diagnosis diferensial abses periodontal

5
DIFERENSIAL DIAGNOSIS Menurut Patel dkk. (2011), diferensial diagnosis dari abses periodontal terdiri dari : 1. Abses gingiva. Penampakan klinis dan tanda gejala pada abses sering kali sulit dibedakan. Ciri-ciri yang membedakan abses gingiva dengan abses periodontal adalah lokasinya berada di gingiva dan abses gingiva tidak disertai poket periodontal. 2. Abses periapikal, dapat dibedakan dengan abses periodontal karena lokasinya yang terletak pada apeks akar, pada gigi non vital, gigi dengan karies yang melibatkan pulpa, dapat terjadi pada gigi sensitif, tanpa adanya tanda dan gejala penyakit periodontal, serta tampakan radiolusen periapikal pada radiograf. 3. Lesi perio-endo. 4. Cracked tooth syndrome, dapat dibedakan karena ciri-ciri cracked tooth syndrome yaitu terdapat riwayat sakit pada pengunyahan, terdapat garis retak pada crown, terjadi pada gigi vital, dan nyeri setelah menggigit. 5. Fraktur akar, dapat dibedakan dengan abses periodontal karena biasanya terjadi pada gigi yang telah direstorasi, disertai poket yang dalam dan terlokalisir. 6. Abses alveolar akut, merupakan suatu pengumpulan nanah yang terlokalisir di dalam tulang alveolar pada apeks akar setelah matinya pulpa, dengan perluasan infeksi melalui foramen apikal masuk kedalam jaringan periapikal. Abses alveolar akut disertai oleh suatu reaksi umum toksisitas

Upload: latif-dimas-udiyanto

Post on 17-Dec-2015

63 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

DDx abses periodontal

TRANSCRIPT

DIFERENSIAL DIAGNOSISMenurut Patel dkk. (2011), diferensial diagnosis dari abses periodontal terdiri dari :1. Abses gingiva. Penampakan klinis dan tanda gejala pada abses sering kali sulit dibedakan. Ciri-ciri yang membedakan abses gingiva dengan abses periodontal adalah lokasinya berada di gingiva dan abses gingiva tidak disertai poket periodontal.2. Abses periapikal, dapat dibedakan dengan abses periodontal karena lokasinya yang terletak pada apeks akar, pada gigi non vital, gigi dengan karies yang melibatkan pulpa, dapat terjadi pada gigi sensitif, tanpa adanya tanda dan gejala penyakit periodontal, serta tampakan radiolusen periapikal pada radiograf.3. Lesi perio-endo.4. Cracked tooth syndrome, dapat dibedakan karena ciri-ciri cracked tooth syndrome yaitu terdapat riwayat sakit pada pengunyahan, terdapat garis retak pada crown, terjadi pada gigi vital, dan nyeri setelah menggigit.5. Fraktur akar, dapat dibedakan dengan abses periodontal karena biasanya terjadi pada gigi yang telah direstorasi, disertai poket yang dalam dan terlokalisir.6. Abses alveolar akut, merupakan suatu pengumpulan nanah yang terlokalisir di dalam tulang alveolar pada apeks akar setelah matinya pulpa, dengan perluasan infeksi melalui foramen apikal masuk kedalam jaringan periapikal. Abses alveolar akut disertai oleh suatu reaksi umum toksisitas sistemik seperti kenaikan temperatur, gangguan gastrointestinal, malaise, mual, pusing, dan gejala lainnya.TERAPI ABSES PERIODONTALPenanganan atau terapi pada abses periodontal tergantung dari penyebab abses itu sendiri, apakah disebabkan oleh faktor lokal atau faktor sistemik. Penanganan pada faktor lokal terdiri dari :a. Drainase abses.Drainase abses periodontal akut dapat dilakukan dari dalam saku periodontal, atau dengan insisi dari permukaan luarnya. Sedapat mungkin drainase dilakukan dari dalam saku. Namun bila drainase dari dalam saku sukar untuk dilakukan, atau absesnya telah menonjol ke arah luar, maka diindikasikan drainase dengan insisi eksternal. Drainase dari dalam sakuSetelah pemberian anestesi lokal, dinding saku periodontal dikuakkan dengan prob periodontal atau alat plastis yang pipih. Dengan skaler halus atau skaler Morse dinding saku dipenetrasi dari sebelah dalam menuju daerah pernanahan. Drainase dengan insisi eksternalDaerah abses diisolasi dengan gulungan kain kasa, dikeringkan dan diberi anestesi topikal. Setelah anestesi berjalan, daerah abses dipalpasi untuk mencari daerah yang paling lunak (Carranza, 1996).

CBAGambar 1. Cara drainase abses periodontal akut. A. Drainase melalui saku periodontal; B. Insisi secara vertikal; C. Insisi secara horizontal.

Apabila absesnya pada permukaan vestibular, dengan pisau skalpel dibuat insisi vertikal mulai dari lipatan mukosagingival melintasi daerah yang paling lunak sampai ke tepi gingiva. Bila absesnya pada permukaan oral, insisi dimulai tepat apikal dari pembengkakan meluas sampai ke tepi gingiva. Pada waktu menginsisi harus dipastikan bahwa ujung pisau sampai menyentuh jaringan keras guna memastikan telah tercapainya daerah pernanahan. Beberapa ahli menganjurkan agar insisi tidak dilakukan dalam arah vertikal tetapi dalam arah horizontal, dengan maksud untuk mencegah terjadinya resesi gingiva. Dalam memilih apakah insisi dilakukan dalam arah vertikal atau horizontal, perlu diperhatikan apakah tepi plat tulang alveolar masih utuh. Insisi vertikal bisa dilakukan apabila tepi tulang alveolar masih utuh. Setelah keluar pus dan darah, daerah insisi diirigasi dengan air hangat, dan luka insisi dikuakkan untuk memungkinkan drainase selanjutnya. Setelah drainase absesnya berhenti, daerah insisi dikeringkan dan diolesi dengan antiseptik.b. Mempertahankan drainasec. Menghilangkan kausa/penyebab(Carranza, 1996)Penanganan abses periodontal yang dipengaruhi oleh faktor sistemik antara lain :a. Penanganan segera (immediate management) dengan pemberian antibiotik intravena untuk mencegah penyebaran infeksi. Pada infeksi yang tidak parah, dapat diberikan analgesik dan antimikroba untuk mengurangi gejala sistemik dan kondisi trismus (bila ada).b. Penanganan awal (initial management), terdiri dari irigasi abses dengan salin atau antiseptik, drainase abses, membersihkan dinding jaringan lunak, dan instruksi oral hygiene.c. Terapi definitif, merupakan penilaian setelah dilakukannya penaganan awal untuk mengembalikan fungsi dan estetik serta memungkinkan pasien untuk menjaga kesehatan jaringan periodontal.(Patel dkk., 2011)Menurut Patel dkk. (2011), terdapat terapi pilihan yang dapat dilakukan selain inisial terapi, yaitu :1. Drainase dengan retraksi maupun insisi poket.2. Scalling and root planning.3. Bedah periodontal4. Pemberian antibiotik sistemik.5. Ekstraksi gigi.

Sumber :Carranza FA, Jr. Treatment of zcute gingival disease, in: Carranza FA Jr& Newman MG (eds), Clinical Periodontology, 8th edition, Philadelphia,WB Saunders Co., 1996, p: 476-82.2. Grossman, L.I., Oliet, S., Rio, C.E., 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktek, EGC, Jakarta, Patel, P.V., Kumar, S., Patel, A., 2011, Periodontal abscess: A Review, Journal od Clinical Diagnosis Research 5(2):407-9