Download - Presentasi Kasus IPD Abses Hepar
-
PRESENTASI KASUS
ABSES HEPAR
Disusun Oleh:
Holy Fitria Ariani 07120100080
Pembimbing:
dr. Diany Nurliana Taher, SpPD
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
PERIODE 25 MEI 8 AGUSTUS 2015
-
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. 2 STATUS PASIEN ......................................................................................................................................... 3
I. Identitas Pasien ................................................................................................................................... 3 II. Anamnesis ......................................................................................................................................... 3 III. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................................................ 5 IV. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................................... 7 V. Resume ........................................................................................................................................... 11 VI. Daftar Masalah ............................................................................................................................... 12 VII. Pengkajian ...................................................................................................................................... 12 VIII. Penatalaksanaan ............................................................................................................................. 12 IX. Prognosis ........................................................................................................................................ 13 X. Follow Up ....................................................................................................................................... 13
Analisa Kasus .............................................................................................................................................. 15 Abses Hepar ............................................................................................................................................ 15
-
3
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien Nama : Tn M.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 27 tahun
Tempat, tanggal Lahir : 31 mei 1988
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : TNI
Alamat : Senen, Jakarta Pusat
Tanggal masuk : 28 mei 2015
II. Anamnesis Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di RSPAD Gatot Subroto kepada pasien pada
hari Rabu tanggal 2 Juni 2015.
Keluhan Utama:
Nyeri pada perut bagian kanan atas sejak 2 bulan SMRS.
Keluhan Tambahan:
Tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada perut kanan atas sejak 2 bulan SMRS.
Nyeri yang dirasakan pasien terus menerus dan tidak menjalar. Pasien tidak dapat
menunjuk jelas dimana letak sakitnya, pasien hanya bilang di perut kanan atas. Pada 1
bulan SMRS, pasien telah dirawat di RSPAD selama 22 hari. Pasien dirawat karena
keluhan yang sama yaitu nyeri pada perut kanan atas dan demam sejak 12 hari SMRS.
Demam yang dirasakan pasien naik turun dan tidak turun walaupun diberi obat penurun
panas. Demam yang dirasakan pasien disertai dengan menggigil. Lalu pasien juga
merasakan sesak napas. Selain itu sebelumnya pasien juga merasakan mual dan muntah.
Muntah berupa cairan air tanpa ampas. Lalu selama perawatan pasien juga mengalami
BAB cair. BAB cair dialami pasien selama 3 hari saat perawatan. BAB cair berwarna
kecoklatan, berampas, dan berbau layakanya feses. Adanya darah ataupun lendir
disangkal oleh pasien. Saat dirawat pasien didiagnosis abses hepar lobus kanan dan
-
4
terdapat efusi pleura kanan. lalu, dilakukan pungsi cairan pleura paru kanan untuk efusi
pleura yang membuat pasien sesak. Untuk abesnya saat itu akan dilakukan pungsi
abses, akan tetapi karena pasien harus menunggu ketersediaan alat, maka pasien harus
menungu dan akhirnya setelah keadaan stabil pasien dipulangkan. Untuk sekarang,
keluhan demam, mual, muntah, sesak napas dan BAB cair disangkal oleh pasien. BAB
pasien normal dengan konsistensi dan warna yang normal. BAK pasien juga normal.
Pasien juga merasakan perutnya penuh membuat pasien tidak napsu makan. Pasien
mengatakan dirinya tidak memiliki napsu makan sewaktu sakit sehingga selama 2 bulan
ini pasien mengalami penurunan berat badan 5 kg. Sebelum di rawat di RSPAD
pasien pernah di rawat di RS asshobirin selama 8 hari dengan keluhan yang sama
sebelum akhirnya di rujuk ke RSPAD Gatot Soebroto.
Perjalanan Penyakit
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit serupa, tidak ada riwayat darah tinggi, kencing
manis ataupun keganasan. Pasien juga tidak menyangkal adanya riwayat appendisitis
atau batu empedu.
Riwayat Keluarga
Tidak ada yang mengalami hal yang sama dikeluarga, tidak ada riwayat darah tinggi,
kencing manis, dan keganasan.
2 bulan SMRS 1 bulan SMRS HMRS 1H rawat 2 H rawat
Dirujuk ke RSPAD dan dirawat selama 22 hari. Demam (+), Muntah (+), dan mengigil (+). Selama dirawat pasien mengalami BAB cair selama 3 hari. Dari hasil CT scan: abses hepar lobus kanan dan efusi pleura kanan. Dilakukan pungsi cairan efusi pleura. Pungsi abses ditunda: tunggu alat. Pasien pulang.
Masuk lagi dengan nyeri perut kanan atas dan akan dilakukan pungsi abses.
Nyeri perut kanan atas dan demam tinggi. Lalu dirawat di RS Assobirin
Dilakukan pungsi abses hepar.
Keluhan nyeri perut kanan atas berkurang, hepatomegali +, NT hepar +
-
5
Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merokok, 1 bungkus per-hari. Kebiasaan meminum
minuman beralkohol disangkal oleh pasien. Karena pekerjaan pasien yang seorang TNI,
pasien sering ditugaskan ke luar P. Jawa, seperti sulawesi dan maluku.
III. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
Tanda vital :
Denyut nadi : 85 x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu tubuh : 36.6oC per aksila
Antropometri :
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 176 cm
BMI : 20.9 (normoweight)
Aspek Kejiwaan :
Tingkah laku wajar, alam perasaan biasa, proses berpikir wajar.
Pemeriksaan lokalis
Pemeriksaan Kulit:
Sawo matang, pertumbuhan rambut merata, tidak terdapat hipopigmentasi, tidak ada
jaringan parut, hiperpigmentasi, ikterus, edema. Turgor kulit baik.
Pemeriksaan Kepala :
Rambut : Distribusi rambut merata, berwarna hitam
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil baik,
isokor 3mm/3mm, mata cekung (-), lapang pandang,
gerakan, dan tekanan bola mata dalam batas normal
Hidung : sekret (-), normosepta, pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : normotia, liang telinga lapang, serumen minimal, membran
timpani intak, gangguan pendengaran (-)
-
6
Mulut : bibir lembab, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1, tidak
hiperemis.
Pemeriksaan Leher:
JVP 5-2 cm H2O. Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening di submental,
submandibula, submaksila, leher, ketiak, dan lipat paha. Tidak teraba pembesaran
tiroid.
Pemeriksaan Thoraks:
Paru
Inspeksi : gerakan nafas simetris, venektasi (-) disepanjang anterior
aksilaris dextra, massa (-), retraksi (-), spider nevi(-),di
sepanjang linea anterior aksilaris dekstra, ginekomastia (-)
Palpasi : fremitus taktil, ekspansi dada sama di kedua lapang paru,
krepitasi -/-
Perkusi : Sonor +/+ diseluruh lapang paru
Auskultasi : vesikular (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 5 linea mid klavikula sinistra.
Perkusi : tidak teraba pembesaran jantung
Auskultasi : Bunyi jantung S1-S2 regular, gallop(-/-), murmur (-/-)
Pemeriksaan Abdomen:
Inspeksi : bentuk cembung, caput medusa (-), lesi (-), striae (-), massa
(-)
Auskultasi : Bising usus normal, 8 kali/menit, bunyi logam (-)
Palpasi : Sedikit tegang, rebound tenderness (-), nyeri tekan (+) pada
regio hipokondrium dextra. Hepar teraba 2 jari (4 cm)
BAC, tepi tajam, konsistensi kenyal, permukaan halus,
terdapat nyeri tekan. Lien tidak teraba. Fluid wave (-).
Perkusi : Timpani (+), Shifting dullness (-), undulasi (-), CVA (-).
-
7
Ekstremitas :
Akral teraba hangat, capillary refill time >2 detik. Leukonichia (-),Terrys nail (-),
eritema palmar (-), ikterik (-)
IV. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah 28 Mei 2015 pukul 08.00 WIB
JENIS
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hematologi Rutin
Haemoglobin 12.3* g/dL 13-18
Hematokrit 38* % 40 -52 %
Eritrosit 4.4 10^6/L 4.30-6.0
Leukosit 8880 /L 4800-10.800
Trombosit 545000* /L 150000-400000
MCV 86 fl 80-96
MCH 28 pg 27-32
MCHC 33 g/dL 32-36
Koagulasi
Waktu Protrombin (PT)
Kontrol 10.9 detik
Pasien 10.5 detik 9.3-11.8 detik
APTT
Kontrol 31.2 detik
Pasien 32.9 detik 31-47 detik
Faal Hemostasis
Koagulasi
Waktu Perdarahan 2 menit 1-3 menit
-
8
Waktu Pembekuan 4 menit 1-6 menit
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu 106 mg/dL
-
9
Natrium (Na) 146 mmol/L 135-147
Kalium (K) 4.6 mmol/L 3.5-5.0
Klorida (Cl) 106* mmol/L 95-105
Pemeriksaan Darah 30 Mei 2015
JENIS
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hematologi Rutin
Haemoglobin 11.6* g/dL 13-18
Hematokrit 35* % 40 -52 %
Eritrosit 4.2* 10^6/L 4.30-6.0
Leukosit 9150 /L 4800-10.800
Trombosit 466000* /L 150000-400000
MCV 85 fl 80-96
MCH 28 pg 27-32
MCHC 33 g/dL 32-36
Pemeriksaan Darah 1 Juni 2015
JENIS
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Kimia Klinik
Bilirubin Total 0.76 mg/dL
-
10
Kreatinin 1.3 mg/dL 0.5-1.5
Natrium (Na) 147 mmol/L 135-147
Kalium (K) 3.7 mmol/L 3.5-5.0
Klorida (Cl) 104 mmol/L 95-105
Hasil USG abdomen 28 April 2015
Kesan:
Sugestif massa pada lobus kanan hepar berukuran 4,56 x 4,31 x 4,19 cm
Saran:
CT scan abdomen
Hasil CT- Scan Abdomen 5 Mei 2015
Kesan :
-
11
Lesi kistik di segmen 5,7, dan 8 lobus kanan hepar yang menyangat di tepi pasca
pemberian kontras, halo sign (+) berukuran 13,1 x 9,43 x 9,4 cm > Abses hepar.
Hepatomegali
Efusi Pleura kanan disertai kolaps lobus bawah paru kanan.
Organ intraabdomen lainya yang tervisualisasi dalam batas normal.
Laporan Perasat Hati (Pungsi Abses) 29 Mei 2015
Telah dilakukan aspirasi cairan abses dengan menggunakan jarum ciba no. 14, cairan
sulit dikeluarkan tampaknya karena sudah mulai mengental. Dimasukkan metronidazole
dan antibiotik garamicin. Dilakukan antiseptic sebelum tindakan, betadine 10%, lidokain
5 ampul, dan setelah itu dikeluarkan cairan.
V. Resume Pasien laki-laki 27 tahun datang dengan keluhan nyeri pada perut kanan atas sejak 2
bulan SMRS. Nyeri yang dirasakan terus-menerus dan nyeri tidak dapat ditunjuk. Pasien
pernah dirawat sebelumnya di RSPAD 1 bulan SMRS selama 22 hari dengan keluhan nyeri
pada perut kanan atas dan juga demam 12 hari SMRS. Dengan keluhan tambahan mual,
muntah, dan sesak napas. Selama perawatan, pasien mengalami BAB cair selama 3 hari.
Saat dirawat, pasien di diagnosis abses hepar lobus kanan dan efusi pleura. Pada pasien
dilakukan pungsi cairan pleura paru kanan untuk mengatasi sesaknya. Untuk absesnya akan
dilakukan pungsi abses, karena pasien harus menunggu kelengkapan alat, maka pasien
dipulangkan terlebih dahulu. Untuk sekarang, keluhan demam, mual, muntah, sesak, dan
BAB cair disangkal. BAB dan BAK pasien normal. Pasien merasa perutnya penuh sehingga
pasien tidak memiliki napsu makan. Selama sakit 2 bulan ini berat badan pasien telah turun
5 kg. Pasien memiliki kebiasaan merokok, 1 bungkus pehari dan karena pekerjaan pasien
yang seorang TNI, pasien sering ditugaskan keluar P. Jawa seperti Sulawesi dan Maluku.
Dari pemeriksaan fisik pada abdomen ditemukan hepar teraba membesar 2 jari (4cm)
dibawah arcus costae, dengan pinggiran lancip, konsistensi kenyal, dan permukaan halus.
Terdapat nyeri tekan pada hepar. Terdapat nyeri tekan regio hipkondriak dextra.
Dari pemeriksaan penunjang laboratorium terakhir tanggal 30 mei 2015 didapatkan Hb
menurun 11.6 g/dL, Ht menurun 35 %, eritrosit menurun 4.2 juta u/L, dan terdapat
trombositosis 466000 u/L. Pada pemeriksaan kimia klinik 1 Juni 2015 didapatkan semua
dalam batasan normal. Dari pemeriksaan USG abdomen didapatkan sugestif massa lobus
kanan hepar. Pada pemeriksaaan CT-Scan Abdomen didapatkan kesan abses hepar. Telah
dilakukan tindakan pungsi abses pada tanggal 29 Mei 2015.
-
12
VI. Daftar Masalah 1. Abses Hepar lobus kanan
2. Anemia normositik normokrom
3. Trombositosis
VII. Pengkajian 1. Abses Hepar lobus kanan
Anamnesis: Nyeri perut kanan atas sejak 2 bulan SMRS. Pada saat permulaan nyeri
muncul disertai dengan demam yang naik turun. Terdapat mual, muntah, dan pasien
sempat mengalami BAB cair.
PF: Terdapat NT pada regio hipokondrium dextra, pada palpasi hati didapatkan
pembesaran hepar teraba 2 jari (4cm) BAC, tepi tajam, konsistensi kenyal,
permukaan halus, terdapat nyeri tekan.
LaB: anemia (11.6 g/dL), trombositosis (466000 /uL)
USG abdomen : sugestif massa pada lobus kanan hepar
CT-Scan Abdomen : Lesi kistik di segmen 5,7, dan 8 lobus kanan hepar yang
menyangat di tepi pasca pemberian kontras, halo sign (+) berukuran 13,1 x 9,43 x
9,4 cm > Abses hepar.
2. Anemia normositik normokrom
Lab: Hb = 11,6 g/dL, MCV= 85 MCH= 28
3. Trombositosis
Lab: Platelet= 466.000 /uL
VIII. Penatalaksanaan Rencana Diagnosis:
Pemeriksaan cairan pungsi abses hepar: sitologi dan kultur untuk keperluan diagnosis
untuk menemukan bakteri patogen dan untuk pemberian antibiotik
USG abdomen ulang untuk melihat kantong abses setelah dilakukan pungsi abses karena
tidak seluruh cairan abses bisa diambil karena cairan telah mengental.
Pemeriksaan Alpha-Fetoprotein (AFP) dan CEA untuk melihat adanya kecenderungan
kearah keganasan pada hepar.
-
13
Pemeriksaan feces rutin untuk melihat adanya parasit (amuba) ataupun telur atau larva
cacing pada feces.
Rencana Terapeutik:
IVFD NaCl 0.9% 500 ml/8 jam
Diet cair 1900 kal/hari
Metronidazole 3x500 mg iv
Ciprofloxacin 2x200 mg iv
Rencana Edukasi:
Mengedukasi pasien dan keluarga agar selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan,
menjaga higienitas untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
IX. Prognosis Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
X. Follow Up
3 Juni 2015 4 Juni 2015 S Nyeri perut kanan atas membaik, mual dan
muntah (-), demam (-). Napsu makan mulai membaik. BAB dan BAK lancar dan normal
Nyeri perut kanan atas (-). Nafsu makan membaik. Mual dan muntah (-). Pasien ingin BAB dan BAK lancarpulang ke rumah.
O Keadaan Umum: tampak sakit sedang Kesadaran: Kompos Mentis TTV: tekanan darah 110/70 mmHg. N: 72 x/mnt. Suhu: 36.5oC. Mata: konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/- Jantung: B I dan II regular, normal, murmur -, gallop Paru: Vesikular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- Abdomen: perut datar, Hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae, NT hepar (+), BU (+) normal, venektasi -, undulasi -, shifting dullness - Ekstremitas= CRT < 2 detik, edema
Keadaan Umum: tampak sakit sedang Kesadaran: Kompos Mentis TTV: tekanan darah 1280/60 mmHg. N: 85 x/mnt. Suhu: 36.8oC. Mata: konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/- Jantung: B I dan II regular, normal, murmur -, gallop Paru: Vesikular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- Abdomen: perut datar, hepar teraba 2 jari BAC, NT berkurang, BU (+) normal, venektasi -, undulasi -, shifting dullness - Ekstremitas= CRT < 2 detik, edema Lab: AFP 2.29, CEA 2.4, Feces rutin dalam batas normal. X-ray thorax dalam batas normal
A Abses hepar lobus kanan Abses hepar lobus kana P Cek feses rutin, AFP, CEA
Rencanakan rontgen thorax Diet lunak 1900 kal IVFD NS 0.9% 500cc/8 jam Metronidazole 3x500 mg iv
Pasien direncanakan pulang Resep pulang: Metronidazole 3x500 mg (PO) Ciprofloxacin 2x500 mg (PO)
-
14
Ciprofloxacin 2x200 mg iv OMZ 2x 20mg Sucralfat 3C1
-
15
Analisa Kasus
Abses Hepar
Masalah utama pada pasien ini adalah abses hepar. Abses hati adalah bentuk infeksi pada
hati yang disebabkan oleh karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang
bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi atau sel darah didalam
parenkim hati.1
Secara umum, abses hati terbagi 2, yaitu abses hepar amebik (AHA) dan abses hepar
piogenik (AHP). AHA merupakan salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal yang paling
sering dijumpai di daerah tropik/subtropik, termasuk Indonesia. Penyakit AHA masih menjadi
masalah kesehatan terutama di daerah dengan strain virulen Entamoeba histolytica (E.
Histolytica) yang tinggi. Abses hati amebik merupakan komplikasi ekstra intestinal yang paling
sering terjadi akibat infeksi E. histolytica yaitu pada 1-25 % (rata-rata 8,1 %) penderita dengan
amebiasis intestinalis klinis. Entamoeba histolytica mempunyai 3 bentuk yaitu: bentuk minuta,
bentuk kista, dan bentuk aktif (vegetatif).1
AHP dikenal juga sebagai hepatic abscess, bacterial liver abscess, bacterial abscess of the
liver, bacterial hepatic abscess. AHP ini merupakan kasus yang relatif jarang, pertama
ditemukan oleh Hippocrates (400 SM) dan dipublikasikan pertama kali oleh Bright pada tahun
1936. Sedangkan etiologi AHP adalah enterobacteraceae, microaerophilic streptococci,
anaerobic streptococci, klebsiella pneumonia, bacteroides, fusobacterium, staphylococcus
aureus, staphylococcus milleri, candida albicans, aspergillus, actinomyces, eikenella corrodens,
yersinia enterocolitica, salmonella typhi, brucella melitensis dan fungal. 1
Infeksi dari hati dapat juga berasal dari :1,2
1. Sistem biliaris langsung dari kandung empedu atau melalui saluran-saluran empedu.
2. Viscera abdomen melalui vena porta yaitu secara langsung atau pieloflebitis atau embolisasi. Biasanya berasal dari apendisitis, diverticulitis atau penyakit Crohn. Kolitis ulseratif jarang dengan abses hati.
3. Arteri hati pada bakterimia/septikemia akibat infeksi ditempat lain.
4. Penyebaran langsung dari infeksi organ sekitar hati seperti gaster, duodenum, ginjal, rongga subdiafragma atau pankreas.
-
16
5. Trauma tusuk atau tumpul.
6. Kriptogenik.
Pada pasien ini pada anamnesis didapatkan keluhan nyeri pada perut kanan atas yang terus
menerus dan tidak menjalar. Sebelumnya, 1 bulan SMRS pasien dirawat selama 22 hari dengan
keluhan yang sama tetapi ditambah dengan keluhan demam yang naik turun serta menggigil.
Selain itu pasien mengalami sesak napas, mual dan muntah. Dalam masa perawatan pasien juga
mengalami BAB cair selama 3 hari, BAB berampas, berwarna kekuningan, tidak berlendir dan
berdarah. Dari hasil CT scan pasien mengalami abses hepar pada lobus kanan dan terdapat efusi
pleura paru kanan. Riwayat penyakit sebelumnya yang bisa menjadi sumber infeksi seperti
appendisitis ataupun penyakit sistem biliaris seperti kolesistitis ataupun kolelitiasis disangkal
oleh pasien. Pasien yang merupakan seorang TNI sering ditugaskan keluar Pulau Jawa, riwayat
travelling ini perlu dipikirkan untuk kemungkinan abses hepar amebik karena kemungkinan
pasien ke daerah endemik besar.
Untuk mendiagnosis abses hepar pertama dengan anamnesis, pada pasien ini didapatkan
gejala klinis yang menjurus kepada abses hepar seperti nyeri pada perut kanan atas yang terus
menerus disertai dengan demam yang disertai dengan mengigil. Terdapat pula mual, muntah dan
BAB cair. Pada pemeriksaan fisik ditemukan hepatomegali, hepar teraba 2 jari atau 4cm
dibawah arcus costae, bertepi tajam, permukaan halus, konstensi kenyal, dan terdapat nyeri tekan
pada hepar (painful hepatomegaly). Pada hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia
normositik normokrom dan trombositosis. Leukositosis tidak didapatkan pada pasien ini karena
pasien ini telah mendapatkan antibiotik sebelumnya. Untuk memastikan, diperlukan
pemeriksaan penunjang yaitu USG abdomen atau CT-Scan abdomen. Pemeriksaan USG ataupun
CT-Scan abdomen sama-sama memiliki sensitivitas yang tinggi yaitu antara 89-99%.2
Pemeriksaan USG sering dilakukan sebagai media diagnostik untuk abses hepar karena cukup
sensitif, noninvasif, dan cost effective serta dapat digunakan sebagai pemandu aspirasi abses
untuk diagnostik dan terapi.2 Pasien ini melakukan USG abdomen dan didapatkan kesan sugestif
abses hepar lobus kanan. Untuk lebih meyakinkan dilakukan CT-Scan abdomen pada pasien ini,
didapatkan kesan lesi kistik di segmen 5,7, dan 8 lobus kanan hepar yang menyangat di tepi
pasca pemberian kontras, halo sign (+) berukuran 13,1 x 9,43 x 9,4 cm dengan kesimpulan abses
hepar. Lalu didapatkan juga efusi pleura pada paru kanan.
Untuk efusi pleura pada pasien ini, hal inilah yang menyebabkan pasien sesak napas, lalu
dilakukan pungsi cairan pleura paru kanan. Untuk absesnya, pasien direncanakan untuk
dilakukan pungsi abses pada hepar. Pungsi abses hepar dilakukan dalam pantauan hasil CT atau
-
17
USG sebagai marker.5 Pungsi abses hepar ini sangat penting dilakukan untuk kepentingan
diagnostik dan terapi. Pemeriksaan kultur pada cairan abses diperlukan untuk mengetahui
patogen penginfeksi atau etiologi dan untuk pemilihan terapi antibiotik yang sesuai.3 Pada pasien
ini, dilakukan pungsi abses, tetapi tidak seluruh cairan abses dapat terambil karena cairan abses
telah mengental. Pada kasus ini karena sudah mengental, maka dianjurkan bisa dilakukan
percutaneous catheter drainage ( PCD) sebagai pilihan.5
Setelah dilakukan pungsi abses, pasien merasakan bahwa nyeri pada perutnya berangsur
berkurang, tetapi nyeri tekan pada hepar dan hepatomegali tetap masih ada. Hal ini dikarenakan
tidak seluruh abses dapat terambil. Pada pasien ini dipikirkan juga kearah keganasan pada hepar
maka dilakukan test Alpha-fetoprotein (AFP) yang merupakan tumor marker pada hepar. Kadar
AFP pada pasien ini dalam batasan normal. Dipikirkan juga keganasan pada organ saluran cerna
seperti usus, makan dilakukan pengecekan CEA yang merupakan tumor marker pada keganasan
di usus dan pankreas. Kadar CEA pada pasien ini juga dalam batasan normal. Pemeriksaan feses
rutin pada pasien ini dalam batasan normal.
Terapi pada pasien ini diberikan metronidazole 3x500 mg dan ciprofloxacin 2x200mg.
Karena belum diketahui etiologi dari abses maka dapat diberikan broad spectrum antibiotik dan
anti ambebik secara bersamaan.5 Pemberian metronidazole dilakukan sebagai anti amebik karena
pasien ini lebih mengarah pada abses hati amebik. Pemberian metronidazole dilakukan selama 7-
10 hari.4 Sembilan puluh lima persen abses hepar amebik tanpa komplikasi membaik dengan
pemberian metronidazole saja.4 Gejala klinis membaik dalam waktu 24 jam.4 Seharusnya apabila
mengarah kearah abses hati amebik, bisa diberikan luminal agent seperti paromomycin atau
iodoquinol untuk mengeradikasi amebiasis intestinal dan mencegah terjadinya relapsnya
infeksi.5
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam adalah bonam karena pada pasien ini, abses hepar
yang dialami pasien merupakan tanpa komplikasi jadi tidak mengancam jiwa. Dari pemeriksaan
fungsi hati, SGOT dan SGPT dalam batasan normal mendakan bahwa abses belum sampai
mengganggu kerja hepar. Dari hasil pemeriksaan tumor marker AFP dan CEA dalam kadar
normal menandakan tidak ada tanda keganasan. Untuk quo ad sanationam adalah dubia ad
bonam, karena pasien harus menjaga kebersihan dan higienitas diri dan lingkungan, jika tidak
mungkin saja penyakit ini akan relaps. Untuk quo ad fungtionamnya adalah dubia ad bonam,
karena absesnya tidak semua bisa diaspirasi pada saat pungsi abses, jadi harus terus dipantau dan
diterapi dengan USG abdomen ulang dan terapi antibiotik adekuat agar tidak merusak fungsi
dari hepar.
-
18
Tabel 1. Faramakoterapi dari abses hepar amebik6
-
19