65 10. riset komunikasi pemasaran 10.1 latar
TRANSCRIPT
65 Universitas Kristen Petra
10. RISET KOMUNIKASI PEMASARAN
10.1 Latar Belakang Riset
Perkembangan bisnis restoran di Indonesia saat ini menjadi bagian
penting oleh produsen guna memenuhi kebutuhan konsumennya, dimana saat ini
dalam waktu yang relative singkat berbagai macam restoran banyak bermunculan
dengan memperkenalkan keunikan dan keunggulan dari produk-produk mereka.
Semakin banyaknya restoran yang bermunculan di Surabaya ini disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan pangan di masyarakat. Trend ini seakan-akan
mendorong perusahaan untuk menyesuaikan produknya dengan keinginan dan
harapan konsumen dengan memunculkan lini-lini produk yang bervariasi.
Melihat adanya persaingan di dunia makanan khususnya restoran,
banyak perusahaan yang bersaing dengan berbagai atribut serta karakteristik yang
berbeda pada produk mereka, mulai dari promosi yang dilakukan, desain tempat
makan, harga yang ditawarkan, rasa, dan juga menu bervariasi serta service value
yang berbeda-beda untuk menarik kepuasan konsumen dan akhirnya dapat tercipta
loyalitas konsumen.
Saat ini dalam pekembangan restoran meningkat tajam dan semakin
banyak persaingan dalam bisnis ini. Semakin banyak jenis dan restoran yang
ditawarkan di pasar membuat konsumen semakin banyak pilihan untuk melakukan
pembelian. Dari sini tidak menutup kemungkinan adannya pesaing baru yang
masuk dan mencari kelemahan perusahaan. Hal ini penting bagi perusahaan
bagaimana cara perusahaan dapat mempertahaankan pelanggannya, agar
pelanggan dapat lebih loyal terhadap BCC.
BCC adalah sebuah coffee house yang telah berdiri sejak tahun 1993 di
Thailand, sampai saat ini BCC sudah memilki 180 cabang di seluruh Thailand dan
di luar Thailand. Mulai tahun 2002 BCC mulai membuka cabang di di luar
Thailand, yaitu di negara Singapore, Malaysia, dan Indonesia.
BCC memiliki reputasi dan kemampuan yang baik dalam menyajikan
kopi dengan kualitas yang baik, juga dengan aroma dan rasa yang wangi. Dimana
biji kopi BCC 100% fresh di import dari berbagai perkebunan yang ada di
Universitas Kristen Petra
66
berbagai negara. Sehingga dalam penyajian menu makanan dan minuman juga
fresh, dalam artian makanan dan minuman baru akan dibuat setelah order dari
konsumen.
BCC menyediakan berbagai macam varian rasa, yang memadukan menu
Western dan Eastern, yang sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia.
Selain itu BCC juga menyediakan menu vegetarian, dimana semua hidangan yang
disajikan oleh BCC itu halal, dan tiding mengandung unsur babi.
10.1.1 Deskripsi Riset
Untuk menarik minat Konsumen terhadap BCC, maka BCC perlu
mengiklankan produknya. Riset ini dilakukan agar kita dapat mengetahui sejauh
mana respon konsumen terhadap produk kita, apakah dengan promosi yang kita
lakukan, kita sudah dapat menarik konsumen untuk mencoba BCC, atau iklan kita
sama sekali tidak menarik.
Media yang dipilih dalam melakukan promosi adalah brosur, karena
brosur dianggap dapat menjangkau kalangan secara luas. Dari brosur konsumen
dapat memperoleh informasi dan melakukan pertibangan konsumsi pada harga
yang ditetapkan oleh BCC. Harga tersebut yang akan menjadi referensi konsumen
untuk melakukan pembelian awal maupun pembelian selanjutnya.
Di dalam brosur dapat dicantumkan promosi apa yang sedang diadakan
oleh BCC, dan juga mencantumkan harga makanan dan minuman. Pencantuman
harga pada brosur dimaksudkan sebagai strategi untuk menarik minat beli
konsumen. Pengetahuan konsumen pada harga produk makanan dan minuman
memiliki pengaruh terhadap minat beli konsumen. Harga makanan dan minuman
menjadi suatu pertimbangan dan penilaian masyarakat terhadap keberadaan serta
konsumsi produk BCC ini.
Iklan merupakan elemen yang penting, karena dengan adanya iklan,
maka konsumen mulai tahu dan mengenal suatu produk. Di dalam iklan harus
jelas tertera apa yang menjadi produk unggulan BCC, yang tidak dimiliki oleh
para pesaing. Misalnya saja dari segi harga, Harga sendiri adalah unsur penting
dalam konsumen melakukan pembelian, harga bagi penjual merupakan suatu nilai
dalam uang yang ditawarkan pada pembeli, jadi harga yang sudah dibayar oleh
Universitas Kristen Petra
67
pembeli sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh BCC. Persaingan harga
yang diinformasikan melalui iklan brisur akan menjadi perhatian bagi konsumen.
Konsumen akan memperhatikan harga dan kualitas produk dalam memutuskan
pembelian. Apakah harga yang ditetapkan sudah sesuai dengan kepuasan yang
diperoleh oleh konsumen.
Apabila dengan kualitas yang sama tetapi BCC memiliki harga yang
lebih rendah dibandingkan pesaingnya, maka ini akan memberikan point lebih
bagi BCC dalam menarik konsumen. Perbandingan harga dapat diberikan melalui
diskon atau potongan harga yang dituliskan di dalam brosur.
Dimana saat ini konsumen sangat sensitive terhadap harga suatu produk.
BCC dapat mempertahankan konsumen dan mencegah masuknya pesaing,
misalnya dengan mempertahankan loyalitas pelanggan, agar konsumen yang
datang ke BCC merasa puas dan ingin kembali lagi ke BCC.
10.1.2 Alasan Melakukan Riset
Alasan perlunya dilakukan riset adalah agar BCC tahu sejauh mana
level minat beli konsumen terhadap produk BCC, apakah konsumen sudah
tertarik, atau konsumen sudah masuk dalam tahap melakukan pembelian. Dari
riset ini pula dapat kita ketahui apakah iklan kita direspon baik oleh konsumen.
Media utama yang dipilih adalah brosur, karena brosur mudah untuk disebarkan
dimana saja, dibandingkan media lain menuirut kelompok kami brosur yang
paling efektif, selain harganya yang murah, jangkauan brosur juga luas. Di dalam
brosur akan dijelaskan promosi-promosi apa saja yang dilakukan oleh BCC, selain
itu di Brosur juga akan digambarkan suasana BCC yang enak dibuat sebagai
tempat bersantai bagi keluarga, teman, maupun perorangan.
10.1.3 Rumusan Masalah
Menurut penelitian, saat ini konsumen mencari harga yang murah,
kualitas makanan yang baik, pelayanan yang ramah dan bermacam-macam variasi
makanan yang ditawarkan. Keinginan konsumen ini di tanggapi dengan baik oleh
BCC dan restoran lainnya, sehingga terjadi persaingan antar restoran dan hampir
Universitas Kristen Petra
68
tidak ada perbedaan yang signifikan yang terlihat dari kualitas makanan yang
disajikan.berikut ini adalah rumusan masalah yang diteliti, yaitu :
1. Bagaimana persepsi target audience terhadap kreativitas eksekusi komunikasi
yang sudah dibuat?
2. Apakah yang ditangkap oleh audiens dari eksekusi komunikasi sudah sesuai
dengan brand proposition?
3. Sejauh mana level respon konsumen terhadap eksekusi berdasarkan konsep
AIDA?
4. Apakah para calon target pasar mampu menerima dengan baik brand
proposition yang dibuat ditinjau dari persepsi mereka terhadap Black Canyon
Coffee.
10.2. Tinjauan Teori
10.2.1. Konsep dan Definisi
Untuk mendukung riset yang dilakukan, penulis memaparkan
serangkaian teori, konsep, opini ahli, dengan mengulas secara menyeluruh konsep
pemasaran, produk, konsep bauran pemasaran yang difokuskan pada strategi
produk dengan memaparkan detil dari strategi branding, konsep bauran promosi
dan komunikasi pemasaran terpadu, dan konsep respon konsumen terhadap
komunikasi pemasaran melalui teori persepsi, serta penjabaran tahapan keputusan
pembelian konsumen dalam model AIDA.
Bagan di bawah ini menggambarkan hubungan antar konsep dalam riset
yang dilakukan oleh penulis.
Universitas Kristen Petra
69
Gambar 10.1. Hubungan Antar Konsep
Sumber : olahan penulis, Strategic Markeing, Core concepts of
marketing, Bradley, 2005, p. 2
10.2.1.1. Konsep pemasaran
Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yarlg
mempertahankan kunci untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan yaitu
memastikan kebutuhan-kebutuhan dari target pasar dan menyediakannya
secara lebih efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing.
Terdapat faktor penting dalam konsep pemasaran meliputi
orientasi konsumal usaha-usaha yang menyatu dalam perusahaan dan tujuan
perusahaan.
Banyak orang mengasosiasikan kata marketing dengan “menjual” atau
“mempromosikan”, ditandai dengan begitu banyaknya iklan komersil di televisi,
koran, majalah, dan internet. Bagaimanapun juga, “menjual” dan
“mempromosikan” hanyalah merupakan elemen dari marketing itu sendiri.
Universitas Kristen Petra
70
Berikut penulis memaparkan beberapa definisi marketing dari pemikiran ahli-ahli
pemasaran ternama.
Hasymi 1986 mengidentifikasikan:
“Peranan pemasaran adalah kebutuhan konsumen dan cara yang mereka
kehendaki untuk memenuhi kebutuhan ini. Pemasaran mengkaji,
mengukur, dan memahami kebutuhan-kebutuhan konsumen melalui
analisis permintaan (demand analysis), yaitu dengan mengamati perilaku
mereka sebagai pembeli sehingga dapat dibuat
program pemasaran yang sesuai.”
Stanton 1978 mendefinisikan:
“Pemasaran adalah suatu system keseluruhan dari kegiatan-kegiatan
bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan
kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli yang
potensial.
Kotler (1994), mendefinisikan :
“Marketing is a social and managerial process by which individuals and
groups obtain what they need and want through creating and
exchanging value with others.”(p. 6).
Yang artinya pemasaran adalah proses social yang berhubungan dengan
perorangan atau kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka
perlukan dan mereka inginkan dengan menciptakan suatu nilai
pertukaran dengan yang lainnya.
Bradley, 2005 mendefinisikan:
“Marketing is the management function responsible for identifying,
anticipating and satisfying customer requirements profitably.” (p.5)
Yang artinya Pemasaran adalah suatu fungsi manejemen yang digunakan
untuk mengidentifikasi, mengatisipasi dan member keuntungan yang
lebih untuk memuaskan konsumennya.
Universitas Kristen Petra
71
( Principles of Marketing 1995, p. 10) mendefinisikan:
"The anticipation, management, and satisfaction of demand through” “
the exchange process". Arti dari definisi tersebut yaitu pemasaran adalah
suatu antisipasi, pengolahan, dan kepuasan dari permintaan melalui
proses pertukaran.
Bagi penulis sendiri, definisi pemasaran adalah sekumpulan aktivitas-
aktivitas atau program-program terintegrasi yang dimaksudkan untuk menciptakan
(create), mengkomunikasikan (communicate), dan memberikan (deliver) nilai-
nilai yang menguntungkan bagi konsumen.
Aktivitas-aktivitas ini dapat dirumuskan dalam berbagai bentuk. Salah
satu pendekatan tradisional yang menggambarkan aktivitas ini diasosiasikan
dengan bauran pemasaran (marketing mix).
10.2.1.2. Bauran pemasaran
Salah satu konsep utama dalam dunia usaha adalah kebijakan bauran
pemasaran dimana merupakan kombinasi dari empat variabel yang inti dari
sistem pemasaran perusahaan dan dapat digunakan perusahaan untuk
menjangkau konsumen sebagai sasaran pasarnya. Perusahaan harus dapat
menetapkan baurar, pemasaran dengan tepat pada segmen pasar yang
diinginkan agar tingkat penjualan dapat tercapai.
Menurut Kotler, Keller (2006), bauran pemasaran didefinisikan sebagai :
“ The set of marketing tools the firm uses to pursue its marketing
objectives”. (p. 19).
Yang artinya suatu perlengkapan pemasaran yang digunakan untuk
mengikuti obyek pemasaran lainnya.
Menurut Kerin, Berkowitz, Hartley, Rudelius (2004) bauran pemasaran
didefinisikan sebagai :
“ The set of controllable tactical marketing tools-product, price,
promotion, and place-that the firm blends to produce the response it
wants in the target market”. (p. 15).
Universitas Kristen Petra
72
Yang artinya Serangkaian dari alat-alat pemasaran- produk, harga,
promosi, dan tempat- dimana perusahaan menghasilkan produk sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh target pasar.
Konsep aktivitas pemasaran ini pertama kali diperkenalkan oleh
Mc.Carthy (1960), dengan istilah “four Ps” , yaitu produk (products), harga
(price), promosi (promotion), dan tempat (place), dimana setiap elemen/variabel
memiliki karakteristik masing-masing, yang bila dikombinasikan akan memberi
nilai tambah yang maksimal bagi konsumen.
Penjabaran variabel-variabel dalam konsep “four Ps” dapat dilihat pada
bagan dibawah ini:
Gambar 10.2 four Ps
Sumber : olahan penulis, Armstrong, Kotler, da Silva, , The four Ps of the
Marketing mix , p. 77
Ada 4 faktor bauran pemasaran adalah sebagai berikut:
1. Produk
Dari bauran pemasaran produk merupakan elemen yang penting sebab dengan
produk, badan usaha atau perusahaan dapat memenuhi kebutuhan den
keinginan konsumen. Dimana produk adalah segala sesuatu yang bisa
ditawarkan kepada pasar agar diperhatikan, diminta dan dikonsumsi
Pengertian produk menurut Kotler (1995, p.508):
Universitas Kristen Petra
73
Produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
diperhatikan, diperoleh atau dikonsumsi yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan.
Menurut Stanton (1997, p.7) produk adalah:
Sekumpulan atribut yang nyata (tangible) dan tidak nyata (In Tangible)
dimana didalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan.
2. Harga
Harga merupakan variasi dari bauran pemasaran yang kedua setelah produk,
harga dalam bauran pemasaran disatu sisi menunjukan poendapatan, disisi lain
menunjukan biaya. Dalam penetapan harga jual, perusahaan harus
memperhatikan berbagai pihak, antara lain konsumen, penyalur, dan pesaing.
Oleh sebab itu perusahaan dalam penetapan harga harus mempunyai
pengalaman yang cukup.
Menurut Kotler (1994, p.474):
“Price is what the seller feels its worth, in terms of money to the
buyer” yang artinya harga adalah sesuatu yang dirasakan oleh penjual
bahwa itu cukup berharga dalam bentuk uang kepada pembeli.
Menurut Evan dan Berman (1995, p.476):
“A price represent the value of a good and service for both the seller
and the buyer” yang artinya harga mewakili suatu nilai dari barang dan
jasa untuk penjual dan pembeli.
3. Saluran Distribusi
Merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke
perantara dan akhirnya sampai ke konsumen. Perusahaan harus
memperhatikan penggunaan saluran distribusi dalam rangka mencapai
keberhasilan strategi pemasaran. Salah satu tujuan dari saluran distribusi
adalah agar konsumen dapat dengan mudah memperoleh dan membeli produk
yang dihasilkan oleh badan usaha
Menurut Swastha (1996, p.190) Saluran distribusi juga disebut saluran
perdagangan, dapat didefinisikan secara sedehana sbg berikut:
Universitas Kristen Petra
74
Saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan
oleh produsen untuk menyalurkan barang tersbeut dari produsen ke
konsumen atau pemakai industry
Menurut Kotler dan Armstrong (1996, p.23) cara penentuan jumlah distribusi
yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu:
a. Intensive distribution
Saluran distribusi yang digunakan relatif panjang, dan jumlah
penyalurannya banyak, terutama pengecer, cara ini biasanya
digunakan oleh produk jenis convenience goods
b. Selective distribution
Saluran distribusi yang digunakan relatif pendek dengan cara
memilih beberapa pedagang besar atau retailer yang terbatas di
suatu daerah tertentu. Cara ini banyak digunakan untuk
menyalurkan produk jenis shopping goods dan specialty goods.
Saluran selektif ini untuk meniadakan penyalur yang tidak
menguntungkan dan meningkatkan volume penjualan dengan
jumlah yang terbatas.
c. Exclusive distribution
Saluran distribusi yang dilakukan dengan menetapkan satu
pedagang besar atau agen tertentu dan biasanya digunakan untuk
menyalurkan jenis barang yang memerlukan pelayanan saat
pembelian atau dapat untuk jenis specialty goods
4. Promosi adalah variabel bauran pemasaran yang keempat dimana badan
usaha dalam membuat produk tersebut mudah didapat oleh konsumen, maka
perushaan harus menginformasikan produknya kepada konsumen dan
meyakinkan konsumen bahwa produk tersebut dapat memberi kepuasan
yang mereka ingini.
Menurut Kotler dan Amstrong (1994, p.98):
“Promotion means activitien communicate the merit of the product and
persuade target customer to buy”
Universitas Kristen Petra
75
Arti bahwa promosi merupakan kegiatan atau aktivitas untuk
menyampaikan kegunaan suatu prod dan mempegaruhi konsumen
sasaran untuk membeli
Menurut Kotler (1995, p.725), promosi terdiri dari 4 alat utama
1. Pengiklanan
Segala bentuk presentasi non personal dan promosi barang atau jasa
melalui media tertentu yang dibayar oleh sponsor tertentu
2. Penjualan
Terdiri dari kumpulan kiat intensif yang berbeda, kebanyakan
berjangka pendek, dirancang untuk mnedorong pembelian yan lebih
cepat atau lebih besar dari produk dan jasa tertentu oleh konsumen
atau pedagang tersebut
3. Hubungan masyarakat
Perusahaan tidak hanya harus berhubungan secara konstruktif
dengan pelanggan, pemasok dan penyalur, tetapi juga harus
berhubungan dengan kumpulan kepentingan publik yang besar
4. Penjualan personal
Kiat yang paling efektif biaya dalam tahap berikut dari proses
pembelian, terutama dalam membentuk preferensi pembeli,
keyakinan dan tindakan
Menurut Evan dan Berman (1995, p.400):
“Promotion is any communication used to inform, persuade, and to
remind people about an organinization’s or individuals, good services,
image, ideas, community involvement, or impact on society”
Arti bahwa promosi adalah setiap bentuk dari komunikasi yang
digunakan untuk menginformasikan, membujuk, atau mengingatkan
orang mengenai produk dari suatu perusahaan atau perorangan, jasa,
citra, ide-ide, keterlibatan dalam kelompok atau pengaruh kuat dalam
masyarakat
Universitas Kristen Petra
76
Summary of Marketing Mix Decisions
Product Price Place Promotion
Functionality
Appearance
Quality
Packaging
Brand
Warranty
Service/Support
List price
Discounts
Allowances
Financing
Leasing options
Channel members
Channel motivation
Market coverage
Locations
Logistics
Service levels
Advertising
Personal selling
Public relations
Message
Media
Budget
Gambar 10.3. Summary of Marketing Decision
Sumber :Schewe, Charles D., and Alexander Hiam, The Portable MBA in
Marketing
Dari penjabaran variabel-variabel konsep four Ps ini, penulis
mempersempit fokus kedalam dua bagian utama, yaitu strategi produk yang
berfokus pada strategi branding, kemudian pada strategi promosi yang berfokus
pada konsep bauran promosi, dengan sub-fokus pada elemen periklanan dan
pemilihan media periklanan.
10.2.1.3. Strategi branding dalam konsep strategi produk
Kita dapat mengidentifikasikan produk sebagai jantung, atau tulang
punggung dari keseluruhan elemen-elemen dalam bauran pemasaran (marketing
mix), dan merupakan titik muara dalam memformulasikan bauran pemasaran yang
baik. Seberapa bagusnya elemen harga, promosi, bahkan distribusi
diformulasikan, tidak akan menciptakan nilai tambah tanpa adanya penawaran
produk yang kompetitif di pasar.
Universitas Kristen Petra
77
Lamb, Hair, Mc.Daniel (2004), mendefinisikan produk sebagai :
“Everything, both favorable an unfavorable, that a person receives in an
exchange.” (p. 292).
Artinya segala sesuatu yang memberi keuntungan ataupun tidak
menguntungkan, dimana seorang individu menerima perubahan
Armstrong, Kotler (1997), mendefinisikannya sebagai :
“anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use,
or consumption that might satisfy a want or need.” (p.250).
Artinya segala sesuatu yang dapat ditawarkan pada pasar untuk
diperhatikan, diterima, digunakan atau dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan.
Menurut Armstrong, Kotler (1997), kategori produk meliputi lebih dari
sekedar tangible goods (benda-benda nyata), yang mana meliputi objek fisik,
servis/jasa-jasa, perhelatan-perhelatan/events, pribadi, tempat, organisasi, ide-ide,
ataupun kombinasi dari keseluruhan elemen ini.
Dengan demikian secara luas cakupan produk ini merupakan elemen-
elemen yang dapat dipasarkan/ditawarkan kepada pasar (product’s market
offering).
Konsep sentral dari penawaran produk ke pasar ini merujuk pada konsep
branding, dimana sebuah perusahaan menggunakan nama (brand name), frase,
desain, simbol, atau kombinasi dari semuanya untuk mengidentifikasi produknya
dan membedakannya dengan produk sejenis dari kompetitor.
American Marketing Association mendefinisikan brand sebagai :
“name, term, sign, symbol, or design, or a combination of them
intentden do identify the goods or services of one seller or group of
sellers and to differentiate them from those of competitors” (Kerin,
Berkowitz, Rudelius, p. 305).
Artinya nama, syarat, simbol, desain atau kombinasi dari semua itu
dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari satu penjual
atau sekelompok penjual dan untuk membedakan mereka dari
competitor.
Universitas Kristen Petra
78
Para manajer merek seringkali mengasosiasikan branding dengan
aktivitas menciptakan/mengidentifikasikan (identifying), mengembangkan
(developing), dan menyampaikan (delivering) nilai-nilai tambah yang terdapat
dalam suatu produk. Dan jika produk hanya memberi keunggulan-keunggulan
fungsional, brand memberi kombinasi unik dari keunggulan fungsional dan
keunggulan diferensiasi/keunikan. Brand selalu identik dengan keunikan
(uniqueness) (Kartajaya, 2003). Lebih lanjut, Kartajaya mengatakan bahwa
sebuah brand yang sukses mengkombinasikan secara seimbang antara keungulan-
keunggulan fungsional yang mendorong konsumen untuk memilih menggunakan
brand-brand yang ada dari sebuah kategori produk, dan keunggulan-keunggulan
diferensiasi yang mendorong konsumen untuk memilih satu brand dari yang
lainnya.
Penulis merangkai keseluruhan konsep branding ini ditinjau dari dua
sudut pandang, yang pertama dari sudut pandang perusahaan, dan yang kedua dari
sudut pandang brand manager, yang didasari oleh keinginan dan kebutuhan pasar.
Menurut Gelder (2003, p.6) Brand Proposition adalah sebuah statement
penting yang merangkum penjelasan tentang produk. Dari sudut pandang
perusahaan, sebuah brand yang sukses akan memberikan nilai tambah sebagai
berikut :
• Recognition, brand dapat diidentifikasikan secara cepat dan dapat dipercaya.
• Channel placement, brand dapat memfasilitasi penetrasi produk kedalam satu
marketing channel, terutama pada level retail, yang menyediakan nilai tambah
untuk bersaing dengan para competitor.
• Pricing, brand seringkali berfungsi sebagai indikator harga yang premium,
sehingga memberi margin laba tinggi bagi perusahaan
• Sales, brand seringkali menjual lebih baik dibandingkan dengan produk-
produk label pribadi.
• Longevity, brand seringkali memiliki siklus hidup yang lebih panjang, dan
seringkali memfasilitasi perusahaan untuk dapat bertahan di kompetisi pasar.
• Value, brand seringkali merupakan aset terpenting dari sebuah perusahaan,
dalam hal ini dapat dikatakan brand = the whole company.
Universitas Kristen Petra
79
Armstrong, Kotler, da Silva (2005) memaparkan pentingnya proses
menciptakan, mengembangkan, dan memposisikan sebuah brand dan
menggarisbawahi pentingnya strategi brand positioning untuk membangun sebuah
brand yang kuat.
a. Brand positioning adalah ilmu yang membuat suatu produk atau jasa dapat
masuk ke dalam segmen pasar tertu dan membedakan produk atau jasa
tersebut dengan para pesaingnya. Ada 6 strategi positioning menurut Belch
(2004, p51- p54) antara lain:
• Harga. Positioning ini didasarkan pada nilai uang. Strategi ini dipengaruhi
oleh kualits produk dan jasa.
• Kelas produk. Strategi ini dipengaruhi karena terjadinya kompetisi dengan
produk lainnya yang tidak sama kelasnya tetapi sama jenis produknya.
• Pengguna produk. Strategi ini berdasarkan pada pengguna produk tersebut.
• Pesaing. Strategi ini berdasarkan pada pesaing. Positioning dibuat untuk
menandingi produk atau jasa dari pesaing.
• Simbol budaya. Strategi ini membuat symbol-simbol tertentu untuk
membedakan produknya dan menjadi ikon dari produk atau jasa tersebut.
• Repositonig. Merubah positioning karena positioning yang dibuat sebelumnya
tidak berhasil di pasar.
Seorang ahli brand ternama, Aaker (2001), mendefinisikan secara baku
proses memposisikan secara jelas dan gamblang dari sebuah brand dengan istilah
brand’s value proposition yaitu :
“A statement of the functional, emotional, and self-expressive benefits
delivered by the brand that provide value to the customer. An effective
value proposition should lead to a brand-customer relationship and
drive purchase decisions.” (p. 95).
Adapun konsep sentral dari ketiga pernyataan-pernyataan benefit
functional, emotional, dan self-expressive dari sebuah brand dijelaskan sebagai
berikut :
Universitas Kristen Petra
80
• Functional benefit, adalah benefit yang menggambarkan karakteristik fungsi
yang mampu diberikan oleh sebuah brand pada saat digunakan/dikonsumsi
oleh target market.
• Emotional benefit, merupakan benefit yang menggambarkan keunggulan
emosional yang berkaitan dengan perasaan (feelings) ketika
menggunakan/mengonsumsi sebuah brand.
• Self-expressive benefit, merupakan keunggulan aktualisasi diri atau refleksi
identitas diri dari pengguna suatu brand. Benefit ini merupakan benefit yang
memiliki nilai tertinggi untuk sebuah brand, yang menjadikannya refleksi
identitas para penggunanya.
Oleh Armstrong, Kotler, da Silva (2005), ketiga pernyataan benefit oleh
Aaker dikemas dalam bentuk hierarkis/tahapan-tahapan yang berurutan yang
diklasifikasikan kedalam tiga level. Pada level terendah, para pemasar
memposisikan brand pada atribut produk, yang berisi ukuran, warna, bentuk
kemasan, dan fisik produk lainnya. Level kedua, sebuah brand diasosiasikan
dengan keunggulan-keunggulan yang dibutuhkan oleh target market, yaitu apa
yang didapatkan ketika menggunakan sebuah brand. Level ketiga, merupakan
yang merupakan level terkuat dari dua level tadi, sebuah brand diposisikan
menjadi nilai-nilai (values), atau kepercayaan-kepercayaan (beliefs), yang
menciptakan citra, gaya hidup, dan kreasi pengalaman-pengalaman yang berkenan
di benak target market.
10.2.1.4. Strategi promosi dengan fokus pada mengkomunikasikan merek atau
produk melalu bauran promosi.
Merek adalah suatu simbol rumit yang dapat menyampaikan hingga 6 tingkat
pengertian yaitu :
• Atribut
Merek mengingatkan atribut-atribut tertentu, misalnya saja Mercedes
menyiratkan mobil yang mahal, kokoh, direkayasa dengan baik, tahan lama,
bergengsi tinggi.
Universitas Kristen Petra
81
• Manfaat
Atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.
Atribut “Tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional, “Saya
tidak perlu membeli mobil lain selama beberapa tahun.”mahal” mungkin
diterjemahkan menjadi manfaat emosional, “mobil tersebut membuat saya
merasa penting dan dikagumi.”
• Nilai
Merek tersebut juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsen. Mercedes
berarti kinerja tinggi, keselamatan, dan gengsi.
• Budaya
Merek tersebut juga mungkin melambangkan budaya tertentu. Misalnya saja
Mercedes melambangkan budaya Jerman : Terorganisir, bermutu tinggi.
• Kepribadian
Merek tersebut dapat mencerminkan kepribadian tertentu. Misalnya saja
Mercedes menyiratkan bos yang serius, singa yang berkuasa.
• Pemakai
Merek tersebut menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan
produk tersebut. Kita akan berharap untuk melihat eksekutif puncak berumur 55
tahun dibvelakang setir Mercedes bukan sekretaris berumur 20 tahun.
Sebuah brand, seberapa bagusnya diciptakan, dikembangkan, tidak akan
mampu bertahan di pasar tanpa adanya strategi untuk mengkomunikasikannya
dengan baik. Upaya-upaya komunikasi ini merupakan prioritas tingkat satu dari
setiap pemasar, dengan cara difokuskan, dibaurkan/disatukan, dan dipadu-
padankan secara konsisten dan terkoordinasi membentuk suatu bauran komunikasi
yang integratif dan tepat sasaran.
Bauran komunikasi pemasaran yang integratif dan tepat sasaran ini lebih
dikenal dengan istilah komunikasi pemasaran terpadu (marketing communication
mix), atau bauran promosi (promotion mix), yang didefinisikan oleh Kotler,
Keller (2006) sebagai berikut :
Universitas Kristen Petra
82
“Marketing communications are the means by which firms attempt to
inform, persuade, and remind consumers-directly or indirectly-about the
products and brands that they sell.” (p. 498).
Artinya Komunikasi pemasaran berarti dari suatu perusahaan untuk
menginformasikan, meyakinkan, dan mengingatkan konsumen baik
secara langsung maupun tidak langsung mengenai produk yang
ditawarkan.
Armstrong, Kotler, da Silva (2005) merujuk pengertian ini kedalam lima alat-
bantu pemasaran (yang kemudian disebut sebagai promotional tools), dengan
definisi baku sebagai berikut:
“Marketing communications mix/promotion mix is the specific mix of
advertising, sales promotoion, public relations, personal selling, and
direct-marketing tools that the company uses to pursue its advertising
and marketing objectives.”(p. 427)
Artinya komunikasi pemasaran adalah spesifikasi dari keseluruhan
pengiklanan, promosi penjualan, public relation, personal selling, dan
pemasaran secara langsung- alat pemasaran yang digunakan perusahaan
untuk menentukan iklan dan tujuan pemasarannya.
Definisi dari elemen-elemen yang tergabung dalam promotion mix tersebut
dijabarkan sebagai berikut :
a. Personal selling
Yaitu kegiatan penjualan yang mana pemasar dan konsumen potensial
saling bertatap muka langsung. Maksud dari Personal Selling adalah
menciptakan hasil penjualan yang cepat dan berlangsung secara kontiyu.
b. Advertising
Yaitu kegiatan yang dapat menjangkau target pasar dalam jumlah besar,
mempunyai kemampuan untuk mengubah perilaku dari seseorang. Kegiatan
iklan merupakan bentuk presentasi non personal antara pengiklan dengan
target pasarnya dan membutuhkan waktu lama untuk menyampaikan
informasi. Kegiatan periklanan ini juga harus dirancang konsep secara
Universitas Kristen Petra
83
mendalam dan detail supaya pesan yang ingin disampaikan oleh pengiklan
dapat diterima dan diingat oleh target pasar.
Contoh iklan antara lain: papan iklan, selebaran, poster, televisi, radio dan
media cetak.
c. Sales Promotion
Yaitu insentif atau hadiah jangka pendek untuk memperkuat pembelian atau
penjualan suatu barang atau jasa.
Menurut O’Guinn, Allen, and Semenik (2005, p.639)
Sales Promotion adalah suatu insentif untuk meningkatkan atau
menjaga image suatu merek baik di mata konsumen dan penjual.
Selain itu, tujuan dari Sales Promotion adalah meningkatkan penjualan
jangka pendek. Tujuan dari promosi penjualan yaitu member kekuatan
bagi pemasar, menghemat biaya untuk program promosi penjualan,
efektif untuk menaikan penjualan jangka pendek.Contoh: Potongan
harga dan diskon-diskon
d. Public Relation
Yaitu serangkaian kegiatan untuk meningkatkan image kegiatan pemasaran
sehingga tercipta citra yang baik. Kegiatan public relation ini meliputi:
Publikasi ( liputan berita di media massa untuk memberikan nilai baik),
konferensi pers, event perusahaan, open house, tour, sumbangan, dan event
khusus lainnya
e. Direct Marketing
Salah satu kegiatan dari aktifitas pemasaran yang menggunakan satu atau
lebih media iklan. Kegiatan ini dilakukan umtuk memudahkan konsumen
melakukan transaksi. Ada lima karakteristik yang menjadi dasar dalama
kegiatan direct marketing antara lain: (1) Kegiatan interaktif yang
memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah, (2) Menciptakan mekanisme
yang berpeluang untuk mendapat tanggapan, (3) Dapat dilakukan di semua
Universitas Kristen Petra
84
lokasi, (4) Memberikan respon yang dapat dihitung, (5) Membutuhkan
ingormasi tentang konsumen.
Lebih lanjut, penulis memaparkan kelemahan-kelemahan dan
keuntungan-keuntungan dari bauran promosi ini kedalam bagan berikut :
Gambar 10.4. Promotional Mix
Sumber : olahan penulis, Marketing, The Promotional Mix, Kerin,
Berkowitz, Hartley, Rudelius,( 2002, p. 475)
Bagan diatas menunjukkan bahwa dalam kenyataannya, ditemui
beragam hasil yang diperoleh dari implementasi kelima alat-bantu tersebut, dan
untuk menentukan tujuan pencapaian komunikasi pemasaran melalui promosi ini
para marketer perlu memahami konsep psikologi dari target market dan
hubungannya dengan respon yang diharapkan dari suatu komunikasi pemasaran
(Armstrong, Kotler, da Silva, 2005).
Universitas Kristen Petra
85
10.2.1.5. Persepsi konsumen sebagai dampak dari komunikasi pemasaran
terpadu.
Komunikasi Pemasaran Terpadu adalah proses yang menyatukan
berbagai alat promosi sehingga menjadi alat komunikasi yang efektif dalam
mempromosikan produk atau jasa tertentu. Tujuan dari Komunikasi Pemasaran
Terpadu ini adalah Membangun hubungan yang bermanfaat antara karyawan,
konsumen, pemilik, dan masyarakat luas. Komunikasi Pemasaran Terpadu
merupakan perencanaan strategi promosi yang berdasarkan pada konsumen.
(O’Guinn, Allen, Semenik,2005, p.38).
Idealnya, jalur sebuah komunikasi pemasaran berujung pada respon
konsumen terhadap komunikasi pemasaran suatu produk/brand. Para marketer
bahkan dapat “menyetel” persepsi-persepsi yang diharapkan muncul dari sebuah
aktivitas komunikasi pemasaran.
Persepsi merupakan salah satu faktor psikologis yang mendasari
keputusan pembelian konsumen, diluar motivasi, pembelajaran, dan sikap.
Menurut Belch (2001) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses
dimana konsumen memilih (select), mengolah (organize), menginterpretasikan
(interpret), dan menyimpan (retention) informasi dari sebuah komunikasi
pemasaran untuk membentuk gambaran jelas mengenainya. Pada awalnya,
konsumen dengan menggunakan lima inderanya, yaitu sight, hearing, smell,
touch, dan sense akan menerima dan menyeleksi beragam informasi dari
komunikasi pemasaran. Kemudian, konsumen mengolah informasi-informasi
tersebut. Pada tahap ketiga, konsumen menginterpretasikannya menjadi gambaran
logis dan rasional baginya. Tahap keempat, konsumen menyimpan interpretasi
tadi di benaknya, dan akan digunakan dalam jangka pendek untuk pengambilan
keputusan pembelian atau dalam jangka panjang menyimpan informasi tersebut.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2004, p.158) persepsi adalah proses
pemilihan, pengaturan, dan pengartian rangsangan menjadi suatu arti atau
gambaran tertentu. Secara singkat, persepsi adalah cara pandang seseorang
terhadap hal tertentu.
Universitas Kristen Petra
86
Armstrong, Kotler, da Silva (2005), memaparkan bahwa dalam jangka
pendek, perusahaan mengharapkan setidaknya tiga jenis psychological response
dari persepsi konsumen terhadap komunikasi pemasaran yang telah dilakukannya
yaitu :
• Respon kognitif (cognitive response), dengan gambaran respon awareness,
attention, knowledge pada sebuah produk/brand. Dimana pengetahuan dan
persepsi terbentuk secara langsung oleh konsumen berdasarkan pengalaman dan
informasi yang didapat secara langsung.
• Respon afektif (affective response), gambaran respon interest, desire, liking,
preference, conviction, evaluation, attitude, dan intention to buy pada sebuah
produk/brand. Tahap ini lebih dipengaruhi oleh perasaan dan emosi dari
seorang konsumen untuk mengevaluasi produk dan jasa yang akan dibeli.
• Respon ketiga, merupakan respon,conative yang menggambarkan tindakan atau
purchasing actions dari sebuah produk/brand. Tahap dimana konsumen
bereaksi karena rasa ketertarikan pada suatu obyek.
Universitas Kristen Petra
87
Tahap Model AIDAa Model
Hieraki
Efekb
Model
Inovasi -
Adaptasic
Model
Komunikasid
Tahap
Kognitif
Perhatian
Kesadaran
Pengetahuan
Kesadaran
Pemaparan
Penerimaan
Tanggapan
kognitif
Tahap afektif Minat
Keinginan
Kesukaan
Preferensi
Keyakinan
Minat
Evaluasi
Sikap
Maksud
Tahap
konatif
Tindakan
Pembelian
Pengujian
Pengunaan
Perilaku
Gambar 10.5. Model Hierarki Pelanggan
Sumber: Kotler (2005,p.283)
10.2.1.6. Model AIDA dan pengembangannya menjadi model AIDCA
Tahapan-tahapan respon tersebut digambarkan melalui suatu model baku
yang dikenal dengan nama AIDA model, yang didefinisikan oleh St. Elmo Lewis
(1925) sebagai proses-proses atau tahapan-tahapan hierarkis ketika konsumen
Universitas Kristen Petra
88
memikirkan keputusan pembeliannya melalui empat tahapan berurutan yaitu
Attention, Interest, Desire, dan Action.
Untuk lebih memahami hubungan antar konsep pengaruh-respon dan
model AIDA, penulis memvisualisasikannya melalui bagan berikut ini.
Gambar 10.6. Tahapan proses pencapaian keputusan pembelian konsumen
Sumber : olahan penulis, Bradley, Stages in customer decision process and
marketing communications emphasis, (p. 182)
Oleh Simamora (2003), model tahapan keputusan pembelian ini
dikembangkan dengan menambahkan satu tahapan keputusan pembelian lagi yaitu
tahapan “keyakinan” sehingga model AIDA ini menjadi model AIDCA (attention,
interest, desire, conviction,action). Tahapan ini diyakini oleh Simamora (2003)
sebagai tahapan yang cukup penting dalam proses pengambilan keputusan oleh
konsumen mengenai produk ataupun sebuah brand yang dikonsumsinya.
Menurut Bradley (2003), setiap upaya komunikasi pemasaran
mempengaruhi pembeli dengan cara yang berbeda Dalam hal ini, efektivitas alat-
bantu komunikasi pemasaran yang tergabung dalam promotion mix memiliki
efektivitas berbeda pula pada tahapan-tahapan keputusan pembelian oleh
konsumen ini.
Menurut beliau, advertising merupakan elemen yang lebih efektif dalam
membangun awareness, meningkatkan edukasi produk, dan menciptakan
preferensi jika dibandingkan dengan sales promotion atau personal selling. Dan
pada tahap akhir proses keputusan pembelian konsumen, advertising digunakan
Universitas Kristen Petra
89
untuk melahirkan sikap loyal yang berujung pada tindakan repeat purchase.
Sedangkan personal selling dan sales promotion, memiliki karakteristik yang
lebih interaktif lebih efektif dalam meningkatkan kepuasaan konsumen pada
tahapan purchasing action.
10.3. Metodologi Riset
10.3.1. Jenis Metodologi Riset
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan jenis penelitian
diskriptif. Descriptive research, adalah Prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek atau obyek peneliti yang
bertujuan untuk mendeskripsikan sesuatu, umumnya karakteristik atau fungsi
pasar. Tujuan dari riset deskriptif melukiskan fakta, populasi, atau bidang tertentu
secara factual atau sistematis.
Menurut Parasuraman (1991), Riset diskriptif adalah riset pemasaran
yang menjelaskan sesuatu hal, ataupun data-data yang sudah diperoleh. Secara
spesifik, riset jenis ini ditujukan untuk mengumpulkan dan mendeskripsikan data-
data dalam komposisi atau karakteristik dari unit-unit relevan seperti jumlah
konsumen, jumlah tenaga penjualan, jumlah konsumsi suatu produk, ataupun
jumlah produk yang beredar dipasar, untuk setiap kurun waktu tertentu.
Riset deskriptif merupakan jenis riset yang paling sering digunakan
untuk mengukur potensi pasar, mengukur persepsi konsumen, menggambarkan
pola perilaku konsumen, menentukan lokasi distribusi, atau mengetahui kepuasan
konsumen terhadap suatu produk (Istijanto, 2005). Riset deskriptif yang dilakukan
penulis bertujuan untuk mengukur efektivitas iklan brosur dan spanduk baru yang
telah didesain ulang terhadap brand image dari Black Canyon Coffee ini.
Pengukuran efektivitas iklan ini dilakukan dengan memvisualisasikan
iklan brosur kepada sejumlah target audience, kemudian dilakukan pengukuran
persepsi yang ada melalui sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang dicantumkan
dalam self-administered questionnaire. Pertanyaan-pertanyaan yang ada dikaitkan
dengan pengukuran persepsi target audience yang diperoleh setelah melihat iklan
brosur tersebut, kemudian dilakukan proses pembandingan antara persepsi yang
ada dengan brand’s value proposition dari Black Canyon Coffee.
Universitas Kristen Petra
90
Langkah selanjutnya setelah melakukan pengukuran persepsi konsumen
adalah melakukan pengukuran respon konsumen terhadap iklan brosur tersebut
yang dikaitkan dengan level respon berdasarkan tahapan proses pengambilan
keputusan pembelian konsumen dalam model AIDCA yaitu dalam tahapan-
tahapan manakah diantara attention, interest, desire, conviction, action, para
konsumen akan memberikan responnya sebagai dampak dari iklan brosur tersebut.
10.3.2. Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang diukur dan didefinisikan secara operasional
dalam riset ini meliputi:
a. Persepsi target audience terhadap kreativitas iklan (efektivitas iklan) dengan
mengambil indikator kekuatan iklan dalam elemen-elemen :
1. Visual Consistency
• Warna dalam desain iklan, untuk mengukur persepsi target audience
dengan menilai ketertarikannya terhadap warna yang digunakan.
• Tipografi, atau pemilihan jenis huruf, untuk mengukur persepsi target
audience dengan menilai kemudahan target audience dalam membaca
pesan-pesan pemasaran dalam iklan melalui penggunaan jenis huruf.
• Penempatan Logo, untuk mengukur persepsi target audience dengan
menilai kemudahan target audience dalam melihat logo yang
ditempatkan dalam desain, dan apakah penempatan logo tersebut
menarik perhatian mereka.
• Slogan dan penempatannya, untuk mengukur persepsi target audience
dengan menilai seberapa menariknya slogan yang dibuat untuk
menarik perhatian audiens.
• Unique Selling Proposition dan penempatannya, untuk mengukur
persepsi target audience dengan menilai seberapa menariknya unique
selling proposition yang dibuat untuk menarik perhatian audiens.
• Maskot koboi BCC dan penempatannya, untuk mengukur persepsi
target audience dengan menilai seberapa menariknya maskot koboi
BCC dalam menarik perhatian audiens.
Universitas Kristen Petra
91
3. Kesederhanaan (advertising simplicity)
• Kemudahan menelusuri pesan iklan, untuk mengukur apakah
kesederhanaan dalam desain dapat memudahkan audiens untuk
menelusuri isi pesan yang diiklankan.
• Kemudahan menangkap pesan iklan, untuk mengukur seberapa
cepatnya audiens dapat menangkap pesan iklan dari desain iklan yang
sederhana.
• Isi pesan yang singkat dan padat, untuk mengukur apakah isi pesan
yang singkat dalam iklan telah dapat mewakili keseluruhan informasi
yang dibutuhkan oleh audiens mengenai BCC.
4. Navigasi yang efektif (effective flow)
• Navigasi verbal, untuk mengukur apakah tata letak isi pesan iklan
dapat ditelusuri dengan baik oleh audiens.
• Navigasi visual, untuk mengukur apakah tata letak visualisasi iklan
berupa foto produk / gambar lainnya dapat ditelusuri dengan baik oleh
audiens.
• Urutan navigasi, untuk mengukur apakah urut-urutan peletakan
komponen verbal dan visual iklan telah terpadu dan memudahkan
audiens untuk membaca pesan yang hendak disampaikan oleh iklan.
b. Persepsi target audience terhadap iklan yang dikaikan dengan brand’s value
proposition (Aaker, 2001) dalam indikator-indikator:
1. Unique selling proposition, untuk mengukur apakah unique selling
proposition yang dirancang dapat menggambarkan karakteristik BCC
sebagi berikut :
• Apakah usp dapat menggambarkan suasana unik BCC,
• Apakah usp dapat memvisualisasikan rasa kopi yang unik dari BCC.
• Apakah usp dapat memvisualisasikan rasa makakan yang unik dari
BCC.
2. Benefit fungsional, untuk mengukur persepsi target audience terhadap
fungsi dari Black Canyon Coffee dalam kategori-kategori fungsi café-
resto, fungsi restoran barat-timur, fungsi restoran fresh.
Universitas Kristen Petra
92
3. Benefit emosional, untuk mengukur persepsi target audience dalam
kaitannya dengan emotional values dari Black Canyon Coffee dalam
kategori-kategori cozy, enjoy, modern, fresh.
4. Benefit ekspresi diri terhadap merek, untuk mengukur persepsi target
audience dalam citra identitas diri yang muncul di benak target audience
dalam kategori –kategori natural, berkualitas, berkelas, modern, fresh, dan
sehat.
c. Respon target audience terhadap iklan (Simamora, 2003) yang diukur melalui
indikator-indikator kekuatan respon dengan mengombinasikan panjang respon
dan lebar respon yang dipaparkan sebagai berikut :
1. Panjang respon, diukur dalam tahapan-tahapan keputusan pembelian
konsumen dalam model AIDCA (Simamora, 2003) yang diukur dalam
tahapan Attention, Interest, Desire, Conviction, Action dalam tahapan
tahapan attention (panjang = 1), interest (panjang = 2), desire (panjang =
3), conviction (panjang = 4), action (panjang = 5). Panjang respon ada
lima tahapan.
2. Lebar respon dijabarkan sebagai berikut :
• Pada tahapan attention (tidak memperhatikan-Lebar=0, sedikit
memperhatikan-Lebar=1,memperhatikan-Lebar=2,sangat
memperhatikan - Lebar=3).
• Pada tahapan interest (tidak tertarik-Lebar = 0, sedikit tertarik-Lebar
=1, tertarik-Lebar=2, sangat tertarik-Lebar=3).
• Pada tahapan desire (tidak berhasrat-Lebar =0, sedikit berhasrat-Lebar
=1, berhasrat-Lebar=2, sangat berhasrat-Lebar=3).
• Pada tahapan conviction (tidak yakin-Lebar =0, sedikit yakin-Lebar
=1, yakin-Lebar=2, sangat yakin-Lebar=3).
• Pada tahapan action (tidak membeli-Lebar =0, sekedar mencoba
membeli-Lebar =1, pembelian teratur-Lebar=2, pembelian teratur dan
merekomendasikan produk kepada orang lain-Lebar=3).
Variabel tahapan maksud pembelian (intention-to-buy) konsumen
merupakan variabel tidak bebas/variabel tergantung (Y), dan variabel persepsi
konsumen terhadap iklan merupakan variabel bebas (X).
Universitas Kristen Petra
93
10.3.3. Deskripsi Data
10.3.3.1. Jenis Data
Parasuraman (1991), mengklasifikasikan data-data ke dalam dua
kategori utama, yaitu secondary dan primary. Secondary data, merupakan jenis
data historikal ataupun data factual yang telah tersedia sebelumnya, misalnya
data-data jumlah penjualan per tahun, data-data daftar perusahaan yang ada untuk
sebuah kategori produk. Data sekunder adalah data yang dapat diperoleh dari
laporan-laporan penelitian, media massa, buku, dan lain-lain. Keuntungan dari
data sekunder mudah didapat, biaya murah. Sedangkan primary data, merupakan
data-data yang dikumpulkan secara spesifik untuk sebuah proyek/riset tertentu,
dan merupakan jenis data yang tidak tersedia tanpa melalui sebuah proses
pengumpulan data, misalnya data mengenai persepsi konsumen, yang hanya dapat
diperoleh melalui kontak langsung dengan konsumen.
Oleh karena itu data-data yang dikumpulkan dari riset yang dilakukan
oleh penulis merupakan jenis data primary, dengan mengumpulkan dan mengukur
persepsi konsumen atau target audience terhadap brand image dari Black Canyon
Coffee. Pengukuran data melibatkan proses merepresentasikan data secara
kuantitatif dari atribut-atribut yang ada (Churchil, 1996). Dalam riset ini penulis
merepresentasikan data-data kuantitatif dari atribut-atribut persepsi target
audience yang dikelompokkan dalam atribut kenyamanan, keramahan, modern ,
gaya hidup.
Pengukuran atribut-atribut ini memakai teknik skala interval untuk
mengukur sejauh mana tingkat kesetujuan atau ketidak setujuan dari persepsi
konsumen terhadap atribut-atribut diatas yang dimunculkan dalam tampak
visualisasi desain ulang iklan brosur dari Black Canyon Coffee.
Menurut Churcil (1996), skala pengukuran interval seringkali digunakan
oleh periset untuk mengukur sikap (consumer attitudes) terhadap sebuah
produk/brand. Dengan deskripsi dalam skala interval ini, Black Canyon Coffee
dapat melihat sejauh mana persepsi konsumen terhadap brand image,yang
divisualisasikan melalui iklan brosur yang didesain ulang, kemudian apakah
Universitas Kristen Petra
94
persepsi yang ada sudah sesuai atau tidak dengan brand’s value proposition dari
Black Canyon Coffee.
10.3.3.2. Sumber Data
Sumber data primary diperoleh melalui metode survey di lapangan dan
menggunakan kuesioner sebagai medianya. Data diperoleh dengan
mengumpulkan respon yang didesain dengan teknik semantic differential scale,
dimana skala 5 mewakili tingkat kesetujuan dari atribut yang ditanyakan dan skala
1 mewakili ketidaksetujuan responden. Desain kuesioner dibuat dengan fokus
spesifik agar data yang diperoleh valid karena menimbang waktu responden yang
terbatas untuk mengisi kuesioner yang ada.
Daftar pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner adalah sebagai berikut :
Dengan desain iklan brosur yang ditampilkan diatas, berikan penilaian Anda pada
kategori-kategori berikut:
(SS = Sangat Setuju, S = Setuju, R = Ragu-ragu, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat
Tidak Setuju).
a. Kreativitas Iklan ( persepsi target audience terhadap kreativitas eksekusi
komunikasi pemasaran)
Petunjuk: Berikanlah penilaian Anda dalam skala 1–5 (skor terendah = 1 dan
skor tertinggi = 5) pada kategori berikut:
1. Konsistensi visualisasi (visual consistency)
…..Warna yang dipakai dalam desain iklan.
…..Pemilihan jenis huruf dalam desain iklan.
…..Penempatan logo Black Canyon Coffee
…..Slogan “Black Canyon Coffee Taste Something Different”
…..Maskot koboi yang memegang cangkir kopi
2. Kesederhanaan (simplicity)
…..Kesederhanaan desain dalam iklan
…..Kemudahan Anda menangkap pesan dari desain yang sederhana
…..Isi pesan singkat namun menggambarkan keseluruhan informasi yang
Anda butuhkan mengenai Black Canyon Coffee
Universitas Kristen Petra
95
3. Navigasi yang efektif (effective flow of information)
…..Peletakan informasi verbal telah sesuai dan memudahkan dalam
membaca pesan iklan
…..Peletakan informasi visual telah sesuai dan memudahkan dalam
membaca pesan iklan.
.....Urut-urutan info verbal dan visual memudahkan memahami pesan iklan
b. Citra Black Canyon Coffee (persepsi target audience terhadap citra Black
Canyon Coffee dalam kaitannya dengan brand’s value proposition)
4. Dari desain iklan tersebut Anda menilai fungsi Black Canyon Coffee
adalah:
• Penggabungan konsep kedai kopi dan restoran
SS S N TS STS
• Restoran yang menyediakan makanan Barat dan Timur
SS S N TS STS
• Restoran yang menyediakan makanan dan minuman yang fresh
SS S N TS STS
5. Dari desain iklan tersebut Anda menilai suasana/nuansa Black Canyon
Coffee:
• Nyaman (cozy)
SS S N TS STS
Universitas Kristen Petra
96
• Menyenangkan (enjoy)
SS S N TS STS
• Modern
SS S N TS STS
• High-class lifestyle
SS S N TS STS
6. Dari desain iklan tersebut Anda menilai ciri identitas/kepribadian dari
Black Canyon Coffee adalah:
• Interior bergaya natural
SS S N TS STS
• Berkualitas sesuai dengan image anda saat ini
SS S N TS STS
• Berkelas sesuai image anda saat ini
SS S N TS STS
• Nyaman sesuai dengan image anda saat ini
SS S N TS STS
Universitas Kristen Petra
97
• Modern sesuai dengan image anda saat ini
SS S N TS STS
• Fresh sesuai dengan image anda saat ini
SS S N TS STS
• Higienis sesuai dengan image anda saat ini
SS S N TS STS
• Healthy sesuai dengan image anda saat ini
SS S N TS STS
7. Dengan unique selling proposition “Black Canyon Coffee Taste Something
Different” , berikanlah penilaian Anda terhadap kategori-kategori berikut:
• Anda tertarik untuk mencoba rasa yang unik dan berbeda pada kopi
buatan Black Canyon Coffee
SS S N TS STS
• Anda tertarik untuk mencoba rasa yang unik dan berbeda pada
makanan di Black Canyon Coffee
SS S N TS STS
Universitas Kristen Petra
98
• Anda tertarik untuk merasakan pengalaman atau suasana yang unik di
Black Canyon Coffee
SS S N TS STS
c. Tahapan Keputusan Pembelian dalam model AIDCA
8. Apakah Anda mengetahui keberadaan produk Black Canyon Coffee:
0. Tidak tahu
1. Hanya tahu merek itu ada tetapi tidak tahu jenis produknya
2. Saya kenal merek itu, termasuk jenis produk, harga dan tempat
membeli.
3. Saya tahu merek itu, termasuk jenis produk, harga, tempat membeli
dan kandungannya secara detil.
9. Apakah Anda tertarik untuk mengetahui produk-produk Black Canyon
Coffee:
0. Tidak tertarik
1. Tertarik
2. Antara tertarik dan tidak tertarik
3. Sangat tertarik
10. Seberapa besar hasrat Anda untuk membeli produk-produk dari Black
Canyon Coffee:
0. Tidak berhasrat
1. Cukup berhasrat
2. Berhasrat
3. Sangat berhasrat
11. Apakah Anda yakin untuk membeli produk-produk Black Canyon Coffee:
0. Tidak yakin
1. Cukup yakin
2. Yakin
3. Sangat yakin
Universitas Kristen Petra
99
12. Apakah Anda sudah membeli produk Black Canyon Coffee:
0. Belum
1. Baru sekedar mencoba
2. Sudah membeli secara teratur
3. Sudah membeli secara teratur, dan merekomendasikan kepada rekan
lain.
d. Kesesuaian citra BCC dan persepsi konsumen mengenai citra BCC (Apakah
brand proposition dapat diterima dengan baik oleh target audience dan
apakah telah sesuai dengan citra BCC di benak target audience selama ini)
10.3.3.3. Metode sampling
Menurut Simamora (2004, p. 195) sampling adalah proses pemilihan
satuan pengamatan (elemen) dalam jumlah yang cukup sebagai sample dari
populasi, sehingga dengan mempelajari sampel, maka kesimpulan-kesimpulan
tentang sample diharapkan menjadi kesimpulan-kesimpulan tentang populasi.
Pengambilan sampel data dilakukan penulis terhadap pengunjung Black Canyon
Coffee. Menurut Maholtra proses sampling mengikuti tahap-tahap berikut, yaitu:
1. Tentukan target populasi.
2. Tentukan kerangka sampling.
3. Pilih teknik sampling yang sesuai.
4. Tentukan jumlah sampel.
5. Lakukan proses sampling.
Setelah kerangka sampel ditentukan penulis memilih motode
pengambilan sampel yaitu non-probability sample dengan teknik judgemental
(Simamora, 2004). Metode ini oleh Simamora (2004) merupakan metode
sampling dimana elemen populasi dipilih berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan (judgement) dari peneliti. Untuk mengurangi bias, peneliti perlu
menetapkan syarat-syarat elemen populasi terlebih dahulu. Dalam penelitian di
Black Canyon Coffee, peneliti menggunakan syarat elemen sebagai berikut :
- Responden yang mengetahui merek Black Canyon Coffee.
- Responden yang pernah mengunjungi Black Canyon Coffee.
Universitas Kristen Petra
100
- Responden yang pernah mengetahui promosi dari Black Canyon
Coffee.
- Range usia 22 – 45 tahun untuk semua responden yang memenuhi
syarat elemen diatas.
Perhitungan jumlah sampel adalah menggunakan rumus Slovin yang
dijabarkan sebagai berikut :
2)2/(e
Zan σ=
(Wibisono, 2003:58-59)
Apabila nilai σ tidak diketahui, kita dapat menggunakan S dari sampel
sebelumnya (untuk n≥30) yang memberikan estimasi terhadap σ .
Contoh : nilai rerata 32 sampel random UAS mahasiswa teknik mesin
angkatan 2004 adalah 2.75 dan standar deviasi populasinya adalah 0.25. Berapa
ukuran sampel yang diperlukan apabila peneliti memerlukan tingkat kepercayaan
95% dan error estimasi µ kurang dari 0.05, dengan demikian :
2)05.0
)25.0/()96.1((=n
04.96=
Dengan demikian peneliti yakin dengan tingkat kepercayaan 95% bahwa
sampel random berukuran 96.04 ≈ 97 akan memberikan selisih estimasi x dengan
µ kurang dari 0.05 jadi jumlah sampel yang diambil sebesar 97 orang. Dalam
penelitian di Black Canyon Coffee ini penulis menetapkan untuk mengambil
jumlah sampel sekurang-kurangnya 100 responden, penulis mengambil sampel
sebesar 160 responden secara keseluruhan.
10.3.4. Metode Analisis
Setelah jumlah populasi dan sampel ditentukan tahap selanjutnya adalah
mempersiapakan dan mengolah data mentah yang telah dikumpulkan melalui
instrument penelitian, yaitu kuesioner. Data mentah harus diolah dan dipersiapkan
dengan cara menggunakan metode atau analisis yang tepat agar data tersebut
dapat memberikan gambaran mengenai fenomena yang terjadi di lapangan.
Green et al (2003) menyebutkan bahwa alat analisis yang tersedia saat
ini dimulai dari Ilmu pengetahuan, seni, instuisi, atau judgment dari peneliti
Universitas Kristen Petra
101
sampai alat bantu teknologi computer yang dijadikan sebagai alat analisis dengan
menggunakan SPSS for Windows Ver 15 dalam melakukan penelitian terhadap
Black Canyon Coffee karena SPSS dianggap memiliki sejumlah program
pengolahan data statistic yang alat analisisnya lengkap, navigasi pengendalian
yang lengkap. (Nurgiantoro, Gunawan, Marzuki. 2004)
Tahapan yang dibutuhkan untuk mengolah data statistik yang baik yaitu,
mengedit, menginput, mengolah dan melaporkan hasil data analisis mentah
tersebut melalui mengurutkan, mengedit dan mengelompokan data pada bagian-
bagian yang berhubungan. Proses yang dilakukan dalam suatu penelitian, yaitu:
a. Screening Process dibagi menjadi:
1. Range usia tidak lebih dari usia 45 tahun, sesuai dengan potential target
market dari Black Canyon Coffee.
2. Pengisian acak jawaban diisi lebih dari satu, di setiap pertanyaan
3. Pengisian jawaban yang tidak diisi secara keseluruhan/lengkap (ada yang
tidak diisi).
Proses screening telah dilakukan terhadap 183 orang responden. Terdapat 160
orang responden yang akan di uji validitas dan realibilitas. 23 responden
datanya tidak memenuhi syarat sehingga dibuang dan dianggap tidak valid.
b. Coding Process. Memberi kode atau simbol pada tiap-tiap pertanyaan yang
relevan dengan variable-variabel yang akan diukur dalam penelitian. Proses
pemberian kode dilakukan untuk menyederhanakan dan memudahkan dalam
memasukan data ke computer (SPSS). Misalnya saja variable X1, dibagi
menjadi X1.1…X1.2…X1.3… dan selanjutnya.
c. Menginput data mentah ke dalam SPSS, hal ini dilakukan apabila data telah
diedit dan di screening.
d. Analysis Process. Menganalisa data dengan alat ukur yang menggunakan
SPSS, melalui 3 metode pengolahan data yaitu:
1. Uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian.
2. Analisa deskriptif.
3. Uji hipotesis dengan menggunakan Analisis Regresi linear berganda.
e. Menginterpretasikan hasil analisis data ke dalam table frekuensi dan table
regresi.
Universitas Kristen Petra
102
f. Kesimpulan dan rekomendasi dari interpretasi hasis analisis data.
Untuk lebih memperjelas metode analisis data ini, penulis melengkapinya
dengan kerangka berpikir yang dijabarkan kedalam bagan berikut ini :
Gambar 10.7. Kerangka Berpikir Metode Analisis
10.4. Analisa Data
10.4.1. Deskripsi Prosedur Analisis
Analisa data dilakukan melalui uji Validitas dan Reliabilitas. Uji
Validitas dilakukan untuk mengukur tingkat akurasi dan konsistensi sejumlah
pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Jika dalam hasil uji Validitas terdapat
pertanyaan yang tidak valid, maka pertanyaan yang ada di kuesioner tersebut
harus dihilangkanm karena pertanyaan tersebut sudah tidak akurat dalam
pengukuran tujuan penelitian.
PERMASALAHAN
- brand belum familiar
- lokasi kurang strategis
- promosi yang tidak konsisten
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana persepsi target audience terhadap kreativitas eksekusi yang sudah di buat?
2. Apakah yang ditangkap oleh audience sari eksekusi komunikasi yang sudah sesuai dengan brand proposition?
3. Sejauh mana level respon konsumen terhadap eksekusi berdasarkan konsep AIDA?
4. Apakah para calon target pasar mampu menerima dengan baik brand proposition yang dibuat, ditinjau dari persepsi mereka terhadap Black Canyon Coffee.
METODOLOGI PENELITIAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Kristen Petra
103
Menurut Simamora (2004, p.172) Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Dalam menyusun
kuesioner pertanyaan yang diajukan perlu dipastikan.
Menurut Nurgiyantoro, Gunawan, Marzuki 2004, instrument baru dapat
dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat mengukur dan menunjukan
sejauh mana obyek penelitian tersebut dapat diukur. Suatu variable dapat
dikatakan valid bila nilai signifikansinya dari variable X dan item-item variable X
memiliki nilai yang lebih kecil dari taraf nyata 5% atau α 0,05.
Berdasarkan Nurgiyantoro, Gunawan, Marzuki, 2004, Uji Reliabilitas
dalam penelitian ini digunakan dalam pengukuran indeks releabilitas, dimana
disebutkan bahwa indeks reliabilitasnya sama atau lebih besar dari 0.60, sehingga
item tersebut dikatakan reliable. Tetapi, menurut Simamora uji Reliabilitas adalah
tingkat keandalan kuesioner karena kuesioner yang reliable adalah kuesioner yang
apabila dicoba berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan
data yang sama, atau tidak terjadi perubahan data.
Analisis deskriptif merupakan transformasi data mentah ke dalam
bentuk-bentuk yang mudah dipahami, analisis deskriptif ini memiliki tujuan untuk
mengetahui karakteristik dari setiap variable yang ada dalam sampel lalu
dijabarkan ke tabel frekuensi dari semua variable X dan juga item-item variable
X. Untuk mengukur variable bebas (X) terhadap variable terikat (Y) digunakan
uji Hipotesis.
10.4.2. Laporan Hasil Penelitian
10.4.2.1. Pengujian Validitas pada Instrument Kuesioner
Uji Validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dengan asumsi-asumsi
sebagai berikut:
• Jumlah responden untuk pengujian diambil adalah 160 responden valid.
• Taraf nyata (α) yang digunakan dalam pengujian ini adalah 5%.
• Kriteria valid jika r-hitung lebih besar dari r-tabel 0.154 (r-tabel 160-2)
(Nurgiyantoro, Gunawan, Marzuki,2004).
• Kriteria reliabel jika koefisien alpha cronbach lebih besar dari 0.600
(Nurgiyantoro, Gunawan, Marzuki,2004).
Universitas Kristen Petra
104
Setiap indikator yang tidak valid akan dieliminasi dari butir-butir
pertanyaan dalam kuesioner untuk diuji reliabilitasnya.
Hasil uji validitas dan reliabilitas yang diperoleh dalam output SPSS
dirangkum pada tabel di bawah ini:
Tabel 10.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Konsistensi Visualisasi (X1)
Indikator
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach’s Alpha if Item Deleted
Keterangan
Warna .028 .793 Tidak Valid Tipografi .679 .633 Valid Penempatan Logo .548 .673 Valid Slogan .180 .759 Valid USP .639 .642 Valid Maskot koboi .723 .607 Valid Cronbach alpha 0.735 Reliabel
Dengan kriteria valid atas perbandingan korelasi r-hitung terhadap r-tabel 0.154
(r-tabel 160-2) dari tabel tersebut disimpulkan bahwa ada 1 indikator yang
dinyatakan tidak valid (Warna), dengan demikian butir pertanyaan ini dieliminasi
dari instrument kuesioner. Butir pertanyaan lainnya dinyatakan valid. Koefisien
alpha cronbach sebesar 0.735 menunjukkan pula bahwa butir-butir pertanyaan
tersebut telah reliabel dengan nilai alpha lebih besar dari 0.600.
Tabel 10.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kesederhanaan Iklan (X2)
Indikator
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach’s Alpha if Item Deleted
Keterangan
Kesederhanaan Desain
.708 .299 Valid
Kemudahan Menangkap Pesan
.502 .609 Valid
Isi Pesan yang Singkat Padat
.349 .785 Valid
Cronbach alpha 0.692 Reliabel
Universitas Kristen Petra
105
Dengan kriteria valid atas perbandingan korelasi r-hitung terhadap r-tabel 0.154
(r-tabel 160-2) dari tabel tersebut disimpulkan bahwa semua indikator dinyatakan
valid. Koefisien alpha cronbach sebesar 0.692 menunjukkan pula bahwa butir-
butir pertanyaan tersebut telah reliabel dengan nilai alpha lebih besar dari 0.600.
Tabel 10.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Navigasi Efektif (X3)
Indikator
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach’s Alpha if Item Deleted
Keterangan
Navigasi Verbal .476 .554 Valid
Navigasi Visual .561 .429 Valid
Urutan Navigasi .380 .675 Valid
Cronbach alpha 0.658 Reliabel
Dengan kriteria valid atas perbandingan korelasi r-hitung terhadap r-tabel 0.154
(r-tabel 160-2) dari tabel tersebut disimpulkan bahwa semua indikator dinyatakan
valid. Koefisien alpha cronbach sebesar 0.658 menunjukkan pula bahwa butir-
butir pertanyaan tersebut telah reliabel dengan nilai alpha lebih besar dari 0.600.
Tabel 10.4. Uji Validitas Variabel Unique Selling Proposition (X4)
Indikator
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach’s Alpha if Item Deleted
Keterangan
USP : Suasana Unik
.526 .517 Valid
USP : Rasa Kopi Unik
.560 .506 Valid
USP : Makanan Unik
.450 .652 Valid
Cronbach alpha 0.670 Reliabel
Universitas Kristen Petra
106
Dengan kriteria valid atas perbandingan korelasi r-hitung terhadap r-tabel 0.154
(r-tabel 160-2) dari tabel tersebut disimpulkan bahwa semua indikator dinyatakan
valid. Koefisien alpha cronbach sebesar 0.670 menunjukkan pula bahwa butir-
butir pertanyaan tersebut telah reliabel dengan nilai alpha lebih besar dari 0.600.
Tabel 10.5. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Fungsi BCC (X5)
Indikator
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach’s Alpha if Item Deleted
Keterangan
Fungsi Cafe-Resto .677 .581 Valid
Fungsi Restoran Barat-Timur
.576 .709 Valid
Fungsi Restoran Fresh .550 .730 Valid
Cronbach alpha 0.762 Reliabel
Dengan kriteria valid atas perbandingan korelasi r-hitung terhadap r-tabel 0.154
(r-tabel 160-2) dari tabel tersebut disimpulkan bahwa semua indikator dinyatakan
valid. Koefisien alpha cronbach sebesar 0.762 menunjukkan pula bahwa butir-
butir pertanyaan tersebut telah reliabel dengan nilai alpha lebih besar dari 0.600.
Tabel 10.6. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Suasana/Nuansa BCC (X6)
Indikator
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach’s Alpha if Item Deleted
Keterangan
Suasana Nyaman .705 .712 Valid
Suasana Enjoy .625 .753 Valid
Suasana Modern .645 .744 Valid
Kesan High Class .552 .792 Valid
Cronbach alpha 0.804 Reliabel
Universitas Kristen Petra
107
Dengan kriteria valid atas perbandingan korelasi r-hitung terhadap r-tabel 0.154
(r-tabel 160-2) dari tabel tersebut disimpulkan bahwa semua indikator dinyatakan
valid. Koefisien alpha cronbach sebesar 0.804 menunjukkan pula bahwa butir-
butir pertanyaan tersebut telah reliabel dengan nilai alpha lebih besar dari 0.600.
Tabel 10.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepribadian Merek BCC (X7)
Indikator
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach’s Alpha if Item Deleted
Keterangan
Kepribadian Natural
.331 .619 Valid
Kepribadian Berkualitas
.250 .637 Valid
Kepribadian Berkelas
.554 .563 Valid
Kepribadian Nyaman
-.029 .717 Tidak valid
Kepribadian Modern
.566 .554 Valid
Kepribadian Fresh
.616 .518 Valid
Kepribadian Higienis
.084 .674 Tidak valid
Kepribadian Sehat
.465 .588 Valid
Cronbach alpha 0.648 Reliabel
Dengan kriteria valid atas perbandingan korelasi r-hitung terhadap r-tabel 0.154
(r-tabel 160-2) dari tabel tersebut disimpulkan bahwa terdapat dua indikator yang
tidak valid yaitu pada kepribadian nyaman dan higienis. Dengan demikian dua
butir pertanyaan ini dieliminasi dari instrumen kuesioner. Indikator lainnya
dinyatakan valid. Koefisien alpha cronbach sebesar 0.648 menunjukkan pula
bahwa butir-butir pertanyaan tersebut telah reliabel dengan nilai alpha lebih besar
dari 0.600.
Universitas Kristen Petra
108
Tabel 10.8. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Keputusan Pembelian (Y)
Indikator
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach’s Alpha if Item Deleted
Keterangan
ATTENTION .570 .749 Valid INTEREST .620 .734 Valid DESIRE .650 .720 Valid CONVICTION .547 .755 Valid ACTION .471 .786 Valid Cronbach alpha 0.789 Reliabel Dengan kriteria valid atas perbandingan korelasi r-hitung terhadap r-tabel 0.154
(r-tabel 160-2) dari tabel tersebut disimpulkan bahwa semua indikator dinyatakan
valid. Koefisien alpha cronbach sebesar 0.789 menunjukkan pula bahwa butir-
butir pertanyaan tersebut telah reliabel dengan nilai alpha lebih besar dari 0.600.
10.4.3. Diskusi Hasil Penelitian
Setelah pengolahan data yang telah valid dan reliable dilakukan,
selanjutnya dimulai dengan menganalis data yang spesifik yaitu dengan cara
analisis deskriptif sebagai analisis pendahuluan dan analisis regresi sebagai
analisis yang mengikutinnya.
Analisis deskriptif adalah transformasi data mentah kedalam bentuk
yang mudah dipahami atau diinterprestasi, yang bertujuan untuk mengetahui
karakteristik tiap variable dari sampel dengan cara memberikan skor jawaban-
jawaban audience mengenai keseluruhan butir pertanyaan dalam kuesioner.
Peneliti memilih menggunakan analisis diskriptif karena dengan menggunakan
Analisis Diskriptif peneliti dapat menjawab seluruh rumusan masalah yang
muncul dalam penelitian pada Black Canyon Coffee. Analis deskriptif dalam
penelitian ini dilakukan dengan mengolah data yang ada dan mentransformasikan
ke dalam tabel frekuensi dan tabel skor rata-rata.
Analisis yang mengikuti analisis deskriptif adalah analisis regresi linear
berganda dengan memformulasikan prediksi atau hipotesis dalam uji hipotesis.
Universitas Kristen Petra
109
Analisis regresi ini dimaksudkan untuk mengukur pengaruh variable bebas
tarhadap variable terikat.
Tabel 10.9. Level Respon Audiens Saat Ini
Penilaian Indikator 0 1 2 3 Mean Mode Attention 0 79 69 12 1.58 1 Interest 0 37 96 27 1.94 2 Desire 1 53 80 26 1.82 2 Conviction 5 25 97 33 1.99 2 Action 8 33 85 34 1.91 2
Tabel di atas menunjukkan penilaian audiens dalam tahapan keputusan
pembeliannya saat ini. Pada indikator “Perhatian”, audiens terbanyak menyatakan
kenal merek Black Canyon Coffee, termasuk jenis produk, harga dan tempat
membeli, dengan penilaian rata-rata sebesar 1.58. Pada indikator “Ketertarikan”,
audiens terbanyak menyatakan memberikan perhatian pada iklannya, juga
melakukan pengamatan, dimana produk itu dijual, dengan penilaian rata-rata
sebesar 1.94. Pada indikator “Hasrat”, audiens terbanyak menyatakan bahwa
hasrat untuk membeli produk Black Canyon Coffee saat ini besar, dengan
penilaian rata-rata sebesar 1.82. Pada indikator “Keyakinan”, audiens terbanyak
menyatakan yakin dalam membeli produk-produk Black Canyon Coffee saat ini,
dengan penilaian rata-rata sebesar 1.99. Pada indikator “Tindakan”, audiens
terbanyak menyatakan baru sekedar mencoba membeli produk-produk Black
Canyon Coffee, dengan penilaian rata-rata sebesar 1.91. Dari keseluruhan tahapan
keputusan pembelian saat ini, audiens lebih banyak berada pada tahapan
“Perhatian” dan “Yakin” akan Black Canyon Coffee dan produk-produknya.
Tabel di atas menunjukkan jumlah responden yang memilih indikator
Variabel Keputusan Pembelian dalam tiap kategori jawaban. Pada indikator
attention, responden terbanyak menyatakan lebih memberikan perhatian terhadap
Black Canyon Coffee setelah melihat iklan. Pada indikator interest, responden
terbanyak menyatakan lebih tertarik untuk mengenal Black Canyon Coffee setelah
melihat iklan. Pada indikator desire, responden terbanyak menyatakan lebih
berhasrat untuk membeli produk-produk Black Canyon Coffee setelah melihat
Universitas Kristen Petra
110
iklan. Pada indikator conviction, responden terbanyak menyatakan lebih yakin
untuk membeli produk-produk Black Canyon Coffee setelah melihat iklan. Dan
pada indikator action, responden terbanyak menyatakan lebih berniat untuk
membeli produk-produk Black Canyon Coffee setelah melihat iklan.
Tabel 10.10. Penilaian Konsistensi Visualisasi Iklan (X1)
Penilaian Konsumen Variabel Indikator 1 2 3 4 5 Mean S.D. Warna 0 16 34 70 40 3.84 0.917 Tipografi 9 14 34 47 56 3.79 1.177 Penempatan Logo 16 1 26 48 69 3.96 1.235 Slogan 0 6 12 68 74 4.31 0.770 USP 16 12 28 49 55 3.72 1.285
Konsistensi Visualisasi
Maskot Koboi 18 14 24 32 72 3.79 1.389
Tabel di atas menunjukkan jumlah responden yang memilih indikator
Variabel Konsistensi Visualisasi. Pada indikator Warna, responden terbanyak
menyatakan setuju bahwa warna dalam iklan tersebut menarik perhatiannya. Pada
indikator Tipografi, responden terbanyak menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa pemilihan huruf dalam brosur memudahkannya untuk membaca pesan
iklan. Pada indikator Penempatan Logo, responden terbanyak menyatakan setuju
dan sangat setuju bahwa penempatan logo Black Canyon Coffee di pojok kanan
atas iklan dapat menarik perhatiannya. Pada indikator Slogan, responden
terbanyak menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa slogan “A drink from
Paradise...available on earth” menarik perhatiannya. Pada indikator Unique
Selling Proposition, responden terbanyak menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa proposisi penjualan unik tersebut menarik perhatiannya. Pada indikator
Maskot Koboi, responden terbanyak menyatakan sangat setuju bahwa maskot
koboi BCC tersebut menarik perhatiannya.
Tabel di atas juga menunjukkan penilaian rata-rata konsumen terhadap
Variabel Konsistensi Visualisasi, pada indikator Warna sebesar 3.84, pada
indikator Tipografi sebesar 3.79, pada indikator Penempatan Logo sebesar 3.96,
pada indikator Slogan sebesar 4.31, pada indikator USP sebesar 3.72, dan pada
indikator Maskot Koboi sebesar 3.79. Indikator slogan “A drink from
paradise...available on earth” terbanyak menarik perhatian responden.
Universitas Kristen Petra
111
Tabel 10.11. Penilaian Kesederhanaan Iklan (X2)
Penilaian Konsumen Variabel Indikator 1 2 3 4 5 Mean S.D. Kemudahan Menelusuri Pesan Iklan 4 35 17 61 43 3.65 1.167
Kemudahan Menangkap Pesan Iklan 0 14 48 39 59 3.89 1.007Kesederhanaan
Isi Pesan yang Singkat Padat 2 19 26 52 61 3.94 1.065
Tabel di atas menunjukkan jumlah responden yang memilih indikator
Variabel Kesederhanaan Iklan. Pada indikator Kemudahan Menelusuri Pesan
Iklan, responden terbanyak menyatakan setuju bahwa desain iklan yang sederhana
memudahkannya untuk menelusuri pesan iklan. Pada indikator Kemudahan
Menangkap Pesan Iklan, responden terbanyak menyatakan sangat setuju bahwa
desain iklan yang sederhana memudahkannya untuk menangkap pesan iklan. Pada
indikator Isi Pesan yang Singkat Padat, responden terbanyak menyatakan setuju
dan sangat setuju bahwa isi pesan iklan singkat namun menggambarkan
keseluruhan informasi yang dibutuhkan.
Tabel di atas juga menunjukkan penilaian rata-rata konsumen terhadap
Variabel Kesederhanaan Iklan, pada indikator Kemudahan Menelusuri Pesan
Iklan sebesar 3.65, pada indikator Kemudahan Menangkap Pesan Iklan sebesar
3.89, pada indikator Isi Pesan yang Singkat Padat sebesar 3.94. Indikator Isi Pesan
yang Singkat Padat terbanyak membentuk kesederhanaan iklan yang
memudahkan responden untuk menelusuri seluruh elemen iklan.
Tabel 10.12. Penilaian Navigasi Yang Efektif pada Iklan (X3)
Penilaian Konsumen Variabel Indikator 1 2 3 4 5 Mean S.D. Navigasi Verbal 0 16 54 70 20 3.59 0.835
Navigasi Visual 0 23 79 36 22 3.36 0.893Navigasi Efektif
Urutan Navigasi 2 16 70 58 14 3.41 0.835
Tabel diatas menunjukkan jumlah responden yang memilih indikator
Variabel Navigasi Verbal pada Iklan. Pada indikator navigasi verbal, responden
Universitas Kristen Petra
112
terbanyak menyatakan setuju bahwa Navigasi Verbal pada iklan memudahkannya
untuk membaca pesan iklan. Pada indikator Navigasi Visual, responden terbanyak
menyatakan netral bahwa Navigasi Visual tersebut memudahkannya untuk
menelusuri produk dalam iklan, namun responden terbanyak kedua menyatakan
setuju bahwa Navigasi Visual tersebut memudahkannya untuk menelusuri produk
dalam iklan. Pada indikator Urutan Navigasi, responden terbanyak menyatakan
netral bahwa Urutan Navigasi tersebut memudahkan dalam memahami pesan
iklan, sedangkan responden terbanyak kedua menyatakan setuju bahwa Urutan
Navigasi tersebut memudahkan dalam memahami pesan iklan.
Tabel di atas juga menunjukkan penilaian rata-rata konsumen terhadap
Variabel Navigasi yang Efektif pada Iklan, pada indikator Navigasi Verbal
sebesar 3.59, pada indikator Navigasi Visual sebesar 3.36, pada indikator Urutan
Navgasi sebesar 3.41. Indikator Navigasi Verbal terbanyak membuat navigasi
iklan menjadi efektif yang memudahkan responden untuk menelusuri seluruh
elemen iklan
Tabel 10.13. Penilaian Unique Selling Proposiiton dari Iklan (X4)
Penilaian Konsumen Variabel Indikator 1 2 3 4 5 Mean S.D. USP : Suasana Unik 2 17 49 53 39 3.69 0.998USP:Rasa Kopi Unik 14 34 11 63 38 3.48 1.298Unique Selling
Proposition USP : Makanan Unik 1 6 32 102 19 3.83 0.705
Tabel diatas menunjukkan jumlah responden yang memilih indikator
Variabel Unique Selling Proposition dari Iklan. Pada indikator USP;Suasana
Unik, responden terbanyak menyatakan setuju bahwa dari unique selling
proposition Black Canyon Coffee memiliki suasana unik yang dibutuhkannya,
terbanyak kedua menyatakan antara setuju dan tidak setuju bahwa dari unique
selling proposition Black Canyon Coffee memiliki suasana unik yang
dibutuhkannya. Pada indikator Rasa Kopi Unik, responden terbanyak menyatakan
setuju bahwa dari unique selling proposition Black Canyon Coffee memiliki rasa
kopi unik yang dibutuhkannya. Pada indikator Makanan Unik, responden
terbanyak menyatakan setuju bahwa dari unique selling proposition Black Canyon
Coffee memiliki makanan unik yang dibutuhkannya.
Universitas Kristen Petra
113
Tabel diatas juga menunjukkan penilaian rata-rata konsumen terhadap
Variabel Unique Selling Proposition dari Iklan, pada indikator Suasana Unik
sebesar 3.69, pada indikator Rasa Kopi Unik sebesar 3.48, dan pada indikator
Makanan Unik sebesar 3.83. Indikator Makanan Unik terbanyak dipilih responden
sebagai penilaian yang mewakili Unique Selling Proposition.
Tabel 10.14. Penilaian Fungsi BCC dari Iklan (X5)
Penilaian Konsumen Variabel Indikator 1 2 3 4 5 Mean S.D. Fungsi Cafe – Resto 1 14 18 84 43 3.96 0.889Fungsi Restoran Barat-Timur 0 2 46 86 26 3.85 0.693Fungsi BCC Fungsi Restoran Fresh 0 5 31 68 56 4.09 0.815
Tabel di atas menunjukkan jumlah responden yang memilih indikator
Variabel Fungsi Black Canyon Coffee dari Iklan. Pada indikator Fungsi Cafe-
Resto, responden terbanyak menyatakan setuju bahwa Black Canyon Coffee
merupakan penggabungan konsep kedai kopi dan restoran setelah melihat iklan.
Pada indikator Fungsi Restoran Barat-Timur, responden terbanyak menyatakan
setuju bahwa Black Canyon Coffee merupakan restoran yang menyediakan
makanan Barat dan Timur setelah melihat iklan. Pada indikator Fungsi Restoran
Fresh, responden terbanyak menyatakan setuju bahwa Black Canyon Coffee
merupakan restoran yang menyediakan makanan dan minuman yang segar setelah
melihat iklan.
Tabel di atas juga menunjukkan penilaian rata-rata konsumen terhadap
Variabel Fungsi Black Canyon Coffee dari Iklan, pada indikator Fungsi Cafe-
Resto sebesar 3.96, pada indikator Fungsi Restoran Barat-Timur sebesar 3.85, dan
pada indikator Fungsi Restoran Fresh sebesar 4.09. Indikator Fungsi Restoran
Fresh terbanyak dipilih responden sebagai penilaian yang mewakili Fungsi Black
Canyon Coffee dari iklan.
Universitas Kristen Petra
114
Tabel 10.15. Penilaian Suasana/Nuansa BCC dari Iklan (X6)
Penilaian Konsumen Variabel Indikator 1 2 3 4 5 Mean S.D. Suasana Nyaman 10 13 14 58 65 3.97 1.179Suasana Enjoy 0 15 15 67 63 4.11 0.925Suasana Modern 7 17 20 59 57 3.89 1.138
Suasana/Nuansa BCC
Kesan High Class 1 12 58 80 9 3.53 0.744
Tabel di atas menunjukkan jumlah responden yang memilih indikator
Variabel Suasana/Nuansa Black Canyon Coffee dari Iklan. Pada indikator Fungsi
Cafe-Resto, responden terbanyak menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
Black Canyon Coffee memiliki suasana/nuansa nyaman (cozy). Pada indikator
Suasana Enjoy, responden terbanyak menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
Black Canyon Coffee memiliki suasana/nuansa menyenangkan setelah melihat
iklan. Pada indikator Suasana Modern, responden terbanyak menyatakan setuju
dan sangat setuju. Pada indikator Kesan High Class, responden terbanyak
menyatakan setuju dan netral bahwa Black Canyon Coffee memberikan kesan
high class bagi pengunjungnya setelah melihat iklan.
Tabel di atas juga menunjukkan penilaian rata-rata konsumen terhadap
Suasana/Nuansa Black Canyon Coffee dari Iklan, pada indikator Suasana Nyaman
sebesar 3.97, pada indikator Suasana Enjoy sebesar 4.11, pada indikator Suasana
Modern sebesar 3.89, dan pada indikator Kesan High Class sebesar 3.53.
Indikator Suasana Enjoy terbanyak menjelaskan suasana/nuansa Black Canyon
Coffee dari iklan.
Tabel 10.16. Kepribadian Merek BCC dari Iklan (X7)
Penilaian Konsumen Variabel Indikator 1 2 3 4 5 Mean S.D. Natural 0 23 45 69 23 3.58 0.908Berkualitas 1 9 29 87 34 3.90 0.818Berkelas 2 12 24 80 42 3.93 0.909Modern 2 15 45 56 42 3.76 0.989Fresh 16 34 12 60 38 3.44 1.326
Kepribadian Merek BCC
Sehat 0 13 32 74 41 3.89 0.880
Universitas Kristen Petra
115
Tabel di atas menunjukkan jumlah responden yang memilih indikator
Variabel Kepribadian Merek Black Canyon Coffee dari Iklan. Pada indikator
Natural, responden terbanyak menyatakan setuju dan netral. Pada indikator
Berkualitas, responden terbanyak menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
Black Canyon Coffee memiliki kepribadian berkualitas setelah melihat iklan.
Pada indikator Berkelas, responden terbanyak menyatakan setuju bahwa Black
Canyon Coffee memiliki kepribadian berkelas setelah melihat iklan. Pada
indikator Modern, responden terbanyak menyatakan setuju bahwa Black Canyon
Coffee memiliki kepribadian modern setelah melihat iklan. Pada indikator Fresh,
responden terbanyak menyatakan setuju bahwa Black Canyon Coffee memiliki
kepribadian menyegarkan setelah melihat iklan. Pada indikator Sehat, responden
terbanyak menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa Black Canyon Coffee
memiliki kepribadian sehat setelah melihat iklan.
Tabel di atas juga menunjukkan penilaian rata-rata konsumen terhadap
Kepribadian Black Canyon Coffee dari Iklan, pada indikator Natural sebesar 3.58,
pada indikator Berkualitas sebesar 3.90, pada indikator Berkelas sebesar 3.93, dan
pada indikator Modern sebesar 3.76, pada indikator Fresh sebesar 3.44, dan pada
indikator Sehat sebesar 3.89. Indikator Suasana Enjoy terbanyak menjelaskan
suasana/nuansa Black Canyon Coffee dari iklan. Indikator Berkelas terbanyak
menjelaskan Kepribadian Black Canyon Coffee dari iklan.
10.4.3.1. Analisis Korelasi
10.4.3.1.1 Uji Hubungan dalam korelasi Spearman
Dalam penelitian di Black Canyon Coffee ini analisis korelasi dilakukan
untuk meneliti hubungan antar variabel-variabel penelitian yang ada, yaitu antar
variabel persepsi dan respon yang timbul dari melihat iklan brosur Black Canyon
Coffee. Analisis korelasi yang dilakukan adalah merupakan analisis korelasi tata-
jenjang Spearman (rank-order Spearman Correlation).
Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis korelasi ini adalah
sebagai berikut :
− Menghitung skor rata-rata (mean) dari setiap variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y).
Universitas Kristen Petra
116
− Melakukan analisis korelasi spearman antara Persepsi Audiens mengenai
Konsistensi Visualisasi (X1) dengan variabel Keputusan Pembelian (Y).
− Melakukan analisis korelasi spearman antara Persepsi Audiens mengenai
Kesederhanaan Iklan (X2) dengan variabel Keputusan Pembelian (Y).
− Melakukan analisis korelasi spearman antara Persepsi Audiens mengenai
Navigasi yang Efektif (X3) dengan variabel Keputusan Pembelian (Y).
− Melakukan analisis korelasi spearman antara Persepsi Audiens mengenai
Unique Selling Proposition (X4) dengan variabel Keputusan Pembelian (Y).
− Melakukan analisis korelasi spearman antara Persepsi Audiens mengenai citra
BCC-Fungsi BCC (X5) dengan variabel Keputusan Pembelian (Y).
− Melakukan analisis korelasi spearman antara Persepsi Audiens mengenai citra
BCC-Suasana/Nuansa BCC (X6) dengan variabel Keputusan Pembelian (Y).
− Melakukan analisis korelasi spearman antara Persepsi Audiens mengenai citra
BCC-Kepribadian Merek BCC (X7) dengan variabel Keputusan Pembelian
(Y).
− Kriteria pengujian pada tingkat signifikasi/taraf nyata sebesar 5 % (α = 0.05)
adalah sebagai berikut :
a. Bila nilai spearman’s rho hitung > 0.364 - spearman’s rho tabel (N =
160), maka terdapat hubungan yang signifikan antar variabel persepsi
(pada masing-masing indikator dilakukan terpisah) terhadap variabel
respon.
b. Bila nilai spearman’s rho hitung 0.364 - spearman’s rho tabel (N = 160),
maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antar variabel persepsi
(pada masing-masing indikator dilakukan terpisah) terhadap variabel
respon.
Model analisis korelasi spearman dituangkan ke dalam persamaan
sebagai berikut :
6∑D2
rho = 1 –
N(N2 – 1)
Dimana :
rho = Koefisien korelasi tata jenjang spearman yang dicari
Universitas Kristen Petra
117
D = Perbedaan skor antara dua kelompok pasangan
N = Jumlah sampel/kelompok
1 dan 6 = Bilangan konstan
Pada penelitian ini pengolahan analisis korelasi spearman dilakukan
dengan menggunakan program SPSS Ver. 15 for Windows, dimana hasil
pengolahannya ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 10.17 Hasil Korelasi Spearman dari X1 dengan Y
Variabel Koefisien Korelasi Spearman hitung
Koefisien Korelasi Spearman tabel
Signifikansi
Konsistensi Visualisasi (X1)
0.003 0.364 0.974
Sumber : output SPSS, telah diolah kembali
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai korelasi spearman yang dihitung
lebih kecil dari nilai korelasi spearman tabel, sehingga disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi audiens mengenai konsistensi
visualisasi dari iklan brosur terhadap respon audiens dalam tahapan keputusan
pembelian model AIDCA.
Tabel 10.18 Hasil Korelasi Spearman dari X2 dengan Y
Variabel Koefisien Korelasi Spearman hitung
Koefisien Korelasi Spearman tabel
Signifikansi
Kesederhanaan Iklan (X2) 0.016 0.364 0.839 Sumber : output SPSS, telah diolah kembali
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai korelasi spearman yang dihitung
lebih kecil dari nilai korelasi spearman tabel, sehingga disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi audiens mengenai kesederhaan
desain dari iklan brosur terhadap respon audiens dalam tahapan keputusan
pembelian model AIDCA.
Universitas Kristen Petra
118
Tabel 10.19 Hasil Korelasi Spearman dari X3 dengan Y
Variabel Koefisien Korelasi Spearman hitung
Koefisien Korelasi Spearman tabel
Signifikansi
Navigasi Efektif (X3) -0.054 0.364 0.496 Sumber : output SPSS, telah diolah kembali
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai korelasi spearman yang dihitung
menunjukkan angka negatif, interpretasinya disini adalah bahwa jika nilai skor
persepsi audiens mengenai navigasi efektif pada desain iklan brosur ini tinggi,
maka nilai skor respon audiens dalam tahapan keputusan pembelian model
AIDCA rendah, dan sebaliknya. Disini disimpulkan bahwa terdapat hubungan
signifikan yang negatif antar kedua variabel ini.
Tabel 10.20 Hasil Korelasi Spearman dari X4 dengan Y
Variabel Koefisien Korelasi Spearman hitung
Koefisien Korelasi Spearman tabel
Signifikansi
Unique Selling Proposition (X4)
-0.036 0.364 0.655
Sumber : output SPSS, telah diolah kembali
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai korelasi spearman yang dihitung
menunjukkan angka negatif, interpretasinya disini adalah bahwa jika nilai skor
persepsi audiens mengenai unique selling proposition pada desain iklan brosur ini
tinggi, maka nilai skor respon audiens dalam tahapan keputusan pembelian model
AIDCA rendah, dan sebaliknya. Disini disimpulkan bahwa terdapat hubungan
signifikan yang negatif antar kedua variabel ini.
Tabel 10.21 Hasil Korelasi Spearman dari X5 dengan Y
Variabel Koefisien Korelasi Spearman hitung
Koefisien Korelasi Spearman tabel
Signifikansi
Fungsi BCC (X5) 0.072 0.364 0.363 Sumber : output SPSS, telah diolah kembali
Universitas Kristen Petra
119
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai korelasi spearman yang dihitung
lebih kecil dari nilai korelasi spearman tabel, sehingga disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi audiens mengenai citra fungsi
BCC yang muncul dari iklan brosur terhadap respon audiens dalam tahapan
keputusan pembelian model AIDCA.
Tabel 10.22 Hasil Korelasi Spearman dari X6 dengan Y
Variabel Koefisien Korelasi Spearman hitung
Koefisien Korelasi Spearman tabel
Signifikansi
Suasana/Nuansa (X6) 0.039 0.364 0.623 Sumber : output SPSS, telah diolah kembali
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai korelasi spearman yang dihitung
lebih kecil dari nilai korelasi spearman tabel, sehingga disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi audiens mengenai citra
suasana/nuansa BCC yang muncul dari iklan brosur terhadap respon audiens
dalam tahapan keputusan pembelian model AIDCA.
Tabel 10.23 Hasil Korelasi Spearman dari X7 dengan Y
Variabel Koefisien Korelasi Spearman hitung
Koefisien Korelasi Spearman tabel
Signifikansi
Kepribadian Merek BCC (X7)
0.012 0.364 0.885
Sumber : output SPSS, telah diolah kembali
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai korelasi spearman yang dihitung
lebih kecil dari nilai korelasi spearman tabel, sehingga disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi audiens mengenai citra
kepriabadian merek BCC yang muncul dari iklan brosur terhadap respon audiens
dalam tahapan keputusan pembelian model AIDCA.
Dengan hasil rangkuman hasil analisis korelasi spearman diatas,
disimpulkan bahwa variabel-variabel persepsi audiens mengenai elemen-elemen
dalam iklan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel-variabel
respon audiens dalam tahapan keputusan model AIDCA.
Universitas Kristen Petra
120
10.5. Kesimpulan dan Rekomendasi
10.5.1. Ringkasan Hasil Penelitian dan Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan dalam riset mengenai efektivitas
iklan media brosur baru Black Canyon Coffee dalam kategori Persepsi Audiens
mengenai Konsistensi Visualisasi (X1), Kesederhanaan Iklan (X2), Navigasi yang
Efektif (X3), Unique Selling Proposition (X4), Citra BCC-Fungsi BCC (X5),
Citra BCC-Suasana/Nuansa BCC (X6), dan Citra BCC-Kepribadian Merek BCC
(X7) terhadap Keputusan Pembelian (Y) produk-produk di Black Canyon Coffee
ini dijabarkan sebagai berikut :
− Hasil Uji Validitas menunjukkan beberapa butir pertanyaan dalam kuesioner
yang tidak akurat atau tidak tepat untuk mengukur tujuan penelitian. Tindakan
yang diambil dalam hal ini adalah mengeliminasi butir-butir pertanyaan yang
tidak valid tersebut untuk menjaga keakuratan instrumen kuesioner ini untuk
mengukur tujuan penelitian di Black Canyon Coffee.
− Hasil Uji Reliabilitas menunjukkan bahwa konsistensi butir-butir pertanyaan
telah baik untuk menghindari bias atau ambiguitas pemahaman responden
mengenai pertanyaan yang ada ditinjau dari perbedaan dalam responden dan
perbedaan kurun waktu membaca pertanyaan yang ada. Seluruh pertanyaan
reliabel karena jika diujikan berkali-kali pada responden yang berbeda dan
dalam kurun waktu berbeda pula, interpretasi terhadap pertanyaan yang ada
tidak bias / sama antara responden yang satu dengan lainnya.
− Dari hasil Analisis Deskriptif, tinjauan kisaran jawaban responden
diasosiasikan untuk menjawab empat rumusan masalah pada penelitian ini
yang dijabarkan sebagai berikut :
a. Permasalahan 1 : Persepsi target audience terhadap kreativitas eksekusi
komunikasi pemasaran. Untuk pengukuran kreativitas dapat dirujuk pada
hasil tabel rata-rata berikut ini:
Universitas Kristen Petra
121
Tabel 10.24 Penilaian Kreativitas Iklan
Variabel Indikator Mean Interpretasi Persepsi
Warna 3.84 Cukup Setuju Tipografi 3.79 Cukup Setuju Penempatan Logo 3.96 Cukup Setuju Slogan 4.31 Setuju USP 3.72 Cukup Setuju
Konsistensi Visualisasi
Maskot Koboi 3.79 Cukup Setuju Kemudahan Menelusuri Pesan Iklan 3.65 Cukup Setuju
Kemudahan Menangkap Pesan Iklan 3.89 Cukup Setuju Kesederhanaan
Isi Pesan yang Singkat Padat 3.94 Cukup Setuju Navigasi Verbal 3.59 Cukup Setuju Navigasi Visual 3.36 Cukup Setuju Navigasi
Efektif Urutan Navigasi 3.41 Cukup Setuju Sumber : data primer, telah diolah kembali
Dengan meninjau skor rata-rata jawaban responden/audiens dalam
persepsinya terhadap Konsistensi Visualisasi, Kesederhanan Iklan, dan Navigasi
yang Efektif, ditemukan bahwa audiens rata-rata memberikan skor yang cukup
baik pada ketiga variabel diatas, dimana dalam desain iklan unsur-unsur
konsistensi visualisasi, kesederhanaan, maupun navigasi cukup baik ataupun
cukup menarik sehingga disimpulkan bahwa desain iklan brosur baru tersebut
cukup kreatif dalam mempromosikan BCC.
b. Permasalahan 2 : Tanggapan target audience terhadap eksekusi komunikasi
pemasaran yang dibuat dalam kaitannya dengan brand’s value proposiiton
dari Black Canyon Coffee.
Universitas Kristen Petra
122
Tabel 10.25 Penilaian Citra BCC dari Iklan
Variabel Indikator Mean Interpretasi Persepsi
USP : Suasana Unik 3.69 Cukup Setuju USP :Rasa Kopi Unik 3.48 Cukup Setuju Unique Selling
Proposition USP : Makanan Unik 3.83 Cukup Setuju Fungsi Cafe – Resto 3.96 Cukup Setuju Fungsi Restoran Barat-Timur
3.85 Cukup Setuju
Fungsi BCC
Fungsi Restoran Fresh 4.09 Setuju Suasana Nyaman 3.97 Cukup Setuju Suasana Enjoy 4.11 Setuju Suasana Modern 3.89 Cukup Setuju
Suasana/Nuansa BCC
Kesan High Class 3.53 Cukup Setuju Natural 3.58 Cukup Setuju Berkualitas 3.90 Cukup Setuju Berkelas 3.93 Cukup Setuju Modern 3.76 Cukup Setuju Fresh 3.44 Cukup Setuju
Kepribadian Merek BCC
Sehat 3.89 Cukup Setuju Sumber : data primer, telah diolah kembali
Dengan meninjau skor rata-rata jawaban responden/audiens dalam
persepsinya terhadap citra Black Canyon Coffee dalam indikator Unique Selling
Proposition, Fungsi BCC, Suasana BCC, dan Kepribadian Merek BCC, maka
dapat disimpulkan bahwa audiens rata-rata cukup setuju bahwa iklan brosur baru
BCC tersebut dapat menggambarkan citra Black Canyon Coffee dan sesuai
dengan brand’s value propositionnya.
c. Permasalahan 3 : Level respon konsumen terhadap eksekusi komunikasi
pemasaran dalam model AIDCA.
Dengan meninjau skor rata-rata jawaban responden dalam persepsinya
terhadap citra Black Canyon Coffee dalam indikator Konsistensi Visualisas
terhadap slogan dan logo Black Canyon Coffee maka dapat disimpulkan bahwa
brand’s value proposition yang dirancang dalam iklan brosur baru Black Canyon
Coffee tersebut dapat diterima dengan baik oleh audience dan sesuai dengan imej
mereka mengenai Black Canyon Coffee selama ini.
Universitas Kristen Petra
123
Tabel di bawah ini menggambarkan indeks respon audiens skor kekuatan
respon yang dihasilkan dari iklan:
Tabel 10.26. Indeks dan Kekuatan Respon Audiens
Dari tabel diatas total dari respon konsumen yaitu sebesar 1477 dimana
kekuatan respon total dari AIDCA yaitu 2400 (jumlah sample x panjang respn x
lebar respon), sehingga dapat ditemukan bahwa iklan baru tersebut mendorong
keputusan pembelian sebesar 61,54% (total respon dibagi total AIDCA dikali
100%) Action95.00% 91.46%
Conviction96.88%
Desire99.38% Not Action
Interest 5.00% 4.813% 100.00% Not ConvictionAttention 3.125% 3.105%100% Not Desire
0.625% 0.625% Not InterestAudiens 0% 0%
Not Attention0% 0%
Gambar 10.8. Bagan Indeks Respon Audiens (CRI)
a b c dPertanyaan Tahapan Panjang Lr= Lr= Lr= Lr= CRI SkorNo. AIDCA Respon 0 1 2 31 Attention 1 0 79 69 12 160 2532 Interest 2 0 37 96 27 160 3103 Desire 3 1 53 80 26 159 2914 Conviction 4 5 25 97 33 155 3185 Action 5 8 33 85 34 152 305
1477TOTAL RESPON
Universitas Kristen Petra
124
Indeks respon audiens yang dihasilkan dari iklan tersebut dijabarkan
sebagai berikut :
1. Seluruh responden melewati tahapan “attention” dan “interest” secara
sempurna.
2. Dari keseluruhan responden yang “interest” terhadap BCC, terdapat
0.625 % responden yang menyatakan “tidak berkeinginan/not desire”
untuk membeli produk-produk BCC sebagai dampak dari melihat iklan
brosur tersebut.
3. Dari keseluruhan responden yang “berkeinginan/desire” untuk
membeli produk-produk BCC, terdapat 3.105% responden yang
menyatakan “tidak yakin/not convinced” bahwa membeli produk-
produk BCC merupakan tindakan yang tepat sebagai dampak dari
melihat iklan brosur tersebut.
4. Dari keseluruhan responden yang “yakin/convinced” bahwa membeli
produk-produk BCC merupakan tindakan yang tepat, terdapat 4.813%
responden yang menyatakan “tidak berniat/not action” untuk membeli
produk-produk BCC sebagai dampak dari melihat iklan brosur
tersebut.
5. Total responden yang melewati seluruh tahapan dalam model AIDCA
sebesar 91.46% dari keseluruhan responden yang ada.
d. Permasalahan 4 : Kecocokan citra Black Canyon Coffee di benak audiens
dengan brand’s value proposition yang dimunculkan di dalam iklan
billboard dan brosur baru Black Canyon Coffee.
Universitas Kristen Petra
125
Tabel 10.27 Penilaian Slogan / brand proposiition “Taste Something Different”
Variabel Indikator Mean Interpretasi Persepsi
Warna 3.84 Cukup Setuju Tipografi 3.79 Cukup Setuju Penempatan Logo 3.96 Cukup Setuju Slogan 4.31 Setuju USP 3.72 Cukup Setuju
Konsistensi Visualisasi
Maskot Koboi 3.79 Cukup Setuju Kemudahan Menelusuri Pesan Iklan 3.65 Cukup Setuju
Kemudahan Menangkap Pesan Iklan 3.89 Cukup Setuju Kesederhanaan
Isi Pesan yang Singkat Padat 3.94 Cukup Setuju Navigasi Verbal 3.59 Cukup Setuju Navigasi Visual 3.36 Cukup Setuju Navigasi
Efektif Urutan Navigasi 3.41 Cukup Setuju Sumber : data primer, telah diolah kembali
Dengan meninjau skor rata-rata jawaban responden/audiens dalam
persepsinya terhadap citra Black Canyon Coffee dalam indikator Unique
Selling Proposition maka dapat disimpulkan bahwa brand’s value proposition
yang dirancang dalam iklan brosur baru Black Canyon Coffee tersebut dapat
diterima dengan baik oleh audiens dan sesuai dengan imej mereka mengenai
Black Canyon Coffee selama ini.
Universitas Kristen Petra
126
Analisis Korelasi Spearman menunjukkan hasil seperti yang digambarkan
pada tabel berikut ini :
Tabel 10.28 Korelasi Spearman dari X1,X2,X3,X4,X5,X6,X7 dengan Y
Variabel Koefisien Korelasi Spearman hitung
Koefisien Korelasi Spearman tabel
Signifikansi
Konsistensi Visualisasi (X1)
0.003 0.364 0.974
Kesederhanaan Iklan (X2) 0.016 0.364 0.839 Navigasi Efektif (X3) -0.054 0.364 0.496 Unique Selling Proposition (X4)
-0.036 0.364 0.655
Fungsi BCC (X5) 0.072 0.364 0.363 Suasana/Nuansa (X6) 0.039 0.364 0.623 Kepribadian Merek BCC (X7)
0.012 0.364 0.885
Sumber : output SPSS, telah diolah kembali
Dengan hasil rangkuman hasil analisis korelasi spearman diatas,
disimpulkan bahwa variabel-variabel persepsi audiens mengenai elemen-elemen
dalam iklan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel-variabel
respon audiens dalam tahapan keputusan model AIDCA.
10.5.2. Rekomendasi
Saran yang diberikan oleh penulis kepada Black Canyon Coffee
berdasarkan hasil pembahasan dan analisis ditemukan bahwa konsistensi
visualisasi adalah variable yang paling dominan bagi konsumen dalam melakukan
proses pembelian di Black Canyon Coffee. Dari sini penulis mengajukan saran
kepada Manajemen Black Canyon Coffee perlu lebih focus dalam menampilkan
konsistensi visualisasi Black Canyon Coffee untuk menjaga imej Black Canyon
Coffee, dan berusaha menciptakan top of mind agar ketika konsumen mendengar
tag line, konsumen akan langsung terikan dengan Black Canyon Coffee. Dengan
adanya level responden konsumen AIDCA, diharapkan konsumen Black Canyon
Coffee sudah sampai tahap Action, dimana konsumen tidak hanya sekali dalam
melakukan pembelian, tetapi berulang-kali, dari loyalitas konsumen diharapkan