isi bahasan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah dunia telah menuliskan beberapa peradaban dalam
dunia pendidikan. Hal ini pun berlaku pada dunia pendidikan
kejuruan. Saat itu nama sekolah kejuruan adalah sekolah
kerja. Tirtarahardja (2005:204), “ Gerakan sekolah kerja
dapat dipandang sebagai titik kulminasi dan pandangan-
pandangan yang mementingkan pendidikan ketrampilan dalam
pendidikan. Perlu dikemukakan juga bahwa sekolah kerja itu
bertolak pandangan bahwa pendidikan tidak hanya demi
kepentingan individu, tetapi juga demi kepentingan
masyarakat.”
Melihat keadaan dunia yang sekarang ini sudah bisa
dikatakan semakin maju karena telah mengalami beberapa
revolusi dalam banyak hal. Di samping itu, prediksi tentang
kondisi dunia di masa depan telah banyak dicetuskan oleh
beberapa ahli. Menurut prediksi-prediksi tersebut kondisi
dunia di masa yang akan datang akan lebih melibatkan
kreativitas, pemikiran, dan keahlian dalam proses menuju
kemajuan dari manusia itu sendiri. Tuntutan dunia akan
sebuah perubahan di masa depan akan lebih dititik beratkan
pada kemajuan teknologi dan sain mathematic. Ditinjau dari
segi teknologi, bisa dikatakan bahwa peran sebuah SDM
1
haruslah lebih dominan untuk menciptakan sebuah inovasi,
kreasi, dan hal-hal baru demi terciptanya sebuah teknologi
penyokong perkembangan IPTEK dunia. Sama halnya dengan dunia
sain mathematic yang membutuhkan peran-peran dari para ahli
dibidang tersebut. Di samping itu, prediksi dunia tentang
perkembangan ekonomi, indutri pangan, kebudayaan dan bidang
lainnya juga menuntut para SDM untuk lebih berpikir matang,
cerdas, kreatif,dan inovatif.
Tuntutan dunia akan kemajuan SDM yang lebih baik
haruslah dimulai dari beberapa pelatihan SDM tersebut sesuai
bidang dan keahliannya. Melatih mereka sejak dini dengan
keahlian dan ketrampilan yang memadai serta mengeluarkan
output SDM yang berkualitas itulah yang diingingkan oleh
masyarakat dunia saat ini. Maka dari itu melihat pernyataan
sebelumnya tentang sekolah kerja, dunia pendidikan memiliki
sumbangsih tinggi terhadap terwujudnya SDM yang baik.
“Dengan kata lain, sekolah berkewajiban menyiapkan warga
negara yang baik, yaitu
1. Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan
jabatan.
2. Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk
kepentingan negara.
3. Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah
selalu diusahakan kesempurnaanya, agar dengan jalan
itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan
2
menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan negara.”,
(Tirtarahardja, 2005:204).
Sebagai negara berkembang Indonesia juga tidak ingin
berdiam diri dalam hal ini. Melihat tuntutan dunia yang
semakin berat, pemerintah Indonesia sendiri telah menyiapkan
beberapa strategi demi mewujudkan SDM yang berkualitas agar
Indonesia juga mampu bertaruh di kancah internasional.
Beberapa usaha dilakukan, salah satunya adalah usaha dalam
bidang pendidikan agar terwujud kriteria warga negara yang
seperti pernyataan sebelumnya. Usaha tersebut oleh
pemerintah dituangkan dalam bentuk perwujudan sekolah
kejuruan, dimana sekolah tersebut adalah perkembangan
sekolah-sekolah kerja yang dahulunya milik pemerintah
Hindia-Belanda.
Menimbang berbagai pernyataan di atas, menegenai
perkembangan dan kebutuhan zaman akan SDM terampil, upaya
pemerintah mengangkat nama negara, dan keberadaan pendidikan
sekolah kejuruan sejak zaman Belanda, maka makalah ini akan
mengupas pendidikan sekolah kejuruan tersebut dari sudut
pandang Indonesia. Pembahasan makalah ini di mulai dengan,
definisi, sejarah singkat, landasan, tujuan, sistematika
hingga prespektif kebutuhan pasar akan SDM berkualitas
lulusan pendidikan sekolah kejuruan. Pembahasan ini juga
bisa menjadi bekal wawasan bagi para calon pendidik sekolah
kejuruan di Indonesia agar mereka lebih mengerti hakikat
3
sesungguhnya dari pendidikan sekolah kejuruan tersebut.
Sehingga diharapkan kedepannya setelah mengetahui hakikat
tersebut, calon pendidik sekolah kejuruan di Indonesia mampu
mendidik semaksimal mungkin dan mewujudkan cita-cita yang
menyokong pendidikan sekolah kejuruan Indonesia yaitu cita-
cita terwujudnya SDM muda berjiwa Pancasila terampil, penuh
inovasi, kreatif, dan mampu mengangkat negara ini menjadi
negra yang lebih maju.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah definisi dari pendidikan kejuruan menurut para
ahli dan UNESCO?
1.2.2 Bagaimana sejarah dan perkembangan pendidikan sekolah
kejuruan itu sendiri di Indonesia?
1.2.3 Apakah landasan dari pendidikan sekolah kejuruan di
Indonesia?
1.2.4 Apakah tujuan dari pendidikan sekolah kejuruan di
Indonesia?
1.2.5 Bagaimanakah sistematika pendidikan sekolah kejuruan di
Indonesia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mampu mengetahui definisi pendidikan kejuruan menurut
para ahli dan UNESCO.
1.3.2 Mampu mengetahui sejarah dan perkembangan pendidikan
sekolah kejuruan di Indonesia.
4
1.3.3 Mampu mengetahui landasan pendidikan sekolah kejuruan
di Indonesia.
1.3.4 Mampu mengetahui tujuan didirikannya sekolah kejuruan.
1.3.5 Mampu mengetahui sistematika pendidikan sekolah
kejuruan di Indonesia.
BAB II
ISI PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pendidikan Kejuruan 5
Berbagai definisi tetang pendidikan sekolah kejuruan menurut
Para Ahli dan UNESCO. Berikut penjelasannya:
Snedden. 1917 : pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang
diarahkan untuk mempelajari bidang khusus, agar para
lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis,
pabrikasi, pertanian, otomotif, listrik, dan sebagainya.
Evan. 1978 : pendidikan teknologi dan kejuruan
adalah bagian dari pendidikan yang mencetak individu agar
dia dapat bekerja pada kelompok tertentu.
Good. 1959 : pendidikan teknologi dan kejuruan
adalah suatu pogram di bawah organisasi pendidikan tinggi
yang diorganisasikan untuk mempersiapkan peserta didik
memasuki dunia kerja.
House Committee on Education and Labour (Hamalik, 1990:24),
“ Pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan
bakat, pendidikan dasar ketrampilan dan kebiasaan-kebiasaan
yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai
latihan ketrampilan.”
UNESCO (dalam artikel Ardiyanto) : “Merujuk pada segala
bentuk dan jenjang dalam proses pendidikan yang melibatkan
pengetahuan umum, studi teknologi dan sains terkait, serta
penguasaan ketrampilan praktik, pengetahuan, perilaku dan
pengertian terkait pekerjaan dalam berbagai sektor ekonomi
dan kehidupan sosial".
6
2.2 Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Sekolah Kejuruan di
Indonesia
2.2.1 Era sebelum Kemerdekaan
Pendidikan sekolah kejuruan di Indonesia di awali dengan
berdirinya sekolah Ambacht School van Soerabaja tahun 1853 oleh
pihak Belanda. Sekolah ini diperuntukkan oleh anak laki-laki
khusus bangsa Belanda yang keadaan ekonominya kurang beruntung.
Selain itu juga diperuntukkan bagi siswa lulusan dari HIS, HCS,
dan Schakelschool. Lama studi sekitar tiga tahun dan para siswa
dicetak sebagai seorang mandor. Beberapa jurusan yang disajikan
seperti montir mobil, listrik, kayu, dan penata batu. Kemudian
akhir abad ke-19 pemerintah Hindia Belanda mendirikan Ambacht
Leergang di Jakarta. Sekolah ini berbahasa daerah, diperuntukkan
bagi orang-orang lulusan dari Bumiputera. Tujuan dari beridirnya
sekolah ini adalah untuk mencetak para ahli pertukangan. Pada
tahun 1906 dilanjutkan mendirikan Koningin Welhelmina School
(KWS). Sekolah ini bukan sekolah teknik murni karena didalamnya
mengandung jurusan Sastra dan Ekonomi. Bahasa pengantar yang
digunakan adalah bahasa Belanda.
Selain bidang teknologi, pemerintah Belanda juga mendirikan
beberapa sekolah kejuruan lain seperti Pendidikan dagang (Handels
Onderwijs). Pendidikan ini diberikan selama tiga tahun dan
bertujuan untuk mencetak siswa yang sesuai kebutuhan perusahaan-
perusahaan Eropa saat itu. Dalam bidang pertanian sumbangsih dari
Belanda adalah Pendidikan Pertanian (Landbouw Onderwijs).
7
Pendidikan ini diperuntukkan bagi rakyat pribumi yang tinggal
disekitar dunia keagrarisan. Kemudian Belanda juga tak lupa
mendirikan Pendidikan Keguruan (Kweekschool) yang pastinya
orientasi lulusan siswanya adalah menjadi seorang pengajar.
2.2.2 Era sesudah kemerdekaan
Pendidikan sekolah kejuruan di Indonesia terus mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun. Namun dalam perkembangan
tersebut tidak mendapatkan respon yang baik secara langsung,
apalagi dari kalangan masyarakat awam. Ibarat pepatah asing from
zero to hero, hal inilah yang menjadi kisah sejarah yang menarik
bagi dunia pendidikan kejuruan hingga akhirnya bisa menjadi
sekolah yang memang menjadi prioritas utama di zaman yang penuh
dengn perubahan-perubahan di bidang industri, tekno, ekonomi, dan
lainnya. Berikut penjelasan kisah perjalanan sekolah kejuruan di
Indonesia setelah kemerdekaan menurut Faizal Rizky dalam tulisan
artikel Sejarah pendidikan Teknologi dan kejuruan:
Tahun 1964-1968 (STM-SMEA), tahap pendekatan kebutuhan
masyarakat akan pendidikan. Inilah perjalanan awal yang
dikatakan tragis, karena banyak masyarakat awam yang
menganggap remeh sekolah tersebut, meskipun sebenarnya
lulusan dari sekolah ini akan langsung bekerja. Selain
itu keadaan sekolah ini juga memprihatinkan karena
fasilitas yang sangat minim.
Tahun 1972-1973 (STM Pembanguana-SMEA Pembina), tahap
pendekatan kebutuhan kerja yang terbatas dan proses
8
pencarian bentuk yang tepat bagi pendidikan teknik
industri. Perkembangan pada zaman ini sudah dibilang
baik, meskipun belum sempurna. Kondisi ekonomi Indonesia
yang cukup baik dengan pertumbuhan 7% per tahun, membuat
kebutuhan akan tenaga kerja pun meningkat. Di sinilah
peran sekolah kejuruan terlihat. Walaupun dengan adanya
keterbatasan, mereka yang hanya mampu memberikan 50%
kebutuhan dari perusahaan. Lagipula, keterlibatan dunia
industri pada sekolah kejuruan belum meluas seperti apa
yang terjadi sekarang.
Tahun 1976, pendekatan kebutuhan akan tenaga kerja (bagi
sekolah minim atau belum mandapat peralatan praktik).
Pemerintah berusaha menghasilkan teknisi industri dalam
bentuk program pendidikan STMP, SMEA Pembina, STMK 4
tahun dan juru teknik (STM-BLPT, SMEA, SMKK). Pendekatan
lain yang dilakukan pemerintah adalah pendekatan akan
kebutuhan masyarakat saat itu. Bentuknya adalah dengan
sekolah SMEA, SMKK, SMPS, SMM, SMIK, SMSR. Melihat
kondisi ini, ternyata peran sektor industri masih belum
terlihat secara menyeluruh.
Tahun 1984, pendekatan secara humaniora dengan
penegembangan di bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Materi teori dan praktek juga telah
dikemas dalam bentuk satu semester. Pada tahun ini
perkembangan sektor industri (keterlibatan) sudah mulai
terlihat.
9
Tahun 1994, pada tahun ini pendekatan dari segi
kurikulum pendidikan sudah mulai terlihat. Bahkan konsep
Pendidikan Sekolah Ganda (PSG) mulai dikenal. Kerjasama
dengan dunia industri sudah terlihat semakin kuat dan
melembaga secara resmi.
Tahun 1999, berbagai perubahan orientasi dari supply
driven ke demand/market driven, dari mata pelajaran ke
kompetensi, dari pengukuran tingkat hasil belajar ke
pengukuran kompetensi, dari SMK yang berdiri sendiri ke
SMK yang dinaungi di bawah lembaga resmi seperti BLK
atau perguruan tinggi seperi Politeknik. Tentunya
perubahan-perubahan ini terus mengalami dampak positif
seiring dengan kemajuan sekolah kejuruan di masa kini.
Tahun 2000-an. Periode emas, karena perkembangan semakin
baik dan positif. Naik dari segi kuantitatifnya,
hubungan kerjasama dengan sektor industri, dan lainnya.
Pada masa ini pemerintah juga mulai menyadari betapa
pentingnya pendidikan sekolah kejuruan demi perkembangan
dunia tekno industri di Indonesia.
2.3 Landasan Pendidikan kejuruan di Indonesia
Landasan pendidikan kejuruan di Indonesia didasarkan pada
landasan filsafat dan landasan yuridis
a. Landasan Filsafat
10
Menurut Teori Prosser (dalam artikel Ismail Majid:
2012) landasan filsafat pendidikan kejuruan dapat diringkas
menjadi beberapa inti pokok penting, yaitu
Lingkungan belajar
Program dan fasilitas/peralatan
Praktek langsung
Budaya kerja
Kualitas input
Praktek yang berulang kali
Tenaga pendidik yang berpengalaman
Kemampuan minimal lulusan
Sesuai pasar kerja
Proporsi praktek
Sumber data dari program pengalaman
Program dasar dan kejuruan lanjut
Kebutuhan tertentu dan waktu tertentu
Hubungan dengan masyarakat
Administrasi fleksibel
Biaya pendidikan
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1990) dalam artikael
Ismail Majid: 2012, falsafah pendidikan kejuruan dapat
dirangkum menjadi enam hal yaitu:
1. Pekerjaan yang dipilih individu harus berdasar
orientasi individu tersebut.
2. Beberapa pekerjaan yang ditawarkan meliputi semua
aspek kehidupan.
11
3. Setiap individu harus mendapat kesempatan untuk
memilih jenis pekerjaan yang cocok dengan orientasi
kesempatan kerja yang sama.
4. Individu perlu mendapat dorongan membangun
masyarakatnya, pengetahuan, skill, dan kesempatan
kerja yang ada.
5. Sumber-sumber pendidikan harus dapat mengembangkan
SDM.
6. Alokasi sumber-sumber harus merefleksi kebutuhan
manusia.
b. Landasan Yuridis
Landasan yuridis yang dimaksud adalah landasan adanya
pendidika kejuruan di Indonesia berdasarkan dengan
perundangan di Indonesia.
1. Berdasarkan pembukaan UUD 1945 apada alinea
empat ditunjukkan empat tujuan negara salah
satunya berbunyi, “Mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Tujuan ini diamanatkan kepada pemerintahan agar
mereka mampu mewujudkan tujuan tersebut dan
membuat anak bangsa menjadi warga terdidik
dengan akhlak mulia dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Pasal 31 UUD1945 Amandemen IV
Pasal 1, “Setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan.”
12
Pasal 5, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama
dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.”
3. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
pasal 15, “Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,
kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.”
4. Kepmendikbud No. 323/U/1997 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda di SMK.
5. PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
6. Permendikbud No. 54 tahun2013 tentang Standar
Kompetensi Kelulusan.
7. Permendikbud No. 70 tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar Kurikulum SMK/MAK.
c. Landasan Sosiologis
Menurut artikel Yoke Al-Jauza: 2013,” Landasan
sosiologis pendidikan dapat diartikan norma dasar atau
asumsi yang dijadikan titik tolak dalam rangka pendidikan
yang berdasar pada tindakan sosial yang dilakukan oleh
manusia dalam suatu kelompok yang menjelma menjadi realitas
sosial.”. Berdasarkan definisi tersebut pendidikan sekolah
kejuruan pun melandasi setiap kegiatannya berdasar pemahaman
akan suatu interaksi sosial dengan masyarakat.
d. Landasan Psikologi
13
Landasan psikologis lebih memperhatikan pada aspek
bakat minat seseorang. Mengetahui bakat minat seseorang akan
membuat cara pengajaran pada tiap individu berbeda
(menyesuaikan). Sehingga diharapkan jika mereka sudah
mendapat perlakuan sesuai dengan bakat minatnya maka hasil
karya yang menakjubkan dapat lahir dari tangan mereka.
2.4 Tujuan Pendidikan Sekolah Kejuruan di Indonesia
Tujuan pendidikan sekolah kejuruan itu sendiri dibagi atas
dua jenis tujuan umum dan tujuan khusus. Pembagian ini sesuai
pandangan dari Oemar Hamalik (1990).
Tujuan umum
1. Agar lulusan dari pendidikan sekolah kejuruan mampu
menjadi warga negara yang baik yaitu manusia
pembangunan bermoralkan Pancasila yang utuh, kuat,
lahir, dan batin, serta memiliki kemampuan untuk
memenuhi keperluan akan tenaga kerja.
2. Menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang memiliki
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sesuai dengan
bidang jurusan yang diambil saat menempuh jenjang
pendidikan sekolah kejuruan ini. Misalnya STM
berarti mampu menciptakan tenaga kerja ahli bidang
teknik, SMPS berarti mampu menciptakan tenga kerja
ahli bidang sosial, SMIK berarti mampu menciptakan
tenaga kerja ahli bidang kerajiana industri, dan
sebagainya.
14
Tujuan Khusus
Tujuan ini dimiliki oleh masing-masing jurusan yang
mencerminkan kejuruan tersebut, misalnya jurusan
Mekanika Industri. Di bidang pengetahuan memiliki dan
mengetahui pengetahuan tentang:
a. Dasar-dasar mekanika
b. Macam-macam komponen mesin
c. Cara kerja dan alat-alat ukur dalam permesinan
d. Dan seterusnya. . . . .
2.5 Sistematika Pendidikan Sekolah Kejuruan di Indonesia
Upaya peningkatan pendidikan sekolah kejuruan terus
dilakukan. Termasuk dalam perubahan sistem pendidikan yang
diupayakan dapat mengarahkan arah dari pendidikan sekolah
kejuruan ini sesuai sasaran yang tepat. Dahulu sebenarnya
sistem yang digunakan adalah supply driven dimana hanya
berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas yang bisa
dianalogikan kebutuhan ini terlalu sempit. Namun ternyata
sistem supply driven tak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
saat ini ataupun di masa yang akan datang. Adanya perubahan ke
arah demand driven diharapkan pemenuhan kebutuhan sesuai
15
kebutuhan pasar kerja industri akan lebih terpenuhi dan tak
hanya sekedar pemenuhan kebutuhan masyarakat saja.
Adanya upaya perpindahan arah dari supply driven ke arah
demand driven ternyata harus diimbangi dengan metode
pembelajaran dan kurikulum yang kompetitif, dimana lebih
mengupayakan pada ketrampilan dan keahlian yang relevan dengan
kebutuhan pasar. Di samping itu upaya ini dilakukan dengan
pengembangan standar kompetensi dengan memasukkan dari
industri dan badan usaha lain. Standar kompetensi yang
dihasilkan selanjutnya digunakan sebagai pemberian sertifikat
kompetensi. Maka dari itu dengan dilancarkannya sistem
tersebut, maka setiap sekolah kejuruan tidak hanya mengacu
pada profesi atau ketrampilan, namun juga dipandu oleh
kebutuhan pasar yang sesuai.
Untuk menjadi tenaga kerja yang terampil dan profesioanal,
maka tidak hanya pengetahuan saja yang diajarkan, namun perlu
juga menguasai kiat-kiat ketrampilan yang sesuai dengan bakat
minatnya. Pengetahuan bisa didapat dengan pengajaran dalam
sekolah, namun kiat-kiat menguasai ketrampilan hanya akan
didapat jika mereka belajar melalui pembiasaan dan
internalisasi. Hal ini mampu diwujudkan dengan berlatih
langsung ke lapangan, dengan cara menjalani suatu kerjasama
antara sekolah kejuruan dengan industri atau usaha lain.
Sistematika pengajaran yang seperti ini disebut dengan sistem
ganda.
16
Pengertian pendidikan sistem ganda sendiri telah
ditetapkan oleh keputusan Mendikbud No. 323/U/1997, yaitu
“Pendidikan sistem ganda selanjutnya disebut PSG adalah suatu
bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan yang
memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di
sekolah menengah kejuruan dengan program penguasaan keahlian
yang diperoleh melalui bekerja langsung pada pekerjaan
sesungguhnya di institusi pasangan terarah untuk mencapai
suatu tingkat keahlian professional tertentu (pasal 1 ayat
1)”. Dalam kegiatannya sendiri sekolah bekerja sama dengan
suatu lembaga pelatihan dan bersama-sama menyusun suatu
perencanaan, penyelenggaraan, dan penilaian, sampai pada upaya
penempatan lulusan.
Tujuan PSG itu sendiri yang merujuk pada keputusan
Mendikbud 323/U/1997 adalah
1. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan kejuruan
melalui peran serta IP.
2. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan
lapangan kerja.
3. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang menjadi bekal dasar
pengembangan dirinya secara berkelanjutan.
4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman
kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.
17
5. Meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan
menengah kejuruan melalui pendayagunaan sumberdaya
pendidikan yang ada di dunia kerja.
Selain itu tujuan pembelajaran program PSG banyak
dipengaruhi oleh dinamika kehidupan masyarakat, dimana nanti
harapannya dapat menghantarkan peserta didik menjadi lulusan
yang berkemampuan relevan. Dimana standar kompetensi
lulusannya menggambarkan harapan masyarakat terhadap hasil
pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan sekolah kejuruan adalah pendidikan yang
mengutamakan perihal ketrampilan dan keahlian disamping
ilmu pengetahuan. Fungsinya agar terciptanya generasi
muda yang siap untuk bersaing dalam dunia perindustrian.
Sekolah kejuruan di Indonesia telah ada sejak zaman
Belanda, berawal dari Ambacht School van Soerabaja tahun
1853 hingga saat ini SMK, dimana telah melewati
perjalanan panjang dari era sebelum hingga sesudah
kemerdekaan.
18
Landasan pendidikan sekolah kejuruan dibagi atas:
a. Landasan filosofis (landasan dasar pendidikan kejuruan
di Indonesia).
b. Landasan yuridis (landasan berdasar peraturan
perundangan dan keputussan Mendikbud).
c. Landasan sosiologis (landasan yang berhubungan dengan
interaksi sosial).
d. Landasan psikologis (landasan yang berdasarkan atas
perbedaan kepribadian).
Tujuan pendidikan sekolah kejuruan dibagi atas tujuan
umum sesuai dengan Pancasila dan tujuan khusus yang
menuju pada tujuan sesuai keahlian.
Sistematika pendidikan sekolah kejuruan yang merubah gaya
supply demand ke gaya driven demand dimana mengutamakan
pengajaran ketrampilan dan keahlian yang dibantu denagn
sebuah hubungan kerjasama oleh lembaga , sehingga mampu
menumbuhkan sistem pendidikan ganda sebagai mediator
pembelajaran ketrampilan dan keahlian yang pengadaannya
bisa melalui suatu hubungan kerjasama dengan perusahaan
atau usaha lain.
DAFTAR RUJUKAN
19
Al-Jauza, Yoke.2013. Landasan Sosiologis Pendidikan Kejuruan, (Online),
(http://yokealjauza.wordpress.com/2013/12/16/landasan-
sosiologis-pendidikan-kejuruan/ diakses 14 September 2014).
Ardiyanto, Mohammad. 2011. Definisi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
(Online), (http://1ptk.blogspot.com/2011/11/definisi-
pendidikan-teknologi-dan.html diakses 24 September 2014).
Barliana, M.S. . Kajian Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKT
UR/196302041988031-MOKHAMAD_SYAOM_BARLIANA/Bahan_Ajar/
Kajian_PTK/Prtemuan6.pdf diakses 14 September 2014).
B, Bustamin. 2013. Filosofi Pendidikan Kejuruan dan Sistem UU
Penyelengagaraan Sistem PTK, (Online). (http://bustamin-
against.blogspot.com/2013/10/filosofi-pendidikan-kejuruan-dan-
sistem.html diakses 14 September 2014).
Hamalik, Oemar. 1990. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional. Bandung: PT
Citra Aditya Bakti.
Majid, Ismail. 2012. Landasan Filosofis dan Yuridis Pendidikan Teknologi
Kejuruan, (Online),
(http://mrismailmajid.blogspot.com/2012/10/landasan-filosofi-
dan-yuridis.html diakses 23 September 2014).
Rizky, Muhammad Faizal. 2011. Sejarah Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, (Online),
(http://muslimberjuang.blogspot.com/2011/09/sejarah-
pendidikan-teknologi-dan.html diakses 5 September 2014).
20
Rizky. .Sistem Pendidikan Kejuruan Indonesia, (Online),
(http://kptk.weebly.com/indonesia.html diakses 14 September
2014).
Titarahardja, Umar. & Sula, La. 2005. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
21