referat carcinoma mammae
DESCRIPTION
referatTRANSCRIPT
DAFTAR ISI
LEMBA PENGESAHAN..............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
BAB 1..........................................................................................................2
BAB 2..........................................................................................................3
2.1 EMBRIOLOGI....................................................................................3
2.2 ANATOMI..........................................................................................4
2.2.1 Vaskularisasi...............................................................................6
2.2.2 Aliran Limfatik..............................................................................8
2.2.3 Innervasi....................................................................................10
2.3 FISIOLOGI.......................................................................................11
2.4 EPIDEMIOLOGI dan ETIOLOGI......................................................13
2.5 KLASIFIKASI STADIUM TNM dan STADIUM GROUP...................14
2.6 DIAGNOSIS.....................................................................................24
2.6.1 Anamnesa.................................................................................25
2.6.2 Pemeriksaan Fisik.....................................................................26
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang...........................................................28
2.7 PENATALAKSANAAN.....................................................................30
2.8 KOMPLIKASI...................................................................................41
2.9 PROGNOSA....................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................45
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Pendahuluan
Kanker atau neoplasma merupakanpenyakit pertumbuhan sel – sel
baru yang tidak terbatas, tidak terdapat koodinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berfungsi secara fisiologis.4
Kanker payudara atau disebut sebagai karsinoma merupakan
kanker solid yang mempunyai insiden tertinggi no. 1 di Negara maju. Di
Indonesia, kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi
no. 2 setelah kanker rahim dan diperkirakan dalam waktu singkat akan
merupakan kanker dengan insiden tertinggi pada wanita. Angka kejadian
kanker payudara di Amerika Serikat adalah 27/100.000 dan diperkirakan
terdapat lebih dari 200.000 kasus baru per tahun dengan angka kematian
lebih dari 40 ribu kasus pertahun. Karena tidak tersedianya registrasi
berbasis populasi, angka kejadian kanker payudara dibuat berdasarkan
registrasi berbasis patologi dengan insiden relatif 11,5% (artinya 11-12
kasus baru per 100.000 penduduk berisiko.6
Setiap resiko kanker payudara pada wanita mempunyai probilitas
yang lebih tinggi atau lebih rendah, bergantung pada beberapa faktor,
yang meliputi riwayat keluarga, genetik, usia saat menstruasi pertama dan
faktor – faktor yang lainnya.14
Wanita yang terdiagnosa memiliki kanker payudara pada usia
muda, memiliki kecenderungan perkembangan kanker yang lebih agresif
dibanding dengan wanita yang terdiagnosa kanker pada usia tua.14
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 EMBRIOLOGI
Pada pertumbuhan fetus minggu ke-5 atau ke-6,akan tampak 2
ventral band dari penebalan ektoderm. Sepasang payudara akan tumbuh
sepanjang tonjolan yang berjalan dari basis fore limb (akan menjadi axilla)
ke bagian dari hind limb (menjadi area inguinal). Payudara tambahan
ataupun puting aksesorius dapat tumbuh sepanjang garis pertumbuhan
jika regresi normal gagal terjadi. Duktus mayor atau dikenal sebagai
duktus laktiferous akan tumbuh dan akan bermuara ke mamary pit yang
dangkal. Mesenkim akan berproliferasi dan mengubah mamary pit
menjadi puting payudara. Jika terjadi gangguan saat ini, maka dapat
terbentuk inverted nipple. Saat lahir, payudara antara laki – laki maupun
wanita bersifat identik, di mana hanya terdapat duktus mayor.
Pembesaran payudara dapat terlihat dan menghasilkan witch’s milk jika
hormon maternal menembus plasenta.1
Gambar 2.1 Milk line dari kelenjar payudara.
3
(Gambar diambil dari : Kelly K. Hunt, John F.R. Robertson, and
Kirby I. Bland,2010. Schwartz’s : Principles of Surgery – Breast
Cancer, Mc Graw Hill Education, 10th edition, chapter 17, United
States, p. 497 – 557)
Payudara tetap tidak berkembang pada wanita hingga pubertas.
Saat respons esterogen maupun progesteron muncul, terjadi proliferasi
epitel dan jaringan ikat. Namun, payudara tetap tidak bertumbuh
sempurna hingga terjadi kehamilan.1
2.2 ANATOMI
Payudara adalah struktur atau organ yang terdiri dari kelenjar yang
terbenam dalam jaringan lemak. Terletak superficial terhadap musculus
pectoralis mayor dan diantara lapisan superficial dan profunda dari fascia
superficialis subkutis. Umumnya terdapat pada costae ke dua sampai
costae ke enam dan membentang dari sisi lateral sternum ke batas
anterior axilla. Ukuran rata – rata berdiameter 10 – 12 cm dengan
ketebalan 5 – 7 cm. (Majorie C. Green, 2012, Norman S. William S, 2013
dan Patrrick I Bogen, 2000)
Diantara payudara dan musculus pectoralis mayor terdapat celah
yang mengandung lapisan tipis jaringan ikat longgar berserta jaringan
limfatik dan pembuluh darah yang disebut sebagai Retromammary space.2
Kelenjar payudara dilapisi oleh muculus pectoralis superficial dan
musculus abdominalis superficial. Terdapat jaringan ikat fibrous yang
berfungsi sebagai penyangga disebut ligamentum Cooper. Ligamen
tersebut berperan terhadap adanya kanker atau lesi dari payudara yang
disertai dengan pembengkakan dari muskulus. Jaringan parenkim kelenjar
payudara tersusun atas 15 – 20 lobus yang tersusun secara radial, setiap
lobus tersebut terdiri dari 20 – 40 lobulus dan setiap lobulusnya terdapat
4
10 – 100 alveoli. Masing – masing memiliki saluran dan akan mengalirkan
produk susu yang dihasilkan ke papila mamma yang disebut duktus
laktiferous.8
Gambar 2.2 Kelenjar payudara tampak potongan melintang.
(Gambar diambil dari : Marjorie C. Green, Kelly K. Hunt, Thomas A.
Buchholz, 2012. Sabiston : Textbook of Surgery – Disease of the Breast,
19th edition, section 7, p. 824 – 867)
Papilla mamma dilapisi oleh epitel berlapis pipih yang terdiri dari
keratin, terdapat jaringan otot polos yang tersusun sirkuler dan
longitudinal. Terdapat dua reseptor akhiran sabut saraf Ruffini like bodies
dan end bulb of Krause yang berperan saat adanya rangsangan taktil baik
tekanan ataupun tarikan.6
Areolar mamma merupakan jaringan berpigmentasi lebih banyak
yang tersusun dalam cincin konsentris secara radial terhadap papilla
mamma. Tidak memiliki folikel rambut. Tersusun atas kelenjar lemak,
kelenjar keringat, kelenjar aksesori (Montgomery) pleksus neuronal,
5
berfungsi untuk melubrikasi papilla selama menyusui dan membesar pada
saat kehamilan.6,8
Gambar 2.3 Potongan dari papilla mamma
(Gambar diambil dari : Susan Standring, PhD, DSc, 2008, Gray’s
Anatomy 39ed, London.)
2.2.1 Vaskularisasi
Vaskularisasi payudara terutama berasal dari cabang A
perforantes anterior dari A. Mammaria interna.9
- Cabang I, II, III, IV dari A. Mammaria interna menembus M.
Intercostalis dan mensuplai M. Pectoralis mayor dan memberi
vaskularisasi daerah sekitar kelenjar payudara. (Chester B, 1984)
6
- Cabang dari A. Thorako – akromial yang mendapat cabang dari A.
Axilla, berjalan turun diantara M. Pectoralis minor dan mayor. Arteri
ini berjalan menuruni papilla mammae secara medial.9
- A. Thorakalis lateral merupakan cabang dari A. Axilla. Pembuluh
darah ini jalan turun melewati tepi lateral dari M. Pectoralis mayor
dan mensuplai bagian lateral dari kelenjar payudara.9,12
- Cabang – cabang dari A. Intercostalis mensuplai bagian antero
medial dari payudara.9
Terdapat tiga kelompok vena yang mensuplai kelenjar payudara:
- Cabang dari perforantes V. Mammaria interna yang merupakan
cabang terbesar yang mengalirkan darah dari kelenjar payudara.
Bermuara pada V. Innomitan dan bergabung dengan kapiler paru –
paru.9
- V. Axilla yang terdiri dari V. Thoraco akromial, V. Thoracal lateral
dan V. Innominata.9
- V. Interkostalis yang bermuara pada V. Vertebra kemudian
bermuara pada V. Azygos dan kemudian bermuara pada V. Cava
superior.9
Melalui ketiga jalur tersebut dapat terjadi proses metastase ke paru –
paru dan tempat lain.9
Gambar 2.4 Vaskularisasi kelenjar payudara
7
(Gambar diambil dari : Tjakra Wibawa Manuaba, I.B., Prof. DR. Dr,
M.P.H., Sp.B(K)onk, 2010, Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid
Peraboi 2010. Jkarta. 2010. Hal 17-48 )
2.2.2 Aliran Limfatik
Aliran limfe dari kelenjar payudara 75% menuju ke axilla,
beberapa lainnya ke kelenjar infraclavicula dan ke kelenjar
interpectoralis.12
Enam kelompok kelenjar limfe pada axilla yang diakui
oleh para ahli bedah :1
1. Kelompok vena axilla (lateral) terdiri dari 4 sampai 6 nodus limfe
terletak pada sisi medial atau posterior vena dan menerima
banyak drainase limfe dari ekstremitas superior.1
2. Kelompok mammaria eksternal (anterior atau pectoral) terdapat
5 sampai 5 nodus limfe yang terletak di bawah musculus
pectoralis minor berdampingan dengan vena thoracica dan
menerima drainase dari aspek lateral kelenjar payudara.1
3. Kelompok scapular (posterior atau subscapular) terdiri dari 5
sampai 7 nodus limfe yang terletak pada dinding porsterior axilla
lateral dari scapula berdampingan dengan vena subscapula dan
menerima drainase dari terutama dari leher bawah posterior,
trunkus psoterior dan bahu posterior.1
4. Kelompok sentral terdiri dari 3 sampai 4 nodus limfe yang
terbenam dalam kelenjar lemak di axilla, posterior dari musculus
pectoralis minor dan menerima drainase dari vena axilla,
mammari eksterna dan kelompok dari scapular.1
5. Kelompok subclavicular (apikal) terdiri dari 6 sampai 12 nodus
limfe terletak di posterior dan superior batas atas musculus
pectoralis minor dan menerima drainase dari semua kelompok
nodus limfe axilla.1
8
6. Kelompok interpectoral (Rotters’s node) terdiri dari 1 sampai 4
nodus limfe terletak diantara musculus pectoralis minor dan
mayor dan menerima drainase dari kelenjar payudara.1
Pembagian kelenjar limfe regional :
- Level I (low – axilla) : Kelenjar limfe yang terletak lateral dari
musculus pectoralis minor, terdiri dari kelompok kelenjar limfe vena
axilla, mammary eksterna dan scapular.1
- Level II ( mid – axilla) : Kelenjar limfe terletak superficial atau
profundus dari musculus pectoralis minor, terdiri dari kelompok
kelenjar limfe sentral dan interpectoral.1
- Level III (apical – axilla ) : Kelenjar limfe yang terletak medial dari
musculus pectoralis minor, terdiri dari kelompok kelenjar limfe
subsclavicular.1
Gambar 2.5Aliran limfatik kelenjar payudara.
9
(Gambar diambil dari : Marjorie C. Green, Kelly K. Hunt, Thomas A.
Buchholz, 2012. Sabiston : Textbook of Surgery – Disease of the Breast,
19th edition, section 7, p. 824 – 867)
2.2.3 Innervasi
Persarafan kelenjar payudara diatur oleh cabang dari plexus
cervicalis dan nervus intercostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri
dipersarafi oleh saraf simpatik. Terdapat juga beberapa saraf yang
dianggap sebagai penyulit karena dapat menyebabkan paralisis dan mati
rasa pasca bedah, yakni nervus intercostobrachialis, nervus kutaneus
brachialis medialis yang mengatur sensibilitas daerah axilla dan bagian
medial dari lengan atas. Pada diseksi axilla, saraf tersebut sukar
disingkirkan, sehingga sering terjadi mati rasa pada daerah tersebut.3
Nervus pectoralis yang menginnervasi musculus pectoralis mayor
dan musculus pectoralis minor. Nervus Thoracadorsalis menginnervasi
musculus Latisimus dorsi. Nervus longus menginnervasi musculus
serratus anterior. Sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi
dengan diseksi axilla.3
10
Gambar 2.6 Innervasi kelenjar payudara
(Gambar diambil dari : Tjakra Wibawa Manuaba, I.B., Prof. DR. Dr,
M.P.H., Sp.B(K)onk, 2010, Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid
Peraboi 2010. Jkarta. 2010. Hal 17-48)
2.3 FISIOLOGI
Pertumbuhan payudara dan fungsinya dirangsang oleh stimulus
hormon seperti esterogen, progesteron, prolaktin, oksitosin, tiroid, kortisol
dan grwoth hormone. Esterogen, progesteron dan prolactin memiliki efek
yang berarti pada perkembangan payudara. Esterogen akan menginisiasi
pertumbuhan duktus, progesteron berperan untuk diferensiasi epitel dan
pertumbuhan lobar. Prolactin merupakan hormon utama untuk
laktogenesis pada kehamilan tua dan periode stelah melahirkan, di mana
hormon tersebut akan menstimulasi pertumbuhan epitel.1
11
Adanya LH dan FSH mengatur pelepasa esterogen dan
progesteron dari ovaroim. Di sisi lain, pelepasan LH dan FSH dari hipofisis
anterior diatur oleh gonadotropin releasing hormon dari hipotalamus. Pada
neonatus perempuan, level esterogen dan progesteron akan menurun
setelah lahir dan tetap akan demikian saat kanak-kanak. Saat pubertas,
terjadi penurunan sensitivitas dai axis hipotalamik-hipofisis, sehingga
terjadi peningkatan FSH, GnRH dan LH. Akibatnya terjadilah fase
menstruasi.1
Gambar 2.6 Skema neuroendokrin dalam mengontrol perkembangan dan
fungsi payudara
12
(Gambar diambil dari : Kelly K. Hunt, John F.R. Robertson, and Kirby I.
Bland, 2010. Schwartz’s : Principles of Surgery – Breast Cancer, Mc Graw
Hill Education, 10th edition, chapter 17, United States, p. 497 – 557)
2.4 EPIDEMIOLOGI dan ETIOLOGI
Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker dengan insiden
no 2 setelah kanker leher rahim dan diperkirakan dalam waktu singkat
akan merupakan kanker dengan insiden tertinggi pada wanita. Karena
tidak tersedianya register berbasis populasi, angka kejadian kanker
payudara di Indonesia dibuat berdasarkan register berbasis patologi
dengan insiden relatif 11,5% (artinya 11 – 12 kasus baru per 100.000
penduduk beresiko).13
Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih
sering untuk berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang
tidak memiliki beberapa faktor risiko tersebut. Beberapa faktor risiko
tersebut :4
Tidak dapat di cegah : 2
- Bertambahnya usia
- Jenis kelamin wanita
- Faktror menstrulasi
- Menstrulasi pada usia dini ( ± 12 tahun)
- Menopouse terlalu tua ( ± usia 55 tahun )
- Nullipara atau tidak pernah melahirkan
- Terdapat riwayat keluarga kanker payudara
- Faktor genetik (BRCA1 dan BRCA2 mutasi karier)
- RAS, Suku ( wanita berkulit putih memiliki resiko lebih tinggi)
- Memiliki riwayat terpapar radiasi
Dapat di cegah : 2
13
- Faktor reproduksi
- Usia kelahiran bayi pertama ( usia setelah 30 tahun )
- Kurang menyusui
- Obesitas / kurangnya aktifitas
- Konsumsi alkohol
- Merokok
- Konsumsi hormonal sebagai terapi
2.5 KLASIFIKASI STADIUM TNM DAN KLASIFIKASI STADIUM GROUP
Stadium kanker payudara penting ditentukan setelah diagnosis
ditegakkan. Stadium tersebut dapat mempengaruhi terapi yang diberikan
dan prognosis.13
Klasifikasi ini berdasarakan AJCC ( American Joint Committe on
Cancer Staging and End Result Reporting ) yang telah mendapatkan
revisi beberapa kali.13
T : Ukuran tumor primer kanker payudara
N : Nodul ( Klenjar Getah Bening )
M : Metastase jauh
Tabel 2.2. Klasifikasi stadium TNM kanker payudara
Tumor Primer (T)
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti terdapat tumor primer
Tis Carcinoma in situ
Tis(DCIS) Ductal carcinoma in situ
14
Tis(LCIS) Lobular carcinoma in situ
Tis(Paget's)
Paget's disease dari papilla mammae tanpa tumor
(Catatan : Paget's disease yang berhubungan dengan
tumor diklasifikasikan menurut ukuran tumor)
T1 Tumor ≤ 2 mm
T1mi Tumor ≤ 1 mm
T1a Tumor > 1 mm tetapi tidak lebih dari 5 mm
T1b Tumor > 5 mm tetapi tidak lebih dari 10 mm
T1c Tumor > 10mm tetapi tidak lebih dari 20 mm
T2 Tumor > 20 mm tetapi tidak lebih dari 50 mm
T3 Tumor > 50mm
T4Tumor ukuran berapapun dengan perluasan langsung ke
dinding dada atau kulit, seperti yang diuraikan dibawah ini :
T4a Perluasan ke dinding dada, tidak melibatkan otot pectoralis
T4b
Edema (termasuk peau d'orange), atau ulserasi kulit
[ayudara, atau ada nodul satelit terbatas di kulit payudara
yang sama
T4c Kriteria T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma
Kelenjar Getah Bening—Klinis (N)
15
NXKGB regional tidak dapat dinilai (misalnya sebelumnya telah
diangkat)
N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional
N1Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral tetapi dapat
digerakkan
N2
Metastasis KGB aksilla ipsilateral tetapi tidak dapat
digerakkan atau terfiksasi, atau tampak secara klinis ke
KGB internal mammary ipsilateral tetapi secara klinis tidak
terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla ipsilateral
N2aMetastasis ke KGB aksilla ipsilateral dengan KGB saling
melekat atau melekat ke struktur lain sekitarnya.
N2b
Metastasis hanya tampak secara klinis ke KGB internal
mammary ipsilateral dan tidak terbukti secara klinis terdapat
metastasis ke KGB aksilla ipsilateral
N3
Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB aksilla, atau secara klinis ke KGB
internal mammary ipsilateral tetapi secara klinis terbukti
terdapat metastasis ke KGB aksilla ipsilateral; atau
metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB infraklavikula atau aksilla ipsilateral
N3a Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral
N3b Metastasis ke KGB internal mammary dan aksilla
N3c Metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral
Kelenjar Getah Bening Regional—Patologi anatomi (pN)
16
pNXKGB regional tidak dapat dinilai (sebelumnya telah diangkat
atau tidak dilakukan pemeriksaan patologi)
pN0
Secara histologis tidak terdapat metastasis ke KGB, tidak
ada pemeriksaan tambahan untuk isolated tumor cells
(Catatan : Isolated tumor cells (ITC) diartikan sebagai
sekelompok tumor kecil yang tidak lebih dari 0.2 mm,
biasanya dideteksi hanya dengan immunohistochemical
(IHC) atau metode molekuler
pN0(i–)Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis,
IHC (-)
pN0(i+)Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis,
IHC (+), IHC cluster tidak lebih dari 0.2 mm
pN0(mol–)Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis,
pemeriksaan molekuler (-) (RT-PCR)
pN0(mol+)Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis,
pemeriksaan molekuler (+) (RT-PCR)
pN1
Metastasis ke 1-3 KGB aksila, dan atau KGB internal
mammary terdeteksi secara mikroskopis melalui diseksi
sentinel KGB, secara klinis tidak tampak
pN1mi Micrometastasis (> 0.2 mm, < 2.0 mm)
pN1a Metastasis ke 1-3 KGB aksila
pN1b Metastasis ke KGB internal mammary terdeteksi secara
mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak
tampak
17
pN1c
Metastasis ke 1-3 KGB aksila dan ke KGB internal
mammary terdeteksi secara mikroskopis melalui diseksi
sentinel KGB, secara klinis tidak tampak (jika berhubungan
dengan >3 (+) KGB aksila, KGB internal mammary
diklasifikasikan sebagai pN3b)
pN2
Metastasis ke 4-9 KGB aksila, atau tampak secara klinis ke
KGB internal mammary tetapi secara klinis tidak terbukti
terdapat metastasis ke KGB aksilla
pN2a Metastasis ke 4-9 KGB aksila (sedikitnya 1 tumor > 2 mm)
pN2b
tampak secara klinis ke KGB internal mammary tetapi
secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB
aksilla
pN3
Metastasis ke 10 KGB aksila, atau KGB infraklavikula, atau
secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral dan
terdapat 1 atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3
metastasis ke KGB aksilla tetapi secara klinis microscopic
metastasis (-) ke KGB internal mammary; atau ke KGB
supraklavikular ipsilateral
pN3aMetastasis ke ≥10 KGB aksila (minimal 1 tumor > 2 mm),
atau metastasis ke KGB infraklavikula
pN3b Secara klinis metastasis ke KGB internal mammary
ipsilateral dan terdapat 1 atau lebih metastasis ke KGB
aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla dan dalam KGB
internal mammary dengan kelainan mikroskopis yang
terdeteksi melalui diseksi KGB sentinel, tidak tampak
secara klinis
18
pN3c Metastasis ke KGB supraklavikular ipsilateral
Metastasis Jauh (M)
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
cM0(i+)
Metastasis jauh tidak dapat dinilai, tetapi tedapat deposito
molekuler atau mikroskopis sel tumor yang terdeteksi dalam
sirkulasi darah, sumsum tulang, atau nodul nonregional
jaringan lain yang besarnya tidak lebih besar dari 0,2 mm
pada pasien tanpa gejala atau tanda metastase.
M1Terdapat metastasis jauh dengan besar ukuran lebih dari
0,2 mm
(Tabel diambil dari : American Joint Committee on Cancer, 2009, Breast
Cancer Staging, 7th ed, American Society, p. 1-2)
Tabel 2.3 Klasifikasi stadium group kanker payudara
Stage 0 Tis N0 M0
Stage IA T1* N0 M0
Stage IBT0 N1mi M0
T1* N1mi M0
Stage IIA T0 N1** M0
T1* N1** M0
T2 N0 M0
19
Stage IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIAT0 N2 M0
T1* N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stage IIIC Any T N3 M0
Stage IV Any T Any N M1
(Tabel diambil dari : American Joint Committee on Cancer, 2009, Breast
Cancer Staging, 7th ed, American Society, p. 1-2)
* T1 termasuk T1mi
** T0 dan T1 tumor dengan micrometastase nodul hanya untuk stage IIA
dan stage IB
M0 sama dengan M0(i+)
Tabel 2.4 Klasifikasi stadium TNM kanker payudara
20
Klasifikasi Definisi
Tumor Primer (T)
Tx Tumor primer tidak didapatkan
To Tidak ada bukti adanya tumor
primer
Tis Karsinoma In Situ
Tis (DCIS) Duktal Karsinoma In Situ
Tis (LCIS) Lobular Karsinoma In Situ
T1 Ukuran tumor < 2cm
T1 mic Mikroinvasif > 0,1 cm
T1 a Tumor > 0,1 - < 0,5 cm
T1 b Tumor > 0,5 cm - < 1 cm
T1 c Tumor >1 cm - < 1 cm
T2 Tumor > 2 cm - < 5 cm
T3 Tumor > 5 cm
T4 Tumor dengan segala ukuran
disertai adanya perlekatan
pada dinding thoraks atau kulit
T4 a Melekat dinding dada, tidak
termasuk M. Pectoralis Mayor
T4 b Edema (termasuk peau
d’orange) atau ulserasi pada
kulit, atau adanya nodul satelit
21
pada payudara
T4 c Gabungan antara T4 a dan T4
b
T4 d Inflamasi carcinoma
Kelenjar Limfe Regional (N)
Nx Kelenjar limfe regional tidak
didapatkan
No Tidak ada metastase pada
kelenjar limfe
N1 Metastase pada kelenjar aksila
ipsilateral, bersifat mobile
N2 Metastase pada kelenjar limfe
aksila ipsilateral, fixed
N3 Metastase pada kelenjar limfe
infraclavicular, atau mengenai
kelenjar mammae interna atau
kelenjar limfe supraclavicular
Metastase (M)
Mx Metastase jauh tidak
didapatkan
Mo Tidak ada bukti adanya
metastase
M1 Didapatkan metastasis yang
telah mencapai organ
22
(Tabel diambil dari : Imam Rasjidi, Dr, dr, SpOG (K) Onk, 2009, Deteksi
Dini & Penanggulangan Kanker pada Wanita, Cetakan I, CV Sagung seto,
Jakarta, p. 51 – 92)
Tabel 2.5 Klasifikasi stadium kanker payudara
StadiumUkuran tumor
Metastase kelenjar limfe
Metastase jauh
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIAT0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N2 M0
T4 N1, N2 M0
IIIB T4 N apapun M0
T apapun N3 M0
23
IV T apapun N apapun M1
(Tabel diambil dari : Imam Rasjidi, Dr, dr, SpOG (K) Onk, 2009, Deteksi
Dini & Penanggulangan Kanker pada Wanita, Cetakan I, CV
Sagung seto, Jakarta, p. 51 – 92)
Tujuan pencatatan stadium kanker payudara secara akurat:13
1. Memudahkan untuk melakukan penelitian multisenter
2. Menentukan modalitas terapi yang diberikan
3. Menentukan prognosis dari masing – masing stadium dengan
kesepakatan
4. Pemeriksaan standart dari masing – masing stadium T, terutama
untuk menentukan stadium N ataupun M
2.6 DIAGNOSIS
1 dari 8 wanita memiliki kemungkinan terkenanya kanker payuda.
30% semua wanita memiliki satu atau lebih faktor resiko yang tidak pasti.
Meskipun faktor resiko digunakan sebagai parameter untuk mendiagnosa
kanker payudara, skrining dan program edukasi juga dibutuhkan.
Pemeriksaan skrining yang ideal dapat digunakan untuk mendiagnosa
kanker payudara dengan false positif.10
2.6.1 Anamnesa
Dari anamnesa dapat ditanyakan :
1. Masa pada payudara .11
o Kapan dan bagaimana masa terdeteksi
24
o Perubahan ukuran masa sehubungan dengan siklus
menstrulasi
2. Nipple discharge.11
o Keluar cairan spontan dari kelenjar payudara
o Warna jernih, berdarah, kehijauan atau menyerupai susu
o Dicuragai keganasan bila nipple discharge satu sisi mamma,
hemorhagik
3. Nyeri.11
Rasa nyeri merupakan keluhan umum. Kanker biasanya
tidak menimbulkan ras nyeri. Jenis nyeri pada umumnya
dikarenakan adanya regangan payudara yang terjadi pada masa
pra menstrulasi, biasanya terjadi secara bilateral dan difus. Nyeri
yang hebat dapat menyebar hingga tangan bagian dalam atau
bagian lateral dari dada.
4. Faktor resiko 2,11
o Riwayat keluarga dengan kanker payudara
o Menarche sebelum usia 11 tahun dan setelah 14 tahun
o Kehamilan pertama setelah berusia 30 tahun
o Menopause yang terlambat
o Obesitas
o Terpapar radiasi
5. Riwayat yang lain 11,13
o Penderita sedang hamil atau tidak
o Kapan menstrulasi terakhir
o Apakah massa tersebut sudah pernah diperiksa sebelumnya
o Apakah ada gejala sistemik (nyeri tulang, penurunan berat
badan)
o Anak pertama lahir pada usia ibu > 35 tahun
25
o Tidak kawin
o Menarche < 12 tahun
o Menopause > 55 tahun
o Riwayat operasi tumor jinak payudara
o Riwayat konsumsi terapi hormonal
o Adanya kanker payudara kontralateral
o Riwayat radiasi daerah dada
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Pemeriksa menginspeksi peyudara pasien dengan posisi
tangan pasien berada disamping, saat tangan diangkat keatas, dan
saat tangan di pinggang.Inspkesi bentuk, ukuran, dan simetris dari
kedua payudara, apakah terdapat edema (peau d’orange), retraksi
kulit atau puting susu, dan eritema.1
2. Palpasi
Posisi pasien terlentang dengan mengangkat kedua tangan
keatas, palpasi payudara tiap quadran dari sternum lateral ke
muskulus latisimus dorsi dan dari klavikula inferior ke muskulus
recti superior. Setiap massa yang teraba atau suatu
lymphadenopathy, harus dinilai lokasinya, ukurannya,
konsistensinya, bentuk, mobilitas atau fiksasinya.1
26
Gambar 2.7 Pemeriksaan dari kelenjar payudara. A. Inspeksi, B.
Payudara dengan tangan terangkat, C. Palpasi dengan posisi
tangan supinasi, D. Palpasi kelenjar axilla
(Gambar diambil dari : Kelly K. Hunt, John F.R. Robertson, and Kirby I.
Bland, 2010. Schwartz’s : Principles of Surgery – Breast Cancer, Mc Graw
Hill Education, 10th edition, chapter 17, United States, p. 497 – 557)
Gambar 2.8 Pemeriksaan payudara dengan membagi menjadi empat
kuadran.
27
(Gambar diambil dari : Kelly K. Hunt, John F.R. Robertson, and Kirby I.
Bland, 2010. Schwartz’s : Principles of Surgery – Breast Cancer, Mc Graw
Hill Education, 10th edition, chapter 17, United States, p. 497 – 557)
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Mammografi Pemeriksaan radiologi yang digunakan untuk mendeteksi
kanker payudara sejak tahun 1952. Penggunaan alat ini
menggunakan dosis radiasi yang cukup besar yang diberikan pada
wanita semua usia. Untuk mammografi modern dapat memberikan
dosis radiasi yang sangat rendah. Keguanaan pemeriksaan ini
hanya terbatas pada usia kurang dari 30 tahun dikarenakan
densitas parenkim payudara dan kandungan lemak yang rendah.5
Mamografi berguna untuk memeriksa kanker payudara yang
asimptomatik pada wanita. Mammagrofi yang spesifik juga
digunakan untuk mendiagnosa adanya massa yang solid,
pembesaran payudara yangasimetris dan adanya mikrokalsifikasi.1
Selain memberikan informasi berharga tentang karakteristik
massa, penggunaan mammogram dapat digunakan untuk
mengetahui kelenjar payudara dan kelainan kontralateral dari
payudara yang tidak dapat terdeteksi dengan palpasi. (kepadatan
atau kalsifikasi). Secara umum, pemeriksaan mammogram yang
sering digunakan Medio Lateral Oblique view (MLO) dan Cranio
Caudal view (CC) dari masing-masing payudara. Sebuah
diagnostik mammogram juga mencakup adanya kompresi atau
perbesaran daerah yang abnormal pada payudara .6
Penting untuk diketahui bahwa false negatif untuk
mammogram adalah 10-15% dan bahwa mammogram normal tidak
mengeleminasi kemungkinan adanya massa dominan pada
payudara.6
28
Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat dibedakan lesi solid dan
kistik. Resolusi dari USG lebih rendah dari mammografi. Lesi
berdiameter < 1cm, kecuali kistik, tidak dapat diditeksi. USG
berguna sebagai guiding saat aspirasi kista. Kista pada USG
memberikan gambaran batas tegas dan permukaan rata. Kriteria
yang dapat digunakan untuk membedakan antara lesi jinak dan
ganas ( walaupun tidak spesifik ) adalah lesi jinak mempunyai
kontur rata, bentuk bulat atau oval, dan berbatas tegas. Lesi ganas
mempunyai karakter permukaan tidak rata dan batas tidak tegas.1
BiopsiDilakukan pada lesi / tumor payudara yang klinis dan
biologis / imaging dicurigai ganas. Dinegara maju FNAB sangat
baik sehingga dapat dijadikan standart diagnosis pasti KPD. Di
Indonesia, Akurasi FNAB sudah semakin baik (>90%) sehingga
pada beberapa senter dapat direkomendasikan penggunaan
FNAB.13
Biopsi pada payudara memberikan informasi sitologi atau
histopatologi. FNAB merupakan salah satu prosedur diagnostik
awal entuk mengevaluasi lesi kistik. Massa persisten atau rekuren
setelah aspirasi berulang merupakan indikasi untuk biopsi terbuka
(insisi atau eksisi). 15
Hasil biopsi merupakan standart baku untuk diagnostik dan
terapi. 15
- Biposi eksisi : direkomendasikan untuk tumor berukuran kurang
dari 3 cm. 15
- Biopsi insisi : direkomendasikan untuk tumor yang operable
dengan ukuran lebih dari 3 cm. 15
Selain diagnosis histopatologi juga dapat ditentukan grading
histopatologi kanker payudara. Ditentukan berdasarkan pada
29
tubular formation, nuclear pleomorfism, dan mitotic activity. Grading
kanker terbagi atas : 15
- Well differentiated ( grade 1 )
- Moderately differentiated ( grade 2 )
- Poorly diffrentiated ( grade 3 )
LaboratoriumPemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah guna
kepentingan pengobatan dan informasi kemungkinan adanya
metastase ( Transaminase, Alkali-fosfatase, Klasium darah, tumor
marker / penanda tumor “CA 15-3 (Cancer antigen), CEA
(Carcinoembryonic antigen)).13
Pemeriksaan enzim transaminase penting dilakukan untuk
memperkirakan adanya metastase pada liver, sedangkan alkali
fosfatase dak kalsium untuk meprediksi adanya metastase pada
tulang. Pemeriksaan kadar kalsium rutin dikejakan terutama pada
kanker payudara stadium lanjut dan merupakan keadaan
kedaruratan onkologis yang memerlukan pengobatan segera.13
Pemeriksaan penanda tumor seperti CA 15-3 dan CEA
( dalam kombinasi ) lebih penting gunanya untuk menentukan
rekurensi dari kanker payudara, belum merupakan penanda
diagnostik ataupun skrining.13
Pemeriksaan genetika BRCA-1 dan BRCA-2 dianjurkan
pada pasien dengan keluarga tingkat pertama yang menderita
kanker payudara atau lanker ovarium.15
2.7 PENATALAKSANAAN
Pengobatan kanker payudara bertujuan untuk mendapatkan
kesembuhan yang tinggi dengan kualitas hidup yang baik. Oleh karena itu
terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kesembuhan dengan kualitas
hidup yang baik dapat tercapai apabila kanker diterapi pada stadium dini.15
30
Terapi kuratif dilakukan pada kanker payudara staium I, II, III yang
diharapkan adanya periode bebas penyakit (disease free interval),
peningkatan harapan hidup (overall survival) dan peningkatan kualitas
hidup. 15
Terapi paliatif dilakukan pada kanker payudara dengan stadium IV
yang dibertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup tanpa adanya periode
bebas penyakit.15
Adapun modalitas terapi kanker payudara secara umum meliputi :
1. Operasi ( pembedahan )Modalitas untama untuk penatalaksanaan kanker payudara. Berbagai
jenis operasi pada kanker payudara adalah : 15
Total or Simple Mastectomy 10
Pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple
areola komplek, kulit diatas tumor, tanpa otot pektoralis mayor,
minor dan diseksi axilla.
Classic Radical Mastectomy (CRM) 15
Pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple
areola komplek, kulit diatas tumor, otot pektoralis mayor dan minor
serta diseksi axilla level I – III.
Indikasi : terdapat infiltrasi tumor ke fasia atau otot pektoralis tanpa
adanya metastase jauh.
Modified Radical Mastectomy (MRM) 15
Pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple
areola komplek, kulit diatas tumor dan fascia pektoral serta axilla
level I – II.
Indikasi : kanker payudara stadium dini dan lokal lanjut.
Skin Sparing Mastectomy (SSM) 15
31
Pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor dan nipple
areola komplek dengan mempertahankan kulit sebanyak mungkin
serta diseksi axilla I – II. Operasi ini harus disertakan rekonstruksi
payudara secara langsung yang umum nya adalah TRAM
(Transverse Rectus Abdominis Musculocutaneus Flap),LD flap
(Latissimusdorsi Flap) atau implant (Silicon)
Indikasi : kanker payudara stadiumm dini dengan jarak tumor ke
kulit jauh (>2 cm) atau stadium dini yang tidak memenuhi syarat
untuk BCT.
Nipple Sparing Mastectomy (NSP) 15
Pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor dengan
mempertahankan nipple areola komplek dan kulit serta diseksi
axilla level I – II. Operasi ini harus disertakan rekonstruksi payudara
secara langsung yang umum nya adalah TRAM (Transverse
Rectus Abdominis Musculocutaneus Flap),LD flap (Latissimusdorsi
Flap) atau implant (Silicon)
Indikasi : tumor stadium dini dengan ukuran 2 cm atau kurang,
lokasi perifer, KGB N0, Histopatologi baik dan pada eksisi sub
areola bebas tumor.
Breast Conserving Treatment (BCT) 15
Terapi dengan komponen lumpectomy atau segmentectomy atau
quadrantectomy dan diseksi axilla serta radioterapi.
Terapi ini memberikan survival yang sama dengan MRM namun
dengan rekurensi yang lebih besar. Terdapat kontraindikasi dalam
pemilihan terapi ini : 15
1. Tumor multisentris, sehingga margin tidak bebas tumor dan
kosmetik tidak tercapai
2. Mikrokalsifikasi yang luas
3. Riwayat radiasi
32
4. Penyakit kolagen (SLE, Scleroderma) terutama yang
ketergantungan steroid
5. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran payudara
6. Letak sentral atau dibawah
7. Wanita hamil trimester ke dua atau ke tiga
8. Riwayat keluarga dan pada usia muda ditakutkan menimbulkan
kanker sekunder
Gambar 2.9 Macam – macam tipe mastektomi
(Gambar diambil dari :
http://www.cancerhelps.com/images/mastectomy.jpg dan
http://melbournebreastcancersurgery.com.au/blog/nipple-sparing-
mastectomy-as-safe-as-more-radical-surgical-options/)
2. Kemoterapi
33
Terapi dengan obat pembunuh kanker biasanya diberikan secara
intrvena, atau secara oral. Kemo diberikan secara siklus, dimana setiap
periode terapi diikuti oleh periode penyembuhan terapi biasanya
memakan waktu berbulan bulan.13
Obat dari kemo umumnya bekerja dengan menghambat atau
mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Obat sitostika ini jarang
menembus blood brain barrier. 15
Terdapat 3 setting kemoterapi :
Adjuvant chemotherapy : terapi tambahan setelah terapi utama. Tujuan
untuk mengendalikan occult micrometastic disease sehingga dapat
menurunkan resiko timbulnya kekambuhan atau metastase jauh.
Pemberian kemoterapi ditentukan oleh ekspresi HER – 2 dan ER/PR,
ukuran tumor grading tumor, metastase tumor, KGB dan ada tidaknya
invasive lymphovascular. 15
Pemberian kemoterapi kombinasi lebih disarankan dibanding kemoterapi
tunggal. Pada penderita dengan KGB metastasis, stadium dini pemberian
kemoterapi kombinasi yang mengandung antracycline (missal FAC)
merupakan first line terapi. Pada penderita dengan gangguan jantung
(fraksi ejeksi <60%) antracycline harus diganti dengan regimen
metrotrexate atau taxane. 15
Indikasi : penderita dengan KGB axilla positif atau negatif tapi dalam
kelompok high risk (usia < 40 th, high grade, ER/PR negatif, invasive
limfatik atau vaskuler). 15
Lama terapi dengan konsep terbaru yakni 6 siklus.13
Neoadjuvant therapy : pemberian kemoterapi pada penderita kanker
dengan high grade malignancy dan belum pernah mendapat tindakan loco
regional dengan bedah atau radiasi. Bertujuan memperkecil ukuran tumor
dan mengontrol mikrometastasis. 15
34
Indikasi : penderita dengan kanker payudara stadium lokal lanjut (stadium
IIIA, IIIB, IIIC) 15
Lama terapi 3 siklus sebelum operasi dan 3 siklus setelah operasi. 15
Chemotherapy primer (paliatif) : diberikan untuk mengendalikan gejalan
yang ditimbulkan dari penyakit kanker. Bertujuan untuk mempertahankan
kualitas hidup yang baik dan kontrol progresif dari tumor. 15
Pemberian kemoterapi kombinasi memberikan respon yang baik.
Kombinasi yang sering dianjurkan adalah antracycline dan taxane. Tetapi
banyak juga penulis yang merekomendasikan penggunaan single
kemoterapi sequential dibanding dengan kombinasi dalam upaya
meminimalisasi toksisitas. Taxane, antracycline, oral fluoroopyrimidines,
vinorelbine dan gemcitabine merupakan obat yang paling efektif.15
Indikasi : penderita dengan kanker payudara stadium lanjut (stadium IV)
Terapi diberikan dengan jangka panjang.13
Respon terbaik diperoleh dengan first line kemoterapi dan kombinasi
regimen. Kombinasi yang seing dianjurkan adalah antracyline dengan
taxane. 15
Respon terhadap kemoterapi : 15
1. Complete response : seluruh kanker menghilang, tumor marker
menjadi normal. Bertahan lebih dari 1 bulan.
2. Partial response : volume kanker mengecil lebih dari 50 %, tidak ada
lesi baru atau metastase. Tumor marker menurun, tapi masih
terdapat penyakit den respon bertahan lebih dari 1 bulan.
3. Stable disease / minimal response : volume kanker mengecil kurang
dari 25 %, atau tidak ada respon. Tumor marker tidak berubah
secara signifikan.
4. Disease progression : kanker tumbuh membesar. Terdapat
peningkatan ukuran kanker dan signifikan dari tumor marker.
35
Standart regimen kombinasi kemoterapi :13
- CMF (Cyclophosphamide Methrotrexate 5 Fluoro Uracil)
- CAF, CEF (Cyclophosphamide Adriamycin / Epirubicin 5
Fluoro Uracil)
- T-A (Taxanes / Paclitaxel / Doxetacel Adriamycin)
- Gapecitabine (Xeloda oral)
Regimen kemoterapi kombinasi untuk kanker payudara :13
- CMF
Cyclophosphamide 100 mg/m2 per os hari 1 s/d 14
Methotrexate 50mg/m2 hari 1 dan 8
5 fluro Uracil 500mg/m2 hari 1 dan 8
( modifikasi CMF →cyclophospamide oral diganti
Injeksi 500 mg/m2 hari 1 dan 8
Di ulang setiap 3 – 4 minggu
- AC
Adryamycin ( doxorubicin ) 80 mg/m2 hari 1
Cyclophosphamide 600 mg/m2 hari 1
Di ulang setiap 3 minggu/21 hari
- CAF
Cyclophosphamide 500 mg/m2 hari 1
Adryamycin = doxorubicin 50 mg/m2 hari 1
5 fluro Uracil 500mg/m2 hari 1
Di ulang setiap 3 minggu/21 hari
- CEF
36
Cyclophosphamide 500 mg/m2 hari 1
Epirubicin 60 mg/m2 hari 1
5 fluro Uracil 600mg/m2 hari 1
Di ulang setiap 3 minggu/21 hari
- Taxanes – toxorubicin ( T-A)
Paclitaxel 170 mg/m2 hari 1
Doxorubicin 90 mg/m2 hari 1
Dogetaxel 90 mg/m2 hari 1
Doxorubicin 90 mg/m2 hari 1
Di ulang setiap 3 minggu/21 hari
Regimen kemoterapi tunggal untuk kanker payudara :15
- Microtubule – stabilizing
Paclitaxel
175 mg / m2 3 jam dalam cairan infus 3 minggu
80 – 100 mg / m2 1minggu
ES : myelosuppression, alopecia, neuropathy, arthralgia dan
reaksi alergi
Docetaxel
75 – 100 mg / m2 3 minggu
35 – 45 mg / m2 / mggu 6 siklus
ES : myelosuppression, alopecia, reaksi kulit, mukositis, dan
retensi cairan
- Antracycline
Doxorubicin 45 – 60 mg / m2 3 minggu
(max 450-500 mg / m2)
37
ES : myelosuppression, alopecia, nausea, vomiting, dan
disfungi myocard
- Liposomal antracycline
Doxil
20 mg / m2 IV 3 minggu
ES : sedikit kardiotoksik, neutropenia, alopecia, stomatitis,
dan hand-foot syndrome
- Oral fluoropyrimidine
Capecitabine
2500 mg / mg2 / hari 2 minggu
ES : rash, hand-foot syndrome, mukositis, diare, dan
neutropenia
- Microtubule assembly inhibitor
Vinorelbine 25 – 30 mg / m2 1 minggu
ES : myelosuppression, neuropathy, alopecia, konstipasi,
fatigue, dan phlebitis.
3. RadioterapiRadioterapi merupakan dasar terapi yang cukup penting pada
kanker payudara. Mekanisme utama kematian sel karena radiasi
adalah kerusakan DNA dengan gangguan proses replikasi. Radioterapi
dapat menurunkan resiko rekurensi lokal dan berpotensi untuk
menurunkan resiko mortalitas jangka panjang. Beberapa studi
memperlihatkan bahwa radioterapi setelah kemoterapi menghasilkan
long term survival yang lebih baik. 15
Radioterapi terhadap payudara (dengan dan tanpa area
supraclavicula) diindikasikan pada BCT (Breast Conservation Therapy),
pasien dengan kgb axila positif metastase 4 atau lebih, metastasis
38
disease (perdarahan, ulkus, impending fracture), tumor besar (>5 cm)
dan batas sayatan dekat atau tidak bebas tumor. 15
Dosis dan ukuran kanker :18
Ukuran kecil dengan dosis 6000 rads per 6 minggu – 7000 rads per 7
minggu
Ukuran besar dengan dosis 9000 rads per 9 minggu – 10.000 rads per
10 minggu
Diberikan 5000 rads jika tidak didapatkan penjalaran ke nodul regional
Ukuran tiap fraksi diberikan 200 rads dalam 5 hari per miggu
Indikasi radioterapi adalah: 15
- Setelah tindakan operasi BCS
- Tepi sayatan dekat atau tidak bebas tumor ( T >5 cm )
- Tumor letak sentral atau medial
- KGB positif dengan ekstensi ekstra kapsular
Dosis lokoregional profilaksis adalah 50Gy, booster dilakukan
sebagai berikut : 15
1. Pada potensial residif ditambahkan 10Gy ( tepi sayatan dekat
atau tidak bebas tumor )
2. Terdapat masa tumor atau residu pasca operasi (mikroskopis
atau makroskopis) maka diberikan booster dengan dosis 20Gy kecuali
pada axila 15Gy.
Beberapa ahli meyakini bahwa radioterapi sebaiknya dihindari
setelah diseksi axilla level I, II, dan III (radikal mastektomi klasik).
Insiden edema limfe ipsilateral meningkat 6-8 kali pada kombinasi
radioterapi dan diseksi radikal. Pada follow up jangka panjang radiasi
radikal tidak sebaik pembedahan ( kuratif sekitar 40%).15
39
Terapi hormonal
Terapi hormonal merupakan terapi sistemik yang paling efektif
dengan target yang jelas. 15
Terutama diberikan pada penderita kanker payudara dengan
reseptor hormonal yang positif (steroid receptor), terutama ER
(esterogen receptor) dan PR yang positif (progesteron receptor).
Idealnya pemberian terapi hormonal diberikan pada ER+ dan PR+,
tetapi kombinasi dengan reseptor negatif juga dapat diberikan
tanpa memandang usia, status menopause, KGB axilla atau ukuran
tumor. 13, 15
Tujuan terapi hormonal yakni untuk menghilangkan atau
mengurangi estrogen dalam sel tumor (estrogen deprivation). Hal
tersebut dapat diperoleh dengan : 15
- Blockade reseptor dengan selective estrogen receptor modulator
(SERM), misalnya tamoxifen atau toremifen
- Supresi sintesi esterogen pada wanita post menopause dengan
aromatase inhibitor, misalnya anastrozole, letrozole, exemestane
atau dengan analoge LHRH (Luteinizing Hormone Realeasing
Hormone) pada wanita premenopause
- Ablasi ovarium dengan bilateral oophorectomy atau radiasi
eksterna pada premenopause
Pemberian terapi hormonal pada penderita dengan ER / PR positif
dan premenopause : Tamoxifen dan GnRH. 15
Pemberian terapi hormonal pada penderita dengan ER / PR positif
dan post menopause : aromatase inhibitor selama 5 tahun, dapat
diikuti dengan tamoxifen. 15
40
Terapi palatif ovariektomi dapat dipertimbangkan pada penderita
kanker payudara premenopause (terutama dengan ER / PR positif) 15
Beberapa obat tertentu yang digunakan :
- Tamoxifen : dosis 2 x 10 mg/ hari atau 1 x 20 mg/hari
selama 5 tahun. 13
- Aromatase inhibitor (letrozole, anastrozole dan exemestan) :
1 tablet/ hari dengan teknik switching, extended dengan
tamoxifen. Terapi pilihan pada pasien dengan ER+ dan
HER2+.13
- GnRH (Gonadatropin Releasing Hormone) : diberikan
dengan kombinasi tamoxifen pada pasien dengan ER+ dan
premenopous. Diberikan dalam bentuk injeksi “depo” setiap
bulan selama 6 bulan sampai 1 tahun. 13
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi kanker payudara :14
- Dapat bermetastase ke semua organ, yang paling umum
adalah tulang (71%), paru – paru (69%), hepar (65%), pleura
(51%), adrenal (49%), kulit (30%), dan otak (20%)
Komplikasi kemoterapi : 15
- Mual dan muntah dikarenkan berkurangnya rasa kecap dan
penyimpagan rasa kecap, dapat diatasi denga pemberian
makanan berupa cairan sehingga tidak banyak dikunyah dan
sedikit saliva.
- Rambut rontok terjadi setelah miggu ke 2 – 3 kemoterapi,
akan membaik setelah 2 – 3 bulan kemoterapi
- Mukositis dan xerostomia biasanya muncul pada hari ke 7
setelah kemoterapi. Mukosa yang sering terlibat : labia,
41
bucal, palatum mole, dasar mulut dan permukaan depan
lidah.
- Ekstravasasi biasanya muncul belakangan, dapat berupa
nyeri, eritem, nekrosis luas pada kulit dan subkutis. Untuk
menghindari dapat diberikan cairan NaCl / Dextrose 250 –
500cc sebelum kemoterapi.
Kompilkasi radiasi : 15
- Nekrosis jaringan lunak payudara, edema payudara yang
lama, fraktur costae
- Penurunan mobilitas bahu
- Brachial plexopathy dengan parastesia dan nyeri lengan
- Limfedema
- Sekunder malignansi (angiosarkoma, kanker paru ipsilateral)
- Coronary artery disease
- Pneumonitis simptomatis
Komplikasi mastektomi : 15
- Infeksi luka dan abses
- Nekrosis flap kulit
- Parastesia dinding dada
- Phantom breast sindrom (merasa jaringan payudara masih
ada)
- Sindrom nyeri post operasi
- Seroma
- Limfedema
Komplikasi diseksi axilla : 6,15
- Limfedema dan selulitis yang rekuren pada radioterapi, dan
usia tua
- Mati rasa
- Pelemahan gerakan bahu
42
- Kerusakan plexus brachialis dengan nyeri kronis dan
penurunan kekuatan menggenggam, menetap beberapa
tahun setelah operasi
- Trombosis pembuluh darah axilla, seroma dan nyeri dinding
dada
2.9 PROGNOSA
Pada diagnosis, hampir 45% dari pasien membuktikan adanya
metastase regional atau jauh. Rute paling sering dari penyebaran regional
adalah ke nodul limfoid axilla. Kelangsungan hidup tergantung dari
penyebaran regional. Contoh, angka bertahan 5 tahun secara keseluruhan
lebih dari 90% jika kanker terdapat pada payudara, bila kanker menyebar
keseluruh nodul limfe regional, angka bertahan 5 tahun dapat menurun
dibawah 60%. 14
Disampaing nodul limfoid axilla, terdapat banyak faktor lain yang
dapat mempengaruhi prognosa dari kanker payudara : 15
Tabel 2.6 Faktor yang dapat mempengaruhi prognosa kanker
payudara
Faktor yang mempengaruhi Prognosa baik
Ukuran Kecil
Kelenjar Getah Bening Tidak teraba
KGB secara PA Negatif
Derajat diferensiasi Baik
Infasi limfatik Negatif
ER / PR Tinggi
S – phase Rendah
HER 2 / neu Negatif
MDR Negatif
Angiogenesis Negatif
DNA ploidy Tinggi
43
Obesitas Negatif
(Tabel diambil dari : Suyatno, Dr, SpB (K) Onk, Emir T. Pasaribu,
Dr, SpB (K) Onk, 2014, Bedah Onkologi Diagnosis dan Terapi Edisi
ke 2, CV Sagung Seto, Jakarta, p. 39 - 87)
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelly K. Hunt, John F.R. Robertson, and Kirby I. Bland, 2010.
Schwartz’s : Principles of Surgery – Breast Cancer, Mc Graw Hill
Education, 10th edition, chapter 17, United States, p. 497 – 557
2. Marjorie C. Green, Kelly K. Hunt, Thomas A. Buchholz, 2012.
Sabiston : Textbook of Surgery – Disease of the Breast, 19th
edition, section 7, p. 824 – 867
3. Wim De Jong,dkk, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah – Payudara, edisi 2,
Bab 25, p 388 –402
4. TjindarBumi D dan H. Muchlis Ramli, dkk, 1995. Kumpulan Kuliah
Ilmu Bedah FK UI – Kanker Payudara,Bab 7, p.342 – 364
5. John L. Cameron, 1997, Terapi Bedah Mutakhir, edisi 4, jilid 2,
binarupa Aksara, Jakarta p. 64 – 116
6. Patrick I. Borgen, M.D, Arnold D.K. Hill, M.Ch., FRCSI, 2000.
Breast Disease, Texas, Chapter 1, p. 1-29
7. American Joint Committee on Cancer, 2009, Breast Cancer
Staging, 7th ed, American Society, p. 1-2
8. Norman S Williams, Christopher JK. Bulstrode, and P. Ronan
O’connell, 2013, Baley’s and Love’s : Short Practice of Surgery,
26th ed, Taylor and Francis Group, p. 789 – 819
9. Chester B, McVay,Ph.D, MD, F.A.C.S 1984, Anson & McVay :
Surgical Anatomy, 6th ed, Vol 1, Canada, p. 352 – 369
45
10.Abeloff MD, Armitage JO, Niederhuber JE, Kastan MB, Gilies
Mckenna W, 2004, Clinical Oncology. 3th Edition. Churchill
Livingstone Elsevier Inc. Philadelphia,, P 1630-1691.
11.Schrock, Theodore R MD, 1992, Ilmu Bedah( Handbook Of
Surgery). Edisi 7. EGC, Jakarta. Hal 179-191.
12.Susan Standring, PhD, DSc, 2008, Gray’s Anatomy 39ed, London.
13.Tjakra Wibawa Manuaba, I.B., Prof. DR. Dr, M.P.H., Sp.B(K)onk,
2010, Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi 2010.
Jkarta. 2010. Hal 17-48.
14. Imam Rasjidi, Dr, dr, SpOG (K) Onk, 2009, Deteksi Dini &
Penanggulangan Kanker pada Wanita, Cetakan I, CV Sagung seto,
Jakarta, p. 51 – 92
15.Suyatno, Dr, SpB (K) Onk, Emir T. Pasaribu, Dr, SpB (K) Onk,
2014, Bedah Onkologi Diagnosis dan Terapi Edisi ke 2, CV Sagung
Seto, Jakarta, p. 39 – 87
16.Global Bioscience 2004-2015, SEO Indonesia, Diakses pada : 17
Agustus 2015
http://www.cancerhelps.com/images/mastectomy.jpg
17.O’Brien, Jane Specialist Breast and Oncoplastic Surgeon Epworth
Centre Richmond VIC, Nipple sparing Mastectomy as safe as more
Radical Surgical Options , Australia, Diakses pada : 17 Agustus
2015
http://melbournebreastcancersurgery.com.au/blog/nipple-sparing-
mastectomy-as-safe-as-more-radical-surgical-options/
46
18.Gilbert H. Fletcher, M.D., 1978, Textbook of Radiotherapy, Third
Edition, International Copyright Union, United States of America, p.
527 – 578
47