3. isi keanekaragaman masyarakat indonesia
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang
memiliki wilayah yang sangat luas dan banyak pulau.
Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Indonesia
juga tidak terlepas dari keragaman dan perbedaan.
Tatanan kehidupan masyarakat antar daerah tentunya
berbeda satu sama lain.
Keragaman itu sendiri merupakan kenyataan di dalam
kehidupan masyarakat. Keragaman menjadi suatu
realita utama yang dialami masyarakat baik di
kehidupan silam, kini, dan nanti. Keragaman sering
disikapi berbeda, di satu sisi ada yang berpendapat
perbedaan dapat memperkaya kehidupan berbudaya di
Indonesia, sedangkan ada juga yang menganggap
kenaekaragaman sebagai faktor yang dapat memicu
konflik dan merugikan masyarakat.
Di Indonesia, berbagai konflik antar suku bangsa,
penganut keyakinan, ataupun antar kelompok telah
memakan banyak korban jiwa serta harta benda.
Masyarakat majemuk Indonesia belum menghasilkan
tatanan kehidupan yang demokratis. Persoalan itu
muncul akibat adanya suatu dominasi dari suatu
kelompok.
Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai
kelompok etnis, budaya, agama, dapat disebut sebagai
masyarakat multikultural. Berbagai keragaman
masyarakat indonesia terwadahi dalam bentuk negara
kesatuan Republik Indonesia yang terbentuk dengan
karakter utama mengakui pluralitas dan kesetaraan
warga bangsa. Selain itu, juga mengakui keragaman
dan menghormati kesetaraan adalah pilihan terbaik
untuk menghantarkan bangsa Indonesia dalam mencapai
kemajuan peradabannya.
Beranjak dari persoalan multikultural di
Indonesia, maka penulis akan membahas mengenai
mekanisme keanekaragaman kehidupan bangsa Indonesia
dengan harapan agar tidak terjadi kembali konflik
dan dapat saling menghargai satu sama lain.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman?
1.2.2 Apa saja unsur keanekaragaman masyarakat
Indonesia?
1.2.3 Bagaimana problematika keanekaragam
masyarakat Indonesia?
1.2.4 Apa saja contoh keanekaragaman kehidupan
masyarakat di Indonesia?
1.3 TUJUAN
1.2.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan
keanekaragaman?
1.2.2 Mengetahui unsur-unsur keanekaragaman
masyarakat Indonesia.
1.2.3 Mengetahui problematika keanekaragaman
masyarakat Indonesia.
1.2.4 Mengetahui contoh-contoh keanekaragaman
kehidupan sosial dan budaya masyarakat
Indonesia.
1.4 MANFAAT
Manfaat yang akan didapat setelah membahas
mengenai keanekaragaman masyarakat di Indonesia
yaitu dapat menumbuhkan sikap toleransi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KEANEKARAGAMAN
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya : 1)
tingkah laku; 2) lagu; musik; langgam; 4) warna,
corak, ragi ; 5) laras (tata bahasa). Sehingga
keragaman berarti perilah beragam-ragam ; berjenis-
jenis; perihal ragam; hal jenis.
Keragaman yang dimaksud disini adalah suatu
kondisi dalam masyarakat di mana terdapat perbedaan-
perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku,
bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideology, adat
kesopanan, serta situasi ekonomi.
Maka dapat disimpulkan keragaman masyarakat
adalah sebuah keadaan yang menunjukkan perbedaan
yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam
masyarakat.
2.2 UNSUR-UNSUR KEANEKARAGAMAN MASYARAKAT INDONESIA
2.2.1 Ras
Pengklasifikasian kelompok masyarakat dari aspek
ras merupakan suatu bentuk penggolongan manusia
berdasarkan ciri-ciri fisik yang sama dan tampak
nyata. Secara garis besar, manusia di Indonesia
merupakan keturunan dari ras Mongoloid. Namun
akibat dari adanya amalgamasi antara ras Mongoloid
dengan ras-ras lainnya, maka terbentuklah sub ras
yang terdistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia.
Sub ras-sub ras tersebut antara lain :
1. Mongoloid : Dari kelompok Proto Melayu meliputi
Suku Batak, Toraja, Dayak dan sejenisnya. Dari
kelompok Deutero Melayu meliputi Suku Jawa,
Madura, Bali, Bugis dan sejenisnya.
2. Wedoid : Meliputi masyarakat Mentawai, Enggano,
Tomuna, Sakai, dan masyarakat Kubu.
3. Melanesoid : Meliputi masyarakat Papua dan Aru.
4. Negroid : Meliputi masyarakat Semang dan
Mikopsi.
5. Asiatic Mongoloid : Meliputi masyarakat
keturunan Cina.
6. Kaukasoid : Meliputi masyarakat keturunan Arab,
Pakistan, India, dan Eropa.
2.2.2 Etnis
Kelompok etnis sering disebut sebagai suku bangsa.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan
negara yang kaya akan kemajemukan budaya. Budaya
tersebut merupakan hasil kreatifitas suku bangsa
yang berdomisili di Indonesia. Semakin beragam suku
bangsa suatu negara akan semakin marak kebudayaan
yang dihasilkan. Dalam orientasi interaksi sosial,
kelompok etnis mengacu pada identitas kultural yang
meliputi bahasa, pola perilaku, dan tradisi.
Hingga kini, para ahli belum mendapatkan titik
pasti mengenai kuantitas suku bangsa di Indonesia.
Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa di Indonesia
antara lain:
1. Aceh
13. Gorontalo
2. Gayo
14. Toraja
3. Nias dan Batu 15. Sulawesi Selatan
4. Minangkabau 16. Ternate
5. Mentawai 17. Ambon
6. Sumatera Selatan 18. Kepulauan Barat
Daya
7. Enggano 19. Irian
8. Melayu 20. Timor
9. Bangka Belitung 21. Bali dan Lombok
10. Kalimantan 22. Jawa tengah dan Jawa
timur
11. Minahasa 23. Surakarta dan
Yogyakarta
12. Sangir-Talaud 24. Jawa Barat
2.2.3 Agama dan Keyakinan
Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang
dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal
dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia
sebagai kekuatan ghaib yang tak dapat ditangkap
dengan panca indra. Namun mempunyai pengaruh yang
besar sekali terhadap kehidupan sehari-hari.
Agama sebagai bentuk keyakinan memang sulit diukur
secara tepat dan rinci. Hal ini pula yang barang
kali menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi
yang tepat tentang agama. Namun apapun bentuk
kepercayaan yang di anggap sebagai agama, tampaknya
memang memiliki ciri umum yang hampir sama, baik
dalam agama primitive maupun agama monoteisme.
Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat
adalah :
- Berfungsi edukatif : ajaran agama yang secara
yuridis berfungsi menyuruh dan melarang
- Berfungsi penyelamat
- Berfungsi sebagai perdamaian
- Berfungsi sebagai social control
- Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
- Berfungsi transformatif
- Berfungsi kreatif
- Berfungsi sublimatif
Pada dasarnya agama dan keyakinan merupakan unsur
penting dalam keragaman bangsa Indonesia. Hal ini
terlihat dari banyaknya agama yang diakui di
Indonesia.
2.2.4 Golongan
Dalam interaksi keseharian masyarakat
multikultural, akan ditemui dengan mudah berbagai
macam golongan yang tersusun baik secara hierarki
strata vertikal maupun secara horizontal. Misalnya:
adanya golongan bangsawan ningrat, golongan elit,
golongan ‘ulama’, golongan pejabat, bahkan golongan
masyarakat pinggiran.
2.2.5 Gender
Secara garis besar, gender terbagi atas laki-laki
dan perempuan. Namun, dari dua bagian tersebut akan
terbentuk perkumpulan-perkumpulan gender. Misalnya,
bagi para perempuan, biasanya terdapat organisasi
kewanitaan seperti Dharma Wanita, Muslimat, Fatayat,
dan lain sebagainya. Demikian juga dengan laki-laki,
biasanya mereka menciptakan sebuah komunitas yang di
dalamnya hanya terkomposisi oleh laki-laki saja. Hal
tersebut akan menambah volume kemajemukan dalam
masyarakat multikultural.
2.2.6 Ideologi dan Politik
Ideologi ialah suatu istilah umum bagi sebuah
gagasan yang berpengaruh kuat terhadap tingkah laku
dalam situasi khusus karena merupakan kaitan antara
tindakan dan kepercayaan yang fundamental. Ideologi
membantu untuk lebih memperkuat landasan moral bagi
sebuah tindakan. Politik mencakup baik konflik
antara individu-individu dan kelompok untuk
memperoleh kekuasaan, yang digunakan oleh pemenang
bagi keuntungannya sendiri atas kerugian daari yang
ditaklukkan. Politik juga bermakna usaha untuk
menegakkan ketertiban.
Keragaman masyarakat Indonesia dalam ideologi dan
politik dapat dilihat dari banyaknya partai politik
sejak berakhirnya orde lama. Meskipun pada dasarnya
Indonesia hanya mengakui ideology, yaitu Pancasila
yang benar-benar mencerminkan kepribadian bangsa
Indonesia.
2.2.7 Tata Krama
Tata karma yang dianggap dari Bahasa Jawa yang
berarti “adat sopan santun”, basa-basi” pada
dasarnya ialah tiindakan, perilaku, adat istiadat,
tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma
tertentu.
Tata karma dibentuk dan dikembangkan oleh
masyarakat dan terdiri dari aturan-aturan yang kalau
dipatuhi diharapkan akan tercipta interaksi social
yang tertib dan efektif di dalam masyarakat yang
bersangkutan. Indonesia memiliki beragam suku bangsa
di mana setiap suku bangsa memiliki adat tersendiri
meskipun karena adanya sosialisasi nilai-nilai dan
norma secara turun temurun dan berkesinambungan dari
generasi dan ke generasi menyebabkan suatu
masyarakat yang ada dalam suatu suku bangsa yang
sama akan memiliki adat dan kesopanan yang relatif
sama.
2.2.8 Kesenjangan Ekonomi
Bagi sebagian Negara berkembang, perekonomian akan
menjadi salah satu perhatian yang terus
ditingkatkan. Namun umumnya, masyarakat kita berada
dibawah golongan tingkat ekonomi menengah kebawah.
Hal ini tentu saja menjadi pemicu adanya kesenjangan
yang tak dapat dihindari lagi.
2.2.9 Kesenjangan Sosial
Masyarakat Indonessia merupakan masyarakat yang
majemuk dengan berbagai macam tingkat, pangkat dan
strata social yang hierarkis. Hal ini dapat dilihat
dan dirasakan jelas dengan adanya penggolongan orang
yang berdasarkan kasta.
Hal inilah yang dapat menimbulkan kesenjangan
sosial, yang tidak hanya menyakitkan, namun juga
membahayakan bagi kerukunan masyarakat. Tak hanya
itu bahkan menjadi sebuah pemicu perang antar etnis
atau suku.
2.3 PROBLEMATIKA KEANEKARAGAMAN MASYARAKAT INDONESIA
2.3.1 Disharmonisasi
Disharmonisasi adalah tidak adanya penyesuaian
atas keragaman antara manusia dengan dunia
lingkungannya. Disharmonisasi dibawa oleh virus
paradoks yang ada dalam globalisasi. Paket
globalisasi begitu memikat masyarakat dunia dengan
tawarannya akan keseragaman global untuk maju bersama
dalam komunikasi gaya hidup manusia yang bebas dan
harmonis dalam tatanan dunia, dengan menyampingkan
keunikan dan keberagaman manusia sebagai pelaku
utamanya.
2.3.2 Diskriminatif
Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau
kelompok masyarakat tertentu akan memunculkan masalah
yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang
yang tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara.
2.3.3 Eksklusivisme dan Rasialis
Eksklusivisme, rasialis berasal dari superioritas
diri, alasannya dapat bermacam-macam, antara lain :
keyakinan bahwa secara kodrati ras/sukunya
kelompoknya lebih tinggi dari ras/suku /kelompok
lain.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil
masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negatif dari
keragaman, yaitu :
- Semangat religious
- Semangat nasionalisme
- Semangat humanism
- Dialog antar umat beragama
- Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi
maupun konfigurasi hubungan antar agama, media massa,
dan harmonisasi dunia.
2.4 CONTOH KEANEKARAGAMAN MASYARAKAT INDONESIA
2.4.1 Suku Dani di Papua
Suku Dani adalah Suatu suku yang mendiami satu
wilayah di Lembah Baliem yang dikenal sejak ratusan
tahun lalu sebagai petani yang terampil dan juga dahulu
terkenal sudah menggunakan alat alat perkakas bahkan
disaat diketemukan oleh para ahli, warga suku dani
telah mengenal penggunaan perkakas-perkakas seperti:
kapak batu, pisau yang terbuat dari tulang binatang dan
lain sebagainya.
Di pegunungan tengah Irian Jaya, terletak sebuah
lembah besar dengan panjang 72 km dan lebar 16 - 31
km, dihuni oleh prajurit dan petani Neolitik. Suku
Dani dan suku-suku sub lain seperti Yali dan Lani
dengan budaya mereka yang sangat kompleks dan primitif,
yang masih terlihat seperti "zaman batu".Lembah Baliem
terletak di Kabupaten Wamena, Irian Jaya, yang dikenal
sebagai rumah dari suku asli Papua.
Pada decade terakhir ini suku yang paling
terisolasi oleh rawa dan pegunungan. Mereka hidup
diantara belukar, masih memelihara serta mengangkat
babi sebagai hewan peliharaannya atau bisa dikatakan
hewan buruannya. Mereka masih menggunakan teknologi
Neolitik dari Dunia masa lalu. Ada sekitar kurang
lebih 250.000 suku Dani yang hidup di pegunungan
tengah. Lembah Baliem. Salah satu suku tertua di
dataran papua yang memiliki kepadatan penduduk
tertinggi di Provinsi Papua. Suku Dani membangun
pondok mereka dalam suatu senyawa yang baik, dimana
mengekspresikan adaptasi lingkungan dan karakter Dani.
Suhu dari dataran tinggi yang berkisar antara 26
derajat Celcius pada siang hari dan 12 derajat pada
malam hari. Hutan-hutan di mana suku Dani bermukim
sangat kaya akan flora dan fauna yang tak jarang
bersifat endemic seperti cenderawasih, mambruk, nuri
bermacam-macam insect dan kupu-kupu yang beraneka ragam
warna dan coraknya.Untuk budaya dari Suku Dani sendiri,
meskipun suku Dani penganut Kristen, banyak diantara
upacara-upacara mereka masih bercorak budaya lama yang
diturunkan oleh nenek moyang mereka. Suku Dani percaya
terhadap rekwasi. Seluruh upacara keagamaan diiringi
dengan nyanyian, tarian dan persembahan terhadap nenek
moyang. Peperangan dan permusuhan biasanya terjadi
karena masalah pelintasan daerah perbatasan, wanita dan
pencurian.
Pada rekwasi ini, para prajurit biasanya akan
membuat tanfa dengan lemak babi, kerang, bulu-bulu,
kus-kus, sagu rekat, getah pohon mangga, dan bunga-
bungaan di bagian tubuh mereka. Tangan mereka menenteng
senjata-senjata tradisional khas suku Dani seperti
tombak, kapak, parang dan busur beserta anak panahnya.
Salah satu kebiasaan unik lainnya dari suku Dani
sendiri adalah kebiasaan mereka mendendangkan nyanyian-
nyanyian bersifat heroisme dan atau kisah-kisah sedih
untuk menyemangati dan juga perintang waktu ketika
mereka bekerja. Untuk alat musik yang mengiringi
senandung atau dendang ini sendiri adalah biasanya
adalah alat musik pikon, yakni satu alat yang
diselipkan diantara lubang hidung dan telinga mereka.
Disamping sebagai pengiring nyanyian, alat ini pun
berfungsi ganda sebagai isyarat kepada teman atau lawan
di hutan kala berburu.
Jajaran Pegunungan Trikora jadi benteng alami
sekaligus penyedia kehidupan. Di lereng pegunungan ini,
mereka bercocok tanam dan beternak hewan. Tanah
vulkanis yang gembur pun ditanami umbi-umbian, jahe,
pisang, dan timun.
Sebagai suku yang masih terjaga keasliannya,
masyarakat Dani membuat peralatan sederhana berbahan
batu dan tulang. Tulang-tulang itu mewakili gaharnya
Suku Dani, yang juga terkenal sebagai pejuang.
Sedangkan batu menjadi basis tradisi Bakar Batu, yakni
memasak babi di atas batu panas.
Indahnya lembah dari ketinggian, liukan sungai
dengan air penyedia kehidupan, serta suku Dani yang
menjaga keseimbangan alam.
1. Kesenian Suku Dani
a) Sistem Ide Suku Dani
Suku asal masyarakat Wamena adalah suku Dhani yang
amat terkenal di seluruhpapua karena kebiasaan
berperang, yang konon katanya Suku Dhani dan SukuAsmat
merupakan suku asli bumi Cendrawasih Papua. Mereka
sangat lihai menggunakan panah dan ketapel. Selain
panah dan ketapel dahulu kala mereka menggunakan parang
yang terbuat dari batu dan pisau tusuk yang terbuat
dari tulang ,belulang. Tulang yang biasa digunakan
adalah tulang kaki burung Kasuari.Namun perang suku
saat ini sudah jarang terjadi, yang ada adalah Perang-
perangan di dataran luas yang telah disediakan. Acara
tarian tradisional danperang-perangan dilaksanakan
setahun sekali atau untuk menyambut tamukehormatan.
Acara ini sekarang dikemas semacam festival perang-
perangan diikuti oleh suku-suku di Wamena, untuk
menggenang peristiwa perang suku yangbiasa dilakukan
nenek moyang mereka waktu dulu, sejaligus unjuk
kehebatanyang dilihat para penonton. Acara ini "Perang-
perangan" ini digelar setiapmenyambut 17 Agustus untuk
memperingati HUT Proklamasi dan dibiayai olehpemerintah
daerah dalam rangka menjaga tradisi dan budaya serta
menjadi dayatarik tersendiri bagi wisatawan dan
mancanegara. Acara ini sangat unik danmenarik, banyak
sekali di hadiri wisatawan asing dan mengabadikan dalam
bentuk film, umumnya arus turis meningkat hingga hotel-
hotel penuh dan harus memesan terlebih dahulu.Selain
alam, seni budaya, dan cara budidaya yang menarik di
wamena adalah bahasa. Anda akan merasa asing dengan
bahasa mereka. Namun saat ini mereka umumnya sudah
dapat berbahasa Indonesia, bahkan sampai di daerah
terpencil.Umumnnya mereka belajar bahasa Indonesia dari
sekolahan dan gereja. Banyak dijumpai gereja disini,
meskipun di Wilayah kota juga terdapat beberapa Masjid
yang dibuat oleh para pendatang dan Tentara. Perbedaan
agama dan adat tidak menjadi masalah bagi masyarakat
Kota wamena atau Papua secara umum, mereka dapat
membaur menjadi satu
b) Sistem Perilaku
Seni Ukir
Sebagai wujud penghormatan mereka terhadap nenek
moyang atau leluhurnya, secara turun temurun, pola seni
ukir yang dibuat oleh suku Asmat selalu dikaitkan pada
kepercayaan mereka terhadap leluhur.Tahapan untuk
membuat kerajinan ukir diawali dengan memahat sepotong
kayu untuk dijadikan sebuah pola. Karena setiap ukiran
yang mereka buat mempunyai makna tersendiri. Sebagai
contoh, ada 3 macam warna, merah, hitam, dan putih yang
selalu digunakan oleh suku Asmat pada beberapa hasil
ukirannya.Merah melambangkan daging, Putih
menggambarkan tulang. Sementara hitam melambangkan
warna kulit dari suku Asmat itu sendiri. Dengan
menggunakan alat pahat tradisional yang terbuat dari
jambu batu dan batu kali. Suku Asmat mampu membuat
kerajinan ukiran dari berbagai jenis kayu, seperti kayu
sago, kayu jati, ataupun kayu susu. Sehingga tidaklah
mengherankan, jika berbagai sumber media online
menuliskan, seni ukir Asmat ini banyak diminati tidak
hanya oleh wisatawan domestik dan mancanegara. Sejak
digelar pertama kalinya pada tahun 1991, atraksi tari
perang atau dim dalam bahasa Suku Dani, menjadi atraksi
utama pada setiap pelaksanaan Festival Budaya Lembah
Baliem. Uniknya, tema yang diberikan dalam tari ini
bukan tentang dendam atau permusuhan melainkan sesuatu
yang bersifat positif yang populer dengan sebutan
Yogotak Hubuluk Motog Hanorogo (harapan akan hari esok
yang harus lebih baik dari hari ini).
c) Wujud Budaya
KESENIAN SUKU DANI
Kesenian dan Kerajinan
Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari
cara membangun tempat kediaman, seperti disebutkan di
atas dalam satu silimo ada beberapa bangunan, seperti :
Honai, Ebeai, dan Wamai.
Selain membangun tempat tinggal, masyarakat Dani
mempunyai seni kerajinan khas, anyaman kantong jaring
penutup kepala dan pegikat kapak. Orang Dani juga
memiliki berbagai peralatan yang terbuat dari bata,
peralatan tersebut antara lain : Moliage, Valuk, Sege,
Wim, Kurok, dan Panah sege.
Ragam Budaya Suku Dani
Festival Lembah Baliem berlangsung sekitar 3 hari
dan diselenggarakan setiap bulan Agustus. Tari ini
biasanya diikuti oleh sekitar 26 suku yang mendiami
sekitar Lembah Baliem. Masing-masing peserta terdiri
dari 30 - 50 kelompok dan tiap kelompoknya berjumlah 50
- 100 orang. Para peserta masing-masing bersenjata
tombak, panah dan parang, lengkap dengan pakaian
tradisional dan lukisan di wajah serta pernak pernik
perang.
Selain tari perang, Festival Budaya Lembah Baliem
menawarkan 6 acara penting lain yang hampir selalu
digelar. Salah satunya adalah pertunjukan Pikon atau
musik tradisional yang digelar untuk menghibur seluruh
pengunjung. Terbuat dari hite atau kayu, lagu-lagu yang
dimainkan dengan Pikon mengisahkan tentang kehidupan
manusia. Uniknya, meski kelihatan mudah, temyata tidak
semua orang Papua mampu memainkan alat musik ini. Alat
musik ini mampu memunculkan suara-suara yang nyaris
sama dengan suara binatang.
Beragam permainan tradisional turut memeriahkan
Festival Lembah Baliem. Acara ini tak hanya dapat
disaksikan, tapi bila pengunjung atau para wisatawan
berminat, bisa turut serta dalam permainan. Memanah,
melempar sege alias tongkat ke target yang telah
ditentukan, puradan, permainan menggulirkan roda dari
anyaman rotan dan sikoko, sebuah lomba melemparkan pion
ke sasaran yang telah ditentukan, adalah permainan yang
kerap ditampilkan dalam festival ini.
Tak jarang, Festival Lembah Baliem bertambah marak
berkat acara pendukung yang tak kalah seru dan unik
lainnya. Sebut saja kerapan babi atau lomba pacuan
babi, lomba menganyam serta beragam acara lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat di
mana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai
bidang, terutama suku, bangsa dan ras, agama dan
keyakinan, ideology, adat kesopanan, serta situasi
ekonomi. Keragaman masyarakat adalah sebuah keadaan
yang menunjukkan perbedaan yang cukup banyak macam atau
jenisnya dalam masyarakat. Contohnya di suku Dani,
Papua bisa dilihat keanekaragaman melalui kesenian
suku, sisitem prilaku, kesenian dan ragam budaya.