panduan skill lab 4.2tht 2014

25
PANDUAN SKILL LAB PEMERIKSAAN THT BLOK 4.2 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS JAMBI 2014/2015

Upload: muhammadfahmiibnutsaqif

Post on 08-Jul-2016

266 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Panduan Skill Lab 4.2THT 2014

TRANSCRIPT

PANDUAN SKILL LABPEMERIKSAAN THT

BLOK 4.2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERUNIVERSITAS JAMBI

2014/2015

LEARNIG OBJEKTIF1. Mahasiswa mampu melakukan pemerksaan telinga dengan benar secara lege artis

2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan hidung dengan benar secara lege artis3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tenggorok dengan benar secara lege artis4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan garpu tala dengan benar secara lege artis.

PEMERIKSAAN TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK

I. PEMERIKSAAN TELINGAA. Anatomi

1. Aurikula Bagian dari aurikula dapat dilihat pada gambar di bawah ini

2. Meatus Akustikus Eksterna MAE berbentuk tabung yang terdiri dari 2 bagian :

a. Bagian lateral adalah pars kartilago dimana merupakan kelanjutan dari aurikula, mempunyai rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumenalis. Kulit melekat erat dengan perikondrium

b. Bagian medial adalah pars osseus yang merupakan bagain dari os temporale, tidak berambut, terdapat penyempitan yaitu ismus MEA dan tidak mobil terhadap sekitarnya

3. Membran timpania. Posisi : membentuk sudut 45 dengan bidang horisontal dan sagital. Tepi bawah

terletak 6 mm lebih medial dari tepi atas. Pada bayi < 1 tahun letaknya lebih horisontal dan frontal

b. Warna : putih mengkilat seperti mutiarac. Ukuran : tinggi 9-10 mm, lebar 8-9 mmd. Bentuk : oval yang condong ke anterior

Bagian- bagian membran timpaniPembagian kuadran:

2

Keterangan :9. lobulus11. heliks12. krus heliks15.anti heliks16. fossa triangular17. krus antiheliks18. fossa skapoid19. konka aurikula20. kimba konkalis21. cavitas konka22. antitragus23. tragus24. incisura anterior25. incisura intertragus26. tuberkulum aurikula29. tuberkulum supratragus

a. pars tensa : terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan luar adalah kulit tipis, lapisan tengah adalah membrana propia yang terdiri dari serat radier dan sirkuler, lapisan medial adalah muksa.

- manubrium mallei- umbo- prosesus brevis- refleks cahaya (timbul karena posisi membran timpani di temapt itu tegak lrus

terhadap cahaya)- plika anterior dan plika posterior

b. pars flasida = memrana schrapnelli

4. Telinga tengah 5. Telinga dalam

B. Patologi1. Aurikula

Kongenital : fistula preaurikularis kongenital, mikrotia Infeksi : erisepelas, dermatitis aurikularis, perikondritis, herpes zooster oticus

dsb Trauma : othematoma, pseudoothematoma Tumor : ateroma

2. MAE Kongenital : atresia kongenital, Stenosis kongenital Infeksi : furunkel, granulasi, otitis eksterna difusa, otomikosis (hitam pada liang

telinga) Tumor : polip, papiloma, karsinoma Korpus alienum serumen

3. Membran Timpani Perubahan warna : -hiperemis akibat radang

- Kuning : otitis serosa- Putih : jamur atau asidum borikum puleratum

Perubahan posisi : oRetraksi

- manubrium mallei memendek karena tertarik ke medial dan lebih horisontal

- Refleks cahaya berubah bentuk atau hilang sama sekali- Prosesus brevis menonjol keluar- Plika posterior lebih jelas- Plika anterior tak tampak karena tertutup oleh prosesus brevis yang

menonjoloBulging : membran timpani terdesak ke lateral, cembung, warna merah

- Perubahan struktur- Perforasi : letak : sentral,marginal, atik- Bentuk : bulat, oval, ginjal, jantung, total, sub total- Ruptura : akibat trauma ( berbentuk bintang dan ada bekuan darah)

3

- Atrofi membran timfani : bekas operasi yang sudah menutup- Granulasi

C. Pelaksanaan 1. Pasang lampu kepala sehingga tabung lampu berada diantara kedua mata2. Cara duduk

- Penderita duduk di depan pemeriksa- Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri penderita- telinga dipegang dengan ujung jari- Waktu memeriksa telinga yang kontralateral, hanya posisi kepala penderita

yang diubah. Kaki lutut penderita dan pemeriksa tetap pada keadaan semula 3. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pemeriksaan4. Lakukan inspeksi telinga luar dan palpasi tragus, daun telinga dan sekitarnya serta

daerah belakang telinga.5. Lakukan pemeriksaan Meatus Akustikus Eksterna. Pemeriksaan dapat menggunakan

spekulum atau tidak. Bila tidak menggunakan spekulum lakukan penarikan aurikula ke arah posterosuperior(untuk dewasa), inferior anterior (untuk anak-anak) untuk meluruskan MAE dengan cara aurikula dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV dan V pada planum mastoid

6. Lakukan pemeriksaan membran timpani yang dapat dilakukan dengan bantuan otoskopi. Cara memegang otoskop sebagai berikut :

- Pilih spekulum telinga yang sesuai dengan besar lumen MAE- Nyalakan lampu otoskop- Masukkan spekulum telinga pada MAE

7. Apabila diperlukan, berikut cara memilin kapas: - Ambil kapas sedikit, letakkan pada pemilin kapas dengan ujung pemilin

berada di dalam tepi kapas.- Pilin perlahan-lahan searah dengan jarum jam- Untuk melepasnya, ambil sedikit kapas, putar berlawanaan arah jarum jam

8. Lakukan Tes Pendengaran. Tes pendengaran ada beberapa macam yaitu tes bisik dan garputala.a. Teknik Tes Bisik Modifikasi :

Tes dikerjakan di ruang kedap suara, dibisikkan 10 kata-kata yang berdesus seperti ”surabaya”, dalam jarak 6 M lalu pemeriksa maju 1 meter.

b. Ada 3 jenis tes garputala dengan frekuensi 512 Hz yang sering dilakukan :- Tes Rinne- Tes Weber- Tes Schwabach

Tes Rinne- Tujuan : membandingkan antara hantaran tulang dan udara pada satu telinga

penderita- Cara :

a. Bunyikan garputala frekuensi 512 Hz letakkan tangkainya tegak lurus pada palnum mastoid penderita (posterior dari MAE) sampai penderita tidak mendengar, kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita.

4

Apabila penderita masih mendengar garputala di depan MAE disebut Rinne positif, bila tidak mendengar disebut Rinne negatif

b. Bunyikan garputala frekuensi 512 Hz, letakkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid, kemudian cepat pindahkan ke depan MAE, penderita ditanya mana yang lebih keras. Bila lebih keras di depan disebut Rinne positif, bila lebih keras di belakang disebut Rinne negatif.

- Interprestasi : 1. Normal : Rinne positif2. Tuli konduksi : Rinne negatif3. Tuli sensorineural : Rinne positif

Kadang-kadang terjadi false Rinne (pseudo positif atau pseudo negatif) terjadi jika stimulus bunyi ditangkap oleh telinga yang tidak di tes, hal ini dapat terjadi bila telinga yang tidak di tes pendengarannya jauh lebih baik daripada yang ditesKesalahan :- garputala tidak diletakkan dengan baik pada mastoid atau miring, terkena

rambut, jaringan lemak tebal sehingga penderita tidak mendengar atau getaran terhenti karena kaki garputala tersentuh aurikulum

- penderita terlambat memberi isyarat waktu garputala sudah tidak terdengar lagi, sehingga waktu dipindahkan di depan MAE getaran garputala sudah berhenti.

Tes Weber- Tujuan : membandingakn hantaran tulang antara kedua telinga penderita.- Cara :

garputala frekuensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus di garis median, biasanya di dahi (dapat pula pada vertek, dagu atau pada gigi insisivus) dengan kedua kaki pada garis horisontal. Penderita diminta untuk menunjukan telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Bila mendeangar pada satu telinga disebut lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Bila kedua telinga tak mendegar atau sama-sama mendengar berarti tak ada lateralisasi

- Interprestasi :a. Normal : tidak ada lateralisasib. Tuli konduksi : mendengar lebih keras di telinga yang sakitc. Tuli sensorineural : mendengar lebih keras pada telinga yang sehat

Karena menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinannya dapat lebih dari satuContoh lateralisasi ke kanan, dapat diinterprestasikan :

1. Tuli konduksi kanan, telinga kiri normal2. Tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi kanan lebih berat

5

3. Tuli sensorineural kiri, telinga kanan normal4. Tuli sensorineural kanan dan kiri tetapi kiri lebih berat5. Tuli konduksi kanan dan tuli sensori neural kiri

Tes Schwabach- Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang antara penderita dengan

pemeriksa- Cara :

1. garputala frekuensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus pada mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya garputala dipindahkan ke mastoid penderita. Bila penderita masih mendengar berarti schwabach memanjang, tetapi bila penderita tidak mendengar, terdapat 2 kemungkinan yaitu schwabach memendek atau normal

2. garputala frekuensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus pada mastoid penderita, bila penderita sudah tidak mendengar, secepatnya garputala dipindahkan ke mastoid pemeriksa. Bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama normal, bila pemeriksa masih mendengar berarti schwabach penderita memendek.

- Interprestasi :a. Normal : schwabach normalb. Tuli konduksi : schwabach memanjangc. Tuli sensorineural : schwabach memendek

Kesalahan :1. garputala tidak tegak lurus dengan baik, kakinya tersentuh hingga bunyi

menghilang2. isyarat menghilangnya bunyi tidak segera diberikan oleh penderita.

RINGKASANTuli konduksi Tes Tuli

sensorineuralTak dengar huruf lunakDengar huruf desis

Tes bisik Dengar huruf lunakTak dengar huruf desis

Normal Batas atas MenurunNaik Batas bawah NormalNegatif Rinne Positif

False positif/negatif

Lateralisasi ke sisi sakit

Weber Lateralisasi ke sisi sehat

Memanjang Schwabach Memendek

6

II. PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS PARANASALA. Anatomi

Batas Kavum Nasi :Medial : septum nasiLateral : konka superior, medius dan inferior. Meatus superior, media dan inferiorAnterior : introitus kavum nasi (=nares)Posterior : koaneSuperior : lamina kribosaInferior : palatum durumSemua dilapisi oleh mukosa. Mukosa dekat atap kavum nasi mengandung serabut N.

Olfaktorius

Sinus paranasalis : golongan anterior, terdiri dari :

- sinus maksilaris, sinus eithmoidalis anterior, sinus frontalis- ostia dari sinus ini didapati dalam meatus medius

- pus dalam meatus medius mengalir ke vestibulum nasi golongan posterior, terdiri dari :

- sinus eithmoidalis posterior, sinus sfenoidalis - Ostia dari sinus ini didapati dalam meatus superior pus dalam meatus superior

mengalir ke dalam

B. Pelaksanaan1. Inspeksi, perhatikan :

- Kerangka dorsum nasi : lebar (polip nasi), miring (fraktur), saddle nose pada lues, lorgnet nose pada abses septum nasi

- Luka-luka, warna, udem, ulkus nasolabial- Bibir atas : laserasi akibat sekresi dari sinusitis, adenoiditis

2. Palpasi, perhatikan :- Dorsum nasi : krepitasi, deformitas (tanda fraktur os nasalis)- Ala nasi : sangat sakit pada furunkel vestibulum nasi- Regio frontalis untuk sinus paranasalis :

a. menekan lantai sinus frontalis , dengan ibu jari tekan ke arah medio superior dengan tenaga yang optimal dan simetris (tenaga kiri=kanan)

7

Nilai : mempunyai nilai bila ada perbedaan reaksi, sinus yang lebih sakit ialah sinus yang patologis

b. Menekan dinding muka sinus frontalis, dengan ibu jari tekan ke arah medial dengan tenaga yang optimal dan simetris, pada tempat yang simetris dan tidak boleh pada foramen supra orbitalis sebab di sana ada N. Supraorbitalis

Nilai : seperti di atasc. Fosa kanina (untuk sinus maksilaris ) : syarat-syarat seperti dia tas, tetapi

jangan tekan pada foramen infra0orbitalis sebab ada N. Infra orbitalis 3. Lakukan Pemeriksaan Rhinoskopi Anterior

a. Siapkan Alat yang akan digunakan :- spekulum hidung haertmann- pinset (angulair)-bayonet (lucae)- aplikator- pipa penghisap- kaca rinoskopi posterior

b. Pegang spekulum dengan tangan kiri. Posisi spekulum horisontal, tangkai lateral, mulutnya medial (masuk dalam lubang hidung)

c. memasukan spekulum dengan teknik mulut spekulum dalam keadaaan tertutup, masukkan ke dalam kavum nasi dan mulut spekulum dibuka lebar-lebar. Lakukan pemeriksaan sebagai berikut :

1. Bagian vestibulum sisi lateral dengan mendorong spekulum ke lateral, sisi medial dengan mendorong nya ke medial, sisi superior dengan mendorongnya ke atas dan sisi inferior dengan mendorongnya ke bawah. Perhatikan apakah ada sekret, krusta, bisul

2. Memeriksa kavum nasi bagian bawah, arahkan cahaya lampu ke kavum nasisehingga sejajar dengan konka inferior, perhatikan :

- Warna mukosa dan konka inferior hiperemia, anemia, biru- Besarnya lumen kavum nasi- Lantai kavum nasi- Septum deviasi, bentuk krista atau spina.

3. Memeriksa kavum nasi bagian atas, dengan teknik sebagai berikut : Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi bagian atas (kepala ditengadahkan). Perhatikan : kaput dari konka; meatus medius : pus, polip ; septum bagian atas : mukosa, posisi (devisi sampai menekan konka media) ; fissura olfaktoria

4. Memeriksa septum nasi. Septum deviasi berbentuk spina septi, krista septi, huruf S

d. mengeluarkan spekulum dengan cara sebagai berikut mulut spekulum ditutup 90 %, baru dikeluarkan. Jika ditutup 100%, maka kemungkinan ada bulu rambut yang terjepit dan ikut tercabut keluar.

8

4. Lakukan pemeriksaan rhinoskopi posterior (menyinari koana dan dinding nasofaring dengan cahaya yang dipantulkan oleh suatu cermin yang ditempatkan dalam nasofaring) dengan teknik sebagai berikut :a. Syarat yang harus dipenuhi :

- Harus ada tempat yang cukup luas buat menempatkan kaca. Untuk itu maka lidah tetap di dalam mulut dan ditekankan ke bawah dengan spatula

- Harus ada jalan yang lebar antara uvula dan faring, agar cahaya yang dipantulkan oleh cermin, dapat masuk ke dalam nasofaring.

- Untuk keperluan itu penderita harus bernafas dari hidug, sehingga palatum mole akan bergerak ke bawah, untuk memberi jalan kepada udara yang dari kavum nasi ke apru-paru dan sebaliknya.

b. Persiapkan alat-alat yang akan dipakai : Cermin yang kecil, spatula penekan lidah, lampu spiritus.

c. Pegang cermin dengan tangan kanand. Punggung cermin dipanasi pada lampu spiritus. Temperatur cermin di cek

dengan menyentuhkan pada punggung tangan kiri (panasnya harus lebih sedikit dari 37C). Tangkai cermin dipegang seperti memegang pensil dan cermin diarahkan ke atas

e. Mulut dibuka lebar-lebar. f. Lidah ditarik ke dalam mulut, tak boleh digerakkan dan tak boleh dikeraskan.

Penderita disuruh bernafas dari hidungg. ujung spatula diletakkan pada punggung lidah, dimuka uvula. Lidah ditekan

ke bawah, hingga diperoleh tempat yang cukup luas untuk menempatkan cermin. Karena median ada uvula, maka tempat yang cukup luas itu lebih cepat diperoleh bila lidah ditekan di paramedial kanan dari penderita

h. memasukkan cermin ke dalam faring antara faring dan palatum mole kanani. cermin disinarij. Tahap Pemeriksaan :

- Memeriksa bagian kanan penderita Karena cermin letaknya para median, maka kelihatan kauda konka media

kanan. Lihat gambar yang ada di dalam cermin. Putar tangkai cermin ke medial sehingga kelihatan margo posterior septum nasi di tengah-tengah cermin. Putar tangkai cermin ke kanan sehingga kelihatan konka. Konka yang paling besar ialah kauda dari konka inferiorPerhatikan kauda konka superior dan meatus medius. Tangkai cermin diputar terus ke kanan. Kelihatan ostium dan dinding-dinding tuba.

- Memeriksa bagian kiri

9

Putar tangkai cermin ke medial, hingga tampak margo posterior dari septum nasi. Putar terus tangkai cermin ke kiri sehingga tampak berturut-turut konka media kanan dan tuba kanan.

- Memeriksa atap nasofaringTangkai cermin diputar kembali ke medial sehingga pada cermin kelihatan kembali margo posterior septum nasi. Sesudah itu tangkai cermin dimasukkan sedikit atau cermin direndahkan sedikit.

- Memeriksa kauda konka inferiorTangkai cermin direndahkan, atau cermin dinaikkan. Biasanya kauda konka inferior tak dapat terlihat. Dapat dilihat bila konka inferior hipertrofi, bentuknya seperti murbei.

- Perhatikan pada setiap bagian adakah :Radang : pus ada meatus medius dan meatus superior adenoiditis, ulkus pada dinding nasofaringTumor : poliposis, karsinoma.

Hal-hal yang perlu diperhatikan : Hendaknya spatula ditekankan pada tempat yang optimal. Jika terlalu jauh

reflek muntah. Ujung spatula dapat bergeser bila kepala penderita bergerak. Fiksasi spatula dapat dilaksanakan sebagai berikut :

Memegang spatula :- Ibu jari di bawah- Jari II dan III di atas, jari IV di atas dagu- Jari V di bawah dagu

Mengadakan koordiasi antara tangan kiri, tangan kanan, kepala, arah cahaya lampu dan mata yang harus melihat gambar di kaca

Kaca yag terlalu panas sakit Kaca terlalu dingin kabur Kaca menyentuh faring dan spatula dari logam (rasa logam di lidah)

menimbulkan reflek muntah

4. Lakukan pemeriksaan Transluminasi a. Dikerjakan dalam kamar gelapb. Alat : lampu listrik dari 6 volt bertangkai panjang (Heyman)c. Cara melakukan :

10

Sinus frontalis- Lampu diteksnksn pada lantai sinus frontalis- Lampu ditekankan ke arah media- superior- Cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan tangan kiri- Hasilnya bila sinus normal maka dinding depan akan kelihatan terang

Sinus maksilarisCara 1 :

- Mulut dibuka lebar-lebar- Lampu ditekankan pada margo inferior orbita ke arah inferior- Cahaya yang memancar ke depan ditutup dengan tangan kiri- Hasilnya bila sinus normal maka palatum durum homolateral tampak

terangCara ke 2 :

- Mulut dibuka- Kedalam mulut dimasukkan lampu yang tealh diselubungi tabung gelas- Mulut ditutp rapat-rapat- Cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas ditutup dengan tangan

kiri- Hasilnya pada sinus normal, daearah dinding depan di bawah orbita

terlihat bayangan terang berbentuk bulan sabitd Penilaian : Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada perbedaan antara kanan

dan kiri

III. PEMERIKSAAN TENGGOROK

A. Anatomi1. Kavum oris

Batas anterior : bibirPosterior : arkus anteriorInferior : dasar mulutSuperior : palatum mole dan palatum durum

2. Tonsil :- Terdiri atas jaringan limfoid, banyak kanalikuli yang bercabang-cabang- Ujung saluran berada di permukaan tonsil sehingga tampak berlubang-lubang- Dalam kanalikuli dijumpai detritus yang merupakan kumpulan leukosist, epital,

bakteri yang sudah mati dan terlihat pada ostia sebagai titik putih- Penonjolan dari fossa tonsilaris, di muka dibatasi arkus palatoglossus (arkus

anterior) dan di belakang oleh arkus palatofaring (arkus posterior)

3. Faring : terbagi menjadi 3 bagian yaitu epifaring (nasofaring), mesofaring (orofaring) dan hipofaring (faringofaring)

B. Pelaksanaan1. Lakukan Inspeksi daerah mulut. Perhatikan :

11

trismus, gerakan bibir dan sudut mulut, mukosa dan ginggiva, gigi geraham rusak yang dapat menyebabkan sinusitis maksilaris (P2,P1, M1 M2, M3 atas), lidah : parese, arofi, tumor, Palatum durum, prosesus alveolaris bengkak

2. Bila diperlukan dapat dilakukan palpasi pada lidah dan perkusi pada gigi dan geraham, terasa sakit jika ada radang.

3. Lakukan pemeriksaan Tonsil dan Faring dengan teknik sebagai berikut :Mulut dibuka lebar-lebar, lidah ditarik ke dalam. Dilunakkan, lidah ditekan ke bawah, di bagian medial.Lidah ditekan anterior dari tonsil, hingga kelihatan pole bawah tonsil. Lakukan penilaian terhadap :

a. mobilitas tonsil, besar tonsil ditentukan sebagai berikut :T0 : tonsil telah diangkatT1 : dalam arcus anteriorT2 : tidak melebih ½ dari jarak arcus anterior dan uvulaT3 : lebih dari ½ jarak arcus anterior dan uvula T4 : bila besarnya mencapai uvula

T1 T2

T3 T4

b. patologi dari tonsil dan palatum mole- Tonsilitis akut : hipereremis, titik-titik putih pada tonsil- Tonsilitis kronik : arkus anterior merah, ditekan sakit- Abses peritonsil : ismus fausium kecil, tonsil terdessaj ke medial, sekitar

tonsil merah dan udem, uvula terdesak kontralateral udeamtus- Difteria : pseudomembran warna kotor, hemoragis, ada aygn diluar batas

tonsil, mukosa noramal, bullneck- Tumor : keras, fiksasi tonsil asymetris

c. patologi faring- faringitis akut hipereremis- faringitis kronik hanya granul merah

12

5. Lakukan inspeksi dan palpasi daerah leher.

CHECKLIST PEMERIKSAAN TELINGA

13

No. Kriteria Skor0 1 2 3

1 Sambung rasa2 Menjelaskan tujuan pemeriksaan3 Memposisikan penderita duduk didepan pemeriksa4 Mempersiapkan alat (lampu kepala, otoskop, )5 Memasang lampu kepala6 Melakukan inspeksi aurikula (telinga sehat)

(congenital:fistula preaurikularis kongenital, mikrotiaInfeksi:erisepelas, dermatitis aurikularis, perikondritis, herpes zooster oticus Trauma: othematoma, pseudoothematomaTumor: ateroma

7 Melakukan palpasi( teliga sehat)Palpasi aurikula, nyeri tarik aurikula dan nyeri tekan tragus. Palpasi belakang telinga,

8 Melakukan inspeksi MAE pada telinga sehat (bisa menggunakan spekulum atau tidak)(Kongenital : atresia kongenital, Stenosis kongenitalInfeksi : furunkel, granulasi, otitis eksterna difusaTumor : polip, papiloma, karsinomaKorpus alienum)Jaringan Granulasi

9 Melakukan inspeksi membran timpani pada telinga sehat menggunakan otoskopi Perubahan warna :hiperemis akibat radang,1.Perubahan posisi: Retraksi: manubrium mallei memendek karena tertarik ke medial dan lebih horizontal,Refleks cahaya berubah bentuk atau hilang sama sekali Prosesus brevis menonjol keluar, Plika posterior lebih jelas, Plika anterior tak tampak karena tertutup oleh prosesus brevis yang menonjolBulging : membran timpani terdesak ke lateral, cembung, warna merah2.perubahan strukturPerforasi : letak : sentral,marginal, atikBentuk : bulat, oval, ginjal, jantung, total, sub totalatrofi : bekas operasi yang sudah menutup.

10 Melakukan inspeksi aurikula (telinga sakit)(congenital:fistula preaurikularis kongenital, mikrotiaInfeksi:erisepelas, dermatitis aurikularis, perikondritis, herpes zooster oticus Trauma: othematoma, pseudoothematomaTumor: ateroma

11 Melakukan palpasi( teliga sakit)Palpasi aurikula, nyeri tarik aurikula dan nyeri tekan tragus. Palpasi belakang telinga,

12 Melakukan inspeksi MAE pada telinga sakit (bisa menggunakan spekulum atau tidak)(Kongenital : atresia kongenital, Stenosis kongenitalInfeksi : furunkel, granulasi, otitis eksterna difusaTumor : polip, papiloma, karsinomaKorpus alienum)Jaringan Granulasi

13 Melakukan inspeksi membran timpani pada telinga sehat menggunakan otoskopi Perubahan warna :hiperemis akibat radang,1.Perubahan posisi: Retraksi: manubrium mallei memendek karena tertarik ke medial dan lebih horizontal,Refleks cahaya berubah bentuk atau hilang sama sekali Prosesus brevis menonjol keluar, Plika posterior lebih jelas, Plika anterior tak tampak karena tertutup oleh prosesus brevis yang menonjolBulging : membran timpani terdesak ke lateral, cembung, warna merah2.perubahan struktur

14

CHECKLIST PEMERIKSAAN GARPUTALA

15

No. Kriteria Skor0 1 2 3

1 Sambung rasa2 Menjelaskan tujuan pemeriksaan

Mempersiapkan alat

3 Melakukan pemeriksaan RINNE pada telinga kanan Meletakka garpu tala di os mastoid setelah penderita tidak mendengar garpu tala dipindahkan ke depan telinga

4 Melakukan pemeriksaan RINNE pada telinga kiriMeletakka garpu tala di os mastoid setelah penderita tidak mendengar garpu tala dipindahkan ke depan MAE

5 Interprtestasi pemeriksaan RINNERinne (+) jika penderita masih mendengar getaran garputala di depan MAERinne (-) penderita tidak mendengar getaran garputala di depan MAE

6 Melakukan pemeriksaan WEBERGarpu tala yang digetarkan tangkainya diletakkan tegak lurus di garis median (dahi, vertek, dagu atau pada gigi insisivus)Penderita diminta untuk menunjukkan telinga yang mendengar atau mendengar lebih keras

7 Interprestasi pemeriksaan WEBERBila lebih keras/terdengar disebelah kanan/kiri maka lateralisasi kanan/kiriBila kedua telinga tak mendengar/ sama mendengar maka tak ada lateralisasi

8 melakukan pemeriksaan SWABACH (teliga kanan penderita, disesuaikan dengan telinga pemeriksa)

garputala dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus pada mastoid pemeriksa

bila pemeriksa sudah tidak mendengar secepatnya garputala dipindahkan ke mastoid penderita.

9 Interprestasi: Bila penderita masih mendengar : schwabach

memanjang. bila penderita tidak mendengar, schwabach

memendek atau normal10 garputala dibunyikan kemudian tangkainya

diletakkan tegak lurus pada mastoid penderita. bila penderita sudah tidak mendengar, secepatnya

garputala dipindahkan ke mastoid pemeriksa.

11 Interprestasi: Bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama

normal bila pemeriksa masih mendengar berarti

schwabach penderita memendek.

12 melakukan pemeriksaan SWABACH (teliga kiri penderita, disesuaikan dengan telinga pemeriksa)

garputala dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus pada mastoid pemeriksa

bila pemeriksa sudah tidak mendengar secepatnya garputala dipindahkan ke mastoid penderita.

13 Interprestasi: Bila penderita masih mendengar : schwabach

memanjang. bila penderita tidak mendengar, schwabach

memendek atau normal14 garputala dibunyikan kemudian tangkainya

diletakkan tegak lurus pada mastoid penderita. bila penderita sudah tidak mendengar, secepatnya

garputala dipindahkan ke mastoid pemeriksa.15 Interprestasi:

Bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama normal

bila pemeriksa masih mendengar berarti schwabach penderita memendek.

16

PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS PARANASAL

PEMERIKSAAN TENGGOROK

Ekstraksi corpus alienum di hidungNo 0 1 2 31 Sambung rasa 2 Informed consent

3 Mempersiapkan alat (lampu kepala, spekulum hidung, pengait corpusbenda bulat, kapas bayonet, bengkok)

4 Memasang dan menghidupkan lampu kepala5 Memegang spekulum hidung dengan tangan kiri6 Memasukkan spekulum hidung dalam posisi tertutup7 Setelah didalam rongga hidung spekulum dibuka8 Memegang pingset dengan tangan kanan9 Ekstraksi corpus alienum 10 Mengeluarkan spekulum hidung dalam posisi setengah

NO 0 1 2 31 Sambung rasa2 Menjelaskan tujuan pemeriksaan

Memposisikan penderita duduk didepan pemeriksaMempersiapkan alat (lampu kepala, spekulum hidung)Memasang dan menghidupkan lampu kepala

3 Melakukan inspeksi (kerangka dorsum nasi, luka, bibir atas)4 Melakukan palpasi dorsum nasi, ala nasi,fossa kanina,

menekan lantai sinus frontalis5 Melakukan pemeriksaan transluminasi sinus paranasal6 Melakukan pemeriksaan rhinoskopi anterior:

Memegang spekulum hidung dengan tangan kiriMemasukkan spekulum hidung dalam posisi tertutupSetelah didalam rongga hidung spekulum dibuka Menilai (mukosa hidung, septum nasi,konka inferior dan media,meatus inferior dan media) apakah terdapat massa, hipereremis, sekret, benda asing.

7 Melakukan rhinoskopi posterior

8 Interprestasi Total

No 0 1 2 31 Sambung rasa 2 Menjelaskan tujuan pemeriksaan

Mempersiapkan alat3 Melakukan inspeksi cavum oris( ptyalismus, trismus, gerakan

bibir dan sudut mulut, mukosa dan ginggiva, gigi, lidah parese, arofi, tumor,) Palatum durum, palatum mole, uvula

4 Melakukan inspeksi tonsil( mobilitas tonsil, besar tonsil, hipereremis, pseudomembran, tumor)

5 Melakukan inspeksi faring (hipereremis, granul)6 Interprestasi

skor

17

terbukaskor

18

Pemasangan tampon hidung

No 0 1 2 31 Sambung rasa 2 Informed consent3 Mempersiapkan alat :lampu kepala, spekulum hidung,

pingset, bengkok,kassa yang direndam dengan efedrin (1cc+aquabides ad 10cc),tampon hidung anterior

4 Memasang dan menghidupkan lampu kepala5 Memegang spekulum hidung dengan tangan kiri6 Memasukkan spekulum hidung dalam posisi tertutup7 Setelah didalam rongga hidung spekulum dibuka8 Memegang pingset dengan tangan kanan

Memasukkan kassa effedrin (jika tidak respon maka kassa dikeluarkan)

9 Memasukkan tampon dengan tangan kanan menggunakan pingset

10 Mengeluarkan spekulum hidung dalam posisi setengah terbukaskor

19

Daftar Pustaka1. Boeis Fundamentals of Otolaryngology 6th edition.W.B. Saunders Company.1989 2. Rukmini, Herawati, dr, SpTHT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung dan tenggorok.

Jakarta : EGC, 2000

20