laporan pendahuluan isolasi sosial

22
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN JIWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU NAMA : WILDA OKTAVIANI NIM : 1111114074 TANGGAL : 9-28 NOVEMBER 2015 RUANGAN : KAMPAR DIAGNOSA : ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan sosial. Tiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu individu perlu membina hubungan interpersonal. Keputusan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan diserta respons lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerjasama, hubungan timbale balik yang sinkron (Stuart & Laraia, 2005). Pemutusan proses

Upload: fajri-alfiannur

Post on 27-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

askep jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN JIWA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

NAMA : WILDA OKTAVIANINIM : 1111114074TANGGAL : 9-28 NOVEMBER 2015RUANGAN : KAMPARDIAGNOSA : ISOLASI SOSIAL

A. Pengertian

Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang

terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku

maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan sosial. Tiap individu

mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada berbagai tingkat hubungan,

yaitu hubungan intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan dalam menghadapi dan

mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya

tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu individu perlu membina

hubungan interpersonal.

Keputusan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses

berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan diserta respons lingkungan yang

positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerjasama, hubungan timbale balik yang sinkron

(Stuart & Laraia, 2005). Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan

individu terhadap proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respons

lingkungan yang negative. Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan

keinginan untuk menghindar dari orang lain.

B. Tanda dan Gejala

1. Menyendiri dalam ruangan2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata3. Sedih, afek datar4. Perhatian dan tindakan tidak sesuai dengan usia5. Apatis6. Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain

Page 2: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

7. Menggunakan kata – kata simbolik8. Kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara

C. Perkembangan Hubungan Sosial

Kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan proses pertumbuhan dan

perkembangan individu mulai bayi sampai usia lanjut. Untuk mengembangkan hubungan

sosial yang positif, setiap tugas perkembangan diharapkan dapat dilalui. Tugas-tugas

hubungan sosial menurut tahap perkembangan:

1. Bayi

Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam memenuhii kebutuhannya. Bayi

menggunakan komunikasi yang sederhana untuk memenuhi kebutuhannya misalnya

menangis. Respons ibu atau pengasuh terhadap kebutuhan bayi, harus sesuai dengan

harapannya agar bayi berkembang rasa percaya diri terhadap lingkungan dan orang lain.

Kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi tergantung pada orang lain akan

mengakibatkan rasa tidak percaya terhadap diri sendiri, orang lain dan menarik diri

(Riyadi & Purwanto, 2009).

2. Pra sekolah

Anak pra sekolah mulai memperluas hubungan sosialnya diluar lingkungan keluarga.

Anak menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk berhubungan dengan

lingkungan diluar rumah. Dalam hal ini anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari

keluarga khususnya pemberian pengakuan yang positif terhadap perilaku anak yang

adaptif. Hal ini merupakan dasar rasa otonomi anak yang berguna untuk mengembangkan

kemampuan hubungan interpersonal.

Kegagalan anak dalam berhunbungan dengan lingkungan disertai respons keluarga

yang negative akan menyebablan anak menjadi tidak mampu mengontrol diri, tidak

mandiri, pesimis dan takut perilakunya salah.

3. Anak usia sekolah

Anak mulai mengenal hubungan yang lebih luas khususnya lingkungan sekolah. Pada

usia ini anak mulai mengenal bekerjasama, kompetisi, dan kompromi. Konflik sering

terjadi dengan orang tua karena pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten. Teman

dengan orang dewasa di luar keluarga merupakan sumber penting pada anak.

Page 3: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

Kegagalan dalam membina hubungan dengan teman sekolah, kurang dukungan guru

dan pembatasan dari orang tua mengakibatkan frustasi terhadap kemampuannya, putus

asa, merasa tidak mampu dan menarik diri.

4. Remaja

Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman sebaya, lebih

memperhatikan hubungan dengan lawan jenis. Hubungan dengan teman sangat

tergantung, sedangkan hubungan dengan orang tua mulai independen.

Kegagalan membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua

akan mengakibatkan keraguan akan identitas, ketidakmampuan mengidentifikasi karir

dan rasa percaya diri yang kurang.

5. Dewasa muda

Pada usia ini individu mempertahankan hubungan interdependen dengan orang tua

dan teman sebaya. Individu belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan saran

dan pendapat orang lain, seperti: memilih pekerjaan, memilih karier, melangsungkan

perkawinan.

Kegagalan individu dalam melanjutkan kuliah, pekerjaan, perkawinan akan

mengakibatkan indidvidu menghindari hubungan intim, menjauhi orang lain dan merasa

putus asa.

6. Dewasa Tengah

Individu pada usia dewasa ini, mengalami penurunan ketergantungan pada orang tua,

telah pisah tempat tinggal dengan orang tua, khususnya individu yang telah menikah. Jika

ia telah menikah maka peran menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar orang

dewasa merupakan situasi tempat menguji kemampuan hubungan onterdependen.

Kegagalan dalam tugas perkembangan ini akan menyebabkan produktovitas dan

kreativitas berkurang, individu hanya perhatian terhadap diri sendiri dan kurang perhatian

terhadap orang lain.

7. Dewasa Lanjut

Pada masa ini individu akan mengalami kehilangan fisik, kegiatan pekerjaan,

pasangan hidup, anggota keluarga. Individu memerlukan dukungan orang lain dalam

menghadapi kehilangan.

Page 4: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

C. Rentang Respons Sosial

Manusia adalah makhluk social yang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

membutuhkan orang lain dan lingkungan sosial. Hubungan dengan orang lain dan lingkungan

sosial akan memnimbulan respons social pada individu. Rentang respons social tersebut

digambarkan pada gambar sebagai berikut: (Riyadi & Purwanto, 2009)

Rentang respons

Respons adaptif Respons maladaptif

Solitude Kesepian Manipulasi

Autonomy Penarikan diri Impulsivity

Mutuality Tergantung Narcisism

Interdependen Isolasi sosial

Gambar 1. Rentang respons social

Respons adaptif adalah respons individu dalam menyelesaikan dengan cara yang dapat

diterima oleh norma-norma masyarakat. Respons ini meliputi:

1. Solitude atau menyendiri

Merupakan repons yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah terjadi

atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.

2. Autonomy

Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,

perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan diri untuk interdependen

dan pengaturan diri.

3. Mutuality

Merupakan kemampuan indidvidu untuk saling pengertian, saling member dan

menerima dalam hubungan interpersonal.

4. Interdependen

Merupakan suatu hubungan saling ketergantungann saling tergantung antar individu

dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

Page 5: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

Respon maladaptif adalah respons indidvidu dalam menyelesaikan masalah dengna cara-

cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat. Respons maladaptive

tersebut antara lain:

1. Manipulasi

Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain sebagai

obyek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu cenderung

berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan

terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.

2. Impulsivity

Merupakan respons sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak

dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak mampu untuk

belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.

3. Narcisism

Respons sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah lakuk egosentris, harga diri

yang rapuh, terus menerus berusaha endapatkan penghargaan dan mudah marah jika tidak

mendapat dukungan dari oranng lain.

4. Isolasi sosial

Adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama

sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa

ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti

dengan orang lain.

D. Pohon Masalah

Gangguan sensori persepsi: halusinasi (Efek)

(Care problem)

Gangguan konsep diri: harga diri rendah (Cause)

Isolasi Sosial

Page 6: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

E. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian perlu dikaji faktor predisposisi, faktir presipitasi, perilaku dan mekanisme

koping pada klien dengan gangguan hubungan sosial yaitu:

a. Faktor predisposisi

Beberapa faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubunga sosial yaitu:

1) Faktor Perkembangan

Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas-tugas perkembangan yang

harus terpenuhi. Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi

hubungan sosial. Misalnya anak yang kurangnya kasih sayang, dukungan, perhatian

dan kehangatan dari orang tua akan memberikan rasa tidak aman dan menghambat

rasa percaya.

2) Faktor biologis

Organ tubuh dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial.

Misalnya kelainan struktur otak dan struktur limbik diduga menyebabkan skizofrenia.

Pada klien skizofrenia terdapat gambaran struktur otak yang abnormal: otak atropi,

perubahan ukuran dan bentuk sel limbic dan daerah kortikal.

3) Faktor sosial budaya

Norma-norma yang salah di dalam keluarga atau lingkungan dapat menyebabkan

gangguan hubungan sosial. Misalkan pada pasien lansia, cacat, dan penyakit kronis

yang diasingkan dari lingkungan.

b. Faktor Presipitasi

1. Stresor sosial budaya

adalah stress yang ditimbulkan oleh sosial dan budaya masyarakat. Kejadian atau

perubahan dalam kehidupan sosial-budaya memicu kesulitan berhubungan dengan

orang lain dan cara berprilaku.

2. Stresor psikologis

adalah stress yang disebabkan karena kecemasan yang berkepanjangan dan

terjadinya individu untuk tidak mempunyai kemampuan mengatasinya.

Page 7: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

c. Mekanisme Koping

Mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan pada masing-masing gangguan

hubungan sosial yaitu regresi, proyeksi, represi dan isolasi.

d. Perilaku

Perilaku pada klien gangguan sosial menarik diri yaitu: kurang sopan, apatis, sedih,

efek tumpul, kurang perawatan diri, komunikasi verbal turun, menyendiri, kurang peka

terhadap lingkungan, kurang energi, harga diri rendah dan sikap tidur seoerti janin saat

tidur. Sedangkan perilaku pada gangguan sosial curiga meliputi tidak mempercayai orang

lain, sikap bermusuhan, mengisolasi diri dan paranoid. Kemudian perilaku pada klien

dengan gangguan sosial manipulasi adalah kurang asertif, mengisolasi diri dari

lingkungan, harga diri rendah, dan sangat tergantung pada orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah mengumpulkan semua data, perawat kemudian menganalisa data dan

merumuskan siagnosis keperawatan. Subyek dari diagnosis keperawatan ini menyangkut

respons perilaku klien terhadap stress yang diakibatkan dari hubungan sosial. Diagnosis

keperawatan NANDA yang berkaitan dengan gangguan sosial sebagai berikut:

Diagnosis keperawatan NANDA yang terkait dengan masalah gangguan hubungan

sosial sebagai berikut:

Penyesuaian, GangguanAnsietasKoping, KetidakefektifanProses keluarga, GangguanIdentitas pribadi, GangguanKesepian, ResikoPerforma peran, KetidakefektifanHarga diri, Resiko rendah situasionalHargaa diri, Rendah situasionalPerilaku mencederai diriPerilaku mencederai diri, ResikoInteraksi sosial, HambatanIsolasi SosialBunuh diri, RisikoPenatalaksanaan program terapeutik, Ketidakefektifan, ketidakefektifan keluarga.Proses pikir, GangguanPerilaku kekerasan, Risiko terhadap orang lainPerilaku kekerasan, Risiko terhadap diri sendiri

Page 8: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

3. Perencanaan

a. Tujuan umum

Klien mampu mencapai kepuasan interpersonal yang maksimal dengan membina

dan mempertahankan hubungan peningkatan diri dengan orang lain.

b. Tujuan khusus

Berikut ini contoh tujuan khusus pada klien dengan gangguan isolasi sosial

1) Klien mampu:

a) Membina hubungan saling percaya.

b) Menyadari penyebab isolasi sosial.

c) Berinteraksi dengan orang lain.

2) Keluarga mampu merawat klien dirumah

4. Implementasi

Contoh tindakan keperawatan pada klien masalah isolasi sosial

Tujuan Tindakan KeperawatanPasien mampu membina hubungan saling percaya.

Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien.

Berkenalan dengan klien. Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini. Membuat kontrak asuhan (topik, waktu dan tempat) Menjelaskan bahwa perawat akan merahasiakan

informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi. Menunjukkan sikap empati terhadap pasien. Memenuhi kebutuhan dasar pasien bila

memungkinkan.Klien mampu menyadari penyebab isolasi sosial

Menanyakan tentang pendapat klien mengenai kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.

Menanyakan apa yang menyebabkan klien tidak inigin berinteraksi dengan orang lain.

Mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka.

Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain.

Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.

Klien mampu berinteraksi dengan orang lain secara bertahap

Beri kesempatan klien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain.

Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat atau keluarga).

Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.

Page 9: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.

Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus-menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.

Tindakan keperawatan pada keluarga masalah isolasi sosial

Tujuan Tindakan KeperawatanKeluarga mampu merawat klien dirumah

Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.

Menjelaskan tentang masalah klien, dampak, penyebab dan cara merawat klien.

Memperagakan cara merawat pasien isolasi sosial. Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat

yang telah dipelajari.

5. Evaluasi

Evaluasi difokus pada perubahan perilaku klien setelah diberikan tindakan

keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan sistem pendukung klien.

Sebagai contoh evaluasi pada klien dengan isolasi sosial:

a. Evaluasi kemampuan klien

1) Klien menjelaskan kebiasaan interaksi

2) Klien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang lain

3) Klien menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain

4) Klien menyebutkan kerugian bergaul dengan orang lain

5) Klien memperagakan cara berkenalan dengan orang lain

6) Klien bergaul dan berinterakasi dengan perawat, keluarga dan tetangga

7) Klien menyampaikan perasaannya setelah interaksi dengan orang lain

8) Klien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain

9) Klien menggunakan obat dengan patuh.

b. Evaluasi kemampuan keluarga

Page 10: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

1) Keluarga menyebutkan masalah isolasi sosial dan akibatnya.

2) Keluarga menyebutkan penyebab dan proses terjadinya isolasi sosial

3) Keluarga membantu klien berinteraksi dengan orang lain

4) Keluarga melibatkan klien melakukan kegiatan di rumah tangga.

6. Contoh SP untuk pasien Isolasi Sosial

SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal

penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan

kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan

Orientasi (Perkenalan):“Assalammu’alaikum ”“Saya Fajri Alfiannur……….., Saya senang dipanggil fajri …………, Saya perawat di Ruang kampar ini… yang akan merawat bapak.”“Siapa nama bapak? Senang dipanggil siapa?”

“Apa keluhan P hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman P? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, P? Bagaimana kalau 15 menit”

Kerja:(Jika pasien baru)”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan P? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan P? Apa yang membuat P jarang bercakap-cakap dengannya?”(Jika pasien sudah lama dirawat)”Apa yang P rasakan selama P dirawat disini? O.. P merasa sendirian? Siapa saja yang P kenal di ruangan ini” “Apa saja kegiatan yang biasa P lakukan dengan teman yang P kenal?” “Apa yang menghambat P dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?” ”Menurut P apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya P ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah P belajar bergaul dengan orang lain ?«  Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain” “Begini lho P, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya P, senang dipanggil Pi. Asal saya dari dumai, hobi memasak”“Selanjutnya p menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”“Ayo p dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan p. Coba berkenalan dengan saya!”“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”

Page 11: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

“Setelah p berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan p bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

Terminasi:”Bagaimana perasaan P setelah kita latihan berkenalan?””P tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali””Selanjutnya P dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga P lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. P mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.””Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak P berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, P mau kan?” ”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum

SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan

orang pertama seorang perawat)

Orientasi : “Assalammualaikum P! ”“Bagaimana perasaan P hari ini? « Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan perawat ! »« Bagus sekali, P masih ingat. Nah  seperti janji saya, saya akan mengajak P mencoba berkenalan dengan teman saya perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10 menit »« Ayo kita temui perawat N disana »Kerja :( Bersama-sama P saudara mendekati perawat N)« Selamat pagi perawat N, ini ingin berkenalan dengan N »« Baiklah P, P bisa berkenalan dengan perawat P seperti yang kita praktekkan kemarin « (pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam, menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)« Ada lagi yang P ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang keluarga perawat N »« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, P bisa sudahi perkenalan ini. Lalu P bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang nanti »« Baiklah perawat N, karena P sudah selesai berkenalan, saya dan P akan kembali ke ruangan P. Selamat pagi »(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat N untuk melakukan terminasi dengan P di tempat lain)Terminasi: “Bagaimana perasaan P setelah berkenalan dengan perawat N””S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi” ”Pertahankan terus apa yang sudah P lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti S coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.”

Page 12: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang

kedua-seorang pasien)

Orientasi:“Assalammu’alaikum P! Bagaimana perasaan hari ini? ”Apakah P bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang”(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain ”Bagaimana perasaan P setelah bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang””Bagus sekali P menjadi senang karena punya teman lagi””Kalau begitu P ingin punya banyak teman lagi?””Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O””seperti biasa kira-kira 10 menit””Mari kita temui dia di ruang makan”

Kerja:( Bersama-sama P saudara mendekati pasien )« Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. »« Baiklah P, P sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah P lakukan sebelumnya. » (pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). »« Ada lagi yang P ingin tanyakan kepada O»« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, P bisa sudahi perkenalan ini. Lalu P bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti »(P membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)« Baiklah O, karena P sudah selesai berkenalan, saya dan P akan kembali ke ruangan P. Selamat pagi »(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi dengan P di tempat lain)

Terminasi: “Bagaimana perasaan P setelah berkenalan dengan O””Dibandingkan kemarin pagi, P tampak lebih baik saat berkenalan dengan O” ”pertahankan apa yang sudah P lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O jam 4 sore nanti””Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari P dapat berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, S bisa bertemu dengan N, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya P bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana P, setuju kan?””Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman P. Pada jam yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.. Assalamu’alaikum”

Page 13: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

E. Contoh SP untuk keluarga pasien isolasi sosial

SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial Peragakan kepada pasangan saudara komunikasi dibawah ini

Orientasi:“Assalamu’alaikum Pak””Perkenalkan saya perawat fajri, saya yang merawat, anak bapak, p, di ruang kampar ini””Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak P sekarang?”“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara perawatannya” ”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau setengah jam?”Kerja:”Apa masalah yang Bp/Ibu hadapi dalam merawat P? Apa yang sudah dilakukan?”“Masalah yang dialami oleh anak P disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri, kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk””Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan orang–orang terdekat”“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus sabar menghadapi P. Dan untuk merawat P, keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan P yang caranya adalah bersikap peduli dengan P dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada P untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.”« Selanjutnya jangan biarkan P sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan P. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama.” ”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”” Begini contoh komunikasinya, Pak: P, bapak lihat sekarang kamu sudah bisa bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang dengan saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersana-sama keluarga atau di mushola kampung. Bagiamana P, kamu mau coba kan, nak ?””Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan””Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali” ”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak”

Terminasi:“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?” “Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang yang mengalami isolasi sosial »« Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang mengalami masalah isolasi sosial » « Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut »«Nanti kalau ketemu P coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama. »

Page 14: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

«  Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada P ? »« Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama »« Assalamu’alaikum »

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien

Orientasi:“Assalamu’alaikum Pak/Bu”” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?””Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari berberapa hari yang lalu?”“Mari praktekkan langsung ke P! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba 30 menit.” ”Sekarang mari kita temui P”

Kerja:”Assalamu’alaikum P. Bagaimana perasaan P hari ini?””Bpk/Ibu P datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong P tunjukkan jadwal kegiatannya!” (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu”(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).”Bagaimana perasaan P setelah berbincang-bincang dengan Orang tua P?””Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)

Terminasi:“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.”« «Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada P »« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak »« Assalamu’alaikum »

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluargaOrientasi:“Assalamu’alaikum Pak/Bu””Karena besok P sudah boleh pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan di rumah.””Bagaimana kalau kita membicarakan jadwal P tersebut disini saja””Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

Kerja:”Bpk/Ibu, ini jadwal P selama di rumah sakit. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan di rumah? Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya””Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak Bapak selama di rumah. Misalnya kalau P terus menerus tidak mau bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di puskemas Indara Puri, Puskesmas terdekat dari rumah Bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx

Page 15: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan P selama di rumah

Terminasi:”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian P untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”

Page 16: laporan pendahuluan Isolasi Sosial

DAFTAR PUSTAKA

Anna, B, K. (2006). Asuhan keperawatan klien gangguan sosial menarik diri, Jakarta ; Fakultas Issacs. (2004). Panduan belajar keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC

Kusumawati dan Hartono. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Nita Fitria. (2009). Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan untuk 7 diagnosis keperawatan jiwa berat. Jakarta: Salemba Medika.

Stuart, G. W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. edisi 5 Jakarta: EGC.

Stuart, G. W., & Laraia. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, Elsevier Mosby, Alih Bahasa Budi Santosa, Philadelphia