65289917 referat ca mammae

Upload: yanthie-moe-munk

Post on 15-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • REFERAT

    CARCINOMA MAMMAE

    Oleh :

    Gilang Pramudya S 0410174Katharine R H 0610178Arlene Angelina 0710072Edwin Aryanto 0710126Samuel K R 0710142

    Pembimbing :dr. Danny Ganiarto S, SpB

    BAGIAN ILMU BEDAHRUMAH SAKIT BHAYANGKARA

    SARTIKA ASIHBANDUNG

    2011

    2

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    I. Latar Belakang Masalah

    Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan

    kesengsaraan dan kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker

    merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit-penyakit

    kardiovaskular (Ama, 1990). Diperkirakan, kematian akibat kanker di dunia

    mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara

    berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3

    juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang (Parkin,et al 1988

    dalam Sirait, 1996).

    Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk

    setiap 100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat

    dari tahun ke tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi,

    serta perubahan pola penyakit (Tjindarbumi, 1995). Menurut hasil Survei

    Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992, kanker menduduki urutan ke-9 dari

    10 penyakit terbesar penyebab utama kematian di Indonesia. Angka proporsi

    penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat dari 3,4 (SKRT 1980)

    menjadi 4,3 (SKRT 1986), 4,4 (SKRT 1992), dan 5,0 (SKRT 1995). Data

    Profil Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat

    inap di rumah sakit di Indonesia mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi

    4,1%. Selain itu, peningkatan proporsi penderita yang dirawat inap juga terjadi

    peningkatan di rumah sakit DKI Jakarta pada 1993 dan 1994, dari 4,5%

    menjadi 4,6%.

    Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens

    relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000

    kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak

    3

  • 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara

    yang sedang berkembang (Moningkey, 2000). Di Amerika Serikat, keganasan

    ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000

    wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua

    kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita

    kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya

    meninggal setiap tahunnya (Oemiati, 1999). American Cancer Society

    memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000

    di antaranya meninggal antara 1990-2000 (Moningkey, 2000).

    Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker

    leher rahim di Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992,

    keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim

    dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yang

    banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara ditemukan pada stadium

    lanjut (Moningkey, 2000). Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik

    Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat

    kanker payudara menurut golongan penyebab sakit menunjukkan peningkatan

    dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari, 1998).

    Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan

    dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam

    keadaan lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker

    tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat

    dicegah. Tjindarbumi (1982) mengatakan, bila penyakit kanker payudara

    ditemukan dalam stadium dini, angka harapan hidupnya (life expectancy)

    tinggi, berkisar antara 85 s.d. 95%. Namun, dikatakannya pula bahwa 70--90%

    penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk

    dalam stadium lanjut.

    Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan hasilnya

    sangat tidak memuaskan. Pengobatan kuratif untuk kanker umumnya operasi

    4

  • dan atau radiasi. Pengobatan pada stadium dini untuk kanker payudara

    menghasilkan kesembuhan 75% (Ama, 1990). Pengobatan pada penderita

    kanker memerlukan teknologi canggih, ketrampilan, dan pengalaman

    yang luas. Perlu peningkatan upaya pelayanan kesehatan, khususnya di RS

    karena jumlah yang sakit terus-menerus meningkat, terlebih menyangkut

    golongan umur produktif. Informasi tentang faktor-faktor ketahanan hidup

    memberikan manfaat yang besar. Bukan hanya untuk peningkatan penanganan

    penderita kanker payudara, tapi juga untuk memberikan informasi yang cukup

    kepada masyarakat tentang kanker payudara dan perkembangan serta prognosis

    penyakit tersebut di masa mendatang.

    5

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Embriologi

    Payudara merupakan suatu kelompok kelenjar-kelanjar besar yang berasal

    dari epidermis, yang terbungkus dalam fascia yang berasal dari dermis, dan

    fascia superficial dari permukaan ventral dada. Puting susu sendiri merupakan

    suatu proliferasi lokal dari stratum spinosum epidermis.

    Selama bulan kedua kehamilan, dua berkas lapisan tebal ectoderm muncul

    pada dinding depan tubuh terbentang dari aksila ke lipat paha. Dua berkas ini

    adalah milk line dan melambangkan jaringan kelenjar mamma yang potensial

    (Gambar 1.1). Pada manusia, hanya bagian pectoral dari berkasi ini yang akan

    menetap dan akhirnya berkembang menjadi kelenjar mamma dewasa. Kadang-

    kadang, jaringan payudara yang tersisa atau bahkan fungsional dapat muncul

    dari bagian lain dari milk line.1

    Gambar 1.1. A. Milk

    line dari embrio mamalia secara umum, kelanjar mamma terbentuk

    6

  • sepanjang garis ini. B. Tempat umum terbentuknya kelenjar mamma atau

    supernumerary nipples pada manusia1

    Gambar 1.2. Pembentukkan payudara. A-D : stadium pembentukkan kelenjar

    dan sistem duktus berasal dari epidermis. Septa jaringan ikat berasal dari

    mesenkim dermis. E : eversi putting menjelang kelahiran. 1

    2.2. Anatomi

    Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding depan

    dada. Dasar dari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas sampai iga

    keenam atau ketujuh di sebelah bawah, dan dari sternum batas medialnya sampai

    ke garis midaksilrasis sebagai batas lateralnya. Duapertiga dasar tersebut terletak

    di depan M.pectoralis major dan sebagian M.serratus anterior. Sebagian kecil

    terletak di atas M.obliquus externus.

    Pada 95% wanita terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas sampai ke

    aksila. Ekor ini (tail of Spence) dari jaringan mammae memasuki suatu hiatus

    7

  • (dari Langer) dalam fascia sebelah dalam dari dinding medial aksilaI. Hanya ini

    jaringan mammae yang ditemukan secara normal di bawah fascia sebelah dalam. 1

    Gambar 1.3. Potongan sagital mammae dan dinding dada sebelah depan1

    Gambar 1.4. Topografi aksila (Anterior view)

    Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar

    daripada yang lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan

    secara bebas dengan fascia sebelah dalam. Lobus-lobus ini beserta duktusnya

    adalah kesatuan dalam anatomi, bukan kesatuan dalam bedah. Suatu biopsy

    8

  • payudara bukan suatu lobektomi, dimana pada prosedur semacam itu, sebagian

    dari 1 atau lebih lobus diangkat.

    Antara fascia superficial dan yang sebelah dalam terdapat ruang

    retromammary (submammary) yang mana kaya akan limfatik.

    Lobus-lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan

    dengan posisi dari papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral menuju

    papilla seperti jari-jari roda berakhir secara terpisah di puncak dari papilla.

    Segmen dari duktus dalam papilla merupakan bagian duktus yang tersempit. Oleh

    karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel cenderung untuk terkumpul dalam

    bagian duktus yang berada dalam papilla, mengakibatkan ekspansi yang jelas dari

    duktus dimana ketika berdilatasi akibat isinya dinamakan lactiferous sinuse . Pada

    area bebas lemak di bawah areola, bagian yang dilatasi dari duktus laktiferus

    (lactiferous sinuses) merupakan satu-satunya tempat untuk menyimpan susu.

    Intraductal papillomas sering terjadi di sini.

    Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita

    jaringan ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan dalam

    dari fascia superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel ke elemen

    parenkim dan duktus. Kadang-kadang, fascia superfisial terfiksasi ke kulit,

    sehingga tidak mungkin dilakukan total mastectomy subkutan yang ideal. Dengan

    adanya invasi keganasan, sebagian dari ligamentum Cooper akan mengalami

    kontraksi, menghasilkan retraksi dan fiksasi atau lesung dari kulit yang khas. Ini

    berbeda dengan penampilan kulit yang kasar dan ireguler yang disebut peau

    d'orange, dimana pada peau d'orange perlekatan subdermal dari folikel-folikel

    rambut dan kulit yang bengkak menghasilkan gambaran cekungan dari kulit. 1

    9

  • Gambar 1.5. Dumpling of the breast, akibat dari terlibatnya ligamentum Cooper

    pada penyakit yang invasive. Dapat diperjelas dengan penekanan

    oleh tangan pemeriksa. 1

    Suplai darah

    Mammae diperdarahi dari 2 sumber, yaitu A. thoracica interna, cabang dari A.

    axillaries, dan A. intercostal.

    Gambar 1.6. A. Pada 18% individu, payudara diperdarahi oleh arteri internal thoracic, axillary, dan intercostals. B. Pada 30%, kontribusi dari A.aksilaris tidak berarti. C. Pada 50%, A.intercostal hanya sedikit kontribusinya. 1

    Vena aksilaris, vena thoracica interna, dan vena intercostals 3-5 mengalirkan

    darah dari kelenjar mamma. Vena-vena ini mengikuti arterinya.

    Vena aksilaris terbentuk dari gabungan vena brachialis dan vena basilica,

    terletak di medial atau superficial terhadaop arteri aksilaris, menerima juga 1 atau

    2 cabang pectoral dari mammae. Setelah vena ini melewati tepi lateral dari iga

    pertama, vena ini menjadi vena subclavia. Di belakang, vena intercostalis

    berhubungan dengan sistem vena vertebra dimana masuk vena azygos,

    10

  • hemiazygos, dan accessory hemiazygos, kemudian mengalirkan ke dalam vena

    cava superior. Ke depan, berhubungan dengan brachiocephalica.

    Melaui jalur kedua jalur pertama, metastasis ca mammae dapat mencapai

    paru-paru. Melalui

    jalurketiga, metastasis dapat

    ke tulang dan system saraf

    pusat.1

    Gambar 1.7. Diagram potongan frontal mammae kanan menunjukkan jalur drainase vena. A. Drainase medial melalui internal thoracic vein ke jantung kanan. the right heart. B. Drainage posterior ke vertebral veins. C. Drainase lateral ke intercostal, superior epigastric veins, dan hati. D. Darinase superior lateral superior melalui vena aksilaris ke jantung kanan.1

    Aliran limfatik

    Kelenjar getah bening dari regio mammae terdapat dalam kelompok inkonstan

    yang bervariasi. Seringnya pembagian menurut Haagensen.

    11

  • Gambar 1.8. Kelenjar getah bening aksila dan payudara menurut klasifikasi dari

    Haagensen (kiri). Aliran limfatik mammae (kanan). 1

    Klasifikasi utama Haagensen adalah axillary dan internal thoracic (mammary).

    1. Drainase Aksilaris (35.3 nodes).

    Group 1. External mammary nodes (1.7 nodes), juga dikenal sebagai anterior

    pectoral nodes. Ini terletak sepanjang batas lateral dari M. pectoralis minor, di

    bawah M. pectoralis major, sepanjang sisi medial dari aksila mengikuti aliran

    lateral thoracic artery pada dinding dada, mulai dari iga 2-6. Di bawah areola

    terdapat perluasan jaringan pembuluh-pembuluh limfatik, dinamakan

    subareolar plexus of Sappey.

    Gambar 1.9. Aliran limfatik mammae. Aliran limfe langsung dari kulit ditunjukkan oleh tanda panah pada mammae kanan dan sisi medial mammae kiri. 1. Areolar plexus of vessels, draining areola, nipple and some parenchyma. 2. Anterior pectoral nodes. 3. Central axillary nodes. 4. Interpectoral nodes (a path which can bypass central axillary nodes). 5. Apical, infraclavicular nodes. 6. Retrosternal nodes.

    Group 2. Scapular nodes (5.8 nodes). Terletak di atas pembuluh-pembuluh darah

    subsakapular. Limfatik dari KGB ini salng berhubungan dengan pembuluh

    limfe intercistal.

    Group 3. Central nodes (12.1 nodes). Merupakan kelompok kelenjar getah bening

    yang terbesar; merupakan KGB yang paling mudah dipalpasi di aksila karena

    ukurannya yang besar. Ketika KGB ini membesar, dapat menekan

    12

  • intercostobrachial nerve, cabang kutaneus lateral dari second atau third

    thoracic nerve, dapat timbul nyeri.

    Group 4. Interpectoral nodes (Rotter's nodes) (1.4 nodes). Terletak antara otot

    pektoralis mayor dan minor, sering terdapat tunggal. Merupakan kelompok

    KGB terkecil dari KGB aksila dan tidak dapat ditemukan walaupun M.

    pectoralis major diangkat.

    Group 5. Axillary vein nodes (10.7 nodes). Merupakan kelompok KGB terbesar

    kedua di aksila. Terletak di permukaan ventral dan kaudal dari bagian lateral

    vena aksilaris.

    Group 6. Subclavicular nodes (3.5 nodes). Terletak pada permukaan ventral dan

    kaudal dari bagian medial vena aksilaris. These lie on the caudal and ventral

    surfaces of the medial part of the axillary vein.

    2. Drainase Internal Thoracic (Mammary) (8.5 Nodes)

    Pembuluh-pembuluh limfatik timbul dari tepi medial mammae pada fascia

    pectoralis. KGB ini juga menerima trunkus limfatikus dari kulit mammae

    kontralateral, hati, diafragma, rectus sheath, bagian atas rectus abdominis. KGB

    sekitar 4-5 setiap sisinya, kecil, dan biasanya dalam lemak dan jaringan ikat dari

    ruang interkosta. Saluran ini bermuara ke ductus thoracicus atau ductus limfatikus

    dextra. Rute ke vena aksilaris lebih pendek daripada rute aksila.1

    Dalam staging, bila ditemukan metastasis ke KGB supraclavicular, cervical,

    atau contralateral internal mammary dianggap telah mengadakan metastasis jauh

    (M1). Yang termasuk KGB regional :

    1. KGB aksila (ipsilateral) : interpectoral (Rotter's) nodes dan KGB sepanjang

    vena aksilaris dan bagian-bagiannya yang dapat dibagi ke dalam beberapa

    tingkat :

    a. Level I (low axilla): KGB lateral dari tepi lateral M pectoralis minor

    b. Level II (midaxilla): KGB antara tepi medial dan lateral M pectoralis minor

    dan KGB interpectoral (Rotter's)

    c. Level III (apical axillary): KGB medial dari tepi medial M pectoralis minor

    termasuk subclavicular, infraclavicular, or apical

    Catatan : KGB intramammary disandikan sebagai KGB aksila.

    13

  • Gambar 1.10. Kelompok kelenjar getah bening aksila. Level I meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak lateral dari M. Pectoralis minor, Level II meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak di bawah M. Pectoralis minor, Level III meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak medial dari M. Pectoralis minor. 1

    2. Internal mammary (ipsilateral): KGB di ruang intercosta sepanjang tepi

    sternum dalam fascia endothoracica.

    Persarafan

    Mammae dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-cabangnya

    melewati permukaan kelenjar. 2 cabang mammae dari nervus kutaneus lateral

    keempat juga mempersarafi papilla mammae.

    Gambar 1.11. Saraf-saraf perifer penting yang ditemukan selama mastectomy 2.3. Etiologi (Faktor risiko)

    14

  • Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa penelitian

    menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih sering untuk

    berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang tidak memiliki

    beberapa faktor risiko tersebut.2 Beberapa faktor risiko tersebut 3,4 :

    Umur :

    Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring

    bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-

    rata pada wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum

    menopause. Kanker dapat didiagnosis pada wanita premenopause atau

    sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya cenderung lebih agresif, derajat tumor

    yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga survival rates-nya

    lebih rendah.

    Riwayat kanker payudara :

    Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara

    mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang

    lainnya.

    Riwayat Keluarga :

    Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau

    saudara perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih

    tinggi jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40

    tahun. Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga

    ayah atau ibu) yang menderita kanker payudara.

    Perubahan payudara tertentu :

    Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya yang

    terlihat abnormal pada pemeriksaan mikroskopik. Risiko kanker akan

    meningkat bila memiliki tipe-tipe sel abnormal tertentu, seperti atypical

    hyperplasia dan lobular carcinoma in situ [LCIS].

    Perubahan Genetik :

    Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko terjadinya

    kanker payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen lainnya.

    15

  • BRCA1 and BRCA2 termasuk tumor supresor gen. Secara umum, gen BRCA-

    1 beruhubungan dengan invasive ductal carcinoma, poorly differentiated, dan

    tidak mempunyai reseptor hormon. Sedangkan BRCA-2 berhubungan dengan

    invasive ductal carcinoma yang lebih well differentiated dan mengekspresikan

    reseptor hormon. Wanita yang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 akan

    mempunyai risiko kanker payudara 40-85%. Wanita dengan gen BRCA1 yang

    abnormal cenderung untuk berkembang menjadi kanker payudara pada usia

    yang lebih dini.

    Riwayat reproduksi dan menstruasi :

    Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko

    untuk berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya paparan

    justru memberikan efek protektif. Beberapa faktor yang meningkatkan jumlah

    siklus menstruasi seperti menarche dini (sebelum usia 12 tahun), nuliparitas,

    dan menopause yang terlambat (di atas 55 tahun) berhubungan juga dengan

    peningkatan risiko kanker. Diferensiasi akhir dari epitel payudara yang terjadi

    pada akhir kehamilan akan memberi efek protektif, sehingga semakin tua

    umur seorang wanita melahirkan anak pertamanya, risiko kanker meningkat.

    Wanita yang mendapatkan menopausal hormone therapy memakai estrogen,

    atau mengkonsumsi estrogen ditambah progestin setelah menopause juga

    meningkatkan risiko kanker.

    Ras :

    Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih,

    dibandingkan wanita Latin Amerika, Asia, or Afrika. Insidensi lebih tinggi

    pada wanita yang tinggal di daerah industrialisasi.

    Wanita yang mendapat terapi radiasi pada daerah dada :

    Wanita yang mendapat terapi radiasi di daerah dada (termasuk payudara)

    sebelum usia 30 tahun, risiko untuk berkembangnya kanker payudara akan

    meningkat di kemudian hari.

    16

  • Kepadatan jaringan payudara :

    Jaringan payudara dapat padat ataupun berlemak. Wanita yang

    pemeriksaan mammogramnya menunjukkan jaringan payudara yang lebih

    padat, risiko untuk menjadi kanker payudaranya meningkat.

    Overweight atau Obese setelah menopause:

    Kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara setelah menopause

    meningkat pada wanita yang overweight atau obese, karena sumber estrogen

    utama pada wanita postmenopause berasal dari konversi androstenedione

    menjadi estrone yang berasal dari jaringan lemak, dengan kata lain obesitas

    berhubungan dengan peningkatan paparan estrogen jangka panjang.

    Kurangnya aktivitas fisik :

    Wanita yang aktivitas fisik sepanjang hidupnya kurang, risiko untuk

    menjadi kanker payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan membantu

    mengurangi peningkatan berat badan dan obesitas.

    Diet :

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum

    alkohol mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol

    akan meningkatkan kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi banyak makan

    berlemak dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar estrogen serum,

    sehingga akan meningkatkan risiko kanker.

    2.4. Insidensi2

    Tabel 1.1. Persentase insidensi dari kanker payudara herediter, familial, dan sporadik

    Sporadic breast cancer 6575% Familial breast cancer 2030% Hereditary breast cancer 510%

    BRCA-1a

    45%

    BRCA-2 35%

    17

  • p53 (Li-Fraumeni syndrome) 1% STK11/LKB1 (Peutz-Jeghers syndrome) 2

    Personal history Personal history 3-4 Positive BRCA1/BRCA2 mutation >4 Breast biopsy with atypical hyperplasia 4-5 Breast biopsy with LCIS or DCIS 8-10

    Reproductive history Early age at menarche (< 12 y) 2 Late age of menopause 1.5-2 Late age of first term pregnancy (>30

    y)/nulliparity2

    Use of combined estrogen/progesterone HRT 1.5-2Current or recent use of oral contraceptives 1.25Lifestyle factors

    Adult weight gain 1.5-2 Sedentary lifestyle 1.3-1.5 Alcohol consumption 1.5

    DCIS = ductal carcinoma in situ; HRT = hormone replacement therapy; LCIS = lobular carcinoma in situ.

    2.5. Klasifikasi kanker payudara

    1. Non invasive carcinoma

    a) Ductal carcinoma in situ

    Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk

    pada sel kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum

    18

  • menyebar. Saluran menjadi tersumbat dan membesar seiring

    bertambahnya sel kanker di dalamnya. Kalsium cenderung terkumpul

    dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi sebagai

    kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular

    calcifications) atau disebut kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada

    hasil mammogram seorang wanita tanpa gejala kanker.

    DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya

    massa yang secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada

    mammografi. DCIS kadang ditemukan dengan tidak sengaja saat

    dokter melakukan biopsy tumor jinak. Sekitar 20%-30% kejadian

    kanker payudara ditemukan saat dilakukan mamografi. Jika diabaikan

    dan tidak ditangani, DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan potensi

    penyebaran ke seluruh tubuh.

    DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu

    sel cenderung lebih invasif dari tipe satunya. Tipe pertama, dengan

    perkembangan lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel

    normal. Sel ini disebut solid, papillary atau cribiform. Tipe kedua,

    disebut comedeonecrosis, sering bersifat progresif di awal

    perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan bentuk

    tak beraturan.

    19

  • A B

    Gambar 1.12 Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar keluar dari ductus, menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)

    b) Lobular carcinoma in situ

    Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang

    digolongkan sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari

    kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang

    melewati dinding lobulus. Mengacu pada National Cancer Institute,

    Amerika Serikat, seorang wanita dengan LCIS memiliki peluang 25%

    munculnya kanker invasive (lobular atau lebih umum sebagai

    infiltrating ductal carcinoma) sepanjang hidupnya.

    20

  • Gambar 1.13 Lobular carcinoma in situ

    2. Invasive carcinoma

    I. Pagets disease dari papilla mammae

    Pagets disease dari papilla mammae pertama kali dikemukakan pada

    tahun 1974. Seringnya muncul sebagai erupsi eksim kronik dari papilla

    mammae, dapat berupa lesi bertangkai, ulserasi, atau halus. Paget's disease

    biasanya berhubungan dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ) yang luas dan

    mungkin berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi papilla mammae akan

    menunjukkan suatu populasi sel yang identik (gambaran atau perubahan

    pagetoid). Patognomonis dari kanker ini adalah terdapatnya sel besar pucat dan

    bervakuola (Paget's cells) dalam deretan epitel. Terapi pembedahan untuk

    Paget's disease meliputi lumpectomy, mastectomy, atau modified radical

    mastectomy, tergantung penyebaran tumor dan adanya kanker invasif.

    II. Invasive ductal carcinoma

    a. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST) (80%)

    Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60%

    kasus kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun

    makroskopik) ke KGB aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada wanita

    21

  • perimenopause or postmenopause dekade kelima sampai keenam, sebagai

    massa soliter dan keras. Batasnya kurang tegas dan pada potongan

    meilntang, tampak permukaannya membentuk konfigurasi bintang di

    bagian tengah dengan garis berwarna putih kapur atau kuning menyebar ke

    sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker sering berkumpul dalam

    kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang bervariasi.

    b. Medullary carcinoma (4%)

    Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara,

    berkisar 4% dari seluruh kanker payudara yang invasif dan merupakan

    kanker payudara herediter yang berhubungan dengan BRCA-1.

    Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis

    dan perdarahan. 20% kasus ditemukan bilateral. Karakterisitik

    mikroskopik dari medullary carcinoma berupa (1) infiltrat limforetikular

    yang padat terutama terdiri dari sel limfosit dan plasma; (2) inti

    pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif; (3) pola

    pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada diferensiasi

    duktus atau alveolar. Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS

    dengan karakteristik terdapatnya kanker perifer, dan kurang dari 10%

    menunjukkan reseptor hormon. Wanita dengan kanker ini mempunyai 5-

    year survival rate yang lebih baik dibandingkan NST atau invasive

    lobular carcinoma.

    c. Mucinous (colloid) carcinoma (2%)

    Mucinous carcinoma (colloid carcinoma), merupakan tipe khusus lain

    dari kanker payudara, sekitar 2% dari semua kanker payudara yang

    invasif, biasanya muncul sebagai massa tumor yang besar dan ditemukan

    pada wanita yang lebih tua. Karena komponen musinnya, sel-sel kanker ini

    dapat tidak terlihat pada pemeriksaan mikroskopik.

    d. Papillary carcinoma (2%)

    Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker payudara

    sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan

    pada wanita dekade ketujuh dan sering menyerang wanita non kulit putih.

    22

  • Ukurannya kecil dan jarang mencapai diameter 3 cm. McDivitt dan

    kawan-kawan menunjukkan frekuensi metastasis ke KGB aksila yang

    rendah dan 5- and 10-year survival rate mirip mucinous dan tubular

    carcinoma.

    e. Tubular carcinoma (2%)

    Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara

    sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan

    pada wanita perimenopause dan pada periode awal menopause. Long-term

    survival mendekati 100%.

    III. Invasive lobular carcinoma (10%)

    Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker payudara.

    Gambaran histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat, nucleoli

    tidak jelas, dan sedikit sitoplasma. Pewarnaan khusus dapat mengkonfirmasi

    adanya musin dalam sitoplasma, yang dapat menggantikan inti (signet-ring

    cell carcinoma). Seringnya multifokal, multisentrik, dan bilateral. Karena

    pertumbuhannya yang tersembunyi sehingga sulit untuk dideteksi.

    IV. Kanker yang jarang (adenoid cystic, squamous cell, apocrine)

    Tabel 1.2. Distribusi lokasi tumor menurut histologisnya pada semua pasien 1

    Location Lobular (%) Ductal (%) Combination (%)Nipple 2.2 1.7 1.9Central 6.0 5.3 6.1

    Upper inner 7.3 9.2 8.3Lower inner 3.8 4.7 3.9Upper outer 37.0 36.9 37.1Lower outer 5.8 6.4 5.7Axillary tail 0.8 0.8 0.6

    23

  • Location Lobular (%) Ductal (%) Combination (%)Overlapping* 18.6 18.2 19.9

    NOS (not otherwise specified) 18.6 16.8 16.5*Lesions overlap between two quadrants within the breast.

    2.6. Staging 6

    Tabel 1.3. TNM Staging System untuk Breast Cancer

    Tumor Primer (T) TX Tumor primer tidak dapat dinilai T0 Tidak ada bukti terdapat tumor primer Tis Carcinoma in situ Tis(DCIS) Ductal carcinoma in situ Tis(LCIS) Lobular carcinoma in situ Tis(Paget's) Paget's disease dari papilla mammae tanpa tumor (Catatan : Paget's

    disease yang berhubungan dengan tumor diklasifikasikan menurut ukuran tumor)

    T1 Tumor 2 cm T1mic Microinvasion 0.1 T1a Tumor > 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm T1b Tumor > 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm T1c Tumor > 1 tetapi tidak lebih dari 2 cm T2 Tumor > 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm T3 Tumor > 5 cm T4 Tumor ukuran berapapun dengan perluasan langsung ke dinding dada atau

    kulit, seperti yang diuraikan dibawah ini : T4a Perluasan ke dinding dada, tidak melibatkan otot pectoralis T4b Edema (termasuk peau d'orange), atau ulserasi kulit [ayudara, atau ada

    nodul satelit terbatas di kulit payudara yang sama T4c Kriteria T4a dan T4b T4d Inflammatory carcinomaKelenjar Getah BeningKlinis (N) NX KGB regional tidak dapat dinilai (misalnya sebelumnya telah diangkat) N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional N1 Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral tetapi dapat digerakkan N2 Metastasis KGB aksilla ipsilateral tetapi tidak dapat digerakkan atau

    terfiksasi, atau tampak secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla

    24

  • ipsilateral N2a Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral dengan KGB saling melekat atau

    melekat ke struktur lain sekitarnya. N2b Metastasis hanya tampak secara klinis ke KGB internal mammary

    ipsilateral dan tidak terbukti secara klinis terdapat metastasis ke KGB aksilla ipsilateral

    N3 Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksilla, atau secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral tetapi secara klinis terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla ipsilateral; atau metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB infraklavikula atau aksilla ipsilateral

    N3a Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral N3b Metastasis ke KGB internal mammary dan aksilla N3c Metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateralKelenjar Getah Bening RegionalPatologia anatomi (pN) pNX KGB regional tidak dapat dinilai (sebelumnya telah diangkat atau tidak

    dilakukan pemeriksaan patologi) pN0b

    Secara histologis tidak terdapat metastasis ke KGB, tidak ada pemeriksaan tambahan untuk isolated tumor cells (Catatan : Isolated tumor cells (ITC) diartikan sebagai sekelompok tumor kecil yang tidak lebih dari 0.2 mm, biasanya dideteksi hanya dengan immunohistochemical (IHC) atau metode molekuler

    pN0(i) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (-) pN0(i+) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (+), IHC

    cluster tidak lebih dari 0.2 mm

    25

  • pN0(mol) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, pemeriksaan molekuler (-) (RT-PCR)

    pN0(mol+) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, pemeriksaan molekuler (+) (RT-PCR)

    pN1 Metastasis ke 1-3 KGB aksila, dan atau KGB internal mammary terdeteksi secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak tampak

    pN1mi Micrometastasis (> 0.2 mm, < 2.0 mm) pN1a Metastasis ke 1-3 KGB aksila pN1b Metastasis ke KGB internal mammary terdeteksi secara mikroskopis

    melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak tampak pN1c Metastasis ke 1-3 KGB aksila dan ke KGB internal mammary terdeteksi

    secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak tampak (jika berhubungan dengan >3 (+) KGB aksila, KGB internal mammary diklasifikasikan sebagai pN3b)

    pN2 Metastasis ke 4-9 KGB aksila, atau tampak secara klinis ke KGB internal mammary tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla

    pN2a Metastasis ke 4-9 KGB aksila (sedikitnya 1 tumor > 2 mm) pN2b tampak secara klinis ke KGB internal mammary tetapi secara klinis tidak

    terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla pN3 Metastasis ke 10 KGB aksila, atau KGB infraklavikula, atau secara klinis

    ke KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1 atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla tetapi secara klinis microscopic metastasis (-) ke KGB internal mammary; atau ke KGB supraklavikular ipsilateral

    pN3a Metastasis ke 10 KGB aksila (minimal 1 tumor > 2 mm), atau metastasis ke KGB infraklavikula

    pN3b Secara klinis metastasis ke KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1 atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla dan dalam KGB internal mammary dengan kelainan mikroskopis yang terdeteksi melalui diseksi KGB sentinel, tidak tampak secara klinis

    pN3c Metastasis ke KGB supraklavikular ipsilateralMetastasis Jauh (M) MX Metastasis jauh tidak dapat dinilai M0 Tidak terdapat metastasis jauh M1 Terdapat metastasis jauhTampak secara klinis didefinisikan bahwa dapat dideteksi melalui alat pencitraan atau dengan pemeriksaan klinis atau kelainan patologis terlihat jelas.Tidak tampak secara klinis berarti tidak terlihat melalui alat pencitraan (kecuali dengan lymphoscintigraphy) atau dengan pemeriksaan klinis.Klasifikasi berdasarkan diseksi KGB aksila dengan atau tanpa diseksi sentinel dari KGB.

    26

  • Klasifikasi semata-mata berdasarkan diseksi sentinel KGB tanpa diseksi KGB aksila yang selanjutnya direncanakan untuk "sentinel node", seperti pN-(l+) (sn).RT-PCR = reverse transcriptase polymerase chain reaction.SOURCE: Modified with permission from American Joint Committee on Cancer: AJCC Cancer Staging Manual, 6th ed. New York: Springer, 2002, pp 227228.

    Tabel 1.4. TNM Stage Groupings

    Stage 0 Tis N0 M0Stage I T1a N0 M0Stage IIA T0 N1 M0 T1a N1 M0 T2 N0 M0Stage IIB T2 N1 M0 T3 N0 M0Stage IIIA T0 N2 M0 T1a N2 M0 T2 N2 M0 T3 N1 M0 T3 N2 M0Stage IIIB T4 N0 M0 T4 N1 M0 T4 N2 M0Stage IIIC Any T N3 M0Stage IV Any T Any N M1

    a T1 termasuk T1 mic.SOURCE: Modified with permission from American Joint Committee on Cancer: AJCC Cancer Staging Manual, 6th ed. New York: Springer, 2002, p 228.

    2.7. Diagnosis

    a. Gejala

    Gejala yang yang paling sering meliputi 3 :

    1. Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada puting

    susunya

    a. Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar payudara atau di daerah

    ketiak

    27

  • b. Puting susu terasa mengeras

    2. Penderita melihat perubahan pada payudara atau pada puting susunya

    a. Perubahan ukuran maupun bentuk dari payudara

    b. Puting susu tertarik ke dalam payudara

    c. Kulit payudara, areola, atau puting bersisik, merah, atau bengkak.

    Kulit mungkin berkerut-kerut seperti kulit jeruk.

    3. Keluarnya sekret atau cairan dari puting susu

    Pada awal kanker payudara biasanya penderita tidak merasakan nyeri. Jika

    sel kanker telah menyebar, biasanya sel kanker dapat ditemukan di kelenjar

    limfe yang berada di sekitar payudara. Sel kanker juga dapat menyebar ke

    berbagai bagian tubuh lain, paling sering ke tulang, hati, paru-paru, dan otak.4

    Pada 33% kasus kanker payudara, penderita menemukan benjolan pada

    payudaranya. Tanda dan gejala lain dari kanker payudara yang jarang

    ditemukan meliputi pembesaran atau asimetrisnya payudara, perubahan pada

    puting susu dapat berupa retraksi atau keluar sekret, ulserasi atau eritema kulit

    payudara, massa di ketiak, ketidaknyamanan muskuloskeletal. 50% wanita

    dengan kanker payudara tidak memiliki gejala apapun. Nyeri pada payudara

    biasanya berhubungan dengan kelainan yang bersifat jinak.6

    b. Pemeriksaan fisik

    1. Inspeksi

    Inspkesi bentuk, ukuran, dan simetris dari kedua payudara, apakah

    terdapat edema (peau dorange), retraksi kulit atau puting susu, dan eritema.6

    2. Palpasi

    28

  • Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat massa, termasuk palpasi

    kelenjar limfe di aksila, supraklavikula, dan parasternal. Setiap massa yang

    teraba atau suatu lymphadenopathy, harus dinilai lokasinya, ukurannya,

    konsistensinya, bentuk, mobilitas atau fiksasinya.6

    c. Pemeriksaan penunjang

    1. Mammografi

    Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk

    mendeteksi kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat dipalpasi.

    Karsinoma yang tumbuh lambat dapat diidentifikasi dengan mammografi

    setidaknya 2 tahun sebelum mencapai ukuran yang dapat dideteksi melalui

    palpasi.6

    Mammografi telah digunakan di Amerika Utara sejak tahun 1960 dan

    teknik ini terus dimodifikasi dan diimprovisasi untuk meningkatkan kualitas

    gambarnya. Mammografi konvensional menyalurkan dosis radiasi sebesar 0,1

    sentigray (cGy) setiap penggunaannya. Sebagai perbandingan, Foto X-ray

    thoraks menyalurkan 25% dari dosis radiasi mammografi. Mammografi dapat

    digunakan baik sebagai skrining maupun diagnostik. Mammografi mempunyai

    2 jenis gambaran, yaitu kraniokaudal (CC) dan oblik mediolateral (MLO).

    MLO memberikan gambaran jaringan mammae yang lebih luas, termasuk

    kuadran lateral atas dan axillary tail of Spence. Dibandingkan dengan MLO,

    CC memberikan visualisasi yang lebih baik pada aspek medial dan

    memungkinkan kompresi payudara yang lebih besar.

    29

  • Radiologis yang berpengalaman dapat mendeteksi karsinoma payudara

    dengan tingkat false-positive sebesar 10% dan false-negative sebesar 7%.

    Gambaran mammografi yang spesifik untuk karsinoma mammae antara lain

    massa padat dengan atau tanpa gambaran seperti bintang (stellate), penebalan

    asimetris jaringan mammae dan kumpulan mikrokalsifikasi. Gambaran

    mikrokalsifikasi ini merupakan tanda penting karsinoma pada wanita muda,

    yang mungkin merupakan satu-satunya kelainan mammografi yang ada.

    Mammografi lebih akurat daripada pemeriksaan klinis untuk deteksi

    karsinoma mammae stadium awal, dengan tingkat akurasi sebesar 90%.

    Protokol saat ini berdasarkan National Cancer Center Network (NCCN)

    menyarankan bahwa setiap wanita diatas 20 tahun harus dilakukan

    pemeriksaan payudara setiap 3 tahun. Pada usia di atas 40 tahun, pemeriksaan

    payudara dilakukan setiap tahun disertai dengan pemeriksaan mammografi.

    Pada suatu penelitian atas screening mammography, menunjukkan reduksi

    sebesar 40% terhadap karsinoma mammae stadium II, III dan IV pada

    populasi yang dilakukan skrining dengan mammografi.7

    2. Ultrasonografi (USG)

    Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk

    membantu hasil mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik digunakan

    untuk menentukan massa yang kistik atau massa yang padat. Pada

    pemeriksaan dengan USG, kista mammae mempunyai gambaran dengan batas

    yang tegas dengan batas yang halus dan daerah bebas echo di bagian

    tengahnya. Massa payudara jinak biasanya menunjukkan kontur yang halus,

    berbentuk oval atau bulat, echo yang lemah di bagian sentral dengan batas

    yang tegas. Karsinoma mammae disertai dengan dinding yang tidak beraturan,

    tetapi dapat juga berbatas tegas dengan peningkatan akustik. USG juga

    digunakan untuk mengarahkan fine-needle aspiration biopsy (FNAB), core-

    needle biopsy dan lokalisasi jarum pada lesi payudara. USG merupakan

    30

  • pemeriksaan yang praktis dan sangat dapat diterima oleh pasien tetapi tidak

    dapat mendeteksi lesi dengan diameter 1 cm.6

    3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

    Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada

    mammografi, lesi payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada

    pemeriksaan klinis dan mammografi tidak didapat kelainan, maka

    kemungkinan untuk mendiagnosis karsinoma mammae sangat kecil.6

    MRI sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak seharusnya digunakan

    untuk skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam membedakan karsinoma

    mammae yang rekuren atau jaringan parut. MRI juga bermanfaat dalam

    memeriksa mammae kontralateral pada wanita dengan karsinoma payudara,

    menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma lobuler atau

    menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.7

    4. Biopsi

    Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan pemeriksaan

    sitologi merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsi eksisional

    dengan resiko yang rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang ahli dalam

    diagnosis sitologi dari karsinoma mammae dan juga dalam masalah

    pengambilan sampel, karena lesi yang dalam mungkin terlewatkan. Insidensi

    false-positive dalam diagnosis adalah sangat rendah, sekitar 1-2% dan tingkat

    false-negative sebesar 10%. Kebanyakan klinisi yang berpengalaman tidak

    akan menghiraukan massa dominan yang mencurigakan jika hasil sitologi

    FNA adalah negatif, kecuali secara klinis, pencitraan dan pemeriksaan

    sitologi semuanya menunjukkan hasil negatif.

    Large-needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti

    jaringan dengan jarum yang besar. Alat biopsi genggam menbuat large-core

    31

  • needle biopsy dari massa yang dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di

    klinik dan cost-effective dengan anestesi lokal.7

    Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum

    memutuskan tindakan defintif merupakan cara diagnosis yang paling dapat

    dipercaya. FNAB atau core-needle biopsy, ketika hasilnya positif,

    memberikan hasil yang cepat dengan biaya dan resiko yang rendah, tetapi

    ketika hasilnya negatif maka harus dilanjutkan dengan open biopsy. Open

    biopsy dapat berupa biopsy insisional atau biopsi eksisional. Pada biopsi

    insisional mengambil sebagian massa payudara yang dicurigai, dilakukan bila

    tidak tersedianya core-needle biopsy atau massa tersebut hanya menunjukkan

    gambaran DCIS saja atau klinis curiga suatu inflammatory carcinoma tetapi

    tidak tersedia core-needle biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh massa

    payudara diambil.2,7

    5. Biomarker

    Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker

    sebagai salah satu faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae.

    Biomarker ini mewakili gangguan biologik pada jaringan yang terjadi antara

    inisiasi dan perkembangan karsinoma. Biomarker ini digunakan sebagai hasil

    akhir dalam penelitian kemopreventif jangka pendek dan termasuk perubahan

    histologis, indeks dari proliferasi dan gangguan genetik yang mengarah pada

    karsinoma.

    Nilai prognostik dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma mammae

    antara lain (1) petanda proliferasi seperti proliferating cell nuclear antigen

    (PNCA), BrUdr dan Ki-67; (2) petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio

    bax:bcl-2; (3) petanda angiogenesis seperti vascular endothelial growth factor

    (VEGF) dan indeks angiogenesis; (4) growth factors dan growth factor

    receptors seperti human epidermal growth receptor (HER)-2/neu dan

    epidermal growth factor receptor (EGFr) dan (5) p53. 6

    32

  • 2.8. Skrining

    Rekomendasi untuk deteksi kanker payudara dini menurut American Cancer

    Society 4 :

    Wanita berumur 40 tahun harus melakukan screening mammogram

    secara terus-menerus selama mereka dalam keadaan sehat, dianjurkan setiap

    tahun.

    Wanita berumur 20-30 tahun harus melakukan pemeriksaan klinis

    payudara (termasuk mammogram) sebagai bagian dari pemeriksaan

    kesehatan yang periodik oleh dokter, dianjurakan setiap 3 tahun.

    Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri

    mulai umur 20 tahun. untuk kemudian melakukan konsultasi ke dokter bila

    menemukan kelainan.

    Wanita yang berisiko tinggi (>20%) harus melakukan pemeriksaan MRI

    dan mammogram setiap tahun.

    Wanita yang risiko sedang (15-20%) harus melakukan mammogram

    setiap tahun, dan konsultasi ke dokter apakah perlu disertai pemeriksaan

    MRI atau tidak.

    Wanita yang risiko rendah (

  • Wanita dengan risiko sedang bila :

    - mempunyai risiko kanker 15-20% menurut penilaian faktor risiko terutama

    berdasarkan riwayat keluarga

    - mempunyai riwayat kanker pada satu payudara, ductal carcinoma in situ

    (DCIS), lobular carcinoma in situ (LCIS), atypical ductal hyperplasia

    (ADH), atau atypical lobular hyperplasia (ALH)

    - mempunyai kepadatan yang tidak merata atau berlebihan terlihat pada

    pemeriksaan mammogram

    Tabel 1.5. Penilaian risiko kanker payudara6

    Faktor risiko Relative Risk

    Usia menarche (tahun) >14 1.00 1213 1.10

  • Faktor risiko Relative Risk

    0 1.00 1 1.70 2 2.88Pasien berumur 50 tahun saat konseling 0 1.00 1 1.27 2 1.62Atypical hyperplasia No biopsies 1.00 At least 1 biopsy, no atypical hyperplasia 0.93No atypical hyperplasia, hyperplasia status unknown for at least 1 biopsy 1.00Atypical hyperplasia in at least 1 biopsy 1.82

    2.9. Penatalaksanaan

    Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk

    stadium I, II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan

    inflammatory carcinoma mungkin dapat disembuhkan dengan terapi

    multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat paliatif. Terapi paliatif diberikan

    pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan metastasis jauh atau

    untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi.7

    A. Terapi secara pembedahan

    1. Mastektomi partial (breast conservation)

    Tindakan konservatif terhadap jaringan payudara terdiri dari reseksi tumor

    primer hingga batas jaringan payudara normal, radioterapi dan pemeriksaan status

    KGB (kelenjar getah bening) aksilla. Reseksi tumor payudara primer disebut juga

    sebagai reseksi segmental, lumpectomy, mastektomi partial dan tylectomy.

    Tindakan konservatif, saat ini merupakan terapi standar untuk wanita dengan

    karsinoma mammae invasif stadium I atau II. Wanita dengan DCIS hanya

    35

  • memerlukan reseksi tumor primer dan radioterapi adjuvan. Ketika lumpectomy

    dilakukan, insisi dengan garis lengkung konsentrik pada nipple-areola complex

    dibuat pada kulit diatas karsinoma mammae. Jaringan karsinoma diangkat dengan

    diliputi oleh jaringan mammae normal yang adekuat sejauh 2 mm dari tepi yang

    bebas dari jaringan tumor. Dilakukan juga permintaan atas status reseptor

    hormonal dan ekspresi HER-2/neu kepada patologis.

    Setelah penutupan luka payudara, dilakukan diseksi KGB aksilla ipsilateral

    untuk penentuan stadium dan mengetahui penyebaran regional. Saat ini, sentinel

    node biopsy merupakan prosedur staging yang dipilih pada aksilla yang tidak

    ditemukan adanya pembesaran KGB. Ketika sentinel node biopsy menunjukkan

    hasil negatif, diseksi KGB akilla tidak dilakukan.7

    2. Modified Radical Mastectomy

    Modified radical mastectomy mempertahankan baik M. pectoralis mayor and

    M. pectoralis minor, dengan pengangkatan KGB aksilla level I dan II tetapi tidak

    level III. Modifikasi Patey mengangkat M. pectoralis minor dan diseksi KGB

    axilla level III. Batasan anatomis pada Modified radical mastectomy adalah batas

    anterior M. latissimus dorsi pada bagian lateral, garis tengah sternum pada bagian

    medial, bagian inferiornya 2-3 cm dari lipatan infra-mammae dan bagian

    superiornya m. subcalvia.

    Seroma dibawah kulit dan di aksilla merupakan komplikasi tersering dari

    mastektomi dan diseksi KGB aksilla, sekitar 30% dari semua kasus. Pemasangan

    closed-system suction drainage mengurangi insidensi dari komplikasi ini. Kateter

    dipertahankan hingga cairan drainage kurang dari 30 ml/hari. Infeksi luka jarang

    terjadi setelah mastektomi dan kebanyakan terjadi sekunder terhadap nekrosis

    skin-flap. Pendarahan sedang dan hebat jarang terjadi setelah mastektomi dan

    sebaiknya dilakukan eksplorasi dini luka untuk mengontrol pendarahan dan

    memasang ulang closed-system suction drainage. Insidensi lymphedema

    fungsional setelah modified radical mastectomy sekitar 10%. Diseksi KGB aksilla

    36

  • ekstensif, terapi radiasi, adanya KGB patologis dan obesitas merupakan faktor-

    faktor predisposisi. 6

    B. Terapi secara medikalis (non-pembedahan)

    1. Radioterapi

    Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma mammae.

    Untuk wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy, radiasi adjuvan

    diberikan untuk mengurangi resiko rekurensi lokal, juga dilakukan untuk stadium

    I, IIa, atau IIb setelah lumpectomy. Radiasi juga diberikan pada kasus

    resiko/kecurigaan metastasis yang tinggi.

    Pada karsinoma mammae lanjut (Stadium IIIa atau IIIb), dimana resiko

    rekurensi dan metastasis yang tinggi maka setelah tindakan pembedahan

    dilanjutkan dengan terapi radiasi adjuvan.6

    2. Kemoterapi

    a. Kemoterapi adjuvan

    Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada karsinoma mammae

    tanpa pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang dari 0,5 cm dan tidak

    dianjurkan. Jika ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB dan

    dengan resiko rekurensi tinggi maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor

    prognostik yang tidak menguntungkan termasuk invasi pembuluh darah atau

    limfe, tingkat kelainan histologis yang tinggi, overekspresi HER-2/neu dan status

    reseptor hormonal yang negatif sehingga direkomendasikan untuk diberikan

    kemoterapi adjuvan.

    Contoh regimen kemoterapi yang digunakan antara lain siklofosfamid,

    doxorubisin, 5-fluorourasil dan methotrexate.

    Untuk wanita dengan karsinoma mammae yang reseptor hormonalnya negatif

    dan lebih besar dari 1 cm, kemoterapi adjuvan cocok untuk diberikan.

    37

  • Rekomendasi pengobatan saat ini, berdasarkan NSABP B-15, untuk stadium IIIa

    yang operabel adalah modified radical mastectomy diikuti kemoterapi adjuvan

    dengan doxorubisin diikuti terapi radiasi. 6

    b. Neoadjuvant chemotherapy

    Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang diberikan sebelum

    dilakukan tindakan pembedahan, dimana dilakukan apabila tumor terlalu besar

    untuk dilakukan lumpectomy.

    Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mammae stadium lanjut adalah

    kemoterapi neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti mastektomi atau

    lumpectomy dengan diseksi KGB aksilla bila diperlukan, diikuti kemoterapi

    adjuvan, dilanjutkan dengan terapi radiasi. Untuk Stadium IIIa inoperabel dan

    IIIb, kemoterapi neoadjuvan digunakan untuk menurunkan beban atau ukuran

    tumor tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan modified radical

    mastectomy, diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi. 6

    3. Terapi anti-estrogen

    Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik berupa

    reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron. Reseptor hormon ini

    ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma duktal dan lobular invasif yang masih

    berdiferensiasi baik.

    Setelah berikatan dengan reseptor estrogen dalam sitosol, tamoxifen

    menghambat pengambilan estrogen pada jaringan payudara. Respon klinis

    terhadap anti-estrogen sekitar 60% pada wanita dengan karsinoma mammae

    dengan reseptor hormon yang positif, tetapi lebih rendah yaitu sekitar 10% pada

    reseptor hormonal yang negatif. Kelebihan tamoxifen dari kemoterapi adalah

    tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri tulang, hot flushes, mual, muntah dan

    retensi cairan dapat terjadi pada pengunaan tamoxifen. Resiko jangka panjang

    pengunaan tamoxifen adalah karsinoma endometrium. Terapi dengan tamoxifen

    38

  • dihentikan setelah 5 tahun. Beberapa ahli onkologi merekomendasikan tamoxifen

    untuk ditambahkan pada terapi neoadjuvan pada karsinoma mammae stadium

    lanjut terutama pada reseptor hormonal yang positif. Untuk semua wanita dengan

    karsinoma mammae stadium IV, anti-estrogen (tamoxifen), dipilih sebagai terapi

    awal.6

    4. Terapi antibodi anti-HER2/neu

    Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua karsinoma mammae yang baru

    didiagnosis, saat ini direkomendasi. Hal ini digunakan untuk tujuan prognostik

    pada pasien tanpa pembesaran KGB, untuk membantu pemilihan kemoterapi

    adjuvan karena dengan regimen adriamycin menberikan respon yang lebih baik

    pada karsinoma mammae dengan overekspresi HER-2/neu. Pasien dengan

    overekspresi Her-2/neu mungkin dapat diobati dengan trastuzumab yang

    ditambahkan pada kemoterapi adjuvan.

    Prognosis

    Survival rates untuk wanita yang didiagnosis karsinoma mammae antara tahun

    1983-1987 telah dikalkulasi berdasarkan pengamatan, epidemiologi dan hasil

    akhir program data, didapatkan bahwa angka 5-year survival untuk stadium I

    adalah 94%, stadium IIa 85%, IIb 70%, dimana pada stadium IIIa sekitar 52%,

    IIIb 48% dan untuk stasium IV adalah 18%. 6

    39

  • BAB III

    KESIMPULAN

    1. Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah

    karsinoma serviks uterus. Pencegahannya dapat dilakukan dengan pemeriksaan

    rutin payudara.

    2. Penegakan diagnosis Karsinoma payudara dapat dilakukan melalui prosedur

    pemeriksaan klinis dan beberapa pemeriksaan penunjang, dengan Gold

    standard diagnostik menggunakan pemeriksaan histopatologik

    40

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. De jong, Syamsuhadi. Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2005.

    2. Kumpulan Naskah Ilmiah Muktamar Nasional VI Perhimpunan Ahli

    Bedah Onkologi Indonesia. Semarang.2003

    3. Moningkey, Shirley Ivonne, 2000. Epidemiologi Kanker Payudara.

    Medika; Januari 2000. Jakarta.

    4. Profil Kesehatan Indonesia. Pusat Data Kesehatan. Jakarta, 1997

    5. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan Penelitian dan

    Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

    6. Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya,

    Dalam: Deteksi Dini Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    Jakarta

    7. Vaidya, M.P, and Shukla, H.S. A textbook of Breast Cancer. Vikas

    Publishing House PVT LTD.

    41

  • 42

    REFERATBAGIAN ILMU BEDAH