isi salinitas

30
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman dalam kondisi alamiah maupun dibudidayakan dengan pertanian seringkali mengalami stress akibat kondisi lingkungan (environment stresses). Stres biasanya didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak menguntungkan yang berpengaruh terhadap tanaman. Dalam kasus ini stress karena kondisi lingkungan atau abiotic stresses seperti suhu, kelembaban, salinitas, kekeringan dan banjir (Sipayung, 2007). Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di di daerah ini sejak 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini du bawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7.000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa

Upload: independent

Post on 07-Jan-2023

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman dalam kondisi alamiah maupun dibudidayakan

dengan pertanian seringkali mengalami stress akibat

kondisi lingkungan (environment stresses). Stres biasanya

didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak

menguntungkan yang berpengaruh terhadap tanaman. Dalam

kasus ini stress karena kondisi lingkungan atau abiotic

stresses seperti suhu, kelembaban, salinitas, kekeringan

dan banjir (Sipayung, 2007).

Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan

arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah

Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya

jagung telah dilakukan di di daerah ini sejak 10.000

tahun yang lalu, lalu teknologi ini du bawa ke Amerika

Selatan (Ekuador) sekitar 7.000 tahun yang lalu, dan

mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000

tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa

2

Jagung merupakan keturunan langsung dari teosinte

(Id.wikipedia.org/wiki/Jagung, 2008).

Kedelai berasal dari suatu domestikasi di

pertengahan timur Cina bagian utara, sekitar abad ke-11

SM. Dari sana kedelai tersebar ke Mancuria, Korea,

Jepang dan Rusia yang di Negara-negara tersebut proses

domestikasinya telah berlangsung berabad-abad. Kedelai

tercatat di pustaka Jepang sekitan tahun 712 Masehi.

Tanaman ini dimasukkan ke Korea antara tahun 30 SM dan

tahun 70 SM. Pada tahun 1765, Samuel Bawer memasukkan

kedelai ke Amerika Serikat dari Cina. Dari Cina, Jepang

dan Korea lalu diintroduksikan lagi ke sebagian

besar negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara melalui

jalur sutera (Somaatmadja, 1993).

Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) mempunyai nama

lain, yaitu mungo, mungbean, green-grain, golden grawn.

Tanaman ini berasal dari India yang menyebar ke

Indonesia dan dapat tumbuh dengan baik di Jawa, Madura,

Nusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi Selatan

(Http://www.indobiogen.or.id, 2008).

3

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pemberian kadar garam terhadap

perkecambahan beberapa benih jagung (Zea mays

L.), kacang hijau (Phaseollus radiatus L.) dan kacang

kedelai (Glycine max Merr.).

Hipotesa Percobaan

- Ada pengaruh antara salinitas terhadap benih jagung

(Zea mays L.), kacang hijau (Phaseollus radiatus L.) dan

kacang kedelai (Glycine max Merr.).

- Ada pengaruh antara salinitas dengan konsentrasi

garam.

- Ada interaksi antara pengaruh salinitas terhadap

benih jagung (Zea mays L.),

kacang hijau (Phaseollus radiatus L.) dan kacang kedelai

(Glycine max Merr.) dan konsentrasi garam yang

diberikan.

4

Kegunaan Percobaan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti

praktikal test di Laboratorium Ekologi Tanaman

Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

- Sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan.

5

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Jagung

Menurut Thompson and Kelly (1957), sistematika

tanaman jagung adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

6

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

Rumput kuat, 1 tahun , berumpun sedikit; tinggi

0,6-3 m. Batang tertekan, massif, pada pangkal

kerapkali dengan akar tunjang. Tidak berkembang baik.

Helaian daun berbentuk pita 35-100 kali 3-12 cm. Anak

bulir berkelamin 1 serumah. Yang jantan terkumpul pada

ujung batang menjadi bulir yang solitair, berdiri

sendiri, di ketiak daun, berbentuk tongkol. Anak bulir

jantan tertancap berpasangan atau tiga. Benang sari 3.

Anak bulir betina dalam 8 garis vertikal atau lebih dan

terkumpul berpasangan. Bakal buah berbentuk telur.

Tangkai putik sangat panjang, dengan ujung yang

bercabang dua yang pendek. Buah masak kuning atau ungu.

Panjang tongkol yang masak 8-20 cm (Steenis dkk, 2005).

Tanaman jagung tumbuh hampir pada semua jenis

tanah asalkan tanah tersebut gembur, subur, kaya akan

bahan organic dan drainase baik. pH tanah yang

diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung

adalah 5,5-6,5 tetapi yang paling baik adalah 6,8.

7

Tanaman jagung dapat tumbuh pada semua jenis iklim

disemua belahan bumi, kecuali daerah yang sangat dingin

atau musim tanam yang pendek. Suhu optimal tanaman

jagung adalah 30-320C, tanaman akan tumbuh normal pada

curah hujan 250-500 mm per tahun (Ginting, 1995).

Kacang Hijau

Menurut www.plantamor.com (2008), sistematika

tanaman kacang hijau adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae  

Divisio : Magnoliophyta   

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae   

Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus radiatus  L.

Semak, panjang 0,5-1,5 m. Batang membelit, cukup

kuat, dengan rambut sikat panjang. Daun penumpu

memanjang sampai bentuk garis atau bulat terlur

terbalik, 0,5-1,5 cm. Anak daun bulat telur, meruncing

pendek, tepi rata atau sedikit berlekuk 3, kerapkali

8

bernoda kecil, 3-13 kali 2-8 cm. Tandan duduk di

ketiak, berupa bongkol; tangkai tandan 2-12 cm; bagian

yang mendukung bunga 1-2 cm; tonjolan 2-6 masing-masing

dengan 2 bunga; anak tangkai pendek. Daun pelindung

lebih panjang daripada kelopak. Kelopak tinggi 3-4 mm,

gigi atas melekat pendek. Bendera pada pangkal dengan 2

telinga, bidangnya panjang lk 1 cm; lunas pada salah

sebuah sisi berspura (bertaji). Benang sari bendera

lepas, lainnya melekat. Tangkai putik pada ujungnya

berjanggut. Polongan mudah terpisah, panjang 4-6,5 cm,

berambut coklat, dengan sekat antara, berkatup 2. Biji

12-15 (Steenis dkk, 2005).

Tanaman kacang hijau dapat berproduksi dengan baik

samapai ketinggian 500 m dpl. Keadaan iklim yang ideal

untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang bersuhu

25o C - 27o C dengan kelembaban 50% - 80%, curah hujan

antara 50 mm – 200 mm/ bulan, dan cukup mendapat sinar

matahari (tempat terbuka) (Rukmana, 1997).

Kedelai

9

Menurut Adisarwanto (2005), klasifikasi tanaman

kedelai adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Leguminosales

Famili : Leguminosae

Genus : Glycine

Spesies : Glycine max (L.) Merr.

Semak umur satu tahun, tinggi 0,2-0,6 m. Batang

persegi, dengan rambut coklat yang menjauhi batang atau

mengarah ke bawah. Poros daun dengan tangkai 6-19 cm.

Anak daun oval bulat telur atau memanjang, tepi rata,

kedua belah sisi berambut, 3-15 kali 2-7,5 cm. Bunga

dalam berkas atau tandan; berkas duduk atau setinggi-

tingginya bertangkai yang panjangnya 3 cm, bagian yang

mendukung bunga 0,5-2 cm, anak tangkai bunga sangat

pendek. Kelopak tinggi 5-7 mm, berambut panjang,

bertaju 5; taju sempit dan runcing. Mahkota putih atau

10

lila; bendera panjang 6-7 mm; sayap dan lunas berbuku

panjang. Benang sari bendera lepas, yang lainnya

melekat. Bakal buah berambut rapat. Polongan per berkas

atau tandan 1-4 mengarah ke bawah, 3-4,5 kali 0,8-1,2

cm, bertangkai pendek di atas sisa kelopak, pipih

sekali dengan beberapa sekat antara seperti selaput

(Steenis dkk, 2005).

Pertumbuhan optimal tercapai pada suhu 20-250C.

Suhu 12-200C adaalh suhu yang sesuai bagi sebagian

besar proses pertumbuhan tanamn, tetapi dapat menunda

proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah,

pembungaan dan pertumbuhan biji. Tingkat keasaman tanah

(pH) yang cocok adalah 5,8-7,0. Tanah yang cocok untuk

pertumbuhan kedelai adalah alluvial,, regosol,

grumosol, latosol dan andosol. Tanaman kedelai tumbuh

baik pada daerah yang memiliki curah hujan 100-400

mm/bulan, untuk produksi optimal maka diperlukan curah

hujan 100-200 mm/bulan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Penggunaan air harian kedelai adalah sebanyak 7.6

mm, dan memerlukan 500 mm secara keseluruhan untuk

11

mendapatkan hasil panen baik. Kekeringan akan selama

musim berbunga akan mengurangi pembentukan polong.

Kedelai dapat toleran terhadap adanya air berlebihan

dalam jangka pendek, bagaimanapun, kerusakan biji

karena iklim adalah suatu masalah serius di musim

hujan.; Kedelai sensitif pada pH rendah, melabur lahan

asam dapat dilakukan untuk meningkatkan pH tanahhingga

6.0 atau 6.5 untuk memperoleh jumlah maksimum produksi

kedelai. Adanya toksisitas Mn, Fe dan Al di pH tanah

rendah dan adanya defisiensi Mn dan Fe pada pH tinggi

lahan adalah umum dijumpai. Kultivar dengan toleran

terhadap kekurangan Fe yang tersedia

(Www.kehati.or.id/prohati, 2008).

Salinitas bagi Tanaman

Ketika terjadi cekaman lingkungan seperti

kekeringan, logam berat atau salinitas, tanaman

bereaksi dalam beragam cara untuk menghadapi perubahan

yang berpotensi merusak. Salah satu hasil dari tekanan

tersebut adalah adanya akumulasi reactive oxygen species

(ROS) dalam tanaman, dimana hal tersebut dapat

12

menghancurkan tanaman dan berakibat pada berkurangnya

produktivitas tanaman. ROS berdampak pada fungsi

seluler, seperti kerusakan pada asam nukleat atau

oksidasi protein tanaman yang penting. Untuk

menghindari akumulasi ROS, beberapa tanaman membuat

sistem antioksidan ([email protected], 2008).

Salinitas adalah satu dari berbagai masalah

pertanian yang cukup serius yang mengakibatkan

berkurangnya hasil dan produktivitas pertanian. Salah

satu strategi untuk menghadapi tanah salin adalah

memilih kultivar tanaman pertanian yang toleran

terhadap kadar garam yang tinggi. Telah dilakukan

penelitian untuk menilai persentase perkecambahan dan

ketahanan sepuluh galur dan varietas tanaman kedelai

(Glycine max [L.] Merrill) terhadap cekaman garam

(Yuniati, 2008).

Garam-garam yang menimbulkan stres tanaman antara

lain ialah NaCl, NaSO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2 yang

terlarut dalam air. Dalam larutan tanah, garam-garam

ini mempengaruhi pH dan daya hantar listrik. Tanah

13

salin memiliki pH < 8,5 dengan daya hantar listrik > 4

mmhos/cm (Sipayung, 2007).

Pada kebanyakan spesies, pengaruh jenis-jenis

garam umumnya tidak khas

terhadap tumbuhan tanaman tetapi lebih tergantung pada

konsentrasi total garam. Salinitas tidak ditentukan

oleh garam Na Cl saja tetapi oleh berbagai jenis garam

yang berpengaruh dan menimbulkan stres pada tanaman.

Dalam konteks ini tanaman mengalami stres garam bila

konsentrasi garam yang berlebih cukup tinggi sehingga

menurunkan potensial air sebesar 0,05 – 0,1 Mpa. Stres

garam ini berbeda dengan stres ion yang tidak begitu

menekan potensial air (Sipayung, 2007).

Konsentrasi garam-garam terlarut yang cukup tinggi

dalam tanaman dan tanah salin akan menimbulkan stres

garam dalam tanaman. Tingkat stres yang dialami tanaman

adalah berbeda pada berbagai spesies dengan toleransi

yang tidak sama terhadap konsentrasi garam yang

berbeda. Pengaruh stres garam akibat salinitas tidak

menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung

14

tetapi pertumbuhan yang tertekan dengan perubahan

secara perlahan. Dalam menghadapi pengaruh salinitas,

berbagai tanaman melakukan berbagai bentuk adaptasi

dengan mekanisme morfologi dan mekanisme fisiologi.

Adaptasi terhadap salinitas diperlukan terutama untuk

memperbaiki keseimbangan air guna mempertahankan

potensial air dan turgor, serta seluruh proses biokimia

untuk pertumbuhan dan berbagai aktivitas normal

(Sipayung, 2007).

Lapisan ganda listrik si sekeliling partikel liat

yang jenuh Na lebih luas daripada di dalam sistem Ca

dan saling tolak antara partikel-partikel yang sama-

sama bermuatan Na bekerja pada jarak yang lebih jauh

dibandingkan antara partikel-partikel Ca. Oleh

karenanya agregasi partikel tanah tidak terjadi

(gagal), mengakibatkan ruang pori rendah dan tanah

menjadi seperti perekat (Fitter and Hay,

1981).

Monokotil dan Dikotil

15

Tidak ada Angiospermae yang beradaptasi untuk

tumbuh pada kondisi laut dimana gerakan ombaknya cukup

besar, “niche” seperti itu ditempati oleh rumput laut,

dengan pengikatan yang lebih baik daripada akar-akar

Angiospermae (Fitter and Hay, 1981).

Klasifikasi angiospermae menjadi dikot dan monokot

itu berdasarkan sejumlah perbedaan, baik vegetatif

struktur bunga dan bijinya. Dikot bercirikan adanya dua

kotiledon, atau daun lembaga, pada embrio. Daun-daun

dilengkapi dengan pertulangan seperti jaringan. Tenunan

pembuluh pada batang, bila dilihat potongan

melintangnya, tersusun dalam lingkaran, yang

mengelilingi empulur. Biasanya ada kambium, dan pada

dikot berkayu, menyebabkan pertambahan diameter batang

setiap tahun (Tjitrosomo, 1999).

Kelompok tumbuhan monokotil dan dikotil dapat

dibedakan dengan kelompok tumbuhan berbiji terbuka

(Angiospermae) karena sebagai berikut:

1. Adanya megasporangia atau bakal biji (ovule) yang

diselimuti oleh megasporofil atau dinding buah

16

(carpel). Penelimutan dinding bah ini dapat dilindungi

bakal biji dalam perkembangannya menjadi biji. Akan

tetapi, proses pembuahannya menjadi lebih rumit

sehingga terjadilah bentuk-bentuk kepala putik yang

khusus sebagai hasil adaptasi agar terjadinya proses

penyerbukan dan pembuhahan menjadi lebih mudah.

2. Adanya mikrosporofil atau benang sari (stamen) yang

merupakan bentuk dasar daeri bagian kelamin jantan

atau androecium. Benang sari ini terdiri dari

tangkai sari (filament) dan kepala sari dan kotak sari

(anther).

3. Adanya daun steril yang mengelilingi putik dan sari

merupakan bentuk dasar dan perhiasan bunga (perianth)

yang terdiri dari kelopak (calyx) dan mehkota

(corolla).

4. Adanya bunga yang merupakan gabungan antara kelopak,

mahkota, gynocium, dan androecium.

(Sudarnadi,1999).

17

18

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Ekologi

Tanaman Departemen Budidaya Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada

tanggal 12 April 2008 hingga 19 April 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah

benih kacang hijau (Phaseolus radiatus), benih jagung (Zea

mays L.) dan benih kedelai (Glycine max (L.)

Merril) sebagai tanaman indikator, pasir yang sudah

disterilkan sebagai media tanam tanaman indikator,

garam dapur sebagai sumber salinitas bagi tanaman, dan

air sebagai bahan perendam air dan mengencerkan garam

dapur.

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah

cawan petri sebagai tempat media perkecambahan,

erlenmeyer sebagai tempat larutan garam, handsprayer

19

sebagai alat bantu penyiraman larutan garam, timbangan

analitik untuk menimbang jumlah garam, rol untuk

mengukur tinggi perkecambahan, buku data dan alat tulis

untuk menulis hasil pengamatan.

Metode Percobaan

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan metode

Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2

faktor, yaitu:

Faktor 1 : Komoditi (B)

Taraf : B1 = Jagung

B2 = Kacang Hijau

B3 = Kedelai

Faktor 2 : Konsentrasi

garam (G)

Taraf : G0 = tanpa garam

G1 = 2000 ppm

G2 = 4000 ppm

G3 = 6000 ppm

Sehingga menghasilkan 12 kombinasi:

20

B1G0

B1G1

B1G2

B1G3

B2G0

B2G1

B2G2

B2G3

B3G0

B3G1

B3G2

B3G3

Pelaksanaan Percobaan

Persiapan Media

Media yang digunakan pada percobaan berupa pasir

yang telah disterilkan dengan mengadakan

penggongsengan. Setelah disterilkan, pasir diisi ke

dalam 12 buah cawan petri.

Pembuatan Larutan

Dibuat larutan garam dengan 4 konsentrasi, yaitu

1. 0 ppm dengan tidak menambahkan garam.

2. 2.000 ppm dengan melarutkan 2 gram garam per liter

air

3. 4.000 ppm dengan melarutkan 4 gram garam per liter

air

21

4. 6.000 ppm dengan melarutkan 6 gram garam per liter

air

Penanaman

Penanaman dilakukan setelah pengisian media pada

cawan petri. Ditanam lima benih setiap petrinya dan

masing-masing empat petri untuk setiap komoditi

tanaman.

Pemberian garam

Pemberian larutan garam diberikan setelah

penanaman benih. Pemberian larutan garam dilakukan

dengan menggunakan handsprayer hingga media

perkecambahan lembab. Pemberian larutan garam dilakukan

setiap hari selama pengamatan parameter tanaman.

Pengamatan Parameter

1. Tinggi tanaman (cm)

Pengambilan parameter tanaman dilakukan pada hari

kedua setelah tanam hingga hari kedelapan setelah

tanam. Pengukuran dilakukan dari awal keluarnya

kecambah hingga ujung perrkecambahan.

22

2. Laju Perkecambahan (%)

Pengambilan parameter laju perkecambahan dilakukan

pada hari kedua setelah tanam hingga hari kedelapan

setelah tanam. Penghitungan dilakukan dengan menghitung

jumlah benih yang berkecambah pada setiap harinya.

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tanggal Tanam : 12 April 2008

Parameter : % Perkecambahan

Perlakuan

HST Total

X1 2 3 4 5 6

24

B1G0

B1G1

B1G2

B1G3

B2G0

B2G1

B2G2

B2G3

B3G0

B3G1

B3G2

B3G3

80606080408060-----

8080808080802040----

4060-40-202020----

1001006060100806060----

1006040100204040-----

4080402060602020----

440440280380280360220140----

73.373.346.763.363.360

36.723.3----

Total 460 540 200 620 400 340 2540 423.3

Tanggal Tanam : 12 April 2008

Parameter : Tinggi Tanaman (cm)

Perlakuan

HST Total

X1 2 3 4 5 6

B1G0

B1G1

B1G2

B1G3

B2G0

B2G1

B2G2

B2G3

B3G0

B3G1

B3G2

B3G3

4.572.072.21.111.21.51.9-----

2.781.181.901.852.82.750.861.36----

0.30.3-0.4-0.510.2----

5.08.13.70.91.20.50.71.9----

0.480.230.350.57-

0.460.7-----

3.02.52.32.22.01.20.90.2----

16.13

16.45

10.45

7.0217.26.916.073.66----

2.682.741.741.172.861.151.010.61----

Total 24.55

15.48

2.7 22 2.79 14.3 83.89

13.98

Pembahasan

25

Dari hasil percobaan, diperoleh % perkecambahan

rata-rata pada perlakuan B1G0 dan B2G0 lebih tinggi yaitu

sebesar 73,3% dan 63,3%, daripada perlakuan B1G1, B1G2, -

B1G3, B2G1, B2G2 dan B2G3 yang sebesar 73,3; 46,7; 63,3; 60;

36,7 dan 23,3. Hal ini disebabkan terjadi stres garam

akibat salinitas yang mengakibatkan tertekannya

pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur

Sipayung (2007) yang menyatakan bahwa pengaruh stres

garam akibat salinitas tidak menunjukkan respon dalam

bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang

tertekan dengan perubahan secara perlahan.

Dari hasil percobaan diperoleh tinggi

perkecambahan rata-rata perlakuan B1G0 dan B2G0 sebesar

2,68 dan 2,86 lebih tinggi daripada perlakuan B1G1, B1G2,

B1G3, B2G1, B2G2 dan B2G3 sebesar 2,74; 1,74; 1,17; 1,15;

1,01 dan 0,61. Hal ini disebabkan terganggunya

aktivitas sel tanaman sehingga berakibat terhambatnya

pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur

[email protected] (2008) yang menyatakan bahwa

26

pengaruh salinitas berupa akumulasi garam dapat

mengganggu fungsi seluler.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa panjang

perkecambahan rata-rata tertinggi adalah pada komoditi

jagung pada perlakuan B2G0 dengan panjang 2,68 cm. Hal

ini terjadi karena perlakuan tersebut merupakan

perlakuan kontrol (tanpa adanya pemberian garam). Pada

perlakuan tanpa adanya konsentrasi garam terlarut,

tidak menimbulkan stres pada tanaman. Hal ini sesuai

dengan literature Sipayung (2007) yang menyatakan bahwa

konsentrasi garam-garam terlarut yang cukup tinggi

dalam tanaman dan tanah salin akan menimbulkan stres

garam dalam tanaman.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa laju

perkecambahan rata-rata tertinggi adalah pada komoditi

jagung pada perlakuan B1G0 dan B1G1 dengan laju

perkecambahan 73,3 %. Hal ini disebabkan karena

tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap

berbagai kondisi tanah. Hal ini sesuai dengan literatur

27

Ginting (1995) yang menyatakan bahwa tanaman jagung

tumbuh hampir pada semua jenis tanah.

Dari hasil percobaan, dapat dilihat bahwa ketiga

tanaman indikator memiliki laju dan panjang

perkecambahan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena

pada ketiga jenis komoditi indikator yang digunakan,

ketiganya memiliki tingkat stres yang berbeda dengan

tingkat toleransi yang tidak sama terhadap konsentrasi

garam yang berbeda. Hal ini sesuai dengan literatur

Sipayung (2007) yang menyatakan bahwa tingkat stres

yang dialami tanaman adalah berbeda pada berbagai

spesies dengan toleransi yang tidak sama terhadap

konsentrasi garam yang berbeda.

Dari hasil percobaan diketahhui bahwa tidak ada

benih kedelai yang berkecambah. Hal ini dikarenakan

percobaan menggunakan benih kedelai yang tidak

bersertifikat sehingga mutu benih tidak terjamin dan

mengalami serangan jamur.

28

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Laju perkecambahan rata-rata pada perlakuan tanpa

garam lebih tinggi daripada perlakuan penambahan

garam.

2. Tinggi perkecambahan rata-rata perlakuan tanpa garam

lebih tinggi daripada perlakuan penambahan garam.

3. Panjang perkecambahan rata-rata tertinggi adalah

pada komoditi jagung pada perlakuan B2G0 dengan

panjang 2,68 cm.

4. Laju perkecambahan rata-rata tertinggi adalah pada

komoditi jagung pada perlakuan B1G0 dan B1G1 dengan

laju perkecambahan 73,3 %.

5. Ketiga tanaman indikator memiliki laju dan panjang

perkecambahan yang berbeda.

29

6. Tanaman Kedelai tidak berkecambah karena mengalami

serangan jamur.

Saran

Pada percobaan, sebaiknya digunakan benih tanaman

bersertifikat agar mutu benih yang digunakan terjamin

dan data hasil percobaan yang diperoleh menjadi lebih

akurat

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T., 2005. Kedelai. Penebar Swadaya.Jakarta.

Fitter, A. H and R. K. M. Hay. 1981. FisiologiLingkungan Tanaman. Diterjemahkan oleh: Sri Andanidan E. D. Purbayanti. Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.

Ginting, S., 1995. Jagung. USU-Press. Medan

Http://www.indobiogen.or.id, 2008. Mengenal PlasmaNutfah Tanaman Pangan. (5 page)

30

id.wikipedia.org/wiki/Jagung, 2008. Jagung (3 page).

[email protected]., 2008. Penelitian MiRNA untukTanaman Tahan Stress. (2 page).

Rukmana, R., 1997. Kacang hijau. Kanisius. Yogyakarta.

Rubatzky, V. and M. Yamaguchi., 1998. Sayuran DuniaAlih bahasa Catur Horison. ITB Press Jilid I.Penerbit ITB. Bandung.

Sipayung, R. 2007. Stres Garam Dan Mekanisme ToleransiTanaman. Dikutip dari:http://library.usu.ac.id/download/fp/bdp-rosita2.pdf. (21 page).

Somaatmadja, S., 1993. Kacang-kacangan. PT. GramediaPustaka Utama. Jakarta.

Steenis, C. G. G. K., G. Hoed/S. Bloembergen dan P. J.Eyma. 2005. Flora. Terjemahan Moeso Surjowinotodkk. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Sudarnadi, H., 1999. Tumbuhan Monokotil. PenebarSwadaya. Jakarta.

Thompson, H. C dan W. C. Kelly., 1957. Vegetable Crops.McGraw Hill Book Company. London.

Tjitrosomo, S. S., 1999. Botani Umum 3. PenerbitAngkasa. Bandung.

Yuniati, R. 2008. Penapisan Galur Kedelai (Glycine max(L.) Merrill) Toleran Terhadap NaCl UntukPenanaman di Lahan Salin. (1 Page)

Www.kehati.or.id/prohati, 2008. Glycine max Merr. (3page).

Www.plantamor.com. 2008. Informasi Spesies (1 page)