bab iv dan bab v.doc

25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilakukan oleh peneliti pada Tanggal 20 Juni sampai dengan 16 Juli 2011 pada ibu yang memiliki bayi berumur 7-12 Bulan berjumlah 80 orang di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung, dan didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Gambaran umum lokasi penelitian a. Keadaan Geografi Puskesmas Tanjung Ampalu terletak di ibukota Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung , dengan luas wilayah kerja ± 144,40 Km 2 dengan ketinggian ± 241 m diatas permukaan laut. Wilayah kerja Puskesmas terdiri dari perbukitan, lembah dan dataran rendah dengan batas wilayah sebagai berikut: 36

Upload: desty-amelia

Post on 11-Jul-2016

32 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV dan BAB V.doc

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan oleh peneliti pada Tanggal 20 Juni

sampai dengan 16 Juli 2011 pada ibu yang memiliki bayi berumur 7-12 Bulan

berjumlah 80 orang di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu Kecamatan

Koto VII Kabupaten Sijunjung, dan didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Gambaran umum lokasi penelitian

a. Keadaan Geografi

Puskesmas Tanjung Ampalu terletak di ibukota Kecamatan

Koto VII Kabupaten Sijunjung , dengan luas wilayah kerja ± 144,40 Km 2

dengan ketinggian ± 241 m diatas permukaan laut. Wilayah kerja

Puskesmas terdiri dari perbukitan, lembah dan dataran rendah dengan

batas wilayah sebagai berikut:

Utara : Kecamatan sumpur Kudus

Selatan : Kecamatan IV nagari

Barat : Kotamadya Sawahlunto

Timur : kecamatan Sijunjung

36

Page 2: BAB IV dan BAB V.doc

b. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung

Ampalu Kecamatan Koto VII Sebanyak 33.266 jiwa

c. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas

Tanjung Ampalu yaitu 6 Unit puskesmas Pembantu, 12 Poskesri dan 39

Posyandu..

2. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

(gambaran) dari masing-masing variabel dependen dan variabel

independen, yaitu variable social budaya dan sikap ibu tentang pemberian

MP ASI Dini. Adapun hasil analisa univariat dari penelitian ini adalah :

a. Sosial Budaya tentang MP-ASI Dini

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Responden menurut Social Budaya tentang Pemberian MP ASI Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung

Ampalu Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung Tahun 2011

No Sosial Budaya f %

1.

2.

Baik

Kurang baik

35

45

43,8

56,3

Jumlah 80 100

37

Page 3: BAB IV dan BAB V.doc

Dari tabel 4.1 di atas diketahui bahwa lebih dari sebagian

responden (56,3 %) memiliki social budaya yang kurang baik tentang

pemberian MP ASI dini.

b. Sikap terhadap pemberian MP-ASI Dini

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden menurut Sikap terhadap PemberianMP ASI Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Ampalu

Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung Tahun 2011

No Sikap f %

1.

2.

Positif

Negative

36

44

45,0

55,0

Jumlah 80 100

Dari tabel 4.2 di atas diketahui bahwa lebih dari sebagian

responden (55,0 %) memiliki sikap negatif tentang pemberian MP ASI

dini.

3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua

variable yang diteliti (social budaya dan sikap terhadap pemberian MP ASI

dini). Pengujian hipotesa untuk mengambil keputusan tentang apakah

hipotesa yang diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima,

dengan menggunakan uji Statistik Corelasi Pearson dengan derajat

kepercayaan 0,01.

38

Page 4: BAB IV dan BAB V.doc

Ringkasan Hasil Analisis Sosial Budaya dengan Sikap Terhadap Pemberian

MP-ASI

Σ x Σ y Σ xy Σ x2 Σ y2

771 3817 37587 8207 185983

= 0,462

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh rhitung = 0,462 dan bila

dikonsultasikan dengan harga kritik r product moment diperoleh rtabel =

0,286 dengan dk = n – 1 (80 - 1 = 79) pada α = 0,01.

Hasil uji statistic yang dilakukan dengan menggunakan Corelasi

Pearson, didapatkan nilai rhitung (0,462) > rtable (0,286), dimana Ha diterima

yang dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara social budaya

dengan sikap terhadap pemberian MP ASI Dini di Wilayah Kerja

39

Page 5: BAB IV dan BAB V.doc

Puskesmas Tanjung Ampalu Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung

tahun 2011.

Untuk menguji signifikan koefisien korelasi antara social budaya

dengan sikap terhadap pemberian MP-ASI dini dilakukan dengan uji t.

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh thitung = 40,5 dan bila

dikonsultasikan dengan harga kritik t product moment diperoleh ttabel = 1,66

dengan dk = n - 2 (80 - 2 = 78) pada α = 0,01.

Dengan demikian rhitung = 40,5 > rtabel = 1,66. Artinya Ho ditolak dan Ha

diterima, yaitu ada hubungan yang kuat antara sosial budaya dengan sikap

terhadap pemberian MP-ASI dini, dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya

pada tingkat kepercayaan 99%..

40

Page 6: BAB IV dan BAB V.doc

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Sosial Budaya tentang Pemberian MP ASI dini

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan, maka dapat

dilihat bahwa sebagian besar (56,3 %) responden memiliki social budaya

yang kurang baik tentang pemberian MP ASI Dini.

Budaya adalah suatu keadaan akibat perilaku manusia yang secara

perorangan atau kelompok, bermasyarakat dan bernegara yang dapat

mempengaruhi kehidupan yang damai dan tenteram, sejahtera dalam arti

bahwa semua dapat hidup sehat diatas garis kemiskinan, tidak

membedakan suku, etnik, ras dan jenis kelamin, tidak mencemari dan

merusak lingkungan, tidak meracuni sumberdaya alam terbaharukan dan

tidak terbaharukan, yang secara demokratis menjunjung tinggi hak dan

kewajiban asasi manusia, memberi kebebasan untuk beragama, kebebasan

mengeluarkan pendapat dan kebebasan dapat menikmati pendidikan sesuai

bakat dan keinginannya (BJ. Habibie, diakses dari http://indobudaya.

blogspot.com, 2007).

Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan

budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan

sebab-akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan

ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif

terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan misalnya, pada dasarnya

adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan

cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan

41

Page 7: BAB IV dan BAB V.doc

tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan

kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa

makanan tertentu.

Pemberian MP ASI dini adalah memberikan makanan tambahan

selain ASI sebelum usia 6 bulan. Dengan kata lain ibu tidak memberikan

ASI-nya secara eksklusif (Irawati, 2004: 1).

Sosial budaya yang dimaksud pada penelitian ini adalah Sosial

Budaya (tradisi) yang berkembang di masyarakat terkait dengan

pemberian MP ASI.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa

kebudayaan yang ada di masyarakat dapat berpengaruh terhadap

pemberian MP ASI. Diantara kebudayaan tersebut adalah memberikan

pisang/nasi tim pada bayi sebelum usia 7 bulan karena dianggap ASI tidak

mencukupi kebutuhan bayi, memberikan madu pada bayi baru lahir,

membuang kolostrum karena dianggap tidak sehat, pantangan terhadap

makanan tertentu sehingga dapat menghampat produksi ASI ibu, serta

memberikan air putih ketika bayi rewel dan untuk menghilangkan rasa

sakit. Pengaruh kebudayaan ini akan lebih berdampak negative jika diikuti

dengan pengetahuan ibu yang rendah tentang pemberian MP ASI yang

bagi bayi..

Kebudayaan yang banyak terdapat pada penelitian ini adalah

adanya pantangan terhadap makanan tertentu, kebiasaan memberikan

tambahan makanan/minuman jika anak sering menangis, ibu meyakini

adanya hubungan sebab akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit ,

42

Page 8: BAB IV dan BAB V.doc

memberikan susu formula ketika ASI yang keluar sedikit, dan memberikan

air tajin jika bayi selalu rewel walaupun setelah menyusui.

Pantangan terhadap jenis makanan tertentu menyebabkan ibu tidak

dapat mengkonsumsi semua jenis zat gizi yang mungkin salah satunya

terdapat pada makanan yang dipantangkan tersebut, sehingga pada

akhirnya berpengaruh pada produksi ASI. Anak yang sering menangis

walaupun baru selesai mendapatkan ASI, pemberian susu formula dan air

tajin dilakukan ibu karena pada ibu meyakini bahwa ASI yang dimiliki ibu

tidak mencukupi kebutuhan bayi. Ibu yang merasa ASI-nya kurang

berkualitas seperti ASI yang tidak kental (seperti air putih) sering

mendorong para ibu untuk memberikan tambahan susu formula/air tajin

dengan harapan bayi mendapatkan asupan makanan yang cukup, sehingga

bayi tetap dapat tumbuh sesuai dengan usianya. Dalam hal ini ibu

meyakini bahwa asupan makanan yang kurang pada bayi akan

menyebabkan bayi kurang tidur, dan pada akhirnya berdampak pada

terganggunya pertumbuhan bayi (berat badan bayi tidak mengalami

kenaikan).

Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Derita Yeti

(2010) dengan judul Hubungan pengetahuan dan kebudayaan terhadap

pemberian asi ekslusif di Jorong PSB Wilayah kerja Puskesmas Pakan

Kamis Kabupaten Agam dimana didapatkan persentase untuk kebudayaan

yang kurang baik sebanyak 88,2 %.

43

Page 9: BAB IV dan BAB V.doc

b. Sikap terhadap Pemberian MP ASI Dini

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat dilihat bahwa

lebih dari separoh (55,0 %) responden memiliki sikap negative tentang

pemberian MP ASI dini.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu,yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial.

Menurut Newcmb, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap

mempunyai 3 komponen pokok (Allport), yaitu kepercayaan atau

keyakinan ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau

evaluasi terhadap suatu objek dan kecendrungan untuk bertindak (tend to

behave). Sikap yang dimaksud pada penelitian ini adalah reaksi ibu

terhadap pernyataan yang berkaitan dengan pemberian MP ASI Dini.

Menurut asumsi peneliti, sikap responden yang negative

disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang pemberian MP ASI

yang baik pada bayi. Akibat dari kurangnya pengetahuan tersebut, maka

cendrung memberikan respon yang negative sehubungan dengan

pemberian MP ASI dini. Bentuk dari respon negative tersebut seperti

sering memberikan makanan/minuman tambahan sebelum bayi berusia 6

bulan, memberikan jenis makanan tambahan tertentu pada bayi untuk

menghemat biaya dan waktu, tidak menghindari pemberian makanan yang

44

Page 10: BAB IV dan BAB V.doc

mengandung gula sejak dini walaupun menyebabkan bayi terbiasa dengan

makanan manis dan merusak gigi, memberikan MP ASI secara dini walau

dapat menyebabkan alergi terhadap makanan, anak sering diare, batuk

pilek,dll.

Sikap responden yang negative ini juga dapat dipengaruhi oleh

adanya social budaya yang berkembang di masyarakat, terlebih jika orang

di sekitar (seperti ibu, mertua dan suami) juga meyakini dan menganjurkan

ibu untuk mengikuti social budaya yang berkembang tersebut.

Hasil ini tidak jauh beda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Irsyakhdiah yang berjudul Hubungan pengetahuan dan Sikap ibu terhadap

pemberian MP-ASI Dini di Jorong Babukik Wilayah kerja Puskesmas

Magek Kabupaten Agam tahun 2010 bahwa terdapat 51,5 % yang

memiliki sikap yang negative terhadap pemberian MP-ASI.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Sosial Budaya dengan Sikap terhadap Pemberian MP ASI Dini

Dapat dilihat dari hasil analisis data bahwa dari 35 responden yang

memiliki social budaya baik, terdapat 27 orang (77,1 %) memiliki sikap

positif tentang pemberian MP ASI dini. Dan dari 45 responden dengan

social budaya kurang baik, hanya terdapat 9 orang (20,0 %) yang memiliki

sikap positif tentang pemberian MP ASI dini.

Dari hasil penelitian diketahui terdapat hubungan antara social

budaya dengan sikap terhadap pemberian MP ASI dini di wilayah kerja

Puskesmas Tanjung Ampalu Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung

45

Page 11: BAB IV dan BAB V.doc

tahun 2011 (Ha diterima dan Ho ditolak), dimana nilai r hitung = 0,462 >

r table = 0,286.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

Notoatmodjo (2003) salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi

perilaku kesehatan seseorang (pemberian MP ASI dini) adalah system

nilai yang dianut masyarakat (kebudayaan).

Pemberian ASI tidak lepas dari tatanan budaya. Perilaku dibentuk

oleh kebiasaan yang diwarnai oleh social budaya. Setiap orang selalu

terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan lingkungan serta mendapat pengaruh

dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung (Perinasia,

2003)

Tingginya angka pemberian MP ASI dini ini juga terkait dengan

pengaruh social budaya di masyarakat yang menganjurkan agar bayi diberi

makanan tambahan sebelum usianya 6 bulan dan banyaknya kaum ibu

yang menjadi tulang punggung keluarga, sehingga mendorong mereka

untuk memberikan MP ASI pada usia dini (Hellen Keller, 2002).

Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian MP ASI dini

bukan merupakan permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu

memberikan bayinya MP ASI, namun yang menjadi permasalahan adalah

pola pemberian MP ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis sehingga

menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi.

Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini

disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si

ibu baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan.

46

Page 12: BAB IV dan BAB V.doc

Menurut asumsi peneliti, ibu yang memiliki budaya baik cendrung

akan memiliki sikap positif terhadap pemberian MP ASI ini dan diharapkan

juga memiliki prilaku yang baik dalam pemberian MP ASI. Sebaliknya ibu

yang memiliki social budaya kurang baik cendrung memiliki sikap negative

dan diharapkan tidak memberikan MP ASI dini pada bayinya.

Adanya social budaya yang baik disebabkan karena ibu tidak mudah

terpengaruh dengan social budaya yang berkembang di masyarakat dan

keluarganya. Hal ini tentunya dilandasi oleh pengetahuan tentang pemberian

MP ASI pada bayi. Dengan pengetahuan yang dimiliki inilah maka si ibu

dapat memberikan respon positif terhadap pernyataan-pernyataan yang

berhubungan dengan pemberian MP ASI dini. Seperti teori yang dikemukakan

Allporl bahwa dalam pembentukan sikap yang utuh maka pengetahuan

memegang peranan penting.

Sementara bagi ibu dengan social budaya baik namun memiliki sikap

negative disebabkan karena ibu kurang memiliki pengetahuan tentang

pemberian MP ASI. Begitu juga dengan ibu yang memiliki pengalaman

memberikan MP ASI dini pada anak sebelumnya. Dalam hal ini lahirnya

social budaya baik disebabkan karena adanya dukungan keluarga untuk tidak

melakukan social budaya yang berkembang di masyarakat tersebut.

Tidak jauh beda dengan penelitian yang dilakukan oleh Derita yeti

2010 yang berjudul hubungan pengetahuan dan kebudayaan terhadap

pemberian asi ekslusif di Jorong PSB Wilayah kerja Puskesmas Pakan Kamis

Kabupaten Agam yaitu ibu-ibu dengan kebudayaan yang kurang baik

memberikan MP-ASI secara dini atau tidak ASI Ekslusif sebanyak 80,2 %.

47

Page 13: BAB IV dan BAB V.doc

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang hubungan social budaya dengan sikap

terhadap pemberian MP ASI dini di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu

Kecamatan VII Koto Kabupaten Sijunjung tahun 2010, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Terdapat 56,3 % responden yang memliki social budaya kurang baik

2. Terdapat 55,0 % responden memiliki sikap negative tentang pemberian

MP ASI dini

3. Terdapat hubungan antara social budaya dengan sikap terhadap pemberian

MP ASI dini, dengan nilai “r” = 0,462 (“r” ≠ 0)

B. Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dimasa yang akan datang agar

dapat diteliti lebih lanjut mengenai factor-faktor lain yang berhubungan

dengan pemberian MP-ASI dini

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan agar dapat menambah bahan bacaan untuk

memperkaya pengetahuan mahasiswa tentang hubungan sosial budaya

dengan sikap ibu terhadap pemberian MP-ASI Dini.

48

Page 14: BAB IV dan BAB V.doc

3. Bagi institusi tempat penelitian

a. Agar petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan kesehatan

tentang pemberian MP ASI, baik secara langsung pada kegiatan

posyandu maupun melalui poster-poster tentang pemberian MP ASI.

b. Agar meningkatkan kerjasama dengan kader kesehatan dalam

menginformasikan ibu-ibu dalam pemberian MP ASI, terutama

kebudayaan yang salah dan tidak sesuai dengan pemberian MP ASI

yang baik.

49

Page 15: BAB IV dan BAB V.doc

Lampiran

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

ANALISA UNIVARIAT

FrequenciesStatistics

80 800 0

9,64 47,7110,00 46,00

11 44a

3,135 6,9943 35

15 67771 3817

ValidMissing

N

MeanMedianModeStd. DeviationMinimumMaximumSum

SosialBudaya Sikap

Multiple modes exist. The smallest value is showna.

Frequency TableSosial Budaya

35 43,8 43,8 43,845 56,3 56,3 100,080 100,0 100,0

BaikKurang BaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Sikap

36 45,0 45,0 45,044 55,0 55,0 100,080 100,0 100,0

PositifNegatifTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

50

Page 16: BAB IV dan BAB V.doc

Bar ChartSosial Budaya

Sosial Budaya

Kurang BaikBaik

Freq

uenc

y50

40

30

20

10

0

Sikap

Sikap

NegatifPositif

Freq

uenc

y

50

40

30

20

10

0

51

Page 17: BAB IV dan BAB V.doc

ANALISA BIVARIAT

CrosstabsCase Processing Summary

80 100,0% 0 ,0% 80 100,0%Sosial Budaya * SikapN Percent N Percent N Percent

Valid Missing TotalCases

Sosial Budaya * Sikap Crosstabulation

27 8 3577,1% 22,9% 100,0%

9 36 4520,0% 80,0% 100,0%

36 44 8045,0% 55,0% 100,0%

Count% within Sosial BudayaCount% within Sosial BudayaCount% within Sosial Budaya

Baik

Kurang Baik

Sosial Budaya

Total

Positif NegatifSikap

Total

Risk Estimate

13,500 4,607 39,562

3,857 2,093 7,110,286 ,153 ,534

80

Odds Ratio for SosialBudaya (Baik / KurangBaik)For cohort Sikap = PositifFor cohort Sikap = NegatifN of Valid Cases

Value Lower Upper

95% ConfidenceInterval

CorrelationsCorrelations

1 ,462**. ,000

80 80,462** 1,000 .

80 80

Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N

Sosial Budaya

Sikap

SosialBudaya Sikap

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

52

Page 18: BAB IV dan BAB V.doc

53