bab ii isi

24
BAB II ISI A. PENERAPAN BBS DI PT NISSAN MOTOR INDONESIA PT NISSAN MOTOR INDONESIA PT. Nissan Motor Indonesia didirikan pada tahun 2001, beroperasi dalam bidang penjualan, distribusi, juga suku cadang resmi Nissan, serta menjalankan layanan purna jual di Indonesia. Sebagai bagian dari Nissan Motor Corporation Ltd, PT. Nissan Motor Indonesia memiliki peran penting dari rencana bisnis global Nissan Power 88 dimana akan terus meningkatkan kekuatan brand dan penjualan untuk menguasai 8% pangsa pasar global dan secara berkelanjutan meningkatkan laba operasional perusahaan rata-rata menjadi 8% di akhir tahun fiskal 2016. PT. Nissan Motor Indonesia menghadirkan rangkaian produk yang kompetitif dengan segmen kendaraan terlengkap. Kampanye ”Innovation that Excites” yang diusung, menggarisbawahi komitmen Nissan atas produk- produk yang inovatif dengan teknologi terdepan dan penuh semangat. Menaungi 3 brand yaitu Nissan, Infiniti 3

Upload: independent

Post on 03-Feb-2023

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

ISI

A. PENERAPAN BBS DI PT NISSAN MOTOR INDONESIA

PT NISSAN MOTOR INDONESIA

PT. Nissan Motor Indonesia didirikan pada tahun

2001, beroperasi dalam bidang penjualan, distribusi,

juga suku cadang resmi Nissan, serta menjalankan

layanan purna jual di Indonesia. Sebagai bagian dari

Nissan Motor Corporation Ltd, PT. Nissan Motor

Indonesia memiliki peran penting dari rencana bisnis

global Nissan Power 88 dimana akan terus meningkatkan

kekuatan brand dan penjualan untuk menguasai 8% pangsa

pasar global dan secara berkelanjutan meningkatkan laba

operasional perusahaan rata-rata menjadi 8% di akhir

tahun fiskal 2016.

PT. Nissan Motor Indonesia menghadirkan rangkaian

produk yang kompetitif dengan segmen kendaraan

terlengkap. Kampanye ”Innovation that Excites” yang

diusung, menggarisbawahi komitmen Nissan atas produk-

produk yang inovatif dengan teknologi terdepan dan

penuh semangat. Menaungi 3 brand yaitu Nissan, Infiniti

3

4

dan Datsun, saat ini PT. Nissan Motor Indonesia

memiliki lebih dari 98 dealer yang tersebar di seluruh

Indonesia dan sebuah pabrik perakitan berlokasi di

Purwakarta, Jawa Barat dengan kapasitas produksi 90.000

unit per tahun.

Nissan Head Office

Jl. MT Haryono Kav 10 Jakarta 13330

Telp. (021) 858 2323, Fax. (021) 858 4912

Nissan Technical Center

Nissan TB Simatupang Bldg. 5th Floor

Jl. RA Kartini Kav II S No. 7, Jakarta 12310

Telp. (021) 765 3853, Fax. (021) 765 3823

Nissan Learning Center

Jl. Pahlawan No. 81, Pos Pengumben, Kebon Jeruk,

Jakarta 11560

Telp. (021) 5366 1768, Fax. (021) 5366 1770

Nissan Plant

Kawasan Industri Kota Bukit Indah Blok A-III Lot.

1-14, Purwakarta 41181, Jawa Barat

Telp. (0264) 351 851

Nissan Spare Part Center

5

Kawasan Industri Kota Bukit Indah Blok D1 No. 2

Purwakarta 41181, Jawa Barat

Telp. (0264) 351 505

Nissan Motor Co., Ltd., atau Nissan Motors atau

cukup disingkat Nissan, adalah sebuah industri

otomotif Jepang yang dulunya memasarkan produk dengan

merek Datsun sampai 1983. Kantor utamanya terletak di

wilayah Ginza dari Chūō-ku, Tokyotetapi Nissan

merencanakan akan memindahkan kantor utama mereka

ke Yokohama,Kanagawa pada 2010, dimana konstruksi sudah

dimulai pada 2007.

Nissan—nama lengkap Nissan Motor Co., Ltd. (日日日日日日

日 日 日   Nissan Jidōsha Kabushiki-

gaisha?) (TYO: 7201, NASDAQ: NSANY)—adalah perusahaan

otomotif terbesar kedua di Jepang setelah Toyota dan

merupakan salah satu dari tiga penyaing utama Asia di

Amerika Serikat.

Bersama aliansinya, Renault, Nissan menjadi

produsen keempat terbesar di dunia.

Line-Up dari NISSAN di dunia

Mobil Sedan, Station Wagon, dan Sport Coupe

a. Nissan March / Nissan Micra

b. Nissan Note

6

c. Nissan Cherry

d. Nissan Pulsar

e. Nissan Sentra

f. Nissan Sunny / Datsun 210 / Datsun 120Y

g. Nissan Tiida / Latio / Versa

h. Nissan Wingroad

i. Nissan Violet / Nissan Stanza / Datsun 160J

j. Nissan Bluebird / Datsun 180B

k. Nissan Altima

l. Nissan Primera

m. Nissan Avenir

n. Nissan Silvia

o. Nissan Laurel

p. Nissan Cefiro

q. Nissan Teana

r. Nissan Maxima

s. Nissan Leopard

t. Nissan Stagea

u. Nissan Skyline

v. Nissan Fairlady Z

w. Nissan Cedric / Nissan Gloria

x. Nissan Cima

 Mobil mewah Infiniti

a. Infiniti G20

7

b. Infiniti G35 / Infiniti G37

c. Infiniti I30 / Infiniti I35

d. Infiniti M30

e. Infiniti J30

f. Infiniti M35 / Infiniti M45

g. Infiniti Q45

 Mobil SUV

a. Nissan Armada

b. Nissan Dualis / Nissan Qashqai

c. Nissan Juke

d. Nissan Kix

e. Nissan Murano

f. Nissan Patrol / Nissan Safari

g. Nissan Rogue

h. Nissan Terrano / Nissan Pathfinder

i. Nissan X-Trail

 Mobil MPV

a. Nissan Cube

b. Nissan Tino

c. Nissan Livina

d. Nissan Grand Livina

e. Nissan Serena

f. Nissan Bassara

g. Nissan Presage

8

h. Nissan Elgrand

 Kendaraan Komersial

a. Datsun Sena

b. Datsun Pick-up / Nissan Frontier

c. Nissan Caravan / Nissan Urvan

d. Nissan Caball

e. Nissan Cabstar

f. Nissan Civilian

PENERAPAN Behovior Best Safety Di Nissan Motor

Indonesia

1. Tindakan tidak aman pada saat percobaan kendaraan

bermotor:

a. Memutar arah sembarangan

Tak jarang Anda temui rambu dilarang putar

arah di jalan. Masalahnya, banyak pengguna

jalan yang tidak sabar memilih nekat

melanggar. Baik ketika lalu lintas sedang

ramai atau sepi.

Sementara pengemudi lain yang mengetahui

larangan itu, tentu tidak akan menyangka jika

ada kendaraan yang memutar arah. Efeknya

dapat menyebabkan kemacetan panjang dan lebih

buruknya lagi dapat menimbulkan tabrakan. 

9

b. Merokok di dalam mobil

Merokok sambil mengemudi mobil secara legal

memang tidak ada ketentuannya. Tapi selain

mengganggu kesehatan, juga berpotensi

menimbulkan distraksi pergerakan fisik

pengemudi. “Perlu diperhatikan puntung rokok

yang jatuh dan terkena tubuh pengemudi dapat

menyebabkan fokus pengemudi terhadap kondisi

jalan hilang dan ini memicu peluang

kecelakaan. Belum lagi perhatian terpecah

ketika menyalakan rokok. Begitu ada objek

penghalang di depan, respons driver pun

berkurang. Jadi merokok sambil mengemudi

mobil khususnya tidak direkomendasikan,”

tambah Jusri.

c. Zig-Zag

Pada dasarnya kecepatan di jalan tol

diharapkan dapat menerapkan kecepatan

konstan, oleh karena itu dibuatlah lajur–

lajurnya. Bayangkan ketika irama kecepatan

terganggu akibat pengguna jalan lain memotong

kendaraan Anda secara tiba-tiba. Tentunya

akan terkejut dan dapat menginjak rem

mendadak. Hal ini dapat menimbulkan tabrakan

beruntun. Terlebih kecepatan rata-rata di tol

lebih tinggi dibanding jalan raya.

10

Begitu pula di jalan raya. Mengemudi zig–zag

secara mendadak semisal ingin menghindari

lubang jalan juga berisiko tinggi. Jangan

pernah menganggap pengemudi lain dapat

mengantisipasi gerakan mendadak itu. 

d. Menggunakan handphone 

Paradigma di masyarakat, penggunaan telepon

saat mengemudi hanya mengganggu aktivitas

fisik. Sehingga mereka mengantisipasinya

dengan menggunakan wireless ataupun hands free.

“Namun distraksi mental menjadi faktor utama

saat melakukan pembicaraan dengan topik–topik

yang berat. Seperti problem kerja, keuangan,

atau keluarga, dapat mempengaruhi konsentrasi

pengemudi dan peluang kecelakaan semakin

besar,” ungkap Jusri.

Selain pada saat melakukan percobaan motor tindakan

tidak aman yang lain masih banyak dilakukan oleh para

pekerja seperti tidak mementingkan kondisi ergonomis

pada saat melakukan perbaikan, maupun modivikasi

mesin.Padahal kondisi yang tidak ergonomis itu dapat

mengakibatkan hal yang tidak diinginkan bila dilakukan

secara berulang-ulang.

11

2. Pedoman Penerapan BBS di PT Nissan Motor

Indonesia

a. Principles of behavioral safety (Prinsip –

Prinsip Keselamatan Perilaku)

Dalam mengerjakan seluruh ppekerjaan, maka

keselamatan kerja sangan penting dalam

malaksanakan pekerjaan. Ini berhubungan

dengan perilaku dalam bekerja. Ketika dalam

bekerja perlu memperhatikan keselamatan agar

seluruh pekrjaan berjalan tanpa adanya

korban. Dalam bekerja perlu mengunakan alat

pengaman diri untuk menghindari terjadinya

kecelakaan yang fatal akibat kelalaian dalam

bekerjan

b. Development of critical behavioral checklist

(Pengembangan Ceklis Perilaku Kritis)

Pengembangan perilaku dalam bekerja sangat

penting diterapkan dalam melaksanakan

pekerjaan guna keselamatan dalam bekerja,

maka perlu dibuat ceklis pekerjaan sesuai

dengan urutan sistem kerja untuk mencegah

terjadinya kecelakaan dalam bekerja.

c. Communication skills (Keterampilan Dalam

Berkomunikasi)

Komunikasi merupakan factor yang sangat

12

memperngaruhi keberhasilan alam bekerja,

pekerja dalam suatu proyek juga dituntuk

mempunyai ketrampilan dalam menggunakan alat

komunikasi untuk kelancaran suatu pekerjaan

yang mempunyai jarak tertentu yang tidak

dapat ditempuh dengan kendaraan. Dalam

berkomunikasi dimaksutkan agar pekerjaan

yang dilakukan sesuai dengan prosedur dan

gambar pekerjaan. Dan dengan berkomunikasi

untuk menjalin kerjasama dengan pihak

pengguna jasa.

d. Statistical analysis of observation data

(satistik data pengamatan)

Dalam suatu pekerjaan maka perlu dilakukan

penghitungan data statistik dan pengamatan

tentang prosentase pekerjaan yang telah

ditentukan apakah sudah sesuai dengan jadwal

yang telah disetujui dalam dokumen lelang.

e. Behavioral analysis (analisa Perilaku)

perilaku merupakan faktor utama pendukung

produktivitas kerja, sehingga harus

dikembangkan potensi dan perannya untuk

mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban

dan kelancaran dalam bekerja sehingga dapat

mencegah terjadinya kecelakaan dalam

pekerjaan.

13

f. Observation methodology (Pengamatan

Metodology)

Dalam suatu pekerjaan pelu dilakukan

pengamatan setiap item pekerjaan bersama

sama dengan pihak direksi penguna jasa. Dan

dilakukan pencatatan dan laporan hasil

pekerjaan.

g. Coaching skills (Pelatihan Ketrampilan)

Setiap karyawan baru dalan suatu pekerjaan

maka perlu dilakukan pelatihan terlebih

dahulu agar terhinda dari kecelakaan –

kecelakan yang sedang maupun yang fatal.

Bimbingan juga perlu dilakukan agar karyawan

lebih berkompeten dalam melaksanakan

pekerjaannya.

h. BBS process implementation models (Proses

Pelaksanaan Model BBS)

Dalam suatu pelaksanaan pekerjaan perlu

dilakukan suatu gambaran tentang suatu

pekerjaan yang akan dilakukan sehingga

mempunyai arah dan tujuan yang jelas dalam

suatu pekerjaan. Ini dimungkinkan agar tidak

terjadi kecelakaan dalam suatu pekerjaan.

14

3. Upaya Yang Dilakukan di Nissan Motor Indonesian

untuk mengurangi unsafe behavior

Unsafe behavior dapat diminimalisasi dengan melakukan

dengan beberapa cara.

a. menghilangkan bahaya

Ditempat kerja dengan merekayasa faktor bahaya

atau mengenalkan Kontrol fisik. Cara ini dilakukan

untuk mengurangi potensi terjadinya unsafe

behavior, namun tidak selalu berhasil karena

pekerja mempunyai kapasitas untuk Unsafe behavior

dan mengatasi kontrol yang ada.

b. mengubah sikap pekerja agar lebih peduli dengan

keselamatan dirinya.

Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa perubahan

sikap akan mengubah perilaku. Berbagai upaya yang

dapat dilakukan adalah melalui kampanye dan

safety training. Pendekatan ini tidak selalu

berhasil karena ternyata perubahan sikap tidak

diikuti dengan perubahan perilaku. Sikap sering

15

merupakan apa yang seharusnya dilakukan bukan apa

yang sebenarnya dilakukan.

c. Dengan memberikan punishment terhadap unsafe

behavior.

Cara ini tidak selalu berhasil karena pemberian

punishment terhadap perilaku unsafe harus

konsisten dan segera setelah muncul, hal inilah

yang sulit dilakukan karena tidak semua unsafe

behavior dapat terpantau secara langsung.

d. Dengan memberikan reward terhadap munculnya safety

behavior.

Cara ini sulit dilakukan karena reward minimal

harus setara dengan reinforcement yang didapat

dari perilaku unsafe.

Di Nissan Motor Indonesia lebih focus pada masalah

unsafe factor karena Dari hasil evaluasi menunjukan

bahwa 65.3% dari kecelakaan yang terjadi di tempat

kerja disebabkan oleh perilaku tidak aman (unsafe

behavior). Perilaku ini mempunyai kecenderungan negatif

untuk mengganggu lingkungan kerja secara umum. Oleh

sebab itu kini pelaku K3 menyadari bahwa peningkatan

pengelolaan K3 dapat dicapai dengan lebih memfokus pada

unsafe behavior di tempat kerja.

16

Selain menggunakan pedoman di atas PT Nissan Motor

Indonesia juga mengunakan system pendekatan

terpadu ,yaitu mencakup:

a. Leadership and Administration

Melibatkan partisipasi pekerja dalam pengelolaan

K3. Dari sisi traditional, pengelolaan K3 dikelola dari

atas kebawah yang mempunyai tendensi macet di level

lini, sehingga mengakibatkan pekerja tidak dilibatkan

dan merasa kurang dihargai dan kemungkinan dapat

berbuat perilaku tidak aman. Dalam hal pendekatan

behavior diharapkan dapat mengatasi kemacetan ini

melalui pendekatan dari bawah keatas, disini pekerja

diberikan peluang untuk berpartisipasi untuk

mendapatkan komitmennya sehingga pekerja merasa sebagai

ownership dari proses manajemen K3.

b.  Accident/Incident Investigation, dan Accident/Incident

Analysis

Pendekatan yang ada pada ISRS secara umum untuk

kecelakaan dan hampir celaka kami anggap sudah memenuhi

kebutuhan untuk mendapatkan masukan ha-hal yang

berhubungan dengan unsafe-behavior untuk perbaikan

program  kerja khususnya mengurangi kecelakaan. Dilihat

dari sisi behavior-based safety pendekatan secara

behavior positif sebenarnya dapat dilakukan dengan

17

menginformasikanpenyebab-penyebab kecelakaan dan

kondisi-kondisi tidak aman melalui elemen 15Personal

Communication yang menitikberatkan pada Planned-

Personal-Contact antara atasan dan bawahan. Atau

melalui elemen 16 Group Communication yaitu pada

pelaksanaan Group HSE Meeting.

c. Critical Task Analysis dan procedure,Task

Observation, Engineering Change Management.

Indentifikasi tugas serta melakukan risk

assessment merupakan salah satu kunci untuk mengetahui

risiko yang ada dan kemudian dilakukan tindakan yang

diperlukan untuk mencapai tingkat risiko yang dapat

diterima. Sisi lain menghilangkan bahaya dengan teknik

rekayasa mengurangi potensi unsafe behavior. Namun,

tidak selalu berhasil. Hal itu semata-mata karena

manusia mempunyai kecenderungan untuk melakukan

tindakan tidak aman dan melakukan override

safety system. Sebagai contoh, untuk sistem pengamanan

gedung dari kebakaran, operator control room yang

bertugas mendapatkan alarm kebakaran dari smoke/heat

detector di suatu ruangan, kemudian dilakukan

pengecekan, tetapi tidak ada kebakaran. Karena sering

mendapatkan hal seperti ini melakukan override system

ini dan akibatnya bila suatu saat ada kebakaran yang

18

sesungguhnya maka detector tidak dapat mendetaksi.

Tindakan ini merupakan unsafe behavior. .

d. Rule and Work Permit

Memberi hukuman sampai pekerja melakukan safe

behavior ? Cara ini praktis, namun dapat mengarah pada

dampak positif atau negatif. Pendekatan ini lebih

menekankan pentaatan disiplin dan penghukuman untuk

menghimbau tidak melakukan tindakan tidak aman,

sementara perilaku-aman tidak diperhatikan.

Hal seperti ini sering menghasilan kebalikan yang

diinginkan (karena takut kena sanksi maka kecelakaan

atau near-miss tidak dilaporkan). Walaupun peraturan

dapat diberlakukan, lebih sering tidak dipatuhi.

Alasannya sangat sederhana : efektifitas dari

konsistensi pemberlakuannya. Itu hukuman dapat

tergantung efektif jika langsung pada dilakukan, dan

berlaku untuk setiap tindakan tidak aman yang terjadi.

Memberi penghargaan pada pekerja yang melakukan safe

behavior ? Bagaimana manajemen lini dapat memastikan

bahwa penguatan 'bekerja dengan aman' lebih kuat dari

mereka yang 'bekerja dengan tidak aman'. Sudah menjadi

kenyataan bahwa manusia cenderung memberi respon lebih

pada suatu penghargaan dan 'social approval' dari pada

faktor lain. Namun yang krusial adalah, sifat manusia

yang hanya ingin melakukan karena pujian. Peningkatan

19

kepercayaan oleh atasan kepada anak buah dapat

berdampak pada budaya K3 yang positif. Aplikasi

Bagaimana mengaplikasikan pengetahuan ini untuk

meningkatkan 'safety behavior’ Kita mengetahui bahwa

dengan memfokus pada safety behavior dapat membawa

perubahan yang diinginkan dan bahwa perubahan sikap

dapat merubah perilaku. Kita mengetahui pula bahwa,

'social approval' dan himbauan dapat membawa perubahan

positif pada norma-norma K3. Dan, kita tahu pula bahwa

pekerja adalah orang terbaik untuk merubah norma K3

mereka, karena mereka sendiri yang mengkontrol

perilakunya. Oleh sebab itu, setiap inisiatif perba1kan

pengelolaan K3 yang mengandalkan line management secara

exclusif belum tentu berhasil seperti mengandalkan

pekerja itu sendiri.

Pendekatan behavioral safety adalah sangat

bergantung pada pekerja dan diperbaiki oleh pekerja,

sejalan dengan manajemen. Dengan cara ini, pekerja

diberikan tanggung jawab dan batasan-batasan untuk

mengidentifikasi dan memantau tindakannya (safe and

unsafe behaviors), demikian juga menyusun target

'perbaikan K3' mereka sendiri.  Hasilnya, kelompok

kerja dapat menentukan norma-norma K3 mereka dalam

lingkungan yang mendukung. Line management

memfasilitasi proses ini dengan memberikan sumber-

sumber dan dukungan untuk menghimbau 'employee

20

ownership of safety', juga menekankan bahwa tidak

seorangpun akan diberikan sanksi sebagai akibat dari

pemantauannya. Dengan cara ini tercipta 'blame free'

pro-active safety culture yang sangat vital dalam

pencapaian sukses jangka panjang.

B. PENDAPAT TENTANG PENERAPAN BBS DI PT NISSAN MOTOR

INDONESIA:

Telah dipaparkan bahwa pada saat pengujian produk

kendaraan para pegawai yang menguji melakukan tindakan

unsafe behavior seperti memutar arah sembarangan ,

merokok pada saat pengujian, zig zag , dan menggunakan

21

hand phone saat berkendara. Selain itu pekerja

melakukan tindakan tidak ergonomis pada saat melakukan

perbaikan atau modivikasi mesin untuk mencapai

hasil.Padahal jika tindakan tidak ergonomis dilakukan

secara berulang-ulang dapat mengakibatkan susunan

tulang tidak sebagaimana mestinya lagi.Maka ,karena

dari pihak perusahaan itu sendiri sudah mengetahui

tindakan unsafe behavior yang dilakukan para pekerjanya

seharusnya memberi kebijakan tersendiri untuk para

pegawainya yang melakukan tindakan tersebut.Awalnya

dengan memberikan penyuluhan mengenai hal negative dari

unsafe behavior tersebut, jika para pekerja sudah

mengetahui dan masih melakukan unsafe behavior maka

dari pihak perusahaan bersama K3nya memberikan

peringatan serta sanksi tersendiri bagi yang melakukan

pelanggaran tersebut.Karena tindakan itu sangad

membahayakan para pegawainya karena akan timbul suatu

kecelakaan ,dimana bila terjadi kecelakaan maka dari

pihak perusahaan juga akan rugi.

Sebenarnya penerapan safety behavior di PT Nissan

Motor sudah bagus cumin kurang adanya sosialisaso

tersendiri dari managamen K3 terhadap para pegawai yang

bersangkutan.Sehingga tenaga yang melakukan pekerjaan

tersebut nyaman-nyaman aja tanpa memikir

kedepannya.Atau un safe behavior terjadi karena pegawai

22

tidak tau ataupun Cuma ingin mencapai targed yang

dikehendaki oleh pihak perusahaan.

Dan dari pihak perusahaan selain menggunakan

pedoman yang sudah dijelaskan di atas ,seharusnya juga

melakukan pendekatan pada para karyawannya yang

bertujuan agar para pegawai mengetahui akan hal

negative yang timbul jika melakukan tindakan unsafe

behavior.Seperti yang telah dikemukakan oleh

Cooper(1999).Pendekatannya berupa :

1. Melibatkan Partisipasi Karyawan yang

Bersangkutan

Salah satu sebab keberhasilan behavior safety

adalah karena melibatkan seluruh pekerja dalam

safety management. Pada masa sebelumnya safety

management bersifat top-down dengan tendensi

hanya berhenti di management level saja. Hal ini

berarti para pekerja yang berhubungan langsung

dengan unsafe behavior tidak dilibatkan dalam

proses perbaikan safety performance. Behavior

safety mengatasi hal ini dengan menerapakn sistem

bottom-up, sehingga individu yang berpengalaman

dibidangnya terlibat langsung dalam

mengidentifikasi unsafe behavior. Dengan

keterlibatan workforce secara menyeluruh dan

adanya komitmen, ownership seluruh pekerja

23

terhadap program safety maka proses improvement

akan berjalan dengan baik.

2. Memusatkan Perhatian pada Unsafe Behavior yang

Spesifik

Alasan lain keberhasilan behavioral safety

adalah memfokuskan pada unsafe behavior (sampai

pada proporsi yang terkecil) yang menjadi

penyumbang terbesar terjadinya kecelakaan kerja

di perusahaan. Menghilangkan unsafe behavior

berarti pula menghilangkan sejarah kecelakaan

kerja yang berhubungan dengan perilaku tersebut.

Untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan kerja

yang memicu terjadinya unsafe behavior para

praktisi menggunakan teknik behavioral analisis

terapan dan memberi reward tertentu pada individu

yang mengidentivikasi unsafe behavior. Praktisi

lain juga mengidentifikasikan kekurangan sistem

managemen yang berhubungan agar cepat ditangani

sehingga tidak lagi memicu terjadinya unsafe

behavior. Unsafe atau safety behavior yang

teridentifikasi dari proses tersebut disusun

dalam chek list dalam format tertentu, kemudian

dimintakan persetujuan karyawan yang

bersangkutan. Ketika sistem behavioral safety

semakin matang individu menambahakan unsafe

behavior dalam check list sehingga dapat

24

dikontrol atau dihilangkan. Syarat utama yang

harus dipenuhi yaitu, unsafe behavior tersebut

harus observable, setiap orang bisa melihatnya.

3. Didasarkan pada Data Hasil Observasi

Observer memonitor safety behavior pada kelompok

mereka dalam waktu tertentu. Makin banyak

observasi makin reliabel data tersebut, dan

safety behavior akan meningkat.

4. Proses Pembuatan Keputusan Berdasarkan Data

Hasil observasi atas perilaku kerja dirangkum

dalam data prosentase jumlah safety behavior.

Berdasarkan data tersebut bisa dilihat letak

hambatan yang dihadapi. Data ini menjadi umpan

balik yang bisa menjadi reinforcement positif

bagi karyawan yang telah berprilaku safe, selain

itu bisa juga menjadi dasar untuk mengoreksi

unsafe behavior yang sulit dihilangkan.

5. Melibatkan Intervensi Secara Sistimatis dan

Observasional

Keunikan sistem behavior safety adalah adanya

jadwal intervensi yang terencana. Dimulai dengan

briefing pada seluruh departemen atau lingkungan

kerja yang dilibatkan, karyawan diminta untuk

menjadi relawan yang bertugas sebagai observer

yang tergabung dalam sebuah project team.

25

Observer ditraining agar dapat menjalankan tugas

mereka. kemudian mengidentifikasi unsafe

behavior yang diletakkan dalam check list. Daftar

ini ditunjukkan pada para pekerja untuk mendapat

persetujuan. Setelah disetujui, observer

melakukan observasi pada periode waktu tertentu

(+ 4 minggu), untuk menentukan baseline. Setelah

itu barulah program interverensi dilakukan dengan

menentukan goal setting yang dilakukan oleh

karyawan sendiri. Observer terus melakukan

observasi. Data hasil observasi kemudian

dianalisis untuk mendapatkan feed back bagi para

karyawan. Team project juga bertugas memonitor

data secara berkala, sehingga perbaikan dan

koreksi terhadap Program dapat terus dilakukan.

6. Menitikberatkan Pada Umpan Balik Terhadap

Perilaku Kerja

Dalam sistem behavior safety umpan balik dapat

berbentuk: umpan balik verbal yang langsung

diberikan pada karyawan sewaktu observasi; umpan

balik dalam bentuk data (grafik) yang ditempatkan

dalam tempat-tempat yang strategis dalam

lingkungan kerja; dan umpan balik berupa briefing

26

dalam periode tertentu dimana data hasil

observasi dianalis untuk mendapatkan umpan balik

yang mendetail tantang perilaku yang spesifik.

7. Membutuhkan Dukungan dari Manager

Komitmen management terhadap proses behavior

safety biasanya ditunjukkan dengan memberi

keleluasaan pada observer dalam menjalankan

tugasnya, memberikan penghargaan yang melakukan

safety behavior, menyediakan sarana dan bantuan

bagi tindakan yang harus segera dilakukan,

membantu menyusun dan menjalankan umpan balik,

dan meningkatkan inisiatif untuk melakukan

safety behavior dalam setiap kesempatan. Dukungan

dari manajemen sangat penting karena kegagalan

dalam penerapan behavior safety biasanya

disebabkan oleh kurangnya dukungan dan komitmen

dari manajemen.