kasus radiologi
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

3
3
BAB IILAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Pada tanggal 5 Juni 2012 seorang pasien diantar oleh petugas rumah sakit
datang ke Instalasi Radiologi RSUD Mardi Waluyo – Blitar. Data pasien tersebut
adalah sebagai berikut :
Nama : Tn. K
Umur : 75 tahun
Jenis kelamin : laki – laki
Alamat : Kalitengah
No Foto : 4130
Klinis : Retensio Urine
Permintaan Foto : Bipolar Urethro- Cystogram
2.2 Riwayat Pasien
Pasien tersebut tidak bisa buang air kecil, kemudian berobat ke rumah
sakit. Oleh dokter pasien dipasang kateter melalui vesika urinaria (sistostomi)
sebagai saluran kencingnya. Pasien rencananya akan dilakukan operasi
pembedahan. Sebelum operasi dilakukan, dokter urologi meminta untuk dilakukan
pemeriksaan radiologi Bipolar Uretro-Cystografi.
2.3 Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Persiapan pasien
a. Pasien telah dipasang kateter cystotomi oleh dokter pengirim.
b. Keluarga pasien diberikan penjelasan tentang jalannya
pemeriksaan dan mengisi informed consent.

4
2. Persiapan Alat dan Bahan
a. pesawat sinar-X
b. kaset dan film beserta marker
c. media kontras urografi
d. infus RL
e. spuit glass 200cc
f. sarung tangan (hand scoon)
g. bengkok atau mangkuk steril
h. kapas alkohol
i. plester
j. baju pasien
3. Jalannya Pemeriksaan
Uretrografi :
a. Posisi pasien : tidur telentang di atas meja pemeriksaan
b. daerah orifisium uertra diolesi dengan gliserin
c. masukkan media kontras melalui orifisium uertra, sebanyak 10-20
cc
d. Lakukan pemotretan dengan beberapa proyeksi (oblique kanan dan
kiri)
Cystografi :
a. Posisi pasien : tidur telentang di atas meja pemeriksaan
b. masukkan media kontras melalui kateter, sebanyak 100 cc, secara
perlahan sampai ke vesica urinaria sehingga residu urine keluar
melalui kateter.

5
c. Setelah media kontras mengisi vesica urinaria, maka lakukan
pemotretan dengan beberapa proyeksi (AP, oblique kanan dan kiri)
4. Proteksi Radiasi
Terhadap petugas yaitu menggunakan apron pada saat pemeriksaan
dan petugas yang melakukan ekspos berdiri di belakang tabir
pelindung.
2.4 Hasil Pemeriksaan Radiologis
Foto Pelvis AP :

6
Uretrografi (oblique kanan dan kiri) :

7
Cystografy (AP, oblique kanan dan kiri):

8
Hasil Pemeriksaan :
Dikerjakan dengan pemberian kontras Urografin yang diencerkan per
Urethral lewat canule dilanjutkan dengan pemberian kontras kedalam kandung
kencing lewat catheter cystostomy.
Tidak dikerjakan Bipolar Urethrocystografi karena kontras tampak lancar
masuk dari urethra ke dalam kandung kencing.
Pada foto pelvis tampak bayangan radioopaque didaerah pelvic, bulat
dengan diameter sekitar 2 cm.
Pemberian kontras tanpa tekanan berarti kedalam urethra, denga kontras
tampak mengisi urethra dann kandung kencing dengan baik.
Urethra : tampak mukosa rata, dengan penyempitan didaerah pars
membranacea sampai pars prostatica dengan kontras dapat mengisi vesika
urunaria.
Pada pemberian kontras per catheter lewat cystostomi, tampak kontras
mengisi kandung kencing dengan mukosa tidak rata, disertai disertai bayangan
radioopaque bulat didalamnya tampak berpindah tempat pada perubahan posisi
tubuh.
Kesimpulan :
Megesankan adanya batu kandung kencing sekitar 2 cm, dengan Cystitis
dan penyempitan urethra pars membranacea sampai pars prostatica.
Tidak jelas causa retensio urine daru Urethrography ini.

9
9
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Vesika Urinaria dan Urethra
3.1.1 Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli,
merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui
ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh
melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di pelvic floor,
bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus
halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf (Purnomo, 2011).
Vesika urinaria adalah organ berongga yang terdiri atas tiga lapis otot
detrusor yang saling beranyaman, yakni (1) terletak paling dalam adalah otot
longitudinal, (2) ditengah merupakan otot sirkuler, dan (3) paling luar merupakan
otot longitudinal. Mukosa vesika urinaria terdiri atas sel transisional yang sama
seperti pada mukos pelvis renalis, ureter, dan urethra posterior. Pada dasar vesika
urinaria kedua muara ureter dan meatus urethra internum membentik suatu
segitiga yang disebut trigonum buli – buli (Purnomo, 2011).
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan
parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus
imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis
melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan
motorik (Scanlon and Sanders, 2007).

10
Gambar 1 Anatomi Vesika Urinaria (Graff, 2001)
3.1.2 Urethra
Uretra merupakan saluran yang menyalurkan urine keluar dari vesica
urinaria menuju lingkungan luar melalui proses miksi. Uretra pada pria memiliki
panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan
dengan kelenjar prostat). Uretra pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter
interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan
m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter) (Scanlon and
Sanders, 2007).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa. (1) Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan
bagian dari collum vesicae dan aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika
dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul
kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis. (2) Pars prostatika
(3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian

11
ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya. (3) Pars
membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit.
Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma
urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal
yang berada di bawah kendali volunter (somatis). (4) Pars spongiosa (15 cm),
merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars membranosa
sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus
spongiosum di bagian luarnya (Scanlon and Sanders, 2007)
.
Gambar 2 Anatomi Uretra Pada Pria (www.Ivy-Rose.co.uk, 2006)

12
3.2 Retensio Urine
3.2.1 Definisi
Retensio urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk mengeluarkan
urine yang terkumpul didalam vesika urinaria hingga kapasitas maksimal vesika
uriaria terlampaui (Purnomo, 2011).
Dalam menampung urine, vesika urinaria mempunyai kapasitas maksimal,
yang volumenya untuk orang dewasa lebih kurang adalah 300 – 450 ml
(Purnomo, 2011).
3.2.2 Gambaran Klinis
Pasien mengeluh tertahan kencing atau kencing keluar sedikit – sedikit.
Keadaan ini harus dibedakan dengan inkontinensia paradoksa yaitu keluarnya
urine secara menetes, tanpa disadari, dan tidak mampu ditahan oleh pasien. Selain
itu tampak benjolan khusus pada perut sebelah bawah dengan disertai rasa nyeri
yang hebat (Purnomo, 2011).
Pemeriksaan pada genitalia eksterna mungkin teraba batu di uretra
anterior, terlihat batu di meatus uretra eksternum, teraba spongiofibrosis
disepanjang uretra anterior, terlihat fistel atau abses diuretra, fimosis atau
parafimosis, atau terlihat darah keluar dari uretra akibat cedera uretra.
Pemeriksaan colok dubur setelah buli – buli dikosongkan ditujukan untuk mencari
adanya hiperplasia prostat atau karsinoma prostat, dan pada pemriksaan refleks
bulbokavernosus untuk mendeteksi adanya buli – buli neurogenik (Purnomo,
2011).

13
Pemeriksaan foto polos abdomen menunjukkan banyangan buli – buli
penuh, mungkin terlihat bayangan batu opaque pada uretra atau buli – buli. Pada
pemeriksaan uretrografi tampak adanya striktura uretra (Purnomo, 2011).
3.3.3 Etiologi
Penyebab retensio urine dapat dibagi menjadi tiga kelompok :
1. Kelemahan otot detrusor
Kelainan medula spinalis
Kelainan saraf perifer
2. Hambatan obstruksi uretra
Gumpalan darah
Sklerosis leher buli – buli
Hiperplasia prostat
Karsinoma prostat
Striktura uretra
Batu uretra
Tumor uretra
Klep uretra
Cedera uretra
Fimosis
Parafimosis
Stenosis meatus uretra
3. Inkoordinasi antara detrusor uretra
Cedera cauda ekuina
(Purnomo, 2011).

14
3.4 Pemeriksaan Urethro-Cystografi
Diagnosis pada kasus pasien mengalami kesulitan untuk miksi ditegakkan
pertama kali berdasarkan pemeriksaan fisik, yang meliputi pemeriksaan penis dan
uretra yang kemungkinan adanya meatus uretra yang sempit, vesica dapat teraba
menonjol diatas simpisis pubis karena adanya retensio urine. Untuk membantu
jalannya pengeluaran urine yaitu dipasang kateter melalui saluran uretra. Jika
dalam masa terapi pasien masih mengalami retensio urine, maka dilakukan
operasi pembedahan. Sebelum dilakukan pembedahan, dilakukan diagnosa untuk
mengetahui panjang dan lokasi striktur yaitu dengan pemeriksaan radiologi
bipolar uretrocystografi. Kontras bisa lewat atas (pool atas lewat vesica urinaria)
ataupun lewat bawah (pool bawah lewat uretra), sehingga panjang dan ketebalan
striktur dapat diketahui. Dikatakan striktur kontras tidak bisa mengisi seluruh
saluran pada uretra.
3.4.1 Definisi
Urethro-Cystografi adalah pemeriksaan radiologis dengan menggunakan
kontras cair positif untuk melihat gambaran anatomis dari uretra dan vesica
urinaria.
3.4.2 Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi :
a. Striktur
Striktur Uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada
dindingnya.penyempitan lumen ini disebabkan karena dinding uretra
mengalami fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpus
spongiosum.

15
b. Retensi urine (ketidak mampuan seseorang untuk mengeluarkan urine)
c. Kelainan kongenital
Kelainan bawaan dari lahir, hal ini jarang terjadi
d. Fistule
Saluran abnormal yang terbentuk antara dua buah organ yang seharusnya tidak
berhubung.
e. Tumor
Kontra indikasi :
a. Infeksi akut
b. Recent instrumentation
3.4.3 Prosedur Pelaksanaan
Pemeriksaan Uretrografi (Bontrager,2001)
Persiapan Pasien :
- tidak ada persiapan khusus
- vesica urinaria dikosongkan semaksimal mungkin
Persiapan Peralatan :
- pesawat sinar-X
- kaset dan film beserta marker
- media kontras,urografin
- gliserin
- kateter
- spuit
- sarung tangan
- kassa steril

16
- bengkok atau mangkuk steril
- kapas alkohol
- plester
- baju pasien
Jalannya Pemeriksaan :
- pasien tidur telentang di atas meja pemeriksaan, setelah disuruh buang
air kecil
- daerah orifisium uertra diolesi dengan gliserin
- masukkan media kontras melalui kateter, sebanyak 12 cc
- Lakukan pemotretan dengan beberapa proyeksi
Proyeksi Pemotretan
Antero Posterior
- Posisi pasien : tidur telentang di atas meja pemeriksaan
- Posisi obyek : daerah pelvis dan uretra ditempatkan persis di atas kaset,
kedua kaki direnggangkan
- Arah sinar : ditujukan kesimpisis pubis dan disudutkan 100 cephalad.
- Kolimasi : gunakan luas lapangan seluas obyek
Right dan left posterior oblique (RPO dan LPO)
− Posisi pasien : tidur telentang di atas meja pemeriksaan
− Posisi obyek : daerah pelvis dan uretra ditempatkan persis di atas kaset,
kemudianpasien dimiringkan 300 sehingga uretra tidak superposisi
dengan soft tissue dari otot paha
− Arah sinar : tegak lurus terhadap kaset
− Pusat sinar : ditujukan ke simpisis pubis

17
− Kolimasi : gunakan luas lapangan seluas obyek
− Kriteria gambar : tampak mengisi uretra ( pars cavernosa, pars
membranacea dan pars prostatika)
Pemeriksaan Cystografi ( Bontrager,2001 )
Persiapan Pasien :
- tidak ada persiapan khusus
- vesica urinaria dikosongkan semaksimal mungkin
Persiapan Peralatan :
- pesawat sinar-X
- kaset dan film beserta marker
- media kontras,urografin
- gliserin
- kateter
- spuit
- sarung tangan
- kassa steril
- bengkok atau mangkuk steril
- kapas alkohol
- plester
- baju pasien
Jalannya Pemeriksaan :
- pasien tidur telentang di ats meja pemeriksaan, setelah disuruh buang air
kecil
- daerah orifisium uretra diolesi dengan gliserin

18
- masukkan media kontrasyang telah diencerkan dengan cairan infus
sebanyak 150-500 melalui kateter, secara perlahan sampai ke vesica
urinaria sehingga residu urine keluar melalui kateter.
- Setelah media kontras mengisi vesica urinaria, maka lakukan pemotretan
dengan beberapa proyeksi
Proyeksi Pemotretan :
Antero Posterior
- Posisi pasien : tidur telentang di atas meja pemeriksaan, MSP berada di
tengah meja
- Posisi obyek : daerah pelvis tepat di tengah kaset
- Arah sinar : disudutkan 100 caudal.
- Pusat sinar : 5 cm di atas simpisis pubis
- Kolimasi : gunakan luas lapangan seluas obyek
Right dan left posterior oblique :
- Posisi pasien : tidur telentang di atas meja pemeriksaan
- Posisi obyek : tubuh dirotasikan kekanan sebesar 450 - 600
- Arah sinar : tegak lurus terhadap obyek
- Pusat sinar : 5 cm di atas simpisis pubis dan 5 cm ke arah medial
menuju SIAS
- Kolimasi : gunakan luas lapangan seluas obyek
Lateral :
- Posisi pasien : tidur miring pada salah satu sisi, kedua lutut ditekuk
sebagai fiksasi dan kedua lutut diberi bantal.
- Posisi obyek : daerah pelvis tepat diatas kaset

19
- Arah sinar : tegak lurus terhadap obyek
- Pusat sinar : 5 cm di atas dan menuju ke belakang simpisis pubis
- Kolimasi : gunakan luas lapangan seluas obyek Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi
Proteksi radiasi : adalah usaha-usaha dalam lingkungan kesehatan yang
bertujuan memperkecil penerimaan dosis radiasi yang diterima baik oleh pihak-
pihak yang terlibat selama pemeriksaan radiologi baik bagi pasien, radiografer,
dokter radiologi, dan masyarakat umum dan lingkungan sekitar.
1. Proteksi radiasi bagi pasien
Mengatur luas lapangan sesuai lapangan objek yang diperlukan dan
menghindari pengulangan pemeriksaan (pengulangan foto), karena akan
menambah dosis yang diterima.
2. Proteksi radiasi bagi petugas
Petugas berdiri di belakang tabir radiasi selama penyinaran berlangsung.
Apabila petugas harus berada di ruangan pemeriksaan harus menggunakan apron.
Menggunakan alat pencatat dosis personil film badge. Petugas menggunakan
sarung tangan timbal
3. Proteksi radiasi bagi masyarakat umum
Yang dimaksud masyarakat umum disini adalah orang yang berada
disekitar unit radiologi dan tidak mempunyai kepentingan dengan pemeriksaan
radiodiagnostik dan dikarenakan suatu hal maka harus berada didekat unit
radiologi, contoh dari masyarakat umum adalah pengantar pasien ( keluarga,
perawat ) pemberian proteksi masyarakat umum sebagai berikut ;
- Tembok ruangan pemeriksaan setebal setara dengan ketebalan 0,25

20
mm Pb dan pintu ruangan di unit radiologi di lapisi Pb.
- Memberikan peringatan berupa tulisan, maupun tanda-tanda akan
bahaya radiasi sinar-X

21
21
BAB IVPENUTUP
4.1 Kesimpulan
Retensio urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk mengeluarkan
urine yang terkumpul didalam vesika urinaria hingga kapasitas maksimal vesika
uriaria terlampaui. Penyebab retensio urine dapat dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu : Kelemahan otot detrusor, Hambatan obstruksi uretra, Inkoordinasi antara
detrusor uretra.
Urethro-Cystografi adalah pemeriksaan radiologis dengan menggunakan
kontras cair positif untuk melihat gambaran anatomis dari uretra dan vesica
urinaria. Indikasi dari pemeriksaan Urethro-Cystografi adalah : Striktur uretra,
Retensi urine, Kelainan congenital, Fistule, Tumor. Kontra indikasi dari
pemeriksaan Urethro-Cystografi adalah : Infeksi akut dan Recent instrumentation
4.2 Saran
Bila ditemukan gejala retensio urine segera periksakan ke dokter agar
penyakit tidak bertambah parah dan mengganggu aktifitas.