pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap …eprints.ums.ac.id/86219/6/naskah...

14
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA PENDERITA HIPERTENSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : MICHO FAJAR PRATAMA J 210 160 120 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK

    TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA

    PENDERITA PENDERITA HIPERTENSI

    Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I

    Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

    Oleh :

    MICHO FAJAR PRATAMA

    J 210 160 120

    PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2020

  • i

    HALAMAN PERSETUJUAN

    PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK

    KLASIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH

    PADA PENDERITA HIPERTENSI

    PUBLIKASI ILMIAH

    oleh:

    MICHO FAJAR PRATAMA

    J210160120

    Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

    Dosen Pembimbing

    Ns. Dian Hudiyawati, S.Kep.,M.Kep.

    NIK/NIDN : 1775/06.2411.8605

  • ii

    KLASIK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT

    KECEMASAN PENDERITA HIPERTENSI

    OLEH

    MICHO FAJAR PRATAMA

    J210160120

    Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

    Fakultas Ilmu Kesehatan

    Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Pada hari Selasa, 30 Juni 2020

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Dewan Penguji:

    1. Ns. Dian Hudiyawati, S.Kep.,M.Kep. (.…………...)

    (Ketua Dewan Penguji)

    2. Arum Pratiwi, S.Kp.,M.Kes.,Ph.D (.…………...)

    (Anggota I Dewan Penguji)

    3. Irdawati, S.Kep., Ns., M.Si.Med (.…………...)

    (Anggota II Dewan Penguji)

    Dekan,

    Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes

    PERNYATAAN

    PERNYATAAN

  • iii

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak

    terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

    suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

    karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali

    secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di

    atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

    Surakarta, 13 Maret 2020

    Penulis

    MICHO FAJAR PRATAMA

    J210160120

  • 1

    PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP

    PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

    Abstrak

    Latar belakang : Hipertensi adalah penyakit yang sering diderita oleh semua

    orang, hipertensi sendiri kadang memiliki gejala yang tidak diketahui oleh

    penderita. Tujuan : Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

    pengaruh terapi musik klasik terhadap perubahan tekanan darah pada penderita

    hipertensi. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan

    desain penelitian (Quasy eksperiment) pre and post test, analisa data yang

    digunakan adalah uji Wicoxon. Sampel pada penelitian ini diambil menggunakan

    teknik purposive sampling, responden merupakan para penderita hipertensi di

    desa Lengking sebanyak 81 responden. Instrumen dalam penelitian ini

    menggunakan tensimeter, dan musik klasik. Teknik pengolahan data

    menggunakan uji univariat dan bivariat Hasil : penderita hipertensi paling banyak

    diderita oleh responden yang berusia 56-65 tahun, dengan penderita paling banyak

    diderita oleh perempuan, rata-rata responden tingkat pendidikanya SD, responden

    lebih banyak yang tidak bekerja, sebagian besar responden tidak memiliki riwayat

    merokok. Sebelum dan sesudah dilakukan terapi terdapat perubahan tekanan

    darah dengan nilai p-value sebesar 0,000. Diharapkan pelayanan kesehatan dapat

    memberikan informasi dan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat,

    khususnya mereka yang belum atau kurang pahan tentang hipertensi.

    Kata kunci : Hipertansi, Terapi Musik Klasik

    Abstrak

    Background: Hypertension is a disease that is often suffered by everyone,

    hypertension itself sometimes has symptoms that are not known by sufferers.

    Objective: The purpose of this study aims to determine how the influence of

    classical music therapy on changes in blood pressure in people with hypertension.

    Methods: This study used a quantitative method with a pre-post test research

    design (Quasy experiment), the data analysis used was the Wicoxon test. The

    sample in this study was taken using a purposive sampling technique, respondents

    were hypertension sufferers in Lengking village with 81 respondents. The

    instruments in this study used tensimeter, and classical music. Data processing

    techniques using univariate and bivariate tests Results: hypertension sufferers

    mostly suffered by respondents aged 56-65 years, with sufferers mostly suffered

    by women, the average respondents were elementary school level, more

    respondents were not working, most respondents no history of smoking. Before

    and after therapy there is a change in blood pressure with a p-value of 0,000. It is

    expected that health services can provide maximum information and services to

    community, especially those who do not or do not understand hypertension.

    Keywords: Hypertension, Classical Music Therapy

  • 2

    1. PENDAHULUAN

    Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian

    di dunia. Sebanyak 9,4 juta orang meninggal setiap tahunnya, dan terdapat

    lebih dari 1 miliar orang mempunyai tekanan darah tinggi, 40% diantaranya

    pada usia 25 tahun keatas. Pada tahun 2013 25,8% orang Indonesia mengidap

    hipertensi. (Astuti dkk., 2019).

    Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 sebanyak 1,3 miliar

    orang didunia menderita hipertensi. Artinya 1 dari 3 orang didunia. Jumlah

    orang yang mengidap hipertensi pada setiap tahunya meningkat, diperkirakan

    pada tahun 2025 akan ada sekitar 1,5 miliar orang akan mengidap hipertensi.

    Berdasarkan riset kesehatan dasar (RISKESDAS) pada tahun 2018 angka

    kejadian hipertensi di Indonesia yang terjadi pada usia ≥ 18 tahun sebesar

    34,1% tertinggi pada provinsi Kalimantan Selatan dengan angka kejadian

    (44,1%), sedangkan angka kejadian terendah terjadi di provinsi Papua sebesar

    (22,2%). Provinsi Jawa Tengah sendiri jumlah penderita hipertensi pada tahun

    2017 menunjukan 35,53% orang menderita hipertensi,dengan presentasi laki-

    laki lebih besar yaitu sebanyak 13,16% sedangkan wanita sebanyak 13,10%.

    Hipertensi yang terjadi pada usia 31-44 tahun (31,6%), usia 45-54 tahun

    (45,3%), usia 55-64 tahun (55,2%). Angka kejadian di Sukoharjo Kecamatan

    Bulu sebesar 25,62%. Dari angka kejadian tersebut sebanyak 34,1% diketahui

    bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% lainya terdiagnosis

    hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal tersebut

    menunjukan bahwa para penderita hipertensi tidak menyadari bahwa mereka

    menderita hipertensi dan akhirnya tidak mendapatkan pengobatan (Riskesdas,

    2018).

    Pengobatan hipertensi sendiri bisa dilakukan dengan dua cara, yang

    pertama yaitu pengobatan farmakologi dan pengobatan non-farmakologi.

    Dengan pengobatan farmakologi penderita dapat menggunakan obat-obatan

    antihipertensi, pengobatan secara farmakologis selain mempunyai efek positif

    juga mempunyai efek negatif. Salah satu efek negatif yang muncul adalah,

  • 3

    rebound hypertension yaitu dimana kondisi tekanan darah mengalami

    peningkatan apabila konsumsi obat berhenti (Nidahyah dkk., 2015).

    Selain itu terdapat juga pengobatan non farmakologi yang menggunakan

    terapi komplementer, ada banyak macam terapi komplementer untuk

    menutunkan tekanan darah. Beberapa contohnya adalah Penelitian yang

    dilakukan Hudiyawati dkk., (2018) didapatkan hasil terdapat perbedaan antara

    sebelum dan sesudah dilakukan terapi yoga pada penderita hipertensi dan

    hasilya adalah positif, yaitu terdapat perbedaan skor rata-rata kualitas hidup

    pada kelompok yang diberikan terapi yoga.

    Salah satu terapi komplementer yang bisa digunakan adalah terapi musik

    klasik. Musik klasik adalah sebuah bunyi-bunyian, suara melodi, ritme, dan

    harmoni yang dapat membangkitkan emosi dan dapat membuat perasaan

    menjadi bahagia. Mengurangi bahkan menghilangkan stres, mengiringi proses

    belajar, dan mengurangi rasa nyeri (Mahatidanar & Nisa, 2017).

    Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 02 Oktober

    2019 di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, diperoleh data hipertensi

    dengan jumlah terbanyak berada di Puskesmas Bulu sebanyak 25,62%, kedua

    Puskesmas Baki sebesar 9,12%. Berdasarkan data yang diperoleh dari

    Puskesmas Bulu dari bulan Agustus 2018 hingga Agustus 2019, diperoleh

    angka hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Bulu pada tahun 2019 yaitu

    sebesar 981 jiwa.

    Berdasarkan data yang ditampilkan diatas peneliti akan melakukan

    penelitian di wilayah kerja Puskesmas Bulu tentang pengaruh terapi relaksasi

    musik klasik, karena musik banyak disukai orang, dan mudah dilakukan secara

    mandiri. Maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul

    “Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Perubahan Tekanan

    Darah Pada Penderita Hipertensi”.

    Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

    pemberian terapi relaksasi musik klasik terhadap perubahan tekanan darah

    pada penderita hipertensi.

  • 4

    2. METODE

    Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian pre

    eksperimen pre and post test tes dilakukan sebelum diberi perlakuan dan

    sesudah diberi perlakuan, dalam penelitian ini tidak ada kelompok pembanding

    atau kelompok kontrol.analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji

    Wilcoxon. Perlakuan diberikan sebanyak 2 kali dalam 2 minggu masing-masing

    perlakuan diberikan pada tanggal 15 Desember dan 22 Desember 2019. Sampel

    pada penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling, sampel

    yang dibutuhkan sebanyak 81 responden. Instrumen dalam penelitian ini

    menggunakan tensimeter, dan musik klasik. Teknik pengolahan data

    menggunakan uji univariat dan bivariat

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Karakteristik Reponden

    Tabel 1. Karakteristik responden

    Komponen Frekuensi Persentase (%)

    Umur

    17-35 tahun

    36-45 tahun

    46-55 tahun

    56-65 tahun

    5

    17

    20

    39

    6,1

    21

    24,7

    48,1

    Tingkat Pendidikan

    SD

    SMP

    SMK/SMA

    Perguruan Tinggi

    44

    16

    14

    7

    54,3

    19,8

    17,3

    8,6

    Jenis Kelamin

    Laki-laki

    Perempuan

    26

    55

    32,1

    67,9

    Pekerjaan

    Bekerja

    Tidak bekerja

    38

    43

    46,9

    53,1

    Riwayat merokok

    Tidak merokok

    Sudah berhenti

    Masih merokok

    57

    6

    18

    70,4

    7,4

    22,2

  • 5

    Data hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa penderita

    hipertensi paling banyak diderita oleh responden yang berusia 56-65 tahun

    dengan jumlah 42 orang (51,9%) usia 17-35 tahun sebanyak 5 orang (6,1%)

    usia 26-35 tahun 4 orang (4,9%) usia 36-45 dan 46-55 tahun masing-masing

    sebanyak 17 orang (21%). Data hasil analisis diatas juga didapatkan hasil

    tingkat pendidikan terbanyak adalah SD dengan jumlah 44 orang (54,3%),

    dan yang paling sedikit adalah Perguruan Tinggi dengan jumlah 7 orang

    (8,6%) sianya adalah mereka yang berpendidikan SMP sebanyak 16 orang

    (19,8%) serta SMK/SMA sebanyak 14 orang (17,3%).

    Data hasil analisis tabel diatas didapatkan hasil bahwa perempuan

    paling banyak menderita hipertensi dengan jumlah 55 responden (67,9%),

    dan laki-laki dengan jumlah 26 responden (32,1%). Data hasil analisis tabel

    diatas juga didapatkan hasil bahwa sebanyak 38 responden (46,9%) bekerja

    dan sisanya sebanyak 43 responden (53,1%) tidak bekerja. Dari hasil analisis

    tabel diatas didapatkan hasil responden memiliki riwayat merokok yang

    berbeda-beda 57 orang (70,4%) tidak merokok, 6 orang (7,4%) sudah

    berhenti merokok, dan 18 orang (22,2%) masih merokok.

    3.2 Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi

    Tabel 2. Perbandingan Terapi

    Klasifikasi tekanan darah Frekuensi Persentase (%)

    Tekanan darah sebelum

    Hipertensi derajat 2

    Urgency

    72

    9

    88,9

    11,1

    Tekanan darah sesudah

    Hipertensi derajat 1

    Hipertensi derajat 2

    Urgency

    32

    44

    5

    39,5

    54,3

    6,2

    Berdasarkan tabel diatas pada tanggal 15 didapatkan hasil tekanan

    darah responden paling banyak responden mengalami hipertensi derajat 2,

    dengan jumlah 72 responden (88,9%) sisanya menderita hipertensi urgency

    sebanyak 9 responden (11,1%). Setelah diberikan terapi musik klasik pada

    pengukuran tekanan darah pada tanggal 22 didapatkan hasil, pada tekanan

    responden paling banyak menderita hipertensi derajat 2 dengan jumlah

  • 6

    responden sebanyak 44 responden (54,3%) sisanya mengalami hipertensi

    derajat 1 sebanyak 32 responden (39,5%) dan hipertensi urgency sebanyak 5

    responden (6,2%).

    Rata-rata tekanan darah responden sebelum dilakukan terapi relaksasi

    musik klasik untuk tekanan darah sistoliknya sebesar 153,70 mmHg, untuk

    rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan terapi relaksasi musik

    klasik sebesar 92,10 mmHg. Hipertensi yang diderita responden bisa saja

    disebabkan oleh beberapa faktor seperti konsumsi garam yang berlebih,

    konsumsi gula berlebih, atau makanan lainya yang dapat memicu

    bertambahnya tekanan darah. Faktor lain bisa jadi karena kurangngnya

    aktivitas fisik yang cukup dan gaya hidup yang tidak sehat. Pada saat sebelum

    dilakukan terapi musik klasik para responden cenderung bertanya penyebab

    kenapa tekanan darahnya bisa tinggi, dan juga menanyakan faktor apa saja

    yang dapat mempengaruhi tekanan darah sehingga bisa terjadi hipertensi.

    Rata-rata tekanan darah responden setelah dilakukan terapi relaksasi

    musik klasik untuk tekanan darah sistoliknya sebesar 144,32 mmHg, untuk

    rata-rata tekanan darah diastolik setelah dilakukan terapi relaksasi musik

    klasik sebesar 90,74 mmHg. Dari hasil setelah diberikanya terapi musik

    klasik dan ada beberapa responden mengalami penurunan tekanan darah

    banyak responden yang merasa senang karena tekanan darahnya berkurang,

    dan kebanyakan dari mereka mengatakan setelah diberikanya terapi relaksasi

    musik klasik tubuhnya merasa lebih rileks dan tenang itu pertanya mereka

    dapat mengikuti instruksi dengan benar.

    Penelitian yang dilakukan oleh (Soesanto, 2018) rata-rata tekanan

    darah sistolik sebelum diberikan terapi musik adalah 161 mmHg yang mana

    tekanan darah tersebut masuk kedalam kategori hipertensi derajat 2, untuk

    tekanan diastolik rata-rata sebelum diberikan terapi musik adalah sebesar 92

    mmHg dan juga termasuk kedalam kategori hipertensi derajat 2. Dalam

    penelitian lain yang dilakukan oleh (Hidayat, Nahariani, & Mubarrok, 2016)

    dengan judul pengaruh terapi musik klasik jawa terhadap penurunan tekanan

    darah pada lansia hipertensi di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto

  • 7

    tekana darah sistolik rata-rata responden sebelum di berikan terapi msik

    klasik jawa adalah 153 mmHg yang mana itu termasuk kedalam hipertensi

    derajat 2 dan tekanan darah diastolik rata-rata sebesar 101 mmHg yang juga

    termasuk kedalam hipertensi derajat 2.

    Penelitian yang dilakukan oleh (Sahrir, 2019) setelah diberikanya

    terapi instrumental tekanan darah responden mengalami penurunan berkisar

    100-140 mmHg sebanyak 9 responden dengan persentase 90% dan tekanan

    lebih dari 140 mmHg hanya 1 orang dengan persentase 10% hal tersebut

    menunjukan bahwa ada penurunan tekanan darah setelah diberikanya terapi.

    Penelitian lain yang dilakukan oleh (Asmaravan, Munawaroh, & Nasriati,

    2017) dari 18 responden didapatkan hasil bahwa sebagian besar dari

    responden yaitu sebanyak 9 responden (55%) tekanan darah menjadi normal

    setelah diberikanya terapi musik.

    3.3 Rata-Rata Tekanan Darah Sebelum Diberikan Terapi

    Tabel 3. Central Tendency Sebelum Terapi

    Tekanan

    Darah

    Mean Median Modus SD Min Max

    Sistolik 153,70 150,00 140 15,284 140 200

    Diastolik 92,10 90,00 90 6,465 80 110

    Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tekanan darah rata-

    rata responden penderita hipertensi pada tekanan darah sistolik sebesar

    153,70 mmHg. Sedangkan tekanan darah rata-rata responden penderita

    hipertensi pada tekanan darah diastolik adalah sebesar 92,10 mmHg.

    3.4 Rata-Rata Tekanan Darah Setelah Diberikan Terapi

    Tabel 4. Central Tendency Setelah Terapi

    Tekanan

    Darah

    Mean Median Modus SD Min Max

    Sistolik 144,32 140,00 130 15,964 130 190

    Diastolik 90,74 90,00 90 5,652 80 100

    Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tekanan darah rata-

    rata responden penderita hipertensi pada tekanan darah sistolik sebesar

    144,32 mmHg. Sedangkan tekanan darah rata-rata responden penderita

    hipertensi pada tekanan darah diastolik adalah sebesar 90,74 mmHg.

  • 8

    Sebelum diberikan terapi relaksasi musik klasik rata-rata tekanan

    darah sistolik responden penderita hipertensi adalah 153,70 mmHg,

    sedangkan pada rata-rata tekanan darah diastolik responden adalah sebesar

    92,10 mmHg. Setelah diberikan terapi relaksasi musik klasik rata-rata tekanan

    darah sistolik responden sebesar 144,32 mmHg, sedangkan untuk rata-rata

    tekanan darah diastolik responden setelah diberikan terapi relaksasi musik

    klasik adalah sebesar 90,74 mmHg. Berdasarkan hasil sebelum dan sesudah

    dilakukan terapi relaksasi musik klasik diketahui terdapat perubahan yaitu

    dengan terjadi penurunan pada tekanan sistolik maupun diastolik, pada

    tekanan sistolik terjadi rata-rata penurunan sebesar 9,38 mmHg dan pada

    tekanan darah diastolik terjadi rata-rata penurunan sebesar 1,36 mmHg. Hal

    tersebut dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi musik

    terhadap perubahan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada responden

    dengan hipertensi.

    Penelitian yang dilakukan oleh Ayuningsih, et al (2019) didapatkan

    hasil ada pengaruh pemberian terapi musik (Mozart) terhadap penurunan

    tekanan darah di posyandu lansia Desa Waleng dengan nilai 0,000 kurang

    dari 0,05. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Asmaravan et al.,

    2017) didapatkan hasil bahwa ada pengaruh pemberian terapi musik klasik

    terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Dusun 4, Desa

    Demangan, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo.

    Pengaruh terapi musik dapat mempengaruhi tekanan darah juga

    dijelaskan oleh (Mulyati & Sudirman, 2017) terapi musik mempunyai tujuan

    untuk menurunkan stres dan membuat tubuh menjadi rileks. Secara fisiologis

    efek dari relaksasi musik nantinya akan membuat mekanisme hipotalamik-

    pituitari dan sistem adrenal. Tubuh ketika mendapat rangsangan atau

    mendengar dengan ritme meditative, tubuh akan terjadi stimulasi yang akan

    mengakibatkan penurunan corticotropin releasing hormone (CTRH) di

    bagian hipotalamus, dengan kondisi tersebut akan menyebabkan juga

    menurunya adenocorticotropin hormone (ACTH) pada bagian pituitary

    anterior sampai akhirnya terjadi penurunan kortisol dalam darah. Menurunya

  • 9

    kortisol tersebut akan menyebabkan juga menurunya tekana darah, frekuensi

    pernapasan dan vasodilatasi, karena terjadi penurunan kontraktilitas jantung

    dan resistensi pembuluh darah.

    4. PENUTUP

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sebelum diberikan terapi musik

    klasik penderita hipertensi paling banyak menderita hipertensi derajat 2,

    sesudah diberikan terapi musik klasik penderita hipertensi paling banyak juga

    menderita hipertensi derajat 2 namun jumlahnya mengalami penurunan. Rata-

    rata tekanan darah sistolik penderita hipertensi sebelum diberikan terapi musik

    klasik sebesar 153,70 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 92,10 mmHg, rata-

    rata tekanan darah sistolik sesudah diberikan terapi musik klasik sebesar

    144,32 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 90,74 mmHg.

    Hasil dari analisa data menunjukan bahwa terdapat pengaruh pemberian

    terapi musik klasik terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi

    dengan nilai p-value sebesar 0,000.

    DAFTAR PUSTAKA

    Asmaravan, B. A., Munawaroh, S., & Nasriati, R. (2017). Pengaruh Terapi Musik

    Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.

    Repository Muhammadiyah University of Ponorogo, 25–37.

    Astuti, N. F., Rekawati, E., & Wati, D. N. K. (2019). Decreased blood pressure

    among community dwelling older adults following progressive muscle

    relaxation and music therapy (RESIK). BMC Nursing, 18(Suppl 1), 36.

    https://doi.org/10.1186/s12912-019-0357-8

    Ayuningsih, R., Fajarini, Y. I., & Hermawati, E. (2019). Pengaruh Terapi Musik

    Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Desa Waleng

    Girimarto Wonogiri. Ilmu Kesehatan STIKES Duta Gama Klaten, 10(2), 20–

    30. https://doi.org/https://www.e-journal.stikesdutagama.ac.id/index.php/e-

    journal/article/view/428

    Hidayat, M. F., Nahariani, P., & Mubarrok, A. S. (2016). Werdha Mojopahit

    Mojokerto The Effect Of Java Classical Music Therapy To The Decrease Of

    Blood Pressure For Hypertensive Elderly People At UPT Panti Werdha

    Mojopahit , Mojokerto. Ilmiah Keperawatan, 31–36.

    Hudiyawati, D., Partita, M. D., & Wahyuningsih, H. (2018). Yoga sebagai

  • 10

    intervensi gangguan tidur pada pasien hipertensi. Jurnal Komunikasi

    Kesehatan, 1(1), 11–21.

    Mahatidanar, A., & Nisa, K. (2017). Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan

    Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi Effect of Classical Music to

    Decrease of Blood Pressure in Elderly Patients with Hypertension. Agromed

    Unila, 4, 264–268.

    Mulyati, L., & Sudirman, R. M. (2017). Efektivitas Terapi Musik Degung Sunda

    Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu-

    Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Kuningan, 06(2013), 1–6.

    Nidahyah, N., Rahmalia, S., & Elita, V. (2015). Perbandingan Efektivitas Terapi

    Musik Klasik dengan Aromaterapi Mawar Terhadap Penderita Hipertensi.

    Jurnal Keperawatan Universitas Riau, 2(2), 2.

    Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas Tentang Prevalensi Diabetes Mellitus

    di Indonesia 2018. Hasil Utama Riskesdas Tentang Prevalensi Diabetes

    Melitus Di Indonesia 2018, 8.

    Sahrir, S. (2019). Pemberian Terapi Musik Instumental untuk Menurunkan

    Tekanan Darah Lansia di Negeri Herlauw Pauni Seram Utara Barat

    Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes,

    Vol.10(2), 45–48.

    Soesanto, E. (2018). Relaksasi dan Terapi Musik terhadap Tekanan Darah pada

    Hipertensi Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang

    Relaxation and Musical Therapy of Blood Pressure for the Elderly with

    Hypertension at Social Rehabilitation Unit of Pucang Gading ,. Prosiding

    Seminar Nasonal Mahasiswa Unimus, 1, 212–217.