makalah bakteriologi

Upload: anna-andany-lestari

Post on 11-Jul-2015

2.080 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

BAKTERIOLOGI

DISUSUN OLEH : 1. Muhammad Okasarian Ruswandi 2. Reza Angga Pratama 3. Ridho Ahmad Jabbar 4. Levi Aulia Rachman 5. Ranti Kusuma Dewi 6. Ghina Ninditasari 7. Anna Andany Lestari 8. Reynita Setia Dewi 9. Dini Fatriani 10. Silmi Kaaffah 11. Sabilla Sheridan (1010211045) (1010211050) (1010211052) (1010211053) (1010211054) (1010211055) (1010211056) (1010211059) (1010211061) (1010211067) (1010211068)

Tutor : dr. Winda

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBAGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

Lembar Pengesahan

Ketua Kasus

Sekertaris

Anna Andany Lestari

Reynita Setia Dewi

Mengetahui Tutor

dr. Winda

Tutorial Case X (FBS 3) "Sebuah Senjata Prokaryote" Robert Stevens merasa sakit dan sakit, sampai akhirnya ia pergi ke ruang gawat darurat sebuah rumah sakit di dekat rumahnya di Boca Raton, Florida. Staf medis mencatat demamnya, muntah, dan pusing, dan terasa cairan tulang belakang untuk agen penular. Mereka melihat beberapa spora bakteri Bacillus, yang mereka mungkin telah diberhentikan sebagai kontaminasi jika beberapa staf rumah sakit tidak hanya mengambil kursus pada identifikasi agen mungkin peperangan kuman di US Centersfor Disease Control and Prevention. Spora dimasukkan dalam wadah budaya dengan media pertumbuhan, dan koloni bakteri segera muncul. mereka diidentifikasi sebagai Bacillus anthracis bacteri anthrax. Stevens telah pernafasan oleh antharx, suatu bentuk yang jarang dari penyakit yang ia tampaknya mengambil ketika dia hirup spora sengaja ditempatkan dalam amplop dikirim ke koran tempat ia bekerja. Para dokter memberinya antibiotik untuk membendung pertumbuhan infeksi, tapi sudah terlambat. Bakteri cepat membagi menghasilkan racun yang kewalahan pertahanan tubuhnya. Tiga hari kemudian, pada tanggal 5 Oktober 2001, Robert Stevens meninggal. Ketika genom itu disekuensing, pembunuh bakteri ditemukan milik seorang strain B.antharics yang telah digunakan dalam program penelitian biologi goverment AS senjata sampai dibubarkan oleh perjanjian internasional pada tahun 1969.

TERMINOLOGI1. Spora 2. Bacteria Anthracis 3. Antibiotic

PROBLEM1. Robert Stevens RPS : sakit, demam, muntah, sakit kepala. 2. Px: diambil cairan otak untuk diuji 3. Ditemukan spora Bacillus bacteria 4. Port dentre di saluran peernapasan spora terhirup 5. Spora diletakan di kultur media pertumbuhan 6. Terjadi reproduksi bakteri yang cepat sehingga memproduksi toksin

7. 3 hari kemudian Stevens meninggal 8. Genomnya diurutkan 9. Dokter member antibiotic

HIPOTESIS1. Reaksi imunitas 2. Di otak terdapat cairan protein yang merupakan sumber makanan dan media pertumbuhan dari bakteri Bacillus anthraxcis 3. Air Borne Disease 4. Untuk mengidentifikasi bakteri 5. Reproduksi untuk menguasai system imun tubuh 6. Positif terjangkit bakteri Anthrax 7. Genom diurtkan untuk mengklasifikasinya 8. Untuk menghambat pertumbuhan bakteri I DONT KNOW 1. Bakteri a. Definisi b. Perbedaan prokariot dan eukariot c. Morfologi d. Taksonomi bakteri e. Struktur Ukuran Bentuk Organel

f. Klasifikasi Tingkat genom Tingkat sel Tingkat morfologi Sifat biokimia

2. Pertumbuhan bakteri

a. Perkembang biakan Aseksual Seksual

3. Metabolisme bakteri 4. Flora Normal 5. Isolasi, Kultur, dan Identifikasi (pewarnaan) 6. Resistensi dan Sensitivity test 7. Sterilisasi dan disinfeksi 8. Bakteri Antharx 9. Sistem imun

BAKTERIOLOGIBakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok raksasa dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.

PERBEDAAN PROKARIOT DAN EUKARIOTEUKARIOT STRUKTUR Organel Nukleus Komposisi Lipid [fosfolipid dan spingolipid] Sterol Ribosom Dinding sel Organisasi genetik Kromosom Histon dan nukleosom Perpasangan transkripsi & translasi Kolinearitis gen & produk Berbagai tipe, selalu ada Membran nukleus dan gelendong Umum Selalu 80S=60S+40S subunit Tidak ada atau dari selulosa PROKARIOT Tidak pernah ada DNA berhubungan dengan sitoplasma Sangat jarang Hanya pd mikroplasma 70S= 50S+30S subunit Peptidoglikan dgn asam muramat

Banyak, diploid Ada Terpisah, pesan berlangsung lama Sering ada urutan penyela

Satu lingkaran (+plasmid), haploid Tidak ada Berpasangan, berlangsung singkat Ko-linear

KLASIFIKASI BAKTERITingkat Genom Tingkat Sel : Eubacteria dan Arkhaebacteria Tingkat Morfologi : Coccus, Bacillus, Spiral

-

Sifat Biokimia

Struktur BakteriBakteri termasuk golongan prokariotika, sehingga struktur nya lebih sederhana dibandingkan dengan struktur eubakteria kecuali struktur dinding selnya.

Bakteri memiliki struktur : 1. Nukleus # diwarnai dengan pewarnaan feulgen ( yang mewarnai molekul DNA ) # tidak memiliki dinding inti/ membrane inti

2. Sitoplasma =) tidak memiliki mitokondria dan kloroplas =) menyimpan cadangan makanan dalam bentuk granula sitoplasma =) tidak memiliki mikrotubulus =) enzim pengangkut electron terdapat dalam selaput sitoplasma

3. Membrane sitoplasma struktur =0 terdapat fosfolipid dan protein , tetepi tidak memiliki sterol kecuali genus

Mycoplasma. =0 memiliki mesosom (lekukan kedalam ) ditempat-tempat tertentu 1. Septal mesosom : berfungsi dalam pembelahan sel 2. Tempat melekatnya kromosom bakteri

=0 -

fungsi Permeabilitas dan pengangkutan Sebagai penghalang permeabilitas ( zat lipofobik tidak masuk secara pasif) Sebgai penghubung permeabilitas Ada protein khusus ( permease ) untuk difusi pasif

Pengangkutan electron dan fosforilasi oksidatif Terjadi di selaput sitoplasma pengganti fungsi mitokondria Karena sitokrom dan enzim/ komponen lain dari rantai respirasi ada disini.

Nomenklatur BakteriDivisio Pemberian nama menggunakan sistim binomial/binomial name Linnaeus [1753] Nama terdiri atas genus dan epitheton specificum. Nama genus dimulai dengan huruf besar dan spesies dengan huruf kecil Nama genus sedapatnya menerangkan genus tersebut Kingdom I II : Prokariota : Cyanobacteria : Bacteria

Ordo, berakhiran alesActinomycetales Familia, akhiran aceae Vibrionaceae Tribus, akhiran alae Vibrioalea Genus Vibrio Spesies Vibrio cholera, V. cholera, VIBRIO CHOLERA

Penamaan spesies bakteri ditentukan oleh: Sifat struktural bentuk, besar, cara pergerakan, reaksi terhadap pewarnaan Gram, serta sifat koloni

Sifat biokimia dan kebutuhan akan nutrisi, produk-produk akhir metabolisme, susunan biokimiawi komponen sel dan metabolitnya Sifat fisiologisnya terhadap oksigen, temperatur, pH dan respon terhadap antibiotik Sifat ekologis Komposisi basa DNA, homologi dan sifat-sifat genetic

-

Pemberian nama bakteri dapat berdasarkan:

1. Nama penemu Clostridium welchii [Welch] 2. Bentuk Bacillus subtilis [basil] 3. Penyakit Brucella abortus Perkembangan biologi molekuler klasifikasi berdasarkan genetika

-

4. Komposisi basa DNA 5. Homologi sekuens DNA dan rRna 6. Pola-pola metabolisme stabil yang dikontrol oleh gen 7. Polimer-polimer pada sel 8. Struktur organel dan pola regulasinya

MORFOLOGI BAKTERI

1. Bulat/kokus/coccus Bergerombol Staphylococcus Berantai Streptococcus Berpasangan Diplococcus

-

Bertumpuk empat-empat Tetrada Berkelompok delapan-delapan Sarcina

Staphylococcus

streptococcus

sarcina (berkelompok 8)

Diplococcus

2. Batang/Basil/Bacil Kokobasil/batang pendek gemuk Escherichia Spt huruf cina Corynebacterium Batang bengkok Vibrio

Escherichia coli

Vibrio Sp.

Corynobacterium

3. Spiral seperti ulir Treponema, Spirochaeta Protoplast/Sferoplas atau bentuk L, adalah bakteri yang kehilangan bentuk aslinya, karena sintesis dinding sel yang terganggu secara spontan ataupun akibat pengaruh obat

Spirochaeta

Pertumbuhan Bakteri Definisi pertumbuhanPeningkatan secara teratur jumlah semua komponen suatu organisme. Substansi yang di perlukan : 1. Air merupakan pengantar semua bahan gizi yang diperlukan sel dan untuk membuang semua zat-zat yang diperlukan sel, bagian terbesar protoplasma. 2. Garam-garam anorganik Diperlukan untuk mempertahankan keadaan koloidal dan tekanan osmotik di dalam sel, untuk memelihara keseimbangan asam basa, dan berfungsi sebagai bagian enzim atau sebagai aktivator reaksi enzim. 3. Mineral Sulfur Komponen substansi sel. Sebagian besar sulfur sebagai H2S, tetapi kebanyakan mengambilnya dalam bentuk (SO4) sulfat. Fosfor - fosfat (PO4)

Diperlukan sebagai komponen asam-asam nukleat dan berupa ko-enzim. Aktivator enzim Mg, Fe, K, dan Ca. 4. Sumber nitrogen Nitrogen mencapai 10% berat kering sel bakteri. Nitrogen yang dipakai oleh bakteri diambil dalam bentuk NO3, NO2, NH3, N2, dan R-NH2. 5. CO2 Diperlukan dalam proses-proses sintesa dengan timbulnya asimilasi CO2 di dalam sel. Kuman autotrof (Litotrof) Kuman yang hanya memerlukan air, garam anorganik dan CO2 sebagai sumber C bagi pertumbuhannya, mensintesa sebagian besar metabolik organiknya dari CO2. Energi yang diperlukan diperoleh dari cahaya/oksidasi bahan-bahan kimia. Kuman heterotrof (Organotrof) Memerlukan C dalam bentuk senyawa organik, karbohidrat, untuk pertumbuhannya. Dalam golongan ini termasuk semua jenis kuman yang patogen bagi manusia. Energi yang diperlukan diperoleh dari cahaya atau oksidasi senyawa organik. 6. Faktor pertumbuhan Substansi ini dimasukkan dalam perbenihan dalam bentuk ekstrak ragi, darah, vitamin B kompleks, asam amino, purin dan pirimidin. 7. Oksigen (berdasarkan keperluan O2) Kuman anaerob obligat Hidup tanpa O2, O2 toksis terhadap golongan kuman ini. Kuman anaerob aerotoleran Tidak mati dengan adanya O2. Kuman anaerob fakultatif Mampu tumbuh baik dalam suasana dengan atau tanpa O2. Kuman aerob obligat Tumbuh bila ada O2 dalam jumlah besar. Kuman mikroaerofilik Hanya tumbuh baik dalam tekanan O2 yang rendah.

8. Potensial oksidasi-reduksi (Eh) Merupakan faktor yang menentukan apakah suatu kuman yang dibiakkan dapat tumbuh atau tidak. Eh kebanyakan perbenihan bila berkontak dengan udara adalah kurang lebih +0,2 0,4 volt pada pH 7. 9. Suhu Tiap-tiap kuman mempunyai temperatur optimum yaitu dimana kuman tersebut tumbuh sebaik-baiknya dan batas temperatur dimana pertumbuhan dapat terjadi. Berdasarkan batas-batas suhu pertumbuhan : Psikhrofilik : -5oC sampai 30oC dengan optimum 10oC 20oC. Mesofilik : 10oC 45oC dengan optimum 20oC 40oC. Termofilik : 25oC 80oC dengan optimum 50oC 60oC. 10. pH pH perbenihan juga mempengaruhi pertumbuhan kuman. Kebanyakan kuman yang patogen mempunyai pH optimum 7,2 7,6. 11. Kekuatan ion dan tekanan osmotik Bagi kebanyakan kuman sifat-sifat yang dimiliki perbenihan yang biasa dipergunakan sudah memuaskan, tetapi bagi kuman-kuman yang berasal dari laut dan yang diadaptasikan terhadap pertumbuhan dalam larutan gula berkadar tinggi, faktor-faktor tersebut perlu di perhatikan. Halofilik : kuman yang memerlukan kadar garam tinggi. Osmofilik : kuman yang memerlukan tekanan osmotik tinggi.

Reproduksi kumanAseksual Pembelahan Umumnya kuman berkembang biak secara amitosis dengan membelahmenjadi dua bagian (binary division). Waktu diantara dua pembelahan disebut generation time an ini berlainan untuk setiap jenis kuman, bervariasi antara 20 menit sampai 15 jam. Pembentukan tunas/cabang

didahului dengan pembentukan tunas yang tumbuh menjadi cabang dan akhirnya melepaskan diri. Dapat di jumpai pada kuman dari famili Streptomycetateae. Pembentukan filamen Sel mengeluarkan serabut panjang, filamen yang tidak bercabang. Bahan krommosom kemudian masuk kedalam filamen. Filamen terputus-putus menjadi beberapa bagian tiap bagian membentuk kuman baru. Seksual Reproduksi semacam ini hanya terjadi antara kuman-kuman sejenis dari satu famili. 1. Fase penyesuaian diri (lag phase) Umumnya berlangsung selama 2 jam. Kuman belum berkembang biak dalam fase ini, tetapi akrivitas metabolismenya sangat tinggi. 2. Fase pembelahan (logarhytmik phase/exponential phase) Kuman berkembang biak dengan berlipat dua, jumlah kuman meningkat secara eksponensial. Untuk kebanyakan kuman fase ini berlangsung 18-24jam. 3. Fase stasioner (stationary phase) dengan meningkatnya jumlah kuman, meningkat juga jumlah hasil metabolisme yang toksis. Kuman mulai ada yang mati, pembelahan terhambat. Pada suatu saat terjadi jumlah kuman yang hidup tetap sama. 4. Fase kemunduran/penurunan (period of dicline) jumlah kuman hidup berkurang dan menurun, keadaan lingkungan menjadi sangat jelek. Pada beberapa jenis kuman timbul bentuk-bentuk abnormal (bentuk involusi) Variabilitas Suatu spesies kuman dapat mengalami perubahan-perubahan, baik dalam bentuk maupun dalam sifat-sifat lainnya tergantung pada keadaan sekitarnya. Mutasi Perubahan yang ada hubungannya dengan gen, bersifat tetap dan dapat diturunkan pada keturunannya. Fluktuasi

Perubahan yang bersifat sementara dalam morfologi dan fisiologi yang biasanya disebabkan karena keadaan sekitarnya. Involusi (degenerasi) Perubahan yang disertai kemunduran sifat-sifat kuman, terdapat pada kuman-kuman yang sudah terlalu lama disimpan/dipelihara pada perbenihan artifisial. Adaptasi Kuman-kuman berbeda-beda dalam penyesuaian dirinya terhadap keadaan sekitarnya yang baru.

METABOLISME BAKTERISebelum prosesnya diperlukan energi.biasanya energi yang diambil dari proses fermentasi,respirasi,dan fotosintesa.jika suatu reaksi menghasilkan enegi disebut eksergonik sedangkan jika reaksi pada saat prosses memerlukan energi disebut endergonik. Dapat dibagi dalam 2 bagian :

1. Anabolisme/Asimilasi meliputi proses sintesa (pembangunan) 2. Katabolisme/Desimilasi meliputi proses degradasi (perombakan) Agar proses ini berlangsung Dibutuhkan ATP yang berasal dari fermentasi, respirasi & fotosintesa Bakteri heterotrof mengunakan zat organik sebagai sumber C untuk mendapatkan energi Bakteri autotrof membutuhkan C dalam bentuk anorganik, seperti CO2 Enzim-enzim yang berperan:

1. Dehidrogenesa (melancarkan reaksi reduksi oksidasi suatu metabolit) 2. Flavoprotein (transpor zat H dalam proses respirasi) 3. Sitokrom (proses respirasi pada bakteri aerob untuk transpor zat H ke O2

METABOLISME KARBOHIDRATKarbohidrat dipecah menjadi triosa dalam bentuk fosfat & piruvat Enzim yang berperan : dari golongan glikosidase & fosforilase

-

Ada beberapa cara metabolisme karbohidrat ,yaitu;

1. Cara menurut Embden-Meyerhof glukosaglokosa 6 fosfatfosfogliseraldehidfosfogliserat fosfoenolpiruvat piruvat 2. Cara melalui pentosa fosfat glukosa glikosa 6 fosfat 6 fosfoglukonat pentosa fosfat -cara ini dipakai ketika bakteri yang tidak punya Aldolase & triosa PO4 isomerase

3. Cara menurut Entner-Duodoroff glukosa 6 fosfoglukonat ketodeoksiglukonat piruvat + gliseraldehid -cara ini dipakai pada beberapa Pseudomonas & E. coli Melalui fermentasi, piruvat dapat dipecah menjadi alkohol, as. Laktat, as. Butirat, asetat, dsb. Melalui proses respirasi secara aerob, glikolisis diteruskan hingga piruvat terpecah menjadi CO2 & H2O Reseptor H pada respirasi aerob adalah O2, sedangkan pada respirasi anaerob reseptor H adalah nitrat/sulfat

METABOLISME LEMAKPermulaan reaksi diperlukan pengaktifan as. Lemak dengn CoA dan sebagai hasil adalah gliserol & asitil CoA

METABOLISME PROTEINSintesis protein memerlukan nitrosa yang biasanya diambil dalam bentuk NH3/NO3 Fermentasi as. Amino dilakukan oleh beberapa Clostridium seperti alanin + 2 Glisin + 2 H2O 3 as. Asetat + 3NH3 + CO2

Fisiologi pertumbuhan kumanAir

Diperlukan dalam konsentrasi tinggi,sebagai pengantar semua bahan gizi yang diperlukan sel dan untuk membuang semua zat-zat yang tidak diperlukan juga untuk melancarkan reaksi-reaksi metabolic. Garam-garam anorganik Digunakan untuk mempertahankan tekanan osmotic didalam sel.dan untuk memelihara keseimbangan asam basa Mineral untuk pertumbuhan belerang dibutuhkan untuk komponen substansi sel fosfor-fosfat dibutuhkan untuk komponen asam-asam nukleat komponen nitrogen yang banyak digunakan dari NH3 CO2 Digunakan dalam proses-proses sintesa dengan timbulnya asimilasi CO2 didalam sel,berdasarkan jenis sumber C dibagi : 1. kuman autotrof : kuman yg hanya memerlukan air,garam,inorganic dan CO2 sebagai sumber C bagi pertumbuhannya. - kuman fotosintetik :memperoleh energi dari cahaya - kemosintetik :memperoleh energi dari oksidasi substrat inorganic (Fe,S,NH3,NO2) 2. kuman heterotrof :kuman yang memerlukan C dari bentuk senyawa organic,KH,untuk pertumbuhannya. O2 Berdasarkan keperluan dibagi : kuman anaerob obligat : bisa hidup tanpa O2 kuman anaerob aerotoleran : tidak mati dengan adanya O2 kuman anaerob fakultatif : mampu tumbuh dengan atau tanpa O2 kuman aerob obligat : tumbuh subur bila ada O2 dalam jumlah besar kuman mikroaerofilik : tumbuh baik dalam tekanan O2 yg rendah

Potensial oksidatif reduksi (Eh) Faktor penentu apakah kuman yang dibiakan dapat tumbuh atau tidak

Suhu Tiap-tiap kuman mempunyai suhu tertentu dimana pertumbuhan dapat terjadi.berdasarkan batasbatas suhu pertumbuhan,kuman dibagi: -psikhrofilik :-5 sampai +300C dengan optimum 10-200C -mesofilik :10-450C dengan optimum 20-400C -termofilik : 25-800C dengan optimum 50-600C pH: kuman pathogen mempunyai pH 7,2-7,6

FLORA BAKTERI NORMALFlora mikroba normal yaitu populasi mikroorganisme yang hidup dikulit dan membrane mukosa orang normal yang sehat. Flora normal ini disebut pula system imun bawaan. Fungsi flora normal yaitu sebagai proteksi tubuh dengan cara berkompetisi dengan pathogen pada tempat kolonisasi dan menghasilkan substansi antibiotic yang berguna untuk menekan organism (bakteri, Flora mikroba normal dibagi menjadi dua kelompok : 1. Flora residen : terdiri dari jenis mikroorganisme yang relative tetap dan secara teratur ditemukan didaerah tertentu pada usia tertentu, jika terganggu flora tersebut secara cepat akan hidup kembali dengan sendirinya . 2. Flora transien : terdiri dari mikroorganisme yang nonpatogen atau secara potensial bersifat pathogen yang menempati kulit dan membrane mukosa berasal dari lingkungan, tidak menyebabkan penyakit dan tidak dapat menghidupkan dirinya sendiri secara permanen dipermukaan. Flora normal dapat menyebabkan penyakit bila dipindahkan paksa, karena organismeorganisme tersebut beradaptasi dengan cara hidup yang noninvasive yang disebabkan oleh terbatasnya lingkungan, bila dipindahkan secara paksa dan dimasukkan kedalam aliran darah atau jaringan oerganisme tersebut dapat menjadi patogen.

Flora normal kulitFlora normal ini terdapat mikroorganisme tersien namun juga terdapat mikroorganisme residen yang mengalami modifikasi didaerah anatomi berbeda oleh sekresi, kebiasaan

mengenakan pakaian atau jarak yang dekat dari membrane mukosa. Terdapat factor-faktor yang penting dalam mengeliminasi mikroorganisme nonresident dari kulit adalah : 1. pH rendah 2. asam lemak dalam sekresi sebasea dan adanya lisozim berkeringat banyak, mencuci maupun mandi tidak dapat mengeliminasi flora residen normal secara signifikan. Jumlah mikroorganisme dapat berkurang dengan menggosok setiap hari menggunakan sabun yang menggunakan heksoklorofen atau disinfektan lain. Tetapi, flora dapat dengan cepat timbul kembali meelalui kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.

Flora normal mulut dan saluran penafasan atasMembrane mukosa mulut dan faring steril saat lahir tetapi dapat terkontaminasi saat melewati jalan lahir. Dalam 4-12 jam setelah lahir, streptokokus viridans dapat ditemukan sebagai anggota flora residen.

Flora normal saluran pencernaanSaat lahir usus steril, tetapi organism segera masuk bersama makanan sehingga mengandung banyak streptokokus asam laktat dan laktobasilus. Pada anak yang minum susu formula lebih banyak flora campuran pada usus dan laktobasilis lebih sedikit. Semakin dewasa maka semakin bertambah pula flora usus.

Flora normal konjungtivaFlora ini secara normal tertahan oleh aliran air mata yang mengandung lisozim antibakteri.

Flora normal uretraOrganisme tersebut secara teratur tampak dalam urine yang dikeluarkan secara normal dalam jumlah 102-104/mL.

Flora normal vagina

Dalam pH asam laktobasilus aerob tampak dalam vagina namun dalam ph netral terdapat flora campuran kokus dan basilus, laktobasilus aerob dan anaerob tampak kembali dalam jumlah banyak dan mempertahankan pH asam.

Kultur JaringanWalaupun menyebabkan gejala yang berat, organisme yang menginfeksi mungkin terdapat dalam jumlah yang terlalu sedikit untuk dapat dideteksi dengan mikroskop langsung. Kultur dapat memperbanyak jumlah organism tersebut. Kultur dilakukan dalam dua bentuk : 1. Pertumbuhan di dalam media cair yang memperbanyak jumlah organisme yang ada. 2. Pertumbuhan di dalam media padat yang menghasilkan koloni individu yang dapat dipastikan untuk identifikasi, uji kerentanan, dan typing (penentua individu). Sebagian besar patogen manusia memiliki kekhususan, yaitu memerlukan media yang disuplementasi dengan peptide, gula, dan precursor asam nukleat (terdapat dalam darah atau serum). Kondisi atmosfer yang tepat juga harus tersedia: golongan anaerob fastidius membutuhkan suasana atmosfer yang bebas oksigen, sementara golongan aerob ketat (strict) seperti Bordetella pertussis memerlukan suasana yang sebaliknya. Sebagian patogen manusia diinkubasi pada suhu 37, walaupun beberapa kultur jamur diinkubasi pada suhu 30.

IdentifikasiOrganisme yang berbeda menyebabkan sindrom penyakit yang berbeda. Mengidentifikasi organisme seringkali dapat memprediksi keadaan klinis. Identifikasi organisme tertentu dapat berujung pada tindakan kesehatan. Identifikasi dilakukan berdasarkan morfologi koloni pada media agar, pewarnaan gram, adanya spora, dan uji biokimia sederhana, seperti katalase atau koagulase. Identifikasi spesies yang tepat biasanya tergantung dari hasil serangkaian iju biokimia atau deteksi dari produk bakteri. Orgnisme yang sulit atau tidak mungkin tumbuh dapat diidentifikasi dengan teknik amplifikasi DNA dan sekuensing.

PewarnaanUntuk mempelajari morfologi, struktur, sifat-sifat kuman untuk membantu identifikasi kuman perlu diwarnai. Agar memperoleh hasil pewarnaan yang baik diperhatikan faktor-faktor berikut: Gelas alas bersih dan bebas lemak.

Untuk biakan : 18-24 jam (kuman mengalami perubahan dalam morfologi dan strukturnya, sehingga hasil yang diperoleh kurang tepat, bila dipakai biakan berumur lebih dari 24 jam). Kualitas zat warna. Tebal tipisnya sediaan.

Jenis-jenis pewarnaan kuman : 1. Pewarnaan negatif Suspensi kuman dibuat dalam zat warna negrosin/tinta bak dan disebar-ratakan dengan gelas alas lain (sediaan hapus). Disini kuman tidak diwarnai dan tampak sebagai bendabenda terang dengan latar belakang hitam. Pewarnaan ini dipakai untuk kuman yang sukar diwarnai, misalkan Spirochaeta. 2. Pewarnaan sederhana Pewarnaan ini hanya menggunakan satu macam zat warna. Misal, biru metilen, air fukhsin/ungu Kristal selama 1-2 menit. Zat warna aniline mudah diserap oleh kuman. 3. Pewarnaa diferential a) Pewarnaan Gram Hasilnya adalah : Kuman positif Gram berwarna ungu Kuman negatif Gram berwarna merah b) Pewarnaan Tahan Asam Kuman tahan asam berwarna merah Bukan kuman tahan asam berwarna ungu 4. Pewarnaan khusus Pewarnaan ini dipakai untuk mewarnai bagian-bagian sel kuman atau kuman tertentu yang sukar diwarnai dengan pewarnaan biasa. Misalnya, pewarnaan flagel dengan pewarnaan Gray dan simpai dengan pewarnaan Gins Burri.

Test Sensitivitas Bakteri

PEMERIKSAAN SENSITIVITAS

Tujuan : 1. Untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis. 2. Mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik.

Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik : 1. Memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan. 2. Akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan. 3. Akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotik.

Pada pemeriksaan Sensitivitas dapat dikerjakan antara lain : A. Dilusi cair / Dilusi Padat Prinsipnya : antibiotik diencerkan hingga diperoleh beberapa konsentrasi Pada dilusi cair masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam media. Pada Dilusi padat pada tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar lalu ditanami kuman.

B. Difusi Media : Agar Mueller Hinton. Pada metode ini ada beberapa cara : 1. Cara Kirby Bauer a. Diambil beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar. Disuspensikan dalam 0,5 ml BHI cair kemudian diinkubasi selama 5-8 jam pada 37 C. b. Suspensi diatas ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi kuman 108 CFU per ml. c. Kapas lidi steril dicelupkan kedalam suspensi kuman, lalu ditekan-tekan pada dinding tabung hingga kapas tidak terlalu basah. Kemudian dioleskan pada permukaan media hingga merata. d. Diletakkan Disk (cakram kertas saring) yang mengandung antibiotik diatasnya inkubasi 37 C selama 19-24 jam. Pembacaan Hasil : 1. Zone Radikal : suatu daerah disekitar disk dimana sama sekali tidak diketemukan adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibiotik diukur dengan mengukur diameter dari zone radikal.

2. Zone Irradikal : suatu daerah disekitar disk menunjukkan pertumbuhan bakteri dihambat oleh antibiotik tersebut, tetapi tidak dimatikan. Disini terlihat adanya pertumbuhan yang kurang subur dibandingkan dengan daerah luar pengaruh antibiotik tersebut.

2. Cara Sumuran a, b, c sama dengan cara Kirby Bauer. d. Pada agar tersebut dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu sesuai dengan kebutuhan. Kedalam sumuran diteteskan larutan antibiotik yang digunakan, inkubasi 37O C selama 18-24 jam. Pembacaan sama seperti diatas.

3. Cara Pour Plate a, b sama dengan cara Kirby Bauer. c. Dengan menggunakan ose khusus, ambillah satu mata ose dan masukkan dalam 4 ml agar Base 1,5 % yang mempunyai temperatur 50 C. d. Setelah suspensi kuman dibuat homogen, tuang pada media Mueller Hinton agar. e. Tunggulah sementara sampai agar membeku, letakkan disk antibiotik. f. Inkubasi 15-20 jam pada temperatur 37 C. g. Dibaca sesuai standart masing-masing antibiotik.

Catatan : - Perbenihan Agar Mueller Hinton tanpa suplemen atau Agar DST Oxoid. - Untuk Streptococcus / kuman lain yang memerlukan darah dapat ditambahkan 5 % darah kambing, kuda, sapi, atau kelinci tanpa fibrin. - Ketebalan agar 4 mm dipergunakan dalam 4 hari. - Biakan kuman yang akan diperiksa dibuat dengan menanamkan 5 koloni kuman dalam 4 ml perbenihan cair (mis : TSB).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zone hambatan : 1. Kekeruhan suspensi bakteri. - Kurang keruh : diameter zone lebih lebar. - Lebih keruh : Diameter zone makin sempit sehingga R dilaporkan S atau sebaliknya.

2. Waktu pengeringan / peresapan suspensi bakteri ke dalam MH agar. Tidak boleh melebihi batas waktu karena dapat mempersempit diameter zone hambatan sehingga S jadi R. 3. Temperatur inkubasi - Pertumbuhan optimal : 35 C bila 35O C ada bakteri yang kurang subur pertumbuhannya dan ada obat yang difusinya kurang baik. 4. Waktu inkubasi. - Waktu : 16 18 jam - Bila . - Lebih 18 jam maka pertumbuhan lebih sempurna sehingga zone makin sempit. 5. Ketebalan agar Ketebalan : 4 mm, bila kurang maka difusi obat lebih cepat dan bila lebih maka difusi obat lambat. 6. Jarak antar disk obat - Jarak cakram : 3 cm dan 2 cm dari pinggir petridish dengan diameter 9-10 cm paling banyak 7 disk obat. - Petridish dengan diameter 15 cm untuk 9 disk. 7. Potensi disk obat Tiap jenis obat mempunyai diameter disk yang sama tetapi potensinya berbeda. Yang harus diperhatikan : - Cara penyimpanan : obat yang labil seperti penisillin dll disimpan pada suhu 4O C. - ED nya dan setiap disk obat baru diterima harus dicek dengan kontrol strain. 8. Komposisi media Sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri, difusi obat, kativitas obat tersebut.

Quality Control, yang dimaksud : - Upaya-upaya yang dilakukan untuk menetralisir faktor-faktor yang berpengaruh terhadap diameter zone hambatan. - Mengecek mutu media, disk obat dengan menggunakan bakteri standard : a. Staphylococcus aureus ATCC 25923

b. E. Coli ATCC 25922 c. Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

Sterilisasi dan DisinfeksiPenggunaan bahan-bahan kimia untuk sterilisasi dan disinfeksi Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagi macam substansi telah dicoba untuk memilih yang paling tepat guna menghilangkan pencemaran oleh jasad renik terhadap bendabenda baik hidup atau mati. Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-macam, dan penggunaannyapun ditujukkan terhadap hal-hal yang berbeda pula. Antiseptika dan disinfektan misalnya, berbeda dalam cara digunakannya; antiseptika dipakai terhadap jaringan hidup, sedangkan disinfektan untuk bahan-bahan tak bernyawa seperti dahak dan sebagainya. Penggunaan antiseptika dan disinfektan Hingga sekarang semakin banyakzat-zat kimia yang dipakai untuk membunuh atau untuk mengurangi jumlah organisme, dan penemuan-penemuan baru terus muncul dipasaran. Oleh adanya tidak ada bahan kimia yang ideal atau yang dapat dipergunakan untuk segala macam keperluan, maka pilihan jatuh pada bahan kimia yang mampu membunuh organisme yang ada, dalam waktu yang tersingkat dan tanpa merusak bahan yang didisinfeksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi secara kimia : 1. Rongga (space) yang cukup diantara alat-alat yang didisinfeksi, sehingga seluruh permukaan alat-alat tersebut dapat berkontak dengan disinfektan. 2. Sebaiknya disinfektan yang dipakai bersifat membunuh (germisid). 3. Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat, alat-alat yang diinfeksi jangan diangkat sebelum waktunya. 4. Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya sangat mudah bersifat menguap sehingga ventilasi udara perlu diperhatikan 5. Pengenceran diinfektan harus sesuai dengan yang dianjurkan dan setiap kali harus dibuat pengenceran baru. Disinfektan yang sudah menunjukkan tanda-tanda pengeruhan dan pengendapan harus diganti dengan yang baru. 6. Sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan setelah berkontak dengan disinfektan

Antiseptik Kimia Antiseptik biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah dan merupakan antiseptik yang sangat efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya disinfeksinya. Dengan dan atau tanpa yodium, isopropil alkohol tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik. Oleh karena solusi disinfektan atau gas tidak perlu berkontak dengan kuliat manusia atau membran mukosa, maka toksisitas yang lebih tinggi masih dapat diterima, sehingga mereka dapat dipakai sebagai bahan-bahan antimikroba. Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritiatif dan kepekaan kuliat sangat bervariasi. Halogen Halogen meliputi senyawa-senyawa klorin dan yodium, baik yang organik maupun inorganik. Kebanyakan senyawa halogen membunuh sel hidup. Mereka membunuh sel karena mengoksidasi protein dan dengan demikian merusak membran-membran dan mengaktifkan enzim-enzim. Yodium Solusi yodium baik dalam air maupun alkohol bersifat sangat antiseptik dan telah dipakai sejak lama sebagai antiseptik kulit sebelum proses pembedahan. Yodium juga efektif terhadap berbagai protozoa seperti misalnya amuba yang menyebabkan disentri.Pada konsentrasi yang tepat, yodium tidak mengganggu kulit, namun penggunaan trictura yodii mewarnai jaringan dan menyebabkan iritasi lokal pada kulit dan kadang-kadang reaksi alergi. Klorin Klorin bebas memiliki warna yang khas (hijau) dan bau yang tajam. Sudah sejak lama klorin dikenal sebagai deodoran dan disinfektan yang sangat baik dan dijadikan pengolahan standar air minum di seluruh lingkungan. Sayangnya kebanyakan senyawa klorin diinaktifkan oleh bahan-bahan organik dan beberapa katalisator logam.

Solusi hipoklorit paling banyak dipakai untuk maksud-maksud disinfeksi dan menghilangkan bau, karena relatif tidak membahayakan jaringan manusia, mudah ditangani, tidak berwarna dan tidak mewarnai, meskipun memudarkan warna. Di rumah-rumah sakit dipakai untuk mendiinfeksi ruangan, permukaan-permukaan serta alat-alat non bedah. Berbagai derivat klorin organik juga dipakai untuk disinfeksi air. Ini terutama penting bagi pekemah (campers) yang kadang-kadang harus mempergunakan air yang dikhawatirkan tercemar. Senyawa yang sering dipergunakan ialah halazon atau parasulfone dichloramidobenzoic acid yang pada konsentrasi 4-8 mgr/L dapat mendisinfeksi air yang mengandung Salmonella typhi dalam waktu 30 menit. Alkohol Alkohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan disinfeksi. Alkohol mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan juga merupakan pelarut lemak. Oleh karenanya, membran sel yang akan dirusak, dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh alkohol. Ada 3 jenis alkohol yang dipergunakan yaitu metanol CH3OH, etanol CH3CH2OH dan isopropanol (CH3)2CHOH. Menurut ketentuan, semakin tinggi berat molekulnya, semakin meningkat pula bakterisidnya. Oleh karenanya, diantara ketiga jenis alkohol tersebut, isopropil alkohol adalah yang terbanyak digunakan. Yang dipergunakan didalam praktek adalah solusi alkohol 70-80% dalam air. Konsentrasi diatas 90% atau dibawah 50% biasanya kurang efektif kecuali untuk isopropil alkohol yang masih tetap efektif sampai konsentrasi 99%. Waktu 10 menit sudah cukup untuk membunuh sel vegetatif tetapi spora tidak. Sendiri atau dalam bentuk kombinasi, alkohol sering dipakai sebagai disinfektan kulit. Suatu hapusan dengan alkohol secara cepaat, tidak cukup mensterilkan, tetapi hanya mengurangi populasi dan dengan demikian juga mengurangi kemungkinan timbulnya infeksi. Telah menjadi kebiasaan kita didalam praktek untuk mencelupkan alat-alat seperti gunting, pisau, pinset dan sebagainya kedalam alkohol kemudian membakarnya. Keefektifan cara ini masih dipertanyakan dan hendaknya jangan dipakai untuk menggantikan cara sterilisasi yan lebih baik. Fenol Fenol (asam karbol) untuk pertama kalinya dipergunakan Lister didalam ruang bedah sebagai germicide untuk mencegah timbulnya infeksi pasca bedah. Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan tegangan permukaanya. Fenol merupakan standar pembanding untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan.

Fenol dan kresol berbau khas dan bersifat korosif terhadap jaringan. Walaupun demikian, mereka tahan terhadap pemanasan dan pengeringan serta tidak terpengaruh terhadap bahanbahan organik, tetapi sayangnya mereka kurang efektif terhadap spora. Penambahan halogen seperti klorin akan meningkatkan aktifitas fenol. Heksaklorofen merupakan derivat fenol yang paling berguna. Dikombinasikan dengan sabun akan merupakan disinfektan kulit yang sangat efektif tetapi lambat kerjanya. Fenol dan kresol juga bersifat menghilangkan sakit (pain killing). Oleh karena secara toksik, mereka hanya dipergunakan secara eksternal. Peroksida Peroksida hidrogen (H2O2) merupakan antiseptik yang efektif dan nontoksik. Molekulnya tidak stabil dan apabila dipanaskan akan terurai air dan hidrogen. Dengan adanya ion-ion logam yang umumnya terdapat didalam sitoplasma sel, maka selama pembentukan oksigen, dibentuk pula radikal superoksida (O2) yang akan bereaksi dengan grup-grup bermuatan negatif didalam protein yang selanjutnya akan menginaktifkan sistem enzim yang vital. Pada konsentrasi 0,3-6,0%, H2O2 dipakai untuk disinfeksi dan pada konsentrasi 6,0-25,0% dipakai untuk sterilisasi. Pada konsentrasi 0,1% didalam suhu pada suhu 54 selama 30 menit, H2O2 dapat mengurangi jumlah kuman sampai 99,99%. Terdapat bukti bahwa H2O2 10% bersifat sivursid dan sporosid. Larutan 3% biasanya dipakai untuk mencuci dan mendisinfeksi luka karena kuman-kuman anaerob terutama sangat peka terhadap oksigen. Pasta Na2O2 dipakai untuk mengobati acne sedangkan ZnO2 untuk mengobati infeksi kulit karena kuman-kuman anaerob dan mikroaerofilik. Zat Warna Beberapa macam zat warna memiliki sifat menghambat pertumbuhan kuman (bakteriostatik), misalnya derivin akridin dan zat warna rosanilin. Akriflavin (campuran derivat akridin dengan senyawa lain) mempunyai spektrum aktivitas yang luas dan tlah dipergunakan untuk mengobati infektsi traktus urinarius. Mekanisme kerjanya agaknya disebabkan karena akridin mampu bereaksi dengan DNA. Ungu kristal yang merupakan derivat metil dari zat warna rosanilin bersifat bakteriostatik bagi kuman-kuman positif gram. Ungu kristal dipakai untuk mengobati kandidiasis dan vaginitis karena trikomonas. Mekanisme kerja senyawa ini terhadap kuman positif Gram, mirip dengan penisilin yaitu blokade tahap terakhir pada penyusunan dinding sel. Deterjen Deterjen merupakan senyawa organik yang karena strukturnya dapat berkaitan dengan air dan dengan molekul-molekul organik nonpolar. Molekul deterjen memiliki satu ujung hidrofilik

yang dapat bercampur dengan air dan satu ujung hidrofobik yang tidak dapat. Oleh karenanya, molekul deterjen akan menempel pada permukaaan bahan organik dengan ujung hidrofiliknya mengarah ke air. Deterjen mungkin bermuatan listrik (ionik) mungkin juga tidak (nonionik). Yang nonionik biasanya tidak merupakan disinfektan yang baik, bahkan dalam beberapa hal dapat menyokong pertumbuhan kuman dan jamur. Dari yang ionik, maka yang bermuatan negatif biasanya lemah sifat bakterisidnya, sedangkan yang bermuatan positif sangat kuat bakterisidnya terutama terhadap Stafilokokus dan beberapa virus, meskipun tidak efektif terhadap spora. Logam-logam berat Logam berat berperan sebagai antimikroba oleh karena dapat meresipitasikan enzimenzim atau lain-lain protein esensial dalam sel. Logam-logam berat yang umum dipergunakan adalah Hg, Ag, As, Zn dan Cu. Daya antimikrobanya lazim pula disebut sebagai daya oligodinamik Hg : HgCl2 pernah merupakan disinfektan yang populer, tapi kini sudah dianggap usang dan tidak bermanfaat oleh karen dapat diinaktifkan oleh bahan organik. Senyawa Hg organik efektif untuk mengobati luka-luka kecil (ringan) dan sebagai preservatif didalam serum dan vaksin Ag : Pada konsentrasi 1%, AgNO3 biasa dipergunakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya infeksi gonokokus pada mata bayi yang baru lahir. Untuk selama beberapa tahun, penggunaan AgNO3 telah diganti dengan penisilin, tetapi berhubung dengan meningkatnya resistensi kuman-kuman ini terhadap penisilin, kini telah dipakai kembali. As : Arsen pernah dikenal sebagai obat pertama untuk sifilis dan kini masih dipergunakan dalam pengobatan infeksi oleh protozoa. Zn : Dalam bentuk pasta, dipakai untuk mengobati infeksi karena kuman atau jamur.

Aldehida Aldehida juga membunuh sel dengan mendenaturasi protein. Larutan formaldehid 20% dalam 65-70% alkohol merupakan cairan pensteril yang sangat baik apabila alat-alat direndam selama 18 jam. Akan tetapi oleh karena meninggalkan residu, maka alat-alat tersebut harus dibilas terlebih dahulu sebelum dipakai. Glutaraldehid merupakan solusi seefektif formaldehid terutama apabila pH-nya 7,5 atau lebih. Stafilokokus dan lain-lain sel vegetatif akan dimatikan dalam waktu 5 menit, Mycobacterium tuberculosis dan virus dalam waktu 10 menit sedangkan untuk membunuh spora diperlukan 3-12 jam. Solusi ini bersifat nontoksik dan tidak iritatif bagi penderita. Cara-cara dengan gas

Oksida Etilen (ETO) : Merupakan zat peng-alkil yang dapat membunuh sel. Oksida etilen merupakan gas yang sangat eksplosif dan larut didalam air. Untuk menjamin sterilitas bahan-bahan, diperlukan pemaparan selama semalam terhadap ETO 12% pada suhu 60 C. Konsentrasi maksimal ETO yang diperbolehkan dalam penggunaan yang lama terhadap manusia adalah 50mg/L. Sayangnya, ETO meninggalkan residu yang iritatif terhadap jaringan. Prosedurnya lambat, makan waktu dan alatnya mahal. Keuntungan penggunaan ETO adalah karena mudah menembus plastik dan mensterilkan isi bungkusan-bungkusan (packing). Alat-alat seperti alat optik, kateter, komponenkomponen heart lung machine, arterial heart valves dan juga bantal, kasur dan sepatu dapat disterilkan dengan cara ini. Uap Formaldehid : Selain dalam bentuk cairan, formaldehid juga sangat bermanfaat dalam bentuk gas. Apabila formalin (larutan formaldehid 37% dalam air) dipanaskan, akan melepaskan uap formaldehid yang merupakan disinfektan sangat efektif bagi alatalat dan berbagai bahan yang tercemar dengan spora atau Mycobacterium tuberculosis. Beta-propiolakton (BPL) : Stabil pada suhu dibawah titik beku, tetapi apabila diuapkan pada suhu kamar dalam lingkungan yang lembab menjadi bahan pensteril yang sangat kuat. Dalam bentuk cairan, BPL dipakai untuk mensterilkan vaksin, jaringan dan sera. Dalam bentuk uap, bersifat relatif nontoksik, namum BPL cair bersifat karsinogenik.

Cara-cara pengujian antiseptik dan disinfektan Zat-zat anti mikroba yang dipergunakan, baik untuk antiseptis atau disinfeksi harus diuji keefektifitannya. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan Tes Koefisien Fenol. Tes Koefisien Fenol Tes koefisien fenol dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba, dicampurkan dengan suatu volume tertentu biakan Staphylococcus aureus dan Salmonella thypi. Setelah interval selama 5, 10 dan 5 menit, suatu jumlah tertentu dari pengenceran diambil dan ditanamkan pada perbenihan untuk selanjutnya dieramkan selama sekurang-kurangnya 2 hari. Setelah pengeraman tersebut, biakan-biakan tadi diperiksa apakah ada pertumbuhan atau tidak. Koefisien fenol ditentukan dengan membandingkan pengenceran tertinggi test product yang membunuh kuman dalam waktu 10 menit (tetapi tidak membunuh dalam 5 menit) dengan pengenceran fenol yang memberikan hasil yang sama. Misalnya pengenceran tertinggi test product yang membunuh kuman = 1 : 200 dan pengenceran fenol yang memberikan hasil yang sama adalah 1 : 90 maka koefisien fenolnya adalah 200 : 90 = 2,2. Pengendalian mikroba secara fisik

Cara membunuh kuman dengan panas (thermo-kill) adalag mudah, dipercaya dan relatif tidak mahal Cara kerja panas Panas basah membunuh kuman karena mendenaturasi protein, terutama enzim-enzim membran sel. Daya punuh panas basah ini juga meliputi perubahan kondisi fisik daripada lemak sel. Panas kering membunuh kuman terutama karena oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh panas kering tidak sebaik panas basah. Percobaan menunjukkan bahwa, apabila biakan kuman dalam bentuk liofil dipanaskan secara kering, akan diperlukan waktu yang lama untuk membunuhnya. Akan tetapi apabila biakan tersebut dimasukkan kedalam air mendidih, maka ia akan cepat dimatikan. Pemanasan basah Otoklaf Tekhnik sterilisasi yang paling pasti adalah penguapan air disertai dengan tekanan yang dilakukan dalam alat yang disebut otoklaf. Otoklaf memiliki suatu ruangan yang mampu menahan tekanan diatas 1 atm. Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan dimasukkan ke ruangan ini.. Setelah udara dalam ruangan ini digantikan oleh uap air, maka ruangannya akan ditutup sehingga tekanannya akan meningkat yang juga akan diikuti oleh kenaikan suhunya. Didalam otoklaf yang mensterilkan adalah panas basah dan bukan tekanannya. Oleh karena itu air didalam tangki akan mendidih dan mulai dibentuk uap air, maka uap air ini akan dialirkan ke ruang pensteril guna mendesak keluar semua udara didalamnya. Apabila masih ada udara yang tersisa, maka udara ini akan menambah tekanan didalam ruang pensteril yang akan mengganggu naiknya suhu didalam ruangan tersebut. Merebus (boiling) Tekhnik disinfeksi termudah dan termurah adalah dengan merebus. Waktu disinfeksi yang dianjurkan adalah 15 menit dihitung setelah air mendidih. Sel vegetatif akan dimatikan dalam waktu 5-10 menit pemaparan, tetapi sopra dan kebanyakan virus mampu bertahan berjamjam dengan cara ini. Pasteurisasi Pasteurisasi adalah suatu cara disinfeksi dengan pemanasan yang untuk pertama kalinya dilakukan oleh Pasteur dengan maksud untuk mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk (perusak) didalam anggur dan dengan demikian dapat memperpanjang shelf life anggur tersebut dan tanpa merusak anggur tadi. Cara ini juga ternyata dapat dipakai terhadap susu, karena terbukti bahwa kuman-kuman patogen yang mungkin terdapat didalam susu seperti kuman tbc, brusela, streptokokus, stafilokokus, salmonella, shigella dan difteri fapat dibunuh sedangkan susu

tidak rusak. Kuman-kuman ini dapat berasal dari sapi itu sendiri, dari pemerah sapi atau dari peralatan yang digunakan. Suhu yang dipergunakan pada pasteurisasi adalah sekitar 65 dan waktu yang dipergunakan adalah 30 menit. Pemanasan Kering Pembakaran (inceniration) Pembakaran merupakan cara sterilisasi yang 100% efektif tetapi cara ini terbatas penggunaannya. Cara ini bisa dipergunakan untuk mensterilkan alat penanam kuman (sengkelit atau oese) yaitu dengan membakarnya hingga pijar. Dengan cara ini semua bentuk hidup akan dimatikan. Pembakaran juga dilakukan terhadap bangkai binatang percobaan yang mati. Sterilisasi dengan udara panas (hot air steriliation) Alat-alat yang akan disterilkan dengan cara ini ditempatkan didalam ove dimana suhunya dapat mencapai 160-180 . Caranya adalah dengan memanaskan udara didalam oven tersebut (dengan gas atau listrik). Oleh karena daya penetrasi panas kering tidak sebaik panas basah, maka waktu yang diperlukan pada sterilisasi cara ini lebih lama, yaitu selama 1-2 jam. Sterilisasi dengan udara panas ini baik dipergunakan untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti piring petri, pipet, tabung reaksi, labu dan sebagainya. Radiasi Radiasi ungu ultra (ultraviolet) Mikroorganisme diudara dapat dibunuh dengan penyinaran memakai sinar ungu ultra. Panjang gelombang yang membunuh mikroorganisme adalah diantara 220-290 nm; radiasi paling efektif adalah 253,7 nm. Faktor penghambat dari sinar ungu ultra adalah daya penetrasinya yang lemah.Untuk memperoleh hasil yng baik, maka bahan-bahan yang akan disterilkan, baik yang berupa cairan, gas atau aerosol harus dilewatkan (dialirkan) aau ditempatkan langsung dibawah sinar ungu ultra dalam lapisan-lapisan yang tipis. Absorpsi radiasi ungu ultra menyebabkan modifikasi-modifikasi kimiawi dari nukleoprotein serta menimbulkan hubungan sinar (cross linkages) antara pasangan molekulmolekul thymine. Hubungan ini dapat menyebabkan salah baca dari genetic code, yang akan menghasilkan mutasi yang selanjutnya akan merusak atau memperlemah fungsi-fungsi vital organisme dan kemudian akan mematikannya. Orang-orang yang bekerja atau dekat dengan sumber sinar ungu ultra harus memakai peralatan guna melindungi kornea mereka terhadap iritasi atau kerusakan yang mungkin bersifat permanen. Penyaringan (filtration)

Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas melalui penyaring yang memiliki pori yang cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar, sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat saring tertertu juga mempergunakan bahan yang dapat mengadsorpsi mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka tehadap panas seperti serum, solusi enzim, toksin kuman, ekstrak sel dan sebagainya Menyaring Cairan Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti : saringan Seitz, yang mempergunakan bahan asbestos sebagai alat penyaringnya; saringan Berkfeld, yang mempergunakan filter terbuat dari tanah diatomae; saringan Chamberland, yang mempergunakan filter terbuat dari porselen dan fritted glass filter yang mempergunakan filter yang terbuat dari serbuk gelas. Menyaring Udara Untuk menjaga agar suatu alat (labu, tabung) yang sudah steril tidak tercemar oleh kuman, atau untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar oleh kuman lain, maka alatalat tersebut harus ditutup dengan kapas, oleh karena kapas mudah ditembus oleh udara tetapi dapat menahan mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak basah, oleh karena kapas basah memungkinkan kuman masuk kedalam. Untuk mencegah pencemaran oleh kuman-kuman udara pada waktu menuang perbenihan, dapat dipergunakan suatu alat yang disebut laminar flow bench dimana udara yang masuk kedalamnya disaring terlebih dahulu dengan suatu saringan khusus. Saringan ini ada batas waktu pemakaiannya dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi lagi. Zat-zat Kemoterapik Salah satu keberhasilan yang penting dalam ilmu kedokteran adalah eradikasi berbagai penyakit infeksi dengan mempergunakan zat kemoterapik. Dua penemuan penting telah merombak cara terapi penyakit infeksi. Yang pertama adalah penemuan Prontosil pada tahun 1935 yang mempunyai efek kuratif terhadap infeksi streptokokus. Prontosil ini merupakan pendahulu daripada sulfonamida. In vitro protosil tidak bersifat anti-bakteri sedangkan in vivo sifat anti-bakterinya disebabkan karena pembebasan p-aminobensensulfonamida (sulfonamida). Penemuan kedua adalah ditemukannya antibiotik penisilin oleh Fleming pada tahun 1929 dan kemudian tahun 1940 Florey dkk mendemonstrasikan keampuhan penisilin yang tak tertandingkan serta kemungkinan diekstraksikannya antibiotika tersebut dari cairan biakan. Penemuan ini diikuti oleh penemuan streptomisin pada tahun 1944 dan hingga kini pencarian antibiotika terus berjalan. Antibiotika

Antibiotika adalah suatu substansi yang diperoleh dari atau dibentuk oleh berbagai spesies mikroorganisme yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Antibiotika tersebar didalam alam dan memegang peranan penting dalam mengatur populasi mikroba di dalam tanah, air, limbah dan kompos. Antibiotik ini berbeda dalam susunan kimia dan cara kerjanya. Dari sekian banyak antibiotika yang telah berhasil ditemukan, hanya beberapa saja yang cukup tidak toksik untuk dapat dipakai dalam pengobatan. Antibiotika yang kini banyak dipergunakan kebanyakan diperoleh dari genus Bacillus, Penicillium dan Streptomyces. Sifat-sifat antibiotik adalah sebaiknya bersifat : Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak host Bersifat bakterisid bukan bakteriostatik Tidak menyebabkan resistensi pada kuman Berspektrum luas Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila dipergunakan dalam jangka waktu yang lama Tetap aktif dalam plasma, cairan badan atau eksudat Larut didalam air serta stabil Bactericidal level didalam tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk waktu lama.

Mekanisme kerja Antibiotika Antibiotika mengganggu (interfere) bagian-bagian yang peka didalam sel yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Sintesis dinding sel Fungsi membran Sintesis Protein Metabolisme asam nukleat Metabolisme intermediet Ada antibiotika yang memiliki lebih dari salah satu sifat ini; Antibiotika yang mempengaruhi dinding sel Sel kuman dikelilingi oleh suatu struktur kaku yang disebut dinding sel, yang meindungi membran protoplasma dibawahnya terhadap trauma, baik osmotik maupun mekanik. Karena itu setiap zat yang mampu merusak dinding sel atau mencegah sintesisnya, akan menyebabkan terbentuknya sel-sel yang peka terhadap tekanan osmotik. Diantara antibiotika yang mempengaruhi dinding sel adalah penisilin, fosfomisin, sikloserin, ristosetin, vankomisin dan basitrasin. Penisilin dan Sefalosforin

Hingga kini penisilin masih banya dipakai dalam pengobatan. Produk pertama penisilin yang diperoleh dari jamur Penicillium notatum, kini digantikan oleh suatu mutan yaitu Penicillium chrysogenum yang mampu menghasilkan penisilindalam jumlah yangberlipat ganda. Istilah penisilin adalah generik untuk semua grup penisilin baik yang natural maupun semisintetik. Dari penisilin natural yang dihasilkan, ternyata bensil penisilin atau penisilin G adalah yang paling bermanfaat dalam klinik. Penisilin G ini efektif terhadap kebanyakan kokus positif dan negatif gram. Yang resisten terhadap antibiotik ini adalah enterokokus dan strain Staphylococcus aureus penghasil penisilinasa. Kekurangan penisilin G adalah : Diinaktifkan oleh pH asam cairan lambung Dirusak oleh penisilinasa Kadang-kadang menyebabkan reaksi elergi

Penisilin semisintetik Dari penisilin semi sintetik ini, yang palig ergua adalah kelompok yang resisten terhadap penisilinasa seperti metilisin, kloksasilin, oksasilindan nafsilin. Dari senyawa-senyawa yang berspektrum luas, yang bermanfaat dalam klinik adalah ampisilin yang tahan asam tetapi peka terhadap penisilinasa dan kerbenisilin yaneuta berguna terhadap infeksi oleh Pseudomonas. Sefalosporin Antibiotika golongan ini dihasilkan oleh jamur Chepalosporium., salah satu dari senyawa yang natural yaitu sefalosporin C, memiliki struktur dan mekanisme kerja yang mirip dengan penisilin. Dari sefalosporin yang ini banyak dipergunakan adalah sefalotin dan sefazolin, sefaloridin dan sefaleksin. Antibiotika ini bersifat bakterisid bagi kebanyakan kokus posotif gram dan kuman-kuman batang negatif gram. Mereka relatif tidak toksik tetapi mungkin menyebabkan reaksi hipersensitivitas. Mekanisme kerja Penisilin mengganggu (interfere) pembentukan dinding sel, terutama pada tahap terakhir. Penggunaan penisilin ini dapat menyebabkan terbentuknya sferoplas yaitu kuman-kuman tanpa dinding sel atau kuman bentuk L Antibiotika yang mengganggu / merusak membran sel Membran sel memegang peranan vital dalam sel. Ia merupakan pembatas osmotik bagi berbagai difusi antar lingkungan luar dan dalam sel. Ia mempengaruhi konsentrasi metabolit dan bahan gizi didalam sel dan merupakan tempat berlangsungnya pernafasan dan aktivitas biosintetik tertentu. Beberapa antibiotika diketahui mampu merusak atau memperlemah satu atau lebih dari fungsi-fungsi ini, yang akan menyebabkan gangguan-gangguan terhadap kehidupan

sel. Hanya beberapa saja dari antibiotika golongan ini yang dipakai di klinik, karena kebanyakan daripadanya bersifat toksik. Polimiksin Merupakan kelompok polipeptida sederhana yang sukar berdifusi dan sangat toksik. Antiobiotik ini dihasilkan oleh Bacillus polymyxa. Anggota kelompok ini dikenal dengan hurufhuruf A, B , C, D dan E dimana hanya polimiksin B dan E (kolistin) saja yang dipakai dalam klinik. Antibiotika ini terutama dipakai terhadap infeksi oleh Pseudomonas aeruginosa yang seringkali resisten terhadap kebanyakan antibiotika. Poliena Merupakan anibiotik makrolid yang secar selektif menghambat organisme yang membrannya mengandung sterol. Mereka aktif terhadap ragi, jamur dan lain-lain sel eukariotik, tetapi tidak berpengaruh terhadap kuman-kuman prokariotik yang tidak memiliki sterol didalam membrannya. Aktivitas anti jamur terhadap poliena disebabkan karena perubahan permeabilitas membran sebagai akibat interaksi antibiotik sterol. Tergolong didalam antibiotika poliena ini adalah amfetorisin B yang aktif terhadap jamur akan tetapi bersifat nefrotoksik. Lainnya adalah nistatin, tetapi apabila bersifat toksik karena diberikan secara parenteral, maka penggunannya adalah untuk mengobati infeksi yang bersifat topikal atau superfisial terutama yang disebabkan oleh Candida. Antibiotika yang mengganggu fungsi DNA Sejumlah obat-obat anti mikroba berfungsi terutama mengganggu / merusak struktur dan fungsi DNA, akan tetapi karena toksik, maka hanya beberapa saja yang dapat dipakai di klinik. Meskipun demikian, obat-obat ini sangat bermanfaat sebagai alat biokimia dan memberukan sumbangan yang penting pada biologi molekuler. Struktur molekul DNA erat kaitannya dengan dua perannya yaitu duplikasi dan transkipsi. Oleh karenanya, setiap at yang mampu mengganggu struktur double helix DNA tersebut akan mampu pula mempengaruhi seluruh fase pertumbuhan dan metabolisme kuman. Tergolong didalam kelompok antibiotika ini adalah mitosin dan asam nalidiksat. Pemberian mitomisin k dalam biakan kuman yang sedang tumbuh, akan mengakibatkan hambatan pada pembelahan sel. Asam nalidiksat dipergunakan dalam pengobatan infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh kuman-kuman negatif Gram. Antibiotika yang menghambat sintesis protein Sintesis protein merupakan hasil akhir dari dua proses utama yaitu 1. Transkripsi atau sintesis asam ribonukleat yang DNA-dependent 2. Translasi atau sintesis protein yang RNA-dependent

Antibiotika yang mampu menghambat salah satu proses ini akan menghambat sintesis protein. Tergolong dalam antibiotika jenis ini adalah : Aktinomisin : aktif terhadap banyak kuman-kuman positif dan negatif Gram Rifampisin : rifampisin memiliki spektrum anti bakteri yang luas dan terutama efektif terhadap kuman-kuman positif Gram dan mycobacteria. Dalam klinik rifampisin terutama efektif untuk pengobatan tuberkulosis secara oral. Streptomisin : bersifat bakterisid terhadap sejumlah besar kuman-kuman positif dan negatif Gram dan terhadap Mycobaterium tubeculosis. Tetrasiklin : spektrum kelompok tetrasiklin sangat luas dan mencakup spektrum penisilin, streptomisin serta kloramfenikol. Kloramfenikol : bersifat bakteriostatik. Aktif terhadap sejumlah kuman positif dan negatif Gram, riketsia dan klamidia. Kini terutama dipakai untuk infeksi-infeksi anaerobik, meningitis dan infeksi. Eritromisin : tergolong antibiotik makrolid. Bersifat bakteriostatik atau bakterisid Klindamisin : penggunaannya terutama untuk infeksi-infeksi oleh kuman anaerob.

SISTEM IMUNSel-sel sistem imun tersebar di seluruh tubuh dan ditemukan di dalam sumsum tulang, timus, darah, kelenjar getah benung, limpa, saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan jaringan. Sistem imun dibagi menjadi : 1. Sistem Imun Nonspesifik a. Pertahanan fisik/mekanik Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, selaput lendir, silia saluran pernapasan, batuk dan bersin merupakan garis pertahana terdepan terhadap infeksi. b. Pertahanan biokimia Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun beberapa dapat masuk tubuh melaluin kelenjar sebaseus dan folikel rambut. pH asam keringat dan sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein membran sel sehingga dapat mencegah infeksi yang terjadi melalui kulit. c. Pertahanan humoral 1. Komplemen Serum normal dapat menghancurkan dan memusnahkan beberapa bakteri negatifGram. Hal itu disebabkan adanya kerja sama antara antibodi dan kompleman, keduanya ditemuikan dalam serum normal. 2. Interferon

Adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi makrofag yang diaktifkan, sel NK dan berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi. 3. Protein fase akut Selama terjadi infeksi, produk bakteri seperti LPS mengaktifkan makrofag dan sel lain untuk melepas berbagai sitokin seperti IL-1 yang merupakan pirogen endogen, TNF dan IL-6. 4. Kolektin Adalah protein yang berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat hidrat arang pada permukaan kuman. d. Pertahanan selular 1. Fagosit Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, tetapin sel utama yang berperan dalam pertahanan nanspesifik adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear atau granulosit. 2. Makrofag Monosit bermigrasi ke jaringan dan disana berdiferensiasi menjadi mikrofag yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai makrofag residen. 3. Sel NK Secara morfologis, sel NK merupakan limfosit dengan granul besar. Ciri-cirinya yaitu memiliki banyak sekali sitoplasma (limfosit T dan B hanya sedsikit mengandung sitoplasma), granul sitoplasma azurofilik, pseudopodia dan nukleus eksentris. Oleh karna itu sel NK sering disebut LGL. 4. Sel mast Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan juga dalam pertahanan pejamu, jumlahnya menurun pada sindrom imunodefisiensi. 2. Sistem imun spesifik Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. a. Sistem imun spesifik humoral Pemeran utamanya adalah limfosit B atau sel B. Sel B berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang. Bila sel B dirangsang oleh benda asing, sel tersebut akan berpoliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi yang dilepas dapat ditemukan dalamn serum. Fungsi utama antibodi ini ialah pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya. b. Sistem imun spesifik selular Yang berperan adalah limfosit T atau sel T. Pada orang dawasa, sel T dibentuk dalam sumsum tulang tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus

atas pengaruh berbagai faktor asal timus. 90-95% dari semua sel T dalam timus tersebut mati dan hanya 5-10% menjadi matang dan meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi.

Referensi1. Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia. Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Akasara.1993