isos (isolasi sosial)

18
KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI Klien Nn. B, 24 tahun, anak ke-4 dari 7 bersaudara (3 orang adik lain ibu), dari tiga keluarga Bpk. A (almarhum) dan Ibu I (almarhum), bertempat tinggal di Jakarta Barat. Klien masuk rumah sakit tanggal 14 Maret 1996, dirawat untuk yang ketiga kalinya dengan keluhan utama klien sering merobek-robek bajunya, telanjang, dan ingin lari dari rumah. Sejak kecil, klien dianggap mengalami gangguan jiwa, dianggap bodoh sehingga klien tidak disekolahkan. Diumah selalu dikucilkan dan tidak pernah diajak berkomunikasi, tidak mempunyai teman dekat, tidak ada anggota keluarga yang dianggap teman dekat klien. Akibatnya, klien sering menyendiri, melamun, dan mengatakan bahwa ada suara yang menyuruh pergi. Karena klien tidak mau pergi, sebagai gantinya klien disuruh merobek-robek bajunya dan menggores-gores tubuhnya dengan silet. Keluarga merasa tidak mampu untuk merawat dan akhirnya membawa klien ke rumah sakit jiwa (RSJ) dengan alasan mau diajak nonton film. Selama di RSJ, ibu tiri klien tidak pernah menjenguk dan kadang kala kakak kandung klien datang ke RSJ untuk membawakan pakaian serta membayar biaya obat-obatan, tetapi kakaknya tidak mengakui klien sebagai adiknya. Dari hasil observasi didapat data tentang klien, yaitu rambut kotor dan bau, banyak kutu, wajah lusuh, tatapan mata kosong, gigi kuning, banyak kotoran, tercium bau yang tidak enak, telinga kotor, kulit kotor banyak daki, kuku panjang dan kotor, tidak memakai alas kaki. Klien mengatakan malas mandi. Gaya bicara klien hati-hati, bicara apabila ditanya, jawaban singkat. Klien sering duduk sendiri dan banyak tidur. Masalah Keperawatan Masalah keperawatan untuk kasus diatas adalah 1. Isolasi sosial : menarik diri; 2. Gangguan sensori/persepsi: halusinasi pendengaran; 3. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri; 4. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis; 5. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik; 6. Defisit perawatan diri: mandi dan berhias; 7. ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah; 8. Gangguan pemeliharaan kesehatan. Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan dari pohon masalah pada gambar diatas adalah sebagai berikut : 1. Risiko Perilaku Kekerasan terhadap Diri Sendiri berhubungan dengan halusinasi pendengaran. 2. Gangguan Sensori/Persepsi: Halusinasi Pendengaran berhubungan dengan menarik diri. 3. Isolasi Sosial: Menarik Diri berhubungan dengan harga diri rendah kronis. 4. Gangguan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan defisit persawatan diri: mandi dan berhias. 5. Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Resiko gangguan sensori/persepsi halusinasi berhubungan dengan menarik diri TUM Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi TUK: 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Upload: denis-afandiq

Post on 16-Nov-2015

90 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

contoh isos

TRANSCRIPT

KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

Klien Nn. B, 24 tahun, anak ke-4 dari 7 bersaudara (3 orang adik lain ibu), dari tiga keluarga Bpk. A (almarhum) dan Ibu I (almarhum), bertempat tinggal di Jakarta Barat. Klien masuk rumah sakit tanggal 14 Maret 1996, dirawat untuk yang ketiga kalinya dengan keluhan utama klien sering merobek-robek bajunya, telanjang, dan ingin lari dari rumah. Sejak kecil, klien dianggap mengalami gangguan jiwa, dianggap bodoh sehingga klien tidak disekolahkan. Diumah selalu dikucilkan dan tidak pernah diajak berkomunikasi, tidak mempunyai teman dekat, tidak ada anggota keluarga yang dianggap teman dekat klien. Akibatnya, klien sering menyendiri, melamun, dan mengatakan bahwa ada suara yang menyuruh pergi. Karena klien tidak mau pergi, sebagai gantinya klien disuruh merobek-robek bajunya dan menggores-gores tubuhnya dengan silet.Keluarga merasa tidak mampu untuk merawat dan akhirnya membawa klien ke rumah sakit jiwa (RSJ) dengan alasan mau diajak nonton film. Selama di RSJ, ibu tiri klien tidak pernah menjenguk dan kadang kala kakak kandung klien datang ke RSJ untuk membawakan pakaian serta membayar biaya obat-obatan, tetapi kakaknya tidak mengakui klien sebagai adiknya. Dari hasil observasi didapat data tentang klien, yaitu rambut kotor dan bau, banyak kutu, wajah lusuh, tatapan mata kosong, gigi kuning, banyak kotoran, tercium bau yang tidak enak, telinga kotor, kulit kotor banyak daki, kuku panjang dan kotor, tidak memakai alas kaki. Klien mengatakan malas mandi. Gaya bicara klien hati-hati, bicara apabila ditanya, jawaban singkat. Klien sering duduk sendiri dan banyak tidur.

Masalah KeperawatanMasalah keperawatan untuk kasus diatas adalah1. Isolasi sosial : menarik diri;2. Gangguan sensori/persepsi: halusinasi pendengaran;3. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri;4. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis;5. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik;6. Defisit perawatan diri: mandi dan berhias;7. ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah;8. Gangguan pemeliharaan kesehatan.

Diagnosis KeperawatanDiagnosis keperawatan dari pohon masalah pada gambar diatas adalah sebagai berikut :1. Risiko Perilaku Kekerasan terhadap Diri Sendiri berhubungan dengan halusinasi pendengaran.2. Gangguan Sensori/Persepsi: Halusinasi Pendengaran berhubungan dengan menarik diri.3. Isolasi Sosial: Menarik Diri berhubungan dengan harga diri rendah kronis.4. Gangguan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan defisit persawatan diri: mandi dan berhias.5. Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah.

DIAGNOSIS KEPERAWATANResiko gangguan sensori/persepsi halusinasi berhubungan dengan menarik diriTUMKlien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasiTUK:1. Klien dapat membina hubungan saling percayaKRITERIA EVALUASIEkspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.INTERVENSIBina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutika. Sapa klien dengan nama baik verbal maupun nonverbalb. Perkenalkan diri dengan sopanc. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai kliend. Jelaskan tujuan pertemuane. Jujur dan menepati janjif. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanyag. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diriKRITERIA EVALUASIKlien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari : Diri sendiri Orang lain LingkunganINTERVENSI Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandanyaa. Di rumah, Ibu tinggal dengan siapab. Siapa yang paling dekat dengan Ibuc. Apa yang membuat Ibu dekat dengannyad. Dengan siapa Ibu tidak dekate. Apa yang membuat Ibu tidak dekat Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan yang menyebabkan klien tidak mau bergaul Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksidengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lainKRITERIA EVALUASI3.1. Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lainMisalnya: Banyak teman Tidak sendiri Bisa diskusi, dllINTERVENSI3.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman3.1.2. Beri kesempatan kepada klien untuk berinteraksi dengan orang lain3.1.3. Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain3.1.4. Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapakan perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lainKRITERIA EVALUASI3.2.Klien dapat menyebutkan kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lainINTERVENSI3.2.1. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain3.2.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain3.2.3. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain3.2.4. beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan interaksi sosial secara bertahapKRITERIA EVALUASIKlien dapat mendemonstrasikan interaksi sosial secara bertahap antara : Klien-perawat Klien-perawat-perawat lain Klien-perawat-perawat lain-klien lain Klien-keluarga-/kelompok/masyarakatINTERVENSI4.1.1 kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain4.1.2. Bermain peran tentang cara berhubungan/berinteraksi dengan orang lain4.1.3. dorong dan bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain melalui tahap : Klien-perawat Klien-perawat-perawat lain Klien-perawat-perawat lain-klien lain Klien-keluarga-/kelompok/masyarakat4.1.4.Beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai4.1.5. Bantu klien untuk mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial4.1.6. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain4.1.7. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan4.1.8. Beri penguatan positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berinteraksi dengan orang lainKRITERIA EVALUASIKlien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berinteraksi dengan orang lain untuk : Diri sendiri Orang lainINTERVENSI5.1.1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi dengan orang lain5.1.2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan keuntungan berinteraksi dengan orang lain5.1.3. Beri penguatan positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan keuntungan berinteraksi dengan orang lain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluargaKRITERIA EVALUASI. Keluarga dapat : Menjelaskan perasaannya Menjelaskan cara merawat klien menarik diri Mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri Berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diriINTERVENSI6..1.1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga : Salam, perkenalan diri Jelaskan tujuan Buat kontrak Eksplorasi perasaan klien6.1.2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : Perilaku menarik diri Penyebab perilaku menarik diir Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi Cara keluarga menghadapi klien menarik diri6.1.3. Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien dalam berkomunikasi dengan orang lain6.1.4. Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu6.1.5. Beri penguatan positif atas hal-hal ang telah dicapai oleh keluargaISOLASI SOSIAL

1. Pengertian

Menurut Townsend, M.C (19) isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya 98:152) isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.

Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

2. Tanda dan Gejala

Menurut Townsend, M.C (1998:152-153) & Carpenito,L.J (1998: 382) isolasi sosial menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:

Data subjektif :a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkunganb. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki

Data objektifa. Tampak menyendiri dalam ruanganb. Tidak berkomunikasi, menarik diric. Tidak melakukan kontak matad. Tampak sedih, afek datare. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintuf. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan usianyag. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnyah. Kurang aktivitas fisik dan verbali. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasij. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

3. Penyebab

Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya pada orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, waham, sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut (Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S,J (1998 : 345) Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri rendah.

Gangguan konsep diri:harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.

Menurut Carpenito, L.J (1998:352) & Keliat, B.A (1994:20) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:

Data subjektif:a. Mengkritik diri sendiri atau orang lainb. Perasaan tidak mampuc. Rasa bersalahd. Sikap negatif pada diri sendirie. Sikap pesimis pada kehidupanf. Keluhan sakit fisikg. Menolak kemampuan diri sendirih. Pengurangan diri/mengejek diri sendirii. Perasaan cemas dan takutj. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positifk. Mengungkapkan kegagalan pribadil. Ketidak mampuan menentukan tujuan

Data objektif:a. Produktivitas menurunb. Perilaku destruktif pada diri sendiric. Menarik diri dari hubungan sosiald. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalahe. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

4. Akibat

Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi sensori halusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156). Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S, 1995:421). Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.

Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran dan halusinasi pendengaran (Boyd, M.A & Nihart, M.A, 1998: 303; Rawlins, R.P & Heacock, P.E, 1988 : 198). Menurut Carpenito, L.J (1998: 363) perubahan persepsi sensori halusinasi merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau intepretasi stimulus yang datang. Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal, yang dibedakan dari distorsi dan ilusi yang merupakan kekeliruan persepsi terhadap stimulus yang nyata dan pasien mengganggap halusinasi sebagai suatu yang nyata (Kusuma, W, 1997 : 284). Menurut Carpenito, L.J (1998: 363) ; Townsend, M.C (1998: 156); dan Stuart, G.W & Sundeen, S.J (1998: 328-329) perubahan persepsi sensori halusinasi sering ditandai dengan adanya:

Data subjektif:a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempatb. Tidak mampu memecahkan masalahc. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat bayangan)d. Mengeluh cemas dan khawatir

Data objektif:a. Apatis dan cenderung menarik dirib. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti berbicara seolah-olah mendengarkan sesuatuc. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suarad. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuaie. Gerakan mata yang cepatf. Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi rendahg. Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang kompleks.

C. MASALAH DATA YANG PERLU DIKAJI Tidak tahan terhadap kontak yang lama

Tidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih saat bicara

Tidak ada kontak mata

Ekspresi wajah murung, sedih

Tampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiri

Kurang aktivitas

Tidak komunikatif

Merusak diri sendiri

Ekspresi malu

Menarik diri dari hubungan sosial

Tidak mau makan dan tidak tidur

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. isolasi sosial menarik diri

F. FOKUS INTERVENSI

PasienSP 11. mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien2. berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain3. berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain4. mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang5. menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang - bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian

SP 21. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2. memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang3. membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang - bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian

SP 31. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2. memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih3. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

KeluargaSP 11. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien2. menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya3. menjelaskan cara - cara merawat pasien isolasi sosial

SP 21. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial2. melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial

SP 31. membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk minum obat ( Discharge planning)2. menjelaskan follow up pasien setelah pulang

G. DAFTAR PUSTAKABoyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nursing Contemporary Practice, Edisi 9th, Lippincott-Raven Publishers, Philadelphia

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

DEPKES RI, (1989). Pedoman Perawatan Psikiatrik, Ed I, DEPKES RI, Jakarta

Johnson, B.S, (1995). Psichiatric-Mental Health Nursing Adaptation and Growth, Edisi 2th, J.B Lippincott Company, Philadelphia

Kusuma, W, (1997). Dari A Sampai Z Kedaruratan Psikiatrik Dalam Praktek, Ed I, Professional Books, Jakarta

Keliat, B.A, dkk, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed I, EGC, Jakarta

Maramis,W.F (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya

Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988). Clinical Manual of Psychiatric Nursing, Edisi 1th, The C.V Mosby Company, Toronto

Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta

Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikitari (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

LAPORAN PENDAHULUAN I

I. Kasus (Masalah Utama)

Gangguan isolasi sosial : menarik diri

II. Proses terjadinya masalah

A. Core Problem

1. Definisi

Perilaku menarik diri adalah klien ingin lari dari kenyataan tetapi karena tidak mungkin, maka klien menghindari atau lari secara emosional sehinga klien jadi pasif, tergantung, tidak ada motivasi dan tidak ada keinginan untuk berperan (Budi Ana Keliat, 1992).

2. Tanda dan Gejala

a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.

b. Menghidar dari orang lain (menyendiri)

Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya pada saat makan.

c. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.

d. Komunikasi kurang / tidak ada.

Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.

e. Tidak ada kontak mata : klienlebih sering menunduk.

f. Mengurung diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang dalam mobilitas.

g. Menolak berhubungan dengan orang lain.

h. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.

B. Penyebab

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Tanda dan Gejala

Klien yang gagal dalam mencapai suatu keinginan atau gagal dalam tujuan akan merasa bahwa ia tidak berharga dant idak berguna, keadaan tersebut akan membuat individu takut salah untuk berbuat sesuatu, pesimis atau rasa tidak percaya diri, hal ini menimbulkan dampak perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain dan akan menghindari dari orang lain atau menarik diri.

C. Akibat

Resiko mencederai diri : bunuh diri

Tanda dan Gejala :

Klien dengan menarik diri disebabkan oleh adanya pengalaman yang tidak menyenangkan bagi pasien, seperti kegagalan atau kehiilangan atau karena perpisahan yang lama dengan orang terdekat.

III. A. Pohon Masalah

Resiko mencedarai diri : bunuh diri

Ganguan isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1. Resiko mencederai diri : bunuh diri

Data yang dikaji :

a. ada ide-ide / usaha bunuh diri

b. ingin mengakhiri kehidupan

c. mudah marah

d. gelisah

e. mengisolasi diri dengan membatasi hubungannya dengan orang lain

f. merasa tidak berguna.

2. Isolasi sosial : menarik diri

Data yang perlu dikaji :

a. lebih banyak diam

b. lebih suka menyendiri / hubungan interpersonal yang kurang

c. personal hygiene kurang

d. merasa tidak nyaman di antara orang

e. tidak cukupnya ketrampilan sosial

f. berkurangnya frekuensi, jumlah dan spontanitas dalam berkomunikasi.

3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Data yang perlu dikaji

a. perasaan rendah diri

b. pikiran mengalah

c. mengkritik diri sendiri

d. kurang terlibat dalam hubungan sosial

e. meremehkan kekuatan / kemampuan diri

f. menyalahkan diri sendiri

g. perasaan putus asa dan tidak berdaya.

IV. Diagnosa Keperawatan

1. Resti mencederai diri : bunuh diri berhubungan dengan menarik diri.

2. Gangguan sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

V. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa I : Resti mencederai diri : bunuh diri berhubungan dengan menarik diri.

TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri.

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

a. Kriteria evaluasi

1.1. ekspresi wajah klien bersahabat

1.2. klien menunjukkan rasa senang

1.3. ada kontak mata

1.4. klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi

b. Intervensi

1.1.1. sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal

1.1.2. perkenalkan diri dengan sopan

1.1.3. tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

1.1.4. jelaskan tujuan pertemuan

1.1.5. jujur dan menepati janji

1.1.6. tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.

a. Kriteria evaluasi

2.1. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari :

- diri sendiri

- orang lain

- lingkungan

b. Intervensi

2.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.

2.1.2. Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.

2.1.3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab muncul.

2.1.4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya.

TUK 3 : Klien dapat menyebutkan kuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

a. Kriteria evaluasi

3.1. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

3.2. Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

b. Intervensi

3.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

3.1.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.

3.1.3. Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.

3.1.4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.

3.2.1. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

3.2.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

3.2.3. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

3.2.4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

TUK 4 : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.

a. Kriteria evaluasi

4.1. Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap antara:

K P

K P K

K P Kel

K P Klp

b. Intervensi

4.1.1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.

4.1.2. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :

K P

K P P lain

K P P lain K lain

K P Kel / Masy.

4.1.3. Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai.

4.1.4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.

4.1.5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.

4.1.6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

TUK 5 : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.

a. Kriteria evaluasi

5.1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk :

- diri sendiri

- orang lain

b. Intervensi

5.1.1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.

5.1.2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.

5.1.3. Beri reinforcement positif atau kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.

TUK 6 : Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.

a. Kriteria evaluasi

6.1. Keluarga dapat :

- menjelaskan perasaannya

- menjelaskan cara merawat klien menarik diri

- mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri

- berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri

b. Intervensi

6.1.1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

- salam, perkenalkan diri

- sampaikan tujuan

- buat kontrak

- eksplorasi perasaan keluarga.

6.1.2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang perilaku penyebab serta akibat perilaku menarik diri.

6.1.3. Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.

6.1.4. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minim satu kali seminggu.

TUK 7 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.

a. Kriteria evaluasi

7.1. Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat.

7.2. Klien dapat mendemonstrasikan dan tahu tentang manfaat dan efek samping dan penggunaan obat dengan benar.

7.3. Klien memahami akibat berhentinya minum obat tanpa konsultasi.

b. Intervesi :

7.1.1. Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat serta efek sampingnya.

7.1.2 Anjurkan klien untuk minta sendiri obat kepada perawat dan merasakan manfaatnya.

7.1.3. Anjurkan klien berbicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping yang dirasakan.

7.1.4. Diskusikan akibat tidak minum obat tanpa konsultasi.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Modul ini berisi panduan agar Saudara dapat menangani pasien dewasa dengan masalah keperawatan isolasi sosial. Saudara dapat mempelajari isi modul ini, mengerjakan latihan sesuai dengan panduan yang diberikan, sehingga Saudara siap menangani pasien gangguan jiwa dengan gejala isolasi sosial yang ada di wilayah binaan Saudara. Selamat mempelajari modul ini.

Pengkajian Pasien Isolasi sosial

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

Untuk mengkaji pasien isolasi sosial Saudara dapat menggunakan wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga