case t. versikolor

Upload: mentariyuhendar

Post on 14-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

rfeer

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUSTINEA VERSIKOLOR

dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK, MM

Oleh: Maulita Agustine (030.10.171)

I. PENDAHULUAN

Tinea versikolor adalah penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut.

Tinea versikolor disebabkan oleh Malessezia furfur Robin (BAILLON 1889), yaitu jamur yang bersifat lipofilik dimorfik dan merupakan flora normal pada kulit manusia. Tinea versikolor atau dikenal juga dengan pitiriasis versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, purpura, liver spots, tinea flava, pitiriasis versikolor flava dan panu.

Tinea versikolor merupakan penyakit universal tetapi lebih banyak dijumpai di daerah tropis oleh karena tingginya temperatur dan kelembapan. Biasanya terjadi pada dewasa muda, dengan insiden puncak pada usia 20 tahunan. Kejadiannya menurun pada usia dekade ke-5 dan ke-6. Infeksi ini jarang terjadi bila produksi sebum menurun atau tidak ada. Faktor-faktor predisposisi terjadinya tinea versikolor adalah temperatur tinggi / kelembaban relatif, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor herediter, terapi glukokortikoid, dan imunodefisiensi.Kelainan kulit tinea versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berflouresensi bila dilihat dengan lampu wood. Bentuk papulo-vesikuler dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimptomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut. Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat.

Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya tinea versikolor ialah Pytorosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale yang berbentuk oval. Keduanya merupakan organisme yang sama, dapat berubah sesuai lingkungannya, misalnya suhu, media, dan kelembaban. Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor predisposisi menjadi patogen dapat endogen dan eksogen. Endogen dapat disebabkan diantaranya oleh defisiensi imun. Eksogen dapat karena faktor suhu, kelembaban udara, dan keringat.

Berikut ini dilaporkan kasus tinea versikolor pada seorang laki-laki berusia 39 tahun.II. KASUS

Seorang laki-laki, berusia 39 tahun, perkerjaan buruh bangunan, belum menikah, beragama Islam, pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 9 Mei 2015 pukul 11.00 WIB dengan keluhan utama bercak keputihan, bersisik dan terasa gatal di lengan bawah kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri, dan leher.ANAMNESIS KHUSUS

(Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 9 Mei 2015 pukul 11.00 WIB di poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal).

Keluhan timbul pertama kali kurang lebih 1 bulan yang lalu, timbul bercak keputihan, bersisik sebesar koin yang terasa gatal pada lengan bawah kanan. Pasien tidak mengobati keluhan yang dirasakan. 2 minggu yang lalu bercak keputihan, bersisik yang terasa gatal menyebar ke lengan bawah kiri dan punggung tangan kanan dan kiri. Pasien mengobati gatal yang dirasakannya dengan bedak herocyn namun keluhan tidak membaik dan semakin menyebar. 1 minggu yang lalu bercak keputihan, bersisik menyebar ke leher. Pasien tidak mengobati keluhan yang dirasakannya. Gatal dirasakan sepanjang hari dan terutama dirasakan pada saat cuaca panas dan pasien berkeringat. Tidak terdapat mati rasa pada bercak keputihan tersebut.

Pasien adalah seorang buruh bangunan, yang bekerja mengangkat beban berat seperti semen dan besi. Pekerjaan pasien yang mengangkat beban berat dan tempat kerja yang panas sehingga membuat pasien banyak mengeluarkan keringat. Pasien sehari-hari memakai baju seragam kerja berkerah dengan bahan yang kurang menyerap keringat. Pasien mempunyai kebiasaan mandi 2x sehari menggunakan sabun dan sumber air tanah, warna air jernih tidak berbau, terkadang keruh dan tidak berasa. Setiap selesai mandi pasien mengganti pakaian yang baru, namun seragam kerja pasien hanya dicuci 3x/minggu.

Tidak ada riwayat asma bronkial, kebiasaan bersin-bersin di pagi hari, kencing manis, ataupun alergi terhadap obat tertentu. Tidak ada anggota keluarga serumah pasien yang mengalami keluhan seperti pasien. Tidak ada teman kerja pasien yang mengalami keluhan yang sama. Penggunaan obat dalam waktu lama atau pemberian obat oles disangkal. Pasien tidak memelihara binatang dirumah.

Pasien mengatakan sudah pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya di perut, bokong dan selangkangan kurang lebih 1 tahun yang lalu. Pasien berobat ke RSUD Kardinah Tegal, pasien tidak tahu nama obat yang diberikan namun obat tersebut dapat mengurangi gatal dan keluhan pasien. PEMERIKSAAN FISIK

1. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Baik, tampak sakit ringanKesadaran

: Compos mentis, kooperatifTanda Vital

:

Tekanan Darah: 110/80 mmHg

Nadi

: 80 x/menit, volume cukup, irama teratur, equalitas

kiri dan kanan sama

Suhu

: Afebris

Pernafasan: 20 x/menit, irama teratur, tipe pernafasan

abdominotorakal.

Berat Badan: 68 kg

Tinggi

: 173 cm

Status Gizi: 22,74 kg/m2 (gizi baik)

Kepala: Normosefali, benjolan (-), rambut hitam, lurus, tidak mudah dicabut, distribusi merata, alopesia (-), NT (-).

Mata: Alis simetris, tidak mudah dicabut, oedem (-) dan benjolan (-), bulu mata tidak rontok, trikiasis (-), konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+, sekret -/-.

Hidung: Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), septum deviasi (-), tidak tampak adanya kelainan kulit pada hidung, konka eutrofi, mukosa hiperemis (-), sekret (-), benjolan (-), nyeri tekan(-).

Telinga: Normotia , benjolan -/-, nyeri tarik -/-, nyeri tekan -/-, serumen +/+.

Mulut: Bibir pucat (-), sianosis(-), pecah(-), sariawan(-), mukosa gusi hiperemis(-), gigi karies (-). Letak lidah ditengah (+), tepi lidah hiperemis (-), lidah kotor (-), lidahgeografik (-), tonsil T1-T1, hiperemis (-).

Leher: Otot bantu pernafasan m. sternocleidomastoideus (-), trakea ditengah, deviasi (-), kelenjar tiroid tidak teraba membesar, pembesaran KGB (-), kelainan kulit (+) lihat status dermatologis.Thorax: Retraksi intercostal (-) dan sela iga melebar (-), terdapat kelainan kulit (lihat status dermatologikus).

Paru

KananKiri

InspeksiSimetris saat statis dan dinamisSimetris saat statis dan dinamis

PalpasiVokal fremitus samaVokal fremitus sama

Perkusisonor pada lapang parusonor pada lapang paru

Auskultasisuara dasar vesikuler (+)suara dasar vesikuler (+)

Ronkhi(-)(-)

Wheezing(-)(-)

Jantung

Inspeksi: tampak pulsasi iktus cordis

Palpasi: teraba iktus kordis dengan diameter 1 cm kuat angkat (+), thrill (-).Perkusi:

Batas kanan: ICS IV sternalis kanan

Batas kiri: ICS V linea midklavikularis kiri

Batas atas: ICS II sternalis kanan

Auskultasi: S1S2 reguler, murmur (-), gallop(-).

Abdomen

Inspeksi: Datar, simetris, tidak terdapat kelainan kulit

Auskultasi: Bising (+) normal

Palpasi: Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi: Timpani di ke 4 kuadran abdomen

Inguinal: pembesaran KGB (-), massa (-)

Ekstremitas: Superior:

Oedem (-)

Deformitas (-)

Kelainan sendi (-)

Kelainan kulit (+) lihat status dermatologikus

Kelainan kuku (-)

Inferior: Oedem(-) Deformitas (-)

Kelainan kulit (-) Kelainan kuku (-)

2. STATUS DERMATOLOGIKUS

Distribusi: regional

Regio

: lengan bawah kanan dan kiri, punggung tangan

kanan dan kiri, leher Lesi

: multiple, konfluens, bilateral, tidak teratur, dengan ukuran miliar sampai plakat, batas tidak tegas. Efloresensi: makula hipopigmentasi, skuamaGambar 1. Regio lengan bawah kanan

Gambar 2. Regio lengan bawah kiriGambar 3. Regio punggung tangan kanan dan kiri

Gambar 4. Regio leherPEMERIKSAAN KHUSUS

Pada pemeriksaan kerokan lesi kulit dengan KOH 10%, tidak ditemukan gambaran Spaghetti and meatballs yaitu hifa pendek dan spora bergerombol.RESUME

Seorang laki-laki berusia 39 tahun, datang ke Poliklinik kulit dan kelamin RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 9 Mei 2015 pukul 11.00 WIB dengan keluhan utama bercak keputihan bersisik yang terasa gatal di daerah lengan bawah kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri, leher.

Pada anamnesis didapatkan makula hipopigmentasi, skuama berukuran numular yang terasa gatal pada lengan bawah kanan dan menyebar ke lengan bawah kiri, punggung tangan kanan dan kiri, leher.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal. BMI didapatkan normoweight. Pada status dermatologis, distribusi regional; regio lengan bawah kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri, dan leher; didapatkan lesi multiple, konfluens, bilateral, tidak teratur, dengan ukuran miliar hingga plakat, batas tidak tegas; eflorosensi tampak makula hipopigmentasi, skuama.

Pada pemeriksaan kerokan lesi kulit dengan KOH 10 % tidak didapatkan hifa pendek dan spora bergerombol gambaran spaghetti and meatballs.DIAGNOSIS BANDING

Tinea Versikolor

Pitiriasis Alba

Vitiligo Dermatitis Seboroik Morbus HansenDIAGNOSIS KERJA

Tinea VersikolorUSULAN PEMERIKSAAN

Pemeriksaan menggunakan lampu Wood Pemeriksaan SGOT / SGPTPENATALAKSANAAN1. Umum Memberikan penjelasan pada pasien tentang peyakit yang diderita dan pengobatannya Menyarankan pasien agar menggunakan bahan pakaian yang menyerap keringat Menyarankan agar pasien selalu menyeka keringatnya Menyarankan agar pasien menyuci baju kerjanya setiap hari Melakukan pengobatan sesuai anjuran dokter dan kontrol apabila keluhan belum sembuh2. Khusus Sistemik (oral) : Ketokonazol 200 mg/hari selama 2 minggu Topikal : Ketokonazol krim dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi tiap pagi dan sore hari selama 2 minggu.PROGNOSIS

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : ad bonam

Quo ad cosmeticum : ad bonamIII. PEMBAHASAN

Diagnosis Tinea versikolor pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Tinea versikolor adalah penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut. Merupakan penyakit universal tetapi lebih banyak dijumpai di daerah tropis oleh karena tingginya temperatur dan kelembapan. Biasanya terjadi pada dewasa muda, dengan insiden puncak pada usia 20 tahunan. Kejadiannya menurun pada usia dekade kelima dan keenam. Faktor-faktor predisposisi terjadinya tinea versikolor adalah temperatur tinggi / kelembaban relatif, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor herediter, terapi glukokortikoid, dan imunodefisiensi.Kelainan kulit tinea versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berflouresensi bila dilihat dengan lampu wood. Bentuk papulo-vesikuler dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimptomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut. Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat.

Pada kasus ini, pasien mengeluh adanya bercak keputihan bersisik yang terasa gatal pada lengan bawah kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri, dan leher.

Pada anamnesis didapatkan makula hipopigmentasi, skuama berukuran numular yang terasa gatal pada lengan bawah kanan dan menyebar ke lengan bawah kiri, punggung tangan kanan dan kiri, leher.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal. BMI didapatkan normoweight. Pada status dermatologis, distribusi regional; regio lengan bawah kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri, dan leher; didapatkan lesi multiple, konfluens, bilateral, tidak teratur, dengan ukuran miliar hingga plakat, batas tidak tegas; eflorosensi tampak makula hipopigmentasi, skuama.

Pada pemeriksaan kerokan lesi kulit dengan KOH 10 % tidak didapatkan hifa pendek dan spora bergerombol gambaran spaghetti and meatballs.

Pemeriksaan fisik diatas sesuai dengan kepustakaan mengenai tinea versikolor. Hal ini dapat didiagnosis banding dengan Pitiriasis Alba, Vitiligo, Dermatitis Seboroik dan Morbus Hansen. Menurut kepustakaan, pitiriasis alba tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya. Pitiriasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun (30-40%). Wanita dan pria sama banyak. Lesi berbentuk bulat, oval atau plakat yang tidak teratur. Warna merah muda atau sesuai warna kulit dengan skuama halus. Lesi dapat dijumpai pada ekstremitas dan badan. Dengan demikian pitiriasis alba dapat disingkirkan.

Menurut kepustakaan, vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik didapat ditandai dengan adanya makula putih yang dapat meluas. Dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung sel melanosit. Klinis vitiligo bercak berwarna putih (makula hipopigmentasi) dengan diameter beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter, bulat atau lonjong dengan batas tegas. Vitiligo dapat menyerang semua umur dan ras, dan terbanyak sebelum umur 20 tahun. Penyakit ini juga diturunkan secara genetik. Pemeriksaan lampu wood makula amelanotik tampak putih berkilau. Dengan demikian vitiligo dapat disingkirkan.

Menurut kepustakaan, dermatitis seboroik adalah penyakit jamur superficial yang kronik berupa bercak berskuama halus berwarna putih coklat hitam. Biasa terjadi pada usia 18-40 tahun. Klinis eritema dan skuama yang berminyak, agak kekuningan, batas tidak tegas. Predileksi kulit kepala dan perbatasan kepala dan wajah. Dengan demikian dermatitis seboroik dapat disingkirkan.

Menurut kepustakaan, morbus hansen ditandai dengan makula hipopigmentasi yang mempunyai ciri-ciri anestesi, alopesia, anhidrosis dan atrofi. Lesi bisa satu atau banyak, batas tegas dan ukuran bervariasi. Terdapat penebalan saraf perifer. Dengan demikian morbus hansen dapat disingkirkan.Penatalaksanaan umum pada pasien adalah menghilangkan faktor predisposisi penting, misalnya mengusahakan daerah lesi selalu kering dan memakai baju yang menyerap keringat. Terapi yang diberikan berupa anti jamur sistemik dan topikal. Anti jamur sistemik yang diberikan yaitu anti jamur golongan imidazol (ketokonazol 200 mg/hari) selama 2 minggu. Selain itu juga diberikan anti jamur topikal yaitu anti jamur golongan imidazol (ketokonazol 2x/hari) selama 2 minggu. Diberikan golongan imidazol untuk terapi sistemik maupun topikal karena umumnya berkhasiat fungistatik dan pada dosis tinggi bekerja fungisid terhadap fungi tertentu. Imidazol memiliki efektivitas klinis yang tinggi dengan angka kesembuhan berkisar 70-100%. Ketokonazol fungistatikum imidazol pertama yang digunakan per oral, spectrum kerja yang lebar.Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluorosensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negatif.DAFTAR PUSTAKA Budimulja U. Pitiriasis Versikolor . In: Mikosis. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 6th Ed. Balai Penerbit FKUI Jakarta. 2011. p.100. Gosh, Sudip K, Sunil KD, Indranil S, Jayasree NB, Arghyaprasun G, Aloke KR. Pityriasis versicolor: A Clinicomycological and Epidemiological Study from A Tertiary Care Hospital. Indian J Dermatol. 2008:53(4):182-5. Hay RJ, Ashbee HR. Mycology: Pityriasis Versicolor. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rooks Textbook of Dermatology. 8th ed. Singapore: Wiley-Blackwell. 2010. p. 36. Janik MP, Heffernan MP. Yeast infections Tinea (pityriasis) Versicolor , In: Wolff K, Goldsmith AL, Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffel JD editors. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. 7th Ed. New York: Mc Grew Hill Medical. 2008. p.623. Schwartz RA. Superficial Fungal Infections. Lancet. 2004;354: p. 1173-82 Smoller BR, Hiatt KM. Tinea Versicolor. In: Smoller BR, Hiatt KM, editors. Dermatopathology: The Basics. USA: Springer; 2009. p. 94-6. Soepardiman L. Pitiriasis Alba. Dalam: Penyakit Kulit yang Lain. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: FKUI; 2011. p. 333-4. Soepardiman L. Vitiligo. Dalam: Kelainan Pigmen. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: FKUI; 2011. p. 296-8.

Budimulja U. Pitiriasis Versikolor . In: Mikosis. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 6th Ed. Balai Penerbit FKUI Jakarta. 2011. p.100.

Janik MP, Heffernan MP. Yeast infections Tinea (pityriasis) Versicolor , In: Wolff K, Goldsmith AL, Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffel JD editors. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. 7th Ed. New York: Mc Grew Hill Medical. 2008. p.623.

Loc.cit.

Hay RJ, Ashbee HR. Mycology: Pityriasis Versicolor. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rooks Textbook of Dermatology. 8th ed. Singapore: Wiley-Blackwell. 2010. p. 36.

Janik MP, Heffernan MP. Yeast infections Tinea (pityriasis) Versicolor , In: Wolff K, Goldsmith AL, Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffel JD editors. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. 7th Ed. New York: Mc Grew Hill Medical. 2008. p.623.

Gosh, Sudip K, Sunil KD, Indranil S, Jayasree NB, Arghyaprasun G, Aloke KR. Pityriasis versicolor: A Clinicomycological and Epidemiological Study from A Tertiary Care Hospital. Indian J Dermatol. 2008:53(4):182-5.

Budimulja U. Pitiriasis Versikolor . In: Mikosis. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 6th Ed. Balai Penerbit FKUI Jakarta. 2011. p.100.

Schwartz RA. Superficial Fungal Infections. Lancet. 2004;354: p. 1173-82

Budimulja U. Pitiriasis Versikolor . In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 6th Ed. Balai Penerbit FKUI Jakarta. 2011. p.100.

Janik MP, Heffernan MP. Yeast infections Tinea (pityriasis) Versicolor , In: Wolff K, Goldsmith AL, Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffel JD editors. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. 7th Ed. New York: Mc Grew Hill Medical. 2008. p.623.

Hay RJ, Ashbee HR. Mycology: Pityriasis Versicolor. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rooks Textbook of Dermatology. 8th ed. Singapore: Wiley-Blackwell. 2010. p. 36

Janik MP, Heffernan MP. Yeast infections Tinea (pityriasis) Versicolor , In: Wolff K, Goldsmith AL, Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffel JD editors. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. 7th Ed. New York: Mc Grew Hill Medical. 2008. p.623.

Gosh, Sudip K, Sunil KD, Indranil S, Jayasree NB, Arghyaprasun G, Aloke KR. Pityriasis versicolor: A Clinicomycological and Epidemiological Study from A Tertiary Care Hospital. Indian J Dermatol. 2008:53(4):182-5.

Budimulja U. Pitiriasis Versikolor . In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 6th Ed. Balai Penerbit FKUI Jakarta. 2011. p.100.

Soepardiman L. Pitiriasis Alba. Dalam: Penyakit Kulit yang Lain. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: FKUI; 2011. p. 333-4.

Smoller BR, Hiatt KM. Tinea Versicolor. In: Smoller BR, Hiatt KM, editors. Dermatopathology: The Basics. USA: Springer; 2009. p. 94-6.

Soepardiman L. Vitiligo. Dalam: Kelainan Pigmen. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: FKUI; 2011. p. 296-8.

Budimulja U. Pitiriasis Versikolor . Dalam: Mikosis. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 6th Ed. Balai Penerbit FKUI Jakarta. 2011. p.101.

15