isi salinitas
TRANSCRIPT
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman dalam kondisi alamiah maupun dibudidayakan
dengan pertanian seringkali mengalami stress akibat
kondisi lingkungan (environment stresses). Stres biasanya
didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak
menguntungkan yang berpengaruh terhadap tanaman. Dalam
kasus ini stress karena kondisi lingkungan atau abiotic
stresses seperti suhu, kelembaban, salinitas, kekeringan
dan banjir (Sipayung, 2007).
Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan
arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah
Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya
jagung telah dilakukan di di daerah ini sejak 10.000
tahun yang lalu, lalu teknologi ini du bawa ke Amerika
Selatan (Ekuador) sekitar 7.000 tahun yang lalu, dan
mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000
tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa
2
Jagung merupakan keturunan langsung dari teosinte
(Id.wikipedia.org/wiki/Jagung, 2008).
Kedelai berasal dari suatu domestikasi di
pertengahan timur Cina bagian utara, sekitar abad ke-11
SM. Dari sana kedelai tersebar ke Mancuria, Korea,
Jepang dan Rusia yang di Negara-negara tersebut proses
domestikasinya telah berlangsung berabad-abad. Kedelai
tercatat di pustaka Jepang sekitan tahun 712 Masehi.
Tanaman ini dimasukkan ke Korea antara tahun 30 SM dan
tahun 70 SM. Pada tahun 1765, Samuel Bawer memasukkan
kedelai ke Amerika Serikat dari Cina. Dari Cina, Jepang
dan Korea lalu diintroduksikan lagi ke sebagian
besar negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara melalui
jalur sutera (Somaatmadja, 1993).
Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) mempunyai nama
lain, yaitu mungo, mungbean, green-grain, golden grawn.
Tanaman ini berasal dari India yang menyebar ke
Indonesia dan dapat tumbuh dengan baik di Jawa, Madura,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi Selatan
(Http://www.indobiogen.or.id, 2008).
3
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pemberian kadar garam terhadap
perkecambahan beberapa benih jagung (Zea mays
L.), kacang hijau (Phaseollus radiatus L.) dan kacang
kedelai (Glycine max Merr.).
Hipotesa Percobaan
- Ada pengaruh antara salinitas terhadap benih jagung
(Zea mays L.), kacang hijau (Phaseollus radiatus L.) dan
kacang kedelai (Glycine max Merr.).
- Ada pengaruh antara salinitas dengan konsentrasi
garam.
- Ada interaksi antara pengaruh salinitas terhadap
benih jagung (Zea mays L.),
kacang hijau (Phaseollus radiatus L.) dan kacang kedelai
(Glycine max Merr.) dan konsentrasi garam yang
diberikan.
4
Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti
praktikal test di Laboratorium Ekologi Tanaman
Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Jagung
Menurut Thompson and Kelly (1957), sistematika
tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
6
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Rumput kuat, 1 tahun , berumpun sedikit; tinggi
0,6-3 m. Batang tertekan, massif, pada pangkal
kerapkali dengan akar tunjang. Tidak berkembang baik.
Helaian daun berbentuk pita 35-100 kali 3-12 cm. Anak
bulir berkelamin 1 serumah. Yang jantan terkumpul pada
ujung batang menjadi bulir yang solitair, berdiri
sendiri, di ketiak daun, berbentuk tongkol. Anak bulir
jantan tertancap berpasangan atau tiga. Benang sari 3.
Anak bulir betina dalam 8 garis vertikal atau lebih dan
terkumpul berpasangan. Bakal buah berbentuk telur.
Tangkai putik sangat panjang, dengan ujung yang
bercabang dua yang pendek. Buah masak kuning atau ungu.
Panjang tongkol yang masak 8-20 cm (Steenis dkk, 2005).
Tanaman jagung tumbuh hampir pada semua jenis
tanah asalkan tanah tersebut gembur, subur, kaya akan
bahan organic dan drainase baik. pH tanah yang
diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung
adalah 5,5-6,5 tetapi yang paling baik adalah 6,8.
7
Tanaman jagung dapat tumbuh pada semua jenis iklim
disemua belahan bumi, kecuali daerah yang sangat dingin
atau musim tanam yang pendek. Suhu optimal tanaman
jagung adalah 30-320C, tanaman akan tumbuh normal pada
curah hujan 250-500 mm per tahun (Ginting, 1995).
Kacang Hijau
Menurut www.plantamor.com (2008), sistematika
tanaman kacang hijau adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus radiatus L.
Semak, panjang 0,5-1,5 m. Batang membelit, cukup
kuat, dengan rambut sikat panjang. Daun penumpu
memanjang sampai bentuk garis atau bulat terlur
terbalik, 0,5-1,5 cm. Anak daun bulat telur, meruncing
pendek, tepi rata atau sedikit berlekuk 3, kerapkali
8
bernoda kecil, 3-13 kali 2-8 cm. Tandan duduk di
ketiak, berupa bongkol; tangkai tandan 2-12 cm; bagian
yang mendukung bunga 1-2 cm; tonjolan 2-6 masing-masing
dengan 2 bunga; anak tangkai pendek. Daun pelindung
lebih panjang daripada kelopak. Kelopak tinggi 3-4 mm,
gigi atas melekat pendek. Bendera pada pangkal dengan 2
telinga, bidangnya panjang lk 1 cm; lunas pada salah
sebuah sisi berspura (bertaji). Benang sari bendera
lepas, lainnya melekat. Tangkai putik pada ujungnya
berjanggut. Polongan mudah terpisah, panjang 4-6,5 cm,
berambut coklat, dengan sekat antara, berkatup 2. Biji
12-15 (Steenis dkk, 2005).
Tanaman kacang hijau dapat berproduksi dengan baik
samapai ketinggian 500 m dpl. Keadaan iklim yang ideal
untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang bersuhu
25o C - 27o C dengan kelembaban 50% - 80%, curah hujan
antara 50 mm – 200 mm/ bulan, dan cukup mendapat sinar
matahari (tempat terbuka) (Rukmana, 1997).
Kedelai
9
Menurut Adisarwanto (2005), klasifikasi tanaman
kedelai adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Leguminosales
Famili : Leguminosae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merr.
Semak umur satu tahun, tinggi 0,2-0,6 m. Batang
persegi, dengan rambut coklat yang menjauhi batang atau
mengarah ke bawah. Poros daun dengan tangkai 6-19 cm.
Anak daun oval bulat telur atau memanjang, tepi rata,
kedua belah sisi berambut, 3-15 kali 2-7,5 cm. Bunga
dalam berkas atau tandan; berkas duduk atau setinggi-
tingginya bertangkai yang panjangnya 3 cm, bagian yang
mendukung bunga 0,5-2 cm, anak tangkai bunga sangat
pendek. Kelopak tinggi 5-7 mm, berambut panjang,
bertaju 5; taju sempit dan runcing. Mahkota putih atau
10
lila; bendera panjang 6-7 mm; sayap dan lunas berbuku
panjang. Benang sari bendera lepas, yang lainnya
melekat. Bakal buah berambut rapat. Polongan per berkas
atau tandan 1-4 mengarah ke bawah, 3-4,5 kali 0,8-1,2
cm, bertangkai pendek di atas sisa kelopak, pipih
sekali dengan beberapa sekat antara seperti selaput
(Steenis dkk, 2005).
Pertumbuhan optimal tercapai pada suhu 20-250C.
Suhu 12-200C adaalh suhu yang sesuai bagi sebagian
besar proses pertumbuhan tanamn, tetapi dapat menunda
proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah,
pembungaan dan pertumbuhan biji. Tingkat keasaman tanah
(pH) yang cocok adalah 5,8-7,0. Tanah yang cocok untuk
pertumbuhan kedelai adalah alluvial,, regosol,
grumosol, latosol dan andosol. Tanaman kedelai tumbuh
baik pada daerah yang memiliki curah hujan 100-400
mm/bulan, untuk produksi optimal maka diperlukan curah
hujan 100-200 mm/bulan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Penggunaan air harian kedelai adalah sebanyak 7.6
mm, dan memerlukan 500 mm secara keseluruhan untuk
11
mendapatkan hasil panen baik. Kekeringan akan selama
musim berbunga akan mengurangi pembentukan polong.
Kedelai dapat toleran terhadap adanya air berlebihan
dalam jangka pendek, bagaimanapun, kerusakan biji
karena iklim adalah suatu masalah serius di musim
hujan.; Kedelai sensitif pada pH rendah, melabur lahan
asam dapat dilakukan untuk meningkatkan pH tanahhingga
6.0 atau 6.5 untuk memperoleh jumlah maksimum produksi
kedelai. Adanya toksisitas Mn, Fe dan Al di pH tanah
rendah dan adanya defisiensi Mn dan Fe pada pH tinggi
lahan adalah umum dijumpai. Kultivar dengan toleran
terhadap kekurangan Fe yang tersedia
(Www.kehati.or.id/prohati, 2008).
Salinitas bagi Tanaman
Ketika terjadi cekaman lingkungan seperti
kekeringan, logam berat atau salinitas, tanaman
bereaksi dalam beragam cara untuk menghadapi perubahan
yang berpotensi merusak. Salah satu hasil dari tekanan
tersebut adalah adanya akumulasi reactive oxygen species
(ROS) dalam tanaman, dimana hal tersebut dapat
12
menghancurkan tanaman dan berakibat pada berkurangnya
produktivitas tanaman. ROS berdampak pada fungsi
seluler, seperti kerusakan pada asam nukleat atau
oksidasi protein tanaman yang penting. Untuk
menghindari akumulasi ROS, beberapa tanaman membuat
sistem antioksidan ([email protected], 2008).
Salinitas adalah satu dari berbagai masalah
pertanian yang cukup serius yang mengakibatkan
berkurangnya hasil dan produktivitas pertanian. Salah
satu strategi untuk menghadapi tanah salin adalah
memilih kultivar tanaman pertanian yang toleran
terhadap kadar garam yang tinggi. Telah dilakukan
penelitian untuk menilai persentase perkecambahan dan
ketahanan sepuluh galur dan varietas tanaman kedelai
(Glycine max [L.] Merrill) terhadap cekaman garam
(Yuniati, 2008).
Garam-garam yang menimbulkan stres tanaman antara
lain ialah NaCl, NaSO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2 yang
terlarut dalam air. Dalam larutan tanah, garam-garam
ini mempengaruhi pH dan daya hantar listrik. Tanah
13
salin memiliki pH < 8,5 dengan daya hantar listrik > 4
mmhos/cm (Sipayung, 2007).
Pada kebanyakan spesies, pengaruh jenis-jenis
garam umumnya tidak khas
terhadap tumbuhan tanaman tetapi lebih tergantung pada
konsentrasi total garam. Salinitas tidak ditentukan
oleh garam Na Cl saja tetapi oleh berbagai jenis garam
yang berpengaruh dan menimbulkan stres pada tanaman.
Dalam konteks ini tanaman mengalami stres garam bila
konsentrasi garam yang berlebih cukup tinggi sehingga
menurunkan potensial air sebesar 0,05 – 0,1 Mpa. Stres
garam ini berbeda dengan stres ion yang tidak begitu
menekan potensial air (Sipayung, 2007).
Konsentrasi garam-garam terlarut yang cukup tinggi
dalam tanaman dan tanah salin akan menimbulkan stres
garam dalam tanaman. Tingkat stres yang dialami tanaman
adalah berbeda pada berbagai spesies dengan toleransi
yang tidak sama terhadap konsentrasi garam yang
berbeda. Pengaruh stres garam akibat salinitas tidak
menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung
14
tetapi pertumbuhan yang tertekan dengan perubahan
secara perlahan. Dalam menghadapi pengaruh salinitas,
berbagai tanaman melakukan berbagai bentuk adaptasi
dengan mekanisme morfologi dan mekanisme fisiologi.
Adaptasi terhadap salinitas diperlukan terutama untuk
memperbaiki keseimbangan air guna mempertahankan
potensial air dan turgor, serta seluruh proses biokimia
untuk pertumbuhan dan berbagai aktivitas normal
(Sipayung, 2007).
Lapisan ganda listrik si sekeliling partikel liat
yang jenuh Na lebih luas daripada di dalam sistem Ca
dan saling tolak antara partikel-partikel yang sama-
sama bermuatan Na bekerja pada jarak yang lebih jauh
dibandingkan antara partikel-partikel Ca. Oleh
karenanya agregasi partikel tanah tidak terjadi
(gagal), mengakibatkan ruang pori rendah dan tanah
menjadi seperti perekat (Fitter and Hay,
1981).
Monokotil dan Dikotil
15
Tidak ada Angiospermae yang beradaptasi untuk
tumbuh pada kondisi laut dimana gerakan ombaknya cukup
besar, “niche” seperti itu ditempati oleh rumput laut,
dengan pengikatan yang lebih baik daripada akar-akar
Angiospermae (Fitter and Hay, 1981).
Klasifikasi angiospermae menjadi dikot dan monokot
itu berdasarkan sejumlah perbedaan, baik vegetatif
struktur bunga dan bijinya. Dikot bercirikan adanya dua
kotiledon, atau daun lembaga, pada embrio. Daun-daun
dilengkapi dengan pertulangan seperti jaringan. Tenunan
pembuluh pada batang, bila dilihat potongan
melintangnya, tersusun dalam lingkaran, yang
mengelilingi empulur. Biasanya ada kambium, dan pada
dikot berkayu, menyebabkan pertambahan diameter batang
setiap tahun (Tjitrosomo, 1999).
Kelompok tumbuhan monokotil dan dikotil dapat
dibedakan dengan kelompok tumbuhan berbiji terbuka
(Angiospermae) karena sebagai berikut:
1. Adanya megasporangia atau bakal biji (ovule) yang
diselimuti oleh megasporofil atau dinding buah
16
(carpel). Penelimutan dinding bah ini dapat dilindungi
bakal biji dalam perkembangannya menjadi biji. Akan
tetapi, proses pembuahannya menjadi lebih rumit
sehingga terjadilah bentuk-bentuk kepala putik yang
khusus sebagai hasil adaptasi agar terjadinya proses
penyerbukan dan pembuhahan menjadi lebih mudah.
2. Adanya mikrosporofil atau benang sari (stamen) yang
merupakan bentuk dasar daeri bagian kelamin jantan
atau androecium. Benang sari ini terdiri dari
tangkai sari (filament) dan kepala sari dan kotak sari
(anther).
3. Adanya daun steril yang mengelilingi putik dan sari
merupakan bentuk dasar dan perhiasan bunga (perianth)
yang terdiri dari kelopak (calyx) dan mehkota
(corolla).
4. Adanya bunga yang merupakan gabungan antara kelopak,
mahkota, gynocium, dan androecium.
(Sudarnadi,1999).
18
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Ekologi
Tanaman Departemen Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada
tanggal 12 April 2008 hingga 19 April 2008.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
benih kacang hijau (Phaseolus radiatus), benih jagung (Zea
mays L.) dan benih kedelai (Glycine max (L.)
Merril) sebagai tanaman indikator, pasir yang sudah
disterilkan sebagai media tanam tanaman indikator,
garam dapur sebagai sumber salinitas bagi tanaman, dan
air sebagai bahan perendam air dan mengencerkan garam
dapur.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
cawan petri sebagai tempat media perkecambahan,
erlenmeyer sebagai tempat larutan garam, handsprayer
19
sebagai alat bantu penyiraman larutan garam, timbangan
analitik untuk menimbang jumlah garam, rol untuk
mengukur tinggi perkecambahan, buku data dan alat tulis
untuk menulis hasil pengamatan.
Metode Percobaan
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan metode
Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2
faktor, yaitu:
Faktor 1 : Komoditi (B)
Taraf : B1 = Jagung
B2 = Kacang Hijau
B3 = Kedelai
Faktor 2 : Konsentrasi
garam (G)
Taraf : G0 = tanpa garam
G1 = 2000 ppm
G2 = 4000 ppm
G3 = 6000 ppm
Sehingga menghasilkan 12 kombinasi:
20
B1G0
B1G1
B1G2
B1G3
B2G0
B2G1
B2G2
B2G3
B3G0
B3G1
B3G2
B3G3
Pelaksanaan Percobaan
Persiapan Media
Media yang digunakan pada percobaan berupa pasir
yang telah disterilkan dengan mengadakan
penggongsengan. Setelah disterilkan, pasir diisi ke
dalam 12 buah cawan petri.
Pembuatan Larutan
Dibuat larutan garam dengan 4 konsentrasi, yaitu
1. 0 ppm dengan tidak menambahkan garam.
2. 2.000 ppm dengan melarutkan 2 gram garam per liter
air
3. 4.000 ppm dengan melarutkan 4 gram garam per liter
air
21
4. 6.000 ppm dengan melarutkan 6 gram garam per liter
air
Penanaman
Penanaman dilakukan setelah pengisian media pada
cawan petri. Ditanam lima benih setiap petrinya dan
masing-masing empat petri untuk setiap komoditi
tanaman.
Pemberian garam
Pemberian larutan garam diberikan setelah
penanaman benih. Pemberian larutan garam dilakukan
dengan menggunakan handsprayer hingga media
perkecambahan lembab. Pemberian larutan garam dilakukan
setiap hari selama pengamatan parameter tanaman.
Pengamatan Parameter
1. Tinggi tanaman (cm)
Pengambilan parameter tanaman dilakukan pada hari
kedua setelah tanam hingga hari kedelapan setelah
tanam. Pengukuran dilakukan dari awal keluarnya
kecambah hingga ujung perrkecambahan.
22
2. Laju Perkecambahan (%)
Pengambilan parameter laju perkecambahan dilakukan
pada hari kedua setelah tanam hingga hari kedelapan
setelah tanam. Penghitungan dilakukan dengan menghitung
jumlah benih yang berkecambah pada setiap harinya.
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tanggal Tanam : 12 April 2008
Parameter : % Perkecambahan
Perlakuan
HST Total
X1 2 3 4 5 6
24
B1G0
B1G1
B1G2
B1G3
B2G0
B2G1
B2G2
B2G3
B3G0
B3G1
B3G2
B3G3
80606080408060-----
8080808080802040----
4060-40-202020----
1001006060100806060----
1006040100204040-----
4080402060602020----
440440280380280360220140----
73.373.346.763.363.360
36.723.3----
Total 460 540 200 620 400 340 2540 423.3
Tanggal Tanam : 12 April 2008
Parameter : Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
HST Total
X1 2 3 4 5 6
B1G0
B1G1
B1G2
B1G3
B2G0
B2G1
B2G2
B2G3
B3G0
B3G1
B3G2
B3G3
4.572.072.21.111.21.51.9-----
2.781.181.901.852.82.750.861.36----
0.30.3-0.4-0.510.2----
5.08.13.70.91.20.50.71.9----
0.480.230.350.57-
0.460.7-----
3.02.52.32.22.01.20.90.2----
16.13
16.45
10.45
7.0217.26.916.073.66----
2.682.741.741.172.861.151.010.61----
Total 24.55
15.48
2.7 22 2.79 14.3 83.89
13.98
Pembahasan
25
Dari hasil percobaan, diperoleh % perkecambahan
rata-rata pada perlakuan B1G0 dan B2G0 lebih tinggi yaitu
sebesar 73,3% dan 63,3%, daripada perlakuan B1G1, B1G2, -
B1G3, B2G1, B2G2 dan B2G3 yang sebesar 73,3; 46,7; 63,3; 60;
36,7 dan 23,3. Hal ini disebabkan terjadi stres garam
akibat salinitas yang mengakibatkan tertekannya
pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur
Sipayung (2007) yang menyatakan bahwa pengaruh stres
garam akibat salinitas tidak menunjukkan respon dalam
bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang
tertekan dengan perubahan secara perlahan.
Dari hasil percobaan diperoleh tinggi
perkecambahan rata-rata perlakuan B1G0 dan B2G0 sebesar
2,68 dan 2,86 lebih tinggi daripada perlakuan B1G1, B1G2,
B1G3, B2G1, B2G2 dan B2G3 sebesar 2,74; 1,74; 1,17; 1,15;
1,01 dan 0,61. Hal ini disebabkan terganggunya
aktivitas sel tanaman sehingga berakibat terhambatnya
pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur
[email protected] (2008) yang menyatakan bahwa
26
pengaruh salinitas berupa akumulasi garam dapat
mengganggu fungsi seluler.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa panjang
perkecambahan rata-rata tertinggi adalah pada komoditi
jagung pada perlakuan B2G0 dengan panjang 2,68 cm. Hal
ini terjadi karena perlakuan tersebut merupakan
perlakuan kontrol (tanpa adanya pemberian garam). Pada
perlakuan tanpa adanya konsentrasi garam terlarut,
tidak menimbulkan stres pada tanaman. Hal ini sesuai
dengan literature Sipayung (2007) yang menyatakan bahwa
konsentrasi garam-garam terlarut yang cukup tinggi
dalam tanaman dan tanah salin akan menimbulkan stres
garam dalam tanaman.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa laju
perkecambahan rata-rata tertinggi adalah pada komoditi
jagung pada perlakuan B1G0 dan B1G1 dengan laju
perkecambahan 73,3 %. Hal ini disebabkan karena
tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap
berbagai kondisi tanah. Hal ini sesuai dengan literatur
27
Ginting (1995) yang menyatakan bahwa tanaman jagung
tumbuh hampir pada semua jenis tanah.
Dari hasil percobaan, dapat dilihat bahwa ketiga
tanaman indikator memiliki laju dan panjang
perkecambahan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena
pada ketiga jenis komoditi indikator yang digunakan,
ketiganya memiliki tingkat stres yang berbeda dengan
tingkat toleransi yang tidak sama terhadap konsentrasi
garam yang berbeda. Hal ini sesuai dengan literatur
Sipayung (2007) yang menyatakan bahwa tingkat stres
yang dialami tanaman adalah berbeda pada berbagai
spesies dengan toleransi yang tidak sama terhadap
konsentrasi garam yang berbeda.
Dari hasil percobaan diketahhui bahwa tidak ada
benih kedelai yang berkecambah. Hal ini dikarenakan
percobaan menggunakan benih kedelai yang tidak
bersertifikat sehingga mutu benih tidak terjamin dan
mengalami serangan jamur.
28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Laju perkecambahan rata-rata pada perlakuan tanpa
garam lebih tinggi daripada perlakuan penambahan
garam.
2. Tinggi perkecambahan rata-rata perlakuan tanpa garam
lebih tinggi daripada perlakuan penambahan garam.
3. Panjang perkecambahan rata-rata tertinggi adalah
pada komoditi jagung pada perlakuan B2G0 dengan
panjang 2,68 cm.
4. Laju perkecambahan rata-rata tertinggi adalah pada
komoditi jagung pada perlakuan B1G0 dan B1G1 dengan
laju perkecambahan 73,3 %.
5. Ketiga tanaman indikator memiliki laju dan panjang
perkecambahan yang berbeda.
29
6. Tanaman Kedelai tidak berkecambah karena mengalami
serangan jamur.
Saran
Pada percobaan, sebaiknya digunakan benih tanaman
bersertifikat agar mutu benih yang digunakan terjamin
dan data hasil percobaan yang diperoleh menjadi lebih
akurat
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T., 2005. Kedelai. Penebar Swadaya.Jakarta.
Fitter, A. H and R. K. M. Hay. 1981. FisiologiLingkungan Tanaman. Diterjemahkan oleh: Sri Andanidan E. D. Purbayanti. Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.
Ginting, S., 1995. Jagung. USU-Press. Medan
Http://www.indobiogen.or.id, 2008. Mengenal PlasmaNutfah Tanaman Pangan. (5 page)
30
id.wikipedia.org/wiki/Jagung, 2008. Jagung (3 page).
[email protected]., 2008. Penelitian MiRNA untukTanaman Tahan Stress. (2 page).
Rukmana, R., 1997. Kacang hijau. Kanisius. Yogyakarta.
Rubatzky, V. and M. Yamaguchi., 1998. Sayuran DuniaAlih bahasa Catur Horison. ITB Press Jilid I.Penerbit ITB. Bandung.
Sipayung, R. 2007. Stres Garam Dan Mekanisme ToleransiTanaman. Dikutip dari:http://library.usu.ac.id/download/fp/bdp-rosita2.pdf. (21 page).
Somaatmadja, S., 1993. Kacang-kacangan. PT. GramediaPustaka Utama. Jakarta.
Steenis, C. G. G. K., G. Hoed/S. Bloembergen dan P. J.Eyma. 2005. Flora. Terjemahan Moeso Surjowinotodkk. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Sudarnadi, H., 1999. Tumbuhan Monokotil. PenebarSwadaya. Jakarta.
Thompson, H. C dan W. C. Kelly., 1957. Vegetable Crops.McGraw Hill Book Company. London.
Tjitrosomo, S. S., 1999. Botani Umum 3. PenerbitAngkasa. Bandung.
Yuniati, R. 2008. Penapisan Galur Kedelai (Glycine max(L.) Merrill) Toleran Terhadap NaCl UntukPenanaman di Lahan Salin. (1 Page)
Www.kehati.or.id/prohati, 2008. Glycine max Merr. (3page).
Www.plantamor.com. 2008. Informasi Spesies (1 page)