pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal

39
KARYA ILMIAH TERAPAN PENGARUH KELEBIHAN DAN PERGESERAN MUATAN DI ATAS KAPAL TERHADAP STABILITAS KAPAL Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran ABDULLAH RIZKI BARAKAHTU HELMY PUTRA NIT 05.17.025.1.53 AHLI NAUTIKA TINGKAT III PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA TAHUN 2021

Upload: khangminh22

Post on 12-May-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KARYA ILMIAH TERAPAN

PENGARUH KELEBIHAN DAN PERGESERAN MUATAN DI

ATAS KAPAL TERHADAP STABILITAS KAPAL

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran

ABDULLAH RIZKI BARAKAHTU HELMY PUTRA

NIT 05.17.025.1.53

AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN

POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

TAHUN 2021

PENGARUH KELEBIHAN DAN PERGESERAN MUATAN DI

ATAS KAPAL TERHADAP STABILITAS KAPAL

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran

ABDULLAH RIZKI BARAKAHTU HELMY PUTRA

NIT 05.17.025.1.53

AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN

POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

TAHUN 2021

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abdullah Rizki Barakahtu Helmy Putra

Nomor Induk Taruna : 05.17.025.1.53

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul:

PENGARUH KELEBIHAN DAN PERGESERAN MUATAN DI ATAS

KAPAL TERHADAP STABILITAS KAPAL

Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan

yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.

Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya sendiri menerima sanksi

yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA,…………………….

ABDULLAH RIZKI B.H.P

iii

PERSETUJUAN SEMINAR

KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul

Nama Taruna

: PENGARUH KELEBIHAN DAN PERGESERAN

MUATAN DI ATAS KAPAL TERHADAP

STABILITAS KAPAL

: ABDULLAH RIZKI BARAKAHTU HELMY PUTRA

Nomor Induk Taruna : 05.17.025.1.53

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan

SURABAYA,…………..........

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

ANAK AGUNG NGURAH

ADE DWI PUTRA YUDHA,

S.SiT, M.Pd.

Penata Tk. I (III/d)

NIP. 19830226.201012.1.003

ANTONY DAMANIK, S.E

Penata Tk. I (III/d)

NIP. 19750911.199703.1.005

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

CAPT. TRI MULYATNO BUDHI HARTONO, S.Si. T., M.Pd

Penata (III/c)

NIP. 19751101.200912.1.002

iv

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

oleh karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah Terapan ini dengan judul:

“PENGARUH KELEBIHAN DAN PERGESERAN MUATAN DI ATAS

KAPAL TERHADAP STABILITAS KAPAL”.

Karya Ilmiah Terapan (KIT) merupakan salah satu persyaratan baku

Taruna untuk menyelesaikan studi program Diploma III dan wajib diselesaikan

pada periode yang ditetapkan. KIT merupakan proses penyajian keadaan tertentu

yang dialami Taruna pada saat melaksanakan Praktek Laut (PRALA) ketika

berada di atas kapal.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini

masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa, susunan kalimat,

maupun cara penulisan serta pembahasan materi akibat keterbatasan penulis

dalam penguasaan materi, waktu, dan data-data yang diperoleh.

Untuk itu penulis senantiasa menerima kritikan dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Penulisan karya tulis ilmah ini

dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak, olehnya itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada kedua orang

tua dan saudara tercinta, serta senior-senior yang selalu memberi dukungan baik

moril maupun material serta kepada:

1. Direktur Politenik Pelayaran Surabaya

2. Ketua Jurusan Nautika.

vi

3. Bapak Anak Agung Ngurah Ade Dwi Putra Yudha, S.SiT, M.Pd. selaku dosen

pembimbing materi sekaligus penguji pertama.

4. Bapak Antony Damanik, S.E. selaku dosen pembimbing sekaligus penguji

kedua.

5. Para dosen di Politeknik Pelayaran Surabaya pada umumnya dan para dosen

jurusan Nautika pada khususnya yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan yang sangat bermanfaat.

6. Rekan-rekan taruna/i Politeknik Pelayaran Surabaya dan pihak yang membantu

dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

menyelesaikan makalah ini.

Terima kasih kepada beliau dan semua pihak yang telah membantu,

semoga semua amal dan jasa baik mereka dapat imbalan dari Allah SWT.

Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan

di dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap semoga karya tulis

ilmiah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan penulis serta berguna bagi

pembaca.

SURABAYA,…………………

ABDULLAH RIZKI B.H.P

vii

ABSTRAK

ABDULLAH RIZKI B.H.P, Pengaruh Kelebihan Dan Pergeseran Muatan

Diatas Kapal Terhadap Stabilitas Kapal. Dibimbing oleh Bapak Anak Agung

Ngurah Ade Dwi Putra Yuda, S.SiT, M.Pd. dan Bapak Antony Damanik, S.E.

Stabilitas adalah kemampuan sebuah kapal untuk kembali tegak semula

setelah miring yang disebabkan pengaruh gaya – gaya dari luar seperti angin atau

ombak. Peraturan keselamatan internasional, yang telah ditetapkan pada bulan

November 1993, yaitu resolusi A.741 (18). Komisi keselamatan maritime dari

IMO (Internation Maritime Organization) sedang mengembangkan persyaratan

untuk diterima oleh para pihak yang menandatangani Konvensi Internasional

untuk Keselamatan Jiwa di Laut SOLAS 1974 (Safety Of Life At Sea 1974),

dimana dipenuhinya ISM Code menjadi keharusan.

Internasional Safety Management (ISM) Code adalah aturan manajemen

internasional untuk pengoperasian kapal secara aman dan untuk pencegahan

pencemaran, yang diterapkan oleh siding IMO dan yang dapat diamandemen oleh

organisasi. Tujuan dari peraturan ini adalah memastikan keselamatan di laut,

mencegah cedera atau hilangnya jiwa manusai serta menghindari kerusakan

lingkungan khususnya lingkungan laut dan kerusakan harta benda.

Menyadari bahwa semua operasi dikapal dapat mempengaruhi keselamatan

dan pencegahan polusi, perusahaan perlu mempertimbangkan untuk membagi

semua operasi yang berkaitan dengan keselamatan di kapal, Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pengaturan muatan peti kemas yang menyimpang dari bay

plan dapat diselesaikan dengan dibuatnya bay plan dengan tepat, memastikan data

dan jumlah yang akan dimuat, selalu melakukan komunikasi dengan baik setiap

kegiatan, dan mengawasi saat proses memuat dan sistem pengamanan muatan peti

kemas harus sesuai standar operasional prosedur.

Kata kunci: peraturan keselamatan internasional, stabilitas kapal, bay plan.

viii

ABSTRACT

ABDULLAH RIZKI B.H.P, Excess Influence and Shifting the Above Load

on the Ship to Ship Stability. Supervised by Mr. Anak Agung Ngurah Ade Dwi

Putra Yuda, S.SiT, M.Pd. and Mr. Antony Damanik, S.E.

Stability is the ability of a ship to return to its original position after tilting

due to the influence of external forces such as wind or waves. International safety

regulations, which were established in November 1993, namely resolution A.741

(18). The maritime safety commission of the IMO (Internation Maritime

Organization) is developing requirements to be accepted by those who signed the

International Convention for Life Safety at the Sea of SOLAS 1974 (Safety Of Life

At Sea 1974), where the fulfillment of the ISM Code is a must.

International Safety Management (ISM) Code is an international

management rule for safe operation of ships and for pollution prevention, which

is implemented by IMO sessions and which can be amended by the organization.

The purpose of this regulation is to ensure safety at sea, prevent injury or loss of

human life and avoid environmental damage, especially the marine environment

and property damage.

Recognizing that all shipboard operations can affect safety and pollution

prevention, the company should consider sharing all operations related to safety

on board, The results show that the arrangement of container loads that deviate

from the bay plan can be resolved by making a proper bay plan, ensuring data

and the amount to be loaded, always communicate well for each activity, and

supervise the loading process and the container cargo security system must

comply with standard operating procedures.

Keywords: international safety regulations, ship stability, bay plan.

ix

DAFTAR ISI

PENGARUH KELEBIHAN DAN PERGESERAN MUATAN DI ATAS KAPAL

TERHADAP STABILITAS KAPAL ......................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................. ii

PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN ..................................... iii

PENGESAHAN MAKALAH KARYA ILMIAH TERAPAN Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ................................................... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

BAB I ................................................................................................................... 2

PENDAHULUAN.................................................................................................. 2

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 2

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 4

BAB II .................................................................................................................. 6

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 6

A. Landasan Teori ........................................................................................................ 6

1) Pengertian Stabilitas ......................................................................................... 7

2) Pengertian ISM CODE .................................................................................... 10

3) Pengertian kapal kontainer ............................................................................ 14

4) Pengertian muatan kontainer ........................................................................ 16

5) Pengertian Bay Plan ........................................................................................ 18

B. Kerangka Pemikiran .............................................................................................. 21

BAB III ............................................................................................................... 22

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 22

A. Jenis Penelitian ...................................................................................................... 22

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 23

C. Jenis dan Sumber Data .......................................................................................... 23

D. Pemilihan Informan............................................................................................... 24

x

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 24

F. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 25

BAB IV ............................................................................................................... 27

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................................... 27

B. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 29

1. Penyajian data ................................................................................................. 29

2. Analisi data ...................................................................................................... 32

C. PEMBAHASAN ................................................................................................... 33

1. Pengaturan muatan peti kemas yang menyimpang dari Bay Plan. ............ 33

2. Sistem pengamanan muatan kontainer di atas kapal .................................. 40

BAB V ................................................................................................................ 51

PENUTUP ......................................................................................................... 51

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 51

B. Saran ..................................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 53

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.1. Stabilitas kapal. .................................................................................. 9

Gambar 2.2. Bay Plan KM.Pulau Layang… ......................................................... 19

Gambar 4.1. KM. Pulau Layang ........................................................................... 28

Gambar 4.2. Kejadian kapal miring… .................................................................. 30

Gambar 4.3. Kejadian kelebihan muatan kontainer .............................................. 32

Gambar 4.4. Foto kejadian pergeseran muatan ..................................................... 39

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aplikasi ISM Code diberlakukan untuk semua kapal, tetapi dalam

pelaksanaannya, masih banyak terjadi kecelakaan pelayaran, dan seusai

informasi dirjen perhubungan laut yang dimuat dimajalah kemudi, edisi 12,

bulan Agustus 2008 adalah sebagai berikut:

a. Tahun 2005 terdapat 125 kasus yang terdiri dari 25 kasus kapal tenggelam,

36 kasus kebakaran, 21 kasus tubrukan, 32 kasus yang menyebabkan terjadi

ancaman jiwa manusia dan harta benda, dan 11 kasus penyebab lainnya,

selain itu sebanyak 131 orang meninggal, dan kerugian barang 350 ton.

b. Tahun 2006 meningkat sebanyak 143 kasus, terdiri 72 kasus kapal

tenggelam, 14 kasus tubrukan, 57 kasus lainnya, selain itu 727 orang

meninggal dengan kerugian barang 2.558 ton, dan kendaraan 31 unit, serta

hewan 425 ekor.

c. Tahun 2007 menurun menjadi 119 kasus terdiri dari 58 kasus kapal

tenggelam, 12 kasus kebakaran, 10 kasus tubrukan, 14 kasus kandas, 1

kasus mesin rusak, 9 kasus lainnya, 124 orang meninggal, kerugian muatan

3.949 ton.

Penyebab utama kecelakaan karena KELEBIHAN MUATAN yang

diangkut melebihi DWT kapal, dan tidak mematuhi aturan LAYAK LAUT,

seperti muatan tidak diikat (dilashing) dengan alasan jarak pelabuhan tujuan

3

dekat, hanya memerlukan waktu kurang dari satu hari (contoh dari sampit ke

semarang).

Dari kasus kecelakaan kapal tersebut diatas, ada 155 kasus kapal tenggelam,

yang disebabkan kelebihan muatan serta muatan tidak dilashing dengan kuat,

sehingga saat cuaca buruk selama dalam pelayaran, daya apung cadangan (free

board) berkurang dan muatan bergeser berakibat terjadi permanent list

(kemiringan tetap) dan akan bertambah miring bila dihantam ombak, dan

akhirnya tenggelam, untuk itu kasus tersebut akan dibahas dari aspek teori

STABILITAS KAPAL.

Stabilitas kapal adalah kemampuan sebuah kapal untuk kembali ke posisi

semula jika kapal tersebut mendapatkan dorongan gaya dari dalam maupun

dari luar. kemampuan ini sangat penting karena sangat erat hubungannya

dengan keselamatan kapal, bayangkan kalau kapal kita tidak mempunyai

kemampuan untuk kembali ke posisi semula dan jika terjadi dorongan dari luar

(ombak/gelombang) dari kiri hingga kapal miring ke kanan maka kapal akan

miring dan tidak akan kembali ke posisi semula sehingga collaps (terbalik).

Karena pentingnya keselamatan ini maka kita sebagai engineer

mengusahakan agar kapal tersebut mempunyai kemampuan untuk kembali

kepada posisi semula, dalam hal ini International Maritim Organization (IMO)

melalui 2 konvensinya telah menetapkan ukuran kemampuan minimal yang

harus dimiliki oleh kapal dalam stabilitasnya agar kapal tersebut ada jaminan

mampu bertahan menghadapi keadaan di laut nanti jika mendapatkan gaya dari

luar.

4

Untuk mendapatkan stabilias yang cukup dan ideal seorang engineer perlu

melakukan perhitungan yang dilakukan dengan berbagai pertimbangan dan

disesuaikan dengan keadaan/situasi kapal, sehingga diperlukan suatu

pengatahuan di bidang stabilitas dan perkapalan.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengangkat sebuah judul

penelitian: “Pengaruh Kelebihan Dan Pergeseran Muatan Di Atas Kapal

Terhadap Stabilitas Kapal”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan teori stabilitas kapal dan ISM Code, bahwa prinsip memuat

adalah melindungi kapal, melindungi muatan, dan melindungi ABK, harus

diperhatikan agar kapal dalam keadaan aman setiap saat, oleh karena itu

rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana cara menangani kelebihan

dan pergeseran muatan diatas kapal untuk menjaga stabilitas pada kapal?

C. Tujuan Penelitian

Dalam tujuan diadakan penelitian ini yaitu: Untuk mengatahui bagaimana

cara manangani kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal untuk menjaga

stabilitas pada kapal.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

5

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam

perkembangan ilmu pelayaran tentang pengaruh kelebihan dan

pergeseran muatan di atas kapal terhadap stabilitas kapal.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan serta tambahan

pengetahuan tentang pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas

kapal terhadap stabilitas kapal.

6

BAB II

A. Landasan Teori

TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh pengaturan muatan (stowage) di atas kapal terhadap stabilitas

merupakan tugas pokok bagi perwira deck, dimana stabilitas adalah

kemampuan sebuah kapal untuk kembali tegak semula, setelah kapal

mengalami kemiringan akibat pengaruh gaya – gaya dari luar kapal seperti

(ombak, angin), selain itu juga mencegah terjadinya kemiringan yang

diakibatkan gaya – gaya dari dalam kapal seperti pengaturan muatan yang

menyebabkan kondisi stabilitas negatif, atau penempatan muatan yang tidak

seimbang terhadap center line seperti pemuatan terkonsentrasi di bagian atas

(tambahan muatan di deck), atau kelalaian muatan di kapal tidak diikat kuat

(di-lashing), sehingga bila mengalami cuaca buruk di laut lepas, maka muatan

akan bergeser dan akan mengalami kemiringan tetap, yang akan

membahayakan bagi keselamatan kapal secara keseluruhan ( Soegiyanto,

2008).

Di dalam kurikulum mencakup fungsi, kompetinsi, subyek/mata kuliah,

topik dan sub topic diajarkan sesuai dengan lesson plan/satuan acara

pembelajaran, dalam penulisan ini adalah stabilitas kapal, dengan tujuan agar

bagi calon perwira kapal mengerti dan memahami sebagai bekal untuk

melaksanakan tugas sebagai perwira deck di kapal, adapun secara garis besar

pengetahuan stabilitas adalah sebagai berikut.

7

1) Pengertian Stabilitas

Stabilitas adalah keseimbangan dari kapal, merupakan sifat atau

kecenderungan dari sebuah kapal untuk kembali kepada kedudukan semula

setelah mendapat senget (kemiringan) yang disebabkan oleh gaya-gaya dari

luar (Rubianto, 1996). Sama dengan pendapat Wakidjo (1972), bahwa

stabilitas merupakan kemampuan sebuah kapal untuk menegak kembali

sewaktu kapal menyenget oleh karena kapal mendapatkan pengaruh luar,

misalnya angin, ombak dan sebagainya.

Secara umum hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan kapal dapat

dikelompokkan kedalam dua kelompok besar yaitu:

a. Faktor internal yaitu tata letak barang/cargo, bentuk ukuran kapal,

kebocoran karena kandas atau tubrukan.

b. Faktor eksternal yaitu berupa angin, ombak, arus dan badai.

Oleh karena itu maka stabilitas erat hubungannya dengan bentuk kapal,

muatan, draft, dan ukuran dari nilai GM. Posisi M (Metasentrum) hampir

tetap sesuai dengan style kapal, pusat buoyancy B (Bouyancy) digerakkan

oleh draft sedangkan pusat gravitasi bervariasi posisinya tergantung pada

muatan. Sedangkan titik M (Metasentrum) adalah tergantung dari bentuk

kapal, hubungannya dengan bentuk kapal yaitu lebar dan tinggi kapal, bila

lebar kapal melebar maka posisi M (Metasentrum) bertambah tinggi dan

akan menambah pengaruh terhadap stabilitas.

Ukuran-ukuran pokok yang menjadi dasar dari pengukuran kapal adalah

panjang (length), lebar (breadth), tinggi (depth) serta sarat (draft).

8

Sedangkan untuk panjang di dalam pengukuran kapal dikenal beberapa

istilah seperti LOA (Length Over All), LBP (Length Between

Perpendicular), dan LWL (Length Water Line).

Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum melakukan perhitungan

stabilitas kapal yaitu:

1. Berat kapal kosong (Light Displacement) yaitu berat kapal kosong

termasuk mesin dan alat-alat yang melekat pada kapal.

2. Operating Load (OL) yaitu berat dari sarana dan alat-alat untuk

mengoperasikan kapal dimana tanpa alat ini kapal tidak dapat

berlayar.

Dilihat dari sifatnya, stabilitas atau keseimbangan kapal dapat

dibedakan menjadi dua jenis yaitu stabilitas statis dan stabilitas dinamis.

Stabilitas statis diperuntukkan bagi kapal dalam keadaan diam dan terdiri

dari stabilitas melintang dan membujur.

Stabilitas melintang adalah kemampuan kapal untuk tegak sewaktu

mengalami senget dalam arah melintang yang disebabkan oleh adanya

pengaruh luar yang bekerja padanya, sedangkan stabilitas membujur adalah

kemampuan kapal untuk kembali ke kedudukan semula setelah mengalami

senget dalam arah yang membujur oleh adanya pengaruh luar yang bekerja

padanya ( La Dage John and Lee Van Gemert, 1956).

Stabilitas melintang kapal dapat dibagi menjadi sudut senget kecil (00-

150) dan sudut senget besar (>150). Akan tetapi untuk stabilitas awal pada

9

umumnya diperhitungkan hanya hingga 150 dan pada pembahasan stabilitas

melintang saja.

Sedangkan stabilitas dinamis diperuntukkan bagi kapal-kapal yang

sedang oleng atau mengangguk ataupun saat menyenget besar. Pada

umumnya kapal hanya menyenget kecil saja. Jadi senget yang besar,

misalnya melebihi 200 bukanlah hal yang biasa dialami. Senget-senget

besar ini disebabkan oleh beberapa keadaan umpamanya badai atau oleng

besar ataupun gaya dari dalam antara lain GM yang negatif.

Dalam teori stabilitas dikenal juga istilah stabilitas awal yaitu stabilitas

kapal pada senget kecil (antara 00–150). Stabilitas awal ditentukan oleh 3

buah titik yaitu titik berat (Center of gravity) atau biasa disebut titik G, titik

apung (Center of buoyance) atau titik B dan titik meta sentris (Metacentris)

atau titik M.

Di dalam Stabilitas kapal mempunyai 3 titik yang sangat penting:

M = Metacenter

G = Center of Gravity

B = Center of Bouyancy.

gambar 2.1 Stabilitas.

10

2) Pengertian ISM CODE

ISM Code atau kependekan dari International Safety Management Code

adalah standar internasional Sistem Manajemen Keselamatan untuk

pengoperasian kapal secara aman dan usaha pencegahan pencemaran di laut.

tujuan dari penerapan ISM Code adalah menjamin keselamatan di laut untuk

menghindari kecelakaan yang dapat menimbulkan korban jiwa serta

kerusakan kapal yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan di laut

(blog.docking.id, 2012). ISM Code merupakan produk IMO (International

Maritime Organization) yang akhirnya diadopsi oleh SOLAS (Safety of Life

at Sea) pada tahun 1994.

Latar belakang dibuatnya ISM Code adalah banyak terjadi kecelakaan

kapal. Dari kecelakaan-kecelakaan tersebut pada umumnya disebabkan oleh

kesalahan atau kelalaian manusia dalam pengoperasian kapal dan hanya

sedikit yang tergolong dalam kegagalan teknologi. Pada saat itu peraturan

dan konvensi yang ada seperti MARPOL, SOLAS, LOAD LINE

Convention dan peraturan klasifikasi kapal yang sebagian besar hanya

mengatur hal-hal yang bersifat teknis atau perangkat keras, dan sedikit yang

berkaitan dengan manusia atau perangkat lunak. Dari beberapa studi yang

dilakukan menunjukan bahwa sebagian besar kesalahan yang timbul akibat

kesalahan/kelalaian manusia dapat dikontrol dengan penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan yang baik.

ISM Code ini diperuntukan untuk perusahan pelayaran (shipping

company) dan mereka yang terlibat dengan pengelolaan atau pengoperasian

11

kapal yang bertujuan dapat memperbaiki kinerja perusahaan dalam operasi

kapal yang aman dan bebas pencemaran. ISM Code dalam penerapannya

mengikuti konsep-konsep dari ISO (International Organization for

Standardization). Dengan menerapkan ISM Code dengan baik maka

pengelolaan kapal dapat berjalan baik. Kapal dengan sistem manajemen

yang baik dapat membatasi dalam pembuangan seperti minyak atau sampah,

meminimalkan kerugian dalam kecelakaan dan pencegahan kecelakaan

seperti tabrakan atau kebakaran. Dari pencegahan terjadinya kecelakaan

kapal dapat menjaga keselamatan manusia (penumpang dan awak kapal,

keselamatan properti (kapal dan muatan) dan perlindungan lingkungan dari

pencemaran baik di udara maupun di laut.

Pemerintah Indonesia telah meratifikasi ISM Code dan menerbitkan

Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 45 Tahun 2012 tentang

Manajemen Keselamatan Kapal. Dalam peraturan tersebut perusahaan yang

mengoperasikan kapal untuk jenis dan ukuran tertentu harus memenuhi

persyaratan manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal

dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan. Jenis dan ukuran

kapal yang dimaksud dalam peraturan tersebut meliputi:

1. Kapal penumpang, termasuk kapal penumpang kecepatan tinggi semua

ukuran.

2. Kapal tangki minyak, kapal tangki pengangkut bahan kimia dan

pengangkut gas dengan ukuran ≥ 150 GT.

12

3. Kapal barang lainnya, kapal barang kecepatan tinggi, kapal pengangkut

curah, kapal ikan, MODU dan unit FSO atau FPSO termasuk tongkang

berawak dengan ukuran ≥ 500 GT.

Kapal yang telah memenuhi persyaratan manajemen keselamatan dan

pencegahan pencemaran dari kapal akan diberi sertifikat. Dalam pemenuhan

persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan akan diberikan sertifikat

diantaranya :

1. Dokumen Penyesuaian Manajemen Keselamatan (Document of

Compliance/DOC) untuk perusahaan

2. Sertifikat Manajemen Keselamatan (Safety Management

Certificate/SMC) untuk kapal

Ada 9 elemen yang tercantum dalam International Safety Management

Code diantaranya:

1. Umum

Pendahuluan yang menjelaskan definisi, sasaran dan penerapan ISM

Code

2. Kebijakan keselamatan dan perlindungan lingkungan

Perusahaan harus menyatakan secara tertulis kebijakannya (policy)

tentang keselamatan dan perlindungan lingkungan laut dan memastikan

bahwa setiap personil dalam perusahaannya mengetahui dan

mematuhinya baik itu di atas kapal maupun di kantor.

3. Tanggung jawab dan wewenang perusahaan

13

Perusahaan harus memiliki orang-orang yang mampu bekerja di atas

kapal maupun di kantor dengan peranan dan tanggung jawab yang

didefinisikan secara tertulis dengan jelas

4. Orang yang ditunjuk sebagai penghubung antara pimpinan perusahaan

dan kapal (DPA/Designated Person(s) Ashore)

Perusahaan harus menunjuk seorang atau lebih di kantor pusat yang

bertanggung jawab untuk memantau dan mengikuti semua kegiatan yang

berhubungan dengan keselamatan kapal.

5. Tanggung jawab dan wewenang master

Nakhoda bertanggung jawab untuk membuat sistem tersebut berlaku

di atas kapal dan memotivasi kepada ABK untuk melaksana kan sistem

tersebut serta memberi mereka instruksi-instruksi yang diperlukan

Nakhoda adalah jabatan tertinggi di kapal yang mempunyai kewenangan

yang lebih dan bertanggung jawab untuk mengambil keputusan yang

berkaitan dengan keselamatan dan pencegahan pencemaran, dan meminta

bantuan perusahaan sesuai keperluan.

6. Sumber daya dan Personil

Perusahaan harus mempekerjakan personil yang tepat sesuai jabatan

yang dibutuhkan di kantor dan di kapal, dan memastikan bahwa semua

personil tersebut

a. Mengetahui tugas mereka masing-masing.

b. Menerima tentang cara melaksanakan tugasnya

c. Mendapat pelatihan jika perlu

14

7. Pengoperasian Kapal

Perusahaan harus menetapkan prosedur-prosedur, rencana dan

petunjuk kerja termasuk checklist yang sesuai untuk pengoperasian kapal

yang dianggap kunci mengenai keselamatan personil, kapal dan

perlindungan lingkungan. Berbagai tugas harus ditetapkan dan diberikan

kepada personil yang mempunyai kualifikasi tersebut.

8. Kesiapan terhadap keadaan darurat

Perusahaan harus mempersiapkan cara untuk menghadapi keadaan

darurat yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Perusahaan harus

mengembangkan rencana untuk menghadapi keadaan darurat di kapal

dan melatih semua personil terkait.

9. Pelaporan dan analisis ketidaksesuaian, kecelakaan dan kejadian

berbahaya

Sistem harus mencakup prosedur yang memastikan bahwa ketidak

sesuaian, kecelakaan dan situasi berbahaya dilaporkan ke perusahaan,

diselidiki dan dianalisa. Perusahaan harus menetapkan prosedur

pelaksanaan tindakan korektif untuk mencegah terulang kembali.

3) Pengertian kapal kontainer

Kapal kontainer (container ship) adalah kapal yang khusus digunakan

untuk mengangkut kontainer yang standar. Memiliki rongga (cells) untuk

menyimpan peti kemas ukuran standar. Peti kemas diangkat ke atas kapal di

terminal peti kemas dengan menggunakan crane/derek khusus yang dapat

15

dilakukan dengan cepat, baik derek-derek yang berada di dermaga, maupun

derek yang berada di kapal itu sendiri (Suzdayan, 2012).

Aktivitas kapal peti kemas di Indonesia sudah ada sejak tahun 1970-an.

Kapal khusus peti kemas termodern pertama yang berbendera Indonesia

adalah KM Gloria Express yang panjangnya 120m dan lebar 17,8m, milik

Perusahaan Pelayaran Samudra PT Gesuri Lloyd, berbobot mati 7.670

DWT. Kapal ini buatan Ship Building & Engineering Ltd yang disainnya

dari Jerman, dengan pelayaran perdana 12 Mei 1980 dari Tanjung Priok-

Hongkong-Busan(Korea)-Tokyo-Kobe-Osaka(Jepang)-Keelung(Taiwan)

dan kembali ke Indonesia. Nakhoda pertamanya adalah Kapten Moniaga.

Efisiensi penggunaan ruang kapal menjadi kunci utama dalam angkutan

petikemas melalui kapal, untuk itu ruang palka kapal dibagi atas beberapa

sel yang lebarnya sepanjang satu peti kemas ukuran 40 kaki, sel dilengkapi

dengan rel yang sedemikian sehingga mempermudah penyusunan peti

kemas di dalam palka. Penyusunan ini diperlukan untuk meningkatkan

kestabilan muatan selama pelayaran.

Untuk menghindari muatan yang berada di atas palka bergerak ataupun

jatuh kelaut pada saat pelayaran, maka muatan yang berada di atas palka

diikat ke kapal sehingga walaupun kapal melalui badai dengan gelombang

yang tinggi selama pelayaran muatan tetap pada tempatnya dan tidak

terjatuh ke laut. Ada tiga cara yang biasa digunakan untuk mengikat

petikemas yaitu:

16

1. System lashing kebadan kapal dengan menggunakan kabel baja, batang

pengikat atau rantai yang dapat kekencangkan.

2. System kunci yang biasa disebut twist lock yang mengunci dua peti

kemas yang berdampingan atau yang berada di atasnya.

3. System butress, biasanya digunakan dikapal peti kemas yang besar, yang

merupakan perangkat penyangga yang menghalangi petikemas bergeser

pada saat berlayar, penyangga dipasang sebelum berlayar, setelah semua

peti kemas telah selesai dimuat.

4) Pengertian muatan kontainer

Kontainer adalah peti atau kotak yang memenuhi persyaratan teknis

sesuai dengan International Organization for Standardization (ISO) sebagai

alat atau perangkat pengangkutan barang yang bisa digunakan diberbagai

moda, mulai dari moda jalan dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal

petikemas laut (fakhrurrozi, 2017).

Berat maksimum peti kemas muatan kering 20 kaki adalah 24.000 kg,

dan untuk 40 kaki (termasuk high cube container), adalah 30.480 kg.

Sehingga berat muatan bersih/payload yang bisa diangkut adalah 21.800 kg

untuk 20 kaki, 26.680 kg untuk 40 kaki.

Salah satu keunggulan angkutan peti kemas adalah keantarmodaannya

yakni peti kemas dapat diangkut dengan truk peti kemas, kereta api peti

kemas (atau sebutan dari saleha peti kemas atau saleha kontainer) dan kapal

peti kemas. Hal inilah yang menyebabkan peralihan angkutan barang umum

menjadi angkutan barang dengan menggunakan peti kemas yang menonjol

17

dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Hal ini juga terlihat pada pelabuhan-

pelabuhan kecil yang sudah menunjukkan tren peralihan ke peti kemas

karena alasan ekonomis terutama sehubungan dengan kecepatan bongkar

muat dan biaya yang lebih murah.

Berbagai variasi bentuk peti kemas digunakan untuk barang-barang yang

spesifik namun menggunakan ukuran yang standar untuk mempermudah

handling dan perpindahan moda angkutan, Jenis peti kemas:

a. Peti kemas barang umum untuk diisi kotak-kotak, karung, drum, palet

dls, jenis yang paling banyak digunakan.

b. Peti kemas tangki yaitu tangki baja yang dibangun di dalam kerangka

container digunakan untuk mengangkut Tanki yang di dalamnya diisi

barang-barang yang berbahaya, misalnya gas, minyak, bahan kimia yang

mudah meledak.

c. Peti kemas berventilasi untuk barang organik yang membutuhkan

ventilasi.

d. Peti kemas generator.

e. Peti kemas berpendingin digunakan untuk mengangkut barang – barang

yang memerlukan suhu pendingin, misalnya untuk jenis sayur-sayuran,

daging.

f.Peti kemas curah, digunakan untuk mengangkut muatan curah, misalnya

beras, gandum.

g. Peti kemas yang diperlengkapi dengan isolasi.

18

h. Peti kemas dengan pintu disamping digunakan untuk mengangkut

muatan yang ukurannya tidak memungkinkan dimasukan dari pintu

belakang Petikemas. Jadi semua sisi Peti kemas harus dibuka. Misalnya

alat – alat berat.

5) Pengertian Bay Plan

Bay plan adalah suatu gambaran perencanaan muatan kapal petikemas

(container) yang menghitung berdasarkan dengan ukuran, berat, jenis peti

kemas, tujuan pengirimannya dan volume daya angkut kapal yang akan

dimuat. Adanya manfaat bay plan dalam kapal Container membuat dampak

positif, dimana dapat meningkatkan efesiensi waktu bongkar muat pada

kapal dan meminimalisirkan kecelakaan pada petikemas dan kapal

(waspodofino, 2012).

Dibuatnya perencanaan bay plan bertujuan untuk mengetahui tata letak

tiap muatan berdasarkan jumlah, berat dan jenis petikemas, gambaran

perhitungan berapa lama waktu melakukan pembongkaran, dan juga

mengetahui berat kotor kapal atau volume daya angkut kapal total agar

mengetahui stabilitas kapal, sehingga tidak terjadinya kecelakaan atau

tenggelamnya pada kapal yang mangakibatkan kerusakan pada peti kemas

dan kapal.

Dalam proses susunan perencanaan bay plan identik dengan istilah kordinat

sistem berupa, Bay, Row, dan Tier, yaitu :

19

a. Bay adalah pembagian muatan berupa nomor dengan membujur dari

ujung kapal (haluan) hingga belakang kapal (buritan) dengan berurutan,

dengan pembagian nomor ganjil untuk 20 feet dan untuk penomoran

genap 40 feet.

b. Row adalah pembagian muatan berupa nomor dengan melintang dengan

perhitungan dari tengah, untuk nomor ganjil dari posisi tengah ke kanan

(01,03,05, dst) dan untuk nomor genap dari posisi tengah ke kiri

(02,04,06, dst) dan sampai batas lebar kapal tersebut.

c. Tier adalah pembagian muatan secara vertical dengan perhitungan dari

bawah ke atas, mulai dari on hold atau dalam palka dengan

penomorannya genap dari 02, 04, 06, 08 dan seterusnya sampai in deck

atau di atas dek dengan penomorannya genap dari 82, 84, 86, 88 dan

seterusnya hingga sampai atas.

Gambar 2.2, Bay Plan KM PULAU LAYANG.

Setelah proses pemuatan petikemas selesai maka chief officer

mengeluarkan dokumen bay plan atau stowage plan container. Dalam

perencanannya stowage plan dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

20

a.Tentative stowage plan

Susunan gambaran perencanaan muatan kapal yang dibuat sebelum

kapal tiba di pelabuhan yang ingin di muat, dibuat sesuai dengan daftar

pemesanan.

b. Final stowage plan

Susunan penempatan gambaran perencanaan muatan kapal yang

sudah jadi dan jelas yang berdasarkan perhitungan dengan ukuran, jenis,

berat dan tujuan pengiriman masing-massing pelabuhan, yang sesuai

dengan tata letak pada setiap palka.

21

Rekomendasi inovasi dan teknologi pengaturan

Pengoptimalan pengaturan muatan untuk stabilitas

B. Kerangka Pemikiran

.

Pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap

Masih ditemukannya kurang optimalnya pengaturan muatan

Bagaimana pengaturan muatan agar

Untuk menunjang optimalisasi mengatur muatan agar

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan peneliti adalah penelitian dengan

menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif berupaya

mengungkapkan gejala secara menyeluruh (wholistic) yang sesuai dengan

situasi lapangan apa adanya (contextual) melalui pengumpulan data dari

latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrument (human

instrument) kunci. Penelitian semacam ini semakin bersifat deskripsi dan

menggunakan logika berpikir. Proses dan makna dari sudut pandang subjek

yang diteliti lebih ditonjolkan dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif

menuntut keteraturan, ketertiban dan kecermatan dalam berpikir, tentang

hubungan data yang satu dengan data yang lain dan konteksnya dalam

masalah yang akan diungkapkan. Penelitian kualitatif (Qualitative research)

bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu

berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman yang

diinterpretasikan oleh individu-individu. Penelitian kualitatif menggunakan

lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi

dalam suatu situasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif (tim

penyusun Bahasa Indonesia, 1980).

23

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan diatas MV. PULAU LAYANG yang menjadi

tempat praktek laut (prala) dari peneliti selama kurang lebih 1 tahun.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang hanya dapat diperoleh dari sumber asli

atau pertama melalui narasumber yang tepat dan yang penulis jadikan

responden dalam penelitian. Peneliti mendapatkan data primer ini

melalui wawancara langsung ke responden bagaimana peran parallel

index pada radar dalam keselamatan pelayaran.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga peneliti

tinggal mencari dan mengumpulkan informasi-informasi yang sudah

tersedia. Data ini di peroleh dengan lebih mudah dan cepat karena sudah

tersedia. Data yang peneliti peroleh berupa data-data yang nyata sesuai

dilokasi, karena di kapal sudah tersedia data-data yang ada, seperti

contohnya data tentang control cargo yang berfungsi untuk mengatur

muatan di atas kapal, data tersebut saya gunakan untuk mendukung

tentang analisis saya dan bagaimana kapal mampu melakukan

pengaturan muatan agar tidak terjadi kelebihan dan pergeseran muatan

di atas kapal.

24

D. Pemilihan Informan

Pemilihan informan berdasarkan cerita crew kapal yang melakukan

pengamatan terhadap muatan, atau dalam hal ini berhubungan langsung

dengan Perwira Deck.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

menggunakan dua teknik pengumpulan data yakni:

1. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan

seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.

Wawancara yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan

kepada informan. Pemilihan informan peneliti di tekankan pada mualim.

Hal ini dilakukan untuk memperoleh data di lokasi penelitian dengan

aktual dan fakta yang sesuai.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yang berbentuk tulisan seperti catatan-catatan kecil

yang berupa informasi dari hasil wawancara sedangkan dokumen yang

berbentuk gambar seperti foto. Dokumen yang berbentuk karya misalnya

gambar tentang kejadian yang berhubungan dengan stabilitas kapal. Studi

dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian ini.

25

F. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul proses selanjutnya adalah menyederhanakan

data yang diperoleh kedalam bentuk yang mudah dibaca, dipahami dan di

interpretasikan, yang pada hakekatnya merupakan upaya untuk mencari

jawaban atas permasalahan yang ada.

Sesuai dengan metode penelitian deskriptif, maka data akan diuraikan

sedetail mungkin dengan uraian – uaraian kualitatif. Artinya dari data yang

diperoleh dilakukan pemaparan serta interpretasi secara mendalam.

Selanjutnya data yang ada dianalisis serinci mungkin dengan cara

mengabstraksikan secara teliti setiap informasi yang diperoleh selama

dilapangan sehingga dapat diperoleh kesimpulan.

Dalam penulisan ini penulis menggunakan 3 macam metode analisa data:

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan- catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan

suatu bentuk analisis menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu dan mengkoordianasikan data dengan cara

sedemikan rupa sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan dan

diverifikasikan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun

secara terpadu dan mudah untuk dapat dipahami yang memberikan

26

kemungkinan adanya penarikan suatu kesimpulan dan kemungkinan

adanya pengambilan suatu tindakan.

3. Menarik Simpulan atau Verifikasi

Menarik simpulan merupakan kemampuan seorang peneliti dalam

menyimpulkan berbagai temuan data yang diperoleh selama penelitian

berlangsung.

Metode analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

analisis kualitatif, dimana data – data yang diperoleh selama penelitian

berlangsung disusun secara sistematis dan teratur, kemudian penulis akan

membuat analisis agar diperoleh kejelasan tentang masalah yang dibahas

dalam penelitian ini. Alasan penulis membuat analisis kualitatif adalah

supaya dalam penelitian ini diperoleh pengertian dan pemahaman tentang

masalah agar dapat menjelaskan suatu kebenaran.

Dari data – data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya. Penulis menganalisis data tersebt sehingga dapat diperoleh

mengenai pembahasan masalah – masalah yang didapat, kemudian dari

pembahasan masalah tersebut dapat diambil kesimpulannya dan penulis

dapat memberikan saran – saran yang diperlukan.

27

DAFTAR PUSTAKA

Capt. Soegiyanto M.M. 2008. Stabilitas kapal. Jilid 1 untuk bidang keahlian

Nautika. PIP Semarang.

Capt. Sudiono Djauhari. Bahan ajar stabilitas. Untuk bidang keahlian Nautika

(ANT II). PIP Semarang.

Derrett, D.R. 1990 Ship Stability for Masters and Mates. 4th ed. Butterworth

– Heinemann.

La Dage, John and Lee Van Gemert. February 1956. Stability and Trim for

The Ship’s Officer. 2nd ed. United States Merchant Marine Academy

Kings Point, New York.

Polieknik Pelayaran Surabaya, (2017). Kontruksi dan Stabilitas Kapal,

Surabaya: Politeknik Pelayaran Surabaya.

Tim Penyusun Bahasa Indonesia, 1980. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Depdikbud balai pustaka.

Imanuel palu, dedi. (2016). Kinerja Peraalatan Bongkar Muat Barang Dan

Peti Kemas Pelabuhan Maumere.

28

Setyaningrum, I. (2013). Waktu Pelayanan Kapal Dan Produktifitas Alat Pada

Kegiatan Bongkar Muat Peti Kemas Di Pelabuhan Terminal Peti Kemas

(Tpk) Koja. Jurnal Ilmiah Desain & Kontruksi.

Fakhrurrozi, 2017, Penanganan, Pengaturan, dan Pengamanan Muatan Kapal,

Akademi Pelayaran Niaga Indonesia (AKPELNI), Semarang.

Suzdayan, 2012, Container Ship and Cargo Securing Training, PT Tangguh

Samudera Jaya, Jakarta.

Margono, 2004, Metode Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.

Wikipedia.com. (2019, 19 Juni). Internasional Safety Management. Diakses

pada 19 juni 2019, dari

https://id.wikipedia.org/wiki/International_Safety_Management_Code