perbaikan uts
TRANSCRIPT
Nama : ERLINTIA NUR ALFIANI
NPM : 11.22.1.0039
Semester : VII IPA I
Fakultas : FAPENDASMEN
Prodi : PGSD
SOAL PERBAIKAN UTS PENGELOLAAN PENDIDIKAN
1. Jelaskan yang Anda ketahui tentang Standar Nasional
Pendidikan !
2. Mengacu pada Permen 24 Tahun 2007, coba Anda jelaskan
standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar /
Madrasah Ibtidaiyah !
3. Coba Anda jelaskan perkembangan kurikulum di Indonesia
dari masa kemasa ! Menurut pendapat Anda model kurikulum
yang seperti apa yang cocok diterapkan di Indonesia
ditinjau dari sarana dan prasarana yang tersedia, SDM dan
pengelolaan kurikulumnya ?
4. Bagaimana kemitraan antara sekolah, masyarakat dan
komite sekolah dalam pengelolaan pendidikan ?
5. Buatlah power point tentang materi pengelolaan
pendidikan sesuai di SAP (cukup satu materi)
JAWABAN
1. Jelaskan yang Anda ketahui tentang Standar Nasional
Pendidikan !
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar Nasional Pendidikan terdiri dari :
Standar Kompetensi Lulusan
Standar IsiStandar Proses
Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Standar Sarana dan Prasarana
Standar Pengelolaan
Standar Pembiayaan Pendidikan
Standar Penilaian Pendidikan
Fungsi dan Tujuan Standar :
Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai
dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu
Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin
mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara
terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global.
Daftar Standar Nasional Pendidikan yang telah
mnjadi Permendiknas :
A. Standar Isi :
NO Nomor Permen Tentang
1 Nomor 22 tahun
2006
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah
2 Nomor 24 tahun
2006
Pelaksanaan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun
2006 tentang standar Isi untuk
satuan pendidikan Dasar dan
Menengah dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk satuan pendidikan
Dasar dan Menengah
3 Nomor 14 Tahun
2007
Standar Isi Program Paket A,
Program Paket B, dan Program Paket
C
B. Standar Kompetensi Lulusan :
NO Nomor Permen Tentang
1 Nomor 23 Tahun
2006
Standar Kompetensi Lulusan untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah
2 Nomor 24 tahun
2006
Pelaksanaan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun
2006 tentang standar Isi untuk
satuan pendidikan Dasar dan
Menengah dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk satuan pendidikan
Dasar dan Menengah
C. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan :
NO Nomor Permen Tentang
1 Nomor 12 Tahun
2007
Standar pengawas Sekolah/Madrasah
2 Nomor 13 tahun
2007
Standar Kepala Sekolah/Madrasah
3 Nomor 16 Tahun
2007
Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru
4 Nomor 24 Tahun
2008
Standar Tenaga Administrasi
Sekolah/Madrasah
5 Nomor 25 Tahun
2008
Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah
6 Nomor 26 Tahun
2008
Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah
7 Nomor 27 Tahun
2008
Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor
8 Nomor 40 Tahun
2009
Standar Penguji Pada Kursus dan
Pelatihan
9 Nomor 41 Tahun
2009
Standar Pembimbing Pada Kursus &
Pelatihan
10 Nomor 43 Tahun Standar Tenaga Administrasi Program
2009 paket A , Paket B, dan Paket C
11 Nomor 42 Tahun
2009
Standar Pengelola Kursus
12 Nomor 44 Tahun
2009
Standar Pengelola Pendidikan pada
Program Paket A, Paket B dan Paket
C
13 Nomor 45 Tahun
2009
standar Teknisi Sumber Belajar Pada
Kursus dan Pelatihan
D. Standar Pengelolaan :
NO Nomor Permen Tentang
1 Nomor 19 Tahun 2007 Standar Pengelolaan Pendidikan oleh
Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
E. Standar Penilaian :
NO Nomor Permen Tentang
1 Nomor 20 Tahun 2007 Standar Penilaian Pendidikan
F. Standar Sarana Prasaran :
NO Nomor Permen Tentang
1 Nomor 24 Tahun 2007 Standar Sarana dan Prasarana untuk
SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA
2 Nomor 33 Tahun 2008 Standar Sarana dan Prasarana untuk
SDLB, SMPLB, dan SMALB
3 Nomor 40 Tahun 2008 Standar Sarana dan Prasarana untuk
SMK/MAK
G. Standar Proses :
NO Nomor Permen Tentang
1 Nomor 41 Tahun 2007 Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah
2 Nomor 1 Tahun 2008 Standar Proses Pendidikan Khusus
3 Nomor 3 Tahun 2008 Standar Proses Pendidikan
Kesetaraan Program Paket A, Paket
B, dan Paket C
H. Standar Biaya :
NO Nomor Permen Tentang
1 Nomor 69 Tahun
2009
Standar Biaya Operasi Nonpersonalia
Untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB), Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB)
I. Standar Pendidikan Anak Usia Dini :
NO Nomor Permen Tentang
1 Nomor 58 Tahun 2009 Standar Pendidikan Anak Usia Dini
Tugas & Kewenangan
BSNP bertugas membantu Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan memiliki kewenangan untuk:
Mengembangkan Standar Nasional Pendidikan
Menyelenggarakan Ujian Nasional
Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan
pemerintah daerah dalam penjaminan dan
pengendalian mutu pendidikan
Merumuskan kriteria kelulusan pada satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah
Menilai kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan
kegrafikaan buku teks pelajaran
Standar yang dikembangkan oleh BSNP berlaku efektif
dan mengikat semua satuan pendidikan secara nasional.
BSNP dipimpin oleh seorang ketua dan seorang
sekretaris yang dipilih oleh dan dari anggota atas
dasar suara terbanyak. Dalam menjalankan tugasnya,
BSNP didukung oleh sebuah sekretariat yang secara ex-
officio diketuai oleh pejabat Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang ditunjuk oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). BSNP dapat
menunjuk tim-tim ahli yang bersifat adhoc sesuai
kebutuhan.
BSNP didukung dan berkoordinasi dengan Kemdikbud dan
departemen yang menangani urusan pemerintahan di
bidang agama, dan dinas yang menangani pendidikan di
provinsi/kabupaten/kota.
2. Mengacu pada Permen 24 Tahun 2007, coba Anda jelaskan
standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar /
Madrasah Ibtidaiyah !
Dalam peraturan ini yang di maksud dengan :
Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat
dipindah-pindah.
Prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan
fungsi sekolah/madrasah.
A. SATUAN PENDIDIKAN
1. Satu SD/MI memiliki sarana dan prasarana yang dapat
melayani minimum 6 rombongan belajar dan maksimum
24 rombongan belajar.
2. Satu SD/MI dengan enam rombongan belajar disediakan
untuk 2000 penduduk, atau satu desa/kelurahan.
3. Pada wilayah berpenduduk lebih dari 2000 dapat
dilakukan penambahan saranadan prasarana untuk
melayani tambahan rombongan belajar di SD/MI yang
telahada, atau disediakan SD/MI baru.
4. Pada satu kelompok permukiman permanen dan
terpencil dengan banyakpenduduk lebih dari 1000
jiwa terdapat satu SD/MI dalam jarak tempuh
bagipeserta didik yang berjalan kaki maksimum 3 km
melalui lintasan yang tidak membahayakan.
B. LAHAN
1. Untuk SD/MI yang memiliki 15 sampai dengan 28
peserta didik per rombongan belajar, lahan memenuhi
ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap
pesertadidik seperti tercantum pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Rasio Minimum Luas Lahan terhadap Peserta
Didik
NoBanyak Rombongan
Belajar
Rasio Minimum luas lahan terhadap
peserta didik
(m²/peserta didik)Bangunan
satu lantai
Bangunan
dua lantai
Bangunan
tiga lantai1 6 12,7 7,0 4,92 7-12 11,1 6,0 4,23 13-18 10,6 5,6 4,14 19-24 10,3 5,5 4,12. Untuk SD/MI yang memiliki kurang dari 15 peserta
didik per rombongan belajar, lahan memenuhi
ketentuan luas minimum seperti tercantum pada Tabel
2.2.
Tabel 2.2 Luas Minimum Lahan untuk SD/MI yang
Memiliki Kurang dari 15 Peserta Didik perRombongan
Belajar
NoBanyak Rombongan
Belajar
Luas Minimun Lahan (m²)Bangunan
satu lantai
Bangunan
dua lantai
Bangunan
tiga lantai1 6 1340 770 7102 7-12 2240 1220 8503 13-18 3170 1690 11604 19-24 4070 2190 1460
3. Luas lahan yang dimaksud pada angka 2 dan 3 di atas
adalah luas lahan yangdapat digunakan secara efektif
untuk membangun prasarana sekolah/madrasahberupa
bangunan dan tempat bermain/berolahraga.
4.Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam
kesehatan dan keselamatan jiwa, serta memiliki akses
untuk penyelamatan dalam keadaan darurat.
5. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak
berada di dalam garissempadan sungai dan jalur
kereta api.
6. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut.
a.Pencemaran air, sesuai dengan PP RI No. 20 Tahun
1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
b.Kebisingan, sesuai dengan Kepmen Negara KLH nomor
94/MENKLH / 1992 tentang Baku Mutu Kebisingan.
c. Pencemaran udara, sesuai dengan Kepmen Negara KLH
Nomor 02/MENKLH/1988 tentang Pedoman Penetapan
Baku Mutu Lingkungan.
7. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur
dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yanglebih
rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan
tanah dari Pemerintah Daerah setempat.
8. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau
memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas
tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yangberlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.
C. BANGUNAN
1. Untuk SD/MI yang memiliki 15 sampai dengan 28
peserta didik per rombongan belajar, bangunan
memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai
terhadappeserta didik seperti tercantum pada Tabel
2.3.
Tabel 2.3 Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan terhadap
Peserta Didik
NoBanyak Rombongan
Belajar
Luas Minimun Lahan (m²)Bangunan
satu lantai
Bangunan
dua lantai
Bangunan
tiga lantai1 6 3,8 4,2 4,42 7-12 3,3 3,6 3,63 13-18 3,2 3,4 3,44 19-24 3,1 3,3 3,3
2. Untuk SD/MI yang memiliki kurang dari 15 peserta
didik per rombongan belajar,lantai bangunan
memenuhi ketentuan luas minimum seperti tercantum
pada Tabel2.4.
Tabel 2.4 Luas Minimum Lantai Bangunan untuk SD/MI
yang Memiliki Kurang dari 15 PesertaDidik per
Rombongan Belajar
Banyak Rombongan
Belajar
Luas Minimun Lahan (m²)Bangunan
satu lantai
Bangunan dua
lantai
Bangunan
tiga lantai6 400 460 490
7-12 670 730 76013-18 950 1010 104019-24 1220 1310 1310
3. Bangunan memenuhi ketentuan tata bangunan yang
terdiri dari:
a. koefisien dasar bangunan maksimum 30 %;
b. koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum
bangunan yangditetapkan dalam Peraturan Daerah
c. jarak bebas bangunan yang meliputi garis sempadan
bangunan dengan as jalan, tepi sungai, tepi
pantai, jalan kereta api, dan/atau jaringan
tegangantinggi, jarak antara bangunan dengan
batas-batas persil, dan jarak antara as jalan dan
pagar halaman yang ditetapkan dalam Peraturan
Daerah.
4. Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan berikut.
a. Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh sampai
dengan kondisipembebanan maksimum dalam mendukung
beban muatan hidup dan bebanmuatan mati, serta
untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk
menahangempa dan kekuatan alam lainnya.
b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau
proteksi aktif untuk mencegah danmenanggulangi
bahaya kebakaran dan petir.
5. Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan berikut.
a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi
udara dan pencahayaan yangmemadai.
b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan
meliputi saluran air bersih,saluran air kotor
dan/atau air limbah, tempat sampah, dan saluran
air hujan.
c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna
bangunan dan tidakmenimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan.
6. Bangunan menyediakan fasilitas dan aksesibilitas
yang mudah, aman, dan nyamantermasuk bagi
penyandang cacat.
7. Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.
a. Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan
yang mengganggu kegiatan pembelajaran.
b. Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan
yang baik.
c. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu
penerangan.
8. Bangunan bertingkat memenuhi persyaratan berikut.
a. Maksimum terdiri dari tiga lantai.
b. Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan
kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan
pengguna.
9. Bangunan dilengkapi sistem keamanan berikut:
a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar
darurat, dan jalur evakuasi jikaterjadi bencana
kebakaran dan/atau bencana lainnya.
b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah
dan dilengkapi penunjukarah yang jelas.
10. Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya
minimum 900 watt.
11. Pembangunan gedung atau ruang baru harus
dirancang, dilaksanakan, dan diawasi secara
profesional.
12. Kualitas bangunan minimum permanen kelas B, sesuai
dengan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu
pada Standar PU.
13. Bangunan sekolah/madrasah baru dapat bertahan
minimum 20 tahun.
14. Pemeliharaan bangunan sekolah/madrasah adalah
sebagai berikut.
a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang,
perbaikan sebagian daunjendela/pintu, penutup
lantai, penutup atap, plafon, instalasi air dan
listrik,dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.
b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka
atap, rangka plafon, rangkakayu, kusen, dan semua
penutup atap, dilakukan minimum sekali dalam
20tahun.
15. Bangunan dilengkapi izin mendirikan bangunan dan
izin penggunaan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
D. KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA
Sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana
sebagai berikut:
1. ruang kelas,
2. ruang perpustakaan,
3. laboratorium IPA,
4. ruang pimpinan,
5. ruang guru,
6. tempat beribadah,
7. ruang UKS,
8. jamban,
9. gudang,
10. ruang sirkulasi,
11. tempat bermain/berolahraga.
Ketentuan mengenai prasarana tersebut beserta sarana yang
ada di dalamnya diatur dalam standar sebagai berikut:
1. Ruang Kelas
a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan
pembelajaran teori, praktek yangtidak memerlukan
peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus
yangmudah dihadirkan.
b. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak
rombongan belajar.
c. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 28 peserta
didik.
d. Rasio minimum luas ruang kelas adalah 2m²/peserta
didik. Untuk rombonganbelajar dengan peserta didik
kurang dari 15 orang, luas minimum ruang
kelasadalah 30 m² Lebar minimum ruang kelas adalah
5m.
e. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan
untuk memberikan pandangan ke luarruangan.
f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar
peserta didik dan guru dapatsegera keluar ruangan
jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik
saattidak digunakan.
g. Ruang kelas dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang
Kelas
No Jenis Rasio Deskripsi1 Perabot1. Kursi 1 buah/ Kuat, stabil, aman, dan mudah
1 peserta
didik
peserta
didik
dipindahkan oleh peserta
didik. Ukuran sesuai dengan
kelompok usia peserta didik
dan mendukung pembentukan
postur tubuh yang baik,
minimum dibedakan dimensinya
untuk kelas 1-3 dan kelas 4-6.
Desain dudukan dan sandaran
membuat peserta didik nyaman
belajar.
1.
2
Meja
peserta
didik
1 buah/
peserta
didik
Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan oleh peserta
didik. Ukuran sesuai dengan
kelompok usia peserta didik
dan mendukung pembentukan
postur tubuh yang baik,
minimum dibedakan dimensinya
untuk kelas 1-3 dan kelas 4-6.
Desain memungkinkan kaki
peserta didik masuk dengan
leluasa ke bawah meja.1.
3
Kursi guru I buah/
guru
Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan. Ukuran memadai
untuk duduk dengan nyaman.1.
4
Meja guru 1 buah /
guru
Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan. Ukuran memadai
untuk bekerja dengan nyaman.1.
5
Lemari 1 buah
/ruang
Kuat, stabil, dan aman. Ukuran
memadai untuk menyimpan
perlengkapan yang diperlukan
kelas. Tertutup dan dapat
dikunci.1.
6
Rak hasil
karya
peserta
didik
1 buah /
ruang
Kuat, stabil, dan aman. Ukuran
memadai untuk meletakkan hasil
karya seluruh peserta didik
yang ada dikelas.Dapat berupa
rak terbuka atau lemari.1.
7
Papan
panjang
1
buah/ruang
Kuat, stabil, dan aman. Ukuran
minimum 60 cm x 120 cm.2 Peralatan
pendidikan2.
1
Alat peraga [lihat daftar sarana
laboratorium IPA]3 Media
pendidikan3.
1
Papan tulis 1
buah/ruang
Kuat, stabil, dan aman. Ukuran
minimum 90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik melihatnya dengan jelas.
4 Perlengkapa
n lain
4.
1
tempat
sampah
1
buah/ruang4.
2
Tempat cuci
tangan
1
buah/ruang4.
3
Jam dinding 1
buah/ruang4.
4
Kotak
kontak
1
buah/ruang
2.Ruang Perpustakaan
a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan
peserta didik dan guru memperoleh informasi dari
berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca,
mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas
mengelola perpustakaan.
b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu
ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan adalah 5
m.
c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.
d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah/madrasah
yang mudah dicapai.
e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang
Perpustakaan
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Buku1.
1
Buku teks
Pelajaran
1 eksemplar/mata
pelajaran/peserta
didik,
ditambah
2 eksemplar/mata
pelajaran/sekolah
Termasuk dalam daftar
buku teks
pelajaran yang
ditetapkan oleh
Mendiknas dan daftar
buku teks muatan lokal
yang ditetapkan oleh
Gubernur atau
Bupati/Walikota.
1.
2
Buku panduan
pendidik
1 eksemplar/mata
pelajaran/guru
mata pelajaran
bersangkutan
ditambah 1
eksemplar/mata
pelajaran/sekolah1.
3
Buku
pengayaan
840 judul/sekolah Terdiri dari 60% non-
fiksi dan 40% fiksi.
Banyak
eksemplar/sekolah
minimum:
1000 untuk 6 rombongan
belajar,
1500 untuk 7-12
rombongan belajar,
2000 untuk 13-24
rombongan belajar.1.
4
Buku
referensi
10 judul/sekolah Sekurang-kurangnya
meliputi Kamus Besar
Bahasa Indonesia,
kamus Bahasa Inggris,
ensiklopedi, buku
statistik daerah, buku
telepon, kitab undang-
undang dan peraturan,
dan kitab suci.1.
5
Sumber
belajar lain
10 judul/sekolah Sekurang-kurangnya
meliputi majalah,
surat kabar, globe,
peta, gambarpahlawan
nasional, CD
pembelajaran, dan alat
peraga matematika.2 Perabot2.
1
Rak buku 1 set/sekolah Kuat, stabil, dan
aman. Dapat menampung
seluruh koleksidengan
baik.Memungkinkan
peserta
didikmenjangkau
koleksi buku
denganmudah.
2.
2
Rak Majalah 1 buah/sekolah Kuat, stabil, dan
aman. Dapat menampung
seluruh
koleksimajalah.Memungk
inkan peserta
didikmenjangkau
koleksi majalah
denganmudah.2.
3
Rak surat
kabar
1 buah/majalah Kuat, stabil, dan
aman. Dapat menampung
seluruh koleksisurat
kabar.Memungkinkan
peserta
didikmenjangkau
koleksi surat kabar
denganmudah.2.
4
Meja baca 10 buah/sekolah Kuat, stabil, dan aman
dan mudah dipindahkan
oleh peserta didik.
Desain memungkinkan
kaki peserta didik
masuk dengan leluasa
ke bawah meja.2.
5
Kursi baca 10 buah/sekolah Kuat, stabil, dan aman
dan mudah dipindahkan
oleh peserta didik.
Desain dudukan dan
sandaran membuat
peserta didik nyaman
belajar.2.
6
Kursi kerja 1 buah/petugas Kuat, stabil, dan
aman, ukuran yang
memadai untuk bekerja.2.
7
Meja kerja /
sirkulasi
1 buah/petugas Kuat, stabil, dan
aman, ukuran yang
memadai untuk bekerja
dengan nyaman2.
8
Lemari
katalog
1 buah/sekolah Cukup untuk menyimpan
kartu-kartu katalog.
Lemari katalog dapat
diganti dengan meja
untuk menempatkan
katalog.2.
9
lemari 1 buah/sekolah Kuat, stabil, dan
aman, ukuran yang
memadai untuk
menampung seluruh
peralatan untuk
pengelolaan
perpustakaan, dapat
dikunci2. Papan 1 buah/sekolah Ukuran minimum 1m²
10 pengumuman2.
11
Meja
multimedia
1 buah/sekolah Kuat, stabil, dan
aman, ukuran yang
memadai untuk
menampung seluruh
peralatan multimedia.3 Media
pendidikan3.
1
Peralatan
multimedia
1set/sekolah Sekurang-kurangnya
terdiri dari 1 set
komputer (CPU, monitor
minimum 15 inci,
printer), TV, radio,
dan pemutar VCD/DVD.4 Perlengkapan
lain4.
1
Buku
inventaris
1buah/sekolah
4.
2
Tempat
sampah
1buah/ruang
4.
3
Kotak kontak 1buah/ruang
4.
4
Jam dinding 1buah/ruang
3. Laboratorium IPA
a. .Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas.
b. Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu
mendukung kegiatan
dalam bentuk percobaan.
c. Setiap SD/MI dilengkapi sarana laboratorium IPA seperti
tercantum pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Laboratorium
IPA
No Jenis Rasio Deskripsi1 Perabot 1.
1
Lemari I buah/sekolah Kuat, stabil, dan
aman. Ukuran memadai
untuk menyimpanseluruh
alat peraga.Tertutup
dan dapat dikunci.
Dapat memanfaatkan
lemari yang terdapat
di ruang kelas.2 Peralatan
pendidikan2.
1
Model
kerangka
manusia
1buah/sekolah Tinggi minimum 125cm,
mudah dibawa
2.
2
Model tubuh
manusia
1buah/sekolah Tinggi minimum 125cm,
dapat diamati dengan
mudah oleh seluruh
peserta didik, dapat
dibongkar, mudah
dibawa2. Globe 1buah/sekolah Diameter minimum 40
3 cm. Memiliki penyangga
dan dapat diputar.
Dapat memanfaatkan
globe yang terdapat di
ruang perpustakaan.2.
4
Model tata
surya
1buah/sekolah Dapat
mendemonstrasikan
terjadinya fenomena
gerhana2.
5
Kaca
pembesar
6buah/sekolah
2.
6
Cermin datar 6buah/sekolah
2.
7
Cermin
cekung
6buah/sekolah
2.
8
Cermin
cembung
6buah/sekolah
2.
9
Lensa datar 6buah/sekolah
2.
10
Lensa cekung 6buah/sekolah
2.
11
Lensa
cembung
6buah/sekolah
2.
12
Magnet
batang
6buah/sekolah Dapat
mendemonstrasikan gaya
magnet2.
13
Poster 1set/sekolah Jelas, terbaca dan
berwarna, ukuran
IPA,terdiri
dari:
a)
metamorfosis
,
b) hewan
langka,
c) hewan
dilindungi,
d) tanaman
khas
Indonesia,
e) contoh
ekosistem
f) sistem-
sistem
pernapasan
hewan
minimum A1
4.Ruang Pimpinan
a.Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan
kegiatan pengelolaansekolah/madrasah, pertemuan dengan
sejumlah kecil guru, orang tua murid,unsur komite
sekolah/majelis madrasah, petugas dinas pendidikan,
atau tamu lainnya.
b.Luas minimum ruang pimpinan 12 m² dan lebar minimum 3
m.
c.Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu
sekolah/madrasah, dapatdikunci dengan baik.
d.Ruang pimpinan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum
pada Tabel 2.8
Tabel 2.8 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Pimpinan
No Jenis Rasio Deskripsi1 Perabot 1.
1
Kursi
pimpinan
1 buah/ruang Kuat, stabil, dan
aman. Ukuran memadai
untuk duduk dengan
nyaman.
1.
2
Meja
pimpinan
1 buah/ruang Kuat, stabil, dan
aman. Ukuran memadai
untuk bekerja dengan
nyaman.1.
3
Kursi dan
meja tamu
1 set/ruang Kuat, stabil, dan
aman. Ukuran memadai
untuk 5 orang duduk
dengan nyaman.1.
4
Lemari 1buah/ruang Kuat, stabil, dan
aman. Ukuran memadai
untuk menyimpan
perlengkapan pimpinan
sekolah/ madrasah,
tertutup dan dapat
dikunci
1.
5
Papan
statistik
1buah/ruang Berupa papan tulis
berukuran minimum 1m²2 Perlengkapan
lain 2.
1
Simbol
kenegaraan
1set/ruang Terdiri dari Bendera
Merah Putih, Garuda
Pancasila, Gambar
Presiden RI, dan
Gambar Wakil Presiden
RI.2.
2
Tempat
sampah
1buah/ruang
2.
3
Mesin
ketik/komput
er
1set/sekolah
2.
4
Filling
cabinet
1buah/sekolah
2.
5
Brankas 1buah/sekolah
2.
6
Jam dinding 1 buah/ruang
5.Ruang Guru
a.Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan
istirahat sertamenerima tamu, baik peserta didik
maupun tamu lainnya.
b.Rasio minimum luas ruang guru 4 m²/pendidik dan luas
minimum 32 m
c.Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah
ataupun dari luar lingkungan sekolah/madrasah, serta
dekat dengan ruang pimpinan.
d.Ruang guru dilengkapi sarana sebagaimana tercantum
pada Tabel 2.9
Tabel 2.9 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Guru
No Jenis Rasio Deskripsi1 Perabot 1.
1
Kursi kerja 1 buah/guru Kuat, stabil, dan
aman. Ukuran memadai
untuk duduk dengan
nyaman.
1.
2
Meja kerja 1 buah/guru Kuat, stabil, dan
aman. Model meja
setengah biro, ukuran
memadai kutuk menulis,
membaca, memeriksa
pekerjaan, dan
memberikan konsultasi.1.
3
Lemari 1buah/guru atau 1
buah yang
digunakan bersama
oleh semua guru
Kuat, stabil, dan
aman. Ukuran memadai
untuk menyimpan
perlengkapan guru
untuk persiapan dan
pelaksanaan
pembelajaran, tertutup
dan dapat dikunci1.
5
Papan
statistik
1buah/sekolah Berupa papan tulis
berukuran minimum 1m²1.
6
Papan
pengumuman
1buah/sekolah Berupa papan tulis
berukuran minimum 1m²2 Perlengkapan
lain 2.
1
Tempat
sampah
1buah/ruang
2.
2
Tempat cuci
tangan
1buah/ruang
2.
3
Jam dinding 1buah/ruang
2.
4
Penanda
waktu
1buah/sekolah
6.Tempat Beribadah
a.Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga
sekolah/madrasahmelakukan ibadah yang diwajibkan oleh
agama masing-masing pada waktusekolah.
b.Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap
SD/MI, dengan luasminimum 12 m²
c.Tempat beribadah dilengkapi sarana sebagaimana
tercantum pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat
Beribadah
No Jenis Rasio Deskripsi1 Perabot 1.
1
Lemari/rak 1buah/tempat
ibadah
Ukuran memadai untuk
menyimpan perlengkapan
ibadah.2 Perlengkapan
lain 2.
1
Perlengkapan
ibadah
Disesuaikan dengan
kebutuhan2.
2
Jam dinding 1buah/tempat
ibadah
7.Ruang UKS
a.Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan
dini peserta didikyang mengalami gangguan kesehatan di
sekolah/madrasah.
b.Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling.
c.Luas minimum ruang UKS 12 m²
d.Ruang UKS dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada
Tabel 2.11.
Tabel 2.11 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang UKS
No Jenis Rasio Deskripsi1 Perabot
1.
1
tempat tidur 1set/ruang Kuat, stabil, dan aman
1.
2
Lemari 1buah/ruang Kuat, stabil, dan
aman, dapat dikunci1.
3
Meja 1buah/ruang Kuat, stabil, dan aman
1.
4
Kursi 2buah/ruang Kuat, stabil, dan aman
2 Perlengkapan
lain 2.
1
Catatan
kesehatan
peserta
didik
1set/ruang
2.
2
Perlengkapan
p3k
1set/ruang Tidak kadaluwarsa
2.
3
Tandu 1buah/ruang
2.
4
Selimut 1buah/ruang
2.
5
Tensimeter 1buah/ruang
2.
6
Termometer
badan
1buah/ruang
2.
7
Timbangan
badan
1buah/ruang
2.
8
Pengukuran
tinggi badan
1buah/ruang
2.
9
Tempat
sampah
1buah/ruang
2.
10
Tempat cuci
tangan
1buah/ruang
2.
11
Jam dinding 1buah/ruang
8.Jamban
a.Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar
dan/atau kecil.
b.Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta
didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 50 peserta
didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru.Jumlah
minimum jamban setiap sekolah/madrasah 3 unit.
c.Luas minimum 1 unit jamban 2 m²
d.Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan
mudah dibersihkan.
e.Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
f.Jamban dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada
Tabel 2.12.
Tabel 2.12 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Jamban
1 Perlengkapan
lain 1.
1
Kloset
jongkok
1buah/ruang Saluran berbentuk
leher angsa
1.
2
Tempat air 1buah/ruang Volume minimum 200
liter berisi air
bersih1.
3
Gayung 1buah/ruang
1.
4
Gantungan
pakaian
1buah/ruang
1.
5
Tempat
sampah
1buah/ruang
9.Gudang
a.Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan
pembelajaran di luarkelas, tempat menyimpan sementara
peralatan sekolah/madrasah yangtidak/belum berfungsi,
dan tempat menyimpan arsip sekolah/madrasah yangtelah
berusia lebih dari 5 tahun.
b.Luas minimum gudang 18 m²
c.Gudang dapat dikunci.
d.Gudang dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada
Tabel 2.13.
Tabel 2.13 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Gudang
No Jenis Rasio Deskripsi1 Perabot 1.
1
Lemari 1buah/ruang Kuat, stabil, dan
aman, ukuran memadai
untuk menyimpan alat –
alat dan arsip
berharga
1.
2
Rak 1buah/ruang Kuat, stabil, dan
aman, ukuran memadai
untuk menyimpan
peralatan olahraga,
kesenian, dan
keterampilan10.Ruang Sirkulasi
a.Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat
penghubung antar ruangdalam bangunan sekolah/madrasah
dan sebagai tempat berlangsungnyakegiatan bermain dan
interaksi sosial peserta didik di luar jam
pelajaran,terutama pada saat hujan ketika tidak
memungkinkan kegiatan-kegiatantersebut berlangsung di
halaman sekolah/madrasah.
b.Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang
menghubungkan ruang-ruangdi dalam bangunan
sekolah/madrasah dengan luas minimum 30% dari
luastotal seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum
1,8 m, dan tinggi minimum2,5 m.
c.Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-
ruang dengan baik,beratap, serta mendapat pencahayaan
dan penghawaan yang cukup.
d.Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan
bertingkat dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-
110 cm.
e.Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan
bertingkat dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi
minimum dua buah tangga.
f.Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada
bangunan bertingkat tidak lebih dari 25 m.
g.Lebar minimum tangga 1,5 m, tinggi maksimum anak
tangga 17 cm, lebaranak tangga 25-30 cm, dan
dilengkapi pegangan tangan yang kokoh dengan tinggi
85-90 cm.
h.Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus
dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan
lebar tangga.
i.Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
11.Tempat Bermain/Berolahraga
a.Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area
bermain, berolahraga,pendidikan jasmani, upacara, dan
kegiatan ekstrakurikuler.
b.Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga 3 m²
/peserta didik. Untuk SD/MI dengan banyak peserta
didik kurang dari 180, luas minimum tempat
bermain/berolahraga 540 m² Di dalam luasan tersebut
terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga
berukuran minimum 20 m x 15 m.
c.Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka
sebagian ditanamipohon penghijauan.
d.Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang
tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas.
e.Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk
tempat parkir.
f.Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan
datar, drainase baik, dan tidak terdapat pohon,
saluran air, serta benda-benda lain yang mengganggu
kegiatan olahraga.
g.Tempat bermain/berolahraga dilengkapi sarana
sebagaimana tercantum pada Tabel 2.14.
Tabel 2.14 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat
Bermain/Berolahraga
No Jenis Rasio Deskripsi1 Peralatan
Pendidikan1.
1
Tiang
bendera
1buah/sekolah Tinggi sesuai
ketentuan yang berlaku1.
2
bendera 1buah/sekolah Ukuran sesuai
ketentuan yang berlaku1.
3
Peralatan
bola voli
1set/sekolah Minimum 6 bola
1.
4
Peralatan
sepak bola
1set/sekolah Minimum 6 bola
1.
5
Peralatan
senam
1set/sekolah Minimum matras, peti
loncat, tali
loncat,simpai, bola
plastik, tongkat.1.
6
Peralatan
atletik
1set/sekolah Minimum lembing,
cakram, peluru,tongkat
estafet, dan bak
loncat.1.
7
Peralatan
seni budaya
1set/sekolah Disesuaikan dengan
potensi masing – asing
SD/MI1.
8
Peralatan
keterampilan
1set/sekolah Disesuaikan dengan
potensi masing – asing
SD/MI2 Perlengkapan
lain2.
1
Pengeras
suara
1set/sekolah
2.
2
Tape
recorder
1buah/sekolah
3. Coba Anda jelaskan perkembangan kurikulum di Indonesia
dari masa kemasa ! Menurut pendapat Anda model kurikulum
yang seperti apa yang cocok diterapkan di Indonesia
ditinjau dari sarana dan prasarana yang tersedia, SDM dan
pengelolaan kurikulumnya ?
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum
pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada
tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006,
dan yang sekarang 2013. Perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik,
sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai
seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara
dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi
di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD
1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Perubahan kurikulum tersebut tentu disertai dengan tujuan
pendidikan yang berbeda-beda, karena dalam setiap perubahan
tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk
memajukan pendidikan nasional kita. Perubahan kurikulum di
dunia pendidikan Indonesia beserta tujuan yang ingin
dicapai. Berikut perubahan kurikulum dari masa ke masa :
A. Kurikulum Pada Masa Awal Kemerdekaan atau Masa Orde Lama
1. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir setelah Indonesia merdeka
disebut rencana pelajaran atau dalam bahasa belanda leer
plan. Perubahan orientasi pendidikan lebih bersifat politis
dari orientasi pendidikan Belanda kepada kepentingan
nasional. Kurikulum 1947 dilandasi dengna semangat zaman
dan suasana kehidupan berbangsa, pendidikan pada masa ini
lebih menekankan kepada pembentuka karakter manusia
indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian
dan kehidupan sehari-hari serta memberikan perhatian
terhadap pendidikan kesenian dan pendidikan jasmani.
Kurikulum 1947 baru secara resmi dilaksanakan di sekolah-
sekolah mulai tahun 1950. Bentuk kurikulum ini memuat dua
hal pokok yaitu daftar mata pelajaran dan jam pelajarannya,
disertai dengan garis-garis besar pengajaran.
2. Kurikulum 1952
Setelah Rencana Pelajaran 1947 , pada tahun 1952
kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun
1952 ini, pemerintah Indonesia melalui Kementrian
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku
pedoman kurikulum SD yang lebih merinci setiap mata
pelajaran kemudian diberi nama Rencana Pelajaran Terurai
1952 yang berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan
mengejar di SD. Di dalamnya tercantum jenis-jenis pelajaran
yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar di sekolah.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri kurikulum
1952 ini bahwa setap rencana pelajaran sehari-hari. Silabus
mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu
mata pelajaran.
3. Kurikulum 1964
Di penghujung era pemerintahan presiden Soekarno
menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama
Rencana Pendidikan 1964 atau kurikulum 1964. Pokok-pokok
pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini
adalah bahwa pemerinah mempunyai keinginaan agar rakyat
mendapat penegetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana. Fokus kurikulum 1964 ini pada pengemabangan
Pancawardhana, yaitu: Daya cipta, Rasa, Karsa, Karya, dan
Moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok
bidang studi yaitu ; moral, kecerdasan, emosional,
keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan Dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.
B. Kurikulum Pada Masa Orde Baru
1. Kurikulum 1968
Lahirnya kurikulum 1968 sebagai perubahan dari
kurikulum 1964 dipengaruhi oleh perubahan sistem politik
dari pemerintahan rezim orde lama ke pemerintahan rezim
orde baru. Kurikulum 1968 melakukan perubahan struktur
kurikulum dari Pancawardhana dan menekankan pendekatan
organisasi mata pelajaran menjadi kelompok pembinaan Jiwa
Pancasila, pengetahuan dasar , dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan
orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Jumlah jam pelajarannya 9 mata pelajaran. Titik
berat kurikulum ini pada materi apa saja yang dapat
diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Dari
segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 diarahkan pada upaya
untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi
pendidikan diarahkan kepada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang
sehat dan kuat.
2. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 disusun dengan berorientasi kepada
tujuan pendidikan. ini berarti bahwa segala bahan pelajaran
dan kegiatan belajar-mengajar dipilih, direncanakan, dan
diorganisasikan sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak
dicapai. Dengan pendekatan ini dimaksudkan agar segala
kegiatan belajar-mengajar dapat secara intensif dan efisien
diarahkan bagi tercapainya tujuan pendidikan. Sebagai
konsekuensi dari pendekatan yang berorientasi kepada
tujuan, kurikulum 1975 memandang situasi belajar-mengajar
sebagai suatu sistem yang meliputi komponen-komponen tujuan
pelajaran, bahan ajar , alat pelajaran, alat evaluasi dan
metode pengajaran. Dengan cara memandang demikian setiap
pengajar diajak untuk menjadi perencana dari kegiatan
belajar-mengajar di samping sebagai pengelola, dan salah
satu dari proses belajar itu sendiri. Sebagai alat untuk
melaksanakan pola pengembangan dan pelaksanaan program
pengajaran ini dianjurkan kepada setiap guru untuk
menggunakan Prosedur Pengembangan Sistem Intruksonal ( PSSI
) dalam menyusun satuan-satuan pelajaran.
Sistem Penyajian dengan pendekatan PPSI ( Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional)
Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-menagajar
merupakan suatu sistem yang senantiasa diarahkan pada
pencapaian tujuan. Sistem pembelajaran dengan pendekatan
sistem instruksional inilah yang merupakan pembaharuan
dalam sistem pengajaran di Indonesia. Sistem Penilaian
dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap
akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu.
Inilah yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya yang
memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun
saja.
3. Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap
sudah tidak relevan lagi dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan . Dalam GBHN 1983
hasil sidang umum MPR 1983 menyiratkan keputusan yang
menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 kepada
kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah
menetapkan pergantian kurikulum 1975 menjadi kurikulum
1984.
secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum
1984 diantaranya sebagai betrikut:
1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum
tertampung dalam kurikulum pendidikan dasar dan
menengah.
2. Terdapat ketidakserasian terhadap kurikulum berbagai
bidang studi dengan kemampuan anak didik.
3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan
pelaksanaannya dalam sekolah.
4. Terlalu padatnya pada kurikulum yang harus diajarkan
hampir disetiap jenjang.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983
antara kebutuhan dan perkembangan IPTEK terhadap kurilkulum
1975 dianggap sudah tidak relevan karena itu diperlukan
perubahan kurikulum.
Kurikulum 1984 lahir sebagai revisi kurikulum 1975.
Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Berorientasi kepada tujuan pembelajaran, maksudnya
sebelum memilih atau menentukann bahan ajar, yang
pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus
dicapai siswa.
2. Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik
melalui cara belajar siswa aktif.
3. Materi dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral.
Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam
pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan
keluasan materi pelajaran.
4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum
diberikan latihan.
5. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan dan
kematangan siswa.
6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses.
Keterampilan proses adalah pendekatan belajar dan
pembelajaran yang memberi tekanan kepada proses
pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan
keterampilan proses diupayakan dilakukan secara
efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.
4. Kurikulum 1994
Pada tahun sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses
pembelajaran menekankan pada pola pembelajaran yang
berorientasi pada teori belajar mengajar, kurang
memperhatikan muatan pelajaran. Hal ini terjadi karena
sesuai dengan suasana pendidikan diLPTK (Lembaga Penidikan
tenaga Kependidikan) yang lebih mengutamakn teori tentang
proses belajar mengajar. Akibatnya pada saat itu
dibentuklah tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut
mengembangkan kurikulum disekolah. Tim ini memandang bahwa
materi pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa,
sehingga siswa selesai mengikuti materi pelajarn yang cukup
banyak. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurna kurikulum
1984 dan dilaksanakan sesuai dengan undang-undang No. 2
Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran yaitu
dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan.
Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun
menjadi tiga tahap, diharapkan dapat memberi kesempatan
bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup
banyak.
Terdapat ciri ciri yang menonjol dari pembentukan
kurikulum 1994, antara lain sebagai berikut :
1. Penbentukan tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem
catur wulan.
2. Pembelajaran disekolah lebih menekankan materi
pelajaran yang cukup padat.
3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang
meberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa
di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum
inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sekitar.
4. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam
belajar, baik secara mental, fisik dan sosial. Dalam
mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal
yang mengarah kepada jawaban yang konvergen, divergen,
dan penyelidikan.
5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya
disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan
perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan
kepada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
6. Pengajaran dari hal yang konkret kehal yang abstrak,
dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dari hal yang
sederhana kehal yang kompleks.
7. Pengulangan pengulangan materi yang di anggap sulit
perlu dilakukan pemantapan pemahaman siswa.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa
permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan
kepada pendekatan penguasaan materi diantaranya sebagai
berikut :
1. Belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata
pelajaran dan banyaknya materi setiap mata pelajaran.
2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena
kuranganya relevan dengan tingkat perkembangan
berpikir siswa. Dan kurang bermakna karena kurang
terkait dengan aplikasi kehidupan sehari hari.
Permasalahan diatas terasa saat berlangsungnya
pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat
kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah
satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya suplemen
kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan
tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum,
yaitu :
1. Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai
upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan
IPTEK, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.
2. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan
proposi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai
dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan
lingkungan serta sarana pendukung.
3. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh
kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian
dengan tingkat perkembangan siswa.
4. Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai
aspek terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran,
evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku
pelajaran.
5. Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam
mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan
buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya
yang tersedia di sekolah.
Penyempurnaan kurikulum1994 pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah dilaksanakan bertahap penyempurnaan
jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.
C. Kurikulum Masa Reformasi
1. Kurikulum Tahun 2004 ( KBK )
a. Latar Belakang Munculnya KBK
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dapat dikatakan
sebagai salah satu bentuk inovasi kurikulum. Kemunculan KBK
seiring dengan munculnya semangat reformasi pendidikan,
diawali dengan munculnya kebijakan pemerintah diantaranya
lahirnya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, Undang-Undang No. 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintahan dan Kewenangan Provinsi
sebagai Daerah Otonom serta lahirnya Tap MPR No.
IV/MPR/1999 tentang Arah Kebijakan Pendidikan di Masa
Depan.
Disamping itu, rendahnya kualitas pendidikan merupakan
faktor pendorong lain perlunya perubahan kurikulum dalam
konteks reformasi pendidikan. Dalam rangka mempersiapkan
lulusan pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh
tangtangan dan ketidakpastian,diperlukan pendidikan yang
dirancang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut diperlukan perubahan yang
mendasar dalam sistem pendidikan nasional, yang dipandang
sudah tidak efektif dan tidak mampu lagi mempersiapkan anak
didik untuk dapat bersaing dengan bangsa lain didunia.
Salah satu perubahan tersebut berkaitan dengan perubahan
kurikulum sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan
Untuk kepentingan tersebut pemerintah memprogramkan
kurikulum berbasis kompetensi sebagai acuan atau pedoman
bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai
ranah pendidikan dalam seluruh jenjang dan jalur
pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
b. Karakteristik dan Tujuan KBK
KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki tiga karakteristik
utama :
1. KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus
dicapai oleh siswa
2. Implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan kepada
proses pengalaman dengan memerhatikan keberagaman
setiap individu.
3. Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan
proses belajar.
Depdiknas (2002) mengemukakan karakteristik KBK secara
lebih rinci :
1. Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara individual maupun klasikal. Ini mengandung
pengertian bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi
menekankan kepada ketercapaian kompetensi.
2. Berorientasi pada hasil belajar (Learning outcomes)
dan keberagaman. Ini artinya, keberhasilan pencapaian
kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar.
Indikator inilah yang selanjutnya dijadikan acuan
apakah kompetensi yang diharapkan sudah tercapai atau
belum. Proses pencapaian hasil belajar itu tentu saja
sangat tergantung pada kemapuan siswa. Sebab diyakini,
siswa memiliki kemampuan dan kecepatan yang berbeda.
KBK memberikan peluang yang sama kepada seluruh siswa
untuk dapat mencapai hasil belajar.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
dan metode yang bervariasi. Artinya, sesuai dengan
keberagaman siswa, maka metode yang digunakan dalam
proses pembelajaran harus bersifat multimetode.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber
belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Artinya,
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya teknologi informasi.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar
dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi. Artinya, keberhasilan pembelajaran KBK
tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat
menguasai isi atau materi pelajaran, akan tetapi juga
bagaimana cara mereka menguasai pelajaran tersebut.
Tujuan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah
memandirikan atau memberdayakan sekolah dalam mengembangkan
kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik,
sesuai dengan kondisi lingkungan. KBK memberi peluang bagi
kepala sekolah , guru , dan peserta didik untuk melakukan
inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan
masalah kurikulum ,pembelajaran , manajerial , dan lain
sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas , dan
profesionalisme yang dimiliki.Tujuan Kurikulum Berbasis
Kompetensi adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk
menghadapi perannya dimasa datang dengan mengembangkan
sejumlah kecakapan hidup .
2. Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan.
a. Konsep Dasar KTSP
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat
15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksnakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
Penyusunan KTSP diakukan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang No
20 tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasiional pasal 36
ayat 1), dan 2) sebagai berikut.
1) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan
Nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta
didik.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan
KTSP adalah sebagai berikut:
KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan
pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta
sosial budaya masyarakat setrempat dan peserta didik.
Sekolah dan komite sekolah mengembangkan KTSP dan
silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan
standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas
pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang
bertanggungjawab di bidang pendidikan.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap
program studi diperguruan tinggi dikembangkan dan
ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk
mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan
berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan
kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan
pendidikan, dan pelibata masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Otonomi
diberikan agar satuan pendidikan dan sekolah memiliki
keleluasaan dalam mengelola sumber daya sumber dana, sumber
belajar, dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas
kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dikembangkan oleh
guru, kepala seolah, serta Komite Sekolah dan Dewan
pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan
berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi
pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD),
pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh
masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan
sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan
yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu merumuskan
dan menetapkan visi misi dan tujuan sekolah dengan berbagai
implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional
untuk mencapai tujuan sekolah.
b.Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterpkannya KTSP adalah untuk
memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan
dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan
secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan
inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat
dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan
keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan
pendidikan yang akan dicapai.
c.Landasan Pengembangan KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh
undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut.
· Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
· Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
· Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Stanadar Isi
· Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Stanadar
kompetensi Lulusan
· Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
permendiknas no. 22, dan 33.
d. Karakteristik KTSP
Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari
bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat
mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan
sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, seta
sistem penilaian. Berdasarkan uraian diatas, dapat
dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut:
[15]
1. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan
Pendidikan
KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan
pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat.
Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi kewenangan dan
kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan
masyarakat. Melalui otonomi yang luas, seolah dapat
meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan
partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputusan dan
tanggungjawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang
diambil secara proporsional dan profesional.
2. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi
Orang tua peseta didik dan mayarakat tidak hanya
mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui
komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta
mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran. Masyrakat dan orang tua menjalin
kerja sama unntuk membantu sekolah sebagai nara sumber pada
berbagai kegiatan sekolah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
3. Kepemipinan yang Demokratis dan Profesional
Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana
kurikulum, kepala sekolah adalah manajer pendidikan
profesional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola
segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan. Guru-guru yang direkrut sekolah adalah pendidik
profesional dalam bidangnya masing-masing. Dalam proses
pengambilan keputusan, kepala sekolah mengimplementasikan
proses “bottom-up” secara demokratis, sehingga semua pihak
memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil
beserta pelakanaanya.
4. Tim-Kerja yang Kompak dan Transparan
Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya,
pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara harmonis
sesuai dengan posisinya masing-masing untuk mewujudkan
suatu sekolah yang dapat dibanggakan. Mereka tidak saling
menunjukan kuasa atau paling berjasa, tetapi masing-masing
berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu dan kinerja
sekolah secara keseluruhan.
3 Kurikulum 2013
Merupakan kurikulum baru diterapkan oleh pemerintah
untuk menggantikan ‘Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan’
yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum
2013 masuk dalam masa percobaan di tahun 2013 dengan
menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan. Di
tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II,
IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA
Kelas X dan XI. Diharapkan, pada tahun 2015 telah
diterapkan di seluruh jenjang pendidikan. Kurikulum 2013
memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan,
aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam
Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran
terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang
ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di
materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi
yang ditambahkan adalah materi Matematika. Materi pelajaran
tersebut (terutama Matematika) disesuaikan dengan materi
pembelajaran standar Internasional sehingga pemerintah
berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri
dengan pendidikan di luar negeri. Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Anies Baswedan, menyatakan menghentikan
pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang baru
melaksanakan kurikulum ini selama satu semester pada
tanggal 5 Desember 2014.
D. Perbedaan antara kurikulum lama dengan kurikulum baru :
1. Kurikulum lama berorientasi pada masa lampau, sedangkan
kurikulum baru berorientasi kepada masa sekarang.
2. Kurikulum lama tidak berdasarkan suatu filsafat
pendidikan yang jelas, sedangkan kurikulum baru
berdasarkan filsafat pendidikan yang jelas yang dapat
diajarkan kedalam serangkaian tindakan yang nyata.
3. Kurikulum lama berdasarkan tujuan pendidikan yang
mengutamakan perkembangan pengetahuan dan keterampilan,
sedangkan kurikulum baru bertujuan untuk mengembangkan
keseluruhan pribadi siswa agar mampu hidup didalam
masyarakat.
4. Kurikulum lama berpusat pada mata pelajaran, sedangkan
kurkulum baru disusun berdasakan masalah atau topik, di
mana siswa belajar dengan mengalami sendiri . Kurikulum
disusun dalam benntuk bidang studi yang luas atau dalam
bentuk semua integarasi bidang pelajaran.
5. Kurikulum lama semata-mata didasarkan atas buku
pelajaran sebagai sumber bahan , sedangkan kurikuulum
baru bertitik tolak dari masalah dalam kehidupan yang
disesuaikan dengan tingkat perkembangan, minat, dan
kebutuhan individu.
6. Kurikulum lama dikemabangkan oleh guru perseorangan .
Guru adalah suatu cardinal factor di dalam keberhasilan
kurikulum, sedangkan kurikulum baru dikembangkan oleh tim
atau suatu departemen tertentu. Setiap guru terikat pada
konsep yang telah disusun oleh tim atau oleh departemen
yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kebebasan guru
untuk mengadakan beberapa penyesuaian.
Perubahan kurikulum sebaiknya melihat keperluan masa depan,
serta menekankan kembali pada bentuk asal, berbuat lebih
baik dengan menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan
praktik yang salah atau memperkenalkan prosedur yang lebih
baik.
Karena saya belum memahami betul tentang kurikulum
2013, jadi menurut saya model kurikulum yang cocok
diterapkan di indonesia yaitu kurikulum berbasis
kompetensi, karena kurikulum ini, memperbanyak
interaksi antara guru dan siswa, banyak melakukan
presentasi, kerja kelompok. Dari sini siswa bisa
belajar untuk lebih percaya diri dan tidak hanya
berpedoman pada buku, selain itu juga mengasah skill
komunikasi dan presentasi yang akan sangat penting
dalam dunia kerja. Kelebihan lain adalah sistem ini
tetap mempunyai standar kesulitan yang sama dengan
kurikulum-kurikulum sebelumnya, jadi juga tidak
melupakan pentingnya dasar teori, karena seperti yang
terkenal di dunia, negara Asia seperti Indonesia,
China, dan India terkenal dengan tingkat kesulitan
soal yang tinggi dibandingkan dengan negara-negara
barat seperti Amerika.
Jadi kurikulum berbasis kompetensi ini mempersiapkan
siswa dengan skill komunikasi sekaligus dengan dasar
teori yang kuat, mengambil sisi positif dari sitem
pengajaran barat dan asia.
4. Bagaimana kemitraan antara sekolah, masyarakat dan
komite sekolah dalam pengelolaan pendidikan ?
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan
interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat
diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan
aspirasi, dan simpati dari masyarakat, serta mengupayakan
terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan
masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus
bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk
mensuksekan program-program sekolah yang bersangkutan
sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis. Dan fungsi
dari Komite Sekolah berfungsi sebagai berikut:
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;
2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat
(perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan
pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu;
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan,
dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh
masyarakat;
4. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan
pemerataan pendidikan.