perbaikan uts

62
Nama : ERLINTIA NUR ALFIANI NPM : 11.22.1.0039 Semester : VII IPA I Fakultas : FAPENDASMEN Prodi : PGSD SOAL PERBAIKAN UTS PENGELOLAAN PENDIDIKAN 1. Jelaskan yang Anda ketahui tentang Standar Nasional Pendidikan ! 2. Mengacu pada Permen 24 Tahun 2007, coba Anda jelaskan standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah ! 3. Coba Anda jelaskan perkembangan kurikulum di Indonesia dari masa kemasa ! Menurut pendapat Anda model kurikulum yang seperti apa yang cocok diterapkan di Indonesia ditinjau dari sarana dan prasarana yang tersedia, SDM dan pengelolaan kurikulumnya ? 4. Bagaimana kemitraan antara sekolah, masyarakat dan komite sekolah dalam pengelolaan pendidikan ? 5. Buatlah power point tentang materi pengelolaan pendidikan sesuai di SAP (cukup satu materi) JAWABAN 1. Jelaskan yang Anda ketahui tentang Standar Nasional Pendidikan !

Upload: independent

Post on 27-Feb-2023

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Nama : ERLINTIA NUR ALFIANI

NPM : 11.22.1.0039

Semester : VII IPA I

Fakultas : FAPENDASMEN

Prodi : PGSD

SOAL PERBAIKAN UTS PENGELOLAAN PENDIDIKAN

1. Jelaskan yang Anda ketahui tentang Standar Nasional

Pendidikan !

2. Mengacu pada Permen 24 Tahun 2007, coba Anda jelaskan

standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar /

Madrasah Ibtidaiyah !

3. Coba Anda jelaskan perkembangan kurikulum di Indonesia

dari masa kemasa ! Menurut pendapat Anda model kurikulum

yang seperti apa yang cocok diterapkan di Indonesia

ditinjau dari sarana dan prasarana yang tersedia, SDM dan

pengelolaan kurikulumnya ?

4. Bagaimana kemitraan antara sekolah, masyarakat dan

komite sekolah dalam pengelolaan pendidikan ?

5. Buatlah power point tentang materi pengelolaan

pendidikan sesuai di SAP (cukup satu materi)

JAWABAN

1. Jelaskan yang Anda ketahui tentang Standar Nasional

Pendidikan !

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal

tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Standar Nasional Pendidikan terdiri dari :

Standar Kompetensi Lulusan

Standar IsiStandar Proses

Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Standar Sarana dan Prasarana

Standar Pengelolaan

Standar Pembiayaan Pendidikan

Standar Penilaian Pendidikan

Fungsi dan Tujuan Standar :

Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai

dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan

pendidikan nasional yang bermutu

Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin

mutu pendidikan nasional dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara

terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai

dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,

nasional, dan global.

Daftar Standar Nasional Pendidikan yang telah

mnjadi Permendiknas :

A. Standar Isi :

NO Nomor Permen Tentang

1 Nomor 22 tahun

2006

Standar Isi untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah

2 Nomor 24 tahun

2006

Pelaksanaan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun

2006 tentang standar Isi untuk

satuan pendidikan Dasar dan

Menengah dan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun

2006 Tentang Standar Kompetensi

Lulusan untuk satuan pendidikan

Dasar dan Menengah

3 Nomor 14 Tahun

2007

Standar Isi Program Paket A,

Program Paket B, dan Program Paket

C

B. Standar Kompetensi Lulusan :

NO Nomor Permen Tentang

1 Nomor 23 Tahun

2006

Standar Kompetensi Lulusan untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah

2 Nomor 24 tahun

2006

Pelaksanaan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun

2006 tentang standar Isi untuk

satuan pendidikan Dasar dan

Menengah dan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun

2006 Tentang Standar Kompetensi

Lulusan untuk satuan pendidikan

Dasar dan Menengah

C. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan :

NO Nomor Permen Tentang

1 Nomor 12 Tahun

2007

Standar pengawas Sekolah/Madrasah

2 Nomor 13 tahun

2007

Standar Kepala Sekolah/Madrasah

3 Nomor 16 Tahun

2007

Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru

4 Nomor 24 Tahun

2008

Standar Tenaga Administrasi

Sekolah/Madrasah

5 Nomor 25 Tahun

2008

Standar Tenaga Perpustakaan

Sekolah/Madrasah

6 Nomor 26 Tahun

2008

Standar Tenaga Laboratorium

Sekolah/Madrasah

7 Nomor 27 Tahun

2008

Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Konselor

8 Nomor 40 Tahun

2009

Standar Penguji Pada Kursus dan

Pelatihan

9 Nomor 41 Tahun

2009

Standar Pembimbing Pada Kursus &

Pelatihan

10 Nomor 43 Tahun Standar Tenaga Administrasi Program

2009 paket A , Paket B, dan Paket C

11 Nomor 42 Tahun

2009

Standar Pengelola Kursus

12 Nomor 44 Tahun

2009

Standar Pengelola Pendidikan pada

Program Paket A, Paket B dan Paket

C

13 Nomor 45 Tahun

2009

standar Teknisi Sumber Belajar Pada

Kursus dan Pelatihan

D. Standar Pengelolaan :

NO Nomor Permen Tentang

1 Nomor 19 Tahun 2007 Standar Pengelolaan Pendidikan oleh

Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah;

E. Standar Penilaian :

NO Nomor Permen Tentang

1 Nomor 20 Tahun 2007 Standar Penilaian Pendidikan

F. Standar Sarana Prasaran :

NO Nomor Permen Tentang

1 Nomor 24 Tahun 2007 Standar Sarana dan Prasarana untuk

SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA

2 Nomor 33 Tahun 2008 Standar Sarana dan Prasarana untuk

SDLB, SMPLB, dan SMALB

3 Nomor 40 Tahun 2008 Standar Sarana dan Prasarana untuk

SMK/MAK

G. Standar Proses :

NO Nomor Permen Tentang

1 Nomor 41 Tahun 2007 Standar Proses untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah

2 Nomor 1 Tahun 2008 Standar Proses Pendidikan Khusus

3 Nomor 3 Tahun 2008 Standar Proses Pendidikan

Kesetaraan Program Paket A, Paket

B, dan Paket C

H. Standar Biaya :

NO Nomor Permen Tentang

1 Nomor 69 Tahun

2009

Standar Biaya Operasi Nonpersonalia

Untuk Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah

Menengah Pertama/Madrasah

Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah

(SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa

(SDLB), Sekolah Menengah Pertama

Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah

Menengah Atas Luar Biasa (SMALB)

I. Standar Pendidikan Anak Usia Dini :

NO Nomor Permen Tentang

1 Nomor 58 Tahun 2009 Standar Pendidikan Anak Usia Dini

Tugas & Kewenangan

BSNP bertugas membantu Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan dan memiliki kewenangan untuk:

Mengembangkan Standar Nasional Pendidikan

Menyelenggarakan Ujian Nasional

Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan

pemerintah daerah dalam penjaminan dan

pengendalian mutu pendidikan

Merumuskan kriteria kelulusan pada satuan

pendidikan jenjang pendidikan dasar dan

menengah

Menilai kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan

kegrafikaan buku teks pelajaran

Standar yang dikembangkan oleh BSNP berlaku efektif

dan mengikat semua satuan pendidikan secara nasional.

BSNP dipimpin oleh seorang ketua dan seorang

sekretaris yang dipilih oleh dan dari anggota atas

dasar suara terbanyak. Dalam menjalankan tugasnya,

BSNP didukung oleh sebuah sekretariat yang secara ex-

officio diketuai oleh pejabat Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang ditunjuk oleh Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). BSNP dapat

menunjuk tim-tim ahli yang bersifat adhoc sesuai

kebutuhan.

BSNP didukung dan berkoordinasi dengan Kemdikbud dan

departemen yang menangani urusan pemerintahan di

bidang agama, dan dinas yang menangani pendidikan di

provinsi/kabupaten/kota.

2. Mengacu pada Permen 24 Tahun 2007, coba Anda jelaskan

standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar /

Madrasah Ibtidaiyah !

Dalam peraturan ini yang di maksud dengan :

Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat

dipindah-pindah.

Prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan

fungsi sekolah/madrasah.

A. SATUAN PENDIDIKAN

1. Satu SD/MI memiliki sarana dan prasarana yang dapat

melayani minimum 6 rombongan belajar dan maksimum

24 rombongan belajar.

2. Satu SD/MI dengan enam rombongan belajar disediakan

untuk 2000 penduduk, atau satu desa/kelurahan.

3. Pada wilayah berpenduduk lebih dari 2000 dapat

dilakukan penambahan saranadan prasarana untuk

melayani tambahan rombongan belajar di SD/MI yang

telahada, atau disediakan SD/MI baru.

4. Pada satu kelompok permukiman permanen dan

terpencil dengan banyakpenduduk lebih dari 1000

jiwa terdapat satu SD/MI dalam jarak tempuh

bagipeserta didik yang berjalan kaki maksimum 3 km

melalui lintasan yang tidak membahayakan.

B. LAHAN

1. Untuk SD/MI yang memiliki 15 sampai dengan 28

peserta didik per rombongan belajar, lahan memenuhi

ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap

pesertadidik seperti tercantum pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Rasio Minimum Luas Lahan terhadap Peserta

Didik

NoBanyak Rombongan

Belajar

Rasio Minimum luas lahan terhadap

peserta didik

(m²/peserta didik)Bangunan

satu lantai

Bangunan

dua lantai

Bangunan

tiga lantai1 6 12,7 7,0 4,92 7-12 11,1 6,0 4,23 13-18 10,6 5,6 4,14 19-24 10,3 5,5 4,12. Untuk SD/MI yang memiliki kurang dari 15 peserta

didik per rombongan belajar, lahan memenuhi

ketentuan luas minimum seperti tercantum pada Tabel

2.2.

Tabel 2.2 Luas Minimum Lahan untuk SD/MI yang

Memiliki Kurang dari 15 Peserta Didik perRombongan

Belajar

NoBanyak Rombongan

Belajar

Luas Minimun Lahan (m²)Bangunan

satu lantai

Bangunan

dua lantai

Bangunan

tiga lantai1 6 1340 770 7102 7-12 2240 1220 8503 13-18 3170 1690 11604 19-24 4070 2190 1460

3. Luas lahan yang dimaksud pada angka 2 dan 3 di atas

adalah luas lahan yangdapat digunakan secara efektif

untuk membangun prasarana sekolah/madrasahberupa

bangunan dan tempat bermain/berolahraga.

4.Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam

kesehatan dan keselamatan jiwa, serta memiliki akses

untuk penyelamatan dalam keadaan darurat.

5. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak

berada di dalam garissempadan sungai dan jalur

kereta api.

6. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut.

a.Pencemaran air, sesuai dengan PP RI No. 20 Tahun

1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

b.Kebisingan, sesuai dengan Kepmen Negara KLH nomor

94/MENKLH / 1992 tentang Baku Mutu Kebisingan.

c. Pencemaran udara, sesuai dengan Kepmen Negara KLH

Nomor 02/MENKLH/1988 tentang Pedoman Penetapan

Baku Mutu Lingkungan.

7. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur

dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yanglebih

rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan

tanah dari Pemerintah Daerah setempat.

8. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau

memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas

tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

yangberlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.

C. BANGUNAN

1. Untuk SD/MI yang memiliki 15 sampai dengan 28

peserta didik per rombongan belajar, bangunan

memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai

terhadappeserta didik seperti tercantum pada Tabel

2.3.

Tabel 2.3 Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan terhadap

Peserta Didik

NoBanyak Rombongan

Belajar

Luas Minimun Lahan (m²)Bangunan

satu lantai

Bangunan

dua lantai

Bangunan

tiga lantai1 6 3,8 4,2 4,42 7-12 3,3 3,6 3,63 13-18 3,2 3,4 3,44 19-24 3,1 3,3 3,3

2. Untuk SD/MI yang memiliki kurang dari 15 peserta

didik per rombongan belajar,lantai bangunan

memenuhi ketentuan luas minimum seperti tercantum

pada Tabel2.4.

Tabel 2.4 Luas Minimum Lantai Bangunan untuk SD/MI

yang Memiliki Kurang dari 15 PesertaDidik per

Rombongan Belajar

Banyak Rombongan

Belajar

Luas Minimun Lahan (m²)Bangunan

satu lantai

Bangunan dua

lantai

Bangunan

tiga lantai6 400 460 490

7-12 670 730 76013-18 950 1010 104019-24 1220 1310 1310

3. Bangunan memenuhi ketentuan tata bangunan yang

terdiri dari:

a. koefisien dasar bangunan maksimum 30 %;

b. koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum

bangunan yangditetapkan dalam Peraturan Daerah

c. jarak bebas bangunan yang meliputi garis sempadan

bangunan dengan as jalan, tepi sungai, tepi

pantai, jalan kereta api, dan/atau jaringan

tegangantinggi, jarak antara bangunan dengan

batas-batas persil, dan jarak antara as jalan dan

pagar halaman yang ditetapkan dalam Peraturan

Daerah.

4. Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan berikut.

a. Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh sampai

dengan kondisipembebanan maksimum dalam mendukung

beban muatan hidup dan bebanmuatan mati, serta

untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk

menahangempa dan kekuatan alam lainnya.

b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau

proteksi aktif untuk mencegah danmenanggulangi

bahaya kebakaran dan petir.

5. Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan berikut.

a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi

udara dan pencahayaan yangmemadai.

b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan

meliputi saluran air bersih,saluran air kotor

dan/atau air limbah, tempat sampah, dan saluran

air hujan.

c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna

bangunan dan tidakmenimbulkan dampak negatif

terhadap lingkungan.

6. Bangunan menyediakan fasilitas dan aksesibilitas

yang mudah, aman, dan nyamantermasuk bagi

penyandang cacat.

7. Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.

a. Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan

yang mengganggu kegiatan pembelajaran.

b. Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan

yang baik.

c. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu

penerangan.

8. Bangunan bertingkat memenuhi persyaratan berikut.

a. Maksimum terdiri dari tiga lantai.

b. Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan

kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan

pengguna.

9. Bangunan dilengkapi sistem keamanan berikut:

a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar

darurat, dan jalur evakuasi jikaterjadi bencana

kebakaran dan/atau bencana lainnya.

b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah

dan dilengkapi penunjukarah yang jelas.

10. Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya

minimum 900 watt.

11. Pembangunan gedung atau ruang baru harus

dirancang, dilaksanakan, dan diawasi secara

profesional.

12. Kualitas bangunan minimum permanen kelas B, sesuai

dengan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu

pada Standar PU.

13. Bangunan sekolah/madrasah baru dapat bertahan

minimum 20 tahun.

14. Pemeliharaan bangunan sekolah/madrasah adalah

sebagai berikut.

a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang,

perbaikan sebagian daunjendela/pintu, penutup

lantai, penutup atap, plafon, instalasi air dan

listrik,dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.

b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka

atap, rangka plafon, rangkakayu, kusen, dan semua

penutup atap, dilakukan minimum sekali dalam

20tahun.

15. Bangunan dilengkapi izin mendirikan bangunan dan

izin penggunaan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

D. KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA

Sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana

sebagai berikut:

1. ruang kelas,

2. ruang perpustakaan,

3. laboratorium IPA,

4. ruang pimpinan,

5. ruang guru,

6. tempat beribadah,

7. ruang UKS,

8. jamban,

9. gudang,

10. ruang sirkulasi,

11. tempat bermain/berolahraga.

Ketentuan mengenai prasarana tersebut beserta sarana yang

ada di dalamnya diatur dalam standar sebagai berikut:

1. Ruang Kelas

a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan

pembelajaran teori, praktek yangtidak memerlukan

peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus

yangmudah dihadirkan.

b. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak

rombongan belajar.

c. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 28 peserta

didik.

d. Rasio minimum luas ruang kelas adalah 2m²/peserta

didik. Untuk rombonganbelajar dengan peserta didik

kurang dari 15 orang, luas minimum ruang

kelasadalah 30 m² Lebar minimum ruang kelas adalah

5m.

e. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan

pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan

untuk memberikan pandangan ke luarruangan.

f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar

peserta didik dan guru dapatsegera keluar ruangan

jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik

saattidak digunakan.

g. Ruang kelas dilengkapi sarana sebagaimana

tercantum pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang

Kelas

No Jenis Rasio Deskripsi1 Perabot1. Kursi 1 buah/ Kuat, stabil, aman, dan mudah

1 peserta

didik

peserta

didik

dipindahkan oleh peserta

didik. Ukuran sesuai dengan

kelompok usia peserta didik

dan mendukung pembentukan

postur tubuh yang baik,

minimum dibedakan dimensinya

untuk kelas 1-3 dan kelas 4-6.

Desain dudukan dan sandaran

membuat peserta didik nyaman

belajar.

1.

2

Meja

peserta

didik

1 buah/

peserta

didik

Kuat, stabil, aman, dan mudah

dipindahkan oleh peserta

didik. Ukuran sesuai dengan

kelompok usia peserta didik

dan mendukung pembentukan

postur tubuh yang baik,

minimum dibedakan dimensinya

untuk kelas 1-3 dan kelas 4-6.

Desain memungkinkan kaki

peserta didik masuk dengan

leluasa ke bawah meja.1.

3

Kursi guru I buah/

guru

Kuat, stabil, aman, dan mudah

dipindahkan. Ukuran memadai

untuk duduk dengan nyaman.1.

4

Meja guru 1 buah /

guru

Kuat, stabil, aman, dan mudah

dipindahkan. Ukuran memadai

untuk bekerja dengan nyaman.1.

5

Lemari 1 buah

/ruang

Kuat, stabil, dan aman. Ukuran

memadai untuk menyimpan

perlengkapan yang diperlukan

kelas. Tertutup dan dapat

dikunci.1.

6

Rak hasil

karya

peserta

didik

1 buah /

ruang

Kuat, stabil, dan aman. Ukuran

memadai untuk meletakkan hasil

karya seluruh peserta didik

yang ada dikelas.Dapat berupa

rak terbuka atau lemari.1.

7

Papan

panjang

1

buah/ruang

Kuat, stabil, dan aman. Ukuran

minimum 60 cm x 120 cm.2 Peralatan

pendidikan2.

1

Alat peraga [lihat daftar sarana

laboratorium IPA]3 Media

pendidikan3.

1

Papan tulis 1

buah/ruang

Kuat, stabil, dan aman. Ukuran

minimum 90 cm x 200 cm.

Ditempatkan pada posisi yang

memungkinkan seluruh peserta

didik melihatnya dengan jelas.

4 Perlengkapa

n lain

4.

1

tempat

sampah

1

buah/ruang4.

2

Tempat cuci

tangan

1

buah/ruang4.

3

Jam dinding 1

buah/ruang4.

4

Kotak

kontak

1

buah/ruang

2.Ruang Perpustakaan

a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan

peserta didik dan guru memperoleh informasi dari

berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca,

mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas

mengelola perpustakaan.

b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu

ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan adalah 5

m.

c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi

pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.

d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah/madrasah

yang mudah dicapai.

e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana sebagaimana

tercantum pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang

Perpustakaan

No Jenis Rasio Deskripsi

1 Buku1.

1

Buku teks

Pelajaran

1 eksemplar/mata

pelajaran/peserta

didik,

ditambah

2 eksemplar/mata

pelajaran/sekolah

Termasuk dalam daftar

buku teks

pelajaran yang

ditetapkan oleh

Mendiknas dan daftar

buku teks muatan lokal

yang ditetapkan oleh

Gubernur atau

Bupati/Walikota.

1.

2

Buku panduan

pendidik

1 eksemplar/mata

pelajaran/guru

mata pelajaran

bersangkutan

ditambah 1

eksemplar/mata

pelajaran/sekolah1.

3

Buku

pengayaan

840 judul/sekolah Terdiri dari 60% non-

fiksi dan 40% fiksi.

Banyak

eksemplar/sekolah

minimum:

1000 untuk 6 rombongan

belajar,

1500 untuk 7-12

rombongan belajar,

2000 untuk 13-24

rombongan belajar.1.

4

Buku

referensi

10 judul/sekolah Sekurang-kurangnya

meliputi Kamus Besar

Bahasa Indonesia,

kamus Bahasa Inggris,

ensiklopedi, buku

statistik daerah, buku

telepon, kitab undang-

undang dan peraturan,

dan kitab suci.1.

5

Sumber

belajar lain

10 judul/sekolah Sekurang-kurangnya

meliputi majalah,

surat kabar, globe,

peta, gambarpahlawan

nasional, CD

pembelajaran, dan alat

peraga matematika.2 Perabot2.

1

Rak buku 1 set/sekolah Kuat, stabil, dan

aman. Dapat menampung

seluruh koleksidengan

baik.Memungkinkan

peserta

didikmenjangkau

koleksi buku

denganmudah.

2.

2

Rak Majalah 1 buah/sekolah Kuat, stabil, dan

aman. Dapat menampung

seluruh

koleksimajalah.Memungk

inkan peserta

didikmenjangkau

koleksi majalah

denganmudah.2.

3

Rak surat

kabar

1 buah/majalah Kuat, stabil, dan

aman. Dapat menampung

seluruh koleksisurat

kabar.Memungkinkan

peserta

didikmenjangkau

koleksi surat kabar

denganmudah.2.

4

Meja baca 10 buah/sekolah Kuat, stabil, dan aman

dan mudah dipindahkan

oleh peserta didik.

Desain memungkinkan

kaki peserta didik

masuk dengan leluasa

ke bawah meja.2.

5

Kursi baca 10 buah/sekolah Kuat, stabil, dan aman

dan mudah dipindahkan

oleh peserta didik.

Desain dudukan dan

sandaran membuat

peserta didik nyaman

belajar.2.

6

Kursi kerja 1 buah/petugas Kuat, stabil, dan

aman, ukuran yang

memadai untuk bekerja.2.

7

Meja kerja /

sirkulasi

1 buah/petugas Kuat, stabil, dan

aman, ukuran yang

memadai untuk bekerja

dengan nyaman2.

8

Lemari

katalog

1 buah/sekolah Cukup untuk menyimpan

kartu-kartu katalog.

Lemari katalog dapat

diganti dengan meja

untuk menempatkan

katalog.2.

9

lemari 1 buah/sekolah Kuat, stabil, dan

aman, ukuran yang

memadai untuk

menampung seluruh

peralatan untuk

pengelolaan

perpustakaan, dapat

dikunci2. Papan 1 buah/sekolah Ukuran minimum 1m²

10 pengumuman2.

11

Meja

multimedia

1 buah/sekolah Kuat, stabil, dan

aman, ukuran yang

memadai untuk

menampung seluruh

peralatan multimedia.3 Media

pendidikan3.

1

Peralatan

multimedia

1set/sekolah Sekurang-kurangnya

terdiri dari 1 set

komputer (CPU, monitor

minimum 15 inci,

printer), TV, radio,

dan pemutar VCD/DVD.4 Perlengkapan

lain4.

1

Buku

inventaris

1buah/sekolah

4.

2

Tempat

sampah

1buah/ruang

4.

3

Kotak kontak 1buah/ruang

4.

4

Jam dinding 1buah/ruang

3. Laboratorium IPA

a. .Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas.

b. Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu

mendukung kegiatan

dalam bentuk percobaan.

c. Setiap SD/MI dilengkapi sarana laboratorium IPA seperti

tercantum pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Laboratorium

IPA

No Jenis Rasio Deskripsi1 Perabot 1.

1

Lemari I buah/sekolah Kuat, stabil, dan

aman. Ukuran memadai

untuk menyimpanseluruh

alat peraga.Tertutup

dan dapat dikunci.

Dapat memanfaatkan

lemari yang terdapat

di ruang kelas.2 Peralatan

pendidikan2.

1

Model

kerangka

manusia

1buah/sekolah Tinggi minimum 125cm,

mudah dibawa

2.

2

Model tubuh

manusia

1buah/sekolah Tinggi minimum 125cm,

dapat diamati dengan

mudah oleh seluruh

peserta didik, dapat

dibongkar, mudah

dibawa2. Globe 1buah/sekolah Diameter minimum 40

3 cm. Memiliki penyangga

dan dapat diputar.

Dapat memanfaatkan

globe yang terdapat di

ruang perpustakaan.2.

4

Model tata

surya

1buah/sekolah Dapat

mendemonstrasikan

terjadinya fenomena

gerhana2.

5

Kaca

pembesar

6buah/sekolah

2.

6

Cermin datar 6buah/sekolah

2.

7

Cermin

cekung

6buah/sekolah

2.

8

Cermin

cembung

6buah/sekolah

2.

9

Lensa datar 6buah/sekolah

2.

10

Lensa cekung 6buah/sekolah

2.

11

Lensa

cembung

6buah/sekolah

2.

12

Magnet

batang

6buah/sekolah Dapat

mendemonstrasikan gaya

magnet2.

13

Poster 1set/sekolah Jelas, terbaca dan

berwarna, ukuran

IPA,terdiri

dari:

a)

metamorfosis

,

b) hewan

langka,

c) hewan

dilindungi,

d) tanaman

khas

Indonesia,

e) contoh

ekosistem

f) sistem-

sistem

pernapasan

hewan

minimum A1

4.Ruang Pimpinan

a.Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan

kegiatan pengelolaansekolah/madrasah, pertemuan dengan

sejumlah kecil guru, orang tua murid,unsur komite

sekolah/majelis madrasah, petugas dinas pendidikan,

atau tamu lainnya.

b.Luas minimum ruang pimpinan 12 m² dan lebar minimum 3

m.

c.Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu

sekolah/madrasah, dapatdikunci dengan baik.

d.Ruang pimpinan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum

pada Tabel 2.8

Tabel 2.8 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Pimpinan

No Jenis Rasio Deskripsi1 Perabot 1.

1

Kursi

pimpinan

1 buah/ruang Kuat, stabil, dan

aman. Ukuran memadai

untuk duduk dengan

nyaman.

1.

2

Meja

pimpinan

1 buah/ruang Kuat, stabil, dan

aman. Ukuran memadai

untuk bekerja dengan

nyaman.1.

3

Kursi dan

meja tamu

1 set/ruang Kuat, stabil, dan

aman. Ukuran memadai

untuk 5 orang duduk

dengan nyaman.1.

4

Lemari 1buah/ruang Kuat, stabil, dan

aman. Ukuran memadai

untuk menyimpan

perlengkapan pimpinan

sekolah/ madrasah,

tertutup dan dapat

dikunci

1.

5

Papan

statistik

1buah/ruang Berupa papan tulis

berukuran minimum 1m²2 Perlengkapan

lain 2.

1

Simbol

kenegaraan

1set/ruang Terdiri dari Bendera

Merah Putih, Garuda

Pancasila, Gambar

Presiden RI, dan

Gambar Wakil Presiden

RI.2.

2

Tempat

sampah

1buah/ruang

2.

3

Mesin

ketik/komput

er

1set/sekolah

2.

4

Filling

cabinet

1buah/sekolah

2.

5

Brankas 1buah/sekolah

2.

6

Jam dinding 1 buah/ruang

5.Ruang Guru

a.Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan

istirahat sertamenerima tamu, baik peserta didik

maupun tamu lainnya.

b.Rasio minimum luas ruang guru 4 m²/pendidik dan luas

minimum 32 m

c.Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah

ataupun dari luar lingkungan sekolah/madrasah, serta

dekat dengan ruang pimpinan.

d.Ruang guru dilengkapi sarana sebagaimana tercantum

pada Tabel 2.9

Tabel 2.9 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Guru

No Jenis Rasio Deskripsi1 Perabot 1.

1

Kursi kerja 1 buah/guru Kuat, stabil, dan

aman. Ukuran memadai

untuk duduk dengan

nyaman.

1.

2

Meja kerja 1 buah/guru Kuat, stabil, dan

aman. Model meja

setengah biro, ukuran

memadai kutuk menulis,

membaca, memeriksa

pekerjaan, dan

memberikan konsultasi.1.

3

Lemari 1buah/guru atau 1

buah yang

digunakan bersama

oleh semua guru

Kuat, stabil, dan

aman. Ukuran memadai

untuk menyimpan

perlengkapan guru

untuk persiapan dan

pelaksanaan

pembelajaran, tertutup

dan dapat dikunci1.

5

Papan

statistik

1buah/sekolah Berupa papan tulis

berukuran minimum 1m²1.

6

Papan

pengumuman

1buah/sekolah Berupa papan tulis

berukuran minimum 1m²2 Perlengkapan

lain 2.

1

Tempat

sampah

1buah/ruang

2.

2

Tempat cuci

tangan

1buah/ruang

2.

3

Jam dinding 1buah/ruang

2.

4

Penanda

waktu

1buah/sekolah

6.Tempat Beribadah

a.Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga

sekolah/madrasahmelakukan ibadah yang diwajibkan oleh

agama masing-masing pada waktusekolah.

b.Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap

SD/MI, dengan luasminimum 12 m²

c.Tempat beribadah dilengkapi sarana sebagaimana

tercantum pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat

Beribadah

No Jenis Rasio Deskripsi1 Perabot 1.

1

Lemari/rak 1buah/tempat

ibadah

Ukuran memadai untuk

menyimpan perlengkapan

ibadah.2 Perlengkapan

lain 2.

1

Perlengkapan

ibadah

Disesuaikan dengan

kebutuhan2.

2

Jam dinding 1buah/tempat

ibadah

7.Ruang UKS

a.Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan

dini peserta didikyang mengalami gangguan kesehatan di

sekolah/madrasah.

b.Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling.

c.Luas minimum ruang UKS 12 m²

d.Ruang UKS dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada

Tabel 2.11.

Tabel 2.11 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang UKS

No Jenis Rasio Deskripsi1 Perabot

1.

1

tempat tidur 1set/ruang Kuat, stabil, dan aman

1.

2

Lemari 1buah/ruang Kuat, stabil, dan

aman, dapat dikunci1.

3

Meja 1buah/ruang Kuat, stabil, dan aman

1.

4

Kursi 2buah/ruang Kuat, stabil, dan aman

2 Perlengkapan

lain 2.

1

Catatan

kesehatan

peserta

didik

1set/ruang

2.

2

Perlengkapan

p3k

1set/ruang Tidak kadaluwarsa

2.

3

Tandu 1buah/ruang

2.

4

Selimut 1buah/ruang

2.

5

Tensimeter 1buah/ruang

2.

6

Termometer

badan

1buah/ruang

2.

7

Timbangan

badan

1buah/ruang

2.

8

Pengukuran

tinggi badan

1buah/ruang

2.

9

Tempat

sampah

1buah/ruang

2.

10

Tempat cuci

tangan

1buah/ruang

2.

11

Jam dinding 1buah/ruang

8.Jamban

a.Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar

dan/atau kecil.

b.Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta

didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 50 peserta

didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru.Jumlah

minimum jamban setiap sekolah/madrasah 3 unit.

c.Luas minimum 1 unit jamban 2 m²

d.Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan

mudah dibersihkan.

e.Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

f.Jamban dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada

Tabel 2.12.

Tabel 2.12 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Jamban

1 Perlengkapan

lain 1.

1

Kloset

jongkok

1buah/ruang Saluran berbentuk

leher angsa

1.

2

Tempat air 1buah/ruang Volume minimum 200

liter berisi air

bersih1.

3

Gayung 1buah/ruang

1.

4

Gantungan

pakaian

1buah/ruang

1.

5

Tempat

sampah

1buah/ruang

9.Gudang

a.Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan

pembelajaran di luarkelas, tempat menyimpan sementara

peralatan sekolah/madrasah yangtidak/belum berfungsi,

dan tempat menyimpan arsip sekolah/madrasah yangtelah

berusia lebih dari 5 tahun.

b.Luas minimum gudang 18 m²

c.Gudang dapat dikunci.

d.Gudang dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada

Tabel 2.13.

Tabel 2.13 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Gudang

No Jenis Rasio Deskripsi1 Perabot 1.

1

Lemari 1buah/ruang Kuat, stabil, dan

aman, ukuran memadai

untuk menyimpan alat –

alat dan arsip

berharga

1.

2

Rak 1buah/ruang Kuat, stabil, dan

aman, ukuran memadai

untuk menyimpan

peralatan olahraga,

kesenian, dan

keterampilan10.Ruang Sirkulasi

a.Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat

penghubung antar ruangdalam bangunan sekolah/madrasah

dan sebagai tempat berlangsungnyakegiatan bermain dan

interaksi sosial peserta didik di luar jam

pelajaran,terutama pada saat hujan ketika tidak

memungkinkan kegiatan-kegiatantersebut berlangsung di

halaman sekolah/madrasah.

b.Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang

menghubungkan ruang-ruangdi dalam bangunan

sekolah/madrasah dengan luas minimum 30% dari

luastotal seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum

1,8 m, dan tinggi minimum2,5 m.

c.Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-

ruang dengan baik,beratap, serta mendapat pencahayaan

dan penghawaan yang cukup.

d.Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan

bertingkat dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-

110 cm.

e.Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan

bertingkat dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi

minimum dua buah tangga.

f.Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada

bangunan bertingkat tidak lebih dari 25 m.

g.Lebar minimum tangga 1,5 m, tinggi maksimum anak

tangga 17 cm, lebaranak tangga 25-30 cm, dan

dilengkapi pegangan tangan yang kokoh dengan tinggi

85-90 cm.

h.Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus

dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan

lebar tangga.

i.Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan

penghawaan yang cukup.

11.Tempat Bermain/Berolahraga

a.Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area

bermain, berolahraga,pendidikan jasmani, upacara, dan

kegiatan ekstrakurikuler.

b.Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga 3 m²

/peserta didik. Untuk SD/MI dengan banyak peserta

didik kurang dari 180, luas minimum tempat

bermain/berolahraga 540 m² Di dalam luasan tersebut

terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga

berukuran minimum 20 m x 15 m.

c.Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka

sebagian ditanamipohon penghijauan.

d.Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang

tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas.

e.Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk

tempat parkir.

f.Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan

datar, drainase baik, dan tidak terdapat pohon,

saluran air, serta benda-benda lain yang mengganggu

kegiatan olahraga.

g.Tempat bermain/berolahraga dilengkapi sarana

sebagaimana tercantum pada Tabel 2.14.

Tabel 2.14 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat

Bermain/Berolahraga

No Jenis Rasio Deskripsi1 Peralatan

Pendidikan1.

1

Tiang

bendera

1buah/sekolah Tinggi sesuai

ketentuan yang berlaku1.

2

bendera 1buah/sekolah Ukuran sesuai

ketentuan yang berlaku1.

3

Peralatan

bola voli

1set/sekolah Minimum 6 bola

1.

4

Peralatan

sepak bola

1set/sekolah Minimum 6 bola

1.

5

Peralatan

senam

1set/sekolah Minimum matras, peti

loncat, tali

loncat,simpai, bola

plastik, tongkat.1.

6

Peralatan

atletik

1set/sekolah Minimum lembing,

cakram, peluru,tongkat

estafet, dan bak

loncat.1.

7

Peralatan

seni budaya

1set/sekolah Disesuaikan dengan

potensi masing – asing

SD/MI1.

8

Peralatan

keterampilan

1set/sekolah Disesuaikan dengan

potensi masing – asing

SD/MI2 Perlengkapan

lain2.

1

Pengeras

suara

1set/sekolah

2.

2

Tape

recorder

1buah/sekolah

3. Coba Anda jelaskan perkembangan kurikulum di Indonesia

dari masa kemasa ! Menurut pendapat Anda model kurikulum

yang seperti apa yang cocok diterapkan di Indonesia

ditinjau dari sarana dan prasarana yang tersedia, SDM dan

pengelolaan kurikulumnya ?

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum

pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada

tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006,

dan yang sekarang 2013. Perubahan tersebut merupakan

konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik,

sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat

berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai

seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara

dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi

di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang

berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD

1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan

pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

Perubahan kurikulum tersebut tentu disertai dengan tujuan

pendidikan yang berbeda-beda, karena dalam setiap perubahan

tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk

memajukan pendidikan nasional kita. Perubahan kurikulum di

dunia pendidikan Indonesia beserta tujuan yang ingin

dicapai. Berikut perubahan kurikulum dari masa ke masa :

A. Kurikulum Pada Masa Awal Kemerdekaan atau Masa Orde Lama

1. Kurikulum 1947

Kurikulum pertama yang lahir setelah Indonesia merdeka

disebut rencana pelajaran atau dalam bahasa belanda leer

plan. Perubahan orientasi pendidikan lebih bersifat politis

dari orientasi pendidikan Belanda kepada kepentingan

nasional. Kurikulum 1947 dilandasi dengna semangat zaman

dan suasana kehidupan berbangsa, pendidikan pada masa ini

lebih menekankan kepada pembentuka karakter manusia

indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan

bangsa lain. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian

dan kehidupan sehari-hari serta memberikan perhatian

terhadap pendidikan kesenian dan pendidikan jasmani.

Kurikulum 1947 baru secara resmi dilaksanakan di sekolah-

sekolah mulai tahun 1950. Bentuk kurikulum ini memuat dua

hal pokok yaitu daftar mata pelajaran dan jam pelajarannya,

disertai dengan garis-garis besar pengajaran.

2. Kurikulum 1952

Setelah Rencana Pelajaran 1947 , pada tahun 1952

kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun

1952 ini, pemerintah Indonesia melalui Kementrian

Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku

pedoman kurikulum SD yang lebih merinci setiap mata

pelajaran kemudian diberi nama Rencana Pelajaran Terurai

1952 yang berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan

mengejar di SD. Di dalamnya tercantum jenis-jenis pelajaran

yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar di sekolah.

Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan

nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri kurikulum

1952 ini bahwa setap rencana pelajaran sehari-hari. Silabus

mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu

mata pelajaran.

3. Kurikulum 1964

Di penghujung era pemerintahan presiden Soekarno

menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan

sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama

Rencana Pendidikan 1964 atau kurikulum 1964. Pokok-pokok

pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini

adalah bahwa pemerinah mempunyai keinginaan agar rakyat

mendapat penegetahuan akademik untuk pembekalan pada

jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program

Pancawardhana. Fokus kurikulum 1964 ini pada pengemabangan

Pancawardhana, yaitu: Daya cipta, Rasa, Karsa, Karya, dan

Moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok

bidang studi yaitu ; moral, kecerdasan, emosional,

keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan Dasar lebih

menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional

praktis.

B. Kurikulum Pada Masa Orde Baru

1. Kurikulum 1968

Lahirnya kurikulum 1968 sebagai perubahan dari

kurikulum 1964 dipengaruhi oleh perubahan sistem politik

dari pemerintahan rezim orde lama ke pemerintahan rezim

orde baru. Kurikulum 1968 melakukan perubahan struktur

kurikulum dari Pancawardhana dan menekankan pendekatan

organisasi mata pelajaran menjadi kelompok pembinaan Jiwa

Pancasila, pengetahuan dasar , dan kecakapan khusus.

Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan

orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan

konsekuen. Jumlah jam pelajarannya 9 mata pelajaran. Titik

berat kurikulum ini pada materi apa saja yang dapat

diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Dari

segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 diarahkan pada upaya

untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat

jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi

pendidikan diarahkan kepada kegiatan mempertinggi

kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang

sehat dan kuat.

2. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 disusun dengan berorientasi kepada

tujuan pendidikan. ini berarti bahwa segala bahan pelajaran

dan kegiatan belajar-mengajar dipilih, direncanakan, dan

diorganisasikan sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak

dicapai. Dengan pendekatan ini dimaksudkan agar segala

kegiatan belajar-mengajar dapat secara intensif dan efisien

diarahkan bagi tercapainya tujuan pendidikan. Sebagai

konsekuensi dari pendekatan yang berorientasi kepada

tujuan, kurikulum 1975 memandang situasi belajar-mengajar

sebagai suatu sistem yang meliputi komponen-komponen tujuan

pelajaran, bahan ajar , alat pelajaran, alat evaluasi dan

metode pengajaran. Dengan cara memandang demikian setiap

pengajar diajak untuk menjadi perencana dari kegiatan

belajar-mengajar di samping sebagai pengelola, dan salah

satu dari proses belajar itu sendiri. Sebagai alat untuk

melaksanakan pola pengembangan dan pelaksanaan program

pengajaran ini dianjurkan kepada setiap guru untuk

menggunakan Prosedur Pengembangan Sistem Intruksonal ( PSSI

) dalam menyusun satuan-satuan pelajaran.

Sistem Penyajian dengan pendekatan PPSI ( Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional)

Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-menagajar

merupakan suatu sistem yang senantiasa diarahkan pada

pencapaian tujuan. Sistem pembelajaran dengan pendekatan

sistem instruksional inilah yang merupakan pembaharuan

dalam sistem pengajaran di Indonesia. Sistem Penilaian

dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap

akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu.

Inilah yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya yang

memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun

saja.

3. Kurikulum 1984

Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap

sudah tidak relevan lagi dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan . Dalam GBHN 1983

hasil sidang umum MPR 1983 menyiratkan keputusan yang

menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 kepada

kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah

menetapkan pergantian kurikulum 1975 menjadi kurikulum

1984.

secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum

1984 diantaranya sebagai betrikut:

1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum

tertampung dalam kurikulum pendidikan dasar dan

menengah.

2. Terdapat ketidakserasian terhadap kurikulum berbagai

bidang studi dengan kemampuan anak didik.

3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan

pelaksanaannya dalam sekolah.

4. Terlalu padatnya pada kurikulum yang harus diajarkan

hampir disetiap jenjang.

Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983

antara kebutuhan dan perkembangan IPTEK terhadap kurilkulum

1975 dianggap sudah tidak relevan karena itu diperlukan

perubahan kurikulum.

Kurikulum 1984 lahir sebagai revisi kurikulum 1975.

Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Berorientasi kepada tujuan pembelajaran, maksudnya

sebelum memilih atau menentukann bahan ajar, yang

pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus

dicapai siswa.

2. Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik

melalui cara belajar siswa aktif.

3. Materi dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral.

Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam

pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan

keluasan materi pelajaran.

4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum

diberikan latihan.

5. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan dan

kematangan siswa.

6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses.

Keterampilan proses adalah pendekatan belajar dan

pembelajaran yang memberi tekanan kepada proses

pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan

mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan

keterampilan proses diupayakan dilakukan secara

efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.

4. Kurikulum 1994

Pada tahun sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses

pembelajaran menekankan pada pola pembelajaran yang

berorientasi pada teori belajar mengajar, kurang

memperhatikan muatan pelajaran. Hal ini terjadi karena

sesuai dengan suasana pendidikan diLPTK (Lembaga Penidikan

tenaga Kependidikan) yang lebih mengutamakn teori tentang

proses belajar mengajar. Akibatnya pada saat itu

dibentuklah tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut

mengembangkan kurikulum disekolah. Tim ini memandang bahwa

materi pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa,

sehingga siswa selesai mengikuti materi pelajarn yang cukup

banyak. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurna kurikulum

1984 dan dilaksanakan sesuai dengan undang-undang No. 2

Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Hal ini

berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran yaitu

dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan.

Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun

menjadi tiga tahap, diharapkan dapat memberi kesempatan

bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup

banyak.

Terdapat ciri ciri yang menonjol dari pembentukan

kurikulum 1994, antara lain sebagai berikut :

1. Penbentukan tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem

catur wulan.

2. Pembelajaran disekolah lebih menekankan materi

pelajaran yang cukup padat.

3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang

meberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa

di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum

inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan

pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan

kebutuhan masyarakat sekitar.

4. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan

menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam

belajar, baik secara mental, fisik dan sosial. Dalam

mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal

yang mengarah kepada jawaban yang konvergen, divergen,

dan penyelidikan.

5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya

disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan

perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan

terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan

kepada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan

keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

6. Pengajaran dari hal yang konkret kehal yang abstrak,

dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dari hal yang

sederhana kehal yang kompleks.

7. Pengulangan pengulangan materi yang di anggap sulit

perlu dilakukan pemantapan pemahaman siswa.

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa

permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan

kepada pendekatan penguasaan materi diantaranya sebagai

berikut :

1. Belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata

pelajaran dan banyaknya materi setiap mata pelajaran.

2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena

kuranganya relevan dengan tingkat perkembangan

berpikir siswa. Dan kurang bermakna karena kurang

terkait dengan aplikasi kehidupan sehari hari.

Permasalahan diatas terasa saat berlangsungnya

pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat

kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah

satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya suplemen

kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan

tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum,

yaitu :

1. Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai

upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan

IPTEK, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.

2. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan

proposi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai

dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan

lingkungan serta sarana pendukung.

3. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh

kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian

dengan tingkat perkembangan siswa.

4. Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai

aspek terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran,

evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku

pelajaran.

5. Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam

mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan

buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya

yang tersedia di sekolah.

Penyempurnaan kurikulum1994 pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah dilaksanakan bertahap penyempurnaan

jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.

C. Kurikulum Masa Reformasi

1. Kurikulum Tahun 2004 ( KBK )

a. Latar Belakang Munculnya KBK

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dapat dikatakan

sebagai salah satu bentuk inovasi kurikulum. Kemunculan KBK

seiring dengan munculnya semangat reformasi pendidikan,

diawali dengan munculnya kebijakan pemerintah diantaranya

lahirnya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah, Undang-Undang No. 25 Tahun 2000

tentang Kewenangan Pemerintahan dan Kewenangan Provinsi

sebagai Daerah Otonom serta lahirnya Tap MPR No.

IV/MPR/1999 tentang Arah Kebijakan Pendidikan di Masa

Depan.

Disamping itu, rendahnya kualitas pendidikan merupakan

faktor pendorong lain perlunya perubahan kurikulum dalam

konteks reformasi pendidikan. Dalam rangka mempersiapkan

lulusan pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh

tangtangan dan ketidakpastian,diperlukan pendidikan yang

dirancang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. Untuk

mengatasi permasalahan tersebut diperlukan perubahan yang

mendasar dalam sistem pendidikan nasional, yang dipandang

sudah tidak efektif dan tidak mampu lagi mempersiapkan anak

didik untuk dapat bersaing dengan bangsa lain didunia.

Salah satu perubahan tersebut berkaitan dengan perubahan

kurikulum sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan

Untuk kepentingan tersebut pemerintah memprogramkan

kurikulum berbasis kompetensi sebagai acuan atau pedoman

bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai

ranah pendidikan dalam seluruh jenjang dan jalur

pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.

b. Karakteristik dan Tujuan KBK

KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki tiga karakteristik

utama :

1. KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus

dicapai oleh siswa

2. Implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan kepada

proses pengalaman dengan memerhatikan keberagaman

setiap individu.

3. Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan

proses belajar.

Depdiknas (2002) mengemukakan karakteristik KBK secara

lebih rinci :

1. Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik

secara individual maupun klasikal. Ini mengandung

pengertian bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi

menekankan kepada ketercapaian kompetensi.

2. Berorientasi pada hasil belajar (Learning outcomes)

dan keberagaman. Ini artinya, keberhasilan pencapaian

kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar.

Indikator inilah yang selanjutnya dijadikan acuan

apakah kompetensi yang diharapkan sudah tercapai atau

belum. Proses pencapaian hasil belajar itu tentu saja

sangat tergantung pada kemapuan siswa. Sebab diyakini,

siswa memiliki kemampuan dan kecepatan yang berbeda.

KBK memberikan peluang yang sama kepada seluruh siswa

untuk dapat mencapai hasil belajar.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan

dan metode yang bervariasi. Artinya, sesuai dengan

keberagaman siswa, maka metode yang digunakan dalam

proses pembelajaran harus bersifat multimetode.

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber

belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Artinya,

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi khususnya teknologi informasi.

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar

dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu

kompetensi. Artinya, keberhasilan pembelajaran KBK

tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat

menguasai isi atau materi pelajaran, akan tetapi juga

bagaimana cara mereka menguasai pelajaran tersebut.

Tujuan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah

memandirikan atau memberdayakan sekolah dalam mengembangkan

kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik,

sesuai dengan kondisi lingkungan. KBK memberi peluang bagi

kepala sekolah , guru , dan peserta didik untuk melakukan

inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan

masalah kurikulum ,pembelajaran , manajerial , dan lain

sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas , dan

profesionalisme yang dimiliki.Tujuan Kurikulum Berbasis

Kompetensi adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk

menghadapi perannya dimasa datang dengan mengembangkan

sejumlah kecakapan hidup .

2. Kurikulum 2006 (KTSP)

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah

kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

masing-masing satuan pendidikan.

a. Konsep Dasar KTSP

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat

15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan

dilaksnakan oleh masing-masing satuan pendidikan.

Penyusunan KTSP diakukan oleh satuan pendidikan dengan

memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta

kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP).

KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang No

20 tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasiional pasal 36

ayat 1), dan 2) sebagai berikut.

1) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional

Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan

Nasional.

2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan

dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai

dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta

didik.

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan

KTSP adalah sebagai berikut:

KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan

pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta

sosial budaya masyarakat setrempat dan peserta didik.

Sekolah dan komite sekolah mengembangkan KTSP dan

silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan

standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas

pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang

bertanggungjawab di bidang pendidikan.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap

program studi diperguruan tinggi dikembangkan dan

ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan

mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan

berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan

kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan

pendidikan, dan pelibata masyarakat dalam rangka

mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Otonomi

diberikan agar satuan pendidikan dan sekolah memiliki

keleluasaan dalam mengelola sumber daya sumber dana, sumber

belajar, dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas

kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dikembangkan oleh

guru, kepala seolah, serta Komite Sekolah dan Dewan

pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan

berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi

pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD),

pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga

kependidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh

masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan

sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan

yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu merumuskan

dan menetapkan visi misi dan tujuan sekolah dengan berbagai

implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional

untuk mencapai tujuan sekolah.

b.Tujuan KTSP

Secara umum tujuan diterpkannya KTSP adalah untuk

memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui

pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan

dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan

secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan

inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat

dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan

keputusan bersama.

3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan

pendidikan yang akan dicapai.

c.Landasan Pengembangan KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh

undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut.

· Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

· Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan

· Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Stanadar Isi

· Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Stanadar

kompetensi Lulusan

· Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan

permendiknas no. 22, dan 33.

d. Karakteristik KTSP

Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari

bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat

mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan

sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, seta

sistem penilaian. Berdasarkan uraian diatas, dapat

dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut:

[15]

1. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan

Pendidikan

KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan

pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk

mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat.

Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi kewenangan dan

kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan

masyarakat. Melalui otonomi yang luas, seolah dapat

meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan

partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputusan dan

tanggungjawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang

diambil secara proporsional dan profesional.

2. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi

Orang tua peseta didik dan mayarakat tidak hanya

mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui

komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta

mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran. Masyrakat dan orang tua menjalin

kerja sama unntuk membantu sekolah sebagai nara sumber pada

berbagai kegiatan sekolah untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.

3. Kepemipinan yang Demokratis dan Profesional

Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana

kurikulum, kepala sekolah adalah manajer pendidikan

profesional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola

segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan. Guru-guru yang direkrut sekolah adalah pendidik

profesional dalam bidangnya masing-masing. Dalam proses

pengambilan keputusan, kepala sekolah mengimplementasikan

proses “bottom-up” secara demokratis, sehingga semua pihak

memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil

beserta pelakanaanya.

4. Tim-Kerja yang Kompak dan Transparan

Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya,

pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara harmonis

sesuai dengan posisinya masing-masing untuk mewujudkan

suatu sekolah yang dapat dibanggakan. Mereka tidak saling

menunjukan kuasa atau paling berjasa, tetapi masing-masing

berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu dan kinerja

sekolah secara keseluruhan.

3 Kurikulum 2013

Merupakan kurikulum baru diterapkan oleh pemerintah

untuk menggantikan ‘Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan’

yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum

2013 masuk dalam masa percobaan di tahun 2013 dengan

menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan. Di

tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II,

IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA

Kelas X dan XI. Diharapkan, pada tahun 2015 telah

diterapkan di seluruh jenjang pendidikan. Kurikulum 2013

memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan,

aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam

Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran

terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang

ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di

materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi

yang ditambahkan adalah materi Matematika. Materi pelajaran

tersebut (terutama Matematika) disesuaikan dengan materi

pembelajaran standar Internasional sehingga pemerintah

berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri

dengan pendidikan di luar negeri. Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Anies Baswedan, menyatakan menghentikan

pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang baru

melaksanakan kurikulum ini selama satu semester pada

tanggal 5 Desember 2014.

D. Perbedaan antara kurikulum lama dengan kurikulum baru :

1. Kurikulum lama berorientasi pada masa lampau, sedangkan

kurikulum baru berorientasi kepada masa sekarang.

2. Kurikulum lama tidak berdasarkan suatu filsafat

pendidikan yang jelas, sedangkan kurikulum baru

berdasarkan filsafat pendidikan yang jelas yang dapat

diajarkan kedalam serangkaian tindakan yang nyata.

3. Kurikulum lama berdasarkan tujuan pendidikan yang

mengutamakan perkembangan pengetahuan dan keterampilan,

sedangkan kurikulum baru bertujuan untuk mengembangkan

keseluruhan pribadi siswa agar mampu hidup didalam

masyarakat.

4. Kurikulum lama berpusat pada mata pelajaran, sedangkan

kurkulum baru disusun berdasakan masalah atau topik, di

mana siswa belajar dengan mengalami sendiri . Kurikulum

disusun dalam benntuk bidang studi yang luas atau dalam

bentuk semua integarasi bidang pelajaran.

5. Kurikulum lama semata-mata didasarkan atas buku

pelajaran sebagai sumber bahan , sedangkan kurikuulum

baru bertitik tolak dari masalah dalam kehidupan yang

disesuaikan dengan tingkat perkembangan, minat, dan

kebutuhan individu.

6. Kurikulum lama dikemabangkan oleh guru perseorangan .

Guru adalah suatu cardinal factor di dalam keberhasilan

kurikulum, sedangkan kurikulum baru dikembangkan oleh tim

atau suatu departemen tertentu. Setiap guru terikat pada

konsep yang telah disusun oleh tim atau oleh departemen

yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kebebasan guru

untuk mengadakan beberapa penyesuaian.

Perubahan kurikulum sebaiknya melihat keperluan masa depan,

serta menekankan kembali pada bentuk asal, berbuat lebih

baik dengan menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan

praktik yang salah atau memperkenalkan prosedur yang lebih

baik.

Karena saya belum memahami betul tentang kurikulum

2013, jadi menurut saya model kurikulum yang cocok

diterapkan di indonesia yaitu kurikulum berbasis

kompetensi, karena kurikulum ini, memperbanyak

interaksi antara guru dan siswa, banyak melakukan

presentasi, kerja kelompok. Dari sini siswa bisa

belajar untuk lebih percaya diri dan tidak hanya

berpedoman pada buku, selain itu juga mengasah skill

komunikasi dan presentasi yang akan sangat penting

dalam dunia kerja. Kelebihan lain adalah sistem ini

tetap mempunyai standar kesulitan yang sama dengan

kurikulum-kurikulum sebelumnya, jadi juga tidak

melupakan pentingnya dasar teori, karena seperti yang

terkenal di dunia, negara Asia seperti Indonesia,

China, dan India terkenal dengan tingkat kesulitan

soal yang tinggi dibandingkan dengan negara-negara

barat seperti Amerika.

Jadi kurikulum berbasis kompetensi ini mempersiapkan

siswa dengan skill komunikasi sekaligus dengan dasar

teori yang kuat, mengambil sisi positif dari sitem

pengajaran barat dan asia.

4. Bagaimana kemitraan antara sekolah, masyarakat dan

komite sekolah dalam pengelolaan pendidikan ?

Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan

interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat

diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan

aspirasi, dan simpati dari masyarakat, serta mengupayakan

terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan

masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus

bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk

mensuksekan program-program sekolah yang bersangkutan

sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis. Dan fungsi

dari Komite Sekolah berfungsi sebagai berikut:

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat

terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;

2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat

(perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan

pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan

yang bermutu;

3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan,

dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh

masyarakat;

4. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam

pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan

pemerataan pendidikan.