bab iv hasil dan pembahasan bab iv hasil dan …

23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pra Siklus Hasil observasi di SD N Baledu kelas IV tahun ajaran 2015/2016 di SD N Baledu, metode yang digunakan guru adalah metode ceramah dan tanya jawab, walaupun guru sudah melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode tanya jawab namun siswa kelas IV cenderung pasif sehingga kelas didominasi oleh guru. Kebanyakan dari siswa tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan cenderung tidak memperhatikan guru mengajar, apalagi ketika pelajaran Bahasa Indonesia pada materi teks panjang. Hal ini menyebabkan empat kemampuan dasar dalam Bahasa Indonesia belum terpenuhi. Kemampuan pertama yaitu mendengar siswa kurang, disaat guru sedang mengajar dengan menjelaskan materi siswa terkadang berbicara dengan teman sebelahnya. Guru sering menegur pembicaraan mereka, itu menyebabkan waktu pembelajaran terbuang sia sia. Selain itu, kemampuan membaca dan menjawab pertanyaan dari bacaan cenderung pasif dan membutuhkan waktu yang lama. Kemampuan yang ketiga adalah kemampuan berbicara di depan umum rendah, para siswa merasa takut dan malu ketika harus berbicara di depan kelas. Kemampuan yang terakhir yang juga rendah adalah kemampuan siswa menulis membutuhkan waktu yang lama dikarenakan siswa merasa jenuh dengan pembelajaran yang monoton. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti melakukan penelitian pembelajaran Contextual Learning dengan teknik word square pada tahun pelajaran 2016/2017 dengan menggunakan dua siklus dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Berdasarkan hasil analisis data dari siklus I sampai siklus II dapat 48

Upload: others

Post on 26-Nov-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pra Siklus

Hasil observasi di SD N Baledu kelas IV tahun ajaran 2015/2016 di SD N

Baledu, metode yang digunakan guru adalah metode ceramah dan tanya jawab,

walaupun guru sudah melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan

metode tanya jawab namun siswa kelas IV cenderung pasif sehingga kelas

didominasi oleh guru. Kebanyakan dari siswa tidak tertarik untuk mengikuti

pembelajaran dan cenderung tidak memperhatikan guru mengajar, apalagi ketika

pelajaran Bahasa Indonesia pada materi teks panjang. Hal ini menyebabkan empat

kemampuan dasar dalam Bahasa Indonesia belum terpenuhi. Kemampuan

pertama yaitu mendengar siswa kurang, disaat guru sedang mengajar dengan

menjelaskan materi siswa terkadang berbicara dengan teman sebelahnya. Guru

sering menegur pembicaraan mereka, itu menyebabkan waktu pembelajaran

terbuang sia – sia. Selain itu, kemampuan membaca dan menjawab pertanyaan

dari bacaan cenderung pasif dan membutuhkan waktu yang lama. Kemampuan

yang ketiga adalah kemampuan berbicara di depan umum rendah, para siswa

merasa takut dan malu ketika harus berbicara di depan kelas. Kemampuan yang

terakhir yang juga rendah adalah kemampuan siswa menulis membutuhkan waktu

yang lama dikarenakan siswa merasa jenuh dengan pembelajaran yang monoton.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti melakukan penelitian

pembelajaran Contextual Learning dengan teknik word square pada tahun

pelajaran 2016/2017 dengan menggunakan dua siklus dalam penelitian tindakan

kelas (PTK). Berdasarkan hasil analisis data dari siklus I sampai siklus II dapat

48

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

49

dikemukakan bahwa telah terjadi perubahan pada siswa ke arah yang lebih baik.

Pembelajaran menggunakan CTL dengan teknik word square pada materi Teks

Panjang telah terjadi proses belajar mengajar yang menghasilkan suatu interaksi

antar siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan perbaikan

pembelajaran ini yaitu siswa menjadi paham pada materi teks panjang dan siswa

menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.

4.2 Deskripsi Siklus I

Kegiatan penelitian pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 5 November

2016 dengan kompetensi dasar menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150

– 200 kata) dengan cara membaca sekilas. Tujuan pembelajaran pada siklus I

adalah siswa diharapkan bisa memahami isi dalam teks bacaan yang diberikan

guru, melalui tugas yang diberikan oleh guru siswa diharapkan bisa menjawab

pertanyaan sesuai dengan isi teks dengan teknik word square, dan melalui tugas

siswa dapat menemukan pikiran pokok bacaan masing – masing paragraf. Materi

pokok pada siklus I berupa teks panjang tentang Roro Jonggrang.

Kegiatan pembelajaran pada siklus I dimulai dengan kegiatan awal yaitu

guru memberikan apersepsi dengan menanyakan pada siswa tentang objek wisata

candi prambanan dan menunjukkan gambar Candi Prambanan pada siswa,

langkah ini termasuk dalam komponen Konstruktivisme (membangun) pada CTL.

Langkah berikutnya yaitu guru menjelaskan tentang cara menentukan komponen

– komponen bacaan yang meliputi tema, tokoh dan alur cerita. Selanjutnya guru

membagi siswa dalam beberapa kelompok, pembagian kelompok dilakukan

secara acak.Setiap kelompok terdiri dari 3 siswa. Guru membagikan Lembar

diskusi siswa yang berisikan cerita tentang Roro Jonggrang dan lembar jawab

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

50

Word Square. Langkah selanjutnya guru meminta siswa untuk membaca dan

memahami isi teks bacaan dengan teknik membaca sekilas. Ketiga langkah

tersebut merupakan komponen Inquiry (menemukan) pada CTL. Langkah

selanjutnya yaitu siswa membaca cerita Roro Jonggrang secara berkelompok, dan

siswa mengerjakan lembar diskusi yang berisikan word square secara

berkelompok. Kedua langkah tersebut termasuk komponen Learning Community

(Komunitas Belajar) pada CTL. Saat siswa sedang mengerjakan lembar diskusi,

para siswa merasa bingung sehingga guru harus menjelaskan kembali tentang apa

yang harus dilakukan siswa.

Guru membimbing siswa dalam mengerjakan word square, langkah ini

termasuk komponen Questioning (bertanya). Selanjutnya guru meminta beberapa

kelompok maju ke depan untuk menyampaikan hasil pekerjaannya dan guru

melakukan permainan word square dengan cara membacakan pertanyaan satu per

satu dan siswa yang mengetahui jawaban langsung menjawab. Kedua langkah

tersebut termasuk komponen Modeling (Pemodelan). Berdasarkan pengamatan

observer pada langkah ini siswa masih malu dan takut untuk berpendapat maupun

bertanya sehingga kemampuan berpendapat masih rendah yaitu 60%.

Kemampuan bertanya kelompok juga masih rendah yaitu 58% (lampiran 10).

Langkah selanjutnya guru memberikan umpan balik dengan membahas

hasil diskusi word square, yang termasuk komponen Reflection (Refleksi).

Kegiatan di akhir pembelajaran yaitu guru bersama siswa menyimpulkan materi

pembelajaran yang merupakan komponen Authentic Assesment (Penilaian yang

Sebenarnya), di kegiatan ini siswa ditemukan masih kurang aktif dalam

menyimpulkan materi pembelajaran dengan hasil 57% (lampiran 10). Kebanyakan

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

51

siswa saat guru menjelaskan materi secara mendasar mengenai unsur – unsur

dalam cerita masih tidak memperhatikan, mereka masih saling berbicara dengan

teman sebelahnya. Jadi saat guru menyuruh siswa mengemukakan pedapat hanya

sedikit siswa yang berani mengungkapkannya.

Saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus I, aktivitas siswa sudah

meningkat dibanding pembelajaran sebelumnya meskipun belum sesuai target

yaitu 75% siswa mencapai kriteria aktif dan/atau sangat aktif. Aktivitas siswa

dalam pembelajaran masih kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat siswa yang

memiliki kriteria aktif dan sangat aktif masih 54,17 %. Data aktivitas siswa

disajikan pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6

Rekapitulasi Data Keaktifan Siswa padaSiklus I

No Kategori

Skor Kriteria ∑ siswa

1. 86% ≤X≤ 100% Sangat aktif 3

2. 71%≤X≤ 85% Aktif 10

3 61%≤ X≤70% Cukup aktif 9

4. 51% ≤ X≤60% Kurang aktif 2

5. X< 50% Tidak aktif -

Ketuntasan klasikal keaktifan 54,17 %

Tabel 6. Rekapitulasi Data Keaktifan Siswa pada Siklus I

Aktivitas siswa sudah lebih dari separuh jumlah siswa masuk dalam kriteria

aktif (sangat aktif dan aktif) tetapi belum mencapai ketuntasan klasikal yang

ditetapkan yaitu 75 % dimana siswa berkriteria aktif dan/atau sangat aktif.

Ditemukan siswa yang tidak aktif sebesar 45,83 %, yaitu siswa dengan

kriteria cukup aktif 9 siswa dan kurang aktif 2 siswa. Hal ini disebabkan oleh

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

52

beberapa hal seperti kemampuan setiap individu yang berbeda – beda. Hal ini

diperkuat dengan dengan pernyataan Sardiman (2011) bahwa belajar merupakan

sebuah proses mengubah tingkah laku subyek belajar mengajar yang dipengaruhi

oleh faktor psikologis antara lain motivasi, perhatian, konsentrasi, reaksi untuk

melakukan sesuatu, organisasi bahan – bahan pelajaran, pemahaman serta ingatan

siswa. Siswa yang kurang aktif harus mendapatkan perhatian khusus dari guru

mata pelajaran. Jumlah 2 siswa yang kurang aktif merupakan siswa yang pasif

pada semua pelajaran, dan guru memegang peranan penting agar siswa pasif dapat

menjadi aktif seperti teman – teman yang lain. Usaha guru bisa dimulai dengan

sering mengajukan pertanyaan kepada siswa yang pasif, dengan begitu siswa jadi

sering menjawab pertanyaan dari guru dan tentunya siswa dapat aktif dalam

mengikuti pembelajaran.Usaha guru ini dilakukan guru di siklus II.

4.3 Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, kiranya perlu diadakan perbaikan

pada siklus II untuk memperbaiki kekurangan – kekurangan yang ada, yaitu 45,83

% siswa masih tidak aktif dalam pembelajaran. Di dalam pelaksanaan siklus I

masih terdapat hal yang perlu diperbaiki antara lain siswa masih enggan

menyatakan pendapat dengan presentase 58 %. Hal ini disebabkan karena siswa

masih terbiasa dengan model pembelajaran sebelumnya. Selain itu aktivitas siswa

saat bertanya kelompok juga masih kurang yaitu 57%, hal ini dikarenakan

pembagian kelompok dilakukan secara acak sehingga siswa belum terbiasa

bekerja sama dengan siswa lain.

Aktivitas yang ketiga yang masih belum tuntas yaitu menyimpulkan materi

pembelajaran yang telah berlangsung, hal ini disebabkan karena siswa masih malu

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

53

untuk menyimpulkan materi. Melihat pada siklus I masih ada tiga aktivitas yang

belum tuntas, maka pada siklus II yang dilakukan peneliti adalah guru lebih

memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat menyatakan pendapat dengan

lebih leluasa, siswa diberi kesempatan untuk membuat soal dari cerita yang sudah

disiapkan dan para siswa menentukan jawaban dari soal yang mereka buat sendiri

dengan dituangkan dalam bentuk teka teki silang. Guru lebih memberi

kesempatan pada siswa untuk dapat menyimpulkan materi dan tidak lupa dengan

memberi bimbingan pada siswa. Diharapkan pada siklus II kekurangan –

kekurangan tersebut bisa dilengkapi yaitu siswa dapat mencapai 75% kriteria aktif

dalam pembelajaran.

4.4 Deskripsi Siklus II

Perencanaan siklus II didasarkan atas refleksi di siklus I. Siklus II masih

menitikberatkan pada penerapan CTLdengan teknik word square. Pada siklus I,

siswa masih enggan mengajukan pendapat maka di siklus II ini guru lebih

mendorong siswa dengan memberikan pertanyaan pancingan kepada siswa. Di

siklus I, siswa mengisi lembar word square yang telah disediakan oleh guru. Di

siklus II siswa dilatih membuat pertanyaan sendiri dengan jawaban yang mereka

susun sendiri di kolom – kolom word square.

Pembelajaran siklus II ditekankan siswa lebih kreatif dan aktif dalam

pembelajaran. Guru hanya menyiapkan bacaan dan siswa yang membuat word

square secara berkelompok. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 7 November

2016. Pembelajaran siklus II mempunyai kompetensi dasar yaitu menemukan

makna dan informasi secara tepat dalam kamus/ ensiklopedia melalui membaca

memindai.

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

54

Langkah – langkah pada siklus II dimulai dari guru memberikan apersepsi

dengan bertanya apakah macam – macam olahraga yang kalian sukai, dan guru

menanyakan tentang contoh olahraga yaitu sepak bola. Tahap ini merupakan

komponen Konstruktivisme( membangun). Langkah selanjutnya adalah guru

memberikan cerita sepak bola dan lembar kosong. Tahap ini lah yang

membedakan dengan siklus I, pada siklus I siswa tinggal mengerjakan lembar

diskusi yang berisikan word square. Siklus II setelah siswa disuruh membaca

cerita tentang sepak bola secara berkelompok. Para siswa disuruh membuat

pertanyaan dan jawaban mengenai bacaan cerita sepak bola. Jawaban dari soal

yang para siswa buat harus disusun berbentuk kotak – kotak atau berbentuk word

square seperti yang dibuat peneliti pada siklus I. Tahap ini termasuk dalam

komponen Learning Community (komunitas belajar). Saat para siswa membuat

lembar word square, guru membimbing siswa dan mengajari siswa yang belum

paham, sedangkan observer mengamati dan menilai aktivitas siswa dan kinerja

guru.

Siswa selesai membuat word square, setiap kelompok mempresentasikan

hasil pekerjaannya secara bergantian di depan kelas dan dinilai oleh observer.

Tahap tersebut termasuk komponen Modeling (Pemodelan). Guru beserta siswa

mencocokkan hasil diskusi bersama – sama, yang merupakan komponen

Reflection (refleksi). Sebagai penghargaan siswa yang sudah maju ke depan

diberikan reward berupa gambar emoticon. Kegiatan di siklus II ditutup dengan

guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran, yang merupakan komponen

Authentic Assesment (penilaian yang sebenarnya).

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

55

Siklus II semua siswa sudah berperan aktif dalam pembelajaran.82% siswa

sudah berani berpendapat dan mengajukan pertanyaan untuk hal – hal yang

kurang jelas. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa dengan kegiatan

belajar mengajar di sekolah dengan menggunakan teknik word square. Aktivitas

siswa pada siklus II sudah mencapai ketuntasan klasikal indikator kinerja yang

ditetapkan yaitu sebesar 92 % (Tabel 7). Hal ini ditunjukkan dengan keterlibatan

siswa dalam diskusi, kerjasama antara teman kelompok sudah terjalin untuk

menyelesaikan permasalahan dan siswa sudah aktif dalam bertanya dan aktif

dalam mencari informasi. Selain itu, siswa lebih antusias ketika bermain word

square. Siswa secara bergantian mengacungkan jari ketika akan

mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Hal ini dapat dilihat di

lampiran 11. Berikut ini data aktivitas siswa siklus II.

Tabel 7

Rekapitulasi Data Keaktifan Siswa Siklus II

No KategoriSkor Kriteria ∑ siswa

1. 86% ≤X≤ 100% Sangat aktif 8

2. 71%≤X≤ 85% Aktif 14

3 61%≤ X≤70% Cukup aktif 2

4. 51% ≤ X≤60% Kurang aktif -

5. X< 50% Tidak aktif -

Ketuntasan klasikal keaktifan 92 %

Tabel 7. Rekapitulasi Data Keaktifan Siswa Siklus II

Terdapat 8% siswa yang tidak aktif pada siklus II yaitu 2 siswa dengan

kriteria cukup aktif, hasil ini telah menurun dibandingkan pada siklus I sebesar

45,83 %. Beberapa siswa memang sulit diajak aktif di dalam kelas. Hal ini

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

56

disebabkan siswa kurang tertarik dalam pembelajaran. Kekurangtertarikan

terhadap sesuatu akan membuat siswa enggan melakukan sesuatu (Suparlan,

2009).

Umumnya, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan

semangat belajar dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil

belajar. Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan

faktor pendukung keberhasilan belajar siswa. Kemampuan siswa dalam diskusi

lebih baik daripada siklus I. Hal ini karena, di siklus II kerjasama antar anggota

kelompok sudah terlihat. Menurut Setiawan (2008) diskusi akan melatih siswa

untuk belajar sekaligus mengajari teman lain melalui komunikasi yang efektif

tentang apa yang diketahui maupun apa yang tidak diketahuinya. Hal ini akan

meningkatkan kemampuan berpikir siswa melalui kemampuan bertanya dan

menjawab siswa terhadap permasalahan yang ada diberikan. Permasalahan yang

diberikan sudah sesuai dengan kemampuan siswa (Sanjaya, 2006) dan kontekstual

yaitu menghubungkan materi dengan kehidupan nyata siswa (Saptono, 2003).

Untuk lebih memperjelas hasil peningkatan aktivitas siswa yang terjadi selama

siklus I dan II maka disajikan histogram sebagai berikut.

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

57

Gambar 3. Histogram Pencapaian Keaktifan Siswa Setiap Siklus

Gambar 3

Histogram Pencapaian Keaktifan Siswa Setiap Siklus

4.5 Refleksi Siklus II

Pada siklus II masih ada 2 siswa yang tidak aktif dengan presentase 8%.

Hasil ini telah menurun dibandingkan pada siklus I yang besarnya 45,83 %. Siklus

II sudah terlihat kemampuan berpendapat naik menjadi 82% dan kemampuan

bertanya kelompok naik menjadi 85 % (lampiran 11). Kemampuan siswa

menyimpulkan kesimpulan juga mengalami kenaikan didapatkan hasil sebesar

85%. Sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian mengenai aktivitas siswa pada

siklus II mengalami kenaikan dibandingkan pada siklus I. Aktivitas siswa di siklus

II telah mencapai kriteria aktif, karena hasil penelitian menunjukkan 92%. Hasil

ini lebih besar dari kriteria ketuntasan yaitu 75%. Selama pembelajaran di siklus

II siswa tampak lebih bersemangat dan lebih aktif.

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

58

Kinerja guru pun mencapai 100%, jadi guru juga bersemangat untuk

melaksanakan pembelajaran dengan model CTL teknik word square. Guru

melaksanakan model pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dengan selalu membimbing siswa di saat berdiskusi maupun

di saat siswa presentasi di depan kelas. Siswa pun merasa sangat senang dan

bersemangat saat mengikuti pembelajaran menggunakan model CTL dengan

teknik word square. Hal ini ditunjukkan dengan hasil aktivitas siswa yang

meningkat dan motivasi siswa saat belajar juga mengalami kenaikan.

Meskipun hasil pada siklus II mencapai ketuntasan klasikal indikator kinerja

yang ditetapkan yaitu sebesar 92 %, guru tidak boleh puas begitu saja. Guru perlu

mengupayakan pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa menjadi

lebih aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aktivitas siswa

meningkat otomatis akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Guru dapat

menerapkan model CTL dengan teknik word square pada materi lain.

4.6 Motivasi Belajar Siswa

Motivasi siswa terhadap pembelajaran CTL dengan teknik word square

diukur dengan angket motivasi. Angket ini dibagikan kepada siswa di akhir

pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mendapatkan hasil,

motivasi belajar siswa mencapai kriteria baik sebesar 37,5 % dan kriteria sangat

baik sebesar 62,5 %. Tingginya presentase tersebut menunjukkan bahwa siswa

mampu menghubungkan pengetahuan awal dengan materi pelajaran dengan

menggunakan teknik word square.

Presentase tertinggi dengan 97% dalam menyelesaikan pembelajaran

dengan berhasil sangat penting bagi saya. Setiap siswa ingin mendapatkan nilai

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

59

yang bagus pada setiap akhir pembelajaran dan pastinya setiap siswa ingin

menyelesaikan pembelajaran dengan baik dan benar, itu yang menyebabkan

presentase tertinggi ada di penyelesaian pembelajaran. Presentase terendah adalah

pertama kali saya melihat pembelajaran ini, saya merasa bahwa pembelajaran ini

mudah bagi saya yaitu sebesar 71%. Pada awalnya siswa merasa mudah dalam

pemeblejaran, tapi siswa mendapatkan kendala saat harus membuat pertanyaan

dan jawaban sendiri yang harus dituangkan dalam kotak – kotak word square. Hal

ini disebabkan siswa tidak terbiasa dengan model pembelajaran ini, tetapi kendala

tersebut dapat diatasi dengan tindakan guru yang membimbing siswa saat

melakukan diskusi hingga akhirnya siswa dapat menyelesaikan lembar diskusi

mereka.

Pencapaian motivasi belajar setiap siswa berbeda – beda hasilnya

dikarenakan siswa mempunyai kemampuan yang berbeda – beda dalam

mengkonsentrasikan pikirannya pada saat pembelajaran. Seperti pada aspek

perhatian yang pernah diungkapkan oleh Suprijono (2009) bahwa antensi

(perhatian) bersifat seleksi karena sumber otak terbatas. Berarti siswa yang

mampu mengkonsentrasikan dan memfokuskan pikirannya dapat memberikan

atensi (perhatian) saat pembelajaran. Data motivasi dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

60

Tabel 8

Rekapitulasi Data Motivasi Siswa Selama KBM

No KategoriSkor Kriteria ∑ siswa

1. 81% < % skor ≤ 100% Sangat baik 62,5 %

2. 61% < % skor ≤ 80% Baik 37,5 %

3 41% < % skor ≤ 60% Cukup baik -

4. 21% < % skor ≤ 40% Kurang baik -

5. 0% < % skor ≤ 20% Tidak baik -

Ketuntasan klasikal motivasi 100 %

Tabel 8. Rekapitulasi Data Motivasi Siswa Selama KBM

Data pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa motivasi belajar dari seluruh siswa

telah memenuhi batas ketuntasan tingkat motivasi siswa, yaitu minimal kriteria

baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa merasa tertarik, percaya diri. Dengan

menggunakan model CTL dengan teknik word square siswa dapat termotivasi

belajarnya. Pernyataan tersebut seperti yang diungkapkan oleh Rasyid (2008)

siswa akan termotivasi jika apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya, relevan

dengan kebutuhan siswa, apa yang mereka pelajari menyebabkan mereka puas dan

menambah percaya diri.

Pencapaian motivasi yang termasuk dalam kategori baik ini disebabkan

karena di dalam pembelajaran terdapat upaya untuk memotivasi siswa belajar,

salah satunya yaitu dengan menumbuhkan minat dalam diri siswa. Pembelajaran

akan berjalan lancar apabila disertai minat yang ada dalam diri siswa. Menurut

Sardiman (2011) minat merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi

belajar siswa. Pada penelitian ini, minat siswa ditumbuhan dengan penggunaan

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

61

word square sebagai teknik pembelajaran, dimana siswa belajar dan bermain kata

– kata dalam word square seperti mengisi teka teki silang.

Slavin (1997) dalam Angkowo dan Kosasih (2007) menyatakan bahwa

motivasi adalah tenaga pendorong ataupun penarik yang menyebabkan adanya

tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Pendapat ini menunjukkan bahwa ada

upaya yang dapat menyebabkan seseorang mengalami perubahan tingkah laku.

Untuk itu motivasi sangatlah penting menunjang siswa untuk memperoleh hasil

belajar yang maksimal. Semakin besar motivasi yang ada dalam diri siswa, maka

semakin besar pula hasil belajar yang dicapai. Demikian pula, semakin tepat

motivasi yang diberikan guru, semakin baik pula hasil dari proses pembelajaran.

Termotivasinya siswa dalam pembelajaran tidak lepas dari upaya guru yang

berperan sebagai motivator. Pada pembelajaran ini guru menerapkan beberapa

cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Adapun beberapa cara tersebut

antara lain :

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran di setiap awal pertemuan. Rumusan

tujuan diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan alat motivasi yang

sangat penting, sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai karena

dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka dapat menimbulkan gairah

belajar. Penyampain tujuan di awal pembelajaran termasuk dalam komponen

CTL yaitu aspek Konstruktivisme.

2. Guru memberikan penghargaan berupa tepuk tangan, pujian dan pemberian

emoticon bagi siswa yang bertanya, menjawab pertanyaan, mengungkapkan

pendapat, dan melakukan presentasi di depan kelas. Pemberian penghargaan

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

62

ini menciptakan suasana yang tidak tegang/ menyenangkan di kelas dan

meningkatkan percaya diri siswa. Pemberian penghargaan merupakan salah

satu kelebihan model CTL agar siswa dapat bekerja secara maksimal dalam

kelompok masing masing.

3. Guru menanamkan rasa tanggung jawab bagi siswa. Ketua kelompok yang

berperan sebagai guru, anggota kelompok yang akan bekerja secara maksimal

dalam pembelajaran untuk menghargai upaya yang telah dilakukan ketua

kelompok. Adanya hal ini, menjadikan siswa termotivasi untuk belajar lebih

baik karena masing – masing siswa bertanggung jawab atas tugas yang

diembannya. Penanaman tanggung jawab termasuk dalam komponen CTL

pada aspek Learning Community

4. Guru menciptakan adanya persaingan atau kompetisi dalam pembelajaran.

Siswa terbagi menjadi beberapa kelompok, menciptakan adanya persaingan

yang memicu siswa untuk berusaha/bekerja lebih baik dibandingkan

kelompok lain dalam hal kualitas belajar, diskusi, maupun presentasi.

Penciptaan kompetisi dalam pembelajaran merupakan salah satu kelebihan

model CTL.

5. Guru memberikan kesempatan siswa untuk berpikir kritis dalam

pembelajaran yaitu dengan siswa diberi bacaan dan siswa diberi kesempatan

untuk menyusun pertanyaan dan jawaban dari bacaan yang diberikan oleh

guru. Hal ini merupakan proses perpindahan dari pengamatan menjadi

pemahaman, agar siswa dapat berpikir lebih kritis. Dalam penelitian ini siswa

diberi kesempatan berpikir kritis yang merupakan aspek Inquiry pada CTL.

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

63

Keempat cara yang telah dipaparkan diatas dapat ditemukan di langkah – langkah

Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan teknik

word square. Pembelajaran dengan model CTL dan teknik word square

menjadikan suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan siswa menjadi

antusias untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya.

Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran menggunakan Model CTL dengan

teknik word square efektif dalam pencapaian motivasi belajar siswa SD N Baledu

karena dari pengukuran motivasi belajar siswa dengan menggunakan angket,

seluruh siswa termasuk dalam kriteria baik.

4.7 Kinerja Guru

Kinerja guru diamati dengan lembar observasi, kinerja yang diamati yaitu

saat proses pembelajaran. Pada aspek proses pembelajaran dibedakan menjadi

memeriksa kehadiran siswa, menyampaikan apersepsi dan motivasi,

menyampaikan tujuan pembelajaran dan kesepakatan pembelajaran,

menyampaikan garis besar materi, mengorganisasi siswa dalam kelompok,

menjelaskan lembar disekusi siswa (LDS), membimbing siswa saat diskusi,

memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan pendapat atau tanggapan,

membimbing siswa saat bermain word square, dan membimbing siswa

menyimpulkan pembelajaran.

Langkah – langkah proses pembelajaran yang dinilai dari kinerja guru

merupakan kumpulan dari aspek – aspek dalam CTL. Aspek Konstruktivisme

terdiri dari aspek guru memeriksa kehadiran siswa, guru menyampaikan apersepsi

dan motivasi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kesepakatan belajar.

Aspek Inquiry terdiri dari menyampaikan penjelasan garis besar materi,

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

64

menjelaskan lembar diskusi siswa. Aspek selanjutnya adalah aspek Questioning

berupa guru menyampaikan penjelasan garis besar materi. Aspek Learning

community terdiri dari membimbing siswa saat diskusi dan memberi kesempatan

siswa untuk menyampaikan pendapat/tanggapan. Aspek Modeling ditunjukkan

dalam guru membimbing siswa saat bermain word square. Aspek yang terakhir

adalah aspek Reflection yaitu membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran.

Hasil observasi kinerja guru di siklus I dan siklus II memenuhi kriteria

sangat tinggi. Pada siklus I presentase sebesar 100% dan pada siklus II juga

didapatkan presentase sebesar 100%, itu artinya kinerja guru dalam pembelajaran

dengan model CTL dan teknik word square sangat baik dan melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah

dibuat. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16. Hal ini tidak terlepas

dari tindakan-tindakan guru sepertiguru berusaha menumbuhkan rasa percaya diri

siswa dalam belajar, guru berusaha mempertahankan perhatian siswa untuk tetap

konsentrasi dalam pembelajaran dan lebih banyak memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengemukakan pendapat. Menurut Suparlan (2009),

kreativitas guru juga mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan yang

menarik bagi siswa.

Guru dapat memotivasi siswa untuk dapat melibatkan diri di dalam proses

pembelajaran, selain itu guru mampu menciptakan suasana aktif di dalam

pembelajaran. Model pembelajaran CTL dan teknik word square dapat diterapkan

guru dengan baik, hal ini berakibat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran.

Majid (2005) menyatakan bahwa salah satu unsur yang memainkan peran penting

dalam menentukan keberhasilan proses belajar adalah bagaimana cara guru

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

65

menyampaikan materi. Proses pembelajaran akan dikatakan berhasil jika keaktifan

dan motivasi belajar siswa meningkat. Hasil pengamatan kinerja guru pad asiklus

I dan siklus II disajikan dalam bentuk histogram di bawah ini

Gambar 4. Histogram Kinerja Guru Setiap Siklus

Gambar 4.

Histogram Kinerja Guru Setiap Siklus

4.8 Tanggapan Siswa

Hasil analisis tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran CTL dengan teknik word square pada materi

teks panjang, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan tanggapan

positif terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung (Tabel 9).

Model pembelajaran CTL dan teknik word square berbeda dengan model

yang biasanya digunakan oleh guru. Model ini menjadikan siswa lebih mudah

untuk belajar, tidak membosankan dan pembelajaran menjadi menyenangkan.

Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran berpengaruh terhadap motivasi dan

keaktifan siswa. Siswa tertarik mengikuti pembelajaran, maka rasa ingin tahu

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

66

siswa juga meningkat sehingga siswa lebih termotivasi dalam mengikuti

pembelajaran. Siswa telah termotivasi maka aktivitas siswa dalam pembelajaran

meningkat.

Ketertarikan dan tanggapan positif yang ditunjukkan siswa ini dipengaruhi

oleh kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam pembelajaran. Kegiatan membaca

dan diskusi bersama kelompok dapat membuat siswa semangat, karena siswa

dapat mengeluarkan pendapat dengan teman kelompok. Kegiatan diskusi mampu

meningkatkan kerjasama antar siswa. Data selengkapnya ada di lampiran 18.

Pada akhir pembelajaran guru memberikan penguatan dan umpan balik

terhadap materi yang telah didiskusikan oleh siswa, sehingga siswa menjadi

menyukai cara mengajar guru dan lebih memperhatikan penjelasan yang diberikan

oleh guru. Ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran dan cara guru

mengajar akan membuat siswa menjadi antusias dalam pembelajaran dan

memudahkan siswa dalam memahami materi, terlihat aktivitas dan motivasi

belajar siswa termasuk dalam kriteria baik. Rekapitulasi hasil tanggapan siswa

disajikan pada Tabel 9.

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

67

Tabel 9

Rekapitulasi Hasil Tanggapan Siswa

No

. Pernyataan

Tanggapan siswa

Ya (%) Tidak (%)

1. Menarik dan menyenangkan. 96 % 4 %

2. Memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran.

100 % 0 %

3. Membantu siswa untuk memahami materi Teks

Panjang.

92 % 8 %

4. Membuat siswa lebih tertarik untuk melakukan

diskusi.

100 % 0 %

5. Memotivasi siswa untuk berpikir lebih kritis dan

logis

92 % 8 %

6. Membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

100 % 0 %

7. Membuat suasana kelas menjadi lebih hidup. 100 % 0 %

8. Meningkatkan kerjasama antar siswa. 96 % 4 %

9. Melatih siswa untuk saling menghargai 88 % 12 %

10. Membuat siswa mengakaitkan biologi dengan 75 % 25 %

kehidupan sehari-hari Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Tanggapan Siswa

4.9 Tanggapan Guru

Tanggapan guru diperoleh dari wawancara langsung dengan guru mata

pelajaran kelas IV SD N Baledu Ibu Hartati, S.Pd.SD. Berdasarkan hasil

wawancara, terlihat bahwa guru memberikan tanggapan positif terhadap

pembelajaran menggunakan teknik word square. Guru memberikan kesan

terhadap pembelajaran materi teks panjang menggunakan teknik pembelajaran

word square sangat berkesan dan menyenangkan bagi guru dan siswa saat proses

pembelajaran. Aktivitas belajar siswa ketika penyampaian materi menggunakan

teknik pembelajaran word square, semua siswa aktif dalam pembelajaran dan

siswa memahami materi sehingga siswa dapat membuat soal dan jawaban sesuai

dengan materi. Guru merasa sangat terbantu untuk mewujudkan kelas yang aktif

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

68

dan membangkitkan berpikir kritis siswa untuk dapat membuat soal. Guru melihat

perubahan aktivitas siswa yang semakin meningkat. Hasil wawancara dapat

dilihat di Tabel 10.

Tabel 10

Tanggapan Guru Terhadap Penerapan Model CTL dengan

Teknik Word Square

Pertanyaan Jawaban

Bagaimana kesan ibu terhadap

pembelajaran materi teks panjang

menggunakan teknik pembelajaran

word square

Pembelajaran materi teks panjang

menggunakan teknik pembelajaran

word square sangat berkesan dan

menyenangkan bagi guru dan siswa

Bagaimana aktivitas belajar siswa

ketika penyampaian materi

menggunakan teknik pembelajaran

word square

Semua siswa aktif dan memahami

materi, sehingga siswa dapat membuat

soal dan jawaban sesuai dengan materi

Kesulitan apa saja yang ditemukan

dalam pembelajaran menggunakan

teknik pembelajaran word square

Kesulitannya adalah meletakkan

jawaban agar terbentuk teka teki silang,

jadi harus penuh ketelitian

Apakah ada peningkatan aktivitas

pembelajaran setelah diterapkan teknik

pembelajaran word square

Ada peningkatan, yaitu semua siswa

aktif mencari soal dan jawaban sesuai

dengan bacaan atau materi yang

diberikan

Apakah ada peningkatan motivasi

belajar antara siswa setelah diterapkan

teknik pembelajaran word square

Ada peningkatan motivasi belajar

siswa, anak menjadi membaca bacaan

yang dikehendaki dan membuat soal

beserta jawabannya sesuai bacaan

Tabel 10. Tanggapan Guru Terhadap Penerapan Model CTL dengan Teknik Word Square

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

69

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran menggunakan model

pembelajaran CTL dengan teknik word square yang diterapkan dapat diterima dan

ditanggapi secara positif oleh guru maupun siswa, karena dengan pembelajaran

tersebut menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar dan motivasi belajar

siswa.

Model pembelajaran CTL dengan teknik word square dapat diterapkan

dalam proses pembelajaran selanjutnya. Hal ini dikarenakan karena model CTL

mengandung tujuh komponen yang berkaitan erat dengan kegiatan pembelajaran

di sekolah. Ditambahkan lagi dengan teknik word square dimana siswa

mengerjakan soal seperti mereka bermain teka teki silang, dengan mengisikan

jawaban, mencocokkan jawaban dengan kotak yang tersedia di lembar word

square. Siklus II siswa hanya diberi cerita dan mereka membuat sendiri soal –

soal dan menentukan jawaban sendiri. Serta siswa membuat kotak – kotak teka

teki silang dengan menuliskan jawaban di dalam kotak – kotak tersebut. Siklus II

aktivitas siswa meningkat, hasil penelitian mencapai lebih dari kriteria

ketuntasan.Di siklus II siswa bebas berkreasi dengan kemampuan mereka masing

– masing. Selain itu siswa dibimbing dari awal oleh guru, sehingga siswa mulai

terbiasa dengan model pembelajaran ini.

Proses CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu

Konstruktivisme (membangun), Inquiry (menemukan), Questioning (bertanya),

Learning Community (komunitas belajar), Modeling (pemodelan), Reflection

(refleksi), Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya). Ketujuh komponen

tersebut terangkum dalam kegiatan pembelajaran pada rencana pelaksanaan

pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer, guru

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN …

70

melaksanakan pembelajaran urut dan runtut sesuai dengan RPP. Tanggapan guru

pun sangat positif terhadap model pembelajaran ini.

Menurut tanggapan guru, model pembelajaran ini dapat meningkatkan

aktivitas siswa secara signifikans. Motivasi belajar para siswa pun meningkat, ini

terbukti dengan hasil angket yang menunjukkan kriteria bagus. Siswa merasa

model pembelajaran ini sangat menarik dan tidak membosankan. Hasil tanggapan

guru dan tanggapan siswa membuktikan bahwa model pembelajaran CTL dengan

teknik word square dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran

dalam kegiatan belajar mengajar.