kasus 1dan 2 tht oleh kelompok 4

32
Kelompok 4 Nama kelompok : 1. Dewi Nina Arifa (09110765) 2. Fertiana Sari (09110773) 3. Hervina (09110777) 4. Maulida Wulansari (09110793) 5. Maximus Manuel (09110794) 6. Richardus M.Anapah (09110804) 7. Ridha Rachmathiany (09110806) Scenario kasus 1 Tn.M datang ke poliklinik THT dengan keluhan demam, nyeri didalam telinga, keluar cairan kental dari telinga, kulit yang melapisi prosesus mastoideus menjadi merah, membengkak dan nyeri bila ditekan MASTOIDITIS A. Definisi Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat, menimbulkan peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan ekstensif (osteomyelitis) (Parakrama, 2006: 442). Mastoiditis merupakan akibat dari penyebaran infeksi dari telinga bagian tengah (Reeves, 2001: 19).

Upload: richard-aonboys

Post on 27-Jun-2015

348 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

Kelompok 4

Nama kelompok :

1. Dewi Nina Arifa (09110765)2. Fertiana Sari (09110773)3. Hervina (09110777)4. Maulida Wulansari (09110793)5. Maximus Manuel (09110794)6. Richardus M.Anapah (09110804)7. Ridha Rachmathiany (09110806)

Scenario kasus 1

Tn.M datang ke poliklinik THT dengan keluhan demam, nyeri didalam telinga, keluar cairan kental dari telinga, kulit yang melapisi prosesus mastoideus menjadi merah, membengkak dan nyeri bila ditekan

MASTOIDITIS

A. Definisi Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat, menimbulkan

peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan ekstensif (osteomyelitis) (Parakrama, 2006: 442).

Mastoiditis merupakan akibat dari penyebaran infeksi dari telinga bagian tengah (Reeves, 2001: 19).

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel-sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah sebagai contoh otitis media akut

Page 2: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

B. Etiologi Menurut Reeves (2001: 19) etiologi mastoiditis adalah:

1. Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid

2. Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut Menurut George (1997: 106) etiologi mastoiditis antara lain:

1. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya

2. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut yaitu streptococcus pnemonieae.Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella catarrhalis, streptococcus group-A dan staphylococcus aureus

etiologi mastoiditis antara lain:

1. BakteriBiasanya adalah streptococcus aureus.

2. Bakteri yang biasanya muncul pada penderita mastoiditis anak-anak adalah streptococcus pnemonieae.

C. Manifestasi klinis Menurut George (1997: 106) manifestasi klinis pada penderita mastoiditis

antara lain:

1. Demam biasanya hilang dan timbul.2. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di dalam

telinga, dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.3. Gangguan pendengaran sampai dengan kehilangan pendengaran.4. Membran timpani menonjol berisi kulit yang telah rusak dan bahas sebaseus

(lemak).5. Dinding posterior kanalis menggantung.6. Pembengkakan postaurikula.7. Temuan radiologis

Adanya apasifikasi pada sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya trabukulasi normal sel-sel tersebut.

8. Keluarnya cairan yang melimpah melalui liang telinga dan berbau.

Page 3: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

manifestasi klinis mastoiditis adalah:

1. Nyeri telinga yang makin berdenyut-denyut2. Bertambahnya volume cairan purulen yang keluar dari telingan3. Demam

Dapat berlangsung terus meskipun telah mendapat antibiotik.

D. Patofisiologi Penyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media yang tidak

ditangani dengan baik. Biasanya mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid (Reeves, 2001: 19).

Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitel skuamosa) dari lapisan luar membran timpani ke tengah. Kulit dari membran timpani lateral membentuk kantung luar yang akan berisi kulit yang telah rusak dan baha sebaseur. Kantung dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralisis nervus fasialis. Kehilangan pendengaran sensori neural dan atau gangguan keseimbangan (akibat erusi telinga dalam) dan abses otak (Smeltzer, 2001: 2052).

Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media supuratik kronik, peradangan dari rongga telinga tengah menjalar ke tulang mastoid melalui saluran aditus adantrum. Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak (benigna) dan bentuk ganas (maligna). Pada bentuk maligna peradangan berlanjut ke dalam tulang tengkorak (intrakranial) sehingga dapat terjadi meningitis, absis subdural, abses otak, tromboflebitis sinus, lateralis, serta mungkin juga terjadi hidrosefalus (Nurbaiti, 1993: 25).

Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab. Organisme penyebab yang lazim adalah sama dengan penyebab otitis media akut yaitu streptococcus hemlytiens, pneumococcus, sthapilococcus aureus lalbus, streptococcus viridans (Adams, 1997: 106).

Page 4: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4
Page 5: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

E. Pathways

Otitis media akut

Tidak ditangani dengan baik

Perluasan infeksi ke dalam sistim sel udara mastoid

Bakteri

(Streptococcus aureus, Streptococcus pneumonia)Masuk cavum mastoid

Mastoiditis

Mastoiditis benigna Mastoiditis maligna

Infeksi telinga tengah

Terjadi inflamasi jaringan

Metabolisme tubuh meningkat

Infeksi terjadi berulang

Mukosa menebal

Penekanan pembuluh darah

Produksi infeksi menyebar ke telinga dalam

Ketulian sensori neural

Perubahan persepsi sensori auditorius

Kerusakan komunikasi verbal

Menyebar ke labirin

Labyrintitis

Keseimbangan tubuh terganggu

Defisiensi efektor

Risiko cidera

Produk infeksi menyebar ke tulang tengkorak

Terjadi peradangan di meningen

Meningitis

Bakteri berkembang biak dan toksin

Metabolisme tubuh meningkat

Hipertermi

Hipertermi

Tindakan operatif

Pre operasi mastoidektomi

Kurang pengetahuan

Ansietas

Post operasi mastoidektomi

Luka insisi

Kerusakan jaringan

Nyeri Risiko infeksi

Penurunan kesadaran

Risiko cidera

Page 6: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

F. Komplikasi Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik menurut Adams (1997:

106) adalah:

1. PetrositisYaitu infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah perforasi kendang telinga dengan cairan yang terus menerus keluar.

2. LabyrintitisYaitu peradangan labirin ini dapat disertai dengan kehilangan pendengaran atau vertigo disebut juga (otitis interna).

3. MeningitisYaitu peradangan meningen (radang membran pelindung sistem saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.

4. Abses otakYaitu kumpulan nanah setempat yang terkubur dalam jaringan otak.

Komplikasi menurut Nurbaiti (1993: 25) adalah:

1. MeningitisYaitu peradangan meningen (radang membran pelindung sistem saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.

2. Abses subduralYaitu kumpulan nanah setempat yang terkubur dalam jaringan diantara durameter dan arakhnoid.

G. Pemeriksaan Penunjang pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

1. CT scanMendiagnosis kelainan telinga tengah, mastoid dan telinga dalam. Biasanya memperlihatkan penebalan mukosa dalam rongga telinga tengah di samping dalam rongga mastoid.

2. Pemeriksaan radiologisMengetahui adanya apasifikasi sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya trabekulasi normal dan sel-sel tersebut.

3. Tympanocentesis dan myringotomi Tympanocentesis adalah penusukan bedah pada membran timpani (gendang telinga) untuk membuang cairan dari telinga tengah.

Page 7: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

Myringotomi adalah pembentukan lubang pada membran timpani, seperti pada tympanocentesis.

Myringotomi mungkin dilakukan di awal, kemudian diikuti dengan terapi antibiotik.

H. Penatalaksanaan MedisMenurut Higler (1997: 109) penatalaksanaan medis pada mastoiditis antara lain:

1. Pemberian antibiotik sistemikDiberikan beberapa minggu sebelum operasi dapat mengurangi atau menghentikan supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.

2. Pembedahana. Timpanoplasti

Adalah rekonstruksi bedah pada mekanisme pendengaran di telinga tengah, dengan memperbaiki membrana tympanica melindungi fenestra cochlease dari tekanan suara. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menyelamatkan dan memulihkan pendengaran, dengan cangkok membran timpani dan rekonstruksi telinga tengah. Sedangkan tujuan sekundernya adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki pendengaran (timpanoplasti) bilamana mungkin. Terdapat berbagai teknik timpanoplasti yang berbeda, yaitu pencangkokan (kulit, fasia, membran timpani homolog) dan rekonstruksi (osikula homolog, kartilago dan aloplastik).

b. MastoidektomiAdalah pembedahan pada tulang mastoid. Tujuan dilakukan mastoidektomi adalah untuk menghilangkan jaringan infeksi, menciptakan telinga yang kering dan aman.

I. Penatalaksanaan KeperawataPenatalaksanaan keperawatan pada klien dengan mastoiditis antara lain:1. Perawatan pre-operasi

Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijadwalkan untuk menjalani tympanoplasty.

2. Perawatan post operasiRendaman antiseptik gauze (an antiseptic-soaked gauze) seperti lodoform gauze (nuga-uze) dibalut dalam kanal audiotori.

Menurut George (1997: 108) antara lain:

1. Terapi konservatif

Page 8: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

Yaitu menasehati untuk menjaga telinga agar tetap kering serta membersihkan telinga dengan penghisap secara berhati-hati di tempat praktik.

2. Pemberian bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung antibiotik dan steroid.

Page 9: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

ASUHAN KEPERAWATAN MASTOIDITIS

A. Pengkajian1. Keluhan utama

Rasa nyeri di telinga.

2. Riwayat kesehatan sekarangBiasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang timbul.

3. Riwayat kesehatan dahuluAdanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.

4. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik yang didapat:

a. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)b. Kemerahan pada kompleks mastoidc. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendird. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)e. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)f. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ laing. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

B. Diagnosa KeperawatanMenurut Wilkinson, J. M (2007) diagnosa keperawatan yang muncul pada mastoiditis antara

lain:

1. Perubahan persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan pendengaran.2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.3. Risiko cidera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi.4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi sensori auditoris.5. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan.6. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.7. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.8. Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.

C. Intervensi dan Rasional1. Perubahan sensori/ persepsi (auditoris) berhubungan dengan kerusakan pendengaran

Page 10: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu mendengar dengan baik

Kriteria Hasil : a. Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum

b. Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat

No Intervensi Rasional1. Kaji tentang ketajaman pendengaran Menentukan seberapa baik tingkat

pendengaran klien2. Diskusikan tipe alat bantu dengar dan

perawatannya yang tepatUntuk menjamin keuntungan maksimal

3. Bantu pasien berfokus pada semua bunyi di lingkungan dan membicarakannya hal tersebut

Untuk memaksimalkan pendengaran

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasiTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh dapat

normal (360-370C)

Kriteria Hasil : a. Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C)

b. Kulit tidak teraba hangat

c. Wajah tidak tampak merah

d. Tidak terjadi dehidrasi

No Intervensi Rasional1. Pantau input dan output Untuk mengetahui balance cairan pasien2. Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui perkembangan klien3. Ajarkan kompres hangat dan banyak

minumUntuk menurunkan panas tubuh dan mengganti cairan tubuh yang hilang

4. Kolaborasi dengan pemberian antipiretik

Untuk menurunkan panas

3. Risiko cidera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksiTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak

terjadi cidera

Kriteria Hasil : Tidak mengalami cidera fisik

No Intervensi Rasional1. Cegah infeksi telinga berlebih Agar kerusakan pendengaran tidak

meluas

Page 11: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

2. Meminimalkan tingkat kebisingan di unit perawatan intensif

Berhubungan dengan kehilangan pendengaran

3. Lakukan upaya keamanan seperti ambulasi terbimbing

Untuk mencegah pasien jatuh akibat vertigo/gangguan keseimbangan

4. Kolaborasi dengan pemberian obat antiemetika dan antivertigo sesuai indikasi misalnya antihistamin

Mengurangi nyeri kepala sehingga terhindari dari jatuh

4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mendengar petunjuk auditorisTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat

berkomunikasi dengan baik

Kriteria Hasil : a. Pasien terlibat dalam proses komunikasi

b. Pasien menunjukkan kemampuan untuk membaca gerak

bibir

c. Pasien dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan

cara yang diajarkan

No Intervensi Rasional1. Berbicara jelas dan tegas tanpa

bergerakMembantu pasien merangsang komunikasi verbal

2. Kurangi kegaduhan lingkungan Mempermudah pasien dalam mendengar

3. Ajari keluarga dan orang lain yang terlibat dengan pasien tentang perilaku yang memudahkan membaca gerak bibir

Untuk merangsang komunikasi verbal

4. Bila menggunakan alat bantu dengar, kenakan pada telinga yang tidak dioperasi

Mempermudah pasien mendengar sehingga dapat lancar dalam berkomunikasi

5. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahanTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri teratasi

Kriteria Hasil : a. Pasien mengatakan nyeri berkurang

b. Skala nyeri turun

c. Wajah pasien tampak rileks

Page 12: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

No Intervensi Rasional1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, intensitas Mengetahui ketidakefektifan intervensi2. Berikan posisi yang nyaman Mengurangi nyeri

3. Ajarkan teknik relaksasi dan ciptakan lingkungan yang tenang

Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri dan mengurangi nyeri

4. Kolaborasi pemberian analgesik, antibiotika, dan anti inflamasi sesuai indikasi

Dapat mengurangi nyeri, membunuh kuman dan mengurangi peradangan sehingga mempercepat penyembuhan

6. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan graft, trauma bedah terhadap jaringan.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko infeksi dapat

hilang atau teratasi

Kriteria Hasil : a. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

No Intervensi Rasional1. Observasi keadaan umum pasien

selama 24 jamMengetahui keadaan umum pasien

2. Anjurkan pentingnya cuci tangan dan mencuci telinga luar

Mencegah penularan penyakit

3. Lakukan perawatan graft Mencegah infeksi4. Kolaborasi pemberian antibiotik

profilaksisAgar dapat membunuh kuman, sehingga tidak menularkan penyakit terus-menerus

7. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedahTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ansietas berkurang

Kriteria Hasil : a. Menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping, kontra impuls, penahanan mutilasi diri secara konsisten dan substansial

b.Menunjukkan ketrampilan interaksi sosial yang efektif

No Intervensi Rasional1. Informasikan pasien tentang peran

advokat perawat intra operasiKembangkan rasa percaya/ hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan kontrol pada lingkungan yang asing

2. Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukan penundaan

Rasa takut yang berlebihan/ terus-menerus akan mengakibatkan reaksi

Page 13: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

prosedur pembedahan stress yang berlebihan, risiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur/ zat-zat anestesi

3. Cegah pemajan tubuh yang tidak diperlukan selama pemindahan ataupun pada tulang operasi

Pasien akan memperhatikan masalah kehilangan harga diri dan ketidakmampuan untuk melatih kontrol

4. Berikan petunjuk/ penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenang

Ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan berbelit-belit

5. Kontrol stimulasi eksternal Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan ansietas

6. Berikan obat sesuai petunjuk, misal; zat-zat sedatif, hipnotis

Untuk meningkatkan tidur malam hari sebelum pembedahan; meningkatkan kemampuan koping

8. Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi cidera

Kriteria Hasil : Tidak mengalami cidera fisik

No Intervensi Rasional1. Cegah infeksi telinga tengah Agar kerusakan pendengaran tidak

meluas2. Meminimalkan tingkat kebisingan di

unit perawatan intensifberhubungan dengan kehilangan pendengaran

3. Lakukan upaya keamanan seperti ambulasi terbimbing

Untuk mencegah pasien jatuh akibat vertigo/ gangguan keseimbangan

4. Kolaborasi dengan pemberian obat antiemetika dan outivertigo sesuai indikasi, misalnya antihistamin

Mengurangi nyeri kepala sehingga terhindar dari jatuh

Page 14: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

KesimpulanMastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat, menimbulkan peradangan dan

nekrosis tulang yang terlokalisasi dan ekstensif (osteomyelitis) (Parakrama, 2006: 442).

Mastoiditis diakibatkan oleh menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid. Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitel skuamosa) dari lapisan luar membran timpani ke tengah. Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak (benigna) dan bentuk ganas (maligna) (Nurbaiti, 1993: 25).

Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang telah diobati secara tidak memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel udara mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik (Dudey, 1992: 269).

DAFTAR PUSTAKA

http://henykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis

Page 15: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

www.kalbe.co.id/files/2004/cdk/files/155

(http://henykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis/).

Doenges, M. E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta: EGC

Nurbaiti,1993, Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk Perawat, Jakarta: FKUI

Wilkinson, J. M, 2007, Buku Ajar Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC

SKENARIO KASUS 2

Page 16: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

An. X berusia 10 th diantar ibunya ke polilinik THT, mengeluh sakit telinga, mual (+), muntah(+), diare, suhu 39 ̊ C, ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas, gendang telinga mengalami peradangan

OTITIS MEDIA AKUT

Pengertian OMA (Otitis Media Akut) adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah

(Mansjoer, 2001) OMA adalah infeksi atau inflamasi (peradangan) di telinga tengah. OMA adalah infeksi telinga tengah oleh bakteri atau virus, dapat terjadi pada semua

usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama pada usia 3 bulan s/d 3 tahun.

OMA adalah peradangan telinga bagian tengah yang disebabkan oleh pejalaran infeksi dari tenggorok (farinitis) A sering terjadi pada anak-anak (Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas).

Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofariong dan faring, secara alamiah teradapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh ezim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. Otitis media akut ini terjadi akibat tidak berfungsingnya sistem pelindung tadi, sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media, pada anak-anak semakin seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin sering.

Etiologi

Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri.Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus da da dan n kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh

Page 17: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lendir.

Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal :Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.

Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.

Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.

Tanda dan GejalaBiasanya gejala awal berupa sakit telinga yang berat dan menetap, bisa terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara. Anak-anak yang lebih muda bisa mengalami mual, muntah, diare dan demam sampai 40,5° celsius.Gendang telinga mengalami peradangan dan menonjol. Jika gendang telinga robek, akan keluar cairan yang pada awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah.

Gejala klinis otitis media akut (OMA) tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien. Stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah :

1) Stadium oklusi tuba EustachiusTerdapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di dalam telinga

tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.

2) Stadium hiperemis (presupurasi)Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran

timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.

3) Stadium supurasiMembran timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang hebat pada mukosa

telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani.Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga bertambah hebat.Apabila tekanan tidak berkurang, akan terjadi iskemia, tromboflebitis dan

Page 18: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

nekrosis mukosa serta submukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan kekuningan pada membran timpani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.

4) Stadium perforasiKarena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi, dapat

terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.

5) Stadium resolusiBila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila terjadi

perforasi maka sekret akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan. Otitis media akut (OMA) berubah menjadi otitis media supuratif subakut bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul lebih dari 3 minggu. Disebut otitis media supuratif kronik (OMSK) bila berlangsung lebih 1,5 atau 2 bulan. Dapat meninggalkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa perforasi.Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.Pada orang dewasa, didapatkan juga gangguan pendengaran berupa rasa penuh atau kurang dengar.Pada bayi dan anak kecil gejala khas otitis media anak adalah suhu tubuh yang tinggi (> 39,5 derajat celsius), gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Setelah terjadi ruptur membran tinmpani, suhu tubuh akan turun dan anak tertidur.

PatofisiologiTerjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan

telinga tengah. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus).Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan

Page 19: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

terasa nyeri.Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun.Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.

Faktor pertahanan tubuh terganggu

Infeksi saluran pernapasan

Tuba eustachius tersumbat pencegahan infeksi kuman terganggu

Otitis Media Akut

Faktor ResikoInfeksi-infeksi pernapasan bagian atas memberikan kecenderungan pada otitis media

akut. Paparan pada kelompok-kelompok anak-anak (seperti pada pusat-pusat pengasuhan anak) berakibat pada selesma-selesma yang lebih sering, dan oleh karenanya lebih banyak nyeri-nyeri telinga. Paparan pada udara dengan iritan-iritan, seperti asap tembakau, juga meningkatkan kesempatan otitis media. Anak-anak dengan pembelahan langit mulut (cleft palate) atau Down syndrome adalah mudah mendapat infeksi-infeksi telinga. Anak-anak yang mempunyai episode-episode otitis media akut sebelum berumur enam bulan cenderung mempunyai lebih banyak infeksi-infeksi telinga kemudian pada masa kanak-kanak.

Page 20: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

DiagnosaDiagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut :1. Penyakitnya muncul mendadak (akut) 2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut: a. menggembungnya gendang telinga b. terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga c. adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga d. cairan yang keluar dari telinga 3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut: a. kemerahan pada gendang telinga b. nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normalAnak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah, serta rewel. Namun gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan dari telinga) tidak spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa liang dan gendang telinga dengan jelas).Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga. Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara).Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA. Namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan otoskop biasa.Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan terhadap gendang telinga).Namun timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia enam minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala sangat berat dan komplikasi.

PenatalaksanaanTerapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.Stadium Oklusi

Page 21: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 % untuk anak < 12 tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.Stadium PresupurasiDiberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.Stadium SupurasiSelain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.Stadium PerforasiTerlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.Stadium ResolusiMembran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis.

PenangananAntibiotikOMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan. American Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut

Usia Diagnosis pasti Diagnosis meragukan

< 6 bln Antibiotik Antibiotik 6 bln – 2 th Antibiotik Antibiotik jika gejala berat; observasi jika gejala

ringan 2 thn Antibiotik jika gejala berat; Observasi

Page 22: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

observasi jika gejala ringan Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam <39°C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang – berat atau demam 39°C. Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan – dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat terlaksana. Analgesia tetap diberikan pada masa observasi. British Medical Journal memberikan kriteria yang sedikit berbeda untuk menerapkan observasi ini.Menurut BMJ, pilihan observasi dapat dilakukan terutama pada anak tanpa gejala umum seperti demam dan muntah. Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian besar anak adalah amoxicillin.

1. Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician) menganjurkan pemberian 40 mg/kg berat badan/hari pada anak dengan risiko rendah dan 80 mg/kg berat badan/hari untuk anak dengan risiko tinggi.Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun, dirawat sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik dalam tiga bulan terakhir. 2. WHO menganjurkan 15 mg/kg berat badan/pemberian dengan maksimumnya 500 mg.3. AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari.Dosis ini terkait dengan meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan dosis standar di Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada data yang mengemukakan hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah menggunakan dosis 40 mg/kg/hari. Dokumentasi adanya bakteri yang resisten terhadap dosis standar harus didasari hasil kultur dan tes resistensi terhadap antibiotik. 4. Buku ajar THT UI menganjurkan pemberian pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/BB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/BB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/BB/hari.Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam.Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai. Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua. Misalnya: 1. Pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, antibiotik yang kemudian dipilih adalah amoxicillin-clavulanate.Sumber lain menyatakan pemberian amoxicillin-clavulanate dilakukan jika gejala tidak membaik dalam tujuh hari atau kembali muncul dalam 14 hari.

Page 23: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

2. Jika pasien alergi ringan terhadap amoxicillin, dapat diberikan cephalosporin seperti cefdinir, cefpodoxime, atau cefuroxime. 3. Pada alergi berat terhadap amoxicillin, yang diberikan adalah azithromycin atau clarithromycin.4. Pilihan lainnya adalah erythromycin-sulfisoxazole atau sulfamethoxazole-trimethoprim Namun kedua kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak membaik dengan amoxicillin.Jika pemberian amoxicillin-clavulanate juga tidak memberikan hasil, pilihan yang diambil adalah ceftriaxone selama tiga hari.Perlu diperhatikan bahwa cephalosporin yang digunakan pada OMA umumnya merupakan generasi kedua atau generasi ketiga dengan spektrum luas. Demikian juga azythromycin atau clarythromycin. Antibiotik dengan spektrum luas, walaupun dapat membunuh lebih banyak jenis bakteri, memiliki risiko yang lebih besar. Bakteri normal di tubuh akan dapat terbunuh sehingga keseimbangan flora di tubuh terganggu. Selain itu risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik akan lebih besar. Karenanya, pilihan ini hanya digunakan pada kasus-kasus dengan indikasi jelas penggunaan antibiotik lini kedua.Pemberian antibiotik pada otitis media dilakukan selama sepuluh hari pada anak berusia di bawah dua tahun atau anak dengan gejala berat.Pada usia enam tahun ke atas, pemberian antibiotik cukup 5-7 hari. Di Inggris, anjuran pemberian antibiotik adalah 3-7 hari atau lima hari. Ulasan dari Cochrane menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara pemberian antibiotik dalam jangka waktu kurang dari tujuh hari dibandingkan dengan pemberian lebih dari tujuh hari. Dan karena itu pemberian antibiotik selama lima hari dianggap cukup pada otitis media. Pemberian antibiotik dalam waktu yang lebih lama meningkatkan risiko efek samping dan resistensi bakteri. Analgesia/pereda nyeri Selain antibiotik, penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia).Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol atau ibuprofen. Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan seperti muntah atau diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna.

Pemberian obat-obatan lain seperti antihistamin (antialergi) atau dekongestan tidak memberikan manfaat bagi anak.

Pemberian kortikosteroid juga tidak dianjurkan. Myringotomy (myringotomy : melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang

menumpuk di belakangnya) juga hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana terjadi gejala yang sangat berat atau ada komplikasi.Cairan yang keluar harus dikultur.

Page 24: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

Pemberian antibiotik sebagai profilaksis untuk mencegah berulangnya OMA tidak memiliki bukti yang cukup.

PencegahanBeberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah: 1. pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak, 2. pemberian ASI minimal selama 6 bulan, 3. penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring, 4. dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

KomplikasiSebelum adanya antibiotik, otitis media akut (OMA) dapat menimbulkan komplikasi, mulai dari abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah, termasuk otak.Namun komplikasi ini umumnya jarang terjadi.Salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yangtidak diobati. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran anak serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa. Otitis media dengan efusi didiagnosis jika cairan bertahan dalam telinga tengah selama 3 bulan atau lebih.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/69/otitis-media-akut

Page 25: Kasus 1dan 2 Tht Oleh Kelompok 4

http://medlinux.blogspot.com/2009/02/otitis-media-akut.html

http://www.kalbe.co.id/dod_detail.php?detail=85

http://cewexxxhot.blogspot.com/2009/09/askep-otitis-media.html