pem. klinis & radiograf abses periodontal

14
ABSES PERIODONTAL Abses periodontal adalah inflamasi purulent terlokalisasi pada jaringan periodontal. sering juga disebut sebagai abses lateral atau abses parietal. Abses eriodontal merupakan lesi akut yang menghasilkan destruksi sangat cepat pada jaringan periodontal. biasanya terjadi pada pasien dengan periodontitis yang tidak dirawat namun bisa juga terjadi pada pasien selama fase pemeliharaan atau setelah scaling dan root planning poket yang dalam. Abses periodontal juga dapat terjadi tanpa adanya periodontitis atau akibat masalah endodontic.simptom klinis yang biasanya muncul pada abses periodontal biasanya sakit, terjadi pembengkakan, supurasi, bleeding on probing dan mobilitas pada gigi yang terlibat. Tanda keterlibatan sistemik juga biasanya muncul, termasuk cervical liymphadenopathy dan peningkatan jumlah leukosit. Abses periodontal dapat terbentuk lewat cara berikut ini: 1. Perluasan infeksi dari poket periodontal yang dalam hingga jaringan periodontal pendukung dan lokalisasi proses inflamasi supuratif di sepanjang aspek lateral akar 2. Perluasan lateral inflamasi dari permukaan dalam poket periodontal hingga jaringan penyokong dinding poket. Pembentukan abses merupakan hasil ketika drainase menuju poket mengalami gangguan

Upload: farah-dillah

Post on 29-Dec-2015

158 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pem. Klinis & Radiograf Abses Periodontal

ABSES PERIODONTAL

Abses periodontal adalah inflamasi purulent terlokalisasi pada jaringan periodontal. sering juga

disebut sebagai abses lateral atau abses parietal. Abses eriodontal merupakan lesi akut yang

menghasilkan destruksi sangat cepat pada jaringan periodontal. biasanya terjadi pada pasien dengan

periodontitis yang tidak dirawat namun bisa juga terjadi pada pasien selama fase pemeliharaan atau

setelah scaling dan root planning poket yang dalam. Abses periodontal juga dapat terjadi tanpa adanya

periodontitis atau akibat masalah endodontic.simptom klinis yang biasanya muncul pada abses

periodontal biasanya sakit, terjadi pembengkakan, supurasi, bleeding on probing dan mobilitas pada

gigi yang terlibat. Tanda keterlibatan sistemik juga biasanya muncul, termasuk cervical

liymphadenopathy dan peningkatan jumlah leukosit.

Abses periodontal dapat terbentuk lewat cara berikut ini:

1. Perluasan infeksi dari poket periodontal yang dalam hingga jaringan periodontal pendukung

dan lokalisasi proses inflamasi supuratif di sepanjang aspek lateral akar

2. Perluasan lateral inflamasi dari permukaan dalam poket periodontal hingga jaringan

penyokong dinding poket. Pembentukan abses merupakan hasil ketika drainase menuju poket

mengalami gangguan

3. Pengangkatan kalkulus yang tidak tuntas selama perawatan poket periodontal

4. Setelah trauma pada gigi atau perforasi dinding lateral akar saat perawatan endodontic. Pada

situasi ini, abses periodontal terjadi tanpa adanya penyakit periodontal

Secara mikroskopik, abses adalah akumulasi PMN dalam dinding poket periodontal. PMN

melepaskan enzim yang dapat mencerna sel dan struktur jaringan lain, membentuk produk liquid yang

dikenal dengan nama pus, yang mana menjadi pusat abses. Reaksi inflamasi akut mengelilinngi area

purulent dan epithelium di atasnya memperlihatkan edema intraseluler dan ekstraseluler dan invasi

leukosit.

Abses akut terlokalisasi menjadi abses kronik ketika kandungan purulent mengalir lewat fistula ke

permkaan luar gingiva atau ke poket periodontal dan infeksi menyebabkan abses tidak terselesaikan.

Page 2: Pem. Klinis & Radiograf Abses Periodontal

Invasi bakteri pada jaringan yang mengalami abses biasanya teridentifikasi sebagai bakteri coccus

gram negative diplococcus, fusiform dan spirochete. Invasi fungi juga ditemukan dan diinterpretasi

sebagai “opportunistic invaders” mikroorganisme yang berkolonisasi pada abses periodontal yang

utama adalah bakteri batang gram negative. Mikroorganisme yang terlibat diantaranya F.nucleatum,

P. intermedia, P. gingivalis, Parviromonas micra.

Diagnosis dari abses periodontal membutuhkan korelasi antara riwayat penyakit temuan klinis dan

temuan radiograf. Area yang terinfeksi harus di probing secara hati-hati di sepanjang margin gingiva

yang berhubungan dengan tiap gigi untuk mendeteksi adanya saluran dari area margin ke jaringan

periodontal yang lebih dalam. Kontinuitas lesi dengan margin gingiva merupakan bukti klinis dari

abses periodontal.

Abses tidak harus selalu dalam lokasi yang sama dengan terbentuknya poket. Poket pada permukaan

fasial bisa saja membentuk abses periodontal pada bagian proksimal. Sangat umum bagi abses

periodontal untuk berlokasi pada permukaan akar dibanding sepanjang sumber poket karena drainase

biasanya terganggu ketika poket mengikuti jalur yang berliku-liku.

Pada anak-anak, orifis sinus sepanjang aspek lateral akar biasanya merupakan hasil dari infeksi

periapikal pada gigi susu. Pada gigi permanen, orifis tersebut dapat disebabkan oleh abses periodontal

atau bisa juga karena keterlibatan apical. Orifis bisa saja tertutup dan mengering atau bisa saja

tertutup dan muncul sebagai massa nodular berwarna merah. Eksplorasi massa tersebut dengan probe

biasanya menunjukkan adanya pinpoint orifis yang berkomunikasi dengan sinus di bawahnya

Page 3: Pem. Klinis & Radiograf Abses Periodontal

Abses Periodontal dan Abses Gingiva

abses gingiva adalah abses yang terlokalisasi pada gingiva disebabkan karena adanya luka pada

permukaan luar gingiva dan tidak melibatkan struktur pendukung. abses gingiva biasanya terbatas

pada margin gingiva atau papilla interdental. Pada tahap awal, terlihat pembengkakan merah dengan

permukaan halus dan berkilat. Selama 24-48 jam, lesi biasanya menjadi fluktuatif dan tajam dengan

pembentukaan permukaan orifis sehingga eksudat purulent dapat keluar. Gigi yang bersangkutan

biasanya sensitive terhadap perkusi. Jika lesi berkembang, maka lesi dapat berkembang dengan

sendirinya. Abses gingiva dapat terjadi baik ada atau tidaknya poket periodontal.

Prinsip perbedaan antara abses periodontal dan abses gingiva terletak pada lokasi dan riwayat

penyakit. Abses gingiva terbatas pada margin giniva dan biasanya terjadi pada area yang sebelumnya

bebas penyakit. Biasanya merupakan respon akut inflamasi terhadap material asing yang masuk ke

gingiva. sedangkan pad a abses periodontal melibatkan struktur pendukung periodontal dan biasanya

terjadi akibat destruksi periodontitis kronis.

Abses Peridontal dengan Abses Periapikal

Page 4: Pem. Klinis & Radiograf Abses Periodontal

Beberapa karakteristik dapat digunakan untk membedakan abses periodontal dengan abses periapikal.

Jika gigi nonvital, biasanya merupakan lesi periapikal. Namun, sebelum gigi nonvital biasanya gigi

tersebut telah mengalami poket periodontal yang dalam yang dapat menimbulkan abses. Lebih dari

itu, poket periodontal yang dalam dapat meluas hngga apeks dan menyebabkan keterlibatan pulpa dan

nekrosis.

Abses apical biasanya menyebar di sepanjang aspek lateral akar hinga margin gingiva. namun, ketika

apeks dan permukaan akar lateral terlibat oleh lesi tunggal yang dapat di probing secara langsung dari

margin gingiva, lesi biasanya bersumber dari abses periodontal.

Temuan radiograf membantu dalam mendiferensiasi diantara lesi periodontal dan periapikal.

Periodontal akut awal dan abses periapikal biasanya belum menunjukkan perubahan radiograf.

Biasanya, area radiolusen di sepanjang permukaan lateral akar menunjukkan adanya abses

periodontal, dimana rarefaksi apical menunjukkan adanya abses periapikal. Tapi, abses periodontal

akut yang tidak menunjukkan perubahan radiograf seringkali menghasilkan symptom pada gigi yang

berlangsung lama, sedangkan lesi periapikal yang terdeteksi radiograf biasanya tidak berkontribusi

dalam keluhan pasien. temuan klinis, seperti adanya karies yang luas, pembentukan poket, kurangnya

vitalitas gigi dan adanya kontinuitas diantara margin gingiva dan area abses, seringkali membuktikan

nilai diagnostic yang lebih besar dibandingkan penampakan radiograf.

Adanya sinus pada aspek lateral akar menunjukkan lesi periodontal dibandingkan dengan keterlibatan

apical, sinus dari lesi periapikal biasanya terletak lebih ke apical. Namun, lokasi sinus tidak konklusif.

Pada beberapa kejadian, khususnya pada anak-anak, sinus pada lesi periapikal biasanya terdrainase

pada sisi akar bukan pada apeks.

PEMERIKSAAN KLINIS

Penilaian Secara Umum

Penilaian ini dilakukan dari pertama kali kunjungan dan berusaha untuk menilai keseluruhan

pasien mulai dari status mental dan emosional pasien, sikap, dan umur fisiologis

Riwayat Medis

Sebagian besar riwayat medis pasien didapat dari kunjungan pertama pasien dan bisa terus

bertambah dengan pertanyaan-pertanaay yang diajukan selama kunjungan-kunjungan berikutnya.

Riwayat medis ini penting diketahui dengan jelaskarena kadang pasien mengabaikan informasi

yang menurut mereka tidak berhubungan dengan masalah gigi mereka. Pasien harus disadarkan

tentang (1) kemungkinan peran beberapa penyakit sistemik, kondisi dan faktor perilaku terhadap

penyakit periodontal (2) adanya beberapa kondisi yang membutuhkan treatment yang berbeda (3)

kemungkinan oral infeksi memiliki pengaruh yang besar terhadap keparahan penyakit sistemik.

Riwayat Dental

Riwayat dental termasuk keluhan utama pasien atau alasan utama pasien datang ke dokter gigi.

Keluhan tersebut harus dievaluasi. Riwayat dental meliputi:

Page 5: Pem. Klinis & Radiograf Abses Periodontal

- daftar kunjungan pasien ke dokter gigi

- informasi tentang oral hygiene pasien seperti frekuensi menggosok gigi

- ada atau tidaknya riwayat penyakit periodontal

- penggunaan alat ortodonsia

- ada atau tidaknya halitosis, oral malodor dsb

- kebiasaan pasien yang kurang baik seperti kebiasaan menggigit pensil, bruxism dsb

Pemeriksaan Ekstra Oral

Pemeriksaan ini dilakukan dengan palpasi pada area sekitar sendi dan nodus limfa pada rahang,

termasuk area sekitar leher dan telinga. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah terjadi

perbesaran, tender dan immobile pada nodus limfa. Warna dan rasa seperti merah dan terasa

hangat juga bisa menandakan gejala inflamasi pada nodus limfa. Nodus limfa dapat menjadi

membesar dan atau mengeras pada abses periodontal

Pemeriksaan Intra Oral

- Oral Hygiene

Kebersihan rongga mulut dinilai berdasarkan akumulasi debri makanan, plak dan stain pada

permukaan gigi. Untuk mendeteksi adanya plak maka digunakan disclosing solutions.

- Oral Malador (Halitosis)

Halitosis atau fetor ex ore atau fetor oris atau oral malodor adalah keadaan ketika aroma

rongga mulut kurang sedap yang disebabkan oleh VSC atau volatile sulfur compound yang

dihasilkan oleh bakteri yang mengandung asam amino sulfur. Sumber dari oral malador ini

bisa dari oral itu sendiri ataupun dari ekstraoral.

- Pemeriksaan Rongga Mulut

Pemeriksaan ini meliputi bibir, dasar mulut, lidah, palatum, dan regio orofaringeal dan

kualitas ataupun kuantitas saliva.

- Pemeriksaan Gigi geligi

Pada pemeriksaan gigi ini meliputi gigi karies, restorasi yang buruk, developmental defect,

bentuk gigi yang anomali, wasting, hipersensitivitas, dan titik kontak proksimal.

Gigi yang mengalami Wasting seperti erosi, abrasi dan atrisi

Dental Stain atau Stain gigi merupakan deposit yang terpigmentasi pada gigi.

Penyebabnya bisa bermacam-macam seperti konsumsi atau penggunaan produk tobacco,

kopi, teh, mouthrinses tertentu, dan pigmen yang terdapat dalam makanan.

Titik Kontak Proksimal. Adanya open contact dapat menyebabkan food impaction.

Kerapatan kontak harus di cek oleh dokter dan dapat juga menggunakan dental floss. Gigi

antagonis bisa menjadi supererupt, jadi dapat membuka titik kontak.

Mobilitas Gigi. setiap gigi memiliki derajat kegoyangan fisiologis yang bervariasi pada

setiap gigi yang berbeda dan pada waktu yang berbeda. Pada pagi hari mobilitas

meningkat mengalami sedikit ekstrusi karena kontak oklusal yang terbatas selama tidur.

Page 6: Pem. Klinis & Radiograf Abses Periodontal

Selama waktu bangun, mobilitas berkurang dengan adanya tekanan kunyah sehingga gigi

mengalami intrusi ke dalam soketnya. Variasi selama 24 jam ini kurang terlihat pada

sesorang dengan periodontal yang baik dibandingkan dengan seseorang yang memiliki

kebiasaan bruxism dan clenching.

Tes Mobilitas. Dinilai berdasarkan kemudahan dan keluasan pergerakan seperti:

- Derajat 1 : terdapat peningkatan mobilitas gigi belum sampai 1 mm dalam arah

bucco-lingual

- Derajat 2 : terdapat peningkatan mobilitas gigi dalam 1 mm tetapi kurang dari 2 mm

dalam arah bucco-lingual

- Derajat 3 : terdapat peningkatan mobilitas gigi mencapai 2 mm pada bucco-lingual

atau secara klinis terdapat pergerakan apikal ketika aplikasi degan handle instrument

pada mahkota gigi (vertikal displacement).

Peningkatan mobilitas ini disebabkan oleh: kehilangan jaringan penyokong gigi (bone

loss), Trauma From Occlusion (TFO), Inflamasi yang meluas dari gingiva atau dari

periapeks ke ligamen periodontal, periodontal surgery, peningkatan mobilitas karena

kehamilan, siklus menstruasi dan penggunaan kontrasepsi hormonal, dan karena terdapat

patologi rahang.

Vitalitas Gigi. Vitalitas gigi dapat dites dengan menggunakan tes termal atau elektrik

untuk mengetahui vitalitas gigi, sehingga nantinya dapat diketahui asal lesi apakah

berasal dari pulpa ataukah periodontal

- Pemeriksaan Periodontal

a. Plak dan Kalkulus

Banyak cara untuk menilai akumulasi plak dan kalkulus. Adanya plak dan kalkulus

supragingiva dapat diobservasi scara langsung dan menggunakan probe kalibrasi.

Untuk mendeteksi plak dan kalkulus subgingiva maka tiap permukaan gigi dicek secara

hati-hati pada level perlekatan gingiva dengan menggunakan explorer no.17 atau 3A.

Bisa menggunakan air hangat untuk deflect gingiva dan membantu visualisasi kalkulus

b. Gingiva

Gingiva harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum observasi yang akurat dilakukan.

Warna, ukuran, konsistensi, tekstur permukaan, posisi pada CEJ, penyebab bleeding

dan pain jika ada harus dievaluasi. Jika sulkus gingiva dilakukan probing maka

kedalaman normalnya akan menunjukkan 1.5 mm

Gingiva dinilai berdasarkan parameter dibawah ini:

Page 7: Pem. Klinis & Radiograf Abses Periodontal

Papillary Bleeding Index (PBI)

Indeks ini dimodifikasi oleh Muhlemman pada 1977 ketika ia meminta penggunaan

PBI sebagai indeks yang efektif untuk memotivasi pasien dalam meningkatkan

kesehatan gingiva.

c. Palpasi mukosa oral

Selain pendarahan gingiva, adanya abses juga dapat dideteksi dengan palpasi mukosa

oral pada area lateral dan apical gigi. Tes ini membantu untuk melokalisasi sumber rasa

sakit pada psien yang tidak dapat melokalisasi rasa sakit tersebut. adanya supurasi juga

dapat di tes dengan palpasi ini, supurasi dievaluasi apakah keluar secara spontan atau

keluar jika diberikan tekanan pada sinus

Page 8: Pem. Klinis & Radiograf Abses Periodontal

d. Periodontal Pocket

Pada pemeriksaan periodontal pocket maka termasuk adanya dan distribusinya di tiap

permukaan gigi, kedalaman pocke, tingkat perlekatan dengan gigi, dan tipe pocket

Tanda dan Gejala. Meskipun probe merupakan metode yang nyata dalam mendeteksi

pocket, namun tanda dan gejala seperti peubahan warna, arolled edge yang

memisahkan margin gingiva dengan permukaan gigi atau adanya perbesaran, gingiva

edema, bisa menandakan adanya pocket. Selain itu bleeding, supurasi dan gigi yang

hilang atau gigi yang mengalami eskstrusi juga menandakan adanya pocket. Pocket itu

tidak berasa sakit tapi bisa menimbulkan gejala seperti radiating pain atau sensasi

tekanan setelah makan, sensitivitas pada panas dan dingin, dll.

Deteksi Pocket. Salah satu cara yang akurat dalam mendeteksi pocket adalah dengan

menggunakan periodontal probe karena pocket tidak terdeteksi pada pemeriksaan

radiografis karena periodontal pocket merupakan perubahan dari jaringan lunak.

Pocket Probing. Terdapat dua perbedaan pocket depth. (1) biologic depth. Jarak antara

gingiva margin dan dasar pocket. Ini hanya dapat diukur dengan pendekatan histologik

(2). Probing depth adalah jarak dimana probe dapat berpenetrasi ke dalam pocket.

Periodontal probing dilakukan untuk semua permukaan tiap gigi. selama probing,

periodontal probe harus digunakan dengan tekanan yang gentle dan harus mengelilingi

sirkuferensi tiap gigi. probing depth dictata untuk semua gigi pada tiap enam lokasi

(buccal, lingual, mesio-buccal, mesio-lingual, disti-lingual, disto-buccal)

Probe harus dimasukkan paralel pada sumbu panjang gigi dan berjalan

mengelilingi permukaan gigi untuk mendeteksi kedalaman pocket di tiap

permukaan. Tekanan pada saat probing adalah 25g (0.75 N). Pada daerah

interproksimal probe harus dimasukkan dengan sudut 10-15 derajat untuk dapat

mendeteksi interdental craters.

Page 9: Pem. Klinis & Radiograf Abses Periodontal

PEMERIKSAAN RADIOGRAF PADA ABSES PERIODONTAL

Abses periodontal merupakan suatu penyakit dengan progresi yang cepat, lesi destruktif yang

biasanya berasal dari poket jaringan lunak yang dalam. Hal ini terjadi ketika pocket bagian mahkota

menjadi tersumbat atau ketika ada material asing tersumbat diantara gigi dan gingiva. Secara klinis,

rasa sakit dan bengkak muncul pada regio tersebut. Jika lesi bertahan, maka akan tampak regio atau

area radiolusent, yang kadang-kadang mengalami superimposed dengan akar gigi. Bridge of bone

mungkin terlihat di atas aspek korona dari lesi, yang memisahkannya dari puncak alveolar ridge

Gambaran radiografis pada abses periodontal merupakan area radiolusensi diskrit seanjang aspek

lateral akar. Namun, gambaran radiografis kadang tidak mempunyai ciri khas. Hal ini dapat

disebabkan karena

1. Tahap lesi. Pada tahap awal abses periodontal akut, memiliki gejala dan tanda sakit yang

yang ekstrim namun pada gambaran radiografik tidak ada perubahan

2. Perpanjangan destruksi tulang dan perubahan morfologi tulang

3. Lokasi abses. Lesi pada dinding jaringan lunak poket periodontal kurang dapat menghasilkan

perubahan pada gambaran radiografis dibandingkan dengan lesi yang dalam pada jaringan

pendukung/penyokong. Abses pada permukaan fasial dan lingual dikaburkan oleh

radiopasitas akar; lesi interproksimal lebih tervisualisasi secara radiograf.

Oleh karena itu radiograf sendiri tidak dapat memberikan diagnosis akhir dari abses periodontal tapi

radiograf diperlukan sebagai pemeriksaan penunjang dari pemeriksaaan klinis.

Referensi:

Newman & Carranza. Carranza’s Clinical Periodontology. 11 edition. Elsevier Saunders

Page 10: Pem. Klinis & Radiograf Abses Periodontal

Patel, Punit Vaibhav. Kumar G, Sheela. Patel, Amrita. Periodontal Abscess: A Review. Journal of

Clinical and Diagnostic Research.2011.vol.5(2):404-409

White Pharoah. Oral Radiology: Principles and Interpretations. 5th edition. Mosby