pitiriasis versikolor

15
Laboratorium Ilmu Kulit dan Kelamin Refleksi Kasus Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman PITIRIASIS VERSIKOLOR Oleh : Inbar Surya Seru 0708015029 Pembimbing : dr. Agnes Kartini, Sp. KK Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Laboratorium Ilmu Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 1

Upload: inbar-surya-seru

Post on 09-Nov-2015

129 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

pitiriasis versikolor

TRANSCRIPT

Laboratorium Ilmu Kulit dan Kelamin

Refleksi Kasus

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

PITIRIASIS VERSIKOLOR

Oleh :

Inbar Surya Seru0708015029

Pembimbing :

dr. Agnes Kartini, Sp. KKDibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Laboratorium Ilmu Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

Samarinda

2015BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas dua bentuk, bentuk superfisial dan bentuk yang dalam (deep mycosis). Bentuk superfiasial terbagi atas golongan dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur dermatofita (antara lain: Tinea kapitis, tinea korporis, tinea unguium, tinea cruris, tinea fasialis, tinea barbae, tinea manus, tinea pedis) dan yang kedua golongan non dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinea nigra palmaris, kandidiasis). Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis adalah pada dermatofitosis melibatkan zat tanduk (keratin) pada stratum korneum epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh jenis jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit tetapi hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar. Diantara penyakit jamur superfisial yang sering dijumpai di Indonesia salah satunya adalah pitiriasis versikolor. Pada penyakit kulit karena infeksi jamur superfisial, seseorang terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung dengan benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh jamur atau kontak langsung dengan penderita. Infeksi jamur yang non dermatofitosis salah satunya pitiriasis versikolor yang disebabkan oleh jamur malassezia. Penyakit ini sangat menarik oleh karena keluhannya bergantung pada tingkat ekonomi daripada kehidupan penderita. Bila penderita adalah orang dengan golongan ekonomi lemah (misalnya: tukang becak, pembantu rumah tangga) penyakit ini tidak dihiraukan. Tetapi pada penderita dengan ekonomi menengah keatas yang mengutamakan penampilan maka penyakit ini adalah penyakit yang sangat bermasalah.8BAB IIREFLEKSI KASUS

AnamnesisIdentitas Pasien:

Nama: An. D Umur: 7 tahun

Pekerjaan: PelajarPendidikan: SDAlamat: Jl. Padat KaryaKunjungan rawat jalan: 6 Maret 2015Tanggal pemeriksaan: 6 Maret 2015

Keluhan Utama:

Bercak putih pada wajahRiwayat Penyakit Sekarang:

Penderita datang ke poli kulit kelamin dengan keluhan ada bercak putih pada wajah. Terasa gatal jika berkeringat. Keluhan gatal dirasakan tidak begitu berat sehingga tidak sampai mengganggu aktivitas.

Bercak putih ini timbul sejak pasien berusia 5 tahun, tetapi tidak gatal dan selama ini pasien belem pernah berobat. Tetapi selama 1 tahun ini bercak putih ini bertambah luas dan terasa sedikit gatal hanya saat pasien berkeringat.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien tidak pernah menderita penyakit lain seperti asma, diabetes dan penyakit lainnya. Pasien tidak memiliki riwayat gatal-gatal setelah makan makanan tertentu.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang serupaPemeriksaan Fisik:

Status Generalis

Keadaan Umum: Sakit ringan

BB: 22 kgKesadaran

: Komposmentis

Tanda vital

:

Nadi

: 84 x/menit

Frekuensi napas: 24 x/menit

Kepala-Leher:

Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-), bibir sianosis (-), faring hiperemis (-), tonsil hiperemis (-), pembesaran KGB (-).

Thorax

:

Paru: pergerakan simetris, retraksi (-), fremitus raba dekstra = sinistra, sonor, suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-).

Jantung: S1 dan S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)Abdomen: flat, soefl, timpani, bising usus (+) kesan normal.

Ekstremitas:

Akral hangat, oedem (-)

Status Dermatologis

Lokalisasi:

FacialisEffloresensi: Didapatkan makula-makula berwarna putih berbentuk makuler dan folikuler, bahkan ada yang saling menyatu, berbatas tegas, dengan berbagai ukuran yang diliputi oleh adanya skuama halus, kulit sekitarnya normal. Gambar 1. Foto Klinis Pasien pada Regio FacialisDiagnosis Banding:

1. Pitiriasis Versikolor2. Pitiriasis Alba3. Vitiligo Diagnosis Kerja:

Pitiriasis VersikolorUsulan Pemeriksaan Penunjang:

1. Pemeriksaan KOH 10% pada kerokan kulit pada lesi akut

2. Lampu WoodPenatalaksanaan:

1. Topikal:

Ketokonazole 2% krim dua kali sehari setelah mandi

2. Oral:

Ketokonazole tab 200 mg 1x tab Cetirizine tab 10 mg 1x1 tab (jika gatal)

3. Edukasi:

Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk menjaga kebersihan diri. Minum dan menggunakan obat yang telah diberikan secara tepat dan teratur, serta kontrol kembali dalam 2 minggu setelah pengobatan atau bila gejala dirasa memburuk.Prognosa:

Quo ad vitam

: bonam

Quo ad sanasionam: dubia et bonam

Quo ad cosmeticam: dubia et bonam

BAB IIIPEMBAHASAN

Refleksi kasus dilakukan pada pasien An. D usia 7 tahun, dengan keluhan utama bercak putih pada wajah dan makin membesar 1 tahun ini sebelum pasien memeriksakan diri ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU AWS. Diagnosis Pitiriasis Versikolor pada pasien ini didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pada anamnesis pasien mengeluhkan bercak putih pada wajah, terasa gatal jika berkeringat. Keluhan gatal dirasakan tidak begitu berat sehingga tidak sampai mengganggu aktivitas. Bercak putih ini timbul sejak pasien berusia 5 tahun, tetapi tidak gatal dan selama ini pasien belem pernah berobat. Tetapi selama 1 tahun ini bercak putih ini bertambah luas dan terasa sedikit gatal hanya saat pasien berkeringat.

Berdasarkan tinjauan pustaka, penderita pada umumnya hanya mengeluhkan adanya bercak/macula berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal yang akan muncul saat berkeringat, yang merupakan alasan berobat. 1Pada pemeriksaan fisik didapatkan makula-makula berwarna putih berbentuk makuler dan folikuler, bahkan ada yang saling menyatu, berbatas tegas, dengan berbagai ukuran yang diliputi oleh adanya skuama halus, kulit sekitarnya normal.Predileksi pityriasis vesikolor yaitu pada tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha, genitalia. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dengan ukuran lesi dapat milier, lentikuler, numuler sampai plakat. 2,7Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya pitiriasis versicolor ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale yang berbentuk oval. Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Malassezia berubah dari bentukblastosporeke bentuk mycelial. Hal ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi. Malassezia memiliki enzim oksidasi yang dapat merubah asam lemak pada lipid yang terdapat pada permukaan kulit menjadi asam dikarboksilat. Asam dikarboksilik ini menghambattyrosinasepada melanosit epidermis dan dapat mengakibatkan hipomelanosit. Ada dua bentuk yang sering dijumpai:21. Bentuk makuler: berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halus diatasnya, dan tepi tidak meninggi.2. Bentuk folikuler: seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut.

Diagnosis pasti pada pasien ini dapat ditegakkan dengan usulan pemeriksaan penunjang larutan KOH 10% pada kulit dengan lesi aktif untuk menemukan adanya gambaran sel ragi bulat berdinding tebal dengan miselium kasar, sering terputus-putus (pendek-pendek), yang akan lebih mudah dilihat dengan penambahan zat warna tinta parker blue-black atau biru laktofenol. Gambaran ragi dan miselium tersebut sering dilukiskan sebagai meat ball and spageti. Pemeriksaan dengan sinar wood, dapat memberikan perubahan warna seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan flouresensi warna kuning keemasan sampai orange.

Diagnosis banding lain untuk pasien ini adalah Pitiriasis Alba dan Vitiligo. Pitiriasis Alba merupakan bentuk dermatitis yang tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya. Ditandai dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang serta meninggalkan area yang depigmentasi. Vitiligo Merupakan hipomelanosis idiopatik dapat ditandai dengan adanya macula putih yang dapat meluas. Dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung sel melanosit, misalnya rambut dan mata.

Penatalaksanaan pasien diberikan berupa antijamur oral dan topikal, yaitu ketokonazole. Ketokonazole merupakan antijamur broad-spektrum golongan imidazole yang menghambat pertumbuhan dermatofita, yang bekerja menghambat enzim sitokrom P450 sehingga menghambat sintesis ergosterol yang merupakan komponen dari membran sel jamur. Dosis ketokonazole oral untuk dewasa adalah 200 mg/hari maksimal 400 mg/hari selama 4 minggu, dosis anak-anak untuk berat badan kurang dari 15 kg yaitu 20 mg tablet 3x1 hari, berat badan 15-30 kg yaitu 100 mg tablet 1x1 hari, berat badan lebih dari 30 kg sama dengan dosis dewasa. Ketokonazole topikal dapat diberikan pada lesi 2 kali perhari setiap setelah mandi. 3,5,6Terapi simptomatik pada pasien ini yaitu untuk mengurangi keluhan gatal-gatal yang kadang terjadi pada wajah, diberikan terapi oral cetirizine tablet. Cetirizine adalah antihistamin dengan efek sedative yang rendah pada dosis aktif farmakologi dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi. Merupakan antagonis selektif reseptor H1, efeknya terhadap reseptor lain dapat diabaikan sehingga cetirizine hampir bebas dari efek anti kolinergik dan anti serotonin. Cetirizine menghambat pelepasan histamin pada fase awal dari reaksi alergi, mengurangi migrasi dari sel inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan late allergic response. Dosis penggunaan cetirizine untuk anak 12 tahun : 10 mg per hari, anak 6 11 tahun : 5-10 mg per hari, anak 2-5 tahun : 2,5 mg-5 mg per hari.Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk menjaga kebersihan tubuh pasien. Minum dan menggunakan obat yang telah diberikan secara tepat dan teratur. Prognosis untuk pasien ini adalah baik jika pasien menjalankan terapi sesuai petunjuk.4BAB IVRINGKASAN

Dilaporkan pasien perempuan berusia 7 tahun datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan bercak putih pada wajah Terasa gatal jika berkeringat. Keluhan gatal dirasakan tidak begitu berat sehingga tidak sampai mengganggu aktivitas. Bercak putih ini timbul sejak pasien berusia 5 tahun, tetapi tidak gatal dan selama ini pasien belem pernah berobat. Tetapi selama 1 tahun ini bercak putih ini bertambah luas dan terasa sedikit gatal hanya saat pasien berkeringat. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan makula-makula berwarna putih berbentuk makuler dan folikuler, bahkan ada yang saling menyatu, berbatas tegas, dengan berbagai ukuran yang diliputi oleh adanya skuama halus, kulit sekitarnya normal.Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka ditegakkan diagnosis Pitiriasis Versikolor. Penatalaksanaan pada pasien ini berupa pengobatan antijamur ketokonazole dan pemberian antihistamin cetirizine. Diberikan pula bentuk topikal, ketokonazole topikal dapat diberikan pada lesi 2 kali perhari setiap setelah mandi.

Diberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk menjaga kebersihan tubuh pasien dan minum obat yang teratur dan kontrol kembali dalam 2 minggu setelah pengobatan atau bila gejala dirasa memburuk. Prognosis untuk pasien ini adalah baik jika pasien menjalankan terapi sesuai petunjuk.

DAFTAR PUSTAKA

1. Radiono S. pityriasis versicolor. In :Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis superfisialis : Pedoman untuk dokter dan mahasiswa kedokteran. Jakarta : balai Penerbit FK UI; 2001. p. 290-2922. Johnson. R.A, Suurmond. D.Fitzpatricks,TheColor Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology,fifth edition. E-book :The McGraw-Hill Companies. 2007. p. 182-1853. Budimulja U. Mikosis. In Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005. p. 89-105.4. Cohan J, Opal S, Powderly W. Superficial Fungal Infections. In Copal J, editor. Infectious Diseases. Philadelphia: Elsevier; 2010. p. 148-154.5. Eirini M, Fuller C. Tinea Pedis and Skin Dermatophytosis. In Fuller C. Treatment of the Skin Diseases. Philadelphia: ELsevier; 2014. p. 756-758.6. National Institute of Health. Medline. [Online].; 2010 [cited 2014 9 14. Available from: www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a697038.html.7. Burkhart, Craig G. and Lorie G. 2010. Tinea Versicolor. http://emedicine.medscape.com/article/1091575. Diakses tanggal 7 Maret 2015.8. Nasution, M.A. 2005.Mikologi dan Mikologi kedokteran, Beberapa Pandangan Dermatologis, Pidato jabatan pengukuhan guru besar tetap USU. Medan.

11