sistem pemerintahan republik indonesia
TRANSCRIPT
SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIKINDONESIA
By, Prof. Dr. Dra. Hj. Erliana Hs, M.Si
LINGKUP BAHASAN
I. POSISI DAN PERAN SISTEM ADMINISTRASINKRI
II. TATANAN ORGANISASI LEMBAGA NEGARA
III. TATANAN ORGANISASI LEMBAGA PEMERINTAH
IV. PENGEMBANGAN SISTEM ADMINISTRASI NKRI
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 1
PENGANTAR
John M.Piffner and Robert V. Presthuspernah mengemukakan “administration involves theimplementation of public policy which has been determine byrepresentative political bodies”. Administrasi meliputiimplementasi kebijakan pemerintah danadministrasi adalah suatu proses berkaitanpelaksanaan kebijakan pemerintahan, pengarahan,kecakapan dan teknik-teknik yang sangatbervariasi dalam ruang lingkup sistempemerintahan. Keseluruhan proses tersebutdilaksanakan berdasarkan sistem administrasipemerintahan yang lebih dikenal dengan sistemadministrasi birokrasi.
Dalam perjalanan sistem pemerintahan RI,ternyata terdapat banyak krisis yang muncul kepermukaan dan krisis itu membutuhkanpenanggulangan serius seperti; (1) berbagaihasil penelitian yang berlabel internasional,menyatakan bahwa Indonesia berada pada urutanpertama sebagai negara terkorup (dari negarayang diteliti). Artinya melebihi Cina,Brazilia, dan Venezuela; (2) kuatnya budayafeodalistik, dengan sistem ABS/AIS sangatkental. Pemimpin pemerintahan diagungkan
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 2
layaknya seorang Raja yang tidak pernah salah;(3) budaya menunggu petunjuk membawa sistemadministrasi pemerintahan menjadi kaku, bahkanjauh dari inovatif dan kreatif. Antar sesamabawahan saling menunggu dan menutupi; (4)orientasi pada atasan, bukan pada sistemsehingga kompetensi dan prestasi terabaikan;(5) masih rendahnya pemahaman untuk melayani,namun tinggi semangat melayani atasan; (6)kuantitas pegawai tinggi, namun rendah padaaspek kualitas.
Berbeda halnya ketika diamati dari aspekadministrasi dengan sistem birokrasi dinyatakanbahwa posisi dan peran administrasipemerintahan harus memiliki cara-cara spesifikagar lebih efisien dan efektif adalah; (1)kerja ketat pada aturan; (2) spesialisasi; (3)fleksibelitas; (4) penyelenggaraan formal; (5)hierarchi; (6) rasional; (7) otoritas; (8) taatdan patuh; (9) disiplin; (10) sistematis; (11)impersonal bukan personal.
Namun dalam perjalanannya, prinsip dasardan karakteristik sistem administrasipemerintahan yang digagas Max Weber tersebutdipengaruhi oleh banyak faktor. Antara lain,karena kekuasaan dipegang oleh orang yang ada
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 3
di belakang meja, dan diatur secara legalformal oleh para birokrat terkontaminasi olehkepentingan, desakan dan tuntutan. Semula MaxWeber merumuskan ide tersebut agar setiaporganisasi besar dapat bekerja secararasional, empiris, sistematis danbertanggungjawab. Namun kenyataannya birokrasiyang dimodifikasi berdasarkan budaya setempattelah melahirkan birokrasi yang kaku,sentralistis, tirani bahkan muncul bentuk-bentuk dinasty ala Indonesia yang mengabaikanetika, estetika dan logika.
Kondisi demikian menuntut perlunyareformasi dan restorasi sistem administrasipemerintahan yang selama ini ditungu-tungguoleh masyarakat Indonesia antara lainmengevaluasi kembali apa saja yang sudahdikerjakan selama hampir 69 tahun, apakah sudahtepat apa yang dikerjakan tersebut? Perubahanseperti apa yang paling pas dalam memperbaikisistem administrasi pemerintahan dan yang tidakkalah pentingnya adalah bagaimana good will parapemangku kebijakan untuk kembali merealisasikansubstansi UUD 1945. Semoga Tuhan memberkahi.
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 4
I.Posisi dan Peran Sistem Administrasi
NKRI
Posisi dan peran sistem administrasi NKRI
sangat vital karena secara filosofis
administrasi Negara pada hakikatnya “terurai
dari filosofi etika, yang melahirkan kemampuan
untuk membedakan hal-hal yang baik dan hal-hal
yang buruk”. Ketika kemampuan tersebut telah
dimiliki akan menghasilkan seorang
administrator yang berbudi luhur, memiliki
kearifan dan kebijaksanaan alias “Budiman”.
Sementara dari aspek logika akan melahirkan
seorang administrator yang berkemampuan memilah
mana yang benar dan mana yang salah, kemampuan
demikian hanya dapat dilakukan oleh
administrator yang berilmu, jujur dan
akuntabel. Seiring kemampuan tersebut, estetika
yang dimiliki akan melahirkan kemampuan
membedakan apakah sesuatu itu indah atau jelek
yang pada akhirnya bermuara pada terbentuknyaProf. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 5
seorang administrator yang memiliki jiwa seni
yang memiliki empaty dan responsibilitas.
Ketiga ranah filsafat administrasi tersebut
ketika di implementasikan secara benar dalam
tupoksi oleh para administrator (logika, etika
dan estetika) tentu dapat melahirkan; (1)
administrator yang adil, akuntabel dan
kredibel, dengan prinsip; (2) saling
menghormati dan saling berkeadilan. Dua prinsip
besar itulah diprediksi dapat dijalankan dan
sukses dalam menuntun kehidupan bersama
mencapai kebahagiaan yang sebesar-besarnya
dunia dan akhirat dengan tidak merugikan pihak
manapun. Untuk jelasnya posisi dan peran sistem
administrasi NKRI ditinjau dari aspek filosofis
dapat, digambarkan sebagai berikut:
FILSAFAT ADMINISTRASI YANG MENGHASILKAN MANUSIA UNGGUL
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 6
ETIKA LOGIKA ESTETIKA
Ketika pemangku posisi dan peran dalam
sistem administrasi NKRI memiliki keunggulan
dan kredibel dalam melaksanakan tuposinya. Pada
gilirannya memiliki multi effek sebagai penentu
keberhasilan. Dengan perkataan lain posisi dan
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 7
BAIK BENAR
INDAH JELEK
BUDIMAN ILMUWAN SENIMAN
ADMINISTRATOR UNGGUL (LURUS – TINGGI -- KUAT)
peran sistem administrasi akan berjalan sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan, sangat
dipengaruhi oleh keberadaan administrator yang
unggul dengan keperibadian Lurus-Kuat dan
Tinggi.
Kepribadian Lurus artinya “berbuat kebaikan
dan menentang kajahatan”. Analoginya
melaksanakan administrasi sesuai ketentuan dan
cenderung mengedepankan humanistik. Kuat
artinya “berusaha secara maksimal dalam
melaksanakan perintah-perintah Allah SAW serta
menjauhi larangannya”. Analoginya di dalam
sistem administrasi adalah berusaha tidak
melakukan perbuatan menyimpang seperti korup,
menggelembungkan anggaran dan sejenisnya dalam
tata kelola administrasi. Dan Tinggi adalah
memiliki keterampilan atau profesionalisme yang
mumpuni. Analoginya adalah setiap administrator
pemerintah harus berilmu, bermoral dan amanah.
Ketika kemudian para administrator memiliki
kepribadian demikian, InsyaAllah posisi dan
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 8
peran yang diembankan berjalan mulus sesuai
amanah yang diterima.
Perlu dijelaskan disini bahwa sehebat
apapun posisi dan peran administrasi sangat
tergantung oleh mind set manusia yang
melaksanakan system tersebut. Artinya ketika
seorang administrator belum memiliki mind set
“lurus-kuat-tinggi” rasanya sulit mewujudkan
sistem administrasi yang berkualitas. Apalagi
untuk menjalani posisi dan peran sistem
administrasi negara yang memang penuh tantangan
terutama kendala transaksional bidang tugas
yang diemban, bidang teknologi yang semakin
canggih yang terkesan pemerintah selalu
ketinggalan dalam memanfaatkan kecanggihan
teknologi khususnya dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat dan integritas.
Setiap saya menyampaikan konsep kepribadian
“Lurus-Kuat-Tinggi” (Herman Soewardi), selalu
muncul pertanyaan “bagaimana caranya? Dan dari
mana memulai kepribadian yang unggul tersebut?
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 9
Pada akhir tulisan ini saya coba tawarkan
keyword mencapai karsa unggul tersebut, berikut
ini. InsyaAllah.
Posisi dan peran sistem administrasi Negara
sangat tergantung pada the man behind the gun”
atau manusia yang menggerakkan system itu
sendiri. Artinya bukan semata ditentukan oleh
mekanisme system an sich akan tetapi lebih
dipengaruhi oleh manusia yang menggerakkan
system tersebut.
Salah satu langkah yang perlu dicermati
adalah; (1) melakukan revolusi mental birokrat;
(2) mempersiapkan strategi berkelanjutan
peningkatan sumber daya aparatur pemerintaha”,
Grand desain membentuk administrator unggul
dengan berkepribadian yang Lurus-Kuat-Tinggi,
diasumsikan dapat dimulai dengan menggali
potensi masing-masing individu yang memiliki
posisi dan peran sebagai penentu kebijakan dan
yang mewarnai jalannya sistem administrasi
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 10
Negara termasuk mengisi sistem otonomi daerah
dewasa ini.
II. TATANAN ORGANISASI LEMBAGA NEGARA
Dewasa ini masih banyak pihak yang belum
memahami secara utuh tatanan organisasi lembaga
Negara berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD)
1945 sehingga sering terjadi perdebatan publik
dan debatable antar kelompok lembaga negara.
Apalagi, setelah mengalami empat kali perubahan
mendasar melalui amandemen UUD 1945.
Perubahan mendasar yang mempengaruhi
tatanan kelembagaan negara terkait perubahan
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UUD. Sebelum perubahan,
kedaulatan rakyat dilaksanakan sepenuhnya oleh
MPR. Perubahan tersebut mengakibatkan dua hal
penting dalam tupoksi kelembagaan Negara yaitu:
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 11
1. MPR tidak lagi menjadi lembaga negara
tertinggi.
2. lembaga-lembaga negara yang diatur
dalam UUD 1945 merupakan pelaksana
kedaulatan rakyat sesuai dengan
kedudukan,tugas,dan fungsi masing- masing.
Hal tersebut mengakibatkan Ketetapan MPR
Nomor III/MPR/ 1978 tentang Kedudukan dan
Hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi
dengan/atau antar-Lembaga-Lembaga Tinggi
Negara, tidak berlaku lagi.
Kelembagaan organisasi negara berdasarkan
UUD 1945 dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kategori.
1. lembaga-lembaga utama yang melaksanakan
cabang kekuasaan tertentu.
2. lembaga-lembaga negara yang bukan
pelaksana salah satu cabang kekuasaan,
tetapi keberadaannya diperlukan untuk
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 12
mendukung salah satu lembaga pelaksana
cabang kekuasaan tertentu.
3. Lembaga-lembaga yang ditentukan untuk
melaksanakan kekuasaan tertentu tanpa
mengatur nama dan pembentukan lembaganya.
4. lembaga yang ditentukan secara umum dan
menyerahkan pengaturan lebih lanjut
kepada undang-undang.
5. lembaga-lembaga yang berada di bawah
presiden untuk melaksanakan fungsi-fungsi
tertentu.
6. lembaga- lembaga di tingkat daerah.
Berdasarkan pembagian fungsi kekuasaan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif
dalam UUD 1945, dapat diketahui lembaga-
lembaga negara yang melaksanakan tiap
kekuasaan tersebut.
Sebagai pemegang kekuasaan eksekutif
tertinggi adalah presiden sedangkan pemegang
kekuasaan legislatif adalah DPR dan pemegang
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 13
kekuasaan yudikatif adalah MA dan MK, disamping
itu terdapat lembaga negara lain yang
diperlukan dalam penyelenggaraan negara dan
memiliki kedudukan yang sederajat yaitu MPR
yang memegang kekuasaan mengubah dan menetapkan
UUD, BPK sebagai pelaksana kekuasaan auditif
serta DPD yang walaupun tidak memegang
kekuasaan legislatif namun memiliki peran dalam
proses legislasi (co-legislator).
Pada cabang kekuasaan kehakiman, selain MA
dan MK, terdapat lembaga Komisi Yudisial (KY)
yang berfungsi mendukung terwujudnya MA sebagai
salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang
independen untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan. Hal itu
dilakukan melalui peran KY dalam pengangkatan
hakim agung serta peran untuk menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta
perilaku hakim.
UUD 1945 juga menentukan adanya kewenangan
yang harus dilaksanakan oleh suatu lembaga
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 14
tanpa menyebut nama lembaganya, yaitu
kewenangan penyelenggaraan pemilihan umum yang
dilaksanakan oleh suatu komisi pemilihan umum.
Komisi tersebut tidak ditentukan namanya
sehingga merupakan wewenang pembentuk undang-
undang, tetapi harus bersifat nasional, tetap,
dan mandiri sesuai ketentuan Pasal 22E
ayat(5)UUD1945.
Selain itu, ditentukan juga keberadaan
suatu lembaga dengan menyebutnya secara umum
tanpa nama, dengan susunan, kedudukan,
kewenangan, dan tanggung jawab yang akan diatur
dengan undang-undang. Lembaga tersebut adalah
bank sentral sebagaimana diatur dalam Pasal 23D
UUD 1945.
Kategori selanjutnya adalah lembaga-lembaga
yang berada di bawah presiden untuk membantu
dan mendukung pelaksanaan tugas presiden atau
melaksanakan wewenang tertentu yang berada
dalam wilayah kekuasaan presiden. Lembaga-
lembaga tersebut ada yang disebutkan secara
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 15
jelas nomenklaturnya, ada pula yang hanya
disebutkan secara umum.
Lembaga yang disebutkan secara jelas fungsi
dan nomenklaturnya adalah Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) sebagaimana diatur dalam
Pasal 30 ayat (3) dan (4) UUD 1945. Sementara
lembaga yang disebutkan secara umum dan hanya
diatur fungsinya saja yaitu dewan pertimbangan
yang dapat dibentuk oleh presiden serta
bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan
kepada presiden seperti diatur dalam Pasal 16
UUD 1945.
Selain lembaga negara, dalam arti sebagai
organisasi, UUD 1945 juga menentukan jabatan-
jabatan yang berada di bawah presiden.
Jabatan tersebut adalah jabatan menteri
negara serta duta dan konsul. Menteri-menteri
negara membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan, diangkat dan diberhentikan
presiden. Duta dan konsul untuk negara lain
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 16
hanya diatur cara pengangkatannya, yaitu oleh
presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
Dengan demikian kelembaga Negara sesungguhnya
adalah bagian dari organisasi pemerintahan
secara nasional walaupun ada yang menjalankan
fungsi legislasi di tingkat daerah.
III. TATANAN ORGANISASI LEMBAGA PEMERINTAHAN
Jika penataan lembaga negara melalui
ketentuan peraturan perundang undangan telah
dilakukan, setiap lembaga negara dapat
menjalankan wewenang sesuai dengan kedudukan
masing-masing. Demikian juga halnya dengan
penataan kelembagaan pemerintahan. Kondisi
demikian terwujud ketika kerja sama dan
hubungan yang harmonis demi pencapaian tujuan
nasional dengan tetap saling mengawasi dan
mengimbangi agar tidak terjadi penyalahgunaan
kewenangan antar lembaga dan antar SKPD.
Dinamika praktek penyelenggaraan
pemerintahan pada hakekatnya berpengaruhProf. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 17
langsung terhadap sistem administrasi NKRI.
Secara garis besar model penyelenggaraan
administrasi pemerintahan Indonesia dapat
diamati dalam dua periode yakni; (1) periode
1945-1998; (state-centered public administration) (1)
periode 1999 (society centered public administration)
sampai saat ini.
Periode pertama, yang berlangsung sejak
1945 sampai 1998 di dominasi oleh model sistem
pemerintahan yang state-centered public administration
yakni administrasi publik merupakan sarana bagi
penguasa untuk menjawab apa yang disebut dengan
crises of penetration. Artinya krisis dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang disebabkan
oleh ketidakmampuan pemerintah membangun dan
mengendalikan wilayah, kelompok sosial,
kultural, ekonomi, ideologi dan politik yang
berkembang dalam wilayah negara.
Administrasi merupakan sarana untuk
memperkuat kekuasaan negara, sekaligus
dijadikan senjata bagi penguasa untuk
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 18
memperkuat kekuasaan yang sedang diemban.
Sehingga muncullah istilah model “birokrasi
monokratik” (monocratique birokratic) yang dikenalkan
oleh Max Weber dengan ciri birokrasi yang
sentralistis Hierarkis.
Pendekatan state-centered dimulai sejak
pembentukan pemerintahan pertama kali, tahun
1945. Namun baru pada masa pemerintahan
demokrasi parlementer tahun 1950, administrasi
negara mulai ditata. Sayang rencana ini
terganjal oleh konflik elit ditingkat pusat dan
konflik antara pusat dan daerah. Pada masa Ali
Sastroamijojo agenda pembangunan sistem
administrasi terhambat dengan adanya
pemberontakan PRRI/PERMESTA di daerah. Baru
pada masa Sukarno, penataan sistem administrasi
berdasarkan model birokrasi monocratique
dilakukan dalam rangka membangun persatuan dan
kesatuan berdasarkan ideologi demokrasi
terpimpin. Presiden Soekarno melakukan
kebijakan apa yang disebut dengan retooling
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 19
kabinet, dimana ia mengganti para pejabat yang
dianggap tidak loyal. Dengan Dekrit Presiden
Nomor 6 Tahun 1960, Soekarno melakukan
perombakan penataan sistem administrasi
berdasarkan model birokrasi monocratique.
Kemudian model birokrasi monocratique
tersebut dilanjutkan oleh Soeharto, yang pada
Tahun 1970-an, melakukan reformasi administrasi
yang bertujuan untuk menciptakan birokrasi yang
tanggap, efisien dan apolitik. Kondisi demikian
ditunjukkan dengan adanya ketentuan larangan
PNS berpolitik dan kewajiban PNS mendukung
partai pemerintah.
Periode kedua (society centered public
administration) dimulai dengan munculnnya
pendekatan society centered publik, yakni setelah
reformasi tahun 1999, dimana kedaulatan rakyat
menjadi kunci utama dalam penyelengggaraan
administrasi. Sebagai konsekuensinya negara
harus lebih fokus pada administrasi publik
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 20
dengan melibatkan tiga komponen besar dalam
suatu negara.
Tiga komponen besar dalam suatu negara
mencakup; (1) state; (2) society dan; (3) privat. Ketiga
komponen tersebut hendaknya mampu
dikolaborasikan dan disinergiskan oleh
pemerintah dalam mewujudkan tujuan negara.
State berperan sebagai fasilitator, mediator
dan penyeimbang untuk mekanisme pasar,
mekanisme sosial dan ekonomi masyarakat.
Sebagai salah satu mekanisme yang bersandingan
dengan mekanisme pasar (private sector) dan
mekanisme sosial (civil society), pemerintaah harus
mampu memecahkan masalah pelayanan publik.
Administrasi sebagai sarana koordinasi bagi
negara, masyarakat dan dunia usaha untuk
mencapai tujuan nasional, saat ini, dituntut
lebih efektif, akurat dan berkualitas. untuk
melakukan penataan bidang tata kelola
administrasi secara berkelanjutan guna
mewujudkan pemerintahan yang demokratis dan
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 21
bersih dari Kolusi Korupsi dan Nepotisme.
Perubahan tersebut tertuang dalam amandemen UUD
1945, yaitu :
1. Kedudukan MPR bukan lagi menjadi
Lembaga Tertinggi Negara, yang diikuti
perubahan pada posisi Presiden bukan lagi
menjadi mandataris MPR
2. Perubahan amandemen IV mendorong
terciptanya sistem administras yang
terdesentralisir.
Mengacu kepada substansi UUD 1945 Alinea
IV menyatakan bahwa “bentuk negara adalah Kesatuan,
sedangkan bentuk pemerintahan adalah Republik”.
Selain bentuk Negara Kesatuan dan bentuk
pemerintahan Republik pada pasal 4 ayat (1)
berbunyi “Presiden RI memegang kekuasaan
sebagai kepala Negara sekaligus sebagai kepala
Pemerintahan”, dengan kondisi “two in one”
inilah, system pemerintahan disepakati sebagai
Sistem Pemerintahan Presidensial. Apa yang
dimaksud dengan sistem pemerintahan
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 22
presidensial?, bagaimana posisi dan peran
sistem administrasi NKRI? lalu seperti apa
tatanan organisasi lembaga dan pemerintahan?
serta apa yang dilakukan dalam rangka
pengembangan sistem administrasi NKRI?,
substansi materi inilah yang akan dibahas
secara singkat dalam makalah ini.
Mengupas sedikit teori kekuasaan
sebagaimana dicetuskan Montesquieu bahwa “dalam
suatu Negara terdapat tiga kekuasaan yang
saling terpisah dan independen yaitu;
1) Kekuasaan Legislatif, yakni
kekuasaan yang membuat Undang-Undang;
2) Kekuasaan Eksekutif yang
menjalankan Undang-undang dan;
3) Kekuasaan Yudikatif yang mengadili
terhadap pelanggaran setiap Undang-
Undang.
Agar ketiga kekuasaan tersebut dapat
berjalan secara independen, pemerintah
Indonesia memberlakukan system presidensil,
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 23
karena dianggap paling tepat untuk mengelola
suatu pemerintahan yang terbentuk oleh banyak
pulau dengan beragam suku, budaya, dan bahasa.
Berdasarkan amanah UUD 1945, tujuan
pemerintahan Negara Indonesia tercantum pada
Alinea IV yang berbunyi :
Negara dan Pemerintah wajib melindungi
segenap bangsa Indonesia
Negara dan Pemerintah wajib memajukan
kesejahteraan umum
Negara dan Pemerintahan wajib
mencerdaskan kehidupan Bangsa
Indonesia
Negara dan Pemerintahan wajib ikut
melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan social.
Bertolak kepada kewajiban, fungsi dan
tanggungjawab pemerintahan, seyogiyanya setiap
kelembagaan pemerintahan dalam menjalankan
fungsi dan peran serta tanggungjawabnya
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 24
membutuhkan suatu system yang bekerja secara
bersama, terintegrasi saling menunjang dan
saling ketergantungan satu sama lain, dan
sistem yang dijalankan disebut sebagai “Sistem
Kabinet Presidensil”
IV. Pengembangan Sistem Administrasi NKRI
Agar proses administrasi dapat terus
dikembangkan maka prinsip utama dan pertama
yang seyogiyanya dilakukan secara berkelanjutan
adalah pengembangan dan peningkatan persyaratan
teknis bagi para pelaku administrasi seperti;
(1) intelegensia; (2) kemampuan mengambil
keputusan (Decisiveness); (3) kemampuan visioner
(state of the arts/STA); (4) kemahiran
manajemen serta kemampuan berpikir out of the box
dan; (5) landasan normative yang dipandu oleh
nilai-nilai moral akan mampu mempercepat
terwujudnya kepribadian Lurus- Kuat-Tinggi
(Erliana Hs).
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 25
Banyak teori yang dapat dimanfaatkan guna
pengembangan system administrasi NKRI, seperti
teori deontologis, individualism ataupun teori
kebebasan, namun dari berbagai macam teori yang
diterapkan tersebut ternyata belum memberi
hasil yang maksimal bahkan ada kesan semakin
banyak teori semakin banyak pula permasalahan
baru yang muncul dengan berbagai pola yang
berbeda pula. (kecurangan berbungkus
pembenaran).
Apabila dirunut dari sejarahnya, Indonesia
telah mengalami beberapa kali perubahan system
pemerintahan. Indonesia pernah menganut system
cabinet Parlementer pada tahun 1945 – 1949
kemudian rentang waktu 1949 – 1950, Indonesia
menganut system pemerintahan parlementer yang
semu. Pada tahun 1950 – 1959, Indonesia masih
menganut system pemerintahan Parlementer dengan
demokrasi liberal yang juga semu. Sedangkan
pada tahun 1959 – 1966, Indonesia menganut
system pemerintahan secara demokrasi terpimpin.
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 26
Perubahan dalam system pemerintahan tidak hanya
sampai disitu saja, karena sring terjadi
perbedaan pelaksanaan system pemerintahan
menurut UUD 1945. Perbedaan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
Sistem Pemerintahan Sebelum Amandemen:
MPR menerima kekuasaan tertinggi dari
rakyat
Presiden sebagai kepala penyelenggara
pemerintahan
DPR berperan sebagai pembuat Undang-
Undang
BPK berperan sebagai badan pengaudit
keuangan
DPA berfungsi sebagai pemberi
pertimbangan kepada Presiden
MA berperan sebagai lembaga pengadilan
dan penguji aturan yang diterbitkan
pemerintah.
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 27
Sistem Pemerintahan Setelah Amandemen:
Kekuasaan Legislatif lebih dominan
Presiden tidak dapat membubarkan DPR
Rakyat memilih secara langsung Presiden
dan Wakil Presiden
MPR tidak berperan sebagai lembaga
tertinggi lagi
Anggota MPR terdiri dari seluruh anggota
DPR ditambah anggota DPD yng dipilih
secara langsung oleh rakyat.
Dalam system Presidensial yang dianut di
Indonesia, pengaruh rakyat terhadap
kebijaksanaan politik kurang menjadi perhatian,
selain itu pengawasan rakyat terhadap
pemerintah juga kurang berpengaruh karena pada
dasarnya terjadi kecenderungan terlalu kuatnya
otoritas dan konsentrasi kekuasaan yang ada di
tangan presiden. Selain itu terlalu sering
terjadi pergantian pejabat cabinet karena
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 28
presiden memiliki hak prerogative untuk
melakukan itu.
Bertolak dari uraian singkat
pengembangan system administrasi Negara
tersebut di atas dapat pula dijelaskan
pengembangan system administrasi ditinjau dari
paradigm atau pola pikir logis dan empiric
sebagaimana dikemukakan oleh Fredericckson
(1976) dan Nicholas Henry (1980) berikut ini:
Paradigma I adalah Birokrasi
Klasik/Generasi Pertama Administrasi
Negara sebagai dikotomi politik.
Artinya administrasi harus berkaitan
dengan pelaksanaan kebijaksanaan
Negara (Leonard D.White). Paradigma
ditandai dengan lokus pada birokrasi
pemerintahan dan organisasi bisnis
yakni mengejar efisiensi,
efektifitas, ekonomi dan
rasionalitas. Tokoh penting dalam
paradigma ini adalah Weber, wilson,
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 29
Taylor, gulick dan Urwick. Sedangkan
fokus administrasi dalam paradigma
ini adalah struktur organisasi dan
fungsi manajemen.
Paradigma II adalah birokrasi Neo
Klasik. /Generasi Kedua adalah proses
pembuatan keputusan dengan pendekatan
ilmu perilaku, ilmu manajemen,
analisis sitem dan riset operasi.
Sedang lokusnya adalah keputusan
birokrasi pemerintah. Nilai yang
ingin diwujudkan sama dengan
paradigma I yaitu efisiensi,
efektifitas, ekonomi dan
rasionalitas.
Paradigma III. Generasi Ketiga adalah
kelembagaan yang memusatkan perhatian
pada pemahaman terhadap perilaku
birokrasi, termasuk perilaku dalam
pembuatan keputusan yang bersifat
gradual dan incremental.
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 30
Paradigma IV. Generasi Keempat adalah
hubungan kemanusiaan. Nilai yang
ingin dicapai oleh paradigma ini
adalah partisipasi dalam pembuatan
keputusan, minimalisasi perbedaan
status dan hubungan pribadi,
keterbukaan, aktualisasi diri dan
peningkatan kepuasan kerja. Fokus
dari paradigma ini adalah dimensi-
dimensi hubungan kemanusiaan dan
aspek sosial psikologis. Sedang
lokusnya adalah birokrasi dan
organisasi.
Generasi Kelima Administrasi Negara
untuk Pelayanan Publik.
Ada juga yang disebut dengan pengembangan
organisasi pemerintahan via konsep yang
dikemukakan oleh Osborn & Ted Gaebler yang
dikenal dengan 10 langkah Mewirausahakan
Birokrasi, kemudian lahir lagi konsep The
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 31
five’s Changing Gov’s DNA yaitu; (1) core
strategy; (2) consequensi strategy; (3)
customer strategy; (4) control strategy; (5)
culture strategy. Kesemua langkah dielaborasi
ke dalam aspek-aspek kepentingan seperti;
purpose untuk core’s; incentive untuk
consequences’s; accountability untuk
customer’s; power untuk control’s; dan culture
untuk culture strategy, yang tentunya
menggunakan pendekatan sesuai aspek pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Erliana Hasan, 2011, Filsafat Ilmu dan
Metodologi Penelitian,
Penerbit Ghalia, Jakarta.
___________, 2014, Filsafat Ilmu Dan metodologi
Penelitian,
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 32
Penerbit Ghalia Jakarta.
Erliana Hasan, 2010, Komunikasi Pemerintahan,
Penerbit
Universitas Terbuka, Indonesia.
Herman Soewardi, 2000. Mempersiapkan Kelahiran
Sains
Tauhidullah. Penerbit Bakti Mandiri.
Bandung.
Nicholas Henry, 1995. Administrasi Negara dan
Masalah
-Masalah Publik, Penerbit PT.Raja Grafindo
Persada.
Jakarta.
Wahyudi Kumorotomo, 2002. Etika Administrasi
Negara.
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Inu Kencana Syafiie, 2008. Sistem Administrasi
Negara
(SANRI) Penerbit PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 33
http://staf.unp.ac.id/yusrandy/index.php?
Itemid=9&id=42&option=com-conten&task=view
Prof. Dr. Hj. Erliana Hasan, M.Si. 5 Mei 2014 SESKO AU Lembang. Bandung Jawa Barat. Page 34