kajian fiskal regional tahun 2020
TRANSCRIPT
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KAJIAN FISKAL REGIONAL
TAHUN 2020
Provinsi Sulawesi Tengah
SCAN BARCODE DIBAWAH INI UNTUK
MENGUNDUH KFR TAHUN 2020
PROVINSI SULAWESI TENGAH SECARA
DIGITAL
KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2020
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB Kepala Kanwil DJPb Provinsi Sulawesi Tengah
Irfa Ampri
KETUA TIM Kepala Bidang PPA II
Eko Kusdaryanto
PENULIS Deddy Wahyu Winoto Bayu Kusuma Putra
Suranto Aditya Dimas S
PENYAJI DATA
Deddy Wahyu Winoto Bayu Kusuma Putra
Suranto Maria Lolongan Aditya Dimas S
Andi Dheayana Octavera
DESAIN GRAFIS Andi Dheayana Octavera
Kantor Wilayah DJPb Provinsi Sulawesi Tengah
Jl. Tanjung Dako No. 15 Palu 94111 Telepon : (0451) 454040
Email : [email protected] Website : www.kanwildjpbsulteng.net
KATA PENGANTAR i
Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam Sejahtera bagi kita semua.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya Kajian Fiskal
Regional Tahun 2020 dapat disusun dan selesai tepat waktu.
Kajian Fiskal Regional Tahun ini merupakan output dari
pelaksanaan tugas dan fungsi Kantor Direktorat Jenderal
Perbendaharaan di bidang pengelolaan fiskal sebagai bagian
dari monev pelaksanaan anggaran pusat dan daerah yang
menghubungkan antara implementasi kebijakan fiskal dengan
perkembangan makro ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam proses penyusunan kajian
ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai
pihak, antara lain pemerintah provinsi/kabupaten/kota di
Sulawesi Tengah, BPS Provinsi Sulawesi Tengah, BI
perwakilan Sulawesi Tengah, satuan kerja vertikal maupun
daerah, Ekonom Kementerian Keuangan Sulawesi Tengah
dan sumber-sumber lainnya yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu. Oleh karena itu, kepada semua pihak tersebut
kami mengucapkan terima kasih dan semoga kerjasama serta
hubungan baik ini dapat ditingkatkan di masa yang akan
datang.
Dengan selesainya penyusunan Kajian Fiskal Regional Tahun
2020 ini, kami berharap kajian tersebut dapat menjadi salah
satu media informasi terkini yang bernilai strategis bagi mitra
kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Provinsi Sulawesi Tengah, baik satuan kerja
kementerian/lembaga, pemerintah provinsi/kabupaten/kota di
Sulawesi Tengah maupun pemangku kepentingan lainnya.
Kami menyadari bahwa Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
masih belum sempurna dan masih membutuhkan banyak
masukan membangun guna penyempurnaan hasil kajian
dimasa yang akan datang.
Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Palu, 28 Februari 2021
Kepala Kanwil DJPb Provinsi
Sulawesi Tengah
Irfa Ampri
KATA PENGANTAR
“
ii DAFTAR ISI
1
1
1
3
3
3
6
13
15
17
17
22
23
24
26
26
28
30
30
32
33
34
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR SINGKATAN
RINGKASAN EKSEKUTIF
DASHBOARD MAKRO-
FISKAL REGIONAL
BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN
TANTANGAN DAERAH
1.1 PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN
DAERAH
1.2.1 Berdasarkan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah
1.2.2 Berdasarkan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah
1.3 TANTANGAN DAERAH
1.3.1 Tantangan Ekonomi Daerah
1.3.2 Tantangan Sosial Kependudukan
1.3.3 Tantangan Geografis Wilayah
1.3.4 Tantangan Daerah Sebagai Dampak
Covid-19
BAB II PERKEMBANGAN DAN
ANALISIS EKONOMI REGIONAL
2.1 INDIKATOR EKONOMI MAKRO
FUNDAMENTAL
2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto
2.1.2 Suku Bunga
2.1.3 Inflasi
2.1.4 Nilai Tukar
2.2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN
2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
2.2.2 Tingkat Kemiskinan
2.2.3 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini)
2.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat
Pengangguran
2.2.5 Nilai Tukar Petani (NTP)
2.2.6 Nilai Tukar Nelayan (NTN)
2.3 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO
EKONOMI DAN PEMBANGUNAN
REGIONAL
i
ii
iv
vii
xi
xii
xv
1
17
DAFTAR ISI iii
81
82
85
88
90
93
96
105
117
118
64
66
67
67
67
69
70
73
74
79
79
80
80
37
38
38
39
41
46
47
48
49
49
50
50
50
50
51
54
54
55
57
57
57
60
60
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN
APBN TINGKAT REGIONAL
3.1 APBN TINGKAT PROVINSI
3.2 PENDAPATAN PEMERINTAH
PUSAT TINGKAT REGIONAL
3.2.1 Penerimaan Perpajakan
3.2.2 Penerimaan Negara Bukan
Pajak
3.2.3 Penerimaan Hibah
3.3 BELANJA PEMERINTAH PUSAT
TINGKAT REGIONAL
3.4 TRANSFER KE DAERAH DAN
DANA DESA
3.4.1 Dana Transfer Umum
3.4.2 Dana Transfer Khusus
3.4.3 Dana Desa
3.4.4 Dana Insentif Daerah,
Otonomi Khusus, dan
Keistimewaan
3.5 ANALISIS CASH FLOW APBN
TINGKAT REGIONAL
3.5.1 Arus Kas Masuk
(Penerimaan Negara)
3.5.2 Arus Kas Keluar (Belanja
dan TKDD)
3.5.3 Surplus/Defisit
3.6 PENGELOLAAN BLU PUSAT
3.7 PENGELOLAAN MANAJEMEN
INVESTASI PUSAT
3.7.1 Penerusan Pinjaman
3.7.2 Kredit Program
3.8 PERKEMBANGAN DAN
ANALISIS BELANJA WAJIB
(MANDATORY SPENDING) DAN
BELANJA INFRASTRUKTUR
PUSAT DI DAERAH
3.8.1 Mandatory Spending di
Daerah
3.8.2 Belanja Sektor Pendidikan
3.8.3 Belanja Sektor Kesehatan
3.8.4 Belanja Infrastruktur
BAB IV PERKEMBANGAN DAN
ANALISIS PELAKSANAAN APBD
4.2 APBD TINGKAT PROVINSI
(KONSOLIDASI PEMDA)
5.1 LAPORAN REALISASI
ANGGARAN KONSOLIDASIAN
5.2 PENDAPATAN
KONSOLIDASIAN
5.3 BELANJA KONSOLIDASIAN
5.4 SURPLUS/DEFISIT
KONSOLIDASIAN
5.5 ANALISIS DAMPAK
KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT
BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN
KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI
EKONOMI SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL
6.1 SEKTOR UNGGULAN DAERAH
6.2 SEKTOR POTENSIAL
DAEARAH
6.3 TANTANGAN FISKAL
REGIONAL DALAM
MENDORONG POTENSI
EKONOMI DAERAH
8.1 KESIMPULAN
8.2 REKOMENDASI
BAB VII ANALISIS TEMATIK
BAB VIII
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
37
81
93
108
117 63
LAMPIRAN
63
4.3 PENDAPATAN DAERAH
4.3.1 Dana Transfer/Perimbangan
4.3.2 Pendapatan Asli Daerah
4.3.3 Pendapatan Lain-Lain
4.4 BELANJA DAERAH
4.5 PERKEMBANGAN BLU DAERAH
4.5 SURPLUS/DEFISIT APBD
4.6 PEMBIAYAAN
4.7 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH
4.7.1 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah
4.8 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH
4.8.1 Belanja Daerah Sektor Pendidikan
4.8.2 Belanja Daerah Sektor Kesehatan
4.8.3 Belanja Infrastruktur Daerah
iv DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Perubahan Indikator dan Target RPKD Tahun 2020 3
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Rasio Jenis Kelamin Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sulteng Tahun 2020
6
Tabel 1.3. Jumlah Fasilitas Kesehatan Tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah
12
Tabel 1.4. Kondisi Administrasi Kabupaten/Kota di Provinsi Sulwesi Tengah 18
Tabel 1.5. Data penderita Corona Virus Disease-19 (Covid-19) Lingkup Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020
16
Tabel 2.1. PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Menurut Permintaan ADHB Tahun 2019 – 2020 (dalam Miliar Rupiah)
19
Tabel 2.2. PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Menurut Lapangan Usaha ADHB Triwulan I – IV Tahun 2020 (dalam Miliar Rupiah)
20
Tabel 2.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kawasan Sulampua Tahun 2015 – 2020
27
Tabel 2.4. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama Tahun 2018 – 2019
30
Tabel 2.5. Kategori Tenaga Kerja Terdampak Covid-19 31
Tabel 2.6. Target RPJMD 2020, RKPD Tahun 2020, Realisasi Provinsi Sulteng Tahun 2019 dan 2020
35
Tabel 3.1. APBN Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 – 2020 (dalam Miliar Rupiah)
37
Tabel 3.2 Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi di Provinsi Sulawesi Tengah
38
Tabel 3.3 Pendapatan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi di Provinsi Sulteng (per Jenis PNBP dalam Miliar Rupiah)
39
Tabel 3.4. Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tk. Provinsi di Provinsi Sulteng (menurut Fungsional K/L) (dalam Juta Rupiah)
40
Tabel 3.5. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran di Prov. Sulteng
41
Tabel 3.6. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi di Provinsi Sulawesi Tengah
43
Tabel 3.7. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja 43
Tabel 3.8. Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa di Provinsi Sulawesi Tengah (dalam Juta Rupiah)
46
Tabel 3.9. Tabel Alokasi dan Realisasi Belanja DAK Non Fisik Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2018, 2019 dan 2020 (dalam miliar)
48
Tabel 3.10. Tabel Alokasi dan Realisasi Dana Desa di Wilayah Prov. Sulawesi Tengah Tahun 2018, 2019 dan 2020 (dalam miliar)
49
Tabel 3.11. Tabel Alokasi dan Realisasi Dana Insentif Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2019 dan 2020 (dalam miliar)
49
Tabel 3.12. Profil dan Jenis Layanan BLU Pusat di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020 (Juta Rp)
51
Tabel 3.13. Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU Sulawesi Tengah 51
Tabel 3.14. Perkembangan RM Satker BLU Sulawesi Tengah 51
Tabel 3.15. Tingkat Kemandirian BLU Pusat di Provinsi Sulawesi Tengah (Miliar Rupiah)
52
Tabel 3.16. Profil dan Jenis Layanan Satker Pengelola PNBP di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019- 2020 (sepuluh terbesar pagu PNBP dalam Juta Rupiah)
52
Tabel 3.17. Analisis Legal BLU Tahun 2020 54
DAFTAR TABEL v
Tabel 3.18. Profil Penerusan Pinjaman Provinsi Sulawesi Tengah Per 31 Desember 2020
54
Tabel 3.19. Perkembangan Pembayaran Angsuran Pokok SLA di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 - 2020 (dalam Miliar Rupiah)
54
Tabel 3.20. Perkembangan Pembayaran Denda SLA di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 – 2020 ( dalam Juta Rupiah)
56
Tabel 3.21. Realisasi Capaian Output Strategis Bidang Prioritas Tahun 2020 57
Tabel 3.22. Realisasi Capaian Output Strategis Bidang Sarana Prasarana Tahun 2020
58
Tabel 3.23. Realisasi Capaian Output Strategis Bidang Tunjangan Kependidikan non-PNS Tahun 2020
59
Tabel 3.24. Realisasi Capaian Output Strategis Bidang Bantuan Operasional Pondok Pesantren Tahun 2020
59
Tabel 3.25. Realisasi Capaian Output Strategis Bidang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun 2020
59
Tabel 3.26. Pagu dan Realisasi Anggaran Bidang Kesehatan Tahun 2020 60
Tabel 3.27. Kementerian/Lembaga dengan pagu belanja Infrastruktur di Sulawesi Tengah Tahun 2020 (Rupiah)
61
Tabel 3.28. Kementerian/Lembaga dengan pagu belanja Infrastruktur di Sulawesi Tengah Tahun 2020 (Rupiah)
61
Tabel 3.29. Kementerian/Lembaga dengan pagu belanja Infrastruktur di Sulawesi Tengah Tahun 2020 (Rupiah)
62
Tabel 3.30. Kementerian/Lembaga dengan pagu belanja Infrastruktur di Sulawesi Tengah Tahun 2020 (Rupiah)
62
Tabel 4.1. APBD Lingkup Sulteng Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi, 2018-2020 (Rp miliar)
63
Tabel 4.2. Proporsi Dana Transfer/Perimbangan Lingkup Sulteng, 2018-2020 (Rp miliar)
64
Tabel 4.3. Proporsi PAD Sulteng, 2018-2020 (Rp miliar) 64
Tabel 4.4. Rasio PAD Terhadap Belanja Daerah, 2018-2020 (dalam Miliar Rupiah) 65
Tabel 4.5. Realisasi Pendapatan Lain-lain lingkup Sulteng, 2018-2020 (Rp miliar) 66
Tabel 4.6. Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan, 2020 (Rp miliar) 67
Tabel 4.7. Rincian Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja, 2020 (Rp miliar) 67
Tabel 4.8. Profil BLUD di Provinsi Sulteng Tahun 2020 (Rp juta) 69
Tabel 4.9. Perkembangan Nilai Aset Satker BLUD di Provinsi Sulteng (Rp juta) 70
Tabel 4.10. Analisis Legal BLUD di Sulteng Tahun 2020 70
Tabel 4.11. Keseimbangan Primer Kabupaten/Kota se-Sulteng TA 2020 (Rp juta) 74
Tabel 4.12. Analisis Regresi Belanja Daerah terhadap Kemiskinan 75
Tabel 5.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020 (dalam Juta Rupiah)
81
Tabel 5.2. Rasio Pajak Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah 83
Tabel 5.3. Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pusat dan Pemda di Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 dan 2020
85
Tabel 5.4. Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah 86
Tabel 5.5. Perhitungan Belanja Per Kapita 2018 – 2020 86
Tabel 5.6. Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB Pada Provinsi Sulawesi Tengah
87
Tabel 5.7. Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Umum Tingkat Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 dan 2020
92
Tabel 6.1. Tabel Kuadran Hasil Perhitungan Analisis LQ/DLQ PDRB Per-Sektor PDRB 94
vi DAFTAR TABEL
Tabel 6.2. Tabel Kuadran Hasil Perhitungan Analisis Shift-Share PDRB Per-Sektor PDRB
95
Tabel 6.3. Tabel Kuadran Hasil Perhitungan Analisis Typology Klassen Per-Sektor PDRB
95
Tabel 6.4. Tabel Rekapitulasi Kuadran Analisis DLQ, Shiftshare, dan Klassen per-sektor PDRB
96
Tabel 6.5. Realisasi PerTahun Belanja Rutin dan Pembangunan Provinsi Sulteng 2018-2020
103
Tabel 7.1. Tahapan Perubahan Pergeseran Alokasi Anggaran karena Refocusing dan Realokasi
113
Tabel 7.2. Tabel Realisasi Belanja Penanganan Pandemi Covid-19 (dalam juta rupiah)
115
DAFTAR GRAFIK vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingkup Provinsi Sulawesi Tengah 2017-2019
5
Grafik 1.2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 1961 - 2020
6
Grafik 1.3. Piramida Penduduk Provinsi Sulteng Tahun 2020 7
Grafik 1.4. Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional, 2011 – 2020
9
Grafik 1.5. Persentase Penduduk Berdasarkan Agama di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019
11
Grafik 1.6. Data Bencana Non-Gempa Tahun 2019 15
Grafik 1.7. Tren Penderita Terkonfirmasi, Sembuh, dan Meninggal Covid-19 Sulteng
15
Grafik 2.1. Porsi PDRB Sulteng Terhadap PDB Nasional (dalam triliun rupiah) 17
Grafik 2.2. Realisasi Triwulan Komponen Belanja dan Investasi Pemerintah dalam PDRB 2020
20
Grafik 2.3. Perkembangan PDB dan PDRB Per Kapita ADHB Sulawesi Tengah dan Nasional Tahun 2015 – 2020 (dalam Juta Rupiah)
22
Grafik 2.4. Pergerakan 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) Tahun 2019-2020 22
Grafik 2.5. Pergerakan Inflasi Bulanan Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional Tahun 2019 – 2020 (dalam Persentas
23
Grafik 2.6. Perkembangan Nilai Kurs Rupiah Dengan Mata Uang USD, JPY, CNY, dan EUR Selama Tahun 2020
25
Grafik 2.7. Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Ekspor-Impor Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020
26
Grafik 2.8. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sulawesi Tengah, Nasional, dan Target IPM RPJMD Tahun 2015 – 2020
26
Grafik 2.9. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Tahun 2020 27
Grafik 2.10. Nilai Indikator Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2019 dan Tahun 2020
27
Grafik 2.11. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sulawesi Tengah Tahun 2010 – 2020
28
Grafik 2.12. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Sulawesi dan Nasional Tahun 2020
29
Grafik 2.13. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011 – 2020
29
Grafik 2.14. Perkembangan Gini Ratio di Sulawesi Tengah Periode Maret 2014 – September 2020
30
Grafik 2.15. Perkembangan NTP, Indeks yang Dibayar Petani (lb), Indeks yang Diterima Petani (lt) di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 - 2020
32
Grafik 2.16. Perkembangan NTN, Indeks yang Dibayar Nelayan (lb), Indeks yang Diterima Nelayan (lt) di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 - 2020
33
Grafik 3.1 Rasio Perpajakan Terhadap PDRB 39
Grafik 3.2. Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional Sulawesi Tengah Tahun 2020 (dalam Persentase)
40
Grafik 3.3. Kontribusi Populasi Terhadap Pendapatan Pemerintah Tahun 2020 (dalam Ribu Rupiah)
40
Grafik 3.4. Penyerapan Anggaran Belanja K/L di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018-2020
44
viii DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.5. Penyerapan Anggaran Belanja Pegawai di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018-2020
44
Grafik 3.6. Penyerapan Anggaran Belanja Barang di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018-2020
45
Grafik 3.7. Penyerapan Anggaran Belanja Modal di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018-2020
45
Grafik 3.8. Penyerapan Anggaran Belanja Bantuan Sosial di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018-2020 (miliar Rp)
46
Grafik 3.9. Realisasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020 (dalam miliar)
46
Grafik 3.10. Realisasi DAU tingkat Nasional dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2020 (dalam miliar)
47
Grafik 3.11. Realisasi DBH tingkat Nasional dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2020
47
Grafik 3.12. Realisasi DAK Fisik tingkat Nasional dan Kabupaten/Kota di Sulteng Tahun 2020 (miliar Rp)
48
Grafik 3.13. Arus Kas Masuk th 2018 - 2020 (miliar Rp) 50
Grafik 3.14. Arus Kas Keluar th 2018 – 2020 (miliar Rp) 50
Grafik 3.15. Cash Flow Pemerintah Pusat Tahun 2020 50
Grafik 3.16. Perkembangan Pagu PNBP dan RM Satker PNBP Berpotensi 53
Grafik 3.17. Perkembangan Aset BLU Pusat di Sulawesi Tengah Tahun 2013 – 2020
53
Grafik 3.18. Realisasi Penyaluran KUR Per Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2020
55
Grafik 3.19. Penyaluran KUR Per Sektor Ekonomi Sulawesi Tengah Tahun 2019 – 2020
56
Grafik 3.20. Penyaluran KUR Per Kategori Kredit Sulawesi Tengah 56
Grafik 3.21. Realisasi Mandatory Spending Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020 57
Grafik 4.1. Rasio Pendapatan Lain-lain Terhadap Pendapatan Daerah 66
Grafik 4.2. Rasio Alokasi Belanja Daerah Sektor Konsumtif dan Produktif Tahun 2020
68
Grafik 4.3. Rasio Alokasi Anggaran Per Kabupaten/Kota Tahun 2020 (APBN+APBD)
69
Grafik 4.4. Perbandingan Rasio Surplus/Defisit Antara Pagu dan Realisasi APBD TA 2020
71
Grafik 4.5. Rasio Surplus/Defisit terhadap Aggregat Pendapatan Tahun 2020 72
Grafik 4.6. Rasio Surplus/Defisit terhadap Belanja & Transfer Tahun 2020 73
Grafik 4.7. Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB ADHB dan PDRB ADHK 73
Grafik 4.8. Rasio SILPA terhadap Belanja Kabupaten/Kota se-Sulteng TA 2020 74
Grafik 4.9. Perbandingan Horizontal PAD dan Pertumbuhan Tahun 2019 – 2020 76
Grafik 4.10. Perbandingan Kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan TA 2020 76
Grafik 4.11. Rasio Kontribusi Belanja Modal terhadap Total Belanja TA 2020 77
Grafik 4.12. Kapasitas Fiskal Per Kabupaten/Kota di Sulteng TA 2020 (Rp juta) 78
Grafik 4.13. Perbandingan Realisasi Belanja Pendidikan Dengan Total Belanja Daerah TA 2020
81
Grafik 4.14. Rasio Realisasi Belanja Kesehatan Tahun 2020 81
Grafik 4.15. Realisasi Belanja Infrastruktur Daerah di Sulteng Tahun 2020 82
Grafik 5.1. Proporsi Pendapatan Konsolidasi Tahun 2020 82
Grafik 5.2. Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020
83
DAFTAR GRAFIK ix
Grafik 5.3. Perbandingan Perpajakan Pusat dan Daerah terhadap Perpajakan Konsolidasian Tahun 2020
83
Grafik 5.4. Pajak Perkapita Konsolidasian per Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020
84
Grafik 5.5. Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian Tahun 2020
84
Grafik 5.6. Komposisi Belanja Konsolidasian Tahun 2019 dan 2020 85
Grafik 5.7. Perkembangan Belanja Pemerintah Konsolidasian Per Jiwa Kabupaten/Kota pada Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 dan 2020
86
Grafik 5.8. Rasio Belanja Pendidikan Konsolidasian Per Jiwa Kabupaten/Kota pada Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 dan 2019 (dalam Juta Rupiah/Kapita)
87
Grafik 5.9. Rasio Surplus/Defisit Konsolidasi per Kabupaten/Kota Terhadap PDRB Kabupaten/Kota Tahun 2020
88
Grafik 6.1. Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian pada PDRB Sulteng 2015-2020
97
Grafik 6.2. Persentase Kontribusi Nilai Ekspor Komoditas Besi Baja dan Bahan Bakar Mineral 2015-2020
98
Grafik 6.3 Nilai Volume dan FoB Komoditas Bahan Bakar dan Mineral Tahun 2015-2019
98
Grafik 6.4. Daerah Produksi Nikel Per-Kabupaten di Sulteng 2015-2019 90
Grafik 6.5. Struktur Ekonomi dan Laju pertumbuhan Sektor Administrasi Pemerintahan.
101
Grafik 6.6. PDRB Harga Berlaku dan Konstan Sektor Administrasi Pemerintahan. 101
Grafik 6.7. Jumlah Pegawai Pemerintahan Provinsi Sulteng 101
Grafik 6.8. Tren Jumlah Pegawai Tahun-ke Tahun daerah pada Provinsi Sulteng 102
Grafik 6.9. Jumlah Tamu Menginap di Hotel Berbintang Sulteng 102
Grafik 6.10. Angka kedatangan melalui Transportasi Udara dan Laut Sulteng 104
Grafik 7.1. Grafik Penderita Covid-19 Sulteng 104
Grafik 7.2. Struktur Ekonomi dan Laju Pertumbuhan 5 Sektor Lapangan Usaha PDRB Sulteng Tahun 2020
108
Grafik 7.3. Tren Penderita Covid-19 Provinsi Sulawesi Tengah, Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (y-o-y), dan Peraturan Terkait Perjalanan
110
Grafik 7.4. Persentase Alokasi Belanja Penanganan Covid-19 114
Grafik 7.5. Belanja Bantuan Keuangan ke Kabupaten Dalam Rangka Penanganan Covid-19
116
x DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Target dan Indikator RPJMD 2016-2021 2
Gambar 1.2. Peta Provinsi Sulawesi Tengah 14
Gambar 1.3. Peta Patahan Sulawesi 19
Gambar 1.4. Indeks Mobilitas, Peningkatan Ekonomi, dan Kesehatan Provinsi di Indonesia
21
Gambar 4.1 Klasifikasi Realisasi Capaian Target PAD 65
Gambar 6.1. Peta Potensi Tambang di Provinsi Sulteng 113
DAFTAR SINGKATAN xi
DAFTAR SINGKATAN ADHB : Atas Dasar Harga Berlaku
ADHK : Atas Dasar Harga Konstan
AHH : Angka Harapan Hidup
AMH : Angka Melek Huruf
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APK : Angka Partisipasi Kasar
ASN : Aparatur Sipil Negara
Banglut : Banggai Laut
Bangkep : Banggai Kepulauan
BI : Bank Indonesia
BLU : Badan Layanan Umum
BLUD : Badan Layanan Umum Daerah
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
BPS : Badan Pusat Statistik COVID19 : Corona Virus Disease
DAK : Dana Alokasi Khusus
DAU : Dana Alokasi Umum
DBH : Dana Bagi Hasil
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggraran
DJPB : Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Kuasa BUN
: Kuasa Bendahara Umum Negara
DJP : Direktorat Jenderal Pajak
DJBC : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
FGD : Focus Group Discussion
HDI : Human Development Index
HDR : Human Development Report
HPH : Hak Pengusahaan Hutan
IB : Industri Besar
IHK : Indeks Harga Konsumen
IKM : Industri Kecil dan Menengah
IMH : Indeks Melek Huruf
IPM : Indeks Pembangunan Manusia
IRLS : Indeks Rata-rata Lama Sekolah
Kab. : Kabupaten
KD : Kantor Daerah
KP : Kantor Pusat
KPP : Kantor Pelayanan Perpajakan
KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
KUR : Kredit Usaha Rakyat
LPE : Laju Pertumbuhan Ekonomi
LPP : Laju Pertumbuhan Penduduk
Monev : Monitoring dan Evaluasi
m-to-m : month to month
Morut : Morowali Utara
NPWP : Nomor Pokok Wajib Pajak
NTP : Nilai Tukar Petani
PAD : Pendapatan Asli daerah
Parimo : Parigi Moutong
P2D2 : Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi
PBB : Pajak Bumi dan Bangunan
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
PKRT : Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
PMA : Penanaman Modal Asing
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
PMTB : Pembentukan Modal Tetap Bruto
PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
PNS : Pegawai Negeri Sipil
PNSD : Pegawai Negeri Sipil Daerah
PPh : Pajak Penghasilan
PPI : Pelabuhan dan Pendaratan Ikan
PPK : Pembinaan Pengelolaan Keuangan
PPN : Pajak Pertambahan Nilai
PPP
Peabuhan Perikanan Pantai
Prov. : Provinsi
q-to-q : quarter to quater
RDI : Rekening Dana Investasi
RDP : Rekening Dana Pemerintah
RKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RLS : Rata-Rata Lama Sekolah
RM : Rupiah Murni
Rp : Rupiah
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJPD : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
RSU : Rumah Sakit Umum
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SDM : Sumber Daya Manusia
SILPA : Sisa Lebih Penerimaan Anggaran
SIM : Surat Ijin Mengemudi
SIKP
Sistem Informasi Kredit Program
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SLA : Subsidiary Loan Agreement
SPM : Standar Pelayanan Minimum
SRG : Subsidi Resi Gudang
STNK : Surat Tanda Nomor Kendaraan
Sulteng : Sulawesi Tengah
TA : Tahun Anggaran
The Fed
The Federal Reserve
TKI : Tenaga Kerja Indonesia
TNKB : Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
Touna : Tojo Una-Una
TP : Tugas Pembantuan
TPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka
UB : Urusan Bersama
UU : Undang-undang
y-o-y : year on year
xii RINGKASAN EKSEKUTIF
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kondisi ekonomi, sosial, wilayah Sulawesi Tengah
Guna menentukan arah ke depan yang menggambarkan tujuan yang ingin dicapai dari
penyelenggaraan pembangunan, pengelolaan pemerintahan daerah dan pemberdayaan
masyarakat, serta guna menyatukan persepsi, interprestasi serta komitmen seluruh komponen
masyarakat, maka pemerintah Sulawesi Tengah (Sulteng) kemudian menetapkan Visi
Pemerintah Provinsi Sulteng Tahun 2016-2021 melalui Peraturan Daerah Provinsi Sulteng
Nomor 10 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Sulteng Tahun 2016-2021. Visi Pembangunan Periode 2016-2021 Sulteng mengusung
tagline “SULAWESI TENGAH MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING”.
Dalam mewujudkan perekonomian Sulteng yang maju, beberapa tantangan yang harus
diselesaikan antara lain tantangan ekonomi, tantangan sosial kependudukan dan tantangan
kemanan. Tantangan ekonomi yang dihadapi antara lain pertumbuhan ekonomi yang semu
(quasy growth), hal ini ini didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat pada konsumsi bahan
makanan yang memang menjadi kebutuhan pokok, penyerapan anggaran yang terlambat serta
birokrasi yang belum mendukung investasi menjadi tantangan ekonomi selanjutnya. Sumber
daya manusia yang belum baik yang ditandai dengan nilai Indek Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Sulteng sebesar 69.55 peringkat 11 terbawah nasional, namun demikian selama 10
tahun terakhir naik secara gradual. Tantangan berikutnya adalah bidang keamanan dimana
wilayah Provinsi Sulteng, saat ini masih tergolong kurang menguntungkan bagi investor. Isu
konflik yang sering terjadi khususnya Kabupaten Poso, Sigi dan bahkan Kota Palu menjadi
sorotan nasional bahkan internasional. Stigma Sulteng sebagai daerah yang belum aman
sebagai konsekuensi dari konflik horizontal di Poso pada tahun 2000 masih melekat setiap orang
yang berasal dari luar Sulteng ketika akan datang ke wilayah ini.
Perkembangan indikator ekonomi makro dan kesejahteraan
Walaupun memiliki berbagai tantangan ekonomi dan keamanan, kinerja perekonomian Sulteng
memiliki kinerja cukup baik. Dalam kurun waktu tahun 2014-2019 pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Tengah memang mengalami fluktuasi namun masih lebih tinggi jika dibandingkan
dengan pertumbuhan ekonomi secara nasiona. Pada tahun 2020 ini, kinerja perekonomian di
Sulteng cukup terpengaruh dengan adanya wabah Covid-19. Perekonomian Sulteng tahun 2020
melambat 3,97 basis poin dari tahun sebelumnya (c-to-c) namun tetap lebih tinggi 2,79 poin dari
RINGKASAN EKSEKUTIF xiii
pertumbuhan nasional yang mencapai -2,07 persen. Meskipun mengalami perlambatan
dibanding tahun sebelumnya namun pertumbuhan tersebut cukup menggembirakan mengingat
pada 6 bulan pertama ekonomi sempat terpukul karena pandemi. Dengan capaian pertumbuhan
ekonomi sebesar 4,86 persen maka target pertumbuhan ekonomi dalam RKPD Sulteng tahun
2020 sebesar 4,25-4,50 persen tercapai bahkan terlampaui. Industri Pengolahan menjadi industri
dengan pertumbuhan tertinggi dengan pertumbuhan sebesar 23,68 persen. Bila ditinjau dari sisi
pengeluaran, sumbangsih tertinggi terhadap PDRB Sulteng diberikan oleh komponen ekspor
barang dan jasa sebesar Rp 158,15 triliun atau mencapai 48,30 persen dari total PDRB Sulteng,
sedangkan bila ditijnau dari sisi penawaran Industri Pengolahan dengan porsi sebesar 27,61
persen mengungguli sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang menjadi andalan tahun-
tahun sebelumnya dan menyumbangkan porsi sebesar 21,76 persen tahun 2020. Berdasarkan
analisis Dynamic Location Quotien (DLQ), Analisis Shift Share, dan Typologi Klassen sektor
pertambangan dan penggalian, dan sektor administrasi pemerintahan merupakan sektor
unggulan yang mendukung pertumbuhan ekonomi di Sulteng, sedangkan sektor pariwisata
merupakan sektor yang memiliki potensi untuk dapat berkontribusi lebih terhadap petumbuhan
ekonomi di Sulteng.
Tingkat kesejahteraan masyarakat Sulteng yang diukur berdasarkan IPM naik sebesar 0,07
persen menjadi 69,55 dari tahun sebelumnya sebesar 69,5. Naiknya tingkat kesejahteraan juga
dilihat dari tingkat kemiskinan di Sulteng sebesar 13,06 persen, turun 0,12 dibandingkan periode
yang sama tahun 2019. Ketimpangan di Sulteng mengalami penurunan sebesar 0,005 poin dari
periode yang sama tahun lalu yang menunjukan telah terjadi pemerataan di Sulteng. Namun
demikian, pandemik Covid-19 cukup berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) mencapai 3,77 persen, naik 0,66 poin dari periode yang sama tahun lalu.
Laju inflasi di Sulteng tahun 2020 Provinsi Sulteng terjaga pada besaran 1,62 persen masih
dibawah tingkat inflasi nasional yaitu sebesar 1,68 persen. Capaian tersebut masih dibawah
target inflasi RKPD sebesar 4-5 persen pada tahun 2020. Kelompok pengeluaran yang memiliki
andil paling besar terhadap inflasi di Sulteng masih berada pada kelompok Makanan, Minuman
(0,32 persen) dan Transportasi (0,12 persen). Penurunan ini menandakan ekonomi Sulteng tetap
membaik walaupun dilanda wabah pandemic covid-19.
Perkembangan dan pengaruh fiskal di daerah (APBN dan APBD) dan Sektor Unggulan
Realisasi Pendapatan Negara tahun 2020 adalah sebesar Rp4,56 triliun mengalami penurunan
sebesar Rp278 miliar atau 5,7 persen dibandingkan tahun 2019. Sedangkan realisasi belanja
xiv RINGKASAN EKSEKUTIF
tahun 2020 adalah sebesar Rp23,66 triliun atau mencapai 94,03 persen turun 2,9 persen
dibandingkan realisasi belanja tahun 2019. Dalam rangka penanggulan pandemic Covid-19, pada
awal tahun 2020 dikeluarkan kebijakan refocusing belanja pemerintah pusat dan alokasi transfer
ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) untuk penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19) serta Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Kebijakan ini berpengaruh terhadap
penurunan pagu belanja serta realisasi belanja di Sulteng.
Pemerintah Pusat dalam upaya mendorong laju pertumbuhan ekonomi, memberikan subsidi
bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR). Perkembangan penyaluran program Kredit Usaha Rakyat
(KUR) di Sulteng selama Tahun 2020 (y-on-y) mengalami peningkatan walaupun terjadi pandemi
ini. Realisasi penyaluran KUR pada tahun 2020 ini sebesar Rp1,60 triliun mengalami kenaikan
sebesar 156 persen jika dibandingkan penyaluran pada tahun 2019 sebesar Rp625,9 miliar.
Demikian juga dari sisi penerima kredit KUR tahun 2020 (y-on-y) sebanyak 55.159 debitur
mengalami kenaikan sebesar 34 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019
sebanyak 41.046 debitur.
Rekomendasi kebijakan
Beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Sulteng antara
lain Mendorong pengembangan perekonomian wilayah barat Sulteng utamanya disekitar Kota
Palu, Kabupaten Sigi, Donggala, dan Buol agar investor tertarik untuk berinvestasi di wilayah
tersebut. Percepatan pembangunan sarana dan prasarana di wilayah timur Sulteng yaitu sekitar
Kabupaten Bangga dan Morowali, akan meningkatkan potensi sektor pertambangan dan
penggalian semakin dapat dioptimalkan dan mendorong daerah sekitarnya juga turut
berkembang. Mengoptimalkan beberapa sector yang memiliki meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di Sulteng sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap sektor pertambangan.
Program vaksinasi merupakan momentum sekaligus peluang pembukaan kembali dan
pengembangan sektor pariwisata. Percepatan belanja pemerintah pada awal tahun anggaran
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga laju inflasi sebagai antisipasi
perekonomian yang masih dipenuhi ketidakpastian. Meningkatkan kualitas data penerima
bantuan sebagai upaya untuk meningkatkan efektifitas bantuan program PEN bagi masyarakat
Sulteng yang terdampak Pandemic covid-19
2020APBDBELANJA BANSOS
Rp2,3 T (117,19%)
BELANJA TAK TERDUGA
Rp257 M (154,97%)
APBN DAN APBN SULAWESI TENGAH TAHUN 2020
2020
BELANJA
PEMERINTAH PUSATRp7,44 T (84,4%)
TKDD
Rp16,22 T (216,7%)
APBNPENDAPATAN
BELANJA
Rp4,56 T (109,3%)
Rp23,66 T (94%)
PERPAJAKAN
Rp4 T (102,3%)
PNBP
Rp555 M (102,3%)
PENDAPATAN
BELANJA
Rp18,52 T (101,4%)
Rp19,27 T (87,27%)
PAD
Rp2,54 T (180,8%)
TRANSFER
Rp15,39 T (109,19%)
LLPAD YANG SAHRp584 M (21,16%)
BELANJA PEGAWAI
Rp7,29 T (90,61%)
BELANJA BARANG
Rp16,22 T (216,7%)
BELANJA MODAL
Rp3,25 T (93,41%)
-1,14
-6,1
-23,55
+3.5
KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMII
SERTA UPAYA PENANGANAN COVID-19SULTENG 2020
2019 2020
15
10
5
0
Persentase Kontribusi Nilai EksporKomoditas Besi Baja dan BahanBakar Mineral Tahun 2015-2020
2015 2016 2017 2018 2019 2020
100
75
50
25
0
Bahan Bakar MineralBesi dan Baja
Persentase Kontribusi SektorPertambangan dan PenggalianTahun 2019-2020
KEUNGGULAN DAN POTENSI
EKONOMI SULTENG 2020
UPAYA PENANGANAN COVID-19 SULTENG 2020
StrukturEkonomi
LajuPertumbuhan
13,3913,40 13,78
13,36
19,04
11,03
74,0785,66
40,96
3,12 85,31
Persentase Alokasi BelanjaPenanganan Covid-19 Tahun 2020
PenangananDampakEkonomi
PenyediaanJPS
PenangananKesehatan
Penerima Bantuan KeuanganDalam Penanganan Covid-19
Tahun 2020
0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000
Bangkep
Banggai
Morowali
Poso
Donggala
Tolitoli
Buol
Parimo
Touna
Sigi
Banglut
Morut
Kota Palu
6.50121.512
3.30813.581
16.90512.710
9.98222.761
8.07714.082
2.3434.111
11.389
0 25 50 75 100 125
Pendidikan
Kesehatan
Infrastruktur
Peramalan (forecasting) digunakan untuk memprediksi laju pertumbuhan ekonomi NTT (PDRB) di tahun2020, sehingga kebijakan pemerintah yang tepat dapat diformulasikan. Dalam peramalan ini digunakandua metode. Metode pertama yaitu Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) yang merupakanpenggabungan dari metode moving average dan autoregressive, di mana menggunakan data runtunwaktu secara historis dan data terkini untuk menghasilkan peramalan jangka pendek yang akurat.Sedangkan metode kedua adalah Vector Auto Regression (VAR) yang merupakan estimasi menggunakanOrdinary Least Square (OLS).
Triwulan I tahun 2020 ekonomi Sulteng diprediksi tumbuh sebesar 7,11 persen (ARIMA) dan 7,18 persen(VAR). Hasil tersebut tanpa memperhitungkan pandemi sebagai variable yang dapat menjadi restriksi.Jika pandemi dimasukkan sebagai restriksi, dengan menggunakan asumsi perubahan target RKPD(pengurangan sebesar 1,5-2 persen) maka diprediksi perekonomian Sulteng berada di kisaran 5-5,61persen. Sedangkan PDRB tahunan diprediksi tumbuh sebesar 7,16 persen. Hasil peramalan tersebutcukup feasible dan achievable. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan, yaitu pertama rata-ratapertumbuhan ekonomi Triwulan I Sulteng selama 5 tahun terakhir tercatat sebesar 6,80 persen. Kedua,Indikator makro ekonomi sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya, juga secara tahunantetap tumbuh meski didera pandemi.
TW i 2021 TAHUN 2021
5 - 5,61 % sekitar 7,1
CAPAIAN OUTPUT STRATEGIS NASIONAL
DAN PROGNOSIS PERTUMBUHAN
EKONOMI DAN INFLASI
TW i 2021 TAHUN 2021
-0,81% 2,87
Fbprophet adalah metode runtun waktu open source yang dikembangkan olehdata science facebook. Dari hasil perhitungan menggunakan metode inididapatkan hasil peramalan inflasi sulteng triwulan I tahun 2021 sebesar -0,81%dan tahunan sebesar 2,87. Deflasi pada TW 1 diperkirakan karena permintaanturun akibat aktivitas ekonomi awal tahun yang masih lesu, ditambah dengantransisi kepeminpinan baru di Sulawesi yang membuat sektor-sektor yangterkait dengan administrasi pemerintahan membutuhkan waktu sebelumdapat mencapai titik optimal.
Capaian Output StrategisAlokasi Pendidikan diberikan kepada 5 bidangAlokasi Output Strategis Kesehatan sebesar Rp7,6M, total realisasi sebesar Rp7,5 M (97% dari pagu)Masih ada beberapa isu infrastruktur yang harusdihadapi
Prognosis Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah Metode AutoregressiveIntegrated Moving Average (ARIMA) dan Vector Auto Regressive (VAR)
PrognosisInflasiSulawesi Tengah
Metode PROPHET
9 5 %9 9 %
1 1 5 %
B A B ISASARAN DANTANTANGAN DAERAH
B A B ISASARAN DANTANTANGAN DAERAH
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
Gambar : Kemen PUPR Pembangunan Huntap Sulteng
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
Rp
Rp
P E R T U M B U H A N
E K O N O M I
T I N G K A T
P E N G A N G G U R A N
T E R B U K A ( T P T )
T I N G K A T
K E M I S K I N A N
P D R B
P E R K A P I T A
( J t R p )
I N D E K S
G I N II N F L A S I
TARGET AWAL
TARGET REV I S I
6,25-6,50
4,25-4,50
3,3
4,0-3,50
84,5-85
85,2-85,5
53-54
52,5-53,5
0,3000-0,325
0,3000-0,325
4,5-5
4-5
SOSIAL KEPENDUDUKAN
Kualitas dan Daya Saing SDM
Kondisi Keamanan Daerah
Kelangkaan Energi
Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan
IPM 11 besar terendah di Indonesia
Teror dan Gerakan Pengacau Keamanan
(GPK)
Krisis Listrik
Refocussing dan Realokasi Anggaran
Divergensi Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah Timur dan Barat
Ketimpangan Pembangunan Daerah
Wilayah Timur dan Barat
Rp Rp
EKONOMI
GEOGRAFI WILAYAH
Kondisi Geografis
Bencana Alam 2019
Angin Puting Beliung (12x)
Banjir (109x)
Tanah Longsor (15x)
Kekeringan (4x)
Abrasi Pantai (8x)
Gelombang Tinggi (8x)
Provinsi terluas di Sulawesi
dengan kontur geografis yang
unik
TargetRKPDTahun2020
Tantangan DaerahSulteng 2020
TANTANGAN
DAERAH
TERDAMPAK
COV ID - 19
Tingkat Kritikalitas Fatal (TKF) Provinsi
Sulawesi Tengah adalah 2,98%
3 kabupaten dengan TKF paling tinggi
merupakan penopang pertumbuhan
ekonomi sulteng
Ringka sg ra f i s Bab IRingka sg ra f i s Bab I
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
1 BAB I: TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH
1.1 PENDAHULUAN
Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di daerah adalah
untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Oleh sebab itu, untuk mendukung
penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur pendanaan
yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian anggaran belanja
baik pada APBN maupun APBD.
Sesuai dengan Undang-Undang Keuangan Nomor 17 Tahun 2003, pemegang kekuasan
tertinggi pengelolaan keuangan negara adalah Presiden, sedangkan di daerah diserahkan
kepada Gubernur/Bupati/Walikota. Oleh karena itu, dalam tataran implementasi kebijakan
fiskal di daerah diperlukan sinergi dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan
pusat dan daerah agar tujuan dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan
efisien.
Selanjutnya, kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan daerah
dalam memastikan efektifitasnya. Melalui tiga fungsi utamanya sebagai alat alokasi,
distribusi, dan stabilisasi, maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu
meningkatkan perbaikan dan kualitas indikator-indikator ekonomi makro dan kesejahteraan
di daerah.
Hal utama yang harus menjadi dasar bagi perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien
adalah pemetaan tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi, sosial-
kependudukan, serta tantangan wilayahnya, sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui
program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi.
Kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi
dan indikator-indikator kesejahteraan.
1.2 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
1.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi
Tengah (Sulteng) 2016-2021 merupakan rencana tahap ketiga dari Rencana
BAB I : TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 2
Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) 2005-2025. RPJPD bertujuan
untuk lebih memantapkan penataan
kembali Sulteng di segala bidang
dengan penekanan pada upaya
peningkatan kualitas sumber daya
manusia termasuk pengembangan
kemampuan ilmu dan teknologi serta
penguatan daya saing perekonomian
yang didukung oleh suasana aman
dan damai dalam kehidupan
masyarakat.
Pemerintah Provinsi Sulteng kemudian
menetapkan Visi Pembangunan
Periode 2016-2021 yaitu “Sulteng
Maju, Mandiri, dan Berdaya saing”.
Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam 5 (lima) misi antara lain melanjutkan
reformasi birokrasi, mendukung penegakan supremasi hukum dan HAM,
meningkatkan pembangunan infrastruktur daerah dan pendukung kemandirian
energi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pemberdayaan ekonomi
kerakyatan, mewujudkan pengelolaan sumber daya agribisnis dan maritim yang
optimal dan berkelanjutan sejajar dengan provinsi maju di kawasan timur
Indonesia, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing
dan berbudaya.
Agar lebih mudah diimplementasikan, visi-misi tersebut kemudian diturunkan ke
dalam 7 (tujuh) tujuan dan kemudian dirinci ke dalam 60 sasaran dengan indikator
diantaranya adalah indeks reformasi birokasi, persentase daerah tertinggal,
pertumbuhan ekonomi, Indeks Reformasi Birokrasi, persentase penduduk miskin,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Nilai Tukar Petani dan Perikanan
(NTPP). Tabel matriks misi, tujuan, dan sasaran dalam RPJMD secara lengkap
dapat ditilik pada bagian lampiran 1 kajian ini.
Pada akhir masa RPJMD pada tahun 2021, Pemerintah Provinsi Sulteng
menargetkan IPM pada angka 70,25 dan keluar dari kategori “sedang”. Tata
kelola pemerintahan juga disasar lebih baik dengan peningkatan Indeks
IPM 68,88
PDRB Perkapita 50,18jt Indeks Ref. Birokrasi B
Penduduk Miskin 86,31
NTP 102,29 NTN 107,15
2018
IPM 69
PDRB Perkapita 55,32jt Indeks Ref. Birokrasi B
Penduduk Miskin 85,4
NTP 102,5 NTN 108,22
2020
IPM 70,25
PDRB Perkapita 58,09jt Indeks Ref. Birokrasi BB
Penduduk Miskin 85,6
NTP 102,6 NTN 108,76
2021
IPM 68,75
PDRB Perkapita 52,69jt Indeks Ref. Birokrasi B
Penduduk Miskin 85,2
NTP 102,39 NTN 107,68
2019
IPM 68,11
PDRB Perkapita 45,24jt Indeks Ref. Birokrasi B
Penduduk Miskin 85,78
NTP 98,5 NTN 106,62
2017
Gambar 1.1. Target dan Indikator RPJMD 2016-2021 *Sumber : RPJMD Sulteng 2016-2021
3 BAB I: TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
Reformasi Birokrasi dari “B” menjadi “BB”. Sementara dari sisi ekonomi
penerimaan PDRB perkapita ditargetkan naik sampai dengan Rp58,09 juta,
sedangkan nilai tukar petani dan nelayan masing-masing ditargetkan naik sampai
dengan 102,6 dan 108,76 poin (Gambar 1.1.).
1.2.2 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Memperhatikan sasaran pembangunan RPJMD di tahun 2020 dan Tema
Pembangunan Nasional Tahun 2020, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Pemerintah Provinsi Sulawes Tengah tahun 2020 mengambil tema ”Membangun
Kembali Sulteng Melalui Penguatan Mutu, Modal, Manusia, dan
Infrastruktur”. Tema tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam 3 (tiga) agenda
prioritas pembangunan daerah tahun 2020, yakni Peningkatan Kualitas Sumber
Daya Manusia, Peningkatan Daya Saing Daerah, dan Peningkatan Jaringan
Infrastruktur.
Masing-masing agenda tersebut
kemudian diturunkan kedalam
indikator-indikator. Namun, pada
akhir Semester 1 Tahun 2020,
indikator-indikator yang telah
ditetapkan sebelumnya tersebut
kemudian direvisi sebagai
konsekuensi dari penurunan
drastis perekonomian baik secara
global maupun nasional yang disebabkan adanya pandemi Covid-19. Sasaran
dan indikator RKPD 2020 baik versi awal maupun revisi ditampilkan pada Tabel
1.1.
1.3 Tantangan Daerah
Secara keseluruhan berbagai tantangan utama yang berpotensi menghambat
pembangunan Provinsi Sulteng pada tahun 2020 dapat dikelompokkan dalam beberapa
aspek yaitu ekonomi, sosial kependudukan, geografis, serta dampak pandemi Corona
Virus Desease (Covid-19).
1.3.1 Tantangan Ekonomi Daerah
Upaya pengembangan ekonomi masyarakat guna meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dalam rangka peningkatan daya saing serta untuk memeratakan
Indikator Target 2020
(Awal) Target 2020
(Revisi)
Pertumbuhan ekonomi
6,25-6,50 4,25-4,50
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
3,3 4,0-3,50
Tingkat kemiskinan
84,5-85 85,2-85,5
PDRB per Kapita (Jt Rp)
53-54 52,5-53,5
Indeks Gini 0,300-0,325 0,300-0,325
Inflasi 4,5-5 4-5
Tabel 1.1. Perubahan Indikator dan Target RPKD Tahun 2020
*Sumber: RKPD Provinsi Sulawesi Tengah
BAB I : TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4
pembangunan ekonomi antar daerah kabupaten/kota secara berkeadilan menemui
beberapa kendala/tantangan, yaitu:
1. Pengaruh Realokasi Anggaran Terhadap Perubahan dan Pencapaian Target-
Target Perekonomian
Perkembangan ekonomi Provinsi Sulteng menunjukkan kinerja yang positif yakni
pada tahun 2019 tumbuh 7,15% (yoy), lebih tinggi dari tahun sebelumnya 6,28%
dan lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04%.
Namun, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulteng yang cukup tinggi tersebut
tidak dapat dipertahankan pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19.
Salah satu kebijakan yang berpengaruh terhadap target-target perekonomian
adalah kebijakan realokasi program/kegiatan dan refocusing APBD Provinsi
Sulteng Tahun Anggaran 2020. Kebijakan ini mengalihkan sebagian alokasi
anggaran untuk membantu tambahan dana yang diperlukan sektor kesehatan
dalam rangka pencegahan dan penanganan Covid-19, jaringan pengaman sosial,
serta stimulus ekonomi terutama sektor yang terdampak pandemi Covid-19.
Sebagai konsekuensinya dilakukan penyesuaian program/kegiatan dalam
Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulteng Tahun
2020, baik berupa pergeseran pagu kegiatan antar perangkat daerah maupun
penambahan atau pengurangan target kinerja dan pagu kegiatan, serta perubahan
lokasi dan kelompok sasaran kegiatan.
Seperti dapat dilihat pada Tabel 1.1.di halaman 3, pemerintah daerah telah
melakukan koreksi target perekonomian dalam RKPD. Koreksi paling besar terjadi
pada indikator pertumbuhan ekonomi dan TPT (tingkat pengangguran terbuka)
yang turun sekitar 30%. Penurunan target tersebut masih dibayangi dengan risiko
ketidakcapaian target karena berbagai keterbatasan yang terjadi sebagai
konsekuensi dari Covid-19.
2. Divergensi Pertumbuhan Ekonomi
Selama ini sumber pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulteng sangat mengandalkan
wilayah timur dengan sektor tambang dan industrinya. Data Badan Pusat Statistik
(BPS) menunjukkan selama 3 (tiga) tahun terakhir sampai dengan tahun 2019, 3
(tiga) daerah dengan laju pertumbuhan tertinggi berada pada wilayah timur yaitu
Kabupaten Morowali, Kabupaten Banggai, dan Kabupaten Morowali Utara (Grafik
1.1.). Sedangkan wilayah barat seperti kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala,
Kabupaten Toli-Toli, dan lainnya cenderung tidak berkembang. Diperlukan
5 BAB I: TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
terobosan kebijakan atau program
oleh pemerintah daerah agar iklim
investasi pada daerah-daerah tersebut
dapat menarik investor agar
berinvestasi pada daerah-daerah
tersebut.
3. Tidak Meratanya
Pembangunan Daerah
Meskipun dari sisiinvestasi wilayah
timur terus berkembang dengan sektor
industrinya. Namun, jika dilihat dari sisi
pembangunan, sektoral-sektor
ekonomi di wilayah barat mendapat
porsi yang lebih baik di mana
pembangunan banyak terpusat pada wilayah sekitar Kota Palu dan Kabupaten
Poso, sedangkan bagian timur seperti Kabupaten Banggai dan Kabupaten
Banggai kepulauan dari berbagai hal seperti infrastruktur jalan dan jembatan, rasio
elektrifikasi, sarana dan prasarana kesehatan jauh tertinggal. Kondisiini
berdampak pada terhambatnya kegiatan dan arus perekonomian di wilayah
tersebut.
4. Tantangan birokrasi dan pelayanan perizinan
Dari sisi tata kelola pemerintahan, upaya mewujudkan pemerintahan yang efektif,
efisien dan akuntabel masih menghadapi beberapa permasalahan, dan diperlukan
penanganan secara mendasar, terencana dan sistematis. Kondisi kelembagaan
pemerintah daerah dari aspek struktur maupun fungsi belum efektif dan efisien,
sehingga kualitas pelayanan publik (public services) belum optimal. Di samping
itu, citra dan kinerja aparatur pemerintah daerah dalam penyelenggaraan tugas
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan berdasarkan prinsip good
governance masih rendah.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa birokrasi belum
sepenuhnya mendukung pemerintahan yang baik, yaitu faktor teknologi dan non-
teknologi. Faktor teknologi berkenaan dengan kurang optimalnya pemanfaatan
sistem informasi daerah yang disebabkan antara lain oleh belum diperbaharuinya
Banggai
Morowali
Morowali Utara
2
7
12
2017 2018 2019Banggai Kepulauan Banggai
Morowali Poso
Donggala Tolitoli
Buol Parigi Moutong
Tojo Una-Una Sigi
Banggai Laut Morowali Utara
Kota Palu
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingkup Provinsi Sulawesi Tengah 2017-2019
*Sumber : Data Kesejahteraan BPS 2020 (diolah)
BAB I : TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 6
data-data secara berkala sehingga pihak-pihak yang berkepentingan mengalami
kendala baik dalam perencanaan maupun dalam melakukan monitoring dan
evaluasi. Sedangkan factor non-teknologi antara lain sebagai berikut:
a. Kehati-hatian dalam pengelolaan anggaran yang mengakibatkan rendahnya
serapan anggaran;
b. Adanya sebagian kecil Aparatur Sipil Negara (ASN) yang kurang sungguh-
sungguh dalam pelaksanaan kegiatan;
c. Perubahan regulasi yang terlalu cepat;
d. Kurangnya sosialisasi tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan;
e. Hasil monitoring, pengendalian dan evaluasi belum sepenuhnya menjadi
acuan dalam proses perencanaan.
1.3.2 Tantangan Sosial Kependudukan
1. Kondisi Demografi
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2010-2020), laju pertumbuhan
penduduk Sulteng mencapai 1,22 persen per-tahun, lebih rendah dari rata-rata laju
pertumbuhan nasional sebesar 1,25 persen. Laju pertumbuhan di Sulteng tersebut
terus mengalami perlambatan sebesar 2,65 persen dibandingkan dengan periode
1971-1980 yang sebesar 3,87 persen. Selain dikarenakan fasilitas kesehatan dan
kesejahteraan penduduk yang semakin meningkat, salah satu faktor penekan laju
pertumbuhan tersebut adalah program pengendalian penduduk dan KB. Sejak
Tahun 2015, baik rasio pengguna KB aktif maupun pasca salin di Sulteng terus
meningkat. Rasio pengguna KB aktif meningkat dari 63,2 persen pada tahun 2015
menjadi 68,2 persen pada tahun 2019.
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Rasio Jenis Kelamin Per
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulteng Tahun 2020
No. Kabupaten/Kota Jumlah
Penduduk Laju Pertumbuhan
Rasio Jenis Kelamin
1 Banggai Kepulauan 120.142 4,54% 103
2 Banggai 362.275 1,10% 104
3 Morowali 161.727 4,54% 122
4 Poso 244.875 1,53% 107
5 Donggala 300.436 0,77% 106
6 Tolitoli 255.154 0,62% 104
7 Buol 145.254 0,91% 105
8 Parigi Moutong 440.015 0,60% 105
9 Tojo Una-Una 163.829 1,69% 105
10 Sigi 257.585 1,76% 105
11 Banggai Laut 70.435 1,20% 102
12 Morowali Utara 120.789 1,45% 108
13 Palu 373.218 1,01% 100
*Sumber : BPS (diolah)
7 BAB I: TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk paling tinggi ada pada
dua kabupaten yaitu Banggai Kepulauan dan Morowali. Pertumbuhan penduduk
Sulteng terutama di Kabupaten tersebut memberikan tantangan bagi pemerintah
daerah utamanya dalam penyelenggaraan kesehatan, pendidikan,
ketenagakerjaan dan sarana prasarana pendukung dalam mencapai
kesejahteraan setiap warganya.
2. Struktur dan Jumlah Penduduk
Bila dikelompokkan menurut generasi, mayoritas penduduk Provinsi Sulteng
didominasi oleh Generasi Z dan Generasi Millenial. Generasi Z memiliki proporsi
sebesar 31,25 persen dari total populasi dan Generasi Millenial sebesar 25,89
persen. Dari perspektif demografis, jika dikelola dengan baik, angka-angka ini
menunjukkan bahwa Prov. Sulteng memiliki potensi besar dalam hal produktifitas
dan kreatifitas jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.
Dengan bentuk piramida
penduduk expansive, Provinsi
Sulteng mempunyai angka
kelahiran lebih banyak daripada
angka kematian. Jika dilihat dari
kelompok umur, penduduk
Provinsi Sulteng tahun 2020
terbesar berada pada kelompok
umur 15-19 tahun sebesar
303.705 jiwa (10,17%),
sedangkan kelompok umur
dengan jumlah penduduk
terendah adalah kelompok umur 70-74 tahun sebanyak 39.321 jiwa (1,32%).
Ditinjau dari angka beban ketergantungan (dependency ratio), proporsi penduduk
usia tidak produktif dalam kelompok umur 0-14 dan >65 tahun menunjukkan angka
beban ketergantungan yang semakin menurun. Persentase dependency ratio
Sulteng Tahun 2020 menunjukan angka 40,47 persen, menurun sebesar
minus17,81 persen dibandingkan Tahun 2010 yang sebesar 58,28 persen. Hal ini
terjadi karena peningkatan jumlah penduduk produktif (15-64 tahun), dan
menurunnya angka penduduk tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas).
Peningkatan jumlah usia produktif ini tentunya harus dibarengi dengan penyiapan
Grafik 1.3. Piramida Penduduk Provinsi
Sulteng Tahun 2020
200 150 100 50 0 50 100 150 200
0-45-9
10-1415-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-6465-6970-74
75+
Laki-laki Perempuan*Sumber : BPS (diolah)
BAB I : TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 8
kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
akan masuk ke angkatan kerja antara lain; menjaga penurunan fertilitas,
menyiapkan keterampilan dan kompetensi tenaga kerja dan kebijakan ekonomi
dalam menciptakan lapangan kerja, fleksibilitas pasar tenaga kerja, keterbukaan
perdagangan (trade openness) serta dukungan sarana dan prasarana yang
memadai.
3. Karateristik Masyarakat
Proporsi masyarakat penduduk Sulteng yang tinggal di pedesaan berjumlah lebih
dari 71,12 persen total penduduk, sedangkan 28,88 persen tinggal di perkotaan.
Hal ini tentu berpengaruh pada karakteristik kehidupan sosial masyarakat. Di
daerah pedesaan misalnya, biasanya masyarakat masih menjunjung tinggi sikap
kekeluargaan dan gotong royong yang kental karena satu sama lain sering
bergantung dalam berbagai hal dan kegiatan. Sedangkan di perkotaan,
masyarakat yang sudah berbaur dari berbagai suku dan etnis dan terpapar dengan
kemajuan teknologi membuat pola pikir masyarakat lebih mandiri dan terbuka
terhadap perubahan yang cepat.
4. Kondisi Keamanan Daerah
Salah satu syarat dalam membangun iklim investasi adalah ketersediaan
suprastruktur atau kondisi non fisik yang terbangun di suatu daerah. Indikator ini
dapat terpenuhimelalui rasa aman dan nyaman bagi para investor untuk
menanamankan modalnya di suatu daerah. Penciptaan rasa aman dan nyaman
bagi investor dapat dilihat dari kondisi keamanan daerah, suhu politik, dan
kepastian hukum yang berlaku.
Kondisi keamanan di Provinsi Sulteng, saat ini masih tergolong kurang
menguntungkan bagi investor. Isu konflik yang sering terjadi khususnya di
Kabupaten Poso, Kabupaten Sigi, dan bahkan Kota Palu menjadi sorotan nasional
bahkan internasional. Stigma Provinsi Sulteng sebagai daerah yang belum aman
sebagai konsekuensi dari konflik horizontal di Kabupaten Poso masih melekat
pada setiap orang yang berasal dari luar Provinsi Sulteng ketika akan datang ke
wilayah ini sampai dengan hari ini. Berita penculikan dan operasi terhadap
terorisme yang masih terjadi di wilayah Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso, dan
sekitarnya yang sampai menimbulkan korban jiwa berkontribusi meningkatkan
risiko investasibagi investor yang akan menanamkan modalnya di wilayah Provinsi
Sulteng.
9 BAB I: TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
5. Tingkat Pendidikan
Capaian pendidikan penduduk dapat diukur dengan banyak indikator, salah
satunya yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) atau expected years of schooling dan
Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) atau mean years of schooling). Kedua indikator
ini pula yang digunakan sebagai pengukur dimensi pendidikan dalam perhitungan
Indeks Pembangunan Manusia.
Pada Tahun 2020 HLS Provinsi Sulteng berada di angka 13,17 tahun yang berarti
bahwa anak-anak usia 7 tahun di Sulteng memiliki peluang untuk menamatkan
pendidikan mereka hingga lulus D1 atau telah masuk di D2. Sementara itu angka
RLS Tahun 2020 berada di angka 8,83 yang berarti secara rata-rata penduduk
Sulteng yang berusia 25 tahun ke atas telah menempuh pendidikan selama 8,83
tahun atau hampir menamatkan kelas IX atau 3 SMP. Dilihat pada Grafik 1.4,
selama 10 tahun, angka HLS dan RLS Provinsi Sulteng terus mengalami
peningkatan dan berada di atas rata-rata nasional. Hal ini selaras dengan
perbaikan kebijakan dan prioritas pembangunan pemerintah yang terus
meningkat.
Grafik 1.4. Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Sulawesi
Tengah dan Nasional, 2011 – 2020
*Sumber : Survey Sosial Ekonomi Nasional, BPS (2020)
Meskipun mengalami kenaikan tiap tahun, Pemerintah Sulteng masih menghadapi
beragai erapa tantangan dalam bidang pendidikan. Tantangan yang utama
diantaranya adalah rendahnya perluasan akses pendidikan pada daerah terpencil
dan tertinggal, rendahnya tingkat partisipasi sekolah pada semua tingkat
pendidikan dan distribusi penyebaran tenaga pendidik (guru) yang tidak merata.
6. Adat Istiadat
Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya (1977), bahwa
penduduk Provinsi Sulteng mempunyai pengaruh timbal balik yang kuat sangat
menonjol, saling mengisi dan terintegrasi antar masyarakat dengan suku Bugis,
13.17
8.83
6
8
10
12
14
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Harapan Lama Sekolah Rata-rata Lama Sekolah Nasional
BAB I : TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 10
Makassar, dan Mandar. Hal ini dikarenakan ketiga suku tersebut sudah datang
sejak jaman kerajaan di Sulteng terbentuk. Kemiripan tersebut meliputi bahasa,
bentuk tempat tinggal, cara berpakaian, mata pencaharian begitu juga dengan
sistem nilai-nilai sosial, sistem pengetahuan, kekerabatan dan perlengkapan
hidup. Sedangkan penduduk pendatang lainnya seperti dari Gorontalo, Minahasa,
pegawai-pegawai negeri yang pada umumnya dari berbagai suku bangsa dari
tanah air, orang Tionghoa (WNl/WNA), dan lain sebagainya masuk secara
bertahap.
Dalam proses akulturasi budaya tersebut, tercatat Provinsi Sulteng mempunyai 27
(dua puluh tujuh) suku. Dua belas suku yang berbaur tersebut diketahui adalah
Kaili, Pamona, Saluan, Banggai, Pipikoro, Napu-Bada, Mori, Bungku, Tomimi, Toli-
Toli, Buoi, dan Balantak. Setiap suku bangsa tersebut menyebar dan mendiami
wilayah geografis yang berbeda seperti pesisir pantai, lembah dan dataran tinggi.
Sementara itu, 15 suku terasing memilih bertempat tinggal di daerah
pedalaman/pegunungan.
Bahasa yang dikenal dan dipakai sebagai bahasa komunikasi
di daerah Sulteng berjumlah 12 bahasa yaitu bahasa Kaili, Tomini, Pamona, Bada,
Napu, Pipikoro, Mori, Toli-Toli, Buol, Saluan, Balantak, dan bahasa daerah
Banggai. Tetapi di antara pemakai bahasa-bahasa daerah tersebut sebagian
besar dapat saling mengerti satu sama lain.
Oleh karena sejarah panjang dan proses akulturasi antar suku dari berbagai
wilayah tersebut menjadikan Prov. Sulteng kaya akan potensi adat dan budaya.
Namun disisi lain menjadi suatu tantangan bagaimana pemerintah daerah dapat
melakukan pembangunan fisik (infrastruktur) sesuai rencana namun tetap
mengedepankan pembangunan yang adil dan merata serta menjaga harmoni
diantara 27 suku yang mendiami daerah Sulteng.
7. Mata Pencaharian
Dengan kondisi geografis yang terdiri dari pegunungan, perbukitan, dataran
rendah hingga pantai menyebabkan masyarakat yang tinggal di Provinsi Sulteng
mempunyai mata pencaharian yang beraneka ragam baik di sektor pertanian,
perikanan, industri dan jasa. Pada November 2020, penduduk usia kerja di
Provinsi Sulteng berjumlah 2,27 juta ribu, angkatan kerja 1,58 juta, dan penduduk
yang bekerja berjumlah 1,52 juta penduduk.
11 BAB I: TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
Sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi Sulteng, pertanian menjadi
sumber utama mata pencaharian penduduk terutama di daerah perdesaan dengan
padi sebagai tanaman utama.
Kopi, kokoa dan cengkeh merupakan tanaman perdagangan unggulan daerah dan
hasil hutan berupa rotan beberapa macam kayu seperti agates, ebony dan meranti
juga merupakan andalan Sulteng. Sedangkan sektor pertambangan di Kabupaten
Morowali, Morowali Utara dan Banggai umumnya menyerap lapangan kerja di
sekitar daerah industri tersebut. Adanya pesisir pantai yang memanjang dan
daerah kepulauan juga menjadikan pendudukan Sulteng tidak asing dengan mata
pencahariaan perikanan/nelayan terutama di daerah Banggai dan Touna.
Beragamnya mata pencahariaan yang disebabkan kondisi demografis yang unik
memberikan tantangan bagi pemerintah daerah bagaimana memajukan setiap
lapangan usaha dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
8. Pola Sosial
Pola interaksi utama masyarakat multietnik di Sulteng sudah berjalan dengan baik.
Hal ini dikarenakan masyarakat multietnik yang berdomisili di wilayah tersebut
sudah hidup berdampingan sejak lama. Jika terdapat suatu permasalahahan dapat
diselesaikan secara musyawarah atau olehtetua adat/tokoh di daerah tersebut.
Kebersamaan tersebut diwujudkan dalam suatu semboyan,yaitu “Nosarara
Nosabatutu” yang berarti "Bersama Kita Satu".
Pola sosial lain yang berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat dalam suatu
kelompok di wilayah tertentu adalah kondisi agama. Data Kementerian Agama
menunjukkan sebagian besar penduduk
Provinsi Sulteng (2.303.257 jiwa atau 75,87
% memeluk Agama Islam, kemudian yang
memeluk Agama Kristen Katholik sebanyak
49.567 orang (1,63 %), Agama Kristen
Protestan sebesar 511.097 orang (16,84 %),
Agama Budha sebanyak 23.974 orang
(0,79%) dan pemeluk Agama Hindu
berjumlah 147.897 orang (4,87%).
Keberagaman ini diakomodir dengan
penyediaan fasilitas tempat ibadah dimana
jumlah masjid di Provinsi Sulteng sampai
Islam Kristen Hindu Buddha Katolik
Grafik 1.5. Persentase Penduduk
Berdasarkan Agama di Provinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2019
*Sumber : Kementerian Agama,2019
BAB I : TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 12
dengan tahun 2019 ada sebanyak 3.552 unit. Sedangkan untuk jumlah Gereja
Kristen Protestan sebanyak 2.186 unit, Gereja Katolik sebanyak 166 unit, serta
rumah ibadah lainnya (vihara/klenteng/pura) ada sebanyak 253 unit.
Kondisi pluralisme ini menjadi tantangan pemerintah daerah dalam mewujudkan
masyarakat yang harmonis melalui pemenuhan kebutuhan beragama dan sosial
masyarakat.
9. Pola Kesehatan Masyarakat
Salah satu wujud keberhasilan pembangunan kesehatan ditandai dengan
penduduk yang hidup dan berperilaku pada lingkungan yang sehat dan
mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu. Lebih lanjut,
Pemerintah Pusat dalam upaya menyelenggarakan program jaminan kesehatan
telah membentuk BPJS Kesehatan dalam rangka Universal Health Coverage
(UHC) atau cakupan kesehatan universal, termasuk perlindungan risiko keuangan,
akses terhadap pelayanan kesehatan dasar yang baik, dan akses terhadap obat-
obatan dan vaksin dasar yang aman, efektif, berkualitas, dan terjangkau bagi
semua orang. Menurut data dinas kesehatan, persentase penduduk di Sulteng
yang memiliki jaminan kesehatan mencapai 90,92%, yang jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk Sulteng maka masih ada sekitar 9,08 persen yang belum
memiliki jaminan kesehatan.
Tabel 1.3. Jumlah Fasilitas Kesehatan Tiap Kabupaten/Kota
di Provinsi Sulawesi Tengah
No Kabupaten/Kota Puskesmas Puskesmas
Terakreditasi Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Rumah Sakit
Rumah Sakit Terakreditasi
1 Banggai Kepulauan
13 8 45 18 2 1
2 Banggai 26 22 104 40 3 2
3 Morowali 9 8 35 29 2 1
4 Poso 24 19 65 24 3 3
5 Donggala 18 11 74 18 2 1
6 Tolitoli 14 11 74 24 2 1
7 Buol 11 11 56 12 1 1
8 Parigi Moutong 23 15 80 23 4 4
9 Tojo Una-Una 13 11 48 18 3 2
10 Sigi 19 12 48 29 1 1
11 Banggai Laut 10 4 25 14 1 1
12 Morowali Utara 13 5 47 13 1 1
13 Palu 14 2 28 13 14 12
Jumlah 207 139 729 275 39 31
Sumber : Profil Kesehatan Masyarakat Tahun 2019, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
Masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan merupakan
tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah. Di sisi lain, jumlah tenaga kesehatan
pada daerah terpencil dan tertinggal masih terbatas walaupun insentif yang
13 BAB I: TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
diberikan lebih tinggi. Penyebabnya adalah masih banyak daerah terpencil yang
tidak didukung dengan infrastruktur jalan, perhubungan dan jaringan komunikasi
yang memadai. Oleh karena itu, pemerintah perlu secara berkelanjutan memenuhi
kebutuhan kesehatan (program, infrastruktur, dan sumber daya tenaga kesehatan)
dan meningkatkan kualitas konektifitas (infrastruktur jalan, perhubungan, dan
jaringan komunikasi).
10. Kelangkaan Energi
Provinsi Sulteng telah memasuki usia ke-52 tahun. Meski memasuki usia yang
terbilang cukup matang, Masih banyak wilayah di Sulteng dilanda oleh krisis listrik.
Sejumlah wilayah, termasuk Kota Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng, hingga kini
masih mengalami krisis listrik. Selain adanya krisis listrik, masih banyak desa dan
kecamatan yang sampai sekarang ini belum terjangkau listrik PLN sama sekali.
Terkait kendala listrik tersebut diharapkan Pemerintah Provinsi Sulteng bisa
bersinergi dengan pemerintah kabupaten dan kota untuk segera mengatasi krisis
listrik yang melanda sejumlah wilayah di provinsi ini. Begitu pula desa dan
kecamatan yang belum terjangkau penerangan listrik dari PLN, , perlumendapat
perhatian serius dari pemerintah provinsi dan kabupaten. Setidaknya ada dua
kecamatan di Kabupaten Sigi yang belum terjangkau listrik dan prasana jalan
memadai, yaitu Lindu dan Pipikoro. Padahal kedua kecamatan di Kabupaten Sigi
itu hanya sekitar 100 km dari Kota Palu. Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah
Provinsi Sulteng berupaya mengatasinya dengan membangun PLTA dan PLTU di
daerah Kabupaten Sigi dan Kabupaten Morowali mulai tahun 2020.
1.3.3 Tantangan Geografi Wilayah
1. Kondisi Geografis
Provinsi Sulteng merupakan Provinsi terbesar di pulau Sulawesi dengan luas 35
persen dari luas Pulau Sulawesi. Dilihat pada Gambar 1.1, terdapat garis
khatulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara di Sulteng membuat iklim
daerah ini tropis. Rata-rata curah hujan berkisar antara 800 sampai 3,000 milimeter
per tahun yang termasuh curah hujan terendah di Indonesia. Sementara itu,
kondisi topografi Kepulauan Sulteng terdiri dari dataran rendah (hijau muda),
bentangan pegunungan (kuning) dan dataran tinggi (merah). Pada wilayah
Kabupaten Buol dan Tolitoli terdapat deretan pegunungan yang berangkai ke
jajaran pegunungan di Provinsi Sulawesi Utara. Di tengah wilayah Sulteng, yaitu
Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong, terdapat tanah genting yang diapit oleh
BAB I : TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 14
Selat Makassar dan Teluk Tomini. Di selatan dan timur yang mencakup wilayah
Kabupaten Poso, Kabupaten Tojo Una-una, Kabupaten Morowali dan Kabupaten
Banggai, berjejer deretan pegunungan yang sangat rapat seperti Pegunungan
Tokolekayu, Verbeek, Tineba, Pampangeo, Fennema, Balingara, dan Batui.
Gunung Nokilalaki yang berada di Kabupaten Sigi merupakan gunung tertinggi di
Sulteng dengan ketinggian 3.311 Meter.
Kondisi masyarakat dan kontur daerah yang beraneka ragam tersebut
menimbulkan tantangan tersendiri di dalam merencanakan dan mengelola
pembangunan di Provinsi Sulteng. Ketersediaan tanah dengan kontur
pegunungan di beberapa daerah sangat terbatas mengakibatkan daerah tersebut
sulit berkembang karena pembangunan infrastruktur belum menjangkau atau tidak
dapat dilakukan secara masif seperti di daerah lain.
2. Bencana Alam
Kejadian gempa bumi dengan magnitude
7,7 SR, tsunami, dan likuifaksi pada tanggal
28 September 2018 menyebabkan
sebagian besar wilayah Kota Palu,
Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan
Kabupaten Parigi Moutong mengalami
kerusakan parah. Tragedi ini semakin
membangun kesadaran bahwa Provinsi
Sulteng termasuk salah satu daerah yang
rawan terhadap bencana. Menurut
informasi yang dirilis oleh Pusgen pada
tahun 2017, Provinsi Sulteng mempunyai
banyak potensi terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami. Secara tektonik,
Sulteng berada pada beberapa patahan (sesar) yang merupakan sumber
terjadinya gempa bumi. Sesar tersebut adalah Makassar strait, Palukoro, Tomini,
Balantak, dan lain-lain (Gambar 1.2.). Kondisi tersebut membuat beberapa
kawasan di Provinsi Sulteng menjadi kawasan rawan gempa bumi. Data BPDB
Sulteng tahun 2020 menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2019 sampai dengan
2020, setidaknya terjadi 15 kali gempa bumi yang melanda kawasan Provinsi
Sulteng.
Gambar 1.2. Peta Patahan Sulawesi *Sumber : Pusgen (2017)
15 BAB I: TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
Selain gempa bumi dan tsunami, menurut data yang dilansir oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2018, Provinsi Sulteng memiliki 40
desa tersebar pada berbagai
kecamatan yang rentan terkena
akibat dari perubahan iklim.
Sepanjang tahun 2019 total
sebanyak 156 bencana non gempa
bumi telah melanda Sulteng, di
mana sebagian besar dari bencana
tersebut adalah banjir (109 kali).
Rentetan bencana alam tersebut
sangat berpengaruh terhadap
perkembangan ekonomi Provinsi
Sulteng karena selain menimbulkan korban jiwa juga menimbulkan kerugian
secara ekonomi. Investasi terhadap infrastruktur yang rusak/hancur harus
dibangun kembali, dan masyarakat yang kehilangan pekerjaan perlu mendapatkan
pendampingan berupa modal kerja dan penyediaan lapangan kerja.
1.3.4 Tantangan Daerah yang Terdampak Covid-19
Menurut data yang dilansir oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng, sebagaimana
ditampilkan pada Grafik 1.7, sampai dengan tanggal 30 Desember tahun 2020, total
kasus terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 3.552 orang dengan jumlah kesembuhan
mencapai 1.865 orang, dan angka kematian sebanyak 106 orang. Ini berarti, setiap
harinya rata-rata 9,73 orang terkonfirmasi positif, dan rata-rata peningkatan penderita
Covid-19 yang terkonfirmasi per triwulannya sebesar 443% (minus data TW 1).
Grafik 1.7. Tren Penderita Terkonfirmasi, Sembuh, dan Meninggal Covid-19 Sulteng *Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng
2
186
4103552
1156
267
1865
15
16
1060
1000
2000
3000
4000
TW I TW II TW III TW IV
Konfirmasi Sembuh Meninggal
12
109
154 8 8
0
20
40
60
80
100
120
Angin Putting Beliung Banjir
Tanah Longsor Kekeringan
Abrasi Pantai Gelombang Tinggi
Grafik 1.6. Data Bencana Non-Gempa Tahun 2019
Sumber : BPDB Sulteng, 2020 (diolah)
BAB I : TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 16
Pemerintah Sulteng telah berupaya meredam laju penyebaran pandemi melalui
berbagai kebijakan, tercatat setidaknya diterbitkan 1 Peraturan Gubernur dan 9 Surat
Edaran dalam kurun waktu 9 bulan sejak 16 Maret 2020 terkait pembatasan
perjalanan dan pembatasan sosial. Namun, upaya tersebut belum membuahkan hasil
yang maksimal mengingat sampai tanggal 31 Desember 2020, menurut data yang
diambil dari https://covid19.csis.or.id/, Sulteng merupakan daerah yang termasuk
kedalam kuadran II. Hal ini berarti walaupun tingkat ekonomi meningkat namun
tingkat kesehatan terus menurun (Gambar 1.4).
Tabel 1.5. Data penderita Corona Virus Disease-19 (Covid-19)
Lingkup Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020
Kabupaten/Status Konfirmasi Sembuh Meninggal Critical Fatality Rate
Banggai 436 271 23 5.28%
Banggai Kepulauan 160 133 3 1.88%
Banggai Laut 17 15 - 0.00%
Buol 67 66 1 1.49%
Donggala 146 113 5 3.42%
Morowali 739 304 12 1.62%
Morowali Utara 189 85 3 1.59%
Parigi Moutong 88 33 - 0.00%
Poso 321 154 7 2.18%
Sigi 137 112 6 4.38%
Tojo una-una 40 19 1 2.50%
Toli-Toli 84 42 3 3.57%
Palu 1,128 518 42 3.72%
Total 3,552 1,865 106 2.98%
*Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
Data yang ada (Tabel 1.5) juga menunjukkan bahwa tingkat kritikalitas fatal (critical
fatality rate) Provinsi Sulteng sebesar 2,98 persen di mana Kabupaten Banggai,
Kabupaten Sigi, dan Kota Palu menempati tiga besar daerah yang menyumbangkan
angka tingkat kritikalitas tertinggi. Hal ini sepatutnya menjadi perhatian karena tiga
daerah tersebut merupakan penopang pertumbuhan ekonomi, selain Kabupaten
Morowali. Pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) perlu merumuskan dan
mengeksekusi langkah-langkah antisipatif dalam rangka mengatasi pandemi dengan
tetap prudent dan efektif untuk menjaga keseimbangan antara kesehatan masyarakat
dan keberlangsungan perekonomian.
B A B I IP E R K E M B A N G A N D A N A N A L I S I S E K O N O M I R E G I O N A L
B A B I IP E R K E M B A N G A N D A NA N A L I S I S E K O N O M IR E G I O N A L
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
Gambar : Metro Sulawesi Kakao Sulteng
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
0,335
Kota + Desa
Perdesaan
Perkotaan
Rp
INFLASI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (ipm)
20202019
1,81%1,70%
5,65% 0,83%
PALU
LUWUK 2019 2020
0 25 50 75 100
Kota Palu
Poso
Morut
Buol
Donggala
Banglut
Touna
Morowali
Banggai
Sigi
Tolitoli
Parimo
Bangkep
8 1 ,4 7
7 2 , 2 1
7 1 , 2 8
7 0 ,5 2
6 8 , 3 6
6 8 , 1 2
6 7 , 8 2
6 5 ,6 9
6 5 ,4 4
6 5 ,5 6
6 5 ,4 2
6 4 ,5 9
6 5 ,4 3
Target RPJMD/RKPD 2020 69
Nilai tukar petani nilai tukar nelayan
Target RPJMD/RKPD 202085,2 - 85,5
95,3%95,3%
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
94 95 96 97 98 99 100
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
91 92 93 94 95 96 97 98
98,2%98,2%
Sulteng 2020
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Jumlah Pendudukmiskin
398,73 Ribu (Mar)403,74 Ribu (Sep)
% Penduduk Miskin12.92% (Mar)13,06% (Sep)
Indeks KedalamanKemiskinan (P1)
2,58 (Mar)2,78 (Sep)
Indeks KeparahanKemiskinan (P2)
0,77 (Mar)0,87 (Sep)
Garis Kemiskinan474.627 (Mar)483.662 (Sep)
TW i2021
TAHUN 2021
-0,81 2,87
c-to-c y-on-y q-to-q
10
7,5
5
2,5
0
3,72
2019
2020
2019 2020
200
150
100
50
0
TW i 2021 TAHUN 2021
TAHUN 2021
Target RPJMD/RKPD 2020 0,300 - 0,325
0,287
0,292 0,295 0,295
0,330 0,3260,321
0,334 0,334
TINGKAT KEMISKINANTingkat Kemiskinan
Perkab MAret 2020
7,15
4,86 4,45 4,12
9,59 ADHB ADHK
5,2 5,4Metode VAR
Metode Arima7,1
2019 2020
S U L T E N G
TargetRPJMD/RKPD
2020
4 - 5
Ringka sg ra f i s Bab IIRingka sg ra f i s Bab II
GINI RATIO
Sumber : BPS Sulteng
IPMSULAWESITENGAH
IPMPERKAB
2020
Sumber : BPS Sulteng
SULAWESI TENGAH
Sumber : BPS Sulteng
Sumber : BPS Sulteng
RATA-RATA NTPSULTENG 2020RATA-RATA NTPSULTENG 2020
Target RPJMD/RKPD 2020
1 02 ,50
Sumber : BPS Sulteng
RATA-RATA NTNSULTENG2020
RATA-RATA NTNSULTENG2020
Target RPJMD/RKPD 2020Target RPJMD/RKPD 2020
1 08 , 22
Sumber : BPS Sulteng
Prognosis
Inflasi
Metode Prophet
Target RPJMD/RKPD 20204,25 - 4,50
Laju PertumbuhanEkonomi (PDRB)
Sulteng 2019-2020
PEREKONOMIAN SULTENG
111,0166,40 134,15
197,44*)dalam triliun rupiah
Prognosis PDRB
Sumber : BPS Sulteng
0,327
0,339
Mar-19 Mar-20 Sep-19 Sep-20
% Penduduk MiskinMorowali Banggai S ig i
Tolitoli Parimo Bangkep
Kota Palu Poso Morut Buo l
Donggala Banglut Touna
13,43% 7,39% 12,85%
12,85%
6,08% 15,45% 17,39% 13,93%
17,39% 14,60% 16,39%15,85% 14,04%P1 & P2
Bangkep Banggai Morowali Poso Donggala Tolitoli Buol Parimo Touna Sigi Banglut Morut Kota Palu
4
3
2
1
0
P1 P2
1,99
1,05
2,48
2,53
3,01
2,33
1,97
3,49
3,27
1,96
1,59
2,95
0,970,47
0,21
0.67
0,68
0,79 0,630,47
1,22
1,030,49
0,36
1,02
0,22
17 BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
2.1 INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL
2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh
seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu dan dalam satu kurun waktu tertentu.
Perekonomian Sulawesi Tengah (Sulteng) berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto
(PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) tahun 2020 tercatat sebesar Rp197,44 triliun,
dan atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 telah mencapai Rp 134,15 triliun.
Dengan capaian PDRB tersebut, perekonomian Sulawesi Tengah tumbuh sebesar 4,86%
dari tahun 2019. Secara spasial, kontribusi terhadap PDRB Sulawesi Tengah terbesar
masih disumbang oleh Kabupaten Morowali sebesar 28,93 persen. Selain menjadi
contributor terbesar, Morowali juga menjadi satu-satunya Kabupaten di Sulteng yang laju
pertumbuhannya positif pada tahun 2020. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari peran
sektor pertambangan yang sebagian besar memang berada pada Kabupaten Morowali.
Grafik 2.1. Porsi PDRB Sulteng Terhadap PDB Nasional (dalam triliun rupiah)
Sumber: BPS Sulteng 2020 (diolah)
Lebih lanjut, apabila dilihat kontribusi PDRB atas dasar harga konstan terhadap PDB
nasional dalam kurun waktu 5 tahun terakhir nampak bahwa perekonomian Sulteng
setiap tahunnya memberikan porsi kontribusi yang terus meningkat dengan rata-rata
kontribusi sebesar 1,08 persen (Tabel 2.1.).
8.982,5
9.434,6
9.912,7
10.425
10.494
10.722,4
82,78 94,34 99,12 10,42 10,49 10,72
0.
200000.
400000.
600000.
800000.
1000000.
1200000.
1400000.
1600000.
1800000.
2000000.
8000000.
8500000.
9000000.
9500000.
10000000.
10500000.
11000000.
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Nasional Sulteng
0,92% 0,97% 0,98% 1,13%1,22%
1,25%
% Kontribusi
BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 18
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Perekonomian Sulteng tahun 2020 melambat 3,97 basis poin dari tahun sebelumnya
(c-to-c) namun lebih tinggi 6,93 poin dari pertumbuhan nasional yang mencapai -2,07
persen. Meskipun mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya namun
pertumbuhan tersebut cukup menggembirakan mengingat pada 6 bulan pertama
ekonomi sempat terpukul karena pandemi. Dengan capaian pertumbuhan ekonomi
sebesar 4,86 persen maka target pertumbuhan ekonomi dalam Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) ulteng tahun 2020 sebesar 4,25-4,50 persen tercapai
bahkan terlampaui.
Kinerja ekonomi tahun 2020 ditopang oleh pertumbuhan 9 lapangan usaha dari
keseluruhan 17 lapangan usaha. Industri Pengolahan menjadi lapangan usaha dengan
pertumbuhan tertinggi dengan pertumbuhan sebesar 23,68 persen diikuti oleh
Pertambangan dan Penggalian sebesar 10,36 persen; Jasa Keuangan dan Asuransi
sebesar 9,80 persen; Informasi dan Komunikasi sebesar 8,56 persen; serta Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 6,11 persen.
Capaian tersebut mendukung pernyataan Gubernur Provinsi Sulteng, Longki
Djanggola, yang disampaikan pada akhir Triwulan III lalu dimana industri pengolahan
akan menjadi sektor andalan Sulteng dalam menghadapi pandemi (CNBC, 2020).
Sejak Triwulan I secara konstan sektor ini menjadi sektor yang mengalami
pertumbuhan tertinggi dengan rata-rata pertumbuhan per-triwulannya mencapai 20,45
persen.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan pada tahun 2020, lapangan usaha
Industri Pengolahan juga masih menjadi sektor dengan sumber pertumbuhan tertinggi
dengan angka sebesar 5,46 persen diikuti oleh sektorPertambangan dan Penggalian
sebesar 1,62 persen, sektor Informasi dan Komunikasi sebesar 0,30 persen, serta
serta Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 0,17 persen.
Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib
jugamengalami pertumbuhan positif namun tidak signifikan, hanya 0,01 persen
dibanding tahun lalu. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan fiskal pemerintah
dalam hal ini belanja pemerintah baik APBN maupun APBD, masih berkontribusi bagi
perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah walaupun belum berpengaruh secara
signifikan. Selain pertumbuhan yang relatif stagnan, nilai indikator kinerja pelaksanaan
anggaran Kementerian/Lembaga (IKPA) juga mengalami penurunan dari 93,86 poin
menjadi 90,16.
19 BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
b. Nominal PDRB
1) PDRB Sisi Pengeluaran
Ditinjau dari sisi pengeluaran, sumbangsih tertinggi terhadap PDRB Sulteng pada
tahun 2020 diberikan oleh komponen ekspor barang dan jasa sebesar Rp 158,15
triliun atau mencapai 80,11 persen dari total PDRB Sulteng. Kontribusi terbesar
kedua diberikan oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar
Rp 77,62 triliun atau sebesar 39,23 persen. Selain konsumsi Rumah Tangga,
komponen PMTB juga memberikan kontribusi yang signifikan mencapai Rp 67,25
triliun. Namun demikian, jika dilihat dari kemampuan daerah dalam memenuhi
kebutuhannya terlihat bahwa Sulteng masih sangat mengandalkan impor barang
dari luar daerah mencapai Rp 130,04 triliun dimana nilai ini tentunya menjadi
pengurang dari PDRB Sulteng secara keseluruhan.
Tabel 2.1. PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Menurut Permintaan ADHB
Tahun 2019 – 2020 (dalam Miliar Rupiah)
No Komponen Triwulanan Tahun 2020
Tahun 2019 Tahun 2020 Tw I Tw II Tw III Tw IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 19,666 18,862 19,463 19,633 79,798 77,625
2 Konsumsi LNPRT 780 785 816 928 3,356 3,310
3 Pengeluaran Pemerintah 2,606 5,219 6,178 6,083 19,793 20,086
4 PMTB 13,442 15,667 17,233 20,910 72,146 67,253
5 Perubahan Inventori 136 583 161 164 (449) 1,044
6 Ekspor 36,984 36,677 39,353 45,150 132,170 158,164
7 Impor 25,897 30,098 33,740 40,305 120,698 130,040
PDRB 47,717 47,717 47,695 49,464 186,116 197,442
Sumber: BPS Sulteng 2020 (data diolah)
Kinerja investasi pemerintah pada tahun 2020 cukup dominan dalam perannya
sebagai salah satu sumber pertumbuhan sehingga mampu menjadi sumber
pertumbuhan sebesar 20,54 persen. Walaupun jika ditilik dari pertumbuhan
tahunan terjadi penurunan sebesar -6,74 persen dibanding tahun lalu. Sedangkan
belanja pemerintah memberikan kontribusi sebesar 6,13 persen dan mengalami
peningkatan sebesar 1,48 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan total
kontribusi sebesar 26,67 persen, kedua komponen tersebut merupakan komponen
yang cukup penting dalam menggerakkan perekonomian Provinsi Sulawesi
Tengah.
Sementara itu, secara triwulanan nampak bahwa Pengeluaran Pemerintah melalui
belanja negara sudah terealisasi cukup proporsional dan tidak terlalu menumpuk
pada akhir tahun sebagaimana ditampilkan pada Grafik 2.2.
BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 20
Demikian juga dengan realisasi PMTB
yang di dalamnya juga
merepresentasikan belanja modal, juga
telah terealisasi secara proporsional
meskipun realisasi belanja menumpuk di
akhir tahun sebagai dampak dari
penyelesaian pekerjaan fisik. Kondisi ini
tentunya berdampak positif bagi
pertumbuhan ekonomi yang lebih
merata dirasakan masyarakat dalam
tahun berjalan.
2) PDRB Sisi Penawaran
Pembentuk PDRB dari sisi penawaran merupakan jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi yang dipakai/terlibat dalam proses produksi di suatu
daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Informasi mengenai
perkembangan PDRB dari sisi penawaran bermanfaat untuk mengetahui peran
atau kontribusi sektor-sektor tertentu yang menjadi unggulan sebagai pendorong
pertumbuhan ekonomi regional. PDRB menurut lapangan usaha ADHB pada
Provinsi Sulteng sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Menurut Lapangan Usaha ADHB
Triwulan I – IV Tahun 2020 (dalam Miliar Rupiah)
Lapangan Usaha Tahun 2020
I II III IV Pertanian, Kehutanan, dan Pertanian 10,661 10,995 10,595 10,711
Pertambangan dan Penggalian 6,002 6,410 6,918 7,126 Industri Pengolahan 12,716 12,439 13,921 15,441
Pengadaan Listrik dan Gas 13 13 14 14
Pengadaan Air 51 47 51 51 Konstruksi 4,803 4,900 4,673 5,653
Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
3,616 3,510 3,416 3,430
Transportasi dan Pergudangan 1,516 773 1,055 1,118
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 220 132 193 209
Informasi dan Komunikasi 1,464 1,536 1,530 1,530
Jasa Keuangan 897 864 941 986
Real Estate 708 706 724 725
Jasa Perusahaan 98 95 97 102
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
2,489 2,844 2,766 2,862
Jasa Pendidikan 1,497 1,471 1,571 1,587
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 626 627 660 676
Jasa lainnya 342 336 339 341
PDRB 47,719 47,698 49,464 52,562
*Sumber: BPS Sulteng 2020 (diolah)
2,606 13,442
5,219
15,667
6,178 17,233
6,083
20,910
PengeluaranKonsumsi
Pemerintah
PMTB
TW1 TW2 TW3 TW4
Sumber: BPS Sulteng 2020 (diolah)
Grafik 2.2. Realisasi Triwulan Komponen Belanja dan Investasi Pemerintah dalam PDRB 2020
(miliar rupiah)
21 BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
Lapangan Usaha Industri Pengolahan masih mendominasi PDRB Sulteng tahun
2020 baik dalam hal porsi maupun pertumbuhan. Dengan porsi sebesar 27,61
persen, Industri Pengolahan mengungguli sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan yang menjadi andalan tahun-tahun sebelumnya dan menyumbangkan
porsi sebesar 21,76 persen tahun 2020. Sektor industri dan pengolahan pada tahun
ini juga mencatatkan pertumbuhan terbesar dibanding tahun-tahun sebelumnya
dengan pertumbuhan sebesar 30,92 persen pada tahun 2020, melaju sebesar
11,66 persen dibanding pertumbuhan tahun 2019.
Jika dilihat kinerja secara triwulanan, seperti yang ditampilkan pada Tabel 2.2.,
sejak Triwulan I produktivitas lapangan usaha Industri Pengolahan secara
konsisten mengungguli sektor yang lain dan secara stabil terus meningkat sampai
dengan triwulan IV. Dari Tabel tersebut juga terlihat fenomena turunnya kinerja
sebagian besar sektor lapangan usaha pada triwulan II (64,71 persen). Hal tersebut
disebabkan oleh imbas dari turunnya kinerja ekonomi secara keseluruhan pada
Triwulan I dan aktivitas ekonomi yang melambat akibat dari pembatasan sosial dan
penutupan wilayah/transportasi. Hal ini juga bisa terlihat dari kinerja sektor
lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan yang mengalami kontraksi terbesar
pada Triwulan II sebesar 16,65 persen.
Pada Triwulan III kinerja perekonomian sektor-sektor yang mengalami penurunan
pada Triwulan II kembali naik, meskipun ada beberapa sektor lain yang masih
mengalami penurunan walaupun tidak signifikan. Peningkatan kembali sektor-
sektor tersebut tidak bisa dilepaskan dari dua faktor, yaitu dibukanya kembali
transportasi daerah dan insentif PEN yang digulirkan Pemerintah pada Triwulan II
yang kontribusinya mulai dirasakan secara lebih optimal pada Triwulan III.
3) PDRB Perkapita
Pada tahun 2020, PDRB per Kapita Provinsi Sulawesi Tengah mencapai Rp63,75
juta, meningkat 4,82 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini sejalan
dengan adanya kenaikan pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Tengah sebesar
4,86 persen (Grafik 2.3). Dalam dua tahun terakhir PDRB perkapita selalu lebih
tinggi jika dibandingkan dengan PDB per kapita nasional yang mencapai Rp 56,9
juta. Jika dilihat tren perkembangannya selama 5 tahun terakhir, PDRB perkapita
Provinsi Sulawesi Tengah terus menerus mengalami kenaikan setiap tahunnya,
bahkan mengalami peningkatan drastis sebesar 34,92 persen pada tahun 2018.
Tren positif tersebut harus menjadi momentum dan pengingat bahwa ekonomi
Sulteng secara historis resiliency-nya cukup baik sehingga keyakinan adanya
pertumbuhan ekonomi dapat dipelihara ditengah kondisi ekonomi yang sangat
volatile dikarenakan adanya pandemi Covid-19.
BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 22
Grafik 2.3. Perkembangan PDB dan PDRB Per Kapita ADHB Sulawesi Tengah dan Nasional
Tahun 2015 – 2020 (dalam Juta Rupiah)
Sumber: BPS Indonesia, BPS Sulteng 2020 (diolah)
Meningkatnya PDRB per kapita Provinsi Sulawesi Tengah dari tahun 2015 hingga
tahun 2020 diiringi dengan naiknya tingkat capaian pembangunan manusia dari
66,76 pada tahun 2015 menjadi 69,55 di tahun 2020. Tingkat kemiskinan juga turun
dari sebelumnya 14,66 persen menjadi 12,92 persen pada tahun 2020. Selain itu
Gini Ratio juga mengalami penurunan dari 0,374 pada tahun 2015 menjadi 0,326
pada tahun 2020.
2.1.2 Suku Bunga
Kebijakan terkait suku bunga memiliki hubungan yang erat dengan laju inflasi, dan kondisi
perekonomian secara keseluruhan. Suku bunga mempengaruhi jumlah uang yang
beredar yang berpengaruh terhadap tingkat inflasi. Suku bunga acuan dari Bank
Indonesia (BI) digunakan sebagai patokan (benchmark) dalam menentukan tingkt suku
bunga riel di pasar uang, modal,danpembiayaan.
Grafik 2.4. Pergerakan 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) Tahun 2019-2020
Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
Sebagaimana ditampilkan pada Grafik 2.4., sejak awal Semester IITahun 2019, Bank
Sentral memutuskan untuk terus menurunkan suku bunga acuan dari yang sebelumnya
sebesar 6 persen pada awal Tahun 2019 menjadi 3,75 persen pada akhir Tahun 2020.
Turunnya suku bunga pada Semester II Tahun 2019 dilakukan untuk menyikapi realisasi
investasi yang pada Kuartal I Tahun 2019 yang hanya mencapai Rp195,1 triliun.
Pada awal Tahun 2020, Bank Sentral masih wait and see dan mempertahankan BI 7-day
Reverse Repo Rate tetap berada pada besaran 5% meskipun sejak awal Tahun 2020
31.8737.40
41.15
55.52
60.8263.75
45.1247.96
51.89
56.00
59.1056.90
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
2015 2016 2016 2018 2019 2020
Sulteng Nasional
6
5
4.75 4.5 4.25
4
3.75
3
4
5
6
7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2
2 0 1 9 2 0 2 0
23 BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
sudah dibayangi isu merebaknya virus Covid-19 yang semakin mengglobal. Menjelang
berakhirnya Kuartal I Tahun 2020, secara berturut-turut BI Rate turun sebanyak dua kali
ke angka 4,75 persen dan 4,5 persen. Langkah tersebut terpaksa diambil sebagai
langkah pre-emptive untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di
tengah tertahannya prospek pemulihan ekonomi global sehubungan dengan
menjalarnyaCovid-19 pada Kuartal I ke Indonesia.
Memasuki Kuartal II, Bank Sentral sempat mempertahankan acuan suku bunga Kuartal
I, namun kemudian kembali menurunkan suku bunga secara berturut-turut ke angka 4,25
persen dan 4 persen. Langkah tersebut kembali diambil setelah melihat kondisi
perekonomian global dan kontraksi ekonomi yang berlanjut karena pembatasan aktivitas
ekonomi, dan mengantisipasi agar penurunan pertumbuhan ekonomi tidak terlalu dalam
pada akhir Kuartal II.
Pada Kuartal III, Bank Sentral kembali melakukan penurunan BI rate ke angka 3,75
persen, dan bertahan sampai akhir tahun 2020. BI rate yang terakhir tersebut sekaligus
menjadi yang terendahsejak penggunaan BI rate. Kebijakantersebut dilakukan untuk
tetap menjaga iklim investasi, dan mendorong para pelaku ekonomi untuk meningkatkan
aktivitas ekonomi ditengah usaha kebangkitan ekonomi di awal tahun 2021.
2.1.3 Inflasi
Inflasi merupakan suatu kondisi perekonomian yang ditandai oleh kenaikan harga
sehingga berdampak pada potensini menurunnya daya beli, dan sering pula diikuti
menurunnya tingkat tabungan dan atau investasi karena meningkatnya konsumsi
masyarakatdibandingkan tingkat produksi atau sisi penawaran. Inflasi Provinsi Sulteng
terjaga pada besaran 1,62 persen pada Tahun 2020, dan masih dibawah tingkat inflasi
nasional yang sebesar 1,68 persen. Capaian tersebut masih dibawah target inflasi
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebesar 4-5 persen pada tahun 2020.
Kelompok pengeluaran yang memiliki andil paling besar terhadap inflasi di Sulteng masih
berada pada kelompok Makanan, Minuman (0,32 persen) dan Transportasi (0,12 persen)
Grafik 2.5. Pergerakan Inflasi Bulanan Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional
Tahun 2019 – 2020 (dalam Persentase)
Sumber: BPS Prov. Sulteng dan BPS Indonesia Tahun 2020 (data diolah)
0.21
-0.17 -0.400.46
0.39
-0.05
0.45
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
Jan
Fe
b
Ma
ret
Ap
ril
Me
i
Jun
i
Juli
Ag
ust
Se
pt
Okt
Nov
Des
Jan
Fe
b
Ma
ret
Ap
ril
Me
i
Jun
i
Juli
Ag
s
Se
p
Okt
Nov
Des
Tahun 2019 Tahun 2020
Sulteng Nasional
BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 24
Pada tahun 2020, tingkat inflasi Provinsi Sulteng relatif stabil jika dibandingkan tahun
sebelumnya dan memiliki pattern naik turun yang tidak berbeda jauh dengan inflasi
nasional kecuali pada bulan awal kuartal pertama. Sebagaimana terlihat dalam Grafik
2.5., sepanjang tahun 2020 Sulteng mengalami deflasi sebanyak 3 kali pada bulan
Januari, Maret, dan September. Sedangkan pada tahun 2019 terjadi deflasi sebanyak 5
kali. Trendline yang cenderung stabil pada tahun 2020 tentu tidak lepas dari dampak
pandemi dimana aktivitas ekonomi berjalan lambat dan daya beli masyarakat rendah,
namun tingkat inflasi tetap terjaga dan stabil (tidak menurun) karena intervensi
Pemerintah melalui berbagai kebijakan seperti pemberian bantuan sosial, insentif, dan
pemberlakukan countercyclical budgeting sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga.
2.1.4 Nilai Tukar
Nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan
dengan unit mata uang negara lain. Tujuan analisis nilai tukar adalah untuk mengetahui
nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing khususnya USD (Amerika Serikat), EUR
(Eropa), JPY (Jepang), dan CNY (Tiongkok) yang mempengaruhi indikator-indikator
ekonomi lainnya khususnya terkait dengan neraca perdagangan/pembayaran, ekspor
impor, dan cadangan devisa. Perkembangan nilai kurs Rupiah (Rp) dengan mata uang
tersebut selama tahun 2020 disajikan padaGrafik 2.6. Nilai tukar terendah untuk rupiah
(IDR) selama 2020 berada pada nilai Rp16.300 per USD, Rp151,54 per JPY, Rp2.300,89
per CNY, dan Rp17.977,3 per EUR.
Box 1: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah TW I dan Tahunan 2021
Menggunakan Metode Peramalan Prophet.
Prophet adalah metode untuk meramalkan data deret waktu berdasarkan model aditif di mana
tren non-linier sangat sesuai dengan data tren historis yang memiliki efek seasonal yang kuat.
Data yang digunakan untuk peramalan ini adalah data sekunder inflasi Triwulanan tahun 2011-
2020. Hasilnya, diramalkan pada Triwulan I terjadi deflasi sebesar -0,18 dan inflasi tahunan
2021 sebesar 1,32.
25 BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
Sepanjang tahun 2020, pergerakan kurs empat mata uang USD, EUR, JPY, dan CNY
terhadap rupiah menunjukkan pola yang relatif sama walaupun ada sedikit perbedaan
yaitu Rp pada USD dimana secara tren cenderung terapresiasi. Setelah sempat melemah
tajam (depresiasi) pada akhir Triwulan I dengan rata-rata 18-19 persen, pergerakan
rupiah kembali menguat sepanjang Triwulan II untuk keempat mata uang dengan rata-
rata apresiasi sebesar 12 persen.
Namun, pada Triwulan III terjadi perlemahan rupiah terhadap empat mata uang dan
depresiasi paling parah dialami rupiah terhadap CNY dan EUR. Sepanjang Triwulan III
CNY dan EUR masing-masing terdepresiasi sebesar 8,63 persen dan 9,07 persen,
sedangkan USD dan JPY terdepresiasi sebesar 4,6 persen dan 7,02 persen. Pada
Triwulan IV mata uang IDR terapresiasi terhadap keempat mata uang lainnya. Namun,
pada bulan terakhir di tahun 2020 Rupiah kembali melemah. Secara keseluruhan tahun
kalender 2020, Rupiah terdepresiasi terhadap keempat mata uang asing dengan rata-
rata sebesar 0,87 persen.
Fluktuasi nilai kurs Rptentunya berdampak pada komoditas ekspor dan juga impor.
Terdepresiasinya nilai tukar rupiah tentunya dapat mendorong ekspor karena harga
semakin murah di luar negeri. Bagi Provinsi Sulteng, terdepresiasinya nilai tukar Rupiah
memang meningkatkan nilai ekspor Tahun 2020 sebesar 29,97 persen, Namun, di sisi
lain nilai impor juga naik seiring dengan peningkatan drastis kebutuhan barang impor
13.650
16.300
14.040 13,000.00
14,000.00
15,000.00
16,000.00
17,000.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
USD
125.91
151.54 135.95
120.00
130.00
140.00
150.00
160.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
JPY
1,967.74
2,300.89
2,150.60
1,900.00
2,000.00
2,100.00
2,200.00
2,300.00
2,400.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
CNY
15,142.00
17,977.30
17,147
14,500.00
15,500.00
16,500.00
17,500.00
18,500.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
EUR
Grafik 2.6. Perkembangan Nilai Kurs Rupiah Dengan Mata Uang USD, JPY, CNY, dan EUR Selama Tahun 2020 *Sumber: Bank Indonesia (BI), investing.com
BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 26
sebesar 268,06 persen. Satu hal yang positif adalah rasio nilai ekspor Sulteng jauh lebih
besar dari impor sehingga mengalamiperdagangan surplus sebesar Rp. 71,54 triliun
(dengan nilai kurs bulan Desember 2020 sebesar Rp 14.040 per USD).
Grafik 2.7. Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Ekspor-Impor
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020
Sumber: BI Perwakilan Sulawesi Tengah dan BPS Sulteng Tahun 2020 (diolah)
2.2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN
2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI)
IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam
memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM dikelompokkan
dalam beberapa kategori, IPM < 60 (rendah), 60 ≤ IPM < 70 (sedang), 70 ≤ IPM < 80
(tinggi), IPM ≥ 80 (sangat tinggi). Pada tahun 2020 IPM Sulteng naik sebesar 0,05 persen
menjadi 69,55 dari sebelumnya pada Tahun 2019 sebesar 69,5. Hal tersebut juga
memastikan bahwa target IPM pada dokumen RPJMD sebesar 69 terpenuhi sebagaimana
ditampilkan pada Grafik 2.8.
Grafik 2.8. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sulawesi Tengah, Nasional, dan Target IPM
RPJMD Tahun 2015 – 2020
Sumber: BPS Indonesia dan BPS Prov. Sulteng (data diolah)
Selama sepuluh tahun terakhir, IPM Provinsi Sulteng meningkat secara gradual sejalan
dengan pencapaian ekonomi nasional dan daerah. Trend kenaikan IPM menunjukkan
adanya perbaikan kualitas pembangunan sumber daya manusia. Jika dibandingkan
dengan kawasan lain di Sulampua Sulawesi, Maluku, dan Papua), IPM Provinsi Sulawesi
Tengah berada pada urutan keempat dibelakang Sulawesi Utara (72,93), Sulawesi
707.48 816.82
354.71 343.00
12000.00
14000.00
16000.00
18000.00
0.00
500.00
1000.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
USD Ekspor Impor
66.7667.47
68.1168.88 69.5 69.55
68.11 68.88 68.75 69
71.94
64
66
68
70
72
74
2015 2016 2017 2018 2019 2020
IPM Sulteng Target RPJMD 2017-2021 IPM Nasional
27 BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
Selatan (71,93), dan Sulawesi Tenggara (71,45). Jika ditilik secara nasional, IPM Provinsi
Sulawesi Tengah masih berada pada peringkat 11 terbawah.
Tabel 2.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kawasan Sulampua Tahun 2015 – 2020 Provinsi 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Sulawesi Utara 70,39 71,05 71,66 72,2 72,99 72,93
Sulawesi Selatan 69,15 69,76 70,34 70,9 71,66 71,93
Sulawesi Tenggara 68,75 69,31 69,86 70,61 71,2 71,45
Sulawesi Tengah 66,76 67,47 68,11 68,88 69,5 69,55
Maluku 67,05 67,6 68,19 68,87 69,45 69,49
Maluku Utara 65,91 66,63 67,2 67,76 68,7 68,49
Gorontalo 65,86 66,29 67,01 67,71 68,49 68,68
Sulawesi Barat 62,96 63,6 64,3 65,1 65,73 66,11
Papua Barat 61,73 62,21 62,99 63,74 64,7 65,09
Papua 57,25 58,05 59,09 60,06 60,84 60,44
Sumber: BPS Sulteng 2020 (diolah)
Secara umum, IPM disusun dari empat indikator yang menggambarkan tiga dimensi
pembangunan manusia yang paling mendasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a
long and healthy life) yang diukur dari Umur Harapan Hidup (UHH), pengetahuan
(knowledge) yang diukur dari Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama
Sekolah penduduk berusia kerja (RLS), dan standar hidup layak (decent standard of
living) yang diukur dari pendapatan per kapita riil yang telah disesuaikan dengan daya
beli (Purchasing Power Parity/PPP) di wilayah yang bersangkutan.
Pada tahun 2020 UHH penduduk Sulteng meningkat sebesar 0,46 tahun (0,67 persen),
yaitu dari 68,23 di tahun 2019 menjadi 68,69 di tahun 2020, angka Harapan Lama
Sekolah (HLS) di Provinsi Sulawesi Tengah tercatat meningkat sebesar 0,33 tahun (0,23
persen) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) meningkat sebesar 0,38 tahun (4,22 persen).
Namun, PPP atau pengeluaran perkapita yang disesuaikan mengalami penurunan
sebesar -0,26 tahun (-2,71%) sebagai dampak dari penurunan aktivitas ekonomi terkait
Covid-19.
81.47
72.21
71.28
70.52
68.36
68.12
67.82
65.69
65.56
65.44
65.43
65.42
64.59
0 50 100
Kota Palu
Morowali
Poso
Banggai
Morowali Utara
Sigi
Buol
Toli-Toli
Donggala
Parigi Moutong
Banggai Laut
Banggai…
Tojo Una-Una
68.23
13.14 8.75 9.6
68.69
13.17 8.83 9.34
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Umur HarapanHidup saat lahir
(UHH)
Harapan LamaSekolah (HLS)
Rata-rata LamaSekolah (RLS)
Pengeluaran perkapita
disesuaikan
2019 2020
Grafik 2.9. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Tahun 2020
Grafik 2.10. Nilai Indikator Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2019 dan Tahun 2020
*Sumber: BPS Sulteng 2020 (diolah)
BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 28
Secara spasial, secara umum terjadi peningkatan nilai IPM pada semua kabupaten/kota.
Kategori IPM tidak berubah dari tahun lalu di mana hanya 4 daerah yang berada di atas
kategori sedang. Kota Palu berada di kategori sangat tinggi (81,5), sedangkan pada
kategori tinggi juga masih ditempati oleh 3 (tiga) kabupaten yaitu Kabupaten Morowali
(72,02), Kabupaten Poso (71,28), dan Kabupaten Banggai (70,52). Sisanya, sebanyak 9
kabupaten/kota masih berada pada kategori sedang.
2.2.2 Tingkat Kemiskinan
Penurunan tingkat kemiskinan adalah salah satu ukuran keberhasilan pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat. Perbaikan kesejahteraan penduduk miskin tidak hanya
tercermin pada penurunan angka kemiskinan saja namun juga terdapat terbaikan kualitas
hidup penduduk miskin. Perkembangan tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tengah
tahun 2010 s.d. 2020 sebagaimana Grafik 2.11.
Grafik 2.11. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sulawesi Tengah Tahun 2010 – 2020
Sumber: BPS Sulteng 2020 (diolah)
Sejak tahun 2017, secara gradual angka kemiskinan di Provinsi Sulteng berhasil
diturunkan setiap tahunnya rata-rata sebesar 0,15 persen per tahun. Pada posisi
September 2020, jumlah penduduk miskin di Sulteng mencapai 403,75 ribu orang
penduduk atau turun sebanyak 290 jiwa dibandingkan tahun sebelumnya. Secara
persentase, jumlah penduduk miskin di Sulteng tercatat sebesar 13,06 persen, turun 0,12
dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Namun, jika dibandingkan dengan tingkat
nasional yang hanya10,19 persen (Grafik 2.12.), maka kondisi kemiskinan di Sulteng
perlu menjadi prioritas pemerintah.
Meskipun terjadi penurunan, angka disparitas persentase penduduk miskin masih sangat
tinggi, yaitu 15,46 persen di desa dibandingkan dengan 8,76 persen di kota. Jika dilihat
dari jenis komoditas yang berkontribusi besar terhadap garis kemiskinan, baik di desa
maupun di kota masih berada pada kelompok bahan makanan dengan angka di atas
76,56 persen.
406.34
420.52413.15
417.87
423.27
420.21
413.49410.36
404.03398.73
403.74
14.07
14.45
14.09
14.14
14.22
14.01
13.69
13.48
13.18
12.92
13.06
10
15
20
0
100
200
300
400
500
Sep '15 Mar '16 Sep '16 Mar '17 Sep '17 Mar '18 Sep '18 Mar'19 Sep'19 Mar'20 Sep'20
Jumlah Penduduk Miskin % penduduk Miskin
29 BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
Pengukuran kemiskinan tidak hanya berhenti pada jumlah dan persentase penduduk
miskin, namun perlu juga memperhatikan dimensi tingkat kedalaman dan keparahan dari
kemiskinan (BPS, 2020). Indeks kedalaman kemiskinan (P1) akan menggambarkan
ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan,
sedangkan indeks keparahan kemiskinan (P2) akan menunjukkan sejauh mana sebaran
pengeluaran diantara penduduk miskin.
Grafik 2.12. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi
di Sulawesi dan Nasional Tahun 2020
Sumber: BPS Sulteng 2020 (diolah)
Sebagaimana tercermin pada Grafik 2.13., P1 dan P2 mengalami penurunan pada
September 2020. Indeks P1 turun mencapai 0,41 sedangkan indeks P2 juga mengalami
penurunan sebesar 0,28 poin dibanding September 2019. Baik P1 maupun P2
mengalami penurunan baik di perkotaan maupun pedesaan yang berarti tingkat
pemerataan kesejahteraan mengalami perbaikan secara merata. Perbaikan P1 dan P2
tidak lepas dari meningkatnya Nilai Tukar Petani sebesar 2,13 persen dan turunnya laju
inflasi sebesar 0,06 persen. Walaupun tingkat kedalaman dan kemiskinan mengalami
penurunan namun di kawasan Sulawesi Sulteng masih menjadi daerah dengan rata-rata
kedalaman dan keparahan terburuk. Dalam hal kedalaman Sulteng sedikit lebih baik
daripada Gorontalo sedangkan dalam hal keparahan kemiskinan Sulteng merupakan
provinsi dengan angka terburuk diatas Gorontalo.
Grafik 2.13. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011 – 2020
Sumber: BPS Prov. Sulteng Tahun 2019 (diolah)
195.85 403.74 800.24 317.32 185.31 159.05
27,549.69
7.78%
13.86%
8.99%
11.69%
15.59%
11.50%
10.19%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar Indonesia
Jumlah Penduduk Miskin % Penduduk Miskin
3.19
2.582.78
1.150.77 0.87
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Sep-15 Maret-16 Sep-16 Maret-17 Sep-17 Maret-18 Sep-18 Maret-19 Sep-19 Maret-20 Sep-20
Kedalaman Keparahan
BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 30
2.2.3 Tingkat Ketimpangan (Gini Ratio)
Koefisien Gini digunakan sebagai ukuran pemerataan yang juga merefleksikan ukuran
ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat. Nilai koefisien Gini berkisar antara 0
(sangat merata) sampai dengan 1 (sangat timpang). Adapun kriteria ukuran ketimpangan
Gini Ratio meliputi ketimpangan rendah (Gini Ratio< 0,3), sedang (0,3 ≤ Gini Ratio ≤ 0,5)
dan tinggi (Gini Ratio> 0,5). Nilai koefisien Gini Provinsi Sulteng sejak tahun 2014 s.d.
2020 dijelaskan pada Grafik 2.14.
Grafik 2.14. Perkembangan Gini Ratio di Sulawesi Tengah Periode Maret 2014 – September 2020
Sumber: BPS Sulteng 2021 (diolah)
Ketimpangan di Sulteng masuk dalam kategori sedang dengan nilai koefisien Gini
mencapai 0,321 pada September 2020, turun tipis 0,005 poin dari periode yang sama
tahun 2019. Berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, kecenderungan tingkat ketimpangan
distribusi pendapatan lebih tinggi terjadi pada masyarakat di perkotaan dibandingkan
dengan perdesaan. Secara nasional, ketimpangan pendapatan di Provinsi Sulawesi
Tengah masih dibawah rata rata yang mencapai 0,385 (sedang). Lebih lanjut, tingkat
ketimpangan Sulteng jika ditilik dari kawasan Sulampua merupakan kawasan dengan
tingkat ketimpangan terbaik kedua setelah Sulawesi Utara.
2.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran
Tabel 2.4. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama Tahun 2018 – 2019
Status Keadaan Ketenagakerjaan
Tahun Perubahan Tahunan
2019 2020 Orang (ribu)
Persentase
Penduduk Usia Kerja 2231,72 2269,14 37,43 1,68
Angkatan Kerja 1513,04 1575,73 62,69 4,14
Bekerja 1466,04 1516,35 50,31 3,43
Pengangguran 46,99 59,38 12,39 26,36
Bukan Angkatan Kerja 718,68 693,42 -25,27 -3,52
Persentase Persentase Persentase
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
3,11 3,77 0,66
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
67,8 69,44 1,64
*Sumber: BPS Sulteng (diolah)
0.335 0.339 0.334 0.334
0.287
0.292
0.295 0.295
0.327 0.330 0.326 0.321
0.260
0.280
0.300
0.320
0.340
0.360
0.380
0.400
0.420
0.440
Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18 Mar-19 Sep-19 Mar-20 Sep-20
Perkotaan Perdesaan Kota + Desa
31 BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
Sebagaimana dalam ditampilkan pada Tabel 2.4., Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) di Sulteng periode Agustus 2020 mencapai 3,77 persen, naik 0,66 poin dari periode
yang sama tahun lalu. Kenaikan pengangguran ini tercatat mencapai 8.300 orang
sehingga total pengangguran di Sulteng mencapai 83 ribu orang dimana jumlah
penganggur wanita 0,52 persen lebih banyak daripada laki-laki. Pada tataran nasional,
tingkat pengangguran Sulteng tersebut masih dibawah tingkat pengangguran nasional
yang mencapai 5,28 persen di tahun 2019. Secara spasial, terdapat tiga kabupaten/kota
yang memiliki tingkat pengangguran yang tertinggi, yakni Kota Palu (9,78 persen),
Kabupaten Morowali (7,19 persen) dan Kabupaten Poso (4,48 persen).
Pandemi Covid-19 juga turut mempengaruhi tingkat pengangguran Sulteng. Tidak hanya
pengangguran namun juga penduduk usia kerja juga turut terpengaruh karena adanya
adanya kebijakan pembatasan ekonomi, perjalanan dan sosial. Namun, seiring
membaiknya perekonomian, tingkat ketenagakerjaan diprediksi akan membaik. Menurut
BPS (2020), penduduk usia kerja terdampak covid-19 dapat dikelompokkan kedalam 4
(empat) komponen yaitu penganggur, bukan angkatan kerja yang pernah berhenti
bekerja, penduduk yang bekerja dengan status sementara tidak bekerja, dan penduduk
bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja.
Tabel 2.5. Kategori Tenaga Kerja Terdampak Covid-19
Komponen
Jenis Kelamin Daerah Tempat Tinggal
Total (ribu
orang) Laki-Laki
(ribu orang) Perempuan (ribu orang)
Perkotaan (ribu orang)
Pedesaaan (ribu orang)
Pengangguran Karena Covid-19
4,63 4,50 4,79 4,34 9,12
Bukan Angkatan Kerja (BAK) Karena Covid-19
1,63 3,82 2,33 3,12 5,45
Sementara Tidak Bekerja Karena Covid-19
4,41 7,01 7,33 4,09 11,42
Penduduk Bekerja yang Mengalami Pengurangan Jam Kerja Karena Covid-19
115,03 87,89 97,33 105,59 202,92
Total 125,70 103,21 111,78 117,13 228,91
Penduduk Usia Kerja (PUK) 709,61 1.559,53 1.153,75 1.115,39 2.269,14
Persentase terhadap PUK 17,71 6,62 9,7 10,5 10,09
Sumber: BPS Sulteng (diolah)
Salah satu hal yang menarik dari informasi yang disajikan oleh Tabel 2.5. di atas adalah
bahwa untuk kategori penduduk yang sementara tidak bekerja karena Covid-19 lebih
banyak didominasi oleh perempuan dengan perbandingan persentase 61 persen
dibanding 39 persen laki-laki. Namun, jika dilihat secara keseluruhan maka tenaga kerja
laki-laki masih lebih dominan terdampak oleh pandemi. Tenaga kerja di pedesaan juga
lebih rentan terdampak oleh pandemi dengan persentase sebesar 51 persen dibanding
daerah perkotaan sebesar 49 persen.
BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 32
2.2.4 Nilai Tukar Petani
Berdasarkan data BPS, sampai dengan Triwulan IV Tahun 2020, Sektor Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan berkontribusi lebih dari 21,8 persen (ADHB) dan 22,1 persen
(ADHK) terhadap seluruh PDRB Sulteng menurut lapangan usaha. Hal ini menjadikan
sektor tersebut masih menjadi salah satu tulang punggung perekonomian di wilayah
Sulteng. Kondisi tersebut baik langsung maupun tidak langsung menciptakan kondisi
yang kondusif bagi kelanjutan pelaksanaan pembangunan dan sinergi yang kuat dengan
sektor-sektor lainnya.
Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan pelaku usaha di sektor tersebut, maka
digunakan indikator Nilai Tukar Petani (NTP). NTP menunjukkan daya tukar (term of
trade) dari produksi pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk
biaya produksi. Mulai Januari 2020, BPS menggunakan Tahun Dasar 2018 (2018=100)
dalam menghitung NTP dari sebelumnya Tahun Dasar 2012.
Sebagaimana dijelaskan pada Grafik 2.15., selama periode Januari 2019 – Desember 2020,
NTP Sulteng berfluktuasi di rentang angka 95-97. Angka NTP tersebut berada di bawah NTP
nasional dengan rentang angka 99-103. Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum daya
tukar petani di Sulteng relatif rentan terhadap laju pertumbuhan tingkat harga barang/jasa di
pasaran. Nilai NTP selama periode tersebut masih berada di bawah 100, artinya
perkembangan harga barang yang dihasilkan petani lebih rendah dari perkembangan harga
barang yang digunakan petani untuk memenuhi kebutuhannya.
Grafik 2.15. Perkembangan NTP, Indeks yang Dibayar Petani (lb), Indeks yang Diterima Petani (lt)
di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 - 2020
Sumber: BPS Sulteng (diolah)
Pada periode Desember 2020, NTP di Sulteng mencapai 95,91 persen, angka tersebut
mengalami kenaikan sebesar 1,53 persen dibandingkan dengan November 2020.
Peningkatan terbesar disumbang oleh kenaikan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat
sebesar 3 persen, Perikanan sebesar 1,87 persen, Peternakan 0,46 persen, Tanaman
Pangan 0,26 persen, dan subsektor Holtikultura sebesar negatif 1,7 persen.
95.91
103.25
103.33
107.74
88
92
96
100
104
108
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Me
i
Ju
ni
Ju
li
Ag
t
Se
pt
Ok
t
No
v
Des
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Me
i
Ju
ni
Ju
li
Ag
t
Se
pt
Ok
t
No
v
Des
2019 2020
Sulteng NTP Nasional Lt Lb
33 BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
Sementara itu, Indeks yang Dibayar Petani (Lb) mengalami peningkatan sebesar 0,12
persen dibanding bulan sebelumnya. Kenaikan ini dipengaruhi oleh komponen pengeluaran
baik untuk konsumsi rumah tangga maupun fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan
untuk memproduksi hasil pertanian. Kemudian Indeks yang Diterima Petani (Lt) pada
Desember 2020 tercatat 103,33 atau naik sebesar 1,74 persen dibandingkan bulan
sebelumnya yang hanya sebesar 101,56.
Masih kurang optimalnya NTP di Sulteng diakibatkan oleh jalur distribusi dan tata niaga
hasil-hasil pertanian yang belum sepenuhnya terintegrasi, degradasi lahan irigasi akibat alih
fungsi lahan, belum terjangkaunya harga pupuk, dan manajemen penguasaan teknologi dan
inovasi pertanian.
Untuk peningkatan kesejahteraan pelaku usaha tersebut, Pemerintah melakukan
intervensimelalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kartu Petani Maju atas pupuk
dan obat-obatan bersubsidi. Selain itu Pemerintah juga menyusun roadmap kebijakan yang
mengarah pada aspek competitiveness produk unggulan melalui peningkatan skala usaha
pertaninan, produktivitas, penambahan atau perluasan areal tanam, perbaikan dukungan
infrastruktur pertanian, dan melakukan kontrol harga yang berdampak pada peningkatan
daya saing produk di pasaran.
2.2.5 Nilai Tukar Nelayan (NTN)
Nilai Tukar Nelayan (NTN) adalah rasio antara indeks harga yang diterima nelayan (Lt)
dengan indeks harga yang dibayar nelayan (Lb), dan dinyatakan dalam persentase.
Secara konsepsional, NTN pengukur kemampuan tukar produk perikanan tangkap yang
dihasilkan nelayan dengan barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga nelayan
dan keperluan mereka dalam menghasilkan produk perikanan tangkap.
Grafik 2.16. Perkembangan NTN, Indeks yang Dibayar Nelayan (lb), Indeks yang Diterima Nelayan (lt)
di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 - 2020
Sumber: BPS Sulteng (diolah)
Sebagaimana dijelaskan oleh Grafik 2.16., NTN di Sulteng mengalami fluktuasi pada
periode Januari 2019 – Desember 2020. Pada periode tersebut NTN tertinggi terjadi pada
99.47
102
107.21
107.79
90
94
98
102
106
110
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Me
i
Ju
ni
Ju
li
Ag
t
Se
pt
Ok
t
No
v
Des
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Me
i
Ju
ni
Ju
li
Ag
t
Se
pt
Ok
t
No
v
Des
2019 2020
Sulteng Nasional Lt Lb
BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 34
bulan Maret 2020 dengan nilai NTN sebesar 99,49 sedangkan terendah terjadi di bulan
Mei 2019 dengan nilai NTN sebesar 94,41. Secara umum, NTN Sulteng masih berada di
bawah nilai rata-rata nasional. Selama Desember 2020, subsektor perikanan mengalami
peningkatan indeks nilai tukar sebesar 1,87 persen atau berubah dari 97,40 pada
November 2020 menjadi 99,47 pada Desember 2020. Kondisi ini disebabkan oleh
peningkatan Lt sebesar 2,45 persen lebih besar dari Lb sebesar 0,23 persen.
Pemerintah daerah berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, salah satunya
denganpencadangan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Sulawesi Tengah dengan luas 1.379.159,41 h.a. melalui Keputusan Gubernur
Sulawesi Tengah Nomor: 523/635A/Dis.KANLUT-GST/2017. Keputusan ini dibuat untuk
melindungi kawasan tersebut dari maraknya kegiatan Illegal, Unreported, dan
Unregulated (IUU) Fishing di perairan Sulteng.
Pemerintah juga melakukan pengawasan terhadap Sumber Daya Kelautan Perikanan
(SDKP) dengan melakukan penambahan jumlah pos pengawasan dan penambahan
jumlah UPT pelabuhan dari 4 buah menjadi 11 buah yang mewakili setiap perairan di
kabupaten dan kota di Sulteng. Pemerintah juga mendorong peningkatan kapasitas dan
teknologi perikanan untuk meningkatkan produktivitas dengan pemberian pelatihan serta
peralatan tangkap perikanan tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran serta menjamin
stabilitas harga komoditas perikanan di pasar. Diharapkan dengan berbagai upaya
tersebut kesejahteraan nelayan dapat meningkat seiring dengan meningkatnya Nilai
Tukar Nelayan.
2.3 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL
Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan
dokumen yang memuat arah pembangunan daerah dalam satu tahun anggaran yang
disepakati dan dijadikan pedoman penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
serta rancangan APBD. Penentuan arah pembangunan tersebut dituangkan dalam
berbagai kebijakan dan target-target pembangunan yang hendak dicapai.Target dan
realisasi indikator makro ekonomi dan pembangunan Sulteng Tahun 2020 dijelaskan
dalam Tabel 2.6.
Dalam menetapkan sasaran indikator makro ekonomi dan pembangunan, Pemerintah
Sulteng menggunakan skenario optimis tetapi dengan prinsip kehati-hatian. Dengan
mempertimbangkan tantangan dan peluang perekonomian tahun 2020, evaluasi dan
capaian tahun sebelumnya, asumsi-asumsi makro yang ditetapkan meningkat dalam
jumlah yang terbatas dibandingkan target tahun sebelumnya. Terkait dengan dinamika
perekonomian global dan nasional yang terdampak oleh pandemi, Pemerintah Sulteng
melakukan perubahan target RKPD. Perubahan tersebut memperhatikan fenomena yang
35 BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
terjadi pada perekonomian sampai dengan Triwulan I Tahun 2020. Perubahan diperlukan
agar target-target yang dicanangkan tetap bernuansa optimis danmasih dalam jangkauan
ketercapaian.
Seluruh target indikator perekomian pada dokumen perubahan RKPD dapat tercapai,
namun jika dibandingkan dengan target pada RPJMD yang kisarannya tidak terlalu jauh
dengan target RKPD sebelum perubahan maka terdapat dua indikator yang tidak
tercapai, yaitu tingkat laju pertumbuhan, IPM, dan pengangguran terbuka. Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kinerja ekonomi pada tahun 2020 jika ditilik dari
pencapaian target indikator yang dicanangkan sebelumnya relatifbaik walaupun masih
terdapat ruang peningkatan.
Tabel 2.6. Target RPJMD 2020, RKPD Tahun 2020, Realisasi Provinsi Sulteng Tahun 2019 dan 2020
No. Indikator Target P-
RPJMD 2020 Target
RKPD 2020
Realisasi Capaian
2020
Realisasi Capaian
2019
1 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
6,0 – 6,5%* 4,25-4,5 %* 4,86% 7,15%
2 PDRB Nominal Per Kapita (Jt Rp)
55,32 jt* 52,5-53,5* 63,75 Jt 54,49 Jt
3 Inflasi(%) 4,5-5%* 5-6 %* 1,62% 2,68%
4 IPM (Poin) 68,5-69* 67,76 69,55 68,88
5 Persentase Penduduk Miskin (%)
12.09-12,49* 14,5-15,5 13,06 13,18
6 Indeks Gini (poin) 0,31 - 0,35* 0,3-0,325 0.330* 0.330*
7 Pengangguran Terbuka (%)
3,5 - 3,25* 4-3,5* 3,77 3,15
Sumber: Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, BPS Sulawesi Tengah (data diolah) *) Setelah Perubahan
Peluang peningkatan berbagai indicator di atas masih dimungkinkan jika melihat trend
membaiknyaperekonomian, mitigasi dampak pandemi Covid-19 dengan program
vaksinasi dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, serta
beberapa program strategis yang direncanakan Pemerintah di Sulteng seperti
Masyarakat Ekonomi Sulteng, Penciptaan Pariwisata Estate, Program Pemberdayaan
Kelor, dan beberapa program strategis lain yangakan secara masif dilaksanakan pada
tahun 2020. Untuk melihat lebih dalam kinerja fiskal pemerintah daerah serta dampak
yang ditimbulkan bagi efektifitas pembangunan dan perekonomian di Sulteng, akan
dijelaskan lebih lanjut dalam bab–bab selanjutnya.
BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 36
Box 2
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah Menggunakan Peramalan Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) dan Vector Auto Regressive (VAR)
Peramalan (forecasting) digunakan untuk memprediksi laju pertumbuhan ekonomi NTT (PDRB) di
tahun 2020, sehingga kebijakan pemerintah yang tepat dapat diformulasikan. Dalam peramalan ini
digunakan dua metode. Metode pertama yaitu Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)
yang merupakan penggabungan dari metode moving average dan autoregressive dimana
menggunakan data runtun waktu secara historis dan data terkini untuk menghasilkan peramalan
jangka pendek yang akurat. Sedangkan metode kedua adalah Vector Auto Regression (VAR) yang
merupakan estimasi menggunakan Ordinary Least Square (OLS). Kedua metode tersebut
digunakan untuk mendapatkan perbandingan proyeksi dengan harapan mendapatkan hasil
peramalan yang lebih baik.
Data yang digunakan untuk metode pertama adalah data historis PDRB Sulteng per triwulan tahun
2011 sampai 2020. Sedangkan metode kedua menggunakan data historis per triwulan 4 variabel,
yaitu inflasi (2011-2020), kurs (2011-2020), suku bunga (2011-2020) sebagai variable independen,
dan data PDRB Sulteng (2011-2020) sebagai variable dependen. Seperti ditampilkan pada kedua
gambar di atas, pada Triwulan I tahun 2020 ekonomi Sulteng diprediksi tumbuh sebesar 7,11
persen (ARIMA) dan 7,18 persen (VAR). Hasil tersebut tanpa memperhitungkan pandemi sebagai
variable yang dapat menjadi restriksi. Jika pandemi dimasukkan sebagai restriksi, dengan
menggunakan asumsi perubahan target RKPD (pengurangan sebesar 1,5-2 persen) maka
diprediksi perekonomian Sulteng berada di kisaran 5-5,61 persen.
Hasil peramalan yang terkesan optimis tersebut namun cukup feasible dan achievable. Beberapa
hal yang menjadi pertimbangan, yaitu pertama rata-rata pertumbuhan ekonomi Triwulan I Sulteng
selama 5 tahun terakhir tercatat sebesar 6,80 persen. Kedua, Indikator makro ekonomi
sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya, juga secara tahunan tetap tumbuh meski
didera pandemi.
BAB III PERKEMBANGAN DANANALISIS PELAKSANAANAPBN TINGKAT REGIONAL
BAB III PERKEMBANGAN DANANALISIS PELAKSANAANAPBN TINGKAT REGIONAL
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
Gambar : bisnis.com Pemusnahan Barang Sitaan (Gambar 1) Petani di Kab. Sigi (Gambar 2)
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
94.0%B. PEMERINTAH
PUSATRp7,439 M*)
84.4%
belanjaRp25.166 M (Pagu)
Rp23.663 M (Realisasi)
2020
TKDD
Rp16,224 M*)216,7%
*)REALISASI
Rp266,35 m
pnbp lainnya
badan layanan umum
DBH DAU DID DAK Fisik DAK Non Fisik DANA DESA
10.000
7.500
5.000
2.500
0
Ringka sg ra f i s Bab IIIRingka sg ra f i s Bab III
109,3%
pendapatanRp4.173 M (Pagu)Rp4.560 M (Realisasi)
2020
PERPAJAKAN PNBP
Rp4,005 M*)102,3%
Rp555 M*)216,7%
*)REALISASI
2,03%
rasio perpajakan thd pdrb adhb
2020
2,99%
rasio perpajakan thd pdrb adhk
2020
2020
rp288,83 m2020
analisis tax ratio
penerimaan negara bukan pajak
1.135 761
9.996
9.919
199 182
2.462
2.3782.056
1.9711.568
1.564
pAGU
REALISASI
DANA TRANSFER DAN DANA DESA 2020
*)dalam miliaran rupiah
37 BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Provinsi Sulawesi Tengah merupakan potret
kondisi keuangan di Provinsi Sulawesi Tengah dan juga merupakan cermin kebijakan fiskal
di daerah yang meliputi Pendapatan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi, Belanja Pemerintah
Pusat Tingkat Provinsi, Pengelolaan BLU Pusat di Provinsi, serta Pengelolaan Manajemen
Investasi Pusat.
3.1 APBN TINGKAT PROVINSI
Tabel 3.1. APBN Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 – 2020 (dalam Miliar Rupiah)
Sumber: OMSPAN 2018-2020, GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, SIMTRAD4 DJPK
(data diolah)
URAIAN Tahun 2018
% Tahun 2019
% Tahun 2020
% Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
3.909 3.727 95,4% 4.284 4.838 112,9% 4,173 4,560 109.3%
Penerimaan Perpajakan 3.577 3.228 90,3% 4.021 4.285 106,6% 3,917 4,005 102.3%
Penerimaan Negara Bukan Pajak
332 499 150,2% 264 553 209,8% 256 555 216.7%
Hibah - - - - - - - - -
BELANJA NEGARA 23.951 22.927 95,7% 25.594 24.374 95,2% 25.166 23,663 94.0%
BELANJA PEMERINTAH PUSAT
7.968 7.363 92,4% 8.178 7.600 92,9% 8,819 7,439 84.4%
Belanja Pegawai 2.294 2.220 96,8% 2.349 2.368 100,8% 2,457 2,372 96.5%
Belanja Barang 3.410 3.122 91,5% 3.309 3.040 91,9% 4,045 3,080 76.1%
Belanja Modal 2.251 2.008 89,2% 2.507 2.179 86,9% 2,309 1,979 85.7%
Belanja Bantuan Sosial 14 13 98,6% 13 13 96,9% 8 8 99.7%
TRANSFER KE DAERAH DAN DD (TKDD)
15.983 15.564 97,4% 17.416 16.775 96,3% 16.348 16,224 99.2%
Dana Transfer Umum (DTU)
10.734 10.455 97.4% 11.131 10.679 95.9% 10.306 10.277 76.6%
Dana Alokasi Umum 9.540 9.540 100.0% 9.996 9.919 99.2% 9.067 9.040 99.7%
Dana Bagi Hasil 1.194 915 76.6% 1.135 761 67.0% 1.239 1.237 100.0%
Dana Transfer Khusus (DTK)
3,748 3,608 100.0% 4,518 4,349 96.2% 4.108 4,015 97.7%
Dana Alokasi Khusus Fisik
3.748 3.608 96.3% 4.518 4.349 96.2% 2.063 1.979 95.9%
Dana Alokasi Khusus Non Fisik
0 0 0.0% 0 0 0.0% 2.045 2.036 99.6%
Dana Otsus, DIY, DID 137 137 100.0% 199 182 91.5% 343 343 100.0%
Dana Otsus, DIY, DID 137 137 100.0% 199 182 91.5% 343 343 100.0%
Dana Desa 1.364 1.364 100.0% 1.568 1.564 99.8% 1.590 1.589 99.9%
Dana Desa 1.364 1.364 100.0% 1.568 1.564 99.8% 1.590 1.589 99.9%
SURPLUS/DEFISIT -4.059 -3.636 89.6% -21.310 -19.536 91.7% -20.994 -19.103 91.0%
Pembiayaan - - - - - - - - -
Penerimaan Pembiayaan
- - - - - - - - -
Pengeluaran Pembiayaan
- - - - - - - - -
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
-4.059 -3.636 89.6% -21.310 -19.536 91.7% -20.994 -19.103 91.0%
BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 38
Realisasi Pendapatan Negara tahun 2020 sebesar Rp4.560 miliar turun sebesar Rp278
miliar atau 5,7 persen dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp4,83 triliun. Dari sisi belanja
negara, realisasi belanja tahun 2020 sebesar Rp23,66 triliun dengan realisasi belanja
mencapai 99,3 persen dari pagu belanja negara sebesar Rp23,81 triliun. Realisasi
belanja tahun 2020 turun 2,9 persen dibandingkan realisasi belanja tahun 2019 yaitu
sebesar Rp24,37 triliun. Belanja negara yang lebih besar dari pendapatan negara
mengakibatkan terjadinya defisit anggaran sebesar Rp19,10 triliun hal ini
mengindikasikan dalam pemenuhan belanja negara di Provinsi Sulawesi Tengah masih
menerima subsidi silang dari provinsi lain.
Penurunan alokasi belanja negara pada tahun 2020 karena adanya refocusing alokasi
belanja pemerintah pusat dan alokasi transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang
digunakan untuk penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) serta
Program Pemulihan Ekonomi Nasional sebagai dampak pandemi Covid-19.
3.2 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Pendapatan pemerintah pusat tingkat provinsi terdiri dari penerimaan perpajakan.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan dana Hibah. namun untuk provinsi
Sulawesi Tengah pada tahun 2020 tidak memiliki dana hibah.
3.2.1 Pendapatan Perpajakan
Penerimaan perpajakan tahun 2020 (y-on-y) sebesar Rp4,005 triliun turun sebesar 6,5
persen atau Rp280 miliar jika dibandingkan pada tahun 2019 sebesar Rp4,285 triliun.
Penerimaan perpajakan diperoleh
dari semua jenis pajak yang ada di
Sulawesi Tengah termasuk adanya
penerimaan cukai. yang pada
tahun 2020 tidak ada realisasi
penerimaan. hal ini
mengindikasikan bahwa daerah di
Sulawesi Tengah masih berpotensi
sebagai daerah penerima cukai.
Pendapatan perpajakan terbesar
dari penerimaan PPh 51,67 persen
disusul PPN sebesar 40,56 persen sedangkan penerimaan perpajakan lainnya
menyumbangkan 1 persen.
Penerimaan Perpajakan
2018 2019 2020
Pajak Penghasilan 1.432 1.632 2.070
Pajak Pertambahan Nilai 1.407 2.106 1.624
Pajak Bumi dan Bangunan
20 23 41
Cukai 0 0 0
Pajak lainnya 42 48 40
Bea masuk 297 309 202
Bea Keluar/Pungutan Ekspor
29 167 28
Jumlah 3.228 4.285 4.005
Tabel 3.2 Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat
Tingkat Provinsi di Provinsi Sulawesi Tengah
(dalam Miliar Rupiah)
Sumber : GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Tingkat Provinsi di Provinsi Sulawesi Tengah
(dalam Miliar Rupiah)1
39 BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL
Analisis Tax Ratio
Penerimaan perpajakan Tahun
2020 mengalami penurunan
sebesar 6,54 persen dibandingkan
tahun lalu. Sedangkan tax ratio
berdasarkan ADHK adalah
sebesar 2,99 persen. Kontribusi
perpajakan jika diukur
menggunakan PDRB ADHK
mengalami penurunan sebesar
0,88 persen jika dibandingkan
tahun 2019. Tax ratio di Sulteng
cukup rendah mengingat target secara nasional yang diproyeksikan oleh pemerintah
berada di angka 13,6 persen pada tahun 2022. Jika dikaitkan dengan pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sulteng tahun 2020 yang tumbuh sebesar 4,86% idealnya, akan
diiringi dengan peningkatan kinerja pemungutan pajak. Artinya, pertumbuhan ekonomi
daerah/PDRB seharusnya berkolerasi positif dengan tax ratio. Namun demikian, konsep
ini tidak berlaku di Sulteng, di mana kenaikan pertumbuhan ekonomi tidak diikuti oleh
kenaikan tax ratio
3.2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak
a. Perkembangan PNBP Menurut Jenis
Tabel 3.3 Pendapatan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
di Provinsi Sulteng (per Jenis PNBP dalam Miliar Rupiah)
Penerimaan PNBP Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Sumber Daya Alam - - - - - -
Bag. Pemerintah atas - - - - - -
Laba BUMN - - - - - -
PNBP Lainnya 90,95 198,25 2,31 226,74 0,38 266,35
Badan Layanan Umum
241,31 300,62 261,30 326,23 255,82 288,83
Jumlah 332,26 498,87 263,61 552,97 256,20 555,18
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Realisasi capaian penerimaan PNBP tahun 2020 sebesar Rp555,18 miliar naik sebesar
Rp2,21 miliar atau 0,40 persen dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp552,97 miliar.
Kenaikan penerimaan PNBP tahun 2020 diperoleh dari naiknya PNBP Lainnya sebesar
Rp39,61 miliar atau 17,47 persen dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar 226,74.
Sumber : GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, BPS Provinsi Sulawesi Tengah (data diolah)
Grafik 3.1 Rasio Perpajakan Terhadap PDRB
2.14%2.58%
2.03%
3.12%
3.86%
2.99%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
2018 2019 2020
Rasio Perpajakan Thp PDRBADHB
BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 40
b. Perkembangan PNBP Fungsional
Penerimaan PNBP fungsional merupakan penerimaan yang berasal dari hasil pungutan
kementerian negara/lembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan tugas pokok
dan fungsinya dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Penerimaan
PNBP tahun 2020 sebesar Rp141,55 miliar
atau 180,66 persen dari target penerimaan
sebesar Rp78,354 miliar. Secara terinci
penerimaan PNBP fungsional Tahun 2020
tersaji pada tabel 3.4. Realisasi penerimaan
PNBP Fungsional mencapai 110,83 persen
hal ini tidak serta merta mencerminkan
tingginya deviasi antara target dan realisasi
namun terdapat penerimaan yang target
penerimaan dilakukan secara terpusat. Namun, pencatatan penerimaan PNBP tetap
dilakukan di daerah.
c. Analisis Penerimaan Perpajakan dan PNBP
1. Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional (APBN dan APBD)
PDRB Sulawesi Tengah tahun 2020 yang
diukur berdasarkan menurut ADHK tahun
2010 sebesar Rp134,15 triliun. kontribusi
penerimaan perpajakan sebesar Rp4
triliun atau 2,99 persen. penerimaan
PNBP sebesar Rp1,60 triliun atau 0,96
persen dan PAD sebesar Rp1,41 triliun
atau 1,39 persen terhadap PDRB
Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2020.
2. Analisis Kontribusi Populasi terhadap Pendapatan Pemerintah
Kontribusi rata-rata setiap penduduk
dari sektor perpajakan pusat/daerah
terhadap total pendapatan di
Sulawesi Tengah pada Tahun 2020
sebesar Rp1.525.624/jiwa dan
kontribusi pada sektor pendapatan
PNBP dan PAD masing-masing
sebesar Rp461.289/jiwa dan
Rp402.682/jiwa.
Penerimaan PNBP Target Realisasi
Jasa Kepelabuhanan 24.351 27.319
Biaya Pendidikan 23.266 27.639
Pengamanan Obyek Vital
11.353 10.969
Jasa Navigasi Pelayaran
8.723 9.100
Jumlah 69.962 77.044
0.54
0.12
0.65
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
Perpajakan/PDRB ADHB PNBP/PDRB ADHB PAD/PDRB ADHB
554
1,226
1,780
-
900
1,800
2,700
3,600
4,500
Th
ou
san
ds
Perpajakan/Populasi PNBP/Populasi
PAD/Populasi
Tabel 3.4. Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat
Tk. Provinsi di Provinsi Sulteng (menurut
Fungsional K/L) (dalam Juta Rupiah)
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb
Provinsi Sulteng (data diolah)
Grafik 3.2. Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional Sulawesi Tengah Tahun 2020 (dalam Persentase)
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Grafik 3.3. Kontribusi Populasi Terhadap Pendapatan Pemerintah Tahun 2020 (dalam Ribu Rupiah)
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, BPS Sulteng (data diolah)
41 BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL
Secara spasial di Provinsi Sulawesi Tengah, kontribusi penduduk terhadap pendapatan
asli daerah terbesar adalah Kabupaten Morowali dan terkecil Kabupaten Touna sebesar
Rp1.780.025/jiwa dan Rp160.546/jiwa. Besarnya kontribusi populasi terhadap
perpajakan di Sulawesi Tengah sebesar Rp1.525.634/jiwa tertinggi di Kabupaten
Morowali dan Kota Palu disebabkan tercatatnya perpajakan pusat yang tercatat di daerah
setempat dan khusus untuk Kota Palu yang merupakan Ibukota Provinsi Sulteng di mana
perekonomian dan pusat perkantoran berada di Kota Palu sehingga pendapatan
perpajakan tercatat sebagai penerimaan pajak Kota Palu.
3.3 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan
stimulus fiskal. Salah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen
ekonomi berupa stimulus fiskal. Secara garis besar. komposisi dari stimulus fiskal adalah
berupa pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased
spending). Belanja K/L Tahun 2020 digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional. antara lain pembangunan SDM. infrastruktur. pengurangan kemiskinan dan
pengangguran dalam rangka pemerataan pembangunan dan perbaikan konektivitas
dengan tetap menjaga efisiensi.
3.3.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian
Anggaran / Kementerian/ Lembaga)
Alokasi belanja berdasarkan organisasi di Provinsi Sulawesi Tengah tersebar pada 44
kementerian/lembaga. Terdapat 5 kementerian/lembaga yang mengelola pagu terbesar
mencapai Rp5,27 triliun atau 64,50 persen dan sisanya sebesar Rp3,54 triliun tersebar
pengalokasiannya kepada 39 kementerian/lembagaSecara terinci perkembangan pagu
dan realisasi berdasarkan organisasi disajikan pada tabel 3.5.
Tabel 3.5. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran di Prov. Sulteng
(lima terbesar dalam Juta Rupiah)
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng. MEBE (data diolah)
Kementerian /Lembaga
2018 2019 2020
Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi
Kementerian PUPR 2.205 2.003 2.613 2.135 2.183 1.846
Kepolisian Negara RI 987 1.005 1.088 1.137 1.097 1.065
Kementerian Agama 853 789 916 888 914 892
Kementerian DikBud 77 66 76 70 550 482
Komisi Pemilihan Umum
355 331 309 290 531 405
Kementerian/Lembaga Lainnya
3.491 3.171 3.177 3.078 3.544 2.777
Jumlah 7.968 7.363 8.178 7.600 8.819 7.467
BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 42
Pertumbuhan anggaran tertinggi terjadi di Kemendikbud (BA 023) yang meningkat 624,23
persen dibandingkan tahun 2019. Peningkatan pertumbuhan ini akibat adanya perubahan
nomenklatur beberapa satker yakni dari BA 042 (Kemenristek Dikti) menjadi 023
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).
a. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi
Berdasarkan fungsi, alokasi anggaran Belanja Negara di Sulawesi Tengah ke dalam 11
fungsi pemerintahan, yaitu Pelayanan Umum, Pertahanan, Ketertiban dan Keamanan,
Ekonomi, Lingkungan Hidup, Perumahan dan Fasum, Kesehatan, Pariwisata dan
Budaya, Agama, Pendidikan, dan Perlindungan Sosial. Untuk tahun 2020, Pemerintah
Pusat menetapkan empat fungsi prioritas di Sulawesi Tengah menurut proporsi anggaran
yaitu Pelayanan Umum (F-01) dengan besaran alokasi Rp1,013 miliar atau 44,53 persen
dari alokasi keseluruhan, nilai ini naik 11,48 persen dibandingkan periode yang sama
tahun 2019. Ekonomi (F-04) dengan besaran alokasi Rp2,357 miliar atau 13,97 persen
dari alokasi keseluruhan, nilai ini turun 38,21 persen dibandingkan periode yang sama
tahun 2019. Ketertiban dan Keamanan (F-03) dengan besaran alokasi Rp1,528 miliar
atau 12,61 persen dari alokasi keseluruhan, naik 6,10 persen dibandingkan periode yang
sama tahun 2019. Pendidikan (F-10) dengan besaran alokasi Rp1,343 miliar atau 11,08
persen dari alokasi keseluruhan, turun 11,94 persen dibandingkan periode yang sama
tahun 2019. Penetapan tersebut selaras dengan rencana prioritas Pemerintah Pusat
untuk Sulawesi Tengah sebagaimana disebutkan dalam pembahasan di awal, yakni
Pendidikan dan Infrastruktur.
Ditinjau dari dimensi pertumbuhan anggaran, pertumbuhan anggaran tertinggi terjadi di
fungsi Perumahan dan Fasum (F.06) yang meningkat 86,09 persen dibandingkan tahun
2019. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi di fungsi Pariwisata dan Budaya (F.08)
yang mencapai minus 91,01 persen dibandingkan tahun 2019.
Serapan anggaran tertinggi tahun 2020 dicapai oleh fungsi Pariwisata dan Budaya (F.08)
yaitu 100 persen dari pagu fungsi. Serapan yang tinggi ini terkait oleh rendahnya alokasi
anggaran pada fungsi Pariwisata dan Budaya berbanding lurus dengan rendahnya
realisasi pada fungsi Pariwisata dan Budaya dikarenakan akibat dari pandemi Covid-19.
Sedangkan fungsi Perumahan dan Fasum (F.06) menyerap anggaran terendah yakni
76,58 persen dari pagu fungsi.
Rendahnya penyerapan pada fungsi Perumahan dan Fasum (F.06) dipengaruhi oleh
kelompok Belanja Barang dan Belanja Modal yang masih rendah realisasinya akibat
adanya pembatasan sosial berskala besar di provinsi Sulawesi Tengah sehingga hampir
seluruh kegiatan tertunda pada tahun 2020.
43 BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL
Tabel 3.6. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi di Provinsi Sulawesi Tengah
(dalam Miliar Rupiah)
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
b. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja
Menurut jenisnya belanja Pemerintah Pusat terdiri dari 8 jenis belanja yaitu belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja lain-lain, Namun, di Provinsi Sulawesi Tengah
hanya ada 4 jenis belanja sebagaimana terinci pada tabel 3.9.
Tabel 3.7. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja
di Provinsi Sulawesi Tengah (dalam juta Rupiah)
Jenis Belanja
2018 2019 2020 Pert. Pagu 2018 - 2020
Pert. Realisasi 2019 - 2020 Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi
Belanja Pegawai
2.266 2.220 2.349 2.368 2.457 2.372 8.43% 6.82%
Belanja Barang
3.391 3.122 3.309 3.040 4.045 3.080 19.28% -1.35%
Belanja Modal
2.239 2.008 2.507 2.179 2.309 1.979 3.15% -1.42%
Bantuan Sosial
13.54 13.36 13.05 12.64 7.97 7.95 -41.12% -40.46%
Jumlah 7.909 7.363 8.178 7.600 8.819 7.439 11.50% 1.02%
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Dalam tiga tahun terakhir, total pagu belanja APBN tahun 2020 di Sulawesi Tengah
mengalami kenaikan sebesar 11,50 persen menjadi sebesar Rp8,81 triliun. Realisasi
belanja juga mengalami kenaikan sebesar 1,02 persen dibandingkan tahun 2018 dan
2019 yang sebesar masing-masing Rp7,363 miliar dan Rp7,439 miliar. Penyerapan
anggaran tahun 2020 sebesar 84,35 persen lebih rendah dibandingkan penyerapan
tahun lalu sebesar 92,92 persen.
Ditinjau dari dimensi pertumbuhan anggaran, dalam 3 Tahun terakhir pertumbuhan
anggaran tertinggi terjadi pada Belanja Barang yang meningkat 19,28 persen pada
sementara pertumbuhan terendah terjadi pada Belanja Bantuan Sosial yang mencapai
minus 41,12 persen dibandingkan tahun 2018 periode yang sama. Pada tahun 2020,
realisasi Belanja K/L mencapai Rp7,439 miliar atau 84,35 persen dari alokasi
keseluruhan, turun 8,57 persen dibandingkan tahun 2019. Persentase penyerapan
anggaran tertinggi terjadi pada belanja Bantuan Sosial yang mencapai 99,72 persen dan
Fungsi 2018 2019 2020
Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi
PELAYANAN UMUM 4.050 3.931 4.838 4.673 1.013 846
PERTAHANAN 288 287 350 348 354 348
KETERTIBAN DAN KEAMANAN 1.363 1.363 1.440 1.467 1.528 1.443
EKONOMI 3.072 2.772 2.740 2.402 2.357 2.091
LINGKUNGAN HIDUP 216 194 363 329 260 234
PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 475 452 616 467 1.147 878
KESEHATAN 242 201 221 207 159 147
PARIWISATA DAN BUDAYA 2.57 2.54 1.78 1.78 0.16 0.16
AGAMA 214 185 204 194 190 183
PENDIDIKAN 1.230 1.111 1.525 1.421 1.343 1.252
PERLINDUNGAN SOSIAL 31 30 30 29 17 16
JUMLAH 7.968 7.363 8.178 7.600 8.819 7.439
BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 44
terendah pada Belanja Barang yang hanya mencapai 85,91 persen. Data perbandingan
anggaran dan realisasi Belanja K/L di Sulawesi Tengah dapat dilihat pada tabel 3.7 di
atas.
c. Trend Belanja Pemerintah 3 Tahun Sebelumnya
1. Tren Belanja Secara Umum
Kinerja penyerapan anggaran belanja
K/L di Sulawesi Tengah pada selama
kurun waktu tiga tahun terakhir
cenderung naik turun. Tingkat
penyerapan tertinggi mencapai 92,92
persen pada tahun 2019 sementara
tingkat penyerapan anggaran
terendah terjadi ditahun 2020 yaitu
sebesar 84,35 persen. Pola kinerja
penyerapan anggaran yang terjadi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir disebabkan oleh
banyak hal. Penurunan penyerapan pada tahun 2020 antara lain disebabkan oleh
lambatnya proses pengadaan barang/jasa di awal tahun, kebijakan penghematan
anggaran, kebijakan refocusing dan realokasi belanja operasional, dan relaksasi belanja
dalam rangka penanganan Covid-19.
2. Tren Belanja Pegawai
Trend penyerapan Belanja Pegawai
jika dilihat dari penyerapan tiga tahun
terakhir cenderung naik turun dimana
tingkat penyerapan tahun 2020
mengalami penurunan sebesar 4,23
persen dari periode tahun. Tingkat
penyerapan tertinggi terjadi pada
tahun 2019 yang nilainya mencapai
100,77 persen. Penurunan serapan
belanja pegawai ini diakibatkan adanya peningkatan pagu anggaran Tahun Anggaran
2020 sebesar 5 persen dari pagu anggaran tahun sebelumnya dan perubahan kebijakan
terkait pemberian THR PNS pada bulan Mei 2020 dimana penerima THR terbatas pada
PNS, Anggota TNI/POLRI, Pensiunan, dan Penerima tunjangan lainnya, Sedangkan
untuk Pejabat Negara, Eselon I, dan Eselon II lingkup Kementerian/Lembaga tidak
diberikan THR. Kebijakan THR ini diutamakan untuk mempertahankan daya beli terutama
pada PNS dan menggerakkan perekonomian masyarakat di daerah.
Grafik 3.4. Penyerapan Anggaran Belanja K/L di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018-2020
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Prov. Sulteng dan MEBE (data diolah)
7,968
8,178
8,819
7,3637,600 7,439
92.41% 92.92%
84.35%
2018 2019 2020
82.00%84.00%86.00%88.00%90.00%92.00%94.00%96.00%
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
2018 2019 2020
DA
LA
M M
ILY
AR
RU
PIA
H
Pagu Realisasi
%Realisasi Poly. (%Realisasi)
2,294
2,349
2,457
2,2202,368
2,372
96.80%
100.77%
96.54%
2018 2019 2020
96.00%
97.00%
98.00%
99.00%
100.00%
101.00%
2,100
2,200
2,300
2,400
2,500
2018 2019 2020Dala
m M
ilyar
Ru
pia
h
Pagu Realisasi %Realisasi
Grafik 3.5. Penyerapan Anggaran Belanja Pegawai di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018-2020
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Prov. Sulteng (data diolah)
45 BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL
3. Tren Belanja Barang
Realisasi penyerapan Belanja
Barang dalam sampai dengan
tahun 2020 cenderung mengalami
penurunan. Tingkat persentase
penyerapan tertinggi terjadi pada
tahun 2018 yang nilainya mencapai
91,38 persen sementara untuk
penyerapan terendah terjadi pada
tahun 2020 yaitu 85,91 persen.
Penurunan signifikan dari tahun
2019 ke tahun 2020 sebesar minus
5,12 persen. Antara lain disebabkan adanya penundaan belanja barang atas terbitnya
kebijakan refocusing, relaksasi dan realokasi belanja satker sehingga proses revisi DIPA
pusat masih berjalan. Selain itu, adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) di wilayah Sulawesi Tengah berpengaruh pada penundaan pelaksanaan kegiatan
terutama perjalanan dinas dan kegiatan yang melibatkan pengumpulan masa.
4. Tren Belanja Modal
Tren belanja modal dalam kurun
waktu tiga tahun mengalami
penurunan, jika dilihat pada
grafik diatas tingkat persentase
penyerapan tertinggi terjadi
pada tahun 2018 yang nilainya
mencapai 89,21 persen
sementara untuk penyerapan
terendah terjadi pada tahun
2020 yaitu 85,71 persen.
Penurunan tersebut diantaranya
karena adanya penundaan
sejumlah proyek akibat revisi
anggaran K/L sebagai dampak atas kebijakan refocusing dan relaksasi belanja modal
yang dapat ditunda.
3,410
3,309
4,045
3,1223,040
3,080
91.38%91.03%
85.91%
2018 2019 2020
85.00%
86.00%
87.00%
88.00%
89.00%
90.00%
91.00%
92.00%
93.00%
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
2018 2019 2020
DA
LA
M M
ILY
AR
RU
PIA
H
Pagu Realisasi %Realisasi
Grafik 3.6. Penyerapan Anggaran Belanja Barang di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018-2020
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Prov. Sulteng (data diolah)
2,2512,507
2,309
2,0082,179
1,97989.21%
86.92%85.71%
2018 2019 2020
85.50%
86.00%
86.50%
87.00%
87.50%
88.00%
88.50%
89.00%
89.50%
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
2018 2019 2020
DA
LA
MM
ILY
AR
RU
PIA
H
Pagu Realisasi %Realisasi
Grafik 3.7. Penyerapan Anggaran Belanja Modal di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018-2020
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Prov. Sulteng (data diolah)
BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 46
5. Tren Belanja Bantuan Sosial
Realisasi penyerapan Belanja Bantuan Sosial
dalam kurun waktu 3 tahun terakhir cenderung
fluktuatif. Tingkat penyerapan tertinggi terjadi
pada tahun 2020 yang nilainya mencapai 99,72
persen dan terendah mencapai 96,89 persen
pada tahun 2019. Penurunan pagu belanja
Bantuan Sosial tahun 2020 dibandingkan 2019
disebabkan berkurangnya penerima bantuan
terutama beasiswa karena banyak tidak
memenuhi ketentuan.
3.4 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
Dana Transfer ke Daerah
adalah bagian dari belanja
negara dalam rangka
mendanai pelaksanaan
desentralisasi fiskal berupa
dana perimbangan, dana
otonomi khusus. dan dana
penyesuaian. Secara umum
gambaran realisasi Transfer
ke Daerah dan Dana Desa
tahun 2020 dapat dilihat
pada grafik 3.9.
1. Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa
Tabel 3.8. Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa
di Provinsi Sulawesi Tengah (dalam Juta Rupiah)
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng. SIMTRADA (data diolah)
Pagu transfer ke daerah dan Dana Desa tahun 2020 sebesar Rp16.34 triliun dengan
realisasi sebesar Rp16.22 triliun atau 99.2 persen. Pagu tahun 2020 turun sebesar
Uraian 2018 2019 2020
Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi
Transfer Dana Bagi Hasil 1,194 915 1,135 761 1,239 1,237
Transfer Dana Alokasi Umum 9,540 9,540 9,996 9,919 9,067 9,040
Dana Insentif Daerah 137 137 199 182 343 343
Dana Alokasi Khusus Fisik 1,859 1,801 4.518 4.349 2,063 1,979
Dana Alokasi Khusus Nonfisik 1,893 1,807 2,056 1,971 2,045 2,036
Dana Desa 1,364 1,364 1,568 1,564 1,590 1,589
Jumlah 15,987 15,564 17,416 16,775 16,348 16,224
-
89 19
28 14
48-
0 60
442
88 37
(500)
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Mil
iar
DBH DAU DAK Fisik
DAK Non Fisik Dana Desa
Grafik 3.9. Realisasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020 (dalam miliar)
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Prov. Sulteng (data diolah)
2,251
2,507 2,309
2,008
2,179 1,979
89.21%
86.92%85.71%
2018 2019 2020
85.50%
86.00%
86.50%
87.00%
87.50%
88.00%
88.50%
89.00%
89.50%
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
2018 2019 2020
Pagu Realisasi %Realisasi
Grafik 3.8. Penyerapan Anggaran Belanja Bantuan Sosial di Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2018-2020 (miliar Rp)
*Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Prov. Sulteng (data diolah)
47 BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL
Rp1.06 triliun atau 6.14 persen dibandingkan tahun 2019 yang mencapai Rp17.41 triliun.
Dari sisi serapan anggaran, penyerapan anggaran tahun 2020 mencapai 99. 2 persen
naik jika dibandingkan dengan penyerapan anggaran tahun 2019 sebesar 96.3 persen.
2. Dana Transfer Umum
a. Dana Alokasi Umum
Realisasi DAU Provinsi
Sulawesi Tengah tahun 2020
sebesar Rp9,040 triliun turun
sebesar 9,29 persen dari tahun
2019 sebesar Rp9,91 triliun.
Secara nasional Provinsi
Sulawesi Tengah
merealisasikan sebesar 2,37
persen dari realisasi DAU
nasional sebesar Rp381,61
triliun. Grafik perbandingan
realisasi DAU di provinsi
Sulawesi Tengah dan tingkat nasonal dapat dilihat pada grafik 3.10.
b. Dana Bagi Hasil
Penyaluran DBH di provinsi Sulawesi Tengah untuk tahun 2020 adalah sebesar Rp1.237
miliar atau 1,32 persen dari DBH nasional sebesar Rp93,90 triliun. Transfer DBH di
Sulawesi Tengah terdiri atas DBH Pajak sebesar Rp303,90 miliar dan DBH Bukan Pajak
/ Sumber Daya Alam sebesar Rp933.53 miliar. Grafik perbandingan realisasi DBH di
provinsi Sulawesi Tengah dan tingkat nasional dapat dilihat pada grafik 3.11.
Grafik 3.11. Realisasi DBH tingkat Nasional dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2020 (dalam miliar)
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng. SIMTRADA (data diolah)
69.1
34.6
34.7
35.0
35.5
34.6
34.0
35.8
34.6
34.6
38.2
0.21,645.3
822.7 825.4
838.7
835.8
822.7
792.8
849.3
806.2
839.3
899.0
1.54 0.0
1,000.0
2,000.0
3,000.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
Thousands
Nasional Sulawesi Tengah
4.215.67
10.12
4.78
8.40 9.20 9.0711.62
7.22
0.00
5.00
28.68
33.52
91.82
50.87 48.16
97.53
51.91
95.82 90.3381.04
0.05
9.18
110.44
-50.00
0.00
50.00
100.00
150.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des
Thousands
Nasional Sulawesi Tengah
Grafik 3.10. Realisasi DAU tingkat Nasional dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2020 (dalam miliar)
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng. SIMTRADA (data diolah)
BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 48
c. Dana Transfer Khusus
1. Dana Transfer Khusus Fisik
Tahun 2020 Pemerintah Pusat
mengalokasikan penyalurkan
DAK-F ke provinsi Sulawesi
Tengah sebesar Rp2,06 triliun.
atau 3.94 persen dari alokasi
nasional sebesar Rp50,17
triliun. Mengalami penurunan
sebesar 54,5 persen dari
alokasi tahun 2019 sebesar
Rp4,51 triliun. Sedangkan
realisasi untuk tahun 2020 mencapai Rp1.97 triliun atau sebesar 95.90 persen. Grafik
realisasi selama tahun 2020 dan perbandingan realisasi DAK-F di provinsi Sulawesi
Tengah dan tingkat nasional dapat dilihat pada grafik 3.12.
2. Dana Alokasi Khusus Non Fisik
APBN 2020 mengalokasikan pagu dana DAK NON Fisik untuk provinsi Sulawesi
Tengah sebesar Rp2.04 triliun dengan realisasi sebesar Rp2.03 triliun naik sebesar
Rp65 miliar atau sebesar 3.32 persen dari realisasi tahun 2019 sebesar Rp1.92 triliun.
Dibandingkan dengan realisasi secara nasional. realisasi Sulawesi Tengah adalah
sebesar 1.64 persen. Rincian uraian pagu dan realisasi selama tahun 2019 dan 2020
pada Kabupaten/Kota se Sulawesi Tengah dapat dilihat dapat dilihat pada tabel
dibawah.
Tabel 3.9. Tabel Alokasi dan Realisasi Belanja DAK Non Fisik Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2018, 2019 dan 2020 (dalam miliar)
Kabupaten/Kota Th.2019 Th.2020 Th.2020
Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Provinsi Sulawesi Tengah 770.966 755.889 887.124 868.703 915.611 894.538
Kab. Banggai 142.383 136.657 144.779 136.058 144.268 144.268
Kab.Banggai kepulauan 58.945 56.108 61.351 58.18 58.757 59.404
Kab.Buol 64.06 54.475 63.805 54.554 54.577 54.774
Kab.Toli-Toli 74.69 66.086 72.494 68.221 75.031 75.031
Kab.Donggala 111.44 108.72 116.563 110.715 107.206 107.459
Kab.Morowali 50.851 49.606 55.858 53.646 54.926 57.24
Kab.Poso 110.91 105.599 122.909 114.208 118.638 118.673
Kab.Palu 117.242 111.432 115.31 108.988 113.909 113.909
Kab.Parimo 137.584 126.354 144.985 139.618 142.988 144.928
Kab.Tojo Una-Una 62.148 58.581 70.219 67.347 64.934 68.149
Kab.Sigi 100.364 96.836 103.317 99.351 101.391 103.395
Kab.Banggai Laut 29.514 23.145 32.02 28.634 31.361 32.114
Kab.Morowali Utara 58.311 57.488 65.439 62.527 61.338 62.366
Jumlah Total 2.056.181 1.970.755 1.923.576 1.918.388 2.044.98
8 2.036.244
*Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng. SIMTRADA.MEBE
(data diolah)
-20002004006008001,000
0
7,000
14,000
21,000
28,000
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
ril
Me
i
Ju
ni
Ju
li
Ag
us
tus
Se
pt
Ok
t
No
p
De
s
Nasional Sulawesi Tengah
Grafik 3.12. Realisasi DBH tingkat Nasional dan Kabupaten/Kota di Sulteng Tahun 2020 (miliar Rp)
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, SIMTRADA (data diolah)
49 BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL
3. Dana Desa
Tabel 3.10. Tabel Alokasi dan Realisasi Dana Desa di Wilayah Prov. Sulawesi Tengah Tahun 2018, 2019 dan 2020 (dalam miliar)
Kabupaten/Kota Th.2019 Th.2020 Th.2020
Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi
KAB. POSO 110.953 110.953 129.386 129.386 132.876 132.876
KAB. DONGGALA 123.46 123.46 142.05 141.388 142.081 141.919
KAB. TOLI-TOLI 76.404 76.404 88.924 85.995 90.152 90.152
KAB. BANGGAI 203.47 203.474 231.272 231.272 234.192 234.192
KAB. BUOL 79.718 79.718 92.247 92.247 93.538 93.538
KAB. MOROWALI 90.213 90.213 103.094 103.094 104.495 104.495
KAB. BANGGAI KEPULAUAN 99.213 99.213 113.132 113.132 114.115 113.797
KAB. PARIGI MOUTONG 207.264 207.264 235.01 235.01 237.517 237.327
KAB. TOJO UNA-UNA 103.574 103.574 120.483 120.483 122.693 122.693
KAB. SIGI 127.246 127.246 145.444 145.444 148.046 148.046
KAB. BANGGAI LAUT 47.192 47.192 55.056 55.056 56.416 56.416
KAB. MOROWALI UTARA 95.403 95.403 111.846 111.846 114.176 114.004
Total 1.364.121 1.364.121 1.567.950 1.564.359 1.590.297 1.589.455
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng. SIMTRADA.MEBE (data diolah)
Alokasi pagu Dana Desa di Sulawesi Tengah tahun 2020 adalah sebesar Rp1.59 triliun
untuk 12 Kabupaten 1.842 desa. Alokasi ini naik sebesar 25 miliar atau 1.6 persen
dibandingkan alokasi pada tahun 2019. Sedangkan untuk realisasi tahun 2020 adalah
sebesar Rp1.58 triliun atau sebesar 99.9 persen. Jika dibandingkan dengan realisasi
secara nasional Sulawesi Tengah adalah sebesar 2.24 persen. Rincian uraian pagu
dan realisasi selama tahun 2018,2019 dan 2020 pada Kabupaten se Sulawesi Tengah
dapat dilihat dapat dilihat pada tabel 3.10.
4. Dana Insentif Daerah. Otonomi Khusus. dan Keistimewaan
Penyaluran Dana Insentif Daerah pada provinsi Sulawesi Tengah sangat dinamis.
tidak semua Kabupaten/kota mendapatkan alokasi dana ini. Pada tahun 2020 hanya
9 dari 14 pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota yang mendapatkan alokasinya
dengan total pagu alokasi sebesar Rp342.68 miliar, naik 88.2 persen cukup tinggi
dibanding tahun 2019 sebesar Rp198.87 miliar. Rincian uraian pagu dan realisasi
selama tahun 2018, 2019 dan 2020 dapat dilihat dapat dilihat pada tabel 3.11.
Tabel 3.11. Tabel Alokasi dan Realisasi Dana Insentif Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
di Sulawesi Tengah Tahun 2019 dan 2020 (dalam miliar)
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng. SIMTRADA.MEBE (data diolah)
Kabupaten/Kota Th.2018 Th.2019 Th.2020
Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi
Provinsi Sulawesi Tengah - - 20.694 20.694 24.929 24.929
Kab. Banggai 17.25 17.25 46.875 46.875 - -
Kab.Banggai kepulauan - - - - - -
Kab.Buol 33.75 33.75 24.464 24.464 47.736 47.736
Kab.Toli-Toli - - - - - -
Kab.Donggala - - - - - -
Kab.Morowali 33.25 33.25 - - 82.37 82.37
Kab.Poso - - - - 62.56 62.56
Kab.Palu 18.75 18.75 51.78 51.78 31.23 31.23
Kab.Parimo - - - - 18.35 18.35
Kab.Tojo Una-Una 33.75 33.75 9.89 9.89 28.57 28.57
Kab.Sigi - - 11.536 11.536 21.54 21.54
Kab.Banggai Laut - - 33.629 16.814 25.37 25.37
Kab.Morowali Utara - - - - - -
Jumlah Total 136.75 136.75 198.873 182.058 342.68 342.68
BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 50
3.5 Analisis Cash Flow Pemerintah Pusat
3.5.1 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara)
Arus kas masuk yang diterima dari
pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
mengalami penurunan sebesar Rp278 miliar
atau 5.7 persen dari tahun 2019. Total
sebesar Rp4.56 triliun terdiri dari
penerimaan pajak sebesar Rp4,00 triliun
dan penerimaan PNBP sebesar Rp555
miliar. sedangkan untuk hibah pada tahun
2020 tidak ada penerimaan.
3.5.2 Arus Kas Keluar (Belanja TKDD)
Di sisi lain. pengeluaran oleh pemerintah
pusat ke pemerintah daerah provinsi
Sulawesi Tengah pada tahun 2020 juga
mengalami penurunan sebesar Rp711 miliar
atau 2.9 persen dibandingkan tahun 2019.
Total Belanja Negara adalah sebesar
Rp23.66 triliun terdiri dari Belanja
Pemerintah Pusat sebesar Rp7.43 triliun dan
Transfer ke Daerah dan Dana desa sebesar
Rp16.22 triliun dan Dana Desa 1.58 triliun.
3.5.3 Surplus/Defisit
Cash flow atas pendapatan dan belanja
Pemerintah Pusat di provinsi Sulawesi
Tengah tahun 2020 menunjukkan arus kas
masuk (cash in flow) sebesar Rp4.56 triliun
lebih kecil dibandingkan arus kas keluar
(cash out flow) sebesar Rp23.66 triliun
sehingga terjadi defisit sebesar Rp19.10
triliun. Kondisi defisit berarti dalam
membiayai belanjanya pemerintah pusat di
Provinsi Sulawesi Tengah belum mampu dibiayai dari pendapatnya. Dari kondisi tersebut.
mengindikasikan bahwa dalam membiayai belanjanya Pemerintah Pusat di provinsi Sulawesi
Tengah menerima subsidi silang dari daerah lain di Indonesia.
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb
Provinsi Sulteng (data diolah)
4.56
-23.66
-19.10
-30,000
-25,000
-20,000
-15,000
-10,000
-5,000
0
5,000
10,000
Cash In Flow Cash Out Flow Defisit
Grafik 3.13. Arus Kas Masuk th 2018 - 2020 (miliar Rp)
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb
Provinsi Sulteng (data diolah)
Grafik 3.14. Arus Kas Keluar th 2018 – 2020 (miliar Rp)
Sumber: GFS Preleminary 2020 Kanwil DJPb
Provinsi Sulteng (data diolah)
Grafik 3.15. Cash Flow Pemerintah Pusat Tahun 2020
3,228
4990
4,285
5530
4,005
5550
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
PenerimaanPajak
PenerimaanPNBP
PenerimaanHibah
2018 2019 2020
22,927
15,564
1,364
24,37416,775
1,564
23,663
16,224
1,589
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
BELANJAPEMERINTAH
PUSAT
TRANSFER KEDAERAH DANDANA DESA
DANA DESA
2018 2019 2020
51 BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL
3.6 PENGELOLAAN BLU PUSAT
a. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat
Di Provinsi Sulawesi Tengah pada
Tahun 2020 terdapat 3 BLU Pusat
dengan jenis rumpun kegiatan
penyediaan barang/ jasa yang terdiri
dari 1 BLU layanan pendidikan. 1 BLU
layanan kesehatan dan 1 BLU di
layanan penyediaan barang/jasa
lainnya.
b. Perkembangan Pengelolaan Aset
PNBP dan RM BLU Pusat
Kurun waktu tahun 2020, total aset BLU di
wilayah Provinsi Sulawesi Tengah
mengalami penurunan aset jika
dibandingkan tahun 2019. Kenaikan
jumlah aset tahun 2020 tercatat oleh
Rumkit Bhayangkara sebesar 33.77
persen. Namun, Bandar Udara Mutiara
justru mengalami penurunan aset sebesar
-5.09 persen selanjutnya Universitas Tadulako tidak mengalami perubahan aset yang material
pada tahun 2020 sehingga secara total keseluruhan aset BLU turun sebesar Rp180.83 miliar
atau -2.71 persen dari tahun 2019 sebesar Rp6.68 triliun.
Pagu PNBP satker BLU tahun 2020
sebesar Rp360.50 miliar naik Rp85.86
miliar atau 31.26 persen dibandingkan
tahun 2019 sebesar Rp274.64 miliar.
Sedangkan pagu Rupiah Murni
mengalami penurunan sebesar –
Rp148.80 miliar atau -33.95 persen
dibandingkan tahun 2019 sebesar
Rp438.31 miliar.
c. Kemandirian BLU
Tingkat kemandirian BLU diukur dengan porsi pagu PNBP diatas 65 persen dari total
pagunya. Nilai pagu PNBP atas total pagu BLU di Sulawesi Tengah rata-rata sebesar 44.54
persen artinya masih belum sepenuhnya mandiri. Jika dilihat per satker BLU terdapat BLU
Nama BLU Jenis
Layanan
Aset Pagu 2020
2020 RM BLU
Universitas Tadulako
Pendidikan
2.876.324 239.184 310.366
Rumkit Bhayangkara
Kesehatan
44.149 8.358 19.905
Bandara Mutiara Palu
Barang dan Jasa Lainnya
3.575.943 41.967 30.226
Jumlah 6.496.416 289.508 360.497
Satker BLU Aset
2019 2020
Universitas Tadulako 2.876.387 2.876.324
Rumkit Bhayangkara 33.004 44.149
Bandar Udara Mutiara 3.767.857 3.575.943
Jumlah 6.677.248 6.496.416
Nama Satker BLU Pagu 2019 Pagu 2020
PNBP RM PNBP RM
Universitas Tadulako
227.948 252.700 310.366 239.184
Rumkit Bhayangkara
20.189 8.542 19.905 8.358
Bandar Udara Mutiara
26.500 177.069 30.226 41.967
Jumlah 274.637 438.310 360.497 289.508
Tabel 3.12. Profil dan Jenis Layanan BLU Pusat di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020 (Juta Rp) Sumber : BLU Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 3.13. Perkembangan Pengelolaan Aset
Satker BLU Sulawesi Tengah
Sumber : BLU Provinsi Sulawesi Tengah (data diolah)
Tabel 3.14. Perkembangan RM Satker BLU Sulawesi Tengah
Sumber : BLU Provinsi Sulawesi Tengah (data diolah)
BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 52
yamg telah memiliki porsi diatas 65 persen yaitu Rumkit Bhayangkara sebesar 70.43 persen.
naik sebesar 0.16 persen dari tahun 2019. BLU Universitas Tadulako memliki porsi pagu
PNBP sebesar 56.48 persen naik dibandingkan tahun 2019 sebesar 52.57 persen dan Bandar
Udara Mutiara porsi pagu PNBP sebesar 41.87 persen naik dibandingkan tahun 2019 sebesar
13.02 persen.
Tabel 3.15. Tingkat Kemandirian BLU Pusat di Provinsi Sulawesi Tengah (Miliar Rupiah)
Jenis Layanan
Nama Satker BLU
Tahun 2019 Tahun 2020
Aset PNBP RM Aset PNBP RM
Pagu Pagu Aset Pagu Pagu
Pendidikan Universitas Tadulako
2.876.4 227.9 47.43 253 52.57 2.876 310
56.48 239.2 43.52
Kesehatan Rumkit Bhayangkara
33.0 20.2 70.27 9 29.73 44 20 70.43 8.4 29.57
Jasa lainnya
Bandar Udara Mutiara
3.767.9 26.5 13.02 177 86.98 3.576 30 41.87 42.0 58.13
Jumlah 6.677.2 274.6 38.52 438 61.48 6.496 360 55.46 289.5 44.54
Sumber : BLU Provinsi Sulawesi Tengah (data diolah)
d. Profil dan jenis layanan satker PNBP
Satker pengelola PNBP di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020 sebanyak 92 satker
yang belum menjadi satker BLU. Satker pengelola PNBP tersebut antara lain berada dalam
lingkup Kementerian Kumham, Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, Kementeriaan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN, Kepolisian, dan LPP RRI. Jenis layanan satker PNBP di wilayah Sulawesi
Tengah terdiri dari layanan pendidikan, layanan kesehatan dan layanan jasa lainnya.
Tabel 3.16. Profil dan Jenis Layanan Satker Pengelola PNBP di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019- 2020 (sepuluh terbesar pagu PNBP dalam Juta Rupiah)
No Jenis
Layanan
Nama Satker
Pagu 2019 Pagu 2020
PNBP RM Jumlah Pagu PNBP
PNBP RM jumlah Pagu PNBP
1 Jasa Lainnya Ditlantas Polda Sulteng
7.492 13.119 20.611 36.35 30.046 12.414 42.459 70.76
2 Jasa Lainnya Kanwil BPN Prop. Sulteng
8.171 38.752 46.923 17.41 24.014 169.527 193.541 12.41
3 Pendidikan Politeknik Kesehatan Palu
15.657 50.923 66.580 23.52 19.095 50.862 69.956 27.29
4 Pendidikan IAIN Palu 8.825 44.065 52.890 16.69 12.709 94.151 106.860 11.89
5 Jasa Lainnya Kantor Pertanahan Kota Palu
2.496 6.658 9.154 27.27 9.339 5.198 14.538 64.24
6 Jasa Lainnya Rolog Polda Sulteng
6.945 25.512 32.457 21.40 6.945 154.689 161.634 4.30
7 Jasa Lainnya
Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Palu
5.930 3.787 9.717 61.02 6.904 3.782 10.686 64.60
8 Jasa Lainnya BP DDA dan HL Palu Poso
4.391 10.446 14.837 29.59 5.865 21.580 27.445 21.37
9 Jasa Lainnya BP Hutan Produksi Wil XII Palu
14.739 18.649 33.388 44.14 4.978 8.643 13.621 36.55
10 Jasa Lainnya Bandar Udara Luwuk
4.250 46.639 50.889 8.35 4.637 13.711 18.348 25.27
Sumber : MEBE 2020 (data diolah)
53 BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL
1
8961,109 1,016
2,855 2,786 2,876
0 0 20 14
29 30 44643
620 742 873
3,668 3,737 3,576
0
1,000
2,000
3,000
4,000
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Mii
liar
Universitas Tadulako Rumkit Bhayangkara Bandar Udara Mutiara
e. Potensi satker PNBP menjadi satker BLU
Dari 92 satker pengelolan
PNBP tidak semuanya dapat
menjadi satker BLU hal ini
karena terdapat persyaratan
yang harus dipenuhi untuk
dapat menjadi satker BLU
antara lain pendapatan PNBP
bukan merupakan pendapatan
dari penugasan. Dari hasil
analisis potensi satker PNBP
menjadi satker BLU, di Sulawesi Tengah terdapat satker yang berpotensi untuk dapat
menjadi satker BLU. Pertama, Bandar Udara Syukuran Aminudin Amir Luwuk yang memiliki
porsi pagu PNBP sebesar 25.27 persen dari total pagu sebesar Rp18.38 miliar dan pagu
PNBP tumbuh 16.92 persen dari dibanding tahun 2019. Selanjutnya Politeknik Kesehatan
Palu yang mempunyai layanan pendidikan dengan pertumbuhan porsi pagu PNBP sebesar
3.78 persen dibandingkan porsi pagu PNBP 2019.
f. Analisis Pengelolaan BLU Pusat
1. Analisis Perkembangan Aset BLU Pusat
Dalam memberikan pelayanan secara optimal perlu adanya fasilitas layanan baik dari sisi
mutu maupun volume layanan. Satker BLU di wilayah Sulawesi Tengah selalu meningkatkan
layanan hal ini terlihat pengelolaan aset dari tahun 2013-2020 selalu meningkatkan fasilitas
layanan dengan tren aset yang cenderung naik dari waktu ke waktu.
Grafik 3.17. Perkembangan Aset BLU Pusat di Sulawesi Tengah Tahun 2013 – 2020
Sumber: BLU di Sulawesi Tengah 2020 (data diolah)
2. Analisis Legal BLU
Secara keseluruhan tingkat kepatuhan terhadap perundang-undangan pada BLU Pusat di
Sulawesi Tengah dapat dikategorikan baik. Universitas Tadulako dan Bandara Mutiara
telah memenuhi semua aspek legalitas sebagai PK BLU. pada BLU Rumkit Bhayangkara
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
DitlantasPolda
Sulteng
Kanwil BPNProp.
Sulteng
PoliteknikKesehatan
Palu
IAIN Palu KantorPertanahanKota Palu
Rolog PoldaSulteng
BalaiMonitor
SpektrumFrekuensi
Radio KelasII Palu
BP DDA danHL Palu
Poso
BP HutanProduksi Wil
XII Palu
BandarUdara Luwuk
% Pagu PNBP 2018 % Pagu PNBP 2019
Grafik 3.16. Perkembangan Pagu PNBP dan RM Satker PNBP
Berpotensi
Menjadi BLU di Provinsi Sulawesi Tengah (dalan Juta Rupiah)
Sulawesi Tengah Tahun 2019 – 2020 (dalan Juta Rupiah)di Provinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2019 – 2020 (dalan Juta Rupiah)
Sumber : BLU Provinsi Sulawesi Tengah (data diolah)
BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 54
sampai tahun 2020 belum mempunyai tarif layanan sesuai tarif layanan yang seharusnya
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Tabel 3.17. Analisis Legal BLU Tahun 2020
Sumber: BLU di Sulawesi Tengah 2020 (data diolah)
3.7 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT
3.7.1 Penerusan Pinjaman
Salah satu investasi yang ditatausahakan oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi
Sulawesi Tengah adalah penerusan pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan
Agreement) kepada Pemerintah Daerah/BUMD. Sampai dengan tahun 2020. terdapat 2
Loan yang teralokasikan kepada 2 debitur dengan jumlah penarikan Rp16,20 miliar.
Tabel 3.18. Profil Penerusan Pinjaman Provinsi Sulawesi Tengah Per 31 Desember 2020
Sumber : Direktorat Sistem Manajemen Investasi DJPb. Kemenkeu (data diolah)
Pembayaran angsuran pokok SLA di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah hanya dilakukan
oleh dua Pemkab yaitu Pemkab. Morowali dan Pemkab. Parigi Moutong.
Tabel 3.19. Perkembangan Pembayaran Angsuran Pokok SLA di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 - 2020 (dalam Miliar Rupiah)
Nomor SLA
Tahun 2020 Jumlah
Jan Feb Mrt Aprl Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 2020 2019
2198001 - - - 1.35 - - - - - - 1.31 - 2.66 2.81
2180201 - - - 1.15 - - - - - 1.12 - - 2.27 2.60
Sumber : Direktorat Sistem Manajemen Investasi DJPb. Kemenkeu (data diolah)
Pembayaran angsuran pokok SLA telah dibayarkan sesuai nilai tagihan yang tetapkan
oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tengah meskipun terjadi
keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh Pemkab Morowali dimana seharusnya
dibayarkan pada bulan Mei 2020 baru dibayarkan pada bulan Agustus 2020 sehingga
menimbulkan biaya denda keterlambatan pembayaran angsuran.
Uraian
Universitas Tadulako
Rumkit Bhayangkara
Bandara Mutiara
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Penyusunan dan penyampaian Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Definitif;
√ √ √
Penyusunan dan penyampaian Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
√ √ √
Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
√ √ √
Persetujuan Tarif Layanan oleh Menteri Keuangan
√ √ √
Penetapan Sistem Akuntansi oleh Menteri/Pimpinan Lembaga
√ √ √
Persetujuan Pembukaan Rekening; √ √ √
Penyusunan Standard Operating Procedures (SOP) Pengelolaan Keuangan BLU
√ √ √
Nomor SLA
Nama SLA Penerima SLA Currency Penarikan /
Plafond Tingkat Bunga ()
2198001 SLA-1241/DSMI/2011
Pemkab. Morowali IDR 12.709.667.330,30 10.49
2180201 SLA-1203/DP3/2006 Pemkab Parigi Moutong
IDR 3.494.229.001,00 8.97
16.203.896.331,30
55 BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL
Tabel 3.20. Perkembangan Pembayaran Denda SLA di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 – 2020 ( dalam Juta Rupiah)
Nomor SLA
Tahun 2020 Jumlah
Jan Feb Mrt Apl Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 2020 2019
2198001 - - - - - - - - - - 4.8 - 4.8 41.56
2180201 - - - - - - - - - - - - - -
Sumber : Direktorat Sistem Manajemen Investasi DJPb. Kemenkeu (data diolah)
Pembayaran denda dikenakan jika debitur tidak membayarkan angsuran tepat waktu
sebagaimana waktu yang telah ditetapkan. Pada tahun 2020 terdapat satu debitur yang
tidak membayarkan angsuran tepat waktu yaitu Pemkab. Morowali sehingga dikenakan
denda sebesar Rp4.80 juta.
3.7.2 Kredit Program
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di provinsi Sulawesi Tengah selama Tahun 2020
(y-on-y) sebesar Rp1.60 triliun meningkat sebesar 156 persen jika dibandingkan
penyaluran pada tahun 2019 sebesar Rp625,9 miliar. Dari penerima kredit KUR tahun
2020 (y-on-y) sebanyak 55.159 debitur juga mengalami peningkatan sebesar 34,38
persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 sebanyak 41.046 debitur.
1. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sebaran Kabupaten/Kota
Penyaluran KUR di Provinsi Sulawesi Tengah yang mengalami pertumbuhan positif baik
dari jumlah penyaluran kredit maupun jumlah penerima pada tahun 2020. jika dilihat lebih
jauh terdapat sembilan daerah yang mengalami pertumbuhan positif dari sisi kredit
penyaluran dan tiga daerah yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu Kabupaten
Banggai Kepulauan, Kabupaten Tojo Una-Una dan Kota Palu. Dari sisi penerima KUR,
hanya KAb Tojo Una-Una yang mengalami pertumbuhan negatif. Daerah yang menurun
baik dari sisi penyaluran dan penerima KUR merupakan daerah yang terdampak bencana
alam berupa gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi pada akhir September 2019, selain itu
juga terdampak pandemic Covid 19. Penyaluran KUR di Sulteng jika dilihat dari sebaran
per kabupaten/kota tersajii pada Grafik 3.18.
Grafik 3.18. Realisasi Penyaluran KUR Per Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2020
Sumber : SIKP Kemenkeu 2020 (data diolah)
2
5,298 5,248
5,633
4,685 2,509
5,064
4,136
11,653
1,470 2,335
96 101
6,929
-3000
0
3000
6000
9000
12000
15000
-
100
200
300
400
500
Mili
ar
Rp
Akad 2018 Akad 2019 Akad 2020 Debitur 2020
BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 56
2. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Menurut Sektor Usaha
Dari sisi penyaluran KUR,
sektor usaha perdagangan
besar dan eceran masih
mendominasi penyaluran KUR
tahun 2020 yaitu sebesar
Rp695.7 miliar atau 43,41
persen dari total penyaluran
KUR tahun 2020 naik sebesar
186,22 persen (y-on-y). Dari
sisi sektor produksi sebesar
Rp847,49 miliar atau 52,87 persen tumbuh sebesar 188,76 persen jika dibandingkan
tahun 2019. Dari sisi penerima KUR, sektor produksi lebih banyak menerima kredit KUR
sebesar 57.05 persen, sektor perdagangan 36.78 persen, dan sektor lainnya sebesar
10.3 persen.
Penetapan penyaluran KUR tahun 2020 sebesar 50 persen untuk sektor produksi sudah
terwujud dengan realisasi sebesar 52.87 persen sedangkan dari sisi banyaknya debitur
juga tercapai sebanyak 57.05 persen. Terjadinya Pandemi Covid-19 yang terjadi di
sepanjang tahun 2020 dan masih adanya efek Bencana Alam yang terjadi tahun 2018,
berakibat menurunnya penyaluran KUR pada tahun 2019, namun mulai meningkat pada
periode penyaluran tahun 2020 terutama pada sektor-sektor produksi hal ini sangat
berkaitan dengan karakteristik daerah yang terdampak bencana alam yaitu Kab.
Donggala dan Kab. Sigi merupakan daerah sentra pertanian, perkebunan dan perikanan
yang mulai menunjukkan geliat pemulihan roda perekonomian.
3. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Menurut Kategori Kredit
Penyaluran KUR di Sulawesi
Tengah terbagi dalam 4 kategori
jenis kredit yang tersalurkan yaitu
KUR Mikro, KUR Ritel, KUR TKI,
dan UMi. Penyaluran KUR terbesar
disalurkan dalam kategori KUR
Mikro sebesar Rp676.14 miliar atau
52.48 persen. KUR Ritel sebesar
Rp605.79 miliar atau 47.02 persen.
KUR TKI sebesar 728.35 juta atau
0.06 persen dan UMi sebesar
Rp14.41 miliar atau 1.11 persen dari total penyaluran kategori kredit KUR dan UMi tahun
35,280
3,419 50
3,627
(4,000)
1,000
6,000
11,000
16,000
21,000
26,000
31,000
36,000
-
100
200
300
400
500
600
700
Mikro Kecil TKI UMI
Mili
ar
Rp
Series1 Series2 Series3
Grafik 3.19. Penyaluran KUR Per Sektor Ekonomi Sulawesi Tengah Tahun 2019 – 2020
Sumber : SIKP Kemenkeu 2020 (data diolah)
Grafik 3.20. Penyaluran KUR Per Kategori Kredit Sulawesi Tengah
Sumber : SIKP Kemenkeu 2020 (data diolah)
25,811
2,039
… 27
18,737
1,427 235
328 4
65 3,225
-
8,000
16,000
24,000
32,000
- 100 200 300 400 500 600 700 800
Mili
ar
Rp
Penyaluran 2019 Penyaluran 2020 Debitur 2020
57 BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL
2020 sebesar Rp1.29 triliun. Secara terinci penyaluran KUR dari sisi kategori KUR tersaji
pada Grafik.3.17.
3.8 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING)
DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI DAERAH
Secara keseluruhan alokasi APBN Tahun Anggaran 2020 untuk Belanja Pemerintah
Pusat di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp.8.81 triliun. Alokasi tersebut digunakan
untuk membiayai kegiatan 44 K/L dengan total realisasi sebesar Rp7.43 triliun. Realisasi
untuk belanja Pendidikan mencapai Rp23.04 miliar atau 0.30 persen, realisasi belanja
Kesehatan sebesar Rp8.64 miliar atau 0.11 persen, dan belanja infrastruktur sebesar
Rp173.16 miliar atau 2.28 persen dari total belanja pemerintah pusat di Sulawesi Tengah.
Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) untuk tahun 2020 (c-to-c)
cukup besar. yaitu sebesar 20.35
persen. Belanja infrastruktur
pemerintah pusat tahun 2020
sebesar Rp1,97 triliun turun 9,2
persen dibandingkan tahun 2019
sebesar Rp2.17 triliun.
Pembangunan infrastruktur pada tahun 2020 yang cukup besar adalah untuk SNVT
Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Tengah kegiatan Pemberdayaan Perumahan
Swadaya dengan pagu sebesar Rp111.3 miliar. selanjutnya untuk belanja modal paling
besar adalah Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah III Provinsi Sulteng kegiatan
Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional dengan pagu
sebesar Rp183.5 miliar.
1. Mandatory Spending di Daerah
Dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun 2020 sektor pendidikan memperoleh perhatian
yang sangat besar. Hal ini tercermin dalam alokasi Pendidikan sebesar 20 persen dari
APBN sesuai amanat UUD 1945 pasal 31 ayat (4) dan UU No.20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat (1). Beberapa output strategis bidang
pendidikan pada tahun 2020 antara lain Program Indonesia Pintar, Tunjangan tenaga
kependidikan, Bantuan Operasional Sekolah, Bantuan Operasional Pendidikan, Sarana
dan Prasarana Madrasah.
a. Program Indonesia Pintar
Alokasi anggaran Program Indonesia Pintar di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun
anggaran 2020 sebesar Rp2.03 miliar yang dialokasikan pada empat satuan kerja. Pagu
anggaran tersebut dialokasikan untuk membiayai pendidikan pelajar tingkat SD sebanyak
-
50
100
150
BelanjaPendidikan
BelanjaKesehatan
BelanjaInfrastruktur
23 9
141
Mili
ar
rup
iah
Grafik 3.21. Realisasi Mandatory Spending Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020
Sumber : MEBE 2020 (diolah)
BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 58
39 siswa, pelajar tingkat SMP sebanyak 35 siswa, pelajar tingkat SMA sebanyak 151
siswa, santri tingkat ula sebanyak 190 santri, santri tingkat wustha sebanyak 50 santri,
dan mahasiswa sebanyak 430 mahasiswa.
Tabel 3.21. Realisasi Capaian Output Strategis Bidang Prioritas Tahun 2020 (pagu dan realisasi
dalam juta rupiah)
NAMA OUTPUT STRATEGIS ANGGARAN OUTPUT
Pagu Realisasi Target Capaian %
PIP Kuliah 1.320 1.320 100% 200 200 100%
PIP SDTK 17,55 17,55 100% 39 39 100%
PIP SMPTK 26,25 26,25 100% 35 35 100%
PIP SMTK/SMAK 151 137,5 91% 151 137 91%
PIP Tk Adi. Madya dan Utama Widya
Pasraman 65,85 58,8 89% 117 117 100%
Santri Pendidikan diniyah
formal/muadalah/PPS Tk. Ula Penerima
bantuan PIP
85,5 85,5 100% 190 190 100%
Santri Pendidikan diniyah
formal/muadalah/PPS Tk. Ulya penerima
bantuan PIP
50 50 100% 50 50 100%
Santri Pendidikan diniyah
formal/muadalah/PPS Tk. Wustha penerima
bantuan PIP
322,5 322,5 100% 430 430 100%
JUMLAH 2.039 2.018 98% 1212 1198 99%
Sumber : OMSPAN. diolah melalui aplikasi MEBE
b. Pembangunan Sekolah (Sarana dan Prasarana)
Salah satu implementasi program tersebut pemerintah memfokuskan pada ketersediaan
sarana dan prasarana sekolah yang baik. Peningkatan sarana dan prasarana madrasah
dilakukan dengan mengalokasikan anggaran pada beberapa madrasah melalui
pembiayaan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
Tabel 3.22. Realisasi Capaian Output Strategis Bidang Sarana Prasarana Tahun 2020
NAMA OUTPUT STRATEGIS ANGGARAN OUTPUT
Pagu Realisasi Target Capaian
Sarana dan Prasarana madrasah
Madrasah yang Diadakan (SBSN) 36.429.640.000 36.013.998.946 99% 3 3 100%
JUMLAH 36.429.640.000 36.013.998.946 99%
Sumber : OMSPAN. diolah melalui aplikasi MEBE
c. Tunjangan Tenaga Kependidikan Non-PNS
Selain melalui jalur guru PNS, pemerintah juga mengangkat guru non-PNS untuk
memenuhi kekurangan tenaga kependidikan. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
guru non-PNS pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk pemberian tunjangan
tenaga kependidikan antara lain tunjangan insentif, tunjangan profesi, dan tunjangan
khusus. Alokasi anggaran tunjangan tenaga kependidikan non-PNS di Provinsi Sulawesi
Tengah pada TA 2020 sebesar Rp23.1 miliar untuk membayar tunjangan tenaga
kependidikan non-PNS sebanyak 3.333 guru. Anggaran tenaga kependidikan non-PNS
dialokasikan pada DIPA 21 satker kementerian agama kabupaten/kota dan Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tengah.
59 BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL
Tabel 3.23. Realisasi Capaian Output Strategis
Bidang Tunjangan Kependidikan non-PNS Tahun 2020 (pagu dan realisasi dalam juta rupiah)
NAMA OUTPUT STRATEGIS ANGGARAN OUTPUT
Pagu Realisasi Target Capaian
Guru Non-PNS penerima Tunjangan Insentif 7.875 7.775,5 99% 2.607 2.300 91%
Guru Non-PNS Penerima Tunjangan Khusus 1.566 913,95 58% 100 69 67%
Guru Non-PNS penerima Tunjangan Profesi 11.541,75 11.423,12 98% 502 486 99%
Guru PAI Non-PNS penerima Tunjangan
Profesi 2.153,97 2.011,77 93% 124 119 97%
JUMLAH 23.136,72 22.124,35 87%
Sumber : OMSPAN. diolah melalui aplikasi MEBE
d. Bantuan Operasional Pondok Pesantren
Pesantren merupakan bagian elemen lembaga masyarakat yang salah satu perannya
melaksanakan pendidikan agama Islam telah memberikan kontribusi yang besar dalam
pembentukan karakter bangsa. Atas kontribusi tersebut, pemerintah melalui program
bantuan operasional pondok pesantren hadir dan memberikan apresiasi kapada
pesantren berupa bantuan untuk meningkatkan mutu akademik, kapasitas, dan kualitas
guru/ustad/murid serta operasional pondok pesantren. Tahun 2020 BO bidang pesentren
mendapatkan pagu sebesar Rp800 jt dan berhasil direalisasikan sebesar 100%.
e. Bantuan Operasional Sekolah
Tabel 3.25. Realisasi Capaian Output Strategis
Bidang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun 2020 (pagu dan realisasi dalam juta rupiah)
NAMA OUTPUT STRATEGIS ANGGARAN OUTPUT
Pagu Realisasi Target Capaian
Santri Pendidikan diniyah
formal/muadalah/PPS Tk. Ula penerima
BOS
493,6 418,6 84% 617 393 67%
Santri Pendidikan diniyah
formal/muadalah/PPS Tk. Wustha
penerima BOS
1.444 1.440,45 99% 1.444 1.358 99%
Siswa MA penerima BOS 27.315 26.392,77 96% 19.511 17.224 96%
Siswa MI penerima BOS 18.981 18.670,63 98% 23.726 22.454 97%
Siswa MTs penerima BOS 40.103 39.459,6 98% 40.103 37.397 96%
Siswa SDTK Penerima BOS 64,8 64,8 100% 81 81 100%
Siswa SMPTK Penerima BOS 35.000.000 35 100% 35 35 100%
Siswa SMTK Penerima BOS 211.400.000 207 98% 151 147 98%
JUMLAH 2.039 2.018 98%
*Sumber : OMSPAN. diolah melalui aplikasi MEBE
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di madrasah dan sekolah keagamaan
pemerintah telah mengalokasikan anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mulai
tingkat ibtidaiyah dan sekolah dasar sampai dengan tingkat aliyah dan sekolah menegah
atas. Alokasi anggaran BOS di Provinsi Sulawesi Tengah pada TA 2020 sebesar Rp88.6
miliar yang dipergunakan untuk membiayai operasional sebanyak 85.668 siswa. Alokasi
anggaran tersebut terdiri alokasi tingkat SD/MI/Ula sebesar Rp19.5 miliar, tingkat
BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 60
SMP/MTs/ Wustha sebesar Rp41.5 miliar, dan tingkat SMA/MA/Ulya sebesar Rp27.5
miliar. Alokasi anggaran BOS dialokasikan pada DIPA 62 satker yaitu Madrasah,
Kementerian Agama Kab/kota, dan Kanwil Kemenag Prov. Sulawesi Tengah.
f. Belanja Sektor Kesehatan
Output strategis bidang kesehatan pada TA 2020 antara lain Penguatan Intervensi
Suplementasi Gizi, Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Layanan Intensifikasi
Eliminasi Malaria, Layanan Pengendalian Penyakit TBC, Tenaga Kesehatan Yang Belum
Diploma III Yang Mendapatkan Bantuan Biaya Pendidikan Pada Program Percepatan
Pendidikan Tenaga Kesehatan, Desa Pangan Aman, Sampel Makanan yang Diperiksa,
Sampel Obat, Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan yang Diperiksa,
Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK, serta Pemenuhan Ketersediaan
Alokon (Alat / Obat Kontrasepsi) di Faskes.
Dalam rangka mencapai target Output strategis bidang kesehatan di provinsi Sulawesi
Tengah pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp7.6 miliar dengan total
realisasi anggaran sebesar Rp7.5 miliar atau 97 persen dari total pagu anggaran. Pagu
anggaran tersebut dialokasikan pada 5 satuan kerja yaitu Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah (189000), Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah (189002),
Politeknik Kesehatan Sulawesi Tengah, Balai Pengawasan Obat dan Makanan Palu, dan
Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah. Tabel output dan realisasi bidang
kesehatan kami lampirkan pada bagian lampiran kajian ini.
g. Belanja Infrastruktur
Hingga saat ini, masih terdapat beberapa isu kinerja infrastruktur yang dihadapi antara
lain masih besarnya proporsi rumah tangga yang belum memiliki akses terhadap
pelayanan dasar yang layak (perumahan, air minum, dan sanitasi), belum optimalnya
konektivitas transportasi pada jalur utama logistik serta dukungan pada kawasan prioritas
serta belum memadainya sistem angkutan umum masal perkotaan, program infrastruktur
di Provinsi Sulawesi Tengah juga dipergunakan untuk mendukung peningkat akses
masyarakat terhadap perumahan dan permukiman layak, aman dan terjangkau,
peningkatan akses masyarakat terhadap layanan air minum serta sanitasi yang layak dan
aman, peningkatan penyediaan fasilitas keselamatan dan keamanan transportasi, serta
peningkatan ketersediaan air baku/air minum terlindungi.
h. Pembangunan Jalan dan Jembatan
Pagu anggaran yang dialokasikan untuk keperluan jalan dan jembatan di Provinsi
Sulawesi Tengah TA. 2020 sangat besar yaitu sebesar Rp574.8 miliar. Alokasi tersebut
terdiri dari Output Pelebaran Jalan Menuju Standar sebesar Rp7.7 miliar, Output
pembangunan jembatan sebesar Rp19.4 miliar, Output penggantian jembatan sebesar
Rp76.3 miliar, Output preservasi rekonstruksi, rehabilitasi jalan sebesar Rp394.1 miliar,
61 BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL
Output preservasi pemeliharaan rutin jalan sebesar Rp68.5 miliar, dan Output preservasi
jembatan sebesar Rp8.5 miliar. Pagu anggaran keperluan jalan dan jembatan
dialokasikan pada DIPA empat satker yaitu Pelaksanaan Jalan Nasional I Prov. Sulawesi
Tengah sebesar Rp74.6 miliar, Pelaksanaan Jalan Nasional II Prov. Sulawesi Tengah
sebesar Rp274 miliar, Pelaksanaan Jalan Nasional III Provinsi Sulawesi Tengah sebesar
Rp80.2, dan Dinas Pekerjaan Umum Prov. Sulawesi Tengah sebesar Rp7.2 miliar
Tabel 3.27. Kementerian/Lembaga dengan pagu belanja Infrastruktur
di Sulawesi Tengah Tahun 2020 (juta rupiah)
NAMA OUTPUT STRATEGIS ANGGARAN OUTPUT
Pagu Realisasi % Target Capaian
Pelebaran Jalan Menuju Standar 7.774 7.774 100% 2 2 99.99%
Pembangunan Jembatan 19.415 6.691 34% 142 49 33.9%
Penggantian Jembatan 76.351 72.544 95%% 233 233 100%
Preservasi Jembatan 8.573 8.573 99% 845 844 99%
Preservasi Pemeliharaan Rutin Jalan 68.573 61.234 89% 2161 2160 99%
Preservasi Rekonstruksi. Rehabilitasi Jalan 394.179 340.451 86% 210 127 60.71%
JUMLAH 574.865 497.267 84%
Sumber : OMSPAN. diolah melalui aplikasi MEBE
i. Bendungan dan Jaringan Irigasi
Pagu anggaran yang dialokasikan untuk keperluan Bendungan dan Jaringan Irigasi di
Provinsi Sulawesi Tengah TA. 2020 sangat besar yaitu sebesar Rp185.9 miliar. Alokasi
tersebut terdiri dari Output Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang dibangun
sebesar Rp51.6 miliar, Output Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang
dioperasikan dan dipelihara sebesar Rp84.3 miliar, Jaringan irigasi permukaan
kewenangan Pusat yang direhabilitasi/ditingkatkan sebesar Rp37 miliar, dan Jaringan
irigasi tambak yang direhabilitasi/ditingkatkan sebesar Rp33.1 miliar.
Tabel 3.28. Kementerian/Lembaga dengan pagu belanja Infrastruktur
di Sulawesi Tengah Tahun 2020 (juta rupiah)
NAMA OUTPUT STRATEGIS ANGGARAN OUTPUT
Pagu Realisasi Target Capaian
Jaringan irigasi permukaan kewenangan
Pusat yang dibangun 51.641 39.241 75% 4 3 100%
Jaringan irigasi permukaan kewenangan
Pusat yang dioperasikan dan dipelihara 84.354 83.236 98% 439 368 100%
Jaringan irigasi permukaan kewenangan
Pusat yang direhabilitasi/ditingkatkan 37.090 23.734 63% 14 0 100%
Jaringan irigasi tambak yang
direhabilitasi/ditingkatkan 12.879 12.876 99% 7 7 100%
JUMLAH 185.963 159.086 84%
Sumber : OMSPAN. diolah melalui aplikasi MEBE
j. Pembangunan Perumahan
Pagu anggaran yang dialokasikan untuk keperluan penyediaan perumahan di Provinsi
Sulawesi Tengah TA. 2020 sangat besar yaitu sebesar Rp115.5 miliar. Alokasi tersebut
terdiri dari Output Fasilitas peningkatan kualitas rumah swadaya sebesar Rp100.1 miliar
BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 62
dan Output pembangunan rumah khusus sebesar Rp15.3 miliar. Pagu anggaran
keperluan penyediaan perumahan dialokasikan pada DIPA satker SNVT Penyediaan
Perumahan Provinsi Sulawesi Tengah.
Tabel 3.29. Kementerian/Lembaga dengan pagu belanja Infrastruktur
di Sulawesi Tengah Tahun 2020 (juta rupiah)
NAMA OUTPUT
STRATEGIS
ANGGARAN OUTPUT
Pagu Realisasi Target Capaia
n
Fasilitasi Peningkatan
Kualitas Rumah Swadaya 100.181 97.550 75% 4961 4000 100%
Pembangunan Rumah
Khusus 15.334 5.262 98% 26 0
34.79
%
JUMLAH 115.516.041.000 102.812.847.164 84%
Sumber : OMSPAN. diolah melalui aplikasi MEBE
k. Infrastruktur Perdesaan dan Perkotaan
Tabel 3.30. Kementerian/Lembaga dengan pagu belanja Infrastruktur
di Sulawesi Tengah Tahun 2020 (juta rupiah)
NAMA OUTPUT STRATEGIS
ANGGARAN OUTPUT
Pagu
Realisasi Target Capaian
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman 206.415 193.767 93 30 60 185
Pembangunan Infrastruktur Permukiman
Berbasis Masyarakat 80.176 79.483 99 17 34 198
Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana
Pendidikan Dasar dan Menengah 31.560 30.818 97 22 22 99
Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana
Madrasah dan Sekolah Keagamaan 1.043 1.037 99 1 1 99
Pengembangan Penyelenggaraan Bangunan
Gedung 294.970 219.773 74 1 3 261
Sistem Pengelolaan Persampahan 72.030 35.808 49 25000 25000 49.73
SPAM Berbasis Masyarakat. 36.092 33.529 92 13885 13885 35.44
JUMLAH 722.286 594.215 86
Sumber : OMSPAN. diolah melalui aplikasi MEBE
Pagu anggaran yang dialokasikan untuk keperluan infrastruktur perdesaan dan perkotaan
di Provinsi Sulawesi Tengah TA. 2020 sangat besar yaitu sebesar Rp722.2 miliar. Alokasi
tersebut terdiri dari Output Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
sebesar Rp206.4 miliar, Output Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis
Masyarakat sebesar Rp80.1 miliar, Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana
Pendidikan Dasar dan Menengah sebesar Rp31.5 miliar, Rehabilitasi dan Renovasi
Sarana Prasarana Madrasah dan Sekolah Keagamaan sebesar Rp1.04 miliar,
Pengembangan Penyelenggaraan Bangunan Gedung sebesar Rp294.9 miliar, Sistem
Pengelolaan Persampahan sebesar Rp72 miliar, dan Output SPAM Berbasis Masyarakat
sebesar Rp36.09 miliar. Pagu anggaran keperluan infrastruktur perdesaan dan perkotaan
telah dialokasikan pada DIPA dua satker yaitu Balai Prasarana Permukiman Wilayah
Sulawesi Tengah sebesar Rp12.3 miliar dan satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp709.9 miliar.
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
Gambar : Kumparan, beritasatu.com Sekolah Darurat Boyaoge, Palu (Gambar 1) RS. ANUTAPURA (Gambar 2)
BAB IV PERKEMBANGAN DANANALISIS PELAKSANAAN APBD
BAB IV PERKEMBANGAN DANANALISIS PELAKSANAAN APBD
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
Rp15.392 M*)109,19%
B. SUBSIDI
B. BAGI HASIL
87,27%
belanjaRp22.076 M (Pagu)
Rp19.266 M (Realisasi)
2020
101,4%
pendapatanRp18.262 M (Pagu)Rp18.519 M (Realisasi)
2020
PAD Transfer
Rp2.543 M*)180,86%
*)REALISASI
Ringka sg ra f i s Bab IVRingka sg ra f i s Bab IV
LLPAD Yang Sah
Rp584 M*)21,16%
B. PEGAWAIRp7.292 M*)
90,61%
*)REALISASI
belanja daerah 2020
B. HIBAHRp871 M*)
60.03%
B. BARANGRp4.226 M*)
102,58%
B. BANSOSRp2.266 M*)
117,19%
B. BUNGARp2 M*)67,95%
RP471 M*)106,09%
Rp1 M*)38,74%
B. BANKEURp636 M*)
26,09%
B. MODALRp3,245 M*)
93,41%
B. TAKTERDUGARp257 M*)
154,97%
KAPASITAS FISKAL PERKAB
2020Poso
(7,27)
doggala
(5,57)
Tolitoli
(14,320)
Banggai
(21,08)
buol
(11,37)
morowali
(27,37)
bangkep
(10,83)
parimo
(5,00)
touna
(18,63)
sigi (8,26)
banglut
(22,29)
morut
(15,17)
kota palu
(13,10)
*)Rp Juta
APBD SULTENG
63 BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
4.1 APBD TINGKAT PROVINSI
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu
pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. APBD juga sebagai salah satu penentu
tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi
berbagai kendala dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri.
Data profil berupa realisasi APBD secara agregat seluruh Pemda
(provinsi/kabupaten/kota) Provinsi Sulteng Tahun 2018 sampai dengan 2020
sebagaimana tabel 4.1.
Tabel 4.1. APBD Lingkup Sulteng Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi, 2018-2020 (Rp miliar)
I-Account (dalam Miliar Rp)
TA 2018 TA 2019 TA 2020
PAGU REAL % PAGU REAL % PAGU REAL %
PENDAPATAN 18.585 18.300 98,47% 19.394 21.689 111,83% 18.262 18.519 101,41%
Pendapatan Asli Daerah 2.599 2.285 87,89% 1.406 2.319 164,91% 1.406 2.543 180,86%
Pendapatan Transfer 14.963 15.677 104,77% 15.448 17.132 110,90% 14.096 15.392 109,19%
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
1.022 339 33,16% 2.540 2.238 88,11% 2.760 584 21,16%
BELANJA DAERAH 19.753 17.846 90,35% 20.856 19.278 92,43% 22.076 19.266 87,27%
Belanja Pegawai 7.567 6.582 86,99% 8.103 7.399 91,31% 8.047 7.292 90,61%
Belanja Barang 4.648 4.931 106,08% 4.562 4.500 98,66% 4.119 4.226 102,58%
Belanja Bunga 3 3 91,00% 3 2 80,01% 3 2 67,95%
Belanja Subsidi 1 1 85,01% 1 1 99,74% 2 1 38,74%
Belanja Hibah 867 707 81,50% 742 593 79,84% 1.451 871 60,03%
Belanja Bantuan Sosial 53 48 90,20% 41 58 141,38% 1.934 2.266 117,19%
Belanja Bagi Hasil 959 15 1,58% 462 41 8,82% 444 471 106,09%
Belanja Bantuan Keuangan 1.770 2.183 123,34% 2.453 2.434 99,22% 2.436 636 26,09%
Belanja Modal 3.852 3.358 87,16% 4.459 4.245 95,20% 3.474 3.245 93,41%
Belanja Tak Terduga 32 20 61,39% 32 7 21,29% 166 257 154,97%
SURPLUS/DEFISIT (1.168) 454 -38,85% (1.462) 2.411 -164,92% (3.814) (747) 19,59%
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan (1) 541 721 133,42% 647 979 151,33% 2.847 2.877 101,05%
Pengeluaran Pembiayaan (2)
140 114 81,28% 192 88 45,75% 20 17 84,98%
Pembiayaan Netto (1-2) 401 608 151,63% 455 891 195,77% 2.827 2.860 101,16%
SILPA (768) 1.062 -138,30% (1.007) 3.302 -327,97% (986) 2.113 -214,20%
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, diolah
Realisasi komponen pendapatan APBD di Sulteng tahun 2020 mengalami penurunan
dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar minus 14,62 persen. Penurunan tersebut
diikuti oleh komponen dibawahnya antara lain Pendapatan Transfer dan Lain-Lain
Pendapatan yang Sah, sedangkan Pendapatan Asli Daerah mengalami kenaikan
sebanyak 9,66 persen.
Sementara itu, realisasi belanja jika dibandingkan dengan tahun 2019 secara agregat
mengalami penurunan sebanyak minus 0,06 persen yang disumbangkan dari penurunan
belanja pegawai sebesar minus 1,44 persen, belanja barang sebesar minus 6,1 persen,
BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 64
dan belanja modal sebesar minus 23,55 persen. Sementara itu kenaikan yang signifikan
terjadi pada belanja bantuan sosial dan belanja tidak terduga yang mencapai lebih dari
3.500 persen sebagai dampak dari penanganan wabah Covid-19.
4.2 PENDAPATAN DAERAH
Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, Pendapatan Daerah diartikan sebagai hak
Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode
tahun yang bersangkutan. Pendapatan Daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.
4.2.1 Dana Transfer / Perimbangan
Pada 3 tahun terakhir, dana perimbangan/transfer menjadi penopang utama sumber
pendapatan dalam kerangka APBD di Sulteng. Dana perimbangan/transfer terdiri dari
Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
(DAK). Proporsi terbesar dana perimbangan adalah DAU pada tahun 2020 sebesar
Rp9,59 triliun atau memberikan kontribusi sebesar 69 persen terhadap realisasi dana
perimbangan.
Tabel 4.2. Proporsi Dana Transfer/Perimbangan Lingkup Sulteng, 2018-2020 (Rp miliar)
Dana Transfer/ Perimbangan
TA 2018 TA 2019 TA 2020
Pagu Real % Pagu Real % Pagu Real %
Dana Bagi Hasil 1.184 915 77,25% 1.006 761 75,60% 469 1.131 241,03%
Dana Alokasi Umum 9.514 9.540 100,28% 9.936 9.919 99,83% 9.588 8.312 86,69%
Dana Alokasi Khusus 3.738 3.608 96,53% 4.506 4.268 94,72% 4.039 .097 76,69%
Jumlah Dana Transfer 14.436 14.063 97,42% 15.448 14.947 96,76% 14.096 12.541 88,97%
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, diolah
Berdasarkan tabel 4.2. diatas, persentase realisasi dana transfer terhadap target yang
ditetapkan sejak tahun 2018 hingga 2020 mengalami penurunan sebesar minus 16,1
persen.
4.2.2 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sulteng pada tahun 2020 terdiri dari pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD
yang sah.
Tabel 4.3. Proporsi PAD Sulteng, 2018-2020 (Rp miliar)
PAD TA 2018 TA 2019 TA 2020
PAGU REAL % PAGU REAL % PAGU REAL %
Pajak Daerah 1.209 1.169 96,65% 1.254 1.270 101,30% 1.245 1.294 103,95%
Retribusi Daerah 210 172 81,77% 249 223 89,55% 272 298 109,31%
HPKD yang Dipisahkan 40 39 96,75% 41 41 100,32% 43 47 108,55%
Lain-lain PAD yang Sah 1.051 905 86,16% 870 784 90,20% 832 904 108,67%
Jumlah PAD 2.510 2.285 91,01% 2.413 2.319 96,07% 2.392 2.543 106,28%
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, diolah
Tren persentase pertumbuhan PAD terhadap target di Sulteng selama tahun 2018
sampai dengan 2020 mengalami kenaikan 9,66 persen. Kontribusi tertinggi PAD pada
65 BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
tahun 2020 adalah pajak daerah dengan capaian Rp1,29 triliun atau berkontribusi 50,88
persen terhadap PAD dan realisasi seluruh komponen PAD di tahun 2020 melebihi target
yang ditetapkan.
Gambar 4.1 Klasifikasi Realisasi Capaian Target PAD,2020
Dari total 13 pemerintah
kabupaten/kota, terklasifikasi ke
dalam 3 kelompok yaitu daerah
dengan warna kuning, hijau, dan
biru. Masing-masing warna
memiliki interval persentase
capaian PAD pada tahun 2020,
yaitu 65,31 – 85,78 persen
(kuning), 86,34 -103,21 persen
(hijau) dan 108,03 - 146,89 persen
(biru).
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, diolah
Nilai PAD menunjukkan tingkat
kemandirian Pemda dalam membiayai
belanjanya. Semakin besar rasio
PAD menunjukkan semakin
rendahnya ketergantungan Pemda
terhadap dana transfer dari
pemerintah pusat. Berdasarkan
analisis rasio PAD yang tersaji pada
tabel 4.4, terlihat adanya peningkatan sekitar 1 persen pada tahun 2020 bila dibandingkan
dua tahun sebelumnya yang nilainya berkisar 12 persen. Meskipun mengalami kenaikan
yang lebih baik, namun tetap mengindikasikan bahwa pemerintah daerah di bumi
Tadulako memiliki tingkat kemandirian fiskal yang cukup rendah. Pemerintah daerah di
Sulteng hanya mampu mambiayai 13 persen belanja daerahnya dengan mengandalkan
sumber dari PAD.
URAIAN 2018 2019 2020
PAD Rp2.285 Rp 2.319 Rp2.543
Belanja Daerah Rp17.846 Rp19.278 Rp19.266
Rasio PAD/Belanja
12,80% 12,03% 13,20%
Tabel 4.4. Rasio PAD Terhadap Belanja Daerah,
2018-2020 (dalam Miliar Rupiah)
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 66
4.2.3 Pendapatan Lain-Lain
Komponen pendapatan lain-lain pada
tahun 2020 di Sulteng terdiri dari
Hibah, dan pendapatan lain-lain.
Realisasi untuk tahun 2020 sebesar
Rp584 miliar mengalami penurunan
sebanyak minus 73,9 persen dibanding
realisasi tahun 2019 yang sebesar
Rp2,23 triliun.
Jika dilihat dari komposisi pendapatan lain-lain terhadap total pendapatan daerah, maka
didapat rata-rata rasio sebesar 3,48 persen. Hanya ada 4 daerah yang memiliki nilai
perbandingan di atas rata-rata, yaitu Kabupaten Tojo Unauna (14,82 persen), Kabupaten
Toli-toli (11,38 persen), Kabupaten Buol (5,53 persen), dan Kabupaten Parigi Moutong
(5,27 persen). Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik berikut.
Grafik 4.1. Rasio Pendapatan Lain-lain Terhadap Pendapatan Daerah
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
4.3 BELANJA DAERAH
Analisis kinerja Belanja Daerah digunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi fiskal
yang dimiliki pemerintah daerah dalam periode tertentu. Menurut Undang- Undang No.
33 Tahun 2004, yang dimaksud belanja daerah adalah semua kewajiban daerah
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan.
4.3.1 Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan
Berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2014 salah satu klasifikasi urusan pemerintahan adalah
urusan pemerintahan konkuren. Konkuren mengandung makna bahwa urusan
Pemerintahan ini kewenangannya dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi
dan Daerah Kabupaten/Kota, yaitu meliputi urusan pemerintahan wajib dan urusan
pemerintahan pilihan.
3.48%
0.00%2.00%4.00%6.00%8.00%
10.00%12.00%14.00%16.00%
Rasio Pendapatan Lain-lain thd PAD Rata-rata Rasio
URAIAN 2018 2019 2020
Pendapatan Hibah 335 2.226 354
Pendapatan Lainnya 4 12 230
Jumlah Pendapatan Lain-lain
339 2.238 584
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
Tabel 4.5. Realisasi Pendapatan Lain-lain lingkup
Sulteng, 2018-2020 (Rp miliar)
67 BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
Secara agregat, terjadi penurunan
realisasi belanja sebesar minus
1,82 persen pada tahun 2020
dibandingkan tahun 2019. Jika
diamati lebih rinci, hampir semua
fungsi mengalami pertumbuhan
negatif. Hanya 3 fungsi saja yang
mengalami pertumbuhan positif
yaitu: Kesehatan (5,25 persen),
Ketertiban & Keamanan (20,71
persen), dan Pelayanan Umum
(10,13 persen).
Belanja berdasarkan mandatory bahwa belanja pendidikan minimal sebesar 20 persen
dan belanja kesehatan sebesar 5 persen telah terpenuhi dengan realisasi belanja urusan
pendidikan dengan capaian 22,64 persen dan belanja urusan kesehatan sebesar 17,09
persen.
4.3.2 Rincian Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja (Sifat Ekonomi)
Realisasi belanja menurut jenis belanja tahun 2020 didominasi belanja pegawai (37,84
persen), belanja barang dan jasa (21,93 persen), belanja modal (16,84 persen) dan
belanja bansos (11,76 persen).
Tabel 4.7. Rincian Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja, 2020 (Rp miliar)
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
4.3.3 Analisis Alokasi Belanja Daerah Sektor Konsumtif dan Produktif
Belanja sektor produktif masih belum bisa menjadi alokasi yang utama dalam komposisi
belanja secara agregat dalam struktur APBD Sulteng yakni dalam porsinya masih cukup
rendah yaitu 21,54 persen jauh dibawah belanja konsumtif yang masih mendominasi
URAIAN 2019 2020 GROWTH
BELANJA MENURUT FUNGSI
19.663,39 19.305,16 -1,82%
Pendidikan 4.488,70 4.371,93 -2,60%
Kesehatan 3.136,12 3.300,86 5,25%
Ekonomi 1.775,81 1.336,43 -24,74%
Ketertiban & Ketentraman
212,99 257,1 20,71%
Lingkungan Hidup 164,23 139,18 -15,26%
Pariwisata & Budaya 157,92 96,5 -38,89%
Pelayanan Umum 6.863,44 7.558,57 10,13%
Perlindungan Sosial 323,77 296,49 -8,43%
Perumahan & Fasum 2.540,40 1.948,12 -23,31%
URAIAN REALISASI
2018 2019 2020
BELANJA DAERAH 17.846 19.278 19.266
Belanja Pegawai 6.582 7.399 7.292
Belanja Barang 4.931 4.500 4.226
Belanja Bunga 3 2 2
Belanja Subsidi 1 1 1
Belanja Hibah 707 593 871
Belanja Bantuan Sosial 48 58 2.266
Belanja Bagi Hasil 15 41 471
Belanja Bantuan Keuangan 2.183 2.434 636
Belanja Modal 3.358 4.245 3.245
Belanja Tak Terduga 20 7 257
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
Tabel 4.6. Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi
Urusan, 2020 (Rp miliar)
BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 68
dengan alokasi anggaran sebesar 78,46 persen. Secara terinci alokasi belanja daerah
sektor produktif dan konsumtif per kabupaten/kota di Sulteng tersaji pada grafik berikut.
Grafik 4.2. Rasio Alokasi Belanja Daerah Sektor Konsumtif dan Produktif Tahun 2020
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
Masih rendahnya rasio rata-rata belanja sektor produktif di Sulteng hendaknya
Pemerintah Daerah lebih meningkatkan sektor belanja yang bersifat produktif karena
belanja bersifat produktif mempunyai efek domino terhadap kesejahteraan masyarakat
dan pertumbuhan ekonomi secara bertahap dapat ditingkatkan. Namun terdapat
Pemerintah Daerah yang mengalokasikan belanjanya pada sektor produktif yang cukup
tinggi (diatas 30 persen) yaitu Kabupaten Banggai Laut dan Kabupaten Banggai
Kepulauan dengan rasio mencapai 38,55 persen dan 33,42 persen.
4.3.4 Analisis Kebijakan Alokasi Anggaran
Grafik 4.3. Rasio Alokasi Anggaran Per Kabupaten/Kota Tahun 2020 (APBN+APBD)
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
Analisis ini digunakan untuk melihat seberapa besar rasio peruntukan belanja pegawai
dan belanja modal terhadap total belanja. Alokasi belanja pegawai baik pemerintah pusat
dan pemerintah daerah tahun 2020 rerata sebesar 35,71 persen sedangkan alokasi
69 BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
belanja modal rerata sebesar 21,54 persen dari total belanja. Pemda Provinsi Sulteng
merupakan pemda yang terbesar dalam mengalokasikan belanja pegawai hal ini terkait
dengan adanya pengalihan pembayaran gaji guru setingkat SMA/SMK yang
pembayarannya dilakukan melalui provinsi.
Berdasarkan grafik di bawah dapat dilihat bahwa pemda-pemda di Provinsi Sulteng
secara rata-rata merealisasikan sekitar 40 persen dari total Belanja Daerahnya untuk
Belanja Pegawai. Hanya Pemerintah Kabupaten Banggai Laut yang rasio realisasi
Belanja Modalnya (38,55 persen) melebihi Belanja Pegawai (29,47 persen).
4.4 PERKEMBANGAN BLU DAERAH
4.4.1 Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Daerah (BULD)
Provinsi Sulteng memiliki 12 BLUD yang terdiri dari 2 BLUD di tingkat provinsi dan 10
BLUD di tingkat kab/kota namun hanya 11 BLUD yang teridentifikasi. 11 BLUD pada
Tahun 2020 mengelola aset sebesar Rp1,42 triliun dengan pagu PNBP dan pagu RM
sebesar Rp437,07 miliar dan Rp735,80 miliar.
Tabel 4.8. Profil BLUD di Provinsi Sulteng Tahun 2020 (Rp juta)
No Jenis Layanan Satker BLUD Nilai Aset Pagu PNBP Pagu RM Jumlah Pagu
1 Kesehatan RSUD Undata 378.046 110.000 187.342 297.342
2 Kesehatan RSUD Madani 790 30.000 - 30.000
3 Kesehatan RSUD Anutapura 212.332 83.200 71.438 154.638
4 Kesehatan RSUD Torabelo Sigi 6.589 1.037 5.551 6.588
5 Kesehatan RSUD Kabelota Donggala - - - -
6 Kesehatan RSUD Anuntaloko Parigi 221.111 65.969 76.933 142.902
7 Kesehatan RSUD Poso 1.048 - 47.847 47.847
8 Kesehatan RSUD Touna 114.536 13.351 99.597 112.948
9 Kesehatan RSUD Morowali 254.176 35.285 133.631 168.916
10 Kesehatan RSUD Mokopido Tolis 178.245 56.565 - 56.565
11 Kesehatan RSUD Mokoyurli Buol 1.734 35.627 36.052 71.679
12 Kesehatan RSUD Luwuk 54.104 6.043 113.464 173.895
Jumlah 1.422.711 437.077 771.855 1.208.932
Sumber : BLUD di Sulteng (data diolah)
4.4.2 Perkembangan Pengelolaan Aset BLU Daerah
Dari segi kriteria tingkat kemandirian BLUD dapat ditinjau dari beberapa indikator,
diantaranya adalah perkembangan aset yang dikelolanya. Aset mempunyai arti penting
karena mencerminkan kekayaan yang dimiliki oleh suatu entitas. Apabila terjadi
peningkatan dapat diartikan bahwa terjadi pertumbuhan yang positif, dan sebaliknya
apabila terjadi penurunan dapat diartikan BLUD tersebut kurang sehat secara finansial.
Total aset BLUD di Sulteng tumbuh sebesar 144,97 persen dibandingkan Tahun 2019
sebesar Rp580,77 miliar, pertumbuhan ini belum bersifat final karena aset tahun 2020
masih dalam proses rekonsiliasi.
BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 70
Tabel 4.9. Perkembangan Nilai Aset Satker BLUD di Provinsi Sulteng (Rp juta)
No Nama Satker BLU ASET
Pertumbuhan 2020 2019
1 RSUD Undata 378.046 75.271 402,25%
2 RSUD Madani 790 1.431 -44,79%
3 RSUD Anutapura 212.332 157.135 35,13%
4 RSUD Torabelo Sigi 6.589 14.738 -55,29%
5 Kabelota Donggala - - -
6 RSUD Anuntaloko Parigi 221.111 161.699 36,74%
7 RSUD Poso 1.048 1.048 0,00%
8 RSUD Touna 114.536 114.536 0,00%
9 RSUD Morowali 254.176 - 100,00%
10 Mokopido Tolis 178.245 - 100,00%
11 Mokoyurli Buol 1.734 809 114,34%
12 Luwuk 54.104 54.104 0,00%
Jumlah 1.422.711 580.771 144,97%
Sumber : BLUD di Sulteng
4.4.3 Analisis Legal
Tabel 4.10. Analisis Legal BLUD di Sulteng Tahun 2020
ASPEK KETERANGAN KESESUAIAN
Kelembagaan BLUD Ditetapkan oleh SK Gubernur/Bupati/Walikota Sesuai
Tata Kelola
Telah diterbitkan SK penunjukkan Pejabat Pengelola Keuangan Sesuai
Telah disusun Rencana Bisnis Strategis (RBS) Sesuai
Telah disusun Rencana Bisnis Anggaran (RBA) Sesuai
BLUD membentuk Satuan Pengendalian Intern (SPI) Belum Sesuai *)
Telah ditetapkan Standar Operating Prosedur (SOP) Sesuai
Telah ditetapkan Standar Pelayanan Minimum Sesuai
Tarif layanan ditetapkan melalui Perda Belum Sesuai *)
Pembentukan Dewan Pengawas Belum Sesuai *)
SDM PNS Sesuai
Non PNS Sesuai
Pengendalian Audit eksternal Sesuai
Pemda membentuk tim evaluasi kinerja BLUD Belum Sesuai *)
Sumber: BLUD di Sulteng
*) diartikan belum seluruh BLUD melaksanakan
Tata kelola keuangan BLUD berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
61/2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD. Dalam pelaksanaannya
pengelolaan BLUD juga mempedomani PP Nomor 23/2006 jo PP Nomor 74/2012 tentang
Pengelolaan BLU. Sebagai instansi lingkup pemerintah daerah dalam pelaksanaannya
BLUD juga berpedoman pada peraturan daerah masing-masing kabupaten/kota. Dari
hasil analisis legal maka masih terdapat BLUD yang belum menerapkan sepenuhnya
aspek yang seharusnya dipenuhi antara lain terdapat BLUD yang belum membentuk SPI,
tarif masih menggunakan dasar retribusi, belum adanya dewan pengawas, dan dari sisi
pemda terdapat pemda yang belum membentuk tim kerja evaluasi BLUD.
4.5 SURPLUS / DEFISIT APBD
Penetapan APBD di Sulteng mengambil kebijakan defisit dengan rata-rata sebesar minus
11,33 persen namun dalam realisasinya mengalami defisit sebesar rata-rata minus 2,69
persen.
Deviasi surplus/defisit APBD terbesar antara pagu dengan realisasi terjadi di 3 pemda,
yaitu Kabupaten Parigi Moutong (target minus 5,34 persen, realisasi 23,16 persen), Kota
71 BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
Palu (target minus 46,18 persen, realisasi minus 27,2 persen), dan Kabupaten Poso
(target minus 1,06 persen, realisasi 12,07 persen).
Grafik 4.4. Perbandingan Rasio Surplus/Defisit Antara Pagu dan Realisasi APBD TA 2020
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
5.5.1 Rasio Surplus/Defisit APBD terhadap Aggregat Pendapatan
Dalam menetapkan APBD, pemerintah daerah pada cenderung menggunakan kebijakan
anggaran deficit. Hal ini juga terjadi pada sebagian besar pengelolaan keuangan daerah
di wilayah Provinsi Sulteng dimana Pemerintah Daerah melalui APBD-nya menunjukkan
adanya kecenderungan menggunakan anggaran defisit dalam kebijakan APBD-nya.
Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan pendapatan dari masing-masin pemda
digunakan rasio Surpusl/deficit terhadap pendapatan.
Rasio Surplus terhadap Pendapatan = Surplus / Total Pendapatan APBD
Rasio kebijakan penetapan surplus/defisit APBD pemda di Sulteng sebagaimana pada
Grafik berikut.
Grafik 4.5. Rasio Surplus/Defisit terhadap Aggregat Pendapatan Tahun 2020
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
Rata-rata rasio surplus/defisit terhadap pendapatan sebesar minus 6,01 persen pada
tahun 2020. Hal ini menunjukkan kinerja pemerintah daerah di Sulteng dalam
merealisasikan penerimaan kurang baik sehingga belum cukup untuk menanggung
belanja daerah. Dari grafik di atas terdapat 3 pemda yang mengalami rasio surplus
terhadap agregat pendapatannya sampai diatas 10 persen yaitu Kabupaten Parigi
-2.69%
-11.33%
-60.00%-40.00%-20.00%
0.00%20.00%40.00%
Rasio Surplus/Defisit Realisasi APBD Rasio Surplus/Defisit Pagu APBD
Rata-rata Rasio Realisasi Rata-rata Rasio Pagu
-6.01%
-50.00%
-40.00%
-30.00%
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
Rasio Surplus/Defisit thd Pendapatan Rata-rata Rasio
BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 72
Moutong (18,81 persen), serta Kabupaten Poso dan Kabupaten Banggai yang
mencatatkan nilai yang sama (10,77 persen). Sedangkan tiga daerah mengalami deficit
yaitu donggala, Sigi dan Palu.
5.5.2 Rasio Surplus terhadap Realisasi Belanja dan Transfer
Rasio ini untuk mengetahui proporsi adanya surplus/defisit anggaran terhadap salah satu
sumber pendapatan APBD, yaitu realisasi pencairan belanja dan dana transfer. Hal ini
dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda akibat frontloading pencairan belanja dan
dana transfer. Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian Keuangan untuk
mengevaluasi timing pencairan dana transfer, terutama pada daerah yang sangat
bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuditas.
Rasio Surplus terhadap Dana Transfer = Surplus / Total Realisasi Belanja dan Dana
Transfer
Grafik 4.6. Rasio Surplus/Defisit terhadap Belanja & Transfer Tahun 2020
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
5.5.3 Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB
Rasio Surplus terhadap PDRB = Surplus APBD / PDRB
Grafik 4.7. Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB ADHB dan PDRB ADHK 6
7
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng dan BPS 2020,
data diolah
Kurun waktu 2014-2020 rasio surplus terhadap PDRB di Sulteng fluktuatif tiap tahunnya.
Meskipun terjadi fluktuatif rasio surplus terhadap PDRB namun persentase rasio relatif
rendah hal ini mencerminkan Pemerintah Daerah di wilayah Sulteng telah melakukan
penyerapan anggaran yang optimal dan mampu memproduksi barang dan jasa dengan
cukup baik terlihat dari rendahnya angka rasio surplus terdadap PDRB. Kenaikan yang
tinggi di tahun 2019 disebabkan banyak hibah yang diterima terkait bencana alam gempa
tsunami yang terjadi di Kota Palu.
-2.69%
-40.00%-30.00%-20.00%-10.00%
0.00%10.00%20.00%30.00%
Rasio Surplus/Defisit thd Belanja & Transfer Rata-rata Rasio
-1.00%
0.00%
1.00%
2.00%
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
73 BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
4.5 Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik berupa
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang
dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit
atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan Pemerintah Daerah
hampir di seluruh Indonesia pada umumnya sebagian besar berasal dari SiLPA tahun
anggaran sebelumnya, demikian juga untuk seluruh Pemda yang ada di Sulteng. Hanya
sebagian kecil saja yang berasal dari pencairan dana cadangan, penerimaan pinjaman
daerah, obligasi daerah, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman.
7.5.1 Rasio SiLPA terhadap Belanja
Grafik 4.8. Rasio SILPA terhadap Belanja Kabupaten/Kota se-Sulteng TA 2020
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
Besarnya SILPA Tahun 2020 mencerminkan proporsi belanja dan kegiatan yang tidak
efektif digunakan oleh pemda. Rata-rata rasio SILPA terhadap belanja Tahun 2020
sebesar 9,23 persen atau rata-rata SILPA sebesar Rp150,93 miliar dengan realisasi
belanja rata-rata sebesar Rp1,38 triliun.
7.5.2 Analisis Pengeluaran Pembiayaan
Realisasi Pembiayaan Daerah untuk lingkup Sulteng tahun 2020 berjumlah Rp2,86 triliun
yang berasal dari Penerimaan Pembiayaan Daerah sebesar Rp2,87 triliun dan
Pengeluaran Pembiayaan Daerah sebesar Rp17,13 miliar. Realisasi Penerimaan
Pembiayaan Daerah terbesar berasal dari Pengunaan SiLPA tahun lalu. Sedangkan
Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah terbesar digunakan untuk Penyertaan
Modal/Investasi Pemerintah Daerah.
7.5.3 Rasio Keseimbangan Primer
Rasio keseimbangan primer digunakan untuk mengetahui tingkat likuiditas keuangan
Pemerintah Daerah dalam membiayai defisit anggaran. Pemerintah Daerah di Sulteng
pada Tahun 2020 secara umum menggunakan kebijakan anggaran APBD bersifat
ekspansif artinya pendapatan lebih kecil dari belanja.
Rumus Rasio Keseimbangan Primer : Total Pendapatan APBD – (Belanja APBD –
Belanja Bunga)
9.23%
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
Rasio SILPA Thd Belanja Rata-rata Rasio
BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 74
Tabel 4.11. Keseimbangan Primer Kabupaten/Kota se-Sulteng TA 2020 (Rp juta)
Pemerintah Daerah Pendapatan Belanja Surplus/ Defisit Belanja Bunga Keseimbangan
Primer
Pemprov Sulteng 3.592.055 3.681.394 (89.339) - (89.339)
Kab. Poso 1.357.103 1.210.908 146.195 - 146.195
Kab. Donggala 1.238.274 1.734.884 (496.610) - (496.610)
Kab. Tolitoli 1.070.336 1.090.814 (20.478) - (20.478)
Kab. Banggai 1.679.863 1.498.910 180.953 - 180.953
Kab. Buol 974.977 918.815 56.162 - 56.162
Kab. Morowali 1.256.984 1.204.135 52.849 1.265 51.584
Kab. Banggai Kepulauan 680.238 668.361 11.877 - 11.877
Kab. Parigi Moutong 1.639.896 1.331.481 308.414 458 307.956
Kab. Tojo Una-Una 1.093.045 1.089.392 3.654 - 3.654
Kab. Sigi 1.123.449 1.470.516 (347.068) - (347.068)
Kab. Banggai Laut 580.185 672.857 (92.672) - (92.672)
Kab. Morowali Utara 1.001.408 1.002.496 (1.088) - (1.088)
Kota Palu 1.231.116 1.691.059 (459.943) - (459.943)
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
Pada Tabel di atas, dapat dijelaskan secara umum bahwa terdapat 7 pemda di Provinsi
Sulteng mempunyai likuidasi yang baik hal ini terlihat keseimbangan primer positif.
Pemda yang mempunyai kesimbangan primer negatif untuk membiayai defisit belanja
maka harus menggunakan SILPA tahun anggaran sebelumnya.
4.6 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
4.7.1 Analisis Horizontal dan Vertikal
Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam satu
laporan realisasi pemda (kabupaten/kota) satu dengan pemda lain dalam satu wilayah
(provinsi). Selain itu, juga digunakan membandingkan perubahan keuangan dalam satu
pos APBD yang sama dalam satu lingkup pemda.
a. Analisis Horizontal
Secara agregat, PAD di Provinsi Sulteng Tahun 2020 mengalami kontraksi 14,62 persen
lebih rendah dibandingkan realisasi PAD tahun 2019. Pertumbuhan PAD kab/kota di
Sulteng secara umum mengalami pertumbuhan dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di
Kabupaten Tojo Unauna (205,73 persen). Namun terdapat 2 pemda yang mengalami
pertumbuhan PAD yang negatif yaitu Kabupaten Parigi Moutong (-29,53 persen), dan
Kabupaten Banggai Laut (-6,69 persen).
Penurunan PAD pada Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Banggai Laut
disebabkan karena menurunnya penerimaan dari Lain-lain PAD yang sah yang mencapai
Rp12 miliar lebih di Kabupaten Parigi Moutong dan Rp7 miliar lebih di Kabupaten Banggai
Laut dibandingkan dengan realisasi tahun 2019.
75 BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
Grafik 4.9. Perbandingan Horizontal PAD dan Pertumbuhan Tahun 2019 – 2020
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
b. Analisis Vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang satu dengan
pos lainnya terhadap satu komponen APBD yang sama.
Rasio Kontribusi PAD Terhadap Total Pendapatan
Kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan tahun 2019 rata-rata sebesar 10,78 persen
dari realiasisasi PAD sebesar Rp2,54 triliun dengan total pendapatan sebesar Rp18,51
triliun. Kontribusi masing-masing pemerintah daerah tersaji pada grafik berikut.
Grafik 4.10. Perbandingan Kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan TA 2020
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
Rasio Kontribusi Belanja Modal Terhadap Total Belanja
Rata-rata kontribusi belanja modal terhadap total belanja sebesar 17,95 persen dari
realiasisasi belanja modal sebesar Rp3,24 triliun dengan total realisasi belanja sebesar
Rp19,26 triliun. Kontribusi belanja modal terhadap total belanja pada masing-masing
kabupaten/kota tersaji pada grafik berikut.
-2.23%
0.01%
59.09%
7.17%
74.30%
6.15%
40.71%
11.18%
-29.53%
205.73%
6.63%
-6.69%
30.96%
10.19%
-50.00%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
250.00%
-
200
400
600
800
1,000
1,200R
p m
ilia
r
PAD 2020 PAD 2019 Pertumbuhan
29.64%
7.48%8.67% 9.16%
10.16%
6.45%
24.17%
4.60%
8.01%
6.91%
5.23%
4.08%
5.32%
21.10%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
Rp
mil
iar
PAD 2020 Total Pendapatan Rasio PAD Thd Pendapatan
BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 76
Grafik 4.11. Rasio Kontribusi Belanja Modal terhadap Total Belanja TA 2020
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
4.7.2 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah
Merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan keuangan daerah yang
dicerminkan melalui penerimaan umum APBD (tidak termasuk Dana Alokasi Khusus,
Dana Darurat, Dana Pinjaman lama dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi
untuk membiayai pengeluaran tertentu) yang digunakan untuk membiayai tugas
pemerintahan daerah setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah
penduduk miskin. Kapasitas fiskal diformulasikan sebagai berikut:
Peta Kapasitas Fiskal dapat digunakan untuk pengusulan Pemerintah Daerah sebagai
penerima hibah, penilaian atas usulan pinjaman daerah, penentuan besaran dana
pendamping, jika dipersyaratkan atau hal lain yang diatur secara khusus dalam peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan hasil pengujian kapasitas
fiskal, terdapat tiga kabupaten yang
memiliki kapasitas fiskal lebih dari Rp20
juta, yaitu Kabupaten Morowali (Rp27,37
juta), Kabupaten Banggai Laut (Rp22,29
juta), dan Kabupaten Banggai (Rp21,08
juta), sementara itu Kabupaten dengan
kapasitas fiskal kurang dari Rp 10 juta,
dimiliki oleh Kabupaten Sigi, Poso,
Donggala, dan Parigi Moutong. Secara
keseluruhan, Provinsi Sulteng memiliki
kapasitas fiskal sebesar Rp3,82 juta pada tahun 2020 relatif tidak ada perubahan
dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,83 juta.
18.13%
18.24%
12.20%16.28%
10.98%
20.37%22.97% 23.16%
18.64% 17.66%
9.07%
31.40%
21.15%
11.08%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
0500
1000150020002500300035004000
Rp
mil
iar
Belanja Modal Total Belanja Rasio Belanja Modal Thd Total Belanja Daerah
7,2
7
5,7
5
14
,32
21
,08
11
,37
27
,37
10
,83
5,0
0
18
,63
8,2
6
22
,29
15
,17
13
,10
Po
so
Do
ng
gala
To
lito
li
Ban
gg
ai
Bu
ol
Mo
row
ali
Ban
gke
p
Pa
rim
o
To
un
a
Sig
i
Ban
glu
t
Mo
rut
Ko
ta P
alu
Grafik 4.12. Kapasitas Fiskal Per Kabupaten/Kota di Sulteng TA 2020 (Rp juta)
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
77 BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
4.7.3 Analisis Regresi Belanja Daerah terhadap Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan krusial yang perlu mendapat perhatian
sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya. Pemerintah daerah terus berkomitmen
untuk menurunkan angka kemiskinan melalui kebijakan fiskal yang diformulasikan dalam
RPJMD sampai dengan teralokasi dalam belanja APBD. Pengalokasian APBD kepada
beberapa fungsi seperti fungsi pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial juga
merupakan upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan mengingat
pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti kesehatan dan pendidikan secara teori
dapat menurunkan tingkat kemiskinan. Selain itu, adanya pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kualitas manusia juga secara teori mampu menurunkan kemiskinan melalui
peningkatan penghasilan dan pengurangan pengangguran.
Oleh karena itu, dikembangkan model ekonomi untuk mengetahui interaksi interaksi
beberapa instrumen dan pengaruh kebijakan fiskal dalam APBD dengan menggunakan
analisis regresi data panel. Beberapa indikator yang digunakan dalam analisis tersebut
adalah pembangunan seperti IPM (Indeks Pembangunan Manusia) dan PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) terhadap pengurangan kemiskinan di Sulteng. Dengan
menggunakan variable kemiskinan (LnPOOR) sebagai variable terikat/dependen
sedangkan variable bebas/independent terdiri dari belanja APBD Fungsi Pendidikan
(LnEDUC), Fungsi Kesehatan (LnHEALTH), Fungsi Perlindungan Sosial (LnSOS), PDRB
(LnPDRB), dan IPM(LnIPM).
Dengan menggunakan model ekonomi ini, Kanwil DJPB Sulteng mencoba
mengidentifikasi factor yang berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Sulteng. Data
yang digunakan berupa data panel dengan series data selama tahun 2017-2020 pada 13
kabupaten yang menjadi objek penggunaan dana desa di Sulteng (n=52).
Ln(POORit) = β0 + β1 Ln(EDUCit) + β2 Ln(HEALTHit) + β3 Ln(SOSit) + β4
Ln(PDRBit) +β5 Ln(IPMit) + β5 Ln(ECOit) eit
Model persamaan di atas akan diuji dengan menggunakan model Panel Data, dengan
terlebih dahulu melakukan pemilihan Model Panel yang digunakan (PLS, Common Effext,
Fixed Effect, atau Random Effect). Berdasarkan hasil pemilihan model panel yang
dilakukan, hasil Uji Chow (Likelihood Ratio) menunjukkan nilai koefisien Prob<chi2 =
0,0000 (prop F < α), hasil pengujian hausman test menunjukkan bahwa koefisien
Prob>chi2 = 0,2658 (Prob F > α), dan hasil pengujian Langrange Multiplier (LM)
menunjukkan nilai koefisien Breusch Pagan Mulitplier Prob<chibar = 0,000 (Prob F < α),
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi yang paling sesuai adalah
Common Effect Model (CEM). Adapun hasil lengkap pemilihan model panel data dan
hasil pengujian regresi common effect terdapat dalam lampiran.
BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 78
Hasil uji regresi terhadap semua variable di atas dengan Common Effect pada aplikasi
Eviews 11.0, diperoleh hasil sebagaimana tabel 4.12 berikut ini.
Tabel 4.12. Analisis Regresi Belanja Daerah terhadap Kemiskinan
Dependent Variable: KEMISKINAN
Method: Panel Least Squares
Date: 02/27/21 Time: 11:24
Sample: 2017 2020
Periods included: 4
Cross-sections included: 13
Total panel (balanced) observations: 52
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 47.12706 5.443371 8.657697 0.0000
EKONOMI 4.65E-11 7.47E-11 0.622542 0.5367
IPM -0.451812 0.084251 -5.362668 0.0000
KESEHATAN -4.27E-11 2.10E-11 -2.028886 0.0484
PDRB -0.112537 0.155019 -0.725953 0.4716
PENDIDIKAN 4.66E-13 4.82E-12 0.096753 0.9234
PERLINDUNGAN_SOSIAL -1.38E-11 4.01E-11 -0.343489 0.7328
Root MSE 2.233937 R-squared 0.536081
Mean dependent var 14.22308 Adjusted R-squared 0.474225
S.D. dependent var 3.311818 S.E. of regression 2.401411
Akaike info criterion 4.714639 Sum squared resid 259.5048
Schwarz criterion 4.977307 Log likelihood -115.5806
Hannan-Quinn criter. 4.815340 F-statistic 8.666612
Durbin-Watson stat 0.314640 Prob(F-statistic) 0.000003
Sumber: Output pengujian Eviews11, diolah
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik, dihasilkan uji autokorelasi sebagai berikut:
Tidak tahu Tidak tahu Autokorelasi + Tidak ada korelasi autokorelasi -
0 1,3090 1,8183 2,1817 2,691 4
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi sesuai kritaria yang dikemukakan oleh
Ghozali (2013:138). Dari kriteria tersebut disimpulkan hasil pengujian model regresi.
Hasil pengujian membuktikan secara empiris bahwa variabel kebijakan fiskal pemerintah
daerah yang diproksikan dalam belanja APBD fungsi pendidikan, fungsi kesehatan,
fungsi ekonomi, fungsi perlindungan sosial, IPM dan PDRB sebagai variabel bebas
memiliki korelasi positif terhadap kemiskinan yang ada di Sulteng. Semua variable,
kecuali variable IPM, dinyatakan berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Nilai
konstanta terbesar dimiliki oleh fungsi pendidikan sebesar 0,9234 yang berarti jika semua
variabel dianggap konstan,maka setiap peningkatan rata-rata 1 persen 1 persen fungsi
pendidikan akan menyebabkan penurunan jumlah penduduk miskin secara rata-rata
sebesar 0.9234 persen.
Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa semua variable berpengaruh (IPM tidak
signifikan) terhadap tingkat kemiskinan, dan dapat disimpulkan bahwa untuk
mengentaskan kemiskinan pemda di provinsi Sulteng dalam melakukan spending tidak
79 BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
memfokuskan pada satu dua belanja saja namun perlu melihat aspek yang lain secara
merata. Beberapa variable yang digunakan seperti IPM dan belanja fungsi pendidikan
memiliki keterkaitan satu sama lain, namun dari hasil pengujian diperoleh bahwa variable
belanja fungsi pendidikan memiliki korelasi yang lebih kuat dibanding IPM dan hal ini logis
mengingat IPM merupakan salah satu outcome dari belanja pendidikan sama seperti
halnya kemiskinan.
4.7 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH
4.8.1 Belanja Daerah Sektor Pendidikan
Mandatory spending untuk sektor pendidikan tahun 2020 ditetapkan minimal sebesar 20
persen dari APBD dan telah dilakukan oleh sebagian besar pemerintah daerah se-
Sulteng. Hal ini dapat dilihat dari realisasi belanja sektor pendidikan tahun 2020 yang
mencapai Rp 4,37 triliun atau 22,14 persen dari total belanja daerah. Berdasarkan grafik
4.13. terdapat 6 pemda yang realisasi belanja pendidikannya dibawah 20 persen yaitu
Kota Palu, Kabupaten Morowali Utara, Banggai Laut, Sigi, , Morowali dan Donggala.
Grafik 4.13. Perbandingan Realisasi Belanja Pendidikan Dengan Total Belanja Daerah TA 2020
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
4.8.2 Belanja Daerah Sektor Kesehatan
Mandatory spending untuk sektor kesehatan tahun 2020 ditetapkan minimal sebesar 10
persen dari APBD diluar Belanja Pegawai dan telah dilakukan oleh seluruh pemerintah
daerah se-Sulteng. Hal ini dapat dilihat dari realisasi belanja sektor kesehatan tahun 2020
yang mencapai Rp 3,3 triliun atau 30,69 persen dari total belanja daerah diluar Belanja
Pegawai. Gambaran secara rinci per daerah dapat dilihat dalam grafik 4.14.
26.69%27.70%
19.73%
22.42%
23.95%
23.19%
17.09%
23.30%
30.12%
23.87%
18.66%
17.62%
17.87%
17.75%
22.14%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
Rasio Belanja Pendidikan Thd Total Belanja Rata-rata Rasio
BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 80
Grafik 4.14. Rasio Realisasi Belanja Kesehatan Tahun 2020
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
4.8.3 Belanja Infrastruktur Daerah
Mandatory spending untuk sektor infrastruktur daerah tahun 2020 ditetapkan minimal
sebesar 25 persen dari DAU. Alokasi ini digunakan untuk belanja infrastruktur daerah
yang langsung terkait dengan percepatan pembangunan fasilitas pelayanan publik dan
ekonomi dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, dan
mengurangi kesenjangan penyediaan layanan publik antar daerah. Realisasi belanja
sektor infrastruktur daerah tahun 2020 mencapai Rp 2,26 triliun. Gambaran secara rinci
per daerah dapat dilihat dalam grafik berikut
Grafik 4.15. Realisasi Belanja Infrastruktur Daerah di Sulteng Tahun 2020
Sumber: DPPKAD Prov. Sulteng dan Pemda Lingkup Provinsi Sulteng, data diolah
Belanja infrastruktur daerah Kabupaten Parigi Moutong menempati porsi terbesar dengan
nilai mencapai Rp349,47 miliar. Kabupaten Donggala menempati peringkat terendah
dengan porsi belanja infrastruktur daerah sebesar Rp54,76 miliar. Semakin besar dana
yang direalisasikan untuk belanja infrastruktur daerah menunjukkan tingkat keseriusan
pemda untuk membenahi infrastruktur di daerahnya masing-masing.
17.48%
34.31%
14.66%
37.59%
49.46%
31.27%25.86%
39.57%
47.54%
28.99%
19.79% 20.82%
37.58%
24.80%
30.69%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
Rasio B. Kesehatan Thd Total Belanja Dikurangi B. Pegawai Rata-rata Rasio
Rp305,99 M
Rp136,23 M
Rp54,76 M
Rp59,08 M
Rp186,86 M
Rp109,46 M
Rp142,79 M
Rp87,95 M
Rp349,47 M
Rp190,94 M
Rp182,99 M
Rp104,83 M
Rp151,82 M
Rp196,69 M
- 100,000,000,000 200,000,000,000 300,000,000,000 400,000,000,000
PEMPROV
POSO
DONGGALA
TOLI-TOLI
BANGGAI
B U O L
MOROWALI
BANGKEP
PARIMO
TOUNA
SIGI
BANGLUT
MORUT
PALU
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
BAB VPERKEMBANGAN DAN
ANALISIS PELAKSANAANANGGARAN KONSOLIDASIAN
(APBN DAN APBD)
BAB VPERKEMBANGAN DAN
ANALISIS PELAKSANAANANGGARAN KONSOLIDASIAN
(APBN DAN APBD)
Gambar : Antara Foto/Didik Suhartono Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulteng
Rp
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
Ringka sg ra f i s Bab VRingka sg ra f i s Bab Vlaporan realisasi anggaran konsolidasian sulteng 2020
-75,77%
pendapatan
kONSOLIDASIAN
Rp6.428 M
belanja KONSOLIDASIAN
Rp6.428 M-75,77%
PERPAJAKANRp5,3 T*)-4,62%
*)KONSOLIDASI
TRANSFERRp0 *)-100%
HIBAHRp229,4 M*)
-89,70%
BUKAN PAJAKRp899,8 M*)
-44,24% B. PEMERINTAHRp25,6 T*)
4,90%
TRANSFERRp1,01 T*)-59,17%
*)KONSOLIDASI
81 BAB V : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN
(APBN DAN APBD)
5.1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN
Dalam menjalankan roda pemerintahan yang harmonis, maka pemerintah pusat dan
pemerintah daerah perlu bersinergi menghasilkan sistem data yang yang terintegrasi
yang dapat menggambarkan semua sumber daya keuangan baik yang bersumber dari
APBN maupun APBD guna mendukung sinergi kebijakan fiskal yang inklusif. Dengan
tujuan tersebut maka penyusunan data konsolidasian sangat bermanfaat dalam rangka
menyediakan informasi bagi publik/stakeholders yang dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi dalam pengambilan keputusan kebijakan fiskal. Di tingkat provinsi, laporan
tersebut disusun oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan berdasarkan data statistik keuangan
pemerintah Government Financial Statistics (GFS). Laporan Konsolidasian Tingkat
Wilayah merupakan konsolidasian seluruh pendapatan/belanja Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang sama, dan telah
dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi).
Tabel 5.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020 (dalam Juta Rupiah)
URAIAN 2019 2020
Pusat Daerah Konsolidasi Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan
(%)
Pendapatan Negara 4.838.304 21.689.106 26.527.410 4.560.205 18.092.227 6.428.333 -75,77%
Pendapatan Perpajakan
4.285.335 1.270.302 5.555.637 4.005.025 1.294.136 5.299.161 -4,62%
Pendapatan Bukan Pajak
552.969 1.060.633 1.613.602 555.179 344.632 899.811 -44,24%
Transfer* 0 17.132.343 17.132.343 0 16.224.099 0 -100,00%
Hibah 0 2.225.828 2.225.828 0 229.360 229.360 -89,70%
Belanja Negara 24.374.163 19.277.908 26.877.413 23.662.819 19.170.056 26.608.775 -1,00%
Belanja Pemerintah 7.599.505 16.803.265 24.402.770 7.438.720 18.159.685 25.598.405 4,90%
Transfer* 16.774.658 2.474.643 2.474.643 16.224.099 1.010.371 1.010.371 -59,17%
Surplus/Defisit -19.535.859 2.411.198 -350.003 -19.102.614 -1.077.828 -20.180.443 5665,79%
Pembiayaan 0 891.055 891.055 2.860.102 2.860.102 220,98%
Penerimaan Pembiayaan
0 978.727 978.727 0 2.877.233 2.877.233 193,98%
Pengeluaran Pembiayaan
0 87.672 87.672 0 17.131 17.131 -80,46%
SiLPA -19.535.859 3.302.253 541.052 -19.102.614 1.782.274 -17.320.340 -3301,23%
Sumber: GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah) *) Seluruh Pengeluaran Transfer pemerintah pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah
Berdasarkan Laporan Konsolidasi di atas, terjadi penurunan hampir di setiap komponen
pendapatan dan belanja sebagai dampak dari refocusing dan realokasi anggaran dalam
penanganan COVID19. Pendapatan konsolidasi Tahun 2020 mengalami penurunan
signifikan sebesar Rp6,42 triliun atau -75,77 persen dibandingkan periode sebelumnya
sebesar Rp26,52 triliun. Sama halnya, dari komponen belanja konsolidasian juga
BAB V : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) 82
mengalami penurunan realisasi. Pada tahun 2020 belanja pemerintah tercatat terealisasi
sebesar Rp26,08 triliun, turun satu persen dibanding tahun sebelumnya yang terealisasi
sebesar Rp26,87 triliun.
5.2 PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Pendapatan pemerintah konsolidasian terdiri dari penerimaan perpajakan, PNBP, hibah
dan transfer dana bantuan ke desa. Dari total pendapatan konsolidasian Tahun 2020
sebesar Rp6,42 triliun tersebut, sebesar 82,43 persen merupakan pendapatan
perpajakan, 14 persen dari pendapatan bukan pajak (PNBP) dan sisanya sebesar 3,57
persen merupakan pendapatan hibah.
Pendapatan Pemerintah Pusat tersebut selanjutnya akan didistribusikan kepada
Pemerintah Daerah berupa dana transfer maupun belanja Pemerintah Pusat di daerah
berupa belanja Dekon/TP/UB.
Pada Tahun 2020, dari empat jenis
pendapatan negara konsolidasian tingkat
Provinsi Sulawesi Tengah tersebut (Grafik
5.1), realisasi pendapatan perpajakan
memiliki proporsi paling besar dibandingkan
dengan jenis pendapatan yang lain yaitu
sebesar 82,43 persen atau Rp5,29 triliun dari
total pendapatan konsolidasi 2020. Angka itu
cukup jauh jika dibandingkan proporsi
pendapatan konsolidasi Tahun 2019 dimana
pendapatan transfer mendominasi terbesar
sebesar 78,99 persen. Perbedaan ini
dikarenakan pada Tahun 2020 Pengeluaran Transfer pemerintah pusat telah dieliminasi
dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah.
Secara mendetail, perbandingan penerimaan pemerintah pusat dan daerah terhadap
penerimaan konsolidasi (Grafik 5.2.) pendapatan konsolidasian didominasi pendapatan
perpajakan konsolidasian sebesar 79,59 persen atau Rp5,29 triliun. Pendapatan
perpajakan konsolidasian sebesar Rp 5,29 triliun tersebut terdiri dari 74,47 persen
penerimaan perpajakan Pemerintah Pusat 25,53 persen merupakan penerimaan
perpajakan Pemerintah Daerah. Sedangkan perbandingan PNBP konsolidasian terhadap
total pendapatan konsolidasian sebesar 13,51 persen atau sebesar Rp 899 miliar.
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
2019 2020
Bill
ions
Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak
Hibah Transfer
Sumber : GFS Preleminary Tahun 2020
Grafik 5.1. Proporsi Pendapatan Konsolidasi
Tahun 2020
83 BAB V : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
PendapatanNegara
PendapatanPerpajakan
PendapatanBukan Pajak
Transfer Hibah
4,5604,005
555
0 0
18,092
1,294345
16,224
229
22,652
5,299900
16,224
229
Bil
lio
ns
Pusat Daerah Total
Grafik 5.2. Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020
Sumber: GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
2. Analisis Perubahan
Pada Tahun 2020, pendapatan
perpajakan konsolidasian mencapai
Rp5,29 triliun, mengalami penurunan
sebesar Rp 0,25 triliun atau -4,61 persen
dari tahun sebelumnya sebesar Rp5,55
triliun . Penerimaan perpajakan ini terdiri
dari penerimaan perpajakan dalam
negeri sebesar Rp 5,06 triliun dan
penerimaan perpajakan internasional Rp
230,56 miliar. Sebesar 74,47 persen dari
penerimaan perpajakan dalam negeri
tersebut merupakan penerimaan
Pemerintah Pusat dan sisanya sebesar 25,53 persen merupakan penerimaan
Pemerintah Daerah. Sedangkan Penerimaan perpajakan internasional seluruhnya
merupakan penerimaan Pemerintah Pusat.
3. Rasio Pajak (Tax Ratio)
a. Rasio Pajak Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah
Perkembangan rasio pajak
terhadap PDRB di wilayah
Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2020 adalah sebesar
2,68 persen, lebih rendah
dibanding rasio perpajakan
nasional sebesar 9,1 persen.
Uraian Tahun 2019 Tahun 2020
Penerimaan Perpajakan Konsolidasi
5.555.637.505.299 5.299.160.993.838
PDRB Provinsi Sulawesi Tengah
166.403.000.000.000 197.440.000.000.000
Rasio Pajak 3,33% 2,68%
Grafik 5.3. Perbandingan Perpajakan Pusat dan Daerah
terhadap Perpajakan Konsolidasian Tahun 2020
Sumber: GFS Preleminary 2019 Kanwil DJPb Provinsi
Sulteng (data diolah)
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
PajakDalam Negeri
PajakPerdaganganInternasional
Juta
Rupia
h
Daerah
Pusat
Tabel 5.2. Rasio Pajak Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng,
BPS (data diolah)
BAB V : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) 84
560,253
91,214 75,252
214,781
215,514
144,109
1,034,370
276,754
430,304
93,712
163,043 157,598
98,203
585,257
295,740
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
Palu Sigi Parimo Donggala Poso Touna Morowali MorowaliUtara
Banggai BanggaiKepulauan
BanggaiLaut
Tolitoli Buol Provinsi
Pajak Perkapita Rata-rata
Rasio pajak di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah tersebut turun sebesar 0,65 persen
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 3,33 persen. Penurunan rasio
pajak ini menunjukkan bahwa penerimaan pajak secara nominal mengalami penurunan
dan penurunan tersebut lebih tinggi dari kenaikan potensi perpajakan yang dapat diterima
oleh pemerintah. Dengan kondisi terkoreksinya penerimaan pajak karena besarnya nilai
pengembalian pajak kepada wajib pajak, pemerintah hendaknya tetap menjaga dan
mengoptimalkan basis pajak melalui usaha intensifikasi penerimaan perpajakan yang
mempunyai elastisitas tinggi dan peningkatan penyerapan insentif usaha oleh pelaku
usaha terdampak COVID19.
b. Rasio Pajak per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah
Pajak perkapita adalah perbandingan antara jumlah penerimaan pajak yang dihasilkan
suatu daerah dengan jumlah penduduknya. Pajak perkapita menunjukkan kontribusi
setiap penduduk pada pendapatan perpajakan suatu daerah. Secara spasial
kabupaten/kota di Sulawesi Tengah, Kabupaten Morowali merupakan daerah dengan
pajak perkapita tertinggi yaitu sebesar Rp1,03 juta per kapita. Hal ini berarti setiap
penduduk di Kabupaten Poso berkontribusi terhadap penerimaan perpajakan sebesar Rp
1,03 juta.
Grafik 5.5. Pajak Perkapita Konsolidasian per Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020
Sumber: GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
4. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan
Konsolidasian
Pada Tahun 2020 PDRB ADHB Provinsi Sulawesi Tengah terealisasi sebesar Rp 197,44
triliun dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,45 persen (y-on-y). Sedangkan pada
periode yang sama, pendapatan yang diterima Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
terealisasi sebesar Rp 6,42 triliun, mengalami penurunan sebesar 4,83 persen. Dengan
adanya selisih angka pertumbuhan ekonomi dan kenaikan pendapatan tersebut,
menunjukkan masih adanya potensi penerimaan sebagai akibat pertumbuhan ekonomi
85 BAB V : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
yang belum dioptimalkan oleh Pemerintah Daerah. Namun secara umum, pertumbuhan
ekonomi yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah berpengaruh positif terhadap kenaikan
pendapatan konsolidasian.
Tabel 5.3. Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pusat dan Pemda di Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 dan 2020
Sumber: GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
5.3 BELANJA KONSOLIDASIAN
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Pada Tahun 2020, total belanja pemerintah pusat lebih besar dari total belanja
Pemerintah Daerah Provinsi Sulteng. Namun realisasi belanja dan transfer setelah
dilakukan konsolidasi menjadi sebesar Rp 26,60 triliun dengan proporsi 72,04 persen
bersumber dari anggaran Pemerintah Daerah dan sisanya sebesar 27,96 persen dari
anggaran Pemerintah Pusat.
Grafik 5.6 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap
Belanja dan Transfer Konsolidasian Tahun 2020 Sumber: GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Pada grafik di atas, belanja pemerintah pusat melalui transfer menjadi belanja terbesar
dengan realisasi 63 persen atau Rp16,22 triliun dari total belanja konsolidasian disusul
belanja barang sebesar 12,03 persen dan belanja pegawai sebesar 9,26 persen.
Sementara itu, pada pemerintah daerah, belanja pegawai menjadi belanja dengan
realisasi terbesar yaitu 28,48 persen dari total belanja konsolidasi. Belanja barang dan
belanja modal menempati urutan kedua pada belanja pemerintah daerah dengan
realisasi masing-masing sebesar 16,50 persen dan 12,67 persen.
Uraian 2019 2020
Realisasi Kenaikan Realisasi Kenaikan
Pendapatan Perpajakan 5.555.637.505.299 26,39% 5.299.160.993.838 -4,45%
Pendapatan Bukan Pajak 1.613.601.147.963 9,55% 899.811.247.739 -55,7%
Total 7.169.238.653.262 22,16% 6.428.332.675.751 10,33%
PDRB/Pertumbuhan Ekonomi 166,40 T 10,46% 197,44 T 4,45%
BelanjaPegawai
BelanjaBarang
BelanjaModal
BelanjaPembay
aranBungaUtang
BelanjaSubsidi
BelanjaHibah
BelanjaBantuanSosial
BelanjaTak
Terduga
BelanjaLain-lain
Transfer
Pusat 2,371,8 3,079,7 1,979,2 - - - 7,951,3 - - 16,224,
Daerah 7,292,0 4,225,7 3,244,9 1,723,0 853,840 870,946 2,266,3 257,092 - 1,010,3
-
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
mili
ar
rupia
h
Pusat Daerah
BAB V : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) 86
2. Analisis Perubahan
Realisasi belanja konsolidasian Tahun 2020 sebesar Rp 26,60 triliun, mengalami
kenaikan sebesar Rp 0,26 triliun atau satu persen lebih tinggi jika dibandingkan Tahun
2018 sebesar Rp26,87 triliun.
Komposisi realisasi belanja konsolidasian
Tahun 2020 mengalami peningkatan pada
hampir semua komponen belanja. Secara
persentase, kenaikan terbesar terjadi pada
komponen belanja transfer dan belanja
pegawai dengan peningkatan masing-masing
sebesar 1,75 persen dan 1,41 persen.
Sedangkan belanja modal pada Tahun 2020
mengalami menurunan sebesar 3,96 persen.
Salah satu faktor penurunan komposisi
belanja modal tersebut adalah permintaan
pemerintah untuk mengubah skema proyek
dari single year menjadi multiyears dalam
rangka fokus penanganan COVID19.
3. Analisis Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Terhadap Total Belanja
Konsolidasian.
Pada Tahun 2020 rasio belanja
operasi terhadap total belanja
konsolidasian di Provinsi
Sulawesi Tengah sebesar 66,29
persen, mengalami kenaikan
dibandingkan Tahun 2019
sebesar 46,70 persen. Kenaikan
ini terjadi baik dari nilai nominal dan persentase. Hal ini menunjukkan bahwa alokasi
anggaran pemerintah untuk kegiatan operasi semakin meningkat untuk mendukung
operasional pemerintahan di tingkat daerah.
4. Rasio Belanja Konsolidasian Terhadap Jumlah Penduduk
Rasio belanja konsolidasian terhadap jumlah penduduk (belanja konsolidasian perkapita)
menunjukkan seberapa besar belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang
digunakan untuk menyejahterakan per-penduduk di suatu daerah.
Uraian 2019 2020
Konsolidasi Rasio Konsolidasi Rasio
Belanja Operasional
12.551.839.977.627
46,70%
16.969.336.127.083
66,29% Total Belanja dan Transfer
26.877.414.215.592 25.598.404.667.339
Grafik 5.2 Komposisi Belanja
Konsolidasian Tahun 2019 dan 2020
Sumber : GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil
DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
BelanjaPegawai
BelanjaBarang
BelanjaModal
BelanjaPembayara
n BungaUtang
BelanjaSubsidi
BelanjaHibah
BelanjaBantuanSosial
Belanja TakTerduga
BelanjaLain-lain
Transfer
2019
2020
Tabel 5.4. Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Provinsi
Sulawesi Tengah
Sumber : GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil DJPb Provinsi
Sulteng (data diolah)
87 BAB V : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
2,607,057
10,763,192 11,219,126
9,275,743
9,058,424
12,228,364
20,474,307
13,657,944
6,369,703
14,899,298
12,985,364
20,651,305
16,649,576
10,358,172
12,228,398
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
PROVINSI POSO DONGGALA TOLI-TOLI BANGGAI B U O L MOROWALI BANGKEP PARIMO TOUNA SIGI BANGLUT MORUT PALU
Belanja/Kapita Rata-rata
Grafik 5.7. Perhitungan Belanja Per Kapita 2018 – 2020
Uraian 2018 2019 2020 2020
Belanja Pusat 22.927.173 24.374.163 23.662.818 23.662.818
Belanja Daerah 19.093.563 19.277.908 19.170.055 19.170.055
Konsolidasi 26.456.912 26.877.413 26.608.775 26.608.775
Jumlah Penduduk 3.001.922 3.042.157 3.015.734* 2.958.573**
Belanja Konsolidasi 8.813.324 8.834.985 8.823.316 8.993.786
Sumber : GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, BPS (data diolah)
*Menggunakan Proyeksi Penduduk Indonesia 2015 - 2045 Hasil SUPAS 2015
** Menggunakan Hasil SP2020
Belanja perkapita yang semakin besar nilainya menunjukan semakin besar belanja yang
dikeluarkan untuk menyejahterakan satu orang penduduk wilayah tersebut. Sebaliknya,
semakin kecil angka rasionya semakin kecil dana yang tersedia bagi pemda untuk
peningkatan kesejahteraan penduduknya. Rasio total belanja konsolidasian terhadap
jumlah penduduk berdasarkan hasil SP2020 Provinsi Sulawesi Tengah adalah Rp 8,93
juta per kapita. Hal ini berarti dalam rangka meningkatkan kesejahteraan penduduknya,
selama Tahun 2020 pemerintah telah membelanjakan sebesar Rp 8,93 juta untuk setiap
jiwa penduduknya, meningkat tipis dibanding dengan Tahun 2019 yang terealisasi
sebesar Rp 8,83 juta per jiwa.
Grafik 5.8. Perkembangan Belanja Pemerintah Konsolidasian Per Jiwa Kabupaten/Kota pada Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 dan 2020
Sumber: GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, BPS (diolah)
Apabila dibandingkan antar regional, terdapat kesenjangan/perbedaan rasio yang cukup
tinggi. Hal ini antara lain karena adanya kesenjangan jumlah belanja pemerintah dan
kesenjangan jumlah penduduk antara kabupaten/kota. Kabupaten Morowali mempunyai
rasio belanja perkapita tertinggi sebesar Rp20,4 juta/kapita dikarenakan kabupaten
tersebut mempunyai alokasi belanja Rp2.44 triliun dengan penduduk rendah (119.290
jiwa). Sedangkan yang terjadi pada Kabupaten Parigi Moutong jumlah penduduknya lebih
banyak (482.790 jiwa) namun alokasi belanja konsolidasi pemerintahnya relatif kecil (Rp
3,0 triliun) sehingga rasio belanja per jiwa menjadi rendah.
BAB V : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) 88
PosoDonggal
aTolitoli Banggai Buol
Morowali
Bangkep
Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
2019 1,367,9 1,033,8 1,080,7 1,076,1 406,014 1,768,4 1,537,7 889,227 1,710,8 1,182,5 1,338,3 1,514,8 902,456
2020 1,385,2 1,168,4 966,031 1,017,2 1,520,3 1,332,0 1,354,3 930,069 1,603,5 1,090,8 1,732,7 1,501,9 829,649
Chg (%) 1.3% 13.0% -10.6% -5.5% 274.5% -24.7% -11.9% 4.6% -6.3% -7.8% 29.5% -0.9% -8.1%
-50.0%
0.0%
50.0%
100.0%
150.0%
200.0%
250.0%
300.0%
-
10
20
30
Ratu
san
Rib
u
2019 2020 Chg (%)
5. Rasio Belanja Pendidikan Konsolidasian Terhadap Jumlah Penduduk
Dengan semakin besarnya belanja pendidikan yang dikeluarkan di Provinsi Sulawesi
Tengah, maka komitmen pemda untuk meningkatkan pendidikan satu penduduk di
wilayah tersebut semakin besar kemungkinan tercapainya. Rasio belanja pendidikan
konsolidasian terhadap jumlah penduduk (belanja pendidikan konsolidasian perkapita)
Tahun 2020 di lingkup Provinsi Sulawesi Tengah berada di angka Rp1,15 juta/kapita, naik
dibandingkan rasio Tahun 2019 sebesar Rp 1,15 juta/kapita. Secara persentase,
Kabupaten Buol memiliki peningkatan belanja konsolidasian yang signifikan yaitu sebesar
274,5 persen, dibandingkan belanja konsolidasian Tahun 2019. Besarnya anggaran
pendidikan mengalami kenaikan Rp154,98 miliar dengan rasio belanja pendidikan
konsolidasian Rp1,52 juta/kapita.
Grafik 5.9. Rasio Belanja Pendidikan Konsolidasian Per Jiwa Kabupaten/Kota pada Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 dan 2019 (dalam Juta Rupiah/Kapita)
Sumber: GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, BPS (diolah)
Berdasarkan grafik 5.9 di atas, selain Kabupaten Buol, terdapat 4 kabupaten dengan
kenaikan rasio belanja pendidikan konsolidasi yaitu Kabupaten Poso, Donggala, Parigi
Moutong dan Banggai Laut. Sedangkan 8 kabupaten/kota lainnya mengalami penurunan
rasio. Penurunan tertinggi berada pada Kabupaten Morowali dengan penurunan sebesar
-24,7 perseb. Rasio belanja pendidikan konsolidasi tertinggi dicapai oleh Kabupaten
Banggai Laut sebesar Rp1,73 juta, Kabupaten Tojo Una-Una sebesar Rp1,60 juta dan
Kabupaten Buol sebesar Rp1,52juta.
5.4 SURPLUS/DEFISIT
Keseimbangan umum atau surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan
daerah dan belanja daerah dalam tahun anggaran yang sama. Surplus/defisit dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian Tingkat Wilayah merupakan gabungan
surplus/defisit APBD ditambah surplus/defisit LKPP Tingkat Wilayah.
89 BAB V : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
1. Komposisi Surplus/Defisit Konsolidasian dan Rasio
Pada Tahun 2020 Defisit Pemerintah Konsolidasian di Provinsi Sulawesi Tengah
mengalami defisit Rp20,18 triliun. Sebagian besar defisit tersebut berasal dari Pemerintah
Pusat di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah dan defisit dari Gabungan Pemerintah Daerah
Sulawesi Tengah. Pemerintah Pusat di wilayah Sulawesi Tengah menyumbang defisit
Rp19,10 triliun dan gabungan Pemda Sulawesi Tengah menyumbang defisit sebesar
Rp1,07 triliun. Sedangkan rasio surplus/defisit konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah
terhadap PDRB (2020=Rp197,44), mencapai 10,22 persen terdiri dari gabungan pemda
Sulawesi Tengah sebesar 0,54 persen dan Pemerintah Pusat sebesar 9,68 persen.
Besarnya defisit pemerintah pusat tersebut terkait dengan fungsi APBN sebagai fungsi
distribusi.
Tabel 5.5. Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB Pada Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil DJPb Prov. Sulteng, BPS Prov. Sulteng (data diolah)
Sumber : Sumber: GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (diolah)
2. Perbandingan Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian dengan PDRB Antar
Kabupaten/Kota
Pada laporan konsolidasi surplus/defisit anggaran Tahun 2020, 4 pemda kabupaten di
Sulteng mengalami kondisi surplus dan 10 pemda lainnya mengalami defisit, sehingga
secara keseluruhan keseimbangan umum atau surplus/defisit Tahun 2020 berada pada
posisi minus (defisit). Defisit konsolidasian tertinggi terjadi di Kota Palu dan Pemerintah
Provinsi Sulteng dengan nilai defisit masing-masing sebesar minus Rp2,87 triliun dan
Rp1,33 triliun. Sedangkan surplus konsolidasian tertinggi terjadi di Kabupaten Poso dan
Kabupaten Banggai dengan nilai surplus masing-masing sebesar Rp 1,54 triliun dan
Rp321,7 miliar. Untuk mengetahui besarnya angka surplus/defisit tersebut terhadap
kontribusi pembentuk PDRB, maka angka surplus/defisit tersebut dapat dibandingkan
dengan kontribusi PDRB per Kabupaten/Kota di Sulteng.
Pada grafik 5.11, dapat dicermati bahwa rasio surplus/defisit terhadap PDRB terbesar
berada di Kabupaten Poso dengan rasio 16,70 persen. Dua kabupaten yang mencatatkan
rasio positif yaitu Kabupaten Tolitoli sebesar 0,54 persen dan Kabupaten Banggai
sebesar 1,17 persen. Sedangkan Kota Palu mencatatkan rasio paling rendah dengan
angka negatif 11,89 persen
Uraian Surplus/Defisit Rasio
terhadap PDRB Realisasi Komposisi
Gabungan Pemda di Sulawesi Tengah -1.077.828.419.174 5,34% 0,54%
Pemerintah Pusat di Wilayah Sulteng -19.102.614.302.835 -94,33% 9,68%
Konsolidasian -20.180.442.722.009 100,00% 10,22%
BAB V : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) 90
-15.00%
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
Pe
mp
rov
Po
so
Don
gga
la
Tolito
li
Ba
ng
gai
Bu
ol
Moro
wali
Ba
ng
ke
p
Pa
rimo
Tou
na
Sig
i
Ba
ng
lut
Moru
t
Pa
lu
-0.68%
16.70%
-5.95%
0.54%
1.17%
-1.50%
0.23%
-2.09%
-0.89%
-3.50%
-5.61%
-5.93%
-0.49%
-11.89%
Grafik 5.11. Rasio Surplus/Defisit Konsolidasi per Kabupaten/Kota Terhadap PDRB Kabupaten/Kota Tahun 2020
Sumber: GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil DJPb Prov. Sulteng, BPS (data diolah)
5.5 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT
1. Arah dan Sensitivitas dari Kebijakan Fiskal Pemerintah Daerah
Pada dasarnya yang ingin diketahui adalah arah dan sensitivitas dari kebijakan fiskal
Pemerintah Daerah yang tercermin dari belanja APBD. Untuk itu, analisis dilakukan
dengan memperbandingkan belanja APBN dan APBD dengan beberapa indikator
sebagai berikut:
a. Perbandingan Dengan Belanja APBN
1) Non belanja pegawai, untuk mengetahui proporsi sumber dana (non belanja
pegawai) yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, maka dapat diperbandingkan
dana APBN yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dengan belanja non
pegawai pada APBD dengan formula:
Rasio dana kelolaan belanja non pegawai = Belanja APBN (DK+TP+UB) Belanja non pegawai APBD
2,25% = 244.318.912.000 10.867.627.091.239
2) Belanja modal, indikator ini dimaksudkan untuk membandingkan belanja modal
yang bersumber dari APBN dan APBD yang merupakan motor pertumbuhan
regional, dengan formula:
Rasio Belanja Modal APBN-APBD = Belanja Modal APBN (KP/KD/DK/TP/UB) Belanja Modal APBD
60,99% = 1.979.217.750.366 3.244.962.201.415
b. Perbandingan Dengan Populasi
Indikator ini cenderung berfungsi sebagai perbandingan spasial antar wilayah, untuk
mendapatkan proporsi antara kebijakan fiskal yang tercermin dari anggaran dengan
indikator demografis (populasi). Sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih fair
besaran anggaran pada suatu wilayah. Formulanya adalah sebagai berikut:
91 BAB V : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
Rasio belanja terhadap populasi = Total Belanja APBN + APBD
Jumlah populasi
Rp8.911.983/jiwa = Rp 26.608.775.397.760
2.985.730 jiwa
c. Perbandingan Total Belanja Dengan Belanja Tertentu
Belanja modal infrastruktur, rasio ini untuk mengetahui tingkat fokus Pemerintah Daerah
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui alokasi belanja modal infrastruktur,
yang tercermin dari proporsi alokasi belanja modal dari belanja pada APBD, maka
digunakan formula.
Rasio Belanja Modal APBN-APBD = Belanja Modal APBD Belanja APBD
17,87% = 3.244.962.201.415 18.159.684.874.811
2. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Untuk melakukan analisis kontribusi pemerintah pada PDRB digunakan Laporan
Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah. Kontribusi Pemerintah terhadap
PDRB dimaksud terutama berasal dari belanja Pemerintah (G) dan Investasi (I). Data
yang digunakan untuk analisis tersebut dapat diambil dari Laporan Operasional
(Statement of Government Operations). Laporan Operasional adalah ringkasan
transaksi yang berasal dari interaksi yang disepakati bersama antara unit institusi pada
suatu periode akuntansi yang mengakibatkan perubahan posisi keuangan. Berikut
adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai salah satu komponen Laporan
Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun
Pelaporan 2020.
Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB dari Belanja Pemerintah dihitung dengan cara
membandingkan nilai Pengeluaran Konsumsi Pemerintah dengan PDRB. Sedangkan
kontribusi Pemerintah terhadap PDRB dari Investasi dihitung dari perbandingan nilai
PMTB dibagi dengan PDRB.
Berikut Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Umum Tingkat Wilayah Provinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2019 dan 2020 dan besarnya kontribusi belanja pemerintah
Terhadap PDRB dan juga Kontribusi Investasi Pemerintah Terhadap PDRB. (Tabel
5.6).
Berdasarkan tabel 5.6 dibawah, kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB Tahun
2020 sebesar 9,48 persen, turun sebesar 0,63 persen dibandingkan periode
sebelumnya, sedangkan kontribusi investasi pemerintah terhadap PDRB adalah 2,55
persen atau turun sebesar 1,19 persen dibandingkan Tahun 2019. Dari perhitungan di
atas juga dapat diketahui bahwa belanja pemerintah mempunyai kontribusi 3,71 kali
lebih besar dibandingkan investasi pemerintah.
BAB V : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) 92
Tabel 5.6. Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Umum Tingkat Wilayah
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 dan 2020
Akun Statistik Keuangan Pemerintah 2019 2020
Transaksi yang mempengaruhi kekayaan neto
I. Pendapatan: 34.188.301.949.237 30.091.151.512.459
a. Pajak 5.550.131.955.424 5.298.349.158.246
b. Kontribusi sosial 0 0
c. Hibah 2.647.148.870.691 224.487.719.014
d. Pendapatan lain 25.991.021.123.122 24.568.314.635.199
II. Beban: 20.934.117.783.981 21.384.595.445.979
a. Kompensasi pegawai 9.844.304.495.647 9.744.147.201.467
b. Penggunaan barang dan jasa 6.914.964.637.734 6.699.170.279.276
c. Konsumsi aset tetap 0 -
d. Bunga 2.028.719.197 1.723.036.001
e. Subsidi 602.401.500 853.840.000
f. Hibah 3.501.261.787.301 1.878.071.362.598
g. Manfaat sosial 70.307.557.360 2.274.272.448.585
h. Beban Lainnya 600.648.185.240 786.357.278.052
III. Keseimbangan operasi bruto/neto 13.254.184.165.256 8.706.556.066.480
IV. Transaksi Aset Non Keuangan Neto 6.423.752.484.725 5.224.179.951.781
a. Aset tetap 6.223.554.510.591 5.030.276.821.244
b. Persediaan 0 -
c. Barang berharga 0 -
d. Aset nonproduksi 200.197.974.134 193.903.130.537
Net Lending/Borrowing 6.830.431.680.530 3.482.376.114.699
Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban
a. Akuisisi Neto Aset Keuangan 6.827.527.380.464 3.479.760.147.966
- Domestik 6.827.527.380.464 3.479.760.147.966
- Luar Negeri 0 -
b. Keterjadian Kewajiban -2.904.300.066 (2.615.966.733)
- Domestik -2.904.300.066 (2.615.966.733)
- Luar Negeri 0 0
PDRB ADHB 166.402.000.000.000 197.440.000.000.000
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (G) 16.829.576.690.741 18.717.589.929.328
Kontribusi Belanja Pemerintah Terhadap PDRB 10,11% 9,48%
PMTB = III.a 6.223.554.510.591 5.030.276.821.244
Kontribusi Investasi Pemerintah Terhadap PDRB 3,74% 2,55%
Sumber: GFS Preleminary Tahun 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, BPS (data diolah)
Dapat disimpulkan, belanja pemerintah mempunyai kontribusi yang relatif besar dan
berdampak jangka yang lebih pendek dalam perekonomian dibandingkan dengan
investasi terutama terkait dengan pengadaan aset tetap. Dalam kondisi perekonomian
yang melambat akibat pandemi COVID19 dan perlambatan ekonomi baik global
regional, kontribusi pemerintah dari belanja pemerintah lebih dibutuhkan untuk dapat
segera memperbaiki kondisi perekonomian.
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
Gambar : Bataritours.com Pulai Kadidiri, Sulawesi Tengah
BAB VKEUNGGULAN DAN POTENSIEKONOMI SERTA TANTANGANFISKAL REGIONAL
BAB VIKEUNGGULAN DAN POTENSIEKONOMI SERTA TANTANGANFISKAL REGIONAL
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
Pertambangan dan Penggalian
Konstruksi
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan, dan Jaminan Sosial
Wajib
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Konstruksi
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan, dan Jaminan Sosial
Wajib
0 2.500 5.000 7.500 10.000 12.500
2015
2016
2017
2018
2019
MOROWALIMORUTBANGGAI
1.121,87
Tantangan fiskalmasih tingginya tingkat kemiskinan yaitu sebesar 13,44 persen dan ketimpangan pendapatan masyarakat (giniratio) yang masih berada di angka 0,321;Tingkat ketidakpatuhan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi yang berpotensimemperlambat proses penanganan pandemi dan membuat pemulihan ekonomi terhambat;Evaluasi secara berkala terhadap beberapa hal terkait penanganan pandemi di Sulawesi Tengah sepertikualitas data penerima bantuan, asimetris informasi terhadap penanganan pandemi di masyarakat, sampaidengan tingkat efektivitas kebijakan yang diambil;Sinkronisasi kebijakan fiskal pusat dan daerah dalam hal lanjutan penanganan Covid-19 dan upaya pemulihanekonomi
1.
2.
3.
4.
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik dan Gas, dll
K U A D R A N I
LQDLQK U A D R A N I
SHIFT-SHAREK U A D R A N I
KLASSEN
DLQ > 1 (PROSPEKTIF)LQ > 1 (BASIS)
PPWIJ > 0 (DAYA SAING +)
PPIJ > 0 (PERTUMBUHAN +)
RATA-RATA CONTRIBUTION PROVINSI >RATA-RATA NASIONAL
RATA-RATA GROWTH PROVINSI > RATA-RATA NASIONAL
Sektor Unggulan: Pertambangan dan PenggalianStruktur Ekonomi
2015 - 202012,24Laju Pertumbuhan
2015 - 202020,5Kontribusi Nilai Ekspor
BB MINERAL (2015 - 2020)
62,38%33,11%
BESI BAJA (2015 - 2020)
*) DATA HISTORIS PDRB SULTENG ADHK DAN PDB NASIONAL TAHUN 2011-2020
Daerah Produksi Nikel Sulteng2015-2019
Sektor Unggulan:Administrasi PemerintahanStruktur Ekonomi
2016 - 20205,92Laju Pertumbuhan
2016 - 20205,79
Sektor Unggulan: Pariwisata
Nilai Volume dan FoBKomoditas 2019
R I N G K A S G R A F I S B A B V I R I N G K A S G R A F I S B A B V IR I N G K A S G R A F I S B A B V I
2.676,09Volume
MINERAL
4.365,54FoB
2.185,55Volume
BAHAN BAKAR
FoB
*) DALAM RIBUANMETRIK TON
10.479,361.983,53
19,83
Wisman Asing
202059,52%Wisman Domestik
2015 - 20203,2Transportasi Udara
202060,83%Transportasi Laut
202063,34%
Jumlah Tamu Menginap
Penumpang Datang
ADHB
202010.961ADHK
20206.467
93 BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL
BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL
6.1 KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI REGIONAL
Pada bab-bab sebelumnya telah dipaparkan mengenai alokasi dan perkembangan
pelaksanaan anggaran bagi Provinsi Sultengserta analisis dampaknya terhadap
beberapa indikator ekonomi di Sulteng. Perekonomian Sulteng masih tetap tumbuh 4,86
persen pada Tahun 2020, walaupun sepanjang tahun dilanda pandemi Covid-19. Pada
tahun 2021,diperkirakan kondisi perekonomian di Sulteng terus membaik seiring dengan
pelaksanaan vaksin Covid-19 serta peningkatan potensi dan sektor unggulan yang dapat
dioptimalkan untuk meningkatkanperekonomian Sulteng.
Secara geografis, Sulteng memiliki potensi untuk menjadi provinsi dengan perekonomian
yang signifikan di Indonesia. Terlebih dengan dijadikannya Sulteng sebagai salah satu
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagaimana ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 31 Tahun 2014. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, Sulteng juga mencatatkan
pertumbuhan ekonomi paling tinggi kedua di tingkat nasional dan kawasan Kawasan
Sulampua dengan angka sebesar 4,86%. Walaupun dalam kurun waktu 3 tahun
mengalami 2 kali pukulan berturut-turut, yaitu bencana gempa bumi dan tsunami tahun
2018 dan pandemi Covid-19 sepanjang tahun 2020, namun perekonomian Sulteng selalu
tumbuh.
Resiliensi dan kemampuan bangkit yang baik tersebut seharusnya dapat mendorong
minat pelaku ekonomi untuk mengeksplorasi berbagai kekayaan yang ada di wilayah
Sulteng untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Sulteng. Sulteng memiliki beberapa
sektor potensial yang belum dioptimalkan misalnya pariwisata, pertambangan, perikanan,
danperkebunan. Pengembangan sektor-sektor unggulan selaras dengan agenda Nawa
Cita yang keenam dan ketujuh, yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing
di pasar internasional, serta mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
Dalam menentukan sektor-sektor unggulan digunakan tiga alat analisis, yaitu Dynamic
Location Quotient (DLQ), analisis Shift Share, dan Typology Klassen.
a) Dynamic Location Quotient (DLQ)
Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) merupakan pengembangan dari analisis
LQ (Location Quotient) dalam bantuk trend series. Alat analisis tersebut digunakan
untuk mengidentifikasi keunggulan komparatif suatu sektor di daerah terhadap
nasional. Analisis LQ digunakan untuk melihat sektor yang menjadi basis suatu
daerah. DLQ digunakan untuk melihat tingkat prospek suatu sektor yang perlu
BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL 94
diprioritaskan untuk dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi
daerah dengan melihat apakah LQ dan DLQ lebih besar dari satu (LQ>1).
Analisis dilakukan dengan menggunakan data PDRB Provinsi Sulteng dan PDB
Indonesia yang terbagi dalam 17 sektor dengan periode observasi tahun 2011-2020.
Hasil akhir analisis DLQ PDRB Provinsi Sulteng dalam bentuk kuadran ditampilkan
pada Tabel 6.1 sedangkan tabel perhitungan lengkapnya dilampirkan pada bagian
lampiran kajian ini.
Tabel 6.1. Tabel Kuadran Hasil Perhitungan Analisis LQ/DLQ PDRB Per-Sektor PDRB
LQDLQ (Kuadran)
DLQ > 1 (Prospektif)
DLQ < 1 (Tidak Prospektif)
LQ > 1 (Basis)
Kuadran I:
• Pertambangan dan Penggalian
• Konstruksi
• Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Kuadran II:
• Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
• Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
• Jasa Pendidikan
LQ <1 (Non Basis)
• Kuadran IV:
• Transportasi dan Pergudangan
• Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
• Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
• Informasi dan Komunikasi
• Jasa Keuangan dan Asuransi
• Real Estate
• Jasa Perusahaan
• Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
• Jasa lainnya
Sumber: Diolah dari Tabel PDRB Sulteng dan PDB Nasional
Berdasarkan Tabel diatas dihasilkan sektor yang masuk dalam kuadran I yang
memenuhi dua aspek basis dan prospektif, yaitu sektor pertambangan dan
penggalian, sektor kontruksi, dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan
jaminan sosial wajib.
b) Analisis Shift- Share
Alat analisis kedua yang digunakan Untuk melengkapi hasil analisis DLQ adalah
analisis Shift-share yang dikembangkan untuk menganalisis perubahan ekonomi dan
memperkuat analisis penentuan potensi dan prioritas pengembangan ekonomi
sektoral secara terinci. Metode ini menggambarkan kinerja sektor perekonomian di
Sulteng terhadap perekonomian nasional dengan melihat aspek daya saing dan
pertumbuhan suatu sektor.
Hasil dari perhitungan analisis Shiftshare dalam bentuk kuadran kami tampilkan pada
Tabel 6.2 sedangkan tabel perhitungan lengkapnya kami lampirkan pada bagian
lampiran kajian ini.
Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa sektor yang masuk dalam kuadran I harus
memenuhi dua aspek dimana nilai Ppij dan Pwij lebih besar dari 0 (Ppij>0). Terdapat
7 sektor yang masuk pada kuadran I, yaitu sector: (1) Pertanian, kehutanan, dan
perikanan, (2) Pertambangan dan penggalian, (3) Industri pengolahan, (4) Pengadaan
95 BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL
listrik dan gas, (5) Penyediaan akomodasi dan makan minum, (6) Administrasi
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, (7) perdagangan besar dan
eceran.
Tabel 6.2. Tabel Kuadran Hasil Perhitungan Analisis Shift-Share PDRB Per-Sektor PDRB
SS Ppwij > 0
(Daya Saing +) Ppwij < 0
(Daya Saing -)
Ppij > 0 (Pertumbuhan +)
Kuadran I:
• Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
• Pertambangan dan Penggalian
• Industri Pengolahan
• Pengadaan Listrik dan Gas
• Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
• Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
• Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Kuadran II: -
Ppij < 0 (Pertumbuhan -)
Kuadran III:
• Konstruksi
• Informasi dan Komunikasi
• Real Estate
Kuadran IV:
• Transportasi dan Pergudangan
• Jasa Keuangan dan Asuransi
• Jasa Perusahaan
• Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
• Jasa lainnya
• Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
• Jasa Pendidikan
*Sumber: Diolah dari Tabel PDRB Sulteng dan PDB Nasional
Dengan memenuhi kedua unsur tersebut maka berarti sektor-sektor tersebut adalah
sektor yang memiliki laju pertumbuhan cepat dan mampu bersaing dengan wilayah
lain di Indonesia.
c) Tipology Klassen
Untuk melengkapi kedua alat analisis tersebut maka digunakan alat analisis ketiga
yaitu Typology Klassen. Analisis Typologi Klassen digunakan untuk memperoleh
tambahan pandangan atas klasifikasi posisi/kondisi pertumbuhan sektor ekonomi
(lapangan usaha) dan posisi sektor unggulan wilayah dengan memperhatikan
pertumbuhan dan kontribusi masing-masing sektor dibanding nasional.
Tabel 6.3. Tabel Kuadran Hasil Perhitungan Analisis Typology Klassen Per-Sektor PDRB
Klassen Rata-rata Contribution Provinsi >
Rata-rata Nasional Rata-rata Contribution Provinsi > Rata-
rata Nasional
Rata-rata Growth Provinsi > Rata-rata Nasional
Kuadran I (Sektor Maju dan Tumbuh Pesat):
• Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
• Pertambangan dan Penggalian
• Konstruksi
• Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Kuadran II (Sektor Maju dan tertekan):
• Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
• Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
• Jasa Keuangan dan Asuransi
• Real Estate
• Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
• Pengadaan Listrik dan Gas
• Jasa Pendidikan
Rata-rata Growth Provinsi < Rata-rata Nasional
Kuadran III (Sektor Potensial / Masih dapat berkembang):
• Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Kuadran IV (Sektor Relatif Tertinggal):
• Transportasi dan Pergudangan
• Informasi dan Komunikasi
• Jasa Keuangan dan Asuransi
• Jasa Perusahaan
• Jasa lainnya
Sumber: Diolah dari Tabel PDRB Sulteng dan PDB Nasional
BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL 96
Hasil dari Typologi Klassen dalam bentuk kuadran disajikan pada Tabel 6.3
(perhitungan lengkap terlampir). Beberapa sektor yang masuk kedalam kategori
kuadran 1, sektor yang maju dan tumbuh pesat, adalah (1) Pertanian dan kehutanan;
(2) Pertambangan dan penggalian; (3) Konstruksi; dan (4) Administrasi pemerintahan,
pertahanan, dan jaminan sosial wajib. Lebih lanjut, pada kuadran II terdapat beberapa
sektor ekonomi yang masih potensial untuk berkembang, yaitu sektor: (1)
Perdagangan besar dan eceran; (2) Pengadaan listrik dan gas; (3) Penyediaan
akomodasi dan makan minum; (4) Jasa keuangan dan asuransi; dan (5) real
estate.
6.2 SEKTOR UNGGULAN DAERAH PILIHAN
Untuk memfokuskan pembahasan dalam kajian fiskal regional ini, maka dipilih beberapa
sektor yang dibahas secara khusus. Dasar pemilihan sektor berasal dari tabel klasifikasi
ketiga alat analisis yang telah dijelaskan sebelumnya yang terletak pada kuadran I seperti
yang tampak pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4. Tabel Rekapitulasi Kuadran Analisis DLQ, Shiftshare, dan Klassen per-sektor PDRB
Kode Sektor/ Kuadran LQ/DLQ ShiftShare Klassen
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2 1 1
Pertambangan dan Penggalian* 1 1 1
Industri Pengolahan 3 1 2
Pengadaan Listrik dan Gas 3 1 2
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 2 4 3
Konstruksi 1 3 1
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
4 1 2
Transportasi dan Pergudangan 4 4 4
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4 1 2
Informasi dan Komunikasi 4 3 2
Jasa Keuangan dan Asuransi 4 4 2
Real Estate 4 3 2
Jasa Perusahaan 4 4 4
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib*
1 1 1
Jasa Pendidikan 2 4 3
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4 4 3
Jasa lainnya 4 4 4
*Sumber: Diolah dari Tabel PDRB Sulteng dan PDB Nasional
Dari Tabel tersebut dapat diketahui bahwa sektor yang masuk kedalam kuadran I pada
ketiga alat analisis adalah sektor pertambangan dan penggalian dan sektor administrasi
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib. Sedangkan sektor pariwisata diulas
sebagai sektor yang potensial karena Sulteng memiliki banyak aset alami yang belum
dioptimalkan. Dengan semakin teratasinya pandemi diharapkan sektor Pariwisata mulai
berbenah sehingga ketika masa pandemi selesai masyarakat Sulteng siap menyambut
wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Oleh karenanya pada kajian ini ketiga
sektor yang akan diulas secara khusus adalah:
97 BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL
a) Sektor Pertambangan dan Penggalian,
b) Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib, dan
c) Sektor Pariwisata sebagai sektor potensial.
Diharapkan dengan pembahasan sektor unggulan dapat dihasilkan informasi yang
bermanfaat bagi Pemerintah Daerah di Sulteng untuk mengembangkan potensi beberapa
sektor yang dapat memberi nilai tambah dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan
ekonomi. Demikian pula terhadap sektor-sektor unggulan yang mengalami penurunan,
melalui analisis penurunan kinerja, diharapkan diketahui penyebabnya dan dapat dicari
solusi dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengembalikan potensi/kinerjanya.
1. Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor pertama yang masuk
kategori kuadran I pada ketiga alat analisis. Hal ini berarti sektor ini dapat disimpulkan
sebagai sektor yang pertumbuhannya paling kuat, memiliki kemampuan daya saing,
dan nilai potensi yang paling tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor
pertambangan dan penggalian merupakan sektor gabungan dari subsektor
pertambangan dan subsektor penggalian. Jika dilihat dari kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi dari sisi komoditas maka subsektor pertambangan
mendominasi sektor ini.
Grafik 6.1. Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian pada PDRB Sulteng 2015-2020
*Sumber: BPS Sulteng (diolah)
Dalam 5 tahun terakhir sektor pertambangan dan penggalian selalu mencatatkan
kontribusi yang progresif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan rata-rata kontribusi
sebesar 15,19 pertahunnya (Grafik 6.1). Khusus tahun 2020, kontribusi sektor
pertambangan sebesar 13,40 persen, mengalami penurunan dibanding tahun lalu
dengan kontribusi sebesar 15,13 persen. Sedangkan dari sisi pertumbuhan, walaupun
sempat mengalami kenaikan tajam sebesar 34,48 persen pada tahun 2016, sektor
pertambangan mengalami fluktuasi mulai tahun 2017. Khusus tahun 2020, sektor
pertambangan meskipun mengalami pertumbuhan sebesar 10,36 persen namun lebih
rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 16,27
10.25
11.81
12.8312.84
13.39
13.40
27.41
34.74
15.18
22.72
13.78
10.36
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Struktur Ekonomi Laju Pertumbuhan
BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL 98
persen. Penurunan tersebut sudah diprediksi mengingat sepanjang tahun 2020,
pandemi juga turut mempengaruhi sektor Pertambangan.
Sektor pertambangan dan penggalian mengandalkan 3 komoditas utama dalam
menyokong pertumbuhan ekonomi. Komoditas dimaksud adalah besi dan baja, bahan
bakar mineral, serta bijih, kerak, dan abu logam. Turunnya kontribusi sektor
pertambangan pada pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari turunnya kontribusi dua
komoditas yaitu bahan bakar mineral dan bijih, kerak, dan abu logam terhadap ekspor
hasil pertambangan. Bahan bakar mineral mengalami penurunan kontribusi sebesar
24,51 persen, sedangkan bijih, kerak, dan abu logam mengalami penurunan kontribusi
sebesar 100 persen. Di sisi lain, komoditas besi dan baja yang menjadi andalan sektor
pertambangan memberikan kontribusi ekspor sebesar 85,66 persen naik signifikan
sebesar 46,78 persen dibanding tahun sebelumnya.
Grafik 6.2. menunjukkan kontribusi komoditas Besi dan Baja setiap tahun selalu
meningkat sementara kontribusi komoditas bahan bakar mineral terus menurun.
Menurunnya kontribusi bahan bakar mineral terhadap nilai ekspor Sulteng tidak linear
dengan nilai intrinsik kedua komoditas tersebut. Sebagaimana ditampilkan pada Grafik
6.3, nilai komoditas bahan bakar dan mineral pada tahun 2019 mengalami kenaikan
nilai Free on Board (FoB), walaupun komoditas bahan bakar secara volume
mengalami penurunan.
Kontribusi sektor Pertambangan di Sulteng dari tahun ke tahun semakin meningkat,
dan menjadi penyokong ekonomi tidak hanya bagi Provinsi Sulteng tapi juga nasional.
Merujuk pada informasi yang diberitakan oleh portal berita daring kontan.co.id pada
tanggal 20 Oktober 2020, Indonesia Morowali Industrial Park telah menjadi produsen
nikel terbesar di Indonesia mengalahkan kompetitornya PT Vale TBK Indonesia
(INCO). BPS Sulteng mencatat produksi nikel Sulteng pada tahun 2019 sebesar 12,48
36.92
49.15
61.73
66.77
74.07
85.66
0
20
40
60
80
100
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Besi dan Baja Bahan Bakar Mineral
0
1000
2000
3000
-
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
2015 2016 2017 2018 2019
Bahan Bakar FoB Mineral FoB
Bahan Bakar Volume Mineral Volume
Grafik 6.2. Persentase Kontribusi Nilai Ekspor Komoditas Besi Baja dan Bahan Bakar Mineral
2015-2020
Grafik 6.3 Nilai Volume dan FoB Komoditas Bahan Bakar dan Mineral Tahun 2015-2019
Sumber: BPS Sulteng (diolah) Sumber: BPS Sulteng (diolah)
99 BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL
juta metrik ton, meningkat sebesar 72 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar
7,26 juta metrik ton.
Grafik 6.4. Daerah Produksi Nikel Per-Kabupaten di Sulteng 2015-2019
Sumber: BPS Sulteng (diolah)
Kabupaten Morowali masih menjadi daerah andalan penyumbang nikel diikuti oleh
Kabupaten Morowali Utara. Sejak tahun 2016 produksi nikel di dua kabupaten tersebut
terus meningkat, bahkan tahun 2019 produksi nikel naik lebih dari 100 persen.
Potensi pertambangan Sulteng diyakini dapat lebih dioptimalkan lagi mengingat
keberadaan berbagai kawasan industri diantaranya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Kota Palu, kawasan industri pengolahan tambang pada Kawasan Industri Morowali
(KI-Morowali), serta kawasan Industri Gas Bumi di Kabupaten Banggai. Sebagaimana
dilihat pada Gambar 6.1., Sulteng juga masih memiliki potensi pertambangan dan
galian lainnya termasuk mineral, gas dan minyak bumi.
Gambar 6.1. Peta Potensi Tambang di Provinsi Sulteng
*Sumber: Diolah dari data Pemda Provinsi Sulteng April 2019
Potensi minyak bumi terdapat di Kecamatan Bungku Utara Kabupaten Morowali
berupa lapangan Minyak Tiaka Blok Trili yang terletak 17 mil dari garis pantai.
-
2,000,000.00
4,000,000.00
6,000,000.00
8,000,000.00
10,000,000.00
12,000,000.00
14,000,000.00
2015 2016 2017 2018 2019
Morowali Morowali Utara Banggai
BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL 100
Cadangan minyak di lapangan Tiaka sebesar 110 juta barrel oil (MMBO). Sedangkan
potensi minyak bumi yang terdapat di Kecamatan Toili Barat Kabupaten Banggai
memiliki kapasitas total kapasitas produksi 6.500 barrel oil equivalent per day (BOPD)
yang diperoleh dari enam sumur. Potensi gas alam cair yang terdapat di Donggi-
Senoro dengan perkiraan cadangan sebesar 20-28 trilyun kaki kubik (TCF), jumlah
kandungan gas di ladang-ladang Donggi-Senoro besarnya dua kali lipat dibandingkan
kandungan yang terdapat di ladang gas alam Arun di Aceh yang jumlahnya mencapai
14 TCF.
Selain Kabupaten Morowali sebagai produsen bijih besi dengan luas areal tambang
149.700 ha dan cadangan terduga 8.000.000 wet metric ton (WMT), beberapa daerah
lain juga berpotensi menjadi produsen bijih besi karena memiliki potensi bijih besi yang
belum digarap. Kabupaten Tojo Una-Una, tepatnya di kecamatan Ulubongka, dan
Blok Balingara kecamatan Ampana Tete, memiliki potensi bijih besi dengan kadar Fe
yang diperkirakan sebesar 203 53%. Kabupaten Banggai tepatnya di Blok Siuna
memilki potensi penambangan bijih besi dengan luas 45.000 ha, cadangan infered
14.048 juta ton. Blok Pagimana-Bunta dengan luas areal tambang 50.000 ha dan
kadar Fe203 42,46% cadangan infered 3,6 juta ton, dan pada blok Balingara luas
15.000 Ha. Blok Tampira mempunyai cadangan infered limonit 6 juta ton, pada blok
Ungkaya potensi infered limonit sebanyak 3,1 juta ton dan Saprolit 0,2 juta ton. Pada
blok Bulu Taloa potensi infered limonit terdapat 1 juta ton dengan kadar rata-rata
Fe203 47%.
Selain beberapa potensi tambang diatas, Sulteng juga memiliki potensi pertambangan
lainnya. Potensi emas di Sulteng terdapat di Kota Palu (Kecamatan Mantikulore dan
Palu Utara), dengan luas wilayah tambang 561.050 Ha, Kabupaten Parigi Moutong
(Kecamatan Parigi dan Moutong) dengan luas wilayah tambang 46.400 Ha, Kabupaten
Buol (Kecamatan Paleleh, Bunobogu, Dondo) dengan luas wilayah tambang 746.400
Ha, Kabupaten Poso (Kecamatan Lore Utara) dengan luas wilayah tambang 19.180
Ha, dan Kabupaten Sigi (Kecamatan Sigi Biromaru) dengan luas wilayah tambang
228.700 Ha. Total realisasi investasi yang telah ditanamkan sebesar Rp26,94 triliun
atau 85,50 persen dari realisasi investasi di Sulteng yang sebesar Rp31,51 triliun.
2. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib
Sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (administrasi
pemerintahan), menurut BPS (2020) mencakup kegiatan yang terkait dengan
administrasi pemerintahan. Terdapat beberapa kategori yang dapat diklasifikasikan
kedalam kategori sektor ini walaupun didalamnya terdapat pula batasan yang tidak
dapat dimasukkan kedalam kategori ini. Sebagai contoh administrasi sistem sekolah
101 BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL
dimana peraturan, pemeriksaan, dan kurikulum termasuk pada kategori ini namun
pengajarannya masuk kategori pendidikan.
Sebagaimana ditampilkan pada Grafik 6.4 sektor Administrasi pemerintahan pada
tahun 2020 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai
Rp.10,96 triliun dan atas dasar harga konstan mencapai Rp.6,47triliun. Sedangkan
pada Grafik 6.5 ditunjukkan bahwa dalam 5 tahun terakhir, sektor ini mencatatkan
kontribusi yang stabil terhadap PDRB Sulteng dengan angka kisaran 5-6 persen.
Namun, terjadi kontraksi laju pertumbuhan di tahun 2020 dibanding tahun-tahun
sebelumnya (rata-rata laju pertumbuhan sebesar 7,19 persen) dengan tumbuh tipis
pada angka 0,21 persen. Kebijakan pembatasan sosial dan new normal berpengaruh
besar terhadap penurunan tersebut karena dengan adanya kebijakan tersebut maka
kegiatan-kegiatan yang sebelumnya dapat dilaksanakan dengan fisik dan tatap muka
dalam lingkungan pendidikan dan perkantoran saat ini digantikan dalam bentuk virtual.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan sektor
Administrasi pemerintahan adalah komposisi pegawai pemerintahan pada daerah
tersebut baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Sebagaimana tersaji pada Grafik 2, sampai dengan akhir tahun 2020, pegawai
pemerintahan pada lingkup Provinsi Sulteng adalah sebanyak 62.388 orang,
mengalami penurunan sebesar 2,77 persen atau sebanyak 1.780 orang pegawai dari
5.55
0.210
5
10
15
2016 2017 2018 2019 2020
Struktur Ekonomi Laju Pertumbuhan
10,961
6,467
-
5,000
10,000
15,000
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Harga Berlaku Harga Konstan
Grafik 6.5: Struktur Ekonomi dan Laju pertumbuhan Sektor Administrasi Pemerintahan. *Sumber: BPS, 2020
Grafik 6.4: PDRB Harga Berlaku dan Konstan Sektor Administrasi Pemerintahan. *Sumber: BPS, 2020
62,388
-
50,000
100,000
150,000
20
16
20
17
20
18
20
19
20
20
-
5,000
10,000
2016 2017 2018 2019 2020
Grafik 2: Jumlah Pegawai Pemerintahan Provinsi Sulteng *Sumber BPS, 2020
Grafik 2: Tren Jumlah Pegawai Tahun-ke Tahun daerah pada Provinsi Sulteng *Sumber BPS, 2020
BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL 102
tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan adanya penurunan jumlah pegawai
pemerintah pada semua kabupaten/kota sebanyak 1-5 persen pada tahun 2020.
Kabupaten Sigi dan Kabupaten Buol merupakan daerah yang mencatat pengurangan
pegawai paling besar (Grafik 3). Pengurangan pegawai disebabkan oleh beberapa
faktor seperti pensiun dan perpindahan pegawai.
Dari sisi kualitas, tingkat pendidikan pegawai pemerintah di Sulteng cukup baik dengan
komposisi sebagian besar pegawai pemerintahan pada provinsi Sulteng memiliki
pendidikan sarjana atau lebih tinggi (72,99 persen) meskipun masih terdapat 1,07
persen pegawai dengan pendidikan dibawah SLTP atau yang sederajat. Kualitas
tersebut berbanding lurus dengan perbandingan strata antar golongan dimana
golongan III dan IV menjadi golongan mayoritas dalam komposisi kepegawaian
dengan persentase sebesar 33,49 persen dan 57 persen sedangkan sisanya diisi oleh
pegawai dengan golongan II sebanyak 9.04 persen dan golongan I sebanyak 0,47
persen.
Sementara jika ditilik secara spasial, terlihat bahwa dari semua kabupaten/kota di
Sulteng, keberadaan pegawai pemerintah daerah (pemda) paling banyak justru bukan
dari Kota Palu yang merupakan ibukota provinsi namun dari Kabupaten Banggai.
Pegawai pemerintah di Kota Palu tercatat sebanyak 6.060 orang dan Kabupaten
Banggai memiliki pegawai pemerintahan sebanyak 7.425 orang.
Indikator lain yang dapat digunakan adalah belanja rutin dan belanja pembangunan.
Menurut BPS (2020), belanja rutin terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, subsidi
kepada daerah otonom, subsidi kepada perusahaan, pembayaran bunga dan cicilan
hutang, serta pengeluaran rutin lainnya. Sedangkan belanja pembangunan
merupakan bermacam-macam pengeluaran untuk pembangunan. Dalam kajian ini
data yang akan digunakan adalah data belanja pegawai, belanja barang, dan belanja
bunga (rutin) sedangkan yang digunakan untuk belanja pembangunan adalah data
belanja modal.
Tabel 6.5 menunjukkan informasi besaran alokasi pagu dan realisasi keempat belanja
rutin dimaksud. Jika dilihat dari besar alokasi, maka belanja pegawai pemda pada
APBD menempati alokasi terbesar dengan jumlah Rp8.047 miliar, sedangkan pagu
belanja pegawai instansi vertikal (APBN) sebesar Rp2.372 miliar. Besarnya belanja
pegawai suatu daerah bisa berarti dua hal. Jika besar belanja pegawai besar
persentasenya (timpang) dibanding belanja yang lain, maka akan terjadi kelambatan
pembangunan karenakecilnya alokasi belanja non-pegawai. Informasi yang tersaji
pada Tabel 6.5 menunjukkan bahwa total realisasi belanja pegawai secara kumulatif
(APBN dan APBD) Provinsi Sulteng pada tahun 2020 adalah sebesar Rp9.664 atau
sebesar 93,57 persen dari alokasi.
103 BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL
Tabel 6.5: Realisasi PerTahun Belanja Rutin dan Pembangunan Provinsi Sulteng 2018-2020 *Sumber: OMSPAN dan GFS Preliminary (2020)
Uraian / Keterangan
2018 2019 2020
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
APBD
Belanja Pegawai 7,567 6,582 86.99% 8,103 7,399 91.31% 8,047 7,292 90.61%
Belanja Barang 4,648 4,931 106.08% 4,562 4,500 98.66% 4,119 4,226 102.58%
Belanja Bunga 3 3 91.00% 3 2 80.01% 3 2 67.95%
Belanja Modal 3,852 3,358 87.16% 4,459 4,245 95.20% 3,474 3,245 93.41%
…………………………….. APBN
Belanja Pegawai 2,294 2,220 96.80% 2,349 2,368 100.77% 2,457 2,372 96.54%
Belanja Barang 3,410 3,122 91.55% 3,309 3,040 91.88% 4,045 3,080 76.14%
Belanja Modal 2,251 2,008 89.21% 2,507 2,179 86.92% 2,309 1,979 85.71%
Pagu belanja barang tahun 2020 sebesar Rp8.164 miliar naik 3,73 persen dari tahun
sebelumnya sebesar Rp7.871 miliar. Realisasi anggaran belanja barang sebesar Rp
7.306 miliar. Pagu belanja modal pada tahun 2020 sebesar Rp 5.783 miliar mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya dengan alokasi pagu sebesar Rp 6.966 miliar. Pagu
belanja modal tersebut terealisasi sebesar Rp 5.224 miliar.
6.3 SEKTOR POTENSIAL DAERAH LAINNYA
Sektor Pariwisata
Provinsi Sulteng memiliki potensi wisata yang berlimpah untuk dikembangkan menjadi
obyek dan atraksi wisata bahari, wisata alam dan wisata budaya. Badan Perencanaan
Daerah (Bappeda) Provinsi Sulteng, pada paparan tanggal 20 Februari tahun 2020,
menyatakan bahwa sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor potensial yang akan
dikembangkan dalam jangka menengah selain 3 sektor lainnya yaitu Agro, Maritim, dan
Kreatif-digitalisasi.
Potensi pariwisata dapat dikembangkan atas dasar nilai budaya yang sudah ada dalam
masyarakat, nilai adat istiadat dan agama, dan dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi
masyarakat. Pariwisata Sulteng merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi
yang masih dapat dikembangkan untuk membantu perekonomian yang secara spasial
selama ini ditopang oleh Kabupaten Morowali dan Banggai.
Sulteng memiliki 2 taman nasional yang terkenal hingga ke manca Negara, yaitu Taman
Nasional Lore Lindu dan Taman Nasional Laut (Kepulauan Togean). Kedua Taman
Nasional di Sulteng ini memiliki ciri dan keindahanyang khas. Selain dua taman nasional
tersebut, masih terdapat potensi wisata air yang tidak kalah dengan dengan wisata air di
provinsi lain di Indonesia.
Selain wisata alam, Sulteng juga memiliki potensi wisata berbasis kebudayaan, bahkan
3 (tiga) dari wisata budayanya masuk dalam Calender of Event (CoE) Wonderfull of
Indonesia (WoI). CoE WoI merupakan program dari Kementerian Pariwisata yang
memilih kalender 100 pariwisata unggulan di seluruh Indonesia yang kemudian dijadikan
event tahunan. 3 (tiga) event dimaksud adalah:
BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL 104
1. Festival Pesona Teluk Tomini (FPTT), di Pantai Kayubura di Kabupaten Parigi
Moutong
2. Festival Pulo Dua, di Kecamatan Balantak Utara, Kabupaten Banggai
3. Festival Danau Tektonik Poso, berlangsung di Danau Poso, Tentena
Grafik 6.7. Jumlah Tamu Menginap di Hotel Berbintang Sulteng Sumber: BPS Sulteng (2020)
Sebagai kelanjutan dari pandemi Covid-19 yang terjadi sejak bulan Maret 2020, sektor
Pariwisata mengalami penurunan yang cukup signifikan dikarenakan
penutupan/pembatasan akses tempat-tempat wisata untuk mencegah penyebaran virus
Covid-19. Sejak memasuki era new normal pada bulan Juni 2020, seluruh pemda di
Sulteng menyusun strategi untuk meningkatkan kembali sektor pariwisata. Beberapa
tempat wisata dibuka kembali dengan penerapan kebijakan pemenuhan protokol
kesehatan bagi setiap pengunujung serta pembatasan jumlah wisatawan. Pemda
berharap dengan kebijakan tersebut dapat membangkitkan kembali ekonomi masyarakat
yang sempat merosot. Salah satu contoh dari kebijakan pembukaan tempat wisata baru
adalah Taman Likuifaksi yang berada di Kabupaten Sigi. Pemanfaatan lahan bekas
likuifaksi yang terjadi pada tahun 2018 silam memberikan dampak positif bagi masyarakat
sekitar untuk menciptakan lapangan kerja baru.
Grafik 6.8. Angka kedatangan melalui Transportasi Udara dan Laut Sulteng Sumber: BPS Sulteng (2020)
Meskipun sektor Pariwisata mulai beroperasi kembali, risiko pandemi Covid-19
menyebabkan penurunan jumlah wisatawan asing dan domestik. Dari data yang tertera
145,030
172,046 178,902
111,601
97,085
2,428 2,570
2,126
1,670
532
-
1,000
2,000
3,000
-
50,000
100,000
150,000
200,000
2016 2017 2018 2019 2020Domestik Asing
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
2016 2017 2018 2019 2020
868,336 896,681 903,616 811,808
317,947
25,379 19,752 37,826 48,932 17,939
Udara Laut
105 BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL
pada Grafik 6.7., angka kunjungan wisatawan dilihat dari jumlah tamu menginap di hotel
berbintang sejak tahun 2018 mengalami penurunan..
Pada tahun 2020, jumlah tamu wisman asing dan domestik mengalami penurunan
masing-masing sebesar 59,52 persen dan 3,12 persen. Penurunan wisatawan asing
paling tinggi terjadi pada Bulan April 2020 yakni sejak diberlakukan penutupan obyek
pariwisata untuk mitigasi pandemi Covid-19.
Jika ditilik dari angka kedatangan dari luar daerah menuju ke Sulteng baik melalui
transportasi udara maupun laut (Grafik 6.8.), pada tahun 2020 terjadi penurunan yang
sangat signifkan dibandingkan tahun 2019. Penurunan frekuensi penerbangan pada
Januari-Desember 2020 mencapai 57,55 persen yang berdampak pada jumlah
penurunan penumpang sebesar 60,83 persen. Pada transportasi laut, jumlah penumpang
datang mengalami penurunan sebesar 63,34 persen dari tahun 2019. Penurunan
penumpang pesawat udara merupakan dampak dari kebijakan Pemerintah Provinsi yang
menutup sementara bandara yang ada di Sulteng, dan baru dioperasionalkan kembali
setelah memasuki era new normal pada Triwulan II.
6.4 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI
DAERAH
Berbagai tantangan yang dihadapi pemda di Sulteng dalam mendorong potensi ekonomi
daerah terbagi kedalam dua bagian, yaitu tantangan fiskal pemda dan tantangan fiskal
Pemerintah Pusat.
1. Tantangan Fiskal Pemda
Upaya pengembangan ekonomi masyarakat dalam mendorong perekonomian
regional melalui sektor unggulan dan potensial memiliki beberapa hambatan pada
lingkup regional, diantaranya yang utama adalah:
a) Ruang fiskal yang terbatas untuk menjaga ketahanan ekonomi dalam menopang
belanja produktif dan prioritas;
b) Realisasi belanja yang kurang berkualitas untuk menstimulasi perekonomian
sekaligus mewujudkan kesejahteraan;
c) Efektivitas bantuan sosial dan subsidi serta transfer ke daerah untuk
mengakselerasi pengurangan angka kemiskinan dan kesenjangan pendapatan;
d) Kemudahan regulasi dalam perijinan sehingga dapat dijaga keberlanjutan fiskal dan
menjadi fondasi kebijakan ekonomi
Selain tantangan-tantangan tersebut, terkait dengan pandemi, pemda juga dihadapi
oleh tantangan tambahan untuk penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi. Hal
tersebut tercermin pada serapan realisasi belanja penanganan Covid Sulteng hanya
sebesar 61,74 persen. Beberapa tantangan utama tersebut antara lain:
BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL 106
a. Rendahnya realisasi dan efektivitas penyaluran bantuan sosial dan penanganan
kesehatan yang berujung pada melambatnya pemulihan ekonomi masyarakat dan
bertambahnya masyarakat miskin;
b. Tingkat ketidakpatuhan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap program
vaksinasi dan protocol kesehatan yang berpotensi memperlambat proses
penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi;
c. Hasil evaluasi terkait penanganan pandemi di Sulteng menunjukan adanya
berbagai permasalahan seperti kualitas data penerima bantuan, asimetris
informasi terhadap penanganan pandemi di masyarakat, sampai dengan tingkat
efektivitas kebijakan yang diambil serta program-program penanganan pandemi
dan pemulihan ekonomi Sulteng
d. Rendahnya realisasi APBD antara lain pendapatan yang terealisasi hanya
sebesar 21,16 persen dari target, belanja subsidi yang hanya terealisasi sebesar
38,74 persen, dan belanja bantuan keuangan sebesar 26,09 persen.
2. Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat
Salah satu tantangan terbesar perekonomian Sulteng adalah masih tingginya tingkat
kemiskinan, yaitu sebesar 13,44 persen dan ketimpangan pendapatan masyarakat
(gini ratio) yang masih berada di angka 0,321. Garis kemiskinan masih tinggi terutama
jumlah penduduk miskin di desa dan peningkatan pengangguran terbuka terutama di
daerah pedesaan. Kondisi ini cukup kontras karena Provinsi Sulteng menjadi satu dari
tiga provinsi yang mencatatkan pertumbuhan positifpada periode yang sama.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan Pemerintah untuk meringankan beban
masyarakat miskin adalah melalui pemberian subsidi. Banyak pihak berpendapat
bahwa belanja tersebut tidak dapat mengentaskan kemiskinan, namun subsidi masih
relevan dalam kondisi kurang atau rendahnya akses ekonomi. Seperti istilah akan
selalu lebih baik menyalakan lentera walaupun remang daripada mengutuki
kegelapan. Subsidi memang tidak diperuntukkan untuk mengentaskan kemiskinan
akan tetapi meringankan dampak dari kemiskinan itu sendiri. Sayangnya realisasi
belanja subsidi yang bersumber dari belanja APBN pada tahun 2020 hanya sebesar
76,1 persen, turun cukup dalam dari realisasi tahun sebelumnya sebesar 91,9 persen.
Padahal pada masa yang serba sulit seperti sekarang ini, dua belanja yaitu belanja
subsidi dan belanja sosial sangat diharapkan oleh masyarakat miskin. Kondisi ini perlu
dicarikan solusi kebijakan di masa mendatang dalam meningkatkan realisasi belanja
subsidi.
107 BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL
3. Sinkronisasi Fiskal Pusat dan Daerah
Sinkronisasi kebijakan fiskal pusat dan daerah di Sulteng tahun 2020 dan berikutnya
diperkirakan masih akan didominasi oleh prioritas penanganan Covid-19 dan upaya
pemulihan ekonomi. Hal ini sangat penting mengingat pandemi masih belum berakhir,
dan beberapa sektor ekonomi masih memerlukan bantuan dalam rangka pemulihan
ekonomi. Disisi lain adanya pergantian beberapa kepala daerah di Sulteng dapat
memberi harapan terhadap perbaikan ekonomi di Sulteng walaupun tak dapat
dipungkiri akan dibutuhkan masa transisi dan penyesuaian. Ditambah dampak dari
perekonomian global yang masih belum pulih dari pandemi, diperkirakan faktor
ketidakpastian perekonomian masih cukup tinggi.
Sikronisasi fiskal pusat dan daerah utamanya akan terkait dengan divergensi
pemulihan post-Covid dan pemulihan perekonomian baik daerah maupun nasional.
Program PEN diharapkan dapat memitigasi dampak pandemi dan mendorong
perekonomian. Namun pelaksanaannya pada tahun 2020 masih terjadi kendala,
beberapa permasalahan yang timbul seperti belum dipahami dengan
baikperaturan/kebijakan dan ketidakjelasan data PEN masih mewarnai implementasi
program PEN ditanah air termasuk Sulteng.
Provinsi Sulteng menempati urutan ke 15 dari seluruh provinsi terkait dengan kualitas
efisiensi realisasi belanja PEN berdasarkan penelitian oleh Kanwil DJPb Nusa
Tenggara Barat (NTB) pada tahun 2020 dengan menggunakan model Constant Return
to Scale (CRS). Variable yang digunakan antara lain adalah realisasi- belanja seluruh
program pemulihan ekonomi nasional seperti BPUM (Bantuan Produktif Usaha Mikro),
Subsidi Upah, Kartu pra kerja, Bantuan pangan non tunai, Program Keluarga Harapan,
Tingkat Kesempatan Kerja, dan Persentase Penduduk Tidak Miskin. Propinsi Sulteng
memperoleh tingkat efisiensi sebesar 1.00 yang menunjukan bahwa Sulteng cukup
berhasil dalam pencapaian tujuan penyaluran bantuan yang terkait dengan
penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi nasional.
Melengkapi penelitian tersebut, Kanwil DJPB Sulteng (2020) juga telah melakukan
penelitian terkait dengan pelaksanaan PEN di Sulteng dengan hasil bahwa dalam
penyaluran bantuan PEN khususnya implementasi BPUM dan subsidi bunga KUR,
ditemukan beberapa permasalahan yang menjadi penyebab belum optimalnya
program-program tersebut. Masalah dimaksud antara lain adalah masih kurang
baiknya sosialisasi terkait kebijakan-kebijakan kedua program dan perlunya
peningkatan kualitas database penerima bantuan/manfaat program. Berbagai
tantangan tersebut diharapkan dapat teratasi pada implementasi program PEN pada
tahun berikutnya. Beberapa kebijakan terkait perlu diperbaiki atau ditambah agar
berbagai program PEN tersebut dapat diimplementasikan secara lebih optimal.
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
Gambar : Fikri Alihana Pengusaha UMKM Parimo
BAB VIIANALISIS TEMATIK
BAB VIIANALISIS TEMATIK
Ringka sg ra f i s Bab VIIRingka sg ra f i s Bab VII
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
Dana Perimbangan(271,96 M)
BelanjaTidak Langsung
18,12 M
Rp
Rp
LLPAD Yang Sah
1,31 M
Belanja Langsung
(288,76 M)
Bidang Kesehatan
Bidang Sosial
Bidang PenangananDampak Ekonomi
Bidang PenangananDampak Ekonomi
P a g u R E A L I S A S I %
-33,07
2
1
-
0,198
-
9,90
-P a g u R E A L I S A S I %
35,70
34,03
7,02
29,49
32,95
7,01
96,83
99,99
82,61
85,31%
11,56%
3,13%
RASIO ALOKASI ANGGARANPENANGANAN COVID
Penanganan Kesehatan(Rp302,42 M)Penyediaan Jaring PengamanSosia l (Rp40,97 M)Penanganan Dampak Ekonomi(Rp11,09 M)
0 2 4 6
Bangkep
Morowali
Donggala
Buol
Touna
Banglut
Kota Palu
1,43 M
4,73 M
2,99 M
0,73 M
3,72 M
2,68 M
2,20 M
5,01 M
1,78 M
3,10 M
0,52 M
0,90 M
3,51 M
Bangkep
Morowali
Donggala
Buol
Banggai
Poso
Tolitoli
Touna
Banglut
Parimo
Sigi
MorutKota Palu
6.501
3.308
16.905
9.982
21.512
13.581
12.170
22.761
14.082
4.111
8.077
2.343
11.389
REALOKASI DAN REFOCUSING ANGGARAN PEMDA
DALAM RANGKA PENANGGULANGAN COVID-19
ALOKASI DAN REALISASI DANA
REFOCUSING PER-KLASTER
Belanja Tidak Terduga (BTT) Belanja Kegiatan Pada OPD
(8,54%)
3,13%
0,67%
(15,27%)
Bidang Kesehatan
Bidang Sosial
*dalam miliar rupiah *dalam miliar rupiah
Banggai
Poso
Tolitoli
Parimo
Sigi
Morut
BELANJA BANTUAN KEUANGANKE KABUPATEN/KOTA
JUMLAH BANTUAN
JUMLAH PENERIMABANTUAN SEMBAKO
146.722 KK
Rp33,28 M
Kesehatan
JPS
Ekonomi
108 BAB VII : ANALISIS TEMATIK
BAB VII UPAYA PEMULIHAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH
7.1 PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir sepanjang tahun 2020mengubah drastis pola
dan perilaku ekonomi serta kehidupan sosial masyarakat. Sifat virus yang sangat mudah
menyebar mendorong Pemerintah di seluruh negara harus mengambil langkah cepat dan
tepat untuk mengendalikan penyebarannya.
Pemerintah Indonesia tanpa terkecuali memberlakukan berbagai kebijakan seperti
pembatasan sosial, pembatasan arus masuk dan keluar, sampai dengan pembatasan jam
operasi usaha. Berbagai kebijakan tersebutmemberikan efek domino terhadap berbagai
aspek kehidupan tidak hanya kesehatan namun juga keuangan, sosial, dan ekonomi.
Provinsi Sulteng mencatat kasus konfirmasi positif pertama Covid-19 pada tanggal 26 Maret
2020. Untuk mencegah penyebaran pandemi, Pemerintah Provinsi memberlakukan
kebijakan pembatasan arus keluar masuk dari dan keluar wilayah Sulteng, protokol
kesehatan, serta pengetatan kebijakan pembatasan sosial. Dampak dari kebijakan
tersebutcukup berhasil dalam mitigasi penyebaran karena menurut data akhir Semester I
yang dilansir oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng, Sulteng masuk ke dalam zona hijau
penyebaran Covid-19..
Namun, upaya pencegahan yang telah
dilakukan pada Semester I tidak bertahan.
Pada semester II sampai dengan tanggal
31 Desember 2020, tercatat kasus
konfirmasi positif melonjak menjadi
sebanyak 3.552 kasus atau meningkat
hampir 23 kali lipat dibanding semester I.
Sebagaimana terlihat pada Grafik 7.1.,
sebanyak 1.865 orang atau 52,51 persen
dinyatakan sembuh, dan 106 orang atau
sebanyak 2,98 persen meninggal dunia.
Peningkatan kasus terkonfirmasi Covid-19 tersebut disebabkan antara lain oleh kebijakan
pelonggaran pembatasan akses pada awal Semester II. Pelonggaran menjadi langkah yang
harus dilakukan oleh pemda untuk mengatasi penurunan drastis ekonomi dan peningkatan
PHK di kalangan pekerja. Pukulan pandemi terhadap ekonomi mulai terlihat sejak akhir
2 1 1
186
156 5
410
267
16
3,552
1,865
106
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
Kon
firm
asi
Sem
bu
h
Men
ingg
al
Kon
firm
asi
Sem
bu
h
Men
ingg
al
Kon
firm
asi
Sem
bu
h
Men
ingg
al
Kon
firm
asi
Sem
bu
h
Men
ingg
al
s.d. 30 Maret .sd. 30 Juni s.d. 30September
s.d. 30Desember
Grafik 7.1. Grafik Penderita Covid-19 Sulteng Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sulteng
BAB VII : ANALISIS TEMATIK 109
Semester I dimana ekonomi Sulteng hanya tumbuh 2,36 persen (c-to-c) turun drastis jika
dibanding pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2019 sebesar 6,80 persen. Meskipun
tidak separah provinsi lain di Sulampua, namun penurunan tersebut cukup menyengat
mengingat ekonomi Sulteng Semester I selama 5 tahun terakhir selalu tumbuh di atas kisaran
6 persen dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 9.68 persen.
Grafik 7.2. Struktur Ekonomi dan Laju Pertumbuhan 5 Sektor Lapangan Usaha
PDRB Sulteng Tahun 2020
Sumber: BPS Sulteng 2020 (diolah)
Ekonomi Sulteng memang tumbuh sebesar 4,86 persen sepanjang tahun 2020, namun
melambat jika dibandingkan pertumbuhan tahun 2019 yang mencapai r 8,83 persen. Hal ini
mengindikasikan bahwa pandemi berdampak signifikan terhadap ekonomi, dan perlu
dieliminasi segera untuk menghindari dampak negatif dalam jangka panjang terhadap sektor
ekonomi. Sektor transportasi dan pergudangan serta sektor penyediaan akomodasi dan
makan minum misalnya menjadi dua sektor yang mengalami goncangan paling berat jika
ditilik dari laju pertumbuhan menurut lapangan usaha. Meskipun jika ditinjau dari kontribusi
tiap sektor lapangan usaha, dalamnya kontraksi kedua sektor tersebut tidak berdampak
separah jika sektor lain dengan kontribusi tahunan yang lebih dominan seperti misalnya
sektor Pertanian, kehutanan, dan perikanan atau sektor kontruksi.
Grafik 7.2. menjelaskan dampak dari pandemic terhadap sektor-sektor utama , pada tahun
2020. Sektor lapangan usaha Transportasi dan pergudangan yang memberikan kontribusi
kepada PDRB sebesar 2,26 persen mengalami kontraksi sebesar 33,12 persen. Sedangkan
sektor Penyediaan akomodasi juga mengalami kontraksi sebesar 11.05 persen. Kemudian
diikuti oleh sektor Kontruksi dengan kontraksi 8.47 persen, dan sektor Perdagangan besar
dan eceran sebesar 6.15 persen. Sektor Pertanian, kehutanan, dan perikanan yang selama
ini menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi terbesar (21,76%) mengalami kontraksi
sebesar 1.34 persen.
21.76
10.147.082.260.38
-1.34-8.47-6.15
-33.12
-11.05
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
Pertanian,Kehutanan, dan
Perikanan
KonstruksiPerdaganganBesar dan
Eceran
Transportasi danPergudangan
Penyediaanakomodasi danmakan minum
Struktur Ekonomi
Laju Pertumbuhan
110 BAB VII : ANALISIS TEMATIK
7.2 UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN
Untuk mengurangi laju dampak pandemi, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng setidaknya
telah mengeluarkan 5 (lima) peraturan yang terkait dengan pembatasan dan pengetatan
persyaratan keluar masuk wilayah Sulteng. Seperti tertampil pada Grafik 7.3., pada akhir
Triwulan I Covid-19 sudah menyebarke wilayah Sulteng dengan adanya 2 orang
terkonfirmasi positif. Pada awal Triwulan II ketika penderita bertambah sebanyak 47 orang,
Gubernur Provinsi Sulteng mengambil kebijakan pelarangan keluar masuk wilayah berskala
besar. Kebijakan ini berdampak positif dengan Sulteng masuk kedalam wilayah zona hijau
pada akhir Semester II, dan Sulteng mendapatkan reward dari Pemerintah Pusat berupa
tambahan dana dalam bentuk Dana Insentif Daerah (DID).
Grafik 7.3. Tren Penderita Covid-19 Provinsi Sulawesi Tengah,
Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (y-o-y), dan Peraturan Terkait Perjalanan
Sumber: Dinas Kesehatan Sulteng, BPS Sulteng, JDIH Sulteng (diolah)
Namun, keberhasilan penekanan angka penyebaran Covid-19 tersebut kontras dengan
kondisi perekonomian. Pada akhir Triwulan II ekonomi Provinsi Sulteng mengalami kontraksi
sehingga hanya tumbuh -0,06 persen (y-to-y). Kekontrasan keberhasilan pencegahan di
sektor Kesehatan dengan penurunan aktivitas ekonomisudah diprediksi akan terjadi. Oleh
karenanya, untuk mengurangi dampak lebih parah ke sector Ekonomi, pada akhir Triwulan
II Pemprov membuka kembali, dan melonggarkan arus keluar masuk orang. Pada awal
Triwulan III, pola penyebaran virus masih terbawa dari triwulan sebelumnya, dan relatif masih
dapat dikendalikan. Bahkan pada Triwulan III terjadi penurunan penderita terkonfirmasi dan
BAB VII : ANALISIS TEMATIK 111
kenaikan angka kesembuhan penderita dengan angka kematian yang minim dengan rata-
rata tingkat Critical Fatality Rate (CFR) sebesar 2,46 persen.
Setelah membaik pada Triwulan III, perekonomian perlahan-lahan mulai bangkit pada
Triwulan IV. Hal tersebut terlihat dari pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar 4,45 persen
pada masa akhir Triwulan IV. Namun, pencapaian tersebut memiliki konsekuensi pada
kenaikan penderita Covid-19. Pada bulan-bulan terakhir di tahun 2020, jumlah penderita
terkonfirmasi di Provinsi Sulteng naik rata-rata 120 persen dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Namun, di sisi lain tingkat CFR Sulteng turun dari triwulan sebelumnya sebesar
5,7 persen menjadi 3,8 persen. Hal ini menunjukkan walaupun terjadi kenaikan penderita,
namun jumlah kematiandapat ditekan. Sepanjang Triwulan IV Pemprov Sulteng berupaya
meredam penyebaran pandemi dengan tetap memperhatikan kondisi ekonomi, melalui
beberapa kali penerbitan kebijakan pembatasan perjalanan dalam rentang waktu 3 bulan.
7.3 UPAYA PEMULIHAN EKONOMI OLEH PEMERINTAH DAERAH MELALUI
REFOCUSSING DAN REALOKASI ANGGARAN
Untuk mitigasi dampak pandemi pada kesehatan, kesejahteraan, dan ekonomi dan situasi
darurat yang terjadi, Pemerintah Pusat menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang (Perppu) No. 1/2020 yang kemudian ditetapkan menjadi UU Nomor 2 Tahun
2020. UU tersebut memungkinkan Pemerintah melakukan serangkaian intervensi dalam
mengatasi situasi ekonomi termasuk meningkatkan merevisi APBN dan defisit APBN di atas
3% dari PDRB hingga tahun 2022.
Salah satu kebijakan melalui intervensi APBN berupa realokasi dan refocusing (RR)
anggaran belanja APBN yang ditujukan untuk penyediaan dana yang lebih besar dan
prioritas untuk penanganan pandemi termasuk sektor kesehatan. Kebijakan Pemerintah
Pusat tersebut ditindaklanjuti dengan kebijakan yang sama oleh Pemda dengan melakukan
RR atas APBD TA 2020 untuk penanganan pandemi dan dampak Covid-19.
Penyesuaian APBD TA 2020 dilakukan dengan berpedoman pada beberapa regulasi dan
kebijakan sebagai berikut:
1. Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan Nomor 119/2813/SJ
dan 117/KMK.07/2020 tentang Percepatan Penyesuaian APBD Tahun 2020 Dalam
Rangka Penanganan COVID-19, serta Pengamanan Daya Beli Masyarakat dan
Perekonomian Nasional (SKB Mendagri dan Menkeu), dan
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 35/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan Transfer ke
Daerah dan Dana Desa TA 2020 Dalam Rangka Penanganan Pandemi Covid-19 dan/atau
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional (PMK No.35/2020).
112 BAB VII : ANALISIS TEMATIK
Hasil penyesuaian APBD tersebut dituangkan dalam Laporan Penyesuaian APBD (Laporan
APBD) dengan perubahan kebijakan/kriteria sebagai berikut:
1. Rasionalisasi belanja barang/jasa dan belanja modal masing-masing minimal sebesar
50% dana rasionalisasi belanja pegawai dan belanja lainnya bila diperlukan dengan
memperhitungkan perkiraan penurunan pendapatan daerah;
2. Rasionalisasi belanja daerah dilakukan dengan memperhatikan:
a. kemampuan keuangan daerah, dengan memberikan toleransi total rasionalisasi
belanja barang/jasa dan belanja modal sekurang-kuranganya 35%;
b. penurunan Pendapatan Asli Daerah yang ekstrim sebagai dampak dari menurunnya
aktivitas masyarakat dan perekonomian, dan/atau
c. perkembangan tingkat pandemi Covid-19 di masing-masing daerah yang perlu segera
mendapatkan penanganan dengan anggaran yang memadai;
3. Penggunaan hasil rasionalisasi belanja daerah dialokasikan bagi
pencegahan/penanganan COVID-19, jaring pengaman sosial, dan
menggerakkan/memulihkan perekonomian di daerah.
PMK No.35/PMK.07/2020 mengatur sanksi (punishment) bagi Pemda yang tidak memenuhi
ketentuan dalam melakukan penyesuaian pada APBD TA 2020 yang berupa penundaan
penyaluran sebagian Dana Alokasi Umum (DAU) dan/atau DBH (Dana Bagi Hasil).
Pengaturan tersebut diperlukan guna memastikan komitmen Pemda dalam
pencegahan/penanganan Covid-19.
Proses RR yang dilakukan Pemprov Sulteng telah melalui 3 kali telaahan dan proses. Proses
pertama misalnya dilaksanakan pada bulan April dengan menggeser alokasi secara fungsi
di dalam belanja langsung, pergeseran antar pos dari belanja barang/jasa ke belanja
pegawai dan belanja modal, dan pergeseran belanja langsung ke belanja tidak langsung.
Pergeseran tersebut sebagian besar terkait dengan intervensi di bidang kesehatan
danpangan.
Sebagaimana ditampilkan pada Tabel 7.1, terjadi pergeseran anggaran dari belanja barang
dan jasa sebesar Rp78,06 miliar ke 4 pos belanja yang lain, yaitu belanja modal sebesar
Rp8,01 miliar, belanja pegawai sebesar Rp689 juta, belanja tidak terduga sebesar Rp36,07
miliar dalam rangka dana siap siaga dalam menghadapi pandemi Covid-19, dan belanja
bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa sebesar Rp33,28
miliar yang digunakan untuk melakukan intervensi dalam bentuk beras per-kepala keluarga
tidak mampu selama 2 (dua) bulan masa awal pandemi covid-19.
BAB VII : ANALISIS TEMATIK 113
Tabel 7.1. Tahapan Perubahan Pergeseran Alokasi Anggaran karena Refocusing dan Realokasi
(dalam juta rupiah)
Uraian Anggaran
Awal
RR
Pertama
RR
Kedua
RR Ketiga
(Final)
Pendapatan 4,267,856 - (278,504) (270,645)
Pendapatan Asli Daerah 1,041,467 - - - Pendapatan Pajak Daerah 850,200 - - - Hasil Retribusi Daerah 11,382 - - - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 16,966 - - - Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 162,919 - (55,000) -
Dana Perimbangan 3,184,416 (276,816) (271,957) Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 122,615 - (12,962) (12,962) Dana Alokasi Umum 1,662,157 - (169,974) (169,974) Dana Alokasi Khusus 1,399,644 - (93,880) (89,020)
Lain-Lain Pedapatan Daerah Yang Sah 41,973 (1,688) 1,312 Pendapatan Hibah 18,356 - - - Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 23,617 - (1,688) 1,312
Belanja 4,594,376 - (146,356) (270,645)
Belanja Tidak Langsung 2,703,631 69,352 18,116 18,116 Belanja Pegawai 1,330,202 - 292 -11,708 Belanja Hibah 940,665 - (35,522) (23,522) Belanja Bantuan Sosial 992 - - - Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Desa 409,300 - (12,232) (12,232)
Belanja Bantuan Keuangan kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 17,472 33,280 29,504 29,504
Belanja tidak terduga 5,000 36,073 36,073 36,073
Belanja Langsung 1,890,746 (69,352) (164,471) (288,761) Belanja Pegawai 116,799 689 (1,122) (2,531) Belanja Barang dan Jasa 1,008,007 (78,058) (256,923) (196,855) Belanja Modal 765,940 8,018 93,574 (89,375)
Surplus / Defisit (326,521) (326,521) (326,521) (326,521)
Sumber : BPKAD Sulteng (diolah)
7.4 ALOKASI DAN REALISASI BELANJA PENANGANAN PANDEMI CORONA VIRUS
DISEASE 2019 (COVID-19)
Setelah RR tahap ketiga selesai, diperoleh alokasi anggaran penanganan Covid-19 untuk
tahun 2020 berjumlah Rp112,81 miliar. Sebagaimana terlihat pada Grafik 7.4., alokasi
anggaran tersebut dibagi ke dalam 3 (tiga) pos belanja sebagai berikut:
1. Penanganan kesehatan berrjumlah Rp302,42 miliar atau 85,31 persen dari total
keseluruhan anggaran penanganan Covid-19. Penempatan anggaran tersebut tersebar di
Dinas Kesehatan, UPT RSUD Undata, RSUD Madani, dan BPS Kesehatan THL.
2. Penanganan dampak ekonomi sebesar Rp11,09 miliaratau 3,12 persen dari total
keseluruhan anggaran penanganan Covid-19, dan ditempatkan pada dua dinas, yaitu
Dinas Pangan dan Dinas Kelautan dan Perikanan.
114 BAB VII : ANALISIS TEMATIK
3. Penyediaan Jaringan Pengaman Sosial (JPS) sejumlah Rp40,97 miliar atau 11,55 persen
dari total alokasi anggaran, dan digunakan oleh Dinas Pangan, Kepala Daerah, Wakil
Kepala Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Sosial, Dinas Pemberdayaan Perempuan, dan
PPKD (…..).
Namun, pemanfaatan alokasi anggaran
yang telah direvisi tersebut masih kurang
optimal. Hingga akhir tahun 2020, realisasi
penanganan Covid-19 hanya sebesar
Rp69,65 miliar atau 61,74 persen dari pagu
sebesar Rp112,81 miliar (Tabel 7.2). Relatif
rendahnya tingkat realisasi tersebut
dipengaruhi oleh rendahnya capaian
realisasi belanja tidak terduga yang hanya
terealisasi kurang dari 1 persen. Dari 3 (tiga)
bidang di dalam pos belanja tersebut, yaitu
bidang kesehatan, bidang sosial, dan bidang
penanganan dampak ekonomi hanya
belanja bidang sosial yang berhasil direalisasikan walaupun hanya sebesar 9,9 persen.
Faktor penyebab rendahnya realisasi belanja tidak terduga tersebut karena pos belanja
tersebut memang diperuntukkan sebagai pos yang digunakan pada saat terjadi keadaan
darurat pada saat bencana. Namun, pada saat terjadi pandemi Covid-19, belanja
penanganan pandemi covid-19 juga terdapat pada pos belanja yang lain, sehingga realisasi
belanja tidak terduga menjadi kurang optimal.
Pos belanja kegiatan pada OPD, di sisi lain, tingkat realisasi anggarannya jauh lebih baik.
Dari alokasi sebesar Rp76,74 miliar, anggaran yang berhasil direalisasikan sebesar Rp69,45
miliar atau sebesar 90,5 persen. Sektor yang paling optimal realisasinya adalah belanja
bidang penanganan dampak ekonomi dengan pencapaian realisasi sebesar 99,93 persen.
Seluruh alokasi dalam pos belanja bidang tersebut kecuali bantuan keuangan yang tidak
mendapat porsi alokasi, berhasil mencapai tingkat realisasi sebesar rata-rata 99 persen
(Tabel 7.2).
Penanganan Kesehatan,
85.31%
Penyediaan JPS, 40.96%
Penanganan Dampak Ekonomi, 3.12%
Grafik 7.4. Persentase Alokasi Belanja Penanganan Covid-19
Sumber : BPKAD Sulteng (diolah)
BAB VII : ANALISIS TEMATIK 115
Tabel 7.2. Tabel Realisasi Belanja Penanganan Pandemi Covid-19 (dalam juta rupiah)
Uraian Pagu Realisasi % Sisa
A Belanja Tidak Terduga 36,073.16 198.00 0.55% 35,875.16
1 Bidang Kesehatan 33,073.16 - - 33,073.16
2 Bidang Sosial 2,000.00 198.00 9.90% 1,802.00
3 Bidang Penanganan Dampak
Ekonomi 1,000.00 - - 1,000.00
B Belanja Kegiatan pada OPD 76,743.48 69,454.14 90.50% 7,289.34
1
Bidang Kesehatan 35,699.25 29,490.33 82.61% 6,208.92
A Dinas Kesehatan 33,699.25 29,490.33 87.51% 4,208.92
a. Alkes 16,405.90 14,999.87 91.43% 1,406.03
b. Obat-Obatan 2,040.00 3,038.27 148.93% -998.27
c. Habis Pakai/Material
Kesehatan 50.00 50.00 100.00% 0.00
d. Insentif Tenaga Kesehatan - - - 0.00
e. Lainnya 15,203.35 11,402.20 75.00% 3,801.15
B Dinas Pendidikan 2,000.00 2,000.00
2
Bidang Sosial 34,028.84 32,949.40 96.83% 1,079.44
a. Bantuan Tunai - - - 0.00
b. Dapur Umum - - - 0.00
c. Lainnya 34,028.84 32,949.40 96.83% 1,079.44
Dinas Kominfo 750.00 670.56 89.41% 79.44
PPKD 33,278.84 32,278.84 97.00% 1,000.00
3
Bidang Penanganan Dampak
Ekonomi 7,015.39 7,014.41 99.99% 0.98
a. Bantuan Keuangan - - - 0.00
b. Lainnya 7,015.39 7,014.41 99.99% 0.98
Dinas Pangan 6,529.14 6,529.14 100.00% 0.00
Dinas Penanggulangan Bencana 486.25 485.27 99.80% 0.98
TOTAL 112,816.64 69,652.14 61.74% 43,164.50
Sumber : BPKAD Sulteng (diolah)
7.4.1 Penerima Manfaat Belanja Penanganan Pandemi Covid-19
Belanja penanganan pandemi Covid-19 merupakan salah satu insentif yang dapat
meringankan beban masyarakat di kala pandemi di seluruh daerah lingkup Provinsi Sulteng.
Seperti yang ditampilkan pada Grafik 7.5., sebanyak 146.722 kepala keluarga (KK) pada 13
kabupaten/kota telah menerima bantuan berupa 10 Kilogram beras. Jumlah KK tersebut
merupakan KK yang tidak terdaftar pada Data Bantuan Kementerian Sosial (Kemensos)
yang bersumber dari APBN. Total nilai yang disalurkan adalah Rp32,40 miliar dengan 3 (tiga)
abupaten yang paling besar menerima alokasi adalah Kabupaten Banggai, Kabupaten Parigi
Moutong, dan Kabupaten Donggala. Besarnya alokasi yang diterima mencerminkan bahwa
ketiga kabupaten tersebut merupakan daerah dengan dampak pandemic terparahjika
dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya.
116 BAB VII : ANALISIS TEMATIK
Grafik 7.5. Belanja Bantuan Keuangan ke Kabupaten
Dalam Rangka Penanganan Covid-19
Sumber: BPKAD Sulteng (diolah)
Selain menyalurkan bantuan kepada kabupaten/kota, belanja penanganan pandemi yang
disediakan Pemprov Sulteng juga disalurkan kepada sektor ekonomi dan kesehatan. Dalam
hal ini sebagian dari alokasi penanganan dampak ekonomi yang disalurkan oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan diberikan kepada nelayan dalam bentuk bantuan peralatan
penangkapan ikan berupa jaring dan perangkat lainnya. Sedangkan dari sektor
kesehatan, bantuan diberikan kepada tenaga kesehatan dalam bentuk insentif. Pemprov
Sulteng juga pernah mencoba mengoptimalkan dana penanganan sektor kesehatan
dengan menjajaki kemungkinan memproduksi APD secara mandiri. Namun, produk APD
yang dihasilkan berkualitas di bawah standar sehingga belum dapat diproduksi secara
masif.
6,501
21,512
3,308
13,581
16,905
12,710
9,982
22,761
8,077
14,082
2,343
4,111
11,389
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
L A P O R A N K A J I A N F I S K A L R E G I O N A L ( K F R ) T A H U N 2 0 2 0
Gambar : unikpalu.com Sulawesi Tengah
BAB VIIIPENUTUPBAB VIIIPENUTUP KESIMPULAN
REKOMENDASIKESIMPULANREKOMENDASI
117 BAB VIII : PENUTUP
BAB VIII PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
Dari uraian dalam bab-bab sebelumnya dapat disampaikan kesimpulan KFR Tahunan
Provinsi Sulteng Tahun 2020 sebagai berikut:
1. Mengusung visi pembangunan “Sulteng Maju, Mandiri, dan Berdaya Saing” dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang harus tercapai pada tahun 2021,
Sulteng menetapkan target tahunan sebagai indicator keberhasilan pembangunan.
Beberapa target tercapai sedangkan beberapa yang lain masih terkendala. Laju
pertumbuhan yang ditargetkan sebesar 6-6,5 persen memang tidak tercapai dengan
realisasi sebesar 4,86 persen karena kejadian luar biasa yang tidak terperkirakan,
namun realisasi PDRB perkapita sebesar 63,75 juta berhasil melampaui target sebesar
55,32 juta. Dengan capaian pertumbuhan sebesar 4,86 persen Sulteng berhasil masuk
ke dalam lingkaran Provinsi dengan pertumbuhan positif selain Maluku Utara dan Papua.
2. Ditengah berbagai keterbatasan tahun 2020, tingkat pengangguran terbuka di Provinsi
Sulteng naik dari 3,15 persen menjadi 3,77 persen. Namun disisi lain Sulteng juga
berhasil menekan bahkan menurunkan angka kemiskinan sebesar 0,13 persen,
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,68 poin, menjaga inflasi tetap
dibawah target yang sebesar 4-5,5%, dan menahan laju indeks Gini di angka 0,33.
3. Berdasarkan hasil proyeksi, laju pertumbuhan ekonomi Sulteng pada triwulan I tahun
2020 diprediksi mencapai 5,61 persen naik sebesar sebesar 1,16 persen dibandingkan
Triwulan IV 2020 dan naik sebesar 0,7 persen jika dibanding Triwulan I 2020. Hasil
proyeksi yang menunjukkan kenaikan ini semoga dapat menumbuhkan rasa optimisme
baik bagi pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha dalam menyongsong
perekonomian kedepan namun tetap dalam batas kehati-hatian dalam pengambilan
kebijakan.
4. Dari lima indikator ekonomi makro (Pertumbuhan Ekonomi, PDRB perkapita, Inflasi,
Tingkat Kemiskinan, dan Tingkat Pengangguran Terbuka), yang ditetapkan targetnya
dalam P-RKPD Provinsi Sulteng 2020 semua target berhasil dicapai.
5. Alokasi belanja APBN di tahun 2020 mencapai sebesar Rp25,166 triliun yang terdiri
APBN sebesar Rp8,819 triliun dan TKDD sebesar Rp16,348 triliun. Sampai dengan akhir
tahun, realisasi belanja APBN tercatat sebesar 84,4 persen sedangkan realisasi TKDD
mencapai 99,2 persen.
BAB VIII : PENUTUP 118
6. Total realisasi penerimaan pajak di Provinsi Sulteng pada tahun 2020 mencapai Rp4,005
triliun atau sebesar 102,3 persen dari rencana penerimaan pajak. Sedangkan total
realisasi PNBP mencapai Rp555 miliar naik sebesar Rp2 miliar dibandingkan dengan
capaian tahun 2019
7. Ketergantungan Pemerintah Daerah Sulteng terhadap dana transfer dari pemerintah
pusat masih tinggi. Di tahun 2020, total pendapatan transfer (TKDD) untuk seluruh
pemerintah daerah di NTT memiliki proporsi sebesar 83,12 persen.
8. Pertambangan dan penggalian masih menjadi sektor dengan kontribusi dan potensi
terbesar di Sulteng. Di tengah pukulan ekonomi akibat pandemic, sektor ini masih
tumbuh sebesar 10,36 persen dan memberikan kontribusi kepada PDRB dengan porsi
sebesar 13,40 persen. Dalam 5 tahun terakhir sektor pertambangan dan penggalian
selalu mencatatkan kontribusi yang progresif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan
rata-rata kontribusi sebesar 15,19 pertahunnya dan rata-rata laju pertumbuhan sebesar
20,70 persen pertahun.
9. Tantangan fiskal yang dihadapi Sulteng utamanya terkait dengan bagaimana
meningkatkan pendapatan mengingat realisasi pendapatan daerah hanya sebesar 2,16
persen dari target. Pada sisi belanja, Sulteng juga perlu meningkatkan realisasi belanja
khususnya belanja subsidi dan bantuan yang hanya terealisasi rata-rata sebesar sekita
kurang lebih 35 persen.
10. Terkait dengan penanganan pandemic, Sulteng perlu untuk meningkatkan realisasi
belanja Covid-19 mengingat realisasi belanja Covid-19 hanya terealisasi sebesar 61,74
persen. Rendahnya realisasi tersebut karena kontribusi realisasi belanja tidak terduga
yang hanya sebesar 0,55 persen, namun yang perlu menjadi perhatian adalah pos
realisasi belanja bidang kesehatan yang mencatatkan realisasi 82,61 persen. Hal
tersebut penting terutama dalam kaitannya dengan pelaksanaan vaksinasi dan
keberlangsungan penanganan pandemi di Sulteng.
7.2 REKOMENDASI
Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang diambil, dapat diberikan beberapa rekomendasi,
yaitu:
1. Mendorong pengembangan perekonomian wilayah barat utamanya disekitar Kota Palu,
Kabupaten Sigi, Donggal, dan Buol agar investor tertatik untuk berinvestasi di wilayah
tersebut. Disisi lain mempercepat pembangunan sarana dan prasarana di wilayah timur
yaitu disekitar Kabupaten Bangga dan Morowali agar potensi pertambangan dan
119 BAB VIII : PENUTUP
penggalian semakin dapat dioptimalkan dan daerah sekitarnya juga turut berkembang.
Kedua hal tersebut perlu dilakukan untuk menambah tingkat divergensi pembangunan
dan mengurangi kesenjangan.
2. Meningkatkan sinkronisasi kebijakan antara pemerintah daerah dan Pemerintah Pusat
utamanya dalam menahan laju peningkatan pengangguran dan kemiskinan yang
semakin berpotensi mengalami kenaikan pada masa pandemi. Mengingat Kota Palu dan
Banggai merupakan dua daerah di Sulteng yang angka kemiskinannya masih berada di
bawah angka kemiskinan nasional. Sinkronisasi kebijakan juga diperlukan agar upaya
pengentasan kemiskinan dan pengurangan pengangguran dibarengi dengan
menurunnya tingkat kesenjangan.
3. Mengoptimalkan potensi lain yang dimiliki untuk mengurangi ketergantungan terhadap
sektor pertambangan. Dimulainya program vaksinasi dan semakin tersosialisasinya
budaya new normal merupakan momentum sekaligus peluang pembukaan kembali dan
pengembangan sektor pariwisata. Begitu pandemi teratasi, diperkirakan masyarakat
akan berlomba-lomba mendatangi lokasi pariwisata mengingat sepanjang tahun
diberlakukan kebijakan social distancing dan pembatasan arus keluar masuk wilayah.
4. Mengimplementasikan kebijakan percepatan belanja pemerintah pada awal tahun untuk
menggerakkan perekonomian lebih awal, sehingga pertumbuhan ekonomi dan inflasi
tetap terjaga sebagai antisipasi perekonomian yang masih dipenuhi ketidakpastian.
5. Menjaga agar percepatan pemulihan ekonomi tetap seimbang dengan aspek kesehatan.
Mengingat Sulteng masuk kedalam kuadran provinsi yang secara perekonomian
membaik dibarengi dengan tingkat mobilitas yang tinggi, namun disisi kesehatan tingkat
penyebaran pandemi juga termasuk yang paling tinggi di Indonesia khususnya bagian
timur.
6. Meningkatkan rasio realisasi belanja Covid-19 dengan tetap memperhatikan efektivitas
bantuan. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan peningkatan kualitas data
penerima bantuan serta peningkatan sinkronisasi kebijakan dengan pemerintah pusat.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Aplikasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan. Kementerian Keuangan.
Aplikasi Sistem Informasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (SIMTRADA). Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan. Kementerian Keuangan.
Aplikasi Online Monitoring SPAN (OM-SPAN). Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Kementerian Keuangan.
Atmawikarta, Arum. 2009. Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan Ekonomi.
Bappenas.
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah : Neraca
dan LRA Unaudited. Sulawesi Tengah.
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tengah. 2020.
Refocusing dan Realokasi Belanja COVID19. Palu.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2021. Berita Resmi Statistik. Jakarta Pusat :
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. 2020. Berita Resmi Statistik. Palu:
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. 2020. Statistik Kesejahteraan Rakyat
Provinsi Sulawesi Tengah 2019. Palu: Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. 2021. Statistik Ketahanan Sosial
Provinsi Sulawesi Tengah 2019. Palu: Badan Pusat Statistik
Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah. 2020. Laporan Perekonomian Provinsi
Sulawesi Tengah Periode November 2020. Palu : Bank Indonesia.
Buchari, dkk. 1977. Adat istiadat Daerah Sulawesi Tengah. Jakarta. Pusat Penelitian
Sejarah dan Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 2019. Profil Jaringan Jalan Nasional Provinsi Sulawesi
Tengah Tahun 2019. Jakarta : Kementerian PUPR.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2019. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah Tahun 2019. https://dinkes.sultengprov.go.id (diakses 15 Februari 2021).
DAFTAR PUSTAKA
Kantor Wilayah DJPb Provinsi Sulawesi Tengah. 2020. GFS Preliminary Kantor Wilayah
Sulawesi Tengah Triwulan IV Tahun 2020. Palu : Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Kementerian Keuangan.
Kementerian Kesehatan. 2021. Daftar Puskesmas Per Kabupaten di Indonesia.
https://komdat.kemenkes.go.id (diakses 15 Februari 2021).
KPP Pratama Palu. 2020. Data dan Realisasi Perpajakan di Provinsi Sulawesi Tengah
s.d. Triwulan IV Tahun 2020. Palu : Direktorat Jenderal Pajak Kementerian
Keuangan.
KPP Pratama Luwuk. 2020. Data dan Realisasi Perpajakan di Provinsi Sulawesi Tengah
s.d. Triwulan IV Tahun 2020. Luwuk : Direktorat Jenderal Pajak Kementerian
Keuangan.
KPP Pratama Tolitoli. 2020. Data dan Realisasi Perpajakan di Provinsi Sulawesi Tengah
s.d. Triwulan IV Tahun 2020. Tolitoli : Direktorat Jenderal Pajak Kementerian
Keuangan.
KPPBC TMP C Pantoloan. 2020. Data dan Realisasi Penerimaan Bea dan Cukai di
Provinsi Sulawesi Tengah s.d. Triwulan IV Tahun 2020. Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai Kementerian Keuangan.
KPPBC TMP C Kolonodale. 2020. Data dan Realisasi Penerimaan Bea dan Cukai di
Provinsi Sulawesi Tengah s.d. Triwulan IV Tahun 2020. Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai Keuangan Republik Indonesia.
Pusat Studi Gempa Nasional. 2017. Peta Sumber dan Bahaya Gempa Bumi Indonesia
Tahun 2017. Puslitbang PUPR, Jakarta.
Provinsi Sulawesi Tengah. 2015. Peta Geoportal Provinsi Sulawesi Tengah. https://
http://geoportal.sultengprov.go.id (diakses 19 Februari 2021).
Provinsi Sulawesi Tengah. 2020. RPJMN 2016 – 2021 Perubahan. Palu.
Provinsi Sulawesi Tengah. 2020. RKPD Tahun 2020. Palu.
Robinson, Tarigan. 2013. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi
Akasaran Indonesia, Jakarta.
Soepono. 1993. Analisis Shift-Share: Perkembangan dan Penerapan. Universitas
Gadjah Mada.
DAFTAR PUSTAKA
Subroto, G. (2014) “Hubungan Pendidikan dan Ekonomi : Perspektif Teori dan Empiris”,
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 20(3), pp. 390-405. doi:
10.24832/jpnk.v20i3.318.
Kritik, saran, dan masukan dapat disampaikan kepada:
Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tengah
Jalan Tanjung Dako Nomor 15, Palu
Telepon : (0451) - 422924
Faxsimile : (0451) - 422936
Email : [email protected]
Website : www.djpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/sulteng
Tabel Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Di Provinsi Sulawesi Tengah
(Sumber: RKPD Sulteng2020)
VISI : SULAWESI TENGAH MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING
No
Misi
Tujuan
Sasaran Indikator Kinerja (impact)
Capaian Target Setelah Perubahan RPJMD
2017 2018 2019 2020 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Melanjutkan Reformasi Birokrasi, Mendukung Penegakan Supremasi Hukum dan HAM
1,1 Melanjutkan Reformasi Birokrasi melalui Peningkatan Pelayanan Publik
1.1.1 Meningkatnya kualitas pelayanan publik yang efektif dan efesien.
1 Nilai SAKIP B B B B BB
1.1.2 Meningkatnya kemampuan sumberdaya aparatur penyelenggara pemerintah daerah
2 Jumlah ASN Yg mendapatkan DIKLAT Penjenjangan
1.1.3 Terwujudnya pengawasan dan akuntabilitas pemerintah serta penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan instansi pemerintah yang semakin meningkat
3 Nilai Opini Pengelolaan Keuangan (Opini BPK)
WTP WTP WTP WTP WTP
1.1.4 Meningkatnya Kualitas Pelayanan
Perizinan yang efektif dan efisien serta terselenggaranya pelayanan publik yang bermutu dan
4 Lama Pengurusan Izin Usaha
1-30 Hari 1-25 Hari 1-20 Hari 1-15 Hari 1-10 Hari
5 Lama Pengurusan Non Izin Usaha
1-7 Hari 1-6 Hari 1-5 Hari 1-4 Hari 1-3 Hari
VISI : SULAWESI TENGAH MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING
No
Misi
Tujuan
Sasaran Indikator Kinerja (impact)
Capaian Target Setelah Perubahan RPJMD
2017 2018 2019 2020 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
akuntabel berorientasi kepada kebutuhan dan tuntutan masyarakat
1.2 Mendukung Penegakan Supremasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)
2.1.1 Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Produk hukum dan perundang- undangan daerah, sosialisasi serta evaluasi produk hukum;
serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat
6 Jumlah Produk Hukum (PERDA) yang Dihasilkan
2.1.2 Terlaksananya penegakan hukum secara adil dan merata
7 Angka kriminalitas yang tertangani
769 719 92,48 - 92,68
92,88 - 93,28
93,38 - 93,78
2.1.3 Menurunnya
Tindak kekerasan
pada Perempuan
dan Anak
8 Rasio Penyelesaian Pengaduan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
86,8% 82,5% 86% 87% 90%
2 Meningkatkan Pembangunan
Infrastruktur Daerah dan
2,1 Meningkatkan Pembangunan
Infrastruktur Daerah dan
2.1.1 Tersedianya berbagai
infrastruktur yang Merata dan
1 Panjang Jalan Provinsi
dalam Kondisi Mantap
0,609 0,605 0,610 0,615 0,620
VISI : SULAWESI TENGAH MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING
No
Misi
Tujuan
Sasaran Indikator Kinerja (impact)
Capaian Target Setelah Perubahan RPJMD
2017 2018 2019 2020 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mendukung Kemandirian Energi
Mendukung Kemandirian Energi
Memadai 2 Presentase Rumah Layak Huni
69,47 71,25 72,35 73,45 74,55
3 Rasio Jaringan Irigasi
0,707 0,727 0.70-0.75 0.75-0.80 >80
2.1.2 Fasilitasi penyedian energi baru terbaharukan (EBT) diseluruh wilayah
4 Kontribusi Sektor Pertambangan
12,83 13,44 13.50-14.00 14.00-14.75 14.75-15.45
5 Rasio Elektrifikasi RT
79,56persen 91,93persen 94persen 96persen 98persen
6 Jumlah IUP 170 IUP 247 IUP 100-86 IUP 100-86 IUP 100-86 IUP
7 Pemanfaatan Sumberdaya Geologi dan Air Tanah
6 Unit Sumur Bor
8 Unit Sumur Bor
5-2 Unit Sumur Bor
5-2 Unit Sumur Bor
5-2 Unit Sumur Bor
2,2 Meningkatkan Daya Dukung dan daya Tampung Lingkungan Hidup
2.2.1 Lingkungan hidup
yang makin Baik 8 IKLH 69,39 69,50 69.50-70.00 70.00-72.00 70.00-72.01
9 TPS Per
Satuan Penduduk (per 10.000)
262 262 263 263-265 265-267
3 Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Melalui Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan
3,2 Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
3.2.1 Menurunkan Penduduk Miskin dan Peningkatan Kesejahteraan masyarakat
10 Presentase Penduduk diatas Garis Kemiskinan
85,78 86,31 85,00 - 85,20
85,20 - 85,40
85,40 - 85,60
11 Presentase
Penduduk Miskin
14,22 13,69 14.00-15.00 14.00-15.00 13.00-14.00
12 Kedalaman
Kemiskinan (P1)
2,80 2,28 2,27 - 2,28 2,26 - 2,27 2,25 - 2,26
VISI : SULAWESI TENGAH MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING
No
Misi
Tujuan
Sasaran Indikator Kinerja (impact)
Capaian Target Setelah Perubahan RPJMD
2017 2018 2019 2020 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
13 Keparahan Kemiskinan (P2)
0,78 0,68 0,67 - 0,68 0,66 - 0,67 0,65 - 0,66
14 persentase koperasi aktif (persen)
65,556 65,612 65,668 65,724 65,78
15 Jumlah UKM non BPR/LKM UKM (unit)
711.143
714.643 718.143
721.643 725.143
16 urutan peringkat daya saing bisnis dan tenaga kerja
25 24 23 22 21
17 Pertumbuhan Industri (persen)
7,00 - 7,20 7,20 - 7,40 7,40 - 7,60 7,60 - 7,80 7,80 - 8,00
3.2.2 Meningkatnya nilai dan realisasi investasi
18 Nilai Realisasi Investasi :
. PMDN 1,1 T 1,2 T 1,3 T 1,4 T 1,6 T
. PMA 14.8 T 16,3 T 17,7 T 19.7 T 21,7 T
3.2.3 Meningkatnya kesejahteraan gender dalam
pembangunan ekonomi
19 Peningkatan Indeks Pembangunan Gendern (IPG)
71,43persen 73,43persen 75,43persen 77,43persen 79,43persen
20 Peningkatan Indeks Pemberdayaan
Gender (GEM)
73,33persen 75,33persen 77,37persen 79,33persen 81,33persen
VISI : SULAWESI TENGAH MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING
No
Misi
Tujuan
Sasaran Indikator Kinerja (impact)
Capaian Target Setelah Perubahan RPJMD
2017 2018 2019 2020 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3.2.4 Meningkatnya jumlah wisatawan
21 Jumlah kunjungan Wisman (Orang)
18.500
19.000 19.500
20.000 21.500
22 Jumlah kunjungan
Wisnus (Orang)
3.200.000
3.450.000 3.600.000
3.800.000 4.000.000
3.2.5 Terbukanya
keterisolasian daerah-daerah terpencil
23 Persentase
Kabupaten Bebas dari Ketertinggalan
38,46 46,15 53,85 61,54 69,23
Meningkatnya kegiatan ekonomi produktif masyarakat desa.
24 Peningkatan
Kapasitas Masyarakat Desa
84 Orang 168 Orang 252 Orang 336 Orang 420 Orang
3.2.7 Meningkatnya kesetaraan gender dalam
pembangunan Ekonomi
25 Jumlah pengeluaran per kapita
Perempuan
- 7,8 Juta 7,9 Juta 8 Juta 8,7 Juta
4 Mewujudkan Pengelolaan Sumberdaya Agribisnis Dan Maritim Yang Optimal dan Berkelanjutan Sejajar Dengan Provinsi Maju Di Kawasan Timur Indonesia
4,1 Mewujudkan Pengelolaan Sumberdaya
Agribisnis dan Maritim yang Optimal dan
Berkelanjutan Sejajar Dengan
Provinsi Maju Di Kawasan Timur
Indonesia.
4.1.1 Meningkatnya pengelolaan sumberdaya hutan dan lahan ditingkat tapak
1 Pertumbuhan PDRB sub sektor kehutanan (persen)
8-9persen 8-9persen 8-9persen 8-9persen 8-9persen
4.1.2 Meningkatnya peran serta dan kesadaran
masyarakat/ para pemangku kepentingan
untuk menjaga dan melestarikan hutan dan lingkungan hidup
2 Luas hutan yang dikelola masyarakat
20.000 Ha 40.000 Ha 60.000 Ha 80.000 Ha 100.000 Ha
VISI : SULAWESI TENGAH MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING
No
Misi
Tujuan
Sasaran Indikator Kinerja (impact)
Capaian Target Setelah Perubahan RPJMD
2017 2018 2019 2020 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4.1.3 Optimalnya tatakelola hutan untuk pengendalian kerusakan DAS dan hutan lindung
3 Rehabilitasi hutan dan lahan (Hektar)
1.385 Ha 1.535 Ha 1.660 Ha 1.975 Ha 2.245 Ha
4.1.4 Terwujudnya peningkatan keamanan hutan dan peningkatan ketaatan terhadap hukum lingkungan dan kehutanan
4 Kerusakan Kawasan Hutan (persen)
0,18persen (7.694,44 Ha/Thn)
0,17persen (7.266,97 Ha/Thn)
0,16persen (6.839,51 Ha/Thn)
0,15persen (6.412,04 Ha/Thn)
0,14persen (5.984,57 Ha/Thn)
4.1.5 Meningkatnya kemampuan aparatur, masyarakat, dan dunia usaha dalam pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan serta penanggulangan bencana
5 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) (poin)
81 82 83 84 85
4.1.6 Meningkatnya kesejahteraan petani dan nelayan
6 Nilai Tukar Petani
97,5 - 98,5 102,29 102,39 102,50 102,60
4.1.7 Meningkatnya luas areal, produksi, produktivitas,
keragaman, serta mutu tanaman bahan pangan dan
7 Kontribusi sektor pertanian
terhadap PDRB BHB (persen)
30,74 28,69 28,40 28,12 27,84
VISI : SULAWESI TENGAH MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING
No
Misi
Tujuan
Sasaran Indikator Kinerja (impact)
Capaian Target Setelah Perubahan RPJMD
2017 2018 2019 2020 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
perkebunan
8 PDRB Sub
Sektor Perkebunan (Rp)
11.992.066
12.351.828 12.722.383
13.104.055 13.497.176
4.1.8 Meningkatnya Usaha Pengolahan Hasil Pertanian yang berkelanjutan
9 Pertumbuhan PDRB sub sektor tanaman pangan (persen)
2,0 - 2,5 2,5 - 3,0 3,0 - 3,5 3,5 - 4,0 4,0 - 4,5
4.1.9 Meningkatnya populasi ternak, produksi daging dan telur
10 Populasi Ternak Sapi (ekor)
350.000- 450.000
450.000- 570.000
135.575
163.662 198.339
4.1.10 Meningkatnya kesejahteraan masyarakat nelayan dan perikanan budidaya
11 Nilai Tukar Perikanan (persen)
106,62 107,15 107,68 108,22 108,76
4.1.11 Meningkatnya manfaat sosial ekonomi di kawasan pesisir
12 Pertumbuhan PDRB sub sektor perikanan (persen)
6,0 - 6,5 6,5 - 7.0 7,0 - 7,5 7,5 - 8,0 8,0 - 8,5
5 Meningkatkan Kualitas
Sumberdaya Manusia Yang
5.1 Meningkatnya Kualitas
Sumberdaya Manusia Yang
5.1.1 Meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia
1 IPM 68,11 68,88 68,25-68,50 68,75-69,00 68,50-68,76
VISI : SULAWESI TENGAH MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING
No
Misi
Tujuan
Sasaran Indikator Kinerja (impact)
Capaian Target Setelah Perubahan RPJMD
2017 2018 2019 2020 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berdaya Saing dan Berbudaya
Berdaya Saing dan Berbudaya
5.1.2 Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat
2 Usia Harapan Hidup (UHH)
67,32 67,90 67,95-68.00 68.00-68.25 68.25-68.50
3 Prevalensi Stanting
36,10 35,00 34.00-33.00 33.00-32.00 32.00-31.00
4 Angka
kematian ibu melahirkan (per 100.000 kelahiran hidup)/AKI
196 192 192-188 188-184 184-180
5 Angka kelangsungan hidup bayi
(kematian bayi per 1000 kelahiran)/ AKB
10,5 10,1 10.00-9.70 9.70-9.40 9.40-9.10
6 Persentase balita gizi buruk
0,15 0,15 0,14 0,14 0,14
5.1.3 Suksesnya KB dan terciptanya keluarga yang berkualitas
7 Laju pertumbuhan penduduk (LPP)
1,65 persen 1,65-1,50 1,65-1,51 1,65-1,52 1,65-1,53
8 Angka Fertilitas (TFR)
2,70 2,68 2,43-2,50 2,43-2,51 2,43-2,52
5.1.4 Meningkatnya akses dan mutu pendidikan terutama untuk
menuntasan wajib belajar pendidikan
9 Harapan Lama Sekolah (HRS)
12,85 13,13 13,13-13.45 13,13-13.46 13,13-13.47
10 Rata-rata
Lama Sekolah (RLS)
8,29 8,52 8.52-8.72 8.62-8.82 8.72-8.92
VISI : SULAWESI TENGAH MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING
No
Misi
Tujuan
Sasaran Indikator Kinerja (impact)
Capaian Target Setelah Perubahan RPJMD
2017 2018 2019 2020 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dasar 9 tahun dan pengembangan wajib belajar 12 tahun bagi anak usia sekolah
5.1.5 Memajukan peran
Vokasi dalam meningktkan SDM berdaya saing
5.1.6 Mewujudkan pengarusutamaan gender (PUG) dan
peningkatan peran perempuan
5.1.7 Meningkatnya
kualitas SDM
Perempuan dan
anak
11 Angka Melek Huruf
12 SMK
Tekraktriditasi 13 Indeks
Pembangunan Gender Provinsi
15 Rasio
Kota/Kab Layak Anak (KLA) terhadap total jumlah Kab/Kota
96,10
71,43%
-
96,50
73,43%
-
96.51-97.00
75,43%
8 %
97.01-97.25
77,43%
23 %
97.26-97.50
79,43%
39 %
Data Penderita Covid Sulawesi Tengah Per Triwulan (Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng)
No Kabupaten 30 Maret 30 Juni 30-Sep 30 Desember
Konfirmasi Sembuh Meninggal Konfirmasi Sembuh Meninggal Konfirmasi Sembuh Meninggal Konfirmasi Sembuh Meninggal
1 Banggai - - - 15 6 - 37 33 1 436 271 23
2 Banggai Kepulauan
- - - 1 1 - 4 4 - 160 133 3
3 Banggai Laut - - - 1 - - 3 2 - 17 15 -
4 Buol - - - 57 55 - 62 60 1 67 66 1
5 Donggala - - - 3 1 - 43 15 3 146 113 5
6 Morowali - - - 13 12 1 27 21 2 739 304 12
7 Morowali Utara - - - 14 13 1 19 16 1 189 85 3
8 Parigi Moutong - - - 2 1 - 10 9 - 88 33 -
9 Poso - - - 14 14 - 24 20 - 321 154 7
10 Sigi - - - 5 5 - 15 5 - 137 112 6
11 Tojo una-una - - - - - - 3 1 - 40 19 1
12 Toli-Toli - - - 18 12 - 23 18 - 84 42 3
13 Palu 2.00 - 1.00 43 36 3 140 63 8 1,128 518 42
Total 2.00 - 1.00 186 156 5 410 267 16 3,552 1,865 106
Data Kurs Mata Uang Tahun 2020
Bulan Data Kurs IDR /
USD Data Kurs IDR /
JPY Data Kurs IDR /
CNY Data Kurs IDR /
EUR
1 13,650.00 125.91 1,967.74 15,142.00
2 14,340.00 132.65 2,050.53 15,809.80
3 16,300.00 151.54 2,300.89 17,977.30
4 14,825.00 138.29 2,098.55 16,240.80
5 14,575.00 135.17 2,041.40 16,175.30
6 14,180.00 131.36 2,006.82 15,925.60
7 14,530.00 137.23 2,082.89 17,112.00
8 14,560.00 137.46 2,125.70 17,378.80
9 14,840.00 140.74 2,184.92 17,389.50
10 14,620.00 139.68 2,184.21 17,027.90
11 14,090.00 135.09 2,140.75 16,806.60
12 14,040.00 135.95 2,150.60 17,147.10
Inflasi TA 2011 sd 2020
TW1 TW2 TW3 TW4
2011 2.46 -0.68 5.61 1.71
2012 0.56 1.72 2.67 2.51
2013 0.86 -0.26 7.44 2.5
2014 0.91 1.96 1.31 4.38
2015 0.30 2.91 -1.08 4.20
2016 -0.53 2.65 -0.72 0.90
2017 -0.12 0.73 0.19 0.42
2018 0.3 2.91 -1.08 4.2
2019 -0.53 2.65 -0.72 0.9
2020 -0.12 0.73 0.19 0.81
Provinsi
UHH (tahun)
HLS (tahun)
RLS (tahun)
Pengeluaran per Kapita
Disesuaikan (Rp000)
IPM Pertumbuhan
(%)
Capaian
2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 – 2020 -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12
Banggai Kepulauan 65,71 66,31 13,05 13,06 8,19 8,43 7.619 7.429 65,13 65,42 0,45
Banggai 70,61 70,88 13,23 13,24 8,24 8,52 9.842 9.554 70,36 70,52 0,23
Morowali 68,82 69,18 13,33 13,34 9,11 9,33 11.277 10.993 72,02 72,21 0,26
Poso 70,85 71,18 13,69 13,70 9,36 9,41 9.084 8.808 71,40 71,28 -0,17
Donggala 66,85 67,33 12,48 12,49 7,86 7,97 8.189 7.96 65,49 65,56 0,11
Toli-Toli 65,30 65,90 12,72 12,73 8,26 8,51 8.156 7.917 65,42 65,69 0,41
Buol 68,17 68,76 13,08 13,09 8,75 8,86 8.151 7.942 67,69 67,82 0,19
Parigi Moutong 63,94 64,30 12,46 12,47 7,47 7,48 9.878 9.641 65,47 65,44 -0,05
Tojo Una-Una 65,14 65,67 12,25 12,28 8,38 8,39 7.765 7.606 64,52 64,59 0,11
Sigi 69,57 69,99 12,86 12,87 8,53 8,60 8.375 8.126 68,16 68,12 -0,06
Banggai Laut 64,79 65,38 12,89 12,95 8,51 8,62 7.888 7.663 65,27 65,43 0,25
Morowali Utara 69,19 69,61 12,23 12,24 8,70 8,71 9.109 8.853 68,45 68,36 -0,13
Kota Palu 70,68 71,04 16,22 16,23 11,60 11,61 15.205 14.839 81,50 81,47 -0,04
Sulawesi Tengah 68,23 68,69 13,14 13,17 8,75 8,83 9.604 9.335 69,50 69,55 0,07
Data BI Rate Data Gini Ratio
Tabel 1.4. Kondisi Administrasi Kabupaten/Kota di Provinsi Sulwesi Tengah
BI Rate
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
2011 6.67 6.75 6.75 6.17
2012 5.83 5.75 5.75 5.75
2013 5.75 5.83 6.92 7.42
2014 7.50 7.50 7.50 7.67
2015 7.58 7.50 7.50 7.50
2016 7.00 6.67 5.58 4.75
2017 4.75 4.75 4.50 4.25
2018 4.25 4.75 5.50 5.92
2019 6.00 6.00 5.50 5.00
2020 4.75 4.42 4.00 3.83
No Periode
Gini Ratio
PERKOTAAN PERDESAAN KOTA + DESA
Naik / Turun
1 Maret-14 0.406 0.305 0.372 -
2 Sept-14 0.406 0.283 0.352 -0.02
3 Maret-15 0.425 0.329 0.374 0.022
4 Sept-15 0.415 0.303 0.37 -0.004
5 Maret-16 0.387 0.32 0.362 -0.008
6 Sept-16 0.372 0.308 0.347 -0.015
7 Maret-17 0.379 0.309 0.355 0.008
8 Sept-17 0.367 0.313 0.346 -0.009
9 Maret-18 0.37 0.307 0.346 0
10 Sept-18 0.331 0.28 0.317 -0.029
11 Maret-19 0.335 0.287 0.327 0.01
12 Sept-19 0.339 0.292 0.33 0.003
13 Maret-20 0.334 0.295 0.326 -0.004
14 Sept-20 0.334 0.295 0.321 -0.005
No Kabupaten/Kota Ibukota Tinggi (mdpl) Luas (km2) Kec. Desa Kelu-rahan
1 Banggai Kepulauan Salakan 104 2,488,79 12 141 3
2 Banggai Luwuk 125 9,672,70 23 291 46
3 Morowali Bungku 3 3,037,04 9 126 7
4 Poso Poso Kota 18 7,112,25 19 142 28
5 Donggala Banawa 35 4,275,08 16 158 9
6 Tolitoli Baolan 8 4,079,77 10 103 6
7 Buol Biau 63 4,043,57 11 108 7
8 Parigi Moutong Parigi 29 5,089,91 23 278 5
9 Tojo Una-Una Ampana 117 5,721,15 12 134 12
10 Sigi Bora 183 5,196,02 15 176 -
11 Banggai Laut Banggai 24 725,67 7 63 3
12 Morowali Utara Kolonodale 50 10,004,28 10 122 3
13 Palu Palu 64 395,06 8 - 46
PERIODE
PERKOTAAN PERDESAAN TOTAL
JUMLAH PENDUDUK
MISKIN (RIBU
ORANG)
PERSENTASE PENDUDUK
MISKIN
JUMLAH PENDUDUK
MISKIN (RIBU
ORANG)
PERSENTASE PENDUDUK
MISKIN
JUMLAH PENDUDUK
MISKIN (RIBU
ORANG)
PERSENTASE PENDUDUK
MISKIN
MARET 2011 61.9 9.46 368.44 17.89 423.63 15.83
SEPTEMBER 2011 65.9 10.05 366.17 17.96 432.07 16.04
MARET 2012 61.17 9.24 357.47 17.39 418.64 15.4
SEPTEMBER 2012 60.2 9.02 349.4 16.85 409.6 14.94
MARET 2013 59.79 8.9 345.63 16.53 405.42 14.67
SEPTEMBER 2013 64.37 9.45 336.04 15.89 400.41 14.32
MARET 2014 67.08 9.77 325.57 15.27 392.65 13.93
SEPTEMBER 2014 71.65 10.35 315.41 14.66 387.06 13.61
MARET 2015 77.97 10.93 343.66 15.9 421.63 14.66
SEPTEMBER 2015 79.25 11.06 327.09 15.07 406.34 14.07
MARET 2016 75.45 10.18 345.07 15.91 420.52 14.45
SEPTEMBER 2016 75.9 10.07 337.25 15.48 413.15 14.09
MARET 2017 77.98 10.16 339.88 15.54 417.87 14.14
SEPTEMBER 2017 81.56 10.39 341.72 15.59 423.27 14.22
MARET 2018 85.03 10.15 335.18 15.51 420.21 14.01
SEPTEMBER 2018 83.84 9.5 329.65 15.41 413.49 13.69
MARET 2019 84.74 9.32 352.62 14.69 410.36 13.48
SEPTEMBER 2019 81.46 8.9 322.57 15.01 404.03 13.18
MARET 2020 80.73 8.76 318 15.26 389.73 12.92
September 2020 87.43 9.21 316.31 14.76 403.74 13.06
Data Penduduk Miskin (2017 – 2020)
TAHUN PROVINSI JUMLAH PENDUDUK MISKIN (RIBU ORANG) PERSENTASE PENDUDUK MISKIN (%)
PERKOTAAN PERDESAAN TOTAL PERKOTAAN PERDESAAN TOTAL
SEPTEMBER 2017
SULAWESI UTARA 59.95 134.90 194.85 5.03 10.59 7.90
SULAWESI TENGAH 81.56 341.72 423.28 10.39 15.59 14.22
SULAWESI SELATAN 166.50 659.47 825.97 4.76 12.65 9.48
SULAWESI TENGGARA 67.96 245.19 313.15 7.14 14.47 11.97
GORONTALO 21.23 179.68 200.91 4.90 24.29 17.14
SULAWESI BARAT 30.02 119.45 149.47 9.50 11.70 11.18
INDONESIA 10.72 16.31 26.58 7.26 13.47 10.12
MARET 2018
SULAWESI UTARA 63.88 129.43 193.31 5.13 10.48 7.80
SULAWESI TENGAH 85.03 335.18 420.21 10.15 15.51 14.01
SULAWESI SELATAN 167.93 624.70 792.63 4.61 12.24 9.06
SULAWESI TENGGARA 66.41 240.69 307.10 6.56 14.77 11.63
GORONTALO 24.06 174.45 198.51 5.26 24.09 16.81
SULAWESI BARAT 30.76 121.02 151.78 9.64 11.75 11.25
INDONESIA 10.14 15.08 25.93 7.02 13.20 9.82
SEPTEMBER 2018
SULAWESI UTARA 62.11 126.93 189.05 4.82 10.57 7.59
SULAWESI TENGAH 83.84 329.65 413.49 9.50 15.41 13.69
SULAWESI SELATAN 168.70 610.94 779.64 4.48 12.15 8.87
SULAWESI TENGGARA 70.05 231.80 301.85 6.87 14.07 11.32
GORONTALO 21.89 166.41 188.30 4.45 23.86 15.83
SULAWESI BARAT 31.45 121.38 152.83 9.80 11.66 11.22
INDONESIA 1.31 15.54 25.67 6.89 13.10 9.60
MARET 2019
SULAWESI UTARA 65.49 126.20 191.69 5.01 10.56 7.66
SULAWESI TENGAH 84.74 325.62 410.36 9.32 15.26 13.48
SULAWESI SELATAN 170.10 597.69 767.79 4.44 11.95 8.69
SULAWESI TENGGARA 71.82 230.76 302.58 6.81 14.09 11.24
GORONTALO 21.27 164.76 186.03 4.21 23.79 15.52
SULAWESI BARAT 31.28 120.12 151.40 9.63 11.45 11.02
INDONESIA 9.99 15.15 25.14 6.69 12.85 9.41
SEPTEMBER 2019
SULAWESI UTARA 64.90 123.70 188.60 4.95 10.30 7.51
SULAWESI TENGAH 81.46 322.57 404.03 8.90 15.01 63.88
SULAWESI SELATAN 162.39 597.19 759.58 4.22 11.90 8.56
SULAWESI TENGGARA 72.58 227.38 299.97 6.81 13.77 11.04
GORONTALO 20.33 164.38 184.71 3.99 23.57 15.31
SULAWESI BARAT 30.82 121.05 151.87 9.41 11.43 10.95
INDONESIA 9.87 14.92 24.78 6.56 12.60 9.22
MARET 2020
SULAWESI UTARA 68.80 123.57 192.37 5.22 10.25 7.62
SULAWESI TENGAH 80.73 318.00 398.73 8.76 14.69 12.92
SULAWESI SELATAN 173.80 603.03 776.83 4.49 11.97 8.72
SULAWESI TENGGARA 76.93 224.89 301.82 7.14 13.50 11.00
GORONTALO 20.35 164.67 185.02 3.97 23.45 15.22
SULAWESI BARAT 31.67 120.34 152.01 9.59 11.26 10.87
INDONESIA 11.16 15.26 26.42 7.38 12.82 9.78
SEPTEMBER 2020
SULAWESI UTARA 62,11 126,93 189,05 4,82 10,57 7,59
SULAWESI TENGAH 83,84 329,65 413,49 9,50 15,41 13,69
SULAWESI SELATAN 168,70 610,94 779,64 4,48 12,15 8,87
SULAWESI TENGGARA 70,05 231,80 301,85 6,87 14,07 11,32
GORONTALO 21,89 166,41 188,30 4,45 23,86 15,83
SULAWESI BARAT 31,45 121,38 152,83 9,80 11,66 11,22
INDONESIA 10.131,28 15.543,31 25.674,58 6,89 13,10 9,6
Data
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Mar Sept Maret Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept
Kedalaman
Kota 1.78 1.41 1.89 1.93 2.05 1.85 2.02 1.3 1.43 1.98 1.68 1.83
Desa 2.76 2.69 3.01 2.4 2.73 3.14 2.88 2.68 2.71 3.71 2.96 3.2
Kota+Desa 2.52 2.37 2.72 2.28 2.55 2.8 2.64 2.28 2.33 3.19 2.58 2.78
Keparahan
Kota 0.43 0.32 0.53 0.56 0.62 0.46 0.57 0.42 0.32 0.54 0.43 0.43
Desa 0.74 0.7 0.79 0.56 0.76 0.9 0.8 0.78 0.76 1.41 0.92 1.07
Kota+Desa 0.66 0.6 0.73 0.56 0.72 0.78 0.74 0.68 0.63 1.15 0.77 0.87
Uji normalitas Pengaruh terhadap kemiskinan Hasil Uji Chow
Dependent Variable: KEMISKINAN
Method: Panel Least Squares
Date: 02/26/21 Time: 14:54
Sample: 2017 2020
Periods included: 4
Cross-sections included: 13
Total panel (balanced) observations: 52 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 47.12706 5.443371 8.657697 0.0000
EKONOMI 4.65E-11 7.47E-11 0.622542 0.5367
IPM -0.451812 0.084251 -5.362668 0.0000
KESEHATAN -4.27E-11 2.10E-11 -2.028886 0.0484
PDRB -0.112537 0.155019 -0.725953 0.4716
PENDIDIKAN 4.66E-13 4.82E-12 0.096753 0.9234
PERLINDUNGAN_SOSIAL -1.38E-11 4.01E-11 -0.343489 0.7328 Root MSE 2.233937 R-squared 0.536081
Mean dependent var 14.22308 Adjusted R-squared 0.474225
S.D. dependent var 3.311818 S.E. of regression 2.401411
Akaike info criterion 4.714639 Sum squared resid 259.5048
Schwarz criterion 4.977307 Log likelihood -115.5806
Hannan-Quinn criter. 4.815340 F-statistic 8.666612
Durbin-Watson stat 0.314640 Prob(F-statistic) 0.000003
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 72.960716 (12,33) 0.0000
Cross-section Chi-square 172.396577 12 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: KEMISKINAN
Method: Panel Least Squares
Date: 02/27/21 Time: 09:05
Sample: 2017 2020
Periods included: 4
Cross-sections included: 13
Total panel (balanced) observations: 52 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 47.12706 5.443371 8.657697 0.0000
EKONOMI 4.65E-11 7.47E-11 0.622542 0.5367
IPM -0.451812 0.084251 -5.362668 0.0000
KESEHATAN -4.27E-11 2.10E-11 -2.028886 0.0484
PDRB -0.112537 0.155019 -0.725953 0.4716
PENDIDIKAN 4.66E-13 4.82E-12 0.096753 0.9234
PERLINDUNGAN_SOSIAL -1.38E-11 4.01E-11 -0.343489 0.7328 Root MSE 2.233937 R-squared 0.536081
Mean dependent var 14.22308 Adjusted R-squared 0.474225
S.D. dependent var 3.311818 S.E. of regression 2.401411
Akaike info criterion 4.714639 Sum squared resid 259.5048
Schwarz criterion 4.977307 Log likelihood -115.5806
Hannan-Quinn criter. 4.815340 F-statistic 8.666612
Durbin-Watson stat 0.314640 Prob(F-statistic) 0.000003
Hasil Regresi Uji Hausmant Hasil Uji Multikorelationalitas
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 02/27/21 Time: 09:59
Sample: 2017 2020
Periods included: 4
Cross-sections included: 13
Total panel (balanced) observations: 52 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.870939 3.436689 1.417335 0.1634
EKONOMI -5.03E-11 2.90E-11 -1.736435 0.0895
IPM -0.066528 0.041710 -1.595000 0.1179
KEMISKINAN -0.066373 0.057645 -1.151417 0.2558
KESEHATAN 2.78E-11 8.50E-12 3.277400 0.0020
PDRB 0.143587 0.060295 2.381398 0.0216
PENDIDIKAN 2.90E-12 1.86E-12 1.557657 0.1265
PERLINDUNGAN_SOSIAL 1.03E-11 1.55E-11 0.664752 0.5097 Root MSE 0.854199 R-squared 0.611523
Mean dependent var 1.764151 Adjusted R-squared 0.549720
S.D. dependent var 1.383863 S.E. of regression 0.928612
Akaike info criterion 2.830387 Sum squared resid 37.94212
Schwarz criterion 3.130579 Log likelihood -65.59007
Hannan-Quinn criter. 2.945474 F-statistic 9.894688
Durbin-Watson stat 0.827120 Prob(F-statistic) 0.000000
EKONOMI IPM KEMISKINAN PDRB KESEHATAN PENDIDIKAN PERLINDUNGAN
_SOSIAL
EKONOMI 1.000000 0.253354 -0.133752 0.412293 0.078421 0.013785 0.909638
IPM 0.253354 1.000000 -0.660096 0.196793 0.170965 0.260057 0.135963
KEMISKINAN -0.133752 -0.660096 1.000000 -0.111169 -0.409874 -0.390516 -0.059777
PDRB 0.412293 0.196793 -0.111169 1.000000 -0.193754 -0.276491 0.376747
KESEHATAN 0.078421 0.170965 -0.409874 -0.193754 1.000000 0.792013 0.016008
PENDIDIKAN 0.013785 0.260057 -0.390516 -0.276491 0.792013 1.000000 -0.010506 PERLINDUNGAN
_SOSIAL 0.909638 0.135963 -0.059777 0.376747 0.016008 -0.010506 1.000000
Perhitungan Klassen
Lapangan Usaha
Daerah analisis (Propinsi) Rata2
Pertumbuhan (%)
Rata2 Kontribusi
(%)
Daerah Acuan (Nasional) Rata2 Pertumbuhan
(%)
Rata2 Kontibusi
(%)
2006 2007 2008 2009 2010* 2006 2007 2008 2009 2010
1. Pertanian 14,103 14,786 15,494 16,071 16,706 4.66 17.06 26,240,280 27,150,930 28,461,910 29,593,370 30,440,620 3.73 13.67 1
2. Penggalian 45,184 45,126 46,897 46,888 47,558 1.62 51.23 16,803,170 17,127,840 17,249,630 18,015,900 18,643,540 2.45 8.46 3
3. Industri Pengolahan 8,512 9,247 9,911 10,408 11,104 6.86 10.88 51,410,030 53,808,460 55,776,440 56,978,490 59,531,310 3.91 26.73 2
4. Listrik & Air Bersih 175 185 198 204 215 5.38 0.22 1,225,100 1,351,700 1,499,440 1,713,730 1,804,770 9.32 0.73 4
5. Konstruksi 2,396 2,675 2,973 3,234 3,519 9.73 3.27 11,223,360 12,180,890 13,100,960 14,027,300 15,006,330 7.69 6.31 2
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
6,279 6,840 7,505 8,171 9,001 9.80 8.36 31,251,870 34,043,710 36,381,820 36,856,370 40,060,100 6.44 17.20 2
7. Pengangkutan & Komunikasi
2,173 2,332 2,575 2,788 3,051 9.01 2.86 12,480,890 14,232,670 16,590,550 19,161,620 21,739,470 14.76 8.11 4
8. Keu, Real Estat & Jasa Perusahaan
893 1,012 1,150 1,267 1,388 12.48 1.26 17,007,430 18,365,930 19,879,960 20,883,970 22,064,600 6.48 9.46 2
9. Jasa-Jasa 3,656 4,011 4,382 4,756 5,158 9.18 4.86 17,070,540 18,170,600 19,304,900 20,543,420 21,778,240 6.25 9.33 2
Jumlah Total PDRB 83,371 86,214 91,085 93,787 97,700 68.71 100.00 184,712,670 196,432,730 208,245,610 217,774,170 231,068,980 61.04 100.00
Tabel Perhitungan LQ/DLQ
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
20,711,363.14 21,923,492.87 23,163,934.69 24,728,724.11 26,297,815.44 26,929,485.22 28,131,326.47 29,346,132.97 29,992,106.69 29,594,000
B. Pertambangan dan Penggalian
5,905,470.98 7,640,100.75 9,773,066.51 7,239,050.90 9,223,195.29 12,403,303.34 14,272,081.83 15,345,216.08 17,842,503.61 22,040,000
C. Industri Pengolahan 3,591,514.99 3,788,517.62 3,956,807.97 4,274,102.89 8,119,828.03 10,958,227.06 12,185,034.10 13,375,739.70 14,684,898.82 36,465,000
D. Pengadaan Listrik dan Gas 25,177.78 28,122.03 30,705.22 35,704.75 40,527.99 42,991.55 46,933.28 50,354.61 51,310.37 53,000
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
94,666.00 97,056.86 101,352.82 109,814.08 117,098.99 121,007.20 128,370.27 135,390.83 135,182.08 136,000
F. Konstruksi 5,492,750.92 6,207,017.23 7,019,775.54 8,800,549.56 10,620,007.80 10,357,674.76 10,736,245.85 11,223,758.32 12,833,466.97 11,746,000
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
6,002,955.92 6,313,675.71 6,755,787.77 7,486,700.24 7,859,987.53 8,284,645.96 8,614,822.22 9,030,399.06 9,256,704.53 8,687,000
H. Transportasi dan Pergudangan
2,468,544.13 2,628,577.65 2,817,731.61 3,079,178.03 3,316,679.66 3,485,479.66 3,716,839.08 4,001,464.97 4,119,254.49 2,755,000
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
313,910.90 335,950.27 362,737.60 397,109.04 437,066.99 462,716.90 501,113.36 531,142.06 520,636.68 463,000
J. Informasi dan Komunikasi 2,084,030.71 2,365,799.91 2,591,790.52 2,916,471.67 3,184,482.80 3,470,273.51 3,716,044.09 4,063,040.81 4,461,451.15 4,843,000
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1,423,238.26 1,491,454.22 1,597,537.46 1,658,689.92 1,759,655.76 2,070,494.21 2,217,465.69 2,253,684.61 2,239,527.61 2,459,000
L. Real Estate 1,228,595.43 1,317,165.85 1,398,334.45 1,540,034.88 1,648,975.20 1,713,901.04 1,803,831.63 1,891,749.41 1,895,370.25 1,902,000
M,N. Jasa Perusahaan 163,542.76 176,822.70 193,777.81 204,906.16 212,775.71 222,667.66 235,012.71 248,450.93 261,517.43 255,000
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
3,463,132.64 3,793,839.27 4,125,349.28 4,508,768.77 4,892,134.34 5,193,486.03 5,532,450.09 6,106,292.14 6,453,443.15 6,467,000
P. Jasa Pendidikan 2,466,539.28 2,654,380.91 2,782,967.55 2,989,874.81 3,219,164.82 3,372,885.77 3,571,125.85 3,763,024.03 3,891,517.61 3,828,000
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
860,064.45 925,241.88 972,183.85 1,074,127.96 1,146,524.67 1,194,547.57 1,297,546.03 1,419,826.44 1,538,599.85 1,633,000
R,S,T,U. Jasa lainnya 538,330.35 562,313.50 575,478.40 633,723.08 691,280.78 730,777.45 768,616.53 807,672.36 825,582.47 825,000
Jumlah Total PDRB 56,833,828.64 62,249,529.23 68,219,319.05 71,677,530.85 82,787,201.80 91,014,564.89 97,474,859.08 103,593,339.33 111,003,073.76 134,151,000.00
Pertumbuhan 9.82 9.53 9.59 5.07 15.50 9.94 7.10 6.28 7.15 20.85
Hasil Pertumbuhan PDB Nasional Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Persen)
Nasional
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Rata-Rata
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.95 4.59 4.2 4.24 3.75 3.37 3.92 3.88 3.61 1.75 3.726
B. Pertambangan dan Penggalian 4.29 3.02 2.53 0.43 -3.42 0.95 0.66 2.16 1.22 -1.95 0.989
C. Industri Pengolahan 6.26 5.62 4.37 4.64 4.33 4.26 4.29 4.27 3.8 -2.93 3.891
D. Pengadaan Listrik dan Gas 5.69 10.06 5.23 5.9 0.9 5.39 1.54 5.47 4.04 -2.34 4.188
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4.73 3.34 3.32 5.24 7.07 3.6 4.59 5.56 6.83 4.94 4.922
F. Konstruksi 9.02 6.56 6.11 6.97 6.36 5.22 6.8 6.09 5.76 -3.26 5.563
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9.66 5.4 4.81 5.18 2.54 4.03 4.46 4.97 4.6 -3.72 4.193
H. Transportasi dan Pergudangan 8.31 7.11 6.97 7.36 6.71 7.45 8.49 7.05 6.39 -15.04 5.08
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.86 6.64 6.8 5.77 4.31 5.17 5.41 5.68 5.79 -10.22 4.221
J. Informasi dan Komunikasi 10.02 12.28 10.39 10.12 9.7 8.88 9.63 7.02 9.42 10.58 9.804
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 6.97 9.54 8.76 4.68 8.58 8.93 5.47 4.17 6.61 3.25 6.696
L. Real Estate 7.68 7.41 6.54 5 4.11 4.69 3.6 3.48 5.76 2.32 5.059
M,N. Jasa Perusahaan 9.24 7.44 7.91 9.81 7.69 7.36 8.44 8.64 10.25 -5.44 7.134
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6.43 2.13 2.56 2.38 4.63 3.2 2.05 6.97 4.65 -0.03 3.497
P. Jasa Pendidikan 6.68 8.22 7.44 5.47 7.33 3.84 3.72 5.36 6.3 2.63 5.699
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9.25 7.97 7.96 7.96 6.69 5.16 6.84 7.15 8.69 11.6 7.927
R,S,T,U. Jasa lainnya 8.22 5.76 6.4 8.93 8.08 8.01 8.73 8.95 10.57 -4.1 6.955
Rata-Rata 6.87 5.85 5.2 5 4.17 4.58 4.77 4.95 4.96 -1.58 4.477
Matriks Shift Share Pertumbuhan
Nasional Pertumbuhan Proporsional
keunggulan Kompetitif
Pergeseran bersih
Kuadran
Shift Share Tahun rij rin rn Nij
Mij Cij Dij
2011 2020 2011 2020 PPIS PPWIS
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
20,711.14 29,594.00 993,857.30 1,378,131.30 0.43 0.39 0.45 9,249.77 1,241.83 874.92 11,366.51 1
B. Pertambangan dan Penggalian 5,905.98 22,040.00 748,956.30 790,475.20 2.73 0.06 0.45 2,637.66 2,310.26 15,806.62 20,754.54 1
C. Industri Pengolahan 3,591.99 36,465.00 1,607,452.00 2,209,920.30 9.15 0.37 0.45 1,604.21 257.95 31,526.74 33,388.90 1
D. Pengadaan Listrik dan Gas 25.78 53.00 76,678.10 108,826.40 1.06 0.42 0.45 11.51 0.70 16.41 28.63 1
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
94.00 136.00 6,125.10 9,449.30 0.45 0.54 0.45 41.98 (9.03) (9.02) 23.93 4
F. Konstruksi 5,492.92 11,746.00 683,421.90 1,072,334.80 1.14 0.57 0.45 2,453.18 (672.66) 3,127.24 4,907.77 3
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
6,002.92 8,687.00 1,013,199.60 1,386,695.40 0.45 0.37 0.45 2,680.95 468.10 471.22 3,620.28 1
H. Transportasi dan Pergudangan 2,468.13 2,755.00 265,774.00 393,481.90 0.12 0.48 0.45 1,102.29 (83.68) (899.10) 119.51 4
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
313.90 463.00 214,022.00 299,248.00 0.47 0.40 0.45 140.19 15.19 24.10 179.48 1
J. Informasi dan Komunikasi 2,084.71 4,843.00 281,693.80 651,930.90 1.32 1.31 0.45 931.05 (1,808.94) 18.30 (859.58) 3
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1,423.26 2,459.00 256,443.00 457,482.00 0.73 0.78 0.45 635.64 (480.13) (80.03) 75.48 4
L. Real Estate 1,228.43 1,902.00 213,441.40 324,259.40 0.55 0.52 0.45 548.63 (89.17) 35.77 495.23 3
M,N. Jasa Perusahaan 163.76 255.00 108,239.30 195,671.10 0.56 0.81 0.45 73.14 (59.14) (41.04) (27.05) 4
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
3,463.64 6,467.00 276,336.80 365,440.90 0.87 0.32 0.45 1,546.89 430.05 1,886.52 3,863.46 1
P. Jasa Pendidikan 2,466.28 3,828.00 215,029.10 350,329.80 0.55 0.63 0.45 1,101.46 (450.37) (190.11) 460.98 4
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
860.45 1,633.00 72,592.10 142,309.70 0.90 0.96 0.45 384.28 (442.09) (53.83) (111.64) 4
R,S,T,U. Jasa lainnya 538.35 825.00 109,372.40 196,608.70 0.53 0.80 0.45 240.43 (188.96) (142.74) (91.27) 4
Total 56,835.64 134,151.00 7,142,634.2
0 10,332,595.1
0 1.36 0.45 0.45 25,383.28 - 51,932.08 77,315.36
Kllassen
Sektor
Daerah Analisis (Provinsi) Rata2
pertumbuhan %
Rata2 kontribusi
%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
20,711,363.14 21,923,492.87 23,163,934.69 24,728,724.11 26,297,815.44 26,929,485.22 28,131,326.47 29,341,132.97 29,992,106.69 29,594,000 4.27 28.67
B. Pertambangan dan Penggalian
5,905,470.98 7,640,100.75 9,773,066.51 7,239,050.90 9,223,195.29 12,403,303.34 14,272,081.83 17,345,216.08 19,842,503.61 22,040,000 18.71 13.82
C. Industri Pengolahan 3,591,514.99 3,788,517.62 3,956,807.97 4,274,102.89 8,119,828.03 10,958,227.06 12,185,034.10 25,136,739.70 29,484,898.82 36,465,000 30.63 15.17
D. Pengadaan Listrik dan Gas
25,177.78 28,122.03 30,705.22 35,704.75 40,527.99 42,991.55 46,933.28 50,354.61 51,310.37 53,000 8.67 0.04
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
94,666.00 97,056.86 101,352.82 109,814.08 117,098.99 121,007.20 128,370.27 135,390.83 135,182.08 136,000 4.17 0.13
F. Konstruksi 5,492,750.92 6,207,017.23 7,019,775.54 8,800,549.56 10,620,007.80 10,357,674.76 10,736,245.85 11,223,758.32 12,833,466.97 11,746,000 9.53 10.45
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
6,002,955.92 6,313,675.71 6,755,787.77 7,486,700.24 7,859,987.53 8,284,645.96 8,614,822.22 9,030,399.06 9,256,704.53 8,687,000 4.69 8.61
H. Transportasi dan Pergudangan
2,468,544.13 2,628,577.65 2,817,731.61 3,079,178.03 3,316,679.66 3,485,479.66 3,716,839.08 4,001,464.97 4,119,254.49 2,755,000 2.72 3.56
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
313,910.90 335,950.27 362,737.60 397,109.04 437,066.99 462,716.90 501,113.36 531,142.06 520,636.68 463,000 4.86 0.48
J. Informasi dan Komunikasi
2,084,030.71 2,365,799.91 2,591,790.52 2,916,471.67 3,184,482.80 3,470,273.51 3,716,044.09 4,063,040.81 4,461,451.15 4,843,000 9.87 3.70
K. Jasa Keuangan dan Asuransi
1,423,238.26 1,491,454.22 1,597,537.46 1,658,689.92 1,759,655.76 2,070,494.21 2,217,465.69 2,253,684.61 2,239,527.61 2,459,000 7.44 2.11
L. Real Estate 1,228,595.43 1,317,165.85 1,398,334.45 1,540,034.88 1,648,975.20
1,713,901.04 1,803,831.63 1,891,749.41 1,895,370.25 1,902,000 5.18 1.80
M,N. Jasa Perusahaan 163,542.76 176,822.70 193,777.81 204,906.16 212,775.71 222,667.66 235,012.71 248,450.93 261,517.43 255,000 5.58 0.24
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
3,463,132.64 3,793,839.27 4,125,349.28 4,508,768.77 4,892,134.34
5,193,486.03 5,532,450.09 6,106,292.14 6,453,443.15 6,467,000 7.34 5.56
P. Jasa Pendidikan 2,466,539.28 2,654,380.91 2,782,967.55 2,989,874.81 3,219,164.82 3,372,885.77 3,571,125.85 3,763,024.03 3,891,517.61 3,828,000 5.42 3.58
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
860,064.45 925,241.88 972,183.85 1,074,127.96 1,146,524.67
1,194,547.57 1,297,546.03 1,419,826.44 1,538,599.85 1,633,000 7.56 1.33
R,S,T,U. Jasa lainnya 538,330.35 562,313.50 575,478.40 633,723.08 691,280.78 730,777.45 768,616.53 807,672.36 825,582.47 825,000 4.83 0.77
Total 56,833,828.64 62,249,529.23 68,219,319.05 71,677,530.85 82,787,201.80
91,014,564.89 97,474,859.08 117,349,339.33 127,803,073.76
134,151,000.00
10.08 100
Sektor
Daerah Analisis (Nasional) Rata2
pertumbuhan %
Rata2 kontribusi
%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
993,857 1,039,441 1,083,142 1,129,053 1,171,446 1,210,956 1,258,376 1,307,253 1,354,399 1,378,131 3.726 13.37
B. Pertambangan dan Penggalian
748,956 771,562 791,054 794,490 767,327 774,593 779,678 796,505 806,206 790,475 0.989 8.77
C. Industri Pengolahan 1,607,452 1,697,787 1,771,962 1,854,257 1,934,533 2,016,877 2,103,466 2,193,368 2,276,668 2,209,920 3.891 22.05
D. Pengadaan Listrik dan Gas
76,678 84,393 88,805 94,047 94,895 100,010 101,551 107,109 111,437 108,826 4.188 1.09
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
6,125 6,330 6,540 6,883 7,369 7,635 7,985 8,429 9,005 9,449 4.922 0.08
F. Konstruksi 683,422 728,226 772,720 826,616 879,164 925,040 987,925 1,048,083 1,108,425 1,072,335 5.563 10.13
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1,013,200 1,067,912 1,119,272 1,177,298 1,207,165 1,255,761 1,311,747 1,376,879 1,440,263 1,386,695 4.193 13.86
H. Transportasi dan Pergudangan
265,774 284,663 304,506 326,933 348,856 374,843 406,679 435,337 463,158 393,482 5.08 4.04
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
214,022 228,233 243,748 257,816 268,922 282,823 298,130 315,069 333,307 299,248 4.221 3.07
J. Informasi dan Komunikasi
281,694 316,279 349,150 384,476 421,770 459,208 503,421 538,763 589,536 651,931 9.804 5.04
K. Jasa Keuangan dan Asuransi
256,443 280,896 305,515 319,826 347,269 378,279 398,971 415,621 443,093 457,482 6.696 4.04
L. Real Estate 213,441 229,254 244,238 256,440 266,980 279,501 289,569 299,648 316,901 324,259 5.059 3.05
M,N. Jasa Perusahaan 108,239 116,293 125,491 137,795 148,396 159,322 172,764 187,691 206,936 195,671 7.134 1.75
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
276,337 282,235 289,449 296,330 310,055 319,965 326,514 349,278 365,534 365,441 3.497 3.57
P. Jasa Pendidikan 215,029 232,704 250,016 263,685 283,020 293,888 304,811 321,134 341,355 350,330 5.699 3.20
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
72,592 78,380 84,621 91,357 97,466 102,490 109,498 117,322 127,522 142,310 7.927 1.15
R,S,T,U. Jasa lainnya 109,372 115,675 123,083 134,070 144,904 156,508 170,175 185,406 205,011 196,609 6.955 1.73
Total 7,142,634 7,560,263 7,953,312 8,351,369 8,699,535 9,097,698 9,531,259 10,002,893 10,498,756 10,332,595 4.477 100
Pegawai pemerintah daerah sulteng
Banggai
Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli-Toli Buol
Parigi
Moutong
Tojo Una-
Una Sigi
Banggai
Laut
Morowali
Utara Kota Palu
2016 3,862 9,115 3,818 7,650 5,793 5,474 4,514 6,667 4,384 6,266 1,560 3,054 6,849
2017 3,252 8,166 3,818 7,211 5,793 5,453 4,022 6,763 4,365 5,673 1,700 3,021 6,734
2018 3,252 7,798 3,252 6,986 5,830 5,336 3,903 6,614 4,292 5,460 1,711 2,966 6,509
2019 3,275 7,691 3,370 6,720 5,943 5,262 3,925 6,491 4,365 5,408 2,090 3,417 6,211
2020 3,225 7,425 3,351 6,491 5,735 5,118 3,783 6,374 4,255 5,150 2,062 3,359 6,060