bab iv
DESCRIPTION
campak anakTRANSCRIPT
![Page 1: BAB IV](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083017/56d6bfc81a28ab301697a8c9/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus
yang umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3
stadium yang masing-masing memiliki ciri khusus : (1) stadium masa tunas berlangsung
kira-kira 10-12 hari, (2) stadium prodromal dengan gejala pilek dan batuk yang
meningkat dan ditemukan enantem pada mukosa pipi (bercak koplik), faring dan
peradangan mukosa konjungtiva dan (3) stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari
belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul didahului
dengan suhu badan yang meningkat selanjutnya ruam menjadi menghitam dan
mengelupas.
B. EPIDEMIOLOGI
Kira-kira 30 juta kasus campak dilaporkan setiap tahunnya. Insiden terbanyak
terjadi di Afrika. Biasanya penyakit campak ini terjadi pada masa anak dan kemudian
menyebabkan kekebalan seumur hidup. Berdasarkan penelitian di Amerika, lebih dari
50% kasus campak terjadi pada usia 5-9 tahun. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang
menderita campak akan mendapat kekebalan secara pasif melalui plasenta sampai umur
4-6 bulan, dan setelah itu kekebalan menurun sehingga bayi dapat menderita
campak. Bila si ibu belum pernah menderita campak, maka bayi yang dilahirkannya
tidak mempunyai kekebalan sehingga dapat menderita campak begitu dilahirkan. Bila
seorang wanita menderita campak ketika dia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50%
kemungkinan akan mengalami abortus. Bila menderita campak pada usia kehamilan
trimester pertama, kedua atau ketiga maka mungkin dapat melahirkan seorang anak
dengan kelainan bawaan, atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir
mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
C. ETIOLOGI
Penyebab campak adalah measles virus yang termasuk dalam famili
paramyxoviridae anggota genus morbilivirus. Virus campak berada di sekret nasofaring
![Page 2: BAB IV](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083017/56d6bfc81a28ab301697a8c9/html5/thumbnails/2.jpg)
dan di dalam darah, minimal selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah
timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu
didalam pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperatur 35ocelcius, dan
beberapa hari pada suhu 0oC. Virus tidak aktif pada pH rendah.
D. PATOFISIOLOGI
Penularan campak sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang. Campak ditularkan melalui penyebaran droplet,
kontak langsung, melalui sekret hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi.
Masa penularan berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala
prodormal biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah
timbulnya ruam.
Virus campak menginfeksi dengan invasi pada epitel traktus respiratorius mulai
dari hidung sampai traktus respiratorius bagian bawah. Multiplikasi lokal pada mukosa
respiratorius segera disusul dengan viremia pertama dimana virus menyebar dalam
leukosit pada sistern retikukoendotelial. Setelah terjadi nekrosis pada sel
retikuloendotelial sejumlah virus terlepas kembali dan terjadilah viremia kedua. Sel yang
paling banyak terinfeksi adalah monosit.
Ditempat awal infeksi penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat
ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan
dengan sel mononuklear, kemudian mencapai kelenjar getah bening regional. Disini
virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel
jaringan limforetikuler seperti limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan
terbentuknya sel raksasa berinti banyak (sel warthin), sedangkan limfosit T (termasuk T
supressor dan T helper) yang rentan terhadap infeksi turut aktif membelah.
Gambaran kejadian awal di jaringan linfoid masih belum diketahui secara lengkap,
tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal terbentuk lah fokus infeksi yaitu ketika virus masuk
kedalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva,
saluran napas, kulit, kandung kemih dan usus.
Pada hari ke-9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran napas dan
konjungtiva akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada
saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan
manifestasi klinis dari sistem saluran napas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai
selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang terjadi adalah proses
![Page 3: BAB IV](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083017/56d6bfc81a28ab301697a8c9/html5/thumbnails/3.jpg)
peradangan epitel pada sistem saluran pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis
berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera kecil pada
mukosa pipi yang disebut bercak koplik yang dapat tanda pasti untuk menegakkan
diagnosis.
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respon delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke-14
sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi pada kulit.
Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel T.
Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan
imunofluoresens dan histologik menunjukan adanya antigen campak dan diduga terjadi
suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernapasan
memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media
dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu pneumonia juga dapat terjadi, selain itu campak
dapat menyebabkan gizi kurang.
Selain itu didapatkan pula campak atipikal, patogenesis campak atipikal ini adalah
akibat ketidakmampuan vaksin dari virus campak yang mati untuk menginduksi antibodi
terhadap protein F yang bertanggung jawab dalam penyebaran virus dari sel yang satu ke
sel yang lain. Modified measles adalah campak yang ringan karena penderita masih
punya kekebalan terhadap virus. Hal ini dapat terjadi pada bayi yang masih mempunyai
antibodi campak dari ibunya atau seseorang yang mendapatkan gamma globulin setelah
kontak pada penderita campak. Gejala klinis dapat bervariasi dan beberapa gejala klinis
tertentu seperti demm dan konjungtivitis, bercak Koplik dan ruam mungkin tidak
didapatkan.
E. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi : 14 – 21 hari. Masa penularan : 2 hari sebelum gejala prodromal
sampai 4 hari timbulnya erupsi. Cara penularan melalui droplet. Masa prodromal antara
2-4 hari ditandai dengan demam 38,4 – 40,6ºC, koriza, batuk, konjungtivitis, bercak
Koplik.
Demam sangat tinggi di saat ruam merata dan menurun dengan cepat setelah 2-3
hari timbulnya eksantema. Dapat disertai adanya adenopati generalisata dan
splenomegali. Bercak Koplik timbul 2 hari sebelum dan sesudah erupsi kulit, terletak
pada mukosa bukal posterior berhadapan dengan gerham bawah, berupa papul warna
![Page 4: BAB IV](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083017/56d6bfc81a28ab301697a8c9/html5/thumbnails/4.jpg)
putih atau abu-abu kebiruan di atas dasar bergranulasi atau eritematosa. Demam menurun
dan bercak koplik menghiliang pada akhir hari kedua setelah tirnbul ruam.
Eksantema timbul pada hari ke 3-4 masa prodromal, memudar setelah 3 hari dan
menghilang setelah 6-7 hari. Erupsi dimulai dari belakang telinga dan perbatasan rambut
kepala kemudian menyebar secara sentrifugal sampai ke seluruh badan pada hari ke-3
eksantema. Eksantema berupa papul eritematosa berbatas jelas dan kemudian
berkonfluensi menjadi bercak yang lebih besar, tidak gatal dan kadang disertai purpura.
Bercak menghilang disertai dengan hiperpigmentasi kecoklatan dan deskuamasi ringan
yang menghilang setelah 7-10 hari. Black measles merupakan keadaan yang berat dari
campak, terdapat demam dan delirium diikuti penekanan fungsi pernafasan dan erupsi
hemoragik yang luas.
Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu:
Stadium kataral (prodormal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam, malaise,
batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24
jam sebelum timbul eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna
putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal yang
menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal
dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis, gambaran penyakit
menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza.
![Page 5: BAB IV](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083017/56d6bfc81a28ab301697a8c9/html5/thumbnails/5.jpg)
Stadium erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah koriza
dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum dan palatum mole.
Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk
makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di belakang
telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak.
Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya mencapai
anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti
terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.
Stadium konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak
Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Selanjutnya suhu menurun
sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
Manifestasi klinis campak yang lain adatah campak atipikal dan modified
measles. Campak atipikai adalah campak yang terjadi pada seseorang yang
mendapat vaksinasi virus campak mati. Sesudah masa prodromal panas dar nyeri
selama 1 atau 2 hari, muncul ruam yang dimulai dari extremitas dar dapat berupa
urtikaria, makulopapular, hernoragik, vesikular ataupur kombinasi dari beberapa
bentuk. Didapatkan juga panas yang tinggi, edema extremitas, hepatitis dan kadang-
kadang efusi pleura. Pada pemeriksaar serologi campak didapatkan liter antibodi HI
yang tinggi. Penyakit in canderung lebih parah daripada campak biasa.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis campak biasanya dapat dibuat berdasarkan kelompok gejala klinis yang
sangat berkaitan yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam
beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri khas yaotu diawali dari
belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan
dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami hiperpigmentasi dan
mengelupas.
Pada stadium prodromal dapat ditemuka enantema di mukosa pipi yang merupakan
tanda patognomonis campak (bercak koplik). Pada pemeriksaan sitologik dotemukan sel
![Page 6: BAB IV](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083017/56d6bfc81a28ab301697a8c9/html5/thumbnails/6.jpg)
raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi dan pada pemeriksaan serologi didapatkan
IgM spesifik.
G. PENATALAKSANAAN
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Terapi campak adalah terapi
suportif seperti pemberian cairan, antipiretik, antitusif ekspektoran dan antikonvulsan
jika diperlukan. Antibiotika diberikan apabila didapatkan infeksi sekunder dengan
bakteri. Pemberian antibiotika profilaksis untuk mencegah infeksi sekunder tidak
memberikan nilai dan tidak direkomendasikan. Sedangkan pada campak dengan
penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di bangsal
isolasi sistem pernapasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki
kebutuhan cairan dan diet yang memadai.
WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian vitamin A pada setiap
penderita campak terutama apabila pada negara tersebut defisiensi vitamin A masih
menjadi masalah. Dosis yang direkomendasikan adalah 100.000 IU untuk anak berusia 6
bulan sampai 1 tahun dan 200.000 IU untuk anak berusia 1 tahun atau lebih. Dosis
diulangi keesokan harinya dan 4 minggu kemudian jika didapatkan gejala klinis
defisiensi vitamin A. Pemberian vitamin A ini dapat mengurangi mortaiitas dan
morbiditas yang disebabkan oleh campak. Apabila didapatkan malnutrisi dilanjutkan
1500 IU tiap hari.
Antivirus seperti ribavirin (dosis 20-35 mg/kgBB/hari i.v) telah dibuktikan secara
in vitro terbukti bermanfaat untuk penatalaksanaan penderita campak berat dan penderita
dewasa yang immunocompromissed. Namun penggunaan ribavirin ini masih dalam tahap
penelitian dan belum digunakan untuk penderita anak.
H. KOMPLIKASI
Pada penderita campak dapat terjadi komplikasi yang terjadi sebagai akibat
replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri antara lain :
Otitis Media Akut Dapat terjadi karena infeksi bakterial sekunder atau akibat
invasi virus kedalam telinga tengah. Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase
prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa
yang rusak karena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta dan dapat pula
terjadi mastoiditis. Dapat diberikan kotrimoksazol-sulfametokzasol (TMP
4mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis)
![Page 7: BAB IV](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083017/56d6bfc81a28ab301697a8c9/html5/thumbnails/7.jpg)
Ensefalitis Ensefalitis merupakan penyulit neurologi yang paling sering terjadi,
biasanya terjadi pada hari ke-4-7 setelah timbulnya ruam. Terjadinya ensefalitis
dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak
kedalam otak. Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma dan iritabel.
Keluhan nyeri kepala, frekuensi napas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat
ditemukan. Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukan pleositosis ringan dengan
predominan sel mononuklear, peningkatan protein ringan, sedangkan kadar glukosa
dalam batas normal. Pada ensefalopati perlu reduksi jumlah cairan hingga ¾
keutuhan untuk mengurangi edema otak, disamping pemberian kortikosteroid dan
juga perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE) Merupakan kelainan degeneratif
susunan saraf pusat yang jarang disebabkan leh infeksi virus campak yang persisten.
Resiko terjadinya SSPE lebih besar pada usia yang lebih muda, dengan masa
inkubasi rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan
intelektual yang progresif diikuti dengan inkoordinasi motorik, kejang umumnya
bersifat mioklonik.
Bronkopneumonia Dapat disebabkan oleh virus morbilia atau oleh
Pneuomococcus, Streptococcus, Staphylococcus. Bronkopneumonia ditandai dengan
batuk, meningkatnya frekuensi napas dan adanya ronkhi basah halus. Pada saat suhu
turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan menghilang kecuali
batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga
turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran napas masih terus berlangsung
daoat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah engadakan invasi pada sel
epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada foto thoraks dan adanya
leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Bronkopneumonia ini dapat
menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi
protein, penderita penyakit menahun misalnya tuberkulosis, leukemia dan lain-lain.
Jika terjadi bronkopneumonia maka diberikan ampisilin 100mg/kgbb/hari dalam 4
dosis intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 75mg/kgbb/hari intravena
dalam 4 dosis sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral.
Antibiotik diberikan sampai tiga hari bebas demam. Jika dicurigai infeksi spesifik
maka dilakukan pemeriksaan tes tuberkulin pada saat anak sudah sehat (3-4minggu
kemudian) karena biasanya hasil tes tuberkulin akan negative pada anak yang sakit
campak.
![Page 8: BAB IV](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083017/56d6bfc81a28ab301697a8c9/html5/thumbnails/8.jpg)
Kebutaan Terjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi vitamin A
yang akhirnya dapat menyebabkan xeropthalmia atau kebutaan.
Kejang demam kejang demam timbul pada periode demam, umumnya pada
puncak demam saat ram keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang
demam.
Laringitis akut laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran
napas yang bertambah parah saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan
distres pernapasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan
membaik dan gejala akan menghilang.
I. PENCEGAHAN
Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam
tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan dengan
memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga
dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena
penyakit campak, yaitu :
o Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan
imunisasi campak untuk semua bayi.
o Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada
semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai
jangka waktu 4-5 tahun. (usu) Vaksinasi bersama rubela dan mumps (MMR) pada
usia 15 - 18 bulan dan ulangan pada usia 10-12 tahun atau 12-18 tahun.
Imunisasi Aktif
Termasuk dalam Program Imunisasi Nasional. Dianjurkan pemberian vaksin
campak dengan dosis 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml secara subkutan pada
usia 9 bulan. Imunisasi ulangan diberikan pada usia 6-7 tahun melalui program
BIAS.
Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)
Indikasi :
![Page 9: BAB IV](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083017/56d6bfc81a28ab301697a8c9/html5/thumbnails/9.jpg)
o Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat
imunisasi, kontak dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan
kontraindikasi.
o Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak
mempunyai resiko yang tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit
ini, maka harus diberikan imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7
hari paparan. Setelah itu vaksin MMR diberikan sesegera mungkin sampai
usia 12 bulan, dengan interval 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin.
Dosis anak : 0,2 ml/kgBB IM pada anak sehat 0,5 ml/kgBB untuk pasien
dengan HIV maksimal 15 ml/dose IM.
Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-
kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah
komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu :
o Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau
darah.
o Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah
selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus
atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan
penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat
setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan
risiko tinggi lainnya.
o Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni
antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya
diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.
o Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi
campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan
miokarditis yang reversibel.
Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
![Page 10: BAB IV](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083017/56d6bfc81a28ab301697a8c9/html5/thumbnails/10.jpg)
o Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier
yaitu : Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.
o Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara
cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.