suatu

kesatuan ekosistem yang memiliki ketergantungan dan

hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini kadang

dapat memberikan pengaruh, baik yang negatif ataupun

yang bersifat positif sehingga diperlukan adanya

kesadaran, serta tanggung jawab bersama sebagai upaya

untuk menjaga hubungan manusia dengan lingkungan. Hal

tersebut dapat dilakukan mulai dengan menanamkan sikap

disiplin lingkungan dan kesadaran lingkungan.

47

3. Peran Warga Sekolah dalam Pelaksanaan Budaya

Sekolah

Budaya sekolah terbentuk dari rasa

kebersamaan diantara warga sekolah baik kepala sekolah,

guru, staf maupun siswa. Setiap warga sekolah tersebut

memiliki peranan masing-masing dalam pelaksanaan budaya

sekolah. Peranan dari warga sekolah tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan

yang berperan penting dalam melaksanakan budaya sekolah

sehimgga tercipta budaya yang positif. Seorang kepala

sekolah yang sukses memandang lingkungan sekolahnya

secara holistik. Hal ini dapat memberikan suatu

kerangka kerja untuk memahami permasalahan yang sulit

dan kompleks mengenai hubungan yang terjalin dalam

sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, kepala sekolah

dalam pelaksanaan budaya sekolah berperan sebagai

48

pemberi arahan mengenai norma-norma, nilai-nilai, dan

keyakinan yang dianut sekolah kepada warga sekolah

lainnya. Oleh sebab itu, kepala sekolah perlu memahami

secara mendalam mengenai norma-norma, nilai-nilai, dan

keyakinan yang dianut sekolah tersebut.

b. Guru

Guru memainkan peran yang tidak kalah penting

dalam pelaksanaan budaya sekolah. Peranan guru dalam

pelaksanaan budaya sekolah ini berkaitan dengan

pengembagan kurikulum seperti yang dikemukakan oleh

powell (1997:02) bahwa "Teacher in small private are neither

'invisible or anonymous' and they play important roles in curiculum

development, in academic and personal advising of student, and in the

extra curricular activities of the school".

Berdasarkan kutipan tersebut dapat dijelaskan

bahwa guru-guru pada sekolah privat yang lingkupnya

kecil dapat memainkan seluruh peranannya yang penting

dalam pengembangan kurikulum, di bidang akademik dan

49

memberi dukungan secara personal kepada siswa termasuk

dalam kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler di sekolah.

Dalam hal ini guru berperan dalam mendukung

terbentuknya budaya sekolah yang positif dan memiliki

standar tinggi melalui cara mengajar yang

diterapkannya.

c. Siswa

Selain kepala sekolah dan guru, siswa juga

memiliki peran dalam melaksanakan budaya sekolah.

Peranan siswa tersebut berkaitan dengan kemampuannya

dalam mencapai prestasi yang menjadi tujuan dari

pelaksanaan budaya sekolah. Siswa memainkan perannya di

dalam kelas. Prestasi dapat dicapai apabila siswa

berpartisipasi dalam proses belajar mengajar seperti

yang dikemukakan oleh Fullan (1991: 183) bahwa "Any

innovation that requires new activities on the part of students will succed

or fail according to whether studens actually participate in these

activities". Suatu inovasi membuthkan aktivitas-aktivitas

50

barn sebagai bagaian dari siswa yang sukses atau gagal

berdasarkan petisipasi para siswa secara nyata dalam

kegiatan-kegiatan tersebut.

Berdasarkan peranan masing-masing warga

sekolah tersebut dapat dikemukakan bahwa kepala

sekolah, gum dan siswa memiliki peranan yang berbeda

dalam pelaksanaan budaya sekolah.

Meskipun berbeda, namun peranan yang

dimainkan oleh masing-masing warga sekolah tersebut

saling berkaitan dan mendukung terbentuknya budaya

sekolah yang positif. Pelaksanaan budaya sekolah tidak

akan mencapai hasil seperti yang diharapkan apabila

salah satu unsur warga sekolah tersebut tidak

menjalankan perannya denga baik. Oleh sebab itu,

peranan yang dijalankan oleh masing-masing warga

sekolah mempengaruhi pelaksanaan peranan warga sekolah

lainnya.

4. Aspek Pengembangan Budaya (culture) Sekolah

51

Guna menciptakan kultur sekolah yang bermoral

perlu diciptakan lingkungan sosial sekolah yang dapat

mendorong murid-murid memiliki moralitas yang

baik/karakter yang terpuji. Sebagai contoh, apabila

suatu sekolah memiliki iklim demokratis, murid-murid

terdorong untuk bertindak demokratis. Sebaliknya

apabila suatu sekolah terbiasa mempraktikkan tindakan-

tindakan otoriter, sulit bagi murid-murid untuk dididik

menjadi pribadi-pribadi yang demokratis. Demikian juga

apabila sekolah dapat menciptakan lingkungan sosial

sekolah yang menjunjung tinggi kejujuran dan rasa

tanggung jawab maka murid lebih mudah bagi murid-murid

untuk berkembang menjadi pribadi-pribadi yang jujur dan

bertanggung jawab. Namun masyarakat secara umum juga

perlu memiliki kultur yang senada dengan yang

dikembangkan di sekolah.

Lickona (1991: 325) mengutarakan enam elemen

kultur sekolah yang baik, yaitu:

52

a. Kepala sekolah memiliki kepemimpinan moral

dan akademik.

b. Disiplin sekolah yang ditegakkan secara

menyeluruh.

c. Masyarakat sekolah memiliki rasa

persaudaraan.

d. Organisasi murid menerapkan kepemimpinan

demokratis dan menumbuhkan rasa bertanggung

jawab murid-murid untuk menjadikan sekolah

mereka menjadi sekolah yang terbaik.

e. Hubungan semua warga sekolah bersifat saling

menghargai, adil, dan bergotong royong.

f. Sekolah meningkatkan perhatian .terhadap

moralitas dengan menggunakan waktu tertentu

untuk mengatasi masalah-masalah moral.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah

satu elemen yang me-nentukan terciptanya kultur sekolah

yang bermoral. Dari hasil penelitian Zuchdi dkk. (2006)

53

terungkap bahwa dari sepuluh kepala sekolah yang

menjadi responder penelitian, baru satu yang memiliki

kepemimpinan yang ideal. Oleh karana itu dalam

pengangkatan kepala sekolah, kualitas moral harus

dijadikan pertimbangan utama.

Elemen yang kedua untuk membangun kultur

sekolah yang positif adalah disiplin. Penegakan

disiplin sekolah dapat dimulai dengan melibatkan murid-

murid dalam membuat peraturan sekolah. Kalau perlu

mereka diminta menandatangani kesediaan untuk

melaksanakan peraturan tersebut dan kesediaan

menanggung konsekuensi jika melanggarnya. Dengan

demikian mereka dilatih untuk bertanggung jawab atas

semua tindakan yang mereka lakukan. Selanjutnya

peraturan yang telah disetujui bersama perlu

dilaksanakan secara konsekuen dan adil, berlaku bagi

semua warga sekolah baik murid, guru, kepala sekolah,

maupun pegawai administrasi.

54

Rasa persaudaraan yang tinggi dapat mencegah

terjadinya tindakan-tindakan yang tidak baik. Hal ini

dapat dipahami karena adanya rasa persaudaraan membuat

seseorang merasa tidak tega berlaku kasar bahkan

menyakiti orang lain. Oleh karena itu rasa persaudaraan

perlu dibanngun secara terus menerus lewat program

sekolah, misalnya spanduk selamat datang bagi murid

baru, kunjunan kepada yang sedang mengalami musibah,

pemberian ucapan/surat terima kasih kepada murid yang

telah memberikan pertolongan kepada temannya, dan

berbagai kegiatan ekstr-akurikuler yang dapat membangun

dan memelihara persaudaraan

Strategi lain untuk mengembangkan karakter

lewat kultur sekolah ialah dengan melibatkan murid-

murid membangun kehidupan sekolah mereka. Misalnya

membangun kehidupan yang demokratis, yang menghargai

pluralistik, dan yang mematuhi peraturan yang baik

(pelibatan murid dalm pembuatan peraturan, evaluasi

55

peraturan, penegakan peraturan, dan penggantian

peraturan).

Menurut hasil penelitian, sekolah-sekolah

yang baik memiliki kualitas kehidupan moral dan

kehidupan akademik yang bagus (Lickona, 1991: 342).

Hubungan teman sekerja berkembang balk, guru-guru

berbagi pegalaman dan gagasan, guru-guru yang sudah

berpengalaman membimbing guru-guru baru, dan pegawai

administrasi memberikan bantuan sepenuhnya demi

terselenggaranya kegiatan sekolah.

Elemen yang keenam untuk membangun kultur

sekolah yang positif ialah penyediaan waktu untuk

memperhatikan masalah-masalah moral. Suasana moral yang

baik perlu dibangun di sekolah. Meskipun dalam hal yang

kecil, misalnya kehilangan barang yang kurang berharga

bagi pemiliknya, hal ini tetap perlu perhatian khusus

dari sekolah. Misalnya suatu sekolah menyediakan

"tempat melaporkan barang hilang dan mengembalikan

56

barang temuan" yang dipantau dengan tertib. Jangan

sampai perhatian terhadap pencapaian tujuan akademik

menyebabkan pengabaian terhadap perkembangan moral,

sosial, dan religiusitas anak-anak. Semua penting

sehingga guru harus menyediakan waktu untuk

memperhatikan perkembangan anak-anak secara holistik.

Sekolah memang benar-benar harus

memperhatikan pengembangan kultur sekolah yang positif.

Namun sayang, perhatian terhadap moralitas terkendala

oleh tuntutan keadaan yakni penentuan keberhasilan

sekolah yang sangat ditentukan skor tes.

Reformasi akademik sungguh sangat diperlukan.

Peningkatan kualitas lulusan sekolah banyak yang

dilakukan dengan cara yang tergesa-gesa, seperti

"memasak dengan panci bertekanan tinggi". Akibatnya

bahkan counterproductive, baik dari segi intelektual

maupun segi moral dan sosial. Anak-anak seolah-olah

dipaksa melalui jalan tol untuk menjadi anak pandai.

57

Mereka harus menggunakan hampir seluruh waktunya untuk

menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan masih ditambah

tugas-tugas bimbingan belajar yang harus mereka ikuti.

Hubungan guru dan murid tidak begitu akrab karena

"tidak ada waktu" (Lickona, 1991: 343).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan menurut

Zuchdi (2013:112) aspek – aspek dalam pengembangan

budaya atau kultur sekolah meliputi seperti berikut.

1) Suasana sekolah atau iklim sekolah

Suasana sekolah dikaitkan dengan kesabaran, kerja

sama, kepedulian, kejujuran, ketaatan beribadah,

tanggung jawab dan kenyamanan sekolah.

2) Perilaku murid

Deskripsi perilaku murid meliputi dengan

kedisiplinan, kejujuran, persaudaraan dan ketaatan

beribadah

3) Kepemimpinan kepala sekolah.

58

Kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan

keteladanan, tanggung jawab, kedisiplinan, rasa

kekeluargaan, tindakan demokratis, komunikasi

dengan warga sekolah, perhatian terhadap masalah

moral, ketaatan beribadah.

B. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah proses internalisasi budaya

ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat

orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan merupakan

sarana strategis dalam penanaman dan pembentukan

karakter seperti yang dikemukakan oleh Ki Supriyoko

(dalam Muslich, 2010:75) menyatakan bahwa pendidikan

adalah saran strategis untuk meningkatkan kualitas

manusia.

Menurut Martin Luther King (dalam Muslich,

2010:75) mengatakan bahwa intelligence plus character....that is the

59

goal of true education. (kecerdasan yang berkarakter adalah

tujuan akhir dari pendidikan yang sebenarnya).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan

karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru,

yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru

membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini

mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru

berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru

bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

Pendidikan karakter dapat kita pahami melalui

struktur antropologis yang ada dalam diri manusia.

Struktur antropologis manusia terdiri dari jasad, ruh,

dan akal (Koesoema A, 2007:80). Ada tiga komponen dalam

karakter yang baik, yaitu moral knowing (pengetahuan

tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral),

dan moral action (perbuatan moral), yang diperlukan agar

anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-

60

nilai kebijakan. Istilah lainnya adalah kognitif,

afektif, dan psikomotor.

Dalam mewujudkan pendidikan karakter tidak

dapat dilakukan tanpa adanya penanaman nilai-nilai.

Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari

nilai-nilai luhur universal, yaitu : pertama, karakter

cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian

dan tanggung jawab; ketiga, kejujuran/amanah,

diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan,

suka menolong dan gotong royong/kerja sama; keenam,

percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan

keadilan; kedelapan, rendah hati; dan kesembilan,

toleransi, kedamaian dan kesatuan.

Kesembilan pilar karakter tersebut diajarkan

secara sistematis dalam model pendidikan holistik

sehingga akan tumbuh kesadaran mau melakukan perilaku

kebajikan karena dia cinta dengan kebajikan itu.

Terkait dengan hal itu, dalam diskusi (19 Juni 2009)

61

Sukamto (dalam Muslich, 2010:78) mengemukakan bahwa

untuk melakukan pendidikan karakter perlu adanya

powerfulls ideas, yang menjadi pintu masuk pendidikan

karakter. Powerfulls ideas ini meliputi :

a. Gagasan tentang Tuhan, dunia, dan saya (God, the

world, and me)

b. Memahami diri sendiri (knowing yourself)

c. Menjadi manusia bermoral (becoming a moral person)

d. Memahami dan dipahami (understanding and understood

getting along with others)

e. Bekerja sama dengan orang lain (a Sense of belonging)

f. Mengambil kekuatan di masa lalu (drawing strength

from the past)

g. Dien for all times and places

h. Kepedulian terhadap makhluk (caring for Allah creation)

i. Membuat perbedaan (making a difference)

j. Memimpin (taking the lead)

62

Sekolah sebagai bagian dari lingkungan

memiliki peranan yang sangat penting. Setiap sekolah

dan lembaga pendidikan seharusnya memiliki school

culture, di mana setiap sekolah memilih pendisiplinan

dan kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk.

Selanjutnya para pemimpin dan pendidik lembaga

pendidikan tersebut mampu memberi suri teladan mengenai

karakter tersebut.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem

penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah

yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai

tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga

menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter

di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, yaitu isi

kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas

hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,

63

pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktifitas atau

kegiatan kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana,

pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan

sekolah.

Permasalahan yang muncul adalah pendidikan

karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada

tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum

pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam

kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran itu,

pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter sangat

strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di

masa mendatang. Pelaksanaan pendidikan karakter harus

dilakuakan melalui perencanaan yang baik, pendekatan

yang sesuai, dan metode pembelajaran yang efektif.

2. Tujuan Pendidikan Karakter

64

Pendidikan karakter bertujuan meningkatkan

mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah

melalui pembentukan karakter peserta didik secara utuh,

terpadu, dan seimbang sesuai standar kompetensi

kelulusan (Kemendiknas, 2011:246).

Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa di

sekolah secara umum adalah sebagai berikut :

a. Mengembangkan potensi kalbu/afektif peserta

didik sebagai manusia dan warga negara yang

memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta

didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai

universal dan tradisi budaya bangsa yang

religius.

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung

jawab peserta didik sebagai generasi penerus

bangsa.

65

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi

manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan

kebangsaan.

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah

sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur,

penuh kreatifitas dan persahabatan, serta dengan

rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan

(dignity).

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam

pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi

dari sumber-sumber sebagai berikut :

1) Agama : masyarakat Indonesia adalah

masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan

individu, masyarakat dan bangsa selalu didasari

pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara

politis kehidupan kenegaraan juga didasari pada

nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar

pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan

66

budaya dan karakter bangsa harus didasarkan

pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari

agama.

2) Pancasila : Negara Kesatuan Republik

Indonesia ditegakkan atas dasar prinsip-prinsip

kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang

disebut Pancasila. Pancasila terdapat dalam

pembukaan UUD 1945 alenia empat dan dijabarkan

lebih lanjut dalam pasal-pasalnya. Nilai-nilai

yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-

nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum,

ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan

mempersiapkan peserta didik menjadi warga

negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang

memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan

nliai-nilai Pancasila dalam kehidupannya

sebagai warga negara.

67

3) Budaya : sebagai suatu kebenaran bahwa tidak

ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak

didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui

masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai budaya itu

dijadikan dasar dasar dalam pemberian makna

terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi

antar anggota masyarakat itu. Posisi budaya

yang demikian penting dalam kehidupan

bermasyarakat mengharuskan budaya menjadi

sumber nilai dalam pendidikan budaya dan

karakter bangsa.

4) Tujuan Pendidikan Nasional : sebagai rumusan

kualitas yang harus dimiliki setiap warga

negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai

satuan pendidikan diberbagai jenjang dan jalur.

Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai

nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga

negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan

68

pendidikan nasional adalah sumber yang paling

operasional dalam pengembangan pendidikan

budaya dan karakter bangsa.

Berdasarkan keempat sumber nilai itu,

teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya

dan karakter bangsa sebagai berikut :

Tabel 2.1. Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter

Bangsa

NO NILAI DESKRIPSI1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang

dianut, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain, dan

hidup rukun dengan pemeluk agama

lain.

2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya sebagai orang

yang selalu dapat dipercaya dalam

69

perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3 Tolerans

i

Sikap dan tindakan yang menghargai

perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan tindakan orang

lain yang berbeda dengan dirinya.

4 Kerja

keras

Perilaku yang menunjukkan upaya

sungguh-sungguh dalam mengatasi

berbagai hambatan belajar dan

tugas, serta menyelesaikan tugas

dengan sebaik-baiknya.

5 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku

tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan.

6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu

untuk menghasilkan cara atau hasil

baru dari suatu yang telah

dimiliki.

7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah

tergantung pada orang lain dalam

70

menyelesaikan tugas.

8 Demokrat

is

Cara berfikir, bersikap, dan

bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dengan orang

lain.

9 Rasa

ingin

tahu

Sikap dan tindakan yang selalu

berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan luas dari sesuatu yang

dipelajari, dilihat, dan didengar.

10 Semangat

Kebangsa

an

Cara berpikir, bertindak dan

berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di

atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

11 Cinta

Tanah

Air

Cara berfikir, bersikap, dan

berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang

tinggi terhadap bahasa, lingkungan

71

fisik, sosial budaya, ekonomi.

12 Mengharg

ai

Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu

yang berguna bagi masyarakat, dan

mengakui dan menghormati

keberhasilan orang lain

13 Bersahab

at /

Komunika

tif

Tindakan yang memperlihatkan rasa

senang berbicara, bergaul, dan

bekerja sama dengan orang lain.

14 Cinta

Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang

menyebabkan orang lain merasa

senang dan aman atas kehadiran

dirinya.

15 Gemar

Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca berbagai bacaan yang

memberikan kebajikan bagi dirinya.

16 Peduli Sikap dan tindakan yang selalu

72

Lingkung

an

berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk

memperbaiki kerusakan alam yang

sudah terjadi.

17 Peduli

Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu

ingin memberi bantuan pada orang

lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

18 Tanggung

Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia

lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam ,

sosial dan budaya), negara dan

Tuhan Yang Maha Esa.

73

Untuk mencapai tujuan di atas, dalam

Permendiknas No 23 Tahun 2006 dirumuskan kompetensi

lulusan Sekolah Dasar (SD) sebagai berikut :

a) Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai

dengan tahap perkembangan anak..

b) Mengenal kekurangan dan kelebihan diri

sendiri.

c) Mematuhi aturan – aturan sosial yang berlaku

dalam lingkungannya..

d) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku,

ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan

sekitarnya.

e) Menggunakan informasi tentang lingkungan

sekitar secara logis, kritis, dan kreatif.

f) Menunjukan kemampuan berfikir logis, kritis,

dan kreatif dengan bimbingan guru/pendidik.

g) Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi

dan menyadari potensinya.

74

h) Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah

sederhana dalam kehidupan sehari - hari.

i) Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam

dan sosial di lingkungan sekitar..

j) Menunjukan kecintaan dan kepedulian terhadap

lingkungan.

k) Menunjukan kecintaan dan kebanggaan terhadap

bangsan negara dan tanah air Indonesia.

l) Menunjukan kemampuan untuk melakukan kegiatan

seni dan budaya lokal.

m) Menunjukan kebiasaan hidup bersih, sehat,

bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan

baik.

n) Berkomunikasi secara jelas dan santun.

o) Bekerja sama dalam kelompok, tolong menolong,

dan menjaga diri sendiri, dalam lingkungan

keluarga dan teman sebaya.

p) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis.

75

q) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara,

membaca dan berhitung.

3. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pendidikan budaya dan karakter bangsa

mempunyai tiga fungsi yaitu :

a. Pengembangan

Pendidikan budaya dan karakter bangsa

mengembangkan potensi peserta didik untuk menjadi

pribadi yang berperilaku baik. Hal ini berlaku

bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan

perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter

bangsa.

b. Perbaikan

Pendidikan budaya dan karakter bangsa memperkuat

kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung

jawab dalam pengembangan potensi peserta didik

yang lebih bermartabat

c. Penyaring

76

Pendidikan budaya dan karakter bangsa berfungsi

untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya

lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya

dan karakter bangsa yang bermartabat.

C. Kajian Penelitian Sebelumnya Yang Relevan

Nuryana (2010) dalam penelitian yang

diadakan di salah satu sekolah dasar di Kabupaten

Bandung Barat. Penelitian ini memfokuskan pada

pendekatan yang dilakukan sekolah dalam penanaman

pendidikan nilai secara holistik antara lain melalui

keteladanan, pembiasaan dan budaya sekolah. Hasil

penelitian ini mengungkap pendidikan nilai yang

diajarkan, pendekatan pendidikan nilai yang digunakan,

budaya sekolah yang dikembangkan, kendala yang dihadapi

guru dalam pelaksanaannya serta bagaimana upaya dalam

mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini menunjukkan

adanya perubahan perilaku peserta didik ke arah yang

77

lebih positif dibandingkan dengan saat sebelum siswa

bersekolah di sekolah yang diteliti.

Supriadi (2008) dalam penelitian yang

diadakan di salah satu SMAN I Kopang Lombok yang

bertujuan untuk mengungkapkan budaya sekolah, peranan

warga sekolah dalam pelaksanaan budaya sekolah, serta

faktor-faktor yang mendukung atau menghambat

pelaksanaan budaya sekolah Hasil penelitian ini

memperlihatkan bahwa sekolah yang diteliti memiliki

budaya sekolah, baik yang dapat diamati maupun yang

tidak dapat diamati.

78

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Fokus penelitian ini adalah pelaksanaan

peningkatan budaya displin, budaya etika dan budaya

bersih. Di dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif. Metode penelitian kualitatif digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peneliti

79

adalah sebagai instrumen kunci, tekhnik pengumpulan

data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Penelitian kualitatif sering disebut sebagai

metode penelitian naturalistik karena penelitiannya

dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural Setting).

disebut juga sebagai metode etnography, karena pada

awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk

penelitian bidang antropologi budaya disebut sebagai

metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan

analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Dalam Penelitian ini akan mengkaji tentang

peningkatan budaya sekolah melalui pendidikan karakter

tepatnya di SDN I Girimarto Kabupaten Wonogiri Jawa

Tengah dengan harapan dapat memperbaiki pendidikan

karakter di lembaga pendidikan tersebut.

80

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitian tindakan (action research) yang lebih

berorientasi kepada melihat secara langsung gejala-

gejala atau yang bersifat wajar dan terjadi secara

alarniah. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.

C. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis

penelitian pengembangan yang diimplementasikan dalam

bentuk Penelitian Tindakan Sekolah. PTS adalah

penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah di

sekolah yang dibina atau dipimpin dengan penekanan pada

pengelolan dan peningkatan mutu pendidikan melalui

sistem manajerial dan kinerja kepala sekolah.

47

81

Lebih lanjut Suyadi mengemukakan bahwa

Penelitian tindakan sekolah dilaksanakan dengan

strategi siklus yang berangkat dari identifikasi

masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah, penyusunan

rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi

tindakan, dan refleksi. Rangkaian kegiatan perurutan

mulai dart rencana tindakan sampai dcngan refleksi

disebut sate siklus penelitian. Setiap siklus terdiri

dart empat tahap, yakni (1) perencanaan tindakan (2)

pelaksanaan tindakan, dan observasi, (3) refleksi dan

revisi. Penelitian ini diakhiri pada siklus ketiga.

Agar tujuan penelitian dapat tercapai dengan

baik, maka diperlukan persiapan yang baik. Langkah-

langkah penelitian dapat digambarkan tahapannya sebagai

berikut.

1. Tahap pra penelitian

Meminta ijin kepada pehak yang

berwenang, dalam hal ini kepala SDN I Girimarto

82

Kabupaten Wonogiri dan setelah peneliti

memperoleh gambaran mengenai cara

peningkatannya, dilaksanakan rapat kecil dengan

kepala sekolah, guru dan staf SDN I Girimarto

untuk pelaksanaan penelitian.

2. Tahap penyusunan pedoman wawancara dan observasi

Setelah memperoleh gambaran tentang

lokasi penelitian, maka peneliti menyusun

pedoman wawancara dan observasi yang berfungsi

untuk memperoleh data dan mengumpulkan data dari

informan penelitian. pedoman wawancara dan

angket disusun sesuai dengan rumusan masalah dan

tujuan masalah.

3. Tahap cara peningkatannya.

a. Hasil tahap penyusunan pedoman wawancara dan

observasi ditunjukkan kepada kepala sekolah.

b. Kepala sekolah diajak bekerja sama

memecahkan fokus-fokus di atas, dengan

83

menerapkan konsep-konsep atau teori-teori

yang bertalian dengan fokus-fokus itu yang

telah dibahas dalam bab kajian teori, sebagai

cara meningkatkan dan kriteria keberhasilan.

c. Siklus Penelitian

Berdasarkan kajian teori penelitian

menggunakan alur siklus penelitian tindakan

seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1Sumber: Siklus penelitian tindakan Pidarta (2012:20)

1) Siklus I

a) Semua fokus penelitian direncanakan

Revisi

Refleksi

Revisi

Refleksi

PerencanaPerencana

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Revisi

Refleksi

Pelaksanaan

Perencana

84

b) Dilaksanakan dan diobservasi tentang

budaya disiplin, budaya etika, dan

budaya bersih

c) Hasilnya direfleksi, artinya fokus mana

yang mengalami peningkatan, mana yang

baru setengah , dan mana yang sulit,

dan sebagainya.

d) Bagi fokus-fokus yang belum

berubah dengan baik cara

perlakuannya direvisi.

e) Hasil revisi ini menjadi bahan

perencanaan untuk siklus II dengan

harapan ada perkembangan dan dapat

ditingkatkan lagi di siklus II.

2) Siklus II

Dilakukan dengan cara sama dengan

siklus I tetapi hanya mengembangkan fokus-

fokus yang belum meningkat pada siklus I.

85

3) Siklus III

Fokus-fokus yang belum meningkat

pada siklus II, diberi perlakuan pada

siklus III dan siklus-siklus berikutnya

Demikian seterusnya, siklus pengembangan

akan berhenti atau dihentikan kalau semua

fokus yang dikembangkan sudah berkembang

sesuai dengan standar yang sudah

ditentukan.

4. Tahap pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian dimaksudkan untuk

memperoleh dan mengumpulkan data dari sumber

data melalui observasi, wawancara dan

dokumentasi. Pelaksanaan penelitian secara resmi

dilakukan setelah mendapat surat ijin penelitian

dari kepala sekolah yang bersangkutan.

D. Informan Penelitian

Dalam semua penelitian kualitatif,

86

instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri (Human

Instrument). Terminologi human instrument mengandung makna

bahwa hampir semua, bahkan selalu, peneliti kualitatif

melakukan kerja lapangan secara langsung untuk

mengumpulkan data penelitian. Keharusan peneliti

sebagai instrument penelitian dalam penelitian

kualitatif diserta dengan keharusan menggunakan

wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data

yang paling utama.

Untuk itu, peneliti harus menentukan

informan yang akan peneliti wawancarai. Pemilihan

informan dalam penelitian ini didasarkan pada

beberapa pertimbangan, yaitu subyek yang telah cukup

lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau

medan penelitian yang menjadi sasaran penelitian, ini

biasanya ditandai oleh kemampuan informan untuk

memberikan informasi yang "di luar kepala" tentang

sesuatu yang ditanyakan subyek yang masih terlibat

87

secara aktif di lingkungan kegiatan yang menjadi

sasaran penelitian

1.Subyek yang mempunyai cukup banyak waktu untuk

dimintai informasi

2.Subyek yang dalam memberikan informasi tidak

"dikemas" dulu, atau subyek yang masih "lugu"

dalam memberikan informasi.

3.Subyek yang sebelumnya tergolong masih asing bagi

peneliti sehingga peneliti merasa tertantang

untuk belajar sebanyak mungkin dan subyek.

Dalam penelitian ini melibatkan informan

penelitian seperti di dalam tabel di bawah ini.

a. Kepala sekolah SDN I Girimarto untuk

mendapatkan data tentang peningkatan budaya

sekolah yang ditingkatkan, kendala yang dihadapi

Kepala sekolah, dan hasil dari peningkatan budaya

sekolah melalui pendidikan karakter yang

diperoleh dengan cara wawancara

88

b.Guru SDN I Girimarto untuk mendapatkan data

tentang peningkatan budaya sekolah yang

ditingkatkan, kendala yang dihadapi guru, dan

hasil dari peningkatan budaya sekolah melalui

pendidikan karakter yang diperoleh dengan cara

wawancara

c.17 Siswa SDN I Girimarto untuk mendapatkan data

tentang hasil peningkatan budaya sekolah melalui

pendidikan karakter yang diperoleh dengan cara

wawancara.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri di

Kabupaten Wonogiri dengan mengambil tempat di SD

Negeri 1 Girimarto dengan pertimbangan sebagai

berikut:

a. SD Negeri 1 Girimarto adalah sekolah yang

memiliki budaya sekolah yang komplek dengan

89

karakter kepala sekolah guru, dan karakter

peserta didik yang berbeda – beda.

b.Guru-guru SD Negeri 1 Girimarto, memiliki

kompetensi yang memadai sebagai bekal dalam

menanamkan pendidikan karakter kepada peserta

didik.

2. Waktu Penelitian

Perkiraan waktu penelitian ini yang dilaksanakan

di SDN I Girimarto kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah

akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai

dengan bulan Agustus 2013. Adapun perkiraan jadwal

penelitian sebagai berikut berikut.

Tabel 3.2 Alokasi Waktu

Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

90

1. Pengajuan judul, penyusunanProposal

x x

2. Seminarproposal,revisi,pengesahanproposal

x x x

3. PenyusunanInstrumen,ijinpenelitian,pengesahan proposal

x x x

4. Pengolahandata

x x x

5. PenyusunanLaporan Hasil Penelitian

x x x

F. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi

kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas

instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.

Tekhnik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

91

tahu tekhnik pengumpulan data maka peneliti tidak

akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam

berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.

Bila dilihat dan settingnya, data dapat dikumpulkan

pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium

dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai

responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan

lain-lain.

Berbagai Bermacam-macam teknik pengumpulan

data ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut. Berdasarkan

gambar tersebut terlihat bahwa secara umum terdapat

empat macam teknik pengumpulam data, yaitu observasi,

wawancara, dokumentasi.

Gambar 3.2

Sumber : Tekhnik pengumpulan data (Sugiono,

2013:63)

92

Berdasarkan dari uraian di atas penelitian ini

dalam tekhnik pengumpulan data menggunakan observasi

(pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi.

1. Observasi

Observasi diperlukan dalam penelitian kualitatif

dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang

mendekati kenyataan terhadap obyek suatu penelitian.

Obsevasi dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian

tindakan dengan rencana yang telah disusun untuk

mengetahui sejauhmana pelaksanaan tindakan dapat

menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang

dikehendaki.

Gambar 3.2

Sumber : Tekhnik pengumpulan data (Sugiono,

2013:63)

93

Dalam penelitian ini seolah–olah peneliti

menceburkan diri ke dalam lingkungan tempat meneliti

batau situasi yang akan dipelajari dan dipahami.

Selama observasi peneliti secara langsung melihat

kondisi sekolah dengan meliputi aspek suasana sekolah

atau iklim sekolah, perilaku murid dan kepemimpinan

kepala sekolah.

Dalam penelitian ini menggunakan observasi

partisipatif dalam observasi ini, peneliti terlibat

dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati

atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan

apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut

merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan

ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,

tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dan

setiap perilaku.

Dengan menggunakan tekhnik observasi ini, peneliti

94

dapat mengamati bagaimana iklim sekolah, perilaku

murid dan kepemimpinan kepala sekolah dalam bekerja,

bagaimana semangat kerjanya bagaimana hubungan kepala

sekolah dengan karyawan lain, hubungan guru dengan

siswa dan pimpinan, keluhan dalam melaksanakan

pekerjaan dan lain lain

2. Wawancara

Interview adalah " a meeting of two persons to

exchange information and idea through question and responses,

resulting in communication and joint construction of meaning about

a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan

dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan

data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin

95

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam.

Teknik pengumpulan data ini mendasarkan pada

laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau

setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan

pribadi. Penelitian kualitatif, sering

menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan

wawancara mendalam. Selama melakukan observasi,

peneliti juga melakukan interview kepada orang –

orang yang ada di dalamnya.

Beberapa macam wawancara yaitu wawancara

tersetruktur, wawancara semi terstruktur dan

wawancara tidak berstruktur.

Dalam penelitian ini menggunakan wawancara

tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas di

mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara

yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap

untuk pengumpulan datanya.

96

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa

garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan

Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering

digunakan dalam penelitian pendahulu atau untuk

penelitian yang lebih mendalam tentang subyek yang

diteliti.

Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha

mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu

atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga

peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan

atau variabel apa yang harus diteliti. Untuk

mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih

lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara

kepada fihak-fihak yang mewakili berbagai tingkatan

yang ada dalam obyek. Misalnya akan melakukan

penelitian tentang iklim kerja perusahaan, maka

dapat dilakukan wawancara dengan pekerja tingkat

bawah, supervisor, dan manajer.

97

Langkah–langkah wawancara dalam penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut :

a. menetapkan kepada siapa wawancara itu

akan dilakukan

b. menyiapkan pokok-pokok masalah yang

akan menjadi bahan pembicaraan

c. mengawali atau membuka alur wawancara

d. melangsungkan alur wawancara

e. mengkonfirmasikan ikhtisar hasil

wawancara, mengakhirinya

f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam

cacatan lapangan

Mengidentifikasi tindak lanjut hasil

wawancara yang telah diperoleh

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang

98

berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan,

kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,

gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang

berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa

gambar, patung, film, dan lain-lain.

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif. Dokumen adalah "In most tradition of qualitative

research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first

person narrative produced by an individual which describes his or her own

actions, experience and belief'

Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan

lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh

sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di

tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Publish

autobiographies provide a readiley available source of data for the

99

discerning qualitative research.

Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila

didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan

seni yang telah ada. Photographs provide strikingly descriptive data,

are often used to understant the subjective and is product are frequeltly

analyzed inductive.

Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen

memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak

foto yang tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena

foto dibuat untuk kepentingan tertentu memberi

penjelasan bahwa metode dokumentasi berarti cara

mengumpulkan data dengan mencatat data–data yang ada.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data

dokumentasi dipergunakan untuk memperoleh informasi

tentang pelaksanaan budaya sekolah SDN I Girimarto.

Untuk data tertulis budaya sekolah dan pendidikan

karakter di SDN I Girimarto meliputi :

a. Profil SDN I Girimarto

100

b. Kurikulum

c. Visi dan misi

d. Presensi Guru

e. Presensi siswa

f. Konseling

g. Kalender Pendidikan

h. Peraturan sekolah atau tata tertib sekolah

i. Foto kegiatan siswa

j. Foto kegiatan pembelajaran

k. Data dan foto lain yang digunakan sebagai

pendukung penelitian ini.

F. Teknik Pengabsahan Data

Setelah data berhasil dikumpulkan dengan

menggunakan metode-metode yang diuraikan di atas,

langkah selanjutnya dan sebuah penelitian adalah

pemeriksaan keabsahan data yang telah dikumpulkan.

Dalam penelitian kualitatif, penelitian dianggap ilmiah

jika penelitian tersebut memenuhi syarat-syarat

101

keilmiahan penelitian kualitatif, yaitu ; kredibilitas,

dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferabilitas.

1. Kredibilitas

Kredibilitas adalah kriteria keabsahan data

hasil penelitian yang berkenaan dengan nilai kebenaran,

artinya bahwa hasil penelitian kualitatif harus dapat

dipercaya oleh pembaca yang kritis dan dapat diterima

oleh orang-orang yang memberikan informasi yang

dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Uji

kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil

penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan

perpanjangan pengamatan, peningkatkan ketekunan dalam

penelitian, tringulasi, diskusi dengan teman sejawat,

analisis kasus negatif, dan member check. Hal tersebut

sesuai dengan gambar 3.3 uji keabsahan data dalam

penelitian kualitatif di bawah ini.

Perpanjangan pengamatanPeningkatan ketekunan

102

Gambar 3.3Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif

Dengan perpanjangan pengamatan akan dapat

meningkatkan keperaniaan/kredibitas data. Dengan

perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan

sumber data yang pernah ditemui maupun Yang terbaru.

Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan

peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk

rapport, semakin akrap (tidak ada jarak lagi), semakin

Uji kredibilitas data

TriangulasiDiskusi teman sejawat

Analisis kasus negatif

Member check

103

terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi

yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk raport,

maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, di mana

kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang

dipelajari. Rapport is a relationship of mutual trust and emotional

affinity between two or more people.

Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan,

peneliti masih dianggap orang asing, masih dicurigai,

sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak

mendalam, dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan.

Dengan perpanjangan pengamatan peneliti, mengecek

kembali apakah data yang telah diberikan selanu ini

merupakan data yang sudah benar atau tidak.. Bila data

yang diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada

sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak

benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang

lebih luas dan mendalam sehingga diperolch data yang

pasti kebenarannya.

104

Lama perpanjangan pengamatan ini dilakukan, akan

sangat tergantung pada kedalaman, keluasan dan kepastian

data. Kedalaman artinya apakah peneliti ingin menggali

data sampai pada tingkat makna. Makna berarti data di

balik yang tampak. Yang tampak orang sedang menangis,

tetapi sebenarnya dia tidak sedih tetapi malah sedang

berbahagia. Keluasan berarti, banyak sedikitnya

informasi yang diperoleh. Dalam hal ini setelah peneliti

memperpanjang pengamatan, apakah akan menambah fokus

penelitian, sehingga memerlukan tambahan informasi baru

lagi. Data yang pasti adalah data yang valid yang sesuai

dengan apa yang terjadi. Untuk memastikan siapa yang

menjadi provokator dalam kerusuhan, maka harus betul-

betul ditemukan secara pasti siapa yang menjadi

provokator.

Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji

kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan

pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh,

105

apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke

lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila

setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar

berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan

dapat diakhiri.

Lebih lanjut sugiono mengemukakan Persistent observation

atau ketekunan pengamatan adalah melakukan pengamatan

secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara

tersebut maka kepastian data dan urutan peritiwa akan

dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai

contoh melihat kegiatan upacara bendera hari Senin.

Bagi orang awam upacara bendera adalah untuk

meningkatkan kedisiplinan. Tetapi bagi peneliti

kualitatif tentu akan lain kesimpulannya. Setelah

peneliti mencermati secara mendalam, upacara bendera

selain meningkatkan kedisiplinan juga meningkatkan rasa

cinta tanah air, reilgius, tanggung jawab, semangat

kebangsaan, kemandirian.

106

Selanjutnya untuk dapat memahami proses tersebut,

maka peneliti harus melakukan pengamatan secara terus-

menerus dan memahami aspek – aspek yang terdapat

didalam upacara bendera tersebut. untuk itu perlu

ketekunan peneliti agar data yang diperoleh lebih

kredibel.

Mengapa dengan meningkatkan ketekunan dapat

meningkatkan kredibilitas data? Meningkatkan ketekunan

itu ibarat kita mengecek soal-soal, atau makalah yang

telah dikerjakan, ada yang salah atau tidak. Dengan

meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat

melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah

ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan

meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan

deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa

yang diamati.

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan

ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi

107

buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-

dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.

Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin

luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk

memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau

tidak.

Triangulasi adalah qualitative cross-validation. It assesses

the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data

sources or multiple data collection procedures. Triangulasi dalam

pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dan berbagi sumber dengan berbagai

cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat

triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan

data, dan waktu.

Triangulasi sumber untuk menguji

kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Sedangkan triangulasi teknik untuk menguji

108

kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi

kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik

wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih

segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang

lebih valid sehingga lebih kredibel.

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai

atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat

tertentu. Mengapa dengan analisis kasus negatif akan

dapat meningkatkan kredibilitas data? Melakukan

analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data

yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang

telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda

atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang

ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti

masih mendapatkan data-data yang betentangan dengan

data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan

109

merubah temuannya

Member check adalah, proses pengecekan data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan

membercheck adalah untuk mengetahui seperapa jauh

data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan

oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan

disepakati oleh para pemberi data berarti datanya

data tersebut valid, sehingga semakin

kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang

ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya

tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti

perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan

apabila perbedaannya tajam, maka peneliti hams

merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa

yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan

membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan

akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan

apa yang dimaksud sumber data atau informan.

110

Informan dalam penelitian ini adalah Sutrisno,

S.Pd.M.Pd sebagai kepala sekolah SDN I Girimarto,

Guru SDN I Girimarto, dan siswa SDN I girimarto.

Dari informan tersebut akan digali informasi tentang

budaya sekolah yang telah ada, pendidikan

karakternya bagaimana, serta informasi yang

mendukung dalam penelitian ini.

2. Transferabilitas

Uji Transferabilitas bagi peneliti

naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakai,

hingga hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam

konteks dan situasi sosial lain (Sugiono:130).

Oleh karena itu, supaya orang lain dapat

memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada

kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut,

maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan

uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat

dipercaya.

111

Bila pembaca laporan penelitian memperoleh

gambaran yang sedemikian jelasnya, "semacam apa" suatu

hasil penelitian dapat diberlakukan (transferability),

maka laporan tersebut memenuhi standar

transferabilitas.

3. Depenbilitas

Dalam penelitian kualitatif, uji depenability

dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan

proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak

melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa

memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji

depenabilitynya. Kalau proses penelitian tidak

dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian

tersebut tidak reliabel atau dependable.

Untuk itu pengujian depenability dilakukan

dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan

proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor

yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit

112

keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan

penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan

masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber

data, melakukan analisis data, melakukan uji

keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat

ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tak

mempunyai dan tak dapat menunjukkan "jejak aktivitas

lapangannya", maka depenbabilitas penelitiannya patut

diragukan.

Dalam hal ini peneliti meminta pembimbing

penulisan tesis ini yaitu Dr. Sri Setyawati, M.Pd dan

Prof. Dr. Haris Supratno untuk melakukan audit

terhadap depenbilitas proses penelitian ini.

4. Konfirmabilitas

Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability

mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya

dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji

konfirmability berarti menguji hasil penelitian,

113

dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil

penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian

yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah

memenuhi standar konfirmability.

G. Prosedur penelitian

Dalam melaksanakan penelitian diperlukan

perijinan dari pihak – pihak yang berwenang supaya

pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan lancar dan

tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik. Prosedur

perijinan yang ditempuh penulis sebagi berikut.

1. Mengajukan surat ijin penelitian pada Direktur

Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya.

2. Setelah memperoleh surat ijin dari Direktur

Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya,

kemudian dilanjutkan kepada Kepala Sekolah SDN I

Girimarto Kabupaten Wonogiri

3. Peneliti melaksanakan Penelitian

H. Analisis Data

114

Salah satu ciri khas penelitian kualitaif

adalah lebih mementingkan proses daripada hasil.

Pentingnya proses bagi penelitian kualitatif

didasarkan pada kenyataan bahwa analisis data dimulai

ketika peneliti pertama kali turun ke lapangan

penelitian. Ketika peneliti berada di lapangan,

peneliti akan menemukan berbagai macam informasi yang

semuanya berkemungkinan menjadi "pilar utama" yang

sangat menentukan isi data yang dikumpulkan.

Untuk itu peneliti dituntut untuk sesegera

mungkin melakukan analisis data dan tidak menunggu

data itu menjadi "dingin" apalagi "basi". Analisis

data yang dilakukan di lapangan ini kemudian

memunculkan konsep-konsep yang dapat dijabarkan

menjadi hipotesis kerja apabila peneliti belum

menyusun hipotesis ketika turun ke lapangan.

Analisis data yang lebih intensif

selanjutnya dilakukan setelah proses pengumpulan data

115

selesai dilakukan. Analisis data adalah proses

pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola,

kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data.

Melalui analisis data, kita dapat menemukan

pola hubungan antar unsur dalam data deskriptif.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

memperhatikan tiga hal, yaitu reduksi data, display

data, dan verifikasi data ( Conclusion drawing).

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya

cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan

rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah

data akan semakin banyak, komplek dan rumit. Dalam

mereduksi data, terlebih dahulu peneliti membaca semua

data yang telah dikumpulkan, baik data hasil wawancara,

observasi, maupun data hasil dokumentasi.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan

116

dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama

dari penelitian kualitatif yaitu pada temuan. Oleh

karena itu, apabila peneliti dalam melakukan

penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang

asing, tidak kenal, belum memiliki pola, justru itulah

yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan

reduksi data.

Dari proses reduksi data, peneliti

memperoleh gambaran tentang mana data yang penting dan

mana data yang tidak penting. Data yang penting

selanjutnya dikelompokkan menjadi satu dan dicari

elemen-elemen pembentuknya. Analisis terhadap elemen-

elemen pembentuk data yang penting itu kemudian dicari

hubungannya dengan data. Setelah memperoleh hubungan

antar elemen dengan data yang penting, peneliti harus

bisa menemukan mainstream dari data itu. Setelah

peneliti menemukan mainstream dan hubungan antar

kategori, selanjutnya peneliti menyajikan data dalam

117

bentuk uraian naratif.

Setelah data direduksi, maka langkah

selanjutnya adalah mendisplay data. Penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

kategori. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan

data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang

bersifat naratif.

Model naratif deskriptif adalah penyajian

data dalam bentuk gambaran dan cerita tentang fokus

penelitian. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

analisis data penelitian kualitatif adalah verifikasi

data. Verikasi data adalah usaha untuk melakukan

pengecekan terhadap kesimpulan yang diperoleh dan

kegiatan analisis data, yang pada akhirnya menghasilkan

kesimpulan yang mantap.

Analisis domain dilakukan dalam penelitian ini

untuk memperoleh gambaran/pengertian yang bersifat umum

dan relatif menyelutuh tentang apa yang tercakup

118

disuatu fokus/pokok permasalahan yang tengah diteliti.

Dalam melakukan analisis domain disarankan peneliti

untuk melakukan hubungan semantis yang bersifat

universal.

BAB IV

PAPARAN HASIL PENELITIAN

A. Studi Awal

Hari pertama kedatangan peneliti di lapangan,

telah ada beberapa informasi penting hasil wawancara

dengan kepala Sekolah terkait dengan peningkatan budaya

sekolah melalui pendidikan karakter yang diterapkan di

119

SD Negeri I Girimarto yang merupakan salah satu sekolah

favorit yang mempunyai perkembangan yang pesat baik di

bidang akademik maupun bidang non akademik.

Dari 186 siswa SDN I hanya ada 17 siswa yang

belum melaksankan budaya sekolah SDN I Girimarto dengan

baik. Hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara

sebagai berikut.

1. Mereka sering datang terlambat datang ke sekolah

2. Mereka sering tidak mengerjakan pekerjaan

rumah atau tugas yang telah diberikan oleh guru.

3. Siswa sering tidak melaksanakan piket kelas.

4. Siswa sering malak atau meminta uang pada teman

5. Mereka sering berkata – kata yang kotor

6. Sering bertengkar dan mengganggu teman yang

lain pada saat pembelajaran.

7. Anak sering tidak menggosok gigi

8. Siswa sering tidak memasukan baju seragam

9. Siswa sering tidak masuk sekolah tanpa izin

72

120

10. Siswa sering membuang sampah sembarangan

11. Siswa sering berbicara sendiri atau ramai

dalam kelas

B. Informasi Tentang Perlakuan

Berdasarkan hasil studi awal yang dilakukan

kepada Informan maka diketahui bahwa masing – masing

siswa mendapat perlakuan pendidikan karakter yang tidak

sama.

1. Hasil Studi Awal

Langkah awal sebelum masuk pada

peningkatan siklus budaya sekolah, peneliti

mengawali dengan wawancara dan pengamatan untuk

mengetahui tingkat kedisiplinan, etika siswa dan

kebersihan siswa dari aspek pelanggaran yang

sering dilakukan dari para siswa tersebut.

Deskripsi hasil wawancara tersebut beserta

pendidikan karakter yang cocok sebagai berikut.

NO Kode Siswa Deskripsi pelanggaranyang sering dilakukan

121

1 Siswa A Sering tidak masuk sekolah tanpa izin

2 Siswa BSering berkata kotor di dalam kelas maupun di luar kelas

3 Siswa C Sering datang terlambat ke sekolah

4 Siswa DSiswa sering bertengkar dengan temannya

5 Siswa E Sering tidak masuk sekolah tanpa izin

6 Siswa FAnak sering sekali memelihara kuku yang panjang

7 Siswa G

Siswa sering berteriak teriak di dalam kelas ataupun di luar kelas

8 Siswa H Siswa sering malak atau meminta uang pada teman

9 Siswa ISiswa sering membuat gaduh pada saat pembelajaran berlangsung

10 Siswa J Siswa sering membuang sampah sembarangan

11 Siswa K Siswa sering tidak melaksanakan piket kelas

12 Siswa L Siswa sering tidak menggosok gigi

13 Siswa MSiswa sering tidak memasukan baju seragam sekolah

14 Siswa NSiswa sering tidak mengerjakan tugas / PR yang diberikan oleh guru

122

15 Siswa OSering berkata kotor di dalam kelas maupun di luar kelas

16 Siswa P Siswa sering bertengkar dengan temannya

17 Siswa QSiswa sering membuat gaduh pada saat pembelajaran berlangsung

Agar kepala sekolah dan guru mendapatkan

gambaran secara utuh tentang budaya sekolah, peneliti

menyampaikan konsep budaya sekolah mulai dari

pengertian, tujuan, prinsip, serta nilai – nilai

pendidikan karakter yang sesuai untuk diterapkan kepada

masing – masing siswa pada situasi dan kondisi yang

berbeda sebagaimana digambarkan pada tindakan/perlakuan

pada masing – masing siswa sebagai berikut :

a. Perlakuan kepada siswa A

Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang

dilakukan siswa A adalah Sering tidak masuk sekolah

tanpa izin maka pendidikan karakter yang ditekankan

guru atas perintah kepala sekolah pada siswa adalah

123

kedisiplinan. Pertimbangan menggunakan nilai

kedisiplinan yang diterapkan pada siswa A karena : (1)

Siswa belum menunjukan kemauan yang keras dengan

motivasi dan rasa percaya diri yang tinggi dalam

belajar; (2) Siswa belum memiliki rasa tanggung jawab

sebagai pelajar dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pelajar; (3) untuk meningkatkan prestasi siswa setara

dengan teman – teman siswa lainnya.

b. Perlakuan kepada Siswa B

Pelanggaran yang sering dilakukan siswa B

adalah Sering berkata kotor di dalam kelas maupun di

luar kelas maka pendidikan karakter yang ditekankan

guru atas perintah kepala sekolah pada siswa adalah

cinta damai. Deskripsi nilai cinta damai adalah Sikap,

perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain

merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

Pertimbangan menggunakan nilai cinta damai yang

diterapkan pada siswa B karena belum menunjukan sikap

124

dan tutur kata yang tidak terpuji sebagai pelajar.

Sehingga nilai kesopanan atau etika masih kurang

tertanam pada diri siswa.

c. Perlakuan kepada siswa C

Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang

dilakukan siswa C adalah Sering terlambat masuk sekolah

maka pendidikan karakter yang ditekankan guru atas

perintah kepala sekolah pada siswa adalah disiplin.

Deskripsi nilai disiplin adalah Tindakan yang

menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan. Pertimbangan menggunakan nilai

kedisiplinan yang diterapkan pada siswa C karena : (1)

Siswa belum menunjukan kemauan yang keras dengan

motivasi dan rasa percaya diri yang tinggi dalam

belajar; (2) Siswa belum memiliki rasa tanggung jawab

sebagai pelajar dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pelajar; (3) untuk meningkatkan prestasi siswa setara

dengan teman – teman siswa lainnya.

125

d. Perlakuan kepada siswa D

Pelanggaran yang sering dilakukan siswa D

adalah Siswa sering bertengkar dengan temannya dan

mengganggu teman saat pembelajaran maka pendidikan

karakter yang ditekankan guru atas perintah kepala

sekolah pada siswa adalah cinta damai. Deskripsi nilai

cinta damai adalah Sikap, perkataan, dan tindakan yang

menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas

kehadiran dirinya. Pertimbangan menggunakan nilai cinta

damai yang diterapkan pada siswa D karena belum

menunjukan sikap dan tutur kata yang tidak terpuji

sebagai pelajar.

Sehingga nilai kesopanan atau etika masih kurang

tertanam pada diri siswa.

e. Perlakuan kepada siswa E

Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang

dilakukan siswa E adalah Sering tidak masuk sekolah

tanpa izin maka pendidikan karakter yang ditekankan

126

guru atas perintah kepala sekolah pada siswa adalah

kedisiplinan. Pertimbangan menggunakan nilai

kedisiplinan yang diterapkan pada siswa E karena : (1)

Siswa belum menunjukan kemauan yang keras dengan

motivasi dan rasa percaya diri yang tinggi dalam

belajar; (2) Siswa belum memiliki rasa tanggung jawab

sebagai pelajar dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pelajar; (3) untuk meningkatkan prestasi siswa setara

dengan teman – teman siswa lainnya.

f. Perlakuan kepada siswa F

Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang

dilakukan siswa F adalah Sering memelihara kuku maka

pendidikan karakter yang ditekankan guru atas perintah

kepala sekolah pada siswa adalah peduli lingkungan.

Deskripsi nilai peduli lingkungan adalah Sikap dan

tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

127

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-

upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah

terjadi, sehingga muncul sikap peduli untuk

melestarikannya. Pertimbangan menggunakan nilai peduli

lingkungan yang diterapkan pada siswa F karena dia

termasuk siswa yang kurang menjaga kebersihan diri dan

lingkungannya.

g. Perlakuan kepada siswa G

Pelanggaran yang sering dilakukan siswa G

adalah Siswa sering berteriak teriak di dalam kelas

ataupun di luar kelas maka pendidikan karakter yang

ditekankan guru atas perintah kepala sekolah pada siswa

adalah cinta damai. Deskripsi nilai cinta damai adalah

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang

lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

Pertimbangan menggunakan nilai cinta damai yang

diterapkan pada siswa G karena belum menunjukan sikap

dan tutur kata yang tidak terpuji sebagai pelajar.

128

Sehingga nilai kesopanan atau etika masih kurang

tertanam pada diri siswa.

h. Perlakuan kepada siswa H

Pelanggaran yang sering dilakukan siswa H Siswa

sering malak atau meminta uang pada teman maka

pendidikan karakter yang ditekankan guru atas perintah

kepala sekolah pada siswa adalah cinta damai. Deskripsi

nilai cinta damai adalah Sikap, perkataan, dan tindakan

yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas

kehadiran dirinya. Pertimbangan menggunakan nilai cinta

damai yang diterapkan pada siswa G karena belum

menunjukan sikap dan tutur kata yang tidak terpuji

sebagai pelajar. Sehingga nilai kesopanan atau etika

masih kurang tertanam pada diri siswa.

i. Perlakuan kepada siswa I

Pelanggaran yang sering dilakukan siswa I

adalah Siswa sering membuat gaduh pada saat

pembelajaran berlangsung maka pendidikan karakter yang

129

ditekankan guru atas perintah kepala sekolah pada siswa

adalah cinta damai. Deskripsi nilai cinta damai adalah

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang

lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

Pertimbangan menggunakan nilai cinta damai yang

diterapkan pada siswa I karena belum menunjukan sikap

dan tutur kata yang tidak terpuji sebagai pelajar.

j. Perlakuan kepada siswa J

Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang

dilakukan siswa J adalah Siswa sering membuang sampah

sembarangan maka pendidikan karakter yang ditekankan

guru atas perintah kepala sekolah pada siswa adalah

peduli lingkungan. Deskripsi nilai peduli lingkungan

adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan

alam yang sudah terjadi, sehingga muncul sikap peduli

untuk melestarikannya. Pertimbangan menggunakan nilai

130

peduli lingkungan yang diterapkan pada siswa J karena

dia termasuk siswa yang kurang menjaga kebersihan diri

dan lingkungannya.

k. Perlakuan kepada siswa K

Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang

dilakukan siswa K adalah Siswa sering tidak

melaksanakan piket kelas maka pendidikan karakter yang

ditekankan guru atas perintah kepala sekolah pada siswa

adalah peduli lingkungan. Deskripsi nilai peduli

lingkungan adalah Sikap dan tindakan yang selalu

berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di

sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk

memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi,

sehingga muncul sikap peduli untuk melestarikannya.

Pertimbangan menggunakan nilai peduli lingkungan yang

diterapkan pada siswa K karena dia termasuk siswa yang

kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.

l. Perlakuan kepada siswa L

131

Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang

dilakukan siswa L adalah Siswa sering tidak menggosok

gigi maka pendidikan karakter yang ditekankan guru atas

perintah kepala sekolah pada siswa adalah peduli

lingkungan. Deskripsi nilai peduli lingkungan adalah

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan

alam yang sudah terjadi, sehingga muncul sikap peduli

untuk melestarikannya. Pertimbangan menggunakan nilai

peduli lingkungan yang diterapkan pada siswa L karena

siswa memiliki gigi yang kurang bersih dan sesuai

informasi yang diperoleh dari siswa lainnya.

m. Perlakuan kepada siswa M

Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang

dilakukan siswa M adalah Siswa sering tidak menggosok

gigi maka pendidikan karakter yang ditekankan guru atas

perintah kepala sekolah pada siswa adalah peduli

132

lingkungan. Deskripsi nilai peduli lingkungan adalah

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan

alam yang sudah terjadi, sehingga muncul sikap peduli

untuk melestarikannya. Pertimbangan menggunakan nilai

peduli lingkungan yang diterapkan pada siswa M karena

siswa sering sekali terlihat kurang rapi dalam

berseragam dan sesuai informasi yang diperoleh dari

siswa lainnya.

n. Perlakuan kepada siswa N

Berdasarkan dari tingkat pelanggaran yang

dilakukan siswa N adalah Siswa sering tidak mengerjakan

tugas / PR yang diberikan oleh guru maka pendidikan

karakter yang ditekankan guru atas perintah kepala

sekolah pada siswa adalah disiplin. Deskripsi nilai

disiplin adalah Tindakan yang menunjukkan perilaku

tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

133

Pertimbangan menggunakan nilai kedisiplinan yang

diterapkan pada siswa C karena : (1) Siswa belum

menunjukan kemauan yang keras dengan motivasi dan rasa

percaya diri yang tinggi dalam belajar; (2) Siswa belum

memiliki rasa tanggung jawab sebagai pelajar dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pelajar; (3) untuk

meningkatkan prestasi siswa setara dengan teman – teman

siswa lainnya.

o. Perlakuan kepada siswa O

Pelanggaran yang sering dilakukan siswa O

adalah Sering berkata kotor di dalam kelas maupun di

luar kelas maka pendidikan karakter yang ditekankan

guru atas perintah kepala sekolah pada siswa adalah

cinta damai. Deskripsi nilai cinta damai adalah Sikap,

perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain

merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

Pertimbangan menggunakan nilai cinta damai yang

diterapkan pada siswa O karena belum menunjukan sikap

134

dan tutur kata yang tidak terpuji sebagai pelajar.

Sehingga nilai kesopanan atau etika masih kurang

tertanam pada diri siswa.

p. Perlakuan kepada siswa P

Pelanggaran yang sering dilakukan siswa P

adalah Siswa sering bertengkar dengan temannya dan

mengganggu teman saat pembelajaran maka pendidikan

karakter yang ditekankan guru atas perintah kepala

sekolah pada siswa adalah cinta damai. Deskripsi nilai

cinta damai adalah Sikap, perkataan, dan tindakan yang

menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas

kehadiran dirinya. Pertimbangan menggunakan nilai cinta

damai yang diterapkan pada siswa P karena belum

menunjukan sikap dan tutur kata yang tidak terpuji

sebagai pelajar.

q. Perlakuan kepada siswa Q

Pelanggaran yang sering dilakukan siswa Q

adalah Siswa sering membuat gaduh pada saat

135

pembelajaran berlangsung maka pendidikan karakter yang

ditekankan guru atas perintah kepala sekolah pada siswa

adalah cinta damai. Deskripsi nilai cinta damai adalah

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang

lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

Pertimbangan menggunakan nilai cinta damai yang

diterapkan pada siswa Q karena belum menunjukan sikap

dan tutur kata yang tidak terpuji sebagai pelajar.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan

tersebut di atas, maka para siswa di SDN I Girimarto

yang belum menerapkan budaya sekolah dengan baik

dikelompokan menjadi 3 Kategori, masing – masing

adalah:

1) Kategori I ( Budaya disiplin ): yang memiliki

aspek kedisiplinan yang rendah sebanyak 4 (empat)

siswa yaitu :

a) Kode A

b) Kode C

136

c) Kode E

d) Kode N

2) Kategori II ( budaya Etika ): yang memiliki aspek

etika ata kesopanan yang rendah sebanyak 8

(delapan) siswa yaitu :

a) Kode B

b) Kode D

c) Kode G

d) Kode H

e) Kode I

f) Kode O

g) Kode P

h) Kode Q

3) Kategori III ( Budaya Bersih ): yang memiliki

aspek Kebersihan yang rendah sebanyak 5 (lima)

siswa yaitu :

a) Kode F

b) Kode J

137

c) Kode K

d) Kode L

e) Kode M

C. Hasil Penelitian

1. Kategori I (Budaya Displin) Siklus Pertama

Kepala sekolah dan peneliti melakukan observasi

untuk mendapatkan informasi dan menganalisa

permasalahan yang sebenarnya. Setelah informasi dan

hasil analisa tersebut diperoleh selanjutnya dilakukan

identifikasi terhadap persoalan dan melakukan tindakan

yang dilakukan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kepala sekolah dan peneliti mendiskusikan

tentang perencanaan dalam meningkatakan budaya sekolah

dengan dilakukan sesuai dengan hasil observasi yaitu :

Siswa Kode A, Kode C, Kode E, Kode N yaitu siswa yang

tergolong memiliki kedisiplinan yang kurang. Para Siswa

tersebut termasuk memiliki latar belakang yang sama

138

yaitu orang tua yang merantau dan di rumah hanya dengan

neneknya sehingga tidak ada perhatian khusus kepada

para siswa tersebut. Mereka sering melakukan

pelanggaran sering tidak masuk sekolah, sering datang

terlambat ke sekolah bertindak hanya semaunya saja

belum memiliki tanggung jawab. Maka perencanaan pada

siklus ini adalah memacu agar lebih mengembangkan

kedisiplinan siswa dan semakin bertanggung jawab atas

tugasnya sebagai pelajar. Memberi prioritas untuk

meningkatkan diri. Maka perencanaan dalam peningkatan

kedisiplinan dengan memberikan pendekatan penguatan

atau motivasi, serta menerapkan nilai pendidikan

karakter disiplin, kerja keras, mandiri, semangat

kebangsaan dan menghargai prestasi di dalam

pembelajaran ataupun di luar pembelajaran, memberikan

tugas dan bimbingan yang intensif kepada siswa.

Persiapan yang dilakukan peneliti yaitu dengan

mempersiapkan instrumen pengamatan dan instrumen

139

wawancara dan dokumentasi untuk mendukung tahap

perencanaan.

b. Tindakan dan Observasi

Sesuai perencanaan yang telah disepakati dan

dengan hasil observasi peneliti melaksanakan wawancara

dengan para siswa yang tergolong dalam kategori I

berikut ini petikan hasil wawancara dengan siswa

tentang bagaimana Bagaimana sikap perasaannya setelah

mendapatkan bimbingan dari guru. berikut jawaban siswa

A:

Saya dirumah tidak ada siapa – siapa hanyadengan nenek saya jadi saya sering tidakmasuk sekolah karena setiap malam sayamenonton televisi sampai larut malam sehinggasaya terlambat bangun tidur. Jadi saya seringtidak masuk sekolah karena bangun kesiangan.Tetapi saya akan berusaha lebih baik agarbangun tidur lebih pagi, dan dapat masuksekolah. (WWCR/SA/I/19 Agustus 2013)

Wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa

dapat membuat keakraban semakin terlihat, selain itu

juga ditemukan bahwa adanya keinginan dan minat yang

140

sangat besar dari siswa A untuk meningkatkan

kedisiplinan..

Untuk siswa C sering melakukan pelanggaran

sering terlambat masuk sekolah maka diperlukan tekhnik

penguatan terhadap siswa C ini. Kutipan wawancara yang

dilakukan dengan pertanyaan yang sama diajukan kepada

siswa C Bagaimana sikap kamu, perasaan kamu setelah

mendapatkan bimbingan dari guru. Jawaban siswa C

sebagai berikut :

Rumah saya jauh dari sekolah dan jauh darirumah teman – teman saya orang tua saya keJakarta saya di rumah hanya tinggal dengannenek saya jadi saya sering terlambat kesekolah karena tidak ada yang mengantar makasaya terpaksa berjalan kaki. Semoga saya bisalebih disiplin. (WWCR/SC/I/19 Agustus 2013)

Mengacu jawaban siswa C menunjukan adanya

keinginan dan minat yang sangat besar dari siswa A

untuk meningkatkan kedisiplinan..

Masih berkaitan dengan jenis pelanggaran tata

tertib yang sering dilakukan siswa yaitu kedisiplinan,

141

siswa E merupakan salah satu siswa yang sering

melanggar kedisiplinan yaitu sering datang terlambat ke

sekolah. Dengan latar belakang keluarga yang kurang

mampu dan juga sering bergaul dengan anak remaja, maka

kurang terkontrol dalam kegiatan sehari – harinya.

Bagaimana sikap kamu, perasaannya setelah mendapat

bimbingan dari guru. Siswa E menjawab :

Saya sering bergaul dengan anak remaja jadisaya sering bermain sampai larut malamsehingga saya sering bangun tidur kesiangansehingga saya sering terlambat masuk sekolahtapi saya tetap masuk kok walaupun terlambat.Karena di rumah saya tinggal dengan kakaksaya saja ayah dan ibu pergi ke Medanberjualan bakso. (WWCR/SE/I/19 Agustus 2013)Mengacu jawaban siswa E belum menunjukan kemauan

untuk bersikap lebih disiplin dengan perencanaan yang

telah disepakati.

Siswa lain yang melanggar peraturan kedisiplinan

yaitu siswa N. Siswa N ini sering tidak mengerjakan PR

atau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Karena

kurang memiliki motivasi untuk berprestasi. Terkait

142

dengan hal tersebut maka wawancara dilakukan tentang

bagaimana sikap, perasaannya setelah mendapatkan

bimbingan dari guru. Siswa N menjawab :

Saya tinggal di rumah bersama kakek dannenek, saya sering tidak mengerjakan tugasatau PR karena saya sering lalai dan kurangmemperhatikan perintah atau tugas yangdiberikan oleh guru. Maka saya sering diberisangsi oleh guru karena tidak mengerjakantugas atau PR. (WWCR/SN/I/19 Agustus 2013)

Mengacu jawaban siswa E belum menunjukan kemauan

untuk bersikap lebih disiplin dengan perencanaan yang

telah disepakati.

Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini

maka tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas SDN

I Girimarto yaitu dengan pembinaan, bimbingan dan

penerpapan nilai pendidikan karakter disiplin, kerja

keras, mandiri, memiliki semangat kebangsaan dan

menghargai prestasi dalam :

1) Bidang akademik

143

Dari segi akademik, masih terlihat seperti pada

studi awal penelitian. Kedisiplinan di bidang

akademik siswa yang tergolong dalam kategori I belum

tampak atau tergolong sedang karena ada 2 siswa yang

mempunyai keinginan untuk berprestasi dan ada dua

siswa yang sudah memiliki motivasi untuk berprestasi

dalam akademik.

2) Pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa

yang tergolong kategori I ini belum menunjukan

sikap kedisiplinan karena perilaku siswa belum

memperlihatkan adanya perubahan secara emosional

dan perilaku, berdasarkan hal tersebut, atau

tergolong cukup.

3) Harga diri yang positif

Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini,

siswa belum menunjukan kedisiplinan yang mengarah

144

pada harga diri yang positif karena ada siswa yang

belum menyadari hal tersebut

c. Refleksi

1) Ada beberapa siswa yang memiliki kecenderungan

untuk tidak mau menerima beban resiko yang

diberikan atau ditugaskan kepadanya.

2) Ada beberapa siswa yang belum melaksanakan

pengarahan atau bimbingan dari guru.

3) Ada beberapa siswa belum terlihat disiplin dalam

melaksanakan bimbingan dan pengarahan dari guru.

d. Revisi

1) Siswa perlu diberikan tugas agar tertanam nilai

disiplin, kerja keras, mandiri.

2) Bimbingan dan pengarahan lebih intensif

3) Siklus kedua perlu dilakukan untuk memantapkan

kedisiplinan siswa.

2. Kategori II (Budaya Etika) Siklus Pertama

145

a. Perencanaan

Kepala sekolah dan peneliti mendiskusikan

tentang perencanaan dalam meningkatakan budaya sekolah

dengan dilakukan sesuai dengan hasil observasi yaitu :

Siswa Kode B, Kode D, Kode G, Kode H, Kode I, Kode O,

Kode P dan Kode Q merupakan siswa yang tergolong

memiliki aspek etika atau kesopanan yang kurang.

Pemberian pengarahan dari guru tentang nilai cinta

damai sesama teman dan motivasi kepada siswa sangat

diperlukan. Para siswa tersebut rata – rata siswa kelas

6 dan merasa paling besar di bandingkan kelas lainya.

Maka sering terjadi pertengkaran antar siswa karena

merasa lebih menang dari siswa lainnya.

Maka perencanaan pada siklus ini adalah memacu

agar lebih meningkatkan kesopanan atau etika siswa

dalam berperilaku di sekolah dan di masyarakat. Memberi

prioritas untuk meningkatkan diri. Maka perencanaan

dalam peningkatan etika dengan memberikan pendekatan

146

penguatan atau motivasi, serta menerapkan nilai

pendidikan karakter Religius, jujur, toleransi,

bersahabat dan cinta damai di dalam pembelajaran

ataupun di luar pembelajaran, memberikan tugas dan

bimbingan yang intensif kepada siswa. Karena tingkat

pelanggaran yang sering dilaksanakan yaitu seperti

berkata kotor, sering berkelahi dengan teman, membuat

gaduh di dalam kelas, berteriak – teriak di dalam kelas

atau di luar kelas.

Perencanaan pada siklus ini adalah memberikan

motivasi agar lebih berani mencoba melatih dan

membiasakan diri untuk meningkatkan kemampuan yang

mereka miliki dan mengurangi kebiasaan yang kurang

sopan. Berilah pembinaan dan bimbingan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki oleh masing – masing siswa agar

lambat laun mereka dapat melakukan hal – hal sesuai

harapan sekolah.

147

Persiapan yang dilakukan peneliti yaitu dengan

mempersiapkan instrumen pengamatan dan instrumen

wawancara dan dokumentasi untuk mendukung tahap

perencanaan.

b. Tindakan dan observasi

Sesuai perencanaan yang telah disepakati dan

dengan hasil observasi peneliti melaksanakan wawancara

kepada siswa yang sering melakukan pelanggaran tentang

etika pada siklus ini siswa diberikan bimbingan dan

pengarahan tentang nilai pendidikan karakter religius,

jujur, toleransi, bersahabat dan cinta damai di dalam

pembelajaran ataupun di luar pembelajaran agar tidak

melakukan pelanggaran lagi. Maka untuk meningkatkan

budaya etika menggunakan teknik reinforcement positive yaitu

dengan memberikan motivasi yang menyenangkan.

Siswa yang sering melanggar etika di sekolah yaitu

siswa B Ketika peneliti bertanya tentang bagaimana

148

sikap, perasaan kamu setelah mendapatkan bimbingan dari

guru maka Siswa B menjawab :

Saya sadar, bahwa saya sudah kelas 6 jadisaya harus memberikan contoh yang baik bagiadik – adik kelas saya. Terus terang sayasering berkata kotor pada saat saya bercandadengan teman – teman sehingga sering lupa danhal itu merupakan sikap yang tidak terpuji,insyaallah saya akan lebih baik lagi dalamberbicara atau bertingkah laku. (WWCR/SB/I/22Agustus 2013)Hasil dari wawancara dengan siswa B bahwa siswa

ini sudah menunjukan adanya perubahan perilaku untuk

lebih baik lagi karena merasa yang dia lakukan selama

ini tidak baik.

Pelanggaran nilai kesopanan yang lain juga terjadi

pada siswa D yang sering berkelahi dengan temannya

sudah beberapa kali diperingatkan tetapi masih saja

melakukan pelanggaran yang sama. Maka siswa D di

bimbing, ditegur, dan diberi penguatan nilai pendidikan

karakter religius, jujur, toleransi, bersahabat dan

cinta damai agar merubah sikap dan tingkah lakunya.

Siswa D diberikan bimbingan dan penguatan oleh guru.

149

Tanggapan siswa terhadap bimbingan guru sebagai

berikut:

Saya kelas besar kok masa saya kalah dengankelas lima pak, jadi saya ya kalau ada yangmengejek saya ya saya tantang Nanti kalausudah besar saya bisa berubah seperti lainya.Ya..saya dibimbing pak guru agar supaya tidakberkelahi lagi dan dapat berprestasi sepertiteman – teman yang lain. (WWCR/SD/I/22Agustus 2013)

Berdasarkan wawancara dari siswa D menunjukan

belum tampak kemauan untuk merubah perilaku karena

siswa masih belum bisa mengontrol emosinya karena

memang siswa D memiliki karakter yang keras dan ingin

menang sendiri. Dengan pertanyaan yang sama kepada

siswa G yang cenderung sering berteriak teriak sehingga

sering ditegur guru kelasnya, tanggapan siswa G sebagai

berikut :

Saya sering berteriak teriak di kelas karenateman – teman saya banyak kok yang sepertisaya, ya saya akan berusaha mengurangitingkah laku saya yang kurang sopan. Menurutsaya dengan bimbingan bapak guru, saya akanlebih sopan terhadap guru, teman atau kepadaorang lain. (WWCR/SG/I/22 Agustus 2013)

150

Siswa G berdasarkan tanggapannya menunjukan

kemauan untuk berubah sudah tampak tapi belum

sepenuhnya masih perlu adanya bimbingan dan pengarahan

dari guru. Dengan pertanyaan yang sama kepada siswa H

tentang bagaimana sikap, perasaan kamu setelah

mendapatkan bimbingan dari guru maka Siswa H menjawab

sebagai berikut :

Saya meminta uang kepada teman karena sayasering tidak dikasih uang saku dari orang tuasaya. Bapak dan ibu saya merantau jadi sayahanya tinggal dirumah dengan nenek jadi sayasering tidak dikasih uang saku nenek tidakpunya uang. Ya saya meminta uang kepada teman– teman.bapak dan ibu guru memberi pengarahankepada saya agar cinta damai sesama temandan tidak meminta uang kepada teman – temankarena perbuatan yang tidak sopan dan tidakterpuji. Ya akan saya coba agar tidak meminta– minta uang lagi kepada teman. (WWCR/SH/I/22Agustus 2013)

Mengacu jawaban siswa H di atas menunjukan

motivasi untuk merubah sikap dan perilakunya dengan

pengarahan dari guru tetapi masih diperlukan bimbingan

151

yang intensif lagi. Di waktu yang berbeda peneliti

melaksanakan wawancara kepada siswa I dan siswa O

tentang Bagaimana sikapnya setelah mendapat bimbingan

dari guru kutipan wawancaranya sebagai berikut :

Pak guru memberikan pengarahan kepada sayaagar tidak membuat gaduh di kelas lagi karenasaya termasuk siswa yang sering ramai dan sukamengganggu teman. Ya saya akan lebih baik lagikarena saya sudah kelas 6 agar bisa meerubahsikap dan tingkah laku saya supaya lebih sopanlagi. (WWCR/SI/I/23 Agustus 2013)

Saya suka misuh kalau bahasa indonesia berkatakotor saya dibimbing pak guru agar bisamembiasakan berbicara yang sopan, tidakberkata kotor. Ya saya akan berusaha untuklebih baik dalam bertutur kata. Karena katapak guru tidak memiliki etika dalam bergaul.(WWCR/SO/I/23 Agustus 2013)

. Hasil dari wawancara dengan siswa B bahwa siswa ini

sudah menunjukan adanya perubahan perilaku untuk lebih

baik lagi karena merasa yang dia lakukan selama ini

tidak baik. Dengan pertanyaan yang sama kepada siswa P

tentang bagaimana sikap, perasaan kamu setelah

152

mendapatkan bimbingan dari guru maka Siswa P menjawab

sebagai berikut :

Saya sering diperingatkan bapak dan ibu gurusupaya tidak sering berkelahi dengan temanapalagi dengan oranag luar sekolah bahkandengan sekolah lain. Ya tapi bagaimana lagikalo ada yang mengganggu saya ya akan sayalawan lagi. Ya akan saya coba agar tidaksering berkelahi lagi. (WWCR/SP/I/23 Agustus2013)

Berdasarkan wawancara dari siswa P menunjukan belum

tampak kemauan untuk merubah perilaku karena siswa

masih belum bisa mengontrol emosinya karena memang

siswa P memiliki karakter yang keras dan ingin menang

sendiri. Dengan pertanyaan yang sama kepada siswa Q

yang cenderung sering mengganggu teman saat

pembelajaran berlangsung sering ditegur guru kelasnya,

tanggapan siswa Q sebagai berikut

Ya Bapak dan ibu guru sudah memperingatkankepada saya agar tidak mengganggu teman padasaat pembelajaran berlangsung. Saya perhatikandan akan saya laksanakan pengarahan dari guruagar saya bisa lebih baik lagi untuk bisalebih sopan pada saat pembelajaran sedangberlangsung dan memperhatikan bapak / ibu guru

153

dalam memberikan pelajaran.Dan bapak ibu gurumenekankan saya harus cinta damai kepada siswalainnya. (WWCR/SQ/I/23 Agustus 2013)

Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini

maka tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas SDN

I Girimarto yaitu dengan pembinaan, bimbingan dan

penerapan nilai pendidikan karakter religius,

demokratis, toleransi, bersahabat dan cinta damai dalam

:

1) Pemahan benar dan salah

Pada siklus I kategori II penelitian tentang budaya

etika, siswa yang tergolong dalam kategori II belum

tampak atau tergolong cukup karena dari 8 siswa

masih 3 siswa yang belum sepenuhnya memahami benar

dan salah dalam peraturan tata tertib sekolah

tentang tata krama atau etika dan ada dua siswa

yang sudah memahami benar dan salah peraturan tata

tertib sekolah tentang tata krama atau etika serta

memiliki motivasi untuk merubah sikap dan perilaku

154

di sekolah. Untuk itu perlu ditingkatkan lagi

bimbingan tentang nilai karakter toleransi dan

demokratis kepada siswa yang tergolong pada

kategori II ini.

2) Akhlak

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa

yang tergolong kategori II ini belum menunjukan

sikap sopan karena perilaku siswa belum

memperlihatkan adanya perubahan secara akhlak,

emosional dan perilaku, untuk itu perlu adanya

pembinaan dan bimbingan tentang nilai religius

kepada siswa.

3) Pemahaman baik dan buruk

Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini,

siswa belum menunjukan pemahaman yang mengarah pada

hal yang baik dan buruk tentang perilaku yang

sering dilakukannya karena ada siswa yang belum

menyadari hal tersebut. Untuk itu perlu

155

ditingkatkan lagi bimbingan tentang nilai karakter

bersahabat dan cinta damai kepada siswa yang

tergolong pada kategori II ini.

Memberikan tugas – tugas untuk diselesaikan dalam

jangka waktu tertentu. Tetapi awasilah dan bantu mereka

jika mereka ada yang mengalami kesulitan. Hal ini

dilakukan agar siswa memiliki rasa tanggung jawab .

Biasakanlah secara rutin pembinaan dan pengarahan

sesuai permasalahan yang dimiliki siswa tersebut.

Tekankan nilai – nilai etika atau kesopanan kepada

siswa tersebut agar memahami bahwa cinta damai sesama

teman akan memberikan pergaulan yang positif dan dapat

meningkatkan prestasi yang lebih baik lagi. Gunakan

kalimat atau ungkapan yang simpati terhadap perubahan

pada diri siswa agar dapat memacu semangat siswa dalam

belajar dan meningkatkan kepercayaan diri siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada awal

siklus ini, maka tindakan yang harus dilakukan oleh

156

guru Bimbingan dan konseling SDN I Girimarto adalah

memberikan pengarahan motivasi agar para siswa lebih

sopan lagi dalam bertutur kata ataupun dalam tingkah

laku dan membiasakan diri agar lebih beretika dalam

pergaulan. Memberi tugas dan tanggung jawab kepada

siswa lebih diintensifkan. Bagi siswa yang masih

melakukan pelanggaran, akan diberikan teguran kepada

siswa tersebut agar lebih baik lagi dalam berperilaku.

c. Refleksi

1) Pengarahan dan bimbingan masih diperlu

ditingkatkan lagi agar siswa lebih baik lagi dalam

bertutur kata ataupun bertingkah laku di sekolah

dan di Masyarakat.

2) Motivasi yang berkesinambungan juga masih

diperlukan agar siswa lebih percaya diri dan

memiliki kepribadian yang lebih baik lagi.

3) Kurangnya koordinasi antar guru dalam memberikan

pengarahan kepada siswa.

157

4) Siklus kedua perlu dilakukan untuk memantapkan

perilaku dan etika pada diri siswa.

d. Revisi

1) Masih ada beberapa siswa yang memerlukan pembinaan

dan bimbingan tentnag nilai pendidikan karakter

religius, toleransi, demokratis, bersahabat dan

cinta damai.

2) Pengarahan dilakukan ketika dalam pembelajaran

berlangsung dan saat di luar pembelajaran.

3) Siklus berikutnya diperlukan lagi.

3. Kategori III (Budaya Bersih) Siklus Pertama

a. Perencanaan

Kepala sekolah dan peneliti mendiskusikan

tentang perencanaan dalam meningkatakan budaya sekolah

dengan dilakukan sesuai dengan hasil observasi yaitu :

Siswa Kode F, Kode J, Kode K, Kode L, Kode M yaitu

siswa yang tergolong memiliki aspek hidup bersih yang

kurang. Pemberian pengarahan dari guru bimbingan dan

158

konseling tentang manfaat nilai hidup bersih dan peduli

lingkungan dan motivasi kepada siswa sangat

diperlukan.

Para siswa tersebut rata – rata siswa kelas

rendah karena masih belum memiliki tanggung jawab

seperti kelas tinggi. Karena tingkat pelanggaran yang

sering dilaksanakan yaitu seperti membuang sampah tidak

pada tempatnya, sering mencorat – coret dinding

sekolah, memakai seragam kurang rapi dan lain- lain.

Pada siklus ini siswa diberikan bimbingan dan

pengarahan agar tidak melakukan pelanggaran yang sering

mereka lakukan.

Perencanaan pada siklus ini adalah memberikan

contoh atau tauladan kepada siswa agar lebih berani

mencoba melatih dan membiasakan diri untuk meningkatkan

kemampuan yang mereka miliki dan mengurangi kebiasaan

hidup bersih. Berilah pembinaan dan bimbingan sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing – masing

159

siswa agar lambat laun mereka dapat melakukan hal – hal

sesuai harapan sekolah.

Persiapan yang dilakukan peneliti yaitu dengan

mempersiapkan instrumen pengamatan dan instrumen

wawancara dan dokumentasi untuk mendukung tahap

perencanaan.

b. Tindakan dan Observasi

Sesuai perencanaan yang telah disepakati dan

dengan hasil observasi peneliti melaksanakan wawancara

kepada siswa yang sering tidak membiasakan hidup bersih

pada diri sendiri maupun lingkungan pada siklus ini

siswa diberikan contoh dan tauladan serta bimbingan dan

pembinaan tentang nilai pendidikan karakter kreatif,

rasa ingin tahu, peduli lingkungan dan peduli sosial di

dalam pembelajaran ataupun di luar pembelajaran agar

tidak melakukan pelanggaran lagi. Maka untuk

meningkatkan budaya bersih menggunakan teknik

160

reinforcement positive yaitu dengan memberikan motivasi yang

menyenangkan.

Karena siswa yang tergolong kategori III ini masih

kelas I maka wawancara peneliti laksanakan dengan guru

kelas yang tugasnya juga sebagai guru konseling.

Dimulai dari siswa F yang sering memelihara kuku yang

panjang sehingga terlihat kotor. Kutipan wawancara

tentang siswa F sebagai berikut sebagai berikut :

Siswa F sering sekali memelihara kuku yangpanjang Ya penyebabnya ini kurangnya perhatiandari orang tua siswa bahwa mereka kurangmemperhatikan kebersihan anaknya sehinggasering sekali siswa F ini memiliki kuku yangpanjang dan terlihat kotor. Saya sudah memberibimbingan kepada anak agar kukunya harusdipotong agar bersih dan rapi. Mudah – mudahansiswa F ini akan berubah kedepannya.(WWCR/Gr/I/26 Agustus 2013)

Mengacu wawancara dengan guru kelas I di atas,

dengan contoh dan tauladan yang diberikan guru, Siswa F

menunjukan kemauan untuk lebih bersih lagi kedepannya.

Demikian juga terjadi pada siswa J yang sering membuang

161

sampah sembarangan. Kutipan wawancara dengan guru kelas

I tentang siswa J sebagai berikut sebagai berikut :

Kalau untuk Siswa J ini sering membuang sampahsembarangan. Penyebabnya ya...mungkin sudahkebiasaan dirumah bahwa tidak adanyapengarahan atau bimbingan dari orang tuatentang kebiasaan hidup berih di lingkunganrumah. Saya sebagai guru konseling berusahamemberikan bimbingan kepada siswa ini agarbudaya bersih melekat pada dirinya.semoga akanlebih baik lagi. (WWCR/Gr/I/26 Agustus 2013)

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas I di atas,

dengan contoh dan tauladan yang diberikan guru, Siswa J

belum tampak menunjukan kemauan untuk lebih bersih lagi

kedepannya. Demikian juga terjadi pada siswa K yang

sering membuang sampah sembarangan. Kutipan wawancara

dengan guru kelas I tentang siswa K sebagai berikut

sebagai berikut :

Siswa K ini sering tidak melaksanakan piketkelas, hal ini disebabkan karena siswatermasuk siswa yang sering juga terlambatmasuk sekolah untuk itu sering tidakmelaksanakan tugas piket kelas. Saya berikanbimbingan kepada siswa K ini agar datang lebih

162

awal agar dapat melaksanakan tugas piketkelasnya. (WWCR/Gr/I/26 Agustus 2013)

Mengacu wawancara dengan guru kelas I di atas,

dengan contoh dan tauladan yang diberikan guru, Siswa K

menunjukan kemauan untuk lebih bersih lagi kedepannya.

Demikian juga terjadi pada siswa L yang sering tidak

menggosok gigi. Kutipan wawancara dengan guru kelas I

tentang siswa L sebagai berikut sebagai berikut :

Siswa L ini siswa yang sering tidak menggosokgigi, hal ini disebabkan karena siswa termasuksiswa yang tergolong dari keluarga yang tidakmampu, saya guru kelas rendah ya...saya seringbertanya kepada siswa tentang siapa yang tidakpernah gosok gigi? Karena siswa kelas rendahya polos jawabannya mas, siswa L ini yangsering sekali tidak menggosok gigi. (WWCR/Gr/I/26 Agustus 2013)

Mengacu wawancara dengan guru kelas I di atas,

dengan contoh dan tauladan yang diberikan guru, Siswa L

belum menunjukan kemauan untuk lebih bersih lagi

kedepannya. Demikian juga terjadi pada siswa M yang

sering membuang sampah sembarangan. Kutipan wawancara

163

dengan guru kelas I tentang siswa M sebagai berikut

sebagai berikut :

Untuk Siswa M ini sering tidak memasukan bajuseragam sekolah, hal ini disebabkan karenasiswa ini termasuk anak yang hiperaktif banyakgerak ya sering lari kesana kemari untuk itubaju seragamnya tidak rapi. Ya ..namanya anak– anak. Saya berusaha untuk memberi bimbinganagar mengurangi aktifitasnya agar lebih rapi.(WWCR/Gr/I/26 Agustus 2013)

Mengacu wawancara dengan guru kelas I di atas,

dengan contoh dan tauladan yang diberikan guru, Siswa M

sudah menunjukan kemauan untuk lebih bersih lagi

kedepannya.:

Maka tindakan yang dilakukan pada siklus ini

adalah memberikan motivasi agar lebih berani mencoba

melatih dan membiasakan diri untuk meningkatkan

kemampuan yang mereka miliki dan membiasakan diri untuk

meningkatkan budaya bersih Berilah pembinaan dan

bimbingan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh

masing – masing siswa agar lambat laun mereka dapat

melakukan hal – hal sesuai harapan sekolah. Berikanlah

164

tugas – tugas untuk diselesaikan dalam jangka waktu

tertentu. Tetapi awasilah dan bantu mereka jika mereka

ada yang mengalami kesulitan.

Hal ini dilakukan agar siswa memiliki rasa

tanggung jawab. Biasakanlah secara rutin pembinaan

dan pengarahan sesuai permasalahan yang dimiliki siswa

tersebut. Tekankan nilai – nilai kreatif, rasa ingin

tahu, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung

jawab kepada siswa tersebut agar memahami bahwa dengan

peduli lingkungan dan menjaga kebersihan akan dapat

meningkatkan prestasi yang lebih baik lagi. Gunakan

kalimat atau ungkapan yang simpati terhadap perubahan

pada diri siswa agar dapat memacu semangat siswa dalam

belajar dan meningkatkan kepercayaan diri siswa.

Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini

maka tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas SDN

I Girimarto yaitu dengan pembinaan, bimbingan dan

165

penerapan nilai pendidikan karakter kreatif, rasa ingin

tahu, peduli lingkungan dan peduli sosial dalam :

1) Kebersihan diri sendiri

Pada siklus I kategori III penelitian tentang

budaya bersih, siswa yang tergolong dalam kategori

III ada yang sudah tampak atau tergolong cukup

karena dari 5 siswa masih 2 siswa yang belum

sepenuhnya melaksanakan kebersihan diri sendiri

dalam kehidupan sehari-hari Untuk itu perlu

ditingkatkan lagi bimbingan tentang nilai karakter

kreatif, rasa ingin tahu, kepada siswa yang

tergolong pada kategori III ini. Berdasarkan hal

tersebut dilakukan agar terinspirasi tauladan dan

contoh yang diberikan guru dalam kebersihan diri

sendiri siswa

2) Peduli Lingkungan

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa

yang tergolong kategori III ini belum menunjukan

166

sikap hidup bersih karena perilaku siswa belum

memperlihatkan sikap peduli lingkungan untuk itu

perlu adanya pembinaan dan bimbingan tentang nilai

peduli lingkungan dan peduli sosial kepada siswa.

Siswa diberikan bimbingan dan pengarahan tentang

peduli lingkungan agar terbiasa dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Refleksi

1) Motivasi masih diperlukan agar mereka lebih berani

melatih dan membiasakan diri untuk meningkatkan

budaya bersih pada diri sendiri dan lingkungan.

2) Penanaman konsep budaya bersih masih perlu

ditanamkan lebih giat lagi agar siswa lebih paham

dan secara bertahap akan membiasakan diri hidup

bersih dan peduli lingkungan.

167

3) Pengarahan dan bimbingan disesuaikan pelanggaran

yang dilakukan siswa masih diperlukan lagi agar

lambat laun siswa mereka dapat melakukan tugas –

tugas sesaui harapan.

4) Siklus kedua perlu dilakukan untuk memantapkan

kebiasaan hidup bersih dan peduli lingkungan.

d. Revisi

1) Masih ada beberapa siswa yang memerlukan pembinaan

dan bimbingan tentnag nilai pendidikan karakter

kreatif, rasa ingin tahu, peduli lingkungan dan

peduli sosial.

2) Pengarahan dilakukan ketika dalam pembelajaran

berlangsung dan saat di luar pembelajaran.

3) Pemberian contoh dan tauladan tentang kebiasaan

hidup bersih masih perlu dilakukan agar siswa

lebih kreatif dan meningkatkan rasa ingin tahu

anak tentang kebersihan diri sendiri dan peduli

lingkungan.

168

4) Siklus berikutnya diperlukan lagi.

4. Kategori I (Budaya Disiplin) Siklus Kedua

Dalam siklus kedua ini langkah awal kegiatan

yang dilakukan peneliti sama dengan siklus pertama,

dengan menerapkan perbaikan instrumen hasil interaksi

antara gurur bimbingan konseling atas dasar perintah

kepala sekolah dengan siswa yang belum melaksanakan

budaya sekolah dengan baik.

a. Perencanaan

Berdasarkan revisi dari siklus pertama pada

kategori I mula - mula dilakukan sesuai hasil observasi

yaitu ada beberapa siswa yang memiliki kecenderungan

untuk tidak mau menerima beban resiko yang diberikan

atau ditugaskan kepadanya. Cara memperbaikinya

memberikan tugas yang sifatnya memaksa siswa agar lebih

bertindak lebih disiplin lagi yaitu untuk membuat dan

melaksanakan jadwal kegiatan sehari – hari serta

169

memberikan bimbingan kepada siswa sesuai pelanggaran

yang masih bersifat belum disiplin.

Ada beberapa siswa yang belum melaksanakan

pengarahan atau bimbingan dari guru. Cara

memperbaikinya yaitu dikaitkan dengan penilaian dengan

harapan dapat memacu penyelesaian tugas – tugas dan

lebih bertanggung jawab. Ada beberapa siswa belum

terlihat disiplin dalam melaksanakan bimbingan dan

pengarahan dari guru konseling. Cara memperbaikinya

dengan memberikan contoh sikap disiplin dalam kehidupan

sehari hari.

Pembinaan Secara langsung di lakukan guru konseling

pada siswa A, C, E dengan memberikan tugas jadwal

kegiatan sehari – hari untuk di pantau setiap hari

karena bertujuan anak agar lebih bertanggung jawab dan

menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa tersebut.

Bagi siswa yang memiliki kecenderungan untuk tidak

mau menerima beban resiko yang diberikan atau

170

ditugaskan kepadanya (Siswa N), guru konseling harus

mampu meyakinkan siswa yang bersangkutan bahwa

sebenarnya dia mampu dalam melaksanakan tugas yang

diberikan guru dan bertindak lebih displin lagi.

Memberikan motivasi dan pengarahan dilakukan dengan

maksimal untuk memperoleh hasil yang sesuai harapan.

Persiapan yang dilakukan peneliti yaitu dengan

mempersiapkan instrumen pengamatan dan instrumen

wawancara dan dokumentasi untuk mendukung tahap

perencanaan.

b. Tindakan dan Observasi

Sesuai dengan perencanaan yang telah

disepakati, kegiatan pada siklus kedua ini sama seperti

halnya pada siklus I yaitu peneliti mencatat hasil

pengamatan dan wawancara. Tindakan yang dilakukan yaitu

dengan memberikan penguatan kepada siswa tentang

penerapan nilai disiplin, kerja keras, mandiri.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti

171

terhadap perkembangan siswa pada siklus II sebagai

berikut:

Dimulai siswa A yang memliki motivasi yang

kuat tetapi tingkat kedisiplinannya sedang, demikian

pula kemauan berprestasi dan tanggung jawab siswa.

Wawancara yang peneliti lakukan terhadap siswa A

bimbingan dan penguatan yang diberikan oleh guru adalah

sebagai berikut :

Saya sudah melaksanakan tugas yang diberikanoleh bu Anggari tetapi masih sering lupakarena saya masih terbiasa dengan kebiasaansaya tidak tepat waktu, bahkan saya pernahditegur oleh guru saya masih sering tidakmasuk sekolah. Untuk itu saya harus lebihgiat lagi dan lebih disiplin lagi agar sayabisa maju bersama dengan teman – temanlainnya. (WWCR/SA/II/30 agustus 2013)

Berdasarkan wawancara di atas, siswa A sudah

menunjukan kemauan untuk melakukan perubahan. Tetapi

berdasarkan observasi, belum secara rutin dilaksanakan

maka masih perlu adanaya penguatan yang lebih intensif

172

dari guru. Hasil wawancara tentang tugas dan bimbingan

yang diberikan guru sebagai berikut :

Saya sering mengalami kesulitan dalam merubahkebiasaan malsa saya ini, karena di rumahtidak ada yang menegur saya karena saya dirumah hanya dengan nenek saya saja. Orangyang paling sering saya sambati (mintaitolong) adalah nenek saya karena orang tuasaya merantau. (WWCR/SA/II/30 agustus 2013)

Seharusnya demikian, saya lebih suka andaikanorang tua saya yang membimbing saya. Tetapiorang tua saya seolah-olah tidak pedulidengan apa yang saya alami dirumah ataupun disekolah. Ya....tapi bagaimana lagi orang tuasaya harus cari nafkah untuk sekolah saya. .(WWCR/SA/II/30 agustus 2013)

Saya suka dan akan saya laksanakan dengan senanghati semoga saya akan masuk sekolah terus dandapat belajar bersama teman yang lainya.(WWCR/SA/II/30 agustus 2013)

Atas dasar pengalaman wawancara diatas, maka

tindakan pada siklus ini adalah memantapkan motivasi

siswa A agar kedisiplinan yang di miliknya semakin kuat

serta melaksanakan tugas yang diberikan guru

dilaksanakan dengan baik. Langkah yang harus ditempuh

guru yaitu agar lebih intensif dalam melibatkan siswa

173

dalam kegiatan di sekolah. Sehingga siswa A ini akan

masuk sekolah seperti halnya siswa lainya.

Demikian juga terjadi pada siswa C ini juga

memliki motivasi yang kuat tetapi tingkat

kedisiplinannya yang kurang. Siswa C ini sering

terlambat datang ke sekolah dikarenakan rumah

tinggalnya jauh dari sekolah. Tetapi siswa C ini

memiliki kemampuan yang baik. Terkait dengan seringnya

terlambat datang kesekolah ini, peneliti menulis secara

seksama dengan derdasarkan hasil observasi dan

wawancara yang peneliti lakukan terhadap siswa C

sehubungan hal di atas adalah sebagai berikut:

Ya, saya akan berusaha untuk bangun pagi dantidak tergantung pada kakak saya untukmengantarkan ke sekolah, saya akan naikangkutan umum, semoga tidak terlambatkesekolah lagi. (WWCR/SC/II/30 Agustus 2013)

Saya sudah melaksanakan tugas yang diberikanguru untuk membuat jadwal kegiatan sehari –hari saya tempel di dinding kamar saya dansudah saya laksanakan secara rutin. Saya sukadengan tugas yang diberikan agar saya lebih

174

disiplin lagi dalam melaksanakan kegiatansehari – hari. (WWCR/SC/II/30 Agustus 2013)

Siswa C sudah mulai tampak menunjukan kemauan

untuk berubah lebih disiplin, dia sudah terbiasa

mandiri, sudah rutin mengerjakan tugas tugas yang

diberikan guru. Tetapi masih perlu pemantapan penguatan

lagi dari guru.

Wawancara dilaksanakan juga dengan siswa E yang

memliki motivasi yang kuat tetapi tingkat

kedisiplinannya yang kurang. Siswa E ini sering

terlambat datang ke sekolah dikarenakan sering bergaul

dengan anak yang lebih dewasa, sehingga tidur samapai

larut malam. Terkait dengan seringnya terlambat datang

kesekolah ini, peneliti menulis secara seksama dengan

derdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti

lakukan terhadap siswa E sehubungan hal di atas adalah

sebagai berikut:

Ya, saya akan mengurangi pergaulan saya ini.Karena saya sudah kelas 6, saya akan berusahalebih disiplin lagi, lebih giat lagi agar

175

saya lulus dan bisa masuk SMP. (WWCR/SE/II/02September 2013)

Ya..Saya melaksanakan tugas yang diberikanguru untuk membuat jadwal kegiatan sehari –hari. Sudah saya laksanakan secara rutin.Saya suka dengan tugas yang diberikan agarsaya lebih disiplin lagi dalam melaksanakankegiatan sehari – hari. (WWCR/SE/II/02September 2013)

Siswa E sudah mulai tampak menunjukan kemauan

untuk berubah lebih disiplin, dia sudah terbiasa masuk

tepat waktu, sudah rutin mengerjakan tugas tugas yang

diberikan guru. Tetapi masih perlu pemantapan penguatan

lagi dari guru.

Untuk siswa N juga memliki tingkat

kedisiplinannya yang kurang tergolong siswa yang malas.

Siswa N ini sering tidak mengerjakan PR atau tugas yang

diberikan guru kelasnya.terkait hal ini, peneliti

menulis secara seksama dengan berdasarkan hasil

observasi dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap

siswa N sehubungan hal di atas adalah sebagai berikut:

176

Jujur saja, saya agak malas untuk mengerjakanPR, mengerjakan tugas dari guru. Ya sayakalau mau ya.. saya kerjakan kalau tidak ya..tidak apa – apa. (WWCR/SN/II/02 September2013)

Menolak tugas tidak sih, tidak, tetapi lebihsering saya tidak menyelesaikan tugas – tugasyang dibebankan kepada saya. Kalaupun selesaiitu sering kali saya terlambatmenyelesaikannya. Toh paling – paling sayadipanggil dan diingatkan oleh guru saya.(WWCR/SN/II/02 September 2013)

Siswa N belum tampak menunjukan kemauan untuk

berubah lebih disiplin, belum rutin mengerjakan tugas

tugas yang diberikan guru. Tetapi masih perlu

pemantapan penguatan lagi dari guru.

Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini

maka tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas SDN

I Girimarto yaitu dengan pembinaan, bimbingan dan

penerapan nilai pendidikan karakter disiplin, kerja

keras, mandiri, memiliki semangat kebangsaan dan

menghargai prestasi dalam :

1) Bidang akademik

177

Dari segi akademik, sudah terlihat adanya

peningkatan dibandingkan pada siklus I kedisiplinan

di bidang akademik siswa yang tergolong dalam

kategori I sudah tampak ada 4 siswa yang mempunyai

keinginan untuk berprestasi dan siswa yang sudah

memiliki motivasi untuk berprestasi dalam akademik.

2) Pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa

yang tergolong kategori I ini sudah menunjukan

sikap kedisiplinan tetapi perilaku siswa belum

memperlihatkan adanya perubahan secara emosional

dan perilaku.

3) Harga diri yang positif

Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini,

siswa sudah menunjukan kedisiplinan yang mengarah

pada harga diri yang positif karena tinggal 1 siswa

yang belum menyadari hal tersebut

178

Berdasarkan hasil observasi siklus pertama

tindakan guru bimbingan dan konseling sudah

memperlihatkan peningkatan kedisiplinan pada diri siswa

dengan memberikan motivasi kepada siswa A, C, E, N.

Tugas yang diberikan dilaksanakan dengan baik. Tetapi

masih ada 1 siswa yaitu siswa N yang belum

melaksanakannya dengan baik.Siklus berikutnya masih

diperlukan.

b. Refleksi

1) Rasa kedisiplinan sudah mulai tumbuh. Untuk itu

siswa A, siswa C, Siswa E dan siswa N, perlu

mendapatkan perhatian dan lebih sering diajak

komunikasi baik oleh guru konseling, guru kelasnya

maupun yang lainnya.

2) Komitmen terhadap tugas (pekerjaan) sangat kurang

dan hal ini perlu mendapatkan perhatian lagi dari

guru bimbingan dan konseling maupun guru kelas.

3) Nilai karakter kedisiplinan belum berjalan baik.

179

c. Revisi

1) Masih ada 1 siswa yang belum menunjukan perubahan

kedisiplinan perlu diberikan penguatan, pembinaan

dan pengarahan tentang pelaksanaan tugas yang agar

dikerjakan lebih rutin lagi

2) Pemantapan masih diperlukan agar disiplin

membudaya di SDN I Girimarto Kabupaten Wonogiri.

3) Penerapan nilai mandiri dan kerja keras masih

perlu diterapkan lagi

4) Siklus berikutnya masih diperlukan.

5. Kategori II (Budaya Etika) Siklus Kedua

1. Perencanaan

Berdasarkan hasil revisi siklus pertama pada

kategori II mula – mula dilaksanakan sesuai dengan

hasil observasi yaitu Pengarahan dan bimbingan masih

diperlu ditingkatkan lagi agar siswa lebih baik lagi

dalam bertutur kata ataupun bertingkah laku di sekolah

180

dan di Masyarakat. Cara memperbaikinya yaitu dengan

memberikan pembinaan dan bimbingan sesuai dengan

karakter yang dimiliki siswa B,Siswa D, siswa G, siswa

H, siswa I,siswa O,siswa P dan siswa Q agar lambat laun

mereka dapat memiliki perilaku yang sopan dan memiliki

etika yang baik sesuai harapan sekolah.

Motivasi yang berkesinambungan juga masih

diperlukan agar siswa lebih percaya diri dan memiliki

kepribadian yang lebih baik lagi. Cara memperbaikinya

adalah guru bekerja sama dalam memberikan motivasi

kepada siswa tersebut dengan pengarahan

berkesinambungan maka akan berjalan lebih baik sesuai

harapan sekolah. Siklus ini sangat diperlukan untuk

memantapkan perilaku dan etika pada diri siswa dengan

menanamkan nilai cinta damai dengan orang lain.

2. Tindakan dan Observasi

Kegiatan pada siklus kedua ini sama seperti

siklus I yaitu peneliti mencatat hasil pengamatan dan

181

wawancara.Tindakan yang dilakukan yaitu dengan

memberikan penguatan kepada siswa tentang penerapan

nilai , demokratis, toleransi, bersahabat dan cinta

damai. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara

peneliti terhadap perkembangan siswa pada siklus II

sebagai berikut:

a. Siswa B

Hasil pengamatan terhadap siswa B adalah sosok

siswa yang memiliki karakter seperti halnya memiliki

komitmen dan motivasi yang baik tetapi belum memilik

etika atau kesopanan yang rendah. Diharapkan siswa B

akan lebih baik dalam siklus ini. Kutipan wawancara

dengan siswa B terkait dengan perkembangan sikapnya

sebagai berikut:

Setelah saya menyadari terhadap pelanggaran yangsering saya lakukan, saya harus merubah sikapsaya agar memiliki perilaku yang baik dan disukaiteman yang lain. Atas bimbingan dan pengarahandari ibu guru saya akan berbicara yang sopankepada semua teman, guru dan semua pokoknya.(WWCR/SB/II/05 September 2013)

182

Atas dasar hasil pengamatan dan wawancaratersebut di atas, maka perencanaan pada siklusini adalah lebih memantapkan kematangan siswa Bagar motivasi yang dimilikinya menjadi kuat sertamemiliki etika yang lebih baik baik lagi sehinggatingkat kepercayaan diri siswa akan meningkatjuga serta prestasi siswa B diharapkan meningkat.

Berdasarkan wawancara dengan siswa B diatas,

menunjukan bahwa siswa B menunjukan kemauan untuk

mencoba agar lebih baik lagi dalam berperilaku,

berbicara sopan kepada orang lain dengan bimbingan dan

pengarahan dari guru. Tetapi masih diperlukan

pematangan atau pemantapan agar lebih membudaya pada

diri siswa B tersebut.

b. Siswa D

Hasil pengamatan terhadap Siswa D adalah siswa

yang memiliki kepribadian yang keras, maunya sendiri,

dan belum memiliki perilaku yang etika yang sesuai

harapan dari sekolah. Siswa D sering berkelahi dengan

temanya ataupun dengan adik kelasnya. Kutipan wawancara

183

dengan siswa D terkait dengan perkembangan sikapnya

sebagai berikut:

Ya..saya masih sering berkelahi dengan teman sayakarena saya sering di olok – olok kok, apalagisaya diejek terus ya saya lawan. Saya tidaktakut. (WWCR/SD/II/05 September 2013)

Kalau saya sih ya mau aja, tetapi ya kalau sayamasih diejek lagi ya saya lawan lagi. Tetapi sayabeberapa kali mendapat teguran dari ibu Anggarikalau masih melakukan perbuatan lagi saya akanmendapat hukuman atau sanksi. Ya...saya akanberusaha merubah perilaku saya. Agar tidakberkelahi dengan teman, adik kelas ataupun yanglainnya. (WWCR/SD/II/05 September 2013)

Mengacu wawancara dengan siswa D tersebut, siswa D

masih memerlukan pembinaan yang lebih intensif lagi

karena belum mengalami perubahan, siswa D belum bisa

memahami nilai baik dan buruk atas perbuatannya.

c. Siswa G

Hasil pengamatan terhadap siswa G adalah sosok

siswa yang memiliki karakter seperti halnya memiliki

motivasi yang baik tetapi belum memilik etika atau

kesopanan yang rendah. Dan belum memiliki rasa cinta

184

damai sesama teman. Kutipan wawancara dengan siswa G

terkait dengan perkembangan sikapnya sebagai berikut:

Bimbingan dan pengarahan yang diberikankepada saya sangat membantu saya dalamberperilkau saya sudah berkuarang dalam halberteriak – teriak dikelas ataupun di sekolahkarena saya debri pengertian oleh ibu gurubahwa perbuatan saya menggangu teman lainnyadalam belajar. Untuk itu saya berusaha lebihbaik lagi dalam berperilaku. Dan saya harusmenerapkan lagi niali cinta damai sesamaorang lain. (WWCR/SD/II/05 September 2013)

Atas dasar pengamatan dan wawancara tersebutdi atas, maka perencanaan pada siklus iniadalah lebih memantapkan kematangan siswa Gagar motivasi yang dimilikinya menjadi kuatserta perilaku atau etika yang rendah dapatmenjadi lebih baik lagi dan dapat dijadikanbekal untuk lebih percaya diri. Langkah yangharus ditempuh guru konseling atas perintahkepala sekolah, yaitu lebih sering memberikanbimbingan, motivasi lagi dan nasehat kepadasiswa G ini baik secara langsung maupun tidaksecara langsung agar siswa G lebih mampumemandang potret dirinya untuk selanjutnyadapat memperbaikinya.

Mengacu wawancara dengan siswa G tersebut, siswa G

sudah memiliki semangat untuk berubah dan sudah

memahami nilai salah dan benar baik buruk, siswa G

185

sudah termotivasi untuk membudayakan budaya etika

tersebut. Dengan harapan dapat memberikan motivasi

kepada temannya yang tergolong dalam kategori II ini.

d. Siswa H

Hasil pengamatan terhadap siswa H ini

menggambarkan bahwa dia memiliki karakter yang kuat

tetapi masih memiliki etika yang masih rendah.

Bagaimana dengan sikap kamu terhadap bimbingan dan

pengarahan yang telah diberikannya, dia menjawab

bahwa :

Ya saya merasa bimbingan dan pengarahan dariguru agar saya tidak meminta uang atau malaklagi terhadap teman atau adik kelas sangatbaik, untuk itu saya akan berusaha agar lebihbaik lagi tidak mengulangi perbuatan sayalagi. Saya sering diberi teguran dan seringdiberi sanksi karena saya masih meminta uangkepada teman ataupun adik kelas, tidakmelaksanakan bimbingan atau pengarahan dariguru. Lha...dari situ saya merasa jera dantidak akan mengulangi perbuatan saya ini yangkurang sopan. (WWCR/SH/II/05 September2013)

186

Siswa H mengalami perubahan karena diberikan

bimbingan, penguatan teguran dari guru serta diberikan

sanksi sehingga siswa H ini jera sehingga mau untuk

merubah sikapnya. Untuk itu diperlukan adanya

pemantapan agar membudaya.

e. Siswa I

Hasil pengamatan terhadap siswa I ini

menggambarkan siswa memiliki karakter lebih dewasa.

Tetapi nilai kesopanan dan etika masih rendah terlihat

dia sering berbuat gaduh pada saat pembelajaran

berlangsung. Wawancara terkait dengan bagaimana

dengan sikapnya terhadap bimbingan dan pengarahan yang

telah diberikannya. Siswa I menjawab sebagai berikut.

Ibu guru memberi pengarahan terhadap sayabahwa saya harus cinta damai tidak membuatgaduh pada saat pembelajaran berlangsung.Saya memahami saya harus merubah sikap saya,karena saya sudah kelas 6 maka saya berusahaakan lebih baik lagi dan nilai cinta damaitersebut menggugah saya untuk mengejarketertinggalan saya selama ini dengan teman –teman saya. (WWCR/SI/II/05 September 2013)

187

Atas dasar hasil pengamatan dan wawancaratersebut diatas, maka perencanaan pada siklus iniadalah lebih memantapkan perilaku etika siswa Iagar menerapkan nilai cinta damai di sekolahataupun di masyarakat. Semoga dapat membangkitkansemangat untuk berprestasi.

Siswa I sudah menunjukan adanya motivasi untuk maju

dan sudah mulai memahami nilai benar dan salah atas

peraturan yang dibuat sekolah. Siswa I sudah mulai

menyadari bahwa perbuatannya selama ini kurang baik

maka akan merubah sikap dan perilakunya. Dengan hal

tersebut, siswa I juga sudah mulai memahami nilai baik

dan buruk atas sikap dan perilakunya di sekolah.

f. Siswa O

Hasil pengamatan terhadap siswa O ini siswa

yang memiliki karakter keras dan nilai kesopanan dan

etika masih rendah terlihat dia sering berkata kotor

(misuh) pada saat bergaul, bernmain dan pada saat

pembelajaran berlangsung. Wawancara terkait dengan

bagaimana dengan sikapnya terhadap bimbingan dan

pengarahan yang telah diberikannya, serta tugas yang

188

diberikan guru. Kutipan wawancara dengan siswa O

sebagai berikut:

Menurut saya bimbingan dan pengarahan gurumemberikan motivasi kepada saya untuk lebihbaik lagi dalam bersikap dalam kehidupansehari – hari. Saya akan berusaha tidakberkata kotor lagi baik dalam kelas ataupunkehidupan sehari – hari. Saya merasa cintadamai sesama teman membuat saya menyadaribahwa perilaku say kurang sopan.(WWCR/SI/II/05 September 2013)

Atas dasar hasil pengamatan dan wawancaratersebut diatas, maka perencanaan pada siklusini adalah lebih memantapkan perilaku etikasiswa I agar menerapkan nilai cinta damai disekolah ataupun di masyarakat. Semoga dapatmembangkitkan semangat untuk berprestasi.

Berdasarkan atas wawancara dengan siswa O,

menunjukan peningkatan dalam berperilaku walaupun belum

terbiasa tetapi sudah ada perubahan yang menuju kearah

kebaikan. Siswa sudah memahami nilai benar dan salah

terhadap peraturan sekolah yang telah dibuat. Siswa O

sudah mulai memahami antara baik dan buruk atas

perilakunya dahulu.

g. Siswa P

189

Hasil pengamatan terhadap siswa P ini siswa

yang memiliki karakter tempramental dan nilai kesopanan

dan etika masih rendah terlihat dia sering berkelahi

dengan teman ataupun anak luar sekolah, pada saat di

rumah ataupun di lingkungan sekolah. Wawancara terkait

dengan bagaimana dengan sikapnya terhadap bimbingan

dan pengarahan yang telah diberikan. Kutipan wawancara

dengan siswa P sebagai berikut:

Ya...saya sering diberi teguran oleh ibu guruagar cinta damai tidak berkelahi lagi dalambergaul. Karena berkelahi merugikan dirisendiri dan orang lain. Saya mulai menyadaribahwa perbuatan saya itu tidak baik. Denganbimbingan guru saya tidak akan berkelahilagi. (WWCR/SP/II/05 September 2013)

Mengacu wawancara di atas, siswa P sudah mulai

menyadari bahwa perbuatannya yang dilakukan dulu

merupakan perbuatan yang buruk dan merugikan orang

lain. Untuk itu siswa P diperlukan pemantapan bimbingan

dan penguatan agar membudaya.

h. Siswa Q

190

Hasil pengamatan terhadap siswa Q ini siswa

yang terkenal usil dan termasuk hiperaktif tetapi nilai

kesopanan dan etika masih rendah terlihat dia sering

mengganggu teman pada saat pembelajaran berlangsung

sehingga sering sekali membuat teman sekelasnya merasa

terganggu terhadap perbuatannya. Wawancara terkait

dengan bagaimana dengan sikap kamu terhadap bimbingan

dan pengarahan yang telah diberikan?

Siswa Q menjawab :

Ya Bapak dan ibu guru sudah memperingatkankepada saya agar tidak mengganggu teman padasaat pembelajaran berlangsung. Sayaperhatikan dan akan saya laksanakanpengarahan dari guru agar saya bisa lebihbaik lagi untuk bisa lebih sopan pada saatpembelajaran sedang berlangsung danmemperhatikan bapak / ibu guru dalammemberikan pelajaran.Dan bapak ibu gurumenekankan saya harus cinta damai kepadasiswa lainnya. (WWCR/SQ/II/05 September 2013)

Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini

maka tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas SDN

I Girimarto yaitu Guru kelas maupun guru konseling

191

harus lebih tegas lagi dalam memperlakukan siswa

B,Siswa D, siswa G, siswa H, siswa I,siswa O,siswa P

dan siswa Q, agar mau memahami penerapan nilai cinta

damai akan menciptakan karakter pada diri siswa

tersebut terkait hal etika dan kesopanan atas dasar

pelanggaran yang pernah mereka lakukan.

Memberikan teguran serta sanksi yang bersifat

formal kepada siswa tersebut apabila masih melakukan

pelanggaran.

Dengan pembinaan, bimbingan dan penerapan nilai

pendidikan karakter religius, demokratis, toleransi,

bersahabat dan cinta damai dalam :

1) Pemahan benar dan salah

Pada siklus II kategori II penelitian tentang

budaya etika, siswa yang tergolong dalam kategori

II sudah mulai tampak atau tergolong sedang karena

dari para siswa sudah mulai memahami nilai benar

dan salah dalam peraturan tata tertib sekolah

192

tentang tata krama atau etika dan ada dua siswa

yang sudah memahami benar dan salah peraturan tata

tertib sekolah tentang tata krama atau etika serta

memiliki motivasi untuk merubah sikap dan perilaku

di sekolah. Untuk itu perlu ditingkatkan lagi

bimbingan tentang nilai karakter toleransi dan

demokratis kepada siswa yang tergolong pada

kategori II ini.

2) Akhlak

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa

yang tergolong kategori II ini sudah mulai

menunjukan sikap sopan karena perilaku siswa sudah

memperlihatkan adanya perubahan secara akhlak,

emosional dan perilaku, untuk itu perlu adanya

pembinaan dan bimbingan tentang nilai religius

kepada siswa.

3) Pemahaman baik dan buruk

193

Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini,

siswa mulai tampak adanya pemahaman yang mengarah

pada hal yang baik dan buruk tentang perilaku yang

sering dilakukannya karena ada siswa yang belum

menyadari hal tersebut. Untuk itu perlu

ditingkatkan lagi bimbingan tentang nilai karakter

bersahabat dan cinta damai kepada siswa yang

tergolong pada kategori II ini.

Berdasarkan hasil observasi siklus pertama

sudah mencerminkan nilai cinta damai. Tindakan guru dan

guru konseling harus lebih tegas lagi dalam

memperlakukan siswa B, Siswa D, siswa G, siswa H, siswa

I, siswa O,siswa P dan siswa Q, agar mau memahami

penerapan nilai cinta damai akan menciptakan karakter

pada diri siswa tersebut terkait hal etika dan

kesopanan atas dasar pelanggaran yang pernah mereka

lakukan dan menyatakan dengan tegas bahwa akan

194

memberikan sanksi bilamana siswa tersebut masih

melakukan pelanggaran.

3 . Refleksi

a. Hanya seorang siswa (siswa D) yang terkesan kurang

bertanggung jawab dan tidak memperhatikan bimbingan

dari guru. Hal ini ditunjukan dengan masih

seringnya berperilaku yang kurang mencerminkan

cinta damai sesama teman seperti berkelahi dengan

temanya walaupun sudah diberi teguran oleh guru.

b. Siswa sudah menunjukan perubahan tingkah laku

dalam berbagai kegiatan ataupun dalam pergaulan

sehari – hari.

c. Guru sudah memberikan penanaman nilai pendidikan

karakter kepada siswa sehingga siswa sudah

mengalami perubahan namun masih perlu ditingkatkan

lagi.

d. Nilai pendidikan karakter belum berjalan dengan

baik.

195

4. Revisi

a.Masih ada 1 siswa yaitu D yang belum mengalami

perubahan dan belum menunjukan kemauan untuk

merubah sikapnya atau perilakunya maka masih

diperlukan adanya pembinaan, pengarahan dan

penguatan kepada siswa tentang nilai pendidikan

karakter

b.Diperlukan pemantapan tentang budaya etika kepada

siswa agar membudaya pada diri siswa yang

diterapkan di sekolah ataupun di masyarakat

c.Siklus berikutnya masih diperlukan.

6. Kategori III (Budaya Bersih) Siklus Kedua

1. Perencanaan

Berdasarkan hasil revisi siklus pertama pada

kategori III mula – mula dilaksanakan sesuai dengan

hasil observasi yaitu motivasi masih diperlukan agar

mereka lebih berani melatih dan membiasakan diri untuk

meningkatkan budaya bersih pada diri sendiri dan

196

lingkungan. Cara memperbaikinya yaitu meningkatkan

bimbingan dan pengarahan serta meningkatkan pemahaman

tentang nilai peduli lingkungan terhadap Siswa Kode F,

Kode J, Kode K, Kode L, Kode M. Penanaman konsep budaya

bersih dan nilai peduli lingkungan masih perlu

ditanamkan lebih giat lagi agar siswa lebih paham dan

secara bertahap akan membiasakan diri hidup bersih dan

peduli lingkungan.

Cara memperbaikinya yaitu dengan memberikan

bimbingan secara berkelanjutan kepada siswa tersebut.

Pengarahan dan bimbingan disesuaikan pelanggaran yang

dilakukan siswa masih diperlukan lagi agar lambat laun

siswa mereka dapat melakukan tugas – tugas sesaui

harapan. Cara memperbaikinya dengan memberikan

keteladanan kepada para siswa tersebut di atas misalnya

seperti memberi contoh membiasakan membuang sampah pada

tempatnya, membiasakan menggosok gigi setiap hari,

meningkatkan kegiatan piket kelas secara rutin dan lain

197

– lain. Siklus ini sangat diperlukan untuk memantapkan

perilaku dan etika pada diri siswa dengan menanamkan

nilai peduli lingkungan dan membiasakan hidup bersih.

2. Tindakan dan Observasi

Kegiatan pada siklus kedua ini sama seperti

siklus I yaitu peneliti mencatat hasil pengamatan dan

wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara

peneliti terhadap perkembangan siswa kategori III pada

siklus kedua sebagai berikut:

a. Siswa F

Hasil pengamatan terhadap siswa f ini

merupakan siswa kelas rendah pada siklus pertama anak

belum memiliki rasa tanggung jawab dan belum terbiasa

hidup bersih tetapi di siklus ini diharapkan dapat

menunjukan perkembangan dalam membiasakan diri untuk

hidup bersih terutama siswa F ini sering memelihara

kuku yang panjang dan terlihat kotor. Tetapi

berdasarkan observasi peneliti siswa F ini sudah mulai

198

menunjukan kuku sudah terlihat bersih dan rapi dalam

arti siswa F ini lambat laun sudah membiaskan hidup

bersih dan peduli lingkungan. Wawancara dengan guru

kelas I terkait dengan bagaimana dengan sikap F

terhadap bimbingan dan pengarahan yang telah

diberikannya?

Ya..namanya anak kelas 1 ya masih semau gue,tapi saya beri bimbingan terus kepada dia agarsetiap minggu kukunya harap di potong. Ya sayacoba untuk menanamkan sikap peduli lingkungankepada siswa ini secara bertahap. Tapisekarang dia sudah terlihat bersih kok.Kukunya yang panjang dan kotor sudah terlihatrapi.(WWCR/Gr/II/05 September 2013)

Saya juga memberikan pengarahan kepada orangtuanya supaya kebersihan diri siswa F danlingkungan rumah harap diperhatikan jadi sayadalam membimbing ini juga melibatkan orang tuasebagai faktor pendukungnya. (WWCR/Gr/II/09September 2013)

Mengacu dari wawancara di atas, siswa F sudah

menunjukan bahwa dia mulai membiasakan diri untuk hidup

bersih diri sendiri dan lingkungannya. Tapi belum

199

dilaksanakan secara rutin. Diharapkan di siklus

berikutnya dapat membudayakan siswa untuk hidup bersih.

b. Siswa J

Hasil pengamatan terhadap siswa J ini juga

merupakan siswa kelas rendah, kebiasaan siswa J ini

sering sekali membuang sampah tidak pada tempatnya.

Sudah sering diberi teguran tetapi tidak diperhatikan.

Dengan bimbingan dan pengarahan diharapkan akan membuat

siswa ini akan lebih baik lagi dalam memahami kebiasaan

hidup bersih pada diri sendiri ataupun lingkungan

sekitar.

Wawancara terkait dengan bimbingan dan pengarahan

kepada siswa J ini tentang nilai peduli lingkungan.

kutipan komentar guru kelas 1 bahwa :

Saya sudah memberikan bimbingan kepada siswa Jini dengan memberikan teguran serta sayamemberikan sanksi yang ringan sesuai dengankelas rendah. Tetapi sekarang Siswa J inibelum menunjukan nilai peduli lingkungankarena masih terlihat sering sekali membuangsampah di sembarang tempat. (WWCR/Gr/II/09September 2013)

200

Saya sebagai guru kelas 1 dan sebagai gurubimbingan konseling harus lebih keras lagidalam memberikan bimbingan terhadap siswa Jini. Ya...semoga akan berdampak positif bagiperkembangan siswa J ini. (WWCR/Gr/II/09September 2013)

Mengacu dari wawancara di atas, siswa J sudah

menunjukan bahwa dia mulai membiasakan diri untuk hidup

bersih diri sendiri dan lingkungannya. Tapi belum

dilaksanakan secara rutin. Diharapkan di siklus

berikutnya dapat membudayakan siswa untuk hidup bersih.

c. Siswa K

Hasil pengamatan terhadap siswa K termasuk

siswa yang sering tidak melaksanakan piket kelas

dikarenakan sering datang terlambat ke sekolah. Siswa K

ini memiliki karakter yang manja sehingga berangkat

sekolah harus diantarkan maka siswa K belum memiliki

kemandirian. Dari hal tersebut siswa K sering datang

terlambat dan tidak melaksanakan piket kelas.

201

Wawancara terkait dengan bimbingan dan

pengarahan kepada siswa K ini tentang nilai peduli

lingkungan. Guru kelas 1 berkomentar bahwa :

Menurut saya siswa K ini mampu memahamibimbingan dan pengarahan dari saya terkaitdengan nilai peduli lingkungan ataupun hidupbersih karena siswa K ini termasuk siswa yangmemiliki kemampuan diatas siswa yang lain.Ya..hanya saja dia belum mandiri masih belumberani berangkat sekolah sendiri maka diasering sekali tidak melaksankan kewajibannyauntuk melaksanakan piket kelas. Oh...ya, Atasdasar observasi yang dilaksanakan siswa Klambat laun memperlihatkan perkembangannyawalaupun masih sering tidak melaksanakan piketkelasnya. (WWCR/Gr/II/09 September 2013)

Mengacu dari wawancara di atas, siswa K sudah

menunjukan bahwa dia mulai membiasakan diri untuk hidup

bersih diri sendiri dan lingkungannya. Tapi belum

dilaksanakan secara rutin. Diharapkan di siklus

berikutnya dapat membudayakan siswa untuk hidup bersih.

d. Siswa L

Hasil pengamatan pada siswa L juga siswa kelas

rendah Siswa L ini siswa yang sering tidak menggosok

202

gigi, hal ini disebabkan karena siswa termasuk siswa

yang tergolong dari keluarga yang tidak mampu Sehingga

kebersihan siswa tidak begiru diperhatikan oleh orang

tuanya.

Wawancara terkait dengan bimbingan dan

pengarahan kepada siswa L ini tentang nilai peduli

lingkungan. ibu Anggari berkomentar bahwa :

Ya...kalau siswa L ini saya memberikan contohcara menggososk gigi yang baik, membiasakanhidup bersih, membiasakan gosok gigi secararutin sehingga akan tertanam pada diri siswanantinya. Ya..harapan saya mas, semoga siswa Lini akan melaksanakan bimbingan ataupunpengarahan dari saya tersebut. (WWCR/Gr/II/09September 2013)

Mengacu dari wawancara di atas, siswa L sudah mulai

menunjukan sedikit perubahan tetapi dia belum

membiasakan diri untuk hidup bersih diri sendiri dan

lingkungannya. Diperlukan bimbingan, contoh tauladan

kepada siswa dengan harapan di siklus berikutnya dapat

membudayakan siswa untuk hidup bersih.

e. Siswa M

203

Wawancara terkait dengan bimbingan dan

pengarahan kepada siswa M ini tentang nilai peduli

lingkungan. ibu Anggari berkomentar bahwa :

Ya kalau siswa M ini termasuk siswa hiperaktifjadi saya merasa kesulitan dalam memberikanbimbingan dan pengarahan kepadanya karena diajuga termasuk kelas rendah. Tapi saya akanberusaha untuk membimbing dia agar rapi, bajuselalu di masukan dan terlihat mengalamiperkembangan. Ya....saya juga memberikancontoh cara memasukan baju seragam yang baik.Saya pantau perkembangan siswa M ini karenapenanaman peduli linkungan berguna bagi siswauntuk meningkatkan prestasi di masa yang akandatang. (WWCR/Gr/II/09 September 2013)

Mengacu dari wawancara di atas, siswa L belum

menunjukan bahwa dia belum membiasakan diri untuk hidup

bersih diri sendiri dan lingkungannya. Diperlukan

bimbingan, contoh tauladan kepada siswa dengan harapan

di siklus berikutnya dapat membudayakan siswa untuk

hidup bersih.

Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini

maka tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas SDN

I Girimarto yaitu dengan pembinaan, bimbingan dan

204

penerapan nilai pendidikan karakter kreatif, rasa ingin

tahu, peduli lingkungan dan peduli sosial dalam :

1) Kebersihan diri sendiri

Pada siklus I kategori III penelitian tentang

budaya bersih, siswa yang tergolong dalam kategori

III ada yang sudah tampak atau tergolong cukup

karena dari 5 siswa masih 2 siswa yang masih belum

sepenuhnya melaksanakan kebersihan diri sendiri

dalam kehidupan sehari-hari Untuk itu perlu

ditingkatkan lagi bimbingan tentang nilai karakter

kreatif, rasa ingin tahu, kepada siswa yang

tergolong pada kategori III ini. Berdasarkan hal

tersebut dilakukan agar terinspirasi tauladan dan

contoh yang diberikan guru dalam kebersihan diri

sendiri siswa

3) Peduli Lingkungan

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa

yang tergolong kategori III ini belum menunjukan

205

sikap hidup bersih karena perilaku siswa belum

memperlihatkan sikap peduli lingkungan untuk itu

perlu adanya pembinaan dan bimbingan tentang nilai

peduli lingkungan dan peduli sosial kepada siswa.

Siswa diberikan bimbingan dan pengarahan tentang

peduli lingkungan agar terbiasa dalam kehidupan

sehari-hari.

Maka tindakan pada siklus ini adalah memberikan

motivasi agar lebih berani mencoba melatih dan

membiasakan diri untuk meningkatkan kemampuan yang

mereka miliki dan membiasakan diri untuk meningkatkan

budaya bersih. Membiasakan diri siswa untuk hidup

bersih, peduli lingkungan dengan meberikan tauladan,

contoh sehingga siswa secara lambat laun akan

memperlihatkan perubahannya. Mengawasi dan bantu mereka

jika mereka ada yang mengalami kesulitan dalam

membiasakan diri dalam meningkatkan budaya bersih.

206

Hal ini dilakukan agar siswa memiliki rasa

tanggung jawab. Biasakanlah secara rutin pembinaan

dan pengarahan sesuai permasalahan yang dimiliki siswa

tersebut. Tekankan nilai peduli lingkungan dan hidup

bersih kepada siswa tersebut agar memahami bahwa dengan

peduli lingkungan akan dapat meningkatkan prestasi yang

lebih baik lagi. Karena dengan tubuh yang bersih akan

menjadikan fikiran yang bersih, percaya diri yang

tinggi dan dapat meningkatkan konsentrasi siswa.

Gunakan kalimat atau ungkapan yang simpati terhadap

perubahan pada diri siswa agar dapat memacu semangat

siswa dalam belajar dan meningkatkan kepercayaan diri

siswa serta siswa akan memahami bahwa kebersihan

sebagian dari iman, peduli lingkungan bermanfaat bagi

diri sendiri dan masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi siklus pertama

sudah mencerminkan nilai peduli lingkungan. Tindakan

guru dan guru konseling harus lebih intensif lagi dalam

207

membimbing siswa kategori III ini, agar mau memahami

penerapan nilai peduli lingkungan akan menciptakan

karakter pada diri siswa tersebut terkait hal

membiasakan diri untuk hidup bersih atas dasar

pelanggaran yang pernah mereka lakukan dan menyatakan

dengan tegas bahwa akan memberikan sanksi bilamana

siswa tersebut masih melakukan pelanggaran yang dulu

pernah mereka lakukan.

3. Refleksi

a. Masih seorang siswa (siswa M) yang terkesan kurang

membiasakan diri dalam menerapkan nilai peduli

lingkungan dan hidup bersih. Hal ini ditunjukan

sering terlihat belum rapi dalam memakai seragam

sekolah terkadang baju seragam tidak dimasukan.

b. Guru mampu memberikan contoh dan tauladan terkait

dengan membiasakan diri hidup bersih namun masih

perlu ditingkatkan lagi.

208

c. Secara bertahap siswa sudah terkesan

memperlihatkan perkembangannya dalam menerapkan

nilai peduli lingkungan.

d. Penerapan nilai peduli lingkungan belum berjalan

dengan baik.

4. Revisi

a. Perlu adanya bimbingan, contoh, dan tauladan

kepada siswa kategori III ini khususnya siswa M.

b. Penguatan diperlukan untuk memotivasi siwa agar

membudayakan hidup bersih.

c. Siklus berikutnya masih diperlukan

7. Kategori I (budaya Disiplin) siklus Ketiga

1. Perencanaan

Berdasarkan revisi dari siklus kedua pada kategori

I Mula – mula tindakan yang sesuai dengan hasil

wawancara peneliti memperbaiki berbagai instrumen –

instrumen hasil interaksi antara siswa kode A, C, E dan

siswa kode N dengan guru kelas maupun guru bimbingan

209

konseling berdasarkan refleksi siklus kedua. Siswa

tersebut terlihat sudah mengalami perubahan dan

mengalami perkembangan yang baik. Peneliti mencatat

dengan seksama hasil pengamatan dan wawancara selama

berlangsungnya interaksi komunikasi antara guru

bimbingan konseling dengan siswa A, C, E dan N.

Ada beberapa siswa yang belum melaksanakan

pengarahan atau bimbingan dari guru. Cara

memperbaikinya yaitu dikaitkan dengan penilaian dengan

harapan dapat memacu penyelesaian tugas – tugas dan

lebih bertanggung jawab.

Pembinaan Secara langsung di lakukan guru konseling

pada siswa A, C, E dengan memberikan tugas jadwal

kegiatan sehari – hari untuk di pantau setiap hari

karena bertujuan anak agar lebih bertanggung jawab dan

menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa tersebut.

2. Tindakan dan observasi

210

Sesuai perencanaan yang telah disepakati yaitu

memperbaiki berbagai instrumen – instrumen hasil

interaksi antara siswa kode A, C, E dan siswa kode N

dengan guru kelas maupun guru bimbingan konseling

berdasarkan refleksi siklus kedua. Siswa tersebut

terlihat sudah mengalami perubahan dan mengalami

perkembangan yang baik. Peneliti mencatat dengan

seksama hasil pengamatan dan wawancara selama

berlangsungnya interaksi komunikasi antara guru

bimbingan konseling dengan siswa A, C, E dan N dengan

ringkasan wawancara sebagai berikut :

a. Siswa A

Siswa A sudah menunjukan adanya perubahan yang

menuju kearah yang baik, kedisiplinan siswa sudah

tampak, guru melakukan penguatan dan pembinaan terkait

dengan perubahan sikap yang sudah tampak mengalami

perubahan. Tanggapan siswa terhadap penguatan dan

pembinaan guru dari guru sebagai berikut:

211

Jika saya dulu sering mendapatkan teguran dariguru dan sering pula mendapat sanksi karenasering tidak masuk tanpa izin, pada saat inisaya merasa bahwa saya memang harus berubahdengan cara mencoba dan mencoba. Saya sangatkecewa dan menyesal ketika pada waktu yanglalu saya sering tidak masuk sekolah tanpaizin dengan cara tidak mempedulikan bimbingandan pengarahan dari guru. Tapi saat ini sayasiap untuk masuk setiap hari belajar disekolah bersama teman – teman. Saya lebihbersemangat untuk belajar. (WWCR/SA/III/09Oktober 2013)

Saya menyadari dengan diberikan tugas untukmembuat jadwal kegiatan sehari – harimerupakan suatu kewajiban yang dilaksanakanoleh siswa dan tidak merasa ada keterpaksaan.Ya...itulah dengan bimbingan dan pebgarahantentang disiplin dan diberikan tugasmelaksanakan jadwal kegiatan sehari - harioleh guru, saya bisa berubah menjadi lebihbaik dan lebih teratur dalam belajar.(WWCR/SA/III/09 Oktober 2013)

Ya..bagaimana ya? Tapi saya memangberkeinginan untuk berubah dan menjadi siswayang berprestasi. Karena saya merasatertinggal dibandingkan teman – teman yanglain. Ya...saat ini saya sudah bisa masuk kesekolah setiap hari tanpa ada paksaan, tanpaada perintah dari siapa saja begitu bu.(WWCR/SA/III/09 Oktober 2013)

Ya...dulu saya memang malas untuk pergikesekolah jujur saja, tetapi dengan bimbingan

212

tentang disiplin tersebut saya menyadari bahwasaya harus berubah dan ya beginilah saya sudahbisa masuk seperti teman lainnya. Dengandisiplin itu saya menjadi lebih baik. Begitubu. (WWCR/SA/III/09 Oktober 2013)

Berdasarkan wawancara di atas, siswa A sudah

membudayakan kedisiplinan di sekolah, dia sudah secara

rutin masuk sekolah tepat waktu, semua tugas

diselesaikan dengan baik.maka siklus berikutnya tidak

diperlukan lagi.

b. Siswa C

Untuk siswa C juga sudah menunjukan adanya

perubahan yang menuju kearah yang baik, kedisiplinan

siswa sudah tampak, guru sudah melakukan penguatan dan

pembinaan terkait dengan perubahan sikap yang sudah

tampak mengalami perubahan. Tanggapan siswa C terhadap

penguatan dan pembinaan guru dari guru sebagai berikut:

Kalau saya sudah tertib bu, karena saya sudahmasuk kesekolah tepat waktu. Ya...saya sadarbahwa saya selama ini memiliki sikap yangkurang disiplin, sekarang saya sudah sepertiteman – teman yang lainnya, bisa masuk sebelumbel berbunyi. (WWCR/SC/III/09 Oktober 2013)

213

Sikap saya berubah sudah masuk kesekolah tepatwaktu. Ini semua berkat bimbingan dan pengarahantentang kedisiplinan dari bu Anggari dan pakSarnoko selaku guru kelas saya. Saya tidak akanterlambat lagi saya berjanji. Bimbingan danpengarahannya membuat saya mempunyai semangat,dapat memperkirakan waktu dengan diberikan tugasmembuat jadwal sehari – hari. (WWCR/SC/III/09Oktober 2013)

Disiplin sih belum sepenuhnya, tapi saya sudahberubah selama dibimbing bapak dan ibu gurutentang kedisiplinan. Tapi saya senang kokbisa berubah. Senang rasanya, tidak merasatergesa – gesa (kemurungsung). Semua tugasbisa saya kerjakan tepat waktu pokoknya lebihbaik lah. (WWCR/SC/III/09 Oktober 2013)

Displin sangat berguna bagi siswa untuk meraihprestasi. Ya...semoga prestasi saya naik danbisa meraih rangking kelas. Disiplin waktudapat mengkontrol kegiatan saya di sekolahataupun di rumah.Ya saya dulu memang acak –acakan tidak peduli terlambat ke sekolah atautidak, tugas saya kerjakan atau tidak, sayasering mendapatkan sanksi, teguran. Ya itudulu tapi saya sekarang tidak pernah lagiterlambat ke sekolah, lebih teratur, lebihtertata, dan yang pasti lebih disipinlah.(WWCR/SC/III/09 Oktober 2013)

Berdasarkan wawancara di atas, kedisiplinan sudah

membudaya pada diri siswa C ini. Dia sudah secara rutin

214

masuk sekolah tepat waktu, semua tugas diselesaikan

dengan baik.maka siklus berikutnya tidak diperlukan

lagi.

c. Siswa E

Untuk siswa E juga sudah menunjukan adanya

perubahan yang menuju kearah yang baik, kedisiplinan

siswa sudah tampak, guru sudah melakukan penguatan dan

pembinaan terkait dengan perubahan sikap yang sudah

tampak mengalami perubahan. Tanggapan siswa E terhadap

penguatan dan pembinaan guru dari guru sebagai berikut:

Dulu saya sering bergaul dengan anak remajajadi saya sering bermain sampai larut malamsehingga saya sering bangun tidur kesiangansehingga saya sering terlambat masuk sekolahtap saya tetap masuk kok walaupun terlambat.Karena di rumah saya tinggal dengan kakak sayasaja ayah dan ibu pergi ke Medan berjualanbakso. jadi saya sulit kalau bangun pagikarena kakak saya saja bangunya juga siang.Tapi sekarang saya sudah bisa membatasipergaulan saya, saya sudah bisa mengaturbelajar saya, bisa menyelesaikan tugas – tugassaya. (WWCR/SE/III/09 Oktober 2013)

215

Ya saya bisa berubah dengan sikap saya inikarena saya mendapat bimbingan dari guru,mereka tidak lelah memberikan pengarahankepada saya walaupun dengan disertai sanksi.Tapi saya laksanakan semua jadi ya...sayaterbiasa dengan jadwal kegiatan yang sayalaksanakan. Maka saya mampu mengurangipelanggaran yang pernah saya lakukan dulu.(WWCR/SE/III/09 Oktober 2013)

Kedisiplinan membuat kita lebih menghargaiwaktu, bisa mengatur belajar kita, mengaturbermain kita, dan saya sendiri bisa mengurangipergaulan saya dengan anak – anak remaja, sayasekarang lebih senang bermain dengan teman –teman sekelas saya.Ya....dengan kedisiplinan saya dapat berubah.(WWCR/SE/III/09 Oktober 2013)

Berdasarkan wawancara di atas, kedisiplinan sudah

tampak pada diri siswa C ini tetapi belum membudaya.

Karena dia belum secara rutin masuk sekolah tepat

waktu, tetapi semua tugas sudah diselesaikan dengan

baik.maka siklus berikutnya tidak diperlukan lagi.

d. Siswa N

Untuk siswa N juga sudah menunjukan adanya

perubahan yang menuju kearah yang baik, kedisiplinan

siswa sudah tampak, guru sudah melakukan penguatan dan

216

pembinaan terkait dengan perubahan sikap yang sudah

tampak mengalami perubahan. Tanggapan siswa N terhadap

penguatan dan pembinaan guru dari guru sebagai berikut:

Ya saya sekarang mencoba berubah sedikit demisedikit, yang dulu sering tidak mengerjakantugas atau PR karena saya sering lalai dankurang memperhatikan perintah atau tugas yangdiberikan oleh guru. Maka saya sering diberisangsi oleh guru karena tidak mengerjakantugas atau PR. Sekarang saya sudah disiplindalam mengerjakan tugas, PR dan tidak lalailagi karena saya berusaha agar dapat bisamaju dan bisa lulus. (WWCR/SE/III/09 Oktober2013)

Saya sekarang sudah terbiasa dapatmenyelesaikan tugas, PR dan lain – lainkarena berkat pengarahan dan didikan buanggari dan guru saya. Untuk itu saya setelahpulang sekolah saya sudah terbiasamenyelesaikan tugas – tugas saya darisekolah, apalagi belum selesai saya bertanyakepada teman saya yang lebih pandai. Teman –teman yang lain juga senang membantu saya,ya....sekarang saya sudah seperti teman yanglain dan dapat mengerjakan PR dengan tepatwaktu. (WWCR/SE/III/02 Oktober 2013)

Ya karena saya sudah terbiasa mengerjakantugas – tugas saya dengan tertib tanpa adapaksaan dari siapapun. Saya menyadari dengandisiplin saya bisa meraih prestasi yang lebihbaik lagi.

217

(WWCR/SE/III/09 Oktober 2013)

Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini,

maka tindakan yang harus dilakukan oleh guru kelas SDN

I Girimarto yaitu dengan pembinaan, bimbingan dan

penerapan nilai pendidikan karakter disiplin, kerja

keras, mandiri, memiliki semangat kebangsaan dan

menghargai prestasi dalam :

1) Bidang akademik

Dari segi akademik, sudah terlihat adanya

peningkatan dibandingkan pada siklus II tentang

kedisiplinan di bidang akademik siswa sudah

terbiasa dalam mengerjakan tugasnya dengan tanggung

jawab demikian juga dengan keinginan untuk

berprestasi dan motivasi yang kuat untuk

berprestasi dalam bidang akademik.

2) Pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa

yang tergolong kategori I ini sudah menunjukan

218

sikap kedisiplinan siswa sudah memperlihatkan

adanya perubahan secara emosional dan perilaku.

3) Harga diri yang positif

Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini,

siswa sudah menunjukan kedisiplinan yang mengarah

pada harga diri yang positif karena semua siswa

sudah menyadari hal tersebut

Perilaku siswa A, C, E dan N menunjukkan

adanya perubahan pada diri mereka. Hal ini ditunjukan

dengan kesungguhan mereka dalam pembelajaran ataupun

dalam berperilaku di sekolah. Tugas – tugas yang

diberikannya dilaksanakan dengan baik. Sehingga nilai

pendidikan karakter yaitu “disiplin” sudah sesuai

dengan konsep budaya sekolah yang direncanakan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka tindakan

dan observasi pada siklus ketiga tidak diperlukan lagi.

3. Refleksi

219

Berdasarkan perilaku siswa A, C, E dan N

menunjukkan adanya perubahan pada diri mereka. Hal ini

ditunjukan dengan kesungguhan mereka dalam pembelajaran

ataupun dalam berperilaku di sekolah. Tugas – tugas

yang diberikannya dilaksanakan dengan baik. Sehingga

nilai pendidikan karakter yaitu “disiplin” sudah sesuai

dengan konsep budaya sekolah yang direncanakan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka refleksi

tidak diperlukan lagi.

4. Revisi

Siswa tergolong kategori I sudah menunjukan

peningkatan dalam kedisiplinan, dikarenakan bimbingan,

pembinaan dan penguatan dari guru. Sekarang siswa sudah

terbiasa disiplin diberbagai kegiatan. Untuk itu siklus

berikutnya tidak diperlukan lagi.

8. Kategori II (Budaya Etika) Siklus Ketiga

1. Perencanaan

220

Dilakukan sesuai dengan hasil observasi yaitu

telah dapat memperbaiki nilai etika atau kesopanan yang

mereka miliki dan memperbaiki budaya etika pada mereka.

Cara memperbaikinya adalah dengan dengan terus menerus

memberikan pembinaan dan bimbingan sesuai kadar

pelanggaran yang sering dilakukannya, kadar kemampuan

yang dimiliki masing – masing siswa agar mereka semakin

dapat merubah tingkah laku, perbuatan, perkataan sesuai

harapan sekolah. Tingkat kesopanannya yang tumbuh

semakin baik. Cara mempertahankan dan meningkatkannya

adalah dikaitkan dengan penilaian kemajuan personal

yang dibacakan secara terbuka dengan harapan dapat

memacu tingkat kesadaran dalam bersikap. Sikap saling

membantu tumbuh berkembang dalam suasana yang harmonis

tidak ada perkelahian antar siswa, pertengkaran dan

gangguan dalam pembelajaran. Sebagian siswa yang

tergolong pada kategori II merupakan kelas besar.

221

2. Tindakan dan observasi

Para siswa tersebut terlihat sudah mengalami

perubahan dan mengalami perkembangan yang baik dengan

ditanamkannya nilai cinta damai terhadap orang lain.

Terlihat pada tingkah laku, perkataannya dap situasi

kelas maupun sekolah. Peneliti mencatat dengan seksama

hasil pengamatan dan wawancara dengan Siswa Kode B,

Kode D, Kode G, Kode H, Kode I, Kode O, Kode P dan Kode

Q dengan ringkasan wawancara sebagai berikut :

a. Siswa B

Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus

ketiga ini, siswa B telah mengalami perubahan yang

signifikan. Hal ini tampak bahwa dia sudah tidak

berkata – kata yang kotor, lebih menghargai pertemanan

dan semakin matang dalam bersikap baik dengan teman,

guru ataupun dengan oran lain. Wawancara yang peneliti

222

lakukan kepada siswa B sehubungan hal tersebut di atas

adalah sebagai berikut:

Saya sadar, bahwa saya sudah kelas 6 jadi sayaharus memberikan contoh yang baik bagi adik –adik kelas saya. Saya dulu sering berkatakotor pada saat saya bercanda dengan teman –teman sehingga sering lupa dan hal itumerupakan sikap yang tidak terpuji, insyaallahsaya akan lebih baik lagi dalam berbicara ataubertingkah laku. Saya sudah menghargai setiapteman bicara dan mencoba dan mencoba terustidak misuh dan akhirnya saya bisamenguranginya.(WWCR/SB/III/ 12 Oktober 2013)

Saya bisa mengurangi perbuatan saya, tingkahlaku saya, perkataan saya karena dibina buAnggari dan guru saya, saya dibimbing terusdiingatkan setiap saya masih berkata – katakotor karena sering ditegur dan dibina sayasemakin terbiasa lebih sopan dan yang pastisaya bisa menguranginya. (WWCR/SB/III/ 12Oktober 2013)

Yang pasti saya sekarang sudah bisa mengurangipelanggaran yang pernah saya lakukan. Sayaakan bersikap lebih nbaik, lebih sopan lagiterhadap orang tua, guru, teman dan oranglain. (WWCR/SB/III/ 12 Oktober 2013)

Dengan nilai cinta damai, ya...dapatmemperbaiki perbuatan kita agar lebih baik,lebih sopan dan akan mendapatkan teman yangbanyak karena kita saling menghargai satu

223

dengan yang lain. (WWCR/SB/III/12 Oktober2013)

Berdasarkan wawancara di atas, nilai etika sudah

membudaya pada diri siswa B ini. Dia sudah menunjukan

perilaku yang terpuji, semua tugas diselesaikan dengan

baik.maka siklus berikutnya tidak diperlukan lagi.

b. Siswa D

Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus

ketiga ini, siswa D telah berubah dalam bersikap,

bertutur kata ataupun dalam pergaulan. Hal ini tampak

bahwa dia sudah tidak bertengkar lagi, lebih menghargai

pertemanan, serta sudah bisa menanamkan nilai cinta

damai dengan sesama teman ataupun orang lain. Wawancara

yang peneliti lakukan kepada siswa D sehubungan hal

tersebut di atas adalah sebagai berikut:

Kalau dulu saya sering bertengkar dengan temantetapi sekarang saya tidak pernah lagibertengkar apalagi berkelahi dengan teman,pelan – pelan saya belajar tidak marah –marah, saya belajar menghargai teman danmencoba untuk menerapkan nilai cinta damai

224

terhadap sesama. (WWCR/SD/III/ 12 Oktober2013)

Saya dulu sering sekali bertengkar denganteman, tetapi karena sering diberi bimbingandan diberi pengarahan untuk selalu menerapkancinta damai sesama teman dari guru untuk itusaya sudah tidak pernah bertengkar, berkelahikarena saya sadar itu merugikan diri sendiridan orang lain. (WWCR/SD/III/ 12 Oktober 2013)

Ya...tidak juga tapi menurut saya setiap siswapasti ingin belajar secara maksimal tidak adapermusuhan, tidak ada pertengkaran, karena itusaya akan mencoba untuk tidak bertengkar,berkelahi dengan teman apalagi dengan orangluar sekolah. (WWCR/SD/III/ 12 Oktober 2013)

Mengacu pada wawancara di atas, Siswa D sudah

menunjukan perilaku yang baik dan sudah membudaya.

Siswa D sudah tidak pernah bertengkar lagi dengan teman

apalagi dengan orang lain, dia sudah memahami bahwa

pentingnya hidup saling menghargai, menyayangi dan

saling menghormati antara sesama orang lain.

c. Siswa G

Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus

ketiga ini, siswa G telah mengalami perubahan yang

225

signifikan. Hal ini tampak bahwa dia sudah tidak

berteriak – teriak lagi di dalam kelas ataupun di luar

kelas, lebih menghargai pertemanan dan semakin matang

dalam bersikap baik dengan teman, guru ataupun dengan

orang lain. Wawancara yang peneliti lakukan kepada

siswa G sehubungan hal tersebut di atas adalah sebagai

berikut:

Waktu lalu saya sering berteriak teriak didalam kelas ataupun di luar kelas, makajawaban saya ya sekarang ini saya berusahaselalu memperbaiki perilaku saya. Pada saatini saya lebih menyadari dengan segalakekurangan saya.teguran dari guru sudah tidakada lagi, tetapi pujian kepada saya. Sayamalu tetapi mendapat pujian membuat sayabangga. (WWCR/SG/III/ 12 Oktober 2013)

Karena sering diberikan bimbingan dandorongan kepada saya agar menjadi anak yangsopan, memiliki tingkah laku yang baik,menghormati orang lain, cinta damai sesamateman. Pelan –pelan saya coba terus danakhirnya itu tadi, sekarang tidak ada lagiteguran apalagi sanksi yang diberikan kepadasaya. (WWCR/SG/III/ 12 Oktober 2013)

Atas dasar hasil pengamatan dan wawancara

tersebut di atas, maka perencanaan pada siklus ini

226

lebih memantapkan kematangan siswa G agar motivasi yang

dimilikinya semakin kuat, rasa cinta damai sesama teman

semakin kuat, sikap saling menghormati sesama manusia

dapat membangkitkan rasa percaya dirinya. Maka langkah

yang harus ditempuh guru konseling dan guru kelas yaitu

sering memberikan pujian kepada siswa ini.

d. Siswa H

Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus

ketiga ini, siswa H telah mengalami perubahan yang

signifikan. Hal ini tampak bahwa dia sudah tidak pernah

memalak temannya, lebih menghargai pertemanan dan

semakin matang dalam bersikap baik dengan teman, guru

ataupun dengan oran lain. Wawancara yang peneliti

lakukan kepada siswa H sehubungan hal tersebut di atas

adalah sebagai berikut:

Dahulu saya memang sering memalak teman,meminta uang dari teman ataupun adik kelas.Dengan bimbingan guru, ya...saya berusahatidak memalak teman lagi. Saya berusahamenerima apa adanya walaupun tidak diberiuang saku saya harus tetap semangat dalam

227

belajar disekolah dan di rumah. (WWCR/SH/III/05 Oktober 2013)

Oh...saya berubah seperti ini seperti yangsaya katakan tadi, saya sekarang seringdiberi pujian dari guru, diberikan bimbingan,diarahkan dan diperhatikan terus, apakah sayamasih memalak teman atau tidak. Saya menjadilebih percaya diri untuk belajar tidakdikasih uang saku oleh orang tua tidak apa –apa yang paling penting saya belajar denganrajin dan dengan sungguh – sungguh.(WWCR/SH/III/ 12 Oktober 2013)

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pada

siklus ke tiga ini, siswa H jauh mengalami kemajuan

dibandingkan dengan siklus kedua, misalnya siswa H ini

sudah tidak pernah meminta uang dari temannya. Pada

saat ini sudah tampak prestasi yang raih dari hasil

belajarnya.dengan demikian dapat disimpulkan siswa H

telah banyak mengalami kemajuan dibandingkan dengan

siklus kedua.

e. Siswa I

Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus

ketiga ini, siswa I telah mengalami perubahan yang

228

signifikan. Hal ini tampak bahwa dia sudah tidak

membuat gaduh pada saat pembelajaran berlangsung, lebih

menghargai pertemanan dan semakin matang dalam bersikap

baik dengan teman, guru ataupun dengan oran lain.

Wawancara yang peneliti lakukan kepada siswa I

sehubungan hal tersebut di atas adalah sebagai berikut:

Dahulu saya memang sering membuat gaduh padasaat pembelajaran berlangsung, denganbimbingan dan dicontrol oleh guru, sayamencoba dan mencoba terus agar bisamengurangi perilaku saya yang sering usildengan teman karena saya menyadari sayaselama ini telah menggagnggu teman yangsedang belajar.(WWCR/SI/III/ 12 Oktober 2013)

Ya seperti yang saya katakan tadi, sayadiberikan bimbingan, dicontrol oleh guru,serta untuk melaksanakan nilai cinta damaikepada teman dengan cara saling menhormatidan menghargai sesama teman. Karena kitatidak boleh mengganggu teman yang sedangbelajar. (WWCR/SI/III/ 12 Oktober 2013)

Atas dasar hasil pengamatan peneliti, pada

siklus ke tiga ini, siswa I jauh mengalami kemajuan

dibandingkan dengan siklus kedua, misalnya siswa I ini

229

sudah tidak pernah usil atau mengganggu temanya saat

belajar sehingga tercipta suasana pembelajaran yang

tenang dan tertib. siswa I telah mengalami kemajuan

dibandingkan dengan siklus kedua karena dia sudah

melaksanakan budaya etika SDN I Girimarto dengan baik.

f. Siswa O

Hasil dari pengamatan peneliti pada siklus

ketiga ini terhadap siswa O adalah siswa yang bisa di

ajak untuk maju sekalipun kemampuannya sedang dan

motivasinya semakin meningkat. Hal ini tampak bahwa dia

sudah tidak berkata kotor lagi pada saat pembelajaran

berlangsung, lebih menghargai pertemanan dan semakin

matang dalam bersikap baik dengan teman, guru ataupun

dengan oran lain. Wawancara yang peneliti lakukan

kepada siswa O sehubungan hal tersebut di atas adalah

sebagai berikut:

Alhamdullillah sekarang ini saya merasasemakin baik dalam berperilaku, melaksanakantugas – tugas yang diberikan guru kelasataupun guru bimbingan dan konseling SDN I

230

Girimarto ini. Sudah tidak pernah lagimendapatkan teguran dan hukuman kepada saya.(WWCR/SO/III/ 12 Oktober 2013)

Oh...ya sudah jelas to ya, tadi saya bahwadengan pengarahan dari guru, saya dapatmerubah sikap saya yang tidak sesuai denganbudaya etika di SDN I Girimarto ini, ya sayamerasa lebih memiliki sikap salingmenghormati dan cinta damai dalam belajar,dalam bermain dan dalam bergaul dengan teman- teman. (WWCR/SO/III/ 12 Oktober 2013)

Atas dasar hasil pengamatan dan wawancara

tersebut di atas, maka perencanaan siklus ketiga ini

lebih memantapkan kematangan siswa O agar motivasi yang

dimilikinya menjadi semakin kuat serta kemampuan dan

tidak berkata – kata kotor lagi. Maka langkah yang

ditempuh guru yaitu memberikan motivasi baik secara

langsung maupun tidak langsung kepada semua siswa

termasuk siswa O tersebut lebih mampu memandang potret

dirinya untuk selanjutnya dapat memperbaikinya.

g. Siswa P

231

Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus

ketiga ini, siswa P telah berubah dalam bersikap,

bertutur kata ataupun dalam pergaulan. Hal ini tampak

bahwa dia sudah tidak bertengkar lagi, lebih menghargai

pertemanan, serta sudah bisa menanamkan nilai cinta

damai dengan sesama teman ataupun orang lain. Siswa D

sudah belajar menghormati orang lain. Wawancara yang

peneliti lakukan kepada siswa P sehubungan hal tersebut

di atas adalah sebagai berikut:

O...saya dulu sering bertengkar dengan temantidak rukun dengan teman karena saya belumdibimbing dan diberikan pengarahan dari guru,tetapi setelah saya dibimbing, ditegur olehguru, sikap saya sekarang ya...lebih baikdari pada yang dahulu saya seudah tidaksering marah – marah, saya bisa mengalah,tidak semau saya sendiri. (WWCR/SP/III/ 12Oktober 2013)

Ya...bimbingan dan teguran serta pengarahandari guru yang memberikan semangat kepadasaya untuk berubah lebih sopan, lebihmenghargai teman dan saya berusaha untuklebih giat dalam belajar. (WWCR/SP/III/ 12Oktober 2013)

232

Atas dasar hasil pengamatan dan wawancara

tersebut di atas, maka perencanaan siklus ketiga ini

lebih memantapkan kematangan siswa P agar motivasi yang

dimilikinya menjadi semakin kuat serta kemampuan dan

tidak berkelahi lagi. Maka langkah yang ditempuh guru

yaitu memberikan motivasi baik secara langsung maupun

tidak langsung kepada semua siswa termasuk siswa O

tersebut lebih mampu memandang potret dirinya untuk

selanjutnya dapat memperbaikinya.

h. Siswa Q

Dari hasil pengamatan peneliti pada siklus

ketiga ini, siswa Q telah mengalami banyak kemajuan.

Hal ini tampak bahwa dia sudah tidak membuat gaduh pada

saat pembelajaran berlangsung, lebih menghargai

pertemanan dan semakin matang dalam bersikap baik

dengan teman, guru ataupun dengan oran lain.Wawancara

233

yang peneliti lakukan kepada siswa Q sehubungan hal

tersebut di atas adalah sebagai berikut:

Guru kami memberikan kesempatan kepada sayauntuk berkembang, merubah sikap saya yangdulu pernah membuat gaduh dikelas, usildengan teman tetapi sekarang saya sudah tidakpernah melakukan pelanggaran tersebut karenasaya sudah menyadari bahwa perbuatan saya ituadalah perbuatan yang tidak terpuji.(WWCR/SQ/III/ 12 Oktober 2013)

Ya....dengan diberikan kesempatan kepada sayauntuk lebih maju dengan bimbingan dari gurusehingga saya mampu merubah sikap sayamenjadi lebih baik seperti sekarang ini danmembuat orang tua saya bangga terhadapperubahan yang terjadi pada saya ini.(WWCR/SQ/III/ 12 Oktober 2013)

Atas dasar hasil pengamatan dan wawancara

tersebut di atas, maka perencanaan pada siklus ke empat

tidak diperlukan lagi. Berdasarkan hasil observasi

siklus kedua, tindakan sudah sesuai dengan konsep

budaya sekolah yang direncanakan dengan melalui

pendidikan karakter, dalam penerapan nilai pendidikan

karakter kepada siswa B, siswa D, siswa G, siswa H,

siswa I, siswa O, siswa P dan siswa Q.

234

Dengan pembinaan, bimbingan dan penerapan nilai

pendidikan karakter religius, demokratis, toleransi,

bersahabat dan cinta damai dalam :

1) Pemahan benar dan salah

Pada siklus III kategori II penelitian tentang

budaya etika, siswa yang tergolong dalam kategori

II sudah tampak atau tergolong baik karena para

siswa sudah memahami nilai benar dan salah dalam

peraturan tata tertib sekolah tentang tata krama

atau etika, siswa juga sudah memahami benar dan

salah peraturan tata tertib sekolah tentang tata

krama atau etika serta memiliki motivasi untuk

merubah sikap dan perilaku di sekolah. Untuk itu

tidak perlu ditingkatkan lagi bimbingan tentang

nilai karakter toleransi dan demokratis kepada

siswa yang tergolong pada kategori II ini.

2) Akhlak

235

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan siswa

yang tergolong kategori II ini sudah menunjukan

sikap sopan karena perilaku siswa sudah

memperlihatkan adanya perubahan secara akhlak,

emosional dan perilaku, untuk itu tidak perlu

adanya pembinaan dan bimbingan tentang nilai

religius kepada siswa.

3) Pemahaman baik dan buruk

Berdasarkan hasil Interview pada awal siklus ini,

siswa sudah tampak adanya pemahaman yang mengarah

pada hal yang baik dan buruk tentang perilaku yang

sering dilakukannya karena ada siswa yang belum

menyadari hal tersebut. Untuk itu tidak perlu

ditingkatkan lagi bimbingan tentang nilai karakter

bersahabat dan cinta damai kepada siswa yang

tergolong pada kategori II ini.

3. Refleksi

236

Sikap dan perilaku siswa B, siswa D, siswa G,

siswa H, siswa I, siswa O, siswa P dan siswa Q,

menunjukan peningkatan dalam penerapan niali cinta

damai. Hal ini sudah sesuai dengan konsep peningkatan

budaya sekolah melalui pendidikan karakter yang

direncanakan. Sehubungan dengan hal tersebut maka,

refleksi pada siklus ketiga tidak diperlukan lagi.

4. Revisi

Perilaku siswa kategori II ini sudah menunjukan

adanya peningkatan nilai etika pada diri mereka,

sehingga sudah membudaya pada kegiatan mereka sehari –

hari. Revisi dalam siklus III ini yaitu :

a. Membangkitkan dan memelihara kesadaran yang tumbuh

dengan subur serta motivasi yang tinggi.

b. Memberikan penguatan dan pujian terhadap

peningkatan budaya etika siswa B, siswa D, siswa G,

siswa H, siswa I, siswa O, siswa P dan siswa Q.

237

c. Menjaga agar nilai cinta damai yang berjalan

dengan perubahan nyata semakin menjadi baik.

d. Siklus berikutnya tidak diperlukan lagi.

Siklus Ketiga Kategori III

1. Perencanaan

Mula – mula dilakukan sesuai dengan hasil

observasi pada siklus kedua yaitu : mereka sudah

terbiasa melaksanakan budaya bersih di sekolah maupun

di rumah dan saat ini mereka sudah tanggap atau peduli

dengan lingkungannya. Dengan contoh atau tauladan,

siswa F, siswa J, siswa K, siswa L dan siswa M yang

merupakan kelas rendah yaitu kelas I, sudah

melaksanakannya sesuai harapan dari sekolah meskipun

memakan waktu yang tidak sedikit.

2. Tindakan dan observasi

Berdasarkan observasi siklus kedua, tindakan

sudah sesuai dengan konsep pendidikan karakter

melalui penerapan nilai peduli lingkungan dengan

238

melakukan tindakan terhadap siswa F, siswa J, siswa

K, siswa L dan siswa M.

Mula tindakan yang sesuai dengan data

hasil pengamatan dan wawancara pada siklus ketiga

adalah :

a. Tetap memberikan pembinaan secara langsung

maupun tidak langsung kepada siswa mengenai

nilai pendidikan karakter tentang peduli

lingkungan

b. Tetap membiasakan para siswa untuk hidup

bersih, peduli terhadap lingkungan, karena

kebersihan merupakan sebagian dari iman dan

dengan membiasakan para siswa untuk peduli

lingkungan, maka suasana SDN I Girimarto

semakin bersih, indah dan rapi.

c. Karena siklus ketiga ini sudah tidak dijumpai

kekurangan – kekurangan yang terdapat pada

siswa F, siswa J, siswa K, siswa L dan siswa M

239

sudah sesuai instrumen yang direncanakan, maka

siklus keempat tidak diperlukan.

Berikut wawancara dengan siswa yang tergolong

dalam kategori III :

a. Siswa F

Hasil pengamatan pada siklus ketiga ini

terhadap siswa F pada siklus kedua belum memiliki rasa

tanggung jawab atau masih semau gue, dan belum

terbiasa hidup bersih tetapi di siklus ini sudah

menunjukan perkembangan dalam membiasakan diri untuk

hidup bersih terutama siswa F ini sering memelihara

kuku yang panjang dan terlihat kotor. Tetapi

berdasarkan observasi peneliti siswa F ini sudah mulai

menunjukan kuku sudah terlihat bersih dan rapi dalam

arti siswa F ini lambat laun sudah membiaskan hidup

bersih dan peduli lingkungan.

240

Bila dikaitkan dengan bagaimana sikap siswa F

pada saat ini terkait budaya etika di sekolah maka ibu

Anggari Rahayuningsuh, S.Pd menjawab :

Siswa F ini sudah mengalami peningkatan dalammelaksanakan budaya bersih di SDN I Girimartoini. Hal ini terbukti bahwa kukunya yang dulusering dipelihara panjang, hitam – hitamtetapi sekarang sudah bersih kok. Setiapminggu saya cek sudah terbiasa dipotong danterlihat rapi. Sehingga dia tidak pernah sayategur lagi. (WWCR/Gr/III/ 15 Oktober 2013)

Atas dasar hasil pengamatan dan wawancara pada

siklus ketiga ini maka perencanaan pada siklus ini

adalah lebih memantapkan lagi siswa F dalam membiasakan

hidup bersih dan peduli lingkungan agar kepercayaan

dirinya semakin kuat dan dapat meraih prestasi yang

lebih baik lagi. Langkah yang ditempuh yaitu memberi

bimbingan penguatan kepada siswa F ini untuk

membiasakan diri peduli lingkungan dan hidup bersih di

sekolah, di rumah ataupun di masyarakat.

241

b. Siswa J

Hasil pengamatan pada siklus ketiga ini

terhadap siswa J yang dulu belum terbiasa hidup bersih,

tetapi di siklus ini sudah menunjukan perkembangan

dalam membiasakan diri untuk hidup bersih terutama

siswa J ini sering membuang sampah di sembarang tempat.

Tetapi berdasarkan observasi peneliti, siswa J ini

sudah terlihat membuang sampah ditempat sampah, sering

ikut kegiatan kebersihan di sekolah. Terkait hal di

atas bagaimana perkembangan siswa J ini setelah

mendapatkan bimbingan dan pengarahan, untuk itu Ibu

Anggari Rahayuningsuh, S.Pd mengatakan bahwa:

Siswa D ini sudah menunjukan adanya perubahanpada dirinya. Ya..seperti halnya setiapsetelah jajan dia terlihat sudah membuangsampahnya di tempat sampah. Ha...dia sudahnampak bahwa penerapan nilai pedulailingkungan sudah tertanam pada diri siswa Dini. Saya ikut senang kok karena sekaranglingkunagn sekolah sudah terlihat lebihbersih, sejuk dan terasa indah. (WWCR/Gr/III/15 Oktober 2013)

242

O...ya dengan bimbingan, sering ditegur dansaya berikan contoh bahwa membuang sampah itulebih baik di tempat sampah karena kebersihansebagian dari iman kita. Yang saya telatenimas. Karena masih kelas satu harus terusdidampingi karena kita sebagai guru harusmemberikan dasar atau pondasi kepada siswauntuk bisa peduli terhadap lingkungan kitaini. Apalagi di sekolah. (WWCR/Gr/III/ 15Oktober 2013)

Atas dasar hasil pengamatan dan wawancara

tersebut di atas, maka perencanaan pada siklus keempat

tidak diperlukan lagi.

c. Siswa K

Hasil pengamatan pada siklus ketiga ini

terhadap siswa K yang dulu belum terbiasa hidup bersih,

tetapi di siklus ini sudah menunjukan perkembangan

dalam membiasakan diri untuk hidup bersih terutama

siswa K ini sering tidak melaksanakan kegiatan piket

kelasnya karena sering terlambat ke sekolah. Tetapi

berdasarkan observasi peneliti, siswa K ini sudah

terlihat melaksanakan piket kelas secara rutin, dan

dilaksanakannya secara sungguh – sungguh.

243

Terkait hal di atas bagaimana perkembangan

siswa K ini setelah mendapatkan bimbingan dan

pengarahan. Ibu Anggari Rahayuningsuh, S.Pd mengatakan

bahwa:

Karena siswa K ini memang kelas rendah yamas, tetapi dia sudah menunjukankesungguhannya dalam melaksanakan kegiatankebersihan yaitu piket kelas. Dia juga sudahtidak terlambat lagi, meskipun masih seringditunggu orang tuanya di sekolah. Ya...sayacoba untuk memberikan motivasi terus kepadasiswa K ini. Dengan harapan dapat berubahsikapnya dalam penerapan budaya bersih di SDNI Girimarto ini dan penerapan nilai pedulilingkungan di sekolah. (WWCR/Gr/III/ 15Oktober 2013)

Atas dasar hasil pengamatan dan wawancara

tersebut di atas, maka perencanaan pada siklus keempat

tidak diperlukan lagi.

d. Siswa L

Hasil observasi pada siklus ketiga ini

terhadap siswa L yang dulu belum terbiasa hidup bersih

dan peduli lingkungan, tetapi di siklus ini sudah

menunjukan perkembangan yang signifikan dalam

244

membiasakan diri untuk hidup bersih terutama siswa L

ini sering tidak menggosok giginya. Tetapi berdasarkan

observasi peneliti, siswa L ini sudah terlihat

membiasakan dirinya untuk menggosok gigi sehari dua

kali. Terkait hal di atas bagaimana perkembangan siswa

K ini setelah mendapatkan bimbingan dan pengarahan. Ibu

Anggari Rahayuningsuh, S.Pd yang mengatakan bahwa:

Dengan memberikan bimbingan, memberi contohmenggosok gigi yang baik dan memberikankegiatan menggososk gigi setiap hari sabtu,siswa SDN I Girimarto sudah terbiasamenggosok giginya setiap hari. Khususnyasiswa L ini sudah menunjukan perubahan bahwagiginya sudah terlihat bersih, sudahmembiasakan dirinya untuk membersihkannya.(WWCR/Gr/III/ 15 Oktober 2013)

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan

pada siklus ketiga tersebut di atas, maka perencanaan

pada siklus ini lebih memberikan penguatan bahwa

menjaga kesehatan gigi sangat penting bagi diri kita.

Langkah yang ditempuh yaitu lebih intensif dan rutin

dalam membiasakan untuk mengadakan kegiatan gosok gigi

245

setiap hari sabtu. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan

budaya bersih di SD Negeri I Girimarto.

e. Siswa M

Hasil observasi pada siklus ketiga ini

terhadap siswa M yang dulu belum terbiasa hidup bersih

dan peduli lingkungan, tetapi di siklus ini sudah

menunjukan perkembangan yang signifikan dalam

membiasakan diri untuk hidup bersih terutama siswa M

ini Siswa sering tidak memasukan baju seragam sekolah.

Tetapi berdasarkan observasi peneliti, siswa M ini

sudah terlihat membiasakan dirinya untuk lebih rapi

dalam berpakaian dan berseragam sekolah. Terkait hal di

atas bagaimana perkembangan siswa K ini setelah

mendapatkan bimbingan dan pengarahan. Ibu Anggari

Rahayuningsuh, S.Pd mengatakan bahwa:

Ya....siswa M ini sudah mengalami perubahan.Dengan susah payah saya bimbing, arahkankareana siswa ini siswa yang hiperaktif larikesana – kemari. Ha...dari aktifitasnyaitulah dia tidak memperhatikan kerapianbajunya atau seragamnya. Tetapi dia sekarang

246

sudah kelihatan lebih rapi kok mas.(WWCR/Gr/III/ 15 Oktober 2013)

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan pada

siklus ketiga tersebut di atas, maka perencanaan pada

siklus ini lebih memberikan penguatan bahwa siswa M

lebih rapi lagi dalam berpakaian. Langkah yang ditempuh

yaitu lebih intensif dan rutin dalam membiasakan siswa

untuk berpakaian yang bersih dan rapi di sekolah,

dirumah, ataupun di masyarakat. Hal ini ditujukan untuk

meningkatkan budaya bersih di SD Negeri I Girimarto.

3. Refleksi

Siap dan perilaku siswa F, siswa J, siswa K,

siswa L dan siswa M, menunjukan peningkatan dalam

penerapan nilai peduli lingkungan. Hal ini terbukti

dengan adanya peningkatan kebiasaan hidup bersih pada

diri siswa. Dengan bukti tersebut berarti sudah sesuai

dengan konsep peningkatan budaya sekolah melalui

pendidikan karakter yang direncanakan. Sehubungan

247

dengan hal tersebut maka, refleksi pada siklus ketiga

tidak diperlukan lagi.

4. Revisi

Perilaku siswa kategori III ini sudah menunjukan

adanya peningkatan nilai budaya bersih pada diri

mereka, sehingga sudah membudaya pada kegiatan mereka

sehari – hari. Siswa kategori III sudah menunjukan

perbuatan atau contoh perilaku hidup bersih atas dasar

contoh atau tauladan yang diberikan oleh guru dalam

membiasakan hidup bersih pada diri sendiri atau pada

lingkungan sekitarnya. Budaya hidup bersih sudah

mebudaya pada diri siswa sehingga siklus berikutnya

tidak diperlukan lagi.

248

MATRIK HASIL PENINGKATAN BUDAYA SEKOLAH MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDN I GIRIMARTO

Dari hasil penelitian selama berlangsungnya pengamatan maka peneliti mandapatkan

kesimpulan sebagai berikut :

A. Budaya Disiplin

NO KODESISWA

NILAIPENDIDIKANKARAKTER

HASIL OBSERVASI AWALHASIL PENINGKATAN

SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III

1 SISWA A

Disiplin Kerja keras Mandiri Semangat kebangsaan

Menghargai prestasi

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas

sedang

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas sedang

Keinginan berpretasi baik

Tanggung jawab baik Pelaksanaan tugas

baik

Keinginan berpretasi sangat baik

Tanggung jawab sangat baik

Pelaksanaan tugas sangat baik

2 SISWA C DemokratisToleransiBersahabat

Keinginan berpretasi kurang

Keinginan berpretasi kurang

Keinginan berpretasi cukup

Keinginan berpretasi Sedang

249

Cinta damai Tanggung jawab kurang Pelaksanaan tugas

kurang

Tanggung jawab kurang

Pelaksanaan tugas kurang

Tanggung jawab cukup

Pelaksanaan tugas cukup

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas sedang

3 SISWA E

Disiplin Kerja keras Mandiri Semangat kebangsaan

Menghargai prestasi

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas

cukup

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup

Pelaksanaan tugas cukup

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas sedang

Keinginan berpretasi baik

Tanggung jawab baik

Pelaksanaan tugas baik

4 SISWA NDemokratisToleransiBersahabatCinta damai

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas

cukup

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup

Pelaksanaan tugas cukup

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas sedang

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas sedang

B. Budaya Etika

250

5 SISWA B

Disiplin Kerja keras Mandiri Semangat kebangsaan

Menghargai prestasi

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas

cukup

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup

Pelaksanaan tugas cukup

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas sedang

Keinginan berpretasi baik

Tanggung jawab baik

Pelaksanaan tugas baik

6 SISWA D

Kreatif Rasa ingin tahuPeduli lingkungan

Peduli sosial

Keinginan berpretasi kurang

Tanggung jawab kurang Pelaksanaan tugas

kurang

Keinginan berpretasi kurang

Tanggung jawab kurang

Pelaksanaan tugas kurang

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup

Pelaksanaan tugas cukup

Keinginan berpretasi baik

Tanggung jawab baik

Pelaksanaan tugas baik

7 SISWA GDemokratisToleransiBersahabatCinta damai

Keinginan berpretasi kurang

Tanggung jawab kurang Pelaksanaan tugas

kurang

Keinginan berpretasi kurang

Tanggung jawab kurang

Pelaksanaan tugas kurang

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup

Pelaksanaan tugas cukup

Keinginan berpretasi baik

Tanggung jawab baik

Pelaksanaan tugas baik

8 SISWA H DemokratisToleransiBersahabatCinta damai

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas

cukup

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup

Pelaksanaan tugas

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas

Keinginan berpretasi sangat baik

Tanggung jawab sangat baik

251

cukup sedang Pelaksanaan tugas

sangat baik

9 SISWA IDemokratisToleransiBersahabatCinta damai

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas

cukup

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup

Pelaksanaan tugas cukup

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas sedang

Keinginan berpretasisangat baik

Tanggung jawab sangat baik

Pelaksanaan tugas sangat baik

10 SISWA O

Kreatif Rasa ingin tahuPeduli lingkungan

Peduli sosial

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas

cukup

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup

Pelaksanaan tugas cukup

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas sedang

Keinginan berpretasi sangat baik

Tanggung jawab sangat baik

Pelaksanaan tugas sangat baik

11 SISWA P

Kreatif Rasa ingin tahuPeduli lingkungan

Peduli sosial

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas

cukup

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup

Pelaksanaan tugas cukup

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas sedang

Keinginan berpretasi baik

Tanggung jawab baik

Pelaksanaan tugas baik

12 SISWA Q Kreatif Keinginan berpretasi Keinginan Keinginan Keinginan

252

Rasa ingin tahuPeduli lingkungan

Peduli sosial

kurang Tanggung jawab kurang Pelaksanaan tugas

kurang

berpretasi kurang Tanggung jawab

kurang Pelaksanaan tugas

kurang

berpretasi cukup Tanggung jawab

cukup Pelaksanaan tugas

cukup

berpretasi baik Tanggung jawab

baik Pelaksanaan tugas

baik

C. Budaya Bersih

13 SISWA F

Kreatif Rasa ingin tahuPeduli lingkungan

Peduli sosial

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas

cukup

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup

Pelaksanaan tugas cukup

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas sedang

Keinginan berpretasi sangat baik

Tanggung jawab sangat baik

Pelaksanaan tugas sangat baik

14 SISWA J Disiplin Kerja keras Mandiri Semangat kebangsaan

Menghargai prestasi

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas

cukup

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup

Pelaksanaan tugas cukup

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas sedang

Keinginan berpretasi sangat baik

Tanggung jawab sangat baik

Pelaksanaan tugas sangat baik

253

15 SISWA KDemokratisToleransiBersahabatCinta damai

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas

cukup

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup

Pelaksanaan tugas cukup

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas sedang

Keinginan berpretasi baik

Tanggung jawab baik

Pelaksanaan tugas baik

16 SISWA LDemokratisToleransiBersahabatCinta damai

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup Pelaksanaan tugas

cukup

Keinginan berpretasi cukup

Tanggung jawab cukup

Pelaksanaan tugas cukup

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas sedang

Keinginan berpretasi baik

Tanggung jawab baik

Pelaksanaan tugas baik

17 SISWA MDemokratisToleransiBersahabatCinta damai

Keinginan berpretasi kurang

Tanggung jawab kurang Pelaksanaan tugas

kurang

Keinginan berpretasi kurang

Tanggung jawab kurang

Pelaksanaan tugas kurang

Keinginan berpretasi Sedang

Tanggung jawab sedang

Pelaksanaan tugas sedang

Keinginan berpretasi baik

Tanggung jawab baik

Pelaksanaan tugas baik

254

Untuk mempermudah melihat hasil pengamatan

selama penelitian ini disamping peneliti menggunakan

matrik hasil Peningkatan Budaya Sekolah Melalui

Pendidikan Karakter di SDN I Girimarto, maka peneliti

menggunakan juga paparan data dengan menggunakan tabel

dan grafik. Untuk menggunakan tabel dan grafik ini

peneliti menggunakan data angka sebagai berikut :

Pedoman hasil peningkatan budaya sekolah melalui

pendidikan karakter

Skore Kategori54321

Sangat BaikBaik

SedangCukupKurang

TABEL HASIL PENINGKATAN BUDAYA SEKOLAH MELALUI

PENDIDIKAN KARAKTER DI SD NEGERI I GIRIMARTO.

255

1. DISIPLIN ( KATEGORI I )

KODE SISWA SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS IIISISWA ASISWA CSISWA ESISWA N

3222

4333

5445

RATA - RATA 2 3 4+

2. ETIKA ( KATEGORI II )

KODE SISWA SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS IIISISWA BSISWA DSISWA GSISWA HSISWA ISISWA OSISWA PSISWA Q

12122221

23233333

33355444

RATA - RATA 2 3 4+

3. BUDAYA BERSIH ( KATEGORI III )

KODE SISWA SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS IIISISWA FSISWA JSISWA KSISWA LSISWA M

12212

23323

45445

256

RATA - RATA 2 3 4+

GRAFIK RATA – RATA HASIL PENINGKATAN BUDAYA SEKOLAH

MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDN I GIRIMARTO

1. DISIPLIN (KATEGORI I)

2. BUDAYA ETIKA (KATEGORI II)

257

3. BUDAYA BERSIH (KATEGORI III)

BAB V

DISKUSI HASIL PENELITIAN

258

Dalam bab IV telah dipaparkan analisis data

dan temuan hasil mengenai peningkatan budaya sekolah

melalui pendidika karakter di SDN I Girimarto. Adapun

pada bab ini akan dibahas temuan penelitian tersebut

lebih lanjut dalam hal ini, dengan maksud untuk

memperoleh makna atau hakekat yang didasari pernyataan-

pernyataan temuan penelitian. Temuan yang dibahas di

sini adalah menyangkut teori – teori subtansif yang

dituangkan dalam bentuk tema-tema.

Dalam pembahasan inii dilakukan analisis

substansif teoritik dengan mengacu pada teori – teori

atau pendapat para ahli yang telah ada, atau dari

temuan penelitian yang pernah dikemukakan sebelumnya,

maka beberapa tema yang telah ditemukan akan dibahas

berturut – turut pada bagian berikut ini :

A. Diskusi Peningkatan Budaya Sekolah

Hasil pengamatan terhadap budaya sekolah yang

telah dilaksanakan, dibahas, dan diuraikan pada bab

259

sebelumnya. Dari dasar itulah ada beberapa hal yang

perlu mendapat pembahasan lebih lanjut :

1. Studi Awal

Peneliti di lapangan, telah mendapatkan

beberapa informasi penting hasil wawancara terkait

dengan budaya sekolah dan pendidikan karakter yang

diterapkan kepala sekolah, guru terhadap siswa. Untuk

kelompok 1 sesuai dengan hasil observasi siswa Kode A

memiliki keinginan berpretasi sedang, tanggung jawab

cukup dan elaksanaan tugas sedang, Untuk siswa kode C

memiliki keinginan berpretasi cukup, tanggung jawab

cukup dan Pelaksanaan tugas cukup, siswa kode E

memiliki keinginan berpretasi cukup,tanggung jawab

cukup serta pelaksanaan tugas cukup, Kode N memiliki

siswa kode E memiliki keinginan berpretasi

cukup,tanggung jawab cukup serta pelaksanaan tugas

cukup. Pada kelompok I, siswa tersebut di atas

tergolong memiliki kedisiplinan yang masih kurang.

157

260

Untuk itu guru cocok menerapkan nilai disiplin.

Kelompok II Siswa Kode B, Kode D, Kode G, Kode H, Kode

I, Kode O, Kode P dan Kode Q merupakan siswa yang

tergolong memiliki aspek etika atau kesopanan yang

kurang. Sehingga penerapan nilai cinta damai cocok

untuk peningkatannya. Pemberian pengarahan dari guru

tentang nilai cinta damai sesama teman dan motivasi

kepada siswa sangat diperlukan. Kelompok III siswa kode

F, kode J, kode K, kode L, Kode M yaitu siswa yang

tergolong memiliki aspek hidup bersih yang kurang.

Pemberian pengarahan dari guru bimbingan dan konseling

tentang manfaat nilai hidup bersih dan peduli

lingkungan dan motivasi kepada siswa tepat dilakukan.

Hasil penelitian tentang budaya sekolah pada

aspek hidup bersih di SDN I Girimarto telah sesuai

sebagaimana yang dimaksud oleh Hargraves (dalam Widodo,

2005:11) budaya sekolah adalah pengetahuan,

kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, moral, kebiasaan-

261

kebiasaan, rutinitas-rutinitas, ritual-ritual, simbol-

simbol, dan bahasa-bahasa dalam kelompok tertentu.

Sependapat dengan hal tersebut Zamroni (dalam Widodo,

2005:11) mendeskripsikan budaya sekolah dapat

dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai, norma-norma,

sikap, ritual, mitos, dan kebiasaan-kebiasaan yang

dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah.

Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh

beberapa tokoh tersebut dapat dijelaskan bahwa budaya

sekolah adalah keseluruhan dari seluruh aktivitas yang

berlangsung di sekolah. Hal ini mengandung arti bahwa

budaya sekolah merupakan suatu kebiasaan dan aktivitas

yang selama ini dilakukan oleh individu-individu dalam

sekolah. Aktivitas tersebut bisa berupa pengetahun,

interaksi sosial, kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai,

moral, kebiasaan, simbol-simbol, maupun bahasa yang

berlangsung dalam perjalanan panjang sekolah.

262

Dengan demikian berarti bahwa penelitian ini

telah sesuai yang dikemukakan Koesoema A (2007:80)

bahwa Pendidikan karakter dapat kita pahami melalui

struktur antropologis yang ada dalam diri manusia.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman

nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi

komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan

tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,

lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia

insan kamil.

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua

komponen harus dilibatkan, yaitu isi kurikulum, proses

pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan,

penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan

sekolah, pelaksanaan aktifitas atau kegiatan kurikuler,

pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos

kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

263

B. Diskusi Peningkatan Budaya Disiplin

Nilai budaya dan pendidikan karakter bangsa

pada kelompok I siswa A, siswa C, siswa E dan siswa N

yang cocok adalah disiplin, sudah sesuai dengan apa

yang dikemukakan Zuchdi dkk. (2006) bahwa penegakan

disiplin sekolah dapat dimulai dengan melibatkan murid-

murid dalam membuat peraturan sekolah. Kalau perlu

mereka diminta menandatangani kesediaan untuk

melaksanakan peraturan tersebut dan kesediaan

menanggung konsekuensi jika melanggarnya. Dengan

demikian mereka dilatih untuk bertanggung jawab atas

semua tindakan yang mereka lakukan. Selanjutnya

peraturan yang telah disetujui bersama perlu

dilaksanakan secara konsekuen dan adil, berlaku bagi

semua warga sekolah baik murid, guru, kepala sekolah,

maupun pegawai administrasi.

Hal tersebut di atas senada dengan apa yang

dikemukakan Durkheim (dalam lickona 2013 : 148) bahwa

264

nilai disiplin dapat menjadi patokan atau dasar moral

yang memungkinkan berfungsinya masyarakat kecil seperti

kelas. Menurut teori ini, karakter disiplin yang sehat

adalah orang yang mampu melakukan fungsi psikososial

dalam berbagai seting termasuk : (1) kompetensi dalam

bidang akademik, pekerjaan dan relasi sosial; (2)

pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku-perilaku yang

impulsif; (3) kepemimpinan; (4) harga diri yang yang

positif dan identitas diri. Disiplin dapat diukur atau

dapat diobservasi baik secara emosional maupun tampilan

perilaku. Disiplin berfungsi menyeimbangkan antara

indenpensi, tindakan yang percaya diri dan hubungan

positif positif dengan orang lain agar perkembangan dan

mampu menyesuaikan diri secara optimal.

Kedisiplinan yang dilaksankan di SDN I

Girimarto, telah mendukung teori yang dikemukakan

Lickona (2013:148) mengatakan bahwa kedisiplinan

sebagai sarana mengajarakan nilai – nilai seperti sikap

265

hormat dan tanggung jawab. Pendekatan ini berdasar atas

tujuan utama disiplin yakni disiplin diri yaitu bentuk

kontrol diri yang merupakan kepatuhan terhadap

peraturan dan hukum yang adil, salah satu ciri

kematangankarakter yang diharapakan oleh sekolah dan

masyarakat beradab dari warganya. Disiplin tanpa

pendidikan etika atau moral akan sama artinya dengan

sekedar mengontrol perilaku tanpa mengajarkan norma

C. Diskusi Peningkatan Budaya Etika.

Peningkatan budaya sekolah melalui pendidikan

karakter sesuai dengan teknik reinforcement positive menurut

Walker&She (dalam Komalasari, dkk. 2011:161) merupakan

pemberian penguatan yang menyenangkan setelah tingkah

laku yang diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar

tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang,

meningkat, dan menetap di masa yang akan datang.

Penerapan nilai pendidikan budaya dan karakter cinta

266

damai sudah sesuai dengan yang dikemukakan Departemen P

dan K (dalam Hardjoeno, 2002) tentang etika:

1. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu

golongan;

2. Kumpulan nilai/azas yang berkenaan dengan akhlak;

3. Ilmu tentang yang baik dan buruk serta kewajiban

moral (akhlak).

Hal tersebut senada dengan pendapat Bertens (dalam

Hardjoeno, 2002) bahwa Etika mencakup sistem nilai

dan norma moral yang menjadi pegangan bagi

seorang/kelompok dalam mengatur tingkah lakunya,

mencakup kumpulan azas atau nilai moral/kode etik

dan Ilmu tentang yang baik dan buruk.

Definisi Etika yang lain Ilmu empiris tentang

moralitas (berdasarkan fakta);

Refleksi kritis, metodis dan sistematis tentang tingkah

laku moral manusia (filsafat praktis), A Theory of Value: a

conduct of life, moral philosophy (Oxford); dan Ilmu tentang

267

kesusilaan dan nilai susila. Nilai susila yaitu

perilaku baik yang banyak berkaitan dengan peraturan

(misalnya, taat pada hukum yang berlaku, tidak KKN,

etika riset, tidak plagiat), taat pada agama,

menghargai pandangan hidup dan menghormati adat

kebiasaan yang baik. Etika berbeda dengan ilmu tentang

perilaku manusia (behavioral sciences). Objek materi

etika adalah manusia, sementara objek formalnya adalah

kesusilaan.

Hal tersebut senada dengan teori yang

dikemukakan Powell (1997) bahwa nilai pendidikan budaya

dan karakter bangsa untuk meningkatkan etika adalah

nilai cinta damai (peace and love) karena mencakup sikap,

perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain

merasa senang, merasa nyaman dan aman atas kehadiran

dirinya.

D. Diskusi Peningkatan Budaya Bersih

268

Nilai budaya dan pendidikan karakter bangsa

pada kelompok III siswa F, siswa J, siswa K, siswa L

dan siswa M yang cocok adalah peduli lingkungan. Hal

itu senada dengan Masjhur (dalam Sujarwa, 1998:1) bahwa

budaya Bersih harus betul-betul ditanamkan kepada para

siswa. Karena jika budaya kebersihan sudah melekat,

sehingga akan tertular pada pikiran dan hati yang

bersih. Teori ini mengatakan bahwa menciptakan budaya

hidup bersih dan lingkungan yang bersih perlu

ditanamkan dalam kehidupan masyarakat karena menyangkut

kesehatan. Selain itu kesehatan lingkungan sangat

berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan kesehatan

lingkungan berhubungan erat dengan taraf sosial ekonomi

manusia, karena kesehatan dan kualitas hidup manusia

bergantung pada kemampuan untuk mengelola dan menyikapi

hubungan timbal balik antara aktivitas manusia dengan

lingkungan fisik dan biologisnya.

269

Hal ini diwujudkan dalam berbagai bentuk upaya

manusia untuk menciptakan kehidupan yang aman dan

nyaman. Sebagai manusia yang selalu berhubungan dengan

lingkungan, sudah harusnya memiliki rasa tanggung jawab

untuk menjaga lingkungan dengan baik. Sehingga akan

terbina hubungan yang saling menguntungkan antara

manusia dan alam lingkungan. Sikap tanggung jawab dalam

hal ini merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku

atau perbuatannya. Baik yang disengaja maupun yang

tidak disengaja. Dengan begitu tanggung jawab dapat

diartikan sebagai perwujudan kesadaran dan kewajiban.

Dengan demikian menjaga lingkungan merupakan

tanggung jawab dan kewajiban kita sebagai manusia. Pada

kenyataannya masyarakat tidak dapat lepas dari

lingkungan, ia harus dapat menyesuaikan diri dengan

sifat lingkungan, namun juga dapat mempengaruhi

lingkungan dimana mereka hidup. Dalam hal ini umumnya

manusia lebih dipengruhi oleh keadaan lingkungan dan

270

dalam tingkah lakunya dipengaruhi, serta

dimanisfestasikan oleh keadaan lingkungan. Oleh karena

itu upaya masyarakat dalam mewujudkan kehidupan yang

aman dan nyaman tersebut salah satunya dapat diwujudkan

melalui kepedulian masyarakat terhadap lingkungan yaitu

menjaga dan melestarikan ekosistem yang ada di sekitar

mereka serta sikap sadar terhadap lingkungan.

Kepedulian lingkungan sepaham dengan pendapat

Hirnawan (1998:97) bahwa seorang individu akan

berkesadaran, apabila ia memiliki persepsi atau

informasi yang mendukung. Kesadaran itu meningkat

sejalan dengan makin banyaknya informasi yang diserap

di dalam lingkungan yang terus dibinanya. Makin

berkembang persepsi atau wawasan yang dibina, makin

menghayati, meyakini, dan mengamalkan ”kebersihan

adalah sebagian dari iman”. Sikap kesadaran tersebut

inilah yang perlu dibina secara luas dan

berkesinambungan dalam lingkup nasional secara

271

bertahap, agar dapat dibentuk budaya hidup bersih di

lingkungan, yaitu melalui semacam program terpadu

pemasyarakatan yaitu kesadaran terhadap lingkungan.

Berarti penelitian ini sudah sesuai dengan apa

yang dikemukakan Lickona (2013) bahwa peduli lingkungan

dapat membuat individu terbiasa menjaga kebersihan diri

dan lingkungannya, peduli lingkungan merupakan sikap

dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan

pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan

upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang

sudah terjadi, sehingga muncul sikap peduli untuk

melestarikannya.

Dalam kehidupan masyarakat sebagai individu

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya sangat

tergantung serta dipengaruhi oleh kondisi lingkunganya.

Hubungan antara lingkungan dan manusia tidak dapat

dipisahkan satu sama lain karena merupakan suatu

kesatuan ekosistem yang memiliki ketergantungan dan

272

hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini kadang

dapat memberikan pengaruh, serta tanggung jawab bersama

sebagai upaya untuk menjaga hubungan manusia dengan

lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan mulai dengan

menanamkan sikap disiplin lingkungan dan kesadaran

lingkungan.

273

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Peningkatan budaya sekolah melalui pendidikan

karakter masing –masing kategori setiap siklusnya

sebagai berikut.

1. Budaya Disiplin

Mula – mula peningkatan budaya displin siswa pada

siklus I masih belum maksimal sehingga nilai

pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diterapkan

masih perlu dikembangkan lagi disiklus berikutnya.

Pada siklus II nilai pendidikan budaya dan

karakter bangsa yang diterapkan pada kategori I

adalah disiplin, kerja keras, mandiri semangat

274

kebangsaan dan menghargai prestasi. Siswa diberikan

bimbingan, pengarahan dan memberikan motivasi kepada

siswa untuk percaya diri untuk berprestasi, memiliki

tanggung jawab sebagai siswa dan selalu mematuhi

peraturan atau tata tertib baik di sekolah maupun di

masyarakat. Tetapi masih ada beberapa siswa yang

masih belum melaksanakan budaya disiplin dengan rutin

maka masih diperlukan siklus III.

Pada siklus III siswa sudah mengalami peningkatan

yaitu seperti tugas – tugas yang diberikan sudah

sesuai dengan apa yang diharapkan dan dilaksanakan

dengan tertib. Hal ini sudah sesuai konsep budaya

sekolah yang direncanakan sehubungan dengan hal

tersebut di atas maka perencanaan siklus tidak

diperlukan lagi. Karena siswa sudah membudaya.

2. Budaya Etika

Mula – mula peningkatan budaya etika siswa pada

siklus I masih belum menunjukan adanya perubahan

166

275

tingkah laku sehingga nilai pendidikan budaya dan

karakter bangsa yang diterapkan masih perlu

dikembangkan lagi disiklus berikutnya.

Pada siklus II nilai pendidikan budaya dan

karakter bangsa yang diterapkan adalah demokratis,

toleransi, bersahabat dan cinta damai sudah mengalami

adanya peningkatan. Pengembangan pada siklus II

dengan secara terus menerus memberikan pembinaan dan

bimbingan sesuai kadar kemampuan yang dimiliki masing

– masing siswa agar mereka semakin dapat merubah

tingkah laku, perbuatan, perkataan sesuai harapan

sekolah. Siklus ketika masih diperlukan.

Pada siklus III lebih memberikan dukungan serta

pembinaan secara langsung maupun tidak langsung.

Mereka sudah membudaya baik dalam bersikap, bertutur

kata, pergaulan maupun dalam menjalankan tugas yang

dibebankan. Hal ini sudah sesuai konsep budaya

sekolah yang direncanakan sehubungan dengan hal

276

tersebut di atas maka perencanaan siklus tidak

diperlukan lagi.

3. Budaya Bersih

Mula – mula peningkatan budaya bersih, siswa pada

siklus I masih belum menunjukan kebersihan, kerapian

dan kesadaran akan hidup bersih sehingga nilai

pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diterapkan

masih perlu dikembangkan lagi disiklus berikutnya.

Pada siklus II nilai pendidikan budaya dan

karakter bangsa yang diterapkan adalah kreatif, rasa

ingin tahu, peduli lingkungan dan peduli sosial,

sudah mengalami adanya peningkatan. tindakan pada

siklus II dengan secara terus menerus memberikan

pembinaan dan bimbingan serta contoh tauladan kepada

siswa agar menyadari bahwa membiasakan hidup bersih

277

amatlah berguna. Tetapi masih ada yang belum

menyadarinya maka diperlukan siklus III

Pada siklus III, guru lebih memberikan contoh

tauladan kepada siswa untuk membudayakan hidup

bersih, dukungan serta pembinaan secara langsung

maupun tidak langsung. Pada siklus III mereka sudah

membudayakan hidup bersih pada diri sendiri maupun di

masyarakat. Hal ini sudah sesuai konsep budaya

sekolah yang direncanakan sehubungan dengan hal

tersebut di atas maka perencanaan siklus tidak

diperlukan lagi.

B. Saran

Berkenaan dengan selesainya penelitian tentang

budaya sekolah ini penulis mengajukan saran – saran

yang berkaitan dengan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang

terdiri atas merupakan alternatif yang dapat

278

digunakan oleh sekolah dalam pelaksanaan

pendidikan karakter agar lebih efektif.

2. Didalam peningkatan budaya sekolah melalui

pendidikan karakter diharapkan kepala sekolah

maupun guru mendeskripsikan kemauan, kemampuan dan

motivasi dari siswanya dari hasil pendeskripsianya

dapat ditentukan niali pendidikan karakter yang

paling sesuai untuk masing – masing siswa .

3. Didalam peningkatan budaya sekolah melalui

pendidikan karakter diharapkan kepala sekolah dan

guru dapat memberikan contoh atau tauladan yang

baik dan berkelanjutan supaya siswa dapat

membiasakan apa yang dicontohkan oleh kepala

sekolah maupun guru baik dalam kedisiplinan,

beretika maupun membiasakan hidup bersih.

4. Keterlibatan dan pemberdayaan para guru dalam

usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

sangat penting untuk mendapatkan perhatian khusus

279

dari kepala sekolah guna untuk lebih

mengoptimalkan peran dan fungsi kepala sekolah

dalam usaha mencapai tujuan pendidikan.

5. Bagi sekolah yang telah melaksanakan konsep

pendidikan karakter iini, dirasa perlu adanya

peragaan sosialisasi tentang pentingnya

keterlibatan orang tua siswa didalam mendukung

pelaku pendidikan karakter di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan.. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung;Pustaka Setia.

Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang StandarKompetensi Lulusan. Jakarta.

Kemendiknas No 11 Tahun 2011 tentang Standar Kompetensi

Lulusan. Jakarta.

280

Komalasari. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks

Koesoema, D. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global. Jakarta: Grasindo

Faisal, Sanapiah. 1999. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: UsahaNasional

Hardjoeno. 2002. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Etika.Makassar. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin

Lickona, Thomas. 1991. Educating For Character: How Our SchoolCan Teach Respect And Respontbility. New York: Bantam Books.

Lickona, Thomas. 2008. Educating For Character. New York:Bantam Book.

Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter Panduan LengkapMendidik Siswa Menjadi Pintar Dan Baik. Bandung: NusaMedia.

Maslowski,R. 2001. School Culture and school Performance.Diambil pada 2 Mei 2013, dariwww.tup.utwente.nl/cataloge/educational/school-culture.

Mudjiarto. 2001. Sekolah unggul. Jakarta. Duta GrahaPustaka

Muslich, Masnur.2010. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan

Krisis Multidimensional. Jakarta : Bumi Aksara.

281

Nugroho. 2004. Kelemahan Indeks Pembangunan Manusia.diakses pada tanggal 7 Mei 2013, pukul.21.35 WIBdari www.suaramerdeka.com

Nuryana, Ina. 2010. Studi Kasus Pendidikan Nilai di Sekolah DasarIslam Terpadu Al-Amanah Kecamatan Lembang Kabupaten BandungBarat. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun2010 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan.Jakarta. Pemerintah RI

Republik Indonesia. 2010. Undang – Undang No. 17 Tahun 2010tentang Sistem Pendidikan nasional. Jakarta:Pemerintah RI.

Pidarta, Made. 2012. Analisis Data Penelitian – Penelitian kualitatifdan artikel Konsep dan Contoh. Surabaya: Unesa UniversityPress.

Syafarudin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan.Jakarta. Gramedia Widia Sarana.

Sagala, Syaiful.2010. Supervisi Pembelajaran Dalam ProfesiPendidikan. Bandung: Alfabeta.

Setyowati, Sri. 2011. Pendidikan Di Negeri MultikulturSebuah Pemikiran Pendidikan Berkarakter Bangsa.Jurnal Manajemen Pendidikan. Vol 1 No. 2 Maret 2011.ISSN. 2087 – 1805.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif R & D. Bandung :

Alfabet.

170

282

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung :

Alfabeta.

Supriadi. 2008. Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan. Tesis.Surabaya Program Pasca Sarjana Unesa.

Supriyanto, Jhon. Harsiwi TH.M dan prakosa Hadi. 2003.Perilaku Organisasional. Yogyakarta. STIE

Suyadi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan PenelitianTindakan Sekolah (PTS). Yogyakarta: Andi Offset.

Triguno. 2004. Budaya Kerja, (Menciptakan Lingkungan YangKondusive Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja). Jakarta:PT.Golden Trayon Press.

Widodo, Sigit. 2005. Budaya Organisasi Sekolah Efektif,Tesis. Surabaya: PPS Unesa.

Zamroni. 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial.Yogyakarta: Tiara Wacana

Zuchdi Damiyati, 2008. Humanisasi Pendidikan.Jakarta:BumiAksara.

Zuchdi Damiyati. 2013. Model Pendidikan karater. Yogyakarta:Multi Presindo

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalamPerspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.

283

284

LAMPIRAN – LAMPIRAN

285

Lampiran I.a

Instrumen Wawancara Kepala Sekolah

1. Selama menjadi Kepala Sekolah, apakah SDN I

Girimarto Kabupaten Wonogiri sudah melaksanakan

budaya sekolah?

2. Bagaimana pelaksanaan budaya sekolah di SDN I

Girimarto Kabupaten Wonogiri?

3. Jenis Pelanggaran apa saja yang sering dilakukan

siswa dalam pelaksanaan budaya sekolah di SDN I

Girimarto?

4. Bagaimana cara meningkatkan pelaksanaan budaya

sekolah tersebut?

5. Menurut pengamatan bapak, apakah guru berpartisipasi

dalam kegiatan budaya sekolah?

6. Ada berbagai nilai pendidikan karakter bangsa dalam

memperbaiki budaya sekolah di SDN I Girimarto, nilai

286

apa saja yang tepat untuk meningkatkan kedisiplinan,

etika dan kebiasaan hidup bersih?

7. Apakah ada kendala dalam pelaksanaan budaya sekolah

dengan nilai pendidikan karakter?

8. Upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi

kendala-kendala dalam melaksanakan peningkatan

budaya sekolah melalui pendidikan karakter di SDN I

Girimarto. Dalam menghadapi kendala-kendala yang

dihadapi dalam melaksanakan peningkatan budaya

sekolah melalui pendidikan karakter di SDN I

Girimarto apa yang akan dilakukan untuk

mengatasinya?

Lampiran I.b

Instrumen Wawancara Guru

1. Nilai yang diajarkan dalam peningkatan budaya

sekolah melalui pendidikan karakter di SDN I

Girimarto Kabupaten Wonogiri

287

a. Apakah Visi Bpk/Ibu sebagai Kepala Sekolah di

SDN I Girimarto?

b. Bagaimana cara Bpk/Ibu guru mendidik peserta

didik agar bersikap dan berperilaku sesuai

dengan visi / tujuan sekolah ini?

c. Dalam mengajarkan adab tersebut nilai-nilai apa

saja yang bapak ajarkan supaya tujuan sekolah

dalam membina sikap dan perilaku peserta didik

yang baik dapat tercapai?

d. Mengapa bapak menganggap bahwa nilai yang bapak

sebutkan tadi adalah sesuatu yang penting untuk

diajarkan?

2. Budaya yang dikembangkan di SDN I Girimarto

a. Apakah yang bapak/Ibu guru terapkan kepada para

peserta didik dalam membentuk suatu kebiasaan

sikap dan perilaku?

b. Apabila kebiasaan disiplin, etika dan bersih

tersebut telah terbentuk dalam diri peserta

288

didik, langkah-langkah apa saja yang dilakukan

untuk mempertahankan kebiasaan baik peserta

didik tersebut supaya menjadi budaya sekolah?

c. Apakah budaya displin, etika dan bersih sudah

diterapkan di SDN I Girimarto?Contohnya apa?

d. Apa yang Bapak/Ibu lakukan apabila ada siswa

yang berlaku kurang disiplin?

e. Apa yang Bapak/Ibu lakukan apabila ada siswa

yang berlaku kurang sopan?

f. Apa yang Bapak/Ibu lakukan apabila ada siswa

yang berlaku kurang menjaga kebersihan?

3. Strategi dalam meningkatakan budaya sekolah melalui

pendidikan karakter

a. Nilai pendidikan karakter apa saja yang

diterapkan kepada siswa terkait dengan

pelanggaran disiplin, etika dan hidup bersih?

289

b. Dengan cara bagaimana penerapan pendidikan

karakter dalam meningkatkan kegiatan budaya

sekolah?

c. Apakah hanya dengan pemberian bimbingan dan

pengarahan saja yang diberikan guru kepada

siswa?

Lampiran I.c

Instrumen Wawancara Siswa

1. Apakah kamu merasa senang bersekolah di SDN I

Girimarto?

2. Jika senang/tidak senang apa alasannya?

290

3. Menurut kamu apakah keistimewaan sekolahmu

dibandingkan dengan sekolah lain yang ada di

sekitarmu?

4. menurut kamu, apakah di sekolahmu hanya diajarkan

ilmu pengetahuan saja ataukah diajarkan pula cara

bersikap, disiplin, hidup bersih ataupun

berperilaku baik?

5. Jika diajarkan, bagaimana cara guru mengajarkan

hal tersebut pada kalian?

6. Setelah guru mengajarkan nilai-nilai tersebut,

apakah kamu melaksanakan apa yang diajarkan dalam

kehidupan sehari-hari?

7. Apakah ada siswa yang berperilaku kurang disiplin?

contohnya?

8. Apakah ada siswa yang berperilaku kurang sopan?

contohnya?

9. Apakah ada siswa yang berperilaku kurang menjaga

kebersihan? contohnya?

291

10. Apakah bapak/ibu guru senantiasa memberikan

pengarahan atau bimbingan serta tugas kepada

siswanya dalam hal kedisiplianan, kesopanan dan

kebersihan?

11. Bagaimana sikap anda dalam hal menyelesaikan

tugas – tugas yang diberikan oleh guru?

Lampiran 2

PEDOMAN OBSERVASIBUDAYA SEKOLAH

No Aspek – aspek yang diobservasi Hasil Observasi1. Budaya Disiplin

a. Apa saja jenis pelanggarandisiplin yang sering dilakukan siswa?

b. Apakah bimbingan dan pengarahan yang diberikan guru, dapat diterapkan siswa?

0 Ya0 Tidak

c. Apakah pemberian tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa sudah efektif?

0 Ya0 Tidak

d. Bagaimana motivasi siswa? Keinginan siswa berpretasi Tanggung jawab siswa Pelaksanaan tugas

0 Tinggi0 Sedang0 rendah

2 Budaya Etika

292

a. Apa saja jenis pelanggarannilai etika yang sering dilakukan siswa?

b. Apakah bimbingan dan pengarahan yang diberikan guru, dapat diterapkan siswa?

0 Ya0 Tidak

c. Apakah pemberian tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa sudah efektif?

0 Ya0 Tidak

d. Bagaimana motivasi siswa? Keinginan siswa berpretasi Tanggung jawab siswa Pelaksanaan tugas

0 Tinggi0 Sedang0 rendah

3 Budaya Etikaa. Apa saja jenis pelanggaranterkait dengan kebersihan yang sering dilakukan siswa?

b. Apakah bimbingan dan pengarahan yang diberikan guru, dapat diterapkan siswa?

0 Ya0 Tidak

c. Apakah pemberian tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa sudah efektif?

0 Ya0 Tidak

d. Bagaimana motivasi siswa? Keinginan siswa berpretasi Tanggung jawab siswa Pelaksanaan tugas

0 Tinggi0 Sedang0 rendah

Lampiran 3Jadwal Kegiatan Penelitian

No Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan

293

1Senin-Kamis,

5 - 8 Agustus 2013Observasi SD Negeri I

Girimarto

2 Jumat, 16 Agustus 2013 Wawancara Responden Kepala

Sekolah

3 Sabtu, 17 Agustus 2013 Wawancara Responden Guru

4 Senin, 19 Agustus 2013 Siklus I Siswa A, C, E dan N

5 Kamis, 22 Agustus 2013 Siklus I Siswa B, D, G dan H

6 Jumat, 23 Agustus 2013 Siklus I Siswa I, O, P dan Q

7 Senin, 26 Agustus 2013 Siklus I Guru Kelas 1

8 Jumat, 30 Agustus 2013 Siklus II Siswa A dan C

9 Senin, 2 September2013 Siklus II Siswa E dan N

10 Kamis, 5 September2013 Siklus II Siswa B, D, G, H,

I, O, P dan Q

11 Senin, 9 September2013 Siklus II Guru Kelas 1

12 Rabu, 9 Oktober Siklus Siswa A, C, E dan N

294

2013 III

13 Sabtu, 12 Oktober 2013

Siklus III

Siswa B, D, G, H, I, O, P dan Q

14 Selasa, 15 Oktober2013

Siklus III Guru Kelas I

15 Senin, 21 Oktober 2013

Wawancara/ Diskusi

Guru kelas I, SiswaA, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P dan Q

PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI

UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN GIRIMARTO

SEKOLAH DASAR NEGERI I GIRIMARTO Alamat: Jl. Sinuwun 28 Tambakmerang Girimarto

57683

TATA KRAMA DAN TATA TERTIBKEHIDUPAN SOSIAL DI SEKOLAH BAGI SISWAKEBERSIHAN, KEDISIPLINAN DAN KETERTIBAN

1. Setiap kelas dibentuk regu piketyang secara

bergiliran bertugas menjaga kebersihan dan ketertiban

kelas.

2. Setiap regu piket yang bertugas hendaknya

menyiapkan dan memelihara perlengkapan kelas yang

terdiri dari :

295

a. Penghapus papan tulis, penggaris dan kapur

tulis.

b. Taplak meja dan vas bunga.

c. Sapu ijukdan tempat sampah.

d. Lap tangan, a;lat pel, dan ember (tempat cuci

tangan).

3. Regu piket kelas mempunyai tugas:

a. Membersihkan lantai dan dinding serta merapikan

bangku, meja sebelum pelajaran dimulai.

b. Mempersiapkan sarana dan prasarana pembelajaran,

misalnya: mengambil kapur tulis, membersihkan papan

tulis dll.

c. Melengkapi dan merapikan hiasan didnding kelas,

seperti aransi kelas, bagan struktur organisasi

kelas, jadwal piket, papan absensi dll.

d. Melengkapi meja guru dengan taplak meja da vas

bunga.

e. Melaporkan kepada guru piket tentang tindakan

pelangaran di kelas yang

menyangkut kebersihan dan ketertiban. Misalnya:

corat-coret, berbuat gaduh, atau merusak benda-

benda yang berada di dalam kelas.

296

4. Setiap siswa membiasakan menjaga kebersihan kamar

kecil/WC, halaman sekolah, kebun sekolah, dan

lingkungan sekolah.

5. Setiap siswa membiasakan membuang sampah di tempat

yang telah ditentukan.

6. Setiap siswa membiasakan budaya antri dalam

mengikuti kegiatan sekolah dan di luar sekolah yang

berlangsung bersama-sama.

7. Setiap siswa menjaga suasana ketenangan belajar

baik di kelas, perpustakaan maupun tempat lain di

lingkungan sekolah.

8. Setiap siswa mentaati jadwal kegiatan sekolah,

seperti penggunaan dan pinjaman buku perpustakaaan,

dan sarana dan sumber belajar lainnya.

9. Setiap siswa menyelesaikan tugas yang diberikan

sekolah sesuai ketentuan yang

ditetapkan.

Kepala Sekolah

297

SUTRISNO, S.Pd, M.Pd NIP.19610507 198012 1005

PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN

KECAMATAN GIRIMARTO SEKOLAH DASAR NEGERI I GIRIMARTO

Alamat: Jl. Sinuwun 28 Tambakmerang Girimarto57683

TATA KRAMA DAN TATA TERTIB

KEHIDUPAN SOSIAL DI SEKOLAH BAGI SISWA

KEBERSIHAN, KEDISIPLINAN DAN KETERTIBAN

298

MASUK DAN PULANG SEKOLAH

1. Siswa wajib hadir di sekolah seb elum bel tanda

masuk berbunyi.

2. Siswa yang terlambat datang kurang dari 15

menit, harus lapor kepada guru piket dan diijinkan

masuk kelas.

3. Siswa yang terlambat datang lebih dari 15 menit,

harus lapor kepada guru piket dan tidak

diperkenankan masuk kelas pada jam pertama.

4. Selama pelajaran berlangsung dan pada pergantian

jam pelajaran siswa dilarang berada diluar kelas.

5. Pada waktu istirahat siswa dilarang berada di

dalam kelas.

6. Pada waktu pulang sekolah siswa

diwajibkan langsung pulang ke rumah, kecuali yang

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

7. Pada waktu pulang sekolah siswa dilarang

duduk-duduk di tepi jalan atau di tempat-tempat

tertentu.

Kepala Sekolah

299

SUTRISNO, S.Pd, M.Pd NIP. 19610507 198012 1005

PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN

KECAMATAN GIRIMARTO SEKOLAH DASAR NEGERI I GIRIMARTO

Alamat: Jl. Sinuwun 28 Tambakmerang Girimarto 57683

TATA KRAMA DAN TATA TERTIBKEHIDUPAN SOSIAL DI SEKOLAH BAGI SISWAKEBERSIHAN, KEDISIPLINAN DAN KETERTIBAN

UPACARA BENDERA DAN PERINGATAN HARI BESAR

1. Upacara bendera (setiap hari Senin)

Setiap siswa wajib mengikuti upacara bendera

dengan pakaian seragam yang telah ditentukan oleh

sekolah

2. Peringatan hari-hari besar

Setiap siswa wajib mengikuti upacara peringatan

hari-hari besar nasional seperti Hari Kemedekaan,

Hardiknas, dll. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

KEGIATAN KEAGAMAAN

1. Bagi siswa muslim wajib dapat membaca Al Qur’an

dengan baik dan benar

300

2. Setiap siswa muslim wajib mengikuti pengajian

yang di adakan di sekolah termasuk pesantren kilat

(Ramadhan).

3. Bagi siswa non-muslim kegiatan keagamaan

diatur oleh sekolah dengan kesepakatan orang tua.

Kepala Sekolah

SUTRISNO, S.Pd, M.Pd NIP. 19610507 198012 1005

PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN

KECAMATAN GIRIMARTO SEKOLAH DASAR NEGERI I GIRIMARTO

Alamat: Jl. Sinuwun 28 Tambakmerang Girimarto 57683

TATA KRAMA DAN TATA TERTIBKEHIDUPAN SOSIAL DI SEKOLAH BAGI SISWA

LARANGAN-LARANGAN

Dalam kegiatan sehari-hari di sekolah,

setiap siswa dilarang melakukan hal-hal sebagai

berikut :

301

1. Merokok, miras, mengedarkan dan mengkomsumsi

narkorba, obat psikotropika, dan obat terlarang

lainnya.

2. Berkelahi baik perorangan maupun kelompok, di

dalam seklah maupun di luar sekolah.

3. Membuang sampah tidak pada tempatnya.

4. Mencorat-coret membuat kotor dinding bangunan,

pagar sekolah, dan peralatan sekolah.

5. Berbicara kotor, mengumpat, menghina atau

menyapa antar sesama dengan panggilan yang tidak

senonoh.

6. Membawa barang yang tidak ada hubungannya

dengan kepentingan sekolah, seperti : senjata tajam

atau alat-alat lainnya yang membahayakan keselamatan

orang lain.

7. Membawa, mwmbaca atau mengedarkan bacaan,

gambar, sketsa, audio atau video pornogrfi.

8. Membawa kartu atau bermain judi di lingkungan

sekolah atau di luar sekolah.

Kepala Sekolah

302

SUTRISNO, S.Pd, M.Pd NIP. 19610507 198012 1005

PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN

KECAMATAN GIRIMARTO SEKOLAH DASAR NEGERI I GIRIMARTO

Alamat: Jl. Sinuwun 28 Tambakmerang Girimarto 57683

DENAH SD NEGERI I GIRIMARTO

RUMAH

DINAS

KELAS

I

KELAS

II

KELAS IV

KT

KS

KELAS

III

UKS

RUMAH

DINAS

KM

DAPUR

WC

MUSHOLA

KELAS

V

KELAS

VI

PARKIR

WC

U

303

PERPTLAPANGAN

KT.

GURU

304

PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRIDINAS PENDIDIKAN

SEKOLAH DASAR NEGERI I GIRIMARTOAlamat: Jl. Sinuwun No.28 Tambak Merang Girimarto 57683 Telp. 0273

5316217Email: [email protected] Website: www.sdn1girimarto.com

No : 853/ 39/ 2013 Girimarto, 05 Agustus 2013Hal : Keterangan Perijinan Lampiran : -

305

Menanggapi surat Pembantu Direktur I ProgramPascasarjana Universitas Negeri Surabaya No.2776/UN38.8.1/LT/2013 tanggal 17 Juli 2013 tentang ijinpenelitian, kami selaku kepala sekolah mengijinkanpenelitian di SD Negeri 1 Girimarto kepada:

Nama : Dody Nurahmad BasukiNIM : 127845009Status : Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan

Universitas Negeri SurabayaAlamat : Sanan, girimarto, WonogiriJudul Penelitian : Peningkatan Budaya

Sekolah Melalui Pendidikan Karakter Di SD Negeri I GirimartoKabupaten Wonogiri

Demikian surat keterangan ini kami buat, untukdipergunakan sebagaimana mestinya.

Kepala Sekolah

SUTRISNO, S.Pd, M.Pd

NIP. 19610507 198012 1005

PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI

306

DINAS PENDIDIKANSEKOLAH DASAR NEGERI I GIRIMARTO

Alamat: Jl. Sinuwun No.28 Tambak Merang Girimarto 57683 Telp. 0273 5316217Email: [email protected] Website: www.sdn1girimarto.com

No : 853/ 56/ 2013 Girimarto, 1 Nopember 2013Hal : Keterangan PenelitianLampiran : -

Yang bertanda tangan di bawah ini kepala sekolah SDNegeri I Girimarto, menerangkan bahwa

Nama : DODY NURAHMAD BASUKINIM : 127845009Status : Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan

Universitas Negeri SurabayaAlamat : Sanan, Girimarto, Wonogiri

benar-benar telah mengadakan penelitian di SD Negeri 3Slogohimo sejak tanggal 05 Agustus – 31 Oktober 2013,untuk keperluan penyusunan tesis dengan judul:

Peningkatan Budaya Sekolah MelaluiPendidikan Karakter Di SD Negeri I Girimarto

Kabupaten Wonogiri

Demikian surat keterangan ini kami buat, untukdipergunakan sebagaimana mestinya.

307

Kepala Sekolah

SUTRISNO, S.Pd, M.Pd NIP. 19610507 198012 1005

308

309