aspek pajak dalam merger dan akuisisi

37
ASPEK PERPAJAKAN DALAM RANGKA MERGER DAN AKUISISI Makalah “disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Perpajakan yang dibina oleh Bapak Nengah” Oleh : Dio Rahadian Pam 115030400111003 Damayka Amandasari 115030400111062 Irma Aulis Silvia 115030407111067 Anisha Charisma P 115030407111068 Sofiyana Yen Maras 115030407111073 Maria Rizki Yohana 115030407111079 PRODI PERPAJAKAN JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Upload: yen-maras

Post on 20-Jan-2016

2.298 views

Category:

Documents


76 download

DESCRIPTION

penggabungan usaha dalam perpajakan

TRANSCRIPT

Page 1: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

ASPEK PERPAJAKAN DALAM RANGKA MERGER DAN AKUISISI

Makalah

“disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Perpajakan yang dibina oleh

Bapak Nengah”

Oleh :

Dio Rahadian Pam 115030400111003

Damayka Amandasari 115030400111062

Irma Aulis Silvia 115030407111067

Anisha Charisma P 115030407111068

Sofiyana Yen Maras 115030407111073

Maria Rizki Yohana 115030407111079

PRODI PERPAJAKAN

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah”Aspek Perpajakan dalam Rangka

Merger dan Akuisisi”.

Dalam pelaksanaannya membuat makalah Seminar Perpajakan dari awal sampai akhir

penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Pak Nengah selaku dosen mata kuliah seminar perpajakan

3. Teman-teman sekelompok yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.

4. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

menyusun makalah ini.

Karena tanpa bantuan dari berbagai pihak, kami akan mengalami kesulitan dalam

menyusun makalah ini.

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat kami gunakan untuk perbaikan pada

makalah - makalah berikutnya. Atas saran dan kritik tersebut kami mengucapkan terima kasih.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta menambah pengetahuan

dalam bidang”Aspek Perpajakan dalam Rangka Merger dan Akusisi”.

Malang, 24 Februari 2014

                                                                                                                

Penulis

Page 3: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

Daftar Isi

KATA PENGANTAR…………………………………………………………ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………….1

1.2 Rumusan Permasalahan…………………………………………..3

1.3 Tujuan……………………………………………………………..3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………5

2.1 Dasar Hukum………………………………………………………5

2.2 Definisi …………………………………………………………….5

2.3 Alasan Penggabungan Usaha……………………………………...5

2.4 Macam-macam Pengabungan Usaha……………………………..6

2.5 Metode penggabungan usaha……………………………………..6

2.6 Bentuk Penggabungan Usaha……………………………………..7

BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………..9

3.1 Metode Penggabungan Usaha dalam Ketentuan Perpajakan……9

3.2 Aspek Perpajakan dalam Merger dan Akuisisi………………….14

3.3 Masalah Perpajakan dalam Merger dan Akuisisi……………….17

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………22

4.1 Kesimpulan………………………………………………………..22

4.2 Saran……………………………………………………………….23

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….24

Page 4: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan semakin ketat.

Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar

dapat bertahan atau dapat lebih berkembang. Untuk itu, perusahaan perlu mengembangkan suatu

strategi yang tepat agar perusahaan bisa mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki

kinerjanya.

Sebagaimana sebuah organisme, perusahaan akan mengalami berbagai kondisi yaitu

pertumbuhan dan berkembangnya secara dinamis, berada pada kondisi statis dan mengalami

proses kemunduran atau pengkerutan. Dalam rangka tumbuh dan berkembang ini perusahaan

bisa melakukan ekspansi bisnis dengan memilih salah satu diantara dua jalur alternatif yaitu

pertumbuhan dari dalam perusahaan, dan pertumbuhan dari luar perusahaan.

Pertumbuhan internal adalah ekspansi yang dilakukan dengan membangun bisnis atau

unit bisnis baru dari awal. Jalur ini memerlukan berbagai tahap mulai dari riset pasar, desain

produk, perekrutan tenaga ahli, tes pasar, pengadaan dan pembangunan fasilitas produksi/operasi

sebelum perusahaan menjual produknya ke pasar. Sebaliknya pertumbuhan eksternal dilakukan

dengan membeli perusahaan yang sudah ada. Merger dan akuisisi adalah strategi pertumbuhan

eksternal dan merupakan jalur cepat untuk mengakses pasar baru produk baru tanpa harus

membangun dari awal. Terdapat penghematan waktu yang sangat signifikan antara pertumbuhan

internal dan eksternal melalui merger dan akuisisi. Dari waktu ke waktu perusahaan lebih

menyukai pertumbuhan eksternal melalui merger dan akuisis dibanding pertumbuhan internal.

Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada

pertimbangan hukum, perpajakan, atau alasan lainnya. Di Indonesia didorong oleh semakin

besarnya pasar modal, transaksi merger dan akuisisi semakin banyak dilakukan. Bentuk-bentuk

penggabungan usaha antara lain melalui merger dan akuisisi.

Akuisisi adalah suatu bentuk penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu

pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang

diakuisisi (acquiree) dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau

mengeluarkan saham.

Page 5: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu

perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan

aktivitasnya atau bubar.

Di Indonesia praktek akuisisi umumnya dilakukan oleh satu grup (internal acquition)

khusus pada perusahaan yang go publik. Merger dan akuisisi ini telah berkembang menjadi tren

beberapa perusahaan.

Ada beberapa dasar pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan tindakan

restrukturisasi yaitu:

1. Strategi Usaha

Dalam rangka mempertahankan kelangsungan usaha, perusahaan tersebut

beroperasi dengan skala yang besar sehingga biaya per unitnya dapat menjadi lebih

rendah, pengembangan produk yang dihasilkan baik dari segi jenis maupun mutu,

pengembangan pasar dan teknologi juga merupakan salah satu faktor yang mendorong

perusahaan melakukan restrukturisasi usaha

2. Efisiensi dan Sinergi

Dengan melakukan restrukturisasi usaha diharapkan perusahaan akan mampu

melakukan efisiensi dan kerja sama dengan pihak lain dalam bidang operasi usaha,

keuangan, perpajakan, manajemen dan tenaga kerja.

3. Nilai Usaha

Dengan melakukan restrukturisasi usaha diharapkan perusahaan mampu menjalin

hubungan dengan pihak-pihak yang lain yang lebih kompeten dalam menangani

perusahaan tersebut, misalnya mempunyai akses ke pasar modal, pasar uang, investor dan

sekaligus meningkatkan nilai saham.

4. Pertimbangan pajak

Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau

sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat

melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan

kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi

pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari

perusahaan yang diakuisisi.Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan

dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik

Page 6: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan akuisisi biasanya akan

tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansial perubahan yang praktis membesar dan

meningkat pada laporan konsolidasi pasca akuisisi kondisi dan posisi keuangan perusahaan

mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang

melakukan merger dan akuisisi. Seperti diuraikan di atas perusahaan melakukan akuisisi

perusahaan didasari pada motiasi mencapai sinergi. Dimana manfaat ekstra atau sinergi ini tidak

bisa diperoleh seandainya perusahaan-perusahaan tersebut bekerja secara terpisah, dan untuk

ekspansi bisnis dimana nantinya diharapkan akan mampu menaikkan nilai perusahaan terutama

bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Saham.

Dalam konteks perpajakan, merger dan akuisisi merupakan objek pajak seperti yang

tercantum dalam Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 1

huruf d point 3 menyatakan bahwa:

“Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,

pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun”.

Pada Bab Pembahasan akan dibahas lebih lanjut mengenai bagaimana perlakuan perpajakan

yang terjadi dalam merger dan akuisisi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana aspek perpajakan dalam merger dan akuisisi dalam perundang-

undangandan peraturan terbaru?

2. Masalah apa saja yang timbul dalam proses akuisisi dan merger?

3. Bagaimana prosedur yang dibutuhkan untuk perpajakan?

4. Aspek perpajakan apa saja yang timbul dan pelaksanaan merger?

C. Tujuan

1. Mengetahui aspek pajak dalam merger dan akuisisi dalam Undang-undang dan peraturan

terbaru.

2. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam proses akuisis dan merger.

3. Mengetahui prosedur dalam perpajakan.

4. Mengetahui aspek pajak dalam pelaksanaan merger , PPh, PPN dan BPHTB.

Page 7: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Dasar Hukum

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2008 tentang perubahan ke-empat atas

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2008 tentang Penggunaan

Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan,

atau Pemekaran Usaha.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ./2008 tentang

Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin Penggunaan Nilai Buku atas

Pengalihan Harta dalam rangka Penggabungan, Pelebuaran, atau Pemekaran

Usaha.

Surat edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-45/PJ/2008 tentang

Penyampaian dan Pemonitoran pelaksanaan Peraturan menterfi Keuangan

Nomor 43/PMK.03/2008 tentang Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan

Harta dalam rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekarn Usaha beserta

Peraturan Pelaksanaannya.

2. Definisi (secara Umum)

a. Definisi

Menurut PSAK 22 Penggabungan usaha (business combination) adalah penyatuan

dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu

perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva

dan operasi perusaahn lain.

b. Alasan penggabungan usaha

Menurut Birigham dan Houston (2001) menyebutkan adanya motif yang terkait

dengan dilakukannya merger oleh suatu perusahaan yaitu;

1. Sinergi

Page 8: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

Adalah kondisi dimana nilai keseluruhan lebih besar dari pada hasil

penjumlahan bagian-bagiannya. Motifasi utama dalam sebagian merger adalah

meningkatkan nilai perusahaan yang bergabung.

2. Pertimbangan pajak

Merger dapat dipilih untuk meminimalkan pajak dan menggunakan pajak

yang berlebi dan mengurangi laba kena pajak.

3. Pembelian aktiva dibawah nilai penggantinya

Perusahaan diambil alih karena nilai penggantian aktivanya jauh lebih tinggi

dari pada nilai pasar persahaan itu sendiri.

4. Diversifikasi

Dapat membantu menstabilkan laba perusahaan sehingga bermanfaat bagi

pemiliknya.

5. Mendapatkan pengendalian atas perusahaan yang lebih besar

c. Macam-macam penggabungan usaha

Merger adalah penggabungan badan usaha dengan cara mengambil alih

secara langsung kekayaan bersih (net assets) satu atau lebih perusahaan

oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mengambil alih kekayaan bersih

perusahaan lain tetap mempertahankan identitasnya dan melanjutkan

usaha sebagai satu kesatuan ekonomi yang lebih besar, sedangkan

perusahaan yang kekayaan bersihnya diambil alih dibubarkan dan

kehilangan identitasnya.

Akuisisi adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dengan cara

menguasai posisi control terhadap perusahaan lain. Posisi control ini

diperoleh dengan jalan menguasai sebagian besar (lebih dari 50%) saham

perusahaan lain.

Konsolidasi adalah penggabungan dari dua atau lebih Wajib Pajak Badan

yang modalnya terbagi atas saham dengan cara mendirikan badan usaha

baru.

d. Metode penggabungan usaha berdasarkan perlakuan akuntansi

1. Metode pembelian (purchase)

Page 9: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

Metode pembelian terjadi jika dalam kegiatan penggabungan usaha

melibatkan transaksi pembelian mayoritas saham perusahaan target secara

tunai, yang berakibat beralihnya pengendalian terhadap menejemen

perusahaan

2. Metode penyatuan (pooling of interest)

Metode penyatuan terjadi ketika pemegang saham perusahaan yang bergabung

tetap melanjutkan kepemilikannya pterhadap perusahaan hasil penggabungan.

Dalam metode penyatuan ini tidak ditemukan proses jual beli dengan pihak

lainnya, tidak pihak yang diamnggap sebagai pengambil alih dan tidak ada

pihak yang dominan timbul dari kegiatan merger dan akuisisi tersebut.

Menurut ketentuan perpajakan untuk menghitung kewajiban pajak yang terutang

dari penggabungan usaha adalah menggunakan metode purchase atau pembelian karena

metode purchase dilakukan dengan mengurangi nilai pasar dari nilai buku sehingga

menghasilkan goodwill. Sehingga goodwill tersebut yang menjadi objek pajak menurut

pasal 10 ayat 3 Undang-undan PPh No 36 Tahun 2008.

Page 10: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Bentuk Penggabungan Usaha

A. Dari segi jenis usaha perusahaan yang bergabung.

1. Penggabungan horizontal : Penggabungan ini terjadi apabila perusahaan-perusahaan

yang bergabung menjalankan fungsi produksi dan penjualan barang-barang sejenis.

2. penggabungan vertical : Apabila perusahaan yang semula merupakan langganan

terhadap produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan lain atau sebaliknya

perusahaan lain adalah supplies bahan baku baginya dan kemudian mengadakan

penggabungan perusahaan.

3. Penggabungan konglongmerat(conglomerate combinations): Penggabungan ini

merupakan kombinasi dari penggabungan horizontal dengan vertikal.penggabungan

konglongmerat terbentuk apabila perusahaan yang bergabung buka perusahaan

sejenis.

B. Dilihat menurut kejadian hukumnya

1. Merger : Adalah penggabungan perusahaan dengan jalan pemilikan  langsung oleh

suatu perusahaan terhadap harta milik dari satu atau lebih perusahaan lain yang

digabungkan.

2. Akuisisi: Penggabungan perusahaan disebut dengan akuisisi adalah penggabungan

dua atau lebih perusahaan dengan cara menguasai posisi control terhadap perusahaan

lain. Posisi control ini diperoleh dengan jalan menguasai sebagian besar (lebih dari

50%) saham perusahaan lain.

Kadang-kadang suatu penggabungan usaha dapat mengakibatkannya

terjadinya legal merger. Suatu legal merger biasanya merupakan merger dua

badan usaha melalui salah satu cara berikut (PSAK 22) :

(a) Aktiva dan kewajiban dari suatu perusahaan dialihkan ke perusahaan lain

dan perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan, atau

(b) Aktiva dan kewajiban dari dua atau lebih perusahaan dialihkan ke

perusahaan baru dan kedua perusahaan yang melakukan pengalihan

Page 11: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

tersebut dibubarkan (PSAK No. 22)

3.2 Metode Penggabungan usaha dalam ketentuan perpajakan

Ada dua prosedur pencatatan akuntansi apabila ada dua atau lebih badan usaha yang

diselenggarakan bersama atau digabung yaitu :

a. Pembelian (by purchase)

Penggabungan badan usaha dikatakan atas dasar pembelian apabila penggabungan

badan usaha tersebut berakibat para pemilik perusahaan yang bergabung tidak ikut

berpartisipasi secara substansial di dalam perusahaan tunggal yang dibentuk. Selanjutnya

apabila suatu kombinasi usaha dianggap suatu “pembelian” maka harta kekayaan yang

diperoleh dalam transaksi penggabungan harus dicatat dalam buku-buku usaha yang

memperolehnya atas dasar harga perolehan yang diukur dengan uang. Singkatnya metode

pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha merupakan suatu transaksi

dimana suatu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang

bergabung. Ilustrasi berikut ini akan memberikan gambaran jelas mengenai penggabungan

badan usaha secara merger atas dasar “pembelian” PT Aku memperoleh aktiva bersih PT

Dia melalui penggabungan dengan metode pembelian atau by purchase. Berikut ini adalah

neraca dari PT Dia.

Page 12: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

PT Aku membayar Rp 400.000.000 tunai dan menerbitkan 50.000 lembar saham biasa

dengan nilai nominal Rp 10.000, nilai pasar Rp 20.000 per saham untuk memperoleh aktiva

bersih PT Dia. Ayat jurnal untuk mencatat penggabungan usaha pada buku PT Aku adalah

sebagai berikut :

Investasi pada PT Dia Rp 1.400.000.000 -

Kas - Rp 400.000.000

Tabel 1

Neraca dengan asumsi Metode by Purchase

Neraca PT DIA

Per 31 Maret 2013

      Nilai Buku Nilai Wajar

Aktiva        

  Kas Rp 50,000,000 Rp 50,000,000

  Piutang bersih Rp 150,000,000 Rp 140,000,000

  Persediaan Rp 200,000,000 Rp 250,000,000

  Tanah Rp 50,000,000 Rp 100,000,000

  Bangunan Rp 300,000,000 Rp 500,000,000

  Peralatan Rp 250,000,000 Rp 350,000,000

  Hak Paten   Rp 50,000,000

Total Aktiva     Rp 1,000,000,000 Rp 1,440,000,000

         

Kewajiban        

  Hutang Usaha Rp 60,000,000 Rp 60,000,000

  Wesel Bayar Rp 150,000,000 Rp 135,000,000

 

Kewajiban

Lain-lain Rp 40,000,000 Rp 45,000,000

Total Kewajiban Aktiva Bersih Rp 250,000,000 Rp 240,000,000

      Rp 750,000,000 Rp 1,200,000,000

Page 13: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

Saham-biasa - Rp 500.000.000

Tambahan modal disetor - Rp 500.000.000

Untuk mencatat penerbitan 50.000 lembar saham biasa nominal Rp. 10.000 ditambah dengan kas

Rp 400.000.000 dalam penggabungan usaha dengan metode pembelian atas PT Dia adalah

Kas Rp 50.000.000 -

Piutang bersih Rp 140.000.000 -

Persediaan Rp 250.000.000 -

Tanah Rp 100.000.000 -

Bangunan Rp 500.000.000 -

Peralatan Rp 350.000.000 -

Hak paten Rp 50.000.000 -

Goodwill Rp 200.000.000 -

Hutang usaha - Rp 60.000.000

Wesel bayar - Rp 135.000.000

Kewajiban lain-lain - Rp 45.000.000

Investasi pada PT Dia - Rp 1.400.000.000

Goodwill sebesar Rp 200.000.000 merupakan selisih antara nilai wajar aktiva dan nilai perolehan

suatu aktiva dalam hal ini selisih antara Rp 1.400.000.000 dan Rp 1.200.000.000. Sesuai dengan

prinsip akuntansi goodwill yang timbul sebesar Rp 200.000.000 ini nantinya harus diamortisasi.

Page 14: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

b. Metode Pooling of Interest

Apabila suatu penggabungan usaha dianggap sebagai suatu pooling of interest

maka badan usaha yang baru dianggap sebagai kelanjutan dari semua badan usaha yang

bergabung, baik dalam bentuk suatu badan usaha yang tunggal maupun sebagai induk

perusahaan dengan satu atau beberapa anak perusahaan. Ilustrasi di bawah ini akan

memperjelas penggunaan metode pooling of interest. Berikut ini adalah neraca saldo PT

Bunga dan PT Mawar.

Tabel 2

Neraca Saldo dengan asumsi Metode Pooling of Interest

Neraca Saldo PT Bunga dan PT Mawar

Per 31 Maret 2013

    PT Bunga PT Mawar

Aktiva lain-lain Rp 750,000,000 Rp 290,000,000

Beban-beban Rp 15,000,000 Rp 60,000,000

Total debet Rp 900,000,000 Rp 350,000,000

Modal Saham @ Rp.

10000 Rp 500,000,000 Rp 200,000,000

Laba ditahan Rp 200,000,000 Rp 50,000,000

Pendapatan Rp 200,000,000 Rp 100,000,000

Total kredit Rp 900,000,000 Rp 900,000,000

Apabila PT Bunga bermaksud ingin menggabungkan diri dengan PT Mawar,

dengan penerbitan 22.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp 10.000 untuk

memperoleh aktiva tetap milik PT Mawar dimana dalam hal ini identitas PT Bunga tetap

atau tidak akan ada perusahaan baru yang terbentuk, maka pencatatan yang dilakukan di

dalam pembukuan PT Bunga adalah :

Aktiva Lain-lain Rp 1.040.000.000 -

Beban-beban Rp 210.000.000 -

Page 15: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

Modal saham - Rp 720.000.000

Laba ditahan - Rp 230.000.000

Pendapatan - Rp 300.000.000

Dari kedua metode di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa apabila penggabungan

perusahaan dengan menggunakan metode by purchase, maka harta kekayaan yang diperoleh oleh

suatu badan usaha yang melakukan pengambilan tersebut dicatat dan diakui sebesar nilai

pasarnya (penilaian kembali), sebaliknya modal saham dicatat dengan jumlah yang sama. Hal ini

mendorong untuk diakui adanya “Aktiva Tak Berwujud” (Goodwill) yang merupakan selisih

lebih antara biaya perolehan dan bagian (interest) perusahaan pengakusisi atas nilai wajar aktiva

dan kewajiban yang dapat diidentifikasi pada tanggal transaksi. Apabila penggabungan badan

usaha tersebut dilakukan dengan menggunakan pooling of interest, maka jumlah harta, hutang

dan hak para pemegang saham yang dilaporkan perusahaan-perusahaan yang menggabungkan

diri contoh di atas PT Bunga dan PT Mawar dicatat dan diakui sesuai dengan nilai bukunya,

maka dengan menggunakan metode ini sama sekali tidak menimbulkan adanya pengakuan

“aktiva tak berwujud” atau dalam hal ini goodwill atau bisa disimpulkan bahwa penggabungan

perusahaan atas dasar pooling of interest, harta, kewajiban, modal dan beban yang menjadi milik

kedua perusahaan digabungkan seperti biasa.

Misalnya pada contoh di atas aktiva lain-lain milik PT Bunga dan PT Mawar berturut –

turut Rp 750.000.000 dan Rp 290.000.000. Apabila kedua perusahaa menggabungkan diri

dengan metode pooling of interest, maka jumlah aktiva yang dilaporkan dalam neraca

perusahaan baru atau perusahaan yang tetap mempertahankan identitasnya adalah merupakan

penjumlahan antara Rp 750.000.000 dan Rp 290.000.000.

Ketentuan perpajakan menganjurkan perusahaan yang melakukan penggabungan usaha

untuk menggunakan metode purchase dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, namun juga dapat

menggunakan nilai buku dengan persyaratan tertentu, yaitu;

(a) mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan alasan

dan tujuan melakukan merger dan pemekaran usaha;

(b) melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha yang terkait; dan

Page 16: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

(c) memenuhi persyaratan tujuan bisnis (business purpose test).

tujuan utama dari merger dan pemekaran usaha adalah menciptakan sinergi usaha

yang kuat dan memperkuat struktur permodalan serta tidak dilakukan untuk

penghindaran pajak;

kegiatan usaha Wajib Pajak yang mengalihkan harta masih berlangsung sampai

dengan tanggal efektif merger;

kegiatan usaha Wajib Pajak yang mengalihkan harta sebelum merger terjadi wajib

dilanjutkan oleh Wajib Pajak yang menerima pengalihan harta paling

singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal efektif merger;

kegiatan usaha Wajib Pajak yang menerima harta dalam rangka merger tetap

berlangsung paling singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal efektif merger;

kegiatan usaha Wajib Pajak yang menerima harta dalam rangka pemekaran usaha

wajib berlangsung paling singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal efektif

pemekaran usaha; dan

harta yang dimiliki oleh Wajib Pajak yang menerima harta setelah terjadinya

merger atau pemekaran usaha tidak dipindahtangankan oleh Wajib Pajak yang

menerima harta paling singkat 2 (dua) tahun setelah tanggal efektif merger atau

pemekaran usaha.

3.3 Aspek Perpajakan dalam Merger dan Akuisisi

1. Aspek Pajak Penghasilan

Apabila suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain, transaksi tersebut mungkin

terkena pajak mungkin pula tidak. Dalam peristiwa taxable acquisition, pemegang saham

dari perusahaan yang diakuisisi diperlakukan sebagai menjual saham yang mereka miliki,

dan karenanya akan memperoleh capital gains (yang akan dikenakan pajak) atau loss.

Dalam peristiwa akuisisi yang taxable, perusahaan yang mengakuisisi mungkin melakukan

revaluasi atas aktiva tetap dari perusahaan yang diakuisisi.

Seperti yang kita ketahui bahwa menurut PSAK terdapat dua metode dalam

melakukan merger atau akuisisi, yaitu metode Nilai Pasar (Purchase) dan Pooling of

Interest. Prinsip akuntansi membebaskan perusahaan untuk memilih metode mana yang

dipakai dengan meperhatikan makna ekonomisnya. Sedangkan dalam Pasal 10 ayat 3

Page 17: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan tentang dasar pengenaan

pajak atas penggabungan usaha, mengatur bahwa : ”Nilai perolehan atau pengalihan harta

yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,

atau pengambilan usaha adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima

berdasarkan harga pasar (market price), kecuali ditetapkan lain oleh menteri keuangan “.

Pihak Direktorat Jendral Pajak memutuskan untuk tidak menggunakan pooling of

interset yang menggunakan nilai buku sebagai dasar dalam pengalihan harta dari

penggabungan perusahaan. Hal ini sikarenakan penggabungan perusahaan dengan metode

pooling of interest sama sekali tidak menghasilkan penghasilan kena pajak, karena

penggabungan tersebut didasarkan atas nilai buku dari kedua perusahan, dan bukan

berdasarkan suatu penilaian kembali atau nilai pasar. Lain halnya apabila menggunakan

metode By Purchase yang berdasarkan pada nilai pasar.

Bagi pihak perusahaan yang melakukan merger atau akuisisi sepintas akan terlihat

bahwa merger dengan nilai buku akan lebih menguntungkan karena dapat terhindar dari

PPh atas laba selisih kenaikan aktiva (objek pajak UU PPh pasal 4 ayat 1d-3). Namun

merger nilai pasar akan memberi keuntungan laba kena pajak yang lebih minim di masa

depan karena adanya amortisasi goodwill (UU PPh pasal 11A ayat 1) dan depresiasi yang

lebih besar dari kenaikan nilai aktiva.

Dalam melakukan merger atau akuisisi dengan menggunakan metode Purchase akan

menimbulkan pengenaan pajak penghasilan atas keuntungan atau goodwill yang

diperoleh dalam proses merger atau akuisisi. Dalam pasal 4 (1) (d) angka 3 Undang-

Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan disebutkan bahwa keuntungan

karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemecahan, pengambilalihan, likuidasi usaha

dengan nama dan bentuk apapun, merupakan objek pajak.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan – 79/PMK.03/2008 atas revaluasi

aktiva untuk merger degan nilai pasar dikenakan Pajak Penghasilan sebesar 10% dan

bersifat Final.

Dari contoh PT Dia dengan menggunakan metode Purchase menghasilkan goodwill

sebesar Rp 200.000.000. Goodwill ini akan dikenakan Pajak Penghasilan sebesar 10% dan

bersifat final. Maka pajak terutang yang muncul adalah :

Page 18: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

10% x Rp 200.000.000 = Rp 20.000.000

2. Aspek PPN

Dalam pasal Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan

Nilai & Pajak Penjualan Barang Mewah pasal 1A ayat (2) huruf (d) menyatakan bahwa

pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, dan pengambil alihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan

dan yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak tidak termasuk dalam

pengertian penyerahan Barang Kena Pajak. Sehingga dalam penyerahan Barang Kena Pajak

yang dilakukan tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

3. Aspek BPHTB

Dalam Pasal 1 UU No. 21 Tahun 1997 jo. UU No. 20 Tahun 2000, yang dimaksud

dengan Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas

perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang selanjutnya disebut pajak. Perolehan hak

atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan

diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Sedangkan

pada Pasal 2 ayat (1) huruf (a) UU No. 21 Tahun 1997 jo. UU No.20 Tahun 2000 )

dijelaskan mengenai objek BPHTB yaitu Pemindahan Hak karena :

Penggabungan usaha adalah penggabungan dari dua badan usaha atau lebih

dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu badan usaha dan

melikuidasi badan usaha lainnya yang menggabung.

Peleburan usaha adalah penggabungan dari dua atau lebih badan usaha dengan

cara mendirikan badan usaha baru dan melikuidasi badan-badan usaha yang

bergabung tersebut.

Pemekaran usaha adalah pemisahan suatu badan usaha menjadi dua badan usaha

atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan sebagian

aktiva dan pasiva kepada badan usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa

melikuidasi badan usaha yang lama.

Dari penjelasan Undang-Undang di atas dapat disimpulkan bahwa pengalihan hak

atas tanah dan bangunan karena merger atau konsolidasi merupakan objek BPHTB. BPHTB

Page 19: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

dikenakan sebesar 5% dari Nilai Jual Objek Pajak dikurangi dengan Nilai Perolehan Objek

Pajak Tidak Kena Pajak. Dalam Peraturan Menteri Keuangan – 91/PMK.03/2006

dijelaskan bahwa besarnya BPHTB karena merger atau akuisisi dapat diajukan

permohonan pengurangan sebesar 50% jika menggunakan nilai buku. Besarnya

NPOPTKP adalah maksimal 60 juta dan maksimal 300juta untuk waris.

3.4 Masalah Perpajakan dalam Penggabungan Usaha

Aspek perpajakan berpengaruh terhadap penentuan metode apa yang akan dipakai dalam

penggabungan usaha selain dengan menggunakan pertimbangan hukum. Perlu diketahui bahwa

pasal 4 ayat 1 huruf d angka 1 Undang-Undang Perpajakan No. 10 Tahun 1994, menyebutkan

bahwa keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk keuntungan karena

likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah

salah satu objek pajak. Kemudian Pasal 10 ayat 3, Undang-undang Pajak Penghasilan No. 10

Tahun 1994 mengatur tentang dasar pengenaan pajak atas penggabungan usaha. Pasal ini

mengatur bahwa:

"Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,

penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilan usaha

adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga

pasar (market price), kecuali ditetapkan lain oleh menteri keuangan "

Apabila mengacu pada peraturan pajak ini berarti bisa diambil suatu kesimpulan bahwa

penggabungan usaha yang diperkenankan menurut ketentuan perpajakan adalah dengan

menggunakan metode by purchase, yang menilai aktiva berdasarkan harga pasar bukan

menggunakan metode pooling of interest, yang menilai aktiva berdasarkan nilai sisa buku. Hal

ini dijelaskan dalam Pasal 10 ayat 3, Undang-undang Pajak Penghasilan yang mengatur tentang

dasar pengenaan pajak atas penggabungan usaha. Pasal ini mengatur bahwa: "Nilai perolehan

atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan,

pemekaran, pemecahan, atau pengambilan usaha adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan

Page 20: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

atau diterima berdasarkan harga pasar (market price), kecuali ditetapkan lain oleh menteri

keuangan”.

Dalam pelaksanaannya penggunaan metode Pooling of Interest diperbolehkan digunakan

dengan diatur dalam Peraturan Menteri Keuanagn Republik Indonesia Nomor 43/PMK.03/2008

tentang Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan,

atau Pemekaran Usaha. Pada pasal 2 dijelaskan mengenai syarat wajib pajak yang melakukan

penggabungan usaha menggunakan nilai buku, antara lain :

a. Mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan alas an dan

tujuan melakukan merger dan pemekaran usaha;

b. Melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha yang terkait; dan

c. Memenuhi persyaratan tujuan bisnis (Business Purpose Test).

Ketentuan perpajakan tidak seperti prinsip akuntansi yang mengatur bahwa pemilihan

metode penggabungan usaha yang dipakai didasarkan dengan memperhatikan makna

ekonomisnya dan bukan melihat pada bagaimana transaksi itu menurut hukumnya (formalitas).

Dengan demikian bisa diartikan bahwa prinsip akuntansi membebaskan perusahaan untuk

memilih metode mana yang akan dipakai.

Pertanyaan yang timbul adalah mengapa Direktorat Jenderal Pajak memutuskan untuk

tidak memperbolehkan penggunaan metode pooling of interest dalam rangka penggabungan

usaha. Jawabannya tidak lain bahwa dengan pooling of interset, tidak ada pajak yang dibebankan

atas penggabungan usaha tersebut, lain halnya apabila menggunakan metode by purchase yang

berdasarkan pada nilai pasar.Meskipun demikian seperti yang dikatakan dalam pasal 10 ayat 3

bahwa dasar penilaian lain dimungkinkan, dalam hal ini menggunakan metode pooling of

interest dengan terlebih dahulu meminta izin kepada menteri keuangan.

Contoh di atas akan dipergunakan untuk memperjelas perbedaan antara kedua metode

tersebut dari sisi pengenaan pajak penghasilan. Pada metode by purchase nilai buku aktiva (book

value) dari PT Dia adalah Rp 750.000.000, sedangkan nilai wajar atau nilai pasarnya (market

price) sebesar Rp 1.200.000.000, maka ada penghasilan sebesar Rp 450.000.000 yang timbul

sebagai akibat adanya selisih antara nilai wajar (market price) dengan nilai buku (book value)

Page 21: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

Penghasilan inilah yang merupakan objek pajak penghasilan yang nnatinya akan dikenakan

Pajak Penghasilan sebesar 10% dan bersifat final.

Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Perpajakan

No. 10 Tahun 1994 bahwa: “Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari

Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk menambah kekayaan wajib

pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun” Selanjutnya huruf d angka 3

dari pasal 4 ini menyebutkan bahwa salah satu yang termasuk objek pajak adalah “Keuntunga

karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan

usaha” Jadi keuntungan yang diperoleh oleh PT Aku yang disebabkan karena penggabungan

usaha dengan cara melakukan pembelian aktiva milik PT Dia adalah merupakan objek pajak.

Sekarang bagaimana dasar pengenaan pajak untuk perusahaan yang melakukan

penggabungan usaha atas dasar metode pooling of interest. Seperti telah dijelaskan di atas,

metode pooling of interest menggunakan nilai buku sebagai dasar dalam pengalihan harta dari

penggabungan perusahaan. Dengan ini berarti bahwa penggabungan perusahaan dengan metode

pooling of interest, sama sekali tidak menghasilkan penghasilan kena pajak, karena

penggabungan tersebut didasarkan atas nilai buku dari kedua perusahan, dan bukan berdasarkan

suatu penilaian kembali atau nilai pasar.

Apabila diteliti lebih lanjut dengan menggunakan kasus penggabungan PT Aku dan PT.

Dia di atas, bisa dilihat bahwa sebenarnya keuntungan yang diperoleh apabila ditinjau dari

perusahaan yang diambil alih, keuntungan yang diperoleh bukan dari selisih harga pasar dengan

nilai sisa buku saja, yang merupakan objek pajak, tetapi juga nilai goodwillnya. Jadi proses

penggabungan usaha antara PT Aku dan PT. Dia, memberikan keuntungan sebesar Rp

650.000.000 yang merupakan penjumlahan antara goodwill, Rp 200.000.000 dan Rp

450.000.000 yang merupakan selisih antara harga pasar dan nilai sisa buku. Bila diteliti dengan

seksama jumlah inilah yang sebenarnya merupakan objek pajak, karena keuntungan yang

diperoleh dari penggabungan usaha tersebut juga termasuk nilai goodwill didalamnya, bukan

hanya keuntungan yang diakibatkan selisih antara harga pasar dan nilai buku.

Page 22: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

Yang harus diwaspadai, usaha-usaha perusahaan dalam melakukan pengalihan harta

dalam rangka penggabungan, peleburan atau pemekaran usaha, sering dijadikan sebagai suatu

cara untuk memanipulasi pajak, dengan cara menetapkan harga pasar yang lebih rendah.

BAB IV

PENUTUP

Page 23: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

A.Kesimpulan:

Terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger dan akuisisi

yaitu motif ekonomi dan motif non ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan

perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimalkan kemakmuran

pemegang saham. Termasuk motif ekonomi adalah motif untuk mencapai sinergi dan motif

untuk mencapai posisi strategi. Motif strategi dimaksudkan untuk membangun keunggulan

kompetitif jangka panjang perusahaan yang pada akhirnya bermuara kepada peningkatan nilai

perusahaan atau peningkatan kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain motif non ekonomi

adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan

pada keinginan subjektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan. Hanya alasan

yang bersifat ekonomis dan rasional yang bisa diterima sehingga aktivitas merger dan akuisisi

bisa dipertanggungjawabkan

Dalam melakukan merger dan akuisisi banyak kendala yang harus diatasi oleh

perusahaan, yaitu modal, tenaga kerja, maupun budaya perusahaan. Untuk menyatukan kedua

perusahaan dengan budaya yang berbeda, tentunya sangat sulit dan ini harus dipilih salah satu

budaya mana yang sekiranya cocok untuk tetap dipergunakan dalam melaksanakan merger dan

akuisisi. Sebelum melakukan merger dan akuisisi kedua perusahaan ini, harus berkoordinasi

dengan perwakilan karyawan dari masing-masing perusahaan tentang langkah atau kebijakan

yang akan diambil perusahaan nantinya setelah merger dan akuisisi. Karena budaya perusahaan

merupakan hal yang sangat sulit untuk dirubah, sehingga dalam melakukan perubahan ini perlu

diakukan secara bertahap.Keuntungan-keuntungan yang diperoleh perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi :

1. Pengurangan tenaga kerja

2. Dari pencapaian tingkat skala ekonomi

3. Dari penguasaan teknologi baru

4. Sinergi juga bisa meningkatkan jangkauan pasar perusahaan

5. Dari peuang memperoleh pembiayaan yang lebih besar

B.Saran

Page 24: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

1. Sebelum melakukan merger dan akuisisi, kedua perusahaan harus memperhatikan budaya

yang ada di perusahaan masing-masing. Karena dengan budaya yang berbeda akan

menimbulkan permasalahan baru bagi perusahaan.

2. Selain itu merger dan akuisisi hendaknya dilakukan pada perusahaan yang memiliki bidang

yang sama, karena dengan bidang usaha yang sama tersebut kegiatan merger dan akuisisi

kemungkinan dapat berjalan seperti yang diharapkan kedua perusahaan

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: ASPEK PAJAK dalam MERGER dan AKUISISI

Surat Edaran Direktur jenderal Pajak Nomor : SE-45/PJ/2008

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2008

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ./2008

PSAK 22

http://haeselen-pajak.blogspot.com/2013/11/aspek-pajak-merger-konsolidasi- akuisisi.html