laporan pl udah jadi yeahhh
TRANSCRIPT
KARAKTERISASI DAN ANALISIS LIPID DARI
MIKROALGA LBB13 ALO-48 YANG TELAH DIISOLASI
DARI BENGKULU
AGUSTINUS HADI PRASETYO
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
KARAKTERISASI DAN ANALISIS LIPID DARI
MIKROALGA LBB 13 AL-048 YANG TELAH DIISOLASI
DARI BENGKULU
AGUSTINUS HADI PRASETYO
Laporan Praktik Lapangan
di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Laboratorium Bioenergi dan Bioproses
Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46, Cibinong, Bogor 16911
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
KARAKTERISASI DAN ANALISIS LIPID DARI
MIKROALGA LBB 13 ALO-48 YANG TELAH DIISOLASI
DARI BENGKULU
AGUSTINUS HADI PRASETYO
Praktik Lapangan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul : Karakterisasi dan Analisis Lipid dari Mikroalga LBB13 AL-048 yang telah
diisolasi dari Bengkulu
Nama : Agustinus Hadi Prasetyo
NIM : G84120080
Disetujui oleh
Prof. Dr.drh. Maria Bintang, MS
Pembimbing Utama
Swastika Praharyawan, MSi Apt
Pembimbing Lapangan
Diketahui oleh
Ketua Departemen Biokimia
FMIPA IPB
Dr Ir I Made Artika, MAppSc
NIP. 1963011719890310001
Tanggal Lulus:
i
PRAKATA
Syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa telah menyertai dan membimbing
penulis sehingga kegiatan praktik lapang (PL) dan penulisan laporan ini dapat
diselesaikan dengan baik. Laporan praktik lapang dibuat berdasarkan hasil kegiatan
yang telah dilakukan di Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Penelitian Ilmu
Pengetahuan (LIPI) Cibinong Laboratorium Bioenergi dan Bioproses yang
dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2015 hingga 22 Agustus 2015 dengan judul
“Karakterisasi Pertumbuhan serta Analisis Lipid dari Mikroalga LBB 13 AL-048
yang telah Diisolasi dari Bengkulu”.
Terima kasih yang paling utama penulis sampaikan untuk orang tua serta
keluarga yang senantiasa selalu mendukung dan memberi motivasi kepada penulis
dalam segala hal. Penulis menyampaikan terima kasih kepada pembimbing utama
Prof.dr.Maria Bintang, MSi dan pembimbing praktik lapangan, Swastika
Praharyawan, MSi Apt atas bimbingannya kepada penulis selama praktik lapangan
berlangsung. Terima kasih penulis sampaikan kepada kepala Laboratorium
Bioproses dan Bioenergi, Dr.Dwi Susilaningsih, M.Pharm yang menyambut dan
mendidik penulis selama praktik lapang ini. Terima kasih juga tidak lupa penulis
sampaikan kepada mbak Dian, mbak Hani, mbak Pipit, mbak Hilda, mbak Puspita,
mbak Peza, mas Indra dan mas Rifana sebagai analis yang telah banyak membantu
penulis dalam segala hal teknis saat praktik lapangan di Puslit Bioteknologi LIPI.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna. Maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya laporan yang
lebih struktural dan rapi. Atas kritik dan saran yang diberikan, penulis
menyampaikan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis maupun pembaca.
Bogor, September 2015
Agustinus Hadi Prasetyo
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iii
PENDAHULUAN 1
Latar belakang 1
Tujuan 2
KEADAAN UMUM PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI LIPI CIBINONG
2
Sejarah Lembaga dan Perkembangan 2
Tugas dan Fungsi 3
Struktur Organisasi 3
Visi dan Misi 3
Fasilitas, Jasa Pelayanan, dan Publikasi 4
TINJAUAN PUSTAKA 5
Mikroalga 5
Perhitungan kepadatan dan fluoresensi klorofil mikroalga 6
Biodiesel 7
METODE PRAKTIKUM 9
Waktu dan Tempat 9
Alat dan Bahan 9
Prosedur Percobaan 9
Pembuatan dan sterilisasi media AF6 (Andersen et al 2000) 9
Karakterisasi pertumbuhan dengan spektrofotometri 9
Kultivasi mikroalga ke dalam botol berukuran 500 mL. 10
Sampling mikroalga untuk menentukan produktivitas biomassa 10
Ekstraksi dan penentuan bobot dari lipid dan biomassa mikroalga (Bligh dan
Dyer 1959) 11
Analisis konten lipid dan produktivitas lipid (Nascimento et al 2013) 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
SIMPULAN DAN SARAN 20
DAFTAR PUSTAKA 21
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram alir praktik lapang bulan pertama 24
Gambar 2 Diagram alir praktik lapang bulan kedua 25
Gambar 3 Struktur organisasi LIPI Bioteknologi Cibinong 29
Gambar 4 Kondisi ruang kultur mikroalga 30
Gambar 5 Kondisi ruang fermentasi 31
Gambar 6 Kondisi laboratorium Bioenergi dan Bioproses LIPI 32
Gambar 7 Peralatan yang digunakan selama praktik lapang 33
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil pengamatan dan perhitungan lipid mikroalga LBB13 AL0-48 26
Tabel 2 Penentuan biomassa mikroalga pada fase awal dan akhir eksponensial 27
Tabel 3 Penentuan produktivitas biomassa 28
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Praktik Lapangan adalah kegiatan mata kuliah yang menunjang mahasiswa
dalam mengembangkan dan menemukan ilmu baru yang tidak diperoleh selama
mahasiswa kuliah. Melalui kegiatan plraktik lapang mahasiswa semakin terampil
dalam menggunakan teknin yang diajarkan selama praktikum di laboratorium
Departemen Biokimia IPB dan menemukan cara baru menggunakan peralatan baru
di tempat praktik lapang. Mahasiswa melakukan praktik lapang di Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia untuk menemukan mikroalga yang tepat untuk
menghasilkan sumber energi yang cukup dan baik. Sehingga hasil praktik lapang
diharapkan memberi sumbangan ilmu pengetahuan untuk mengatasi krisis
kebutuhan energi.
Kebutuhan energi sebagai bahan bakar untuk membantu aktivitas manusia
sudah menjadi hal yang penting. Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak dan
gas bumi sudah dipakai sejak lama oleh manusia. Pemakaian bahan bakar fosil yang
berkelanjutan menyebabkan manusia meghadapi dua permasalahan yang cukup
serius. Pertama, persediaan bahan bakar fosil yang semakin menipis yang
menimbulkan kelangkaan bahan bakar di berbagai negara. Seiring dengan laju
pertambahan kendaraan bermotor konsumsi BBM makin meningkat.Tingkat
konsumsi terhadap minyak rata-rata naik 6 % pertahun. Konsumsi terbesar adalah
minyak diesel (solar) yang mencapai 22 juta kiloliter pada tahun 2002 sedangkan
produksi minyak bumi Indonesia saat ini tinggal 942.000 barrel perhari.
Permasalahan kedua adalah perubahan iklim global yang disebabkan emisi karbon
dioksida. Meningkatnya permintaan energi dunia dari bahan bakar fosil berperan
penting terhadap peningkatan emisi karbon dioksida (CO2). Sejak Revolusi
Industri, emisi CO2 tiap tahunnya meningkat pesat dari mendekati nol sampai lebih
31 GtCO2 pada tahun 2011 (IEA 2013). Emisi CO2 secara global diperkirakan
meningkat dari 31,2 milyar metrik ton pada tahun 2010 menjadi 36,4 milyar metrik
ton pada tahun 2020 dan 45,5 milyar metrik ton pada 2040 (EIA 2013). Kedua
permasalahan tersebut membuat manusia kini mencari sumber energi yang tepat
untuk pengganti bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar hayati dapat
mengurangi emisi gas CO2, serta mengurangi efek rumah kaca, perubahan iklim
dan pemanasan global, krisis energi dan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Bio-fuel merupakan salah satu sumber energi yang diteliti paling banyak.
Bio-Fuel (bahan bakar hayati) diperoleh dari tumbuhan tingkat tinggi pada
umumnya seperti tanaman jarak, kacang kedelai, minyak kelapa sawit, jagung dan
lainnya. Selain itu, tumbuhan dalam laut memiliki potensi sebagai bio-fuel. Namun
kajian yang berkaitan dengan tumbuhan laut masih jauh tertinggal dibandingkan
dengan penggunaan bio-fuel tumbuhan darat yang saat ini diterapkan ke kendaraan.
Penggunaan tumbuhan darat yang berkelanjutan membuat permasalahan baru.
Pemakaian tumbuhan darat sebagai Bio-Fuel masih bersaing dengan penggunaanya
seebagai tumbuhan pangan. Selain itu penggunaan tumbuhan darat sebagai bio-Fuel
memerlukan lahan yang luas sehingga terjadi perusakan hutan.
2
Mikroalga adalah organisme primitif mirip tumbuhan, kelompok
fitoplankton yang berukuran renik (seluler) yang hidup di selururh wilayah
perairan, baik air tawar maupun air laut, Mikroalga menjadi produsen utama dalam
laut karena mikroalga memiliki kemampuan untuk berfotosintesis. Selama ini
mikroalga dikenal sebagai bahan baku industri kosmetika dan farmasi karena
adanya kandungan biomolekul seperti protein, lemak dan asam lemak tak jenuh dan
beberapa metabolit sekunder seperti vitamin dan pigmen. Potensi mikroalga
sebagai bio-fuel ditemukan karena mikroalga memiliki kandungan minyak. Selain
iu sejumlah proses seperti biofotolisis dan fermentasi memungkinkan mikroalga
menghasilkan gas hidrogen yang selanjutnya bisa dikonversi menjadi panas, listrik
dan sumber energi lainnya.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong merupakan salah
satu balai penelitian yang meneliti potensi mikroalga sebagai bio-fuel. Pusat
penelitian potensi mikroalga di LIPI terpusat pada bagian Bioteknologi yang
bertempat di Laboratorium Bioenergi dan Bioproses. Mahasiswa membantu
penelitian dosen pembimbing yang berjudul Karakterisasi Pertumbuhan dan
Analisis Lipid dari Mikroalga Koleksi LBB AL-048 yang telah diisolasi dari
perairan di Bengkulu.
Tujuan
Praktik lapang ini bertujuan mengkarakterisasi mikroalga LBB13 AL-048
dari pertumbuhan mikroalga dan menentukan pola pertumbuhan mikroalga serta
menganalisis hasil ekstraksi lipid mikroalga tersebut untuk sebelum menjadi
biodiesel.
KEADAAN UMUM PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI LIPI
CIBINONG
Sejarah Lembaga dan Perkembangan
Pusat penelitian (Puslit) Bioteknologi LIPI, awalnya bernama Pusat
Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bioteknologi LIPI yang didirikan pada
tanggal 13 Januari 1986 berdasarkan Kepres RI No.1 tahun 1986 dan berada di
bawah Deputi bidang Ilmu Pengetahuan Hayati. Puslit Bioteknologi didirikan
dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan bioteknologi di Indonesia.
Pada bulan April 1993, Puslit Bioteknologi LIPI masih berada dalam satu
bangunan dengan Puslitbang Biologi LIPI Bogor, yaitu di Gedung Kusnoto yang
terletak pada di Jalan Ir.H. Djuanda No. 18 Bogor. Kemudian sejak tanggal 1
Oktober 1993, karena beberapa pertimbangan, semua kegiatan Puslit dipindahkan
ke Jalan Raya Bogor Km 46 Cibinong. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI telah
ditetapkan menjadi salah satu pusat unggulan bioteknologi pertanian II berdasarkan
SK Menteri Riset dan Teknologi. Pada tahun 2001 sesuai SK Kepala
LIPI No. 1151/Kep/2001 Puslitbang Bioteknologi LIPI berubah nama
menjadi Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI. Struktur organisasi Puslit
Bioteknologi-LIPI sesuai dengan reorganisasi di semua struktur LIPI.
3
Tugas dan Fungsi
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI sesuai dengan Keputusan Kepala LIPI
Nomor 1151/Kep/M/2001 mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan
kebijakan, menyusun pedoman, memberi bimbingan teknis, menyusunan rencana
dan program, melaksanaan penelitian bidang bioteknologi, serta evaluasi dan
penyusunan laporan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Puslit Bioteknologi LIPI
memiliki tugas untuk menyiapkan bahan perumusan kebijakan penelitian bidang
bioteknologi, menyusun pedoman, membina dan memberikan bimbingan teknis
bidang bioteknologi, menyusun rencana, program dan pelaksanaan penelitian
bidang bioteknologi, memantau pemanfaatan hasil penelitian bidang bioteknologi,
melayani jasa ilmu pengetahuan dan teknologi bidang bioteknologi, mengevaluasi
dan menyusun laporan penelitian bioteknologi, serta melaksanakan urusan tata
usaha.
Struktur Organisasi
Pusat Penelitian Bioteknologi berada di bawah Deputi Bidang Ilmu
Pengetahuan Hayati LIPI. Secara struktural, Pusat Penelitian Bioteknologi
dipimpin oleh seorang kepala dan terdiri atas bagian Tata Usaha serta tiga bidang
penelitian, yaitu Bidang Biologi Molekuler, Bidang Biologi Sel dan Jaringan, serta
Bidang Bioproses.
Bidang-bidang tersebut memiliki berbagai tugas yang berbeda. Bidang
Biologi Molekuler mempunyai tugas mengembangkan kemampuan di bidang
genetika molekuler dan rekayasa protein, rekombinan DNA, regulasi dan ekspresi
gen untuk perbaikan sifat guna meningkatkan nilai ekonomi produk atau proses
yang diinginkan. Bidang Biologi Sel dan Jaringan mempunyai tugas
mengembangkan kemampuan di bidang biologi sel dan jaringan tumbuhan, hewan,
dan mikroorganisme untuk meningkatkan nilai ekonomi produk atau proses yang
diinginkan. Bidang Bioproses mempunyai tugas mengembangkan kemampuan di
bidang bioproses, menggunakan hasil-hasil penelitian dari Bidang Biologi Sel dan
Jaringan serta Biologi Molekuler, mengembangkan proses bioteknologi baru serta
membakukan metode pengembangan bioproses dan pengolahan hasilnya.
Bidang Bioproses memiliki tiga laboratorium, yaitu Laboratorium
Fermentasi, Laboratorium Kimia Bahan Alam, dan Laboratorium Akuakultur.
Bidang Tata Usaha bertugas melaksanakan pelayanan administrasi bagi seluruh
satuan kerja di lingkungan Puslit Bioteknologi maupun pihak lain yang berkaitan
dengan urusan kerja sama penelitian dan pelayanan jasa informasi. Dalam
melaksanakan tugas-tugas tersebut, bagian tata usaha menyelenggarakan fungsi-
fungsi, yaitu melaksanakan urusan kepegawaian; melaksanakan urusan tata usaha;
keuangan; kearsipan; rumah tangga; dan inventarisasi barang milik/kekayaan
negara; pelaksanaan urusan administrasi kerja sama dan pelayanan jasa bidang
bioteknologi.
Visi dan Misi
Visi Puslit Bioteknologi-LIPI mengacu pada visi IPTEK 2025 yaitu
“Terwujudnya IPTEK sebagai kekuatan utama untuk kesejahteraan berkelanjutan
4
dan peradaban bangsa” dan visi LIPI yang berbunyi “Terwujudnya kehidupan
bangsa yang adil, cerdas, kreatif, integratif dan dinamis yang didukung oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi yang humanistik”. Berdasarkan dua visi tersebut
disusunlah visi Puslit Bioteknologi-LIPI yaitu: “Menjadi lembaga penelitian
bioteknologi terdepan yang didukung oleh sumber daya profesional.” Adapun
misinya adalah menguasai IPTEK di bidang bioteknologi agar menjadi penggerak
utama dan acuan dalam meningkatkan kemajuan bangsa dan pembangunan
berkelanjutan; pengungkapan, peningkatan nilai tambah dan penyelamatan sumber
daya alam hayati melalui penguasaan biologi molekuler, sel dan jaringan, serta
bioproses; memberikan masukan kepada pemerintah dalam menyusun kebijakan di
bidang bioteknologi dan ikut serta dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa
melalui pemasyarakatan IPTEK bidang bioteknologi; meningkatkan kinerja dan
tata kelola lembaga riset yang baik (good corporate governance); dan
meningkatkan profesionalitas, kesejahteraan pegawai, dan karyawan.
Fasilitas, Jasa Pelayanan, dan Publikasi
Puslit Bioteknologi LIPI mempunyai dua gedung laboratorium untuk
kegiatan penelitian, satu gedung administrasi, perpustakaan, dan auditorium.
Institusi ini dilengkapi dengan fasilitas peralatan yaitu mikromanipulator, unit
elektroforesis, kromatografi gas (KG), kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT),
DNA sequencer, ruang pendingin, sentrifus, fermentor, ruang laminar, biosafety
containment electrofusion, unit kriopreservasi, penganalisis asam amino, sistem
phast, ultrasentrifus, inkubator kultur, inkubator goyang, mesin Polymerase Chain
Reaction (PCR), penembak partikel, pengering beku, dan fasilitas laboratorium
standar lainnya.
Jasa pelayanan yang tersedia pada lembaga ini, yaitu: analisis genetika,
analisis biokimia, pemuliaan kultur mikroba, konsultasi dan informasi penelitian,
seminar dan lokakarya, teknologi fermentasi, teknologi enzim, teknologi
transformasi tanaman, dan teknologi embrio. Lembaga ini juga menyediakan
fasilitas penelusuran informasi secara manual melalui pangkalan data, CD, dan
fotokopi. Puslit Bioteknologi LIPI menerbitkan tiga sarana publikasi, yaitu Annales
Bogorlensis yang memuat artikel ilmiah, Warta Biotek, dan Abstrak Biotek untuk
memantau artikel-artikel terbaru mengenai bioteknologi.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroalga
Mikroalga merupakan organisme tumbuhan paling prmitif berukuran
seperti sel dan umumnya dikenal sebagai fitoplankton. Mikroalga ditemukan
dengan berbagai variasi bentuk, warna, dan ukuran dari pikoplankton (0.2 hingga 2
mikrometer) hingga berukuran besar. Mikroalga ditemukan banyak dari berbagai
kelas seperti Chlorophyceae, Chrysophyta, Bacillariophyceae, Cyanophyceae.
Habitat hidupnya adalah di wilayah perairan. Mikroalga berperan pentiing sebagai
produsen utama dalam rantai makanan untuk kebutuhan energi mahkluk karena
organisme ini mampu melakukan proses fotosintesis seperti yang dilakukan oleh
tumbuhan tingkat tinggi. Organisme ini memiliki peran penting dalam jaring
makanan dan merupakan materi organik dalam sedimen laut sehingga diyakini
sebagai dasar pembentukan minyak bumi yang dikenal sebagai bahan bakar fosil.
Pola pertumbuhan mikroalga seperti pola pertumbuhan bakteri yang terdiri
dari lima fase yaitu fase lag, eksponensial, penurunan pertumbuhan, stasioner , dan
kematian (Kawaroe 2010). Pola pertumbuhan mikroalga menjadi faktor penting
dalam produksi massal mikroalga dan produk bioteknologi dari mikroorganisme
ini. Produksi mikroalga secara global dalam eksosistem perairan diperkirakan
mencapai 10.000 m3/tons dengan spesies terbanyak yang dikultivasi adalah
Spirulina, Chlorella, Dunaliela, Haematococcus. Mikroalga diketahui memiliki
potensi sebagai sumber energi dalam beberapa kasus seperti pembakaran langsung
dari produksi hidrogen. Sistem pencernaan secara anaerobik pada mikroalga dapat
diaplikasikan kedaalam pembentukan biogas. Spesies mikroalga dengan produksi
lipid yang tinggi berpotensi sebagai biodiesel. Menurut Mansour et al (2003),
akumulasi lipid dan biomassa mikroalga terjadi pada fase stasioner dan logaritmik
karena tujuan dari karakterisasi ini untuk menentukan fase eksponensial hingga
stasioner untuk pemanenan. Penelitian yang telah dilakukan adalah mencari spesies
alga dengan produksi lipid yang tinggi. Mikroalga yang berpotensi sebagai
biodiesel hingga saat ini berasal dari kelas Chlorophyceae (alga hijau), dan
Bacilliarophyceae (diatom). Mikroalga memiliki laju pertumbuhan yang lebih
tinggi dibandingkan tumbuhan karena ukurannya yang kecil membuat luas
permukaan semakin besar sehingga memberikan peluang besar untuk menerima
sinar matahari dan mempermudah untuk melakukan fotosisntesis secara efisien.
Mikroalga akhirnya bertumbuh dan memproduksi biomassa dalam jumlah yang
banyak.
Gambar 1 Kenampakan mikroalga
6
Gambar 2 Jalur sintesis biomolekul mikroalga
Komponen utama yang terdapat dalam sel mikroalga terdiri dari protein,
karbohidrat dan lipid. Mikroalga secara alami memproduksi lipid sebagai bagian
dari struktur sel seperti membran sel dan molekul sinyal dan sebagai komponen
penyimpanan sama seperti penyimpanan lemak pada hewan dan manusia. Lipid
yang disintesis dalam mikroalga ditemukan dalam variasi struktur kimia yang
berbeda seperti dalam bentuk lilin, ester, dan kolesterol. Sintesis lipid pada
mikroalga belum diteliti secara jelas. Namun proses sintesis lipid erat kaitanyya
dengan sintesis lipid yang dilakukan oleh enzim asetil ko-a karboksilase. Lipid yang
sering ditemukan umumnya dalam bentuk triasilgliserol (TAG), fosfolipid dan
glikolipid. Asam lemak yang terdapat dalam lipid ini memiliki ciri rantai panjang
dan tidak bercabang. Asam lemak ini dikelompokkan berdasarkan jumlah atom
karbon pada rantai karbon serta jumlah ikatan rangkap seperti asam lemak jenuh ,
asam lemak tunggal tak jenuh (Monounsaturated Fatty Acids (MUFAs)), asam
lemak jamak tak jenuh (Polyunsaturated Fatty Acids (PUFAs)). Mikroalga yang
ditemukan memiliki asam lemak dengan jumlah rantai karbon yang berjumlah 12
hingga 26 atom C dengan asam lemak tak jenuh 16 dan 18 rantai karbon yang sering
ditemukan dalam jumlah banyak (Kawaroe 2010).
Perhitungan kepadatan dan fluoresensi klorofil mikroalga
Penghitungan kepadatan mikroalga dapat dilakukan dengan menggunakan
hemasitometer dan sedgewich rafter. Penghitungan ini bertujuan untuk mengetahui
banyaknya mikroalga dalam/ tiap liter kultivasi. Dari hasil perhitungan kepadatan
mikroalga tersebut dapat diketahui laju pertumbuhannya. Hemasitometer
merupakan suatu alat bantu yang digunakan untuk menghitung kepadatan
mikroalga. Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm2. Satu kotak
besar di tengah menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0.2 mm. satu kotak sedang
dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi
400 kotak kecil. Tebal ruang hitung ini ada 0.1 mm. sel mikroalg ayang tersuspensi
akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah sel per satuan
volume dapat diketahui.
7
Gambar 3 Variouskan flash tipe Thermo
Menurut Bintang 2009, spektrofotometer merupakan alat analisis dalam
mengukur jumlah jumlah cahaya yang terserap. Prinsip dasar alat ini adalah prinsip
Lambert-Beer. Serapan cahaya suatu larutan kimia akan berbanding lurus dengan
konsentrasi senyawa, tebal larutan terukur, dan koefisien ekstingsi molarnya pada
panjang gelombang tertentu.
Spektroskopi fluoresensi merupakan metode spektroskopi yang mengamati
intensitas atau spektrum fluoresensi sinar pada suatu zat yang dikenai cahaya.
Spektroskopi fluoresensi yang mengunakan Kamera CCD (Charged Couples
Devices) atau CMOS (Complementary Metallic Oxide Semiconductor) sering
disebut Pencitraan Fluoresensi (Fluorescence Imaging). Metode ini biasanya
digunakan dalam biologi, kedokteran, bidang penelitian fisika dan kimia untuk
berbagai tujuan. Fluoresensi merupakan salah satu proses yang terjadi ketika cahaya
berinteraksi dengan suatu materi, dimana ketika atom atau partikel menyerap
cahaya pada panjang gelombang tertentu akan memancarkan kembali cahaya
dengan panjang gelombang yang lebih besar (Sumijo 2006). Fluoresensi terjadi
karena adanya sifat dari partikel yang akan langsung memancarkan cahaya ketika
memperoleh rangsangan cahaya dari luar, namun pancaran tersebut akan hilang
ketika rangsangan cahaya dari luar dihilangkan.
Varioskan flash merupakan spektrofotometer yang dapat membaca sampel
dalam microplate dengan berbagai mode seperti instensitas fluoresensi, TRF (time
resolved fluoresence), fotometrik, dan analisis luminometrik. Variouskan
memungkinkan pemilihan panjang gelombang secara luas dan memungkinkan
analisis spektral dan pengukuran pada panjang gelombang tak terbatas secara
bersamaan. Prinsip varioskan ini mirip dengan spektrometer lainnya, hanya saja
terdapat beberapa penyempurnaan teknologi yang memungkinkannya sebagai
multireader yang akurat (Thermo Scientific 2014).
Biodiesel
Diesel merupakan jenis mesin yang menggunakan panas kompresi untuk
menciptakan penyalaan dan membakar bahan bakar yang telah diinjeksikan ke
dalam ruang pembakaran. Mesin diesel ini telah dipakai pada industri, kendaraan,
dan pembangkit listrik dan mesin ini menggunakan batu bara sebagai sumber
energi. Namun penggunaan batu bara kini telah menimbulkan bahaya karena gas
CO2 hasil dari pembakaran batu bara yang berlebih menimbulkan peristiwa yang
disebut efek rumah kaca. Biodiesel merupakan sumber energi alternatif untuk
8
mesin diesel yang diperoleh dari minyak nabati misalnya minyak sawit, minyak
jagung, dan minyak jatropa ataupun minyak hewani yang digunakan sebagai
pengganti minyak fosil. Permasalahan saat ini yang terjadi adalah penggunaan
sumber biodiesel dari tanaman dan hewan beresiko karena penggunaannya bersaing
dengan kepentingan pangan selain itu penggunaan lahan yang besar untuk
menanam tanaman untuk keperluan biodiesel cukup merugikan dan tidak efisien
dengan hasil yang diperoleh. Meskipun metodologi pembuatan biodiesel sendiri
telah ada sejak 50 tahun lalu, tetapi eksplorasi penggunaan mikroalga sebagai
sumber biodiesel masih belum optimal dilakukan. Dengan kandungan minyak lebih
dari 30% (Chisti 2007), mikroalga juga sangat berpotensi untuk digunakan sebagai
sumber energi alternatif biodiesel dan berdasarkan penelitian sebelumnya
mikroalga mempunyai produktivitas 200 kali lebih banyak dibandingkan sumber
nabati lainnya (Chisti 2007).
Pengolahan mikroalga pada lahan seluas 4.5 juta hektar mampu
menghasilkan biodiesel yang akan dapat mengganti seluruh kebutuhan solar di
Amerika Serikat (Oilgae 2006). Lebih lanjut, luas lahan ini hanya 1% dari total
lahan yang sekarang digunakan untuk lahan pertanian dan padang rumput (sekitar
0.5 milliar ha). Berbagai keuntungan untuk pengembangan mikroalga sebagai
sumber energi alternatif telah dikemukaan oleh Verma et al (2010) diantaranya
yaitu: a). Memiliki struktur sel yang sederhana dan kemampuan untuk
mengendalikan sel tanpa mengurangi produktifitasnya; b). Kemampuan
berfotosintesis sangat tinggi, sekitar 3–8% sinar matahari mampu dikonversikan
menjadi energi dibanding tanaman tingkat tinggi lainnya yang hanya sekitar 0,5%;
c). Memiliki siklus hidup yang pendek (±1–10 hari); d). Kemampuan untuk
mensintesis lemak sangat tinggi (± 40–86% berat kering biomassa); e).
Kemampuan bertahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim (salinitas tinggi atau
lingkungan yang tercemar); f). Tidak banyak membutuhkan pupuk dan nutrisi; g).
Tidak bersaing dengan produk pangan. Mikroalga suatu perairan bertumbuh pada
kondisi lingkungan yang sesuai. Semua jenis alga memiliki komposisi kimia sel
yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak (fatty acids) dan nucleic acids yang
presentasenya bervariasi jenis alganya. Dari komponen fatty acids inilah yang akan
diekstraksi dan diubah menjadi biodiesel. Persoalan yang dihadapi saat ini dalam
pembuatan biodiesel dari mikroalga yaitu belum optimalnya biomasa dengan
konsentrasi yang tinggi.
9
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktik lapang dilakukan di Laboratorium Bioenergi dan Bioproses, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia bidang Bioteknologi dan Laboratorium Mikroalga,
Gedung Indonesian Culture Collection (InaCC), Cibinong , Bogor tanggal 22 Juni
hingga 22 Agustus 2015 pukul 07.30 – 15.00 WIB.
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan meliputi kultur Mikroalga LBB13 AL-048,
metanol, kloroform, media AF6, dan media TMS. Alat-alat yang digunakan antara
lain tabung sentrifus Falcon, 4 buah botol berukuran besar, 2 buah erlenmeyer,
gelas ukur 1 L, kain saring, corong plastik, autoklaf sentrifus Hitachi, cawan petri,
neraca analitik, tabung reaksi, gelas piala, pipet mikro ukuran 2-200 mikroliter dan
50-5000 mikroliter, pipet Mohr, pipet Pasteur, Mikroskop terbalik (Inverted)
Olympus CX 41, Microwave, Hemasitometer, Microplate Reader Variouskan tipe
Thermo, tabung mikrofus, neraca analitik, gelas piala.
Prosedur Percobaan
Pembuatan dan sterilisasi media AF6 (Andersen et al 2000).
Peralatan gelas yang terdiri dari erlenmeyer dan botol besar berukuran 500
mL yang kotor dicuci dengan klorin masing masing sebanyak 1 mL. Kemudian
peralatan gelas dibilas dengan air dan sabun lalu dikeringkan. Air bersih sebanyak
1 L disaring dengan kain saring khusus ke dalam gelas ukur berukuran 1 L.
Sebanyak 0.5 mL komposisi pembuat media AF6 dipipet kedalam botol besar lalu
ditambah akuades sebanyak 500 mL dan sebanyak 0.2 mL komposisi media AF6
dipipet kedalam erlenmeyer kemudian ditambah 200 mL. Kemudian diberi label
dan disumbat dengan aluminium foil.
Seluruh media tumbuh disterilisasi dengan autoklaf. Kadar air dalam
autoklaf dijaga pada ukuran tertentu. Kemudian wadah berukuran besar dan tinggi
diletakkan pada bagian bawah sedangkan erlenmeyer diletakkan pada bagian atas.
Autoklaf diatur pada suhu 121 o C selama 2 jam. Kemudian autoklaf setelah 2 jam
akan berhenti secara otomatis ketika bunyi khas dari autoklaf terdengar. Tombol
off ditekan dan autoklaf dibuka kembali kemudian botol dan erlenmeyer diambil.
Karakterisasi pertumbuhan dengan spektrofotometri
Kultur LBB13 AL-048 dipindahkan kedalam mikroplate dari sumur 1
sampai sumur 3 sebanyak 0.2 mL dengan pipet mikro kemudian ditambah dengan
media AF6 sebanyak 1,8 mL. Sumur keempat diisi dengan blanko media AF6
sebanyak 2 mL. Perlakuan ini dilakukan di dalam ruang laminar untuk mengurangi
besarnya dampak kontaminasi. Pemakaian laminar ini dengan syarat lampu UV
dimatikan dan lampu biasa dinyalakan kembali ketika akan digunakan.
10
Setelah mikroalga dikultur kedalam mikroplate. Jumlah sel mikroalga
dihitung dengan menggunakan hemasitometer. Sampel dipipet sebanyak 40
mikroliter kedalam hemasitometer lalu diamati di mikroskop terbalik dengan
pebesaran 20x hingga 40x. Kemudian intensitas klorofil dan kerapatan sel (optical
density) diukur menggunakan spektrofotometer Variouskan Flash pada panjang
gelombang fotometri 680 nm dan 432 nm untuk fluorometri. Pengukuran dan
penghitungan jumlah sel dilakukan hingga mikroalga mencapai fase akhir stasioner
karena pada fase tersebut kemampuan metabolisme baik secara anabolisme dan
katabolisme seimbang.
Pembuatan kurva pertumbuhan dan penentuan laju pertumbuhan spesifik
(Nascimento et al 2013)
Kurva pertumbuhan dan fluorometri (intensitas klorofil) mikroalga dibuat
berdasarkan data yang diperoleh. Penentuan waktu fase lag, awal dan akhir fase
stasioner ditentukan berdasarkan kurva pertumbuhan antara kerapatan mikroalga
dengan hari pengamatan. Korelasi antara keduanya dihubungkan dengan membuat
persamaan garis.
Jumlah sel yang diperoleh dari waktu awal dan akhir fase eksponensial
berdasarkan kurva pertumbuhan mikroalga ditentukan untuk menghitung
pertumbuhan spesifik. Rumus perhitungan pertumbuhan spesifik mikroalga adalah:
µ = ln(
𝑁𝑦𝑁𝑥⁄ )
𝑡𝑦 − 𝑡𝑥
keterangan :
µ : pertumbuhan spesifik
N : jumlah sel awal (x), dan akhir (y)
T : waktu eksponensial awal (x), dan akhir (y)
Kultivasi mikroalga ke dalam botol berukuran 500 mL.
Sebanyak 20 mL mikroalga LBB13 AL-048 masing-masing dipindahkan ke
dalam dua botol 500 mL yang berisi dengan media AF6 steril sehingga terdapat dua
jenis sampel sama dalam botol berbeda. Pengerjaan ini dilakukan dalam laminar
steril. Sumbat karet disiapkan lalu dilubangi untuk pemasangan selang untuk
saluran gas CO2 dan O2. Sumbat karet tersebut kemudian dipasangkan pada botol
kultur kemudian ditutup dengan seal plastic untuk mencegah kontaminasi. Sampel
kemudian dipasangkan dengan sistem aerasi lalu diterangi dengan lampu neon
sebagai sumber cahaya.
Sampling mikroalga untuk menentukan produktivitas biomassa
Sebanyak 20 mL mikroalga dipipet ke dalam tabung sentrifus lalu
disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm selama 5 menit. Supernatan dibuang dan
pellet dalam tabung sentrifus dikeringkan dalam oven selama 24 jam. Pengambilan
dilakukan 3 kali ulangan setiap sampel agar data lebih akurat. Pengambilan
biomassa dilakukan saat awal eksponensial dan akhir eksponensial.
11
Ekstraksi dan penentuan bobot dari lipid dan biomassa mikroalga (Bligh dan
Dyer 1959)
Ekstraksi lipid ini dilakukan pada fase stasioner. Suspensi mikroalga dipipet
sebanyak 20 mL ke dalam tabung sentrifus yang ada kemudian disentrifugasi untuk
memperoleh biomassa basahnya dengan kecepatan 6000 rpm selama 10 menit
kemudian supernatan dibuang. Biomassa berupa pellet yang telah diperoleh
ditambah dengan kloroform : metanol (1:1) masing-masing 3 mL lalu didiamkan
kemudian dihomogenkan dengan vorteks berkecepatan sedang selama 30 detik.
Homogenat diinkubasi selama 15 menit kemudian disimpan dalam lemari es selama
15 menit. Homogenat kemudian diberikan penambahan akuades sebanyak 1 mL
kemudian di homogenkan kembali dengan vorteks dengan waktu dan kecepatan
yang sama lalu disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 4000 rpm.
Homogenat akan terpisah menjadi 3 fase setelah disentrifugasi karena pengaruh
gradien densitas.
Fase nonpolar (lipid) pada tabung sentrifus diambil menggunakan pipet
pasteur steril dan khusus untuk lipid. Kemudian fase lipidnya dipindahkan kedalam
cawan petri steril dan dibiarkan dalam keadaan terbuka. Kemudian biomassa yang
terlihat pada fase kedua dievaluasi warnanya. Jika fase kloroform dan biomassa
hasil sentrifugasi masih berwarna hijau maka ekstraksi dilanjutkan dengan
menambahkan kloroform dan metanol masing masing sebanyak 1 mL lalu divortex.
Homogenat ditambahkan akuades sebanyak 1 mL kemudian divortex kembali.
Homogenat disentrifugasi kembali dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit dan
3 fase akan terbentuk. Fase lipid dipindahkan ke dalam cawan petri steril dan
dibiarkan dalam keadaan terbuka sedangkan warna biomassa pada fasenya dilihat
kembali. Jika warna biomassa dan fase kloroform masih hijau maka ekstraksi
dilakukan kembali, jika tidak berwarna demikian, ekstraksi dihentikan. Lipid dan
biomassa yang telah diperoleh ditimbang dengan neraca analitik 4 desimal.
Analisis konten lipid dan produktivitas lipid (Nascimento et al 2013)
Konten lipid dihitung dengan membagi bobot lipid yang diperoleh dari hasil
ekstraksi dengan total lipid dan biomassa kering yang telah tertimbang.
𝐾𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛 𝐿𝑖𝑝𝑖𝑑 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑖𝑝𝑖𝑑 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑖𝑝𝑖𝑑 + 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑥 100 %
Produktivitas lipid volumetrik (Lp) dihitung menggunakan data konten lipid
dan produktivitas biomassa pada fase akhir eksponensial (Pwt).
𝐿𝑝 = 𝑃𝑤𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟. ℎ𝑎𝑟𝑖) 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛 𝐿𝑖𝑝𝑖𝑑
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemilihan media ini menjadi cara penting untuk memberikan kondisi yang
sesuai untuk pertumbuhan mikroalga seperti lingkungan tempat hidupnya Media
yang digunakan untuk pertumbuhan mikroalga ini adalah media AF6.. Mikroalga
LBB13 Al-048 yang diisolasi ini merupakan mikroalga perairan air tawar. Media
AF6 sesuai untuk hampir semua mikroalga yang hidup di perairan air tawar.
Medium ini diberikan perlakuan dengan mengatur pH sekitar 6.6 melalui pemberian
komponen medianya (Andersen et al 1997). Penggunaan media ini awalnya untuk
kultivasi mikroalga Colacium (Euglenophyceae) (Kato 1982). Komponen yang
diperlukan untuk mikroalga ini bertumbuh didapatkan dari media ini. Sumber
nitrogen diperoleh dari penambahan urea dan nitrat dalam bentuk amonium nitrat
dan natrium nitrat. Sumber nitrogen memiliki pengaruh terhadap akumulasi lipid
mikroalga. Menurut Piorect dan Pohl (1984), konsentrasi nitrogen memiliki
pengaruh terhadap peningkatan jumlah asam lemak palmitat dan oleat dan
menurunkan jumlah linoleat pada golongan sianobakteria. Sumber natrium dan
kalium diperlukan untuk menjaga homesostasis cairan ekstrasel dan intraselular sel
mikroalga agar tidak terjadi proses krenasi ataupun lisis. Sumber natrium dan
kalium ini diperoleh dari penambahan natrium nitrat dan kalium dihidrogen fosfat
/ dikalium hidrogen fosfat. Kalsium sebagai sumber untuk mempertahankan
integritas membran sel mikroorganisme serta menjadi kofaktor untuk aktifitas
enzim (Waluyo 2012). Kalsium diperoleh dari penambahan CaCl2 dan kalsium
karbonat. Penambahan besi sitrat bertujuan untuk menjaga kadar kofaktor enzim.
Penambahan unsur mikro ini dalam kultivasi Chlorella vulgaris menambah
akumulasi lipid mikroalga dan rendemen lipid seluler (Liu et al 2008).
Mikroalga LBB 13 AL-048 yang telah diamati memiliki ciri-ciri yang sama
seperti kelas Chlorophyceae. Mikroalga ini berbentuk bulat, berwarna hijau dan
tidak mempunyai sekat seperti diatom. Mikroalga jenis ini hidup dengan cara
berkoloni. Spesies yang tergolong Chlorophyceae adalah Chlorella vulgaris.
Menurut Kawaroe et al (2010), mikroalga kelas Chlorophyceae berwarna hijau,
pergerakkannya tidak motil dan struktur tubuhnya tidak memilki flagel. Selnya
berbentuk bulat dengan ukuran 2-10 µm dan memiliki bentuk kloroplas mirip
cangkir umumnya. Mikroalga golongan ini sebagian besar memproduksi lipid
dalam jumlah besar. Sehingga mikroalga LBB 13 Al-048 diperkirakan memiliki
kemiripan dan metabolisme serta memiliki produktivitas tinggi yang sama.
Gambar 5 Hasil pengamatan mikroalga dengan mikroskop
13
Mikroalga LBB 13 AL-048 diamati pertumbuhannya dari hari ke nol hingga
hari ke 21. Dua parameter pertumbuhan yang diamati adalah jumlah sel, kerapatan
sel (optical density) dan intensitas klorofil. Jumlah sel diperoleh dari pengamatan
langsung selama 8 hari pertama terhadap mikroalga dengan menggunakan teknik
hemasitometer yang dilanjutkan dengan mikroskop. Kemudian optical density
diukur dengan Variouskan flash kemudian korelasi antara jumlah sel dengan optical
density ditentukan dengan membuat kurva pertumbuhan. Semakin banyak jumlah
sel maka kepadatan dan kepekatannya akan semakin besar. Sehingga cahaya akan
terserap dalam jumlah banyak dan nilai absorbansi akan semakin besar Korelasinya
diperoleh dengan persamaan garis pada Gambar 6 yaitu y = 910,83x - 154,59.
Regresi yang diperoleh sebesar = 99,74 % yang menunjukan bahwa hubungan
antara waktu dengan kerapatan sel (Optical density) sangat linear. Jumlah sel pada
hari ke 9 hingga 21 dapat ditentukan langsung dengan memasukan nilai Optical
Density ke dalam persamaan yang telah diperoleh. Jumlah sel selanjutnya dihitung
dengan memasukan nilai optical density secara fotometri yang diperoleh melalui
bantuan variouskan kedalam kurva pertumbuhan yang telah dibuat.
Gambar 6 Kurva pertumbuhan mikroalga; Jumlah mikroalga vs Optical Density
Gambar 7 Kurva pertumbuhan mikroalga LBB AL-48 (Optical Density vs Hari)
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8
Jum
lah
mik
roal
ga
Optical Density
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
0 5 10 15 20 25
Op
tica
l De
nsi
ty
Day
14
Tabel 1. Hasil pengukuran parameter pertumbuhan mikroalga LBB13 Al048
Hari Optical Density Jumlah sel ( x 105) Fluorometri
0 0,168139 45 6,01158
1 0,229267 172 6,38501
2 0,301838 153 6,50078
3 0,538498 285 7,16792
6 0,690258 482 8,90323
7 1,048403 804 9,20969
8 1,237246 979 9,70028
9 1,263707 996 10,57526
10 1,368701 1092 10,46797
13 1,518678 1228 13,15557
14 1,68296 1378 14,15877
15 1,736778 1427 12,94951
16 1,719896 1411 13,38673
17 1,709869 1402 14,17605
20 1,700936 1394 16,11829
21 1,714882 1407 15,28812
Fase lag terlihat pada hari ke nol hingga hari 1. Kerapatan sel (Optical
density) mikroalga yang terlihat pada Gambar 7 menunjukkan nilai yang kecil dan
jumlah sel mikroalga yang sedikit saat diamati dengan mikroskop dan
hemasitometer. Nilai fluoresensi berkorelasi dengan optical density di fase tersebut.
Nilai fluoresensi pada Tabel 1 menunjukkan absorbansi klorofil sebesar 6,01 dan 6,
3. Nilai ini menunjukan fluoresensi awal dan secara langsung menunjukan
intensitas klorofil awal. Pada fase ini mikroalga mengalami proses adaptasi
terhadap lingkungan (media, kondisi cahaya, suhu dan pH serta tekanan CO2)
(Kawaroe 2010). Keseimbangan cairan intraseluler serta nutrisi dalam dengan
lingkungan sekitar belum seimbang sehingga mikroalga perlu beradaptasi untuk
menjaga homeostasisnya. Mikroalga memasuki lingkungan yang baru sehingga
banyak perubahan metabolisme yang terjadi untuk bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Berdasarkan kurva pertumbuhan yang diperoleh, fase lag
ditemukan pada hari ke-nol hingga hari pertama. Fase eksponensial atau logaritmik
ditemukan pada hari ke-2 hingga hari ke-15. Fase penurunan pertumbuhan dan
stasioner terjadi pada hari ke-16 sampai hari ke-21. Pertumbuhan mikoalga ini
mengikuti fase pertumbuhan bakteri.
Fase eksponensial ditunjukkan oleh Gambar 7 terlihat pada hari kedua
sampai hari ke 16. Titik awal naiknya Optical density mikroalga LBB13 AL0-48
terlihat pada hari kedua dan titik akhir fase eksponensial terjadi pada hari ke-15.
Pada fase awal eksponensial, kenaikan dari optical density dan nilai fluorometri
klorofil terlihat. Nilai fluorometri yang menunjukan intensitas klorofil meningkat
memperlihatkan bahwa metabolisme berupa proses fotosintesis pada mikroalga
mulai meningkat. Adanya penambahan unsur logam berperan sebagai koenzim
untuk metabolisme mikroalga. Unsur magnesium pada nutrien yang melimpah
berperan sebagai atom inti pada pembentukan cincin klorofil pada klorofil sehingga
pada fase ini karbon dioksida sebagai sumber karbon digunakan secara maksimal
15
dan metabolisme karbon yang paling banyak adalah penyusunan biomolekul
karbohidrat dalam bentuk glukosa, glikolipid untuk membran.
Hal ini sesuai dengan Kawaroe (2010) bahwa pada fase eksponensial
kondisi nutrisi melimpah ketika jumlah mikroalga awal yang sedikit, akibatnya
mikroalga dapat bertumbuh dan membelah secara cepat. Unsur nitrogen yang
ditambahkan pada media mendukung pertumbuhan mikroalga dalam bentuk
sintesis protein dan penyusun sel lainnya sehingga pada fase ini biomassa
dihasilkan dalam jumlah banyak. Mikroalga merupakan mikroorganisme yang
memiliki kemampuan membelah diri yang cepat ketika memasuki lingkungan
dengan nutrisi yang melimpah sehingga nutrisi yang terpakai untuk meningkatkan
jumlah sel lebih besar selain untuk keperluan metabolisme mikrolaga.
Fase penurunan pertumbuhan mulai terjadi pada hari ke-16. Berdasarkan
data mengenai kepadatan sel mikroalga ini, nilai kerapatan menurun dan sebanding
dengan jumlah sel mikroalga yang menurun pertumbuhannya. Jumlah mikroalga
mencapai nilai maksimal dan kadar nutisi untuk pertumbuhan mikroalga sudah
menurun karena mikroalga cenderung menggunakan nutrisi untuk
mempertahankan kehidupan dan menurunkan laju pertumbuhannya. Fase ini
menunjukkan terjadi persaingan nutrisi antar mikroalga. Intensitas klorofil masih
meningkat sehingga nutrisi yang terdapat di media pertumbuhan digunakan untuk
metabolisme mikroalga dibandingkan dengan pertumbuhan mikroalga sendiri.
Fase stasioner pada hari ke-17 sampai hari ke-21 mennunjukkan jumlah
mikroalga yang semakin stabil. Nilai kerapatan sel berada pada nilai 1,7 dan rerata
jumlah sel mikroalga mencapai 1400 x 105 sel. Nutrisi yang semakin terbatas
menyebabkan adanya sel mikroalga yang mati karena persaingan nutrisi tetapi fase
ini menjadi fase keseimbangan antara proses anabolisme dan katabolisme. Nutrisi
terbatas menyebabkan mikroalga menyimpan cadangannya dalam bentuk lipid
yang terlihat dari bentuk sel mikroalga yang semakin besar. Kondisi tertentu
misalnya stress, beberapa jenis mikroalga akan mengubah jalur biosintetik lipidnya
menjadi lemak netral (20- 50%) dan TAG (Orchidea et al 2010). Menurut Mansour
et al (2003), akumulasi lipid mikroalga terjadi pada fase stasioner dan logaritmik.
Sehingga ekstraksi lipid lebih baik dilakukan pada fase ini.
Gambar 8 Hubungan parameter pertumbuhan mikroalga LBB 13 yaitu intensitas
klorofil (y) vs hari (x)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
0 5 10 15 20 25
Inte
nsi
tas
Klo
rofi
l
hari
16
Gambar 9 Reaksi pembentukan lipid yang dikatalisis oleh enzim asetil ko-A
karboksilase
Menipisnya sumber nitrogen menyebabkan metabolisme lipid pada
mikroalga meningkat (Liu 2011). Enzim yang terlibat dalam pembentukan lipid ini
adalah enzim asetil ko-A karboksilase (Liu 2011). Intensitas klorofil meningkat
menunjukkan metabolisme karbon dioksida yang masih berlangsung namun
metabolismenya dialihkan untuk membentuk lipid (umumnya trigliserida) (Dos
Santos 2005). Menurut Bigogno (2002), akumulasi lipid alga cenderung lebih
banyak terjadi pada fase stasioner. Saat masa transisi dari fase eksponensial menuju
fase stasioner, proporsi asam lemak palmitat dan oleat lebih tinggi daripada asam
lemak tidak jenuh (PUFA).
Ekstraksi lipid yang dilakukan mengikuti metode Bligh and Dyer. Ekstraksi
ini menggunakan prinsip kelarutan senyawa (like-dissolved-like) yang akan
diekstraksi. Lipid merupakan senyawa non polar dan memiliki kecenderungan
untuk larut dalam pelarut yang bersifat non polar seperti benzena, kloroform.
Kloroform akan memisahkan komponen non polar (lipid netral) dengan komponen
lipid yang polar seperti glikoprotein dan senyawa lainnya. Senyawa lipid pada
mikroalga banyak tersimpan dalam sitosol sehingga warna lipid mikroalga
mengikuti warna asli mikroalga yaitu hijau. Senyawa yang polar akan tertarik
kedalam pelarut polar yaitu metanol. Namun tidak semua senyawa polar akan larut
kedalam metanol.
Komponen seperti glikolipid dan fosfolipid memiliki kemungkinan terdapat
dalam fase kloroform. Golongan senyawa tersebut tidak diperlukan untuk langkah
pembuatan biodiesel karena komponen lipid yang diperlukan adalah dalam bentuk
triasilgliserol , diasilgliserol dan monoasilgliserol. Penambahan air akan membantu
melarutkan komponen tersebut karena sifat air dan metanol yang polar. Metode
Bligh Dyer memberikan yield sebesar 17,11% untuk bahan biomassa basah
dibandingkan 3,42% perolehan yield-nya untuk bahan kering. Mengingat metode
ini lebih sesuai digunakan pada bahan biomassa basah. Sedangkan untuk metode
Bligh Dyer modifikasi, bahan biomassa basah lebih tinggi (5,72%) daripada bahan
kering (0,48%). Metode Bligh Dyer memberikan kandungan As.Palmitat dalam
Chlorella vulgaris tertinggi (54,99%. berat) (Orchidea et al 2010).
17
Gambar 10 Urutan perlakuan sampel untuk ekstraksi lipid ; a. Sampel
sebelum disentrifuasi ; b. Biomassa basah (pellet) dari sentrifugasi ; c.
Pemisahan fase setelah diberikan kloroform, metanol, dan air
Gambar 11 Hasil akhir ekstraksi Bligh and Dyer ; lipid (kiri), biomassa (kanan)
Tabel 2 Nilai paramater pertumbuhan dan lipid mikroalga LBB13 AL0-48
Ulangan Laju
Pertumbuhan
Spesifik *
Produkivitas
Biomassa (g/L)
Konten
Lipid
(%)
Produktivitas
Lipid
Volumetrik (%) Awal Akhir
1 0.1831
0.065 0.137 31.51 43.1687
2 0.060 0.064 36.80 27.8434 Keterangan * : Parameter ini ditentukan pertama kali pada percobaan karakterisasi pertumbuhan
mikrolaga di mikroplate.
Tabel 1 menunjukkan jumlah sel mikroalga pada fase awal eksponensial dan
akhir eksponensial sebesar 153 x 105 sel dan 1378 x 105 sel sehingga pertumbuhan
spesifik pada mikroalga ini selama fase eksponensial adalah 18.31 % (lampiran 3).
Sedangkan produktivitas awal biomassa dari alga ini saat fase awal eksponensial
dalam kultivasi adalah 0.065 gram/L untuk sampel 1 dan 0.06 gram/L untuk sampel
2 (lampiran 4). Produktivitas biomassa pada fase akhir ekponensial adalah 0.137
gram/Liter untuk sampel 1 dan 0.0638 gram/Liter sampel 2. Parameter yang lain
yang dianalisis adalah konten lipid mikroalga ini. Pada ulangan pertama konten
lipid yang diperoleh sebesar 31.51 % dan 36.80 % pada ulangan kedua. Parameter
ketiga yang diukur adalah produktivitas lipid volumetrik. Produktivitas lipid
volumetrik pada sampel pertama dan kedua yaitu 43.1687 % ; 23.4784 % (lampiran
5). Menurut Iracema et al (2013), pengambilan biomassa seharusnya dilakukan
pada fase awal dan akhir eksponensial. Namun berdasarkan kurva pertumbuhan
mikroalga ini. Akhir eksponensial dengan fase stasioner sangat berdekatan dari segi
18
jumlah sel dan kerapatan sel mikroalga. Sehingga pengambilan biomassa dilakukan
sekaligus dengan hari ekstraksi lipid pada hari ke-17.
Hasil ini menunjukan bahwa peningkatan biomassa yang cukup signifikan
pada terjadi ulangan pertama dibandingkan ulangan kedua. Hal ini terjadi karena
terdapat faktor yang sangat mempengaruhi selama kultivasi. Perbedaan aerasi
(sistem aliran CO2) menyebabkan terjadinya perubahan seperti pergeseran proses
metabolisme dan pertumbuhan. Menurut Stoycheva et al (2011), sumber CO2 harus
diberikan secara kontinu tetapi setiap mikroalga memiliki toleransi maksimal
terhadap CO2. Mikroalga dapat mentoleransi CO2 sekitar 12% (Pulz 2001). Jika
kadar CO2 diberikan berlebih maka efisiensi untuk berfotosintesis akan menurun.
Akibatnya terjadi perubahan yang sangat cepat secara fisik (Gambar 12).
Hasil pengamatan mikroalga ini dibandingkan dengan spesies lain dalam
kelas Chlorophyceae yaitu Chlorella vulgaris memiiliki perbedaan yang jauh baik
dari sisi produktivitas lipid maupun biomassa. Chlorella vulgaris dalam media CHU
13 termodifikasi memiliki laju pertumbuhan spesifik 0.53 generasi per hari,
produktivitas biomassa Namun mikroalga ini memiliki konten lipid yang tinggi
dibandingkan dengan produktivitas biomassanya. Konten lipid yang terkandung
dalam mikroalga sebagian besar adalah triasilgliserol (TAG). Kandungan lipid rata-
rata mikroalga berurutan dari 20 % sampai 40 % berat kering. Namun kandungan
asam lemak yang terikat dalam molekul triasilgliserol belum diketahui jenisnya.
Gambar 12 Perbedaan warna pada kedua ulangan mikroalga ; ulangan 1 (kiri) ;
ulangan 2 (kanan).
Gambar 13 Proses transesterifikasi lipid trigiliserida menjadi asam lemak metil
ester (FAME)
19
Penelitian yang perlu dilanjutkan adalah penelitian mengenai komponen
asam lemak yang terdapat dalam konten lipid mikroalga ini. Transesterifikasi
menjadi proses yang penting dalam mengubah komponen lipid sitosol ;
triasilgliserol, diasilgliserol dan monoasilgliserol menjadi asam lemak metil ester
(FAME) yang menjadi bahan penting untuk biodiesel. Senyawa FAME dianalisis
golongan asam lemaknya dengan menggunakan kromatografi gas-spektroskopi
masa. Setiap asam lemak metil ester (FAME) memiliki karakteristik dan pengaruh
terhadap kualitas biodiesel karena setiap asam lemak metil ester memiliki derajat
kejenuhan yang akan mempegaruhi indikator kualitas biodiesel. Indikator tersebut
anatara lain dari iodine value (IV), cetane number (CN), dan cold filter plugging
point (CFPP). Asam lemak yang memiliki kualitas terbaik untuk biodiesel adalah
asam lemak dengan derajat kejenuhan sedang (memilki satu ikatan rangkap ganda)
atau monounsaturated fatty acid contohnya palmitoleat (C16:1) dan oleat (Iracema
et al 2013).
Metode lain yang dapat digunakan untuk mengukur konten lipid adalah
metode nile red. Metode ini praktis untuk mengukur lipid secara langsung dengan
bantuan spektrofotometer. Prinsip metode ini adalah reagen Nile red menembus
membran sel kemudian mewarnai lipid mikroalga yang terdapat pada sitosol
sehingga memunculkan fluoresensi yang dapat diukur secara kualitatif maupun
kuantitatif. Selain itu metode ini memberikan hasil yang lebih baik dari segi konten
lipid dan tidak memakan waktu yang lama (Chen et al 2009). Karakterisasi awal
seperti sekuesnsing terhadap asam nukleat atau enzim asetil ko-A karboksilase
menjadi cara alternatif dalam mengkarakterisasi awal suatu mikroalga. Sehingga
rekayasa genetik terhadap enzim ini dapat menjadi cara lain untuk memperoleh
lipid dalam jumlah banyak dan memiliki kualitas asam lemak yang baik untuk
biodiesel (Steychova 2011).
20
SIMPULAN DAN SARAN
Mikroalga LBB 13 Al0-48 telah dikarakterisasi pertumbuhannya selama 21
hari pengamatan. Mikroalga ini memiliki ciri yang mirip dengan kelas
Chlorophyceae. Fase eksponensial teramati pada hari kedua hingga hari keempat
belas. Selama fase eksponensial terjadi peningkatan jumlah sel, intensitas klorofil,
serta produktivitas biomasssa. Konten lipid yang diperoleh dari metode Bligh and
Dyer pada dua sampel mikroalga pada akhir eksponensial sebesar 31 % dan 36%.
Sehingga mikroalga ini menjadi potensi sebagai sumber bahan baku biodiesel.
Karakterisasi pertumbuhan dilakukan dengan dua kali pengulangan.
Namun, hasil yang diperoleh sangat berbeda karena faktor pengaruh aerasi yang
berbeda. Sehingga pengawasan terhadap faktor yang mempengaruhi mikroalga
harus dilakukan secara rutin. Selain itu metode untuk memperoleh lipid yang lebih
efisien dan efektif dapat dilakukan dengan metode lain seperti metode Nile Red.
Konten lipid mikroalga yang cukup besar perlu dilanjutkan transesterifikasi dan
analisis dengan kromatografi untuk melihat asam lemak yang berpotensi sebagai
biodiesel. Rekayasa genetik melalui enzim asetil ko-a karboksilase dapat menjadi
langkah alternatif lebih lanjut untuk memaksimalkan konten lipid pada mikroalga
ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
[EIA] U.S Energy Information and Administration. 2013. International Energy
Outlook 2013. Washington D.C (U.S) : EIA
[IEA] International Energy Agency.2013. World Energy Outlook 2013. Paris
(FRA) : IEA
Andersen R A, Berges J A, Harrison P J, Watanabe M M. 1997. Recipes for
freshwater and seawater media. Algal culturing techniques :429-538.
Bigogno C, Khodzin Goldberg I, Boussiba S, Vonshak A, Cohen Z. 2002. Lipid
and Fatty Acid Composition of the Green Oleaginous alga, Parietochloris
insica, the Richest Plant Source of Arachidonic Acid. Phytochemistry 60 :
497-503.
Bintang Maria. 2009. Teknik Penelitian Biokimia. Jakarta (ID): Erlangga
Bligh E.G, W.J. Dyer. 1959. A Rapid Method for Total Lipid Extraction and
Purification. Can.J. Biochem Physiol Vol 37: hal 911-917
Chen Wei, Zhang Chengwu, Song Lirog, Sommerfiled Milton, Qiang Hu. 2009. A
High Throughput Nile Red Method for Quantitative Measurement of Neutral
Lipids in Microalgae. Journal of Microbiological Methods 77:41-47
Chisti Y. 2007. Biodiesel from Microalgae. Biotechnology Advances 25:294- 306
Dos Santos M D. Guaritini T, Lopes J L C, Colepicolo P, Lopes N P. 2005. Plant
Cell and Microalgae Culture Dalam Buku Biotechnology in Medicinal
Chemistry and Industry. Kerala (IND) : India
Nascimento Iracema Andrade, Marques Sheyla Santa Izabel, Cabanelas Iago Teles
Dominguez, Pereira Solange Andrade, Druzian Janice Isabel, de Souza
Carolina Oliveira, Daniele Vital Vich, de Carvalho Gilson Correira,
Nascimento Mauricio Andrade. 2013. Screening Microalgae Strains for
Bodieel Production : Lipid Productivity and Estimation of Fuel Quality Based
on Fatty Acids Profliles as Selective Criteria. Bioenerg. Res 6:1-13
Graham Robert Stansell, Gray Myles Vincent, Sym David Stuart. 2012. Microalgal
Fatty Acid Composititon : Implications for Biodiesel Quality. J.Appl.Phycol
24 : 791-801
Kato S. 1982. Laboratory Culture and Morphology of Colacium vesiculosum Ehrb.
(Euglenophyceae). Jap. J. Phycol. 30: 63-67.
Kawaroe Mujizat, Pratono Tri, Sunudin Adriani, Wulan Sari Dahlia, Augustinus
Dina. 2010. Mikroalga : Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio
Bahan Bakar. Bogor (ID) : IPB Press
Liu Z-Y, Wang G C, Zhou B C. 2008. Effect of Iron on Growth and Lipid
Accumulation in Chlorella vulgaris. Bioresour Technol 99:4717-4722
Mansour M P, Volkman J K, Blackburn S I. 2003. The Effect of Growth Phase on
The Lipid Class, Fatty Acid, and Sterol Composition in The Marine
Dinoflagellatae, Gymnodinium sp. In Batch Culture. Phytochemistry 26:145-
153
Oligae.2006.Large-scale Biodiesel Production from Algae. Oilgae [Internet].
[diunduh 05/09/2015].com /algae/oil/biod/large_scale/large_scale.html,
26/12/2006
Orchidea Rachmaniah, Setyarini Reni Dwi, Maulida Lailatul. 2010. Pemilihan
Metode Ekstraksi Minyak Alga dari Chlorella sp. dan Prediksinya sebagai
22
Biodiesel. Di dalam : Soehadi Reksowardojo, editor. Seminar Teknik Kimia.
2010. Surabaya, Indonesia. Surabaya (ID) : ITS. Hlm. 1-10
Piorreck M, Pohl P. 1984. Prepatory Experiments for the Axenic Mass Culture of
Microalgae. 2. Formation of Biomass, Total Protein, Chlorophylls, Lipid and
Fatty Acids in Green and Blue-Green Algae During One Growth Phase.
Phytochem 23 :217-223
Pulz O. 2001. Photobioreactors : Production System for Phototropic
Microorganisms. Appl. Microbiol. Biotechtol 57(3): 287-293
Riyono Hadi Sumijo.2006. Beberapa Pengukuran Klorofil Fitoplankton. Oseana
31(3):33-44
Stoycheva Margarita, Montero Gisela. 2011. Biodiesel : Feedstocks and Processing
Technlogies. Croatia (CRO) : Intech
Verma N H, Mehrotra S, Amitesh Shukla, Mishra B N. 2010. Prospective of
biodiesel production utilizing microalgae as the cell factories: A
comprehensive discussion. African Journal of Biotechnology 9(10): 1402–
1411.
24
Gambar 1 Diagram alir praktik lapang bulan pertama
Orientasi tempat praktik lapang
Studi pustaka mengenai metode dan bahan
Kultivasi Mikroalga LBB13 AL0-48
Pengukuran OD dan intensitas klorofil
bakteri
Penhitungan Jumlah sel
Kultivasi bakteri R.marinum
Pembuatan kurva pertumbuhan
Analisis data
Pembuatan dan Sterilisasi media AF6
25
Gambar 2 Diagram alir praktik lapang bulan kedua
Keterangan ; * dilakukan setiap hari kerja
: ** dilakukan dengan 3 kali ulangan
: o diperoleh dari data praktik lapang bulan pertama
Kultivasi mikroalga LBB13 AL0-48
Pengaturan aerasi*
Pengambilan sampel hari ke-2**o
Penghitungan biomassa basah sampel
Sentrifugasi
Kultivasi bakteri R.marinum
Pengambilan sampel hari ke-14**o
Sentrifugasi
Ekstraksi lipid
Penghitungan bobot lipid dan biomassa
Analisis data
26
Tabel 1 Hasil pengamatan dan perhitungan lipid mikroalga LBB13 AL0-48
Sampling Ulangan Bobot Biomassa
(gram)
Bobot Lipid
(gram)
Konten Lipid
(%)
1 1 0.0206 0.0457 31.06
2 0.0208 0.0467 30.81
3 0.0234 0.0482 32.66
Rerata persen lipid 31.51
2 1 0.0121 0.0204 37.23
2 0.0110 0.0181 37.81
3 0.0121 0.0221 35.37
Rerata persen lipid 38.60
Perhitungan konten lipid (Nascimento et al 2013)
a. Konten Lipid = bobot lipid (gram)
bobot lipid +bobot biomassa (gram) x 100 %
b. Konten Lipid (sampel 1 ulangan 1) = 0.0457
0.0457 +0.02 x 100 % = 31.06 %
c. Rerata Konten Lipid (sampel 1) = ∑ 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛 𝐿𝑖𝑝𝑖𝑑3
1 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1
3 x 100 %
= 31.06 % + 30.81 % + 32.66 %
3 x 100 % = 31.51 %
Perhitungan laju pertumbuhan spesifik (Nascimento et al 2013)
Diketahui ;
a. Nx = Jumlah sel pada fase awal eksponensial (tx = 2) = 153 x 105 sel
Ny = Jumlah sel pada fase akhir eksponensial (ty = 14) = 1378 105 sel
µ = ln(
𝑁𝑦𝑁𝑥⁄ )
𝑡𝑦 − 𝑡𝑥𝑥 100 % =
ln (1378153⁄ )
14 − 2 = 0.1831
27
Tabel 2 Penentuan biomassa mikroalga pada fase awal dan akhir eksponensial
Sampel Ulangan Bobot tabung sentrifus/
Falcon (gram)
Biomassa
tertimbang
(g) + Biomassa Kosong
1 1 10.5225 10.5212 0.0013
2 10.5166 10.5152 0.0014
3 10.5544 10.5532 0.0012
2 1 10.3669 10.3658 0.0011
2 10.7062 10.7048 0.0014
3 10.3826 10.3815 0.0011
Sampling Ulangan Biomassa
kering (gram)
Bobot Lipid
(gram)
Biomassa
total (gram)
1 1 0.0206 0.0457 0.0663
2 0.0208 0.0467 0.0675
3 0.0234 0.0482 0.0716
2 1 0.0121 0.0204 0.0663
2 0.0110 0.0181 0.0675
3 0.0121 0.0221 0.0716 Contoh perhitungan
a. Perhitungan biomassa awal sampel 1, ulangan 1
𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 (𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 + 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎) − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 10.5225 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 10.5212 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0.0013 𝑔𝑟𝑎𝑚
b. Perhitungan biomassa akhir sampel 1, ulangan 1
𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 + 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑖𝑝𝑖𝑑 𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.0206 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 0.0457 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0.0663 𝑔𝑟𝑎𝑚
28
Tabel 3 Penentuan produktivitas biomassa
Sampel Ulangan Bobot biomassa Bobot Biomassa (g/L)
Awal
(per 20 mL)
Akhir (per
500 mL)
Awal Akhir
1 1 0.0013 0.0663 0.065 0.132
2 0.0014 0.0675 0.070 0.135
3 0.0012 0.0716 0.060 0.143
Rerata 0.0013 0.0685 0.065 0.137
2 1 0.0011 0.0325 0.055 0.065
2 0.0014 0.0291 0.070 0.058
3 0.0011 0.0342 0.055 0.068
rerata 0.0012 0.0319 0.060 0.064
Perhitungan Produktivitas Biomassa (Nascimento et al 2013)
c. Konversi rerata biomassa ulangan 1 awal eksponensial
𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙 (𝑔
𝐿) =
0.0013 𝑔𝑟𝑎𝑚
20 𝑚𝐿𝑥
1000 𝑚𝐿
1 𝐿= 0.0065 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟
d. Konversi rerata biomassa ulangan 1 akhir eksponensial
𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙 (𝑔
𝐿) =
0.0685 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 𝑚𝐿𝑥
1000 𝑚𝐿
1 𝐿= 0.137 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟