lapsus radiologi
Embed Size (px)
DESCRIPTION
radiologiTRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang terjadi di daerah
pinggang bagian bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian sebelah
belakang dan samping luar. HNP adalah suatu keadaan dimana sebagian atau
seluruh bagian dari nukleus pulposus mengalami penonjolan ke dalam kanalis
spinalis. Hernia nukleus pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari
nyeri punggung bawah (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2%
dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai discus intervertebralis
L5-S1 dan L4-L5. biasanya NPB oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam
waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada
keadaan tertentu.
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang pasien
berjenis kelamin perempuan, berusia 49 tahun. Pada kasus ini, diagnosis dapat
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi
columna vertebralis lumbosacralis AP-Lateral. Penting kiranya bagi kita untuk
memperhatikan dan mencermatinya, untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai
pengalaman di lapangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari kolumna vertebralis?
2. Apa yang dimaksud dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)?
3. Bagaimana etiopatofisiologi terjadinya HNP?
4. Bagaimana gambaran klinik dan radiology pada kasus HNP?
5. Bagaimana penegakan diagnosa pada kasus HNP?
6. Bagaimana penanganan dan prognosis pada kasus HNP?
1

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa anatomi dan fisiologi dari kolumna vertebralis
2. Untuk mengetahi definisi Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
3. Untuk mengetahi etiopatofisiologi terjadinya HNP
4. Untuk mengetahi gambaran klinik dan radiology pada kasus HNP
5. Untuk mengetahi penegakan diagnosa pada kasus HNP
6. Untuk mengetahi penanganan dan prognosis pada kasus HNP
1.4 Manfaat
Teoritis
Makalah ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dan
landasan teori mengenai Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
Praktis
Makalah ini diharapkan mampu memberikan landasan ilmiah tentang
gambaran radiologi pada kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
2

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Pada tanggal 9 Juni 2012 seorang pasien diantar oleh petugas rumah sakit
datang ke Instalasi Radiologi RSUD Mardi Waluyo – Blitar. Data pasien tersebut
adalah sebagai berikut :
Nama : Ny. W
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Blitar
Klinis : Nyeri pinggang
Permintaan Foto : Lumbosacral AP-lateral
2.2 Riwayat Pasien
Pasien tersebut merasakan nyeri pinggang, kemudian berobat ke rumah
sakit. Oleh dokter pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan radiologi
columna vertebralis lumbosacralis AP-Lat.
2.3 Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Persiapan pasien
a. Pasien ganti baju dan melepaskan benda-benda yang mengganggu
gambaran radiograf.
b. Petugas menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien.
2. Persiapan Alat dan Bahan
a. pesawat sinar-X siap pakai
b. kaset dan film sinar-X sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
(30x40 atau 35x43)
c. marker untuk identifikasi radiograf
d. grid atau bucky table
e. alat fiksasi bila diperlukan
f. alat pengolah film
3. Proyeksi pemeriksaan
a. Proyeksi anteroposterior
3

1. Tujuan : untuk melihat patologi lumbal, fraktur dan scoliosis
2. Posisi pasien : pasien tidur supine, kepala di atas bantal.
3. Posisi obyek : (a) Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan
(jika pakai buki).
(b) Letakkan kedua tangan di atas dada.
(c) Tidak ada rotasi tarsal/pelvis.
4. Sinar
CR : Tegak lurus kaset
CP : (a) Setinggi Krista iliaka (interspace L4-L5) untuk
memperlihatkan lumbal sacrum dan posterior
Cocygeus.
(b) Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas
crista iliaka) untuk memperlihatkan lumbal.
SID : 100 cm
Eksposi : ekspirasi tahan nafas
Kriteria : tampak vertebra lumbal, space intervertebra,
prosessus spinosus dalam satu garis pada vertebra,
prosessus transversus kanan dan kiri berjarak sama.
b. Proyeksi lateral
1. Tujuan : untuk melihat fraktur, spondilolistesis dan osteoporosis.
2. Posisi pasien : pasien lateral recumbent, kepala di atas bantal,
knee fleksi, di bawah knee dan ankle diberi
pengganjal.
3. Posisi obyek : (a) Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan
(jika pakai buki).
(b) Pelvis dan tarsal true lateral.
(c) Letakkan pengganjal yang radiolussent di
bawah pinggang agar vertebra lumbal sejajar
pada meja (palpasi prosessus spinosus).
4. Sinar
CR : Tegak lurus kaset
4

CP : (a) Setinggi krista iliaka (interspace L4-L5) untuk
memperlihatkan lumbal sacrum dan posterior
Cocygeus.
(b) Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di
atas crista iliaka) untuk memperlihatkan lumbal.
SID : 100 cm
Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.
4. Proteksi Radiasi
Terhadap petugas yang melakukan ekspos berdiri di belakang tabir
pelindung.
2.4 Foto Columna Vertebralis Lumbosacralis AP-Lat
5

Hasil Pemeriksaan :
Photo Columna Vertebralis Lumbosacralis AP-Lat
Tampak lipping process pada corpus vertebrae Th XII s/d L5 dengan
penonjolan ke dorsal pada tepi atas corpus vertebrae L5dan tepi bawah corpus
vertebrae L4, disertai penyempitan intervertebral space di L4-5 dengan corpus
vertebrae intact, tidak ada fracture.
Pedicle, processus spinosus dan transversus baik dan intact.
Intervertebral space yang lain tidak menyempit.
Alignment baik, dengan columna vertebralis melurus, line of weight
bearing jatuh di belakang promontorium.
Kesimpulan :
Spondyloarthrosis pada lumbalis dengan adanya paravertebral muscle
spasme dengan suspect HNP di L4-5.
Usul : Caudography
6

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
3.1.1 Anatomi Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah
struktur yang lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra
atau ruas tulang belakang. Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang
terdapat bantalan tulang rawan. Panjang rangkaian tulang belakang pada orang
dewasa dapat mencapai 57-67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah
diantaranya adalah tulang-tulang terpisah, dari 19 ruas sisanya bergabung
membentuk 2 tulang.
Kolumna vertebra terdiri dari 7 vertebra servikal atau ruas tulang leher, 12
vertebra thorakal atau ruas tulang punggung, 5 vertebra lumbal atau ruas tulang
pinggang, 5 vertebra sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra koksigeus
atau ruas tulang tungging (Evelyn, 1999) .
Dilihat dari samping kolumna vertebralis memperlihatkan 4 kurva atau
lengkung. Di daerah vertebra servikal melengkung ke depan, daerah thorakal
melengkung belakang, daerah lumbal melengkung ke depan, dan di daerah pelvis
melengkung ke belakang (Syaifuddin).
3.1.2 Vertebra Lumbal
Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar.
Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti
ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil.
Prosesus transversusnya panjang dan langsing. Apophyseal joint dari lumbal lebih
ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi oblik.
Foramen intervertebralis dari lumbal berada di tengah dari sagital plane. Vertebra
lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang terdiri dari
korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang terdiri dari
pedikel, lamina, prosesus transversus, prosesus spinosus dan prosesus artikularis.
Setiap dua korpus vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan
serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamentum.
7

Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih
besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis. Bagian
bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu,
foramen lumbal lima hanya berisi kauda equina dan selaput-selaput otak.
Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra
lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat
pada vertebra thorakalis. Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan
pinggir atas mengarah ke arah bawah dan ke arah dorsal. Prosesus ini dapat
diketahui kedudukannya dengan cara meraba atau palpasi.
Prosesus artikularis superior merupakan fasies artikularis yang cekung dan
menghadap posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung dan
menghadap ke anterolateralis (Ballinger, 1995).
3.1.3 Sacrum
Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada
bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit di antara kedua tulang inominata (atau
tulang coxae) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis (panggul). Dasar
dari sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan
membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum
membentuk promontorium sakralis. Kanalis sakralis terletak di bawah kanalis
vertebralis (saluran tulang belakang) dan memang lanjutan daripadanya. Dinding
kanalis sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sacral. Prosesus spinosus
yang rudimenter dapat dilihat pada pandangan posterior dari sacrum. Permukaan
anterior sacrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang,
yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis.
Pada ujung gili-gili ini, di setiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk
dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sacrum
bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sacrum bersendi dengan tulang
ileum dan membentuk sendi sakro-iliaka kanan dan kiri (Evelyn, 1999).
3.2 Fisiologi
Kolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan.
Berfungsi untuk menyalurkan berat kepala, ektrimitas atas dan batang badan pada
8

tulang panggul. Juga berfungsi untuk melindungi medula spinalis serta selaput
otaknya yang mempunyai tempat di kanalis vertebralis. Fungsi ketiga dari
kolumna vertebralis adalah untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi
tempat lekat dari otot-otot (Bajpai,1991).
Vertebra lumbosakral merupakan bagian dari tulang belakang/kolumna
vertebralis yaitu susunan tulang-tulang kecil yang dinamakan ruas tulang
belakang. Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala dan alat-alat
tubuh yang lain, melindungi sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum
penyambung otak yang terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat
tulang-tulang panggul bergantung (Amstrong, 1989).
3.3 Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
3.3.1 Definisi HNP
Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis
(PDI) adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis
ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas
sebagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (rupture discus).
3.3.2 Epidemiologi
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada C5-C6
dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak
dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun.
3.3.3 Insidens
- Hernia Iumbo Sakral lebih dari 90 %
- Hernia Sercikal 5-10 % .
3.3.4 Etiopatofisiologi
Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel
kartilago yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus
bergerak, cairan menjadi padat dan rata serta melebar di bawah tekanan dan
menggelembungkan annulus fibrosus.
Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa
nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteri
radikulasi berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di sisi
9

lateral. Bilamana tempat herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks yang
terkena.
Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus
intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya
anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang berkali-
kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu timbul sobekan
radikal. Kalau hal ini sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus pulposus
adalah soal waktu dan trauma berikutnya saja.
3.3.4.1 Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka
posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma
adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada
ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau
ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering
kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada
kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi
“extruded” dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih
sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus,
biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka
mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang
besar dapat menekan serabut-serabut saraf melawan apophysis artikuler.
3.3.4.2 Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal
menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun
atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan
C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar
posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan
nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan
kulit.
10

3.3.4.3 Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang
paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut
love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada
empat thoracal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma
jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.
3.3.5. Gambaran Klinik
3.3.5.1 Henia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan
periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan
tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga
kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada
tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri
menjalar kedalam bokong dan tungkai. “Low back pain” ini disertai rasa nyeri
yang menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara
refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam
bentuk skilosis lumbal.
Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis
yang prolaps terdiri :
1. Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
2. Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
3. Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks
Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :
1. Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar
kejurusan tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.
2. Tess Naffziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral.
3. Tes Lasegue. Tes Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan
Bragard yang positif.
11

Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai
atas dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari
muskulus ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.
3.3.5.2 Hernia servicalis
- Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas
(sevikobrachialis)
- Atrofi di daerah biceps dan triceps
- Refleks biceps yang menurun atau menghilang
- Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.
3.3.5.3 Hernia thorakalis
- Nyeri radikal
- Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan
kejang paraparesis
- Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia
3.3.6 Gambaran Radiologis
Dapat dilihat hilangnya lordosis lumbal, skoliosis, penyempitan
intervertebral, “spur formation” dan perkapuran dalam diskus
Bila gambaran radiologik tidak jelas, maka sebaiknya dilakukan punksi
lumbal yang biasanya menunjukkan protein yang meningkat tapi masih dibawah
100 mg %.
3.3.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, gambaran klinis dan
gambaran radiologis. Adanya riwayat mengangkat beban yang berat dan
berualangkali, timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi
terjadinya herniasi.
Diagnosa pada hernia intervertebral , kebocoran lumbal dapat ditemukan
secepat mungkin. Pada kasus yang lain, pasien menunjukkan perkembangan cepat
dengan penanganan konservatif dan ketika tanda-tanda menghilang, testnya tidak
dibutuhkan lagi. Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam menentukan
suatu lokalisasi yang akurat yang akurat.
12

3.3.8. Diagnosis Banding
1 Tumor tulang spinalis yang berproses cepat, cairan serebrospinalis yang
berprotein tinggi. Hal ini dapat dibedakan dengan menggunakan
myelografi.
2. Arthiritis
3. Anomali colum spinal.
3.3.9 Penatalaksanaan
3.3.9.1 Hernia Lumbosacralis
Pada fase akut, pasien tidur diatas kasur yang keras beralaskan papan
dibawahnya. Traksi dengan beban mulai 6 Kg kemudian berangsur-angsur
dinaikkan 10 Kg. pada hernia ini dapat diberikan analgetik salisilat
3.3.9.2 Hernia Servicalis
Untuk HNP sevicalis, dapat dilakukan traksi leher dengan kalung glisson,
berat beban mulai dari 2 Kg berangsur angsur dinaikkan sampai 5 Kg. tempat
tidur dibagian kepala harus ditinggikan supaya traksi lebih efektif.
Untuk HNP yang berat, dapat dilakukan terapi pembedahan pada daerah
yang rekuren. Injeksi enzim chympapim kedalam sendi harus selalu diperhatikan.
3.3.10 Prognosis
Terapi konservatif yang dilakukan dengan traksi merupakan suatu
perawatan yang praktis dengan kesembuhan maksimal.
Kelemahan fungsi motorik dapat menyebabkan atrofy otot dan dapat juga
terjadi pergantian kulit.
3.4 Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi adalah usaha-usaha dalam lingkungan kesehatan yang
bertujuan memperkecil penerimaan dosis radiasi yang diterima baik oleh pihak-
pihak yang terlibat selama pemeriksaan radiologi baik bagi pasien, radiografer,
dokter radiologi, dan masyarakat umum dan lingkungan sekitar.
3.4.1 Proteksi Radiasi Bagi Pasien
Mengatur luas lapangan sesuai lapangan objek yang diperlukan dan
menghindari pengulangan pemeriksaan (pengulangan foto), karena akan
menambah dosis yang diterima oleh pasien.
13

3.4.2 Proteksi Radiasi Bagi Petugas
Petugas berdiri di belakang tabir radiasi selama penyinaran berlangsung.
Apabila petugas harus berada di ruangan pemeriksaan harus menggunakan apron.
Menggunakan alat pencatat dosis personil film badge. Petugas menggunakan
sarung tangan timbal.
3.4.3 Proteksi Radiasi Bagi Masyarakat Umum
Yang dimaksud masyarakat umum disini adalah orang yang berada di
sekitar unit radiologi dan tidak mempunyai kepentingan dengan pemeriksaan
radiodiagnostik dan dikarenakan suatu hal maka harus berada di dekat unit
radiologi, contoh dari masyarakat umum adalah pengantar pasien (keluarga,
perawat) pemberian proteksi masyarakat umum sebagai berikut :
- Tembok ruangan pemeriksaan setebal setara dengan ketebalan 0,25 mm Pb
dan pintu ruangan di unit radiologi di lapisi Pb.
- Memberikan peringatan berupa tulisan, maupun tanda-tanda akan bahaya
radiasi sinar-X.
14

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang terjadi di daerah
pinggang bagian bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian sebelah
belakang dan samping luar. HNP adalah suatu keadaan dimana sebagian atau
seluruh bagian dari nukleus pulposus mengalami penonjolan ke dalam kanalis
spinalis. Hernia nukleus pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari
nyeri punggung bawah (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2%
dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai discus intervertebralis
L5-S1 dan L4-L5. Biasanya NPB oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam
waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada
keadaan tertentu.
Pada kasus ini, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi columna vertebralis lumbosacralis
AP-Lateral. Penting kiranya bagi kita untuk memperhatikan dan mencermatinya,
untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
4.2 Saran
Penegakan diagnosa pada kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) tidak
hanya dengan melakukan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan radiologi) saja,
tapi juga berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik.
15

DAFTAR PUSTAKA
1. Borenstein, D.G., Wiesel S.W., Boden, S.D. 1995, Low Back Pain. Medical Diagnosis and Comprehensive Management. WB Saunders Co. Philadelphia,
2. Cohen, R.I.,Chopro,P, 2001, Low Back Pain : Guide the Conservative. Medical and Procedural Therapies, Geriatrics, Vol 1 number
3. Gilroy J, 2000. Basic Neurology, third edition, Mc Graw Hill Inc, New York
4. Hidalgo JA, 2006. eMedicine Articles, Pott’s Disease
5. Howitz, 2001. Lumbar (Intervertebral Discuss) Disorders. eMedicine Journal Vol 2-No.7 Jakarta
6. Mardjono,M., Sidharta,P.1999, Neurologi Klinis Dasar, cetakan ke-8, PT. Dian Rakyat,
7. Meliala L, 2004. Terapi Rasional Nyeri Tinjauan Khusus Nyeri Neuropatik, Aditya Media, Yogyakarta
8. Rusdi, I., Prognosis Nyeri Punggung Bawah. Kelompok Studi Nyeri. PERDOSSI. 2003
16