mini projek phbs jadi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUANI.1 Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga setiap orang dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dilingkungan di
masyarakyat. PHBS merupakan wujud keberdayaan seseorang yang sadar, mau dan mampu
mempraktekan PBHS. Dalam PBHS ada beberapa program prioritas antara lain yaitu gizi,
kesehatan lingkungan, dan gaya hidup.
Kesehatan bagi sebagian penduduk yang terbatas kemampuannya serta yang
berpengetahuan dan berpendapatan rendah masih perlu diperjuangkan secara terus menerus
dengan cara mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan kemampuan
mereka.
Panti Asuhan dikelola sebagai tempat pengasuhan anak-anak secara berkelompok.
Berbeda dengan anak-anak yang berada dalam tatanan rumah tangga yang di asuh secara
langsung oleh ibu rumah tangga. Kurangnya pengasuhan anak-anak tentang perilaku hidup
bersih dan sehat di Panti Asuhan dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit kulit
dan lainnya.
Hasil survey awal pada anak-anak yang ada di Panti Asuhan Al Hijrah Kecamatan
Sigi Biromaru menunjukkan bahwa Panti Asuhan ini masih tergolong sederhana, karena
kurangnya fasilitas sanitasi sehingga anak-anak di Panti Asuhan yang masih rentan terhadap
penyakit berbahaya bagi kesehatannya. Dengan demikian perlu diteliti bagaimana sikap dan
tindakan anak-anak Panti Asuhan Al Hijrah tentang PBHS untuk dijadikan acuan untuk
melakukan intervensi permasalahan.
Inti kegiatan kami adalah memberdayakan masyarakat panti baik Pembina dan anak-
anak panti asuhan Al-Aijrah agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Konsep pemberdayaan
masyarakat ini adalah supaya mereka mengetahui akan permasalahan dihadapi akibat ulah
mereka sendiri. Sehingga masalah yang ditemukan benar-benar dapat di atasi dengan baik
demi tercipta kesehatan melalui PBHS.
Puskesmas Biromaru sebagai pusat penggerak pemberdayaan kesehatan masyarakat
diwilayah kerjanya, untuk tahap awal mencoba mengembangkan langkah-langkah
pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) mereka untuk menjalani
proses pembelajaran pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Salah satu
1
langkah pendekatan promosi kesehatan maka dapat dilaksanakan berupa penyuluhan
mengenai masalah kesehatan berkaitan dengan PHBS yang sering ditemui di lokasi.
Dalam hal meningkatkan kesehatan tentunya mencakup semua golongan yang
bertempat tinggal baik dalam maupun disekitar Panti Asuhan. Baik kelompok anak maupun
kelompok orang dewasa. Hal ini yang menyebabkan perlu dilakukan mini project mengenai
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk meningkatkan kesehatan dalam lingkungan Panti
Asuhan Al hijrah.
I.2. PERNYATAAN MASALAH
Anak-anak dipanti asuhan Al-Hijrah merupakan anak didik yang pada dasarnya sama
saja dengan anak didik di sekolah-sekolah umum yang harus berkembang dan merupakan
sumber daya yang menjadi generasi penerus pembangunan yang perlu mendapat perhatian
khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya.
Permasalahan kesehatan yang dihadapi anak-anak panti asuhan tidak beda dengan
permasalahan yang dihadapi anak sekolah umum bahkan bagi anak panti yang mondok akan
bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka
tempati.
Berdasarkan hal tersebut di dituntut suatu peran aktif dari masyarakat dalam hal ini
adalah pihak panti asuhan bekerjasama dengan pihak kesehatan melakukan pembinaan
kesehatan bagi anak-anak panti sehingga terwujud pola perilaku hidup bersih dan sehat bagi
masyarakat Panti Asuhan Al-Hijrah.
I.3 TUJUAN
I.3.1 Tujuan Umum
Terwujudnya masyarakat panti yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan diwilayah lingkungannya.
I.3.2 Tujuan Khusus
I.3.1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat panti tentang
pentingnya kesehatan.
I.3.2. Meningkatnya kesadaran masyarakat panti untuk melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat.
I.3.3. Meningkatnya kesehatan lingkungan di panti asuhan.
I.3.4. Meningkatnya kemampuan dan kemauan penghuni untuk menolong diri
sendiri di bidang kesehatan.
2
I.4 MANFAAT
Melalui pelaksanaan promosi kesehatan dengan penyuluhan perilaku hidup bersih
sehat (PHBS) diharapakan derajat kesehatan penghuni panti dapat lebih baik dan diharapkan
meningkat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Program PHBS merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan msyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pemimpin (Advokasi),
bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan
demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dan dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
II.1.1. Cakupan Program PHBS
Mewujudkan PHBS di tiap tatanan; diperlukan pengelolaan manajemen program
PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan
pemantauan dan penilaian serta kembali lagi ke proses pengkajian. Proses yang demikian
dapat digambarkan pada bagan berikut ini:
Gambar 2.1. Managemen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Sumber Depkes RI, 2002
Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, yaitu masalah PHBS dan sumber
daya. Selanjutnya output pengkajian adalah pemetaan masalah PHBS yang dilanjutkan
dengan rumusan masalah perencanaan berbasis data, rumusan masalah akan menghasilkan
4
Pengkajian
Perencanaan
Penggerakan
Pelaksanaan
Pemantauan
Penilaian
rumusan tujuan, rumusan intervensi dan jadwal kegiatan, penggerakan pelaksanaan yang
merupakan implementasi dari intervensi masalah terpilih, di mana penggerakannya dilakukan
oleh petugas promosi kesehatan, sedangkan pelaksanaannya bisa oleh petugas promosi
kesehatan atau lintas program dan lintas sector terkait .
Pemantauan dilakukan secara berkala dengan menggunakan format pertemuan
bulanan, sedangkan penilaian dilakukan pada enam bulan pertama atau akhir tahun berjalan.
Dalam setiap tahapan manajemen tersebut, petugas promosi kesehatan tidak mungkin
bisa bekerja sendiri, tetapi harus melibatkan petugas lintas program dan lintas sektor terkait
terutama masyarakat itu sendiri.
Program promosi kesehatan dikenal adanya model pengkajian dan penindaklanjutan
(precede proceed model) yang diadaptasi dari konsep Lawrence Green. Model ini mengkaji
masalah perilaku anusia dan factor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara
menindaklanjutinya dengan cara mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut
kea rah yang lebih positif.
Proses pengkajian mengikuti anak panah dari kanan ke kiri, sedang proses penindaklanjutan
dilakukan dari kiri ke kanan berikut ini:
Gambar 2.2. Bahan Pengkajian dan Penindaklanjutan Program PHBS
5
Pengkajian
Penindaklanjutan
PROMOSI KESEHATAN
PENYULUHAN KESEHATAN
FAKTOR PEMUDAH
KEBIJAKAN PERATURAN ORGANISASI
FAKTOR PENGUAT
FAKTOR PEMUNGKIN
FAKTOR PERILAKU DAN GAYA HIDUP
DERAJAT KESEHATAN
FAKTOR LINGKUNGAN
KUALITAS HIDUP
II.1.2. Perilaku Kesehatan Lingkungan
Seseorang dapat merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata
lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatan
sendiri, keluarga atau masyarakat. Misalnya, bagaimana mengelola pembuangan tinja, air
minum, tampat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya.
Menurut Becker, (1979) yang dikutip oleh Notoadmodjo, (2007) membuat klasifikasi
tentang perilaku hidup sehat yaitu sebagai berikut:
1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam arti
kualitas (mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh) dan kuantitas dalam arti
jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak
lebih).
2. Olahraga yang teratur mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi
dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan
tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatknan berbagai
macam penyakit. Namun kenyataannya, kebiasaan merokok ini khususnya di
Indonesia seolah sudah membudaya hamper 50% penduduk Indonesia usia dewasa
merokok. Bahkkan dari hasil penelitian, sekitar 15% remaja telah merokok.
4. Tidak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan munum muras dan
mengkonsumsi NARKOBA (nrkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya, juga
cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah
mempunyai kebiasaan minum minuman keras.
5. Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan akibat
penyesuaiaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras
dan berlebihan, seingga waktu istirahat jadi berkurang. Hal ini juga membahayakan
kesehatan.
6. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, lebih sebagai akibat tuntutan
hidup yang keras seperti di atas. Kecenderungan stress meingkat pada setiap orang.
Stress tidak dapat dihindari, yang penting dijaga agar stress tidak menyebabkan
gangguan kesehatan. Kita harus dapat mengendalikan stress atau mengelola stress
dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
7. Perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan.
6
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoadmodjo S., (2007), ada 3 faktor penyebab
mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu faktor pemudah
(predisposising factor), faktor pemungkin (enambling factor) dan faktor penguat
(reinforcing factor).
a. Faktor pemudah (predisposising factor), adalah faktor ini mencakup pengetahuan
dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Dimana factor ini
mejadi pemicu terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi
tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan
tingkat social ekonomi. Misalnya, pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang
dimiliki oleh seseorang yang tidak mau merokok karena meilihat kebiasaan dalam
anggota keluarganya tidak ada satupun yang mau merokok.
b. Faktor pemungkin (enambling factor) adalah factor pemicu terhadap perilaku
yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana. Factor ini
mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak-
anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban, ketersediaan
makanan bergizi dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Faktor penguat (reinforcing factor), adalah factor yang menentukan apakah
tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Factor ini terwujud dalam
bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau orang tua yang merupakan
tokoh yang dipercaya atau dipanuti oleh anak-anak. Contoh pengasuh anak-anak
memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan, atau
selalu minum air yang sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat untuk
perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak. Seperti halnya pada masyarakat
akan memerlukan acuan untuk berperilaku melalui peraturan-peraturan atau
undang-undang baik dari pusat maupun pemerintah daerah, perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama termasuk juga petugas kesehatan setempat.
II.1.3 Manajemen PHBS
Menurut Depkes RI (2002), manajemen PHBS adalah penerapan keempat proses
manajemen pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindalklanjutan berikut ini :
a. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang Pembangunan
sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat kesejahteraan. Diharapkan semakin
sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. Kualitas hidup ini salah satunta
7
dipengaruhi oleh kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas
hidup juga semakin tinggi.
b. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dimana
dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang sedang
dihadapi. Yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang adalah
factor perilaku dan factor lingkungan. Misalnya, seseorang menderita diare karena
minum air tidak dimasak, seseorang membuang sampah sembarangan karena tidak
adanya fasilitas tong sampah.
c. Factor lingkungan adalah factor fisik, biologis dan social budaya yang langsung/tidak
mempegaruhi derajat kesehatan.
d. Factor perilaku dan gaya hidup adalah suatu factor yang timbul karena adanya aksi dan
reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Factor perilaku akan terjadi
apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup merupakan pola kebiasaan seseorang
atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti trend yang
berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya.
Misalnya, seseorang yang mengidolakan aktor atau artis yang tidak merokok. Dengan
demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.
II.1.4. Indikator PHBS
Menurut Depkes RI (2002) menetapkan indikator yang ditetapkan pada program PHBS
berdasarkan area/wilayah, ada tiga bagian yaitu sebagai berikut:
I. Indikator Nasional
Ditetapkan 3 indikator, yaitu:
a. persentase penduduk tidak merokok
b. Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan
c. Persentase penduduk yang melakukan aktifitas fisik/olahraga
Alasan dipilihnya ketiga indicator tersebut berdasarkan issu global dan regional, seperti
merokok telah menjadi issu global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti jantung,
kanker paru-paru juga berpotensi menjadi entry point untuk narkoba. Pola makan yang buruk
akan berakibat buruk pada semua golongan umur, bila terjadi pada usia balita akan menjadi
generasi yang lemah/generasi yang hilang dikemudian hari. Demikian juga bila terjadi pada
ibu hamil akan melahirkan bayi yang kurang sehat, bagi usia produktif akan mengakibatkan
produktifitas menurun. Kurang aktifitas fisik dan olahraga mengakibatkan metabolisme tubuh
8
terganggu, apabila berlangsung lama akan menyebabkan berbagai penyakit, seperti jantung,
paru-paru, dan lain-lain.
II. Indikator Lokal Spesifik
Indikator nasional ditambah indikator lokal spesifik masing-masing daerah sesuai
dengan situasi dan kondisi daerah. Dengan demikian ada 16 indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur perilaku sehat sebagai berikut:
1. Ibu hamil memeriksakan kehamilannya
2. Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan
3. Pasangan usia subur memakai alat KB
4. Balita ditimbang
5. Penduduk sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas
6. Bayi diimunisasi lengkap
7. Penduduk minum air bersih yang masak
8. Penduduk menggunakan jamban sehat
9. Penduduk mencuci tangan pakai sabun
10. Penduduk menggosok gigi sebelum tidur
11. Penduduk tidak menggunakan NAPZA
12. Penduduk mempunyai Askes/tabungan/uang/emas
13. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri)
14. Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur hipertensi
15. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear
16. Perilaku seksual dan indicator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah kesehatan
yang ada di daerah.
III. Indikator PHBS di setiap Tatanan
Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di 5
tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, tatanan
sekolah, tatanan sarana kesehatan.
1. Indikator tatanan rumah tangga:
a. Perilaku:
1. Tidak merokok
2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
3. Imunisasi
4. Penimbangan balita
9
5. Gizi Keluarga/sarapan
6. Kepesertaan Askes/JPKM
7. Mencuci tangan pakai sabun
8. Menggosok gigi teratur
9. Olah raga teratur
b. Lingkungan:
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL (saluran pengaliran air limbah)
5. Ventilasi
6. Kepadatan
7. Lantai
2. Indikator tatanan tempat kerja:
a. Perilaku
1. Menggunakan alat pelindung
2. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok
3. Olahraga teratur
4. Bebas NAPZA
5. Kebersiahan lingkungan kerja
6. Ada Asuransi Kesehatan
b. Lingkungan
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL (saluran pengaliran air limbah)
5. Ventilasi
6. Pencahayaan
7. Ada K3 (kesehatan Keselamatan Kerja)
8. Ada kantin
9. Terbebas dari bahan berbahaya
10. Ada klinik
10
3. Indikator tatanan tempat umum
a. Perilaku
1. Kebersihan jamban
2. Kebersihan lingkungan
b. Lingkungan
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL (saluran pengaliran air limbah)
5. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)
4. Indikator tatanan sekolah:
a. Perilaku
1. Kebersihan pribadi
2. Tidak merokok
3. Olahraga teratur
4. Tidak menggunakan NAPZA
b. Lingkungan
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL (saluran pengaliran air limbah)
5. Ventilasi
6. Kepadatan
7. Ada warung sehat
8. AdaUKS( Usaha Kesehatan Sekolah)
9. Ada taman sekolah
5. Indikator tatanan sarana kesehatan
a. Perilaku
1. Tidak merokok
2. Kebersihan lingkungan
3. Kebersihan kamar mandi
11
b. Lingkungan
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL (Saluran Pengaliran Air Limbah)
5. Ada IPAL (Saluran Pengaliran Ailr Limbah) rumah sakit
6. Ventilasi
7. Tempat cuci tangan
8. Ada pencegahan serangga
II.2 Sasaran PHBS
Dalam program PHBS ini diarahkan pada sasaran utama yaitu PHBS Tatanan Rumah
Tangga yaitu seluruh keluarga yaitu Pasangan Usia Subur (PUS), bumil, buteki, anak, remaja,
lansia dan pengasuh anak yang selanjutnya diharapkan akan berkembang ke arah
Desa/Kelurahan, Kecamatan/Puskesmas dan Kabupaten/Kota sehat.
Menurut Tarigan M (2004), sasaran PHBS pada anak-anak yang kurang baik akan
menimbulkan berbagai penyakit pada anak-anak antara lain yaitu diare, sakit gigi, sakit kulit,
cacingan. Dengan demikian untuk mengurangi prevalensi dampak buruk tersebut, maka perlu
diterapkan sasaran PHBS dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
II.2.1 Kebersihan Kulit
Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut ini :
a. Mandi dua kali sehari
b. Mandi pakai sabun
c. Menjaga kebersihan pakaian
d. Menjaga kebersihan lingkungan
II.2.2 Kebersihan Rambut
Untuk selalu memelihara rambut dan kulit kepala dan kesan cantik serta tidak berbau
apek, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya
dua kali seminggu
b. Mencuci rambut dengan shampo/bahan pencuci rambut lain
c. Sebaiknya menggunaknya alat-alat pemeliharaan rambut sendiri
12
II.2.3 Kebersihan Gigi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan gigi adalah sebagai
berikut :
a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap habis makan
b. Memakai sikat gigi sendiri
c. Menghindari makanan yang merusak gigi
d. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi
e. Memeriksakan gigi secara rutin.
II.2.4 Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku
Kebersihan tangan berhubungan dengan penggunaan sabun dan cuci tangan dengan
menggunakan sabun. Pencucian tangan dengan sabun yang benar dan disaat yang tepat
memainkan peranan penting dalam mengurangi kemungkinan adanya bakteri penyebab diare
melekat pada tangan, tapi praktik cuci tangan harus dilakukan dengan benar dan pada saat
yang tepat. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan dengan sabun adalah ketika sebelum
makan, sebelum memberi makan anak, sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air
besar dan setelah membantu anak buang air besar.
Menurut Siti Khadijah (2007), kebersihan kaki sama halnya dengan kebersihan tangan
yaitu dalam kebersihannya harus menggunakan sabun sehingga kulit kaki bersih dan bebas
dari penyakit khususnya penyakit kulit.
Kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai penyakit dan juga secara estetika
akan lebih indah. Oleh karena itu kuku yang kotor dapat menyebabkan penyakit tertentu
antara lain :
1. Pada kuku sendiri
a. Cantengan
b. Jamur kuku
2. Pada tempat lain
a. Luka dan infeksi garukan
b. Cacingan
Menurut Odang, 1995 yang dikutip oleh Siti Khadijah, 2007 meenyatakan bahwa
dalam menghindari penyakit akibat kuku yang kotor maka perlu diperhatikan hal berikut :
a. Membersihkan tangan sebelum makan
b. Memotong kuku secara teratur
c. Membersihkan lingkungan
d. Mencuci kaki sebelum tidur
13
II.2.5 Kebiasaan Berolah Raga
Olah raga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti dan
frekuensi yang digunakan untuk berolah raga. Dengan demikian akan menentukana status
kesehatan seseorang khususnya anak-anak pada masa pertumbuhan.
Dorongan berolah raga secara teratur dapat memelihara jantung, peredaran darah dan
frekuensi nadi. Macam-macam olah raga dapat kita lakukan antara lain bersepeda, lari,
berenang dan senam.
II.2.6 Kebiasaan Tidur Yang Cukup
Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memelihara tenaga. Dengan tidur
yang cukup, kemampuan dan keterampilan akan meningkat sebab susunan saraf serta tubuh
terpeliahara agara tetap segar dan sehat.
Tidur yang sehat merupakan kebutuhan penting yang dibutuhkan setiap hari. Tidur
yang sehat apabila lingkungan tempat tidur udaranya bersih, suasana tenang dan cahaya
lampu remang-remang (tidak silau) serta kondisi tubuh yang nyaman. Misalnya, tungkai
diletakkan agak tinggi agar memperlancar peredaran darah pada anggota gerak bawah.
Tidur yang sehat harus memenuhi syarat kepadatan hunian ruang tidur yaitu luas
ruang tidur minimal 8 meter dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 (dua) orang tidur.
II.2.7 Gizi dan Menu Seimbang
Keadaan gizi setiap individu merupakan faktor yang amat penting karena zat gizi zat
kehidupan yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia sepanjang hayatnya.
Gizi seimbang adalah satu faktor percepatan dan pertumbuhan sumber daya manusia yang
sehat, cerdas, aktif dan produktif. Sebaliknya, kekurangan gizi pada anak-anak akan
mengakibatkan lemahnya kemampuan belajar, cepat lelah dan sakit-sakitan.
Hal penting yang pelu diperhatikan pada gizi seimbang ini adalah makanan yang
beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan serat
sesuai dengan proporsi yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan serta pola makan
yang teratur yaitu tiga kali sehari pada pagi, siang dan malam hari.
II.3 Sarana dan Prasarana PHBS
Salah satu faktor penting yang berpengaruh pada praktek PHB adalah fasilitas sanitasi
yang tercermin dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Pada tahun 2002,
presentasi rumah yang memiliki yang mempunyai akses terhadap air yang layak untuk
14
dikonsumsi baru mencapai 50% dan akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar baru
mencapai 63,5%.
Fasilitas sanitasi merupakan sarana yang dipergunakan sebagai pendukung perilaku
kebersihan diri dalam tatanan rumah tangga dan lingkungannya. Fasilitas sanitasi yang harus
tersedia sebagai faktor pendukung untuk PHBS pada anak-anak adalah sebagai berikut :
1. Air bersih
2. Sabun mandi
3. Sikat gigi
4. Pasta gigi
5. Gunting kukui
6. Tong sampah
7. Toilet
8. Kamar mandi
9. Lap pengering/handuk
10. Pembersih lantai
11. Shampo (pembersih rambut)
II.4. Panti Asuhan
Panti asuhan adalah sebuah wadah yang menampung anak-anak yatim dan/atau piatu.
Di mana akan-anak yatim dan/atau piatu (ataupun anak yang dititipkan orang tuanya karena
tidak mampu) biasanya tinggal, mendapatkan pendidikan dan juga dibekali berbagai
keterampilan agar dapat berguna di kehidupan nanti.
Adapun Panti Asuhan terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu :
a. Panti Asuhan yang didirikan oleh masyarakat dan anggarannya disediakan oleh
masyarakat sendiri.
b. Panti Asuhan yang didirikan oleh masyarakat tetapi anggaran operasionalnya berasal
dan dibantu oleh pemerintah dan organisasi lain.
c. Panti Asuhan yang didirikan dan dibiayai oleh pemerintah, baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah yang digunakan pemerintah sebagai Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dalam struktur Dinas Sosial kab/kota.
Menurut Bowlby dkk, (1994) dalam Anonim, (2008) menyatakan bahwa
perkembangan anak yang sehat secara fisik, psikologis dan sosial membutuhkan suatu
hubungan yang harmonis antara tiga unsur pokok, yaitu :
1. Hubungan antara anak dengan anak
15
2. Hubungan antara anak dengan anggota keluarga
3. Hubungan antara anak dengan lingkungan sosialnya
Selain itu, Hurlock, (1995) dalam Anonim, (2008) laporan hasil penelitiannya juga
menyimpulkan bahwa perawatan anak di Panti Asuhan ada persepsi yang tidak baik, karena
anak dipandang sebagai makhluk biologis bukan sebagai makhluk psikologis dan makhluk
sosial. Padahal selain pemenuhan fisiologis, anak membutuhkan kasih sayang bagi
perkembangan psikis yang sehat seperti halnya vitamin dan protein bagi perkembangan
biologisnya.
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang terlantar semakin
meningkat, sementara hanya sebagian kecil dari mereka (kira-kira 15%) yang mampu
ditampung di panti asuhan, baik swasta maupun pemerintah. Realitas juga menunjukkan
bahwa mereka yang beruntung (diasuh di panti asuhan) saja menunjukkan perkembangan
kepribadian dan penyesuaian sosial yang kurang memuaskan, dapat dibayangkan keadaan
yang lebih memprihatikan lagi pada anak-anak terlantar yang belum terjangkau penanganan
dari pihak yang berwenang. Sementara masyarakat sering memberi cap negatif pada anak-
anak di panti asuhan tanpa melihat lebih jauh, mengapa atau bagaimana hal-hal negatif itu
bisa terjadi. Oleh karena itu, berdasarkan persepsi masyarakat dan pendapat beberapa ahli
bahwa dalam kehidupan di panti asuhan, anak-anak tidak mendapatkan lingkungan yang
sehat bagi perkembangannya, maka kita perlu mengetahui kebutuhan psikologis anak di panti
asuhan agar mereka mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan yang
mereka kebutuhan, sehingga perkembangan fisiknya sejalan dengan perkembangan
psikologis dan sosialnya. Karena, perkembangan yang sehat dalam hal perkembangan fisik,
psikologis dan sosial anak-anak di panti asuhan sangat diperlukan agar mereka mampu hidup
mandiri di tengah-tangah masyarakat luas terutama setelah mereka harus melampaui pasca
terminasi dimana harus keluar dari lingkungan panti asuhan setelah mampu hidup
mandiri/setamat SMU.
16
BAB III
HASIL
III.1. PROFIL PANTI ASUHAN AL-HIJRAH
Nama LKSA : Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Asuhan
Al- Hijrah Sigi
Nama Pimpinan : Asrul
Bendahara : Ny. Sastin
Sekretaris : Arsun. M. Mpojali
Alamat Lengkap : Jln. Keranja Lemba Ds. Mpanau Kec. Sigi Biromaru Kab.
Sigi Prov. Sulawesi Tengah
No. Telp/Hp : 0812 4521 6600
Jumlah Anak Panti : 43 (Empat Puluh Tiga) Orang
No. Akte Notaris : 135 Tanggal 18 Juli 2012
Izin Operasional : No. 460/728/SOSNAKERTRANS/X/2012
Tanah Seluas : 2100 M2
Bangunan : 15x9
Data Pegawai : 10 (sepuluh) orang
Latar belakang di bangunnya panti asuhan Al-Hijrah adalah karena banyaknya anak-
anak yang tidak punya orang tua, terlantar dan jauh dari sekolah di kabupaten sigi.
Adapun beberapa program pembelajaran di panti asuhan Al-Hijrah adalah :
Latihan komunikasi yang baik
Pengajian
Muhadarah
Tadarus
Berzanji
Pelestarian Seni Budaya
Pelayanan Kesehatan
Dan Rekreasi
Tujuan LKSA Al-Hirah
Memberikan pelayanan berdasarkan 9 motto pengurus yaitu Profesionalisme,
Proposional, Prosedural, Proaktif, Progresif, Produaktif, Komitmen, Konsisten dan
Koneksi kepada santri panti asuhan Al-Hijrah.
17
Menyiapkan fasilitas untuk mempermudah dalam proses pembinaan.
Sasaran LKSA Al-Hijrah
Miskin/Tidak mampu
Yatim piatu
Yatim
Piatu
Di Terlantarkan
Komponen Kegiatan LKSA Al-Hijrah
Pembinaan Akhlak
Pembinaan Taman Pengajian Al-Qur’an
Pembinaan Mental dan Spiritual
III.2 MASALAH KESEHATAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi mengenai masalah kesehatan pada Panti
Asuhan Al Hijrah maka disusun berbagai masalah melalui table berikut :
TABEL PRIORITAS MASALAH KESEHATAN
No MASALAH
KESLING
MASALAH BHBS MASALAH GIZI MASALAH
SARANA
1. Sampah yang
berserakan di
lingkungan panti
asuhan
Pakaian yg sudah
digunakan
bergantungan di
dalam kamar
Makanan yang
tidak dimasak
bersih
tempat lemari
yang sempit
sehingga sulit
dibersihkan
2. Kasur tidak dijemur Anak Panti hanya
tidur dialaskan kain
di atas lantai yang
tidak berlantai
Menu makanan
kurang bervariasi
Ruang asrama
tidak nyaman
3. Lantai yang jarang
di pel
Anak Panti banyak
tidak mengggunakan
alas kaki
Makanan yang
kurang bergizi
Tempat
pembuangan
sampah tidak
memenuhi syarat
4. Air limbah tidak
mengalir kedalam
got sehingga
menjadi sarang
Ember sabun, sepatu
dan sandal
diletakkan
sembarangan
Kurangnya tempat
menjemur pakaian
18
nyamuk didalam asrama.
5. Bak mandi jarang
di kuras
Banyak Anak Panti
sakit kulit
Kurangnya tong
sampah
6. Tempat wudhu
yang kotor
Tidur tidak
menggunakan
selimut dan tanpa
obat nyamuk, bantal
sering tidak dijemur
Jumlah kamar
mandi tidak sesuai
jumlah siswa
7. Piring tidak segera
dicuci sebelum dan
sesudah makan
Minum segelas
berdua
Ventilasi yang
kurang sehingga
sirkulasi tidak
memadai
8. Banyak anak panti
yang jarang gosok
gigi
Pakaian basah
dijemur didalam
asrama.
Kurangnya obat-
obat ringan dan
P3K
9. Musholah yang
kotor
III.3 Jadwal Pelaksaan PHBS
Pelaksaan mini project kami lakukan mulai tanggal 27 mei sampai tanggal 3 juni 2015.
Jadwal pelaksaannya sbb:
N
O
Hari/tanggal Kegiatan
1 Rabu/27 Mei 2015 Melapor ke puskesmas kemudian mengambil surat keterangan
dari Puskesmas untuk di bawa ke Panti Asuhan.
2 Kamis/28 Mei 2015 Memberikan surat kepada pengurus panti
3 Jumat/29 Mei 2015 Survey lingkungan Panti Asuhan
4 Sabtu/30 Mei 2015 Memberikan penyuluhan tentang PHBS
5 Senin/1 Juni 2015 Pelaksanaan PHBS di lingkungan panti
6 Selasa/2 Juni 2015 Mempraktekan cara mencuci tangan dan menggosok gigi yang
baik dan benar.
7 Rabu/3 Juni 2015 Kerja bakti dan lomba PHBS antar anak panti serta
menyaksikan pentas seni anak panti.
19
Pada mini project ini hanya difokuskan pada kegiatan penyuluhan serta mempraktekan
PHBS itu sendiri, misalnya dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yakni mandi 2
kali sehari, mencuci tangan yang yang baik dan benar, menggososok gigi, membuang sampah
pada tempatnya, serta mengadakan jumat bersih. Dalam hal pemantauan tidak dilaksanakan
mengingat waktu yang sangat singkat.
BAB 1V
20
DISKUSI
Perlu dilakukan diskusi untuk menentukan penyebab masalah dan sekaligus mencari
alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun Panti Asuhan Al-Hijrah.
Inisiatif penyelenggaraan diskusi berasal dari pimpinan panti asuhan yang telah sepakat
mendukung pengembangan panti asuhan. Peserta diskusi adalah pimpinan panti asuhan, para
pembina dan anak-anak panti serta dokter-dokter internsip Kab. Sigi Sulawesi Tengah.
Dari hasil musyawarah dapat di simpulkan beberapa langkah dalam pemecahan
masalah kesehatan di panti asuhan Al-Hijrah, antara lain:
1. Memberikan penyuluhan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat seperti cara
menggosok gigi dan mencuci tangan yang benar.
2. Merubah perilaku masyarakat panti dengan cara, seperti :
a. Membuat daftar piket
b. Membuat peraturan yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat
serta memberikan menerapkan sanksi bagi yang melanggarnya.
3. Membuat papan himbauan untuk hidup sehat pada lingkungan panti, seperti di
halaman, dapur umum, masjid, kamar, dan ruang belajar.
4. Melakukan Gerakan Jumat Bersih (GJB), seperti gerakan menjemur kasur pada tiap
hari jumat serta membersihkan lingkungan panti.
5. Melakukan kegiatan kelas diskusi kesehatan.
BAB V
21
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi telah ditemukan beberapa masalah kesehatan yang dapat
ditanggulangi. Namun hal tersebut membutuhkan peran aktif dari seluruh populasi yang ada
di Panti Asuhan guna meningkatkan derajat kesehatan sesuai dengan yang diharapkan.
V.2. SARAN
Untuk mendapatkan hasil guna dan daya guna yang optimal sehubungan dengan peran
serta Panti Asuhan untuk melakukan pembinaan kesehatan anak panti diperlukan upaya-
upaya yang meliputi :
Upaya Promotif
1. Pelatihan pengasuh panti tentang kegiatan pelatihan anak-anak panti yang
berada di Panti Asuhan untuk menjadi pengasuh panti yang akan membantu
kegiatan pelayanan kesehatan Panti Asuhan tersebut.
2. Penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan pihak Panti
Asuhan tentang pesan-pesan kesehatan guna meningkatkan pengetahuan sikap
dan perilaku anak panti di Panti Asuhan mengenai kesehatn jasmani, mental
dan sosial.
3. Perlombaan bidang kesehatan yaitu kegiatan yang sifatnya untuk
meningkatkan minat terhadap kegiatan kesehatan di Panti Asuhan, misalnya
lomba kebersihan, lomba kesehatan dan lain-lain.
Upaya Preventif
1. Imunisasi , yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pihak kesehatn dibantu pihak
Panti Asuhan dalam rangka pencegahan terhadap penyakit tertentu pada anak
anak yang masih berusia sekolah, misalnya imunisasi DT dan TT pada Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
2. Pemberantasan nyamuk dan sarangnya, adalah kegiatan pencegahan penyakit
yang disebabkan gigitan nyamuk dengan jenis kegiatan pemberantasan sarang
nyamuk yang dilaksanakan oleh anak panti dan pengasuh serta pihak Panti
Asuhan.
3. Kesehatan lingkungan, yaitu suatu kegiatan berupa pengawasan dan
pemeliharaan lingkungan Panti Asuhan berupa tempat pembuangan sampah,
22
air limbah, kotoran dan sarana air bersih. Kegiatan ini bertujuan guna
meningkatkan kesehatan lingkungan Panti Asuhan.
4. Penjaringan kesehatan anak panti guna mengetahui status kesehatan dan sedini
mungkin menemukan penyakit yang diderita para anak panti.
5. Pemeriksaan berkala guna mengevaluasi kondisi kesehatan dan penyakit para
anak-anak di Panti Asuhan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatn dibantu
pihak Panti Asuhan.
Upaya Kuratif dan Rehabilitatif
1. Pengobatan dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap anak panti yang
sakit yang dirujuk pihak Panti Asuhan.
2. Rujukan kasus yaitu kegiatan merujuk anak panti yang mengidap penyakit
tertentu ke fasilitas rujukan legih lanjut untuk mencegah penyakit
berkembang lebih lanjut.
Masalah lain yang juga berhubungan dengan peran serta Panti Asuhan guna
meningkatkan derajat kesahatan anak Panti Asuhan adalah tentang kesehatan lingkungan di
Panti Asuhan yang meliputi :
1. Lingkungan dan bangunan Panti Asuhan haruslah dalam keadaan bersih tersedia
sarana sanitasi yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan., bangunan yang
kukuh.
2. Tata Ruang, sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan.
3. Konstruksi bangunan sesuai dengan persyaratan kesehatan.
4. Kamar/ruang cukup untuk dihuni oleh anak panti dan sesuai dengan ketentuan
kesehatan.
23