pendidikan harus jadi kegembiraan

31
Pendidikan Harus Jadi Kegembiraan 12/22/2014 - 14:51 Foto hitam putih itu menggambarkan sebuah halaman rumah sederhana. Pintu kayu, tembok tanpa pulasan cat, pagar semen setinggi lutut orang dewasa menghiasi halaman tersebut. Tikar pandan menjadi alas sederhana untuk duduk beberapa orang. Sekitar lima belas anak duduk menghadap seorang guru wanita. Mereka sedang bersiap untuk belajar. Halaman di foto tersebut merupakan bagian dari salah satu Sekolah Taman Siswa di Bandung. Guru perempuan yang ada di foto itu adalah Ibu Soerjoadipoetro, salah seorang penggerak pendidikan Taman Siswa. Foto itu kini masih terarsip di Museum Tropen, Belanda. Gambar dua dimensi tersebut boleh jadi sederhana, tapi pesannya begitu nyaring. Bahwa pendidikan adalah sebuah keseharian yang menyenangkan. Murid-murid yang hadir tak memakai seragam tapi semangat mereka tak bisa disepelekan. Pembelajaran di Taman Siswa, Bandung mengingatkan saya pada konsep belajar tiga dinding yang dikenalkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar menyarankan ruang kelas hanya dibangun dengan tiga sisi dinding, sedangkan satu sisi lainnya lainnya terbuka. Ki Hadjar ingin menyatakan bahwa seharusnya tidak ada jarak antara dunia pendidikan di dalam kelas dengan realitas di luarnya. Sekali lagi ini bukti bahwa pendidikan harus hidup dan tumbuh sebagai sebuah keseharian yang menyenangkan. Kini kita kerap menengok Finlandia saat bicara pendidikan. Apa yang dilakukan oleh Finlandia sebenarnya senada dengan konsep Ki Hadjar. Bahwa proses belajar harus menyenangkan. Saatnya kita mengembalikan konsep pendidikan kita seperti yang diajarkan oleh Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara. Bagi beliau, sekolah adalah taman, tempat bermain. Proses belajar itu mencerahkan, Pendidikan itu prosesnya equal, tapi merangsang pertumbuhan. Mari kita buat proses belajar itu adiktif. Layaknya candu, ada keinginan untuk belajar terus. Ke depan, yang kita butuhkan bukan spesialis, melainkan learner, pembelajar. Kita harus mendidik orang menjadi pembelajar. Kalau bisa menjadi pembelajar, di peran apa pun dia akan bisa punya makna. Untuk mewujudkan pendidikan menjadi kegembiraan tentu perlu sebuah perspektif baru. Kita bisa menengok kembali pada Ki Hadjar untuk menghadirkan perspektif ini. Pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi yang perlu dikembangkan anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu. Soal ekstrakurikuler misalnya, minat dan bakat anak-anak itu bervariasi. Tanyakan pada anak-anak ingin ekstrakurikuler apa? Jangan kita yang menentukan minat dan bakatnya. Selama ini ekstrakurikuler kita selera guru, selera dinas, selera yang sudah jadul. Maka jangan salahkan anak-anak ketika mereka memilih pulang daripada aktif di kegiatan ekskul.

Upload: independent

Post on 15-Mar-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pendidikan Harus Jadi Kegembiraan12/22/2014 - 14:51

Foto hitam putih itu menggambarkan sebuah halaman rumah sederhana. Pintu kayu,tembok tanpa pulasan cat, pagar semen setinggi lutut orang dewasa menghiasi halamantersebut. Tikar pandan menjadi alas sederhana untuk duduk beberapa orang. Sekitarlima belas anak duduk menghadap seorang guru wanita. Mereka sedang bersiap untukbelajar.

Halaman di foto tersebut merupakan bagian dari salah satu Sekolah Taman Siswa diBandung. Guru perempuan yang ada di foto itu adalah Ibu Soerjoadipoetro, salahseorang penggerak pendidikan Taman Siswa. Foto itu kini masih terarsip di MuseumTropen, Belanda.

Gambar dua dimensi tersebut boleh jadi sederhana, tapi pesannya begitu nyaring.Bahwa pendidikan adalah sebuah keseharian yang menyenangkan. Murid-murid yang hadirtak memakai seragam tapi semangat mereka tak bisa disepelekan.

Pembelajaran di Taman Siswa, Bandung mengingatkan saya pada konsep belajar tigadinding yang dikenalkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar menyarankan ruang kelashanya dibangun dengan tiga sisi dinding, sedangkan satu sisi lainnya lainnyaterbuka. Ki Hadjar ingin menyatakan bahwa seharusnya tidak ada jarak antara duniapendidikan di dalam kelas dengan realitas di luarnya. Sekali lagi ini bukti bahwapendidikan harus hidup dan tumbuh sebagai sebuah keseharian yang menyenangkan.

Kini kita kerap menengok Finlandia saat bicara pendidikan. Apa yang dilakukan olehFinlandia sebenarnya senada dengan konsep Ki Hadjar. Bahwa proses belajar harusmenyenangkan.

Saatnya kita mengembalikan konsep pendidikan kita seperti yang diajarkan oleh BapakPendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara. Bagi beliau, sekolah adalah taman, tempatbermain. Proses belajar itu mencerahkan, Pendidikan itu prosesnya equal, tapimerangsang pertumbuhan.

Mari kita buat proses belajar itu adiktif. Layaknya candu, ada keinginan untukbelajar terus. Ke depan, yang kita butuhkan bukan spesialis, melainkan learner,pembelajar. Kita harus mendidik orang menjadi pembelajar. Kalau bisa menjadipembelajar, di peran apa pun dia akan bisa punya makna.

Untuk mewujudkan pendidikan menjadi kegembiraan tentu perlu sebuah perspektif baru.Kita bisa menengok kembali pada Ki Hadjar untuk menghadirkan perspektif ini.Pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi yang perlu dikembangkan anakdidik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Anak-anakhidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat danmenuntun tumbuhnya kodrat itu.

Soal ekstrakurikuler misalnya, minat dan bakat anak-anak itu bervariasi. Tanyakanpada anak-anak ingin ekstrakurikuler apa? Jangan kita yang menentukan minat danbakatnya. Selama ini ekstrakurikuler kita selera guru, selera dinas, selera yangsudah jadul. Maka jangan salahkan anak-anak ketika mereka memilih pulang daripadaaktif di kegiatan ekskul.

Anak-anak kita akan hidup di masa depan dan kita mendidik anak-anak kita di zamanini, bukan di zaman dulu.

Untuk melaksanakan itu kita perlu membuka pikiran kita. Tidak ada terobosan, tidakada inovasi di sekolah, jika tidak ada guru yang inovatif. Guru tidak akan kreatifinovatif kalau tidak ada percikan rangsangan. Karena itu bagian dari tugaskementerian untuk merangsang itu.

Adalah tanggungjawab kita bersama untuk menciptakan pendidikan yang menyenangkan,bukan sebuah beban. Yang di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dandi belakang memberi dorongan. Konsep dari Ki Hadjar tersebut masih relevan sampaisaat ini.

Kelak ketika kita lengah pada tanggungjawab ini, lihat kembali foto-foto TamanSiswa. Bahkan di masa ketika kita belum bisa teriak merdeka, para pendiri negeriini telah mendorong pendidikan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Bayangkan ketikapulang sekolah nanti anak-anak kita bisa tersenyum sambil menceritakan beragampengalaman di sekolah.(***)

Profesionalisme GuruProfesionalisme guru menekankan kepada penguasaan ilmupengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategipenerapannya. Profesionalisme gurubukan sekadarpengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebihmerupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebihdari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilanyang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yangdipersyaratkan.Memperhatikan kualitas guru di Indonesia memang jauhberbeda dengan dengan guru-guru yang ada di AmerikaSerikat atau Inggris. Di Amerika Serikat pengembanganprofesional guru harus memenuhi standar sebagaimanayang dikemukakan Stiles dan Horsley (1998) dan NRC(1996) bahwa ada empat standar standar pengembanganprofesi guru yaitu;

1. Standar pengembangan profesi A adalahpengembangan profesi untuk para guru sainsmemerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukanmelalui perspektif-perspektif dan metode-metodeinquiri. Para guru dalam sketsa ini melalui

sebuah proses observasi fenomena alam, membuatpenjelasan-penjelasan dan menguji penjelasan-penjelasan tersebut berdasarkan fenomena alam;

2. Standar pengembangan profesi B adalahpengembangan profesi untuk guru sains memerlukanpengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran,pendidikan, dan siswa, juga menerapkanpengetahuan tersebut ke pengajaran sains. Padaguru yang efektif tidak hanya tahu sains namunmereka juga tahu bagaimana mengajarkannya. Guruyang efektif dapat memahami bagaimana siswamempelajari konsep-konsep yang penting, konsep-konsep apa yang mampu dipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan, profesi yang berbeda, danpengalaman, contoh dan representasi apa yang bisamembantu siswa belajar;

3. Standar pengembangan profesi C adalahpengembangan profesi untuk para guru sainsmemerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuanuntuk pembelajaran sepanjang masa. Guru yang baikbiasanya tahu bahwa dengan memilih profesi guru,mereka telah berkomitmen untuk belajar sepanjangmasa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan sehinggaguru berkesempatan terus untuk belajar;

4. Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk guru sains harus koheren(berkaitan) dan terpadu. Standar ini dimaksudkanuntuk menangkal kecenderungan kesempatan-kesempatan pengembangan profesi terfragmentasidan tidak berkelanjutan.

Apabila guru di Indonesia telah memenuhi standarprofesional guru sebagaimana yang berlaku di AmerikaSerikat maka kualitas Sumber Daya Manusia Indonesiasemakin baik. Selain memiliki standar profesional gurusebagaimana uraian di atas, di Amerika Serikatsebagaimana diuraikan dalam jurnal EducationalLeadership 1993, dijelaskan bahwa untuk menjadi

profesional seorang guru dituntut untuk memiliki limahal:

1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan prosesbelajarnya,

2. Guru menguasai secara mendalam bahan/matapelajaran yang diajarkannya serta caramengajarnya kepada siswa,

3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajarsiswa melalui berbagai cara evaluasi,

4. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yangdilakukannya dan belajar dari pengalamannya,

5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakatbelajar dalam lingkungan profesinya.

Untuk membangun profesionalisme guru Indonesia yangprofesional dipersyaratkan mempunyai;

1. dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahanterhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmupengetahuan di abad 21;

2. penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan risetdan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikansebagai ilmu praksis bukan hanya merupakankonsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan prosesyang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah,serta riset pendidikan hendaknya diarahkan padapraksis pendidikan masyarakat Indonesia;

3. pengembangan kemampuan profesionalberkesinambungan, profesi guru merupakan profesiyang berkembang terus menerus danberkesinambungan antara LPTK dengan praktekpendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmupendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service karena pertimbanganbirokratis yang kaku atau manajemen pendidikanyang lemah.

Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini,perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profilguru Indonesia yang profesional di abad 21 yaitu;

1. memiliki kepribadian yang matang dan berkembang;2. penguasaan ilmu yang kuat;3. keterampilan untuk membangkitkan peserta didik

kepada sains dan teknologi; dan4. pengembangan profesi secara berkesinambungan.

Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuanutuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambahdengan usaha lain yang ikut mempengaruhiperkembangan profesi guru yang profesional.

Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatiansecara global, karena guru memiliki tugas dan peranbukan hanya memberikan informasi-informasi ilmupengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuksikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam erahiperkompetisi.Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampumelakukan adaptasi terhadap berbagai tantangankehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya.Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspekkepribadian terutama aspek intelektual, sosial,emosional, dan keterampilan.Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guruharus mempersiapkan generasi muda memasuki abadpengetahuan, melainkan harus mempersiapkan diri agartetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagaiprofesional.

Faktor-faktor Penyebab Rendahnya ProfesionalismeGuru dalam pendidikan nasional disebabkan oleh antaralain;

1. masih banyak guru yang tidak menekuni profesinyasecara utuh. Hal ini disebabkan oleh banyak guru

yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhikebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untukmembaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidakada;

2. belum adanya standar profesional guru sebagaimanatuntutan di negara-negara maju;

3. kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruantinggi swasta sebagai pencetak guru yanglulusannya asal jadi tanpa mempehitungkanoutputnya kelak di lapangan sehingga menyebabkanbanyak guru yang tidak patuh terhadap etikaprofesi keguruan;

4. kurangnya motivasi guru dalam meningkatkankualitas diri karena guru tidak dituntut untukmeneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosendi perguruan tinggi.

Disamping itu ada lima penyebab rendahnyaprofesionalisme guru;

1. masih banyak guru yang tidak menekuni profesinyasecara total,

2. rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadapnorma dan etika profesi keguruan,

3. pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruanmasih setengah hati dari pengambilan kebijakandan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti darimasih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenagakeguruan dan kependidikan,

4. masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentangproporsi materi ajar yang diberikan kepada calonguru,

5. masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasiprofesi yang berupaya secara makssimalmeningkatkan profesionalisme anggotanya.Kecenderungan PGRI bersifat politis memang tidakbisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure

group agar dapat meningkatkan kesejahteraananggotanya. Namun demikian di masa mendatang PGRIsepantasnya mulai mengupayakan profesionalismeguru sebagai anggo-tanya. Dengan melihat adanyafaktor-fak tor yang menyebabkan rendahnyaprofesionalisme guru, pemerintah berupaya untukmencari alternatif untuk meningkatkan profesiguru.

Upaya Meningkatkan Profesionalisme GuruPemerintah telah berupaya untuk meningkatkanprofesionalisme guru diantaranya meningkatkankualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yanglebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkatpersekolahan sampai perguruan tinggi. Programpenyetaaan Diploma II bagi guru-guru SD, Diploma IIIbagi guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Meskipun demikian penyetaraan ini tidakbermakna banyak, kalau guru tersebut secara entropikurang memiliki daya untuk melakukan perubahan.Selain diadakannya penyetaraan guru-guru, upaya lainyang dilakukan pemerintah adalah program sertifikasi.Program sertifikasi telah dilakukan oleh DirektoratPembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam (Dit Binrua)melalui proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar (ADBLoan 1442-INO) yang telah melatih 805 guru MI dan 2.646guru MTs dari 15 Kabupaten dalam 6 wilayah propinsiyaitu Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTBdan Kalimantan Selatan.Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan diIndonesia untuk meningkatkanprofesionalisme guru,misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru, dan KKG (KelompokKerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagipengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang merekahadapi dalam kegiatan mengajarnya.Pengembangan profesionalisme guru harus dipandangsebagai proses yang terus menerus. Dalam proses ini,

pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatantermasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesidan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadapprofesi keguruan, penegakan kode etik profesi,sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan,dll secara bersama-sama menentukan pengembanganprofesionalisme seseorang termasuk guru.Dengan demikian usaha meningkatkan profesionalismeguru merupakan tanggung jawab bersama antara LPTKsebagai penghasil guru, instansi yang membina guru(dalam hal ini Depdiknas atau yayasan swasta), PGRI danmasyarakat.

Cara mendidik anak - Sudah menjadi harapan seluruhorang tua di dunia, memiliki anak yang dapat berbaktikepada orang tua, menghargai sesama manusia dan bergunabagi bangsa dan negara.Perkembangan kepribadian anak tidak terlepas dariperanan orang tua dalam membimbing anak sertabagaimana cara mendidik anak dengan benar dan dapatditerima dari cara berpikir si anak.Berikut ini adalah beberapa tips sederhana caramendidik anak yang dalam prakteknya tentu harusdilakukan secara bijak :

1. Tetap meluangkan waktu buat anak dalam kondisisesibuk apapun. Tentu kita semua sepakatbahwa cara mendidik anak tidak sama denganmendidik orang dewasa karena anak mempunyaikesenangan sendiri yang harus kita berikanpengakuan. dengan pendekatan semacam ini tentunyaakan lebih mudah untuk meluruskan jalan pemikirananak.

2. Hindari ekspresi larangan terhadap anak secaraspontan. hal ini dilakukan agar perasaan anaktidak terlukai. untuk menunjukkan hal - hal yangbaik dan yang buruk, akan lebih bijak jika

diberikan contoh di sekitar kita bahwa hal inibaik atau hal ini buruk. cara mendidikanak membutuhkan kesabaran agar anak tidakmempunyai pemikiran untuk berontak.

3. Tanamkan keimanan sejak dini. Berikan ceritaringan tentang agama, tokoh agama dan Tuhan.

4. Turuti kehendak si anak dalam batas yang wajar.Berikan pengertian yang masuk akal dan berikanalternatif lain yang lebih menarik bagi anak.

5. Mengajak anak selalu dalam keadaan ceria untukmendidik anak agar terbiasa berpikir jernih. Caramendidik anak seperti ini akan menumbuhkan sikappositif dalam pola pikir anak.

6. Ceritakan tentang tokoh - tokoh yang sukses yangdapat menjadi teladan, berikan pengertian bahwauntuk menjadi seperti mereka harus belajar yangrajin, nurut sama orang tua dan berdo'a kepadaTuhan YME.

7. Beri pengakuan yang baik buat anak kita tercinta.Cara seperti ini akan menumbuhkan rasa tanggungjawab karena dengan diberikan sebuah penghargaanakan membuat dia lebih mudah diarahkan sehinggadia sudah tahu mana hal - hal yang yang harusdilakukan.

Cara mendidik anak juga sangat tergantung dariperkembangan usia si anak. Semakin besar tentunya porsipelajaran yang harus kita sampaikan akan lebih besar,dan yang lebih penting adalah tidak memaksa anaksebagai cara untuk mendidik anak.

Banyak orang ternyata suka bikin rencana. Lalu besoknya bikin lagi. Besoknya bikin lagi. Tapi nggak ada satu pun yang jadi 

 

.4 karakter manusia

Mengapa bisa begitu?

Florence Litteur, penulis buku laris  “Personality Plus” menguraikan, ada 4 sifat dasar atau karakter manusia. Kalau semua sudah dipahami, kita akan sangatterbantu sekali berhubungan dengan berbagai macam karakter atau tipe kepribadian orang lain.

Kita jadi mengerti mengapa seorang suami tiba-tiba marah sekali ketika meja kerjanya yang sebelumnya berantakan kita atur menjadi rapi.

Kita juga akan mudah memahami mengapa seseorang begitu gampang berjanji… dan hebatnya, dengan mudah pula ia lupa,  “Oh ya, saya lupa” katanya sambil tertawa santai.

Kita juga akan mudah mengerti mengapa seorang istri nggak mau dengar sedikitpun pendapat suaminya, tak mau kalah, terus saja mempertahankan diri, selalu merasa benar dengan pendapatnya dan makin sengit bertengkar kalau kita mau coba-coba untuk mengalahkannya.

Apa saja 4 karakter kepribadian tersebut?

Yang pertama, kata Florence adalah tipe kepribadian Sanguinis, “Yang Populer”. Mereka yang memiliki karakter ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senang sekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu.

Namun sifat manusia tipe sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir `pendek’, dan hidupnya serba tak beratur.

Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya bisa jadi ia seorang yang punya kepribadian sanguinis. Kemungkinan besar ia memiliki sifat dasar kurang mampu

berdisiplin dengan waktu, sering lupa  janji apalagi bikinplanning/rencana.

Menariknya, kalau diminta melakukan sesuatu, ia dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak lakukan apapun juga.

Lain lagi dengan tipe kepribadian kedua, yang sering disebut karakter melankoli, artinya “Yang Sempurna”. Karakter manusia golongan ini sangat berseberangan dengan tipe sanguinis. Sifat dasarnya cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnyamanusia dengan tipe kepribadian ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun manusia melankoli cenderung menganalisa, memikirkan,mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan sudah secara mendalam.

Orang dengan sifat melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang “melankoli” tak ‘kan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun istri melankoli anda, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perluia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi berubah.

Tipe Ketiga, adalah manusia Koleris, artinya “Yang Kuat”.  Mereka dengan tipe kepribadian ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang, bahkan orang tuanya sekalipun. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa saja iasuruh melalukan sesuatu untuknya.

Akibat sifatnya yang `bossy’  itu, banyak orang koleris kurang disenangi teman. Orang-orang berusaha menghindar, menjauh agar tak jadikorban karakternya yang suka ngatur dan tak mau kalah itu.

Akan tetapi karakter koleris ini senang dengan tantangan dan suka petualangan. Mereka merasa, “hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua“. Karena itu mereka terlihat “goal oriented”, tegas,

kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin.

Seorang wanita koleris, bisa jadi mau dan berani diajak naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat “ya pasti jadi…” maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Ia tak mudah menyerah, tak mudah mengalah.

Beda sekali dengan jenis atau tipe keempat, Phlegmatis,  sang “Pecinta Damai”. Kelompok ini tak suka konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalahatau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya nggak terus berkepanjangan.

Kaum dengan karakter phlegmatis ini, biasanya kurang bersemangat, kurang teratur dan tampak serba dingin. Cenderung diam, kalem, tapi kalau memecahkan masalah umumnya akan sangat menyenangkan.

Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik. Tapi kalau disuruh mengambil keputusan sendiri, ia akan terus menunda-nunda. Kalauanda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah para pendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis, sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.

Terkadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, “kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan“. Jadi kalau anda punya staf atau pegawai phlegmatis, anda harus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya.

Mencoba Mengerti Orang Lain

Anda masuk tipe apa? Coba pelajari dan amati istri, suami atau anak-anak anda, apa karakter mereka?Anda akan mulai mengerti mengapa suami-istri-anak-rekan anda bertingkah laku “seperti itu” selama ini. Dan anda pun akan tertawa sendiri mengingat-ingat berbagai perilaku dan kejadian selama ini.

Ya, tapi apakah persis begitu? Tentu saja tidak. Florence Litteur, berdasarkan penelitiannya bertahun-tahun telah melihat bahwa ternyata 4 sifat dasar manusia itu pada hakikatnya juga dimiliki oleh setiap manusia. Yang berbeda hanyalah kadarnya. Oleh sebab itu muncullah beberapa kombinasi watak karakter manusia.

Ada orang yang tergolong Koleris Sanguinis. Artinya kedua watak itu dominan dalam mempengaruhi cara kerja dan pola hubungannya dengan oranglain. Di sekitar kita banyak sekali orang-orang koleris sanguinis ini. Ia suka mengatur-atur orang, tapi juga senang bicara (dan mudah juga jadi pelupa).

Ada pula golongan Koleris Melankolis. Mungkin anda akan kurang suka bergaul dengan dia. Bicaranya dingin, kalem, kaku, suka mengatur, tak mau kalah dan kalau bicara kadang kerasa agak menyakitkan (walau mungkin sebetulnya ia tak bermaksud begitu).

Setiap jawaban anda selalu ia kejar sampai mendalam. Sehingga serasa diintrogasi, sebab memang ia ingin kondisi sempurna, mengetahui secara lengkap dan mendalam. Menghadapi orang koleris melankolik, anda harus fahami saja sifatnya yang memang begitu lalu sedikit naikkan tingkat kesabaran anda. Yang penting sekarang anda tahu, bahwa ia sebetulnya juga baik, walau tampak di permukaan kadang kurang simpatik, itu saja.

Lain lagi dengan kaum Phlegmatis Melankolis. Pembawaannya diam, tenang,tapi ingat… semua yang anda katakan, akan ia pikirkan, ia analisa. Lalusaat mengambilkeputusan pastilah keputusannya berdasarkan perenungan yang mendalam dan ia pikirkan matang-matang.

Banyak lagi tentunya kombinasi-kombinasi yang ada pada tiap manusia. Akan tetapi yang penting adalah bagaimana memanfaatkannya dalam berbagai aktivitas hidupkita.

Jika suami istri saling mengerti sifat dan watak ini, mereka akan cenderung berusaha memaafkan pasangannya. Lalu berusaha untuk menyikapinya secara bijaksana.

Begitu pula saat menerima calon pegawai. Untuk bidang-bidang yang membutuhkan tingkat ketelitian dan keteraturan yang tinggi, jauh lebih baik anda tempatkan orang-orang yang melankolik sempurna.

Sedang di bagian promosi, iklan, resepsionis, MC, humas, wiraniaga, tentu jauh lebih tepat anda tempatkan orang-orang koleris sanguinis. Tapi jangan coba posisikan orang-orang phlegmatis di bagian penagihan ataupun penjualan. Hasilnya mungkin akan mengecewakan.

Begitulah, manusia memang sangat beragam. Muncul sedikit tanda tanya, diantara semua watak itu, mana yang paling baik?

Jawabannya, menurut Florence, tak ada yang paling baik. Semuanya baik. Tanpa manusia sanguinis, dunia ini akan sepi. Tanpa orang melankoli,

mungkin tak ada kemajuan di bidang riset, keilmuan dan budaya. Tanpa kaum koleris, dunia ini akan berantakan tanpa arah dan tujuan. Tanpa sang phlegmatis, tiada orang bijak yang mampu mendamaikan dunia.

Yang penting bukan mana yang terbaik. Sebab kita semua bisa mengasah keterampilan kita berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill).

Seorang yang ahli dalam berurusan dengan orang lain (memiliki people skill), ia akan mudah beradaptasi dengan berbagai watak itu. Ia tahu bagaimana menghadapi sifat pelupa dan watak acaknya kaum sanguinis, misalnya dengan memintanya untuk selalu buat rencana dan memintanya melakukan segera. Ia pun jago memanas-manasi (menantang) potensi orang koleris mencapai goal-nya, atau membakar sang phlegmatis agar segera bertindak saat itu juga.

“Inilah seninya”, kata Florence “dalam berinteraksi dengan orang lain”.Tentu saja awalnya adalah, “Anda dulu yang harus berubah”. Belajarlah jadi pengamat tingkah laku manusia…(lalu tertawalah)

penulis: Nilna Iqbal

Mengapa anak-anak lebih suka bermain ketimbang belajar? Mengapa sebagian anak senang tinggal di rumah, sebagian lagi tidak betah? Ada beberapa penyebabnya.

Pertama, kontruksi bangunan rumah. Hal ini memang jarang terperhatikan oleh banyak sekali keluarga. Mereka masih menganggap rumah sebagai “benda mati”. Padahal, rumah pada hakekatnya bukan hanya tempat tinggalbelaka, melainkan juga tempat terbinanya kasih-sayang diantara keluarga, tempat dibinanya manusia-manusia sempurna (insanul kamil), tempat mekarnya taruna-taruna bangsa.

Oleh sebab itu, sesuai fungsinya, orang tua harus mampu menjamin seluruh penghuni agar betah di rumah, terutama anak-anak. Tanpa itu, terpadunya kasih-sayang dan kedamaian bisa jadi hanya tinggal impian.

Itulah sebabnya, konstruksi-desain-tata-ruang dalam suatu rumah perlu diperhatikan dengan seksama. Rancangan rumah secara tak langsung mempengaruhi jiwa penghuninya. Bahkan, kalau memungkinkan, sangat baik bila disediakan pula ruang belajar khusus, yang ditata sedemikian rupa hingga si anak bisa betah bertahan belajar di rumahnya sendiri.

Ruang belajar itu tak perlu mewah, dalam arti luas serta diisi perabot yang wah. Cukup sederhana saja. Secara psikologis ini akan membuat anakterbiasa dengan kesederhanaan hidup. Letaknya tentu tidak boleh serampangan. Sedapat mungkin hindarilah kondisi fisik yang gelap, pengap, dan tidak menyegarkan, serta … jangan terlampau dekat dengan kamar atau pun tempat tidur.

Ruang belajar ini dapat bermacam-macam ragamnya, tergantung kondisi keluarga yang bersangkutan. Bagi yang mampu, barangkali baik jika disediakan kamar khusus tempat belajar. Di tempat ini anak diberi keleluasaan untuk berkreasi dan mengembangkan potensi diri. Berilah mereka hak otonomi penuh atas ruangan itu, tak seorang pun dapat turut campur mengaturnya. Orang tua hanya mengarahkan, membimbing, serta mengontrol saja. Hal ini akan mendewasakan diri sang anak, karena sejakkecil ia terbiasa bertanggung jawab serta memikul akibat-akibatnya.

Di samping itu bisa juga dibuat format ruangan besar, dengan masing-masing anak memiliki otonomi atas meja belajarnya sendiri. Barangkali seperti suasana kantorlah, cuma harus dijaga juga ketentraman belajarnya. Selain itu, bisa juga meja belajar dipakai bersama, termasuk kedua orang tua. Di sini peran ayah ataupun ibu sungguh sangat  mengena, langsung menembus hati anak-anaknya.

Kedua, tata perangkat lunaknya, yakni perangkat-perangkat pengisi yang memperlancar proses belajar. Umpamanya saja pengaturan cahaya lampu atau sinar Matahari. Sekalipun tampaknya memang kurang berarti, namun kenyataannya hal itu sangat berpengaruh. Hal ini dapat kita mengerti dari fakta yang dapat kita jumpai setiap hari. Buku-buku misalnya, kebanyakan warna dasar kertasnya putih, yang cenderung kuat memantulkancahaya. Karena mata harus bekerja keras untuk mengimbangi energi kuat yang dipantulkan dari kertas putih tersebut. Tentu anak tak akan tahan belajar lama-lama.

Begitu pula sebaliknya. Cahaya lampu yang terlalu lemah akan menyebabkan mata lelah dan cepat berair, kepala lekas pusing dan tegang, lalu akhirnya timbul rasa malas belajar.

Cahaya lampu perlu diatur sedemikian rupa agar mata bisa bekerja normal, tak berkontraksi atau pun menegang. Bagaimana pun juga hal ini amat penting, paling tidak salah satu faktor telah dapat kita kendalikan.

Perangkat lunak lainnya misalnya kedisiplinan, ketertiban, dan suasana kasih sayang. Yang dimaksud disiplin di sini bukan berarti

otoriter dan bersikap kaku-keras terhadap anak-anak. Karena sikap seperti itu hanya akan menyebabkan si anak selalu merasa rendah diri, senantiasa salah dalam melakukan apa saja, dan sebagainya. Padahal, potensi kreatif anak hanya bisa tumbuh dalam suasana kebebasan yang terarah, bukan otoriter yang dipaksakan.

Begitu pula ketertiban, yang termasuk di dalamnya kebersihan dan keindahan. Pendek kata keharmonisan. Lingkungan rumah yang nyaman, senantiasa bersih, dan rapi pasti akan menimbulkan hasrat “menyenangkan”. Si anak akan betah berlama-lama di rumah. Siapa yang tidak senang berada dalam lingkungan yang selalu bersih dan menyenangkan?

Kendati demikian, semua itu tidak berarti sama sekali jika suasana di dalamnya serba menakutkan, serba hitam. Rumah, bagaimanapun jeleknya, tetap bukan pabrik tempat “memproduksi” manusia-manusia dan setelah itudibiarkan begitu saja. Rumah juga bukan sekadar tempat pengistirahatan.

Bila penghuni rumah begitu sibuk mengurus diri sendiri dan kosong dari sinar kasih serta kedamaian, tidak heran bila banyak anak dan remaja tak pernah merasa betah di rumah. Kasih sayang yang amat didambakan takkunjung tiba. Perhatian dan kedamaian secuil pun tidak mereka peroleh. Terkadang rumah mereka rasakan bagai Neraka. Akibatnya “lari”-lah mereka keluar, mencari dan mencari setitik kasih dan perhatian, mencaripohon tempat berteduh, tempat meluapkan gerah yang menghimpit batinnya.

Bukankah tindakan itu merupakan jalan pikiran yang sehat dan logis? Ia tidak menemukan  rasa “aman” di rumah, karena itu ia mencari “keamanan”di luar rumah. Kalau di rumah ia kurang memperoleh pengakuan dan penghargaan diri sebagai manusia, maka ia menuntut pengakuan dan penghargaan itu di luar rumah, dari teman sebayanya mungkin. Pendeknya,lingkunganlah yang kini menjadi tempat berlabuhnya. Jikalau lingkungannya baik, masih ada kemungkinan ia akan kembali menemukan dirinya lagi. Tapi kalau sebaliknya?

Pada dasarnya, anak-anak tidak mau belajar bukan karena dia malas. Kemalasan hanyalah akibat dari beberapa sebab yang mendahuluinya, yang pada intinya adalah karena ia tidak betah belajar. Ketidakbetahan belajar itupun sesungguhnya merupakan akibat dari sekian banyak sebab yang salah satu diantaranya –yang paling menonjol- adalah anak tidak merasa nyaman berada di rumah.

Hal terakhir ini pun merupakan akibat dari sejumlah sebab tertentu, antara lain kontruksi ruangan, tata letak dan desainnya, kerapihan,

keindahan, keharmonisan, dan yang paling penting hubungan kasih sayang orang tua dengan anak-anaknya. Bisa dikatakan, faktor perhatian dan kasih sayang inilah –dalam arti sebenarnya- yang paling berpengaruh terhadap diri anak, sekalipun ia tinggal dalam gubuk miskin, reot, dan tak berbunga…!

***

Seekor gajah dilatih dengan mengambilnya sejak ia masih sangat muda danmerantai salah satu kaki belakangnya pada sebuah patok besar yang ditancapkan di tanah. Secara naluri, ia ingin mencabut tiang tersebut. Tetapi karena tubuhnya masih kecil dan relatif lemah, ia tidak mampu melakukannya.

Setiap kali gajah kecil itu mencoba menarik patok itu dari tanah, sebuah sel saraf (atau sel otak) di kepalanya menyala dan terhubung dengan sel saraf yang lain, dan sebuah pikiran/kesimpulan dasar “aku tidak bisa” terbentuk -dalam hal ini, “aku tidak bisa menarik patok inidari tanah!”

Ketika proses ini terjadi untuk pertama kalinya, “pikiran” tersebut hampir-hampir dipaksa untuk memicu terjadinya hubungan antar sel-sel otak.

Namun, ketika gajah itu mencoba mencabut pancang dari tanah untuk keduakalinya, dan sel saraf itu menyala, lintasan samar-samar yang telah tercipta membuat hubungan antar sel menjadi lebih mudah.

Akibatnya, semakin keras upaya gajah tersebut, semakin kuat pula hubungan yang terbentuk, sampai kemudian jalan setapak itu berubah menjadi jalan, dan kemudian menjadi jalan dua arah.

Akhirnya, tiba saatnya ketika hubungan antar sel-sel saraf itu hampir mirip dengan jalan tol; sekarang ia menjadi jalan yang hampir-hampir bebas hambatan dan menjadi kebiasaan dan keyakinan yang dikondisikan.

Ketika si gajah sudah tumbuh dewasa dan mampu mencabut sebatang pohon, ia dicegah agar tidak berjalan-jalan hanya dengan mengikatnya dengan sepotong rantai biasa yang dikaitkan ke sebuah patok kecil di atas tanah. Hanya itu yang dibutuhkan karena gajah tersebut sudah dikondisikan

untuk percaya bahwa ia tidak dapat mencabut patok itu dari tanah.(reference: Life Mapping, Brian Mayne & Sangeeta Mayne, Penerbit Kaifa, 2005)

Wawancara Tempo dengan Anies Baswedan

Anda dulu masuk tim yang menyusun Kurikulum 2013, tapi kok malah menghentikan kurikulum tersebut? Saya hanya pernah menjadi narasumber. Dimintai pendapat. Tapi, ketika pendapat saya berbeda, saya tidak diundang lagi.

Berbeda seperti apa? Saat itu saya katakan kepada mereka: pernahkah Bapak-bapak satu minggu ada di sekolah dasar dan memperhatikan mereka? Pertanyaan saya itu dinilai tidak relevan. Kemudian saya ganti pertanyaan itu: apakah Bapakpernah satu hari di sekolah? Mereka jawab tidak pernah. Saya katakan, bagaimana mau menyusun sebuah kurikulum untuk anak-anak jika Anda tidakpernah ada di sana untuk anak-anak?

Jadi Anda tidak setuju ada perubahan kurikulum?Secara prinsip, kurikulum memang harus mengalami perubahan. Tapi janganjadikan itu sebagai solusi untuk setiap masalah. Ibarat penembak yang selalu meleset. Lalu, agar lebih titis, kita mengganti terus pelurunya dengan yang dirasa lebih bagus. Pasang lagi, tembak lagi, meleset lagi.Tapi, di saat yang sama, kita tidak pernah melatih penembaknya untuk menembak dengan lebih baik.

Penembak dalam perumpamaan Anda itu adalah guru? Ya. Saya percaya kualitas pendidikan itu sangat ditentukan oleh kualitas guru. Kalau kualitas pendidiknya baik, Insya Allah kelasnya akan baik. Yang kedua adalah kualitas sekolah. Pelatihan kepala sekolahperlu. Organisasi mana pun, begitu komandan timnya baik, Insya Allah kebawahnya akan jauh lebih baik.

Apa yang salah dengan Kurikulum 2013? Kurikulumnya baik, kok.

Masalah utamanya ada pada implementasi yang terburu-buru.Padahal berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 (tentang Standar Nasional Pendidikan), pelaksanaan kurikulum baru yang berbasis kompetensi ini dilakukan secara bertahap hingga tujuh tahun sejak 2013.Kalau saja waktu tujuh tahun itu digunakan untuk persiapan, saya rasa

kita terhindar dari masalah seperti kemarin ini.

Tapi bukankah untuk melaksanakan kurikulum baru ini guru-guru sudah dilatih? Kemarin itu yang dilakukan untuk guru mata pelajaran. Yang dilatihkan pun lebih bersifat administratif, seperti bagaimana menulis laporan. Pelatihan hanya untuk mengejar statistik, sudah ada sekian yang terlatih. Kita mau mengejar statistik atau mau mengejar perubahan? Ingat, pendidikan itu adalah interaksi antar manusia, antara pendidik dan peserta didik. Kurikulum hanya alat untuk menstrukturkan interaksi itu, sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai di mana pun dan kapan pun. Jadi, yang harus dilatih untuk melaksanakan kurikulum itu bukan hanya gurunya, melainkan ekosistem sekolahnya. Istilahnya whole school training.

Bagaimana caranya? Ada sejumlah sekolah yang kami persiapkan sebagai percontohan. Lalu guru-guru dari sekolah lain dibawa dan mengajar di sana dalam kurun tertentu. Dia melihat langsung bagaimana kurikulumnya diterapkan denganbaik. Cara mengolah bangku untuk pengajaran Kurikulum 2013 itu saja berbeda. Jadi guru bukan ikut penataran tentang kurikulum, melainkan bagaimana skill mereka ditingkatkan lewat pengalaman. Dari situ kemudian diduplikasi.

Pelatihan seperti itu pasti butuh waktu lama. Bagaimana bisa tujuh tahun selesai? Bisa dalam tujuh tahun. Lebih lama dari pelatihan yang kemarin, tentu. Tapi kita, kan, menginginkan kualitas yang baik. Sekolah kita yang terakreditasi A itu hampir 30 persen. Mereka siap untuk menjadi sekolahpercontohan. Jumlah totalnya sekitar 70 ribu. Kita punya stok yang lumayan. 

Bagaimana respons kepala sekolah terhadap surat edaran tentang penghentian Kurikulum 2013? 

Positif. Mereka bilang tumben ada surat dari menteri.Orang tua dan guru yang anaknya sedang bersekolah kebanyakan berterima kasih. 

Apa yang dikeluhkan oleh sekolah ketika menerapkan Kurikulum 2013? Beban, Misalnya evaluasi penilaian anak sekolah dasar saja ada seribu jenis. Itu harus memakai sistem elektronik, karena kalau manual tidak

akan sanggup. Tapi software-nya baru selesai minggu lalu. Bagaimana ini? Kenapa dipaksa dijalankan sekarang kalau sarana dan prasarananya belum disiapkan?

Dengan penundaan ini, bagaimana dengan 6221 sekolah yang sudah menerapkan kurikulum ini selama tiga semester? Dilanjutkan dengan tetap melaksanakan Kurikulum 2013. Sekolah itu akan menjadi sekolah percontohan – sebagai tempat pelatihan guru nantinya. Sedangkan untuk yang baru melaksanakan satu semester wajib kembali ke Kurikulum 2006 pada semester depan.

Penilaian rapornya bagaimana? Penilaiannya seperti Kurikulum 2013. Nanti ada namanya e-rapor sebagai ukuran nilai yang dijalankan selama ini. Kemudian akan dibuat juga sistem konversinya dari Kurikulum 2013 ke yang lama. Komplikasi memang akan muncul. Karena itu diputuskan untuk menerapkannya secara bertahap.

Dengan ditundanya penerapan Kurikulum 2013, kerugian yang ditanggung negara besar. Pencetakan bukunya saja mencapai Rp 2 triliun. Apa itu tidak diperhitungkan? Kan, tidak terjadi apa-apa terhadap buku itu.

Tidak ditarik? Enggak. Disimpan saja di sekolah. Nanti, setelah selesai melatih para guru, buku bisa dipakai. Jadi, tidak ada masalah. Disimpan saja, semester depan atau tahun depan diperbaiki, kan sambil jalan.

Para penerbit dan percetakan mengaku khawatir akan ada pembatalan kontrak pengadaan buku pelajaran untuk Kurikulum 2013? Harus dijalankan sesuai dengan kontrak. Ya, dicetak saja, dikirim, laludisimpan. Kontrak tidak dibatalkan. Agak menyesatkan kalau mengartikan kebijakan baru berarti kontrak dibatalkan.

Sampai kapan penundaan pelaksanaan Kurikulum 2013?Mudah-mudahan tidak lama. Tergantung hasil evaluasi tim kurikulum minggu ini. 

Apa saja yang akan dievaluasi dari pelaksanaan Kurikulum 2013? Tentang pelatihan dan pengadaan buku. Jadi lebih dari seperempat kabupaten di Indonesia belum tanda tangan kontrak dengan penerbit, dan mereka belum tahu apakah buku itu sudah cetak atau belum. Saya juga buat tim audit untuk memeriksa pembelanjaan anggaran.

Setelah menjadi menteri, apakah Anda sudah pernah menemui Mohammad Nuh – Menteri pendidikan sebelumnya? Tidak ada komunikasi. Tapi memang selama ini juga tidak pernah ada komunikasi yang khusus. 

Menurut Nuh, yang Anda lakukan sebagai bentuk kemunduran dunia pendidikan Indonesia…Take it easy. Jangan ambil secara personal.

Tapi kenapa respons Nuh begitu keras? Tanya dia saja.

Dari kebijakan Anda ini, apakah ada resitensi dari kalangan internal Kementerian? Ada. Ini kan comfort zone banyak orang. Tapi akan kami hadapi resistensi itu.

Pelaksanaan Kurikulum 2013 ditunda, bagaimana dengan Ujian Nasional (UN)? Dipikir satu-satu. Saya juga ingin ada jawaban cepat. Step by step.

Sebelum menjadi menteri, Anda anti ujian nasional? Nanti sesudah jadi keputusan saja kita bicarakan lagi masalah ini. Yangsaya tidak setujui adalah UN sebagai syarat kelulusan, itu posisi saya hingga saat ini. Intinya, jangan ada orang yang belajar karena rasa takut. Kami masih mencari solusinya.

Kenapa tidak setuju UN? Ketimpangan pendidikan itu luar biasa. Yang harus kita dorong untuk daerah adalah agar melihat tolok ukur prestasi dari delapan standar pendidikan – termasuk di dalamnya kompetensi guru dan sarana.Jangan hanya evaluasi hasil belajar siswa yang dinilai, tapi justru faktor-faktor lain. Gurunya juga harus dinilai.

Anda sepertinya punya gagasan besar soal direktorat di Kementerian. Bakal ada perubahan total? Saya bayangkan kementerian ini beroperasi pada 2014, bukan pada 1990-anyang semua urusan pendidikan itu ada di Kementerian. Sekarang ini banyak hal sudah dipindahkan ke daerah, Jadi bagian Kementerian adalah membuat kebijakan, memantau implementasi, memantau kualitas, penjaminanmutu. Tapi, sebelum beroperasi dengan cara itu, saya akan membentuk

direktorat jenderal baru. Di antaranya Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Pembinaan Sekolah, dan Direktorat Jenderal Keayahbundaan.

Dirjen Keayahbundaan? Agak aneh sepertinya…Pendidik terpenting, tapi justru yang paling tak tersiapkan adalah orang tua. Pendidikan sebagai orang tua ini tidak tersentuh. Padahal pengajaran soal kejujuran dan soal prinsip-prinsip yang mendasar itu dirumah. Selain di rumah, dalam pendidikan anak usia dini dan taman kanak-kanak. Ada buku yang sangat terkenal, All I Really Need To Know ILearned in Kindergarten. Segala hal yang perlu Anda tahu mengenai hidupini Anda pelajari saat TK. Dilarang mengambil milik orang lain, menghormati orang yang lebih tua, nilai-nilai seperti itu kan diajarkandi usia dini.

Anak TK sekarang sepertinya lebih berkonsentrasi untuk bisa baca tulis,bahkan Bahasa Inggris. Justru itulah kenapa kita harus kembali ke konsep awal pendidikan usia dini. Menurut saya, orang tua dan pendidikan usia dini harus dibereskan. Barangkali, kalau itu beres, fondasi kita akan kokoh. 

Pendidikan yang ideal menurut Anda itu seperti apa? Saya ingin mengembalikan konsep pendidikan kita seperti yang diajarkan oleh Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara. Bagi beliau, sekolah adalah taman, tempat bermain. Sekolah yang beliau dirikan adalah Taman Siswa. Yang ditulis oleh Ki Hadjar Dewantara pada 1930-an itulah yang kini diterapkan Finlandia. Barangkali mereka belum membaca tulisan Ki Hadjar, tapi konsepnya itu in line. Jadi proses belajar itu harus menyenangkan. Proses belajar itu mencerahkan. Pendidikan itu prosesnya equal, tapi merangsang pertumbuhan. Guru itu seperti mentor

“The mediocre teacher tells,The good teacher explains,The superior teacher demonstrates,THE GREAT TEACHER INSPIRES !”(William Arthur Ward)

 Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia? Jawabnya adalah: Finlandia. Kualitas pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki tersebut,memang luarbiasa sehingga membuat iri semua guru di seluruh dunia.

Peringkat satu dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Testersebut dikenal dengan nama PISA, mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental. Ringkasnya, Finlandia berhasilmembuat semua siswanya cerdas! Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi negara dengan kualitas pendidikan nomor satu dunia?

Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa diFinlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam per minggu.

Lalu apa kuncinya?

Ternyata kuncinya terletak pada kualitas guru!

Guru-guru Finlandia boleh adalah guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah terlalu besar. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Tingkat persaingan lebih ketat dibandingkan masuk ke fakultas bergengsi lain sepertifakultas hukum atau kedokteran! Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya hanya memiliki kualitas seadanya dan merupakan hasildidikan perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula.

Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan pelatihan guruyang berkualitas, tak salah jika mereka menjadi guru-guru dengan kualitas luarbiasa. Dengan kualifikasi dan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teksyang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa

ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan test itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak test membuat guru cenderung mengajar siswa hanya untuk lolos ujian, ungkap seorang guru di Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Kalau siswa bertanggungjawab, mereka guru bekeja lebih bebas karena tidak harus selalu mengontrol mereka. Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita hanya menuliskan apa yang dikatakan oleh guru.

Di Finlandia guru tidak mengajar dengan metode ceramah. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanyaakan menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan. Siswa yang lambat mendapat dukungan secara intensifbaik oleh guru maupun siswa lain. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaannya antara siswa yang berprestasibaik dan yang buruk.

Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar danprilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswabahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.

Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada

siswa, maka hal tersebut akan  membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiapsiswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.

Kehebatan dan keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransidan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata seorang guru,maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya!

Itu benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.

Dalam Surah Al Luqman diceritakan kisah Luqmanul Hakim dengan anaknya,pada suatu hari Luqman Hakim dan anaknya memasuki sebuah pasar denganmengendarai seekor keledai dimana anaknya mengikuti ayahnya daribelakang.

MKebobrokan para pemimpin negeri ini makin hari makinterasa mengenaskan. Kasus demi kasus mulai menyeretpara anggota DPR ke ranah hukum. Yang terbaru adalahditetapkannya Angelina Sondakh sebagai tersangka dalamkasus Wisma Atlet SEA Games oleh Komisi PemberantasanKorupsi (KPK).

Semakin hari kok saya merasa bahwa pemimpin negeri inimemberi contoh yang tidak baik bagi rakyat. Cobaperhatikan, tabir kebobrokan moral mereka dalammenggarong uang rakyat semakin hari semakin terlihatjelas.  Secara berjamaah mereka tak malu lagi untuk takperduli terhadap norma-norma dan etika sebagai seorangpemimpin. Ini menandakan bahwa apa yang telah dilakukanmereka tak patut dijadikan sebagai teladan bagi rakyat.

Padahal selama ini saya membayangkan bahwa pemimpinadalah sosok yang dapat dijadikan teladan olehmasyarakat seperti saya ini. Saya merasa bahwa pemimpinadalah orang yang mengayomi dan dapat membimbing kitamenuju keadaan yang lebih baik. Tapi kok kenyataannyaseperti ini, malah mereka membuat saya resah dan jadibertanya-tanya tentang bagaimana seorang pemimpin ituharus bertindak.

Saya masih ingat jaman saya dulu masih SD, guru sayapernah berkata bahwa jadi pemimpin itu harus ing ngarsosung tulodo, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani. Pada waktuitu, saya tidak pernah tanya tentang maksud dariungkapan tersebut. Yang saya tahu ungkapan tersebuttertulis jelas di tembok halaman sekolah saya dan dapatdilihat oleh siapapun yang kebetulan lewat.

Akhir-akhir ini, setelah saya membaca beberapa beritadi media massa yang memperlihatkan kebobrokan pemimpinnegeri ini, saya jadi teringat dengan perkataan guru SDsaya tersebut. Perkataan tentang sosok pemimpin yangideal. Setelah saya cari-cari referensinya ternyataungkapan ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangunkarso, dan tutwuri handayaniadalah ungkapannya Ki Hajar Dewantara.

Ki Hadjar Dewantara merumuskan kepemimpinan sosialdengan tiga ungkapan yang sangat dalam maknanyayakni,  ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangunkarso, tut wurihandayani. Ungkapan yang dilontarkan Ki Hajar Dewantaratersebut bermakna “Di depan memberi teladan, di tengahmemberi bimbingan, di belakang memberidorongan”. Ungkapan ini biasanya dipakai dalam duniapendidikan. Hal ini ditujukan untuk memompa semangatpara guru yang menjadi seorang pendidik bagi murid-muridnya.

Setelah saya perhatikan ungkapan ini terdiri dari tigakalimat. Masing-masing kalimat mempunyai makna

tersendiri. Kalimat tersebut adalah ing ngarso singtulodo, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani.

Kalimat “ing ngarso sung tulodo.” Kalimat ing ngarso artinyadidepan / dimuka, sungberasal dari kata ingsun yangartinya saya, tulodo berarti tauladan. Kalimat inibermakna di depan harus memberi contoh atau dengan katalain, menjadi seorang pemimpin itu harus mampumemberikan suri tauladan bagi orang-orang yangdipimpinnya.

Kalimat ing madyo mangun karso berarti ditengah harusmemberi bimbingan. Seorang pemimpin harus bisamembimbing orang-orang yang dipimpinnya. Dengan adanyabimbingan yang baik dari pemimpin hal ini akanmewujudkan sebuah kesejahteraan yang menjadi idamansetiap masyarakat.

Kemudian yang terakhir kalimat ing madyo mangun karsoyang berarti di belakang memberi dorongan. Idealnyaadalah seorang pemimpin itu harus bisa memotivasi orangyang dipimpin untuk menuju keadaan yang lebih baik,bukan malah menjatuhkan semangat orang-orang yangdipimpinnya.

Jadi, kesimpulannya adalah seorang pemimpin harus dapatmenempatkan diri sebagai teladan, penasihat, pembimbingdan penyemangat bagi rakyatnya. Seorang pemimpin itulaksana seorang guru yang dengan telaten mendidikmurid-muridnya untuk menjadi manusia-manusia yang lebihbaik.

elihat hal itu, orang-orang pun berkata, “Lihat orang tua itu, diatidak bertimbang rasa, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki”.

SPada permulaan abad ke-20 perhatian rakyat Indonesia terhadap pendidikansangat besar, hingga Departemen Pengajaran tidak dapat mengatasinya. Halini disebabkan banyaknya orang yang ingin sekolah tetapi tempatnya tidakmencukupi. Sementara sekolah yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda,sistem pengajarannya tidak memuaskan rakyat. Menurut Ki Hajar Dewantara,

pendidikan Barat yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda terlaluintelektualistik dan materialistik, sehingga tidak dapat menjawab kebutuhanbangsa.1)

Diberinya kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk memasuki sekolah bumiputrayang kelak menjadi HIS, juga tidak memberi harapan yang diinginkan. LulusanHIS dinilai tidak bermutu sebab yang diterapkan adalah sistem Eropa. Hasilpendidikan dengan sistem tersebut melahirkan anak-anak yang bertabiatkasar, kurang memiliki rasa kemanusiaan sehingga tumbuh rasaindividualisme.2)

Melihat hasil pendidikan tidak sesuai dengan karakteristik bangsaIndonesia, maka dipikirkan sistem pendidikan nasional yang berdasarkanbudaya bangsa Indonesia dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.Akhirnya pada tanggal 3 Juli 1922 berdirilah Taman Siswa oleh Ki HajarDewantara. Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswaberarti murid. Ketika pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa inidiberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa".

Setelah berdiri, maka tokoh Taman Siswa, yaitu Ki Hajar Dewantara, R.M.Sutomo Suryokusumo, R.M.H. Suryoputro, dan Ki Pronowidigdo, mengadakanpertemuan untuk menentukan sikap selanjutnya. Pendirian Taman Siswamenimbulkan berbagai kritik, baik dari kalangan bangsa Indonesia maupundari pemerintah kolonial. Olehnya itu demi perkembangan, maka pada tanggal20-22 Oktober 1923 diadakan kongres dengan hasil sebagai berikut:

a. Mengumumkan bahwa Taman Siswa merupakan “Badan Wakaf” (InstitutPendidikan yang berdiri sendiri, bebas dari pemerintah).

b. Menyatakan prinsip-prinsip Taman Siswac. Menyusun kembali institutraat menjadi hoofdraat (Majelis Tinggi),

yang kemudian diubah lagi menjadi Majelis Luhur.3)

Setelah kongres tersebut, Taman Siswa berkembang dengan pesat tidak hanyadi Jawa, tetapi juga di Sumatera dan Kalimantan. Kongres Nasional pertamaatau rapat besar umum Taman Siswa yang pertama diadakan pada tanggal 6-13Agustus 1930 di Perguruan Pusat Taman Siswa di Jogyakarta. Hasil kongrestersebut sebagai berikut:a.  Menerima baik alasan-alasan beridirinya Taman Siswab.  Mengemukakan prinsip-prinsip pedoman pendidikan Taman Siswa. Dan yangmenjadi sendi-     sendi pendidikan Taman Siswa ini adalah:

Taman Siswa bertujuan perkembangan nasional berlandaskan ketujuhpokok yang diterima baik dalam kongres tahun 1923.

Nasional Onderwijs Institut diganti menjadi perguruan Nasional TamanSiswa yang berpusat di Jogyakarta.

Taman Siswa merupakan suatu yayasan yang berdiri sendiri

Taman Siswa membentuk suatu konsolidasi, dimana tiap cabangdiintegrasikan kedalamnya di bawah bimbingan perguruan pusat.

Taman Siswa merupakan suatu keluarga, dimana Ki Hajar Dewantaraadalah bapak dan Taman Siswa di Jogyakarta adalah ibu.

Tiap-tiap cabang Taman Siswa mesti membantu cabang lainnya atauberprisip saling bahu membahu.

Taman Siswa mesti diurus sesuai demokrasi, akan tetapi demokrasiharuslah tidak mengganggu ketertiban dan perdamaian Taman Siswasebagai keseluruhan.

c.  Memilih anggota-anggota hoofdraat. Untuk ini terpilih anggota-anggotamajelis luhur sebagai berikut:    1). Badan Pusat         Ketua I: Ki Hajar Dewantara         Ketua II: Pronowidagdo         Ketua III: Cokrodirdjo         Anggota-anggota: Sadikin, Puger, Kadirun, Safiudin, dan SarmidiMangunsarkoro    2)  Sekretariat         Ketua : Ki Hajar Dewantara         Komisaris-komisaris: Sudarminta, Sukemi dan Sayoga    3)  Dewan Penasehat         Seksi Pendidikan : Hardjosusastro         Seksi Administrasi : Sudjito         Seksi Hukum : Sujudi    4)  Dewan Daerah          Jawa Barat : Sarmidi Mangunsarkoro         Jawa Tengah : Sukemi         Jawa Timur : Jojoprajitno, dan Safiudin Surjoputro.4)

Dari gambaran mengenai keadaan beberapa cabang Taman Siswa, nyatalah bahwasekolah sebagai alat ideologi yang begitu populer di masa itu segipolitiknya dihindari oleh Taman Siswa dan program kegiatannya lebihmenekankan nasionalisme kebudayaan.5)

Pada permulaan masa pendudukan Jepang, perguruan Taman Siswa mengalamiperkembangan yang amat pesat, namum pada akhirnya tidak dapatdipertahankan. Oleh karena itu dengan mengelabui pemerintah Jepang, namaTaman Siswa diganti dengan nama lain. Mata pelajaran yang diberikan samabobotnya dengan pendidikan umum.

Setelah kemerdekaan, Taman Siswa lebih meningkatkan peranannya diIndonesia. Kongres Taman Siswa di tahun 1946 merumuskan kembali pernyataanasas tahun 1922. Dikemukakan Panca Dharma sebagai dasar Taman Siswa, yangberisi kemerdekaan, kodrat alam, kebangsaan, kebudayaan, dan kemanusiaan.6)

Perguruan Taman Siswa memiliki peranan yang cukup besar terhadapperkembangan pendidikan nasional di Indonesia, yakni menanamkan semangat

kebangsaan serta sikap anti penjajahan. Persoalannya sekarang adalahbagaimana menyesuaikan asas-asas yang dicetuskan dalam zaman penjajahan itudengan kondisi sekarang.

Prinsip dasar dalam sekolah Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorangguru adalah:•  Ing ngarsa sung tulada (yang di depan memberi teladan/contoh)•  Ing madya mangun karsa (di tengah membangun prakarsa/semangat)•  Tut wuri handayani (dari belakang mendukung).

Ketiga prinsip ini digabung menjadi satu ungkapan utuh: ing ngarsa sung tulada,ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, yang hingga saat ini masih tetapmenjadi panduan dan pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia.

etelah mendengarkan kata-kata orang ramai itu, maka Luqman pun turundari keledainya, lalu menyuruh anaknya agar naik ke atas punggungkeledai. Melihat hal demikian orang-orang ramai pun berkata, “Lihatanak itu, orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya mengendaraikeledai itu dengan enaknya, sungguh ku"Saya bilang pendidikanIndonesia, alumni SD saja di Indonesia bisa jadi Presiden diAmerika. Itu Obama itu alumni SD di sini. Bagaimana hebatnyapendidikan di Indonesia," ujar Wapres sambil bercanda saat menghadiri acara di Bentara Budaya Jakarta, Selasa, (9/12).

rang adab anak itu.”

Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas keledaiduduk bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang ramai pula berkatalagi, “Lihat itu kedua orang itu, menaiki seekor keledai bersama-sama.Tindakan itu sungguh menyiksa keledai, sungguh tidak menyayangitunggangannya.”

Karena mendengar percakapan orang-orang tersebut, maka Luqman dananaknya turun dari punggung keledai, berjalan kaki sambil menuntunkeledainya. Kkemudian terdengar lagi suara orang-orang ramai berkata,“Alangkah bodohnya kedua ayah dan anak itu, berjalan kaki sambilmenuntun keledainya, sungguh hal yang bodoh tidak menggunakan keledaisebagai kendaraan”.

Setelah sampai pulang ke rumah, Luqman Hakim segera menasehati anaknyatentang sikap manusia dan telaah mereka.

“Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia.Maka orang yang berakal tiadakah dia mengambil pertimbangan melainkan

kepada Allah SWT saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yangmenjadi sebenar-benarnya pertimbangan”.

Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan tengah berupaya keras untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Sebab menurut dia, kondisi pendidikan di Tanah Air saat ini gawat.

"Kondisi pendidikan kita sudah sangat gawat," ujar Anies di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Senin (1/12/2014).

Menurut Anies, pernyataannya tersebut didasari alasan yang sangat kuat. Dari data yang diterima, sekitar 75 persen pelayanan sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar minimal.

Bukan hanya soal pelayanan sekolah, lebih mengejutkan lagi, hasil rata-rata uji kompetensi guru di Indonesia cuma 44,5. Nilai itu, menurut Anies, sangat disesalkan lantaran nilai komptensi ini sangatjauh dari standar yang telah ditentukan. Stadar nilai yang diharapkan dicapai para guru adalah 70.

Melihat masalah tersebut, Anies mengimbau para pelaku pendidikan untuk bersama-sama melakukan perubahan. Langkah awal dari perubahan itu dapat dimulai dari perubahan sudut pandang dalam menangani masalah pendidikan tersebut.

"Bahwa masalah ini bukan kejadian tahun ini saja. Ini terus konstan sejak tahun 2000. Masalah ini sudah dianggap lazim. sekarang saatnyaberhenti menganggap angka itu lazim dan setiap tahun ada," ujar Anies.