case report colelitiasis

28
BAB I PENDAHULUAN Batu pada kandung empedu merupakan masalah utama pada saluran pencernaan pada pasien yang dirawat di rumah sakit terutama pada negara-negara berkembang dengan prevalensi 11 – 36 %. Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara Barat, sedangkan di Indonesia baru mendapat perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas. Di Amerika, kurang lebih satu juta kasus baru batu kandung empedu dideteksi setiap tahunnya. Lebih dari 750.000 kolesistektomi dilakukan setiap tahunnya dengan biaya perawatan berkisar antara 7 sampai 10 juta dolar per tahun. Di Inggris, sekitar 5,5 juta orang memiliki batu pada kandung empedu dan lebih dari 500.000 kolesistektomi dilakukan setiap tahunnya. Jenis batu empedu yang paling banyak diderita adalah batu kolesterol. Nukleasi dari kristal kolesterol merupakan proses yang esensial dalam proses pembentukan batu. Pada kondisi normal, terdapat fase pengosongan kandung empedu (70 % setelah masuknya makanan dan sekitar 30 % pada kondisi puasa). Gangguan pengosongan kandung empedu dapat berperan pada proses pembentukan batu dengan memperpanjang waktu untuk kristalisasi

Upload: rizkymaidisyataqwin

Post on 24-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

fff

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Colelitiasis

BAB I

PENDAHULUAN

Batu pada kandung empedu merupakan masalah utama pada saluran

pencernaan pada  pasien yang dirawat di rumah sakit terutama pada negara-negara

berkembang dengan prevalensi 11  – 36 %. Penyakit batu empedu sudah

merupakan masalah kesehatan yang penting di negara Barat, sedangkan di

Indonesia baru mendapat perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian  batu

empedu masih terbatas. Di Amerika, kurang lebih satu juta kasus baru batu

kandung empedu dideteksi setiap tahunnya. Lebih dari 750.000 kolesistektomi

dilakukan setiap tahunnya dengan biaya perawatan berkisar antara 7 sampai 10

juta dolar per tahun.

Di Inggris, sekitar 5,5  juta orang memiliki batu pada kandung empedu dan

lebih dari 500.000 kolesistektomi dilakukan setiap tahunnya. Jenis batu empedu

yang paling banyak diderita adalah batu kolesterol. Nukleasi dari kristal kolesterol

merupakan proses yang esensial dalam proses pembentukan batu. Pada kondisi

normal, terdapat fase pengosongan kandung empedu (70 % setelah masuknya

makanan dan sekitar 30 % pada kondisi puasa). Gangguan pengosongan kandung

empedu dapat berperan pada  proses pembentukan batu dengan memperpanjang

waktu untuk kristalisasi kolesterol dari supersaturasi cairan empedu dan agregasi

konstituen lainnya.

Pasien dengan batu kandung empedu dapat mengeluhkan nyeri pada

epigastrium atau hipokondrium kanan. Karakteristik nyeri yang timbul bervariasi,

pada kebanyakan kasus berupa nyeri yang timbul sifatnya akut dan intermiten

dibanding nyeri yang kronik. Nyeri yang timbul dan ikterik pada batu kandung

empedu terjadi karena batu yang melewati dan menyumbat duktus koledokus.

Wanita, obesitas, kehamilan, makanan berlemak, penyakit Crohn, reseksi

ileum terminal,  pembedahan pada gaster, sferositosis herediter, penyakit  sickle

cell , dan thalassemia dapat meningkatkan risiko pembentukan batu.Wanita

memiliki risiko tiga kali lebih besar dibandingkan pria terhadap pembentukan batu

kandung empedu.

Page 2: Case Report Colelitiasis

Dengan perkembangan peralatan dan teknik diagnosis yang baru

Ultrasonografi (USG) maka banyak penderita batu kandung empedu yang

ditemukan secara dini sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya

komplikasi. Semakin canggihnya peralatan dan semakin kurang invasifnya

tindakan pengobatan sangat mengurangi morbiditas dan mortalitas.

Page 3: Case Report Colelitiasis

BAB II

ANALISIS KASUS

Nama : Sularsi

Usia : 35 tahun

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Putat 1/10 Trukan Prachimantoro

Wonogiri

Agama : Islam

Tanggal Masuk RS : 24/07/2014

Tanggal Keluar RS : 27/07 2014

RM : 263277

Pasien datang dengan keluhan utama Nyeri pada perut kanan atas dan epigastrium.

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 24 juli 2013

Keluhan Utama

 Nyeri perut kanan atas dan epigastriumsejak 2 minggu SMRS.

Keluhan Tambahan

Demam dan nafsu makan menurun.

 

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh nyeri ulu hati sejak 2 minggu SMRS. Nyeri dirasakan

seperti ditekan, menjalar ke perut kanan atas dan pinggang belakang. Nyeri tidak

dipengaruhi oleh posisi duduk dan tidur. Nyeri juga tidak memberat dengan batuk

maupun menarik napas. Ketika nyeri timbul lamanya pasien tidak dapat

memperkirakan. Pasien juga mengeluhkan demam, nafsu makan menurun, tidak

ada mual dan muntah. Kemudian pasien berobat ke dokter umum dan diberikan

obat maag dan obat anti nyeri. Nyeri dirasakan berkurang sedikit, namun keluhan

Page 4: Case Report Colelitiasis

timbul kembali. Sejak 1 minggu SMRS, nyeri ulu hati dirasakan pasien semakin

memberat dan sesak sehingga pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

Perut terasa kembung, namun tidak ada demam, mual, dan muntah. BAK normal

berwarna kuning jernih dan BAB normal berwarna kuning. Keluhan mata dan

kulit terlihat kuning, demam, mual, muntah, batuk, sesak napas, nyeri dada,

penurunan berat badan, dan muntah darah disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat penyakit maag sejak 5 tahun yang lalu, namun

pasien jarang minum obat maag. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi

sejak 4 tahun yang lalu, pasien mengkonsumsi obat captopril dan hanya kontrol ke

klinik dokter di kantor jika kepala pusing. Riwayat sakit kuning, penyakit batu,

penyakit jantung, riwayat batuk lama, asma, alergi obat dan makanan disangkal

oleh pasien. Pasien tidak pernah dioperasi dan dirawat di RS sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai keluhan serupa dengan

pasien. Ibu pasien memiliki riwayat penyakit DM dan hipertensi. Riwayat

penyakit jantung, sakit kuning, riwayat  penyakit batu, riwayat asma dan alergi

dalam keluarga disangkal oleh pasien.

Riwayat Sosial dan Kebiasaan

Pasien setiap hari mengkonsumsi makanan berlemak dan berminyak

seperti gorengan. Riwayat minum minuman  beralkohol, mengkonsumsi jamu,

merokok, menggunakan narkoba disangkal oleh pasien.

 

PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 24 juli 2014)

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang 

Kesadaran : Compos mentis (GCS = 15)

BB : 52 kg

TB : 150 cm

Page 5: Case Report Colelitiasis

Status Gizi : Baik (IMT = 23 kg/m2)  

Tanda Vital :

Tekanan Darah : 160/90 mmHg

Frekuensi Nadi : 94 x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup

Frekuensi Napas : 20 x/menit, regular

Suhu : 36,7 oC

Status Generalis

Kulit : Warna kulit sawo matang, ikterik (-), sianosis (-).

Kepala : Normochepal, rambut sebagian hitam sebagian beruban,

distribusi merata, rambut tidak mudah dicabut.

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), Pupil bulat

isokhor 3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+).

Telinga : Normotia, serumen minimal (+/+), sekret (-/-), nyeri

tekan (-/-).

Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-).

Mulut : Oral hygiene baik, mukosa tenang, karies gigi (-).

Tenggorokan : Faring hiperemis (-), tonsil T1/T1.

Leher : KGB tidak teraba membesar, JVP 5 – 2 cmH2O.

Thorax :

o Paru

o Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis,

scar (-), luka (-), benjolan (-).

o Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri.

o Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.

o Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing

(-/-).

o Jantung

o Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.

o Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 1 jari medial garis

midklavikula sinistra.

Page 6: Case Report Colelitiasis

o Perkusi : Batas atas jantung : ICS II garis parasternal sinistra.

Batas jantung kanan : ICS III garis parasternal

dextra.

Batas jantung kiri : ICS V 1 jari medial garis

midklavikula sinistra.

o Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular normal, murmur (-),

gallop (-).

Abdomen :

o Inspeksi : Datar, darm countur (-), darm steifung (-), benjolan

(-).

o Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada regio epigastrik dan

hipokondrium dextra, hepar dan lien tidak teraba

membesar, Murphy sign (+).

o Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-).

o Auskultasi : Bising usus (+) normal.

Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik, edema (-/-).

Hasil USG

Page 7: Case Report Colelitiasis

- Liver : Ukuran dalam batas normal. Permukaan rata,

sudut lancip, echostruktur Slight hiperechoic

dengan posteriornya hipoechoic. Tak tampak

pelebaran vena porta maupun sistema billier

intra hepatal, SOL (-), ascites (-).

- Gall Blader : Bentuk normal, dinding tebal ringan 0.47,

tampak batu CBD tak menebal.

- Pankreas : Echostruktur dan bentuk dalam batas normal,

SOL (-). Tak tampak pelebaran duktus

pankreatikus.

- Lien : Ukuran dan echostruktur normal, tak tampak

SOL. Tak tampak pelebaran vena lienalis.

- Renal Kanan : Ukuran dalam batas normal, echostruktur

cortex normal, batas cortex dan medulla jelas,

batu (-), tak tampak pelebaran calyx, SOL (-).

- Renal Kiri : Ukuran dalam batas normal, echostruktur

cortex normal, batas cortex dan medulla jelas,

batu (-), tak tampak pelebaran calyx, SOL (-).

- Vesica urinaria : Ukuran dan echostruktur normal, SOL (-).

Kesan : - Cholecystitis

- Cholelithiasis

Dari hasil pmeriksaan fisik, dan pemeriksaan USG sangat mendukung

adanya Kolelitiasis pada ny. S sehingga di rencanakan untuk dilakukan Operasi

laparoscopy. Setelah dilakukan laparoscopy didapatkan banyak pigmen coklat

yang menyumbat di beberapa tempat pada saluran empedu, dan terdapat

gambaran kolesistitis pada pasien tersebut. Sehingga diagnosis klinis colelitiasis

pada pasien merupakan diagnosis yang tepat

Page 8: Case Report Colelitiasis
Page 9: Case Report Colelitiasis

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi

Batu empedu merupakan timbunan kristal yang terdiri dari beberapa unsur

yang membentuk suatu material, berada di dalam kandung empedu atau di dalam

saluran empedu. Kolelithiasis adalah pembentukan batu di dalam kandung

empedu. Sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolithiasis.

Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk buah pir yang terletak di

permukaan bawah (fasies viseralis) hepar. Kandung empedu berfungsi

menampung empedu sebanyak30-50ml yang dihasilkan oleh sel-sel hati,

menyimpan dan memekatkan empedu dengan cara mengabsorbsi air. Empedu

terdiri dari air, kolesterol, lemak, garam empedu, protein, dan bilirubin (pigmen

empedu).

B. Klasifikasi dan Patogenesis Batu Empedu

1. Batu Kolesterol

Sekitar 80% batu empedu adalah batu kolesterol yang biasanya berwarna

kehijauan. Ada 3 faktor penting yang berperan dalam patogenesis batu kolesterol,

yaitu

• Hipersaturasi kolestrol dalamkandung empedu

• Percepatanterjadinya kristalisasi kolesterol

• Gagguan motilitas kandung empedu dan usus.

2. Batu kalsium bilirubinat (pigmen coklat)

Batu pigmen coklat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi

saluran empedu. Stasis dapat disebabkan oleh adanya disfungsi spincter oddi,

striktur, operasi bilier, dan parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya

E.coli, maka kadar enzim β-glukoronidase yang berasal dari bakteri akan

Page 10: Case Report Colelitiasis

dihidrolisis menjadi bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat

bilirubin menjadi kalsium bilirubinat yang tak larut. Umumnya batu pigmen

coklat terbentuk disaluran empedu yang terinfeksi.

3.batu pigmen hitam

Batu dengan pigmen hitam banyak ditemukan pada pasien hemolisis

kronik, dan sirosis hati. Batu pigmen ini terutama terdiri dari derivate polymerized

bilirubin. Patogenesis terbentuknya batu pigmen ini belum jelas. Umumnya batu

pigmen hitam ini terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu yang steril.

Table 1.0 Pembagian batu empedu

Karakteristik Batu Kolesterol Batu Pigmen

Hitam

Batu Pigmen

Coklat

Warna

Konsistensi

Jumlah, ukuran,

dan ketajaman

Komposisi

Kuning pucat

putih kecoklatan

Keras

Kristal berlapis

Inti warna gelap

Multipel: 2-25

mm, halus

Soliter: 2-4 cm,

bulat, halus

Kolesterol

monohidrat > 50%

Lainnya:

glikoprotein,

garam

Hitam

Keras, mengkilat

Multipel: <5 mm

tidak teratur, halus

Polimer pigmen

(40%)

Garam Kalsium

(Karbonat, fosfat)

-15%

Kolesterol (2%)

Lainnya (30%)

Coklat -oranye

Lembek

Multipel: 10-30

mm

bulat, halus

Kalsium

bilirubinat (60%)

Calcium fatty acid

soaps

Kalsium palmitat,

stearat)-15%

Page 11: Case Report Colelitiasis

Radiodensitas

Lokasi dalam

sistem bilier

Asosiasi klinik

Lusen

Kandung empedu

Duktus

Metabolik

Tidak ada infeksi

Tidak ada

inflamasi

Opque

Kandung empedu

Duktus intrahe

patik

Hemolisis

Sirosis

Nutrisi Parenteral

Kolesterol (15%)

Lainnya 10%

Lusen

Duktus

Infeksi

Infestasi

Nutrisi Parenteral

Inflamasi

(Gustawan et,al. 2007)

Page 12: Case Report Colelitiasis
Page 13: Case Report Colelitiasis

C. Manifestasi Klinik

Penderita batu kandung empedu baru memberi keluhan jika batu tersebut

bermigrasi dan menyumbat duktus sistikus dan duktus koledokus, sehingga

gambaran klinisnya bervariasi dari yang tanpa gejala(asimtomatis), ringan sampai

berat karena adanya komplikasi. Gejala yang biasanya dirasakan oleh penderita

berupa perasaan penuh di epigastrium, nyeri perut kanan atas,atau dapat pula kolik

bilier disertai demam dan ikterus.

D. Diagnosis

1.Anamnesis

Setengah sampai duapertiga penderita kolelithiasis adalah asimtomatik.

Keluhan yang mungkin timbul adalah dyspepsia yang kadang disertai intoleran

terhadap makanan yang berlemak. Pada yang simtomatis keluhan utama berupa

nyeri di daerah epigastrium, kuadaran kanan atas atau perikondrium. Rasa nyeri

lainnya adalah kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15menit,dan

kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Penyebaran nyeri pada

punggung bagian tengah, skapula atau ke puncak bahu, disertai mual dan muntah.

Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah

menggunakan antasida. Jika terjadi kolelithiasis, keluhan nyeri menetap dan

bertambah pada waktu menarik napas dalam.

2.PemeriksaanFisik

Apabila ditemukan kelainan,biasanya berhubungan dengan komplikasi,

seperti kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrops kandung

empedu, empiema kandung empedu, atau pankreatitis. Pada pemeriksaan

ditemukan nyeri tekan dengan punctum maksimum di daerah letak anatomis

kandung empedu. Tanda murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu

penderita menarik napas panjang karena kandung empedu yang meradang

tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik napas.

3.Pemeriksaan Penunjang

Page 14: Case Report Colelitiasis

a.Pemeriksaan Laboratorium

Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan

kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut dapat

terjadi leukositosis, biasanya akan diikuti kenaikan ringan bilirubin serum akibat

penekanan duktus koledokus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang yang tinggi

mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledokus. Kadar fosfatase alkali

serum dan mungkin kadar amylase serum biasanya meningkat sedang setiap kali

terjadi serangan akut.

b. Pemeriksaan Radiologis

• Foto polos abdomen

Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas

karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak.

Kadang kandung empedu yang mengandung empedu berkalsium tinggi dapat

dilihat dengan foto polos abdomen. Pada peradangan akut dengan kandung

empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai

massa jaringan lunak dikuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam

usus besar, di fleksura hepatica.

• Ultrasonografi

Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi

untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu

intrahepatik maupun ekstrahepatik. Dengan USG juga dapat dilihat dinding

kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh

peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledokus distal

kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara didalam usus. Dengan USG

punctum maksimum rasa nyeri pada kandung empedu yang ganggren akan lebih

jelas daripada dengan palpasi biasa.

• Kolesistografi

Page 15: Case Report Colelitiasis

Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena

relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga

dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada

keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubin serum diatas2 mg/dl, obstruksi

pylorus, dan hepatitis karena pada keaadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai

hati. Penilaian kolesistografi oral lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung

empedu.

E. Diagnosis Banding

Diagnosis banding nyeri karena kolelitiasis adalah ulkus peptikum, refluks

gastroesofagus, dispepsia non ulkus, dismotilitas esofagus, irritable bowel

syndrome, kolik ginjal.

Nyeri ulkus peptikum biasanya lebih sering, hampir setiap hari dan

berkurang sehabis makan. Nyeri yang timbul biasanya menetap di perut kanan

atas, pada kolelitiasis frekuensinya lebih jarang. Nyeri karena refluks dapat

dibedakan dengan nyeri kolelitiasis dilihat dari adanya rasa terbakar, lokasi nyeri

di substernal, dan sering dipengaruhi oleh posisi, dimana pada posisi supine rasa

nyeri akan memberat. Nyeri epigastrium karena kolelitiasis dan dispepsia

nonulkus sukar dibedakan. Namun demikian nyeri karena kolik bilier biasanya

lebih hebat, frekuensinya sporadik, dan penyebaran nyeri sampai perut kanan atas

dan skapula.

Diagnosis banding untuk kolesistitis akut adalah apendisitis akut,

pankreatitis akut, hepatitis akut, perforasi ulkus, perforasi ulkus peptikum dan

penyakit intestinal akut lainnya. Untuk membedakan dengan pankreatitis akut,

biasanya nyeri pada pankreatitis akut lebih terlokalisir dan jarang disertai tanda

peritoneal akut. Nyeri sampai ke punggung, menghilang saat posisi duduk adalah

khas untuk pankreatitis akut. Gejala demam dan leukositosis mungkin sama pada

kedua kasus, tetapi peningkatan kadar serum amilase jauh lebih tinggi pada

keadaan pankreatitis akut. Pada keadaan pankreatitis yang berat, penderita tampak

Page 16: Case Report Colelitiasis

sangat toksik. Namun pada penderita dengan kolesistitis akut dengan komplikasi

pankreatitis akut USG diperlukan untuk segera membedakan keadaan tersebut.

Untuk membedakan dengan kolesistitis, pada keadaan hepatitis biasanya

pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar serum enzim hepar akan jauh

lebih tinggi dibanding dengan kolesistitis akut. Pada keadaan apendisitis akut,

ditandai oleh nyeri khas pada perut kanan bawah, diawali dari sekitar daerah

umbilikal yang kemudian menetap di perut kanan bawah. Pada keadaan perforasi

usus, pada pemeriksaan radiologis sering dijumpai adanya udara bebas pada foto

polos abdomen.

F. Komplikasi Kolelitiasis

Komplikasi yang umum dijumpai adalah (batu saluran empedu),

kolesistitis akut, pakreatitis akut, emfiema dan perforasi kandung empedu.

G. Penatalaksanaan

Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri

yang hilang timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau

mengurangi makanan berlemak. Pilihan penatalaksanaan antara lalin:

1.Kolesistektomi

Kolesistektomi operatif atau per laparoskopik merupakan standar terbaik

untuk penanganan pasien dengan kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling

bermakna dapat terjadi adalah cidera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2%

pasien. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik bilier

rekuren, diikuti kolesistitis akut.

2. medikamentosa

Pengobatan untuk kolelithiasis hanya memperlihatkan manfaatnya untuk

batu empedu jenis kolesterol. Penelitian prospektif acak dari asam

xenodeoksikolat telah mengindikasikan bahwa disolusi dan hilangnya batu secara

Page 17: Case Report Colelitiasis

lengkap terjadi sekitar 15%. Jika obat inidihentikan, kekambuhan batu terjadi

pada 50% pasien.

3. Litolisis Lokal

Methyl terbutyleter (MTBE) adalah eter alkil yang berbentuk liquid pada

suhu badan dan mempunyai kapasitas tinggi untuk melarutkan batu kolesterol.

4. Extracorporeal Shock Wave Litotripsi (ESWL)

Batu empedu dapat dipecahkan dengan gelombang kejutan yang

dihasilkan diluar badan oleh elektrohidrolik atau elektromagnetik. Biasanya USG

digunakan untuk mengarahkan gelombang ke arah batu yang terletak di kandung

empedu.Gelombang akan melewati jaringan lunak dengan sedikit absorbsi

sedangkan batu akan menyerap energy dan terpecahkan.

H. Prognosis

Untuk penderita dengan ukuran batu yang kecil, pemeriksaan serial USG

diperlukan untuk mengetahui perkembangan dari batu tersebut. Batu bisa

menghilang secara spontan. Untuk batu besar masih merupakan masalah, karena

merupakan risiko terbentuknya karsinoma kandung empedu (ukuran lebih dari 2

cm). Karena risiko tersebut, dianjurkan untuk mengambil batu tersebut. Pada anak

yang menderita penyakit hemolitik, pembentukan batu pigmen akan semakin

memburuk dengan bertambahnya umur penderita, dianjurkan untuk melakukan

kolesistektom

Page 18: Case Report Colelitiasis

BAB IV

ANALISA KASUS

 

Dalam kasus ini, Ny. S, 35 tahun, didiagnosis dengan kolelitiasis dan

kolesistitis kronik eksaserbasi akut. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan  pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis ditemukan

pasien datang dengan keluhan utama nyeri ulu hati seperti ditekan, menjalar ke

perut kanan atas dan pinggang belakang sejak 2 minggu SMRS. Pasien yang

datang dengan keluhan nyeri ulu hati atau nyeri perut kanan atas dapat diduga

beberapa kondisi yang berkaitan dengan adanya gangguan di hepar, paru, gaster,

dan kandung empedu. Nyeri pada  pasien merupakan nyeri kolik bilier yang

timbul pada pasien dengan kolelitiasis. Nyeri yang dirasakan pasien tidak

memberat saat menarik napas ataupun batuk yang biasa ditemukan pada  pasien

dengan gangguan paru. Gangguan pada gaster juga dapat disingkirkan karena

nyeri tetap dirasakan pasien walaupun sudah makan, tidak ada mual dan muntah.

Namun pasien memiliki riwayat dispepsia yang hilang timbul sejak 5 tahun

SMRS. Gangguan pada hepar juga dapat disingkirkan karena pada pasien tidak

ada gejala muntah darah, BAB berwarna hitam, riwayat sakit kuning, maupun

riwayat mengkonsumsi minuman beralkohol. Sehingga dari anamnesis kita dapat

menyingkirkan adanya gangguan pada paru, gaster, dan hepar. Faktor usia,

hormon seks wanita, kondisi pasien yang sering puasa, riwayat penyakit DM,

sering makan makanan yang  berlemak dan berminyak merupakan faktor resiko

terjadinya kolelitiasis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status gizi baik dengan

normoweight 

. Pada  pemeriksaan abdomen ditemukan adanya nyeri tekan pada kuadran

epigastrik dan hipokondrium kanan. Pada kolelitiasis didapatkan nyeri tekan

dengan punktum maksimum di daerah letak anatomis kandung empedu.

 Murphy sign

ditemukan positif pada pasien ini. Tanda Murphy  positif apabila nyeri tekan

bertambah sewaktu penderita menarik napas panjang karena kandung empedu

Page 19: Case Report Colelitiasis

yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik

napas.

 

Pada pemeriksaan darah ditemukan adanya leukositosis, trombositosis,

LED meningkat, amylase pancreatic yang meningkat kemudian menurun, dan

hiperglikemia. Hal ini memungkinkan adanya suatu gangguan pada intrahepatik

dan posthepatik, dan LED meningkat menunjukkan adanya infeksi kronis. Pada

pemeriksaan rontgen thorax didapatkan gambaran jantung dan paru dalam batas

normal. Pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan kesan  fatty liver ,

kolesistitis, dan kolelitiasis. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis kolik abdomen

ec. kolelitiasis dan kolelisistitis kronik eksaserbasi akut. Dengan adanya serangan

nyeri yang kuat atau kolik bilier yang berulang dan kolesistitis akut maka

penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini berupa laparoskopi

kolesistektomi. Prognosis pada pasien ini quo ad vitam yaitu dubia ad bonam.

Quo ad functionam: dubia ad bonam. Dan quo ad sanationam: dubia ad bonam

Page 20: Case Report Colelitiasis

DAFTAR PUSTAKA

1. Beckingham, IJ. ABC Of Diseases Of Liver, Pancreas, And Biliary System

Gallstone Disease. Dalam: British Medical Journal Vol 13, Januari 2001: 322

(7278): 91–94. Avaliable at:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1119388

2. Guyton, Arthur C.,et al.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

3. Lee, L Stephanie. 2006. Cholelithiasis.

http://www.emedicine.com/med/topic1121.htm, last updated: Juli 2, 2008

4. Wilson, L. M., Lester, L. N.: Hati, Saluran Empedu, dan Pankreas dalam

Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit. EGC. Edisi 4., 442, 1994.

5. Yogiantoro. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV. Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Panyakit Dalam FK UI: Jakarta