kebijakan fiskal dalam ekonomi shariah
TRANSCRIPT
1
MAKALAH
KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI SHARIAH
Oleh:
Moch. Miftachul Jinan
Dosen pengampu:
Masruchin, M.E.I.
PROGRAM STUDI EKONOMI SHARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAI BAFA)
TAMBAKBERAS JOMBANG
2014/2015
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Ekonomi Islam merupakan bagian dari shari’ah islam. Yang
aturannya bersifat fleksibel sehingga dapat mengikuti setiap
perubahan, perkembangan ekonomi, dan bisnis manusia. Sejatinya
sistem ekonomi ini telah lahir seiring dengan kelahiran
shari’ah Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw ke jagad raya
ini. Kemudian beliau mempraktikkan dan dicontohkan secara
langsung dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada masa
itu. Setelah masa ke-emasan seiring dengan kejayaan daulah-
daulah Islamiyah, sistem ekonomi ini akhirnya terkubur di saat
melemahnya kekuasaan daulah Islam dengan konsep de-Islamisasi
yang dilakukan negara-negara barat.
Realitas baru menunjukkan ekonomi Islam tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah sistem ekonomi konvensional
(kapitalis-sosialis) yang di nilai selalu menjadi penyebab
krisis ekonomi. Ekonomi Islam hadir menjadi solusi dari problem
ekonomi dunia saat ini. Beliau mengajarkan nilai-nilai
keadilan, keseimbangan, kejujuran, mengharamkan riba, dan
spekulasi yang diyakini dapat mewujudkan sistem ekonomi yang
mampu menjawab krisis ekonomi ini.
Untuk mewujudkan sistem ekonomi Islam harus dijadikan
sebagai sistem ekonomi bangsa. Gerakan sistem ekonomi Islam
harus dimulai dari gerakan spiritual dan kultural, yaitu dengan
menanamkan nilai etis secara luas dalam perilaku ekonomi.
4
Beliau memulai melalui transformasi nilai-nilai Islam yang
membentuk kerangka serta perangkat kelembagaan dan pranata
ekonomi yang hidup dan berproses dalam kehidupan masyarakat.
Ekonomi shari’ah sepertinya telah menjadi pilihan bagi
pengembangan ekonomi dunia. Salah satu indikator yang bisa
dilihat adalah dengan semakin banyaknya perbankan asing yang
membuka layanan bank shari’ah. Bahkan di Inggris dan Amerika
Serikat juga tumbuh dengan subur sistem ekonomi shari’ah yang
dilakukan oleh perbankan di sana.
Kehadiran sistem ekonomi ini harus diimbangi dengan
pemahaman yang benar dan berdasarkan Al-Qur’an dan hadith. Untuk
itu makalah ini akan membahas tentang kebijakan fiskal dalam
prinsip-prinsip ekonomi shari’ah dengan teori-teori ekonomi
yang telah dilahirkan oleh ulama-ulama klasik.1
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di
atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini
adalah:
1. Bagaimana prinsip-prinsip kebijakan fiskal dalam Ekonomi
Islam?
2. Bagaimana prinsip-prinsip Kebijakan fiskal dari masa ke
masa?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktifitas Ekonomi. (Jakarta: PT RajaGrafindo Pers 2014). v-vi.
5
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kebijakan fiskal dalam
Ekonomi Islam.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kebijakan fiskal dari masa
ke masa.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM.
Kebijakan Fiskal adalah merupakan sebuah kebijakan ekonomi
yang digunakan pemerintah untuk mengelola perekonomian ke dalam
kondisi yang lebih baik dengan cara mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah
dalam memungut pajak, membelanjakan pajak untuk membiayai
kegiatan dalam ekonomi. Kebijakan fiskal dapat juga diartikan
sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang
anggaran belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi
jalannya perekonomian.2
Kebijakan fiskal dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
melayani umat. Kemudian dilihat dari berbagai fakta
permasalahan secara mendalam terungkap bahwa permasalahan
ekonomi terletak pada bagaimana distribusi harta dan jasa di
tengah-tengah masyarakat, titik berat permasalahan ekonomi
adalah bagaimana menciptakan suatu mekanisme distribusi ekonomi
yang adil.3
2 Ibid., 205-206.3 Ismail Nawawi, Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aplikasi Hukum, (Surabaya: CV.Putra Media Nusantara 2009), 193-194.
7
Pada dasarnya pemerintah harus menjadi panutan bagi
masyarakat. Pemerintah haruslah belanja sesuai dengan
pendapatan. Keadaan inilah yang dinamakan dengan anggaran
belanja berimbang. Apabila belanja pemerintah melebihi
penerimaan sehingga mengharuskan pemerintah meminjam dari
masyarakat atau mencetak uang baru, tentulah tindakan ini
sangat tidak bijak. Zaman sekarang pemerintah dikebanyakan
negara selalu berusaha agar belanjanya dalam keadaan seimbang.
Apabila tingkat kegiatan ekonomi rendah dan terdapat banyak
pengangguran, kemiskinan, musibah. Pemerintah akan melakukan
belanja yang akan melebihi pendapatan. Keadaan inilah yang
menimbulkan defisit anggaran.4 Akan tetapi, apabila tingkat
perekonomian baik, kesempatan kerja penuh tercapai, kenaikan
harga seimbang, belanja negara dapat dihemat, sehingga
pemerintah dapat melakukan saving terhadap pendapatannya.
Keadaan inilah yang dinamakan dengan anggaran belanja surplus.5
B. PRINSIP-PRINSIP KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM
4 Dalam menyikapi masalah anggaran negara defisit, dikalangan pakar ekonomiIslam berkomentar, dalam suatu negara Islam seharusnya tidak melakukananggaran defisit, karena hal ini akan menyebabkan terjadinya inflasi,melemahnya nilai tukar uang yang memaksa pemerintah meminjam dengan sistembunga. Pada umumnya pemerintah meminjam dari investor dengan menjual suratutang negara atau obligasi yang bersuku bunga. Namun MA. Manan berpendapat,dalam suatu negara bisa saja terjadi anggaran defisit. Pemerintah dapat sajamengumpulkan dana dengan menerbitkan sertifikat investasi atau obligasiberdasarkan profit and lost sharing. Sekali pemerintah melaksanakan anggarandefisit, pengeluaran tambahannya harus direncanakan dengan cermat dan uangyang dikeluarkan pemerintah jangan hanya menyebabkan kenaikan dalam volume(GNP), harus dipastikan siapa yang menjadi penerima utama pengeluarantambahan pemerintah karena pembiayaan defisit. M.A. Mannan, Islamic economicTheory and practice (A comparative study), (India: Idarah Al-Adabiyah, 1988), 17.
5 Ibid., 309.
8
Dalam prinsip Islam tentang kebijakan fiskal dan anggaran
belanja negara bertujuan untuk mengembangkan suatu masyarakat
yang didasarkan atas distribusi kekayaan berimbang dengan
menempatkan nilai-nilai material dan spiritual pada tingkatan
dan standar yang sama. Dalam masalah pengeluaran Al-Qur’an
telah menetapkan suatu kebijakan pengeluaran yang sangat luas
untuk distribusi pendapatan kekayaan yang berimbang. Dalam Al-
Qur’an Allah telah berfirman :
عهما ف� ر م�ن ن�� ك�ب� مهما أ� ث�� اس وأ� ع ل�لن� اف�� ر وم�ن� ب� م ك�ب ث�� هما أ� ي� ل ف�� سر ق�) مر وأل�مي� ك2 ع�ن أل�خ� ل�ون�� ي��سا�“dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan, katakanlahyang lebih dari keperluan.” (QS Al-Baqarah [2]:219).
Anggaran belanja pada masa awal pemerintahan Islam adalah
sangat sederhana dan tidak serumit sistem anggaran modern.
Dasar anggarannya pada awal pemerintahan Islam adalah
pengeluaran ditentukan oleh jumlah penghasilan yang tersedia
dan ketika ini kebijakan anggaran belum beriorentasi pada
pertumbuhan.
Prinsip dasar muamalah adalah setiap muslim bebas melakukan
apa saja yang dikehendakinya sepanjang tidak dilarang oleh
Allah, dan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Untuk
mewujudkan kemaslahatan umat dalam kehidupan di bidang ekonomi,
perlu dikembangkan beberapa instrumen ekonomi. Salah satu
instrumen yang sangat penting saat ini adalah Lembaga Keuangan
Shariah (LKS), pengelolaan Lembaga Keuangan Shariah yang sesuai
dengan prinsip shari’ah bagi umat Islam adalah merupakan salah
9
satu bentuk pengabdian (ibadah) dalam artian yang luas. Dan
lembaga ini di jalankan sesuai shari’ah merupakan aplikasi dari
cermin keimanan dalam tatanan kehidupan manusia yang di
pantulkan dari norma-norma dan ketentuan shari’ah.6
Adapun ciri-ciri kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam
adalah:
1. Pengeluaran negara dilakukan sesuai pendapatan sehingga
jarang terjadi defisit anggaran.
2. Sistem pajak proporsional, pajak dalam ekonomi Islam
dibebankan berdasarkan tingkat produktivitas. Misalnya pada
kharaj, besarnya pajak ditentukan sesuai tingkat kesuburan
tanah, sistem irigasi.
3. Penghitungan zakat berdasarkan hasil keuntungan bukan pada
jumlah barang.
Adapun struktur APBN dalam sistem pemerintah Islam yang
digunakan adalah:
1. Pendapatan negara terdiri dari pendapatan tetap seperti
zakat, kharaj, jizyah, usyur, dan pendapatan tidak tetap yaitu
khums, infak, shodaqoh, wakaf, hibah dll.
2. Pengeluaran negara dalam sistem pemerintah Islam yang
digunakan untuk:
a. Penyebaran Islam.
6 Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam: Sejarah, Teori dan Konsep. (Jakarta: SinarGrafika, 2013). 152.
10
b. Pendidikan, kebudayaan dan juga pengembangan ilmu
pengetahuan.
c. Pembangunan infrastruktur.
d. Pembangunan armada perang.
e. Penyediaan layanan kesejahteraan sosial.
Dalam struktur APBN, terdapat beberapa instrumen yang
digunakan pemerintah untuk menghimpun dana, yaitu:
1. Melakukan bisnis, misalnya mendirikan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Dari perusahaan ini pemerintah mendapat
keuntungan yang digunakan sebagai sumber pendapatan negara.
2. Pajak, penghimpunan umum yang dilakukan di beberapa negara
yaitu dengan cara menarik pajak dari masyarakat.
3. Meminjam uang, Pemerintah dapat meminjam uang kepada
masyarakat dengan cara menjual obligasi.
Adapun fungsi kebijakan fiskal di pandang dari sisi ekonomi
Islam dan dari sisi ekonomi konvensional yaitu:
1. Fungsi dari pada sektor fiskal menurut Islam:
a. Memelihara terhadap hukum, keadilan dan juga pertahanan.
b. Perumusan dan pelaksanaan terhadap kebijakan ekonomi.
c. Manajemen kekayaan pemerintah yang ada di dalam BUMN.
d. Intervensi ekonomi oleh pemerintah jika diperlukan.
2. Fungsi fiskal menurut konvensional adalah sebuah fungsi
dalam tataran perekonomian yang sangat identik kemampuan
11
yang ada pada pemerintah dalam masalah menghasilkan
pendapatan untuk menutupi kebutuhannya, lalu mengalokasikan
anggarannya yang ada atau bisa disebut dengan anggaran
belanja Negara dan juga mendistribusikanya agar tercapai apa
yang dinamakan dengan efisiensi anggaran. Sedangkan
instrumen fiskal yang bisa digunakan adalah pajak dan
anggaran. Dalam pandangan ekonomi Islam pendapatan dan
anggaran merupakan alat yang efektif dalam rangka untuk
mencapai tujuan ekonomi.7
Adapun contoh menjalankan instrumen kebijakan fiskal dalam
ekonomi Islam adalah:
1. Operasi pasar terbuka
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang
yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga
pemerintah. Jika ingin menambah uang beredar maka akan
membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah
uang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat
berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga
pemerintah antara lain: Sertifikat Bank Indonisia (SBI), dan
juga Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
2. Rasio cadangan wajib
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang
beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang
harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
7 M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makro Ekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,( Bandung:Alfabeta, 2010), 149-150.
12
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan
jumlah uang beredar pemerintah menaikkan rasio.
3. Himbauan moral
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur
jumlah uang yang beredar dengan cara memberi himbauan kepada
pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan
pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit
untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar
bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak
jumlah uang beredar pada perekonomian.
4.Fasilitas diskonto
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang
beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada
bank umum. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah
menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya
menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar
berkurang.8
C.KEBIJAKAN FISKAL DARI MASA KE MASA
1. MASA RASULULLAH
Pada masa pemerintahan Rasulullah, beliau telah
meletakkan dasar-dasar berupa nilai-nilai dan hukum-hukum
yang mengatur tingkah laku manusia dalam melakukan aktifitas
perekonomian. Dan sistem ekonomi yang diterapkan beliau
berakar dari prinsip-prinsip Qur’ani, ketika itu Al-Qur’an
8Ilham, Kebijakan fiskal dalam perekonomian, dalam http://fileperbankansyariah.blogsport.com/artikel (18 januari 2015)
13
menjadi sumber rujukan dan dasar dalam menentukan aturan yang
mengatur manusia dalam semua aspek kehidupan yang
dijalaninya, salah satunya termasuk perilaku ekonomi.
Dalam bidang perdagangan, Beliau telah meletakkan aturan
yang harus/wajib di lakukan oleh manusia, misalnya dalam
melakukan jual beli harus jujur, larangan melakukan jual beli
yang mengandung unsur tipuan, pelarangan riba. Mekanisme
pasar yang diterapkan Nabi adalah sistem pasar bebas, harga-
harga barang dipasar diserahkan interaksi permintaan dan
penawaran. Adapun yang menjadi sumber pendapatan negara pada
masa Rasulullah adalah:
a. Zakat mal
b. Khums min al-ghanaim
c. Jizyah
d. Kharaj
e. Usyur
f. Fai
g. Harta warisan kalalah.
h. Wakaf, sedekah.9
Segala kegiatan yang dilakukan oleh Rasulullah pada zaman
itu dilakukan dengan berdasarkan keihlasan sebagai kegiatan
dari dakwah yang ada. Dengan adanya perang badar pada abad9 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Ekonomi. 52-54.
14
ke-2 Hijriah, negara mulai mempunyai pendapatan 1/5 rampasan
perang (ghanimah) yang disebut Khums, sesuai dengan firman
Allah dalam Surat Al-Anfal ayat 41 : 9ن ا� ء ق�� ي� م م�ن ش� ن�مت) ما ع�� ث�� وأع�لموأ أ�اهلل9 م ب�� ت) م�ن� Kم أ ت) ن ك�ن� ل أ� ن� ن أل�سLLن ن وأب�� امي وأل�مساك�ي� ن) ى وأل�ن� �Sب ي� أل�ق)ر مسه ول�لرس�ول ول�ذ� هلل9 خ��
يb�ر ذ ء ق�) ي� معان وأهلل9 ع�لي ك�ل ش� ي أل�خ� ق) وم أل�ت) ان ي�� وم أل�ق�رق�) ا ي�� ذب�� ا ع�لي ع�ن� ل�ن� kر ي�� وم�ا أ� “Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagairampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rosul, kerabatRosul anak-anak yatim, orang-orang miskin dan Ibnu Sabil, jika kamu berimankepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami(Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan dan AllahMaha Kuasa atas segala sesuatu.”10
2. PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
Dalam sistem ekonomi Islam dan kebijakan fiskal pada
masa sahabat, sebenarnya tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Para sahabat masih meneruskan apa yang telah
dirintis dan di tegakkan oleh beliau.
a. Pada masa Abu Bakar (51 SH-13H/584-644 M):1.) Tugas berat yang pertama harus dilalui dan dihadapi
adalah memerangi orang murtad.
2.) Menegakkan hukum bagi orang yang tidak mau membayar
zakat dan pajak.
3.) Memerangi nabi palsu.
10Nawawi, Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem, dan Aspek Hukum. 194.
15
4.) Secara individu Abu Bakar seorang praktisi akad-akad
perdagangan.
b. Pada masa Umar ibn Khatab (40 SH-23H/584-644 M):1.) Undang-undang perubahan milik tanah.
2.) Pengembangan pajak pertanian.
3.) Pemerintah bertanggung jawab terhadap pemenuhan
kebutuhan makanan dan pakaian terhadap warganya.
c. Pada masa Usman Bin Affan (47 SH-35H/577-656 M):1.) Pembangunan pengairan.
2.) Pembangunan gedung-gedung pengadilan.
3.) Pembentukan organisasi kepolisian untuk menjaga
keamanan perdagangan.
d. Pada masa Ali Bin Abi Thalib (40 H/600-661 M):1.) Adanya kebijakan pengetatan anggaran.
2.) Pengeluaran angkatan laut dihilangkan.11
3. PADA ABAT PERTENGAHAN
Pada masa Bani Umaiyyah dalam mendukung pembangunan
ekonomi ini Khalifah Abdul Malik ibn Marwan melakukan
pembangunan sektor pertanian dan perindustrian. Hasilnya, di
pasarkan ke India dan Asia Tengah melalui Iskandariah dan
Konstantinopel. Pusat perdagangan pada masa ini adalah
Damaskus, Baghdad, dan Makkah. Pada masa ini kekayaannya
digunakan untuk membangun infrastruktur, seperti pembangunan
gedung pemerintahan, pabrik-pabrik, jalan yang dilengkapi
11Ibid., 200-202.
16
dengan sumur agar kafilah dapat minum ketika melewati jalan
tersebut.
Pada masa Abasyiah merupakan masa keemasan (awal abad
ke-2 sampai pertengahan abad ke-4 H) daulah Islamiah. Pada
masa ini Islam mencapai puncak kejayaan dalam seluruh sektor,
politik, budaya, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Kebijakan yang
dilakukan oleh pendiri daulah Abasiyah Abu Mansur as-safah
dalam bidang ekonomi adalah memindahkan ibu kota negara dari
Damaskus ke Baghdad. Dan kebijakan di sektor perdagangan
yaitu memberikan kebebasan kepada pedagang asing untuk
memperdagangkan barang dagangan mereka di wilayah abasiyah.
Di samping itu juga, didirikan baitul mal untuk membantu
proses perdagangan luar negri. Untuk membantu pada sektor
pertanian, pemerintah membangun irigasi, memperluas area
pertanian dan membangun sarana trasportasi. Dan dalam sektor
industri yaitu pemerintah menaruh perhatian yang cukup besar
dengan melakukan eksplorasi dan pembangunan sumber daya alam,
pertambangan seperti biji besi, emas dan perak.12
4. KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA
Di negara Indonesia kebijakan pemerintah ini di muat
dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN),
dalam hal ini diajukan pemerintah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) untuk kemudian disahkan menjadi Undang-Undang
APBN. Dan dalam APBN ini merupakan gambaran dari kegiatan
yang dilakukan pemerintah dalam memperoleh pendapatan dan
12 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Ekonomi. hlm. 58-60.
17
pengeluaran untuk menyelenggarakan roda pemerintahan dan
pembangunan negara. Secara sederhana APBN Indonesia terdiri
dari:
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
1. PENERIMAAN DALAM NEGARA
a. Penerimaan perpajak.
1) Pajak dalam negeri.
a) Pajak penghasilan.
(1) PPh Migas.
(2) PPh Non migas.
b) Pajak Pertambahan Nilai.
c) Pajak Bumi dan Bangunan.
d) BPHTB.
e) Cukai.
f) Pajak lainnya.
2) Pajak Perdagangan Internasional.
a) Bea Masuk.
b) Bea Keluar.
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak.
18
1) Penerimaan SDA
a) Migas
(1) Minyak bumi
(2) Gas alam
b) Non Migas
(1) Pertambangan umum
(2) Kehutanan
(3) Perikanan
(4) Pertambangan Panas Bumi
2) Bagian Laba BUMN
3) PNBP Lainnya
4) Pendapatan BLU
2. HIBAH
B. BELANJA NEGARA
C. KESEIMBANGAN PRIMER
D. SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN
E. PEMBIAYAAN
1. Pembiayaan Dalam Negeri
19
2. Pembiayaan Luar Negeri13
Di negara Indonesia pemerintah mengatur dalam kebijakan
fiskal yang sesuai dengan prinsip shari’ah.14
Sebenarnya cukup banyak referensi atau pendapat dari ahli
mengenai definisi dari kebijakan fiskal itu sendiri.
Pengartian tersebut tentunya tepat merujuk kepada fungsi dari
kebijakan fiskal, meskipun dengan sudut pandang yang berbeda.
Pada dasarnya kebijakan fiskal atau yang oleh sebagian pihak
disebut juga dengan nama politik fiskal merupakan beberapa
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah sehubungan dengan
anggaran belanja negara. Tindakan tersebut dilakukan untuk
memberikan pengaruh positif terhadap jalannya sistem
perekonomian yang ada di Indonesia. Dalam hal ini dikenal
juga dua istilah yang berpengaruh dalam kebijakan fiskal
yaitu pungutan pajak negara dan pengeluaran negara baik dalam
bentuk biaya belanja atau biaya transfer. Kedua hal
tersebutlah yang menjadi fokus dari kebijakan fiskal di
Indonesia.
Menurut salah satu ahli ekonomi Sadono Sukirno menyatakan
bahwa kebijakan fiskal adalah langkah yang dibuat oleh
pemerintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada pajak dan
pengeluaran negara untuk mengatasi masalah ekonomi yang ada.
Ahli ekonomi yang lain yaitu Tulus TH Tambunan menyatakan
13 Ibid., 206-208.14 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Istana,2001), hlm. 223-224.
20
mengenai pertanyaan jelaskan kebijakan fiskal, ia
beranggapan yang paling pokok pada kebijakan tersebut adalah
bagaimana mengatasi defisit Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara (APBN) dan yang kedua adalah bagaimana menstabilkan
ekonomi makro yang ada di Indonesia. Dari pendapat kedua ahli
tersebut tentunya sudah semakin jelas arah tujuan dari
diberlakukannya kebijakan fiskal di Indonesia.
Berdasarkan semua penjelasan di atas kita dapat
menyimpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah sebuah kebijakan
dalam bidang ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah dalam
hal manajemen keuangan dari negara yang dilakukan dengan
tujuan untuk membawa keadaan perekonomian yang lebih baik
serta mengatasi permasalahan-permasalahan ekonomi yang ada,
namun tetap terbatas pada hal penerimaan dan pengeluaran
negara yang telah tertulis pada APBN.15
15 Hendrawinata Eddy Siddharta, jelaskan kebijakan fiskal di Indonesia, dalam http://www.fiskal.co.id/berita (16 februari 2015)
21
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Setelah penulis menyelesaikan hasil dan pembahasan studi di
atas, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara global kebijakan fiskal adalah sebuah kebijakan
pemerintah dalam pemungutan pajak dan pembelanjaan pajak,
yang dimana kebijakan tersebut untuk membiayai kegiatan
ekonomi dan juga kebijakan pemerintah dalam mengatur setiap
22
pendapatan, pengeluaran negara yang digunakan untuk menjaga
stabilitas ekonomi dalam rangka untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi agar tidak ada hambatan dalam menjalankan roda
perekonomian.
2. Adapun prinsip-prinsip kebijakan fiskal dalam Islam adalah
berdasarkan Al-Qur’an dan hadith, yang dimana kebijakan
fiskal dalam suatu negara tentulah diharapkan sesuai dengan
prinsip dan nilai-nilai Islam karena tujuan pokok agama Islam
adalah mencapai kesejahteraan umat manusia secara menyeluruh.
3. Adapun fungsi kebijakan fiskal menurut Islam adalah:
a. Memelihara terhadap hukum, keadilan dan juga petahanan
dalam suatu negara.
b. Perumusan dan melakukan pelaksanaan terhadap kebijakan
ekonomi yang berdasarkan Al-Qur’an dan hadith.
c. Manajemen kekayaan pemerintah yang ada dalam APBN.
d. Intervensi ekonomi oleh pemerintah jika diperlukan.
e. Untuk pembangunan insfratuktur dalam negeri.
f. Penyediaan layanan kesejahteraan sosial, dll.
4. Dalam kebijakan di bidang ekonomi pada masa Rasulullah
beliau menerapkan dari prinsip-prinsip Qur’ani, pada masa ini
Al-Qur’an merupakan sumber rujukannya, dibidang perdagangan
beliau telah meletakkan aturan misalnya harus jujur dalam
perdagangan, pelarangan riba dll. Sedangkan kebijakan fiskal
pada masa sahabat tidak mengalami perubahan, hanya saja pada
23
masa ini para sahabat lebih merinci dan juga membagi
pemasukan, pengeluaran agar kebijakannya lebih merata.
Dalam Negara Indonesia kebijakan pemerintah di muat dalam
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang
dimana untuk disahkan menjadi UU APBN. APBN ini merupakan
gambaran dari kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam
memperoleh pendapatan pengeluaran untuk menyelenggarakan roda
pemerintahan dan juga pembangunan negara.
24
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2009. Bank Syariah dari Teori ke Praktik.
Jakarta: Gema Insani.
Djamil, Fathurrahman. 2013. Hukum Ekonomi Islam: Sejarah, Teori dan
Konsep. Jakarta: Sinar Grafika.
Nawawi, Ismail. 2009. Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aplikasi
Hukum. Surabaya: CV. Putra Media Nusantara.
Rozalinda. 2014. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktifitas ekonomi.
Jakarta: Rajawali pers.
Ilham, Kebijakan fiskal dalam perekonomiaan, dalam
http://fileperbankansyariah.blogsport.com/ artikel (18
januari 2015).
Safitri, Imas, Kebijakan fiskal dalam Islam, dalam
http://jendelailmusebi.blogspot.com/ artikel (18 januari
2015).
Siddharta, Hendrawinata Eddy, jelaskan kebijakan fiskal di Indonesia, dalam
http://www.fiskal.co.id/berita (16 februari 2015)