penerapan koreksi fiskal atas laporan keuangan
TRANSCRIPT
ANALISIS PRAKTIK PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN
BADAN PADA PT. PANCAMITRA MAKMUR SURABAYA
SKRIPSI
OLEH :
SETYO BAGUS WAHYUDI
NPM : 14133119
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2018
i
ANALISIS PRAKTIK PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT.
PANCAMITRA MAKMUR SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Wijaya Putra Surabaya
Oleh :
SETYO BAGUS WAHYUDI
NPM : 14133119
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Setyo Bagus Wahyudi
NPM : 14133119
Dengan ini menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi lain, juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain, bukan tanggung jawab dosen
pembimbing dan atau Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Wijaya Putra, tetapi menjadi
tanggung jawab saya sendiri dan siap diproses sesuai dengan peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
Surabaya, 08 Agustus 2018
Setyo Bagus Wahyudi
NPM. 14133119
iii
ANALISIS PRAKTIK PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN
PADA PT. PANCAMITRA MAKMUR SURABAYA
SKRIPSI
NAMA : SETYO BAGUS WAHYUDI
FAKULTAS : EKONOMI dan BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
NPM : 14133119
DISETUJUI dan DITERIMA OLEH:
DOSEN PEMBIMBING KETUA PROGRAM STUDI
Karlin, SE, M.Ak Aminatuzzuhro, SE., M.Si
iv
ANALISIS PRAKTIK PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN
PADA PT. PANCAMITRA MAKMUR
SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi persyaratan
Untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
SETYO BAGUS WAHYUDI
NPM : 14133119
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan telah direvisi sebagaimana disarankan
oleh Tim Penguji.
Pada Tanggal : 11 Agustus 2018
Susunan Tim Penguji
Ketua Penguji,
(Dr. Novrida Qudsi Lutfillah, SE, Ak, MSA, CA)
Penguji I, Penguji II,
(Karlin, SE, M.Ak) (Prita Anugrah, SE, MM)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Akuntansi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Wijaya Putra. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Budi Endarto, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas Wijaya
Putra Surabaya.
2. Ibu Dr. Soenarmi, SE., MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Wijaya Putra Surabaya.
3. Ibu Aminatuzzuhro, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Wijaya Putra Surabaya.
4. Ibu Karlin SE., M.Ak selaku pembimbing yang selalu membimbing
dan mengarahkan penulis dalam menyusun Skripsi ini.
5. Seluruh Staff Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Wijaya
Putra Surabaya kiranya telah banyak memberikan pengetahuan pada
penulis, selama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Wijaya Putra Surabaya ini.
6. PT. PANCAMITRA MAKMUR, Terima kasih telah memberikan
kesempatan dan kerja samanya kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
vi
7. Ibunda Sukesi, Ayahanda Ali Mustofa, Istri saya Yuke Farah Yuanita,
Kakak sepupu saya Achmad Dedi Kurniawan, serta Adik saya Azzahra
Nindya Insani dan seluruh keluarga besar penulis, terima kasih atas
curahan kasih sayang, dorongan doa, nasihat, motivasi, dan
pengorbanan materilnya selama penulis menempuh studi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Wijaya Putra Surabaya.
8. Teman-teman Akuntansi D 2014, teman dekat dikelas Andrea Bambang
Wijanarko, kakak senior Ditta Chintasty Suharjo, serta teman-teman
dari seluruh fakultas, Terima kasih atas dukungan dan kebersamaanya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan naskah skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Surabaya, 08 Agustus 2018
Setyo Bagus Wahyudi
vii
ABSTRAK
Setyo Bagus Wahyudi, 14133119, Analisis Praktik Perhitungan Pajak
Penghasilan Badan pada PT. Pancamitra Makmur Surabaya, 2018
Skripsi ini secara umum bertujuan untuk menganalisis tentang
perencanaan pajak dalam hal koreksi fiskal terhadap akun-akun dalam laporan
keuangan seperti akun pendapatan dan akun biaya di salah satu perusahaan di
Surabaya, yaitu PT. PANCAMITRA MAKMUR. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menujukkan bahwa
analisis dan perhitungan pajak penghasilan PT. Pancamitra Makmur telah sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang perpajakan No 36 Tahun
2008. Namun, terdapat beberapa item yang perlu dikoreksi, antara lain
penghasilan yang dikenakan PPh final, biaya-biaya, dan pendapatan. Hasil
penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan informasi pada PT.
PANCAMITRA MAKMUR sehingga perusahaan dapat mengetahui pengaruh
perencanaan pajak dan melakukan perencanaan pajak sebagai upaya efisiensi
pembayaran pajak untuk mencapai laba yang maksimal tanpa melanggar
peraturan.
Kata kunci :
Perencanaan Pajak, Pajak Penghasilan Badan, Koreksi Fiskal, Efisiensi
viii
ABSTRACT
Setyo Bagus Wahyudi, 14133119, Practice Analysis for Calculation of
Corporate Income Tax at PT. Pancamitra Makmur Surabaya, 2018
This research generally aims to analyze tax planning in terms of fiscal
correction of accounts in financial statements such as income accounts and cost
accounts at one of the companies in Surabaya, namely PT. PANCAMITRA
MAKMUR. This research is a qualitative research with descriptive design. The
results of the study show that the analysis and calculation of PT. Pancamitra
Makmur is in accordance with the provisions stipulated in the tax law No. 36 of
2008. However, there are several items that need to be corrected, including
income subject to final income tax, costs, and income. The results of this study
are expected to be able to provide input and information on PT. PANCAMITRA
MAKMUR so that companies can find out the influence of tax planning and carry
out tax planning as an effort to efficiency tax payments to achieve maximum
profit without breaking the rules.
Key words :
Tax Planning, Corporate Income Tax, Fiscal Correction, Efficiency
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................... .................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......... .................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......... .................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................... .................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................... .................................. v
ABSTRAK ...................................................................... .................................. vii
ABSTACT ...................................................................... .................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................. .................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................... .................................. xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................... .................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................. .................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................... .................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................ .................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................... .................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ....................................... .................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ..................................... .................................. 4
BAB II TELAAH PUSTAKA ..................................... .................................. 7
2.1 Landasan Teori .......................................... .................................. 7
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ........................ .................................. 45
2.3 Kerangka Konseptual ................................ .................................. 48
BAB III METODE PENELITIAN .............................. .................................. 50
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ................ .................................. 50
3.2 Informan Penelitian ................................... .................................. 51
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian .................... .................................. 52
3.4 Fokus Penelitian ........................................ .................................. 52
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................ .................................. 53
3.6 Teknik Analisis Data ................................. .................................. 55
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 58
4.1 Hasil Penelitian ......................................... .................................. 58
4.2 Pembahasan .............................................. .................................. 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................ .................................. 87
5.1 Kesimpulan ................................................. .................................. 87
5.2 Saran ............................................................ .................................. 88
DAFTAR PUSTAKA .................................................... .................................. 89
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tarif PPh Badan ......................................... .................................. 25
Tabel 2.2 Laporan Laba Rugi Fiskal PT. “X” ............ .................................. 29
Tabel 2.3 Perbandingan Penelitian Terdahulu ............ .................................. 44
Tabel 3.1 Kisi-kisi Panduan Wawancara .................... .................................. 54
Tabel 3.2 Kisi-kisi Panduan Dokumentasi ................. .................................. 55
Tabel 4.1 Laporan Laba Rugi Fiskal 2015 ................. .................................. 74
Tabel 4.2 Laporan Laba Rugi Fiskal 2016 ................. .................................. 75
Tabel 4.3 Pajak Terutang (Fiskal) 2015 ..................... .................................. 81
Tabel 4.4 Pajak Terutang (Fiskal) 2016 ..................... .................................. 82
Tabel 4.5 Pajak Terutang dengan Koreksi Fiskal 2015 ................................. 83
Tabel 4.6 Pajak Terutang dengan Koreksi Fiskal 2016 ................................. 85
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Perhitungan Pajak Penghasilan Badan
Terutang (PPh 29) ..................................... .................................. 48
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Pancamitra Makmur Surabaya ............... 64
Gambar 4.2 Proses Penjualan PT. Pancamitra Makmur Surabaya ................... 70
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan Laba Rugi Fiskal PT. Pancamitra Makmur
Periode Januari-Desember 2015
Lampiran 2 Laporan Laba Rugi Fiskal PT. Pancamitra Makmur
Periode Januari-Desember 2016
Lampiran 3 Perhitungan Pajak Penghasilan PT. Pancamitra
Makmur Tahun 2015
Lampiran 4 Perhitungan Pajak Penghasilan PT. Pancamitra
Makmur Tahun 2016
Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Wawancara
Lampiran 6 Kartu Pembimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan menurut ketentuan
undang-undang tanpa mendapat imbalan kembali yang langsung dapat ditunjuk
yang tujuannya untuk membiayai pengeluaran publik sehubungan dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Sudah bukan merupakan rahasia
lagi bahwa dalam pelaksanaan pemungutan pajak di Indonesia tidak sesuai dengan
prosedur sehingga terjadi beberapa kasus, mulai dari penunggakan pajak hingga
penggelapan pajak.
Akhir-akhir ini marak sekali pemberitaan di media mengenai kasus-kasus
penggelapan pajak oleh beberapa pihak. Dari sekian kasus yang membelit negeri
ini, kasus pajak menduduki peringkat kedua setelah kasus korupsi yang sedang
mewabah di semua kalangan saat ini. (Antaranews.com, 2013) Martani ,
membayar pajak adalah kewajiban yang menempel pada setiap warga
negara. Penyadaran warga negara akan pentingnya membayar pajak, harus disertai
dengan akuntabilitas pemerintah dalam alokasi dan penggunaan anggaran.
Akuntabilitas ini sangat penting karena masyarakat belakangan segan membayar
pajak karena maraknya korupsi penggunaan anggaran yang berasal dari pajak
tersebut yang tidak ditujukan untuk melayani masyarakat, penyediaan
infrastruktur yang baik dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
1
2
Seperti yang kita ketahui bahwa pajak merupakan pendapatan negara yang
paling besar. Pada dasarnya pembayaran pajak ditujukan untuk kemakmuran
rakyat atau dengan kata lain dari rakyat dan untuk rakyat. Pembangunan suatu
negara sangat berpengaruh dari penerimaan negara tersebut, apabila penerimaan
negara berkurang maka pembangunan negara juga terhambat. Pembangunan
bangsa kita yang tumbuh secara pesat dalam berbagai aspek kehidupan dengan
fasilitas umum yang semakin memadai dan modern melalui kemajuan teknologi
merupakan hasil dari pembayaran pajak oleh wajab pajak yang terdiri dari orang
pribadi dan badan.
Upaya yang tepat untuk dilakukan wajib pajak untuk meminimalkan pajak
yang harus dibayarkan adalah perencanaan pajak (tax planning). Tax planning
tidak bertujuan untuk melakukan kewajiban perpajakan dengan tidak benar, tetapi
berusaha untuk memanfaatkan peluang berkaitan peraturan perpajakan yang
menguntungkan perusahaan dan tidak merugikan pemerintah dan dengan cara
yang legal. Akuntan badan usaha memiliki kontribusi yang sangat besar dalam
membantu perusahaan untuk meminimalkan jumlah pajak yang dibayarkan.
Perencanaan pajak sendiri merupakan langkah awal dalam manajemen pajak.
Manajemen pajak, meliputi perencanaan pajak, pelaksanaan kewajiban
perpajakan, dan pengendalian pajak. Pada umumnya fokus perencanaan pajak
adalah untuk meminimalkan kewajiban pajak.
3
Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini dilakukan pada PT.
Pancamitra Makmur yang berdomisili di Surabaya. Jawa Timur yang merupakan
badan usaha yang bergerak dibidang dagang pompa air. Dan telah menghitung
pajak penghasilan (pph) badan. Bedasarkan hal tersebut maka penelitian ini
membahas mengenai praktik perhitungan pajak penghasilan badan PT Pancamitra
Makmur Surabaya.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut. Untuk mempermudah
mendiskripsikan ruang lingkup penulis, pembahasan dan dimensi serta analisis
yang tertera didalam, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah praktik perhitungan pajak penghasilan badan pada PT.
Pancamitra Makmur Surabaya ?”
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan yang hendak
dicapai sehubungan dengan penelitian adalah:
“Untuk menganalisis praktik perhitungan pajak penghasilan badan di PT.
Pancamitra Makmur Surabaya”.
4
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penulis berharap agar hasil penelitian ini mempunyai manfaat serta berguna
bagi siapapun juga yang membacanya, baik penulis, maupun perusahaan maupun
pihak lain. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini memberikan alternatif optimalisasi perencanaan pajak guna
meminimalkan pembayaran pajak penghasilan badan usaha dan pencapaian
laba maksimal tanpa melanggar aturan perpajakan yang berlaku di Indonesia
b. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis tentang
bagaimana penerapan perencanaan pajak yang tepat guna meminimalkan
pembayaran pajak penghasilan suatu badan usaha. Selain itu, diharapkan
penulis dapat lebih memahami aplikasi dan praktek perencanaan pajak dalam
dunia kerja yang sebenarnya sehingga menjadi berguna ketika penulis sudah
memasuki dunia kerja nantinya
c. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan tambahan kepada
pembaca tentang adanya praktik-praktik perencanaan pajak yang tepat guna
meminimalkan pembayaran pajak
5
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
karya ilmiah dan bagi penelitian dimasa yang akan datang untuk melakukan
penelitian lebih lanjut, terutama informasi tentang penerapan tax planning di
suatu perusahaan serta pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Selain itu
sebagai penambahan khasanah perbendaharaan perpustakaan.
b. Bagi Ilmuwan atau Peneliti lain
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tambahan dan bahan kajian
bahwa akuntan suatu badan usaha juga harus berusaha memahami pentingnya
pengetahuan tentang aturan perpajakan sehingga dapat membantu badan usaha
untuk menyusun perencanaan pajak yang tepat.
c. Bagi pihak lain
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan serta
dapat sebagai referensi bagi peneliti lain bila mengadakan penelitian di masa
yang akan datang.
6
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Bab ini menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan perpajakan yang
diambil dari beberapa literatur. Landasan teori digunakan sebagai acuan dalam
menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam badan usaha.
2.1.1 Pengertian Pajak
Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 tentang
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Lima unsur pokok dalam defenisi pajak :
1. Iuran / pungutan
2. Tidak menerima kontra prestasi
3. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
4. Untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah
5. Pajak dapat dipaksakan
7
`
Soemitro dalam Mardiasmo (2011), mendefinisikan Pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kewajiban
yang dibebankan kepada rakyat terhadap kas negara yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dimana rakyat tidak mendapatkan imbalan jasa
secara langsung melainkan digunakan untuk pembangunan nasional dan
kesejahteraan masyarakat.
2.1.2 Fungsi Pajak
Wahono (2012) “pajak mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kehidupan bernegara khususnya di dalam pelaksanaan
pembangunan”. Pajak yang telah dibayarkan oleh wajib pajak akan
dipergunakan untuk kepentingan rakyat.
8
`
Menurut Mardiasmo (2011) “pajak merupakan sumber penerimaan
Negara yang mempunyai dua fungsi yaitu fungsi anggaran (budgetair) dan
fungsi mengatur (regulerend)”. Pajak merupakan sumber dana bagi
pemerintah, untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya sekaligus
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan pemerintah dalam bidang
sosial ekonomi.
1. Fungsi Penerimaan atau anggaran ( Budgetair )
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pem-
biayaan pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun penge-
luaran pembangunan.
2. Fungsi Mengatur ( Regulerend )
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan ke-
bijakan di bidang sosial, ekonomi maupun bidang politik dengan tujuan
tertentu
2.1.3 Pajak Penghasilan
Waluyo (2012) mengemukakan pajak penghasilan adalah pajak yang
dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum
lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan progresif, proporsional atau
regresif. UU. No. 7 Tahun 1983 tentang PPh sebagaimana yang telah
beberapa kali diubah terakhir dengan UU. No. 36 tahun 2008. (Selanjutnya
disebut dengan UU PPh).
9
`
Undang-undang pajak penghasilan (PPh) mengatur mengenai
penganaan pajak penghasilan terhadap subyek pajak berkenaan dengan
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak subyek
pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh
penghasilan dalam undang-undang PPh disebut wajib pajak. Wajib pajak
dikenai pajak atas penghasilannnya diterima atau diperolehnya selama satu
tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian
tahun pajak apabila kewajiban pajak subyektifnya dimulai atau terakhir
dalam tahun pajak.
Pajak penghasilan dapat diperoleh dari penghasilan bruto antara lain:
2.1.3.1 Biaya Pengurang Penghasilan Bruto
Berdasarkan UU no 36 tahun 2008 pasal 6 ayat 1 tentang
Pajak Penghasilan, besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib
Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan
penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan, termasuk:
1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha, antara lain:
a. biaya pembelian bahan
b. premi asuransi
c. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan
dalam bentuk uang
10
`
d. biaya perjalanan
e. bunga, sewa, dan royalti
f. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
g. biaya pengolahan limbah
h. biaya administrasi; dan
i. pajak kecuali Pajak Penghasilan
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas
biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial
11
`
b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara;
atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
atau khusus atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya
telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu
d. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan
9. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
10. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah
11. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah
12. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah; dan
12
`
13. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2.1.3.2 Biaya Bukan Pengurang Penghasilan Bruto
Berdasarkan UU no 36 tahun 2008 pasal 6 ayat 1 tentang
Pajak Penghasilan, biaya-biaya yang tidak dapat mengurangi
penghasilan bruto antara lain:
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti
dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi
2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
a. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan
usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan
anjak piutang
b. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan
sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
c. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan
d. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
e. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan
13
`
f. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat
pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah
industri, yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib
Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan
premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang
bersangkutan
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali
penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di
daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan
7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b,
kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh
14
`
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah;
8. Pajak Penghasilan
9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham
11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta
sanksi pidana berupa \denda yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
2.1.4 Dasar Hukum Pajak Penghasilan
Dasar hukum pajak penghasilan di Indonesia antara lain: UU. No. 7
Tahun 1984, yang disempurnakan dengan UU. No. 7 Tahun 1991, UU. No.
10 Tahun 1994 dan terakhir UU. No. 17 Tahun 2000 Peraturan Pemerintah,
KERPRES, KEPMENKEU, Keputusan Dirjen Pajak dan SE. Dirjen Pajak
UU. PPh. Berlaku mulai tahun 1984, sebagai pengganti UU. Pajak
Perseroan 1925, UU. Pajak Pendapatan, UU. PBDR Tahun 1970.
15
`
2.1.5 Objek Pajak Penghasilan
Menurut Wahono (2012) objek pajak merupakan penghasilan yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib
pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
Penggantian atau imbalan berkenaan dengan penghasilan.
Berikut adalah apa saja yang termasuk dalam objek pajak menurut
pasal 4 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008 :
1. Pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau
imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-
Undang Pajak Penghasilan.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
3. Laba usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau
anggota
c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan atau pengambil alihan usaha.
16
`
d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil. Penerimaan
kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
5. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi
6. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak
7. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
8. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
9. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
10. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
2.1.6 Objek Pajak Penghasilan yang dikecualikan
Menurut pasal 4 ayat 3 UU. Nomor 17 tahun 2000, yang tidak
termasuk objek pajak yang dipotong adalah:
1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah
17
`
2. Harta hibahan yang diterima oleh saudara dalam garis keturunan lurus
satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi
3. Warisan
4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan pengganti saham
atau sebagai pengganti penyertaan modal.
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperolah dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari
wajib pajak atau pemerintah.
6. Pembayaran dari pihak asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, dan
asuransi bea siswa
7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah.
8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan mentri keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai.
9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun.
10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komenditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, firma dan kongsi
18
`
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di indonesia.
12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan mentri keuangan.
13. Sisa lebih yang diterima atau di peroleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian
14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh badan penyelenggara
jaminan sosial kepada wajib pajak tertentu.
2.1.7 Subyek Pajak Penghasilan
Subjek pajak dapat di artikan sebagai orang yang di tuju oleh undang -
undang untuk dikenakan pajak. Pajak penghasilan di kenakan terhadap
subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolahnya
dalam waktu pajak. ( Waluyo, 2012 )
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, subyek pajak penghasilan adalah sebagai berikut:
1. Subyek pajak pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau
orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
19
`
2. Subyek pajak harta warisan belum dibagi yaitu warisan dari seseorang
yang sudah meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan pendapatan,
maka pendapatan itu dikenakan pajak
3. Subyek pajak badan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi
kriteria:
a. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan
b. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
c. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah
d. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
2.1.8 Subjek Pajak Penghasilan yang dikecualikan
Menurut pasal 4 ayat 3 UU. Nomor 17 tahun 2000, yang tidak
termasuk objek pajak yang dipotong adalah:
1. Badan perwakilan negara asing
2. Pejabat–pejabat perwakilan diplomatik, konsultan, atau pejabat–pejabat
lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada
mereka, sepanjang :
a. Bukan Warga Negara Indonesia
20
`
b. Di Indonesia tidak menerima/memperoleh penghasilan lain diluar
jabatannya di indonesia,serta negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik
3. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkanoleh menteri
keuangan. Dengan syarat :
a. Indonesia menjadi anggotanya
b. Tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain untuk
memperolah penghasilan di Indonesia
4. Organisasi internasional yang berbentuk kerjasama teknik dan/atau
kebudayaan. Dengan syarat
a. Kerja sama teknik tersebut memberi manfaat pada negara/pemerintah
Indonesia
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia
5. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang di tetapkan oleh
menteri keuangan, dengan syarat :
a. Bukan Warga Negara Indonesia
b. Di Indonesia tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau
peker jaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia
6. Unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria tertentu,
yaitu:
a. Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undanagan yang berlaku
b. Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN/APBD
21
`
c. Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran pemerintah
pusat atau daerah
d. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
2.1.9 Dasar Pengenaan Pajak
Menurut Mardiasmo ( 2009:278 ) untuk menghitung besarnya PPN
yang terutang perlu adanya Dasar Pengenaan Pajak ( DPP ) yang menjadi
dasar pengenaan pajak penambahan nilai adalah :
1. Harga Jual
Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan barang
kena pajak ( BKP ), tidak termasuk pajak pertambahan nilai ( PPN )
2. Penggantian
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua semua biaya
yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa kerena penye-
rahan jasa kena pajak ( JKP ), tidak termasuk pajak penambahan nilai (
PPN )
3. Nilai Ekspor
Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh eksportir
4. Nilai Impor
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan
bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak
22
`
2.1.10 Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga sistem
(Mardiasmo, 2011), yaitu sebagai berikut :
1. Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
2. Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang terutang.
3. With Holding System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak
yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
2.1.11 Tarif Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan di Indonesia adalah tarif progresif sebagaimana
diatur dalam pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan. Berikut ini adalah
bagan pengenaan tarif PPh terhadap Pendapatan Kena Pajak.
23
`
Tabel 2.1
Tarif PPh Badan
Tahun Tarif Pajak
Pada tahun 2009 28%
Dari 2010 s/d Juni 2016 25%
PT yang 40% sahamnya diperdagangkan
di bursa efek 5% lebih rendah dari sebelumnya
Peredaran bruto sampai dengan Rp.
50.000.000.000
Pengurangan 50% dari yang
seharusnya
Sumber: Widyaningsih (2011)
Catatan:
Sejak juli 2013 Tarif PPh Badan ditetapkan sebesar 1 % dari peredaran
Bruto
Berdasarkan Pasal 31E ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun
2008 menyatakan bahwa Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran
bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00, wajib pajak tersebut diberikan
fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a). Penerapan
pengurangan tarif sebesar 50% inipun dibatasi yaitu hanya atas Penghasilan
Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,00. Hal ini berarti bahwa untuk Penghasilan Kena Pajak atas
bagian peredaran bruto di atas Rp4,8 Milyar sampai dengan Rp50 Milyar,
tetap dikenakan tarif normal 28% dan peredaran bruto diatas Rp 50 Milyar
akan dikenakan tarif 25 % x Penghasilan Kena Pajak.
24
`
2.1.12 Laporan Laba Rugi Fiskal
Laba fiskal merupakan laba yang dihitung menurut undang – undang
perpajakan, sedangkan laba komersial adalah laba yang dihitung
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan ( SAK ) sehingga menimbulkan
laba yang berbeda. Apabila perusahaan menghitung laba berdasarkan SAK
maka pada akhir tahun pajak diperlukan penyesuaian atau koreksi fiskal dari
laba komersial ke laba fiskal. Keuntungan maupun kerugian selisih kurs
terjadi sejak awal tahun buku sampai dengan akhir periode harus
dibebankan langsung pada laba rugi tahun berjalan. Oleh karena itu dengan
tujuan kewajiban pajak penghasilan beban laba – rugi fiskal dijadikan
sebagai basis penghitungan PPh Badan.
Hal – hal yang menyebabkan timbulnya koreksi fiskal antara lain :
a. Adanya perbedaan konsep pendapatan, cara pengukuran pendapatan,
perbedaan konsep biaya, pengukuran biaya, cara pembebanan biaya atau
alokasi biaya.
b. Adanya penghasilan yang telah dipotong atau dikenakan PPh final
sehingga penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari laba – rugi
komersial ( dikoreksi ).
Perbedaan – perbedaan tersebut dibedakan dalam :
A. Perbedaan tetap
Merupakan perbedaan pengakuan suatu penghasilan atau biaya
berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan dengan Prinsip
Akuntansi yang bersifat permanen, dengan kata lain suatu
25
`
penghasilan atau biaya tidak akan diakui untuk selamanya dalam
rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak (taxable income).
Contoh biaya dan pendapatan yang termasuk perbedaan tetap yaitu:
1. Biaya Sewa gedung
2. Biaya Entertaiment
3. Biaya pengobatan dalam bentuk uang tunai
4. Biaya pakaian seragam karyawan (Uniform)
5. Biaya Rugi selisih kurs
6. Biaya Catering (Kosumsi)
7. Biaya Komisi
8. Biaya Sumbangan (Hadiah)\
9. Selisih Penyusutan fiskal dan amortisasi terhadap penyusutan dan
amortisasi komersial
10. Jasa giro bank
11. Pendapataan Komisi
12. Pendapatan Sewa
13. Pendapatan lain diluar hibah (Sumbangan/Warisan)
14. Penyusutan dan amortisasi fiskal dibawah penyusutan amortisasi
komersial
B. Perbedaan waktu
Merupakan perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi
komersial dengan ketentuan fiskal. Perbedaan ini mengakibatkan
26
`
pergeseran pengakuan penghasilan dan biaya antara satu tahun pajak
ke tahun pajak lainnya, misalnya :
1. Metode penyusutan dan Amortisasi
2. Metode penilaian persediaan
3. Penyisihan piutang tak tertagih
4. Rugi – laba selisih kurs.
Karena adanya perbedaan diatas maka diperlukan koreksi fiskal
dengan tujuan untuk menyesuaikan laba akuntansi dengan ketentuan
perpajakan, sehingga diperoleh laba pajak atau laba fiskal.
Koreksi fiskal dibedakan menjadi dua yaitu koreksi fiskal positif
(menambah laba fiskal) dan koreksi fiskal negatif (mengurangi laba
fiskal), dimana koreksi fiskal tidak dijurnal.
Format Laporan Laba/Rugi Fiskal disajikan pada tabel 2.2.
27
`
Tabel 2.2
PT. “ X “
Laporan Laba Rugi Fiskal
Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 2015
Uraian Menurut
Komersial
Menurut
Pajak
Koreksi
Fiskal
Penghasilan
a. Pendapatan tidak final dan obyek pajak xxx xxx -
b. Pendapatan final xxx - xxx
c. Pendapatan bukan obyek pajak xxx - xxx
d. Pendapatan yang dihitung kembali xxx xxx -
Biaya
a. Biaya yang merupakan pengurang xxx xxx -
b. Biaya yang terkait final xxx - xxx
c. Biaya yang terkait bukan obyek pajak xxx - xxx
d.
Biaya yang terkait pasal 9 ayat 1 UU
PPh xxx - xxx
e.
Biaya pengurang pasal 6 ayat 1 UU
PPh xxx xxx -
Penghasilan Netto 1d - 2e xxx xxx -
Kompensasi Rugi xxx xxx -
Penghasilan Kena Pajak xxx xxx -
PPh Terutang xxx xxx -
Kredit Pajak
a. Pajak yang dibayar terkai final Xxx - xxx
b. Pajak yang dibayar tidak terkait final Xxx xxx -
PPh kurang bayar / lebih bayar Xxx xxx -
Sumber Data : Jusup, (2010)
28
`
Pada format diatas, terdapat koreksi fiskal, berupa:
1. Koreksi Fiskal Positif, yaitu semua yang mengandung akses kenikmatan,
yang harus dikurangi dengan laba komersial.
Yang termasuk koreksi fiskal Positif, antara lain :
a) Biaya sewa gedung
b) Biaya Entertainment
c) Biaya pengobatan dalam bentuk uang tunai
d) Biaya pakaian seragam karyawan ( Uniform )
e) Biaya Rugi selisih kurs
f) Biaya Catering/Kosumsi
g) Biaya komisi
h) Selisih penyusutan fiskal dan amortisasi dibawah penyusutan
komersial
i) Pajak penghasilan yang dibayar dimuka (PPh pasal 21,23 dan 25
badan)
j) Insentif (Insentif penjualan produk)
k) Biaya Sumbangan (Hadiah)
2. Koreksi Fiskal Negatif, yaitu semua yang mengandung akses
kenikmatan, yang harus tambah dengan laba komersial.
Yang termasuk koreksi fiskal Positif, antara lain :
a) Laba selisih kurs
b) Jasa giro bank (Pendapatan bunga bank)
c) Pendapatan Komisi
29
`
d) Pendapatan sewa
e) Pendapatan lain di luar hibah ( sumbagan/warisan)
f) Penyusutan dan Amortisasi fiskal diatas penyusutan dan amortisasi
komersial
2.1.13 Perencanaan Pajak
Menurut Suandy (2008) perencanaan pajak adalah langkah awal
dalam manajemen pajak merujuk kepada suatu proses rekayasa usaha dan
transaksi perusahaan untuk meminimalkan utang pajak tapi masih dalam
bingkai peraturan perpajakan.
Perencanaan pajak juga merupakan pemenuhan kewajiban
perpajakan (tax compliance) secara lengkap, benar dan tepat waktu untuk
menghindari pemborosan sumber daya.
Dalam usaha meminimalkan pajak ini dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu sebagai berikut:
1. Tax avoidance adalah usaha meminimalkan pajak tanpa melanggar
hukum.
2. Tax Evasion adalah usaha meminimalkan pajak dengan jalan melanggar
hukum, seperti penggelapan pajak yang bersifat ilegal sehingga ada
sanksinya baik itu pidana maupun sanksi administrasi.
30
`
Suandy (2008:7), tujuan tax planning secara lebih khusus ditujukan
untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1. Menghilangkan/menghapus pajak sama sekali;
2. Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan
3. Menunda pengakuan penghasilan
4. Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain;
5. Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan membentuk
badan usaha baru
6. Menghindari pengenaan pajak ganda
7. Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur atau
membentuk, memperbanyak, atau mempercepat pengurangan pajak.
Suandy (2008:8), manfaat perencanaan pajak pada prinsipnya adalah
sebagai berikut :
1. Mengatur alur kas, merupakan perencanaan yang dapat mengestimasi
kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga
perusahaan dapat menyusun anggaran kasnya dengan lebih akurat.
2. Penghematan kas keluar, adalah perencanaan pajak yang dapat
menghemat pajak yang merupakan biaya bagi perusahaan.
Prinsip-prinsip untuk menghemat pajak :
1. Memanfaatkan secara optimal ketentuan-ketentuan perpajakan
yang berlaku.
31
`
2. Menyebar penghasilan kebeberapa tahun untuk menghindari pajak
yang tinggi.
3. Mengambil beberapa keuntungan dari pemilihan bentuk-bentuk
tepat.
4. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sehingga dapat
diukursecara keseluruhan
5. penggunaan tarif pajak dan potensi penghasilannya.
2.1.14 Tujuan Perencanaan Pajak
Menurut Suandy (2008) tujuan perencanaan pajak adalah
merekayasa agar beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin
dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan
Undang- Undang.
Dengan kata lain tujuan utama perencanaan pajak adalah
meminimalkan beban pajak yang harus ditanggung perusahaan sehingga
menjaga cash flow perusahaan secara keseluruhan.
Selain dari tujuan utama tersebut, perencanaan pajak juga
mempunyai tujuan lain seperti:
1. Tujuan yang bersifat kuantitatif.
Hasil tujuan ini berupa tax planning yaitu beban pajak paling
rendah dengan cara memilih jenis transaksi dan kebijakan yang akan
diambil oleh perusahaan.
32
`
2. Tujuan yang bersifat kualitatif.
Dalam hal ini didasari pada pelaksanaan administrasi yang baik dan
terencana, tujuan ini dapat menghindari adanya konflik yang dapat
mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian secara kualitatif
akibatnya harus menanggung beban pajak dan sanksi pajak yang
terhutang.
2.1.15 Manfaat Perencanaan Pajak
Menurut Mardiasmo (2009, hal 277) menyatakan bahwa manfaat
perencanaan pajak adalah:
1. Penghematan Kas keluar, perencanaan pajak dapat menghemat pajak
yang merupakan biaya bagi perusahaan.
2. Mengatur aliran kas (cash flow), perencanaan pajak dapat
mengestimasi kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat
pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun
2.1.16 Motivasi Dalam Perencanaan Pajak
Suandy (2008) menjelaskan “bahwa motivasi yang mendasari
dilakukannya suatu perencanaan pajak umumnya bersumber dari tiga unsur
perpajakan”. yaitu:
1. Kebijakan Perpajakan (tax policy)
Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai
sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan. Dari berbagai
33
`
aspek kebijakan pajak, terdapat faktor-faktor yang mendorong
dilakukannya suatu perencanaan pajak, diantaranya: jenis pajak yang
akan dipungut, subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, prosedur
pembayaran pajak.
2. Undang-undang Perpajakan (tax law)
Kenyataan menunjukan bahwa dimana pun tidak ada undang-undang
yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna. Oleh karena itu,
dalam pelaksanaanya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain
(Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri
Keuangan, dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak). Tidak jarang
ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan undang-undang itu
sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijakan
dalam mencapai tujuan lain yang ingin dicapainya. Akibatnya terbuka
celah (loopholes) bagi wajib pajak untuk menganalisis kesempatan
tersebut dengan cermat untuk perencanaan pajak yang baik.
3. Administrasi Perpajakan (tax administration)
Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah untuk
memaksimalkan laba setelah pajak (after tax return) karena pajak ikut
mempengaruhi pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam
operasi perusahaan untuk melakukan investasi melalui analisis yang
cermat dan pemanfaatan peluang atau kesempatan yang ada dalam
ketentuan peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk
34
`
memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang secara ekonomi
hakikatnya sama (karena pemerintah mempunyai tujuan lain tertentu)
dengan memanfaatkan:
a. Perbedaan tarif pajak (tax rates)
b. Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan
pajak (tax base)
c. Loopholes, shelters, dan havens
2.1.17 Strategi Umum Perencanaan Pajak
Menurut Suandy (2008), strategi umum perencanaan pajak dapat dil-
akukan dengan berbagai cara, yaitu:
1. Tax Saving
Merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alterna-
tive pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya, bagi pe-
rusahaan yang dikenakan pajak secara final, sebaiknya memberikan
kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan karena
pemberian natura dan kenikmatan kepada karyawan tidak termasuk ob-
jek PPh Pasal 21, sedangkan pengeluaran untuk pemberian natura dan
kenikmatan tersebut tidak mempengaruhi besarnya PPh Badan .
2. Tax Avoidance
Merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari
pengenaan pajak melalui transaksi- transaksi yang akan menjadi objek
pajak. Misalnya, bagi perusahaan yang
35
`
masih rugi, pemberian natura dan kenikmatan akan menurunkan PPh
Pasal 21.
3. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan.
Dalam hal menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan,
dapat dilakukan dengan memahami setiap peraturan perpajakan yang
berlaku sehingga perusahaan dapat menghindari timbulnya sanksi
perpajakan yang dapat berupa:
a. Sanksi Administrasi berupa denda, bunga, atau kenaikan.
b. Sanksi pidana berupa pidana atau kurungan.
4. Menunda Pembayaran Kewajiban Pajak
Penundaan pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar pera-
turan adalah melalui penundaan PPN. Penundaan ini dilakukan dengan
menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang di-
perkenankan khususnya untuk penjualan kredit dimana penjual mener-
bitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penye-
rahan barang.
5. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan
Kredit pajak adalah pajak yang dibayar pada tahun berjalan yang
dapat mengurangi total pajak terutang di akhir tahun pajak. Kredit pajak
dalam PPh meliputi :
a. Kredit Pajak Dalam Negeri: PPh pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal
23
b. Kredit Pajak Luar Negeri: PPh Pasal 24.
36
`
2.1.18 Tahapan Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak harus dibuat dengan mempertimbangkan kegiatan
perusahaan secara keseluruhan baik kegiatan yang bersifat lokal maupun
kegiatan internasional.
Adapun tahapan-tahapan dalam membuat perencanaan pajak menurut
Suandy (2008) adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis informasi (basis data) yang ada Tahap pertama dari proses
pembuatan perencanaan pajak adalah menganalisis komponen yang
berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung
seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung.
2. Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak
Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih atas
tindakan-tindakan berikut:
a. Pemilihan bentuk transaksi yang akan dilakukan oleh perusahaan
atau hubungan internasional.
b. Pemilihan negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau
menjadi residen dari negara tersebut.
c. Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.
3. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak Perencanaan pajak
sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil dari seluruh
perencanaan strategis perusahaan, oleh karena itu perlu dilakukan
evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu
37
`
perencanaan pajak terhadap beban pajak yang harus dibayar oleh
perusahaan. Beban pajak tersebut akan dihitung dengan menggunakan
hipotesis sebagai berikut:
a. Bagaimana jika perencanaan pajak tidak dilaksanakan
b. Bagaimana jika perencanaan pajak tersebut dilaksanakan dan
berhasil dengan baik
c. Bagaimana jika perencanaan pajak tersebut dilaksanakan tetapi
gagal.
4. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak
Pembuatan suatu rencana sebaiknya disertai dengan gambaran atau
perkiraan berapa peluang kesuksesan dan berapa laba setelah pajak
yang akan diperoleh jika berhasil maupun kerugian jika terjadi
kegagalan.
5. Memutakhirkan rencana pajak dengan membiarkan perhatian terhadap
perkembangan yang akan datang maupun situasi yang terjadi saat ini,
seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang merugikan dari
adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil
kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial.
38
`
2.1.19 Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan
oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib
pajak badan dan wajib pajak orang pribadi. Koreksi fiskal terjadi karena
adanya perbedaan perlakuan penghasilan maupun biaya antara akuntansi
komersial dengan akuntansi fiskal/pajak. Akibat koreksi fiskal dari Laporan
Keuangan komersial menjadi Laporan Keuangan fiskal menyebabkan
perbedaan antara laba komersial dengan laba fiskal.
Koreksi fiskal dilakukan apabila terdapat perbedaan antara standar,
metode atau praktik akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan fiskal (menurut ketentuan perpajakan) dengan laporan keuangan
komersil. Terjadinya perbedaan–perbedaan antara Standar Akuntansi Keu-
angan disebabkan oleh adanya berbagai kepentingan dari negara dalam me-
manfaatkan pajak sebagai salah satu komponen kebijakan fiskal.
Setyawati dan Diana (2010) menjelaskan bahwa tujuan dari koreksi
fiskal ialah untuk membuat laba/rugi komersial menjadi sesuai dengan pera-
turan perpajakan yang berlaku. Koreksi fiskal dilakukan terhadap baik
penghasilan dan biaya
Perbedaan tersebut dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Beda Tetap
Perbedaan antara ketentuaan perpajakan dengan komersial yang
menyangkut perbedaan yang bersifat permanen di mana alokasi maupun
total jumlahnya berbeda. Misalnya, sanksi administrasi perpajakan
39
`
menurut SAK boleh dikurangkan sebagai biaya, sedangkan menurut
perpajakan tidak boleh dikurangkan.
2. Beda Waktu
Perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan komersial yang
menyangkut perbedaan alokasi pembebanan untuk suatu tahun pajak,
tetapi jumlahnya secara total tidak berbeda. Misalnya, penyusutan amor-
tisasi.
Oleh karena adanya perbedaan tersebut, maka perlu dilakukan
penyesuaian atau koreksi. Koreksi tersebut terdiri atas 2, yaitu:
a. Koreksi/Penyesuaian Negatif
Koreksi karena adanya perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan
komersial yang mengakibatkan penghasilan kena pajak bertambah
kecil.
b. Koreksi/Penyesuaian Positif
Koreksi karena adanya perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan
komersial yang mengakibatkan penghasilan kena pajak bertambah be-
sar.
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan perbandingan, dalam penulisan skripsi ini peneliti mengam-
bil sebagian data berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ramayati
(2009) dan Nurjanah (2013) yang dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam
latar belakang masalah dan hasil penelitian yang diperoleh.
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Ramayanti
(2009)
Penerapan Tax
Planning Atas Pa-
jak Penghasilan
Badan Pada PT.
Agricon Putra Citra
Optima Cabang
Medan.
1. PT. Agricon Putra Citra Optima memberikan pelatihan tentang perpa-
jakan secara khusus bagi karyawan bagian finance. Atau alternative lain
adalah menambah karyawan yang menangani bidang perpajakan secara
khusus.
2. Pemberian manfaat pengembangan karyawan menjadi alternatif dalam
efisiensi. Hal ini dikarenakan adanya 2 keuntungan yang akan diperoleh
yaitu, penurunan pajak atas biaya yang bertambah dan peningkatan kuali-
tas karyawan dimasa yang akan datang.
Sama-sama
menggunakan
variabel inde-
penden tax
planning
Tidak
menggunakan
variabel de-
penden laporan
laba rugi
2 Nurjanah
(2013)
Implementasi
Perencanaan Pajak
(Tax Planning) Un-
tuk Penghematan
Jumlah Pajak
Penghasilan Pada
PT. Semen Bosowa
Maros.
1. Dalam menerapkan tax planning perusahaan memiliki beberapa ke-
bijakan-kebijakan akuntansi yang dijadikan sebagai acuan. Selain itu, pe-
rusahaan juga melakukan beberapa langkah-langkah seperti, me-
maksimalkan penghasilan yang dikecualikan melalui pemaksimalan
penghasilan bunga, memaksimalkan biaya fiskal dan meminimalkan
biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang, seperti: biaya
makan/minum, transportasi karyawan, tunjangan asuransi, biaya perbai-
kan dan penyusutan kendaraan.
2. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap penerapan tax planning
yang diterapkan oleh perusahaan dengan undang-undang perpajakan
yang berlaku, ternyata perusahaan tidak melakukan pelanggaran dan
masih mengikuti semua peraturan yang berlaku
Sama-sama
menggunakan
variabel inde-
penden tax
planning , sama-
sama menerap-
kan tax planning
sesuai dengan
undang-undang
perpajakan yang
berlaku
Variabel de-
penden
penelitian ini
adalah penghe-
matan jumlah
pajak penghasi-
lan, sementara
variabel de-
penden penulis
adalah laporan
laba rugi
40
41
`
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat
digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan penelitian ini.
Nurjannah (2013) Universitas Hasanuddin Makasar melakukan penelitian
tentang “ Implementasi perencanaan pajak ( Tax Planning ) untuk penghematan
jumlah pajak penghasilan pada PT. Semen Bosowo Maros “
Hasil penelitian tersebut bahwa Dalam menerapkan tax planning perusahaan
memiliki beberapa kebijakan-kebijakan akuntansi yang dijadikan sebagai acuan.
Selain itu, perusahaan juga melakukan beberapa langkah-langkah seperti, me-
maksimalkan penghasilan yang dikecualikan melalui pemaksimalan penghasilan
bunga, memaksimalkan biaya fiskal dan meminimalkan biaya yang tidak diperke-
nankan sebagai pengurang, seperti: biaya makan/minum, transportasi karyawan,
tunjangan asuransi, biaya perbaikan dan penyusutan kendaraan. pemeliharaan
pabrik, dimana anggaran untuk mobil tersebut dialihkan menjadi
biaya operasional pabrik yang digunakan untuk fasilitas dinas direksiyang akan
menjadi pengurang penghasilan kena pajak.
Dengan adanya perencanaan pajak pada PT. Semen Bosowa Maros maka
wajib pajak sudah memiliki kesadaran untuk membayar pajak sebesar jumlah
yang sudah direncanakan atau dengan kata lain wajib pajak badan akan lebih
patuh dalam melunasi ataupun membayar pajak tepat pada waktunya.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah
sama – sama menerapkan Tax planning untuk meminimalkan pembayaran pajak
yang dimana salah satunya dengan memaksimalakan biaya fiskal. Perbedaan
penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah dalam penelitian
42
`
peneliti terdahulu hanya menggunakan satu data periode satu saja yaitu tahun
2010.
Ramayanti (2009) Universitas Sumatera Utara melakukan penelitian
tentang “Penerapan Tax Planning atas Pajak Penghasilan Badan Pada PT. Agricon
Putra Citra Optima Cabang Medan“ dalam penelitian tersebut PT. Agricon Putra
Citra Optima memberikan pelatihan tentang perpajakan secara khusus bagi kar-
yaan bagian finance. Atau alternative lain adalah menambah karyawan yang me-
nangani bidang perpajakan secara khusus. Pemberian manfaat pengembangan
karyawan menjadi alternatif dalam efisiensi. Hal ini dikarenakan adanya 2 keun-
tungan yang akan diperoleh yaitu, penurunan pajak
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah
sama – sama menerapkan tax palnning Atas Pajak penghasilan terutang badan.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah dalam
meminimalkan pajak terutang badan peneliti ini tidak menggunakan biaya fiskal
akan tetapi hanya meminimkan biaya operasional dan lebih dominan terhadap
pengembangan kualitas karyawan yang akan datang.
43
`
2.3 Kerangka Pikir
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
Sumber: Peneliti (2018)
Praktik Perhitungan Pajak Penghasilan Ba-
dan
Laporan laba Rugi
PT. Pancamitra Makmur
aA
Koreksi Fiskal Positif
Analisis Praktik Perhitungan Pajak Pengha-
silan Badan
Penerapan Perhitungan Pajak Penghasilan
Badan di PT. Pancamitra Makmur Suraba-
ya
Koreksi Fiskal Negatif
44
`
Kerangka pikir yang dapat dijabarkan sebagai tuntutan untuk memeca-
hkan masalah penelitian dalam skripsi ini diwakili oleh bagan alur.
Dasar penelitian ini dalam melakukan perhitungan pajak penghasilan ba-
dan adalah melalui laporan laba rugi komersial yang selanjutnya akan dikore-
ksi fiskal, kemudian dianalisa dan hasilnya dibandingkan dengan laporan laba
rugi fiskal setelah dilakukan Koreksi Fiskal berdasarkan ketentuan undang-
undang perpajakan yang berlaku, dalam hal ini digunakan undang-undang pa-
jak penghasilan No 17 ayat 2b dan pasal 31e Dari analisa tersebut akhirnya
akan diketahui apakah ada pengaruh atas pajak penghasilan yang akan
dibayarkan oleh PT. Pancamitra Makmur setelah ada Koreksi Fiskal?
Berdasarkan kerangka pikir diatas akan diperoleh laporan laba rugi fiskal
sesuai dengan PSAK No. 46 dan UU pph pasal 17 ayat 2b dan pasal 31E
untuk tahun 2015 dan 2016.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
kualitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan
interpretasi tentang arti dari data yang diperoleh. Penelitian kualitatif adalah
data yang berbentuk kata, skema, dan gambar. Penelitian kualitatif berfokus
pada fenomena sosial dan pemberian suara pada perasaan dan persepsi
partisipan.
3.1.2 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
menjawab perumusan masalah penelitian yang sudah ditetapkan.
Pendekatan ini disesuaikan dengan kebutuhan pencarian jawaban atas
pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini metode pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, dimana dalam metode ini
dilakukan pembahasan masalah berdasarkan kondisi yang sebenarnya terjadi
di perusahaan. Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah Perencanaan
Pajak dan Perhitungan Pajak Penghasilan Badan. Karena pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif maka dari
dimensi waktu penelitian ini termasuk dalam pemahaman studi kasus (case
study) dalam menjawab rumusan masalah.
46
Alasan yang mendasari digunakan metode kasus (case study) dalam
menjawab rumusan ini adalah (Yin, 2010) :
1. Studi kasus cocok untuk menjawab suatu rumusan masalah yang diawali
dengan pertanyaan mengapa dan bagaimana.
2. Peneliti hanya mempunyai sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa
Peristiwa yang akan diselidiki dan fokus penelitiannya terletak pada
fenomena kontemporer ( masa kini ) didalam konteks kehidupan nyata.
Dari pendapat Yin, 2010 tentang studi kasus dapat ditarik kesimpulan
bahwa metode studi kasus dirancang untuk meneliti suatu kasus tertentu
dalam lingkup tertentu pula yang terjadi dalam konteks kehidupan nyata.
3.2 Informan Penelitian
Moleong (2000:97) Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.
Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang
akan diteliti. Dalam penelitian ini yang dimaksud sebagai informan adalah
Pegawai Tax Accounting dan Direktur PT. Pancamitra Makmur Surabaya.
3.3 Lokasi Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian
Dalam rangkaa mendapatkan data untuk menyusun skripsi ini, penulis
mengadakan penelitian pada PT. Pancamitra Makmur yang berlokasikan di
Jl. Raya Margomulyo Indah Blok C9 Surabaya, Jawa Timur.
47
3.3.2 Waktu Penelitian
Dalam melakukan penelitian, penulis membuat rencana jadwal
penelitian yang mulai dengan tahap persiapan sampai ketahap akhir yaitu
pelaporan hasil penelitian. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan
Maret 2018 sampai dengan Agustus 2018.
3.4 Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada analisis perhitungan pajak penghasilan PT.
Pancamitra Makmur Surabaya yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan
tahun 2015 dan 2016 ataupun laporan pajak perusahaan tahun 2015 dan 2016.
Ruang lingkup penelitian didasarkan pada perbandingan perhitungan pajak
penghasilan menurut perusahaan dengan perhitungan pajak penghasilan menurut
pihak perpajakan (fiskus) atau lebih dikenal dengan istilah koreksi fiskal. Dalam
hal ini, peneliti akan melihat laporan laba rugi yang dibuat perusahaan dan
menganalisis apakah akun-akun yang dapat dikoreksi dalam perpajakan seperti
akun penghasilan, beban, metode yang digunakan telah sesuai dan telah disajikan
dengan benar sesuai dengan ketentuan Undang-Undang perpajakan No. 36 Tahun
2008.
48
3.5 Metode Pengumpulan Data
Dalam usaha untuk memperoleh data-data yang relevan maka penulis
melakukan penelitian lapangan dengan menggunakan beberapa metode
pengumpulan data, yaitu :
1. Studi kepustakaan (library research)
Penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, memahami dan mempelajari
buku-buku serta literatur sesuai dengan teori-teori yang digunakan dalam
penyelesaian masalah.
2. Studi lapangan
Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada
obyek penelitian.
Adapun teknik yang digunakan yaitu :
a. Interview
Adalah suatu teknik pengumpulan data dan informasi yang dilakukan
dengan jalan mengadakan wawancara langsung dengan pihak yang
berkepentingan.
b. Observasi
Adalah suatu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan jalan terlibat
langsung dengan obyek yang diteliti.
c. Dokumentasi
Adalah pengumpulan data berupa dokumen dan catatan perusahaan yang
diperlukan dalam penelitian ini
.
49
d. Mengakses Website dan Situs – situs terkait
Adalah pengumpulan data dengan mengakses website atau situs situs yang
menyediakan informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian tersebut.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Panduan Wawancara
No Sub Variabel Indikator / Pertanyaan
1 Sejarah Perusahaan Kapan berdirinya Perusahaan?
2 Bidang usaha Bergerak dibidang usaha apa?
3 Struktur Organisasi Adakah Struktur Organisasi Perusahaan?
4
Laporan Laba Rugi
Komersial Adakah Laporan Laba Rugi Komersial?
5 Pajak Terutang Adakah Laporan Pajak Terutang?
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Panduan Dokumentasi
No Nama Dokumentasi yang dibutuhkan Ada () Tidak Ada ()
1 Bagan Struktur Organisasi Perusahaan
2 Bagan Proses Penjualan
3
Laporan Laba Rugi Tahun 2015 dan 2016
4 Pajak Terutang
50
3.6 Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mencari dan mengatur wawancara dan catatan
yang diperoleh di lapangan serta bahan- bahan lain yang telah dihimpun sehingga
dapat merumuskan hasil dari apa yang telah ditemukan. Relevan dengan jenis
penelitian yaitu penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, maka teknik
analisis data dilakukan adalah dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif,
dengan melakukan analisis secara intensif terhadap data yang telah diperoleh
dilapangan berupa kata-kata. Adapun langkah yang peneliti gunakan dalam
menganalisis data sesuai dengan pendapat yang dikembangkan oleh Huberman
dan Miles dalam Sugiono (2008) bahwa analisis dilakukan melalui prosedur
berikut:
1. Pengumpulan data.
Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data bergerak dari
lapangan / ranah empiris dalam upaya membangun teori dari data. Proses
pengumpulan data ini diawali dengan memasuki lokasi penelitian. Dalam hal
ini peneliti mendatangi tempat penelitian, yaitu PT. Pancamitra Makmur
Surabaya. Kemudian dilanjutkan dengan menemui orang-orang yang ditarget
sebagai informan penelitian. Pada proses selanjutnya baru dilakukan
pengumpulan data dengan teknik wawancara dan studi dokumentasi untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan lengkap yang diperoleh
dilapangan.
51
2. Reduksi data.
Reduksi data merupakan pemilihan data dan pemusatan perhatian kepada
data-data yang betul-betul dibutuhkan sebagai data utama dan juga data yang
sifatnya hanya pelengkap saja. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau
data lapangan dituangkan dalam uaraian atau laporan yang lengkap dan terinci.
Laporan keuangan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok,
difokuskan pada hal-hal yang penting.
3. Klasifikasi data.
Data yang telah terkumpul selama penelitian kemudian dikelompokkan
sesuai dengan tujuan penelitian, mana yang masuk kepada bentuk-bentuk
pembinaan , hambatan-hambatan dan juga upaya-upaya yang dilakukan untuk
mengatasi hambatan dalam pembinaan pegawai di Departemen Accounting
tepatnya pegawai Tax Accounting PT. Pancamitra Makmur Surabaya.
4. Penyajian data.
Penyajian data dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat
gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian
5. Penarikan kesimpulan.
Setelah melakukan penyajian data maka kesimpulan awal dapat dilakukan.
Penarikan kesimpulan ini juga dilakukan selama penelitian berlangsung.
Sejak awal kelapangan serta dalam proses pengumpulan data peneliti
berusaha melakukan analisis dan mencari makna dari yang telah
terkumpulkan.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1 Deskripsi lokasi / Objek penelitian
Dalam rangka mendapatkan data untuk menyusun skripsi ini, penulis
mengadakan penelitian pada PT. Pancamitra Makmur yang berlokasi di Jl.
Margomulyo Indah Blok C9, Surabaya, Jawa Timur.
Alasan perusahaan memilih lokasi di daerah tersebut adalah:
1. Dekat dengan pasar
2. Ketersediaan barang dagang
3. Dekat dengan penyedia sumber tenaga atau energi
4. Transportasi mudah di dapatkan
5. Ketersediaan tenaga kerja
PT. Pancamitra Makmur Surabaya adalah perusahaan yang bergerak
dalam bidang dagang pompa air. PT. Pancamitra Makmur didirikan sejak 20
januari 2012 di kota Surabaya. PT. Pancamitra Makmur pertama kali
didirikan oleh 2 orang yang memiliki tujuan yang sama untuk
mengembangkan usaha khususnya di bidang dagang pompa air. Pada tahun
2012 PT. Pancamitra Makmur belum memiliki karyawan sama sekali.
Seiring dengan naiknya permintaan akan pembeliaan pompa air dari PT ini,
pada tahun tahun 2014 PT. Pancamitra Makmur mempunyai 4 orang
karyawan tetap dan 16 orang karyawan harian. PT. Pancamitra Makmur
berkembang cukup pesat, permintaan dari beberapa pabrik untuk membeli
53
produknya semakin banyak sehingga pada tahun 2018 badan usaha ini
memiliki karyawan tetap sebanyak 6 orang dan karyawan harian sebanyak
20 orang.
Sumber daya manusia adalah salah satu faktor penting untuk menjaga
kelangsungan hidup dari suatu badan usaha. Oleh sebab itu PT. Pancamitra
Makmur memiliki sembilan pedoman perilaku perusahaan terhadap para
karyawan:
1. PT. Pancamitra Makmur beserta seluruh karyawannya akan selalu
berusaha untuk bertindak, bekerja dan menjalankan usahanya sesuai
dengan perundangan dan peraturan yang berlaku.
2. PT. Pancamitra Makmur tidak melakukan pembedaan / diskriminasi
terhadap seluruh karyawannya, baik itu yang menyangkut kesukuan,
agama, ras, jenis kelamin, status sosial maupun kebangsaan.
3. PT. Pancamitra Makmur memberlakukan hari dan jam kerja perusahaan
dengan mengacu pada perundangan serta peraturan yang berlaku, yaitu
maksimum 40 jam kerja perminggu serta maksimum 14 jam lembur
perminggu
4. PT. Pancamitra Makmur tidak dan tidak akan pernah mempekerjakan
anak dibawah umur ( dibawah batas usia bekerja). Minimum usia pekerja
pada saat penerimaan adalah 19 tahun.
5. PT. Pancamitra Makmur beserta seluruh karyawannya akan selalu
bekerja dan menjalankan usahanya dengan tetap meningkatkan dan
menjaga kestabilan dan keserasian lingkungan disekitarnya serta selalu
54
meningkatkan sistim pengelolaan perusahaan untuk menjaga
kesinambungan tanggung jawab sosialnya.
6. PT. Pancamitra Makmur tidak mempekerjakan karyawannya secara
paksa, tidak memungut biaya apapun yang berkaitan dengan penerimaan
karyawan, pengangkatan karyawan maupun promosi karyawan.
7. PT. Pancamitra Makmur beserta seluruh karyawannya akan selalu
menciptakan lingkungan kerja yang bersih, sehat, dan nyaman, serta
senantiasa menjaga dan melaksanakan pedoman-pedoman kesehatan dan
keselamatan kerja
8. PT. Pancamitra Makmur secara konsisten memberikan imbalan kepada
seluruh karyawannya berupa upah, uang lembur, tunjangan tunjangan
serta jaminan sosial tenaga kerja sesuai dengan kinerja dan prestasi
masing-masing karyawan, dengan tetap mengacu kepada perundangan
dan peraturan yang berlaku.
9. PT. Pancamitra Makmur memberikan kebebasan kepada setiap
karyawannya untuk berserikat serta mengemukakan keluhan ataupun
pendapatnya secara langsung, baik kepada atasannya masing-masing
maupun langsung kepada direksi.
4.1.1.1 Visi Dan Misi Perusahaan
Visi
Menjadi salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia dalam
bisnis perdagangan pompa air.
55
Misi
Meningkatkan kualitas produk secara terus menerus,
meminimalkan Reject, dan meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan atau mitra bisnis.
4.1.1.2 Tujuan Perusahaan
Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan masing-masing,
karena tujuan perusahaan merupakan hal yang penting dan merupakan
hal yang harus dicapai, supaya pertumbuhan yang dicapai bisa terarah
demi kebaikan bersama.
Adapun tujuan perusahaan ini di bagi menjadi tujuan jangka
pendek dan jangka panjang.
1. Tujuan Jangka Pendek
a. Meningkatkan Volume penjualan
Meningkatkan volume penjualan di perusahaan ini antara lain :
1) Mengatasi merosotnya harga pada waktu –waktu tertentu
2) Memperluas daerah penjualan, dengan menjual hasil
produksi ke dalam negeri, yang selama ini hanya
menjualnya ke luar negeri
3) Meningkatkan kuailitas barang yang dipasarkan
b. Meningkatkan Produktivitas kerja karyawan
Semakin besar motivasi yang dimiliki karyawan maka semakin
besar semangat kerjanya. Untuk meningkatkan produktivitas
diperlukan motivasi lebih selain gaji. Dengan ini karyawan akan
56
selalu senang dan bertanggung jawab penuh kepada perusahaan
dan berdampak pada peningkatan produksi yang dihasilkan.
2. Tujuan Jangka Panjang
a. Memperluas Pemasaran
Memperluas lagi jangkauan pemasaran, bukan hanya di
Indonesia tetapi di Mancanegara.
b. Mengembangkan produk baru
Perusahaan dapat berkembang apabila perusahaaan selalu
mengembangkan produk baru. Salah satu tujuan jangka panjang
perusahaan ini adalah mengembangkan lagi pompa air yang
sebelumnya sudah pernah diproduksi.
4.1.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur Organisasi merupakan salah satu aspek yang penting
dalam suatu badan usaha. Dengan adanya struktur organisasi, setiap
anggota dalam badan usaha memahami tugas dan tanggung jawab
serta wewenang yang dimilikinya di dalam suatu badan usaha. Selain
itu, struktur organisasi ini akan memberikan kemudahan bagi
pimpinan dalam melakukan pengawasan agar setiap anggota badan
usaha bekerja menurut tanggung jawab yang telah diberikan
kepadanya.
69
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. Pancamitra Makmur Surabaya
Sumber: PT. Pancamitra Makmur Surabaya
PRESIDEN DIREKTUR
DIREKTUR
KEUANGAN &
ADMINISTRASI HRD KOMERSIAL IC ENGINEERING QC
57
INVENTORY
CONTROL
WAREHOUSE INCOMING OUTGOING
58
Berdasarkan struktur organisasi pada PT. Pancamitra Makmur
Surabaya uraian tugas wewenang dan tanggung jawab masing-masing
bagian adalah sebagai berikut :
1. Presiden Direktur
Presiden Direktur mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain :
a. Memberikan nasehat, tanggapan dan/atau persetujuan secara tepat
waktu dan berdasarkan pertimbangan yang memadai.
b. Pelaksanaan rapat secara berkala satu bulan sekali
c. Memberikan nasihat kepada direksi
d. Wajib melakukan pengawasan terhadap kebijakan direksi dalam
menjalankan perseroan
2. Direktur
Direktur mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab kepada Presiden Direktur atas setiap
pengambilan keputusan yang di ambil serta bertanggung jawab
penuh terhadap keberhasilan dan kegagalan atas penerapan strategi
perusahaan
b. Menangani dan bertanggung jawab keluar maupun ke dalam
perusahaan dalam mengoperasikan aktifitas perusahaan
c. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan operasi perusahaan.
d. Mencari ide-ide baru dalam perkembangan perusahaan.
e. Mengambil inisiatif dan kebijaksanaan dalam perusahaan.
59
3. Departemen Quality Control (QC)
Tugas dan tanggung jawabnya
a. Bertanggung jawab penuh terhadap direktur
b. Memberikan barang secara detail
c. Bertanggung jawab atas keluar masuknya karyawan
d. Memberikan instruksi untuk mengulang kembali pekerjaan karena
belum sesuai dengan standar kualitas perusahaan.
4. Departemen Engineering
Tugas dan tanggung jawabnya :
a. Bertanggung jawab penuh terhadap direktur
b. Mengelola sejumlah dana tertentu yang telah dianggarkan
perusahaan untuk inovasi dagang
c. Memastikan kualitas performasi dalam perusahaan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan perusahaan
d. Berhubungan dengan pihak luar yang hendak melalukan kerja sama
dengan perusahaan berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa
untuk aktivitas riset dan pengembangan perusahaan
e. Bertanggung jawab atas kerja sama dengan perusahaan lain
5. Departemen IC
Tugas dan tanggung jawabnya :
a. Bertanggung jawab penuh terhadap direktur
b. Pengadaan, bertanggung jawab atas tersedianya barang – barang
yang dibutuhkan oleh perusahaan
60
c. Distribusi, bertugas dan bertanggung jawab didalam
mendistribusikan barang persediaan kesetiap Departemen/bagian
yang membutuhkan
d. Bertanggung jawab atas persediaan barang
e. Penyimpanan, bertugas dan bertanggung jawab atas barang
perediaan perusahaan
7. Departemen Komersial
Tugas dan tanggung jawabnya :
a. Bertanggung jawab penuh terhadap direktur
b. Merencanakan dan mengatur proses penjualan barang agar dapat
berjalan dengan baik
c. Bertanggung jawab serta berwenang mengambil kebijaksanaan-
kebijaksanaan mengenai pembelian dan penjualan
d. Merencanakan dan mengatur pembelian barang – barang kebutuhan
produksi baik Impor maupun lokal
8. Departemen keuangan dan Administrasi
a. Bagian Keuangan
Bagian ini merupakan pusat pengolahan data dengan komputer.
Bagian keuangan, bertanggung jawab atas hal-hal yang berhubungan
dengan keuangan perusahaan, antara lain kegiatan pencatatan
transaksi, pengolahan data, dan penyusunan laporan keuangan,
merencanakan serta mengawasi arus dana perusahaan yang
diperlukan untuk membiayai aktivitas perusahaan.
61
Secara rinci mempunyai tugas dan tanggung jawab bagian
keuangan sebagai berikut :
1. Bertanggung jawab penuh terhadap direktur
2. Menata uang masuk dan uang keluar sehingga tidak terjadi
kemacetan keuangan bagi perusahaan dalam pelaksanaan setiap
transaksi dalam perusahaan.
3. Menyusun daftar penerimaan dan pengeluaran kas setiap hari
untuk diserahkan pada pemegang buku perusahaan agar dapat
dibukukan.
4. Membuat laporan kas bank.
5. Membayar gaji dan upah karyawan.
6. Mencatat transaksi-transaksi ke dalam buku harian, jurnal dan
buku besar.
7. Memeriksa dan menyortir semua dokumen-dokumen keuangan
yang diterima untuk dibukukan.
8. Menyusun dan menyimpan dokumen perusahaan.
9. Membuat laporan keuangan.
b. Bagian Administrasi
Bagian ini berhubungan dengan aspek personalia mempunyai
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab penuh terhadap direktur
2. Menyiapkan dan melaksanakan penggajian dan pengupahan.
62
3. Menangani urusan pelayanan perusahaan terhadap departemen
tenaga kerja, astek dan sertifikat pekerja
4. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan perusahaan
5. Menangani urusan kesejahteraan dan keselamatan kerja.
9. Departemen Human Resource Development (HRD)
Bagian HRD mempunyai tugas untuk menyusun rencana
pengembangan dan pengendalian personil serta pembinaan
kesehatan
Tugas dan tanggung jawabnya
a. Mengatur prihal upah karyawan
b. Menyelenggarakan administrasi kepegawaian dan yang lainnya
menyangkut pendidikan
c. Mempersiapkan kebutuhan tenaga kerja bagi perusahaan
mengenai rekrutmen.
d. Bertanggung jawb penuh terhadap direktur
63
4.1.1.4 Proses Penjualan pada PT. Pancamitra Makmur
Gambar 4.2
Proses Penjualan PT. Pancamitra Makmur Surabaya
Sumber: PT. Pancamitra Makmur
Proses penjualan pada perusahaan ini dimulai dari pembelian bahan
baku, baik bahan baku impor maupun bahan baku lokal. Setelah bahan baku
dikirim ke badan usaha ini, bahan baku akan diletakkan di periksa oleh
Quality Control Incoming untuk memastikan bahwa barang yang diterima
dalam keadaan baik dan layak jual atau sesuai dengan spesifikasi yang ada,
kemudian barang tersebut diletakkan di gudang kemudia di packing sesuai
dengan standar yang telah ditentukan, setelah itu di periksa kembali oleh
Pembelian impor +
lokal
Quality Control
Incoming
Gudang
Packing
Penjualan
Quality Control
Outgoing
64
Quality Control Outgoing untuk memastikan barang tersebut sudah siap
kirim dan sesuai dengan SOP perusahaan, setelah itu barulah barang dijual.
4.1.2 Hasil Analisis Data
4.1.2.1 Analisis Pajak Penghasilan Badan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari aktifitas
perusahaan dalam satu periode akuntansi yang menunjukkan dua hal
pokok yakni laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi. Laporan
keuangan dibuat untuk memberikan gambaran mengenai aktivitas
operasional perusahaan dalam satu periode akuntansi sehingga
memudahkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik internai
maupun eksternal dalam pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan didasarkan pada nilai laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
Untuk mendapatkan nilai laba yang sesungguhnya, perusahaan harus
melakukan penyesuaian atau koreksi terhadap laporan keuangan yang
disajikan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk memberikan pedoman
dalam perhitungan penghasilan kena pajak.
Koreksi fiskal adalah penyesuaian yang harus dilakukan oleh
wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib
pajak badan. Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan
penghasilan maupun biaya antara akuntansi komersial dengan
akuntansi fiskal / pajak. Akibat koreksi fiskal dari Laporan Keuangan
65
komersial menjadi Laporan Keuangan fiskal menyebabkan perbedaan
antara laba komersial dengan laba fiskal.
Dalam penyusunan laporan keuangan fiskal, wajib pajak
harus mengacu kepada peraturan perpajakan, sehingga laporan
keuangan komersial yang dibuat berdasarkan SAK harus disesuaikan
atau dibuat koreksi fiskalnya terlebih dahulu sebelum menghitung
besarnya penghasilan kena pajak. Perbedaan cara pengukuran, konsep,
dan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi
Keuangan dengan ketentuan perpajakan menyebabkan perlunya
dibuatnya koreksi fiskal.
Koreksi fiskal ini dimaksudkan agar laba dari laporan
komersial dengan laporan fiskal dapat disesuaikan untuk menghitung
besarnya Pajak Penghasilan. Koreksi fiskal akibat perbedaan waktu
dan perbedaan tetap terdiri atas koreksi positif dan negatif. Terdapat
jumlah laba yang berbeda setelah penyesuaian antara laporan
keuangan komersial dan fiskal. Dalam melakukan koreksi fiskal yang
akan dikoreksi adalah laporan Laba rugi komersial yang dibuatoleh
perusahaan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku, untuk
dilakukan penyesuaian fiskal berdasarkan peraturan perpajakan yang
berlaku. Dimana penelitian akan dilakukan pada Laporan laba rugi
komersial yang dibuat oleh PT. Pancamitra Makmur Surabaya
berdasarkan standar akuntansi. Berikut ini yang akan menjadi fokus
penelitian untuk analisis koreksi fiskal dalam rangka perhitungan
66
pajak penghasilan badan pada PT. Pancamitra Makmur Surabaya
adalah laporan laba-rugi periode 1 Januari – 31 Desember 2015 dan 1
Januari - 31 Desember 2016 . Data-data pendukung terkait laporan
laba-rugi untuk periode 1 Januari - 31 Desember 2015 dan 1 Januari -
31 Desember 2016 juga dapat diperoleh dan dilampirkan.
Berikut ini akan disajikan ikhtisar keuangan berupa laporan
Laba Rugi tahun 2015 dan 2016 yang dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
67
Tabel 4.1
PT. Pancamitra Makmur
Laporan Laba Rugi Fiskal
Periode Januari – Desember 2015
LABA - RUGI LABA - RUGI
KOMERSIAL POSITIF NEGATIF FISKAL
PENDAPATAN :
PENJUALAN JANUARI S/D DESEMBER 2015 51,992,651,419.00 - - 51,992,651,419.00
HARGA POKOK PENJUALAN : (51,510,035,000.00) (51,510,035,000.00)
PERSEDIAAN AWAL - - - -
PEMBELIAN
- - - -
JUMLAH HPP ........................................ - - - -
LABA BRUTO ………………………… 482,616,419.00 - - 482,616,419.00
BIAYA USAHA
BIAYA GAJI & UPAH KARYAWAN 250,071,000.00 - - 250,071,000.00
BIAYA HONORARIUM JASA KONSULTAN 21,000,000.00 - - 21,000,000.00
BIAYA NOTARIS - - -
BIAYA ASURANSI 2,953,125.00 - - 2,953,125.00
BIAYA PPH PASAL 4 AYAT 2 - - -
BIAYA MANAGEMENT FEE 4,000,000.00 - - 4,000,000.00
BIAYA CATERING 15,600,000.00 - - 15,600,000.00
BIAYA KEPERLUAN KANTOR 3,411,000.00 - - 3,411,000.00
BIAYA LISTRIK 564,492.00 - - 564,492.00
BIAYA TELEPON 4,387,307.00 3,500,000.00 - 887,307.00
BIAYA SEWA KANTOR 9,916,666.63 - - 9,916,666.63
BIAYA PERJALANAN DINAS 692,000.00 - - 692,000.00
BIAYA ADMINISTRASI BANK 2,195,000.00 - - 2,195,000.00
BIAYA LAIN-LAIN 4,200,797.00 2,317,100.00 - 1,883,697.00
BIAYA PENYUSUTAN PERABOT & PERALATAN 416,249.96 24,374.96 - 391,875.00
BIAYA PENYUSUTAN PERLENGKAPAN KANTOR 425,000.00 - 69,375.00 494,375.00
JUMLAH BIAYA USAHA ……………………. (319,832,637.59) 5,841,474.96 69,375.00 (314,060,537.63)
LABA USAHA ............................................... 162,783,781.41 - - 168,555,881.37
PAJAK PENGHASILAN (42,138,750.00) 42,138,750.00 - -
120,645,031.41 168,555,881.37
PENDAPATAN & BIAYA LAIN - LAIN
PENDAPATAN JASA GIRO 316,537.65 - 316,537.65 -
PAJAK JASA GIRO (63,307.53) 63,307.53 - -
253,230.12 63,307.53 316,537.65 -
LABA NETTO SETELAH PAJAK …………… 120,898,261.53 48,043,532.49 385,912.65 168,555,881.37
URAIANKOREKSI FISKAL
Sumber: PT. Pancamitra Makmur Surabaya.
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa biaya telepon, biaya lain-lain, dan biaya
penyusutan perabot & peralatan dapat di koreksi fiskal positif, secara otomatis
laba netto semakain besar sedangkan untuk biaya penyusutan perlengkapan kantor
dan jasa giro dapat di koreksi negatif.
68
Tabel 4.2
PT. Pancamitra Makmur
Laporan Laba Rugi Fiskal
Periode Januari – Desember 2016
LABA - RUGI LABA - RUGI
KOMERSIAL POSITIF NEGATIF FISKAL
PENDAPATAN :
PENJUALAN JANUARI S/D DESEMBER 2016 56,197,657,600.00 - - 56,197,657,600.00
HARGA POKOK PENJUALAN : (55,699,255,000.00) (55,699,255,000.00)
PERSEDIAAN AWAL - - - -
PEMBELIAN
- - - -
JUMLAH HPP ........................................ - - - -
LABA BRUTO ………………………… 498,402,600.00 - - 498,402,600.00
BIAYA USAHA
BIAYA GAJI & UPAH KARYAWAN 254,889,000.00 - - 254,889,000.00
BIAYA HONORARIUM JASA KONSULTAN 24,600,000.00 - - 24,600,000.00
BIAYA NOTARIS - - -
BIAYA ASURANSI 9,000,000.00 - - 9,000,000.00
BIAYA PPH PASAL 4 AYAT 2 - - -
BIAYA MANAGEMENT FEE 4,000,000.00 - - 4,000,000.00
BIAYA KEPERLUAN KANTOR 3,316,350.00 - - 3,316,350.00
BIAYA LISTRIK 635,731.00 - - 635,731.00
BIAYA TELEPON 8,641,736.00 2,172,250.00 - 6,469,486.00
BIAYA SEWA KANTOR 10,000,000.00 - - 10,000,000.00
BIAYA PERJALANAN DINAS 453,450.00 - - 453,450.00
BIAYA ADMINISTRASI BANK 2,335,000.00 - - 2,335,000.00
BIAYA LAIN-LAIN 24,657,183.00 18,124,900.00 - 6,532,283.00
BIAYA PENYUSUTAN PERABOT & PERALATAN 343,750.00 8,125.00 - 335,625.00
BIAYA PENYUSUTAN PERLENGKAPAN KANTOR 577,000.00 18,083.34 558,916.66
JUMLAH BIAYA USAHA ……………………. (343,449,200.00) 20,323,358.34 - (323,125,841.66)
LABA USAHA ............................................... 154,953,400.00 20,323,358.34 - 175,276,758.34
PAJAK PENGHASILAN (43,819,000.00) 43,819,000.00 - -
111,134,400.00 64,142,358.34 175,276,758.34
PENDAPATAN & BIAYA LAIN - LAIN
PENDAPATAN JASA GIRO 344,658.11 - 344,658.11 -
PAJAK JASA GIRO (68,931.63) 68,931.63 - -
275,726.48 68,931.63 344,658.11 -
LABA NETTO SETELAH PAJAK …………… 111,410,126.48 64,211,289.97 344,658.11 175,276,758.34
URAIANKOREKSI FISKAL
Sumber: PT. Pancamitra Makmur Surabaya.
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa biaya telepon, biaya penyusutan perabot
& peralatan, biaya perlengkapan kantor, dan biaya lain-lain dapat di koreksi fiskal
positif, secara otomatis laba netto semakain besar sedangkan untuk pendapatan
jasa giro dapat di koreksi negatif.
69
4.1.2.2 Analisis Laba Rugi Fiskal
Penjelasan Akun Laporan Laba Rugi Fiskal PT. Pancamitra
Makmur Tahun 2015 dan Tahun 2016 sebagai berikut :
1. Pendapatan Usaha
Pendapatan usaha berasal dari penjualan produk, yang terjadi
selama tahun 2015 dan tahun 2016. Penjualan produk diakui saat
barang ada di gudang customer. Pengakuan pendapatan PT.
Pancamitra Makmur menggunakan metode accrual basis. Total
pendapatan PT. Pancamitra Makmur di tahun 2015 sebesar Rp
51.992.651.419,00 dan tahun 2016 sebesar Rp 56.197.657.600,00
berasal dari penjualan produk-produk pompa air PT. Pancamitra
Makmur ke dalam negeri (lokal). PT. Pancamitra Makmur ini hanya
melayani penjualan produknya dengan tujuan lokal.
2. Harga Pokok penjualan
PT. Pancamitra Makmur mempunyai persediaan barang jadi di
awal tahun dan kemudian terus berproduksi sampai akhir tahun 2015
dan di awal tahun dan kemudian terus berproduksi sampai akhir
tahun 2016 yang dicatat sebagai persediaan barang jadi. Besarnya
harga pokok penjualan tahun 2015 sebesar Rp 51.510.035.000,00
dan tahun 2016 sebesar Rp 55.699.255.000,00 dihitung dengan cara
persediaan barang jadi di awal tahun ditambah dengan barang yang
telah diproduksi sampai akhir tahun dikurangi dengan persediaan
akhir yang ada pada tahun 2016. Persediaan barang pada PT.
70
Pancamitra Makmur ini dinilai berdasarkan metode rata-rata
(average)
Catatan: Metode penilaian persediaan bukan barang jadi, tapi
bahan baku.
3. Beban Usaha
Beban usaha merupakan beban yang berhubungan secara
langsung dengan kegiatan usaha badan usaha. Beban usaha PT.
Pancamitra Makmur terdiri dari beban pemasaran dan beban
administrasi dan umum, dengan perincian sebagai berikut:
1. Beban Administrasi dan Umum
Beban administrasi dan umum tahun 2015 sebesar
Rp314.060.537,63 dan tahun 2016 Rp323.125.841,66 dapat
diperinci sebagai berikut:
a. Beban Gaji Karyawan
Beban gaji karyawan merupakan gaji yang dikeluarkan untuk
membayar gaji karyawan diluar upah untuk karyawan produksi
karena upah untuk karyawan produksi sudah termasuk dalam
perhitungan harga pokok penjualan. Beban gaji karyawan
tahun 2015 sebesar Rp 250.071.000,00 dan tahun 2016
Rp254.889.000,00 merupakan gaji bulanan karyawan dan THR
yang diberikan 1 tahun sekali sebesar 1 bulan gaji.Beban Jasa
71
b. Jasa Konsultan Pajak
Beban tahun 2015 sebesar Rp21.000.000,00 dan tahun 2016
sebesar Rp24.600.000,00 ini dikeluarkan perusahaan untuk
membayar jasa profesional untuk memberikan pengarahan dan
konsultasi berkaitan dengan sistem pengendalian badan usaha
c. Beban Asuransi
Beban tahun 2015 sebesar Rp 2.953.125,00 dan tahun 2016
sebesar Rp 0 dikeluarkan digunakan untuk menyediakan
kesehatan.
d. Beban Management Fee
Beban tahun 2015 sebesar Rp 4000.000,00 dan tahun 2016
sebesar Rp 0
e. Beban Catering
Beban tahun 2015 sebesar Rp 15.600.000,00 dan tahun 2016
sebesar Rp 0
f. Beban Keperluan Kantor
Beban keperluan kantor tahun 2015 sebesar Rp 3.411.000,00
dan tahun 2016 sebesar Rp 3.316.350,00 Beban tersebut
digunakan untuk membeli beberapa CPU, meja rapat, dan
peralaratn keperluan kantor lainnya.
g. Beban Listrik
Beban Listrik tahun 2015 sebesar Rp 564.492,00 dan tahun
2016 Rp635.731,00 beban listrik sdi tahun 2015 besar karena
72
ada penambahan daya dan banyak karyawan yang lembur.
Beban tersebut di gunakan untuk penerangan dan daya mesin
dan komputer, dll
h. Beban Telepon
Beban telepon tahun 2015 sebesar Rp 887.307,00 dan tahun
2016 Rp 6.469.486,00 ini dikeluarkan badan usaha untuk
melakukan komunikasi dengan pihak-pihak ekstenal yang
memiliki hubungan dengan badan usaha termasuk didalamnya
beban untuk keperluan internet, telepon dan fax.
i. Beban Sewa Kantor
Beban sewa kantor tahun 2015 sebesar Rp 9.919.666,63 dan
tahun 2016 sebesar Rp 10.000.000,00
j. Beban Perjalanan Dinas
Beban perjalanan dinas tahun 2015 sebesar Rp 692.000,00 dan
tahun 2016 sebesar Rp 453.450,00
k. Beban Administrasi Bank
Beban administrasi bank tahun 2015 sebesar Rp 2.195.000,00
dan tahun 2016 sebesar Rp 2.335.00,00 dikeluarkan badan
usaha untuk membayar administrasi yang berkaitan dengan
transaksi bank dan buku giro
l. Beban Lain-lain
Beban lain-lain tahun 2015 sebesar Rp1.883.697,00 dan tahun
2016 sebesar Rp 6.532.283,00 dikeluarkan badan usaha akibat
73
selisih pembayaran atau pembulatan, serta biaya lain-lain yang
dikeluarkan badan usaha.
m. Beban Penyusutan Perabot & Peralatan
Beban tahun 2015 sebesar Rp 391.875,00 dan tahun 2016
sebesar Rp 335.625,00
n. Beban Penyusutan Perlengkapan Kantor
Beban tahun 2015 sebesar Rp 494.375,00 dan tahun 2015
sebesar Rp 558.916,66
4. Pendapatan Lain-Lain
Pendapatan lain-lain yang di peroleh dari Pendapatan Jasa giro
tahun 2015 Rp316.537,65 dan tahun 2016 Rp344.658,11
74
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Perhitungan Pajak Penghasilan PT. Pancamitra Makmur
Berikut ini adalah tabel perhitungan pajak penghasilan terutang PT.
Pancamitra Makmur tahun 2015 dan 2016
Tabel 4.3
PT. Pancamitra Makmur
Pajak Terutang (Fiskal) Tahun 2015
( DALAM RUPIAH )
JUMLAH PEREDARAN BRUTO ………………………………………………………
PENGHASILAN KENA PAJAK :
PPH TERUTANG :
25% X 168,555,000.00 = 42,138,750.00
PAJAK PENGHASILAN TERUTANG 42,138,750.00
KREDIT PAJAK PPH 25………………….. = (36,035,700.00)
PPH 29 6,103,050.00
ANGSURAN PPH 25 TAHUN 2016 = 42,138,750.00 = 3,511,562.00
12
51,992,651,419.00
168,555,000.00
Sumber: Penulis (2018)
75
Tabel 4.4
PT. Pancamitra Makmur
Pajak Terutang (Fiskal) Tahun 2016
( DALAM RUPIAH )
JUMLAH PEREDARAN BRUTO ………………………………………………………
PENGHASILAN KENA PAJAK :
PPH TERUTANG :
25% X 175,276,000.00 = 43,819,000.00
PAJAK PENGHASILAN TERUTANG 43,819,000.00
KREDIT PAJAK PPH 25………………….. = (41,693,700.00)
PPH 29 2,125,300.00
ANGSURAN PPH 25 TAHUN 2017 = 43,819,000.00 = 3,651,583.33
12
56,197,657,600.00
175,276,000.00
Sumber: Penulis (2018)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pph terutang yang harus dibayar
PT. Pancamitra Makmur pada tahun 2015 adalah Rp 6.103.050,00 dan pada tahun
2016 sebesar Rp 2.125.300,00
76
4.2.2 Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Dengan Koreksi Fiskal
PT. Pancamitra Makmur
Berikut ini adalah tabel perhitungan pajak penghasilan terutang PT.
Pancamitra Makmur dengan Koreksi Fiskal tahun 2015 dan 2016
Tabel 4.5
PT. Pancamitra Makmur
Pajak Terutang dengan Koreksi Fiskal Tahun 2015
( DALAM RUPIAH )
JUMLAH PEREDARAN BRUTO ………………………………………………………
PENGHASILAN KENA PAJAK :
PPH TERUTANG :
25% X 168,555,000.00 = 42,138,750.00
PAJAK PENGHASILAN TERUTANG 42,138,750.00
KREDIT PAJAK :
PPH 25………………….. = 36,035,700.00
PPH 23………………….. = 200,000.00
36,235,700.00
PPH 29 5,903,050.00
ANGSURAN PPH 25 TAHUN 2016 = 42,138,750.00 = 3,511,562.00
12
51,992,651,419.00
168,555,000.00
Sumber: Penulis (2018)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada perubahan pajak terutang
badan / pph 29, dikarenakan ada perubahan di laba rugi fiskal bahwa omset /
pendapatan terdapat pembagian pendapatan yaitu pendapatan riil dagang dan jasa,
pendapatan dagang Rp 51.982.651.419 dan pendapatan jasa penurunan barang Rp.
77
10.000.000 jadi total pendapatan Rp. 51.992.651.419, didalam pendapatan jasa
terdapat unsur pajak pph 23 dengan tarif 2% dari pendapatan jasa senilai Rp.
200.000, dengan demikian bisa ditempatkan di kredit pajak yang dapat
mengurangi pajak penghasilan badan terutang / pph 29 menjadi Rp. 36.235.700
yang sebelum menggunakan koreksi fiskal sebesar 6.103.050 dan sesudah koreksi
fiskal sebesar Rp 5.903.050. Jadi dapat disimpulkan perusahaan dapat menghemat
pajak terutang senilai Rp 200.000
78
Tabel 4.6
PT. Pancamitra Makmur
Pajak Terutang dengan Koreksi Fiskal Tahun 2016
( DALAM RUPIAH )
JUMLAH PEREDARAN BRUTO ………………………………………………………
PENGHASILAN KENA PAJAK :
PPH TERUTANG :
25% X 175,276,000.00 = 43,819,000.00
PAJAK PENGHASILAN TERUTANG 43,819,000.00
KREDIT PAJAK
PPH 25………………….. = 41,693,700.00
PPH 23………………….. 400,000.00
42,093,700.00
PPH 29 1,725,300.00
ANGSURAN PPH 25 TAHUN 2017 = 43,819,000.00 = 3,651,583.33
12
56,197,657,600.00
175,276,000.00
Sumber: Penulis (2018)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada perubahan pajak terutang
badan / pph 29, dikarenakan ada perubahan di laba rugi fiskal bahwa omset /
pendapatan terdapat pembagian pendapatan yaitu pendapatan riil dagang dan jasa,
pendapatan dagang Rp 56.197.657.600 dan pendapatan jasa penurunan barang Rp.
20.000.000 jadi total pendapatan Rp. 56.177.657.600, didalam pendapatan jasa
terdapat unsur pajak pph 23 dengan tarif 2% dari pendapatan jasa senilai Rp.
400.000, dengan demikian bisa ditempatkan di kredit pajak yang dapat
mengurangi pajak penghasilan badan terutang / pph 29 menjadi Rp. 42.093.700
yang sebelum menggunakan koreksi fiskal sebesar 2.125.300 dan sesudah koreksi
79
fiskal sebesar Rp 1.725.300. Jadi dapat disimpulkan perusahaan dapat menghemat
pajak terutang senilai Rp 400.000
4.2.3 INTERPRETASI
Dilihat dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil
perhitungan pajak penghasilan badan terutang dengan menggunakan
koreksi fiskal dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Perbadingan Perhitungan Pajak Penghasilan Badan (Pph 29) PT.
Pancamitra Makmur tahun 2015-2016
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa :
a. Tahun 2015 terdapat penambahan kredit pajak pph 23 senilai Rp
200.000,00 sehingga dapat menghemat pph 29 dari sebelum koreksi
fiskal senilai Rp 6.103.050 menjadi Rp 5.903.050 sesudah koreksi
fiskal.
b. Tahun 2016 terdapat penambahan kredit pajak pph 23 senilai Rp
400.000,00 sehingga dapat menghemat pph 29 dari sebelum koreksi
fiskal senilai Rp 2.125.300 menjadi Rp 1.725.300 sesudah koreksi
fiskal.
Tahun Pph 29 Terutang
Sebelum Koreksi Fiskal Sesudah Koreksi Fiskal
2015 Rp 6.103.050 Rp 5.903.050
2016 Rp 2.125.300 Rp 1.725.000
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah menganalisis dan melakukan pembahasan dalam penelitian ini,
penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. PT. Pancamitra Makmur Surabaya Merupakan suatu perusahaan yang bergerak
dalam bidang dagang pompa air dengan pemasaran lokal di Indonesia.
2. PT. Pancamitra Makmur Surabaya adalah perusahaan yang taat dalam
pembayaran perpajakannya karena terlihat dari tidak adanya sanksi ataupun
denda dari pihak berwenang pajak.
3. Perhitungan pajak penghasilan badan yang dilakukan oleh PT. Pancamitra
Makmur Surabaya telah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-
undang perpajakan No 36 Tahun 2008. Namun, terdapat beberapa item yang
pengakuannya tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan seperti : biaya
telepon, biaya lain-lain, biaya penyusutan perabot dan peralatan, biaya
penyusutan perlengkapan kantor, pendapatan dan pajak jasa giro, sehingga
harus dilakukan koreksi seperti yang tertera dalam surat pemberitahuan
terutang (SPT) perusahaan.
4. Adanya perubahan laba usaha, dimana laba usaha sebelum menerapkan koreksi
fiskal positif dan negatif lebih kecil dibandingkan sesudah menerapkan koreksi
fiskal positif dan negatif.
81
5. Dari hasil perhitungan sebelum dan sesudah koreksi fiskal terlihat jumlah pajak
penghasilan terutang (Pph 29) sangat berbeda sebelum koreksi fiskal dan
sesudah koreksi fiskal. Artinya ada penghematan pajak sebesar Rp 200.000,00
pada tahun 2015 dan Rp 400.000,00 pada tahun 2016, dimana penghematan ini
terjadi karena adanya penambahan Kredit Pajak Pph 23, serta Koreksi Fiskal
Positif dan Negatif. Dimana hal ini diperbolehkan dalam undang-undang No.
36 tahun 2008. Termasuk dalam kelompok koreksi fiskal negatif antara lain
pendapatan jasa giro sebesar Rp 316.537,65 pada tahun 2015 dan Rp
344.658,11 pada tahun 2016, serta biaya penyusutan perlengkapan kantor
sebesar Rp 69.375,00. Termasuk dalam kelompok koreksi fiskal positif antara
lain biaya telepon sebesar Rp 3.500.000,00 pada tahun 2015 dan Rp
2.172.250,00 pada tahun 2016, biaya lain-lain sebesar Rp 2.317.100,00 pada
tahun 2015 dan Rp 18.124.900,00 pada tahun 2016, biaya penyusutan perabot
dan peralatan Rp 24.374,96 pada tahun 2015 dan Rp 8.125,00 pada tahun 2016,
pajak jasa giro sebesar Rp 63.307.53 pada tahun 2015 dan Rp 68.931,63 pada
tahun 2016, serta biaya penyusutan perlengkapan kantor sebesar Rp 18.083,34
pada tahun 2016.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kegiatan penelitian yang dilakukan, maka penulis
memberikan saran agar :
1. PT. Pancamitra Makmur memberikan pelatihan perpajakan secara khusus
bagi karyawan staff keuangan dan administrasi agar bidang perpajakan dapat
ditangani oleh orang yang tepat. Hal ini akan mendatangkan 2 (dua)
82
keuntungan sekaligus yaitu berkurangnya beban pajak dan meningkatkan
kualitas karyawan.
2. Perlu adanya Perencanaan Pajak dengan koreksi fiskal yang sistematis sesuai
dengan modal yang telah ditetapkan perusahaan, supaya perusahaan dapat
mengetahui berapa jumlah pph terutang yang harus dibayarkan dan agar
perusahaan bisa mengefisiensi pajak penghasilan badan (Pph 29).
83
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,
PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Jusup, 2010, Dasar-Dasar Akuntansi , Jilid I, Edisi 7, STIE YKPN.
Kountur, Ronny, 2008, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis,
PPM, Jakarta.
Martani, 2013, Membayar Pajak Berarti Berjuang Untuk Negeri ,
Antaranews.com, Jakarta.
Mardiasmo, 2019, Perpajakan, Edisi Revisi 2019, Andi, Yogjakarta.
Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Edisi Revisi 2011, Andi, Yogjakarta.
Moleong, 2010, Informan Penelitian, Salemba Empat, Jakarta.
Nurjanah, 2013, Implementasi Perencanaan Pajak (Tax Planning) Untuk
Penghematan Jumlah Pajak Penghasilan Pada PT. Semen Bosowa Maros,
Alumni S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin, Makasar
Pardiat, 2009, Tax Planning, Jakarta, Penerbit Mitra Wacana Media.
Ramayanti, 2009, Penerapan Tax Planning Atas Pajak Penghasilan Badan Pada
PT. Agricon Putra Citra Optima Cabang Medan, Alumni S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Sumatera
Setyawati dan Dianawati, 2010, Koreksi Fiskal, Mardiasmo, Jakarta.
Soemitro, Rochmat, 2011, Azas dan Dasar Perpajakan, Mardiasmo, Jakarta.
Suandy, Erly, 2009, Hukum Pajak, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta.
Suandy, Erly, 2008, Perencanaan Pajak, Jakarta, Salemba Empat.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D), Alfabeta, Bandung.
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Sugiyono, 2011, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
84
Undang-undang Nomor 28 tahun 2007, Tentang Pengertian Pajak.
Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP). www.pajak.go.id/.
Undang-undang Nomor 36 tahun 2008, Tentang Pajak Penghasilan.
Undang-undang PPh Pasal 17 Ayat 2b dan PPh Pasal 31e. tahun 2000 Tentang
Tarif Pajak Terutang. www.pajak.go.id/.
Wahono, Sugeng, 2012, Megurus Pajak Itu Mudah, Kompas Gramedia, Jakarata.
Waluyo, 2012, Perpajakan Indonesia, Edisi 11, Salemba Empat, Jakarta.
Waluyo, 2012, Akuntansi Pajak, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.
Widyaningsih, Aristanti, 2011, Hukum pajak dan Perpajakan,Alfabeta, Jakarta.
Yin, Robert K. 2010. Studi Kasus: Desain dan Metode. Terjemahan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.