bab ii revisi
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Bakar
Ditinjau dari sudut teknis dan ekonomis, bahan
bakar diartikan sebagai bahan yang apabila dibakar dapat
meneruskan proses pembakaran tersebut dengan
sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor. Bahan
bakar dibakar dengan tujuan untuk memperoleh kalor
tersebut, untuk digunakan baik secara langsung maupun
tak langsung (www.chemeng.ui.ac.id.pdf , diakses pada
06 Desember 2010).
“ Bahan bakar (fuel ) merupakan sen yawa kimia yang
tersusun atas karbon dan hidrogen, bila direaksikan
dengan oksigen pada tekanan dan suhu tertentu akan
menghasilkan produk berupa gas dan energi”
(Tjokrowisastro dan Widodo, 1990:1).
2.1.1 Klasifikasi Bahan Bakar
12
Klasifikasi bahan bakar menurut kondisi fisiknya
antara lain:
1. Padat: a. Batu bara, b. Kayu, c. Arang, d. Kokas , dan e. Ampas (bagasse)
2. Cair: a. Minyak dari mineral / tambang (minyak bumi),
misalnya: bensin, solar, minyak tanah, dan minyak
residu.b. Minyak dari peragian , misalnya:ethy lalkohol (ethanol), dan methylalkohol(methanol).
c. Minyak sintetis. d. Shale oil
3. Gas: a. Natural gas b. Petreoleum gas/elpiji c. Coal gas d. Bio gas
(Tjokrowisastro dan Widodo, 1990:4).
2.2 Bahan Bakar Bensin
Bensin dibuat dari minyak mentah ( crude oil) , yaitu
cairan berwarna hitam yang dipompa dari perut bumi dan
biasa disebut mutiara hitam . Cairan ini mengandung
hidrokarbon. Atom-atom karbon dalam minyak mentah
13
saling berhubungan, membentuk rantai dengan panjang
yang berbeda-beda. Bertambahnya panjang rantai
hidrokarbon akan menaik kan titik didihnya, sehingga
kita bisa memisahkan hidrokarbon ini dengan cara
de stilasi. Prinsip inilah yang diterapkan di
pengilangan minyak untuk memisahkan berbagai fraksi
hidrokarbon dari minyak mentah ( Prihandana, dkk
2007:3).
Bahan bakar bensin adalah suatu senyawa organik
yang terdiri dari senyawa karbon C5 sampai C18 dan
dibutuhkan dalam suatu pembakaran dengan tujuan untuk
menghasilkan energi. Bahan bakar bensin ini merupakan
hasil dari proses destilasi minyak bumi dengan nilai
titik didihnya antara 850-1500 , sehingga bensin
mempunyai karakteristik ( Prihandana, dkk 2007:3).
Ada bebe rapa karakteristik bahan bakar yang
mempengaruhi kerja mesin bensin , antara lain:
14
2.2.1 Nilai Kalor
Nilai kalor adalah kalor yang dihasilkan oleh
pembakaran sempurna 1 kilogram atau satu satuan
berat bahan bakar padat atau cair atau 1 meter kubik
atu 1 satuan volume bahan bakar gas, pada keadaan
baku.
a. Nilai kalor atas atau “ gross heating value ” atau
“ higher heating value ” adalah kalor yang
dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu
satuan berat bahan bakar padat atau cair, atau
satu satuan volume bahan bakar gas , pada
tekanan tetap, suhu 250C, apabila semua air
yang mula -mula berwujud cair setelah
pembakaran mengembun menjadi cair kembali.
b. Nilai kalor bawah atau “ net heating value ” atau
“ lower heating value ” adalah kalor yang besarnya
sama dengan nilai kalor atas dikurangi kalor
yang diperlukan oleh air yang terkandung dalam
15
bahan bakar dan air yang terbentuk dari
pembakaran
2.2.2 Titik Nyala ( Flash Point)
“Flash point” adalah suhu dimana bahan bakar
terbakar dengan sendirinya oleh udara
sekelilingnya disertai kilatan cahaya. Untuk
menentukan kapan minyak terbakar sendiri, Pensky-
Martens memakai sistem “ closed cup ”, sedang
Cleveland memakai “ open cup ”. Uji dengan open cup
menunjukkan angka 20-300F lebih tinggi daripada
dengan closed cup (www.chemeng.ui.ac.id.pdf,
diakses 06 Desember 2010).
Titik nyala adalah suatu angka yang
menyatakan suhu terendah dari bahan bakar minyak
dimana akan timbul penyalaan api sesaat, apabila
pada permukaan minyak tersebut didekatkan pada
nyala api. Nilai dari flash point premium adalah 7,2°
C (www.afdc.doe.gov , diakses 2 November 2010).
16
2.2.3 Titik Tuang ( Pour point)
Titik tuang adalah suatu angka yang
menyatakan suhu terendah dari bahan bakar minyak
sehingga minyak tersebut masih dapat mengalir
karena gaya gravitasi. Titik tuang dari premium
adalah -4,4° C.
Titik tuang ini diperlukan sehubungan dengan
adanya persyaratan praktis dari prosedur
penimbunan dan pemakaian dari bahan bakar minyak.
Hal ini dikarenakan bahan bakar minyak seringkali
sulit untuk dipompa, apabila suhunya telah di
bawah titik tuangnya.
2.2.4 Viskositas
Viskositas adalah kebalikan fluiditas atau
daya alir. Makin tinggi viskositas makin sukar
mengalir. Mengingat kecepatan mengalir juga
tergantung pada berat jenis, maka pengukuran
17
viskositas demikian dinyatakan sebagai
“viskositas kinematik”. Satuan viskositas antara
lain: poise, gram/cm detik, atau dengan skala
Saybolt
2.2.5 Berat Jenis (densitas)
Densitas adalah perbandingan antara berat
dalam volume tertentu pada suhu standar, dengan
berat volume yang sama dari air murni pada suhu yang
sama pula. Pengukuran ini dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut picnometer.
Densitas dari suatu bahan bakar minyak selalu
berubah-ubah karena sangat bergantung pada asal
minyak mentahnya dan proses pengilangannya.
Berat jenis dinyatakan dalam gram per ml,
dalam derajat API, dalam lb (baca: “pound”) per
galon, atau lb per cuft, dan derajat Baume. Berat
jenis disingkat sp. gr. atau sg. Definisi:
perbandingan berat bahan bakar terhadap berat air,
diukur pada 60 0 F, yang pada suhu tersebut berat air
18
= 62.4 lb/cuft. Sg bahan bakar cair berubah oleh
suhu, karena adanya ekspansi, terlebih-lebih sg
bahan bakar gas. Densitas adalah perbandingan
antara berat dalam volume tertentu pada suhu
standar, dengan berat volume yang sama dari air
murni pada suhu yang sama pula. Pengukuran ini
dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
picnometer. Densitas dari suatu bahan bakar minyak
selalu berubah-ubah karena sangat bergantung
kepada asal minyak mentahnya dan proses
pengilangannya.
2.2.6 Bilangan Oktan
Bilangan oktan adalah suatu bilangan yang
menunjukan tingkat ketangguhan bahan bakar
terhadap knocking atau suatu bilangan yang
menunjukkan kemampuan menghindari terbakarnya
campuran udara dan bahan bakar sebelum waktunya.
Jika campuran udara bahan bakar terbakar sebelum
waktunya akan menimbulkan fenomena knocking yang
19
berpotensi menurunkan daya mesin, bahkan bisa
menimbulkan kerusakan serius pada komponen mesin.
Bilangan oktan suatu bensin dapat ditentukan
melalui uji pembakaran sampel bensin untuk
memperoleh karakteristik pembakarannya.
Karakteristis tersebut kemudian dibandingkan
dengan karakteristik pembakaran dari berbagai
campuran n-heptana dan isooktana. Jika ada
karakteristik yang sesuai, maka kadar isooktana
dalam campuran n-heptana dan isooktana tersebut
digunakan untuk menyatakan nilai bilangan oktan
dari bensin yang diuji. Untuk menaikkan nilai
oktan ada beberapa hal yakni dengan mengubah
rantai lurus dalam fraksi bensin menjadi
hidrokarbon rantai bercabang melalui proses
reforming contohnya mengubah n-oktana menjadi
isooktana atau mungkin dengan menambahkan adiftif
anti ketukan ke dalam bensin untuk memperlambat
pembakaran bensin. Dulu digunakan senyawa timbal
(Pb), tetapi karena sifatnya yang beracun maka
20
penggunaannya sudah dilarang dan diganti dengan
senyawa organik seperti etanol dan MTBE (Methyl
Tertiary Butyl Ether)
Angka oktan dapat di bagi menjadi dua bagian
yaitu RON dan
MON. RON= R esearch Octan Number yaitu angka oktan
yang di dapat dengan melakukan pengujian di
600rpm, sedangkan MON = Motor Octan Number yaitu
angka oktan yang didapat dengan melakukan
pengujian pada kondisi kerja motor yang lebih
extreme yaitu 900rpm dan biasanya hasilnya lebih
rendah 10 point dibandingkan dengan RON.
(Sumber:
http://tangomotor.com/artikel/oktan.html,
diakses pada 3 Januari 2011)
2.2.7 Etanol
Etanol (disebut juga etil-alkohol atau
alkohol saja), adalah alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena
21
sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak
dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan
industri makanan dan minuman . Etanol tidak
berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau yang
khas. Bahan ini dapat memabukkan jika diminum.
Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus
molekul etanol adalah C2H5 OH atau rumus empiris
C2H6 O. Titik didih etanol adalah 78,5°C dan titik
beku etanol adalah 114,5°C
(http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol , diakses
pada 15 Januari 2011).
Salah satu bahan bakar yang dapat digunakan
untuk menggantikan bensin adalah ethanol. Etanol
yang sering juga disebut etil- alkohol rumus
kimianya adalah C2H5OH , bersifat cair pada
temperatur kamar. Ethanol dapat dibuat dari proses
pemasakan, fermentasi dan distilasi beberapa
jenis tanaman seperti tebu, jagung, singkong atau
tanaman lain yang kandungan karbohidatnya tinggi.
Bahkan dalam beberapa penelitian ternyata ethanol
22
juga dapat dibuat dari selulosa atau limbah hasil
pertanian (biomassa). Sehingga ethanol memiliki
potensi cukup cerah sebagai pengganti bensin
(Handayani,
http://www.d3-ft.undip.ac.id/gematek/images/
stories//gema_101.pdf , diakses 03 Oktober 2010) .
Tabel 2.1. Perbandingan Beberapa Sifat Ethanol dengan
Bensin.
Property Ethanol Gasoline
Chemical formula C2H5 OH C 4 sd C10
Composition : % weight 52.2 85-88
23
Carbon 13.1 15-Dec
Hydrogen 34.7 0
Oxygen
Octane Number:
Research Octane 108 90-100
Motor Octane 92 81-90
Density lb/gal 6.61 (b) 6.0 – 6.5 (b)
Boiling temp. o F 172(c) 80-437(c)
Freezing point o F -173.2(a) -40(d)
Flash point o F 55(e) -45(b)
Autoignition Temp. o F 793(b) 495(b)
Heating Value 84 100 124 800
Higher (Btu/gal) 76 000 115 000
Lower (Btu/gal)
Specific heat Btu/lb o F 0.57 0.48
Stoichiometric
air/fuel, weight9 14.7
(Sumber : www.afdc.doe.gov , diakses 2 November
2010)
2.3 Bioetanol
24
Menurut Triwahyuningsih dan Adiprasetya,
bioetanol (C2H5 OH) adalah cairan biokimia dari proses
fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan
bantuan mikroorganisme. Bioetanol merupakan bahan
bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai
minyak premium. Untuk pengganti premium, terdapat
alternatif gasohol yang merupakan campuran antara
bensin dan bioetanol. Adapun manfaat pemakaian gasohol
di Indonesia yaitu: memperbesar basis sumber daya bahan
bakar cair, mengurangi impor BBM, menguatkan security of
supply bahan bakar, meningkatkan kesempatan kerja,
berpotensi mengurangi ketimpangan pendapatan antar
individu dan antar daerah, meningkatkan kemampuan
nasional dalam teknologi pertanian dan industri,
mengurangi kecenderungan pemanasan global dan
pencemaran udara (bahan bakar ramah lingkungan) dan
berpotensi mendorong ekspor komoditi baru. Untuk
pengembangan bioetanol diperlukan bahan baku
diantaranya:
25
a. Nira bergula (sukrosa) : nira tebu, nira nipah, nira
sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan,
sari-buah mete
b. Bahan berpati: tepung-tepung sorgum biji, jagung,
cantel, sagu, singkong/gaplek, ubi jalar, ganyong,
garut, suweg, umbi dahlia.
c. Bahan berselulosa (lignoselulosa): kayu, jerami, batang
pisang, bagas, dll.
Adapun konversi biomasa sebagian tanaman tersebut
menjadi bioethanol adalah seperti pada tabel dibawah
ini.
Tabel 2.2. Konversi Biomasa Menjadi Bioethanol
Biomasa
(kg)
Kandungan gula
(Kg)
Jumlah hasil
bioethanol
(Liter)
Biomasa :
Bioethanol
Ubi kayu
1.000250-300 166,6 6,5 : 1
26
Ubi jalar
1.000150-200 125 8 : 1
Jagung
1.000600-700 400 2,5 : 1
Sagu 1.000 120-160 90 12 : 1
Tetes
1.000500 250 4 : 1
Sumber: Balai Besar Teknologi Pati-BPPT 2006,(http://www.google.co.id/search?
q=Nike+Triwahyuningsih+ %26+Rahmat+Adiprasetya+ethanol&btnG=Telusuri&hl=id&sa=2 , diakses 02 November 2010)
2.4 Buah pepaya
Klasifikasi Tanaman Pepaya :
Jenis : Carica papaya L.)
27
Kerajaan : Plantae
Ordo : Brassicales
Family : Caricacae
Genus : Carica
Spesies : C. Papaya
Gambar 2. 1 BuahPepaya
2.4.1 Uraian
Pepaya (carica papaya) merupakan tumbuhan yang
berbatang tegak dan basah. Pepaya menyerupai palma,
bunganya berwarna putih dan buahnya yang masak berwarna
kuning kemerahan, rasanya seperti buah melon. Tinggi
pohon pepaya dapat mencapai 8 sampai 10 meter dengan akar
yang kuat. Helaian daunnya menyerupai telapak tangan
manusia. Apabila daun pepaya tersebut dilipat menjadi
dua bagian persis di tengah, akan nampak bahwa daun
pepaya tersebut simetris. Rongga dalam pada buah pepaya
berbentuk bintang apabila penampang buahnya dipoting
melintang. Tanaman ini juga dibudidayakan di kebun-
kebun luas karena buahnya yang segar dan bergizi.
28
Nama dari buah pepaya diantaranya Papaw (Inggris),
Pepaya (Indonesia), Gedang (Sunda); Betik, Kates, Telo
gantung (Jawa)
2.4.2 Kandungan Buah Pepaya:
Tabel2.3.Kandungan buah pepaya busuk (100
gr)
No. Unsur Gizi Kadar/100 grambuah
1. Kadar air (gr) 86,62. Lemak (gr) 0,33. Protein (gr) 0,54. Karbohidrat (gr) 12,15. Abu (gr) 0,56. Sukrosa(%) 48,37. Glukosa(%) 29,88. Fruktosa(%) 21,9
(http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.
php?id=133 , diakses 22 maret 2011)
2.5 Fermentasi
29
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel
dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen ). Secara umum,
fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik , akan tetapi, terdapat definisi yang lebih
jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi
dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal (http://id.wikipedia.org/wiki
/Fermentasi , diakses 1 Desember 2010).
Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah
glukosa menjadi ethanol/bioetanol (alkohol) dengan
menggunakan yeast. Alkohol yang diperoleh dari proses
fermentasi ini, biasanya alkohol dengan kadar 8 sampai
10 persen volume. Sementara itu, bila fermentasi
tersebut digunakan bahan baku gula, proses pembuatan
etanol dapat lebih cepat.
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung
pada jenis gula yang digunakan dan produk yang
dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6 ) yang
merupakan gula paling sederhana, melalui fermentasi
akan menghasilkan etanol (2C2H5 OH).
30
Persamaan Reaksi Kimia Saccharomyces cerevisae
C6H12O6 2C2H5 OH + 2CO2
Yeast ( Ragi ) Dijabarkan sebagai
Yeast ( ragi ) GulaAlkohol (etanol)
(glukosa, fruktosa , atau sukrosa)
Karbondioksida + kalori
Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi
biasanya masih mengandung gas-gas antara lain CO2 (yang
ditimbulkan dari pengubahan glucose menjadi
ethanol/bioetanol) yang perlu dibersihkan. Gas CO2 pada
hasil fermentasi tersebut biasanya mencapai 35 persen
volume, sehingga untuk memperoleh ethanol/bio-ethanol
yang berkualitas baik, ethanol/bio-ethanol tersebut
harus dibersihkan dari gas tersebut. Proses pembersihan
(washing) CO2 dilakukan dengan menyaring ethanol/bio-
ethanol yang terikat oleh CO2 , sehingga dapat diperoleh
ethanol/bio-ethanol yang bersih dari gas CO2 ). Kadar
ethanol/bioetanol yang dihasilkan dari proses
31
fermentasi, biasanya hanya mencapai 8 sampai 10 persen
saja, sehingga untuk memperoleh ethanol yang berkadar
alkohol 95 persen diperlukan proses lainnya, yaitu
proses distilasi (Nurdyastuti,
http://www.google.co.id/search?
hl=id&q=destilasi+ethanol&btnG=Telusuri&meta,
diakses 10 Agustus 2010).
2.6 Distilasi
Di stilasi atau penyulingan adalah metode pemisahan
bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau
kemudahan menguap (volatilitas ) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat
yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap
terlebih dulu. Metode ini termasuk unit operasi kimia
jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini
didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-
masing komponen akan menguap pada titik didihnya (titik
didih etanol 780C)
32
(sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Distilasi,
diakses 06 Desember 2010).
Gambar 2.2 Alat Distilasi Sederhana
Keterangan gambar :
1
2
3
4
5
6
33
1. Kompor
2. Gelas labu
3. Thermometer
4. Condensor Liebig
5. Conentor
6. Gelas Ukur
Distilasi dilakukan untuk memisahkan ethanol dari
beer (sebagian besar adalah air dan etanol ). Titik didih
etanol murni adalah 78o C sedangkan air adalah 1000C
(kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu
rentang 78-1000 C akan mengakibatkan sebagian besar
etanol menguap
(sumber:http://www.energiterbarukan.net/index.php?
Itemid=43&id=27&option=com content&task=view,
diakses 06 Desember 2010).
2.7 Azeotrop
Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen
pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak
bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika
campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan
34
memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya.
Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling
mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika
campuran tersebut dididihkan. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan gambar 2.3
Gambar 2.3 Grafik azeotrop
( Sumber :
http://majarimagazine.com/2007/11/proses-
distilasi-campuran-biner/ Diakses 24 juni 2011).
Titik A pada pada kurva merupakan boiling point
campuran pada kondisi sebelum mencapai azeotrop.
35
Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan dari
sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini
kemudian didinginkan dan terkondensasi (titik C).
Kondensat kemudian dididihkan, didinginkan, dan
seterusnya hingga mencapai titik azeotrop . Pada titik
azeotrop, proses tidak dapat diteruskan karena
komposisi campuran akan selalu tetap. Pada gambar di
atas, titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan
antara kurva saturated vapor dan saturated liquid.
(ditandai dengan garis vertikal putus-putus).