isi malaria
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh
parasit, ditularkan oleh gigitan nyamuk yang
terinfeksi, malaria menghasilkan serangan berulang
menggigil dan demam. Sampai saat ini di Indonesia
dikenal terdapat beberapa parasit malaira yaitu
plsmodium falciparum yang menyebabkan malaria
tropika, vivax yang menyebabkan malaria ovale.
Malaria membunuh sekitar 1 juta orang setiap
tahun di seluruh dunia. Sementara ini penyakit
malaria jarang terjadi didaerah beriklim sedang,
malaria masih sering ditemukan di negara-negara
tropis dan subtropis.
Para pejabat kesehatan dunia sedang berusaha
mengurangi insiden malaria dengan membagikan kelambu
untuk membantu melindungi warga dari gigitan nyamuk
seperti mereka tidur. Para ilmuwan di seluruh dunia
yang bekerja untuk mengembangkan vaksin untuk
mencegah malaria
2. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pembuatan
makalah ini sebagai berikut :
a. Mengetahui tentang penyakit malaria, seperti
definisi, etiologi, manifestasi klinik,
patofisiologi dan pemeriksaan penunjang
1
b. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat yang
harus diberikan pada penderita malaria.
3. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan:
Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan dan sistematika penulisan
BAB II Tinjauan Teoritis :
Tinjauan teori meliputi konsep dasar Malaria
BAB III Askep :
Aplikasi asuhan keperawatan pasien dengan Malaria
BAB IV Penutup
2
BAB IIPEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
1.Pengertian
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium,
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
betina yang kemudian menyerang sel-sel darah
merah.
Kata malaria sendiri berasal dari bahasa
Italia mala aria yang berarti “udara buruk”. Kata
malaria pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris
tahun 1740 oleh H. Walpole dengan gambaran
penyakit berupa demam yang sering periodik,
anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan
gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ
misalnya otak, hati dan ginjal.
Penyakit ini menyerang semua kalangan baik
laki-laki ataupun perempuan, pada semua umur dari
bayi, anak-anak sampai orang dewasa. Hanya
Anopheles betina yang menghisap darah dan membawa
Sporozoit Plasmodium dalam kelenjar ludahnya yang
menyebabkan Malaria.
Jika anda sedang bepergian ke tempat dimana,
malaria adalah umum mengambil obat pencegahan
sebelum, selama dan setelah perjalanan anda.Banyak
parasit malaria yang sekarang kebal terhadap obat
3
yang paling umum digunakan untuk mengobati
penyakit.
2.Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus
plasmodium. Pada manusia plasmodium terdiri dari
empat spesies, yaitu plasmodium falciparum,
plasmodium vivax, plasmodium malariae, dan
plasmodium ovale. Plasmodium falciparum merupakan
penyebab infeksi berat bahkan dapat menimbulkan
kematian.
Keempat spesies plasmodium yang terdapat di
Indonesia yaitu plasmodium falciparum yang
meyebabkan malaria tropika, plasmodium vivax yang
menyebabkan malaria tertiana, plasmodium malariae
yang menyebabkan malaria kuartana dan plasmodium
ovale yang menyebabkan malaria ovale (Soedarmo,
dkk., 2008).
Malaria biasanya didapat dari gigitan nyamuk
anopheles betina yang sebelumnya terinfeksi. Pada
keadaan lain, malaria berkembang pasca-penularan
transplasenta atau sesudah transfusi darah yang
terinfeksi. Masa inkubasi (antara gigitan nyamuk
yang terinfeksi dan adanya parasit dalam darah)
bervariasi sesuai dengan spesies; pada P.
falciparum masa inkubasinya 10 – 13; pada P.vivaks
dan P. ovale, 12 – 16 hari; dan pada P. malariae
27 – 37 hari, tergantung pada ukuran inokulum.
4
Malaria yang ditularkan melalui tranfusi darah
yang terinfeksi nampak nyata pada waktu yang lebih
pendek (Nelson, 2000)
Dalam daur hidupnya plasmodium mempunyai
hospes yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus
aseksual di dalam hospes vertebrata dikenal
sebagai skizogoni, sedangkan siklus seksual yang
membentuk sporozoit di dalam nyamuk sebagai
sporogoni. Sporozoit yang aktif dapat ditularkan
ke dalam tubuh manusia melalui ludah nyamuk
kemudian menempati jaringan parenkim hati dan
tumbuh sebagai skizon (stadium ekso-eritrositer
atau stadium pra-eritrositer). Sebagian sporozoit
tidak tumbuh dan tetap tidur (dormant) yang
disebut hipnozoit (Soedarmo, dkk., 2008).
Plasmodium falciparum hanya terjadi satu kali
stadium pra-eritrositer sedangkan spesies lain
mempunyai hipnozoit bertahun-tahun sehingga pada
suatu saat dapat aktif dan terjadilah relaps. Sel
hati yang berisi parasit akan pecah dan terjadilah
merozoit.
Merozoit akan masuk ke dalam eritrosit
(stadium eritrositer), tampak sebagai kromatin
kecil dikelilingi oleh sedikit sitoplasma yang
mempunyai bentuk cincin, disebut tropozoit.
Tropozoit membentuk skizon muda dan setelah
matang, membelah menjadi merozoit. Setelah proses
pembelahan eritrosit akan hancur; merozoit, pigmen
dan sel sisa akan keluar dan berada di dalam
5
plasma. Parasit akan difagositosis oleh RES.
Plasmodium yang dapat meghindar akan masuk kembali
ke dalam eritrosit lain untuk mengulangi stadium
skizogoni. Beberapa merozoit tidak membentuk
skizon tetapi memulai dengan bagian gametogoni
yaitu membentuk mikro dan makro gametosit (stadium
seksual). Siklus tersebut disebut masa tunas
intrinsik (Soedarmo, dkk., 2008).
Dalam tubuh nyamuk, parasit berkembang secara
seksual (sporogoni). Sporogoni memerlukan waktu 8-
12 hari. Dalam lambung nyamuk, makro dan
mikrogametosit berkembang menjadi makro dan
mikrogamet yang akan membentuk zigot yang disebut
ookinet, yang selanjutnya menembus dinding lambung
nyamuk membentuk ookista yang membentuk banyak
sporozoit. Kemudian sporozoit akan dilepaskan dan
masuk ke dalam kelenjar liur nyamuk. Siklus
tersebut disebut masa tunas ektrinsik. Secara
umum, pada dasarnya semua orang dapat terkena
malaria (Soedarmo, dkk., 2008).
3. Patofisiologi
Patofisiologi pada malaria belum diketahui
dengan pasti. Berbagai macam teori dan hipotesis
telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada
malaria terutama berhubungan dengan gangguan
aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya
eritrosit yang mengandung parasit pada endotelium
kapiler.
6
Perubahan ini cepat reversibel pada mereka
yang dapat tetap hidup (survive). Peran beberapa
mediator humoral masih belum pasti, tetapi mungkin
terlibat dalam patogenesis terjadinya demam dan
peradangan. Skizogoni eksoeritrositik mungkin
dapat menyebabkan reaski leukosit dan fagosit,
sedangkan sporozoit dan gametosit tidak
menimbulkan perubahan patofisiologik.
4.Manifestasi Klinik
Secara klinis, gejala malaria infeksi tunggal
pada pasien non-imun terdiri atas beberapa
serangan demam dengan interval tertentu
(paroksisme), yang diselilingi oleh suatu periode
(periode laten) bebas demam. Sebelum demam pasien
biasanya merasa lemas, nyeri kepala, tidak ada
nafsu makan, mual atau muntah.
Pada pasien dengan infeksi majemuk/campuran
(lebih dari satu jenis plasmodium tetapi infeksi
berulang dalam waktu berbeda), maka serangan demam
terus-menerus (tanpa interval), sedangkan pada
pejamu yang imun gejala klinis minimal.
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien
dngan malaria secara umum menurut Mansjoer dkk.
(2001) antara lain sebagai berikut :
a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat
pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria
7
Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan
skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya
setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P.
Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan
periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan
di tandai dengan beberapa serangan demam
periodik.
b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang
merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras
karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan
jaringan ikat bertambah.
c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab,
yang paling berat adalah anemia karena
falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran
eritrosit yang berlebihan, eritrosit normal
tidak dapat hidup lama (reduced survival time),
dan gangguan pembentukan eritrosit karena
depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
5.Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
tetes darah tebal/tipis ditemukan parasit
malaria dalam eritrosit.
Pemeriksaanzserologis
Titer 1 : 64 pada indirect immunofluroscence
b. Pemeriksaan khusus
8
PCR (polymerase chain reaction)
ELISA (Enzyme Linked Immonosorben Assay)
Radiommunoassay (RIA)
c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat
Hb dan Ht
hitung jumlah lekosit dan trombosit
Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin,
SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium
dan kalium, anaIisis gas darah
EKG
Foto toraks
Analisa cairan cerebrospinal.
Biakan darah dan uji serologi
Urinalisis
Darahzrutin
9
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.Dasar data pengkajian :
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum.
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan
penurunan kekuatan.
b.Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit
menurun. Denyut perifer kuat dan cepat
(fase demam). Kulit hangat, dieresis
(diaphoresis) karena vasodilatasi. Pucat
dan lembab (vasokontriksi), hipovolemia
penurunan aliran darah.
10
c. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan
haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen.
d. Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak
subkutan, dan penurunan masa otot.
Penurunan haluaran urine, kosentrasi
urine.
e. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental,
disorientas deliriu atau koma.
f. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman
pernapasan.
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
g. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya
hati, ginjal, keracunan alkohol,
riwayat splenektomi, baru saja
11
menjalani operasi/prosedur invasif,
luka traumatik.
2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan
malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang
timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan makanan yang tidak
adekuat ; anorexia; mual/muntah
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan penurunan sistem kekebalan tubuh;
prosedur tindakan invasive.
c. Hipertermia berhubungan dengan perubahan pada
regulasi temperatur.
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
nutrisi dari kebutuhan.
e. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan
interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
3.Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan malaria berdasarkan
masing-masing diagnosa diatas adalah :
12
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan makanan yang tidak
sdekuat; anorexia; mual/muntah .
Tujuan : Gangguan pemenuhan nutrisi
teratasi
Kriteria hasil : Intake nutrisi klien
meningkat
Tindakan/ Intervensi :
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang
disukai. Observasi dan catat masukan makanan
klien
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas
kekeurangan konsumsi makanan.
Berikan makan sedikit dan makanan tambahan
kecil yang tepat
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan
terlalu cepat setelah periode anoreksia
Pertahankan jadwal penimbangan berat badan
secara teratur.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas
nitervensi nutrisi
Diskusikan yang disukai klien dan masukan
dalam diet murni.
Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa
berpartisipasi/ kontrol
Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan
gejala lain yang berhubungan
13
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia)
pada organ
Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli
gizi
Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang
memenuhi kebutuhan nutrisi.
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan penurunan sistem tubuh (pertahanan utama
tidak adekuat), prosedur invasif.
Tujuan : Menunjukkan penyembuhan seiring
perjalanan waktu, bebas dari tanda-tanda
infeksi.
Tindakan/ Intervensi :
Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu
tubuh.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin
pada hipotalamus dan hipotermia adalah tanda tanda
penting yang merefleksikan perkembangan status syok/
penurunan perfusi jaringan.
Amati adanya menggigil dan diaforosis.
Rasional : Menggigil sering kali mendahului
memuncaknya suhu pada infeksi umum.
Memantau tanda – tanda penyimpangan kondisi/
kegagalan untuk memperbaiki selama masa terapi
Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi
antibiotik atau pertumbuhan dari organisme.
Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
14
Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas
sementara untuk infeksi umum.
Dapatkan spisemen darah.
Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi
malaria.
c. Hipertermia berhubungan dengan perubahan pada
regulasi temperatur.
Tujuan : Menunjukkan suhu dalam batas normal,
bebas dari kedinginan.
Tindakan/ intervensi :
Pantau suhu pasien (derajat dan pola),
perhatikan menggigil.
Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius
akut. Pola demam menunjukkan diagnosis.
Pantau suhu lingkungan.
Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
Berikan kompres mandi hangat, hindari
penggunaan alkohol.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam,
penggunaan es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan.
Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
Kolabirasi : Berikan antipiretik.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus.
Berikan selimut pendingin.
15
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan
hipertermi.
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
nutrisi dari kebutuhan.
Tujuan : Melaporkan peningkatan toleransi
aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari).
Tindakan/intervensi :
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan
tugas/AKS normal, catat laporan kelelahan,
keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas.
Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
Awasi TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah
aktivitas. Catat respons terhadap aktivitas
(mis: peningkatan denyut jantung/TD,
disritmia, pusing, dispnea, takipnea, dan
sebagainya).
Rasional : Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung
dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke
jaringan.
Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah
baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi
pengunjung, telepon, dan gangguan berulang
tindakan yang tak direncanakan.
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan
kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung
dan paru.
16
Gunakan teknik penghematan energi, mis: mandi
dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-
tugas.
Rasional : Mendorong pasien melakukan banyak dengan
membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan.
Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas
bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek,
kelemahan, atau pusing terjadi.
Rasional : Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stress
dapat menimbulkan dekompensasi/kegagalan.
e. Kurang pengetahuan mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahasn
interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
Tujuan : Pengetahuan keluarga tentang proses
penyakit meningkat.
Kriteria hasil : Klien mengerti tentang proses
penyakit malaria.
Tindakan/ intervensi:
Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien
dapat membuat pilihan.
Berikan informasi mengenai terapi obat –
obatan, interaksi obat, efek samping dan
ketaatan terhadap program.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan
kerja sama dalam penyembuhan dan mengurangi
kambuhnya komplikasi.
17
Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan
nutrisional yang tepat dan seimbang.
Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan
kesejahteraan umum.
Dorong periode istirahat dan aktivitas yang
terjadwal.
Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan
meningkatkan penyembuhan.
Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan
kebersihan lingkungan.
Rasional : Membantu mengontrol pemajanan lingkungan
dengan mengurangi jumlah penyebab penyakit yang ada.
Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan
evaluasi medis.
Rasional : Pengenalan dini dari perkembangan / kambuhnya
infeksi.
Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai
kebutuhan.
Rasional : Pengguaan terhadap pencegahan terhadap infeksi.
18
BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat
cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh
protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk
kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamsuk
malaria (anopeles) betina. Selain berasal dari
vektor nyamuk, malaria juga dapat ditularkan melalui
transfusi darah atau jarum suntik yang
terkontaminasi darah penderita malaria.
Malaria yang paling berbahaya disebabkan oleh
Plasmodium falciparum dan disebut sebagai malaria
tertiana maligna. Ada 4 jenis malaria: Malaria Tropika
(Plasmodium Falcifarum), Malaria Kwartana (Plasmoduim
19
Malariae), Malaria Ovale (Plasmodium Ovale), Malaria Tersiana
(Plasmodium Vivax).
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.
Hidayat, Alimul Aziz. A. 2008. Ilmu Kesehatan Anak
Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
20