abses submandibula
Post on 30-Jul-2015
1.573 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ABSES SUBMANDIBULA
Pendahuluan
Abses submandibula merupakan salah satu bentuk abses leher dalam. Nyeri tenggorok dan
demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher, harus dicurigai
kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang
potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber,
seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah, dan leher. Gejala dan tanda klinik
biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat. Kebanyakan
kuman penyebab adalah golongan Streptococcus, Staphylococcus, kuman anaerob Bacteriodes
atau kuman campuran. Abses leher dalam dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses
submandibulla, dan ludovici (Ludwig’s Angina).(1)
Abses submandibula adalah abses yang berlokasi pada ruang submandibula.
Gambar 1. Abscess of the submandibular neck space are common in children.
1
ANATOMI
Pengetahuan tentang ruang-ruang dileher dan hubunganya dengan fasia penting untuk
mendiagnosis dan mengobati infeksi pada leher. Ruang yang dibentuk oleh berbagai fasia pada
leher ini adalah merupakan area yang berpotensi untuk terjadinya infeksi. Invasi dari bakteri
akan menghasilkan selulitis atau abses, dan menyebar melalui berbagai jalan termasuk melalui
saluran limfe.(2)
Pembagian ruang ruang di leher berdasarkan Hollinshead (1954). (3)
1. Di bawah hyoid:
Carotid Sheath
Ruang Pretrakeal
Ruang Retroviseral
Ruang Viseral
Ruang prevertebral.
2. Di atas hyoid:
Ruang submandibula
Ruang submaxilla
Ruang masticator
Ruang parotid
3. Area perifaring:
Ruang retrofaring
Ruang parafaring (lateral Pharyngeal)
Ruang submandibula
4. Area intrafaring:
Ruang paratonsil
Abses paling sering mengenai ruang retrofaring, ruang parafaring (lateral pharyngeal),
dan ruang submandibula.(3)
2
Otot milohioid yang memisahkan ruang sublingual dan submental.
Gambar 2. Potongan vertical ruang submandibula.
Ruang submndibula terletak diantara mukosa dasar mulut (sebagai batas superior) dan lapisan
superficial pada fasia servikalis bagian dalam ( sebagai batas inferior). Di bagian inferiornya
dibentuk oleh otot digastrikus. Batas lateralnya berupa kulit, otot platysma, dan korpus
mandibula. Sedangkan dibagian medialnya berbatasan dengan hyoglosus dan milohioid. Di
3
bagian anteriornya, ruang ini berbatasan dengan otot digastrikus anterior dan milohioid. Bagian
posteriornya berbatasan dengan ligamentum submandibula dan otot digastrikus posteriornya. (2,3,4,5,6,7)
Ruang submandibula merupakan ruang di atas hyoid yang terdiri dari ruang sublingual dan ruang
submaksila. Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot milohioid. Ruang
submaksila selanjutnya dibagi atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot
digastrikus anterior tetapi kedua ruang ini berhubungan secara bebas. Namun ada pembagian lain
yang tidak menyertakan ruang sublingual kedalam ruang submandibula, dan membagi ruang
submandibula atas ruang submental dan ruang submaksila saja.(1,4,6)
Gambar 3. Submandibular space
Ruang sublingual mengandung kelenjar sublingual, duktus Wharton, dan saraf hipoglosal. Ruang
ini terletak dia atas otot milohioid tetapi masih dianterior lidah, dan dilateral otot intrinsic lidah
(genioglosus dan geniohioid) dan superior dan medial dengan otot milohioid. Dibagian
4
anteriornya, berbatasan dengan sepanjang genu mandibula dan bagian posteriornya berhubungan
bebas dengan ruang submaksila.(4,6,8)
Ruang submaksila berada di bawah otot milohioid, dan mengandung kelenjar submandibula dan
kelenjar getah bening. Ruang submksila ini berhubungan bebas dengan ruang sublingual
sepanjang tepi posterior otot milohioid. Kelenjar submandibula terletak diantara kedua ruang
tersebut.(2,4)
Ruang submental merupakan ruang yang terbentuk segitiga yang terletak di garis tengah dibawah
mandibula dimana batas superior dan lateralnya dibatasi bagian anterior otot digastricus. Dasar
pada ruangan ini adalah otot milohyoid sedangkan atapnya adalah kulit, facia superficial, otot
platysma. Ruang submental mengandung beberapa nodus limfe dan jaringan lemak fibrous.(2)
ETIOLOGI
Kebanyakan abses disebabkan oleh banyak mikroba, sebagai contoh mereka mengandung
flora campuran, dan dalam studi didapatkan ada lebih dari 5 spesies yang dapat di isolasi dari
satu kasus. (6)
Pada ruang submandibula, infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, tonsil,
sinus, dan kelenjar liur atau kelenjar limfe submandibula. Mungkin juga sebagian kelanjutan
infeksi ruang leher dalam lainnya. Kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan
anaerob. (1,5)
Proliferasi bakteri dan invasi bakteri melalui organ enamel menyebabkan nekrosis tulang
di sekeliling akar gigi. Biasanya ini terjadi pasien yang sedang menjalani pengobatan gigi dan
drainase abses akar gigi. Jika absen akar gigi tidak di drainase dan tidak diperiksa, infeksi dapat
menyebar dengan abses ke bagian leher dan mediastinum. Infeksi kebanyakan menyebar dari
gigi mandibula. Dan di beberapa kasus dari luka mukosa mulut. Abses dapat juga disebabkan
oleh trauma,tonsilitis lidah atau penyakit kelenjar ludah. Infeksi dapat menyebar keruang leher
dalam, ke ruang submandibula, ruang parafaring dan ruang retrofaring. Ruang prevertebral dapat
juga terlibat. Infeksi ruang leher dalam dapat menyebabkan komplikasi berbeda yang dapat
menganca nyawa seperti obstruksi saluran nafas atas dan mediastinitis. Dan ketika ketiga ruang
5
submandibula (bilateral submandibula dan ruang sublingual) terinfeksi maka disebut dengan
Ludwig’s angina. (9)
PATOGENESA
Berawal dari etiologi diatas seperti infesi gigi. Nekrosis pulpa karena karies dalam yang
tidak terawat dan periodontal pocket dalam merupakan jalan bakteri untuk mencapai jaringan
periapikal. Karena jumlah bakteri yang banyak, maka infeksi yang terjadi akan menyebar ke
tulang spongiosa sampai tulang cortical. Jika tulang ini tipis, maka infeksi akan menembus dan
masuk ke jaringan lunak. Penyebaran infeksi ini tergantung dari daya tahan jaringan dan tubuh.
Keterangan :
a. Abses submukosa.
b. Abses bukal
c. Abses submandibula
d. Abses perimandibula
e. Abses subkutan
f. Sinusitis maksilaris.
Infeksi odontogen dapat menyebar melalui jaringan ikat (perikontinuitatum), pembuluh
darah (hematogenous), dan pembuluh limfe (limfogenous). Yang paling sering terjadi adalah
penjalaran secara perkontinuitatum karena adanya celah/ruang di antara jaringan berpotensi
sebagai tempat berkumpulnya pus. Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses
palatal, abses submukosa, abses gingiva, cavernous sinus thrombosis, abses labial, dan abses
facial. Penjalaran infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses subingual, abses
submental, abses submandibular, abses submaseter, dan angina ludwig. Ujung akar molar kedua
dan ketiga terletak dibelakang bawah linea mylohyoidea (tempat melekatnya m. Mylohyoideus)
yang terletak di aspek daam mandibula, sehingga jika molar kedua dan ketiga terinfeksi dan
membentuk abses, pus nya dapat menyebar ke ruang submandibula dan dapat meluas ke ruang
parafaringeal. Abses pada akar gigi menyebar ke ruang submandibula akan menyebabkan sedikit
ketidaknyamanan pada gigi, dan pembengkakan sekitar wajah di daerah bawah. Setelah 3 hari
pembengkakan akan terisi pus. Jika tidak diberikan penanganan, maka pus akan keluar,
menyebabkan terbentuknya fistel pada kulit. Pus tersebut juga dapat menyebar ke jaringan lain
6
sekitar tenggorokan, dan ini dapat menyebabkan problem pernafasan. Jadi abses submandibular
merupakan kondisi yang serius. (2,10,11)
GEJALA KLINIS
Secara umum, gejala abses adalah :
Nyeri
Bengkak
Eritema pada jaringan
Trismus
Demam
Pembengkakan pada abses biasanya :
Terasa nyeri
Panas
Kurang dari 2 minggu
Berkembang sangat cepat
Disertai sakit gigi atau terlihat karies gigi (9)
Gejala klinis abses submandibula meliputi demam tinggi, nyeri leher disertai pembengkakan di
bawah mandibula dan atau di bawah lidah, mungkin berfluktuasi. Dapat juga terjadi sakit pada
dasr mulut, trismus, indurasi submandibula dan kulit di bawah dagu eritema dan oedem. (1,9)
DIAGNOSIS
Diagnosis di tegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang .
a. Anamnesis
Sesuai etiologi yang paling sering mengakibatkan abses submandibula, dari anamnesis di
dapatkan adanya riwayat sakit gigi, mengorek atau mencabut gigi atau adanya riwayat
higiene gigi yang buruk. Dari anamnesis juga didapatkan gejala berupa sakit pada dasar
mulut dan sukar membuka mulut. (1,5,9)
b. Pemeriksaan fisik
7
Pada pemeriksaan tanda vital biasa ditemukan demam. Selain itu juga ditemukan adanya
pembengkakan di bawah dagu. Bila di palpasi, akan terasa kenyal dan terdapat pus. (1,9,10)
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa CT scan. CT scan merupakan
pencitraan pilihan yang dipakai untuk infeksi leher dalam karena dapat mengetahui
lokalisasi kumpulan abses yang tidak dapat diperiksa. CT scan menunjukkan lokasi,
batas-batas, dan hubungan infeksi ke struktur neurovascular sekitarnya. Pada CT scan
abses terlihat sebagai lesi densitas rendah, ataupun gambaran air fluid level. Selain itu
foto panoramik rahang juga dapat membantu untuk menentukan tempat fokal infeksinya. (4,12)
Dapat juga dilakukan kultur darah bila terjadi sepsis dan kultur abses untuk pengobatan
yang tepat terhadap kuman penyebab. (4)
8
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan abses submandibula meliputi:
- Penatalaksanaan terhadap abses
- Penatalaksanaan terhadap penyebab(1,2)
Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan secara
parenteral. Abses submandibula sering disebabkan oleh infeksi gigi dan paling sering
menyebabkan trismus. Maka sesegera mungkin setelah trismus hilang, sebaiknya pengobatan
terhadap penyebab segera dilakukan.
9
Pola Kepekaan kuman anerob terhadap antibiotik
Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses yang dangkal dan
terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas.
10
Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hyoid, tergantung letak
dan luas abses.
Insisi dan drinase abses
Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi adalah Ludwig’s angina. Ludwig’s angina adalah infeksi
berat yang melibatkan dasar mulut, ruang submental, dan ruang submandibula. Penyebab dari
Ludwig’s angina ini pun bisa karena infeksi lokal dari mulut, karies gigi, terutama gigi molar dan
premolar, tonsilitis, dan karena trauma ekstraksi gigi. Dapat juga disebabkan oleh kuman aerob
maupun anaerob.(5,13)
11
Ludwig’s angina merupakan peradangan selulitis atau flegmon dari bagian superior ruang
suprahioid. Ruang potensial ini berada antara otot-otot yang melekatkan lidah pada tulang hioid
dan otot milohioideus. Peradangan ruang ini menyebabkan kekerasan yang berlebihan pada
jaringan dasar mulut dan mendorong lidah ke atas dan ke belakang. Dengan demikian dapat
menyebabkan obstruksi jalan nafas secara potensial.(14)
Gejalanya sangat cepat. Dapat menyebabkan trismus, disfagia, leher membengkak secara
bilateral berwarna kecoklatan. Dan pada perabaan akan terasa keras. Yang paling berakibat fatal
adalah Ludwig’s angina tersebut dapat menyebabkan lidah terdorong ke atas dan belakang
sehingga menimbulkan sesak nafas dan asfiksia karena sumbatan jalan nafas yang kemudian
dapat menyebabkan kematian.(2,4,5,13,14)
PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan gigi ke dokter secara rutin dan teratur,
penanganan infeksi gigi dan mulut yang tepat dapat mencegah kondisi yang akan meningkatkan
terjadinya Ludwig’s angina.(2)
PROGNOSIS
12
Pasien dengan infeksi leher dalam yang diobati dapat sembuh sempurna bila infeksi
ditangani dengan baik dan tepat waktu. Pasien yang mendapat pengobatan yang terlambat dapat
mengakibatkan terjadinya komplikasi dan penyembuhan yang lama. Sekali infeksi leher dalam
ditangani secara sempurna, maka tidak ada kecenderungan untuk kambuh lagi.(4)
KESIMPULAN
13
Abses submandibula adalah abses yang berlokasi pada ruang submandibula. Biasanya
disebabkan oleh infeksi yang dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, tonsil, sinus, dan
kelenjar liur atau kelenjar limfa submandibula. Mungkin juga sebagian kelanjutan infeksi ruang
leher dalam lainnya. Kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan anaerob. Gejala
klinis abses submandibula meliputi demam tinggi, nyeri leher disertai pembengkakan di bawah
mandibula dan atau di bawah lidah, mungkin berfluktuasi. Dapat juga terjadi sakit pada dasar
mulut, trismus, indurasi submandibula dan kulit di bawah dagu eritema dan oedem. Pada
pengobatan dapat diberikan antibiotik dosis tinggi dan dapat juga dilakukan insisi dan drainase
abses sesegera mungkin agar tidak terjadi komplikasi. Prognosis umumnya baik bila ditangani
secara tepat dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
14
1. Fachruddin, D. Abses Leher Dalam. In: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J eds.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi ke-6.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal 229
2. Ludwig’s Angina. Available in: http:/dilamhealth.blogspot.com/2010/03/angina-
ludwig.html
3. Hibbert J. Laryngology and Head and Neck Surgery. Oxford: Butterworth-Heinemann.
1997. Page 5,16,17
4. Murray AD, Marcincuk MC. Deep Neck Infection. Available in:
http:/emedicine.medscape.com./article/837048-overview
5. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head and Neck Surgery. New York: McGraw-Hill.
2003. Page 422-432
6. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 4 th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2006. Page 668-680
7. Ruckenstein MJ. Comprehensive Review of Otolaryngology. Philadelphia: Saunders.
2004. Page 178-179
8. Cummings CW, Robbins KT. Otolaryngology Head and Neck Surgery. 4th Ed.
Pennsylvania: Elsevier Mosby. 2005. Page 64-67
9. Anniko M, Sprekelsen Mb, Bonkowsky V, dkk. Otorhinology Head and Neck Surgery.
New York: Springer. Page 414-415. Available in: http://books.google.co.id/books?
id=13fPEPZQqoQC&pg=PA414&dq=submandibular+space+abcess,
+otorhinolaryngology&hl=id&ei=I1ttTJ7FGou4vgOqvJC3DQ&sa=X&oi=book_result&
ctbook-thumbnail&resnumb=1nfed=0CCjQ6wEwAA#v=onepage&q=submandibular
%20space%20abscess%2c%20otorhinolaryngology&f=false
10. Mansjoer A, Trianti K, Savitri R, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3. Jakarta: Penerbit
Media Aesculapius. 2001. Page 149-150
11. Dental Health International Netherland. Available in: http.//www.dhin.nl/boh_part4.htm
12. Treatment. Available in: http.//www.ebmedicine.net/topics.thp?
pactionshowtopicseg&topics_id=32&seg_id=577
13. Ballenger JJ. Disease of Nose, Throat and Ear. 12th Ed. Philadelphia: Lea & Febiger;
1980. Page 280-290
15
14. Adams JL, Boies LR, Higler PA. Boeis Buku Ajar Penyakit THT. Ed 6. Jakarta: EGC;
2007. Page 345-346
STATUS ORANG SAKIT
16
SMF ILMU PENYAKIT TELINGA,HIDUNG,TENGGOROK BEDAH KEPALA
LEHER
RSU DR.PIRNGADI
I. ANAMNESA PRIBADI
Nama : Sherty ardina
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswi
Suku : Minang
Agama : Islam
Alamat : Jln. Kapten muslim solo tengah 190 Medan
II.ANAMNESA PENYAKIT
A. Keluhan Utama : Bengkak dibawah dagu sejak 3 hari yang lalu
B. Telaah :
Hal ini telah dialami pasien sejak ± 11 hari yang lalu. Awalnya os menderita
sakit gigi kemudian tiba-tiba bengkak pada daerah dibawah dagu kemudian
bengkak tersebut di rasakan semakin membesar, bengkak dan nyeri. Kemudian
mengoleskan daerah yang bengkak dengan Gentian Violet.
Nyeri tenggorokan (+), sakit menelan (+) dialami OS sejak 11 hari yang lalu.
Demam(+) dialami OS sejak 11 hari yang lalu.
Sukar membuka mulut dialami OS sejak 10 hari yang lalu.
Riwayat sakit gigi (+) dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Batuk (-), Pilek (-)
RPT : tidak ada
RPO : tidak ada
17
PEMERIKSAAN FISIK
A. HIDUNG Kanan Kiri
Cairan
Encer : (-) (-)
Kental : (-) (-)
Darah : (-) (-)
Nanah : (-) (-)
Berbau : (-) (-)
Tumpat : (-) (-)
Penciuman : baik baik
Sakit : (-) (-)
Gatal : (-) (-)
Bersin-bersin : (-) (-)
B. TELINGA Kanan Kiri
Cairan :
Encer (-) (-)
Kental (-) (-)
Darah (-) (-)
Nanah (-) (-)
Gatal : (-) (-)
Dikorek : (-) (-)
Sakit : (-) (-)
Bengkak : (-) (-)
Pendengaran : Normal Normal
Tinnitus : (-) (-)
Mengunyah sakit : (-) (-)
18
C. KERONGKONGAN Kanan Kiri
Sakit leher : (+) (-)
Sakit menelan : (+) (-)
Seperti ada dahak : (-) (-)
Terasa sakit : (-) (-)
Gatal : (-) (-)
Lendir : (-) (-)
Berbunyi : (-) (-)
ANAMNESA PENYAKIT : Asma : (-), Alergi hidung : (-), Kulit gatal : (-), Migren: (-)
ANAMNESA UMUM : Demam : (+), Batuk : (-), Pilek : (-), Sering minum obat : (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK
a) Status Present
Sensorium : Compos mentis
KU/KP/ KG : Sedang / Sedang / sedang Anemia : (-)
TD : 130/80 mmHg Sianosis : (-)
Pernafasan : 30 x/i Dyspnoe : (-)
Nadi : 80 x/i Edem : (-)
Suhu : 38 °C Ikterus : (-)
b) PEMERIKSAAN UMUM
Kepala
Mata : RC +/+, pupil isokor, Conj.palp.inf anemis (-).Sclera ikterik(-)
Telinga : Dalam batas normal
19
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Lihat status lokalisata
Leher : Bengkak (+), tertutup perban karena sudah di insisi
Abdomen : Dalam batas normal
Genitalia : Perempuan, Tidak di lakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
c) STATUS LOKALISATA
1.TELINGA Kanan Kiri
Daun telinga
Bentuk : normal normal Bisul : (-) (-) Luka : (-) (-) Cairan : (-) (-) Fistel congenital: (-) (-) Tumor/Kista : (-) (-)
Pemeriksaan Aurikuler
Benjolan : (-) (-) Fistel : (-) (-) Luka : (-) (-) Nanah : (-) (-) Darah : (-) (-) Granulasi : (-) (-) Nyeri Tekan : (-) (-)
Liang telinga
Luas : Normal Normal Benjolan : (-) (-) Cairan : (-) (-) Encer : (-) (-) Nanah : (-) (-)
20
Darah : (-) (-) Serumen : (-) (-) Granulasi : (-) (-) Polip : (-) (-) Fistel : (-) (-) Tumor : (-) (-) Nyeri Tekan : (-) (-) Hiperemis : (-) (-)
Membran Tympani
Bentuk : Normal Normal Warna : Putih mutiara Putih mutiara Reflek cahaya : (+) (+) Atrofi : (-) (-) Pengapuran : (-) (-) Perforasi : (-) (-) Retraksi : (-) (-) Granulasi : (-) (-) Polip : (-) (-)
Tes Pendengaran
Penala 64 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan
Penala 128 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan
Penala 256 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan
Penala 512 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan
Penala 1024 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan
Penala 2048 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan
Penala 4096 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes berbisik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes Rinne : (+)
Tes Weber :Tidak ada lateralisasi
Tes Schwabach :Sama dengan pemeriksa
2. HIDUNG
Bentuk : Normal Luka : (-) Cairan : (-) Krusta : (-)
21
Bisul : (-) Fraktur : (-)
Rhinoskopi anterior Kanan Kiri
Kavum nasiSecret : (-) (-)
Selaput lendirWarna : biasa biasaPermukaan : Licin Licin
Konka inferior : Normal Normal Konka media : SDN SDN Konka superior : SDN SDN Septum Nasi
Deviasi : (-) (-)Abses : (-) (-)Krusta : (-) (-)
Cairan
Darah : (-) (-)
Nanah : (-) (-)
Polip : (-) (-) Krusta : (-) (-) Tumor : (-) (-) Korpus alienum : (-) (-)
Rhinoskopi Posterior
Kavum nasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Khoana : Tidak dilakukan pemeriksaan
Konka media : Tidak dilakukan pemeriksaan
Meatus nasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Septum nasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Polip nasal drip : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tuba eustachius : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fosa roascrunuller: Tidak dilakukan pemeriksaan
Adenoid : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tumor : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sinus Paranasal
22
Sinus maksilaris sinus ethmoidalis
Nyeri tekan : (-) (-) Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan Ro-foto (-) (-)
Sinus sphenoidalis sinus frontalis
Nyeri tekan : (-) (-) Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan Ro-foto (-) (-)
MULUT
Bibir
Bentuk :Normal Luka : (-)
Gigi
Caries : (+)
Lidah
Bentuk : Normal Selaput : (-) Luka : (-)
Pallatum molle
Bentuk : SDN Warna : SDN Uvula : SDN Gerakan : SDN
Faring
Selaput lendir : SDN Luka : SDN Selaput : SDN Tonjolan : SDN
Tonsil
Permukaan : SDN Besar : SDN Selaput : SDN
23
Sikatrik : SDN Plika anterior : SDN Perlengketan : SDN Kripta : SDN Lakuna : SDN
Laringoskopi Indirek :Tidak dilakukan Pemeriksaan
Pangkal lidah : Tidak dilakukan Pemeriksaan Tonsil lidah : Tidak dilakukan Pemeriksaan Vallekula : Tidak dilakukan Pemeriksaan Epiglotis
Bentuk : Tidak dilakukan Pemeriksaan Warna : Tidak dilakukan Pemeriksaan Luka : Tidak dilakukan Pemeriksaan Beslag : Tidak dilakukan Pemeriksaan
Aritenoid : Tidak dilakukan Pemeriksaan Plika ventrikuli
Warna : Tidak dilakukan Pemeriksaan Luka : Tidak dilakukan Pemeriksaan Benjolan : Tidak dilakukan Pemeriksaan Corpus alienum: Tidak dilakukan Pemeriksaan
Plika vokalis Bentuk : Tidak dilakukan Pemeriksaan Warna : Tidak dilakukan Pemeriksaan Luka : Tidak dilakukan Pemeriksaan Beslag : Tidak dilakukan Pemeriksaan Gerakan : Tidak dilakukan Pemeriksaan Tumor : Tidak dilakukan Pemeriksaan Corpus alienum: Tidak dilakukan Pemeriksaan
Sinus piriformis : Tidak dilakukan Pemeriksaan Trakea : Tidak dilakukan Pemeriksaan
IV. LABORATORIUM :
DARAH RUTIN HB : 14,11 g/dl Leukosit : 14110/mm3
Ht : 42,7% Trombosit : 412.000/mm3
LED : 68 mm/jamKGD Ad Random: 126 mg/dlLFT SGOT : 17 U/I SGPT : 21 U/I
RFT
24
Ureum : 48 mg/dl Creatinin : 0,36 mg/dl
Elektolit Natrium : 132 mmol/dl Kalium : 4,3 mmol/dl Chlorida : 110 mmol/dl
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada tanggal 27 agustus 2012 dilakukan Foto Colli, dengan hasil sebagai berikut :
Trakea letak medial,tulang-tulang intake.
Saran : USG colli atau jaringan lunak leher.
Pada tanggal 27 agustus 2012 dilakukan foto thoraks, dengan hasil sebagai berikut :
Cor dan paru dalam batas normal.
VI. KESIMPULAN
Telah datang seorang pasien Perempuan, 25 tahun dengan keluhan
utama Bengkak dibawah dagu sejak 3 hari yang lalu. Hal ini telah dialami
pasien sejak ± 11 hari yang lalu. Awalnya os menderita sakit gigi kemudian tiba-
tiba bengkak pada daerah dibawah dagu kemudian bengkak tersebut di rasakan
semakin membesar, bengkak dan nyeri. Kemudian mengoleskan daerah yang
bengkak dengan Gentian Violet. Nyeri tenggorokan (+), sakit menelan (+)
dialami OS sejak 11 hari yang lalu.Demam(+) dialami OS sejak 11 hari yang
lalu. Sukar membuka mulut dialami OS sejak 10 hari yang lalu.Riwayat sakit gigi
(+) dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.Batuk (-), Pilek (-).
Karena nyeri semakin memberat maka OS memutuskan untuk berobat ke
RSUPM
VII.DIAGNOSA BANDING
1. Post insisi abses Submandibula
25
2. Abses parafaring
VIII.DIAGNOSA SEMENTARA
Post insisi abses submandibula
IX. TERAPI
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Meroponem 1 gr/ 12 jam
Inj Ketorolac 1 amp/8 jam
Inj Dexamethasone 1 amp/ 12 jam
Inj Ranitidine 1 amp/ 8 jam
Metronidazole drip 500mg / 8 jam
FOLLOW UP
Hari Rawatan XII (01 September 2012)
S : Nyeri berkurangO : Sens : Composmentis TD : 120/80 mmHg Pols : 80 x/i RR : 22 x/i T : 37 °C
P:
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Meroponem 1 gr/ 12 jam (H.9)
Inj Ketorolac 1 amp/8 jam (kp)
26
A : Post Insisi abses Sebmandibula Inj Dexamethasone 1 amp/ 12 jam
Inj Ranitidine 1 amp/ 8 jam
Metronidazole drip 500mg / 8 jam
Hari Rawatan XIII(02 september 2012)
S : Nyeri berkurangO : Sens : Composmentis TD : 120/70 mmHg Pols : 86 x/i RR : 24 x/i T : 37,1 °CA : Post Insisi abses Submandibula
P :
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Meroponem 1 gr/ 12 jam (H.10)
Inj Ketorolac 1 amp/8 jam (kp)
Inj Dexamethasone 1 amp/ 12 jam
Inj Ranitidine 1 amp/ 8 jam
Metronidazole drip 500mg / 8 jam
Tanggal 03 September 2012 Pasien PBJ
27
top related