konsep dasar isolasi sosial

49
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL ; MENARIK DIRI A. Konsep Dasar 1. Definisi Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain. (Carpenito, 1998 : 381). Sedangkan perilaku menarik diri merupakan percoban untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993 : 336) Dari teori-teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menarik diri merupakan perilaku menghindari interaksi, kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi dan kegagalan dengan orang lain karena orang lain menyatakan sikap negatif dan mengancam. 2. Rentang Respon Sosial

Upload: ndut-naa-hyun

Post on 06-Aug-2015

174 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Dasar Isolasi Sosial

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL ; MENARIK DIRI

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok

mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan

keterlibatan dengan orang lain. (Carpenito, 1998 : 381).

Sedangkan perilaku menarik diri merupakan percoban untuk

menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan

orang lain (Rawlins, 1993 : 336)

Dari teori-teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menarik diri

merupakan perilaku menghindari interaksi, kehilangan hubungan akrab, tidak

mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi dan

kegagalan dengan orang lain karena orang lain menyatakan sikap negatif dan

mengancam.

2. Rentang Respon Sosial

Adapun rentang sosial dari adaptif sampai terjadi respon yang maladaptif

(Stuart & Sundeen, 1991 : 346), yaitu :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Bekerjasama Tergantung Narcissisme

Saling tergantung

Gambar 1. Rentang respon sosial

Page 2: Konsep Dasar Isolasi Sosial

Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-

norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku dimana individu

masih dalam batasan yang adaptif dalam menyelesaikan masalahnya. Respon

adaptif meliputi perilaku menyendiri (solitude), yaitu respon adaptif yang

dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan, otonomi

(respon adaptif individu untuk menentukan sikap sendiri berdasarkan

tanggung jawab yang lahir dari dirinya), Bekerjasama / mutualisme dengan

orang lain yang menggunakan prinsip saling menguntungkan, dan

interdependent/hubungan saling ketergantungan dengan pihak yang satu

dengan yang lain.

Sedangkan gangguan hubungan sosial yang sering terjadi pada

rentang respon maladaptif (Stuart & Sundeen, 1991), yaitu :

a. Menarik diri ; individu menemukan kesulitan dalam

membina hubungan dengan orang lain.

b. Tergantung (dependen) ; individu sangat tergantung dengan

orang lain, individu gagal mengembangkan rasa percaya diri.

c. Manipulasi ; Individu tidak dapat dekat dengan orang lain,

orang lain hanya sebagai objek.

Curiga ; tertanam rasa tidak percaya terhadap orang lain dan lingkungan.

3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

Menurut Stuart dan Sundeen, perilaku menarik diri dipengaruhi oleh

faktor predisposisi atau faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya

gangguan jiwa.

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yaitu faktor yang bisa menimbulkan respon sosial

yang maladaptif. Faktor yang mungkin mempengaruhi termasuk :

1). Perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan mencetuskan

seseorang akan mempunyai masalah respon maladaptif.

Page 3: Konsep Dasar Isolasi Sosial

2. biologik

Adanya keterlibatan faktor genetik, status gizi, kesehatan umum yang

lalu dan sekarang.Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya

neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, tetepi masih perlu

penelitian.

3. Sosiokultural

Isolasi karena mengadopsi norma, prilaku dan sistem nilai yang

berbeda dari kelompok budaya mayoritas, seperti tingkat

perkembangan usia, kecacatan, penyakit kronik, pendidikan, pekerjaan

dan lain-lain.

b. Faktor Presipitasi

Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang

penuh stress yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan

dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.

Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

1). Stressor sosiokultural

Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang berarti,

misalnya perceraian, kematian, perpisahan kemiskinan, konflik sosial

budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) dan sebagainya.

2). Stressor Psikologik

Ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan

keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya, misalnya perasaan

cemas yang mengambang, merasa terancam.

4. Tanda dan Gejala

Observasi yang ditemukan pada klien dengan perilaku menarik diri

akan ditemukan (data objektif), yaitu apatis, ekspresi sedih, afeks tumpul,

menghindari dari orang lain (menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari

orang lain, misalnya pada saat makan, komunikasi kurang/tidak ada, klien

tidak tampak bercakap-cakap dengan klien atau perawat, tidak ada kontak

Page 4: Konsep Dasar Isolasi Sosial

mata, klien lebih suka menunduk, berdiam diri di kamar/tempat terpisah, klien

kurang mobilitas, menolak berhubungan dengan orang lain, klien

memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak

melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah

tangga sehari-hari tidak dilakukan, posisi janin pada saat tidur.

Data subjektif sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi.

Beberapa data subjektif adalah menjawab dengan kata-kata singkat dengan

kata-kata “tidak”, “ya”, atau “tidak tahu”.

Karakteristik Perilaku

Perilaku yang muncul dan dapat diamati pada individu dengan

perilaku menarik diri antara lain : gangguan pola makan; tidak nafsu makan

atau berlebihan, berat badan menurun atau meningkat secara drastis,

kemunduran kesehatan fisik, tidur berlebihan, tinggal di tempat tidur dalam

waktu lama, banyak tidur siang, kurang bergairah, tidak memperdulikan

lingkungan, kegiatan menurun, imobilisasi, mondar-mandir/sikap mematung,

melakukan gerakan secara berulang, keinginan seksual menurun.

5. Penatalaksanaan

Bila sudah terbina hubungan saling percaya dan terjadinya kontak

mata untuk selanjutnya dilakukan pembinaan terhadap hal-hal yang praktis,

misalnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien, kebutuhan berinteraksi,

baik di rumah maupun di luar rumah secara bertahap didukung dengan

pengobatan.

Adapun penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada klien dengan

perilaku menarik diri, meliputi :

a. Psikofarmaka

b. ECT (Electro Confulsive Teraphy)

Sangat bermanfaat untuk pasien dengan keadaan depresi. Efek dari

konvulsator yang mengandung gelombang sinusoid yang

Page 5: Konsep Dasar Isolasi Sosial

berguna menimbulkan aktifitas listrik otak yang mempengaruhi susunan

biokimiawi otak.

c. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi ( kembali memfungsikan )

dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara

wajar dalam kehidupan bermasyarakat dan mandiri untuk melaksanakan

kebutuhannya. Terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi

tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasional, terapi

lingkungan, terapi aktivitas kelompok yang tujuannya memperbaiki

perilaku klien dengan menarik diri.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Klien Dengan

Menarik Diri

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau

masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

1. Pengkajian

Patricia A Potter l (1993) mengatakan bahwa pengkajian terdiri dari 3

kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan

perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai

sumber data, yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder,

seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas

dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data

dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : dengan observasi, wawancara dan

pemeriksaan fisik.

Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal

dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajian meliputi :

Page 6: Konsep Dasar Isolasi Sosial

a. Identitas klien

1). Perawat yang merawat melakukan kontak dengan klien

tentang : nama klien, nama panggilan klien, nama perawat, panggilan

perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan.

2). Usia

3). Nomor rekam medik

4). Perawat menuliskan sumber data yang didapat

b. Keluhan utama/alasan

masuk

Menanyakan pada klien atau keluarga penyebab klien datang ke rumah

sakit saat ini dan bagaimana koping keluarga yang sudah dilakukan untuk

mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya.

c. Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami

gangguan jiwa di masa lalu, pernah melakukan, mengalami, menyaksikan

penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam

keluarga dan tindakan kriminal, baik itu yang dilakukan, dialami ,

disaksikan oleh orang lain, apakah ada anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa, pengalaman yang tidak menyenangkan.

d. Aspek fisik

Meliputi pengukuran tanda vital, tinggi badan, berat badan dan adanya

keluhan fisik, misalnya tampak lemah, letih dan sebagainya.

e. Aspek psikososial

1). Membuat genogram yang memuat minimal 3 generasi yang

menggambarkan hubungan klien dengan keluarganya yang terkait

dengan komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan

individu dan keluarga.

2). Konsep diri, meliputi :

Kaji lebih dalam secara bertahap dengan komunikasi yang sering dan

singkat, meliputi :

Page 7: Konsep Dasar Isolasi Sosial

a). Citra tubuh

Tanyakan dan observasi persepsi pasien terhadap tubuhnya,

bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.

b). Identitas diri

Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum

dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya

(sekolah, tempat kerja, kelompok), kepuasan klien sebagai

perempuan atau laki-laki.

c). Peran

Tanyakan tentang tugas / peran yang diemban dalam

keluarga/kelompok, kemampuan klien dalam melaksanakan tugas

/ peran.

d). Ideal diri

Tanyakan tentang harapan terhadap tubuh; posisi, status,

tugas/peran dan harapan klien terhadap lingkungan (keluarga,

sekolah, tempat kerja, masyarakat).

e). Harga diri.

Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien

dengan orang lain sesuai dengan kondisi no. 2). (a), (b), (c) dan

penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan

kehidupannya.

3). Hubungan sosial (di rumah dan di rumah sakit)

a). Tanyakan pada klien / keluarga siapa orang yang

paling berarti dalam kehidupannya, tempat mengadu, tempat

bicara, minta bantuan atau sokongan.

b). Tanyakan pada klien / keluarga, kelompok apa saja

yang diikuti dalam masyarakat.

c). Tanyakan pada klien / keluarga pada klien sejauh

mana klien terlibat dalam kelompok di masyarakat.

Page 8: Konsep Dasar Isolasi Sosial

4). Spiritual, meliputi pandangan, nilai dan keyakinan klien terhadap

gangguan jiwa sesuai dengan agama yang dianut, kegiatan ibadah

yang biasa dilakukan di rumah.

f. Status mental

Nilai aspek-aspek meliputi :

1). Penampilan (rapi / tidak) , penggunaan dan cara berpakaian.

2). Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat,

inkoheren, atau tidak dapat memulai pembicaraan.

3). Aktifitas motorik; tampak adanya kelesuan, ketegangan,

kegelisahan, agitasi, tik (gerakan involunter pada otot), grimasen

(gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol

klien), tremor atau kompulsif.

4). Alam perasaan; sedih, gembira, putus asa, ketakutan, atau khawatir.

5). Afek; datar, tumpul, labil, tidak sesuai.

6). Interaksi selama wawancara; bermusuhan, tidak kooperatif, kontak

mata kurang, defensif, curiga atau mudah tersinggung.

7). Persepsi; menentukan adanya halusinasi dan jenisnya.

8). Proses pikir; sirkumstansial (pembicaraan berbelit-belit, tapi sampai

pada tujuan pembicaraan), tangensial (pembicaraan berbelit-belit

tidak sampai pada tujuan pembicaraan), kehilangan asosiasi

(pembicaraan yang tidak ada hubungan satu dengan yang lainnya),

flight of ideas (pembicaraan yang meloncat-loncat), blocking

(pembicaraan terhenti sejenak tanpa gangguan eksternal, kemudian

dilanjutkan kembali), perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-

kali).

9). Isi pikir; obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun klien

berusaha menghilangkannya), phobia (ketakutan patologis pada

objek / situasi tertentu), hipokondria (keyakinan terhadap adanya

gangguan organ di dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada),

depersonalisasi (merasa asing terhadap diri sendiri, orang lain atau

Page 9: Konsep Dasar Isolasi Sosial

lingkungan), ide yang terkait (keyakinan klien terhadap kejadian

yang banyak di lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya),

pikiran magis dan waham.

10).Tingkat kesadaran; bingung, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat

dan orang.

11).Memori; adanya gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan

daya ingat jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi.

12).Tingkat konsentrasi dan berhitung; perhatian klien yang mudah

dialihkan, tidak mampu memperbaiki, tidak mampu berhitung.

13).Kemampuan penilaian; gangguan penilaian ringan dan gangguan

kemampuan penilaian bermakna.

14).Daya tilik diri; pengingkaran terhadap penyakit yang diderita,

menyalahkan hal-hal di luar dirinya.

g. Kebutuhan persiapan pulang

Observasi kemampuan klien akan; makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian,

istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktifitas di

dalam dan di luar rumah

h. Mekanisme koping

Kaji koping adaptif ataupun maladaptif yang biasa digunakan

klien dengan menarik diri, seperti regresi (kemunduran ke tingkat

perkembangan yang lebih rendah dengan respon yang kurang matang),

represi (koping yang menekan keadaan yang tidak menyenangkan ke

alam bawah sadar), isolasi (respon memisahkan diri dari lingkungan

sosial).

i. Aspek medik

Jenis obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi

lainnya.

Data yang didapat dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu data

objektif dan subjektif. Data objektif ditemukan secara nyata dan didapatkan

melalui observasi atau pemeriksaan langsung, sedangkan data subjektif

Page 10: Konsep Dasar Isolasi Sosial

merupakan data yang disampaikan oleh klien secara lisan dan keluarga yang

didapat melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respon

klien baik aktual maupun potensial (Stuart & Sundeen, 1995).

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klienis tentang respon

individu, keluarga, kelompok, komunitas terhadap proses kehidupan atau

masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang

mendasari intervensi keperawatan yang menjadi tanggungjawab perawat

(Keliat, 1998).

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan

menarik diri, yaitu :

a. Resiko terjadinya perubahan sensori persepsi ; halusinasi lihat

berhubungan dengan menarik diri.

b. Isolasi sosial ; menarik diri berhubunagan dengan Harga Diri

Rendah.

c. Resiko perilaku kekerasan (amuk) berhubungan dengan Harga Diri

Rendah.

d. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan koping

individu tidak efektif.

e. Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan

dengan ketidaktahuan keluarga merawat klien.

Page 11: Konsep Dasar Isolasi Sosial

POHON MASALAH

Pohon masalah kerusakan interaksi sosial; menarik diri

(Proses Keperawatan Jiwa, Budi Anna Keliat, dkk. 1999)

3. Perencanaan Keperawatan

Rencana keperawatan terdiri dari 3 aspek utama, yaitu :

a. Tujuan Umum.

Berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa. Tujuan umum

dapat dicapai jika serangkaian tugas khusus dapat dicapai.

b. Tujuan Khusus.

Berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosa. Tujuan khusus

merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki

klien. Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi 3

aspek (Stuart & Sundeen, 1995), yaitu : kemampuan kognitif yang

Resiko masalah kekerasan(amuk)

HDR

Tidak efektifnya koping individu

Ketidaktahuan keluarga merawat

klien

Ketidakefektifan penatalaksanaan

regimen terapeutik

Resiko perubahan sensori persepsi ; halusinasi lihat

Isolasi sosial : menarik diri

C.P

Page 12: Konsep Dasar Isolasi Sosial

diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan,

kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai dan

kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya akan

kemampuannya menyelesaikan masalah. Untuk tujuan khusus pada klien

dengan masalah utama menarik diri yaitu :

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.

2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.

3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

4) Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.

5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan

orang lain.

6) Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu

mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang

lain.

c. Rencana Tindakan Keperawatan.

Merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus.

Tindakan keperawatan menggambarkan tindakan keperawatan mandiri,

kerjasama dengan klien, keluarga, kelompok dan kolaborasi dengan tim

kesehatan jiwa lainnya.

4. Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan jiwa berbeda

dengan tindakan keperawatan pada klien dengan penyakit fisik di rumah sakit

umum. Dalam perawatan kesehatan jiwa, perawat melakukan tindakan yang

bertujuan untuk mengatasi penyebab dari masalah yang muncul.

Diagnosa keperawatan klien dengan masalah utama isolasi sosial ;

menarik diri;

a. Menerapkan komunikasi yang baik, melalui tahap :

Page 13: Konsep Dasar Isolasi Sosial

1). Membina hubungan saling percaya, melalui :

a) Membuat kontrak dengan pasien: memperkenalkan nama perawat,

tujuan dan waktu interaksi

b) Ajak pasien bercakap-cakap dengan memanggil nama panggilan

pasien untuk menunjukkan penghargaan yang tulus.

c) Jelaskan kepada pasien bahwa informasi tentang pribadi pasien

tidak akan diberitahu kepada orang lain yang tidak

berkepentingan.

2). Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka, dengan cara :

a) Bicarakan dengan pasien tentang suatu hal yang nyata dengan

istilah sederhana dengan topik pembicaraan yang disukai klien.

b) Gunakan komunikasi verbal dan nonverbal yang sesuai dengan

singkat, jelas dan teratur.

c) Bersama pasien menilai manfaat pembicaraannya dengan

perawat.

d) Tunjukkan sikap empati dan beri kesempatan kepada pasien

untuk mengungkapkan perasaannya.

3). Kenal dan dukung kelebihan pasien, melalui :

a) Tanyakan pada klien dan keluarga cara penyelesaian masalah

(koping) yang biasa digunakan untuk pasien.

b) Bahas bersama pasien tentang koping yang konstruktif.

c) Dukung koping pasien yang konstruktif.

d) Anjurkan kepada pasien menggunakan koping yang konstruktif.

4). Bantu pasien mengurangi ansietasnya ketika berhubungan

interpersonal.

a) Batasi jumlah orang yang ingin berhubungan dengan pasien pada

awal terapi.

b) Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin.

c) Temani pasien beberapa saat dengan duduk di sampingnya.

Page 14: Konsep Dasar Isolasi Sosial

d) Libatkan pasien dalam berinteraksi dengan orang lain secara

bertahap dimulai dari pasien dengan satu orang perawat atau “one

by one”, kemudian dengan dua perawat, kemudian ditambah

dengan satu pasien dan seterusnya.

b. Libatkan pasien dalam aktivitas kelompok.

c. Pendidikan kesehatan

1) Jelaskan kepada pasien cara mengungkapkan perasaan selain dengan

kata-kata seperti dengan menulis, menangis, menggambar,

berolahraga, bermain musik.

2) Bicarakan dengan pasien peristiwa yang menyebabkan pasien

menarik diri.

3) Jelaskan dan anjurkan kepada keluarga untuk tetap mengadakan

hubungan dengan pasien.

4) Anjurkan kepada keluarga agar mengikutsertakan pasien dalam

kegiatan di lingkungan masyarakat.

d. Pemenuhan kegiatan hidup sehari-hari, dengan :

1) Bantu pasien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat

melaksanakannya secara mandiri.

2) Bimbing pasien berpakaian rapi.

3) Batasi kesempatan untuk tidur siang.

4) Sediakan informasi dan hiburan seperti majalah, surat kabar, radio,

televisi.

e Menciptakan lingkungan yang terapeutik, meliputi :

1) Fisik

a). Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

pasien maupun orang lain dari ruangan pasien.

b). Usahakan agar pasien tidak berada di dalam ruangannya

sendiri dalam jangka waktu lama.

c). Beri rangsang sensori seperti suara musik dan gambar

hiasan yang ceria di ruangan pasien .

Page 15: Konsep Dasar Isolasi Sosial

2) Sosial

a) Libatkan klien dalam interaksi dengan perawat lain secara

bertahap.

b) Fasilitasi klien untuk berperan serta dalam therafi

kelompok, okupasi, rekriasi, serta therafi keluarga.

f Memenuhi kebituhan biologik klien ; memonitor intake output,

mempertahankan kebersihan diri klien, mempertahankan sikap empati

dan kesabaran perawat untuk menggali kebutuhan klien.

g. Menerapkan komunikasi verbal dan non verbal saat kontak dengan klien,

melalui pemilihan topik pembicaraan yang menarik / di sukai klien,

menggunakan pertanyaan yang terbuka, mempertahankan kontak mata,

menggunakan sentuhan, sikap tubuh perawat membungkuk ke depan.

h. Menyertakan orang lain di luar diri klien, dari perawat dengan klien

hingga meningkatkan pada hubungan dengan klien lain, perawat lainnya

dan kelompok.

i. Intervensi juga keluarga dengan membantu keluarga mengerta kebutuhan

klien, membantu keluarga mempertahankan hubungan dengan klien dan

proses pengobatan.

j. Terminasi dengan membantu klien melewati perasaan kehilangan rasa

takut tidak dapat di pertahankannya hubungan yang sehat dengan orang

lain.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan

yang berfungsi untuk menilai apakah tujaun dalam rencana keperawatan

tercapai atau tidak untuk melakukan tindak lanjut, adapun hal yang di

evaluasi pada klien dengan perilaku menarik diri adalah ;

a Klien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan

masalah

b Harga diri klien meningkat.

Page 16: Konsep Dasar Isolasi Sosial

c Kilen dapat melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain.

d Klien dapat melakukan kegiatan secara mandiri.

e Klien berinisiatif melakukan kom secara verbal.

f. ien, menggunakan pertanyaan yang terbuka, mengkaji dengan bahasa

tubuh klien, menggunakan pertanyaan terbuka, mempertahankan kontak

mata, menggunakan sentuhan, sikap tubuh perawat membungkuk ke

depan .

g. Menyertakan orang lain di luar diri klien, dari perawat dengan klien atau

“one to one” hingga meningkatkan pada hubungan dengan pasien lain,

perawat lainnya dan kelompok.

h. Intervensi juga keluarga dengan membantu keluarga mengerti kebutuhan

klien, membantu keluarga mempertahankan hubungan dengan klien dan

proses pengobatan

i. Terminasi, dengan membantu klien melewati perasaan kehilangan, rasa

takut tidak dapat dipertahankannya hubungan yang sehat dengan orang

lain.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah merupakan langkah terakhir dalam proses

keperawatan (Lismidar, 1990), yang berfungsi untuk menilai apakah tujuan

dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan tindak

lanjut (follow up). Adapun hal yang perlu dievaluasi pada klien dengan

perilaku menarik diri adalah :

a. Pasien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan

masalahnya.

Page 17: Konsep Dasar Isolasi Sosial

b. Harga diri pasien meningkat.

c. Pasien dapat melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain.

d. Pasien dapat melakukan kegiatan secara mandiri.

e. Pasien berinisiatif melakukan komunikasi secara verbal.

Page 18: Konsep Dasar Isolasi Sosial

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA DENGAN MENARIK DIRI

TGLNO

DIAGNDIAGNOSA KEPERAWATAN

PERENCANAAN

I N T E R V E N S ITUJUAN

KRITERIA

EVALUASI

1 2 3 4 5 6

Resiko perubahan sensorik

persepsi (halusianasi

dengar/lihat/penghidu/raba/kecap)

berhubungan dengan menarik diri

TUM :

Klien dapat

berinteraksi

dengan orang

lain sehingga

tidak terjadi

halusinasi

TUK 1 :

Klien dapat

membina

hubungan saling

1.1. Ekspre

si wajah

bersahabat,

menunjukkan

1.1.1. Bin

a hubungan saling

percaya dengan

mengungkapkan

Page 19: Konsep Dasar Isolasi Sosial

percaya rasa senang, ada

kontak mata,

mau berjabat

tangan, mau

menyebutkan

nama, mau

menjawab salam,

klien mau duduk

berdampingan

dengan perawat,

mau

mengutarakan

masalah yang

dihadapi

prinsip komunikasi

terapeutik :

a. Sapa klien

dengan ramah,

baik verbal

maupun

nonverbal.

b. Perkenalkan

diri dengan

sopan.

c. Tanyakan

lengkap klien

dan nama

panggilan yang

disukai klien.

d. Jelaskan tujuan

pertemuan.

e. Jujur dan

menepati janji.

Page 20: Konsep Dasar Isolasi Sosial

f. Tunjukkan

sikap empati

dan menerima

klien apa

adanya.

g. Beri perhatian

kepada klien

dan perhatikan

kebutuhan

dasar klien.

TUK 2 :

Klien dapat

menyebutkan

penyebab

menarik diri

2.1.Klien dapat

menyebutkan

penyebab

menarik diri

yang berasal dari

:

- Diri sendiri

- Orang lain

- Lingkungan

2.1.1. Kaji pengetahuan

klien tentang

perilaku menarik

diri dan tanda-

tandanya.

2.1.2. Berikan

kesempatan pada

klien untuk

mengungkapkan

Page 21: Konsep Dasar Isolasi Sosial

perasaan penyebab

menarik diri atau

tidak mau bergaul.

2.1.3. Diskusikan

bersama klien

tentang perilaku

menarik diri,

tanda-tanda serta

penyebab yang

muncul.

2.1.4. Berikan pujian

terhadap

kemampuan klien

mengungkapkan

perasaannya.

TUK 3 :

Klien dapat

menyebutkan

keuntungan

3.1.Klien dapat

menyebutkan

keuntungan

berhubungan

3.1.1. Kaji pengetahuan

klien tentang

manfaat dan

keuntungan

Page 22: Konsep Dasar Isolasi Sosial

berhubungan

dengan orang

lain dan kerugian

tidak

berhubungan

dengan orang

lain

dengan orang

lain.

berhubungan

dengan orang lain.

3.1.2. Beri kesempatan

pada klien untuk

mengungkapkan

perasaan tentang

keuntungan

berhubungan

dengan orang lain.

3.1.3. Diskusikan

bersama klien

tentang manfaat

berhubungan

dengan orang lain.

3.1.4. Beri reinforcement

positif terhadap

kemampuan

mengungkapkan

perasaan tentang

Page 23: Konsep Dasar Isolasi Sosial

3.2. Klien dapat

menyebutkan

kerugian tidak

berhubungan

dengan orang

lain.

keuntungan

berhubungan

dengan orang lain.

3.2.1. Kaji pengetahuan

klien tentang

kerugian tidak

berhubungan

dengan orang lain.

3.2.2. Beri kesempatan

kepada klien untuk

mengungkapkan

perasaan tentang

kerugian bila tidak

berhubungan

dengan orang lain.

3.2.3. Diskusi bersama

klien kerugian

Page 24: Konsep Dasar Isolasi Sosial

tidak berhubungan

dengan orang lain.

3.2.4. Beri reinforcement

positif terhadap

kemampuan

mengungkapkan

perasaan tentang

kerugian tidak

berhubungan

dengan orang lain.

TUK 4 :

Klien dapat

melakukan

hubungan sosial

secara bertahap

4.1.Klien dapat

mendemonstrasi

kan hubungan

sosial secara

bertahap antara :

-Klien &

perawat.

-Klien & perawat

& klien.

4.1.1. Kaji kemampuan

klien membina

hubungan dengan

orang lain.

4.1.2. Dorong dan bantu

klien untuk

berhubungan

dengan orang lain,

melalui tahap :

Page 25: Konsep Dasar Isolasi Sosial

-Klien & perawat

& keluarga.

-Klien & perawat

& kelompok.

- Klien &

perawat.

- Klien &

perawat &

pasien lain.

- Klien &

perawat &

perawat lain &

pasien lain.

- Klien &

keluarga/kelom

pok/

masyarakat.

4.1.3. Beri reinforcement

positif terhadap

keberhasilan yang

telah dicapai.

4.1.4. Bantu klien untuk

mengevaluasi

Page 26: Konsep Dasar Isolasi Sosial

manfaat

berhubungan.

4.1.5. Diskusikan jadwal

kegiatan harian

yang dapat

dilakukan bersama

klien dalam

mengisi waktu.

4.1.6. Motivasi klien

untuk mengikuti

kegiatan harian.

4.1.7. Beri reinforcement

positif atas

kegiatan klien di

ruangan.

TUK 5 :

Klien dapat

mengungkapkan

perasaannya

5.1.Klien dapat

mengungkapkan

perasaannya

setelah

5.1.1. Dorong klien untuk

mengungkapkan

perasaannya bila

berhubungan

Page 27: Konsep Dasar Isolasi Sosial

setelah

berhubungan

dengan orang

lain

berhubungan

dengan orang

lain untuk :

- Diri sendiri

- Orang lain

dengan orang lain.

5.1.2. Diskusikan dengan

klien tentang

perasaan manfaat

berhubungan

dengan orang lain.

5.1.3. Beri reinforcement

positif terhadap

kemampuan klien

mengungkapkan

perasaan manfaat

berhubungan

dengan orang lain.

TUK 6 :

Klien dapat

memberdayakan

sistem

pendukung atau

keluarga mampu

6.1. Keluarga dapat :

- Menjelaskan

perasaannya.

- Menjelaskan

cara merawat

klien menarik

6.1.1. Bina hubungan

saling percaya

dengan keluarga :

- Salam,

perkenalkan

diri.

Page 28: Konsep Dasar Isolasi Sosial

mengembangkan

kemampuan

klien untuk

berhubungan

dengan orang

lain

diri.

- Mendemonstr

asikan cara

perawatan

klien menarik

diri.

- Berpartisipasi

dalam

perawatan

klien menarik

diri.

- Sampaikan

tujuan.

- Buat kontrak.

- Ekspresikan

perasaan

keluarga.

6.1.2. Diskusikan dengan

anggota keluarga

tentang :

- Perilaku

menarik diri.

- Penyebab

perilaku

menarik diri.

- Akibat yang

akan terjadi jika

perilaku

menarik diri

tidak

Page 29: Konsep Dasar Isolasi Sosial

ditanggapi.

- Cara keluarga

klien

menghadapi

klien menarik

diri.

6.1.3.Dorong anggota

keluarga untuk

memberi dukungan

kepada klien untuk

berkomunikasi

dengan orang lain.

6.1.4. Anjurkan anggota

keluarga secara

rutin dan

bergantian

menjenguk klien

minimal satu kali

seminggu.

Page 30: Konsep Dasar Isolasi Sosial

6.1.5. Beri reinforcement

positif atas hal-hal

yang telah dicapai

oleh keluarga.

Page 31: Konsep Dasar Isolasi Sosial