isi penilaian kinerja

38
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber keunggulan kompetitif dan elemen kunci yang penting untuk meraih kesuksesan dalam bersaing untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya manusia bagi organisasi merupakan hal yang penting bagi pelayanan kepada masyarakat. Sumber daya manusia adalah bagian dari manajemen yang merupakan unsur manajemen yang di dalamnya terdapat tenaga kerja. Manusia selalu aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif karyawan meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggihnya. Peralatan canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi perusahaan. Jika peran aktif karyawan tidak diikut sertakan. Mengatur karyawan merupakan hal yang sulit dan kompleks, karena mereka mempuyai pikiran, perasaan, status, keinginan, dan latar belakang yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi. Karyawan tidak dapat diatur dan dikuasai sepenuhnya seperti mengatur mesin, modal, atau gedung. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor pengembang suatu organisasi yang efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Organisasi merupakan sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Penilaian kinerja terhadap suatu perusahaan merupakan suatu tahap evaluasi kerja yang dapat meningkatkan kualitas pekerjaan bagi kelangsungan aktivitas perusahaan di dalamnya. Pekerjaan yang diinginkan oleh perusahaan terhadap para pekerja memiliki standar mutu ( quality) untuk mengukur keberhasilan kerja. Namun kualitas kerja dari beberapa pekerja tidak selamanya sesuai dengan standar mutu yang diberlakukan. Suatu saat situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk mencapai tujuan dan harapan perusahaan tersebut, sehingga menyebabkan penilaian terhadap prestasi kerja yang dihasilkan (performance) menjadi menurun. 1

Upload: unair

Post on 11-Nov-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber keunggulan kompetitif

dan elemen kunci yang penting untuk meraih kesuksesan dalam bersaing untuk

mencapai tujuan. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya manusia bagi

organisasi merupakan hal yang penting bagi pelayanan kepada masyarakat.

Sumber daya manusia adalah bagian dari manajemen yang merupakan unsur

manajemen yang di dalamnya terdapat tenaga kerja. Manusia selalu aktif dan

dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana,

pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin

terwujud tanpa peran aktif karyawan meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan

begitu canggihnya. Peralatan canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada

manfaatnya bagi perusahaan. Jika peran aktif karyawan tidak diikut sertakan.

Mengatur karyawan merupakan hal yang sulit dan kompleks, karena mereka

mempuyai pikiran, perasaan, status, keinginan, dan latar belakang yang heterogen

yang dibawa ke dalam organisasi. Karyawan tidak dapat diatur dan dikuasai

sepenuhnya seperti mengatur mesin, modal, atau gedung.

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor pengembang suatu

organisasi yang efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang

lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Organisasi

merupakan sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari

sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Penilaian

kinerja terhadap suatu perusahaan merupakan suatu tahap evaluasi kerja yang

dapat meningkatkan kualitas pekerjaan bagi kelangsungan aktivitas perusahaan di

dalamnya. Pekerjaan yang diinginkan oleh perusahaan terhadap para pekerja

memiliki standar mutu (quality) untuk mengukur keberhasilan kerja. Namun

kualitas kerja dari beberapa pekerja tidak selamanya sesuai dengan standar mutu

yang diberlakukan. Suatu saat situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk

mencapai tujuan dan harapan perusahaan tersebut, sehingga menyebabkan

penilaian terhadap prestasi kerja yang dihasilkan (performance) menjadi menurun.

1

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan kinerja?

2. Apa saja aspek yang mempengaruhi kinerja?

3. Bagaimanakah teori kinerja?

4. Apakah yang dimaksud dengan penilaian kinerja?

5. Apa pentingnya penilaian kinerja?

6. Bagaimana syarat sistem penilaian kinerja?

7. Apa jenis penilaian kinerja?

8. Apa saja metode penilaian kinerja?

9. Apa saja alat ukur penilaian kinerja?

10. Bagaimana proses penilaian kinerja?

11. Apa sajakah bias pengukuran penilaian kinerja?

12. Apa saja metode untuk meningkatkan kualitas sistem penilaian

kinerja?

13. Apa saja feedback / umpan balik dari penilaian kinerja?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami definisi kinerja;

2. Untuk mengetahui aspek yang mempengaruhi kinerja;

3. Untuk memahami teori kinerja;

4. Untuk memahami definisi penilaian kinerja;

5. Untuk mengetahui pentingnya penilaian kinerja;

6. Untuk mengetahui syarat sistem penilaian kinerja;

7. Untuk mengetahui jenis penilaian kinerja;

8. Untuk mengetahui metode penilaian kinerja;

9. Untuk mengidentifikasi alat ukur penilaian kinerja;

10. Untuk mengetahui proses penilaian kinerja;

11. Untuk mengetahui bias pengukuran penilaian pekerja;

12. Untuk mengetahui metode untuk meningkatkan kualitas sistem

penilaian kinerja;

13. Untuk mempelajari feedback dari penilaian kerja.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja dan Penilaian Kinerja

2.1.1 Definisi Kinerja

1. Menurut Dedi Rianto Rahadi (2010) Kinerja didefinisikan dengan

istilah hasil kerja, prestasi kerja dan performance.

2. Menurut Samsudin (2005) bahwa kinerja adalah tingkat pelaksanaan

kerja yang dicapai oleh seserang unit atau defisi dengan menggunakan

kemampuan yang ada dan batasan yang telah di tetapkan untuk

mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

3. Menurut Mangkunegara (2001) kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

4. Menurut Rivai dan Basri (2005) bahwa kinerja adalah hasil atau

tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode

tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai

kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau

kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama

(Achmad Amin, 2009).

5. Menurut Gibson (1990) mengatakan bahwa kinerja seseorang

ditentukan kemampuan dan motivasinya untuk melaksanakan

pekerjaan (Harbani Pasolong, 2010).

6. Menurut Timpe (1998) kinerja adalah prestasi kerja, yang ditentukan

oleh factor lingkungan dan perilaku manajemen (Harbani Pasolong,

2010).

2.1.2 Aspek Yang Mempengaruhi Kinerja

Aspek yang mempengaruhi kinerja menurut Mangkunegara (2001) adalah

Kemampuan yang dibagi menjadi dua bagian yaitu kemampuan potensi IQ

dan kemampuan realiti atau knowledge dan skill dan motivasi. Motivasi

terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja.

3

Sedangkan menurut Robin (2002) aspek yang mempengaruhi kinerja suatu

organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kemampuan

Kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai

tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari dua segi:

a. Kemampuan intelektual yaitu kemampuan yang diperlukan untuk

melakukan kegiatan mental;

b. Kemampuan fisik yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melakukan

tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan.

2. Kemauan

Kemauan atau motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya

yang tinggi untuk tujuan organisasi. Kemauan atau motivasi kerja seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor:

a. Pengaruh lingkungan fisik yaitu setiap pegawai menghendaki lingkungan

fisik yang baik untuk bekerja (lampu yang terang, venilasi udara yang

nyaman, sejuk, bebas dari gangguan bising);

b. Pengaruh lingkungan social yaitu sebagai makhluk sosial dalam

melaksanakan dalam melaksanakan pekerjaan tidak semata-mata hanya

mengejar penghasilan saja, tetapi juga mengharapkan penghargaan oleh

pegawai lain, pegawai lebih berbahagia apabila dapat menerima dan

membantu pegawai lain.

3. Energi

Energi adalah kemercik api yang menyalakan jiwa tanpa adanya energi psikis

dan fisik yang mencukupi, perbuatan kreatif pegawai terhambat.

4. Teknologi

Teknik adalah tindakan fisik dan mental oleh seseorang untuk mengubah

bentuk atau isi dari objek atau ide. Teknologi dapat dikatakan sebagai

tindakan yang dikerjakan oleh individu atau suatu objek tanpa dengan

bantuan alat mekanikal, untuk membuat beberapa perubahan terhadap objek

tersebut. Penerapan teknologi menurut Bill creech (1996) adalah lebih

cenderung positif dan proaktif pegawai dalam melakukan pekerjaan, karena

4

mereka memandang teknologi sebagai teman, bukan sebagai musuh untuk

meningkatkan kinerja.

5. Kompensasi

Kompensasi adalah sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa

atas kinerja dan bermanfaat bagi pegawai tersebut. Jika pegawai dapat

kompensasi yang setimpal dengan hasil kerjanya, maka pegawai dapat

bekerja dengan tenang dan tekun. Akan tetapi bila pegawai merasa

kompensasi yang diterima jauh dari memadai, maka pegawai berpikir ulang

dengan berusa mencari penghasilan tambahan diluar.

6. Kejelasan tujuan kinerja

Kejelasan tujuan merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian

kinerja. Oleh karena pegawai yang tidak mengetahui dengan jelas tujuan

pekerjaan yang hendak dicapai, maka tujuan yang tercapai tidak efisien dan

kurang efektif. Hal ini sejalan dengan pendapat widodo (2006) yang

menyatakan bahwa seorang pemimpin birokrasi harus menentukan apa yang

menjadi tujuan dari organisasi pemerintah dan menentukan pula kriteria

kinerjanya.

7. Keamanan

Keamanan pekerja menurut Geeorge strauss dan Leonard Sayles (1990)

adalah suatu kebutuhan manusia yang fundamental, karena pada umumnya

orang menyatakan lebih penting keamanan pekerjaan dari pada gaji atau

kenaikan pangkat. Seseorang yang merasa aman dalam melakukan pekerjaan

berpengaruh terhadap kinerjanya.

2.1.3 Teori Kinerja

Menurut Robins yang dikutip Rifai dan Basri mengemukakan tentang

dimensi sebagai fungsi interaksi kemampuan atau ability (A), motivasi atau

motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), dan secara matematis

dinyatakan kinerja = f (A x M x O), yang artinya kinerja merupakan fungsi dari

kemampuan, motivasi dan kesempatan.

5

a. Ability adalah kemampuan untuk menetapkan dan melaksanakan suatu system

pemanfaatan sumberdaya dan teknologi secara efektif dan efesien guna

mencapai hasil yang optimal;

b. Motivation adalah keinginan dan kesungguhan seorang pekerja untuk

mengerjakan pekerjaan dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi

kerja yang maksimal;

c. Opportunity adalah kesempatan yang dimiliki oleh karyawan secara individu

dalam mengerjakan, memanfaatkan waktu dan peluang untuk mencapai hasil

tertentu. Dengan demikian kinerja ditentukan oleh faktor kemampuan,

motivasi dan peluang.

Menurut Mathis dan Jackson (2006) menyatakan ada 3 faktor yang mempengaruhi

bagaimana individu dalam bekerja, yang disebut dengan kinerja individual, yaitu

kinerja (performens-P) = kemampuan (Ability-A) x usaha (effort-E) x dukungan

(support-S). kinerja individu ditingkatkan sampai tingkat dimana ketiga

komponen tersebut ada pada karyawan atau pegawai.

2.2 Definisi Penilaian Kinerja

1. Penilaian kinerja menurut ivancevich (2007) merupakan aktifitas yang

digunakan untuk menentukan pada tingkat mana seorang pekerja

menyelesaikan pekerjaan secara efektif.

2. Penilaian prestasi kerja adalah proses organisasi mengevaluasi atau

menilai prestasi kerja karyawan (Hani Handoko, 2011)

3. Penilaian kinerja merupakan suatu proses yang di lakukan secara

sistematis terhadap kinerja pegawai atau sumberdaya manusia (SDM)

berdasarkan pekerjaan yang di tugaskan atau di bebankan kepada

mereka. Termasuk di dalamnya mencangkup penilaian terhadap seluruh

kegiatan program dan proyek yang di laksanakan suatu institusi dalam

kurun waktu tertentu (achmad amin, 2009).

2.2.1 Pentingnya Penilaian Kinerja

Menurut Achmad Amin (2009) penilaian terhadap kinerja memberikan

banyak manfaat yang penting bagi organisasi sebagai suatu wadah kegiatan bagi

6

sekelompok orang yang bekerjasama dalam mencapai tujuan. Antara lain dapat

digunakan untuk :

1. Pengambilan keputusan kepegawaian (kenaikan pangkat, pemindahan tugas,

pendidikan dan pelatihan atau pemberhentian kerja);

2. Untuk mengidentifikasi pelatihan dan program pengembangan yang

dibutuhkan pelaku kerja;

3. Sebagai alat ukur manajemen yang digunakan untuk menilai tingkat

pertanggung jawaban seseorang dalam melakukan pekerjaan, sehingga dapat

memperlihatkan tingkat keterampilan dan kompetensi yang dimiliki

seseorang;

4. Jembatan antara perencanaan strategis dengan akuntabilitas pemerintah

daerah dalam mempertanggungjawabkan proses penyelenggaraan

pemerintahan dan sistem pelayanan publik yang dioperasikan;

5. Perbaikan prestasi kerja

Umpan balik pelaksanana kerja dapat membuat karyawan, manajer dan

departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan mereka untuk

memperbaiki prestasi;

6. Penyesuaian kompensasi

Evaluasi prestasi kerja dapat membantu para pengambil keputusan untuk

menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi

lainnya;

7. Keputusan penempatan

Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa

lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan

terhadap prestasi kerja masa lalu;

8. Kebutuhan latihan dan pengembangan

Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian

juga prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus

dikembangkan;

9. Perencanaan dan pengembangan karir

Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan karier, yaitu tentang jalur

karier tertentu yang harus diteliti.

7

10. Mengetahui kekurangan dalam proses penempatan staf

Menempatkan pekerja dari satu jabatan ke jabatan lain, akan tetapi jika

pekerja tersebut setelah dilakukan evaluasi ternyata mendapatkan prestasi

kerja staf rendah. Maka atasan tidak boleh langsung menyalahkan staf

tersebut memiliki kinerja yang buruk, tetapi mungkin penempatan jabatannya

yang kurang tepat;

11. Dasar dalam menganalisis informasi analisis jabatan

Membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam

manajemen sumber daya manusia terutama di bidang informasi job-analysis,

job-design, dan sistem informasi manajemen sumber daya manusia.

12. Mencegah adanya diskriminasi

Misalnya pekerja A dipromosikan dan pekerja B tidak dipromosikan.

Sedangkan Kedua pekerja tersebut pada posisi yang sama. Hal ini akan

mengakibatkan pekerja B dapat merasakan adanya suatu diskriminasi atau

merasa tidak adil. Akan tetapi, jika promosi tersebut berdasarkan hasil

penilaian kinerja, hal tersebut tidak akan dirasakan sebagai suatu diskriminasi

Werther dan Davis (1996).

Penilaian kinerja dilakukan oleh beberapa pihak terkait yaitu:

1. Orang yang dinilai (karyawan)

2. Penilai (atasan, supervisor, pimpinan, manager, konsultan)

3. Perusahaan.

2.2.2 Syarat Sistem Penilaian Kinerja

Diperlukannya empat syarat untuk menilai prestasi kerja suatu individu:

a. Bersifat job-related.

Artinya, penilaian kinerja harus berkaitan dengan proses analisis

jabatan. Dalam penilaian kinerja, unsur subjektivitas pasti masih ada.

Dalam hal ini, yang dinilai bukan hanya sifat pribadi saja, tetapi yang

dinilai adalah sifat pribadi yang berhubungan dengan pekerjaan dan hal

lainnya yaitu kemampuan karyawan.

b. Bersifat practical

Artinya, alat ukur yang digunakan harus dapat diterapkan dan

dimengerti oleh penilai dan oleh yang dinilai.

8

c. Harus mempunyai ukuran baku/standar

Artinya, harus ada tolok ukur yang seragam. Jika tidak ada tolok

ukur yang baku, dapat terjadi diskriminasi. Standar digunakan sebagai

benchmark, yaitu suatu tanda yang harus kita tuju.

d. Menggunakan ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan

Alat ukur harus mudah, reliabel, dan valid, serta memberi laporan

tentang kinerja yang sebenarnya.

Instrumen penilaian kinerja harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :

a. Reliability, hasil sistem penilaian dapat dipercaya (konsisten dan stabil),

Reliabilitas sistem penilaian dipengaruhi oleh faktor waktu dan

frekuensi penilaian. Dalam hubugannya dengan sistem penilaian,

disebut memiliki tingkat reliabilitas tinggi apabila dua penilai atau lebih

menilai karyawan yang sama dan memperoleh hasil nilai yang relatif

sama.

b. Relevance atau Validity, yaitu keabsahan standar tersebut sesuai dengan

jenis pekerjaan yang dinilai. Keabsahan yang dimaksud di sini adalah

standar tersebut memang benar-benar sesuai atau relevan dengan jenis

pekerjaan yang akan dinilai tersebut.

c. Sensitivity, beberapa ukuran harus mampu mencerminkan perbedaan

antara penampilan nilai tinggi, cukup, dan rendah yang telah dilakukan

oleh karyawan.

d. Practicality, kriteria harus dapat diukur dan sulit untuk dipengaruhi

oleh bias-bias penilai.

e. Objectivity, berarti standar tersebut bersifat obyektif, yaitu adil, mampu

mencerminkan keadaan yang sebenarnya tanpa menambah atau

mengurangi kenyataan.

f. Acceptability, standar penilaian tersebut disetujui dan diterima oleh

semua pegawai yang akan mendapat penilaian

g. Realism, berarti standar penilaian tersebut bersifat realistis, dapat

dicapai oleh karyawan dan sesuai dengan kemampuan karyawan.

9

2.2.3 Jenis Penilaian Kinerja

1. Penilaian hanya oleh atasan

a. Cepat dan langsung;

b. Dapat mengarah ke distorsi karena pertimbangan-pertimbangan

pribadi.

2. Penilaian oleh kelompok lini: atasan dan atasannya lagi bersama-sama

membahas kinerja dari bawahannya yang dinilai.

a. Objektiv

itasnya lebih akurat dibandingkan kalau hanya oleh atasan sendiri;

b. Individu

yang dinilai tinggi dapat mendominasi penilaian.

3. Penilaian oleh kelompok staf: atasan meminta satu atau lebih

individu untuk bermusyawarah dengannya, atasan langsung yang

membuat keputusan akhir.

4. Penilaian melalui keputusan komite: sama seperti pada pola

sebelumnya kecuali bahwa manajer yang bertanggung jawab tidak lagi

mengambil keputusan akhir, hasilnya didasarkan pada pilihan mayoritas.

a. Memperluas pertimbangan yang ekstrim;

b. Memperlemah integritas manajer yang bertanggung

jawab.

5. Penilaian berdasarkan peninjauan lapangan: sama seperti pada

kelompok staf, namun melibatkan wakil dari pimpinan pengembangan

atau departemen sumber daya manusia yang bertindak sebagai peninjau

yang independen.

6. Penilaian oleh bawahan dan sejawat

a. Terlalu subjektif;

b. Digunakan sebagai tambahan pada metode penilaian yang lain.

2.2.4 Metode Penilaian kinerja

Menurut Werther dan Davis (1996) Banyak metode dalam penilaian kinerja

yang bisa dipergunakan, namun secara garis besar dibagi menjadi dua

jenis, yaitu  past oriented appraisal methods (penilaian kinerja

10

yang berorientasi pada masa lalu) dan  future oriented appraisal methods

(penilaian kinerja yang berorientasi ke masa depan).

Tabel 2.1 Perbandingan kelebihan dan kekurangan orientasi masa lalu dan masa depanKelebihan Kekurangan

Orientasi Masa Lalu

1. Terdapat umpan balik bagi karyawan untuk memperbaiki kinerjanya di masa datang;

2. Mudah diukur, terutama secara kuantitatif.

1. Kinerja yang diukur tidak dapat diubah sehingga kadang kadang justru salah menunjukkan seberapa besar potensi yang dimiliki oleh seseorang;

2. Metode ini biasanya sangat subyektif dan banyak biasnya.

Orientasi Masa Depan

1. Dapat menetapkan kinerja yang diharapkan pada masa datang.

2. Keakuratannya, karena tidak ada yang bisa memastikan 100% bagaimana kinerja seseorang pada masa datang.

Tabel 2.2 Jenis Metode masa lalu dan masa depanMetode Penilaian Orientasi

Masa LaluMetode Penilaian Orientasi

Masa Depan1. Laporan tertulis (written

essay)2. Rating Scale3. Checklist4. Critical Insident Methode5. Ranking Metode6. Behaviorally Anchored

Rating Scales (BARS)7. Forced Choice Methode8. Multiple Comparison

1. Behavior Observation Scale (BOS)

2. Behavior Expectation Scale (BES)

3. Management by Objectives (MBO)

4. Penilaian Diri Sendiri (Self Appraisal)

5. Penilaian 360 derajat

Berikut adalah penjabaran dari metode penilaian yang berorientasikan masa lalu:

1. Laporan tertulis (written essay)

11

Metode essay adalah metode evaluasi kinerja yang penilainannya

merumuskan hasil penilaian dalam bentuk esai. Isi dari esai karyawan

berupa persepsi menyeluruh penilai mengenai kinerja ternilai termasuk

keunggulan dan kelemahan setiap indikator kinerja, kemungkinan promosi

ternilai, jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan ternilai sekarang, kekuatan

dan kelemahan ternilai, kebutuhan pengembangan sumber daya manusia

(SDM) ternilai. Berikut contohnya:

Sumber: Wirawan 2008Gambar 2.1 Instrumen Model Esai dari Ensoniq Corporation

Tabel 2.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode EssayNo Kelebihan Kekurangan1. Memungkinkan penilai

melukiskan kinerja ternilai sangat terperinci karna bentuknya terbuka (open ended)

Memerlukan waktu yang lama karena untuk setiap indikator kinerja, penilai tidak hanya memberikan nilai dalam bentuk angka, tetapi melukiskan apa arti nilai tersebut

2. - Membutuhkan skill untuk menjabarkan setiap kata atau mendiskripsikan sesuatu

2. Pencatatan kejadian penting (critical incidents)

Model Critical Incident yaitu pencatatan kejadian kritikal atau penting yang

dilakukan karyawan dalam pelaksanaan tugasnya sesuai dengan prosedur

12

yang ada pada perusahaan. Biasanya supervisor melakukan observasi

terhadap perilaku dan mengevaluasi kinerja para karyawannya setiap hari.

Berikut contohnya:

Sumber: Wirawan 2008Gambar 2.2 Instrumen untuk Model Evaluasi Kinerja Analisis Kesehatan

Tabel 2.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Critical IncidentNo Kelebihan Kekurangan1. Mendorong penilai untuk

mengevaluasi karyawan secara terus menerus

Penilai umumnya hanya senang mencatat pada kejadian saat awal penilaian setelah itu tidak

2. Dapat memberikan umpan balik karyawan terkait pekerjaannya

Setiap penilai menginterpretasikan yang dimaksud kejadian kritis berbeda-beda

3. - Menghabiskan banyak waktu.

3. Behaviorally anchored rating scales (BARS)

Metode ini merupakan kombinasi berbagai aspek dari catatan penting yaitu

perilaku kerja diperoleh dari kejadian kritis perilaku efektif dan tidak efektif.

Karyawan biasanya mengidentifikasi komponen utama dari pekerjaannya.

Kemudian mereka menyusun dengan pendekatan graphic rating scales.

BARS juga merupakan teknik penilaian kinerja yaitu evaluator menilai

pegawai berdasarkan beberapa jenis perilaku kerja yang mencerminkan

dimensi kinerja dan membuat skalanya. Misalnya adalah penilaian pelayanan

pelanggan.

13

SKALA PENILAIAN PERILAKU & KINERJAInstruksi : Pada setiap kategori dibawah, catat peristiwa – peristiwa khusus perilaku karyawan yang sangat baik atau buruk kemudian tempatkan karyawan pada daftar hasil kerja dari yang paling tinggi ke paling rendah.

Nama Karyawan_____________ Departemen____________

Nama Penilai______ Tanggal______No.Peringkat(Pengendalian Bahaya -- Bahaya Kematian)

Tanggal PenilaianKaryawan Positif Tanggal Penilaian

Karyawan Negatif

           Pengawasan Sisa Bahan

Tanggal PenilaianKaryawan Positif Tanggal Penilaian

Karyawan Negatif

           Gambar 2.3 Formulir Penilaian Kinerja dengan BARS

Tabel 2.5 Kelebihan dan Kekurangan BARSNo Kelebihan Kekurangan1. Obyektif Membutuhkan waktu yang lama2. Dapat lebih mudah diterima oleh

atasan dan bawahan

4. Ranking Method

Metode ini mengurutkan para pegawai dari yang nilainya tertinggi sampai

yang paling rendah. Raking Method ini dimulai dengan mengobservasi dan

menilai kinerja para karyawan, kemudian me-ranking kinerja mereka.

Sebagai contoh pegawai dengan pangkat tertinggi dan kinerjanya tinggi

ditempatkan pada urutan pertama, sedangkan pegawai yang pangkatnya

terendah dengan kinerja rendah ditempatkan pada urutan terakhir. Berikut

contoh dari metode ranking:

14

FORMULIR PERINGKAT

Untuk ciri yang anda ukur, tulislah semua karyawan yang ingin anda peringkat. Letakkan nama karyawan dengan peringkat tertinggi pada garis 1. Letakkan nama karyawan dengan peringkat terendah pada garis 20. Kemudian, tuliskan peringkat tertinggi berikutnya pada garis 2, peringkat terendah berikutnya pada garis 19, dll. Lanjutkan sampai semua nama ada pada skala.

Karyawan dengan peringkat tertinggi

1.

2.

3.

4.

14.

Gambar 2.4 Formulir Penilaian Kinerja dengan Ranking Method

Tabel 2.6 Kelebihan dan Kekurangan Ranking MethodNo Kelebihan Kekurangan1. Lebih mudah dalam

mengklasifikasikan pekerja yang dinilai dari sudut pandang hasil kerjanya

Subjektivitas penilai sangat tinggi

2. Menghindari kecenderungan terpusat

Dapat mengakibatkan kecemburuan diantara karyawan

3. - Tidak dapat menilai kelompok dalam jumlah yang besar

5. Model Checklist

15

Evaluasi kinerja model checklist berisi daftar indikator hasil kerja, perilaku

kerja, atau sifat pribadi yang diprilakukan dalam melaksanakan pekerjaan.

Proses penilaian metode ini adalah penilai mengobservasi, kemudian

memberikan tanda cek di indikator kinerja yang ada di instrumen. Setiap

indikator mempunyai bobot dan jumlah bobot kemudian dijumlahkan.

Sumber: Wirawan 2008

Gambar 2.5 Contoh Model Checklist dengan bobot

Tabel 2.7 Kelebihan dan Kekurangan Metode ChecklistNo Kelebihan Kekurangan1. Praktis dan Mudah untuk

dilakukanTerdapat bias terutama hallo effect

2. Biaya yang dikeluarkan sedikit Kemungkinan terdapat kesalahan dalam mengartikan materi pada lembar penilaian

3. Tidak membutuhkan pelatihan yang rumit bagi penilai

-

6. Model Graphic Rating Scales

Rating Scale adalah indikator kinerja karyawan dikemukakan beserta definisi

singkat. Selain itu, Deskriptor Level Kinerja dikemukakan dalam bentuk

skala yang masing-masing mempunyai nilai angka. Dalam metode ini, penilai

mengobservasi indikator kinerja karyawan ternilai dan memberi tanda

centang (√) atau silang (×) pada skala. Angka tersebut kemudian dijumlahkan

dan hasilnya diubah kembali ke dalam kata sifat. Berikut contohnya:

16

Sumber: Wirawan 2008Gambar 2.6 Instrumen Graphic Rating Scale

Tabel 2.8 Kelebihan dan Kekurangan Metode rating scaleNo Kelebihan Kekurangan1. Waktu yang digunakan sebentar

dalam melakukan penilaianTerdapat bias

2. Biaya yang dikeluarkan sedikit Penjelasan deskriptif yang digunakan dalam sekala dapat memiliki arti yang berbeda pada setiap penilai.

3. Tidak membutuhkan pelatihan yang rumit bagi penilai

-

4. Dapat digunakan untuk banyak karyawan

-

7. Model Forced Distributor

Model evaluasi kinerja Forced Distribution atau Distribusi Paksaan adalah

metode yang digunakan untuk menguraangi kecenderungan atau subjektifitas

pada penilai. Penilaian ini seringkali langsung dilakukan oleh atasan

karyawan tersebut. Biasanya model evaluasi kinerja distribusi paksaan dapat

dikaitkan dengan kebijakan keuangan perusahaan.

17

Tabel 2.9 Kelebihan dan Kekurangan Forced Choice MethodNo Kelebihan Kekurangan1. Mudah dan praktis untuk

digunakan Lebih bersifat umum tidak dapat mencerminkan hubungan pekerjaan yang spesifik

2. Memiliki cakupan yang luas untuk pekerjaan yang beraneka ragam

-

3. Mengurangi bias penilai -

Berikut adalah metode penilaian yang berorientasi masa depan:

6. Model Behavior Observation Scale (BOS)

Model system evaluasi kinerja BOS sama dengan BARS. Keduanya

didasarkan pada erilaku pekerja. Perbedaannya, dalam BOS penilai diminta

untuk menyatakan berapa kali perilaku tersebut muncul. Penilai

mengobservasi perilaku ternilai berdasarkan anchor perilaku yang tersedia,

kemudia memberikan cek pada skala deskriptif level kerja yang tersedia.

Berikut contohnya:

Sumber: Wirawan 2008Gambar 2.7 Instrumen Behavior Observation Scale

Tabel 2.10 Kelebihan dan Kekurangan Behavior Observation ScaleNo Kelebihan Kekurangan1. Mudah dan praktis untuk

digunakan Membutuhkan waktu yang lama

2. Dapat menilai seberapa sering pekerja melakukan hal yang sesuai dengan indikator kerja

-

18

7. Model Behavior Expectation Scale (BES)

Ketika merekrut seorang oegawai, organisasi/perusahaan mengharapkan

(expectation) agar pegawai tersebut melaksanakan pekerjaannya dengan baik.

Seorang pegawai mendapat tugas tertentu yang tercermin dalam uraian

tugasnya. Ia harus menyelesaikan tugasnya dengan cara tertentu agar mampu

menciptakan kinerja sesuai dengan standar kinerja yang disusun oleh

organisasi. Untuk mengukur kinerja yang diharapkan oleh organisasi,

disusunlah instrumen evaluasi kinerja Behavior Expectation Scale (BES) atau

skala perilaku yang diharapkan.

Sumber: Wirawan 2008Gambar 2.8 Instrumen Model BES

Tabel 2.11 Kelebihan dan Kekurangan Behavior Observation ScaleNo Kelebihan Kekurangan1. Mudah dan praktis untuk

digunakan Membutuhkan waktu yang lama

2. Dapat menilai berapa skala pekerja melakukan hal yang sesuai dengan indikator kebiasaan kerja

-

8. Management by Objectives (MBO)

Evaluasi kinerja menggunakan teknik MBO yang mengharuskan adanya

hierarki tujuan dalam organisasi atau perusahaan. Setiap perusahaan

mempunyai objektif, yaitu tujuan atau sasaran yang akan dicapai dalam tahun

mendatang sebagai penjabaran tujuan dalam rencana strategis perusahaan.

Objektif perusahaan kemudian dijabarkan dalam tujuan divisi, bagian, seksi

19

sampai tujuan setiap pegawai anggota unit kerja tertentu. Evaluasi kinerja

model MBO dapat dilaksanakan pada pekerjaan yang output-nya dapat diukur

secara kuantitatif. Misalnya untuk mengukur kinerja karyawan bagian

produksi, kinerjanya dapat dihitung atau di unit pelayanan pelanggan.

Tabel 2.12 Kelebihan dan Kekurangan MBONo Kelebihan Kekurangan1. Karyawan dapat mengetahui apa

yang diharapkan dirinya, dan apa yang mereka capai jika mereka ingin dinilai positif oleh atasannya.

Titik berat MBO hanya terhadap hasil-hasil saja dapat mencegah kepada kurangnya perhatian pada bagaimana hasil-hasil tersebut dicapai.

2. Penentuan tujuan secara sistematis di seluruh perusahaan dan meudahkan dalam perencanaan dan koordinasi.

MBO sulit untuk membandingkan tingkat kinerja dari individu yang berbeda, karena penilan berdasarkan sasaran-sasaran pribadinya.

3. Sangat mudah bagi penyelia untuk melakukan penilaian dengan objektif karena kriterianya jelas yakni berorientasi pada hasil

Teknik MBO tidak efektif dalam lingkungan dimana manajemen tidak mempercayai karyawannya.

4. Dengan mendorong setiap individu karyawan menentukan sendiri sasaran spesifik dan menantang. MBO memiliki potensi memotivasi karyawan di samping sebagai basisi penilaian karyawan.

Memerluukan banyak waktu

9. Penilaian Diri Sendiri (Self Appraisal)

Penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan sendiri

dengan harapan karyawan tersebut dapat mengenal kelemahan dan kekuatan

sehingga bisa memperbaiki diri saat melakukan pekerjaannya. Metode ini

digolongkan sebagai penilaian dengan orientasi masa depan karena karyawan

akan memperbaiki diri dalam rangka melakukan tugas-tugas untuk masa

depan perusahaan yang lebih baik.

Tabel 2.13 Kelebihan dan Kekurangan Self AppraisalNo Kelebihan Kekurangan1. Pekerja dapat mengenali

kelemahan dan kekuatan sehingga dapat memperbaiki dirinya sendiri saat melakukan pekerjaannya.

Bersifat subyektifitas artinya pekerja bisa memposisikan dirinya lebih kearah yang dapat menguntungkan dirinya.

20

10. Penilaian 360 Derajat

Hal yang membedakan model evaluasi kinerja 360 derajat dengan system

lainnya seperti essay, MBO, BARS, Checklist adalah penilaiannya lebih dari

satu atau penilai multiple. Penilaian dapat terdiri atas atasan langsung,

bawahan, rekan kerja, pelanggan, nasabah, klien atau diri sendiri. Bentuk

penilaian 360 derajat ini merupakan bentuk yang paling tepat untuk

meningkatkan partisipasi berbagai pihak dalam kegiatan penilaian unjuk kerja

serta meningkatkan keakuratan hasil penilaian unjuk kerja.

Tabel 2.13 Kelebihan dan Kekurangan 360 DerajatNo Kelebihan Kekurangan1. Lebih objektif karena melibatkan

banyak penilai di dalamnya.Membutuhkan waktu yang lama untuk memperoleh hasil dari penilaian tersebut

2. Meningkatkan tanggung jawab karyawan terhadapan customer mereka.

Dapat menimbulkan kecurigaan jika informasi tersebut tidak secara terbuka dan jujur dikelola.

3. Pendapat yang dikumpulkan dari beberapa staff akan lebih bersifat persuasive

-

4. Orang dengan nilai yang kurang memuaskan akan lebih termotivasi dari feedback yang diberikan oleh orang lain

-

5. Jika lebih banyak melibatkan karyawan dalam proses penilaian maka secara tidak langsung akan menumbuhkan budaya organisasi perusahaan yang lebih jujur.

-

2.2.4 Alat Ukur Penilaian Kinerja

Dalam mengukur kinerja menurut Dedi Rianto Rahadi (2010) terdapat

kriteria atau ukuran. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kuantitatif (seberapa banyak)

Ukuran kuantitatif merupakan ukuran paling mudah untuk disusun dan

diukurnya, yaitu hanya dengan menghitung seberapa banyak unit

keluaran kinerja harus dicapai dalam kurun waktu tertentu.

21

2. Kualitatif (seberapa baik)

Menggambarkan seberapa baik atau seberapa lengkap hasil harus

dicapai. Kriteria ini antara lain mengemukakan akurasi, presisi,

penampilan (kecantikan dan ketampanan), kemanfaatan dan

efektivitas. Standar kualitas dapat diekspresikan sebagai tingkat

kesalahan seperti jumlah atau persentase kesalahan yang diperbolehkan

per unit hasil kerja.

3. Ketepatan waktu pelaksanaan tugas atau penyelesaian produk

Kriteria yang menentukan keterbatasan waktu untuk memproduksi

suatu produk, membuat suatu atau melayani sesuatu. Kriteria ini

menjawab pertanyaan, seperti kapan, berapa cepat, atau dalam periode

apa.

4. Efektivitas penggunaan sumber organisasi

Efektivitas penggunaan sumber dijadikan indikator jika untuk

mengerjakan suatu pekerjaan diisyaratkan menggunakan jumlah

sumber tertentu, seperti uang dan bahan baku. Contohnya melakukan

penghematan pemakaian listrik sampai 10% dari tahun yang lalu.

5. Cara melakukan pekerjaan

Cara melakukan pekerjaan dilakukan sebagai standar kinerja jika

kontak personal, sikap personal, atau perilaku karyawan merupakan

faktor penentu keberhasilan melaksanakan pekerjaan. Contohnya

berkata dengan sopan kepada teman sekerja, atasan, dan pelanggan.

6. Efek atas suatu upaya

Pengukuran yang diekspresikan akibat akhir yang diharapkan akan

diperoleh dengan bekerja. Standar jenis ini menggunakan kata-kata

sehingga dan agar supaya yang digunakanjika hasilnya tidak dapat

dikualifikasikan. Contohnya mematikan lampu dan air condition (AC)

ketika meninggalkan ruang kerja sehingga biaya listrik dapat dihemat.

7. Metode melaksanakan tugas

Standar yang digunakan jika ada perundangan kebijakan, prosedur

standar, metode, dan peraturan untuk menyelesaikan tugas atau jika

cara pengecualian ditentukan tidak dapat diterima.

22

8. Standar Sejarah

Standar sejarah yang menyatakan hubungan antara standar masa lalu

dengan standar sekarang. Standar masa sekarang dinyatakan lebih

tinggi atau dari pada standar masa lalu dalam pengertian kuantitas dan

kualitas.

9. Standar nol atau absolut

Standar yang menyatakan tidak akan terjadi sesuatu. Standar ini

dipakai jika tidak ada alternatif lain. Misalnya, tidak terjadi kesalahan

dalam menghitung uang.

2.2.5 Proses Penilaian Kinerja

1. Penentuan sasaran

Sasaran harus spesifik, terukur, menantang, dan didasarkan pada waktu

tertentu. Sasaran tugas individu hendaknya dirumuskan bersama-sama

antara atasan dan bawahan. Setiap sasaran unit menurapak sasaran

yang diturunkan dari sasaran yang lebih tinggi, yaitu sasaran

organisasi.

2. Penentuan standar untuk kerja

Penilaian kinerja benar-benar harus objektif, yaitu mengukur kinerja

karyawan yang sesungguhnya, yang disebut dengan job-related.

Artinya, pelaksanaan penilaian harus mencerminkan pelaksanaan

kinerja yang sesungguhnya atau mengevaluasi perilaku yang

mencerminkan keberhasilan pelaksanaan suatu pekerjaan. Untuk itu,

sistem penilaian kinerja harus:

1) Mempunyai standar;

2) Memiliki ukuran yang dapat dipercaya;

3) Mudah digunakan.

23

Mempunyai standar berarti mempunyai dimensi-dimensi yang

menunjukkan perilaku kerja yang sedang dinilai, misalnya hasil kerja

berupa barang yang dihasilkan, kuantutas atau kualitas, kehadiran di

tempat kerja, dan sebagainya. Contoh penerapan penilaian dengan

standar, misalnya standar kinerja seorang dosen, sasaran kinerjanya

adalah memotivasi dan mentransfer ilmu kepada mahasiswanya. Maka,

standar kinerjanya adalah kehadiran di kelas, peningkatan pengetahuan

mahasiswanya, variasi bahan kuliah yang disediakan, dan sebagainya.

Kemudian harus memiliki ukuran-ukuran yang dapat dipercaya,

dengan pengertian bilamana digunakan oleh orang lain atau beberapa

orang dalam waktu berbeda maka akan menghasilkan kesimpulan yang

sama. Misalnya, ukuran kehadiran yang baik berarti tidak pernah absen

kerja tanpa keterangan. Terakhir, harus praktis dalam arti mudah

digunakan dan dipahami oleh penilai dan yang dinilai.

3. Penentuan metode dan pelaksanaan penilaian

Metode yang dimaksudkan disini adalah pendekatan atau cara serta

perlengkapan yang digunakan, sperti formulir dan sebagainya.

4. Evaluasi penilaian

Evaluasi penilaian merupakan feedback yang diberikan kepada

karyawan mengenai aspek-aspek kinerja yang harus diubah dan

dipertahankan serta berbagai tindakan yang harus diambil, baik oleh

organisasi maupun karyawan dalam upaya perbaiakan kinerja pada

masa mendatang.

24

2.2.6 Bias Pengukuran Kinerja

Menurut (Hani handoko, 2011) Bias adalah distorsi pengukuran yang tidak

akurat. Kemungkinan bias terutama bila ukuran yang digunakan bersifat

subyektif. penilaian bias yang paling umum terjadi adalah:

a. Hallo effect

Hallo effect terjadi bila pendapat pribadi penilai tentang karyawan

mempengaruhi pengukuran prestasi kerja. Contonya bila seorang atasan

senang kepada seorang karyawan, maka pandangan ini bias mengubah

estimasi atasan terhadap prestasi kerja karyawan. Masalah ini paling mudah

terjadi bila para penilai harus mengevauasi rekan kerja mereka.

b. Kesalahan kecenderungan terpusat

Banyak penilai yang tidak suka menilai para karyawan sebagai yang efektif

atau tidak efektif dan sangat baik atau sangat jelek sehingga penilaian prestasi

kerja cenderung dibuat rata-rata. Pada formulir penilaian distorsi ini

menyebabkan penilai menghindari penilaian ekstrim tersebut dan

menempatkan penilaian dekat dengan nilai tengah.

c. Bias telalu lunak dan telalu keras

Kesalahan terlalu lunak (leniency bias) disebabkan oleh kecenderungan

penilai untuk telalu mudah memberikan nilai baik dalam evaluasi prestasi

kerja karyawan. Kesalahan tarlalu keras (strickness bias) adalah sebaliknya,

yang terjadi karena penilai cenderung terlau ketat dalam evaluasi mereka.

Kedua kesalahan ini pada umumya terjadi bila standar prestasi tidak jelas.

d. Prasangka pribadi

Faktor yang membentuk prasangka pribadi terhadap seseorang atau kelompok

bias mengubah penilaian. Sebagai contoh, seorang atasan pria mungkin

cenderung memberikan penilaian rendah kepada karyawan wanita karena

sesuatu hal. Prasangka pribadi lain yang mempengaruhi penilaian

mencangkup faktor senioritas, kesukuan, agama, kesamaan kelompok dan

status sosial.

25

e. Pengaruh pesan terakhir

Bila menggunakan ukuran prestasi kerja subyektif, penilaian sangat

dipengaruhi oleh kegiatan karyawan yang paling akhir (recency effect).

Kegiatan terakhir baik atau buruk cenderung lebih diingat oleh penilai.

2.3 Metode Meningkatkan Kualitas Sistem Penilaian Kinerja

a. Menggunakan beberapa penilailai sekaligus yaitu dengan bertambahnya

jumlah penilai kemungkinan untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat

menjadi yang lebih besar.

b. Evaluasi secara selektif

Penilai mengevaluasi hanya diwilayah dimana mereka berkompeten.Tindakan

preventif ini meningkatkan kesesuaian antar penilai dan menjadikan proses

evaluasi lebih falid.

c. Penilai terlatih

Jika anda tidak dapat menemukan penilai yang baik,alternatifnya adalah

menciptakan penilai yang baik.

d. Menyediakan Proses Bertenggat Waktu bagi karyawan

Konsep proses dengan tenggat waktu bisa dijalankan dengan penilaian guna

meningkatkan presepsi bahwa karyawan diperlakukan secara adil ( Stephen

P–Timnothy, 2008).

2.4 Feedback / umpan balik

Feedback / umpan balik berfungsi sebagai “quality control”. Bila proses

penilaian menunjukkan bahwa prestasi kerja jelek artinya banyak karyawan yang

tidak memenuhi syarat keputusan penempatan internal. Sehingga mereka akan

menerima konsekuensi seperti tidak dipromosikan, di pindahkan ke unit lain atau

bahkan di berhentikan (Hani handoko, 2011).

Solusi terhadap persoalan umpan balik kinerja bukan dengan

mengacuhkannya, tetapi dengan cara melatih para manajer untuk mengadakan sesi

umpan balik yang konstruktif. Penilaian yang efektif, salah satu hal yang

membuat penilaian dipandang adil oleh karyawan adalah bila manajer bersikap

tulus dan iklimnya konstruktif , ketika selesai menjalaninya merasakan suasana

hati yang menyenangkan, mendapatkan informasi yang berguna tentang area kerja

26

mereka yang membutuhkan perbaikan dan memiliki tekad untuk memperbaiki

kekurangan mereka. Selain itu, penilaian kinerja harus dirancang lebih sebagai

aktivitas konseling daripada proses penghakiman. Hal ini bisa dicapai bila

evaluasi melibatkan dan menyadarkan karyawan terhadap kekurangannya sendiri.

27

BAB III

CONTOH APLIKATIF

Prosedur yang akan dilakukan dalam kegiatan penilaian kinerja seorang teller

di bank BNI ’46 cabang UPI 1 Bandung adalah dilakukan pada hari selasa,

1 Desember 2009. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

(http://syukronali.files.wordpress.com/2010/05/17/laporan-hasil-penilaian-kinerja-

teller-bank-bni-46-cabang-upi-1-bandung)

a. Pagi, pkl. 09.30 – 11.00 WIB

Penilaian pertama ini, dilakukan untuk menilai kriteria sebagai berikut:

1. Doing

job quickly

2. Result

job is precisely

3. Explain

resulted job quickly

4. Easy to

walk to

5. Respons

ibility of job

6. Hard

worker

b. Siang, pkl 11.00 – 11.30 WIB

Penilaian kedua ini, dilakukan untuk menilai kriteria sebagai berikut:

1. Kemampuan antusias memberikan solusi pelayanan kepada para nasabah

(customer)

2. Kemampuan menampilkan sikap ramah-tamah, sopan santun dan

senyuman kepada para nasabah (customer)

3. Keadaan psikologis dan mental yang baik saat bekerja

4. Leadership in Group Activities

Standar penilaian kriterianya adalah sebagai berikut:

28

Hasil rata-rata

Nominal Deviasi jauh di atas rata-rata

Di atas rata-rata

Rata-rata/ masih di sekitar daerah

rata-rata

Di bawah rata-rata

Deviasi jauh di bawah rat-rata

Nilai 1 2 3 4 5

Outstanding Good Satisfactory Fair Unsatisfactory

(80-100) (60-70) (40-50) (20-30) (0-10)

Hasil Penilaian Kinerja Teller Bank BNI ’46 Cabang UPI 1 Bandung

DEPARTEMEN HRD (Human Research and Development)

BANK BNI ’46 CABANG UPI 1 BANDUNG

FORMULIR PENILAIAN KINERJA(Pegawai Teller Bank BNI ’46)

Nama Ibu TianeJabatan Teller Bank BNIUnit Kerja Teller 2

No. Kriteria Penilaian

Kon

vers

i

Bob

ot

Skor

A

khir Essay Evaluasi

1.2.3.4.5.6.

7.

8.

9.

Doing job quicklyResult job is preciselyEasy to walk toResponsibility of jobHard workerKemampuan antusias memberikan solusi pelayanan kepada para nasabah (customer)Kemampuan menampilkan sikap ramah-tamah, sopan santun dan senyuman kepada para nasabah (customer)Keadaan psikologis dan mental yang baik saat bekerjaLeadership in Group Activities

444444

4

5

4

151010101010

15

10

10

604040404040

60

50

40

Ibu Tiane ini adalah seorang pekerja cepat, dan hasilnya memuaskan juga bertanggung jawab namun meskipun pesona wajahnya semangat tapi kurang berinisiatif berkomunikasi akrabisasi

Jumlah 100 410 410/5 = 82

29

Mengetahui, Penilai,Direktu Utama: Manajer SDM:

Ibu Roffi Roffaida SP, MSi. Syukron Ali

DEPARTEMEN HRD (Human Research and Development)

BANK BNI ’46 CABANG UPI 1 BANDUNG

FORMULIR PENILAIAN KINERJA(Pegawai Teller Bank BNI ’46)

Nama Ibu Lulu Jabatan Teller Bank BNIUnit Kerja Teller 3

No. Kriteria Penilaian

Kon

vers

i

Bob

ot

Skor

A

khir

Essay Evaluasi

1.2.3.4.5.6.

7.

8.

9.

Doing job quicklyResult job is preciselyEasy to walk toResponsibility of jobHard workerKemampuan antusias memberikan solusi pelayanan kepada para nasabah (customer)Kemampuan menampilkan sikap ramah-tamah, sopan santun dan senyuman kepada para nasabah (customer).Keadaan psikologis dan mental yang baik saat bekerjaLeadership in Group Activities

333435

5

3

3

151010101010

15

10

10

453030403050

75

30

30

Ibu Lulu adalah seorang yang pandai berinisiatif berkomunikasi akrabisasi dengan nasabah, bekerja cukup cepat serta bertanggung jawab namun psikologisnya terlihat kurang berdaya meski ia semangat tersenyum

Jumlah 100 360 360/5 = 72

30

Mengetahui, Penilai,Direktu Utama: Manajer SDM:

Ibu Roffi Roffaida SP, MSi. Syukron Ali

DEPARTEMEN HRD (Human Research and Development)

BANK BNI ’46 CABANG UPI 1 BANDUNG

FORMULIR PENILAIAN KINERJA(Pegawai Teller Bank BNI ’46)

Nama Tidak tercantumJabatan Teller Bank BNIUnit Kerja Teller 4

No. Kriteria Penilaian

Kon

vers

i

Bob

ot

Skor

A

khir

Essay Evaluasi

1.2.3.4.5.6.

7.

8.

9.

Doing job quicklyResult job is preciselyEasy to walk toResponsibility of jobHard workerKemampuan antusias memberikan solusi pelayanan kepada para nasabah (customer)Kemampuan menampilkan sikap ramah-tamah, sopan santun dan senyuman kepada para nasabah (customer).Keadaan psikologis dan mental yang baik saat bekerjaLeadership in Group Activities

111323

3

4

2

151010101010

15

10

10

151010302030

45

40

20

Teller yang ke tiga ini, terlihat biasa saja, sedikit lambat dalam bekerja, kurang antusias dalam penyambutan nasabah sehingga jarang memberikan senyuman penuh meski dia terlihat berusaha untuk bertanggung jawab

Jumlah 100 220 220/5 = 44

31

Mengetahui, Penilai,Direktu Utama: Manajer SDM:

Ibu Roffi Roffaida SP, MSi. Syukron Ali

Dari proses perhitungan daripada penilaian kinerja beberapa pegawai teller

di Bank BNI 1 cabang UPI 1 Bandung adalah sebagai berikut:

Nama Teller Total NilaiKriteria Nilai

KinerjaKeterangan

Ibu Tiane/Teller 2 82 Outstanding Hasil Istimewa

Ibu Lulu/Teller 3 72 GoodSangat

memuaskan

Nama tak tercantum/Teller 4 44 Satisfactory Memuaskan

Hasil rata komulatif kinerja teller 66 GoodSangat

memuaskan

32

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari hasil penilaian kinerja seorang teller di bank BNI ’46 cabang UPI 1 Bandung

tersebut menggunakan metode campuran yaitu:

1. Metode essay

Terlihat pada isi form yaitu essay evaluation yang berisikan evaluasi kinerja

bentuk esai yang mencangkup kelemahan dan kelebihan teller dalam

memenuhi indikator penilaian, akan tetapi uraian atau deskripsi dari penilaian

tersebut kurang terperinci yaitu hanya menyebutkan keunggulan dan

kelemahannya saja. Seharusnya ditambah dengan kemungkinan promosi

ternilai. Adapun kekurangan dari metode ini yaitu sebagian penilai kurang

mampu menyusun esai sehingga perlu mendapatkan pelatihan. Selain itu,

penyusunan esai juga memerlukan waktu yang cukup lama karena penilai

harus mengumpulkan informasi tentang ternilai dan mendokumentasikan

informasi tersebut.

2. Metode critical incident

Pada penilaian kerja di bank BNI ’46 cabang UPI 1 Bandung supervisor

melakukan pencatatan atau penilaian pada teller (pekerja dibawahnya),

terlihat pada rincian hari dan waktu dalam melakukan penilaian serta menilai

sudah sesuai dengan peraturan atau standar si pekerja tersebut bekerja. Akan

tetapi pada perusahaan ini tidak melakukan penilaian setiap hari sehingga ada

kemungkinan penilaian kerja tidak lengkap. Pada metode ini terdapat

kekurangan yaitu ketika supervisor mempunyai 10 pekerja dibawahnya maka

33

waktunya akan habis membuat catatan sehingga ia tidak dapat

mengembangkan pekerjaan dan produktivitas unit kerjanya.

3. Metode ranking

Perusahaan ini menggunakan metode penilaian kinerja ranking yaitu

membandingkan nilai yang diperoleh dari hasil observasi antara teller 2, teller

3 dan teller 4. Kemudian diurutkan dari mulai nilai yang tertinggi hingga nilai

yang terendah.

4. Metode force choice scale

Pada perusahaan ini juga menerapkan metode penilaian kinerja force choice

scale yaitu mengkelompokkan pekerja menjadi 5 yaitu Outstanding, Good,

Satisfactory, Fair, Unsatisfactory.

34

BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil implementasi dan evaluasi pada

bab sebelumnya adalah sebagai berikut: .

1. Definisi kinerja secara umum adalah keberhasilan seseorang atau

pekerja dalam melaksanakan tugas atau tanggungjawabnya sesuai

dengan indikator keberhasilan;

2. Aspek yang mempengaruhi kinerja seseorang adalah kemampuan baik

intelektual maupun kemampuan fisik, kemauan, energy, teknologi,

kompensasi kejelasan tujuan kinerja dan keamanan;

3. Teori kinerja merupakan fungsi dari kemampuan sumberdaya, motivasi

dalam mencapai prestasi kerja yang maksimal dan kesempatan untuk

memanfaatkan waktu dan peluang;

4. Definisi penilaian kinerja secara umum adalah suatu penilaian kinerja

yang dilakukan secara sistematis terhadap SDM, program atau proyek

untuk menyelesaikan target sesuai secara efektif;

35

5. Pentingnya penilaian kinerja yang paling utama adalah sebagai alat ukur

atau evaluasi manajemen terhadap kinerja pegawai dan program yang

telah direncanakan;

6. Metode-metode yang digunakan untuk penilaian kinerja yaitu Laporan

tertulis (written essay), Rating Scale, Checklist, Critical Insident

Methode, Ranking Metode, Behaviorally Anchored Rating Scales

(BARS), Forced Choice Methode, Multiple Comparison Behavior

Observation Scale (BOS), Behavior Expectation Scale (BES),

Management by Objectives (MBO), Penilaian Diri Sendiri (Self

Appraisal) dan Penilaian 360 derajat;

7. Dalam mengukur kinerja terdapat ukuran atau kriteria yaitu kuantitatif,

kualitatif, ketepatan waktu pelaksanaan tugas, efektifitas penggunaan

sumber organisasi maupun SDM, cara melakukan pekerjaan, efek atas

suatu upaya, metode dalam melaksanakan tugas, standar sejarah dan

absolut;

8. Dalam melakukan pengukuran kinerja terdapat beberapa distorsi atau

ketidak akuratan dalam pengukuran. Penilaian distorsi atau bias yang

paling umum adalah hallo effect, kesalahan cenderung terpusat, bias

terlalu lunak atau keras, prasangka pribadi (subyektif), dan pengaruh

pesan terakhir;

9. Untuk meningkatkan kualitas system penilaian kinerja ada beberapa

metode yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan beberapa

penilaian sekaligus, evaluasi secara selectif, penilai terlatih dan

menyediakan proses proses bertenggat waktu bag karyawan;

10. Feedback merupakan hasil dari proses penilaian. Apabila feedback

sudah sesuai dengan standar maka akan dipertahankan dan ditingkatkan

kembali, akan tetapi jika feedback kurang baik maka harus dilakukannya

pembenahan dan pencarian akar masalah terhadap kinerja atau program

yang dianggap kurang berhasil.

5.2 Saran

36

Hasil penilaian kinerja tersebut, seharusnya menjadi acuan seorang

pimpinan untuk program pengembangan karyawan ataupun program lain

serta meningkatkan produktivitas kinerja karyawan, efesiensi waktu

pelayanan, kualitas pelayanan yang lebih baik. Penilaian tersebut seharusnya

juga di lakukan tidak sekali waktu dalam satu tahun namun di lakukan

setiap bulan agar kualitas kinerja karyawan tetap bagus dan terkontrol, jika

ada suatu masalah maka masalah tersebut dapat segera di selesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Amins Achmad. 2009. Manajemen Kinerja Pemerintahan Daerah. Yogyakarta:

LaksBang PRESSindo.

Fred R. David. 2010. Strategic Management. Jakarta: Salemba Empat.

Handoko Hani. 2011. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia.

Yogyakarta: BPFE.

Laporan hasil penilaian kinerja teller bank BNI 46 cabang upi Bandung, viewed

23 September 2013, 19.30 pm

<http://syukronali.files.wordpress.com/2010/05/17/laporan-hasil-penilaian-

kinerja-teller-bank-bni-46-cabang-upi-1-bandung>

Pasolong Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Rahdi,dedi riyanto.2010. Manajemen kinerja sumber daya manusia. Malang :

Tunggal mandiri publising.

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta:

Salemba Empat

37

(https://www.google.com/#q=self+assessment.12 september 2013)

38