presentasi bahan halusinasi dan isolasi sosial

22
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI I. Masalah Utama Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi II. Proses Terjadinya Masalah A. Pengertian Halusinasi adalah pengalaman tanpa ransang external (Cook dan Fontaine, 1987). Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa dari seluruh pasien diantaranya mengalami halusinasi.Gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan maniak degresif dan aterium. B. Penyebab Faktor-faktor penyebab halusinasi dibagi dua yaitu : 1. Faktor predisposisi a. Faktor perkembangan Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilangnya kepercayaan diri dan lebih rentan terhadap stress. b. Faktor sosiokultural Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.

Upload: regina-masli-putri

Post on 29-Jan-2016

239 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

halusinasi

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

I. Masalah Utama

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

II. Proses Terjadinya Masalah

A. Pengertian

Halusinasi adalah pengalaman tanpa ransang external (Cook dan Fontaine, 1987).

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan

gangguan jiwa dari seluruh pasien diantaranya mengalami halusinasi.Gangguan jiwa

lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan maniak

degresif dan aterium.

B. Penyebab

Faktor-faktor penyebab halusinasi dibagi dua yaitu :

1.      Faktor predisposisi

a.       Faktor perkembangan

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol

dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,

mudah frustasi, hilangnya kepercayaan diri dan lebih rentan terhadap stress.

b.      Faktor sosiokultural

Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi akan

merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.

c.       Faktor biokimia

Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan

dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti

Buffofenon dan Dimetytranferse (DMP). Akibat stress berkepanjangan

menyebabkan terakitvasinya neurotrasmitter otak. Misalnya tejadi

ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.

d.      Faktor psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus

pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan

Page 2: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

klien dalam mengambil keputusan yang  tepat demi masa depannya. Klien lebih

memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.

e.       Faktor genetik dan pola asuh

Anak sehat yang di asuh oleh orang tua yang mengalami gangguan jiwa

cenderung mangalami gangguan jiwa dan faktor keluarga menunjukan

hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2.      Faktor presipitasi

3.      Perilaku

Rawlins dan Heacock (1993) mencoba memecahkan masalah halusinasi

berlandaskan hakikat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang di bangun

atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari

lina dimensi sebagai berikut :

a)      Dimensi fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti

kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,

intoksikasi alkohol dan kesulitan dalam waktu lama.

b)      Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat

diatasi merupakan  penyebab  halusinasi  terjadi. Isi  dari  halusinai dapat berupa

perintah memaksa dan menakutkan.

c)      Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan

halusinasi akan memperlihatkan penurunan fungsi ego seseorang yang pada

awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego itu sendiri untuk melawan impuls

yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan

yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol

semua perilaku klien

d)     Dimensi sosial

Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi sosial dan

menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan.

e)      Dimensi spiritual

Secara spiritual klien dengan halusinasi dimulai dengan kehampaan

hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan untuk beribadah dan jarang

Page 3: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Klien sering memaki takdir

tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang

lain yang menyebabkan memburuk.

C. Jenis – Jenis halusinasi

Ada beberapa jenis halusinasi, Stuart dan Larara 1908 membagi halusinasi menjadi 7

jenis yaitu :

1. Halusinasi Pendengaran

Karakteristinya meliputi mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering

suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang

jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang

atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar

dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh melakukan sesuatu yang

kadang-kadang dapat membahayakan.

2. Halusinasi Penglihatan

Karakteristiknya meliputi stimulus visual dalam bentuk kuatan cahaya, gambar

geometrik, gambar kartoon, bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan bisa

menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

3. Halusinasi Penghidu

Karakteristiknya meliputi membaui bau tertentu seperti bau darah, kemenyan atau

faeces yang umumnya tidak menyenangkan.

4. Halusinasi Pengcapan

Merasa mengecap, seperti rasa darah, urine, dan faeces

5. Halusinasi Derabaan

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan berupa stimulus yang jelas, rasa tersetrum

listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang.

6. Halusinasi Cenesthehe

Dimana klien merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah vena atau arteri,

pencernaan makanan atau pembentukan urine.

7. Halusinasi Kinestetic

Merasakan pergerakan sementara, berdiri tanpa bergerak

Page 4: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

D. Proses terjadinya Halusinasi

Halusinasi berkembang menjadi 4 fase (Habes, dkk, 1902):

1. Fase pertama (conforting)

Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang terpisah,

kesepian klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang

menyenangkan untuk menglilangkan kecemasan dan stres. Cara ini menolong

untuk sementara.

2. Fase kedua (condeming)

Pencemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan

eksternal. Klien berada pada tingkat “ Listening” pada halusinasi. Pemikian

internal menjadi menonjol. Gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa

bisikan yang tidak jelas. Klien takut apabila orang lain mendengar dan klien tidak

mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan

memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.

3. Fase Ketiga

Halusinasi menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan

tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman

yang sementara.

4. Fase Keempat (conquerting)

Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol

halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi

mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan

orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien mungkin berada

dalam dunia yang menakutkan dalam waktu yang singkat, beberapa jam atau

selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.

E. Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan …… etiologi

Perubahan sesuai persepsi halusinasi …… masalah utama

Isolasi Sosial menarik diri …………….etiologi

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Page 5: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

III. Asuhan Keperawatan

A. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji

       Pada proses pengkajian, data penting yang perlu dikaji disesuaikan dengan   jenis

halusinasinya yaitu, sebagai berikut:

A.    Jenis halusinasi

1.    Halusinasi Pendengaran

Data Objektif : Bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,

menyedengkan telinga kearah tertentu, menutup telinga.

Data Subjektif : Mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara

yang mengajak bercakap-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan

sesuatu yang berbahaya.

2.    Halusinasi Penglihatan

Data Objektif : Menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu

yang tidak jelas.

Data Subjektif : Melihat bayangan, sinar, bentuk kartoon, melihat hantu atau

monster.

3.    Halusinasi Penghidu

Data Objektif : Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu,

menutup hidung.

Data Subyektif : Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, faeces, kadang-

kadang bau itu menyenangkan.

4.    Halusinasi Pengecap

Data Objektif : Sering meludah, muntah.

Data Subyektif : Merasakan rasa seperti darah, urin atau faeces.

5.    Halusinasi Perabaan

Data Objektif : Menggaruk-garuk permukaan kulit.

Data Subyektif : Mengatakan ada serangga di permukaan kulit, merasa seperti

tersengat listrik.

B.     Isi halusinasi.

Data dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila

halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar, atau apa bentuk bayangan yang

dilihat oleh klien bila jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang

tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi

pengecapan, atau merasakan apa di permukaan tubuh bila halusinasi perabaan.

Page 6: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

C.    Waktu dan frekuensi halusinasi.

Data dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi

muncul, berapa kali sehari, seminggu atau bulan, pengalaman halusinasi itu muncul,

bila mungkin klien diminta menjelaskan kapan persisnya waktu terjadi halusinasi

tersebut. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan

menentukan bilamana klien perlu diperhatikan saat mengalami halusinasi.

D.    Situasi pencetus halusinasi

Perlu diidentifikasi situasi yang dialami klien sebelum mengalami halusinasi.

Data dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang

dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu, juga bisa mengobservasi apa yang

dialami klien menjelangkan muncul halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.

E.     Respon klien.

Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa

dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman

halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak

berdaya lagi terhadap halusinasi.

Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu dikaji  :

a.        Risiko perilaku kekerasan

1).      Data Subyektif :

§  Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

§  Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal

atau marah.

§  Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

2).      Data Objektif :

§  Mata merah, wajah agak merah.

§  Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri

sendiri/orang lain.

§  Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

§  Merusak dan melempar barang-barang.

Page 7: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

b.        Gangguan sensori perseptual : halusinasi

1)        Data Subjektif

Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus

nyata

Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata

Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus

Klien merasa makan sesuatu

Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar

Klien ingin memukul/melempar barang-barang

 2)      Data Objektif

Klien berbicara dan tertawa sendiri

Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu

Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

Disorientasi

c.         Kerusakan Interaksi Sosial : menarik diri

 1)      Data Subyektif

Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan

singkat ”tidak” atau ”ya”.

 2)      Data Obyektif

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindari orang lain,

berdiam diri di kamar, komunikasi kurang atau tidak ada (banyak diam), kontak mata

kurang, menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi tidur

seperti janin (menekur)

d.        Harga diri rendah

1)        Data Subyektif

Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain.

2)        Data Obyektif

Tidak bisa mengambil keputusan, menarik diri dari realitas, merusak diri, rasa

bersalah dan khawatir

II.        DIAGNOSA KEPERAWATAN BESERTA PRIORITAS

Page 8: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

a.    Gangguan sensori perceptual : Halusinasi

b.    Kerusakan interaksi sosial : menarik diri

c.    Harga diri rendah

d.   Risiko perilaku kekerasan

e.    Sindrom deficit perawatan diri : mandi/kebersihan , berpakaian/berhias.

III.        Rencana Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

DALAM BENTUK STRATEGI PELAKSANAAN

NO KLIEN KELUARGA

SP1P SPIK

1

2

3

4

5

6

7

8

Mengidentifikasi jenis halusinasi klien.

Mengidentifikasi isi halusinasi klien.

Mengidentifikasi waktu halusinasi klien.

Mengidentifikasi frekuensi halusinasi

klien.

Mengidentifikasi situasi yang dapat

menimbulkan halusinasi klien.

Mengidentifikasi respon klien terhadap

halusinasi klien.

Mengajarkan klien menghardik

halusinasi.

Menganjurkan klien memasukkan cara

menghardik ke dalam kegiatan harian.

Mendiskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien

Memberikan pendidikan kesehatan tentang

pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang

dialami klien, tanda dan gejala halusinasi,

serta proses terjadinya halusinasi.

Menjelaskan cara-cara merawat pasien

halusinasi.

SP2P SP2K

1

2

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

klien.

Melatih klien mengendalikan halusinasi

dengan cara bercakap-cakap dengan

orang lain.

Menganjurkan klien memasukkan ke

Melatih keluarga mempraktikkan cara

merawat pasien dengan halusinasi.

Melatih keluarga melakukan cara merawat

langsung kepada klien halusinasi.

Page 9: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

3 dalam kegiatan harian klien.

SP3P SP3K

1

2

3

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

klien.

Melatih klien mengontrol halusinasi

dengan cara melakukan kegiatan.

Menganjurkan pasien memasukan dalam

jadwal kegiatan harian

Membantu keluarga membuat jadwal

aktivitas di rumah termasuk minum obat

(discharge planing ).

Menjelaskan follow- uf klien setelah pulang.

SP4P

1

2

3

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

klien.

Memberikan pendidikan kesehatan

tentang penggunaan obat secara teratur

Menganjurkan pasien memasukan dalam

jadwal kegiatan harian

VI.      Evaluasi 

      Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada

klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau pormatif yang dilakukan setiap selesai

melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan

antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Direja, 2011). 

    Menurut Damaiyanti (2012), evaluasi dilakukan sesuai TUK pada perubahan persepsi

sensori : halusinasi yaitu :

1)   Klien dapat menbina hubungan saling percaya

2)   Klien dapat mengenali halusinasinya

3)   Klien dapat mengontrol halusinasinya

4)   Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mrngontrol halusinasi

5)   Klien dapat memanfaatkan obat dengan ba

Page 10: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

ISOLASI SOSIAL

1. Masalah Utama

Isolasi Sosial

2. Proses Terjadinya Masalah

a. Pengertian

Perilaku isolasi sosial menraik diri merupakan suatu gangguan hubungan

interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang

menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam

hubungan sosial (Depkes RI, 2000)

Tanda dan Gejala

Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.

Menghindar dari orang lain (menyendiri).

Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan

klien lain/perawat.

Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.

Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.

Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau

pergi jika diajak bercakap-cakap.

Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.

Posisi janin saat tidur.

b. Penyebab

Menurut Budi Anna Keliat (2009), salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga

diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga

diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang

kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Tanda dan Gejala :

Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap

penyakit (rambut botak karena terapi).

Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).

Gangguan hubungan sosial (menarik diri).

Page 11: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).

Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,

mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

c. Akibat

Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko

perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi

realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap

lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu

yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal.

Tanda dan gejala ;

Bicara, senyum dan tertawa sendiri.

Menarik diri dan menghindar dari orang lain.

Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.

Tidak dapat memusatkan perhatian.

Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut.

Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.

3. Pohon masalah:

4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Masalah keperawatan:

Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Core Problem

Page 12: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

b. Data yang perlu dikaji

Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

Data Subjektif:

Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus

nyata.

Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.

Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.

Klien merasa makan sesuatu.

Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.

Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.

Klien ingin memukul/melempar barang-barang.

Data Objektif:

Klien berbicara dan tertawa sendiri.

Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.

Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.

Disorientasi

Isolasi Sosial : menarik diri

Data Subyektif:

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data Obyektif:

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Data subyektif:

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data obyektif:

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.

5. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Page 13: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

Isolasi sosial: menarik diri

6. Rencana Tindakan Keperawatan

Isolasi sosial: menarik diri

Tujuan Umum :

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik

dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Tindakan:

2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.

2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri

atau mau bergaul

2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab

yang muncul

2.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian

tidak berhubungan dengan orang lain.

Tindakan :

3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur,

marah, menyibukkan diri dll)

Page 14: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang

lain

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan

berhubungan dengan prang lain

b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan orang lain

3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain

a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain

b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang

kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Tindakan:

4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :

▪ Klien – Perawat

▪ Klien – Perawat – Perawat lain

▪ Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain

▪ K – Keluarga atau kelompok masyarakat

4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.

4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu

4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain

Tindakan:

5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain

5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain.

5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat

berhubungan dengan oranglain

Page 15: Presentasi Bahan Halusinasi Dan Isolasi Sosial

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Tindakan:

6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

▪ Salam, perkenalan diri

▪ Jelaskan tujuan

▪ Buat kontrak

▪ Eksplorasi perasaan klien

6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

▪ Perilaku menarik diri

▪ Penyebab perilaku menarik diri

▪ Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi

▪ Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk

berkomunikasi dengan orang lain.

6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu

kali seminggu

6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Referensi:

Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta. ECG

Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG