isi bahasan

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia telah menuliskan beberapa peradaban dalam dunia pendidikan. Hal ini pun berlaku pada dunia pendidikan kejuruan. Saat itu nama sekolah kejuruan adalah sekolah kerja. Tirtarahardja (2005:204), “ Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dan pandangan- pandangan yang mementingkan pendidikan ketrampilan dalam pendidikan. Perlu dikemukakan juga bahwa sekolah kerja itu bertolak pandangan bahwa pendidikan tidak hanya demi kepentingan individu, tetapi juga demi kepentingan masyarakat.” Melihat keadaan dunia yang sekarang ini sudah bisa dikatakan semakin maju karena telah mengalami beberapa revolusi dalam banyak hal. Di samping itu, prediksi tentang kondisi dunia di masa depan telah banyak dicetuskan oleh beberapa ahli. Menurut prediksi-prediksi tersebut kondisi dunia di masa yang akan datang akan lebih melibatkan kreativitas, pemikiran, dan keahlian dalam proses menuju kemajuan dari manusia itu sendiri. Tuntutan dunia akan sebuah perubahan di masa depan akan lebih dititik beratkan pada kemajuan teknologi dan sain mathematic. Ditinjau dari segi teknologi, bisa dikatakan bahwa peran sebuah SDM 1

Upload: independent

Post on 19-Feb-2023

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah dunia telah menuliskan beberapa peradaban dalam

dunia pendidikan. Hal ini pun berlaku pada dunia pendidikan

kejuruan. Saat itu nama sekolah kejuruan adalah sekolah

kerja. Tirtarahardja (2005:204), “ Gerakan sekolah kerja

dapat dipandang sebagai titik kulminasi dan pandangan-

pandangan yang mementingkan pendidikan ketrampilan dalam

pendidikan. Perlu dikemukakan juga bahwa sekolah kerja itu

bertolak pandangan bahwa pendidikan tidak hanya demi

kepentingan individu, tetapi juga demi kepentingan

masyarakat.”

Melihat keadaan dunia yang sekarang ini sudah bisa

dikatakan semakin maju karena telah mengalami beberapa

revolusi dalam banyak hal. Di samping itu, prediksi tentang

kondisi dunia di masa depan telah banyak dicetuskan oleh

beberapa ahli. Menurut prediksi-prediksi tersebut kondisi

dunia di masa yang akan datang akan lebih melibatkan

kreativitas, pemikiran, dan keahlian dalam proses menuju

kemajuan dari manusia itu sendiri. Tuntutan dunia akan

sebuah perubahan di masa depan akan lebih dititik beratkan

pada kemajuan teknologi dan sain mathematic. Ditinjau dari

segi teknologi, bisa dikatakan bahwa peran sebuah SDM

1

haruslah lebih dominan untuk menciptakan sebuah inovasi,

kreasi, dan hal-hal baru demi terciptanya sebuah teknologi

penyokong perkembangan IPTEK dunia. Sama halnya dengan dunia

sain mathematic yang membutuhkan peran-peran dari para ahli

dibidang tersebut. Di samping itu, prediksi dunia tentang

perkembangan ekonomi, indutri pangan, kebudayaan dan bidang

lainnya juga menuntut para SDM untuk lebih berpikir matang,

cerdas, kreatif,dan inovatif.

Tuntutan dunia akan kemajuan SDM yang lebih baik

haruslah dimulai dari beberapa pelatihan SDM tersebut sesuai

bidang dan keahliannya. Melatih mereka sejak dini dengan

keahlian dan ketrampilan yang memadai serta mengeluarkan

output SDM yang berkualitas itulah yang diingingkan oleh

masyarakat dunia saat ini. Maka dari itu melihat pernyataan

sebelumnya tentang sekolah kerja, dunia pendidikan memiliki

sumbangsih tinggi terhadap terwujudnya SDM yang baik.

“Dengan kata lain, sekolah berkewajiban menyiapkan warga

negara yang baik, yaitu

1. Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan

jabatan.

2. Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk

kepentingan negara.

3. Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah

selalu diusahakan kesempurnaanya, agar dengan jalan

itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan

2

menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan negara.”,

(Tirtarahardja, 2005:204).

Sebagai negara berkembang Indonesia juga tidak ingin

berdiam diri dalam hal ini. Melihat tuntutan dunia yang

semakin berat, pemerintah Indonesia sendiri telah menyiapkan

beberapa strategi demi mewujudkan SDM yang berkualitas agar

Indonesia juga mampu bertaruh di kancah internasional.

Beberapa usaha dilakukan, salah satunya adalah usaha dalam

bidang pendidikan agar terwujud kriteria warga negara yang

seperti pernyataan sebelumnya. Usaha tersebut oleh

pemerintah dituangkan dalam bentuk perwujudan sekolah

kejuruan, dimana sekolah tersebut adalah perkembangan

sekolah-sekolah kerja yang dahulunya milik pemerintah

Hindia-Belanda.

Menimbang berbagai pernyataan di atas, menegenai

perkembangan dan kebutuhan zaman akan SDM terampil, upaya

pemerintah mengangkat nama negara, dan keberadaan pendidikan

sekolah kejuruan sejak zaman Belanda, maka makalah ini akan

mengupas pendidikan sekolah kejuruan tersebut dari sudut

pandang Indonesia. Pembahasan makalah ini di mulai dengan,

definisi, sejarah singkat, landasan, tujuan, sistematika

hingga prespektif kebutuhan pasar akan SDM berkualitas

lulusan pendidikan sekolah kejuruan. Pembahasan ini juga

bisa menjadi bekal wawasan bagi para calon pendidik sekolah

kejuruan di Indonesia agar mereka lebih mengerti hakikat

3

sesungguhnya dari pendidikan sekolah kejuruan tersebut.

Sehingga diharapkan kedepannya setelah mengetahui hakikat

tersebut, calon pendidik sekolah kejuruan di Indonesia mampu

mendidik semaksimal mungkin dan mewujudkan cita-cita yang

menyokong pendidikan sekolah kejuruan Indonesia yaitu cita-

cita terwujudnya SDM muda berjiwa Pancasila terampil, penuh

inovasi, kreatif, dan mampu mengangkat negara ini menjadi

negra yang lebih maju.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah definisi dari pendidikan kejuruan menurut para

ahli dan UNESCO?

1.2.2 Bagaimana sejarah dan perkembangan pendidikan sekolah

kejuruan itu sendiri di Indonesia?

1.2.3 Apakah landasan dari pendidikan sekolah kejuruan di

Indonesia?

1.2.4 Apakah tujuan dari pendidikan sekolah kejuruan di

Indonesia?

1.2.5 Bagaimanakah sistematika pendidikan sekolah kejuruan di

Indonesia?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mampu mengetahui definisi pendidikan kejuruan menurut

para ahli dan UNESCO.

1.3.2 Mampu mengetahui sejarah dan perkembangan pendidikan

sekolah kejuruan di Indonesia.

4

1.3.3 Mampu mengetahui landasan pendidikan sekolah kejuruan

di Indonesia.

1.3.4 Mampu mengetahui tujuan didirikannya sekolah kejuruan.

1.3.5 Mampu mengetahui sistematika pendidikan sekolah

kejuruan di Indonesia.

BAB II

ISI PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pendidikan Kejuruan 5

Berbagai definisi tetang pendidikan sekolah kejuruan menurut

Para Ahli dan UNESCO. Berikut penjelasannya:

Snedden. 1917 : pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang

diarahkan untuk mempelajari bidang khusus, agar para

lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis,

pabrikasi, pertanian, otomotif, listrik, dan sebagainya.

Evan. 1978 : pendidikan teknologi dan kejuruan

adalah bagian dari pendidikan yang mencetak individu agar

dia dapat bekerja pada kelompok tertentu.

Good. 1959 : pendidikan teknologi dan kejuruan

adalah suatu pogram di bawah organisasi pendidikan tinggi

yang diorganisasikan untuk mempersiapkan peserta didik

memasuki dunia kerja.

House Committee on Education and Labour (Hamalik, 1990:24),

“ Pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan

bakat, pendidikan dasar ketrampilan dan kebiasaan-kebiasaan

yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai

latihan ketrampilan.”

UNESCO (dalam artikel Ardiyanto) : “Merujuk pada segala

bentuk dan jenjang dalam proses pendidikan yang melibatkan

pengetahuan umum, studi teknologi dan sains terkait, serta

penguasaan ketrampilan praktik, pengetahuan, perilaku dan

pengertian terkait pekerjaan dalam berbagai sektor ekonomi

dan kehidupan sosial".

6

2.2 Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Sekolah Kejuruan di

Indonesia

2.2.1 Era sebelum Kemerdekaan

Pendidikan sekolah kejuruan di Indonesia di awali dengan

berdirinya sekolah Ambacht School van Soerabaja tahun 1853 oleh

pihak Belanda. Sekolah ini diperuntukkan oleh anak laki-laki

khusus bangsa Belanda yang keadaan ekonominya kurang beruntung.

Selain itu juga diperuntukkan bagi siswa lulusan dari HIS, HCS,

dan Schakelschool. Lama studi sekitar tiga tahun dan para siswa

dicetak sebagai seorang mandor. Beberapa jurusan yang disajikan

seperti montir mobil, listrik, kayu, dan penata batu. Kemudian

akhir abad ke-19 pemerintah Hindia Belanda mendirikan Ambacht

Leergang di Jakarta. Sekolah ini berbahasa daerah, diperuntukkan

bagi orang-orang lulusan dari Bumiputera. Tujuan dari beridirnya

sekolah ini adalah untuk mencetak para ahli pertukangan. Pada

tahun 1906 dilanjutkan mendirikan Koningin Welhelmina School

(KWS). Sekolah ini bukan sekolah teknik murni karena didalamnya

mengandung jurusan Sastra dan Ekonomi. Bahasa pengantar yang

digunakan adalah bahasa Belanda.

Selain bidang teknologi, pemerintah Belanda juga mendirikan

beberapa sekolah kejuruan lain seperti Pendidikan dagang (Handels

Onderwijs). Pendidikan ini diberikan selama tiga tahun dan

bertujuan untuk mencetak siswa yang sesuai kebutuhan perusahaan-

perusahaan Eropa saat itu. Dalam bidang pertanian sumbangsih dari

Belanda adalah Pendidikan Pertanian (Landbouw Onderwijs).

7

Pendidikan ini diperuntukkan bagi rakyat pribumi yang tinggal

disekitar dunia keagrarisan. Kemudian Belanda juga tak lupa

mendirikan Pendidikan Keguruan (Kweekschool) yang pastinya

orientasi lulusan siswanya adalah menjadi seorang pengajar.

2.2.2 Era sesudah kemerdekaan

Pendidikan sekolah kejuruan di Indonesia terus mengalami

perkembangan dari tahun ke tahun. Namun dalam perkembangan

tersebut tidak mendapatkan respon yang baik secara langsung,

apalagi dari kalangan masyarakat awam. Ibarat pepatah asing from

zero to hero, hal inilah yang menjadi kisah sejarah yang menarik

bagi dunia pendidikan kejuruan hingga akhirnya bisa menjadi

sekolah yang memang menjadi prioritas utama di zaman yang penuh

dengn perubahan-perubahan di bidang industri, tekno, ekonomi, dan

lainnya. Berikut penjelasan kisah perjalanan sekolah kejuruan di

Indonesia setelah kemerdekaan menurut Faizal Rizky dalam tulisan

artikel Sejarah pendidikan Teknologi dan kejuruan:

Tahun 1964-1968 (STM-SMEA), tahap pendekatan kebutuhan

masyarakat akan pendidikan. Inilah perjalanan awal yang

dikatakan tragis, karena banyak masyarakat awam yang

menganggap remeh sekolah tersebut, meskipun sebenarnya

lulusan dari sekolah ini akan langsung bekerja. Selain

itu keadaan sekolah ini juga memprihatinkan karena

fasilitas yang sangat minim.

Tahun 1972-1973 (STM Pembanguana-SMEA Pembina), tahap

pendekatan kebutuhan kerja yang terbatas dan proses

8

pencarian bentuk yang tepat bagi pendidikan teknik

industri. Perkembangan pada zaman ini sudah dibilang

baik, meskipun belum sempurna. Kondisi ekonomi Indonesia

yang cukup baik dengan pertumbuhan 7% per tahun, membuat

kebutuhan akan tenaga kerja pun meningkat. Di sinilah

peran sekolah kejuruan terlihat. Walaupun dengan adanya

keterbatasan, mereka yang hanya mampu memberikan 50%

kebutuhan dari perusahaan. Lagipula, keterlibatan dunia

industri pada sekolah kejuruan belum meluas seperti apa

yang terjadi sekarang.

Tahun 1976, pendekatan kebutuhan akan tenaga kerja (bagi

sekolah minim atau belum mandapat peralatan praktik).

Pemerintah berusaha menghasilkan teknisi industri dalam

bentuk program pendidikan STMP, SMEA Pembina, STMK 4

tahun dan juru teknik (STM-BLPT, SMEA, SMKK). Pendekatan

lain yang dilakukan pemerintah adalah pendekatan akan

kebutuhan masyarakat saat itu. Bentuknya adalah dengan

sekolah SMEA, SMKK, SMPS, SMM, SMIK, SMSR. Melihat

kondisi ini, ternyata peran sektor industri masih belum

terlihat secara menyeluruh.

Tahun 1984, pendekatan secara humaniora dengan

penegembangan di bidang kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Materi teori dan praktek juga telah

dikemas dalam bentuk satu semester. Pada tahun ini

perkembangan sektor industri (keterlibatan) sudah mulai

terlihat.

9

Tahun 1994, pada tahun ini pendekatan dari segi

kurikulum pendidikan sudah mulai terlihat. Bahkan konsep

Pendidikan Sekolah Ganda (PSG) mulai dikenal. Kerjasama

dengan dunia industri sudah terlihat semakin kuat dan

melembaga secara resmi.

Tahun 1999, berbagai perubahan orientasi dari supply

driven ke demand/market driven, dari mata pelajaran ke

kompetensi, dari pengukuran tingkat hasil belajar ke

pengukuran kompetensi, dari SMK yang berdiri sendiri ke

SMK yang dinaungi di bawah lembaga resmi seperti BLK

atau perguruan tinggi seperi Politeknik. Tentunya

perubahan-perubahan ini terus mengalami dampak positif

seiring dengan kemajuan sekolah kejuruan di masa kini.

Tahun 2000-an. Periode emas, karena perkembangan semakin

baik dan positif. Naik dari segi kuantitatifnya,

hubungan kerjasama dengan sektor industri, dan lainnya.

Pada masa ini pemerintah juga mulai menyadari betapa

pentingnya pendidikan sekolah kejuruan demi perkembangan

dunia tekno industri di Indonesia.

2.3 Landasan Pendidikan kejuruan di Indonesia

Landasan pendidikan kejuruan di Indonesia didasarkan pada

landasan filsafat dan landasan yuridis

a. Landasan Filsafat

10

Menurut Teori Prosser (dalam artikel Ismail Majid:

2012) landasan filsafat pendidikan kejuruan dapat diringkas

menjadi beberapa inti pokok penting, yaitu

Lingkungan belajar

Program dan fasilitas/peralatan

Praktek langsung

Budaya kerja

Kualitas input

Praktek yang berulang kali

Tenaga pendidik yang berpengalaman

Kemampuan minimal lulusan

Sesuai pasar kerja

Proporsi praktek

Sumber data dari program pengalaman

Program dasar dan kejuruan lanjut

Kebutuhan tertentu dan waktu tertentu

Hubungan dengan masyarakat

Administrasi fleksibel

Biaya pendidikan

Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1990) dalam artikael

Ismail Majid: 2012, falsafah pendidikan kejuruan dapat

dirangkum menjadi enam hal yaitu:

1. Pekerjaan yang dipilih individu harus berdasar

orientasi individu tersebut.

2. Beberapa pekerjaan yang ditawarkan meliputi semua

aspek kehidupan.

11

3. Setiap individu harus mendapat kesempatan untuk

memilih jenis pekerjaan yang cocok dengan orientasi

kesempatan kerja yang sama.

4. Individu perlu mendapat dorongan membangun

masyarakatnya, pengetahuan, skill, dan kesempatan

kerja yang ada.

5. Sumber-sumber pendidikan harus dapat mengembangkan

SDM.

6. Alokasi sumber-sumber harus merefleksi kebutuhan

manusia.

b. Landasan Yuridis

Landasan yuridis yang dimaksud adalah landasan adanya

pendidika kejuruan di Indonesia berdasarkan dengan

perundangan di Indonesia.

1. Berdasarkan pembukaan UUD 1945 apada alinea

empat ditunjukkan empat tujuan negara salah

satunya berbunyi, “Mencerdaskan kehidupan bangsa.”

Tujuan ini diamanatkan kepada pemerintahan agar

mereka mampu mewujudkan tujuan tersebut dan

membuat anak bangsa menjadi warga terdidik

dengan akhlak mulia dan ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

2. Pasal 31 UUD1945 Amandemen IV

Pasal 1, “Setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan.”

12

Pasal 5, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan

dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama

dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta

kesejahteraan umat manusia.”

3. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

pasal 15, “Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,

kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.”

4. Kepmendikbud No. 323/U/1997 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda di SMK.

5. PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

6. Permendikbud No. 54 tahun2013 tentang Standar

Kompetensi Kelulusan.

7. Permendikbud No. 70 tahun 2013 tentang Kerangka

Dasar Kurikulum SMK/MAK.

c. Landasan Sosiologis

Menurut artikel Yoke Al-Jauza: 2013,” Landasan

sosiologis pendidikan dapat diartikan norma dasar atau

asumsi yang dijadikan titik tolak dalam rangka pendidikan

yang berdasar pada tindakan sosial yang dilakukan oleh

manusia dalam suatu kelompok yang menjelma menjadi realitas

sosial.”. Berdasarkan definisi tersebut pendidikan sekolah

kejuruan pun melandasi setiap kegiatannya berdasar pemahaman

akan suatu interaksi sosial dengan masyarakat.

d. Landasan Psikologi

13

Landasan psikologis lebih memperhatikan pada aspek

bakat minat seseorang. Mengetahui bakat minat seseorang akan

membuat cara pengajaran pada tiap individu berbeda

(menyesuaikan). Sehingga diharapkan jika mereka sudah

mendapat perlakuan sesuai dengan bakat minatnya maka hasil

karya yang menakjubkan dapat lahir dari tangan mereka.

2.4 Tujuan Pendidikan Sekolah Kejuruan di Indonesia

Tujuan pendidikan sekolah kejuruan itu sendiri dibagi atas

dua jenis tujuan umum dan tujuan khusus. Pembagian ini sesuai

pandangan dari Oemar Hamalik (1990).

Tujuan umum

1. Agar lulusan dari pendidikan sekolah kejuruan mampu

menjadi warga negara yang baik yaitu manusia

pembangunan bermoralkan Pancasila yang utuh, kuat,

lahir, dan batin, serta memiliki kemampuan untuk

memenuhi keperluan akan tenaga kerja.

2. Menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang memiliki

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sesuai dengan

bidang jurusan yang diambil saat menempuh jenjang

pendidikan sekolah kejuruan ini. Misalnya STM

berarti mampu menciptakan tenaga kerja ahli bidang

teknik, SMPS berarti mampu menciptakan tenga kerja

ahli bidang sosial, SMIK berarti mampu menciptakan

tenaga kerja ahli bidang kerajiana industri, dan

sebagainya.

14

Tujuan Khusus

Tujuan ini dimiliki oleh masing-masing jurusan yang

mencerminkan kejuruan tersebut, misalnya jurusan

Mekanika Industri. Di bidang pengetahuan memiliki dan

mengetahui pengetahuan tentang:

a. Dasar-dasar mekanika

b. Macam-macam komponen mesin

c. Cara kerja dan alat-alat ukur dalam permesinan

d. Dan seterusnya. . . . .

2.5 Sistematika Pendidikan Sekolah Kejuruan di Indonesia

Upaya peningkatan pendidikan sekolah kejuruan terus

dilakukan. Termasuk dalam perubahan sistem pendidikan yang

diupayakan dapat mengarahkan arah dari pendidikan sekolah

kejuruan ini sesuai sasaran yang tepat. Dahulu sebenarnya

sistem yang digunakan adalah supply driven dimana hanya

berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas yang bisa

dianalogikan kebutuhan ini terlalu sempit. Namun ternyata

sistem supply driven tak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat

saat ini ataupun di masa yang akan datang. Adanya perubahan ke

arah demand driven diharapkan pemenuhan kebutuhan sesuai

15

kebutuhan pasar kerja industri akan lebih terpenuhi dan tak

hanya sekedar pemenuhan kebutuhan masyarakat saja.

Adanya upaya perpindahan arah dari supply driven ke arah

demand driven ternyata harus diimbangi dengan metode

pembelajaran dan kurikulum yang kompetitif, dimana lebih

mengupayakan pada ketrampilan dan keahlian yang relevan dengan

kebutuhan pasar. Di samping itu upaya ini dilakukan dengan

pengembangan standar kompetensi dengan memasukkan dari

industri dan badan usaha lain. Standar kompetensi yang

dihasilkan selanjutnya digunakan sebagai pemberian sertifikat

kompetensi. Maka dari itu dengan dilancarkannya sistem

tersebut, maka setiap sekolah kejuruan tidak hanya mengacu

pada profesi atau ketrampilan, namun juga dipandu oleh

kebutuhan pasar yang sesuai.

Untuk menjadi tenaga kerja yang terampil dan profesioanal,

maka tidak hanya pengetahuan saja yang diajarkan, namun perlu

juga menguasai kiat-kiat ketrampilan yang sesuai dengan bakat

minatnya. Pengetahuan bisa didapat dengan pengajaran dalam

sekolah, namun kiat-kiat menguasai ketrampilan hanya akan

didapat jika mereka belajar melalui pembiasaan dan

internalisasi. Hal ini mampu diwujudkan dengan berlatih

langsung ke lapangan, dengan cara menjalani suatu kerjasama

antara sekolah kejuruan dengan industri atau usaha lain.

Sistematika pengajaran yang seperti ini disebut dengan sistem

ganda.

16

Pengertian pendidikan sistem ganda sendiri telah

ditetapkan oleh keputusan Mendikbud No. 323/U/1997, yaitu

“Pendidikan sistem ganda selanjutnya disebut PSG adalah suatu

bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan yang

memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di

sekolah menengah kejuruan dengan program penguasaan keahlian

yang diperoleh melalui bekerja langsung pada pekerjaan

sesungguhnya di institusi pasangan terarah untuk mencapai

suatu tingkat keahlian professional tertentu (pasal 1 ayat

1)”. Dalam kegiatannya sendiri sekolah bekerja sama dengan

suatu lembaga pelatihan dan bersama-sama menyusun suatu

perencanaan, penyelenggaraan, dan penilaian, sampai pada upaya

penempatan lulusan.

Tujuan PSG itu sendiri yang merujuk pada keputusan

Mendikbud 323/U/1997 adalah

1. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan kejuruan

melalui peran serta IP.

2. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan

lapangan kerja.

3. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang menjadi bekal dasar

pengembangan dirinya secara berkelanjutan.

4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman

kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

17

5. Meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan

menengah kejuruan melalui pendayagunaan sumberdaya

pendidikan yang ada di dunia kerja.

Selain itu tujuan pembelajaran program PSG banyak

dipengaruhi oleh dinamika kehidupan masyarakat, dimana nanti

harapannya dapat menghantarkan peserta didik menjadi lulusan

yang berkemampuan relevan. Dimana standar kompetensi

lulusannya menggambarkan harapan masyarakat terhadap hasil

pembelajaran.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan sekolah kejuruan adalah pendidikan yang

mengutamakan perihal ketrampilan dan keahlian disamping

ilmu pengetahuan. Fungsinya agar terciptanya generasi

muda yang siap untuk bersaing dalam dunia perindustrian.

Sekolah kejuruan di Indonesia telah ada sejak zaman

Belanda, berawal dari Ambacht School van Soerabaja tahun

1853 hingga saat ini SMK, dimana telah melewati

perjalanan panjang dari era sebelum hingga sesudah

kemerdekaan.

18

Landasan pendidikan sekolah kejuruan dibagi atas:

a. Landasan filosofis (landasan dasar pendidikan kejuruan

di Indonesia).

b. Landasan yuridis (landasan berdasar peraturan

perundangan dan keputussan Mendikbud).

c. Landasan sosiologis (landasan yang berhubungan dengan

interaksi sosial).

d. Landasan psikologis (landasan yang berdasarkan atas

perbedaan kepribadian).

Tujuan pendidikan sekolah kejuruan dibagi atas tujuan

umum sesuai dengan Pancasila dan tujuan khusus yang

menuju pada tujuan sesuai keahlian.

Sistematika pendidikan sekolah kejuruan yang merubah gaya

supply demand ke gaya driven demand dimana mengutamakan

pengajaran ketrampilan dan keahlian yang dibantu denagn

sebuah hubungan kerjasama oleh lembaga , sehingga mampu

menumbuhkan sistem pendidikan ganda sebagai mediator

pembelajaran ketrampilan dan keahlian yang pengadaannya

bisa melalui suatu hubungan kerjasama dengan perusahaan

atau usaha lain.

DAFTAR RUJUKAN

19

Al-Jauza, Yoke.2013. Landasan Sosiologis Pendidikan Kejuruan, (Online),

(http://yokealjauza.wordpress.com/2013/12/16/landasan-

sosiologis-pendidikan-kejuruan/ diakses 14 September 2014).

Ardiyanto, Mohammad. 2011. Definisi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,

(Online), (http://1ptk.blogspot.com/2011/11/definisi-

pendidikan-teknologi-dan.html diakses 24 September 2014).

Barliana, M.S. . Kajian Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Online),

(http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKT

UR/196302041988031-MOKHAMAD_SYAOM_BARLIANA/Bahan_Ajar/

Kajian_PTK/Prtemuan6.pdf diakses 14 September 2014).

B, Bustamin. 2013. Filosofi Pendidikan Kejuruan dan Sistem UU

Penyelengagaraan Sistem PTK, (Online). (http://bustamin-

against.blogspot.com/2013/10/filosofi-pendidikan-kejuruan-dan-

sistem.html diakses 14 September 2014).

Hamalik, Oemar. 1990. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional. Bandung: PT

Citra Aditya Bakti.

Majid, Ismail. 2012. Landasan Filosofis dan Yuridis Pendidikan Teknologi

Kejuruan, (Online),

(http://mrismailmajid.blogspot.com/2012/10/landasan-filosofi-

dan-yuridis.html diakses 23 September 2014).

Rizky, Muhammad Faizal. 2011. Sejarah Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan, (Online),

(http://muslimberjuang.blogspot.com/2011/09/sejarah-

pendidikan-teknologi-dan.html diakses 5 September 2014).

20

Rizky. .Sistem Pendidikan Kejuruan Indonesia, (Online),

(http://kptk.weebly.com/indonesia.html diakses 14 September

2014).

Titarahardja, Umar. & Sula, La. 2005. Pengantar Pendidikan.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

21