laporan pl udah jadi yeahhh

40
KARAKTERISASI DAN ANALISIS LIPID DARI MIKROALGA LBB13 ALO-48 YANG TELAH DIISOLASI DARI BENGKULU AGUSTINUS HADI PRASETYO DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: independent

Post on 10-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KARAKTERISASI DAN ANALISIS LIPID DARI

MIKROALGA LBB13 ALO-48 YANG TELAH DIISOLASI

DARI BENGKULU

AGUSTINUS HADI PRASETYO

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

KARAKTERISASI DAN ANALISIS LIPID DARI

MIKROALGA LBB 13 AL-048 YANG TELAH DIISOLASI

DARI BENGKULU

AGUSTINUS HADI PRASETYO

Laporan Praktik Lapangan

di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Laboratorium Bioenergi dan Bioproses

Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46, Cibinong, Bogor 16911

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

KARAKTERISASI DAN ANALISIS LIPID DARI

MIKROALGA LBB 13 ALO-48 YANG TELAH DIISOLASI

DARI BENGKULU

AGUSTINUS HADI PRASETYO

Praktik Lapangan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Judul : Karakterisasi dan Analisis Lipid dari Mikroalga LBB13 AL-048 yang telah

diisolasi dari Bengkulu

Nama : Agustinus Hadi Prasetyo

NIM : G84120080

Disetujui oleh

Prof. Dr.drh. Maria Bintang, MS

Pembimbing Utama

Swastika Praharyawan, MSi Apt

Pembimbing Lapangan

Diketahui oleh

Ketua Departemen Biokimia

FMIPA IPB

Dr Ir I Made Artika, MAppSc

NIP. 1963011719890310001

Tanggal Lulus:

i

PRAKATA

Syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa telah menyertai dan membimbing

penulis sehingga kegiatan praktik lapang (PL) dan penulisan laporan ini dapat

diselesaikan dengan baik. Laporan praktik lapang dibuat berdasarkan hasil kegiatan

yang telah dilakukan di Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Penelitian Ilmu

Pengetahuan (LIPI) Cibinong Laboratorium Bioenergi dan Bioproses yang

dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2015 hingga 22 Agustus 2015 dengan judul

“Karakterisasi Pertumbuhan serta Analisis Lipid dari Mikroalga LBB 13 AL-048

yang telah Diisolasi dari Bengkulu”.

Terima kasih yang paling utama penulis sampaikan untuk orang tua serta

keluarga yang senantiasa selalu mendukung dan memberi motivasi kepada penulis

dalam segala hal. Penulis menyampaikan terima kasih kepada pembimbing utama

Prof.dr.Maria Bintang, MSi dan pembimbing praktik lapangan, Swastika

Praharyawan, MSi Apt atas bimbingannya kepada penulis selama praktik lapangan

berlangsung. Terima kasih penulis sampaikan kepada kepala Laboratorium

Bioproses dan Bioenergi, Dr.Dwi Susilaningsih, M.Pharm yang menyambut dan

mendidik penulis selama praktik lapang ini. Terima kasih juga tidak lupa penulis

sampaikan kepada mbak Dian, mbak Hani, mbak Pipit, mbak Hilda, mbak Puspita,

mbak Peza, mas Indra dan mas Rifana sebagai analis yang telah banyak membantu

penulis dalam segala hal teknis saat praktik lapangan di Puslit Bioteknologi LIPI.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna. Maka penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya laporan yang

lebih struktural dan rapi. Atas kritik dan saran yang diberikan, penulis

menyampaikan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi

penulis maupun pembaca.

Bogor, September 2015

Agustinus Hadi Prasetyo

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR TABEL iii

PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Tujuan 2

KEADAAN UMUM PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI LIPI CIBINONG

2

Sejarah Lembaga dan Perkembangan 2

Tugas dan Fungsi 3

Struktur Organisasi 3

Visi dan Misi 3

Fasilitas, Jasa Pelayanan, dan Publikasi 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Mikroalga 5

Perhitungan kepadatan dan fluoresensi klorofil mikroalga 6

Biodiesel 7

METODE PRAKTIKUM 9

Waktu dan Tempat 9

Alat dan Bahan 9

Prosedur Percobaan 9

Pembuatan dan sterilisasi media AF6 (Andersen et al 2000) 9

Karakterisasi pertumbuhan dengan spektrofotometri 9

Kultivasi mikroalga ke dalam botol berukuran 500 mL. 10

Sampling mikroalga untuk menentukan produktivitas biomassa 10

Ekstraksi dan penentuan bobot dari lipid dan biomassa mikroalga (Bligh dan

Dyer 1959) 11

Analisis konten lipid dan produktivitas lipid (Nascimento et al 2013) 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

SIMPULAN DAN SARAN 20

DAFTAR PUSTAKA 21

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diagram alir praktik lapang bulan pertama 24

Gambar 2 Diagram alir praktik lapang bulan kedua 25

Gambar 3 Struktur organisasi LIPI Bioteknologi Cibinong 29

Gambar 4 Kondisi ruang kultur mikroalga 30

Gambar 5 Kondisi ruang fermentasi 31

Gambar 6 Kondisi laboratorium Bioenergi dan Bioproses LIPI 32

Gambar 7 Peralatan yang digunakan selama praktik lapang 33

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil pengamatan dan perhitungan lipid mikroalga LBB13 AL0-48 26

Tabel 2 Penentuan biomassa mikroalga pada fase awal dan akhir eksponensial 27

Tabel 3 Penentuan produktivitas biomassa 28

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Praktik Lapangan adalah kegiatan mata kuliah yang menunjang mahasiswa

dalam mengembangkan dan menemukan ilmu baru yang tidak diperoleh selama

mahasiswa kuliah. Melalui kegiatan plraktik lapang mahasiswa semakin terampil

dalam menggunakan teknin yang diajarkan selama praktikum di laboratorium

Departemen Biokimia IPB dan menemukan cara baru menggunakan peralatan baru

di tempat praktik lapang. Mahasiswa melakukan praktik lapang di Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia untuk menemukan mikroalga yang tepat untuk

menghasilkan sumber energi yang cukup dan baik. Sehingga hasil praktik lapang

diharapkan memberi sumbangan ilmu pengetahuan untuk mengatasi krisis

kebutuhan energi.

Kebutuhan energi sebagai bahan bakar untuk membantu aktivitas manusia

sudah menjadi hal yang penting. Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak dan

gas bumi sudah dipakai sejak lama oleh manusia. Pemakaian bahan bakar fosil yang

berkelanjutan menyebabkan manusia meghadapi dua permasalahan yang cukup

serius. Pertama, persediaan bahan bakar fosil yang semakin menipis yang

menimbulkan kelangkaan bahan bakar di berbagai negara. Seiring dengan laju

pertambahan kendaraan bermotor konsumsi BBM makin meningkat.Tingkat

konsumsi terhadap minyak rata-rata naik 6 % pertahun. Konsumsi terbesar adalah

minyak diesel (solar) yang mencapai 22 juta kiloliter pada tahun 2002 sedangkan

produksi minyak bumi Indonesia saat ini tinggal 942.000 barrel perhari.

Permasalahan kedua adalah perubahan iklim global yang disebabkan emisi karbon

dioksida. Meningkatnya permintaan energi dunia dari bahan bakar fosil berperan

penting terhadap peningkatan emisi karbon dioksida (CO2). Sejak Revolusi

Industri, emisi CO2 tiap tahunnya meningkat pesat dari mendekati nol sampai lebih

31 GtCO2 pada tahun 2011 (IEA 2013). Emisi CO2 secara global diperkirakan

meningkat dari 31,2 milyar metrik ton pada tahun 2010 menjadi 36,4 milyar metrik

ton pada tahun 2020 dan 45,5 milyar metrik ton pada 2040 (EIA 2013). Kedua

permasalahan tersebut membuat manusia kini mencari sumber energi yang tepat

untuk pengganti bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar hayati dapat

mengurangi emisi gas CO2, serta mengurangi efek rumah kaca, perubahan iklim

dan pemanasan global, krisis energi dan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

Bio-fuel merupakan salah satu sumber energi yang diteliti paling banyak.

Bio-Fuel (bahan bakar hayati) diperoleh dari tumbuhan tingkat tinggi pada

umumnya seperti tanaman jarak, kacang kedelai, minyak kelapa sawit, jagung dan

lainnya. Selain itu, tumbuhan dalam laut memiliki potensi sebagai bio-fuel. Namun

kajian yang berkaitan dengan tumbuhan laut masih jauh tertinggal dibandingkan

dengan penggunaan bio-fuel tumbuhan darat yang saat ini diterapkan ke kendaraan.

Penggunaan tumbuhan darat yang berkelanjutan membuat permasalahan baru.

Pemakaian tumbuhan darat sebagai Bio-Fuel masih bersaing dengan penggunaanya

seebagai tumbuhan pangan. Selain itu penggunaan tumbuhan darat sebagai bio-Fuel

memerlukan lahan yang luas sehingga terjadi perusakan hutan.

2

Mikroalga adalah organisme primitif mirip tumbuhan, kelompok

fitoplankton yang berukuran renik (seluler) yang hidup di selururh wilayah

perairan, baik air tawar maupun air laut, Mikroalga menjadi produsen utama dalam

laut karena mikroalga memiliki kemampuan untuk berfotosintesis. Selama ini

mikroalga dikenal sebagai bahan baku industri kosmetika dan farmasi karena

adanya kandungan biomolekul seperti protein, lemak dan asam lemak tak jenuh dan

beberapa metabolit sekunder seperti vitamin dan pigmen. Potensi mikroalga

sebagai bio-fuel ditemukan karena mikroalga memiliki kandungan minyak. Selain

iu sejumlah proses seperti biofotolisis dan fermentasi memungkinkan mikroalga

menghasilkan gas hidrogen yang selanjutnya bisa dikonversi menjadi panas, listrik

dan sumber energi lainnya.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong merupakan salah

satu balai penelitian yang meneliti potensi mikroalga sebagai bio-fuel. Pusat

penelitian potensi mikroalga di LIPI terpusat pada bagian Bioteknologi yang

bertempat di Laboratorium Bioenergi dan Bioproses. Mahasiswa membantu

penelitian dosen pembimbing yang berjudul Karakterisasi Pertumbuhan dan

Analisis Lipid dari Mikroalga Koleksi LBB AL-048 yang telah diisolasi dari

perairan di Bengkulu.

Tujuan

Praktik lapang ini bertujuan mengkarakterisasi mikroalga LBB13 AL-048

dari pertumbuhan mikroalga dan menentukan pola pertumbuhan mikroalga serta

menganalisis hasil ekstraksi lipid mikroalga tersebut untuk sebelum menjadi

biodiesel.

KEADAAN UMUM PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI LIPI

CIBINONG

Sejarah Lembaga dan Perkembangan

Pusat penelitian (Puslit) Bioteknologi LIPI, awalnya bernama Pusat

Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bioteknologi LIPI yang didirikan pada

tanggal 13 Januari 1986 berdasarkan Kepres RI No.1 tahun 1986 dan berada di

bawah Deputi bidang Ilmu Pengetahuan Hayati. Puslit Bioteknologi didirikan

dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan bioteknologi di Indonesia.

Pada bulan April 1993, Puslit Bioteknologi LIPI masih berada dalam satu

bangunan dengan Puslitbang Biologi LIPI Bogor, yaitu di Gedung Kusnoto yang

terletak pada di Jalan Ir.H. Djuanda No. 18 Bogor. Kemudian sejak tanggal 1

Oktober 1993, karena beberapa pertimbangan, semua kegiatan Puslit dipindahkan

ke Jalan Raya Bogor Km 46 Cibinong. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI telah

ditetapkan menjadi salah satu pusat unggulan bioteknologi pertanian II berdasarkan

SK Menteri Riset dan Teknologi. Pada tahun 2001 sesuai SK Kepala

LIPI No. 1151/Kep/2001 Puslitbang Bioteknologi LIPI berubah nama

menjadi Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI. Struktur organisasi Puslit

Bioteknologi-LIPI sesuai dengan reorganisasi di semua struktur LIPI.

3

Tugas dan Fungsi

Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI sesuai dengan Keputusan Kepala LIPI

Nomor 1151/Kep/M/2001 mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan

kebijakan, menyusun pedoman, memberi bimbingan teknis, menyusunan rencana

dan program, melaksanaan penelitian bidang bioteknologi, serta evaluasi dan

penyusunan laporan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Puslit Bioteknologi LIPI

memiliki tugas untuk menyiapkan bahan perumusan kebijakan penelitian bidang

bioteknologi, menyusun pedoman, membina dan memberikan bimbingan teknis

bidang bioteknologi, menyusun rencana, program dan pelaksanaan penelitian

bidang bioteknologi, memantau pemanfaatan hasil penelitian bidang bioteknologi,

melayani jasa ilmu pengetahuan dan teknologi bidang bioteknologi, mengevaluasi

dan menyusun laporan penelitian bioteknologi, serta melaksanakan urusan tata

usaha.

Struktur Organisasi

Pusat Penelitian Bioteknologi berada di bawah Deputi Bidang Ilmu

Pengetahuan Hayati LIPI. Secara struktural, Pusat Penelitian Bioteknologi

dipimpin oleh seorang kepala dan terdiri atas bagian Tata Usaha serta tiga bidang

penelitian, yaitu Bidang Biologi Molekuler, Bidang Biologi Sel dan Jaringan, serta

Bidang Bioproses.

Bidang-bidang tersebut memiliki berbagai tugas yang berbeda. Bidang

Biologi Molekuler mempunyai tugas mengembangkan kemampuan di bidang

genetika molekuler dan rekayasa protein, rekombinan DNA, regulasi dan ekspresi

gen untuk perbaikan sifat guna meningkatkan nilai ekonomi produk atau proses

yang diinginkan. Bidang Biologi Sel dan Jaringan mempunyai tugas

mengembangkan kemampuan di bidang biologi sel dan jaringan tumbuhan, hewan,

dan mikroorganisme untuk meningkatkan nilai ekonomi produk atau proses yang

diinginkan. Bidang Bioproses mempunyai tugas mengembangkan kemampuan di

bidang bioproses, menggunakan hasil-hasil penelitian dari Bidang Biologi Sel dan

Jaringan serta Biologi Molekuler, mengembangkan proses bioteknologi baru serta

membakukan metode pengembangan bioproses dan pengolahan hasilnya.

Bidang Bioproses memiliki tiga laboratorium, yaitu Laboratorium

Fermentasi, Laboratorium Kimia Bahan Alam, dan Laboratorium Akuakultur.

Bidang Tata Usaha bertugas melaksanakan pelayanan administrasi bagi seluruh

satuan kerja di lingkungan Puslit Bioteknologi maupun pihak lain yang berkaitan

dengan urusan kerja sama penelitian dan pelayanan jasa informasi. Dalam

melaksanakan tugas-tugas tersebut, bagian tata usaha menyelenggarakan fungsi-

fungsi, yaitu melaksanakan urusan kepegawaian; melaksanakan urusan tata usaha;

keuangan; kearsipan; rumah tangga; dan inventarisasi barang milik/kekayaan

negara; pelaksanaan urusan administrasi kerja sama dan pelayanan jasa bidang

bioteknologi.

Visi dan Misi

Visi Puslit Bioteknologi-LIPI mengacu pada visi IPTEK 2025 yaitu

“Terwujudnya IPTEK sebagai kekuatan utama untuk kesejahteraan berkelanjutan

4

dan peradaban bangsa” dan visi LIPI yang berbunyi “Terwujudnya kehidupan

bangsa yang adil, cerdas, kreatif, integratif dan dinamis yang didukung oleh ilmu

pengetahuan dan teknologi yang humanistik”. Berdasarkan dua visi tersebut

disusunlah visi Puslit Bioteknologi-LIPI yaitu: “Menjadi lembaga penelitian

bioteknologi terdepan yang didukung oleh sumber daya profesional.” Adapun

misinya adalah menguasai IPTEK di bidang bioteknologi agar menjadi penggerak

utama dan acuan dalam meningkatkan kemajuan bangsa dan pembangunan

berkelanjutan; pengungkapan, peningkatan nilai tambah dan penyelamatan sumber

daya alam hayati melalui penguasaan biologi molekuler, sel dan jaringan, serta

bioproses; memberikan masukan kepada pemerintah dalam menyusun kebijakan di

bidang bioteknologi dan ikut serta dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa

melalui pemasyarakatan IPTEK bidang bioteknologi; meningkatkan kinerja dan

tata kelola lembaga riset yang baik (good corporate governance); dan

meningkatkan profesionalitas, kesejahteraan pegawai, dan karyawan.

Fasilitas, Jasa Pelayanan, dan Publikasi

Puslit Bioteknologi LIPI mempunyai dua gedung laboratorium untuk

kegiatan penelitian, satu gedung administrasi, perpustakaan, dan auditorium.

Institusi ini dilengkapi dengan fasilitas peralatan yaitu mikromanipulator, unit

elektroforesis, kromatografi gas (KG), kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT),

DNA sequencer, ruang pendingin, sentrifus, fermentor, ruang laminar, biosafety

containment electrofusion, unit kriopreservasi, penganalisis asam amino, sistem

phast, ultrasentrifus, inkubator kultur, inkubator goyang, mesin Polymerase Chain

Reaction (PCR), penembak partikel, pengering beku, dan fasilitas laboratorium

standar lainnya.

Jasa pelayanan yang tersedia pada lembaga ini, yaitu: analisis genetika,

analisis biokimia, pemuliaan kultur mikroba, konsultasi dan informasi penelitian,

seminar dan lokakarya, teknologi fermentasi, teknologi enzim, teknologi

transformasi tanaman, dan teknologi embrio. Lembaga ini juga menyediakan

fasilitas penelusuran informasi secara manual melalui pangkalan data, CD, dan

fotokopi. Puslit Bioteknologi LIPI menerbitkan tiga sarana publikasi, yaitu Annales

Bogorlensis yang memuat artikel ilmiah, Warta Biotek, dan Abstrak Biotek untuk

memantau artikel-artikel terbaru mengenai bioteknologi.

5

TINJAUAN PUSTAKA

Mikroalga

Mikroalga merupakan organisme tumbuhan paling prmitif berukuran

seperti sel dan umumnya dikenal sebagai fitoplankton. Mikroalga ditemukan

dengan berbagai variasi bentuk, warna, dan ukuran dari pikoplankton (0.2 hingga 2

mikrometer) hingga berukuran besar. Mikroalga ditemukan banyak dari berbagai

kelas seperti Chlorophyceae, Chrysophyta, Bacillariophyceae, Cyanophyceae.

Habitat hidupnya adalah di wilayah perairan. Mikroalga berperan pentiing sebagai

produsen utama dalam rantai makanan untuk kebutuhan energi mahkluk karena

organisme ini mampu melakukan proses fotosintesis seperti yang dilakukan oleh

tumbuhan tingkat tinggi. Organisme ini memiliki peran penting dalam jaring

makanan dan merupakan materi organik dalam sedimen laut sehingga diyakini

sebagai dasar pembentukan minyak bumi yang dikenal sebagai bahan bakar fosil.

Pola pertumbuhan mikroalga seperti pola pertumbuhan bakteri yang terdiri

dari lima fase yaitu fase lag, eksponensial, penurunan pertumbuhan, stasioner , dan

kematian (Kawaroe 2010). Pola pertumbuhan mikroalga menjadi faktor penting

dalam produksi massal mikroalga dan produk bioteknologi dari mikroorganisme

ini. Produksi mikroalga secara global dalam eksosistem perairan diperkirakan

mencapai 10.000 m3/tons dengan spesies terbanyak yang dikultivasi adalah

Spirulina, Chlorella, Dunaliela, Haematococcus. Mikroalga diketahui memiliki

potensi sebagai sumber energi dalam beberapa kasus seperti pembakaran langsung

dari produksi hidrogen. Sistem pencernaan secara anaerobik pada mikroalga dapat

diaplikasikan kedaalam pembentukan biogas. Spesies mikroalga dengan produksi

lipid yang tinggi berpotensi sebagai biodiesel. Menurut Mansour et al (2003),

akumulasi lipid dan biomassa mikroalga terjadi pada fase stasioner dan logaritmik

karena tujuan dari karakterisasi ini untuk menentukan fase eksponensial hingga

stasioner untuk pemanenan. Penelitian yang telah dilakukan adalah mencari spesies

alga dengan produksi lipid yang tinggi. Mikroalga yang berpotensi sebagai

biodiesel hingga saat ini berasal dari kelas Chlorophyceae (alga hijau), dan

Bacilliarophyceae (diatom). Mikroalga memiliki laju pertumbuhan yang lebih

tinggi dibandingkan tumbuhan karena ukurannya yang kecil membuat luas

permukaan semakin besar sehingga memberikan peluang besar untuk menerima

sinar matahari dan mempermudah untuk melakukan fotosisntesis secara efisien.

Mikroalga akhirnya bertumbuh dan memproduksi biomassa dalam jumlah yang

banyak.

Gambar 1 Kenampakan mikroalga

6

Gambar 2 Jalur sintesis biomolekul mikroalga

Komponen utama yang terdapat dalam sel mikroalga terdiri dari protein,

karbohidrat dan lipid. Mikroalga secara alami memproduksi lipid sebagai bagian

dari struktur sel seperti membran sel dan molekul sinyal dan sebagai komponen

penyimpanan sama seperti penyimpanan lemak pada hewan dan manusia. Lipid

yang disintesis dalam mikroalga ditemukan dalam variasi struktur kimia yang

berbeda seperti dalam bentuk lilin, ester, dan kolesterol. Sintesis lipid pada

mikroalga belum diteliti secara jelas. Namun proses sintesis lipid erat kaitanyya

dengan sintesis lipid yang dilakukan oleh enzim asetil ko-a karboksilase. Lipid yang

sering ditemukan umumnya dalam bentuk triasilgliserol (TAG), fosfolipid dan

glikolipid. Asam lemak yang terdapat dalam lipid ini memiliki ciri rantai panjang

dan tidak bercabang. Asam lemak ini dikelompokkan berdasarkan jumlah atom

karbon pada rantai karbon serta jumlah ikatan rangkap seperti asam lemak jenuh ,

asam lemak tunggal tak jenuh (Monounsaturated Fatty Acids (MUFAs)), asam

lemak jamak tak jenuh (Polyunsaturated Fatty Acids (PUFAs)). Mikroalga yang

ditemukan memiliki asam lemak dengan jumlah rantai karbon yang berjumlah 12

hingga 26 atom C dengan asam lemak tak jenuh 16 dan 18 rantai karbon yang sering

ditemukan dalam jumlah banyak (Kawaroe 2010).

Perhitungan kepadatan dan fluoresensi klorofil mikroalga

Penghitungan kepadatan mikroalga dapat dilakukan dengan menggunakan

hemasitometer dan sedgewich rafter. Penghitungan ini bertujuan untuk mengetahui

banyaknya mikroalga dalam/ tiap liter kultivasi. Dari hasil perhitungan kepadatan

mikroalga tersebut dapat diketahui laju pertumbuhannya. Hemasitometer

merupakan suatu alat bantu yang digunakan untuk menghitung kepadatan

mikroalga. Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm2. Satu kotak

besar di tengah menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0.2 mm. satu kotak sedang

dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi

400 kotak kecil. Tebal ruang hitung ini ada 0.1 mm. sel mikroalg ayang tersuspensi

akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah sel per satuan

volume dapat diketahui.

7

Gambar 3 Variouskan flash tipe Thermo

Menurut Bintang 2009, spektrofotometer merupakan alat analisis dalam

mengukur jumlah jumlah cahaya yang terserap. Prinsip dasar alat ini adalah prinsip

Lambert-Beer. Serapan cahaya suatu larutan kimia akan berbanding lurus dengan

konsentrasi senyawa, tebal larutan terukur, dan koefisien ekstingsi molarnya pada

panjang gelombang tertentu.

Spektroskopi fluoresensi merupakan metode spektroskopi yang mengamati

intensitas atau spektrum fluoresensi sinar pada suatu zat yang dikenai cahaya.

Spektroskopi fluoresensi yang mengunakan Kamera CCD (Charged Couples

Devices) atau CMOS (Complementary Metallic Oxide Semiconductor) sering

disebut Pencitraan Fluoresensi (Fluorescence Imaging). Metode ini biasanya

digunakan dalam biologi, kedokteran, bidang penelitian fisika dan kimia untuk

berbagai tujuan. Fluoresensi merupakan salah satu proses yang terjadi ketika cahaya

berinteraksi dengan suatu materi, dimana ketika atom atau partikel menyerap

cahaya pada panjang gelombang tertentu akan memancarkan kembali cahaya

dengan panjang gelombang yang lebih besar (Sumijo 2006). Fluoresensi terjadi

karena adanya sifat dari partikel yang akan langsung memancarkan cahaya ketika

memperoleh rangsangan cahaya dari luar, namun pancaran tersebut akan hilang

ketika rangsangan cahaya dari luar dihilangkan.

Varioskan flash merupakan spektrofotometer yang dapat membaca sampel

dalam microplate dengan berbagai mode seperti instensitas fluoresensi, TRF (time

resolved fluoresence), fotometrik, dan analisis luminometrik. Variouskan

memungkinkan pemilihan panjang gelombang secara luas dan memungkinkan

analisis spektral dan pengukuran pada panjang gelombang tak terbatas secara

bersamaan. Prinsip varioskan ini mirip dengan spektrometer lainnya, hanya saja

terdapat beberapa penyempurnaan teknologi yang memungkinkannya sebagai

multireader yang akurat (Thermo Scientific 2014).

Biodiesel

Diesel merupakan jenis mesin yang menggunakan panas kompresi untuk

menciptakan penyalaan dan membakar bahan bakar yang telah diinjeksikan ke

dalam ruang pembakaran. Mesin diesel ini telah dipakai pada industri, kendaraan,

dan pembangkit listrik dan mesin ini menggunakan batu bara sebagai sumber

energi. Namun penggunaan batu bara kini telah menimbulkan bahaya karena gas

CO2 hasil dari pembakaran batu bara yang berlebih menimbulkan peristiwa yang

disebut efek rumah kaca. Biodiesel merupakan sumber energi alternatif untuk

8

mesin diesel yang diperoleh dari minyak nabati misalnya minyak sawit, minyak

jagung, dan minyak jatropa ataupun minyak hewani yang digunakan sebagai

pengganti minyak fosil. Permasalahan saat ini yang terjadi adalah penggunaan

sumber biodiesel dari tanaman dan hewan beresiko karena penggunaannya bersaing

dengan kepentingan pangan selain itu penggunaan lahan yang besar untuk

menanam tanaman untuk keperluan biodiesel cukup merugikan dan tidak efisien

dengan hasil yang diperoleh. Meskipun metodologi pembuatan biodiesel sendiri

telah ada sejak 50 tahun lalu, tetapi eksplorasi penggunaan mikroalga sebagai

sumber biodiesel masih belum optimal dilakukan. Dengan kandungan minyak lebih

dari 30% (Chisti 2007), mikroalga juga sangat berpotensi untuk digunakan sebagai

sumber energi alternatif biodiesel dan berdasarkan penelitian sebelumnya

mikroalga mempunyai produktivitas 200 kali lebih banyak dibandingkan sumber

nabati lainnya (Chisti 2007).

Pengolahan mikroalga pada lahan seluas 4.5 juta hektar mampu

menghasilkan biodiesel yang akan dapat mengganti seluruh kebutuhan solar di

Amerika Serikat (Oilgae 2006). Lebih lanjut, luas lahan ini hanya 1% dari total

lahan yang sekarang digunakan untuk lahan pertanian dan padang rumput (sekitar

0.5 milliar ha). Berbagai keuntungan untuk pengembangan mikroalga sebagai

sumber energi alternatif telah dikemukaan oleh Verma et al (2010) diantaranya

yaitu: a). Memiliki struktur sel yang sederhana dan kemampuan untuk

mengendalikan sel tanpa mengurangi produktifitasnya; b). Kemampuan

berfotosintesis sangat tinggi, sekitar 3–8% sinar matahari mampu dikonversikan

menjadi energi dibanding tanaman tingkat tinggi lainnya yang hanya sekitar 0,5%;

c). Memiliki siklus hidup yang pendek (±1–10 hari); d). Kemampuan untuk

mensintesis lemak sangat tinggi (± 40–86% berat kering biomassa); e).

Kemampuan bertahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim (salinitas tinggi atau

lingkungan yang tercemar); f). Tidak banyak membutuhkan pupuk dan nutrisi; g).

Tidak bersaing dengan produk pangan. Mikroalga suatu perairan bertumbuh pada

kondisi lingkungan yang sesuai. Semua jenis alga memiliki komposisi kimia sel

yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak (fatty acids) dan nucleic acids yang

presentasenya bervariasi jenis alganya. Dari komponen fatty acids inilah yang akan

diekstraksi dan diubah menjadi biodiesel. Persoalan yang dihadapi saat ini dalam

pembuatan biodiesel dari mikroalga yaitu belum optimalnya biomasa dengan

konsentrasi yang tinggi.

9

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktik lapang dilakukan di Laboratorium Bioenergi dan Bioproses, Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia bidang Bioteknologi dan Laboratorium Mikroalga,

Gedung Indonesian Culture Collection (InaCC), Cibinong , Bogor tanggal 22 Juni

hingga 22 Agustus 2015 pukul 07.30 – 15.00 WIB.

Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan meliputi kultur Mikroalga LBB13 AL-048,

metanol, kloroform, media AF6, dan media TMS. Alat-alat yang digunakan antara

lain tabung sentrifus Falcon, 4 buah botol berukuran besar, 2 buah erlenmeyer,

gelas ukur 1 L, kain saring, corong plastik, autoklaf sentrifus Hitachi, cawan petri,

neraca analitik, tabung reaksi, gelas piala, pipet mikro ukuran 2-200 mikroliter dan

50-5000 mikroliter, pipet Mohr, pipet Pasteur, Mikroskop terbalik (Inverted)

Olympus CX 41, Microwave, Hemasitometer, Microplate Reader Variouskan tipe

Thermo, tabung mikrofus, neraca analitik, gelas piala.

Prosedur Percobaan

Pembuatan dan sterilisasi media AF6 (Andersen et al 2000).

Peralatan gelas yang terdiri dari erlenmeyer dan botol besar berukuran 500

mL yang kotor dicuci dengan klorin masing masing sebanyak 1 mL. Kemudian

peralatan gelas dibilas dengan air dan sabun lalu dikeringkan. Air bersih sebanyak

1 L disaring dengan kain saring khusus ke dalam gelas ukur berukuran 1 L.

Sebanyak 0.5 mL komposisi pembuat media AF6 dipipet kedalam botol besar lalu

ditambah akuades sebanyak 500 mL dan sebanyak 0.2 mL komposisi media AF6

dipipet kedalam erlenmeyer kemudian ditambah 200 mL. Kemudian diberi label

dan disumbat dengan aluminium foil.

Seluruh media tumbuh disterilisasi dengan autoklaf. Kadar air dalam

autoklaf dijaga pada ukuran tertentu. Kemudian wadah berukuran besar dan tinggi

diletakkan pada bagian bawah sedangkan erlenmeyer diletakkan pada bagian atas.

Autoklaf diatur pada suhu 121 o C selama 2 jam. Kemudian autoklaf setelah 2 jam

akan berhenti secara otomatis ketika bunyi khas dari autoklaf terdengar. Tombol

off ditekan dan autoklaf dibuka kembali kemudian botol dan erlenmeyer diambil.

Karakterisasi pertumbuhan dengan spektrofotometri

Kultur LBB13 AL-048 dipindahkan kedalam mikroplate dari sumur 1

sampai sumur 3 sebanyak 0.2 mL dengan pipet mikro kemudian ditambah dengan

media AF6 sebanyak 1,8 mL. Sumur keempat diisi dengan blanko media AF6

sebanyak 2 mL. Perlakuan ini dilakukan di dalam ruang laminar untuk mengurangi

besarnya dampak kontaminasi. Pemakaian laminar ini dengan syarat lampu UV

dimatikan dan lampu biasa dinyalakan kembali ketika akan digunakan.

10

Setelah mikroalga dikultur kedalam mikroplate. Jumlah sel mikroalga

dihitung dengan menggunakan hemasitometer. Sampel dipipet sebanyak 40

mikroliter kedalam hemasitometer lalu diamati di mikroskop terbalik dengan

pebesaran 20x hingga 40x. Kemudian intensitas klorofil dan kerapatan sel (optical

density) diukur menggunakan spektrofotometer Variouskan Flash pada panjang

gelombang fotometri 680 nm dan 432 nm untuk fluorometri. Pengukuran dan

penghitungan jumlah sel dilakukan hingga mikroalga mencapai fase akhir stasioner

karena pada fase tersebut kemampuan metabolisme baik secara anabolisme dan

katabolisme seimbang.

Pembuatan kurva pertumbuhan dan penentuan laju pertumbuhan spesifik

(Nascimento et al 2013)

Kurva pertumbuhan dan fluorometri (intensitas klorofil) mikroalga dibuat

berdasarkan data yang diperoleh. Penentuan waktu fase lag, awal dan akhir fase

stasioner ditentukan berdasarkan kurva pertumbuhan antara kerapatan mikroalga

dengan hari pengamatan. Korelasi antara keduanya dihubungkan dengan membuat

persamaan garis.

Jumlah sel yang diperoleh dari waktu awal dan akhir fase eksponensial

berdasarkan kurva pertumbuhan mikroalga ditentukan untuk menghitung

pertumbuhan spesifik. Rumus perhitungan pertumbuhan spesifik mikroalga adalah:

µ = ln(

𝑁𝑦𝑁𝑥⁄ )

𝑡𝑦 − 𝑡𝑥

keterangan :

µ : pertumbuhan spesifik

N : jumlah sel awal (x), dan akhir (y)

T : waktu eksponensial awal (x), dan akhir (y)

Kultivasi mikroalga ke dalam botol berukuran 500 mL.

Sebanyak 20 mL mikroalga LBB13 AL-048 masing-masing dipindahkan ke

dalam dua botol 500 mL yang berisi dengan media AF6 steril sehingga terdapat dua

jenis sampel sama dalam botol berbeda. Pengerjaan ini dilakukan dalam laminar

steril. Sumbat karet disiapkan lalu dilubangi untuk pemasangan selang untuk

saluran gas CO2 dan O2. Sumbat karet tersebut kemudian dipasangkan pada botol

kultur kemudian ditutup dengan seal plastic untuk mencegah kontaminasi. Sampel

kemudian dipasangkan dengan sistem aerasi lalu diterangi dengan lampu neon

sebagai sumber cahaya.

Sampling mikroalga untuk menentukan produktivitas biomassa

Sebanyak 20 mL mikroalga dipipet ke dalam tabung sentrifus lalu

disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm selama 5 menit. Supernatan dibuang dan

pellet dalam tabung sentrifus dikeringkan dalam oven selama 24 jam. Pengambilan

dilakukan 3 kali ulangan setiap sampel agar data lebih akurat. Pengambilan

biomassa dilakukan saat awal eksponensial dan akhir eksponensial.

11

Ekstraksi dan penentuan bobot dari lipid dan biomassa mikroalga (Bligh dan

Dyer 1959)

Ekstraksi lipid ini dilakukan pada fase stasioner. Suspensi mikroalga dipipet

sebanyak 20 mL ke dalam tabung sentrifus yang ada kemudian disentrifugasi untuk

memperoleh biomassa basahnya dengan kecepatan 6000 rpm selama 10 menit

kemudian supernatan dibuang. Biomassa berupa pellet yang telah diperoleh

ditambah dengan kloroform : metanol (1:1) masing-masing 3 mL lalu didiamkan

kemudian dihomogenkan dengan vorteks berkecepatan sedang selama 30 detik.

Homogenat diinkubasi selama 15 menit kemudian disimpan dalam lemari es selama

15 menit. Homogenat kemudian diberikan penambahan akuades sebanyak 1 mL

kemudian di homogenkan kembali dengan vorteks dengan waktu dan kecepatan

yang sama lalu disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 4000 rpm.

Homogenat akan terpisah menjadi 3 fase setelah disentrifugasi karena pengaruh

gradien densitas.

Fase nonpolar (lipid) pada tabung sentrifus diambil menggunakan pipet

pasteur steril dan khusus untuk lipid. Kemudian fase lipidnya dipindahkan kedalam

cawan petri steril dan dibiarkan dalam keadaan terbuka. Kemudian biomassa yang

terlihat pada fase kedua dievaluasi warnanya. Jika fase kloroform dan biomassa

hasil sentrifugasi masih berwarna hijau maka ekstraksi dilanjutkan dengan

menambahkan kloroform dan metanol masing masing sebanyak 1 mL lalu divortex.

Homogenat ditambahkan akuades sebanyak 1 mL kemudian divortex kembali.

Homogenat disentrifugasi kembali dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit dan

3 fase akan terbentuk. Fase lipid dipindahkan ke dalam cawan petri steril dan

dibiarkan dalam keadaan terbuka sedangkan warna biomassa pada fasenya dilihat

kembali. Jika warna biomassa dan fase kloroform masih hijau maka ekstraksi

dilakukan kembali, jika tidak berwarna demikian, ekstraksi dihentikan. Lipid dan

biomassa yang telah diperoleh ditimbang dengan neraca analitik 4 desimal.

Analisis konten lipid dan produktivitas lipid (Nascimento et al 2013)

Konten lipid dihitung dengan membagi bobot lipid yang diperoleh dari hasil

ekstraksi dengan total lipid dan biomassa kering yang telah tertimbang.

𝐾𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛 𝐿𝑖𝑝𝑖𝑑 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑖𝑝𝑖𝑑 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑖𝑝𝑖𝑑 + 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑥 100 %

Produktivitas lipid volumetrik (Lp) dihitung menggunakan data konten lipid

dan produktivitas biomassa pada fase akhir eksponensial (Pwt).

𝐿𝑝 = 𝑃𝑤𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚

𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟. ℎ𝑎𝑟𝑖) 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛 𝐿𝑖𝑝𝑖𝑑

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemilihan media ini menjadi cara penting untuk memberikan kondisi yang

sesuai untuk pertumbuhan mikroalga seperti lingkungan tempat hidupnya Media

yang digunakan untuk pertumbuhan mikroalga ini adalah media AF6.. Mikroalga

LBB13 Al-048 yang diisolasi ini merupakan mikroalga perairan air tawar. Media

AF6 sesuai untuk hampir semua mikroalga yang hidup di perairan air tawar.

Medium ini diberikan perlakuan dengan mengatur pH sekitar 6.6 melalui pemberian

komponen medianya (Andersen et al 1997). Penggunaan media ini awalnya untuk

kultivasi mikroalga Colacium (Euglenophyceae) (Kato 1982). Komponen yang

diperlukan untuk mikroalga ini bertumbuh didapatkan dari media ini. Sumber

nitrogen diperoleh dari penambahan urea dan nitrat dalam bentuk amonium nitrat

dan natrium nitrat. Sumber nitrogen memiliki pengaruh terhadap akumulasi lipid

mikroalga. Menurut Piorect dan Pohl (1984), konsentrasi nitrogen memiliki

pengaruh terhadap peningkatan jumlah asam lemak palmitat dan oleat dan

menurunkan jumlah linoleat pada golongan sianobakteria. Sumber natrium dan

kalium diperlukan untuk menjaga homesostasis cairan ekstrasel dan intraselular sel

mikroalga agar tidak terjadi proses krenasi ataupun lisis. Sumber natrium dan

kalium ini diperoleh dari penambahan natrium nitrat dan kalium dihidrogen fosfat

/ dikalium hidrogen fosfat. Kalsium sebagai sumber untuk mempertahankan

integritas membran sel mikroorganisme serta menjadi kofaktor untuk aktifitas

enzim (Waluyo 2012). Kalsium diperoleh dari penambahan CaCl2 dan kalsium

karbonat. Penambahan besi sitrat bertujuan untuk menjaga kadar kofaktor enzim.

Penambahan unsur mikro ini dalam kultivasi Chlorella vulgaris menambah

akumulasi lipid mikroalga dan rendemen lipid seluler (Liu et al 2008).

Mikroalga LBB 13 AL-048 yang telah diamati memiliki ciri-ciri yang sama

seperti kelas Chlorophyceae. Mikroalga ini berbentuk bulat, berwarna hijau dan

tidak mempunyai sekat seperti diatom. Mikroalga jenis ini hidup dengan cara

berkoloni. Spesies yang tergolong Chlorophyceae adalah Chlorella vulgaris.

Menurut Kawaroe et al (2010), mikroalga kelas Chlorophyceae berwarna hijau,

pergerakkannya tidak motil dan struktur tubuhnya tidak memilki flagel. Selnya

berbentuk bulat dengan ukuran 2-10 µm dan memiliki bentuk kloroplas mirip

cangkir umumnya. Mikroalga golongan ini sebagian besar memproduksi lipid

dalam jumlah besar. Sehingga mikroalga LBB 13 Al-048 diperkirakan memiliki

kemiripan dan metabolisme serta memiliki produktivitas tinggi yang sama.

Gambar 5 Hasil pengamatan mikroalga dengan mikroskop

13

Mikroalga LBB 13 AL-048 diamati pertumbuhannya dari hari ke nol hingga

hari ke 21. Dua parameter pertumbuhan yang diamati adalah jumlah sel, kerapatan

sel (optical density) dan intensitas klorofil. Jumlah sel diperoleh dari pengamatan

langsung selama 8 hari pertama terhadap mikroalga dengan menggunakan teknik

hemasitometer yang dilanjutkan dengan mikroskop. Kemudian optical density

diukur dengan Variouskan flash kemudian korelasi antara jumlah sel dengan optical

density ditentukan dengan membuat kurva pertumbuhan. Semakin banyak jumlah

sel maka kepadatan dan kepekatannya akan semakin besar. Sehingga cahaya akan

terserap dalam jumlah banyak dan nilai absorbansi akan semakin besar Korelasinya

diperoleh dengan persamaan garis pada Gambar 6 yaitu y = 910,83x - 154,59.

Regresi yang diperoleh sebesar = 99,74 % yang menunjukan bahwa hubungan

antara waktu dengan kerapatan sel (Optical density) sangat linear. Jumlah sel pada

hari ke 9 hingga 21 dapat ditentukan langsung dengan memasukan nilai Optical

Density ke dalam persamaan yang telah diperoleh. Jumlah sel selanjutnya dihitung

dengan memasukan nilai optical density secara fotometri yang diperoleh melalui

bantuan variouskan kedalam kurva pertumbuhan yang telah dibuat.

Gambar 6 Kurva pertumbuhan mikroalga; Jumlah mikroalga vs Optical Density

Gambar 7 Kurva pertumbuhan mikroalga LBB AL-48 (Optical Density vs Hari)

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8

Jum

lah

mik

roal

ga

Optical Density

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

2

0 5 10 15 20 25

Op

tica

l De

nsi

ty

Day

14

Tabel 1. Hasil pengukuran parameter pertumbuhan mikroalga LBB13 Al048

Hari Optical Density Jumlah sel ( x 105) Fluorometri

0 0,168139 45 6,01158

1 0,229267 172 6,38501

2 0,301838 153 6,50078

3 0,538498 285 7,16792

6 0,690258 482 8,90323

7 1,048403 804 9,20969

8 1,237246 979 9,70028

9 1,263707 996 10,57526

10 1,368701 1092 10,46797

13 1,518678 1228 13,15557

14 1,68296 1378 14,15877

15 1,736778 1427 12,94951

16 1,719896 1411 13,38673

17 1,709869 1402 14,17605

20 1,700936 1394 16,11829

21 1,714882 1407 15,28812

Fase lag terlihat pada hari ke nol hingga hari 1. Kerapatan sel (Optical

density) mikroalga yang terlihat pada Gambar 7 menunjukkan nilai yang kecil dan

jumlah sel mikroalga yang sedikit saat diamati dengan mikroskop dan

hemasitometer. Nilai fluoresensi berkorelasi dengan optical density di fase tersebut.

Nilai fluoresensi pada Tabel 1 menunjukkan absorbansi klorofil sebesar 6,01 dan 6,

3. Nilai ini menunjukan fluoresensi awal dan secara langsung menunjukan

intensitas klorofil awal. Pada fase ini mikroalga mengalami proses adaptasi

terhadap lingkungan (media, kondisi cahaya, suhu dan pH serta tekanan CO2)

(Kawaroe 2010). Keseimbangan cairan intraseluler serta nutrisi dalam dengan

lingkungan sekitar belum seimbang sehingga mikroalga perlu beradaptasi untuk

menjaga homeostasisnya. Mikroalga memasuki lingkungan yang baru sehingga

banyak perubahan metabolisme yang terjadi untuk bisa menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Berdasarkan kurva pertumbuhan yang diperoleh, fase lag

ditemukan pada hari ke-nol hingga hari pertama. Fase eksponensial atau logaritmik

ditemukan pada hari ke-2 hingga hari ke-15. Fase penurunan pertumbuhan dan

stasioner terjadi pada hari ke-16 sampai hari ke-21. Pertumbuhan mikoalga ini

mengikuti fase pertumbuhan bakteri.

Fase eksponensial ditunjukkan oleh Gambar 7 terlihat pada hari kedua

sampai hari ke 16. Titik awal naiknya Optical density mikroalga LBB13 AL0-48

terlihat pada hari kedua dan titik akhir fase eksponensial terjadi pada hari ke-15.

Pada fase awal eksponensial, kenaikan dari optical density dan nilai fluorometri

klorofil terlihat. Nilai fluorometri yang menunjukan intensitas klorofil meningkat

memperlihatkan bahwa metabolisme berupa proses fotosintesis pada mikroalga

mulai meningkat. Adanya penambahan unsur logam berperan sebagai koenzim

untuk metabolisme mikroalga. Unsur magnesium pada nutrien yang melimpah

berperan sebagai atom inti pada pembentukan cincin klorofil pada klorofil sehingga

pada fase ini karbon dioksida sebagai sumber karbon digunakan secara maksimal

15

dan metabolisme karbon yang paling banyak adalah penyusunan biomolekul

karbohidrat dalam bentuk glukosa, glikolipid untuk membran.

Hal ini sesuai dengan Kawaroe (2010) bahwa pada fase eksponensial

kondisi nutrisi melimpah ketika jumlah mikroalga awal yang sedikit, akibatnya

mikroalga dapat bertumbuh dan membelah secara cepat. Unsur nitrogen yang

ditambahkan pada media mendukung pertumbuhan mikroalga dalam bentuk

sintesis protein dan penyusun sel lainnya sehingga pada fase ini biomassa

dihasilkan dalam jumlah banyak. Mikroalga merupakan mikroorganisme yang

memiliki kemampuan membelah diri yang cepat ketika memasuki lingkungan

dengan nutrisi yang melimpah sehingga nutrisi yang terpakai untuk meningkatkan

jumlah sel lebih besar selain untuk keperluan metabolisme mikrolaga.

Fase penurunan pertumbuhan mulai terjadi pada hari ke-16. Berdasarkan

data mengenai kepadatan sel mikroalga ini, nilai kerapatan menurun dan sebanding

dengan jumlah sel mikroalga yang menurun pertumbuhannya. Jumlah mikroalga

mencapai nilai maksimal dan kadar nutisi untuk pertumbuhan mikroalga sudah

menurun karena mikroalga cenderung menggunakan nutrisi untuk

mempertahankan kehidupan dan menurunkan laju pertumbuhannya. Fase ini

menunjukkan terjadi persaingan nutrisi antar mikroalga. Intensitas klorofil masih

meningkat sehingga nutrisi yang terdapat di media pertumbuhan digunakan untuk

metabolisme mikroalga dibandingkan dengan pertumbuhan mikroalga sendiri.

Fase stasioner pada hari ke-17 sampai hari ke-21 mennunjukkan jumlah

mikroalga yang semakin stabil. Nilai kerapatan sel berada pada nilai 1,7 dan rerata

jumlah sel mikroalga mencapai 1400 x 105 sel. Nutrisi yang semakin terbatas

menyebabkan adanya sel mikroalga yang mati karena persaingan nutrisi tetapi fase

ini menjadi fase keseimbangan antara proses anabolisme dan katabolisme. Nutrisi

terbatas menyebabkan mikroalga menyimpan cadangannya dalam bentuk lipid

yang terlihat dari bentuk sel mikroalga yang semakin besar. Kondisi tertentu

misalnya stress, beberapa jenis mikroalga akan mengubah jalur biosintetik lipidnya

menjadi lemak netral (20- 50%) dan TAG (Orchidea et al 2010). Menurut Mansour

et al (2003), akumulasi lipid mikroalga terjadi pada fase stasioner dan logaritmik.

Sehingga ekstraksi lipid lebih baik dilakukan pada fase ini.

Gambar 8 Hubungan parameter pertumbuhan mikroalga LBB 13 yaitu intensitas

klorofil (y) vs hari (x)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0 5 10 15 20 25

Inte

nsi

tas

Klo

rofi

l

hari

16

Gambar 9 Reaksi pembentukan lipid yang dikatalisis oleh enzim asetil ko-A

karboksilase

Menipisnya sumber nitrogen menyebabkan metabolisme lipid pada

mikroalga meningkat (Liu 2011). Enzim yang terlibat dalam pembentukan lipid ini

adalah enzim asetil ko-A karboksilase (Liu 2011). Intensitas klorofil meningkat

menunjukkan metabolisme karbon dioksida yang masih berlangsung namun

metabolismenya dialihkan untuk membentuk lipid (umumnya trigliserida) (Dos

Santos 2005). Menurut Bigogno (2002), akumulasi lipid alga cenderung lebih

banyak terjadi pada fase stasioner. Saat masa transisi dari fase eksponensial menuju

fase stasioner, proporsi asam lemak palmitat dan oleat lebih tinggi daripada asam

lemak tidak jenuh (PUFA).

Ekstraksi lipid yang dilakukan mengikuti metode Bligh and Dyer. Ekstraksi

ini menggunakan prinsip kelarutan senyawa (like-dissolved-like) yang akan

diekstraksi. Lipid merupakan senyawa non polar dan memiliki kecenderungan

untuk larut dalam pelarut yang bersifat non polar seperti benzena, kloroform.

Kloroform akan memisahkan komponen non polar (lipid netral) dengan komponen

lipid yang polar seperti glikoprotein dan senyawa lainnya. Senyawa lipid pada

mikroalga banyak tersimpan dalam sitosol sehingga warna lipid mikroalga

mengikuti warna asli mikroalga yaitu hijau. Senyawa yang polar akan tertarik

kedalam pelarut polar yaitu metanol. Namun tidak semua senyawa polar akan larut

kedalam metanol.

Komponen seperti glikolipid dan fosfolipid memiliki kemungkinan terdapat

dalam fase kloroform. Golongan senyawa tersebut tidak diperlukan untuk langkah

pembuatan biodiesel karena komponen lipid yang diperlukan adalah dalam bentuk

triasilgliserol , diasilgliserol dan monoasilgliserol. Penambahan air akan membantu

melarutkan komponen tersebut karena sifat air dan metanol yang polar. Metode

Bligh Dyer memberikan yield sebesar 17,11% untuk bahan biomassa basah

dibandingkan 3,42% perolehan yield-nya untuk bahan kering. Mengingat metode

ini lebih sesuai digunakan pada bahan biomassa basah. Sedangkan untuk metode

Bligh Dyer modifikasi, bahan biomassa basah lebih tinggi (5,72%) daripada bahan

kering (0,48%). Metode Bligh Dyer memberikan kandungan As.Palmitat dalam

Chlorella vulgaris tertinggi (54,99%. berat) (Orchidea et al 2010).

17

Gambar 10 Urutan perlakuan sampel untuk ekstraksi lipid ; a. Sampel

sebelum disentrifuasi ; b. Biomassa basah (pellet) dari sentrifugasi ; c.

Pemisahan fase setelah diberikan kloroform, metanol, dan air

Gambar 11 Hasil akhir ekstraksi Bligh and Dyer ; lipid (kiri), biomassa (kanan)

Tabel 2 Nilai paramater pertumbuhan dan lipid mikroalga LBB13 AL0-48

Ulangan Laju

Pertumbuhan

Spesifik *

Produkivitas

Biomassa (g/L)

Konten

Lipid

(%)

Produktivitas

Lipid

Volumetrik (%) Awal Akhir

1 0.1831

0.065 0.137 31.51 43.1687

2 0.060 0.064 36.80 27.8434 Keterangan * : Parameter ini ditentukan pertama kali pada percobaan karakterisasi pertumbuhan

mikrolaga di mikroplate.

Tabel 1 menunjukkan jumlah sel mikroalga pada fase awal eksponensial dan

akhir eksponensial sebesar 153 x 105 sel dan 1378 x 105 sel sehingga pertumbuhan

spesifik pada mikroalga ini selama fase eksponensial adalah 18.31 % (lampiran 3).

Sedangkan produktivitas awal biomassa dari alga ini saat fase awal eksponensial

dalam kultivasi adalah 0.065 gram/L untuk sampel 1 dan 0.06 gram/L untuk sampel

2 (lampiran 4). Produktivitas biomassa pada fase akhir ekponensial adalah 0.137

gram/Liter untuk sampel 1 dan 0.0638 gram/Liter sampel 2. Parameter yang lain

yang dianalisis adalah konten lipid mikroalga ini. Pada ulangan pertama konten

lipid yang diperoleh sebesar 31.51 % dan 36.80 % pada ulangan kedua. Parameter

ketiga yang diukur adalah produktivitas lipid volumetrik. Produktivitas lipid

volumetrik pada sampel pertama dan kedua yaitu 43.1687 % ; 23.4784 % (lampiran

5). Menurut Iracema et al (2013), pengambilan biomassa seharusnya dilakukan

pada fase awal dan akhir eksponensial. Namun berdasarkan kurva pertumbuhan

mikroalga ini. Akhir eksponensial dengan fase stasioner sangat berdekatan dari segi

18

jumlah sel dan kerapatan sel mikroalga. Sehingga pengambilan biomassa dilakukan

sekaligus dengan hari ekstraksi lipid pada hari ke-17.

Hasil ini menunjukan bahwa peningkatan biomassa yang cukup signifikan

pada terjadi ulangan pertama dibandingkan ulangan kedua. Hal ini terjadi karena

terdapat faktor yang sangat mempengaruhi selama kultivasi. Perbedaan aerasi

(sistem aliran CO2) menyebabkan terjadinya perubahan seperti pergeseran proses

metabolisme dan pertumbuhan. Menurut Stoycheva et al (2011), sumber CO2 harus

diberikan secara kontinu tetapi setiap mikroalga memiliki toleransi maksimal

terhadap CO2. Mikroalga dapat mentoleransi CO2 sekitar 12% (Pulz 2001). Jika

kadar CO2 diberikan berlebih maka efisiensi untuk berfotosintesis akan menurun.

Akibatnya terjadi perubahan yang sangat cepat secara fisik (Gambar 12).

Hasil pengamatan mikroalga ini dibandingkan dengan spesies lain dalam

kelas Chlorophyceae yaitu Chlorella vulgaris memiiliki perbedaan yang jauh baik

dari sisi produktivitas lipid maupun biomassa. Chlorella vulgaris dalam media CHU

13 termodifikasi memiliki laju pertumbuhan spesifik 0.53 generasi per hari,

produktivitas biomassa Namun mikroalga ini memiliki konten lipid yang tinggi

dibandingkan dengan produktivitas biomassanya. Konten lipid yang terkandung

dalam mikroalga sebagian besar adalah triasilgliserol (TAG). Kandungan lipid rata-

rata mikroalga berurutan dari 20 % sampai 40 % berat kering. Namun kandungan

asam lemak yang terikat dalam molekul triasilgliserol belum diketahui jenisnya.

Gambar 12 Perbedaan warna pada kedua ulangan mikroalga ; ulangan 1 (kiri) ;

ulangan 2 (kanan).

Gambar 13 Proses transesterifikasi lipid trigiliserida menjadi asam lemak metil

ester (FAME)

19

Penelitian yang perlu dilanjutkan adalah penelitian mengenai komponen

asam lemak yang terdapat dalam konten lipid mikroalga ini. Transesterifikasi

menjadi proses yang penting dalam mengubah komponen lipid sitosol ;

triasilgliserol, diasilgliserol dan monoasilgliserol menjadi asam lemak metil ester

(FAME) yang menjadi bahan penting untuk biodiesel. Senyawa FAME dianalisis

golongan asam lemaknya dengan menggunakan kromatografi gas-spektroskopi

masa. Setiap asam lemak metil ester (FAME) memiliki karakteristik dan pengaruh

terhadap kualitas biodiesel karena setiap asam lemak metil ester memiliki derajat

kejenuhan yang akan mempegaruhi indikator kualitas biodiesel. Indikator tersebut

anatara lain dari iodine value (IV), cetane number (CN), dan cold filter plugging

point (CFPP). Asam lemak yang memiliki kualitas terbaik untuk biodiesel adalah

asam lemak dengan derajat kejenuhan sedang (memilki satu ikatan rangkap ganda)

atau monounsaturated fatty acid contohnya palmitoleat (C16:1) dan oleat (Iracema

et al 2013).

Metode lain yang dapat digunakan untuk mengukur konten lipid adalah

metode nile red. Metode ini praktis untuk mengukur lipid secara langsung dengan

bantuan spektrofotometer. Prinsip metode ini adalah reagen Nile red menembus

membran sel kemudian mewarnai lipid mikroalga yang terdapat pada sitosol

sehingga memunculkan fluoresensi yang dapat diukur secara kualitatif maupun

kuantitatif. Selain itu metode ini memberikan hasil yang lebih baik dari segi konten

lipid dan tidak memakan waktu yang lama (Chen et al 2009). Karakterisasi awal

seperti sekuesnsing terhadap asam nukleat atau enzim asetil ko-A karboksilase

menjadi cara alternatif dalam mengkarakterisasi awal suatu mikroalga. Sehingga

rekayasa genetik terhadap enzim ini dapat menjadi cara lain untuk memperoleh

lipid dalam jumlah banyak dan memiliki kualitas asam lemak yang baik untuk

biodiesel (Steychova 2011).

20

SIMPULAN DAN SARAN

Mikroalga LBB 13 Al0-48 telah dikarakterisasi pertumbuhannya selama 21

hari pengamatan. Mikroalga ini memiliki ciri yang mirip dengan kelas

Chlorophyceae. Fase eksponensial teramati pada hari kedua hingga hari keempat

belas. Selama fase eksponensial terjadi peningkatan jumlah sel, intensitas klorofil,

serta produktivitas biomasssa. Konten lipid yang diperoleh dari metode Bligh and

Dyer pada dua sampel mikroalga pada akhir eksponensial sebesar 31 % dan 36%.

Sehingga mikroalga ini menjadi potensi sebagai sumber bahan baku biodiesel.

Karakterisasi pertumbuhan dilakukan dengan dua kali pengulangan.

Namun, hasil yang diperoleh sangat berbeda karena faktor pengaruh aerasi yang

berbeda. Sehingga pengawasan terhadap faktor yang mempengaruhi mikroalga

harus dilakukan secara rutin. Selain itu metode untuk memperoleh lipid yang lebih

efisien dan efektif dapat dilakukan dengan metode lain seperti metode Nile Red.

Konten lipid mikroalga yang cukup besar perlu dilanjutkan transesterifikasi dan

analisis dengan kromatografi untuk melihat asam lemak yang berpotensi sebagai

biodiesel. Rekayasa genetik melalui enzim asetil ko-a karboksilase dapat menjadi

langkah alternatif lebih lanjut untuk memaksimalkan konten lipid pada mikroalga

ini.

21

DAFTAR PUSTAKA

[EIA] U.S Energy Information and Administration. 2013. International Energy

Outlook 2013. Washington D.C (U.S) : EIA

[IEA] International Energy Agency.2013. World Energy Outlook 2013. Paris

(FRA) : IEA

Andersen R A, Berges J A, Harrison P J, Watanabe M M. 1997. Recipes for

freshwater and seawater media. Algal culturing techniques :429-538.

Bigogno C, Khodzin Goldberg I, Boussiba S, Vonshak A, Cohen Z. 2002. Lipid

and Fatty Acid Composition of the Green Oleaginous alga, Parietochloris

insica, the Richest Plant Source of Arachidonic Acid. Phytochemistry 60 :

497-503.

Bintang Maria. 2009. Teknik Penelitian Biokimia. Jakarta (ID): Erlangga

Bligh E.G, W.J. Dyer. 1959. A Rapid Method for Total Lipid Extraction and

Purification. Can.J. Biochem Physiol Vol 37: hal 911-917

Chen Wei, Zhang Chengwu, Song Lirog, Sommerfiled Milton, Qiang Hu. 2009. A

High Throughput Nile Red Method for Quantitative Measurement of Neutral

Lipids in Microalgae. Journal of Microbiological Methods 77:41-47

Chisti Y. 2007. Biodiesel from Microalgae. Biotechnology Advances 25:294- 306

Dos Santos M D. Guaritini T, Lopes J L C, Colepicolo P, Lopes N P. 2005. Plant

Cell and Microalgae Culture Dalam Buku Biotechnology in Medicinal

Chemistry and Industry. Kerala (IND) : India

Nascimento Iracema Andrade, Marques Sheyla Santa Izabel, Cabanelas Iago Teles

Dominguez, Pereira Solange Andrade, Druzian Janice Isabel, de Souza

Carolina Oliveira, Daniele Vital Vich, de Carvalho Gilson Correira,

Nascimento Mauricio Andrade. 2013. Screening Microalgae Strains for

Bodieel Production : Lipid Productivity and Estimation of Fuel Quality Based

on Fatty Acids Profliles as Selective Criteria. Bioenerg. Res 6:1-13

Graham Robert Stansell, Gray Myles Vincent, Sym David Stuart. 2012. Microalgal

Fatty Acid Composititon : Implications for Biodiesel Quality. J.Appl.Phycol

24 : 791-801

Kato S. 1982. Laboratory Culture and Morphology of Colacium vesiculosum Ehrb.

(Euglenophyceae). Jap. J. Phycol. 30: 63-67.

Kawaroe Mujizat, Pratono Tri, Sunudin Adriani, Wulan Sari Dahlia, Augustinus

Dina. 2010. Mikroalga : Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio

Bahan Bakar. Bogor (ID) : IPB Press

Liu Z-Y, Wang G C, Zhou B C. 2008. Effect of Iron on Growth and Lipid

Accumulation in Chlorella vulgaris. Bioresour Technol 99:4717-4722

Mansour M P, Volkman J K, Blackburn S I. 2003. The Effect of Growth Phase on

The Lipid Class, Fatty Acid, and Sterol Composition in The Marine

Dinoflagellatae, Gymnodinium sp. In Batch Culture. Phytochemistry 26:145-

153

Oligae.2006.Large-scale Biodiesel Production from Algae. Oilgae [Internet].

[diunduh 05/09/2015].com /algae/oil/biod/large_scale/large_scale.html,

26/12/2006

Orchidea Rachmaniah, Setyarini Reni Dwi, Maulida Lailatul. 2010. Pemilihan

Metode Ekstraksi Minyak Alga dari Chlorella sp. dan Prediksinya sebagai

22

Biodiesel. Di dalam : Soehadi Reksowardojo, editor. Seminar Teknik Kimia.

2010. Surabaya, Indonesia. Surabaya (ID) : ITS. Hlm. 1-10

Piorreck M, Pohl P. 1984. Prepatory Experiments for the Axenic Mass Culture of

Microalgae. 2. Formation of Biomass, Total Protein, Chlorophylls, Lipid and

Fatty Acids in Green and Blue-Green Algae During One Growth Phase.

Phytochem 23 :217-223

Pulz O. 2001. Photobioreactors : Production System for Phototropic

Microorganisms. Appl. Microbiol. Biotechtol 57(3): 287-293

Riyono Hadi Sumijo.2006. Beberapa Pengukuran Klorofil Fitoplankton. Oseana

31(3):33-44

Stoycheva Margarita, Montero Gisela. 2011. Biodiesel : Feedstocks and Processing

Technlogies. Croatia (CRO) : Intech

Verma N H, Mehrotra S, Amitesh Shukla, Mishra B N. 2010. Prospective of

biodiesel production utilizing microalgae as the cell factories: A

comprehensive discussion. African Journal of Biotechnology 9(10): 1402–

1411.

23

Lampiran

24

Gambar 1 Diagram alir praktik lapang bulan pertama

Orientasi tempat praktik lapang

Studi pustaka mengenai metode dan bahan

Kultivasi Mikroalga LBB13 AL0-48

Pengukuran OD dan intensitas klorofil

bakteri

Penhitungan Jumlah sel

Kultivasi bakteri R.marinum

Pembuatan kurva pertumbuhan

Analisis data

Pembuatan dan Sterilisasi media AF6

25

Gambar 2 Diagram alir praktik lapang bulan kedua

Keterangan ; * dilakukan setiap hari kerja

: ** dilakukan dengan 3 kali ulangan

: o diperoleh dari data praktik lapang bulan pertama

Kultivasi mikroalga LBB13 AL0-48

Pengaturan aerasi*

Pengambilan sampel hari ke-2**o

Penghitungan biomassa basah sampel

Sentrifugasi

Kultivasi bakteri R.marinum

Pengambilan sampel hari ke-14**o

Sentrifugasi

Ekstraksi lipid

Penghitungan bobot lipid dan biomassa

Analisis data

26

Tabel 1 Hasil pengamatan dan perhitungan lipid mikroalga LBB13 AL0-48

Sampling Ulangan Bobot Biomassa

(gram)

Bobot Lipid

(gram)

Konten Lipid

(%)

1 1 0.0206 0.0457 31.06

2 0.0208 0.0467 30.81

3 0.0234 0.0482 32.66

Rerata persen lipid 31.51

2 1 0.0121 0.0204 37.23

2 0.0110 0.0181 37.81

3 0.0121 0.0221 35.37

Rerata persen lipid 38.60

Perhitungan konten lipid (Nascimento et al 2013)

a. Konten Lipid = bobot lipid (gram)

bobot lipid +bobot biomassa (gram) x 100 %

b. Konten Lipid (sampel 1 ulangan 1) = 0.0457

0.0457 +0.02 x 100 % = 31.06 %

c. Rerata Konten Lipid (sampel 1) = ∑ 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛 𝐿𝑖𝑝𝑖𝑑3

1 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1

3 x 100 %

= 31.06 % + 30.81 % + 32.66 %

3 x 100 % = 31.51 %

Perhitungan laju pertumbuhan spesifik (Nascimento et al 2013)

Diketahui ;

a. Nx = Jumlah sel pada fase awal eksponensial (tx = 2) = 153 x 105 sel

Ny = Jumlah sel pada fase akhir eksponensial (ty = 14) = 1378 105 sel

µ = ln(

𝑁𝑦𝑁𝑥⁄ )

𝑡𝑦 − 𝑡𝑥𝑥 100 % =

ln (1378153⁄ )

14 − 2 = 0.1831

27

Tabel 2 Penentuan biomassa mikroalga pada fase awal dan akhir eksponensial

Sampel Ulangan Bobot tabung sentrifus/

Falcon (gram)

Biomassa

tertimbang

(g) + Biomassa Kosong

1 1 10.5225 10.5212 0.0013

2 10.5166 10.5152 0.0014

3 10.5544 10.5532 0.0012

2 1 10.3669 10.3658 0.0011

2 10.7062 10.7048 0.0014

3 10.3826 10.3815 0.0011

Sampling Ulangan Biomassa

kering (gram)

Bobot Lipid

(gram)

Biomassa

total (gram)

1 1 0.0206 0.0457 0.0663

2 0.0208 0.0467 0.0675

3 0.0234 0.0482 0.0716

2 1 0.0121 0.0204 0.0663

2 0.0110 0.0181 0.0675

3 0.0121 0.0221 0.0716 Contoh perhitungan

a. Perhitungan biomassa awal sampel 1, ulangan 1

𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 (𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 + 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎) − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 10.5225 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 10.5212 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0.0013 𝑔𝑟𝑎𝑚

b. Perhitungan biomassa akhir sampel 1, ulangan 1

𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 + 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑖𝑝𝑖𝑑 𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.0206 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 0.0457 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0.0663 𝑔𝑟𝑎𝑚

28

Tabel 3 Penentuan produktivitas biomassa

Sampel Ulangan Bobot biomassa Bobot Biomassa (g/L)

Awal

(per 20 mL)

Akhir (per

500 mL)

Awal Akhir

1 1 0.0013 0.0663 0.065 0.132

2 0.0014 0.0675 0.070 0.135

3 0.0012 0.0716 0.060 0.143

Rerata 0.0013 0.0685 0.065 0.137

2 1 0.0011 0.0325 0.055 0.065

2 0.0014 0.0291 0.070 0.058

3 0.0011 0.0342 0.055 0.068

rerata 0.0012 0.0319 0.060 0.064

Perhitungan Produktivitas Biomassa (Nascimento et al 2013)

c. Konversi rerata biomassa ulangan 1 awal eksponensial

𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙 (𝑔

𝐿) =

0.0013 𝑔𝑟𝑎𝑚

20 𝑚𝐿𝑥

1000 𝑚𝐿

1 𝐿= 0.0065 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟

d. Konversi rerata biomassa ulangan 1 akhir eksponensial

𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙 (𝑔

𝐿) =

0.0685 𝑔𝑟𝑎𝑚

500 𝑚𝐿𝑥

1000 𝑚𝐿

1 𝐿= 0.137 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟

29

Gambar 3 Struktur organisasi LIPI Bioteknologi Cibinong

30

Gambar 4 Kondisi ruang kultur mikroalga

31

Gambar 5 Kondisi ruang fermentasi

32

Gambar 6 Kondisi laboratorium Bioenergi dan Bioproses LIPI

33

Gambar 7 Peralatan yang digunakan selama praktik lapang

A. Mikroskop Inverted Olympus CKX 41 B. Autoklaf MERK TOMY

C Sentrifus Termo D. Mikropipet

E. Neraca Analitik Sartorius BI 2245 E. Oven