bab i terapi komplementer keluarga

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu masalah yang sangat serius sekarang ini, baik di negara maju maupun di negara berkembang karena angka kejadiannya yang terus meningkat. Penyakit ini sering diderita oleh orang dewasa yang terdapat dalam keluarga yang berkaitan dengan gaya hidup yang tidak sehat. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang dapat menyebabkan komplikasi pada berbagai sistem tubuh yang bisa menyebabkan pasien stres dan berakibat buruk terhadap kesehatannya. Untuk itu diperlukan terapi untuk mengatasi stress tersebut dengan cara pengobatan terapi komplementer. Pengobatan komplementer adalah pengobatan yang dilakukan untuk melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan Indonesia. Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Salah satu pengobatan komplementer adalah terapi relaksasi progresif. Terapi relaksasi sendiri merupakan suatu bentuk teknik yang melibatkan pergerakan anggota badan 1

Upload: maria-stevanie-sitinjak

Post on 26-Dec-2015

411 views

Category:

Documents


60 download

DESCRIPTION

keperawatan keluarga

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Terapi Komplementer Keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan suatu masalah yang sangat serius sekarang ini,

baik di negara maju maupun di negara berkembang karena angka kejadiannya

yang terus meningkat. Penyakit ini sering diderita oleh orang dewasa yang

terdapat dalam keluarga yang berkaitan dengan gaya hidup yang tidak sehat.

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang dapat menyebabkan

komplikasi pada berbagai sistem tubuh yang bisa menyebabkan pasien stres dan

berakibat buruk terhadap kesehatannya. Untuk itu diperlukan terapi untuk

mengatasi stress tersebut dengan cara pengobatan terapi komplementer.

Pengobatan komplementer adalah pengobatan yang dilakukan untuk

melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak

bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan Indonesia. Standar praktek

pengobatan komplementer telah diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia. Salah satu pengobatan komplementer adalah terapi relaksasi

progresif.

Terapi relaksasi sendiri merupakan suatu bentuk teknik yang melibatkan

pergerakan anggota badan dan bisa dilakukan dimana saja (Potter & Perry, 2005).

Terapi relaksasi merupakan terapi non farmakologis yang termurah sampai saat

ini, selain mudah juga tidak ditemukan efek sampingnya. Metode relaksasi terdiri

dari beberapa macam diantaranya adalah relaksasi otot progresif (progressive

muscle relaxation), pernapasan diafragma, imaginary training, biofeedback, dan

hipnosis.

Relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik untuk mengurangi

ketegangan otot dengan proses yang simpel dan sistematis dalam menegangkan

sekelompok otot kemudian merelakskannya kembali. Relaksasi otot progressif ini

menurut penelitian sangat berpengaruh terhadap diabetes mellitus karena dapat

mengatas stress dan menurunkan kadar gula darah.

1

Page 2: BAB I Terapi Komplementer Keluarga

Keluarga merupakan salah satu sasaran dari terapi relaksasi otot progressif

ini, karena keluarga merupakan satu kesatuan individu yang hidup bersama dan

mempunyai masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan keluarga adalah

bila salah satu anggota keluarga mengalami penyakit diabetes mellitus. Oleh

karena itu sangat penting sekali bagi keluarga untuk mengetahui dan memahami

penyakit diabetes mellitus dan terapi relaksasi otot progressif. Sebagai perawat,

sangat diperlukan peran sertanya dalam suatu keluarga yaitu memberi

penyuluhan berupa pengetahuan dan ketrampilan tentang terapi relaksasi otot

progressif ini.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui terapi relaksasi otot progressif bagi penderita diabetes

mellitus di dalam keluarga

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian terapi komplementer.

b. Untuk mengetahui pengertian terapi relaksasi otot progressif.

c. Untuk mengetahui tujuan terapi relaksasi otot progressif.

d. Untuk mengetahui mekanisme relaksasi otot progressif.

e. Untuk mengetahui prosedur terapi relaksasi otot progressif.

f. Untuk mengetahui manfaat terapi relaksasi otot progressif.

2

Page 3: BAB I Terapi Komplementer Keluarga

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi Komplementer

Terapi komplementer adalah berasal dari kata terapi yang berarti usaha untuk

memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, sedangkan komplementer berarti

bersifat melengkapi atau menyempurnakan (menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia). Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi

pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan

dengan nilai dan hukum di Indonesia. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan

definisi pengobatan Komplementer tradisional – alternative adalah pengobatan

non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang

diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan

efektifitas yang tinggi (Purwanto.B, 2013).

Ruang lingkup tindakan komplementer yang berlandaskan ilmu pengetahuan

biomedik dan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan adalah :

a. Intervensi tubuh dan pikiran (Mind and Body Intervension)

b. Sistem pelayanan pengobatan alternative ( Alternative systems of medical

practice).

c. Cara penyembuhan manual ( Manual healing methods).

d. Pengetahuan farmakologi dan biologi

B. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara

normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati

dari makanan yang dikonsumsi. Insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi

pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi

3

Page 4: BAB I Terapi Komplementer Keluarga

dan penyimpanannya. Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap

insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi

insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dalam jangka panjang

dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis ( penyakit ginjal dan

mata) dan makrovaskuler berupa infark miokard, stroke dan penyakit vascular

perifer (Smeltzer & Bare, 2001)

Ada beberapa tipe diabetes mellitus yang berbeda, klasifikasi diabetes yang

utama adalah : Tipe I ( diabetes mellitus tergantung insulin / IDDM) dan Tipe II

( diabetes mellitus tidak tergantung insulin / NIDDM).

C. Pengertian Terapi Relaksasi Otot Progressif

Terapi relaksasi otot progressif adalah suatu gerakan mengencangkan dan

melemaskan otot – otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu untuk

memberikan relaksasi secara fisik. Gerakan mengencangkan dan melemaskan

otot secara progressif ini dilakukan secara berturut – turut ( Synder & Lindquist,

2002). Sedangkan menurut Herodes (2010) dalam Setyoadi & Kushariyadi

(2011) menyebutkan terapi relaksasi otot progressif adalah teknik relaksasi otot

dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan atau sugesti.

Relaksasi merupakan salah satu bentuk mind-body therapy dalam terapi

komplementer dan alternatife. Terapi relaksasi otot progessif merupakan salah

satu intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada pasien untuk

meningkatkan relaksasi dan kemampuan pengelolaan diri. Latihan ini dapat

membantu mengurangi ketegangan otot, stress, menurunkan tekanan darah,

meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari – hari, meningkatkan imunitas

sehingga status fungsional dan kualitas hidup meningkat (Smeltzer & Bare,

2001).

4

Page 5: BAB I Terapi Komplementer Keluarga

D. Patofisiologi dan Hubungan Terapi Relaksasi Otot Progressif dan

Diabetes Mellitus

Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak dibelakang

lambung. Didalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk peta pulau

sehingga disebut pulau – pulau langerhans pankreas. Pulau langerhans berisi

sel alpha yang menghasilkan hormone glukagon dan sel beta yang

menghasilkan insulin. Kedua hormone ini bekerja berlawanan, glucagon

meningkatkan glukosa darah sedangkan insulin bekerja menurunkan kadar

glukosa darah (Price & Wilson, 2006).

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang dapat menyebabkan

komplikasi pada berbagai sistem tubuh dan hanya dapat dikontrol kadar

glukosa darahnya, tetapi tidak dapat disembuhkan. Hal ini membuat seseorang

stres dan berakibat buruk terhadap kesehatannya karena adanya

hiperglikemia.tres yang menetap menimbulkan respon berupa aktivasi sistem

simpatis dan peningkatan kortisol. Kortisol ini akan meningkatkan konversi

asam amino, laktat dan piruvat di hati menjadi glukosa melalui proses

glukoneogenesis dngan demikian stress akan meningkatkan kadar gula darah.

Hal ini juga dipengaruhi oleh gaya hidup penderita diabetes seperti pola

makan, latihan dan penggunaan obat – obatan. Adanya kelainan mekanisme

dasar yaitu terdapatnya faktor genetik, resistensi insulin dn insufisiensi sel beta

pankreas, maka diperlukan cara – cara untuk memperbaikinya dengan cara

pengelolaan nonfarmakologis yang salah satunya adalah latihan relaksasi

( Waspadji, 2009).

Pada saat stres ,hormone -hormon seperti epinefrin, kortisol, glucagon,

ACTH, kortikosteroid dan tiroid akan meningkat yang menyebabkan

peningkatan kadar glukosa dalam darah. Selain itu stress fisik maupun

emosional mengaktifkan sistem saraf simpatis melalui hipotalamus pituitary

adrenal. Dimana terjadi respon umpan balik yang tertutup antara otot – otot

dan pikiran. Penilaian terhadap stressor mengakibatkan ketegangan otot yang

mengirimkan stimulus ke otak dan membuat jalur umpan balik. Relaksasi otot

progressif akan menghambat jalur tersebut dengan cara mengaktivasi kerja 5

Page 6: BAB I Terapi Komplementer Keluarga

syaraf pasimpatis dan memanipulasi hipotalamus melalui pemusatan pikiran

untuk memperkuat sikap positif sehingga rangsangan stress terhadap

hipotalamus berkurang.

E. Patoflow

Sumber : Kombinasi Smeltzer SC & Bare BG ( 2001), Black & H ( 2009)6

Diabetes Mellitus

Ambilan Glukosa oleh sel

Kadar Glukosa Darah

Komplikasi Akut

- Hiperglikemi- Hipoglikemi- Ketoasidosis

Komplikasi Kronis

- Makrovaskuler ( PJK,gangren, Stroke)

- Mikrovaskuler ( Retinopati, neuropati, Nefrofpati)

Stres dan kecemasan

Terapi relaksasi otot Progressif

Keseimbangan Tubuh Homeostasis TD Normal

Hemodinamik stabil

Kadar Glukosa Darah Normal

Page 7: BAB I Terapi Komplementer Keluarga

F. Manfaat Terapi Relaksasi Otot Progressif

1. Meningkatkan ketrampilan dasar relaksasi.

2. Mengurangi ketegangan otot dan syaraf.

3. Mengurangi tingkat kecemasan klien.

4. Bermanfaat untuk penderita gangguan tidur (Imsonia) serta meningkatkan

kualitas tidur.

5. Mengurangi stress dan depresi .

6. Menghilangkan kelelahan.

7. Menghilangkan spasme otot, nyeri leher dan punggung.

8. Bermanfaat bagi penderita tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.

G. Persiapan Alat

1. Tempat tidur atau kursi yang memiliki sandaran kaki dan bahu.

2. Tissue atau handuk kecil (Bila diperlukan).

H. Prosedur pelaksanaan

1. Tahap pra interaksi

a.Mengecek program terapi.

b.Mencuci tangan.

c.Menyiapkan alat.

2. Tahap orientasi

a.Memberikan salam dan sapa nama klien.

b.Menjelaskan tujuan dan prosedur.

c.Menanyakan persetujuan/kesiapan klien.

3.Tahap kerja

a. Bina hubungan saling percaya.

b. Klien dalam posisi berbaring atau duduk dikursi dengan kepala ditopang.

c. Anjurkan klien untuk mencari posisi yang nyaman dan ciptakan lingkungan

yang nyaman.

7

Page 8: BAB I Terapi Komplementer Keluarga

d. Membimbing klien untuk melakukan teknik relaksasi (prosedur diulang

paling tidak satu kali), jika area tetap tegang dapat diulang lima kali dengan

melihat respon klien .

4. Prosedur

Gerakan 1 : ditujukan untuk melatih otot tangan.

a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan

b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang

terjadi.

c. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks selama

10 detik.

d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat

membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang

dialami.

e. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.

Gerakan 2 : ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang

Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di

tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari – jari menghadap

ke langit – langit.

Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada atas pangkal

lengan).

a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.

b. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan

menjadi tegang.

Gerakan 4 : ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.

a. Angkat kedua bahu setinggi – tingginya seakan akan hingga menyentuh

kedua telinga.

b. Fokuskan perhatian pada gerakan kontras ketegangan yang terjadi di bahu,

8

Page 9: BAB I Terapi Komplementer Keluarga

punggung atas dan leher.

Gerakan 5 dan 6 : ditujukan untuk melemaskan otot – otot wajah (seperti otot

mata , rahang dan mulut)

a. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot

terasa dan kulitnya keriput.

b. Tutup mata keras – keras sehingga dapat dirasakan ketegangan disekitar

mata dan otot –otot yang mengendalikan gerakan mata.

Gerakan 7 : ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh

otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi

ketegangan di sekitar otot rahang.

Gerakan 8 : ditujukan untuk mengendurkan otot – otot sekitar mulut. Bibir

dimoncongkan sekuat – kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar

mulut.

Gerakan 9 : ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun

belakang.

a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot

leher bagian depan.

b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.

c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga

dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.

Gerakan 10 : ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan

a. Gerakan membawa kepala ke muka.

b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan didaerah

leher bagian muka.

Gerakan 11 : ditujukan untuk melatih otot punggung

a. Angkat tubuh dari sandaran kursi.

9

Page 10: BAB I Terapi Komplementer Keluarga

b. Punggung dilengkungkan.

c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks

d. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot

menjadi lemas.

Gerakan 12 : ditujukan untuk melemaskan otot dada

a. Tarik nafas panjang untuk mengisi paru – paru dengan udara sebanyak –

banyaknya.

b. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada

sampai turun ke perut, kemudian dilepas.

c. Saat ketegangan dilepas, lakukan nafas normal dengan lega.

d. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang

dan relaks.

Gerakan 13 : ditujukan untuk melatih otot perut

a. Tarik dengan kuat perut ke dalam

b. tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu dilepaskan

bebas.

c. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut ini.

Gerakan 14 – 15 : ditujukan untuk melatih otot otot kaki ( seperti paha dan

betis)

a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.

b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan

pindah ke otot betis.

c. Tahan posisi selama 10 detik, lalu dilepas.

d. Ulangi setiap gerakan masing masing dua kali.

I.Tahap terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan.

2. Mengakhiri pertemuan dengan klien.

3.Membereskan alat alat.

10

Page 11: BAB I Terapi Komplementer Keluarga

4. Mencuci tangan.

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

J. Hal yang harus diperhatikan

1. Selama melakukan teknik relaksasi catat respon non verbal klien.

2. Segera hentikan latihan apabila klien menjadi agitasi atau tidak nyaman.

3. Apabila klien terlihat kesulitan untuk relaksasi, perawat dapat

memperlambat kecepatan latihan.

4. Dokumentasikan dalam catatan perawat: respon klien terhadap teknik

relaksasi dan perubahan tingkat kenyamanan klien.

11

Page 12: BAB I Terapi Komplementer Keluarga

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan. Teknik ini dapat digunakan oleh keluarga tanpa

bantuan terapis dan mereka dapat menggunakannya untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-hari di rumah. Manfaat dari

relaksasi otot progresif ini sendiri adalah untuk mengatasi berbagai macam

permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan, insomnia, dan juga dapat

membangun emosi positif dari emosi negatif.

Pada penderita diabetes mellitus terapi relaksasi otot progressif sangat

efektif karena dapat mengatasi stres dan menurunkan kadar gula dalam darah.

Oleh sebab itu sangat diperlukan peran serta perawat dalam keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan berpa diabetes berupa penyuluhan

pengetahuan dan ketrampilan tentang terapi ini.

B. Saran

Bagi para pembaca makalah ini, saya selaku penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang dapat digunakan sebagai masukan untuk perbaikan

makalah ini kedepannya serta dapat mencapai kesempurnaan sesuai dengan

apa yang diinginkan.

12

Page 13: BAB I Terapi Komplementer Keluarga

Pertanyaan Tentang Relaksasi Otot Progressif :

1. Berapa kali relaksasi otot progressif sebaiknya dilakukan pada pasien diabetes

mellitus dan bagaimana pengukurannya ?

Jawaban:

Diabetes mellitus adalah penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan, tapi

dapat dikontrol atau dikendalikan. Terapi relaksasi otot progressif pada pasien

diabetes mellitus sangat baik dilakukan selama pasien menderita hal ini .

Relaksasi otot progressif dilakukan 2x sehari selama 15 menit dan

pengukurannya dengan mengecek kadar glukosa darah atau BSS . Terapi ini

tidak boleh dilakukan ketika hipoglikemi (kadar BSS turun) ataupun langsung

sehabis makan, lebih baik dilakukan pagi dan sore hari.

2. Bagaimana Patofisiologi terapi relaksasi otot progressif bisa menurunkan kadar

gula darah pasien diabetes mellitus ?

Jawaban :

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang dapat menyebabkan

komplikasi pada berbagai sistem tubuh dan hanya dapat dikontrol kadar

glukosa darahnya, tetapi tidak dapat disembuhkan. Hal ini membuat pasien

stres dan berakibat buruk terhadap kesehatannya karena kadar glukosa menjadi

tinggi. Oleh karena itu perlu diberi terapi relaksasi selain terapi obat. Pada saat

stres ,hormone -hormon seperti epinefrin, kortisol, glucagon, ACTH,

kortikosteroid dan tiroid akan meningkat yang menyebabkan peningkatan

kadar glukosa dalam darah. Selain itu stress fisik maupun emosional

mengaktifkan sistem saraf simpatis melalui hipotalamus pituitary adrenal.

Dimana terjadi respon umpan balik yang tertutup antara otot – otot dan

pikiran. Penilaian terhadap stressor mengakibatkan ketegangan otot yang

mengirimkan stimulus ke otak dan membuat jalur umpan balik. Relaksasi otot

progressif akan menghambat jalur tersebut dengan cara mengaktivasi kerja

syaraf pasimpatis dan memanipulasi hipotalamus melalui pemusatan pikiran

13

Page 14: BAB I Terapi Komplementer Keluarga

untuk memperkuat sikap positif sehingga rangsangan stress terhadap

hipotalamus berkurang.

14