makalah perbandinga pemerintahan daerah doc af02e4013ca8090e8695eaa7ef223523
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desentralisasi menjadi salah satu alternatif sistem
pemerintahan di berbagai dunia pada saat ini. Menurut
Rondinelli, ada tiga pendorong dibutuhkannya
desentralisasi yaitu adanya kegagalan perencanaan
sentralistik, adanya kebutuhan pengembangan dan
pengelolaan program dan proyek pembangunan yang cepat dan
inovatif dan perkembangan kompleksitas masyarakat di daerah
yang berdampak pada kegiatan pemerintahan yang semakin
membengkak. Maka, penerapan sistem ini pun diterapkan di
beberapa negara dalam sistem pemerintahannya. Selain itu,
penerapan desentralisasi dianggap dapat memberikan
keuntungan dan manfaat bagi pelaksanaan pemerintahan yang
baik. Menurut Hulme merujuk Smith, ada dua manfaat dan
keuntungan utama dari desentralisasi yaitu, pertama secara
2
politik memiliki manfaat antara lain, pendidikan politik
bagi masyarakat, adanya keadilan politik karena distribusi
kekuasaan, tingginya akuntabilitas karena akses bagi
masyarakat luas semakin tinggi dan daya-tanggap pemerintah
semakin baik karena keterwakilan dan partisipasi semakin
tinggi. Kedua, dari sisi administrasi dan manajemen
manfaatnya diantaranya adalah perencanaan lokal dapat
dibangun semakin baik, koordinasi antar organisasi di
tingkat lokal dapat terwujud semakin nyata, tumbuhya
inovasi dan tentu beban kerja pemerintah pusat berkurang.
Di dunia ini kita mengenal tiga jenis tata kelola
pemerintahan yaitu Sentralisasi, Desentralisasi, dan
Dekonsentrasi. Hampir tidak ada satu pun negara di dunia
ini yang hanya memakai salah satu sistem tersebut, baik
sentralisasi saja, desentralisasi saja, maupun
dekonsentrasi saja. Salah satu tata kelola pemerintah yang
sekarang menjadi pilihan utama yang dominan bagi negara-
negara di dunia khususnya negara yang menjunjung tinggi
nilai demokrasi adalah desentralisasi. Bahkan negara-negara
yang amat kuat ciri otoriternya berusaha mendesain tata
politik pemerintahannya seakan-akan memenuhi asas
desentralisasi agar terkesan demokratis.
Desentralisasi adalah pelimpahan kewenangan dan
tanggung jawab (akan fungsi-fungsi publik) dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah. Semakin besar suatu negara
(dilihat dari penduduk dan luas wilayah) maka biasanya
semakin kompleks dan “heterogen” pemerintahannya, yang
3
tercermin dari tingkatan pemerintah daerah. Desentralisasi
(dan sentralisasi) adalah cara untuk melakukan penyesuaian
tata kelola pemerintahan dimana dilakukan distribusi fungsi
pengambilan keputusan dan kontrol. Secara garis besar,
dalam rangka melihat dampak atau kaitannya dengan layanan
publik dan kemiskinan, desentralisasi bisa dibedakan atas 3
jenis (Litvack, 1999); yaitu pertama Desentralisasi politik,
melimpahkan kepada daerah kewenangan yang lebih besar
menyangkut berbagai aspek pengambilan keputusan, termasuk
penetapan standar dan berbagai peraturan. Kedua, Desentralisasi
administrasi, berupa redistribusi kewenangan, tanggung jawab
dan sumber daya di antara berbagai tingkat pemerintahan.
Kapasitas yang memadai disertai kelembagaan yang cukup baik
di setiap tingkat merupakan syarat agar hal ini bisa
efektif. Ketiga, Desentralisasi fiskal, menyangkut kewenangan
menggali sumber-sumber pendapatan, hak untuk menerima
transfer dari pemerintahan yang lebih tinggi, dan
menentukan belanja rutin maupun investasi. Ketiga jenis
desentralisasi ini saling berkaitan dan untuk melihat
dampaknya kepada berbagai hal, tidak bisa dilakukan
evaluasi secara terpisah. Dari sekian banyak manfaat
desentralisasi bagi pembangunan negara, desentralisasi
memegang peranan penting khususnya dalam pembangunan
ekonomi suatu negara, baik pembangunan ekonomi di
pemerintah pusat maupun pembangunan ekonomi di tingkat
daerah. Dalam kondisi ekonomi global yang fluktuatif
seperti sekarang, perekonomian suatu negara tidak dapat
4
lagi hanya mengandalkan kekuatan ekonomi pusat. Banyak
negara berkembang berputar haluan ke berbagai bentuk
desentralisasi fiskal sebagai salah satu cara meloloskan
diri dari jebakan ketidakefisienan dan ketidakefektifan
pemerintah. Efisiensi dalam desentralisasi fiskal ditempuh
dengan tersedianya paket pengeluaran pajak yang berbeda
yang disertai mobilitas individu yang cukup membantu
terjadinya efisiensi produksi, yaitu jasa layanan
pemerintah ( Tiebout, 1956 ).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di
uraikan tersebut di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini adalah Bagaimana Desentralisasi
Politik pada Negara Jepang ?
BAB II
PEMBAHASAN
DESENTRALISASI POLITI NEGARA JEPANG
A. Sistem Pemerintahan Jepang
Jepang adalah negara kesatuan. Kekuasaan di Jepang
dibagi dalam tiga bentuk kekuasaan yaitu kekuasaan
5
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Diet adalah satu-
satunya badan legislatif, sedangkan fungsi kabinet sebagai
badan eksekutif dan mahkamah agung sebagai badan
yudikatif. Badan legislatif Jepang yang dikenal dengan
sebutan Diet terdiri dari the House of Representatives dan the
House of Councilors. The House of Representatives memiliki 500 kursi di
Diet dengan keanggotaan selama empat tahun masa jabatan.
Pemilihan umum biasanya diadakan sebelum akhir masa jabatan
para anggota dewan. Sedangkan, The House of Councilors memiliki
252 kursi yang masing-masing anggota dengan masa jabatan
enam tahun dan pemilihan setiap tiga tahun sekali untuk
sebagian anggota (UN ESCAP).
Kabinet adalah badan eksekutif yang berurusan dengan
hal-hal administrasi dan secara kolektif bertanggung jawab
kepada Diet dalam hal pelaksanaan tugas eksekutifnya power.
Oleh karena itu, sietem pemerintahan Jepang adalah sistem
parlementer. Ada kira-kira sebanyak 1,162,000 pegawai
pemerintah pusat yang bekerja pada kementrian dan Agencies
central government officials working for ministries and
agencies. Sedangkan, badan yudikatif terdiri dari tiga
tingkatan dengan Mahkamah Agung sebagai organ tertinggi.
Berikutnya ada 8 Pengadilan Tinggi, penanganan persidangan
yang disampaikan oleh Pengadilan Distrik, Ringkasan
Keluarga Pengadilan atau Pengadilan. Ada 50 Pengadilan
Distrik, 448 Pengadilan Summary menangani kejahatan yang
tidak terlalu berat dan 50 Pengadilan Keluarga yang
menangani sengketa keluarga (UN ESCAP).
6
B Desentralisasi Pemerintah Daerah Jepang
1. Pemerintahan Daerah Jepang
Pemerintah daerah memiliki dasar dalam konstitusi
Jepang yang dikenal sebagai bentuk perwujudan demokrasi
dan dibentuk sebagai bagian dari sistem pemerintahan
negara. Pembentukan pemerintah daerah di Jepang
berdasarkan kepada Undang-undang otonomi daerah .
Berdasarkan Undang-undang otonomi daerah, setiap
struktur pemerintah di tingkat daerah memiliki local
assembly (dewan kota) dan chief eksekutif (kepala eksekutif)
yang dipilih langsung masyarakatnya selama empat tahun
sekali (Ministry of Home Affair and Communications,
2009). Hubungan antara dewan-kota dan kepala eksekutif
adalah bentuk check and balance. Berdasarkan artikel UN
ESCAP, undang-undang otonomi daerah Jepang membagi
pemerintah daerah di bawah kepala eksekutif menjadi dua
kategori utama, yaitu ordinary local public entities dan special local
public entities. Pemerintah daerah terdiri dari prefektur dan
municipalities sebagai ordinary local public entities dan special
public entities terdiri distrik kota istimewa, koperasi
kota, distrik kota properti dan Korporasi Pembangunan
Daerah.
Pemerintah daerah yang termasuk kedalam kategori
local public entities di jepang memiliki dua tier atau
tingkat , terdiri dari 47 prefektur dan kira-kira 1777
municipalities (kota dan desa)yang eksis sampai tanggal
1 April 2009. Municipalities adalah unit dari pemerintah
7
daerah yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat
setempat. Sedangkan, prefectur mencakup daerah yang
lebih luas dari municipalities yang melaksanakan
sejumlah tugas-tugas yang beragam (UN ESCAP). Namun
demikian, kedudukan antara municipalities dan prefektur
sejajar.
Bila dilihat dari struktur organisasi administrasi,
organisasi perangkat daerah yang berada di bawah
kekuasaan eksekutif di prefektur maupun municipalities
memiliki cukup banyak perbedaan. Hal ini disebabkan oleh
adanya pembagian urusan dan tugas antara keduanya.
Berikut adalah struktur organisasi perangkat daerah yang
ada di prefektur dan municipalities.
Struktur organisasi perangkat daerah yang ada di
prefektur dan municipalities bisa dikatakan tidak
terlalu berbeda. Hanya saja, terdapat perbedaan tugas-
tugas departemen yang ada di bawah gubernur atau major.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan lingkup dan
cakupan tugas dari prefektur dan municipalities.
Dari segi pendidikan, keduanya memiliki dewan
pendidikan, namun yang membedakan adalah prefecture
bertanggung jawab atas pengelolaan sekolah menengah
keatas sedangkan municipalities bertanggung jawab dalam
penggajian guru yang mengajar di sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama. Selain itu, prefektur
bertanggung jawab dalam pengembangan perdagangan dan
indusri. Selain itu bertanggung jawab dalam hal
8
pertanian, kehutanan dan perikanan serta sejumlah besar
tugas dalam lingkup daerahnya. Hal ini mengakibatkan
pengeluaran di daerah ini lebih besar jika dibandingkan
dengan municipalities. Sedangkan, municipalities
melaksanakan berbagai tugas yang mencakup kesejahteraan
para lansia, kesejahteraan anak-anak dan biaya-biaya
sosial lainnya. Akibatnya, pengeluaran municipal dalam
hal kesejahteraan sosial tiga kali lebih banyak daripada
pengeluaran prefektur. Pengumpulan sampah dan pembuangan
atau pengelolaan sampah pada dasarnya dilaksanakan oleh
kota sehingga pengeluaran kota dalam hal kebersihan
menjadi tinggi.
Dalam hal pekerjaan umum, prefektur memiliki
tanggung jawab dalam pembangunan jalan prefektur,
manajemen sungai dan proyek perencanaan kota berskala
besar Sedangkan, kota bertanggung jawab membangun jalan
dibawah lingkup yuridiksinya dan sebagian besar dari
tugas pekerjaan umum ditangani dalam proyek perencanaan
kota. Administrasi kepolisian dilaksanakan oleh
prefektur sedangkan pemadam kebakaran ditangani oleh
kota. Prefektur sebagai suatu badan pemerintah daerah
yang daerahnya luas menyediakan pelayanan yang sulit
untuk disediakan oleh kota. Sedangkan, kota mampu
melaksanakan tugas-tugas yang lebih luas karena
merupakan pusat dari pelayanan yang secara langsung
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Dalam perbandingan internasional, pemerintahan daerah
9
Jepang melaksanakan beraneka-ragam tugas dan urusan-
urusan serta bertanggungjawab atas sejumlah besar tugas
(Ikawa, 2008).
2. Pembagian Urusan
Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dapat
berupa bentuk tersentraslisasi atau bentuk yang
terdesentralisasi. Hubungan yang tersentralisasi terjadi
dimana pemerintah pusat memiliki kewenangan dan sumber
keuangan yang lebih besar dibandingkan pemerintah
daerah. Dalam bentuk hubungan yang terdesentralisasi
dimana adanya transfer kewenangan dan sumber keuangan
dengan ukuran yang luas kepada pemerintah daerah .
Pemerintah daerah dan pemerintah pusat memiliki
wilayah yuridiksi yang berbeda. Struktur dari otonomi
daerah dan hubungan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah diatur dengan jelas dalam undang-
undang otonomi daerah dan berdasarkan kepada konstitusi
Jepang. Pembagian urusan pemerintah daerah dan pusat
dalam hal penyedian pelayanan publik atau mengenai
masalah-masalah administrasi.
Pada dasarnya urusan yang menjadi tanggungjawab
pemerintah daerah lebih banyak daripada pemerintah
pusat. Pemerintah pusat bertanggungjawab secara penuh
terhadap beberapa hal yaitu dalam hal diplomasi,
keamanan nasional, dan sistem pengadilan pidana.
Sedangkan pemerintah daerah memainkan peran penting
dalam stabilitas dan peningkatan kehidupan sehari-hari
10
masyarakatnya. Di antara banyak pelayanan publik,
pemerintah daerah memberikan pelayanan sehari-hari yang
paling dekat dengan masyarakat. Prefektur dan kota
menyelenggarakan berbagai pelayanan publik seperti
pendidikan, pekerjaan umum, kesehatan dan kebersihan,
perlindungan lingkungan, kesejahteraan sosial, jaminan
sosial, pertanian, kehutanan, perdagangan dan industri.
Fungsi pemerintah daerah tidak hanya menyediakan
pelayanan saja, melainkan juga memainkan fungsi
regulasi seperti pemeliharaan ketertiban umum, keamanan
publik dan kesejahteraan, termasuk perawatan dan kontrol
dari remaja atau pencegahan polusi. Dengan demikian,
tanggung jawab pemerintah daerah mencakup berbagai
fungsi,kecuali diplomasi, keamanan nasional, dan sistem
pengadilan pidana. Akibatnya, pengeluaran pemerintah
lokal semakin tinggi.
Jadi, pembagian urusan pemerintah pusat dan daerah
di Jepang dapat dilihat dari beberapa urusan berikut ini
(Ministry of Home Affairs and Communication, 2007) :
Terkait urusan Keamanan, seperti diplomasi,
pertahanan, peradilan, dan hukuman pidana ditangani
oleh Pemerintah Pusat. Sedangkan, kepolisian dikelola
oleh prefektur ; dan pertahanan kebakaran dan
pendaftaran anggota keluarga adalah tanggung jawab
pemerintah kota. Selanjutnya, terkait dengan urusan
penjaminan biaya-biaya sosial, seperti pembangunan
jalan dan sungai-sungai yang berskala besar dan
11
membentang di daerah yang luas diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat, yang lainnya adalah tanggung jawab
wilayah tersebut. Pelabuhan dan perumahan rakyat
dikelola oleh baik prefektur maupun kota kota.
Terkait urusan pendidikan, Universitas akan ditangani
oleh Pemerintah Pusat; sekolah menengah keatas dan
pendidikan khusus diselenggarakan prefektur sedangkan
sekolah menengah pertama, sekolah dasar dan TK
diselenggarakan oleh pemerintah kota.Urusan
kesejahteraan, kesehatan dan sanitasi yang meliputi,
lisensi dan perizinan dikeluarkan oleh Pemerintah
Pusat; pelaksanaan jasa yang sebenarnya adalah
tanggung jawab wilayah daerah tersebut.
Terakhir, terkait urusan industri dan ekonomi,
misalnya hal-hal yang mempengaruhi bangsa secara
keseluruhan dikelola oleh Pemerintah Pusat, sedangkan
pengembangan ekonomi daerah diserahkan kepada daerah.
C. Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah di Jepang Dalam
Konsep Desentralisasi
1. Penerimaan Pemerintah Daerah
Penerimaan pemerintah daerah di Jepang berasal
dari dua sumber utama yaitu pajak daerah dan sumber
penerimaan umum. Penerimaan pajak daerah dapat
mencapai 40% dari total keseluruhan penerimaan.
Dimana Penerimaan dominan berasal dari pajak,
khususnya pajak daerah. Walaupun sudah menjadi suatu
12
hal yang wajar bagi suatu pemerintah daerah memenuhi
pembiayaan yang harus dikeluarkannya denganpenerimaan
yang yang berasal dari daerahnya sendiri, masih ada
perbedaan yang besar dalam kemampuan keuangan
diantara daerah. Oleh karena itu, pemerintah pusat
bertanggungjawab melakukan suatu tindakan penyesuaian
atas perbedaan keuangan antar daerah yang dilakukan
melalui penyamaan beban pajak dan penetapan standar
minimum nasional pelayanan publik diantara seluruh
daerah Jepang. Hubungan Pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah dalam rangka penyesuaian keuangan
antar daerah dapat terlihat dari adanya sumber
penerimaan daerah berikut :
Local transfer tax, dana yang dipungut sebagai pajak
nasional dan pusat dan ditransfer ke pemerintah
daerah
Special local grant, sumber pendapatan yang tidak
berasal dari pajak daerah, melainkan bentuk bantuan
khusus kepada daerah yang mengalami penurunan pajak
daerah akibat pemotongan pajak tahun anggaran 1999.
Local allocation tax, sumber pendapatan intrinsik
lokal yang bertujuan untuk menyesuaikan
ketidakseimbangan dalam sumber-sumber pendapatan
pemerintah daerah dan menjamin setiap pendapatan
pemerintah daerah agar dapat memberikan pelayanan
publik bagi penduduk sesuai dengan tingkat standar
minimum nasional.
13
National treasury disbursements, dana disalurkan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
keperluan tertentu.
Local government borrowings (Local bonds), pinjaman
pemerintah daerah yang tidak diganti dalam tahun
fiskal.
Terlihat bahwa penerimaan pemerintah daerah
terbesar adalah pajak daerah yang dapat mencapai
kisaran 40 %.
Adanya Pembagian urusan antara pemerintah pusat
dan daerah tentu memiliki dampak dalam pembagian
keuangan. Perimbangan keuangan menjadi hal yang
mutlak dimana pemerintah daerah dan pusat melakukan
sharing atas penerimaan yang didapat baik di pusat
maupun di daerah.Local Allocation Tax grant, sumber
penerimaan negara yang berasal dari dana perimbangan
pemerintah pusat, dimana dana ini diberikan untuk
menjaga ketersedian penerimaan (kas daerah) sehingga
setiap daerah dapat menyediakan pelayanan sesuai
dengan standar nasional yang telah ditetapkan. Dana
alokasi lokal pajak dibagi menjadi dana alokasi pajak
lokal biasa (94%) dan dana alokasi khusus (6%). Dana
yang dikumpulkan pada tingkat daerah mencapai hampir
35% dari total pendapatan daerah, salah satu rasio
tertinggi di dunia dan jauh melebihi rata-rata untuk
negara-negara OECD.
14
Komposisi penerimaan pajak nasional dari pajak
pendapatan, konsumsi dan properti sebagai berikut.
Skema perpajakan jepang pascaperang terutama
difokuskanpada pajak pendapatan, ekonomi jepang yang
curam mendorong pertumbuhan pendapatan pajak
penghasilan pribadi karena struktur tarif pajak
progresif dan juga memberikan kontribusi terhadap
kenaikan pendapatan aktiva pajak tangguhan pajak. Hal
yang menyebabkan rasio pendapatan pajak tinggi karena
pendapatan tinggi, pada tahun anggaran 1974 mencapai
72,0%. Pertumbuhan ekonomi Jepang yang melambat
mengakibatkan berkurangnya penerimaan dalam segi
pajak pendapatan. Lalu pada tahun anggaran 1991,
setelah pertumbuhan ekonomi kembali membaik, pajak
penghasilan kembali meningkat sebesar 70%. Hal ini
dapat terjadi karena adanya reformasi pajak pada
tahun anggaran 1988-1994, selain itu hal ini juga
mengakibatkan semakin tingginya pajak komsumsi.
Hal ini yang telah membuat Jepang sebagai salah
satu negara yang distribusi kesejahteraannya paling
tinggi. Ini dibuktikan dengan adanya bantuan pusat
ke daerah guna memenuhi standar pelayanan kepada
masyarakat. Ada dua hal penting mengenai adanya dana
perimbangan ini. Pertama, adanya sejumlah besar dana
yang ditransfer ke daerah oleh pusat. Contohnya,
rasio penerimaan pemerintah daerah dengan total
penerimaan nasional naik dari 37 % menjadi 53%
15
setelah adanya transfer . Tingginya dana yang
ditransfer merefleksikan fakta bahwa kira 70% dari
pengeluaran publik secara umum dan 80% modal
digunakan oleh pemerintah daerah di Jepang. Jumlah
dana yang dibagi pemerintah pusat ke daerah ,artinya
dana perimbangan yang ada di Jepang lebih tinggi
dari rata-rata dana perimbangan di negara-negara
OECD. Kedua, dana perimbangan ini diberikan tidak
secara proporsional, maksudnya daerah-daerah yang
lemah atau lebih sedikit penerimaan daerahnya maka
akan mendapat lebih banyak dana perimbangan. Ini
menunjukkan bahwa daerah miskin mendapatkan
proporsionallebih dengan cara transfer (Iqbal,
2001).
Dengan kata lain, daerah yang kemampuan
fiskalnya lebih rendah, maka akan mendapatkan
transfer dana yang lebih tinggi. Contohya, Tokyo
memiliki pajak daerah yang tertinggi sebesar 196000
yen per capita sedangkan Okinawa memiliki level
terendah yang hanya mencapai 60,000 yen per capita.
Setelah ditransfer, Tokyo memiliki penerimaan total
sebesar 206,000 yen per capita sedangkan Okinawa
mencapai angka 213,000 yen.
Namun demikian, pada prinsipnya otoritas final
mengenai distribusi pajak alokasi lokal (local
allocation tax) berada di keputusan Majelis Nasional.
Menurut hukum, penetapan Local Allocation Tax (LAT)
16
harus didasarkan pada penggunaan rumus yang seragam
bagi seluruh daerah. Kementrian dalam negeri atau
ministry of home affairs (MOHA) bertanggung jawab
atasoperasi (menghitung jumlah LAT) dari dana
transfer yang akan diberikan dan menentukanmodifikasi
coefficients. Pemberian otoritas final ini bertujuan
untuk menyetujuiformula dan biaya per unit dimana
mekanisme yang ketat ini merupakan mekanisme yang
penting untuk mencegah setiap upaya manipulasi
distribusi dana yang ada.
Selain itu, penentuan tingkat dan besaran LAT
juga diberikan kepada Moha secara fleksibel, karena
Moha memiliki kewenangan untuk menentukan koefisien
yang digunakan untuk menentukan besar LAT untuk
masing-masing pemerintah daerah.
Di samping itu, Moha memiliki tanggung jawab
untuk mengumpulkan data, yang digunakan untuk
perhitungan LAT dan untuk membuat suatu list
tingkatan diantara data daerah yang terkumpul. Dan
masing-masing Gubernur berkewajiban untuk menyajikan
data ini untuk Moha, dan walikota masing-masing wajib
untuk menyajikan data kegubernur. Jadi, pemerintah
daerah tidak memiliki otoritas apapun dalam
menentukan besaran LAT yang didapatkannya. Pada
intinya, hanya Moha yang menghitung LAT. Kerangka
hukum memastikan bahwa tidak ada wilayah tunggal atau
pejabat senior secara efektif
17
mempengaruhi distribusi LAT terhadap daerah tertentu
tanpa mempengaruhi banyak daerah lainnya.
Moha sendiri tentu memiliki rumus dalam
menentukan LAT, namun demikian ,secara umum ada
beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan
pemerintah pusat untuk memberikan sejumlah transfer
dana ke daerah , yaitu :
1. Berdasarkan kepada ukuran kebutuhan lokal akan
pelayanan dasar.
Bila suatu daerah memiliki luas wilayah yang lebih
luas, maka kebutuhan masyarakat akan pelayanan
tentu akan semakin besar pula pembiayaan daerahnya.
2. Berkaitan dengan ukuran kemampuan keuangan
lokal.
Perhitungan kemampuan keuangan lokal, dapat
dirumuskan sebagai berikut, total kapasitas
keuangan daerah kemudian dikurangkan dari total
pengeluaran.
3. Sumber daya yang dimiliki daerah tersebut.
Semakin banyak sumber daya, maka akan semakin
banyak penerimaan dan pemasukan yang dapat
dihasilkan.
Bentuk perimbagan keuangan Jepang yang seperti
ini membawa suatu masalah dimana terlihat bahwa ada
kesenjangan yang cukup lebar antara penerimaan dengan
pengeluaraan Negara. Hal ini merupakan masalah
18
politik yang sangat besar di Jepang (Kohno Takeshi,
14/03/2006).
Kebijakan jangka pendek untuk mengatasi masalah
ini adalah dengan mengizinkan daerah menerbitkan
obligasi, tetapi dalam jangka panjang hal tersebut
akan mengakibatkan terjadinya defisit keuangan daerah
serta semakin menurunnya kemampuan keuangan Negara
untuk membayar utang kepada rakyat. Menurut pendapat
Mr. Yamazaki Motoki, Director International Affairs
Office for Local Authorities dari Kementrian Dalam
Negeri Jepang, ada beberapa alternatif kebijakan yang
dapat diambil untuk mengatasi hal tersebut:
a. Menaikkan pajak, jika langkah ini diambil, maka
dapat menjadi masalah politik yang sangat tajam.
Perdana Menteri Koizumi tidak melakukan hal ini.
b. Mangurangi bagi hasil pajak ke daerah. Walaupun
hal ini agak sulit, tapi dapat dicoba karena
kebijakan ini lebih baik daripada menaikkan pajak
dengan asumsi bahwa penerimaan pajak dapat maksimal
c. Mengurangi subsidi. Jika kebijakan ini diambil
maka berbagai jenis pelayanan kepada masyarakat
akan berkurang
d. Mengurangi kualitas pelayanan kepada
masyarakat. Walaupun kebijakan ini akan sulit
diterima oleh rakyat tapi harus dilakuan misalnya
pemotongan gaji pegawai pemerintah daerah dan
sebagainya
19
Selain upaya-upaya diatas, pemerintah Jepang
juga melakukan suatu tindakan yang dapat mengurangi
ketergantungan daerah atas dana alokasi yang
diberikan pusat. Usaha tersebut berupa program yang
disebut ”trinity reform ”. "Reformasi trinitas"
dilakukan pada sistem lokal pajak di Jepang antara
tahun 2004 fiskal dan 2006.
Sebagai hasilnya, pajak lokal secara bertahap
meningkat, dan pada tahun anggaran 2007 pemerintah
daerah di Jepang mempertangungjawabkan hampir 43,3%
dari seluruh pendapatan pemerintah daerah. Sedangkan
pos-pos penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat
mengalami penurunan seperti local allocation and
transfer taxes (chikofuzei and chihoujoyozei; 17.8%),
national treasury disbursements (kokko shishutsukin;
11.2%), and local government bonds (chihosal, 11,8%)
BAB III
PENUTUP
Seiring dengan alasan tentang perlunya desentralisasi
tersebut, maka desentralisasi secara umum dapat dikelompokkan
20
menjadi empat tipologi, yaitu (a) desentralisasi politik, (b)
desentralisasi administratif, (c) desentralisasi fiskal dan
(d) desentralisasi pasar atau desentralisasi ekonomi.
Desentralisasi politik bertujuan untuk memberikan kepada
rakyat akses terhadap pengambilan keputusan publik, sedangkan
desentralisasi administratif lebih berfokus pada redistribusi
kewenangan dan tanggungjawab dalam penyediaan jasa layanan
umum antara jenjang pemerintahan yang berbeda. Dalam hal ini,
desentralisasi administratif memiliki tiga bentuk utama, yakni
dekonsentrasi, delegasi dan devolusi. Selanjutnya,
desentralisasi fiskal bertujuan untuk memberi kewenangan
kepada lembaga-lembaga lokal untuk menjalankan fungsi-fungsi
yang telah diserahkan/dilimpahkan, sekaligus merumuskan
keputusan tentang pengeluaran anggaran, serta kewenangan untuk
menggali sumber-sumber pendapatannya sendiri. Adapun
desentralisasi ekonomi atau pasar diarahkan pada terjadinya
alih tanggungjawab dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi
pemerintah dari sektor publik kepada sektor privat.
Desentralisasi pasar ini merupakan bentuk sempurna dari
desentralisasi, yang secara konkrit dapat berupa kebijakan
privatisasi atau deregulasi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Maksum, Irfan Ridwan. (2010, Maret). Aspek Spasial dalampembangunan Update on national data on asthma. Presentasi dalamkuliah Administrasi Pembangunan Univeristas Inonesia,Depok.
Susiyati Bambang Hirawan, Desentralisasi Fiskal Sebagai SuatuUpaya Meningkatkan Penyediaan Layanan Publik. SusiyatiBambang Hirawan, Desentralisasi Fiskal Sebagai SuatuUpaya Meningkatkan Penyediaan Layanan Publik(Bagi OrangMiskin) di Indonesia, Pidato pada Upacara Pengukuhansebagai Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Ekonomi padaFakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta, 24Pebruari 2007
Budiardjo, Miriam. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PTGramedia Pustaka Utama.
Hyun-A Kim. The Determinants and Measurement of Fiscal Decentralization inKorea. Republic of Korea : Research Fellow KoreaInstitute of Public Finance.
Prasojo, Eko, dkk. 2006. Desentralisasi dan pemerintahan daerah: antara model demokrasi local dan efisiensi structural. Depok : Departemen Ilmu administrasi Fakultas Ilmu Social dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Subakti, Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PTGrasindo.
22
http://www.nta.go.jp/foreign_language/report2003/text/01/01.htm, diunduh pada 2 Mei 2010
Watidihati , Eulis. 2008. Laporan Studi Banding DPR RI ke JICA,
http://web-japan.org/factsheet/en/pdf/e10_local.pdf, diunduh
pada 2 Mei 2010
Japan Fact Sheet, Local Self Government, http://web-japan.org/factsheet/en/pdf/e10_local.pdf, diunduh pada 2 Mei 2010.
http://www.djpk.depkeu.go.id/datadb/101/
http://siteresources.worldbank.org/WBI/Resources/wbi37179.pdf
http://www.geonames.org/KR/administrative-division-south-korea.html
http://www.tradingeconomics.com/Economics/GDP-Growth.aspx?Symbol=JPY
http://www.clair.or.jp/j/forum/other_data/pdf/20100216_soumu_e.pdf
http://siteresources.worldbank.org/WBI/Resources/wbi37171.pdf
http://www.unescap.org/huset/lgstudy/country/korea/korea.htmlhttp://www.unescap.org/huset/lgstudy/country/japan/japan.htmlwww.grips.ac.jp/~coslog/activity/01/03/file/up-to-date-
4_en.pdfwww.soumu.go.jp/english/pdf/lpfij.pdf
23
MAKALAH
DESENTRALISASI POLITIK NEGARA JEPANG
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PERBANDINGAN PEMERINTAHAN DAERAH
24
Disusun Oleh
RAHIMULLAH (D1B112 )
RIO PRATAMA PUTRA.K (D1B112028)
RONALDO IFANDARI (D1B112059)
M. ZAINAL ARIFIN (D1B112065)
A.RUSADI (D1B112038)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2014DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................1
A. Latar Belakang .....................................1
B. Rumusan Masalah.....................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................3
25
A. Sistem Pemerintahan Jepang..........................3
B Desentralisasi Pemerintah Daerah Jepang.............3
C. Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah di Jepang
Dalam
Konsep Desentralisasi...............................7
BAB III PENUTUP..............................................12
DAFTAR PUSTAKA