mini projek phbs jadi

23
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga setiap orang dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dilingkungan di masyarakyat. PHBS merupakan wujud keberdayaan seseorang yang sadar, mau dan mampu mempraktekan PBHS. Dalam PBHS ada beberapa program prioritas antara lain yaitu gizi, kesehatan lingkungan, dan gaya hidup. Kesehatan bagi sebagian penduduk yang terbatas kemampuannya serta yang berpengetahuan dan berpendapatan rendah masih perlu diperjuangkan secara terus menerus dengan cara mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan kemampuan mereka. Panti Asuhan dikelola sebagai tempat pengasuhan anak-anak secara berkelompok. Berbeda dengan anak-anak yang berada dalam tatanan rumah tangga yang di asuh secara langsung oleh ibu rumah tangga. Kurangnya pengasuhan anak-anak tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Panti Asuhan dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit kulit dan lainnya. Hasil survey awal pada anak-anak yang ada di Panti Asuhan Al Hijrah Kecamatan Sigi Biromaru menunjukkan bahwa Panti Asuhan ini masih tergolong sederhana, karena kurangnya fasilitas sanitasi sehingga anak-anak di Panti Asuhan yang masih rentan terhadap penyakit berbahaya bagi kesehatannya. Dengan demikian perlu diteliti bagaimana sikap dan tindakan anak-anak Panti Asuhan Al Hijrah tentang PBHS untuk dijadikan acuan untuk melakukan intervensi permasalahan. Inti kegiatan kami adalah memberdayakan masyarakat panti baik Pembina dan anak- anak panti asuhan Al-Aijrah agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Konsep pemberdayaan masyarakat ini adalah supaya mereka mengetahui akan permasalahan dihadapi akibat ulah mereka sendiri. Sehingga masalah yang ditemukan benar-benar dapat di atasi dengan baik demi tercipta kesehatan melalui PBHS. Puskesmas Biromaru sebagai pusat penggerak pemberdayaan kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya, untuk tahap awal mencoba mengembangkan langkah-langkah pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) mereka untuk menjalani proses pembelajaran pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Salah satu 1

Upload: independent

Post on 16-Nov-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUANI.1 Latar Belakang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS) adalah semua perilaku kesehatan yang

dilakukan atas kesadaran sehingga setiap orang dapat menolong dirinya sendiri di bidang

kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dilingkungan di

masyarakyat. PHBS merupakan wujud keberdayaan seseorang yang sadar, mau dan mampu

mempraktekan PBHS. Dalam PBHS ada beberapa program prioritas antara lain yaitu gizi,

kesehatan lingkungan, dan gaya hidup.

Kesehatan bagi sebagian penduduk yang terbatas kemampuannya serta yang

berpengetahuan dan berpendapatan rendah masih perlu diperjuangkan secara terus menerus

dengan cara mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan kemampuan

mereka.

Panti Asuhan dikelola sebagai tempat pengasuhan anak-anak secara berkelompok.

Berbeda dengan anak-anak yang berada dalam tatanan rumah tangga yang di asuh secara

langsung oleh ibu rumah tangga. Kurangnya pengasuhan anak-anak tentang perilaku hidup

bersih dan sehat di Panti Asuhan dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit kulit

dan lainnya.

Hasil survey awal pada anak-anak yang ada di Panti Asuhan Al Hijrah Kecamatan

Sigi Biromaru menunjukkan bahwa Panti Asuhan ini masih tergolong sederhana, karena

kurangnya fasilitas sanitasi sehingga anak-anak di Panti Asuhan yang masih rentan terhadap

penyakit berbahaya bagi kesehatannya. Dengan demikian perlu diteliti bagaimana sikap dan

tindakan anak-anak Panti Asuhan Al Hijrah tentang PBHS untuk dijadikan acuan untuk

melakukan intervensi permasalahan.

Inti kegiatan kami adalah memberdayakan masyarakat panti baik Pembina dan anak-

anak panti asuhan Al-Aijrah agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Konsep pemberdayaan

masyarakat ini adalah supaya mereka mengetahui akan permasalahan dihadapi akibat ulah

mereka sendiri. Sehingga masalah yang ditemukan benar-benar dapat di atasi dengan baik

demi tercipta kesehatan melalui PBHS.

Puskesmas Biromaru sebagai pusat penggerak pemberdayaan kesehatan masyarakat

diwilayah kerjanya, untuk tahap awal mencoba mengembangkan langkah-langkah

pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) mereka untuk menjalani

proses pembelajaran pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Salah satu

1

langkah pendekatan promosi kesehatan maka dapat dilaksanakan berupa penyuluhan

mengenai masalah kesehatan berkaitan dengan PHBS yang sering ditemui di lokasi.

Dalam hal meningkatkan kesehatan tentunya mencakup semua golongan yang

bertempat tinggal baik dalam maupun disekitar Panti Asuhan. Baik kelompok anak maupun

kelompok orang dewasa. Hal ini yang menyebabkan perlu dilakukan mini project mengenai

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk meningkatkan kesehatan dalam lingkungan Panti

Asuhan Al hijrah.

I.2. PERNYATAAN MASALAH

Anak-anak dipanti asuhan Al-Hijrah merupakan anak didik yang pada dasarnya sama

saja dengan anak didik di sekolah-sekolah umum yang harus berkembang dan merupakan

sumber daya yang menjadi generasi penerus pembangunan yang perlu mendapat perhatian

khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya.

Permasalahan kesehatan yang dihadapi anak-anak panti asuhan tidak beda dengan

permasalahan yang dihadapi anak sekolah umum bahkan bagi anak panti yang mondok akan

bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka

tempati.

Berdasarkan hal tersebut di dituntut suatu peran aktif dari masyarakat dalam hal ini

adalah pihak panti asuhan bekerjasama dengan pihak kesehatan melakukan pembinaan

kesehatan bagi anak-anak panti sehingga terwujud pola perilaku hidup bersih dan sehat bagi

masyarakat Panti Asuhan Al-Hijrah.

I.3 TUJUAN

I.3.1 Tujuan Umum

Terwujudnya masyarakat panti yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap

permasalahan kesehatan diwilayah lingkungannya.

I.3.2 Tujuan Khusus

I.3.1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat panti tentang

pentingnya kesehatan.

I.3.2. Meningkatnya kesadaran masyarakat panti untuk melaksanakan perilaku

hidup bersih dan sehat.

I.3.3. Meningkatnya kesehatan lingkungan di panti asuhan.

I.3.4. Meningkatnya kemampuan dan kemauan penghuni untuk menolong diri

sendiri di bidang kesehatan.

2

I.4 MANFAAT

Melalui pelaksanaan promosi kesehatan dengan penyuluhan perilaku hidup bersih

sehat (PHBS) diharapakan derajat kesehatan penghuni panti dapat lebih baik dan diharapkan

meningkat.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Program PHBS merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau

menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan msyarakat, dengan

membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pemimpin (Advokasi),

bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan

demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dan dapat

menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan

kesehatannya.

II.1.1. Cakupan Program PHBS

Mewujudkan PHBS di tiap tatanan; diperlukan pengelolaan manajemen program

PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan

pemantauan dan penilaian serta kembali lagi ke proses pengkajian. Proses yang demikian

dapat digambarkan pada bagan berikut ini:

Gambar 2.1. Managemen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Sumber Depkes RI, 2002

Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, yaitu masalah PHBS dan sumber

daya. Selanjutnya output pengkajian adalah pemetaan masalah PHBS yang dilanjutkan

dengan rumusan masalah perencanaan berbasis data, rumusan masalah akan menghasilkan

4

Pengkajian

Perencanaan

Penggerakan

Pelaksanaan

Pemantauan

Penilaian

rumusan tujuan, rumusan intervensi dan jadwal kegiatan, penggerakan pelaksanaan yang

merupakan implementasi dari intervensi masalah terpilih, di mana penggerakannya dilakukan

oleh petugas promosi kesehatan, sedangkan pelaksanaannya bisa oleh petugas promosi

kesehatan atau lintas program dan lintas sector terkait .

Pemantauan dilakukan secara berkala dengan menggunakan format pertemuan

bulanan, sedangkan penilaian dilakukan pada enam bulan pertama atau akhir tahun berjalan.

Dalam setiap tahapan manajemen tersebut, petugas promosi kesehatan tidak mungkin

bisa bekerja sendiri, tetapi harus melibatkan petugas lintas program dan lintas sektor terkait

terutama masyarakat itu sendiri.

Program promosi kesehatan dikenal adanya model pengkajian dan penindaklanjutan

(precede proceed model) yang diadaptasi dari konsep Lawrence Green. Model ini mengkaji

masalah perilaku anusia dan factor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara

menindaklanjutinya dengan cara mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut

kea rah yang lebih positif.

Proses pengkajian mengikuti anak panah dari kanan ke kiri, sedang proses penindaklanjutan

dilakukan dari kiri ke kanan berikut ini:

Gambar 2.2. Bahan Pengkajian dan Penindaklanjutan Program PHBS

5

Pengkajian

Penindaklanjutan

PROMOSI KESEHATAN

PENYULUHAN KESEHATAN

FAKTOR PEMUDAH

KEBIJAKAN PERATURAN ORGANISASI

FAKTOR PENGUAT

FAKTOR PEMUNGKIN

FAKTOR PERILAKU DAN GAYA HIDUP

DERAJAT KESEHATAN

FAKTOR LINGKUNGAN

KUALITAS HIDUP

II.1.2. Perilaku Kesehatan Lingkungan

Seseorang dapat merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan

sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata

lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatan

sendiri, keluarga atau masyarakat. Misalnya, bagaimana mengelola pembuangan tinja, air

minum, tampat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya.

Menurut Becker, (1979) yang dikutip oleh Notoadmodjo, (2007) membuat klasifikasi

tentang perilaku hidup sehat yaitu sebagai berikut:

1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam arti

kualitas (mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh) dan kuantitas dalam arti

jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak

lebih).

2. Olahraga yang teratur mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi

dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan

tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.

3. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatknan berbagai

macam penyakit. Namun kenyataannya, kebiasaan merokok ini khususnya di

Indonesia seolah sudah membudaya hamper 50% penduduk Indonesia usia dewasa

merokok. Bahkkan dari hasil penelitian, sekitar 15% remaja telah merokok.

4. Tidak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan munum muras dan

mengkonsumsi NARKOBA (nrkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya, juga

cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah

mempunyai kebiasaan minum minuman keras.

5. Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan akibat

penyesuaiaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras

dan berlebihan, seingga waktu istirahat jadi berkurang. Hal ini juga membahayakan

kesehatan.

6. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, lebih sebagai akibat tuntutan

hidup yang keras seperti di atas. Kecenderungan stress meingkat pada setiap orang.

Stress tidak dapat dihindari, yang penting dijaga agar stress tidak menyebabkan

gangguan kesehatan. Kita harus dapat mengendalikan stress atau mengelola stress

dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

7. Perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan.

6

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoadmodjo S., (2007), ada 3 faktor penyebab

mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu faktor pemudah

(predisposising factor), faktor pemungkin (enambling factor) dan faktor penguat

(reinforcing factor).

a. Faktor pemudah (predisposising factor), adalah faktor ini mencakup pengetahuan

dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Dimana factor ini

mejadi pemicu terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi

tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan

tingkat social ekonomi. Misalnya, pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang

dimiliki oleh seseorang yang tidak mau merokok karena meilihat kebiasaan dalam

anggota keluarganya tidak ada satupun yang mau merokok.

b. Faktor pemungkin (enambling factor) adalah factor pemicu terhadap perilaku

yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana. Factor ini

mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak-

anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban, ketersediaan

makanan bergizi dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.

c. Faktor penguat (reinforcing factor), adalah factor yang menentukan apakah

tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Factor ini terwujud dalam

bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau orang tua yang merupakan

tokoh yang dipercaya atau dipanuti oleh anak-anak. Contoh pengasuh anak-anak

memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan, atau

selalu minum air yang sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat untuk

perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak. Seperti halnya pada masyarakat

akan memerlukan acuan untuk berperilaku melalui peraturan-peraturan atau

undang-undang baik dari pusat maupun pemerintah daerah, perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama termasuk juga petugas kesehatan setempat.

II.1.3 Manajemen PHBS

Menurut Depkes RI (2002), manajemen PHBS adalah penerapan keempat proses

manajemen pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindalklanjutan berikut ini :

a. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang Pembangunan

sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat kesejahteraan. Diharapkan semakin

sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. Kualitas hidup ini salah satunta

7

dipengaruhi oleh kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas

hidup juga semakin tinggi.

b. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dimana

dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang sedang

dihadapi. Yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang adalah

factor perilaku dan factor lingkungan. Misalnya, seseorang menderita diare karena

minum air tidak dimasak, seseorang membuang sampah sembarangan karena tidak

adanya fasilitas tong sampah.

c. Factor lingkungan adalah factor fisik, biologis dan social budaya yang langsung/tidak

mempegaruhi derajat kesehatan.

d. Factor perilaku dan gaya hidup adalah suatu factor yang timbul karena adanya aksi dan

reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Factor perilaku akan terjadi

apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup merupakan pola kebiasaan seseorang

atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti trend yang

berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya.

Misalnya, seseorang yang mengidolakan aktor atau artis yang tidak merokok. Dengan

demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.

II.1.4. Indikator PHBS

Menurut Depkes RI (2002) menetapkan indikator yang ditetapkan pada program PHBS

berdasarkan area/wilayah, ada tiga bagian yaitu sebagai berikut:

I. Indikator Nasional

Ditetapkan 3 indikator, yaitu:

a. persentase penduduk tidak merokok

b. Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan

c. Persentase penduduk yang melakukan aktifitas fisik/olahraga

Alasan dipilihnya ketiga indicator tersebut berdasarkan issu global dan regional, seperti

merokok telah menjadi issu global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti jantung,

kanker paru-paru juga berpotensi menjadi entry point untuk narkoba. Pola makan yang buruk

akan berakibat buruk pada semua golongan umur, bila terjadi pada usia balita akan menjadi

generasi yang lemah/generasi yang hilang dikemudian hari. Demikian juga bila terjadi pada

ibu hamil akan melahirkan bayi yang kurang sehat, bagi usia produktif akan mengakibatkan

produktifitas menurun. Kurang aktifitas fisik dan olahraga mengakibatkan metabolisme tubuh

8

terganggu, apabila berlangsung lama akan menyebabkan berbagai penyakit, seperti jantung,

paru-paru, dan lain-lain.

II. Indikator Lokal Spesifik

Indikator nasional ditambah indikator lokal spesifik masing-masing daerah sesuai

dengan situasi dan kondisi daerah. Dengan demikian ada 16 indikator yang dapat digunakan

untuk mengukur perilaku sehat sebagai berikut:

1. Ibu hamil memeriksakan kehamilannya

2. Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan

3. Pasangan usia subur memakai alat KB

4. Balita ditimbang

5. Penduduk sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas

6. Bayi diimunisasi lengkap

7. Penduduk minum air bersih yang masak

8. Penduduk menggunakan jamban sehat

9. Penduduk mencuci tangan pakai sabun

10. Penduduk menggosok gigi sebelum tidur

11. Penduduk tidak menggunakan NAPZA

12. Penduduk mempunyai Askes/tabungan/uang/emas

13. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dan SADARI (Pemeriksaan

Payudara Sendiri)

14. Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur hipertensi

15. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear

16. Perilaku seksual dan indicator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah kesehatan

yang ada di daerah.

III. Indikator PHBS di setiap Tatanan

Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di 5

tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, tatanan

sekolah, tatanan sarana kesehatan.

1. Indikator tatanan rumah tangga:

a. Perilaku:

1. Tidak merokok

2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

3. Imunisasi

4. Penimbangan balita

9

5. Gizi Keluarga/sarapan

6. Kepesertaan Askes/JPKM

7. Mencuci tangan pakai sabun

8. Menggosok gigi teratur

9. Olah raga teratur

b. Lingkungan:

1. Ada jamban

2. Ada air bersih

3. Ada tempat sampah

4. Ada SPAL (saluran pengaliran air limbah)

5. Ventilasi

6. Kepadatan

7. Lantai

2. Indikator tatanan tempat kerja:

a. Perilaku

1. Menggunakan alat pelindung

2. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok

3. Olahraga teratur

4. Bebas NAPZA

5. Kebersiahan lingkungan kerja

6. Ada Asuransi Kesehatan

b. Lingkungan

1. Ada jamban

2. Ada air bersih

3. Ada tempat sampah

4. Ada SPAL (saluran pengaliran air limbah)

5. Ventilasi

6. Pencahayaan

7. Ada K3 (kesehatan Keselamatan Kerja)

8. Ada kantin

9. Terbebas dari bahan berbahaya

10. Ada klinik

10

3. Indikator tatanan tempat umum

a. Perilaku

1. Kebersihan jamban

2. Kebersihan lingkungan

b. Lingkungan

1. Ada jamban

2. Ada air bersih

3. Ada tempat sampah

4. Ada SPAL (saluran pengaliran air limbah)

5. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)

4. Indikator tatanan sekolah:

a. Perilaku

1. Kebersihan pribadi

2. Tidak merokok

3. Olahraga teratur

4. Tidak menggunakan NAPZA

b. Lingkungan

1. Ada jamban

2. Ada air bersih

3. Ada tempat sampah

4. Ada SPAL (saluran pengaliran air limbah)

5. Ventilasi

6. Kepadatan

7. Ada warung sehat

8. AdaUKS( Usaha Kesehatan Sekolah)

9. Ada taman sekolah

5. Indikator tatanan sarana kesehatan

a. Perilaku

1. Tidak merokok

2. Kebersihan lingkungan

3. Kebersihan kamar mandi

11

b. Lingkungan

1. Ada jamban

2. Ada air bersih

3. Ada tempat sampah

4. Ada SPAL (Saluran Pengaliran Air Limbah)

5. Ada IPAL (Saluran Pengaliran Ailr Limbah) rumah sakit

6. Ventilasi

7. Tempat cuci tangan

8. Ada pencegahan serangga

II.2 Sasaran PHBS

Dalam program PHBS ini diarahkan pada sasaran utama yaitu PHBS Tatanan Rumah

Tangga yaitu seluruh keluarga yaitu Pasangan Usia Subur (PUS), bumil, buteki, anak, remaja,

lansia dan pengasuh anak yang selanjutnya diharapkan akan berkembang ke arah

Desa/Kelurahan, Kecamatan/Puskesmas dan Kabupaten/Kota sehat.

Menurut Tarigan M (2004), sasaran PHBS pada anak-anak yang kurang baik akan

menimbulkan berbagai penyakit pada anak-anak antara lain yaitu diare, sakit gigi, sakit kulit,

cacingan. Dengan demikian untuk mengurangi prevalensi dampak buruk tersebut, maka perlu

diterapkan sasaran PHBS dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

II.2.1 Kebersihan Kulit

Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut ini :

a. Mandi dua kali sehari

b. Mandi pakai sabun

c. Menjaga kebersihan pakaian

d. Menjaga kebersihan lingkungan

II.2.2 Kebersihan Rambut

Untuk selalu memelihara rambut dan kulit kepala dan kesan cantik serta tidak berbau

apek, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya

dua kali seminggu

b. Mencuci rambut dengan shampo/bahan pencuci rambut lain

c. Sebaiknya menggunaknya alat-alat pemeliharaan rambut sendiri

12

II.2.3 Kebersihan Gigi

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan gigi adalah sebagai

berikut :

a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap habis makan

b. Memakai sikat gigi sendiri

c. Menghindari makanan yang merusak gigi

d. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi

e. Memeriksakan gigi secara rutin.

II.2.4 Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku

Kebersihan tangan berhubungan dengan penggunaan sabun dan cuci tangan dengan

menggunakan sabun. Pencucian tangan dengan sabun yang benar dan disaat yang tepat

memainkan peranan penting dalam mengurangi kemungkinan adanya bakteri penyebab diare

melekat pada tangan, tapi praktik cuci tangan harus dilakukan dengan benar dan pada saat

yang tepat. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan dengan sabun adalah ketika sebelum

makan, sebelum memberi makan anak, sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air

besar dan setelah membantu anak buang air besar.

Menurut Siti Khadijah (2007), kebersihan kaki sama halnya dengan kebersihan tangan

yaitu dalam kebersihannya harus menggunakan sabun sehingga kulit kaki bersih dan bebas

dari penyakit khususnya penyakit kulit.

Kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai penyakit dan juga secara estetika

akan lebih indah. Oleh karena itu kuku yang kotor dapat menyebabkan penyakit tertentu

antara lain :

1. Pada kuku sendiri

a. Cantengan

b. Jamur kuku

2. Pada tempat lain

a. Luka dan infeksi garukan

b. Cacingan

Menurut Odang, 1995 yang dikutip oleh Siti Khadijah, 2007 meenyatakan bahwa

dalam menghindari penyakit akibat kuku yang kotor maka perlu diperhatikan hal berikut :

a. Membersihkan tangan sebelum makan

b. Memotong kuku secara teratur

c. Membersihkan lingkungan

d. Mencuci kaki sebelum tidur

13

II.2.5 Kebiasaan Berolah Raga

Olah raga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti dan

frekuensi yang digunakan untuk berolah raga. Dengan demikian akan menentukana status

kesehatan seseorang khususnya anak-anak pada masa pertumbuhan.

Dorongan berolah raga secara teratur dapat memelihara jantung, peredaran darah dan

frekuensi nadi. Macam-macam olah raga dapat kita lakukan antara lain bersepeda, lari,

berenang dan senam.

II.2.6 Kebiasaan Tidur Yang Cukup

Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memelihara tenaga. Dengan tidur

yang cukup, kemampuan dan keterampilan akan meningkat sebab susunan saraf serta tubuh

terpeliahara agara tetap segar dan sehat.

Tidur yang sehat merupakan kebutuhan penting yang dibutuhkan setiap hari. Tidur

yang sehat apabila lingkungan tempat tidur udaranya bersih, suasana tenang dan cahaya

lampu remang-remang (tidak silau) serta kondisi tubuh yang nyaman. Misalnya, tungkai

diletakkan agak tinggi agar memperlancar peredaran darah pada anggota gerak bawah.

Tidur yang sehat harus memenuhi syarat kepadatan hunian ruang tidur yaitu luas

ruang tidur minimal 8 meter dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 (dua) orang tidur.

II.2.7 Gizi dan Menu Seimbang

Keadaan gizi setiap individu merupakan faktor yang amat penting karena zat gizi zat

kehidupan yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia sepanjang hayatnya.

Gizi seimbang adalah satu faktor percepatan dan pertumbuhan sumber daya manusia yang

sehat, cerdas, aktif dan produktif. Sebaliknya, kekurangan gizi pada anak-anak akan

mengakibatkan lemahnya kemampuan belajar, cepat lelah dan sakit-sakitan.

Hal penting yang pelu diperhatikan pada gizi seimbang ini adalah makanan yang

beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan serat

sesuai dengan proporsi yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan serta pola makan

yang teratur yaitu tiga kali sehari pada pagi, siang dan malam hari.

II.3 Sarana dan Prasarana PHBS

Salah satu faktor penting yang berpengaruh pada praktek PHB adalah fasilitas sanitasi

yang tercermin dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Pada tahun 2002,

presentasi rumah yang memiliki yang mempunyai akses terhadap air yang layak untuk

14

dikonsumsi baru mencapai 50% dan akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar baru

mencapai 63,5%.

Fasilitas sanitasi merupakan sarana yang dipergunakan sebagai pendukung perilaku

kebersihan diri dalam tatanan rumah tangga dan lingkungannya. Fasilitas sanitasi yang harus

tersedia sebagai faktor pendukung untuk PHBS pada anak-anak adalah sebagai berikut :

1. Air bersih

2. Sabun mandi

3. Sikat gigi

4. Pasta gigi

5. Gunting kukui

6. Tong sampah

7. Toilet

8. Kamar mandi

9. Lap pengering/handuk

10. Pembersih lantai

11. Shampo (pembersih rambut)

II.4. Panti Asuhan

Panti asuhan adalah sebuah wadah yang menampung anak-anak yatim dan/atau piatu.

Di mana akan-anak yatim dan/atau piatu (ataupun anak yang dititipkan orang tuanya karena

tidak mampu) biasanya tinggal, mendapatkan pendidikan dan juga dibekali berbagai

keterampilan agar dapat berguna di kehidupan nanti.

Adapun Panti Asuhan terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu :

a. Panti Asuhan yang didirikan oleh masyarakat dan anggarannya disediakan oleh

masyarakat sendiri.

b. Panti Asuhan yang didirikan oleh masyarakat tetapi anggaran operasionalnya berasal

dan dibantu oleh pemerintah dan organisasi lain.

c. Panti Asuhan yang didirikan dan dibiayai oleh pemerintah, baik pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah yang digunakan pemerintah sebagai Unit Pelaksana

Teknis (UPT) dalam struktur Dinas Sosial kab/kota.

Menurut Bowlby dkk, (1994) dalam Anonim, (2008) menyatakan bahwa

perkembangan anak yang sehat secara fisik, psikologis dan sosial membutuhkan suatu

hubungan yang harmonis antara tiga unsur pokok, yaitu :

1. Hubungan antara anak dengan anak

15

2. Hubungan antara anak dengan anggota keluarga

3. Hubungan antara anak dengan lingkungan sosialnya

Selain itu, Hurlock, (1995) dalam Anonim, (2008) laporan hasil penelitiannya juga

menyimpulkan bahwa perawatan anak di Panti Asuhan ada persepsi yang tidak baik, karena

anak dipandang sebagai makhluk biologis bukan sebagai makhluk psikologis dan makhluk

sosial. Padahal selain pemenuhan fisiologis, anak membutuhkan kasih sayang bagi

perkembangan psikis yang sehat seperti halnya vitamin dan protein bagi perkembangan

biologisnya.

Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang terlantar semakin

meningkat, sementara hanya sebagian kecil dari mereka (kira-kira 15%) yang mampu

ditampung di panti asuhan, baik swasta maupun pemerintah. Realitas juga menunjukkan

bahwa mereka yang beruntung (diasuh di panti asuhan) saja menunjukkan perkembangan

kepribadian dan penyesuaian sosial yang kurang memuaskan, dapat dibayangkan keadaan

yang lebih memprihatikan lagi pada anak-anak terlantar yang belum terjangkau penanganan

dari pihak yang berwenang. Sementara masyarakat sering memberi cap negatif pada anak-

anak di panti asuhan tanpa melihat lebih jauh, mengapa atau bagaimana hal-hal negatif itu

bisa terjadi. Oleh karena itu, berdasarkan persepsi masyarakat dan pendapat beberapa ahli

bahwa dalam kehidupan di panti asuhan, anak-anak tidak mendapatkan lingkungan yang

sehat bagi perkembangannya, maka kita perlu mengetahui kebutuhan psikologis anak di panti

asuhan agar mereka mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan yang

mereka kebutuhan, sehingga perkembangan fisiknya sejalan dengan perkembangan

psikologis dan sosialnya. Karena, perkembangan yang sehat dalam hal perkembangan fisik,

psikologis dan sosial anak-anak di panti asuhan sangat diperlukan agar mereka mampu hidup

mandiri di tengah-tangah masyarakat luas terutama setelah mereka harus melampaui pasca

terminasi dimana harus keluar dari lingkungan panti asuhan setelah mampu hidup

mandiri/setamat SMU.

16

BAB III

HASIL

III.1. PROFIL PANTI ASUHAN AL-HIJRAH

Nama LKSA : Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Asuhan

Al- Hijrah Sigi

Nama Pimpinan : Asrul

Bendahara : Ny. Sastin

Sekretaris : Arsun. M. Mpojali

Alamat Lengkap : Jln. Keranja Lemba Ds. Mpanau Kec. Sigi Biromaru Kab.

Sigi Prov. Sulawesi Tengah

No. Telp/Hp : 0812 4521 6600

Jumlah Anak Panti : 43 (Empat Puluh Tiga) Orang

No. Akte Notaris : 135 Tanggal 18 Juli 2012

Izin Operasional : No. 460/728/SOSNAKERTRANS/X/2012

Tanah Seluas : 2100 M2

Bangunan : 15x9

Data Pegawai : 10 (sepuluh) orang

Latar belakang di bangunnya panti asuhan Al-Hijrah adalah karena banyaknya anak-

anak yang tidak punya orang tua, terlantar dan jauh dari sekolah di kabupaten sigi.

Adapun beberapa program pembelajaran di panti asuhan Al-Hijrah adalah :

Latihan komunikasi yang baik

Pengajian

Muhadarah

Tadarus

Berzanji

Pelestarian Seni Budaya

Pelayanan Kesehatan

Dan Rekreasi

Tujuan LKSA Al-Hirah

Memberikan pelayanan berdasarkan 9 motto pengurus yaitu Profesionalisme,

Proposional, Prosedural, Proaktif, Progresif, Produaktif, Komitmen, Konsisten dan

Koneksi kepada santri panti asuhan Al-Hijrah.

17

Menyiapkan fasilitas untuk mempermudah dalam proses pembinaan.

Sasaran LKSA Al-Hijrah

Miskin/Tidak mampu

Yatim piatu

Yatim

Piatu

Di Terlantarkan

Komponen Kegiatan LKSA Al-Hijrah

Pembinaan Akhlak

Pembinaan Taman Pengajian Al-Qur’an

Pembinaan Mental dan Spiritual

III.2 MASALAH KESEHATAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi mengenai masalah kesehatan pada Panti

Asuhan Al Hijrah maka disusun berbagai masalah melalui table berikut :

TABEL PRIORITAS MASALAH KESEHATAN

No MASALAH

KESLING

MASALAH BHBS MASALAH GIZI MASALAH

SARANA

1. Sampah yang

berserakan di

lingkungan panti

asuhan

Pakaian yg sudah

digunakan

bergantungan di

dalam kamar

Makanan yang

tidak dimasak

bersih

tempat lemari

yang sempit

sehingga sulit

dibersihkan

2. Kasur tidak dijemur Anak Panti hanya

tidur dialaskan kain

di atas lantai yang

tidak berlantai

Menu makanan

kurang bervariasi

Ruang asrama

tidak nyaman

3. Lantai yang jarang

di pel

Anak Panti banyak

tidak mengggunakan

alas kaki

Makanan yang

kurang bergizi

Tempat

pembuangan

sampah tidak

memenuhi syarat

4. Air limbah tidak

mengalir kedalam

got sehingga

menjadi sarang

Ember sabun, sepatu

dan sandal

diletakkan

sembarangan

Kurangnya tempat

menjemur pakaian

18

nyamuk didalam asrama.

5. Bak mandi jarang

di kuras

Banyak Anak Panti

sakit kulit

Kurangnya tong

sampah

6. Tempat wudhu

yang kotor

Tidur tidak

menggunakan

selimut dan tanpa

obat nyamuk, bantal

sering tidak dijemur

Jumlah kamar

mandi tidak sesuai

jumlah siswa

7. Piring tidak segera

dicuci sebelum dan

sesudah makan

Minum segelas

berdua

Ventilasi yang

kurang sehingga

sirkulasi tidak

memadai

8. Banyak anak panti

yang jarang gosok

gigi

Pakaian basah

dijemur didalam

asrama.

Kurangnya obat-

obat ringan dan

P3K

9. Musholah yang

kotor

III.3 Jadwal Pelaksaan PHBS

Pelaksaan mini project kami lakukan mulai tanggal 27 mei sampai tanggal 3 juni 2015.

Jadwal pelaksaannya sbb:

N

O

Hari/tanggal Kegiatan

1 Rabu/27 Mei 2015 Melapor ke puskesmas kemudian mengambil surat keterangan

dari Puskesmas untuk di bawa ke Panti Asuhan.

2 Kamis/28 Mei 2015 Memberikan surat kepada pengurus panti

3 Jumat/29 Mei 2015 Survey lingkungan Panti Asuhan

4 Sabtu/30 Mei 2015 Memberikan penyuluhan tentang PHBS

5 Senin/1 Juni 2015 Pelaksanaan PHBS di lingkungan panti

6 Selasa/2 Juni 2015 Mempraktekan cara mencuci tangan dan menggosok gigi yang

baik dan benar.

7 Rabu/3 Juni 2015 Kerja bakti dan lomba PHBS antar anak panti serta

menyaksikan pentas seni anak panti.

19

Pada mini project ini hanya difokuskan pada kegiatan penyuluhan serta mempraktekan

PHBS itu sendiri, misalnya dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yakni mandi 2

kali sehari, mencuci tangan yang yang baik dan benar, menggososok gigi, membuang sampah

pada tempatnya, serta mengadakan jumat bersih. Dalam hal pemantauan tidak dilaksanakan

mengingat waktu yang sangat singkat.

BAB 1V

20

DISKUSI

Perlu dilakukan diskusi untuk menentukan penyebab masalah dan sekaligus mencari

alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun Panti Asuhan Al-Hijrah.

Inisiatif penyelenggaraan diskusi berasal dari pimpinan panti asuhan yang telah sepakat

mendukung pengembangan panti asuhan. Peserta diskusi adalah pimpinan panti asuhan, para

pembina dan anak-anak panti serta dokter-dokter internsip Kab. Sigi Sulawesi Tengah.

Dari hasil musyawarah dapat di simpulkan beberapa langkah dalam pemecahan

masalah kesehatan di panti asuhan Al-Hijrah, antara lain:

1. Memberikan penyuluhan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat seperti cara

menggosok gigi dan mencuci tangan yang benar.

2. Merubah perilaku masyarakat panti dengan cara, seperti :

a. Membuat daftar piket

b. Membuat peraturan yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat

serta memberikan menerapkan sanksi bagi yang melanggarnya.

3. Membuat papan himbauan untuk hidup sehat pada lingkungan panti, seperti di

halaman, dapur umum, masjid, kamar, dan ruang belajar.

4. Melakukan Gerakan Jumat Bersih (GJB), seperti gerakan menjemur kasur pada tiap

hari jumat serta membersihkan lingkungan panti.

5. Melakukan kegiatan kelas diskusi kesehatan.

BAB V

21

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil diskusi telah ditemukan beberapa masalah kesehatan yang dapat

ditanggulangi. Namun hal tersebut membutuhkan peran aktif dari seluruh populasi yang ada

di Panti Asuhan guna meningkatkan derajat kesehatan sesuai dengan yang diharapkan.

V.2. SARAN

Untuk mendapatkan hasil guna dan daya guna yang optimal sehubungan dengan peran

serta Panti Asuhan untuk melakukan pembinaan kesehatan anak panti diperlukan upaya-

upaya yang meliputi :

Upaya Promotif

1. Pelatihan pengasuh panti tentang kegiatan pelatihan anak-anak panti yang

berada di Panti Asuhan untuk menjadi pengasuh panti yang akan membantu

kegiatan pelayanan kesehatan Panti Asuhan tersebut.

2. Penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan pihak Panti

Asuhan tentang pesan-pesan kesehatan guna meningkatkan pengetahuan sikap

dan perilaku anak panti di Panti Asuhan mengenai kesehatn jasmani, mental

dan sosial.

3. Perlombaan bidang kesehatan yaitu kegiatan yang sifatnya untuk

meningkatkan minat terhadap kegiatan kesehatan di Panti Asuhan, misalnya

lomba kebersihan, lomba kesehatan dan lain-lain.

Upaya Preventif

1. Imunisasi , yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pihak kesehatn dibantu pihak

Panti Asuhan dalam rangka pencegahan terhadap penyakit tertentu pada anak

anak yang masih berusia sekolah, misalnya imunisasi DT dan TT pada Bulan

Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

2. Pemberantasan nyamuk dan sarangnya, adalah kegiatan pencegahan penyakit

yang disebabkan gigitan nyamuk dengan jenis kegiatan pemberantasan sarang

nyamuk yang dilaksanakan oleh anak panti dan pengasuh serta pihak Panti

Asuhan.

3. Kesehatan lingkungan, yaitu suatu kegiatan berupa pengawasan dan

pemeliharaan lingkungan Panti Asuhan berupa tempat pembuangan sampah,

22

air limbah, kotoran dan sarana air bersih. Kegiatan ini bertujuan guna

meningkatkan kesehatan lingkungan Panti Asuhan.

4. Penjaringan kesehatan anak panti guna mengetahui status kesehatan dan sedini

mungkin menemukan penyakit yang diderita para anak panti.

5. Pemeriksaan berkala guna mengevaluasi kondisi kesehatan dan penyakit para

anak-anak di Panti Asuhan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatn dibantu

pihak Panti Asuhan.

Upaya Kuratif dan Rehabilitatif

1. Pengobatan dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap anak panti yang

sakit yang dirujuk pihak Panti Asuhan.

2. Rujukan kasus yaitu kegiatan merujuk anak panti yang mengidap penyakit

tertentu ke fasilitas rujukan legih lanjut untuk mencegah penyakit

berkembang lebih lanjut.

Masalah lain yang juga berhubungan dengan peran serta Panti Asuhan guna

meningkatkan derajat kesahatan anak Panti Asuhan adalah tentang kesehatan lingkungan di

Panti Asuhan yang meliputi :

1. Lingkungan dan bangunan Panti Asuhan haruslah dalam keadaan bersih tersedia

sarana sanitasi yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan., bangunan yang

kukuh.

2. Tata Ruang, sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan.

3. Konstruksi bangunan sesuai dengan persyaratan kesehatan.

4. Kamar/ruang cukup untuk dihuni oleh anak panti dan sesuai dengan ketentuan

kesehatan.

23